Kelas : C
Universitas Riau
2019
1
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................... 2
Pendahuluan..................................................................................... 3
Pembahasan...................................................................................... 4
Kesimpulan....................................................................................... 9
Daftar Pustaka................................................................................ 11
2
A. Pendahuluan
`Di era Globalisasi ini hampir segala hal tidak dapat dipisahkan
dari Ilmu Hubungan Internasional. Dampak dari Ilmu Hubungan
Internasional dapat dirasakan antara lain dengan adanya produk-produk
rumah tangga, alat-alat, dan produk lainnya yang ada di sekitar kita ada
karena terjadinya perdagangan antar Negara, Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi seperti smartphone dan media sosial seperti
Instagram, Twitter, Facebook, dll. Bekerja dengan perusahaan domestik
maupun internasional, kerjasama perdamaian dunia dan bahkan pernyataan
perang dan damai.
3
rivalitas antar bangsa beserta kondisi-kondisi dan institusi-institusi yang
memperbaiki atau memperburuk rivalitas tersebut.
B.Pembahasan
1
Pareira, Andre H. 1999. Perubahan Global dan Perkembangan Studi Hubungan Internasional.
Bandung: Citra Aditya Bakti. Chapter 2.
2
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 13
3
Scott Burchil dan Andrew Linklater, 1996, Teori-Teori Hubungan Internasional, Bandung: Nusa
Media, hlm. 242
4
seorang pelaku untuk memengaruhi perilaku seorang pelaku lain, sehingga
perilakunya menjadi sesuai keinginan dari pelaku yang mempunyai
kekuasaan.4 Max Weber juga menjelaskan pengertian power yaitu
kemampuan seseorang untuk mendapatkan kepatuhan dari kelompok lain
agar kelompok lain tersebut melakukan tindakan sesuai keingininan
pemilik power tersebut.5 Sedangkan kekuasaan berarti kewenangan yang
didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan
tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan (Stanley Milgram,
1974).6
Theodore Couloumbis (1935) dan James Hastings Wolfe (1934)
menjelaskan Pengertian Power dengan lebih detail di dalam bukunya
Pengantar Ilmu hubungan Internasional sebagai berikut:
“Power as an umbrella concept that denotes anything that
establishes and maintains the control of Actor A over Actor B. Power, in
turn, can be seen as having three important ingredients. The first ingredient
is force, which can be defined as the explicit threat or the use of military,
economic, and other instruments of coercion by Actor A against Actor B
in pursuit of A’s political objectives. The second ingredient is influence,
which we defined as the use of instruments of persuasion—short of
force—by Actor A in order to maintain or alter the behavior of Actor B in
a fashion suitable to the preference of Actor A. The third ingredient of
power is authority, which we will define as Actor B’s voluntary
compliance with directives (prescriptions, orders) issued by Actor A,
nurtured by B’s perceptions regarding A—such as respect, solidarity,
affection, affinity, leadership, knowledge, expertise.”
4
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
5
Triwahyuni, Dewi. “Pemahaman Konsep Power Dalam Studi Hubungan Internasional”.
[Dokumen PDF]
6
Milgram, Stanley. Obedience to authority: an experimental view, Taylor & Francis (1974)
5
terhadap aktor B. Sedangkan Power memiliki 3 unsur: Unsur pertama
yaitu force (Kekuatan) yang didefinisikan sebagai ancaman yang nyata
atau pemanfaatan kewenangan militer, ekonomi, dan alat kekuasaan yang
dapat memaksa lainnya oleh aktor A terhadap aktor B dengan tujuan untuk
memenuhi tujuan politik aktor A. Unsur kedua yaitu influence (Pengaruh),
yang bisa didefinisikan sebagai alat untuk Mempersuasi (Mempengaruhi)
yang dimanfaatkan oleh aktor A untuk menahan (menjaga) atau mengubah
perilaku aktor B agar sesuai dengan keinginan/Kemauan aktor A. Unsur
ketiga dari power yaitu authority (Kewenangan), yang dapat didefinisikan
dengan ke sukarelaan aktor B untuk mematuhi dan memenuhi instruksi
(Perintah) aktor A contohnya sikap hormat, solidaritas, kasih sayang,
kesetaraan, kepemimpinan, pengetahuan, dan keahlian.7
Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa power dapat
menjadi alat yang dapat membuktikan kekuasaan aktor A terhadap aktor B
melalui unsur-unsurnya, yaitu kekuatan, pengaruh, dan kewenangan.
power merupakan sesuatu yang wajib dimiliki pemerintah suatu negara
karena power memainkan peranan penting untuk mensukseskan tujuan dan
kepentingan nasional.
Dalam ilmu hubungan internasional power terbagi menjadi dua,
yaitu hard power dan soft power, hard power didefinisikan sebagai
tindakan yang dilakukan oleh suatu aktor untuk mempengaruhi aktor
lainnya dengan menggunakan metode kekerasan. Contohnya dengan
dengan agresi polisi kepada rakyat maupun agresi militer secara
internasional. Sebaliknya soft power merupakan tindakan yang dilakukan
usatu aktor untuk mempengaruhi aktor lainnya tanpa menggunakan
kekerasan sama sekali, Contohnya dengan diplomasi, sosialisasi, dll.
Selanjutnya, Kapabilitas berasal dari kata kapabel yang berarti
sanggup. Kapabilitas yang dapat diartikan sebagai kemampuan atau
kesanggupan yang apabila dikuasai memiliki potensi untuk dimanfaatkan
7
Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe, 1999, Pengantar Hubungan Internasional:
Keadilan dan Power, Bandung: CV Abardin, hlm. 86-87.
6
dan dikembangkan. Menurut Baker dan Sinkula (2005) kapabilitas adalah
kumpulan keterampilan yang lebih spesifik, prosedur, dan proses yang
dapat memanfaatkan sumber daya ke keunggulan kompetitif. Nussbaum
(1947) juga menjelaskan bahwa kapabilitas seseorang dapat dilihat dalam
berbagai aspek ia melakukan proses interkasi sosial serta mampu bertahan
dengan kehidupan yang telah berjalan. 8Bila dikaitkan dengan negara
maka kapabilitas negara adalah kesanggupan suatu negara secara sosial,
politik, pertahanan militer, teknologi dan juga dalam hal hubungan
internasional.
Kapabilitas negara dapat diukur dengan melihat ketahanan dan
kekuatan nasional negara tersebut. Ketahanan jelas berbeda dengan
pertahanan, Harjomataram (1980) menjelaskan bahwa pertahanan
nasional adalah daya tahan suatu bangsa untuk mengembangkan kekuatan
nasional untuk menghadapi semua tantangan dari dalam atau di luar,
langsung maupun tidak langsung.9 Sedangkan ketahanan adalah kondisi
dinamik suatu bangsa yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional
yang berintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan ancaman hambatan dan gangguan baik yang
datang dari luar maupun dari dalam. Untuk menjamin identitas, integritas
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan
nasionalnya.10
Kapabilitas suatu negara secara domestik maupun yang
berhubungan negara lain dapat membentuk suatu kekuasaan atau power
yang bersifat statis.11 Couloumbis dan Wolfe menjelaskan bahwa jika
8
Pengertian Kapabilitas Para Ahli di http://dosensosiologi.com/kapabilitas/ (di akses 3
September 2019)
9
Kurniawan, Aris. 2019. Pengertian “Pertahanan Negara” di
https://www.gurupendidikan.co.id/pertahanan-negara/ (di akses 3 September 2019)
11
Sahriah Alam, Andi. 2012. Dinamika Hubungan Eksekutif Dan Legislatif Dalam Pembuatan
Kebijakan Politik Luar Negeri Jepang.
7
kapabilitas negara dikelola dan dimanfaatkan dengan efektif maka
kapabilitas negara tersebut dapat menjadi alat untuk mempengaruhi atau
memaksa negara lain.12
Kemampuan suatu aktor yang memungkinkan untuk menerapkan
power dalam hubungannya dengan aktor lain dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu dengan aset nyata (tangible) dan dengan aset tidak nyata
(intangible). Aset berwujud atau tangible assets adalah kekayaan yang
dapat dimanifestasikaan secara fisik dengan menggunakan panca indera
(Sugiama, 2013)13 dapat dicontohkan seperti bangunan,kendaraan, dan
bahkan militer, sedangkan yang dimaksud dengat aset tidak berwujud atau
intangible assets kekayaan yang manifestasinya tidak berwujud secara
fisik yakni tidak dapat disentuh, dilihat, atau tidak bisa diukur secara fisik,
namun dapat diidentifikasi sebagai kekayaan secara terpisah, dan kekayaan
ini memberikan manfaat serta memiliki nilai tertentu secara ekonomi
sebagai hasil dari proses usaha atau melalui waktu (Sugiama, 2013)14
dapat dicontohkan seperti kemampuan produk suatu negara, perusahaan
negara, dan kemampuan diplomasi.
Dari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa power dan kapabilitas
negara adalah dua konsep yang berbanding lurus dan erat hubungannya.
Power akan menghasilkan kapabilitas maka semakin besar power
kekuasaan suatu negara akan semakin besar juga kapabilitas dan pengaruh
negara tersebut.
Power dan kapabilitas negara mempengaruhi kokohnya atau
tidaknya pemerintahan suatu negara secara internal. Dapat digambarkan
dengan kejadian tumbangnya kekaisaran-kekaisaran kekuatan sentral
pasca perang dunia satu yang tumbang akibat pengaruh power pemerintah
mulai melemah karena lunturnya otoritas pemerintah dan kepercayaan
12
. Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe. 1999. Pengantar Hubungan Internasional:
Keadilan dan Power. Bandung: CV Abardin. hlm 87
13
Sugiama, A. Gima. (2013), Manajemen Aset Pariwisata, Guardaya Intimarta, Edisi 1, Bandung
14
Ibid.
8
rakyat kepada pemerintah yang berakhir dengan runtuhnya sistem
pemerintahan yang berlaku pada saat itu karena revolusi rakyat.
C.Kesimpulan
9
Dapat diambil kesimpulan bahwa power dapat menghasilkan
kapabilitas dan apabila semakin kuat kekuasaan, pengaruh, dan kewenangan
power suatu negara maka akan semakin besar juga kesanggupan atau kapabilitas
negara tersebut dan begitu juga sebaliknya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12