Anda di halaman 1dari 14

PELANGGARAN HAM

DISUSUN
OLEH :

NUR FACHRI MALIK

B 111 12 009

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telang melimpah kan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik

Penulisan makalah ini tidak dapat di selesaikan dengan baik tanpa semangat,dukungan,dan
bantuan di berbagai pihak

Semoga atas segala bantuan yang diberikan akan mendapat balasan dari Allah Swt. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 7 Mei 2016

Nur Fachri Malik


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

BAB I Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Landasan Teori1

BAB II Pembahasan .. 5

Pengertian Pelanggaran HAM 5

Faktor penyebab Pelanggaran HAM.. 5

Contoh Kasus Pelanggaran Ham 7

BAB III Penutup 10

Kesimpulan. 10

Saran. 10

Daftar pustaka.. 11
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak manusia masih
dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak jarang menimbulkan
gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah
yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap individu
lain,kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.

Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang penegakan HAM
bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan sebagai upaya menunjang
komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini,
pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun
makalah yang berjudul Contoh Kasus Pelanggaran Hak asai Manusia di Indonesia,untuk
memberikan informasi tentang apa itu pelanggaran HAM.

Landasan Teori

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat
kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan
dilindungi. Sedangkan hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusiamenjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara
individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

Kasus-Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia Menurut Pasal 1 Ayat 6 No. 39 Tahun 1999 yang
dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku. Pada tingkatan operasional, berbagai perencanaan program
nasional telah dicanangkan untuk menangani masalah pelanggaran HAM pada anak antara lain
penghapusan bentuk-bentuk terburuk pekerja anak, penghapusan perdagangan perempuan dan
anak, penghapusan eksploitasi seksual komersial pada anak, penanganan terhadap anak jalanan.
Namun berbagai peraturan perundang-undangan yang ada terhadap anak itu belum dapat
memberikan jaminan bagi peningkatan kualitas anak Indonesia. Banyaknya faktor yang
menghambat implementasi peraturan perundang-undangan di lapangan menunjukkan bahwa
masalah pembinaan kualiatas anak merupakan masalah yang kompleks.

Faktor yang menghambat pengimplementasian ketentuan tersebut dapat bersifat internal maupun
eksternal. Untuk dapat mengentaskan anak-anak dari kondisi demikian, yang perlu dilakukan
pertama-tama adalah: kenali masalah yang terdapat di dalam lingkungan terdekat anak, yaitu
keluarga.

Fungsi perlindungan atau proteksi kepada anak merupakan salah satu fungsi yang penting karena
dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan dalam keluarga. Bila fungsi ini
dapat dikembangkan dengan baik, keluarga akan menjadi tempat perlindungan yang aman secara
lahiriah dan batin bagi seluruh anggotanya. Namun, selain fungsi perlindungan keluarga juga
memiliki fungsi ekonomi. Fungsi itu menjadi pendukung kemampuan kemandirian keluarga dan
anggotanya dalam batas-batas ekonomi masyarakat, bangsa, dan negara dimana keluarga itu
hidup. Apabila dikembangkan dengan baik fungsi ini dapat memberikan kepada setiap keluarga
kemampuan untuk mandiri dalam bidang ekonominya, sehingga mereka dapat memilih bentuk
dan arahan sesuai kesanggupannya.

Dengan berkembangnya waktu, fenomena pekerja anak banyak berkaitan erat dengan dengan
alasan ekonomi keluarga (kemiskinan) dan kesempatan memperoleh pendidikan. Pendapatan
orangtua yang sedikit tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga memaksa
mereka untuk bekerja. Di lain pihak, biaya pendidikan di Indonesia yang masih tinggi telah pula
ikut memperkecil kesempatan untuk mengikuti pendidikan.
Perbenturan kepentingan antara kedua fungsi inilah yang kadang menimbulkan dilema bagi
keluarga yag kehidupan ekonominya kurang membahagiakan. Di satu sisi, keluarga harus
mampu memberikan perlindungan kepada anggotanya, termasuk anak-anak. Namun di sisi lain,
adanya fungsi ekonomi juga telah menuntut para anggotanya untuk ikut memberikan sumbangan
agar kebutuhan hidup keluarga dapat terpenuhi, yaitu dengan bekerja. Karena itu tidak heran jika
kemudian muncul fenomena pekerja anak.

Fenomena pekerja anak di Indonesia pada awalnya banyak berkaitan dengan tradisi atau budaya
membantu orangtua, yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia pada umunya. Ada beberapa
alasan yang dapat dikemukakan mengapa anak dilatih untuk bekerja. Pertama, sebagian orangtua
masih beranggapan bahwa memberi pekerjaan kepada anak-anak merupakan upaya proses
pembelajaran agar anak mengerti arti tanggung jawab. Kedua, tindakan itu juga dapat melatih
dan memperkenalkan anak kepada dunia kerja. Ketiga, untuk membantu meringankan beban
kerja keluarganya.

Bahkan lebih parah lagi, saat ini fenomena pekerja anak masih ditambah dengan munculnya
fenomena anak jalanan di kota-kota besar, yang makin menambah kompleksnya permasalahan.
Jika kita menyusuri jalan-jalan di sekitar Jakarta, dengan mudah kita akan mendapatkan anak-
anak usia sekolah yang mengamen atau sekedar meminta-minta di lampu merah. Tidak jarang
pula kita menemukan mereka di dalam bis-bis kota. Mereka kemudian dikenal dengan sebutan
anak jalanan. Entah sebutan itu cocok atau tidak untuk mereka. Sebagaimana anak-anak lain,
anak jalanan juga menginginkan hidup normal. Mereka anak kita juga yang membutuhkan
tempat untuk tinggal, rasa aman, nyaman, dan ingin diterima oleh masyarakat.

Fenomena anak jalanan merupakan ekses lingkaran setan kemiskinan bangsa Indonesia. Kendala
yang dihadapi mobilitas anak-anak itu cukup tinggi. Anak-anak yang dibimbing di rumah
singgah, setelah keluar, kadang kembali menjadi anak-anak jalanan. Sebab, kebutuhan ekonomi
tidak terelakkan. Sayangnya, perhatian kepada anak-anak terkesan digelar pada momen-momen
tertentu saja. mereka yang hidup di jalanan sebagai, pengamen, pedagang asongan, pengemis,
dan pelacur. Paru-paru mereka tidak hanya menghirup kerasnya udara yang mengandung timbal
dan karbon monoksida tapi juga menghisap asap kekerasan purba langsung dari akarnya.
Secara, struktural negara bisa disalahkan sebagai penyebab buruknya kondisi anak-anak di negeri
ini. Karena negara sebagai pemegang kekuasaan membuat kebijakan yang sering tak berpihak
pada masyarakat bawah. Kebijakan itu menyebabkan orang miskin yang makin terbelenggu dan
tidak berdaya. Kemiskinan menjadi satu faktor pemicu terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) pada anak. Anak dalam keluarga miskin mengalami subordinasi ganda, yaitu ada
supremasi dari yang kaya dan orang dewasa. Hak anak bisa dilanggar karena dia anak-anak dan
miskin.

Menyalahkan negara sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab tak secara otomatis
membawa kehidupan anak menjadi lebih baik. Kita semua, tanpa disadari, telah menjadi orang
dewasa, para orang tua yang merangkap sebagai eksekutor bagi anak-anak kita sendiri. Algojo
yang menghukum anak secara tidak proporsional. Hukuman yang menghabiskan seluruh energi
kehidupan dan masa depan anak-anak dalam bayang-bayang trauma jalanan, dan debu
peperangan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian pelanggaran Hak Asasi manusia

Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi
manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku

Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik


dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi
individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.

2. Faktor faktor penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) disebabkan oleh faktor faktor berikut :
1. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal dari
diri pelaku pelanggar HAM, diantaranya adalah:

o Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.

Sikan ini akan menyebaabkan seseorang untuk selalu mennuntutkan haknya, sementara
kewajibabannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyi sikap seperti ini, akan
menghalalkan segala cara supaya haknya bisa terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapan
melanggar hak orang lain

Rendahnya kesadaran HAM.

Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran HAM berbuat seenaknya. Pelaku tidak mau tahu
bahwa orang lain pun mempunyai hak asasi yang harus dihormati. Sikap tidak mau tahu itu
berakibat muncul perilaku atau tindakan penyimpangan terhadap hak asasi manusia

Sikap tidak toleran

Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak menghargai dan tidak menghormati atas
kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada akhirnya akan mendorong orang untuk
melakukan diskriminasi kepada orang lain.

1. Faktor eksternal, yaitu faktor faktor di luar diri manusia yang mendorong seorang atau
sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, diantaranya sebagai berikut:

o Penyalahgunaan kekuasaan

Di Masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk
pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk bentuk kekuasaan lain yang terdapat di
masyarakat.

Ketidaktegasan aparat penegak huku,


Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran HAM, tentu saja
akan mendorong timbulya pelanggaran HAM lainnya.

Penyalahgunaan teknologi

Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi bisa juga memberikan
pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya kejahatan.

Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi

Kesenjangan menggambarkan telah terjadinya ketidakseimbangan yang mencolok didalam


kehidupan masyarakat.

3. Contoh contoh kasus pelanggaran HAM

Di Indonesia, meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundangan undangan


mengenai HAM, namun pelanggaran HAM tetap selalu ada baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun olej masyarkat sendiri.

Berikut ini beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia :

1. Kasus Trisakti dan Semanggi

Kasus pelanggaran HAM Trisakti dan Semanggi ini erat berkaitan dengan gerakan reformasi
pada 1998 lalu. Dipicu oleh krisis ekonomi pada tahun 1997 dan tindakan KKN pada masa
kepemimpinan Presiden Soeharto, maka terjadilah gerakan reformasi besar-besaran yang
dipelopori oleh mahasiswa. Para mahasiswa pun melakukan demo yang berujung pada bentrok
fisik dengan aparat. Hal inilah yang akhirnya menyebabakan tewasnya 4 mahasiswa dari
Universitas Trisakti akibat tembakan peluru aparat. Sedangkan tragedi Semanggi terjadi 6 bulan
kemudian pada 13 November 1998 yang menewaskan 5 mahasiswa. Dua peristiwa ini memicu
kerusuhan di seluruh wilayah Indonesia. Kerusuhan dan kekerasan pun terjadi di mana-mana dan
menewaskan ribuan warga. Peristiwa kerusuhan Mei 1998 ini pun dicatat sebagai salah satu
tahun kelam sejarah bangsa Indonesia.

2. Kasus Marsinah

Kasus pelanggaran HAM Marsinah terjadi pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Kasus ini berawal
dari unjuk rasa dan pemogokan yang dilakukan buruh PT.CPS. Marsinah dan 12 buruh lain
menuntut kepada perusahaan untuk mencabut status PHK pada mereka. Namun berselang 5 hari
kemudian, Marsinah ditemukan tewas di hutan Wilangan, kota Nganjuk dalam keadaan yang
mengenaskan.

3. Kasus Bom Bali

Kasus Bom Bali juga menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM terbesar di Indonesia.
Peristiwa ini terjadi pada 12 November 2002, di mana terjadi peledakan bom oleh kelompok
teroris di daerah Legian Kuta, Bali. Total ada 202 orang yang meninggal dunia, baik dari warga
lokal maupun turis asing mancanegara yang sedang berlibur. Akibat peristiwa ini, terjadi
kepanikan di seluruh Indonesia akan bahaya teroris yang terus berlangsung hingga tahun-tahun
berikutnya.

4. Kasus Pembunuhan Munir

Kasus pembunuhan Munir merupakan salah satu pelanggaran HAM di Indonesia yang kasusnya
belum terselesaikan hingga akhirnya ditutup. Munir Said Thalib bukan sembarang orang, dia
adalah seorang aktivis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Ia
meninggal pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia dalam perjalanan
menuju kota Amsterdam di Belanda. Banyak yang menganggap bahwa Munir meninggal karena
dibunuh atau diracuni oleh suatu kelompok tertentu. Sayangnya hingga kini kasus kematian
Munir ini belum jelas dan kasusnya sendiri akhirnya ditutup.

5. Peristiwa Tanjung Priok

Kasus pelanggaran HAM di Indonesia lain pernah terjadi di wilayah Tanjung Priok, Jakarta
Utara. Kasus ini murni pelanggaran HAM. Bermula ketika warga sekitar Tanjung Priok, Jakarta
Utara melakukan demonstrasi beserta kerusuhan karena adanya upaya pemindahan makam
keramat Mbah Priok untuk kepentingan lain. Hal ini lalu mengakibatkan bentrok antara warga
dengan kepolisian dan anggota TNI yang mengakibatkan sebagian warga tewas dan luka-luka.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan
pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan
dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

Saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita
DAFTAR PUSTAKA

Fuad Mahfuddin. (2014, 18 Maret). Makalah Pelanggaran Ham. Diperoleh 23 Agustus


2014, dari http://fuadmahfuddin13.wordpress.com/2014/03/18/makalah-pelanggaran-
ham/

Hanya Sekedar Blog. (2:54 AM). Hak Asasi Manusia. Diperoleh 23 Agustus 2014, dari
http://hanyasekedarblogg.blogspot.com/2013/05/hak-asasi-manusia.html

Cepat Lambat. (2013, Oktober). Contoh Kasus Pelanggaran Ham Indonesia. Diperoleh
23 Agustus 2014, dari http://cepatlambat.blogspot.com/2013/10/contoh-kasus-
pelanggaran-ham-indonesia.html

Lentera Kecil. (2013, 1 November). Penulisan Daftar Pustaka Dari Internet. Diperoleh 23
Agustus 2014, dari http://cepatlambat.blogspot.com/2013/10/contoh-kasus-pelanggaran-
ham-indonesia.html

Halimi, Muh dan Dadang Sumdawa. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai