Anda di halaman 1dari 5

TRADISI KEAGAMAAN DAN

KEPERCAYAAN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
PENINGKATAN KESEHATAN
PEKA BUDAYA DOSEN PENGAJAR : YUSLANA, SST,M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. YUDI SAR JONO


NIM : 20166114093
2. AGUS PAWADI
NIM : 20166114005
3. ARY RAHMAD ILAHI
NIM : 20166114015
4. EMILYATI SERLI
NIM.20166124029

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2017/2018 GENAP
TRADISI KEAGAMAAN DAN KEPERCAYAAN YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PENINGKATAN KESEHATAN

1. Manusia ( Paradigma kesehatan )


Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan

2. Transkultural Nursing
Transkultural Nursing merupakan lintas budaya yang mempunyai efek bahwa
budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lainnya.
3. Agama
Agama merupakan penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian
agama terdapat 3 ( tiga ) unsur, yaitu : manusia, penghambaan danTuhan.

Tradisi Keagamaan dan Kepercayaan yang berhubungan dengan peningkatan


Kesehatan mengeplorasi pengaruh Gaya hidup, Social, Budaya, dan Spiritual terhadap
status kesehatan dan memberikan suatu dasar pengetahuan untuk mengembangkan
Pengkajian keperawatan dan ketrampilan-ketrampilan IntervensiAsuhan keperawatan.

A. Hubungan antara Manusia, Agama, dan Transkultural Keperawatan

Psikologi Agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian Khusus para
ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia. Manusia lari
kepada agama karena rasa ketidakberdayaannya menghadapi bencana. Dengan
demikian segala bentuk prilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia yang timbul
dari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya dan dapat memberikan rasa aman.
Untuk mengatasi masalah ini manusia menghadirkan tuhan dalam dirinya
sebagai pelindung mereka tatkala mereka merasa terancam dan memerlukan
perlindungan terhadap segala macam bentuk ancaman terhadap dirinya.

Menurut Abraham Maslow manusia membutuhkan kebutuhan yang paling dasar hingga
yang paling puncak, yaitu :

1. Fisiologis
2. Rasa aman dan nyaman
3. Cinta dan kasih sayang
4. Harga diri, dan
5. Aktulitas diri

Makna hidup merupakan segala hal yang mampu memberikan nilai khusus bagi
seseorang yang bila dipenuhi akan menjadikan hidupnya berharga dan akhirnya akan
menimbulkan penghayatan bahagian dalam dirinya.(Perry AG dan Potter PA, 2009)

B. Terapi Keagamaan

Peka Budaya
1
Seseorang yang tidak merasa aman, tenang, serta tentram dalam hatinya adalah orang
yang sakit rohani atau mentalnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan
dasar yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan mereka secara lancar.
Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohania tau juga
kebutuhan social. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan
menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada bahwa mereka harus berusaha lebih
keras lagi untuk memenuhi kekurangan dari kebutuhan mereka. Sehingga segala
macam cara mereka lakukan guna terpenuhinya kebutuhan tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang dijumpai bahwa seseorang tidak mampu
menahan keinginan bagi seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan dirinya atau ketika
seseorang terhimpit oleh persoalan ekonomi, maka dalam diri mereka akan terjadi
adanya konflik dalam batin mereka yang memerlukan pengobatan atau penyelesaian
dengan cepat. Ketika konflik yang dihadapinya tidak segera diselesaikan, maka batin
akan merasa berat untuk menanggungnya sehingga akan bertambah parah permasalahan
yang ditanggungnya . pertengkaran ini akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam
kehidupan Rohani yang dalam Kesehatan mental dikenal dengan kekusutan
Rohani. Usaha penanggulangan kekusutan rohani atau mental ini sebenarnya dapat
dilakukan sejak dini oleh penderita. Dengan mencari cara yang tepat
untuk menyesuaikan ini dengan memilih norma-norma moral, maka kekusutan mental
ajaran dari agama.(Perry AG dan Potter PA,2006)

C. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing

Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan.


2. Budaya akan memengaruhi bagaimana orang menyebutkan dan
mengkomunikasikan masalahnya.
3. Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa.
4. Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa.
5. Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yang sensitive budaya.
6. Mengatasi masalah-masalah kesehatan mental.( Perry AG dan Potter PA,2006)

D. Masalah Religi

Masalah religi klien dapat mempengaruhi spiritualitas klien. Praktik kebiasaan


keagamaan, jika terganggu atau berubah, dapat mempengaruhi struktur atau dukungan
agama terhadap rasa sejahtera seseorang.

Turner et al. (1995) menuliskan bahwa intensifikasi praktik keagamaan secara sukarela
dapat menyebabkan masalah ketika seseorang tidak merasa bebas atau tidak
mengetahui bagaimana harus membicarakan tentang aspek keagamaan atas perubahan.
Seseorang sering mengintensifikasi praktik keagamaan dalam menghadapi rasa bersalah
atau untuk menghadapi trauma yang sulit atau kehilangan. Menjadi lebih terlibat dalam
praktik keagamaan atau mengekspresikan keyakinan lebih dalam mungkin merupakan
suatu cara dalam menemukan makna peristiwa yang menyulitkan atau untuk menguji
perkembangan spritual seseorang.

Peka Budaya
2
Kepercayaan didefenisikan oleh Studzinki (1986) sebagai lebih dari sekedar
sekumpulan kesehatan. Kepercayan adalah cara menunjukkan diri seseorang, komunitas
seseorang, dan kakuatan yang lebih tinggi dan cara mengintegrasikan masa lalu kita,
masa kini dan masa mendatang dengan kekuatan yang lebih sebagai pusat. Seseorang
sering menemukan cara untuk mengekspresikan kepercayaannya melalui praktik
keagamaan. Kepercayaan berkambang sepanjang waktu, sejalan dengan pertumbuhan
spiritual seseorang. Seseorang yang berada pada tahap awal perkembangan kepercayaan
mereka atau menemukan kepercayaan mereka tertantang oleh kejadian hidup yang
penting, dapat menjadi rentan terhadap kehilangan atau keraguan tentang kepercayaan
mereka (Turner et al, 1995). Hal ini dapat terjadi ketika seseorang dijauhi oleh
komunitas keagamaannya (mis. Seorang penganut Saksi Yehova yang memilih untuk
menjalani trnsplantasi jantung dan membutuhkan transfusi darah) atau ketika seseorang
secara serius mempertanyakan tempat penting denominasi keagamaannya pada
masalah publik (mis. Aborsi atau euthanasia). Kehilangan atau meragukan kepercayaan
dapat menyebabkan rasa bersalah serius dan bahkan rasa kesepian.

E. Spiritualitas dan Religi

Spiritualitas sangat sulit untuk didefenisikan. Kata-kata yang digunakan untuk


menjabarkan spiritualitas termasuk makna, trnsenden, harapan, cinta, kualitas,
hubungan dan eksistensi (Emblen, 1992).

Farren et al. (1989) menyarankan bahwa defenisi spiritualitas, atau dimensi spiritual,
akan unik bagi setiap individu. Defenisi individual tentang spiritualitas dipengaruhi
oleh kultur, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang
hidup.

Meskipun spiritualitas sulit untuk didefenisikan, terdapat dua karakteristik penting


tentang spiritualitas yang disetujui oleh sebagian penulis:

1. spiritualitas adalah kesatuan tema dalam kehidupan kita


2. spiritualitas merupakan keaadan hidup.

Farren et al. (1989) menggunakan defenisi fungsional spiritualitas “ komitmen tertinggi


individu, yang merupakan prihsip yang paling konfrehensip dari perintah atau nilai final
yaitu argumen yang sangat kuat yang diberikan untuk pilihan yang dibuat dalam hidup
kita”.

Young (1984) mendefenisikan intuisi klinik sebagai suatu proses di mana perawat
mengetahui sesuatu tentang klien yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, yang
diungkapkan dengan kesulitan, atau yang sumber pengetahuannya tidak diketahui.
Intuisi adalah suatu aspek dari berpikir kritis, yang mencakup menganalisis dan
merasakan isyarat yang berbeda, ingatan, dan perasaan untuk membantu perawat
memiliki kesadaran lebih baik terhadap kebutuhan klien.

F. Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan

Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien tentang


kesehatan dan penyakit. Rasa nyeri dan penderitaan serta kehidupan dan kematian.
Banyak budaya tidak memedakan antara agama dan spiritual, tetapi sebagian lain

Peka Budaya
3
membedakan dengan jelas konsep spiritualitas. Perawat harus memahami perspektif
emic kliennya.(Perry AG dan Potter PA,2006)

G. Tabel Keyakinan Agama tentang Kesehatan (Perry AG dan Potter AP)

Agama Keyakinan perawatan kesehatan Respon terhadap penyakit


Hindu Menerima ilmu penetahuan medis Penyakit disebabkan oleh dosa masa lalu
modern Memperpanjang hidup tidak dibenarkan

Sikh Menerima ilmu pengetahuan medis Wanita harus diperiksa oleh wanita
modern Melepaskan pakaian dalam akan
menyebabkan distres yang besar

Budha Menerima ilmu pengetahuan medis Dapat menolak pengobatan padsa hari
modern suci Spirit bukan-manusia yang memasuki
tubuh dapat menyebabkan penyakit
Mungkin menginginkan pendeta budha
Tidak mempraktikkan euthanasia
Mengizinkan untuk menghentikan
pendukung hidup

Shinto Menerima pengobatan medis modern Akan tidak mengizinkan pengobatan yang
sejalan dengan tradisi leluhur “tampak” mencederai tubuh

Islam Harus bisa mempraktikkan Lima Menggunakan kepercayaan sebagai


Rukun Islam penyembuh
Dapat mempunyai pandangan yang Anggota keluarga harus tenang
fatal tentang kesehatan Kelompok pendoa diperkuat
Mungkin mengizinkan penghentian
pendukung hidup
Tidak mempraktikkan euthanasia

Yahudi Mempercayai sanksi dari kehidupan Mengunjungi orang sakit adalah suatu
Tuhan dan kedokteran harus kewajiban
mempunyai keseimbangan Mereka berkewajiban untuk mencari
Kepatuhan kepada hari Sabat adalah perawatan
penting Euthanasia adalah dilarang
Tidak melakukan aktivitas pada hari Pendukung hidup tidak dibenarkan
Sabat

Kristen Menerima ilmu pengetahuan medis Menggunakan doa, kepercayaan sebagai


modern penyembuh
Menghargai kunjungan dan gereja
Beberapa menggunakan “penumpangan
tangan”
Komuni suci umumnya digunakan

Peka Budaya
4

Anda mungkin juga menyukai