Anda di halaman 1dari 61

APLIKASI FUNGSI DAN TUJUAN PERPUSTAKAAN PADA

SUKU DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA


JAKARTA SELATAN

Karya Tulis Ini Disusun Untuk Memenuhi Nilai Tugas Akhir Bahasa
Indonesia

Oleh: Faaris Ahmad Nashif


9F/09

SMP LABSCHOOL KEBAYORAN


Jl. K.H Ahmad Dahlan No. 14 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telp. (021) 7398935, Fax. (021) 7208966
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis yang diajukan oleh :

Nama : FAARIS AHMAD NASHIF

NISN : 0036560767

Kelas : IX F

Judul : Aplikasi Fungsi dan Tujuan Perpustakaan pada Suku Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Jakarta Selatan

Telah melalui tahap pembimbingan dan ujian sesuai dengan ketentuan dan memenuhi
kriteria karya tulis ilmiah sebagai syarat kelulusan ujian praktik Bahasa Indonesia
SMP Labschool Kebayoran.

Jakarta, … Maret 2018

Penguji Pembimbing

……………………………. HariRisnandar, S.Pd


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang sebesar-besarnya kita panjatkan pada Allah Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat rahmat karunia-Nya Penulis dapat menjalani proses yang sulit
dari pengerjaan karya tulis ini dari awal hingga selesai. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada orang tua Penulis yang mengorbankan waktu dan fikiran demi
membimbing dan menemani dalam proses yang penuh rintangan lagi hambatan. Serta
kepada adik penulis yang secara sukarela mengorbankan waktu bermain komputernya
demi keberhasilan penulis menyusun karya tulis ini. Kemudian ungkapan terimakasih
juga penulis sampaikan kepada pihak perpustakaan khususnya kepada Bapak
Supriyono sekaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Ibu Maksum Asmasari selaku
Kepala Seksi Perpustakaan, dan Ibu Siti selaku staff perpustakaan yang telah
mengorbankan waktunya untuk bisa diwawancara dan mengizinkan perpustakaannya
untuk bisa di observasi. Tidak lupa Penulis juga menuturkan rasa terima kasih kepada
guru-guru SMP Labschool Kebayoran khususnya Bapak Hari Risnandar dan Bapak
Alfian atas bimbingannya dalam pengerjaan karya tulis ini, juga kepada rekan-rekan
Vasthadeka Dalaxtra yang selalu mendukung Penulis.

Setelah melalui proses yang panjang lagi sulit, karya tulis yang berjudul
“Aplikasi Fungsi dan Tujuan Perpustakaan pada Suku Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Jakarta Selatan” dapat diselesaikan dan ditujukan untuk memenuhi
tugas akhir Bahasa Indonesia SMP Labschool Kebayoran.

Akhir kata, Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat untuk membuka
wawasan pembaca mengenai perpustakaan dan sebagai evaluasi untuk Suku Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan.

Penulis,

Faaris Ahmad Nashif


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah………………………………………………………


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori………………………………………………………………


2.1.1 Hakikat Perpustakaan…………………………………………
2.1.2 Tujuan Perpustakaan…………………………………………
2.1.3 Fungsi Perpustakaan……………………………………………
2.1.4 Jenis-jenis Perpustakaan………………………………………
2.1.4.1 Berdasarkan Basis Koleksinya………………………
1. Perpustakaan Berbasis Materi Perpustakaan Kertas
2. Perpustakaan Berbasis Kertas dan Multimedia
3. Perpustakaan Digital/Tanpa Tembok………
4. Perpustakaan Hibridia…………………………
2.1.4.2 Berdasarkan Kepemilikan/Instansi…………………
1. Perpustakaan Nasional RI……………………
2. Perpustakaan Umum…………………………
3. Perpustakaan Sekolah…………………………
4. Perpustakaan Perguruan Tinggi………………
5. Perpustakaan Khusus…………………………
2.1.5 Standar Nasional Perpustakaan (SNP) Tingkat Kabupaten/Kota
2.1.5.1 Koleksi Perpustakaan………………………………
2.1.5.2 Sarana dan Prasarana…………………………………
2.1.5.3 Layanan Perpustakaan…………………………………
2.1.5.4 Tenaga Perpustakaan………………………………
2.2 Metodologi……………………………………………………………………
2.2.1 Metode Pengumpulan Data……………………………………
2.2.2 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………
2.2.3 Sumber Data……………………………………………………
2.3 Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………………………

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………
3.2 Saran…………………………………………………………………………

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………

Lampiran-lampiran……………………………………………………………………

Riwayat Hidup Penulis…………………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpustakaan merupakan pusat informasi berfungsi menyimpan, mengolah, dan


menciptakan informasi. Perpustakaan juga menjadi agen perubahan dan tulang
punggung gerak majunya pendidikan. Sejak pertama kali didirikan di Mesir pada tahun
323 SM hingga sekarang, perpustakaan berkontribusi banyak dalam membantu para
ilmuwan atas penemuan-penemuan yang nantinya berpengaruh dalam perkembangan
zaman. Jadi, perpustakaan secara tidak langsung memiliki peranan yang besar dalam
perkembangan zaman.

Perpustakaan yang pada hakikatnya adalah lembaga pendidikan yang tepat,


murah, dan mudah ; memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan masyarakat yang
berkarakter, cerdas dan berpengetahuan luas dengan menyediakan buku-buku yang
sesuai dengan kebutuhan pemustakanya.

Melihat pentingnya dan besarnya peran perpustakaan, maka kualitas


perpustakaan menjadi hal yang vital dalam terselenggarakannya perpustakaan.
Ditambah lagi banyaknya tantangan yang diberikan terhadap perpustakaan oleh zaman
digital kini yang mana berbagai penemuan-penemuan baru bisa mengacam
eksistensinya. Berbagai tantangan tersebut mendorong perpustakaan agar bisa
beradaptasi dengan zaman, sebab jika tidak maka perpustakaan hanya akan menjadi
suatu lembaga penyimpanan buku yang monoton tanpa pemustaka yang ingin mampir.
Oleh karena itu selain harus memiliki koleksi yang memadai, perpustakaan juga perlu
memiliki aturan-aturan dalam pengelolaannya agar menjadi perpustakaan yang ideal.

Dunia perpustakaan Indonesia mendapatkan angin segar berupa dukungan dari


pemerintah dalam pengelolaannya dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 43
Tahun 2007. Dengan adanya undang-undang tersebut, ketentuan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan perpustakaan yang selama ini bersifat parsial dalam berbagai
peraturan dapat diatur secara komprehensif dalam satu undang-undang tersendiri.
Penerbitan undang Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 disusul dengan keluarnya
Standar Nasional Perpustakaan (SNP) tahun 2011 oleh Perpustakaan Nasional RI yang
merupakan penjabaran dari undang-undang tersebut. SNP menjadi petunjuk teknis
dalam penyelenggaraan dan manajemen perpustakaan yang ada di Indonesia.

Wilayah Jakarta Selatan memiliki banyak perpustakaan, salah satunya adalah


Suku Dinas (Sudin) Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan yang beralamat
di Jl. Gandaria Tengah V No.3, Kramat Pela, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan. Dilihat
dari letaknya yang di tengah-tengah lembaga pendidikan, perpustakaan Kota Jakarta
Selatan berpotensi memberikan peranan yang penting dalam menjadikan masyarakat
di wilayahnya, cerdas, berkarakter dan berpengetahuan luas. Potensi ini dapat
dimaksimalkan dengan pengelolaan perpustakaan yang baik.

Oleh karena itu karya tulis ini disusun untuk lebih mendalami upaya
Perpustakaan Kota Jakarta Selatan mewujudkan fungsi dan tujuannya serta kesesuaian
pengelolaannya dengan Standar Nasional Perpustakaan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis akan membahas :

a. Apakah jenis Perpustakaan Kota Jakarta Selatan?


b. Bagaimana upaya Perpustakaan Kota Jakarta Selatan mewujudkan fungsi
dan tujuan perpustakaan ?
c. Apakah Perpustakaan Kota Jakarta Selatan sudah memenuhi standar yang
ditetapkan pemerintah ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Karya Tulis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir kelas IX SMP Labschool
Kebayoran.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui arti, fungsi, dan tujuan perpustakaan.
b. Mengetahui jenis-jenis perpustakaan dari segi koleksi dan instansinya.
c. Mengetahui standar yang ditetapkan pemerintah dalam pengelolaan
perpustakaan.
d. Mengetahui klasifikasi dari Perpustakaan Kota Jakarta Selatan.
e. Mengetahui perwujudan fungsi dan tujuan Perpustakaan Kota Jakarta
Selatan
f. Mengetahui penerapan Standar Nsional Perpustakaan pada pengelolaan
Perpustakaan Kota Jakarta Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
a. Penulis mampu menulis karya tulis.
b. Penulis mampu melakukan studi pustaka dari referensi yang ada.
c. Penulis mengetahui lebih dalam tentang perpustakaan
d. Penulis mengetahui informasi lebih banyak tentang Perpustakaan Kota
Jakarta Selatan.
1.4.2 Manfaat Bagi pembaca
a. Makalah bermanfaat dalam memberikan kritik dan evaluasi kepada pihak
perpustakaan.
b. Makalah ini bermanfaat dalam memberikan saran kepada pihak
perpustakaan.
c. Makalah ini bermanfaat dalam memberikan pembaca informasi akan
gambaran penerapan fungsi dan tujuan perpustakaan.
d. Makalah ini bermanfaat dalam memberikan pembaca informasi tentang
Perpustakaan Kota Jakarta Selatan.
e. Makalah ini bermanfaat untuk mempromosikan Perpustakaan Kota Jakarta
Selatan.
f. Makalah ini bermanfaat mengajak pembaca untuk lebih sering
menggunakan jasa perpustakaan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakikat Perpustakaan

Perpustakaan adalah tempat, gedung, atau ruang yang disediakan untuk


pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku serta kepustakaan lainnya (KBBI).
Pendapat tentang pengertian perpustakaan juga disebutkan oleh Sulistyo (1991) seperti
dikutip Suwarno. Ia berpendapat bahwa perpustakaan diartikan sebagai sebuah ruangan
atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang
biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan
untuk dijual. Pengertian perpustakaan juga tercantum dalam UU No. 43 Tahun 2007
Pasal 1 Ayat 1 dengan bunyi “Perpustakaan adalah instusi pengelola koleksi karya tulis,
cetak, dan/atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka”.

Sulistyo (2014:1.2) menyampaikan bahwa perpustakaan dan buku merupakan


2 komponen yang saling berkaitan, “Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang
berarti kitab atau buku. Maka tidaklah salah apabila perpustakaan selalu dikaitkan
dengan buku.” Keterikatan antara dua komponen ini tidak hanya ditemukan dalam
bahasa Indonesia, melainkan dalam bahasa lain juga. Sebagai permisalan, dalam
bahasa Inggris dikenal istilah library yang berasal dari istilah Latin : librarius yang
berarti tentang buku. Istilah yang serupa ditemukan dalam bahasa Yunani, yakni biblos
yang juga artinya tentang buku. Kemudian terbentuklah istilah-istilah seperti
bibliotheek (Belanda), bibliothek (Jerman), bibliotheque (Perancis), dan bibliotheca
(Spanyol dan Portugis) yang semuanya juga berarti perpustakaan.
2.1.2 Tujuan Perpustakaan

Tujuan perpustakaan disebutkan dalam UU No. 43 Tahun 2007 Pasal 4 yang


berbunyi “Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka,
meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan
untuk mencerdaskan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.” Berdasar undang-undang
tersebut, maka perpustakaan wajib berkontribusi dalam pengembangan kualitas
pendidikan masyarakatnya dengan menyediakan layanan serta koleksi yang dapat
meningkatkan kegemaran membaca dan memperluas wawasan masyarakat.

2.1.3 Fungsi Perpustakaan

Fungsi perpustakaan dimuat dalam UU No. 43 Tahun 2007 Pasal 3 yang


berbunyi “Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.”

Pendapat tentang fungsi perpustakaan juga dikemukakan oleh Sulistyo


(2014:1.22-1.24) perpustakaan memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi simpan karya, artinya perpustakaan berfungsi untuk menyimpan hasil


karya masyarakat. Bentuk karya yang disimpan adalah yang berkaitan dengan
buku, majalah, surat kabar, atau bentuk informasi lainnya. Dengan kata lain,
perpustakaan berfungsi sebagai arsip umum bagi karya masyarakat.
2. Fungsi penelitian, artinya perpustakaan bertugas menyediakan buku untuk
keperluan penelitian. Penelitian ini memiliki arti luas karena mencakup segala
jenis penelitian mulai dari penelitian sederhana (oleh murid SD) hingga ke
penelitian yang rumit dan canggih. Fungsi perpustakaan disini adalah untuk
menyediakan jasa yang membantu keberhasilan penelitian, misalnya dengan
menyediakan daftar buku mengenai suatu subjek, menyusun daftar artikel
majalah mengenai suatu masalah, membuat sari karangan, artikel majalah
maupun materi perpustakaan lainnya, dan menyajikan laporan penelitian dalam
bidang yang berkaitan. Dengan jasa-jasa yang ditawarkan, maka perpustakaan
menjadi mutlak diperlukan untuk membantu penelitian.
3. Fungsi informasi, artinya perpustakaan menyediakan informasi yang
diperlukan pemustakanya. Penyediaan informasi ini dilakukan setiap saat
sehingga masyarakat yang memerlukan informasi dapat langsung meminta atau
menanyakannya ke perpustakaan. Selain itu, penyediaan informasi dapat juga
berupa jasa referensi. Perpustakaan menyediakan jasa untuk mencarikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan pustakawan.
4. Fungsi pendidikan, yaitu fungsi perpustakaan yang menunjang sistem
pembelajaran yang dicanangkan oleh pemerintah. Perpustakaan yang
merupakan sarana pembelajaran seumur hidup menyediakan layanan
pendidikan kepada siapa saja. Namun, beberapa perpustakaan seperti
perpustakaan sekolah, perguruan tinggi, ataupun instansi lainnya sering kali
menetapkan ketentuan yang membatasi layanannya hanya terhadap anggota
instansinya sehingga kesempatan belajar menggunakan fasilitas perpustakaan
menjadi terbatas bagi pemustaka yang sudah bekerja, putus sekolah, ataupun
pensiunan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, sekaligus untuk menunjang
fungsi pendidikan yang ditawarkan perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi
maka diselenggarakanlah perpustakaan umum sehingga bagi mereka yang
sudah meninggalkan sekolah atau sudah pensiun tetap dapat memanfaatkan jasa
perpustakaan.
5. Fungsi kulutral, artinya perpustakaan menyimpan khazanah budaya bangsa atau
masyarakat setempat serta meningkatkan nilai dan apresiasi budaya masyarakat
sekitarnya melalui proses penyediaan bacaan. Bacaan yang disediakan
perpustakaan, khususnya perpustakaan umum dapat berupa bacaan serius
maupun bacaan ringan. Selain melalui proses penyediaan bacaan, kegiatan lain
yang dapat dilakukan perpustakaan ialah seni pertunjukkan, boneka, atau
aktivitas kerajinan tangan. Perpustakaan dapat bekerja sama dengan pihak luar
dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut. Sebagai contoh,
perpustakaan dapat bekerja sama dengan sanggar seni dalam penyelenggaraan
pertunjukan seni, dan dalam penyelenggaraan aktivitas kerajinan tangan
perpustakaan dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan sekitar. Tema
yang diambil dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa
tema budaya bangsa, sehingga apresiasi masyarakat terhadap budaya tersebut
dapat ditingkatkan. Selain itu, kegiatan mendaur ulang dapat diwujudkan dalam
aktivitas kerajinan tangan sehingga budaya peduli lingkungan dapat
tersosialisasikan.

Selain kelima fungsi perpustakaan yang disebutkan diatas, Suwarno (2010:21) juga
menambahkan satu fungsi lain perpustakaan, yakni fungsi rekreasi. Fungsi rekreasi
merupakan fungsi perpustakaan sebagai tempat yang menjadi rekreasi bagi
pemustakanya dengan memberikan fasilitas yang baik dan bacaan yang sifatnya
menghibur.

Suwarno (2010:21-23) juga memberikan tanggapan atas pendapat yang


dikemukakan oleh Sulistyo. Beliau berpendapat bahwa fungsi perpustakaan yang
disebutkan diatas adalah fungsi dari paradigma lama perpustakaan dan perlu diadakan
modifikasi fungsi agar perpustakaan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman
dan tidak kehilangan pemustakanya. Berikut beberapa pengembangan fungsi
perpustakaan yang dikemukakan Suwarno:

1. Sebagai tempat simpan saji karya, yaitu fungsi perpustakaan sebagai tempat
menyimpan suatu karya, dan menyajikan karya tersebut debagai informasi yang
bisa diakses oleh pemustakanya. Sebagaimana yang tertuang dalam UU No.43
Tahun 2007 Pasal 12 ayat 1 bahwa koleksi perpustakaan diseleksi, dilayankan,
disimpan, dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka.
2. Sebagai pusat Sumber Daya Informasi (SDI), yaitu fungsi perpustakaan untuk
menggali dan mengelola informasi yang dapat diakses oleh pemustaka yang
lainnya sebagai informasi yang baru.
3. Sebagai pusat belajar dan penelitian masyarakat, yaitu fungsi perpustakaan
sebagai tempat belajar dan penelitian bagi masyarakat sehingga masyarakat
menjadi cerdas dan berpengetahuan luas. Pasal 2 UU No.43 Tahun 2007
menyebutkan bahwa perpustakaan diselenggarakan berdasarkan asas
pembelajaran sepanjang hayat. Dalam ayat lain pun dijelaskan bahwa
perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka serta
memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
4. Sebagai tempat rekreasi dan re-kreasi, yaitu fungsi perpustakaan sebagai tempat
yang nyaman dan menyajikan informasi-informasi yang sifatnya
menyenangkan, serta sebagai temapat menghasilkan karya atau kreasi baru
yang berpijak dari karya-karya orang lain yang telah lebih dulu dipublikasikan.
5. Sebagai tempat untuk mengembangkan kebudayaan, yaitu fungsi perpustakaan
sebagai tempat mengembangkan kebudayaan melalui informasi yang disajikan,
serta penanaman nilai-nilai kepada masyarakat melalui berbagai kegiatannya,
seperti pemutaran film dokumenter, belajar bahasa, storytelling dan lain-lain.
Berkaitan dengan nilai, dikembangkan pula sikap pelayanan yang berorientasi
kepada kepuasan pemustaka, pustakawan ditekankan untuk memahami
karakter pemustaka sehingga dikenal slogan pelayanan 4S, yaitu senyum, sapa,
salam, dan santun.

Kesimpulan yang dapat diambil dari semua teori-teori fungsi perpustakaan baik
dari UU No. 43 Tahun 2007 Pasal 3, paradigma lama, dan paradigma baru perpustakaan
adalah perpustakaan memiliki 6 fungsi :

1. Fungsi simpan karya, yakni menyimpan dan menyajikan karya


masyarakat kepada masyarakat.
2. Fungsi informasi, yakni menyediakan informasi melalui bahan bacaan
atau melalui konsultasi dengan pustakawan.
3. Fungsi pendidikan, yakni memberi kesempatan belajar untuk siapa saja
dan menunjang lembaga pendidikan formal dengan menyediakan buku
yang mendukung. Selain itu juga menyelenggakan kegiatan-kegiatan
yang mendidik.
4. Fungsi penelitian, yakni menyediakan informasi dan rujukan seperti
referensi untuk membantu penelitian masyarakat.
5. Fungsi kultural, yakni memberikan pendidikan kebudayaan melalui
bacaan dan kegiatan-kegiatan
6. Fungsi rekreasi, yakni menyediakan bahan bacaan serta kegiatan-
kegiatan yang bersifat menghibur.

2.1.4 Jenis-Jenis Perpustakaan

2.1.4.1 Berdasarkan Basis Koleksinya

Perpustakaan berkaitan erat dengan buku dan tempat yang berkaitan dengan
buku, sehingga perpustakaan dan buku menjadi dua komponen yang tak terpisahkan.
Karenanya, perkembangan bentuk koleksi perpustakaan yang dalam hal ini berupa
buku atau arsip-arsip lainnya, maka sistem perpustakaan juga dituntut untuk
berkembang agar terjadi keselarasan antara perpustakaan dan koleksinya.

1. Perpustakaan Berbasis Materi Perpustakaan Kertas

Perpustakaan berbasis materi perpustakaan kertas memiliki definisi


perpustakaan sebagai kumpulan buku dan materi lainnya yang disimpan untuk bacaan,
belajar, penelitian, informasi, dan konsultasi.

Perpustakaan berbasis materi perpustakaan kertas juga memiliki definisi


sebagai tempat, gedung, ruangan, atau bagian ruang yang digunakan untuk menyimpan
dan menggunakan (membaca) koleksi buku serta terbitan lainnya, biasanya disimpan
menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca (Sulistyo, 2014:1.7).
Merujuk pada pendapat Sulityo, yang dimaksud koleksi buku dan terbitan
lainnya adalah semua bahan cetak (buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding),
manuskrip (naskah tulisan tangan), dan lembaran musik. Koleksi perpustakaan
semacam ini tidak terlalu luas, karena hanya menyediakan koleksi tercetak saja.

2. Perpustakaan Berbasis Kertas dan Multimedia

Perpustakaan berbasis kertas dan multimedia memiliki definisi sebagai


perpustakaan yang memiliki koleksi buku atau bahan tertulis lainnya, seperti bahan
tercetak dan media audiovisual, seperti film, slaid (slide), kaset, piringan hitam,
ataupun bentuk mikro seperti, mikrofilm, mikrofis, mikroburam (mikroopaque) dan
juga memiliki fasilitas untuk menyimpan bahan tersebut beserta lembaga yang
bertanggung jawab atas pengelolaannya (Sulistyo, 2014:1.7).
Jangkauan koleksi perpustakaan semacam ini cukup luas, yakni mencakup
semua koleksi tercetak dan koleksi audiovisual. Selain yang disebutkan Sulistyo di
atas, jenis koleksi perpustakaan ini dapat juga berupa manuskrip, pamflet, poster, foto,
gambar hidup, video tapes, rekaman suara atau data-data komputer dalam berbagai
bentuk. Semua materi ini mungkin disediakan di bagian khusus dari sebuah
perpustakaan yang besar atau mungkin pada bagian koleksi yang terbatas pada satu
jenis materi perpustakaan saja.

3. Perpustakaan Digital/Tanpa Tembok

Ada yang menyebut perpustakaan digital sebagai juga perpustakaan tanpa


tembok, perpustakaan maya (virtual library), perpustakaan logis (logical library), dan
e-library (perpustakaan elektronik). Yang dimaksud dengan perpustakaan tanpa
tembok adalah perpustakaan yang koleksinya dapat diakses dari luar dinding
perpustakaan yang menyimpan koleksi tersebut, bahkan dalam beberapa hal pemustaka
dapat mengunduh (download) teks atau berkas dari perpustakaan tersebut. Walaupun
perpustakaan digital merupakan perpustakaan maya, ada juga yang berpendapat bahwa
secara semantik istilah maya berbeda dengan istilah digital library.

Perpustakaan maya mencoba mencipa ulang pengalaman sebuah perpustakaan


dalam format elektronik, sedangkan perpustakaan digital memusatkan pada penciptaan
dan akses ke koleksi elektronik (suara, teks, atau citra) dengan menggunakan berbagai
teknologi informasi (Koenman, 2002 seperti yang dikutip Sulistyo, 2014:1.10)
Kemudian untuk definisi perpustakaan elektronik atau e-library diberikan oleh
International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) yang
menyatakan bahwa perpustakaan adalah kumpulan materi tercetak, media noncetak,
dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk
digunakan pemustaka.

Pendapat lain tentang perpustakaan digital juga dikemukakan tokoh-tokoh


lainnya. Contohnya pendapat Brogman (2003:87) seperti dikutip Suwarno (2010:27),
menyatakan bahwa “Perpustakaan digital adalah suatu sistem yang menyediakan suatu
komunitas pemustaka dengan akses terpadu yang memberikan akses yang luas
terhadap informasi dan ilmu pengetahuan yang telah disimpan dan terorganisasi
dengan baik.”

Kemudian ada juga pendapat yang dikemukakan oleh Marilya (2002:20) seperti
dikutip Suwarno (2010:27), bahwa perpustakaan digital adalah organisasi yang
menyediakan berbagai sumber informasi yang mencakup staf ahli, untuk memilih,
menyusun, dan menyediakan akses karya ilmiah agar diinterpretasikan, didistribusikan,
dan dipelihara secara terintegrasi dari waktu ke waktu sedemikian rupa sehingga selalu
tersedia dan siap dimanfaatkan oleh komunitas pemustaka. Definisi serupa juga
dikemukakan dari praktisi perpustakaan Digital Library Federation (DLF).

Sehubungan dengan definisi tentang perpustakaan digital, maka terdapat


karakteristik perpustakaan digital. Karakteristik perpustakaan digital yang
dikemukakan oleh Sulistyo (2014:1.8) adalah sebagai berikut :

1. Perpustakaan digital bukan merupakan maujud (entity) tunggal.


2. Perpustakaaan digital memerlukan teknologi komunikasi dan informasi ke
sumber yang tersebar di berbagai tempat.
3. Kaitan antara berbagai perpustakaan digital bersifat transparan bagi pemakai
dengan tujuan akses universal terhadap perpustakaan digital dan jasa informasi.
4. Koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada surogat (pengganti) dokumen,
melainkan ke artefak digital yang tidak dapat diwakili, diwujudkan, atau
didistribusikan dalam format tercetak.

Kemudian Suwarno (2010:25) juga menyampaikan pendapatnya tentang ciri


umum perpustakaan digital. Berikut adalah ciri perpustakaan digital yang disampaikan
Suwarno :

1. Menggunakan komputer untuk mengelola SDP.


2. Menggunakan saluran elektronik untuk menghubungkan penyedia infromasi
dengan pengguna informasi.
3. Memanfaatkan transaksi elektronik
4. Memakai sarana elektronik untuk menyimpan, mengelola, dan menyampaikan
informasi kepada pemustaka.

4. Perpustakaan Hibridia

Perpustakaan hibridia menggabungkan konsep perpustakaan berbasis kertas


dan multimedia yang hanya menyediakan koleksi tercetak dan hanya bisa diakses di
tempat dengan perpustakaan digital yang hanya menyediakan koleksi digital, Suwarno
(2010:25) mengistilahkan perpustakaan semacam ini “perpustakaan dua muka”.
Rusbridge (1998) seperti dikutip Sulistyo berpendapat bahwa perpustakaan hibridia
didesain untuk menyajikan sejumlah jangkauan teknologi dari berbagai sumber
bersama-sama dalam konteks sebuah perpustakaan dan juga mulai menjelajah sistem
dan jasa terpadu dalam lingkungan elektronik dan cetak.

Memahami definisi perpustakaan hibridia lebih lanjut dapat dilakukan dengan


membandingkan perpustakaan hibridia dan digital. Suwarno (2010:32-33)
memaparkan perbedaan utama dari perpustakaan digital dan perpustakaan hibridia,
yaitu sebagai berikut :
Perpustakaan Hibridia Perpustakaan Digital

Memiliki koleksi tercetak yang permanen dan Portal perpustakaan yang


setara dengan koleksi elektronik atau sepenuhnya digital, tidak
digitalnya. Perpustakan hibridia juga memiliki koleksi tercetak sama
bermaksud mempertahankan koleksi tercetak, sekali. Perpustakaan ini
bukan menggantikan semunya dengan koleksi menganggap bahwa koleksi
eletronik atau digital. tercetak sudah tidak mewakili
kemodernan dan keteknologian.

Perpustakaan hibridia memperluas konsep Penyempitan cakupan informasi


dan cakupan jasa informasi sehingga yang terbatas pada koleksi yang
penambahan koleksi elektronik dan digital didigitalkan atau pada koleksi
serta penggunaan teknologi komputer tidak yang memang sejak adanya telah
dipisahkan dari jasa berbasis koleksi tercetak. berbentuk digital.

Dengan kata lain, perpustakaan digital hadir untuk mengoreksi perpustakan


digital yang hanya menyediakan koleksi dalam bentuk elektronik atau digital.
Perpustakaan digital menilai bahwa koleksi tercetak sudah tidak mewakili kemodernan
dan ketoknologian. Fakta tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab banyak pemustaka
yang lebih nyaman menggunakan layanan berbasis kertas ketimbang layanan
elektronik atau digital. Bahkan beberapa pemustaka dari kalangan lansia tidak terbiasa
menggunakan layanan elektronik atau digital. Oleh karena itu untuk memenuhi
kebutuhan pemustakanya, perpustakaan harus beradaptasi dengan perkembangan
zaman namun wajah konvensionalnya tetap harus dipertahankan dan perpustakaan
hibridia menjawab masalah tersebut.

2.1.4.2 Berdasarkan Kepemilikan/Instansi

1. Perpustakaan Nasional RI
Perpustakaan Nasional RI diresmikan tahun 1989 berdasarkan Keputusan
Presiden No. 11 tahun 1989. Definisi Perpustakaan Nasional dimuat dalam pasal 1
Keppres tersebut yang menyatakan bahwa “Perpustakaan Nasional adalah lembaga
pemerintah non departemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden”.

Definisi Perpustakaan Nasional juga tercantum dalam UU No. 43 tahun 2007


pasal 1 ayat 5 yang berbunyi “Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non
departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang
perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan Pembina, perpustakaan rujukan,
perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat
jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.”

Tugas pokok Perpustakaan Nasional dimuat dalam Keppres No. 11 tahun 1989
pasal 2 yang berbunyi “Perpustakaan Nasional mempunyai tugas pokok membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pengembangan pembinaan perpustakaan dalam
rangka pelestaruan bahan pusaka sebagai hasil budaya dan pelayanan informasi ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan.” Tugas perpustakaan nasional juga dituliskan
dalam UU No 43 tahun 2007 pasal 21 ayat 2 dalam 4 poin (a-d) sebagaimana berikut :

a. Menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum, dan kebijakan teknis


pengelolaan perpustakaan.
b. Melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi, dan koordinasi terhadap
pengelolaan perpustakaan.
c. Membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan.
d. Mengembangkan standar nasional perpustakaan.

Selain tugas, perpustakaan nasional juga memiliki tanggung jawab. Sesuai


dengan UU No 43 tahun 2007 pasal 21 ayat 3, perpustakaan nasional memiliki
tanggung jawab sebagai berikut :
a. Mengembangkan koleksi nasional yang memfasilitasi terwujudnya masyarakat
pembelajar sepanjang hayat.
b. Mengembangkan koleksi nasional untuk melestarikan hasil budaya bangsa.
c. Melakukan promosi perpustakaan dan gemar membaca dalam rangka
mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat.
d. Mengidentifikasi dan mengupayakan pengembalian naskah kuno yang berada
di luar negeri.

Adapun fungsi Perpustakaan Nasional dimuat dalam pasal 3 Keppres No. 11


tahun 1989 yang dituliskan dalam 9 poin (a-i) sebagaimana berikut :

a. Membantu Presiden dalam merumuskan kebijaksanaan mengenai


pengembangan, pembinaan dan pendayagunaan perpustakaan.
b. Melaksanakan pengembangan tenaga perpustakaan dan kerjasama antar
badan/lembaga termasuk perpustakaan baik di dalam maupun di luar negeri.
c. Melaksanakan pembinaan atas semua jenis perpustakaan baik perpustakaan di
instansi/lembaga Pemerintah ataupun swasta yang ada di pusat dan di daerah.
d. Melaksanakan pengumpulan, penyimpanan dan pengolahan bahan pustaka dari
dalam dan luar negeri.
e. Melaksanakan jasa perpustakaan, perawatan dan pelestarian bahan pustaka.
f. Melaksanakan penyusunan naskah bibliografi nasional dan katalog induk
nasional.
g. Melaksanakan penyusunan bahan rujukan berupa indek, bibliografi, subyek,
abstrak, dan penyusunan perangkat lunak bibliografi.
h. Melaksanakan jasa koleksi rujukan dan naskah.
i. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Presiden.

2. Perpustakaan Umum

Definisi perpustakaan umum tercantum dalam UU No. 43 tahun 2007 pasal 1


ayat 6 yang berbunyi “Perpustakaan Umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan
bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan
umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.”

“Perpustakaan umum merupakan gerbang menuju pengetahuan, mendukung


perorangan, dan kelompok untuk melakukan kegiatan belajar seumur hidup,
pengambilan keputusan mandiri, dan pembangunan budaya” (Blasius, 2002, seperti
dikutip Purwono, 2014:1.9)

Purwono (2014:1.9) menambahkan, Perpustakaan umum memiliki tugas


melayani umum atau semua anggota lapisanmasyarakat yang memerlukan jasa
perpustakaan dan informasi. Perpustakaan umum memiliki ciri terbuka untuk umum,
dibiayai oleh dana umum, dan jasa yang diberikan pada hakikatnya bersifat cuma-cuma
atau gratis.

Senada dengan pendapat diatas, UNESCO mengeluarkan Manifesto


Perpustakaan Umum pada tahun 1972, yang kemudian diperbarui pada tahun 1994
menyatakan bahwa “Pada prinsipnya perpustakaan umum adalah cuma-cuma, dan jasa
yang diberikan berdasarkan persamaan akses bagi siapa saja dengan tidak memandang
usia, ras, jenis kelamin, agama, kebangsaan, bahasa, atau status sosial.”

Adapun tujuan utama perpustakaan umum dinyatakan Sulistyo (1991) seperti


dikutip Purwono, (2014:1.9) dalam 4 poin (a-d)

a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat
membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik.
b. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi masyarakat,
terutama informasi mengenai topin yang berguna dan sedang hangat
dibicarakan dalam kalangan masyarakat (informasi mutakhir)
c. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
Bantuan yang diberikan adalah dengan menyediakan bahan pustaka yang
sesuai. Fungsi ini disebut fungsi pendidikan perpustakaan umum, atau lebih
tepat disebut sebagai pendidikan berkesinambungan ataupun pendidikan
seumur hidup. Pendidikan sejenis ini hanya dapat dilakukan oleh perpuatakaan
umum karena perpustakaan umum merupakan satu-satunya pranata
kepustakawanan yang terbuka bagi umum. Walaupun perpustakaan nasional
juga terbuka untuk umum, namun untuk memanfaatkannya tidak selalu terbuka
langsung bagi perorangan, adakalanya harus melalui perpustakaan lain
sehingga perpustakaan menjadi alternatif yang paling efektif.
d. Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakan umum merupakan pusat
utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum
bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara
menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan
informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran, dan apresiasi
masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.

Dalam mewujudkan tujuannya, perpustakaan umum memiliki misi. Blasius


(2002) seperti dikutip Purwono, (2014:1.10) menuliskan misi perpustakaan umum
dalam 12 poin :

a. Menciptakan dan menguatkan kebiasaan membaca sejak dini.


b. Mendukung pelaksanaan pendidikan formal dan perorangan yang belajar
mandiri.
c. Memberikan peluang bagi pengembangan kreativitas.
d. Merangsang imajinasi dan kreativitas kaum muda
e. Mempromosikan warisan budaya, penemuan ilmiah, dan inovasi.
f. Menyediakan akses pada ekspresi budaya.
g. Membina dialog antarbudaya dan mendukung keanekaragaman budaya.
h. Membantu budaya lisan.
i. Menjamin akses atas semua jenis informasi ke masyarakat bagi semua warga.
j. Menyediakan cukup informasi bagi perusahaan, asosiasi, dan kelompok
pemerhati setempat.
k. Memberikan kemudahan dalam pengembangan keterampilan dan
ketidakbutaan informasi dan komputer.
l. Membantu dan aktif dalam kegiatan pemberantasan buta huruf pada semua
tingkatan.

Perihal tentang penyelenggaraan perpustakaan umum secara singkat diatur


dalam UU No 43 Tahun 2007 pasal 22. Sedangkan penyelenggaraan perpustakaan
umum secara terperinci diatur dalam SNP (Standar Nasional Perpustakaan) yang ditulis
dan diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI.

3. Perpustakaan Sekolah

Setiap sekolah atau madrasah wajib menyelenggarakan perpustakaan sekolah.


Hal tersebut sesuai dengan amanat UU No 43 Tahun 2007 pasal 23 ayat 1 yang
berbunyi “Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi
standar nasional perpustakaan dengan memerhatikan Standar Nasional Pendidikan”

Fungsi dan tujuan perpustakaan sekolah harus mendukung fungsi dan tujuan
sekolah sebagai lembaga induknya, dan tidak boleh menyimpang. Purwono
(2014:1.13) menyebutkan beberapa fungsi dari perpustakan sekolah dalam 7 poin
sebagai berikut :

a. Sebagai sumber kegiatan belajar mengajar. Perpustakaan sekolah berfungsi


membantu program pendidikan dan pengajaran sesuai dengan tujuan yang
terdapat di dalam kurikulum. Mengembangkan kemampuan anak
menggunakan sumber informasi. Bagi guru, perpustakaan sekolah merupakan
tempat untuk membantu guru mengajar dan tempat bagi guru untuk
memperkaya pengetahuan.
b. Membantu peserta didik memperjelas dan memperluas pengetahuan pada setiap
bidang studi. Keberadaan dan tujuan perpustakaan sekolah harus terintegrasi
dengan seluruh kegiatan belajar dan mengajar. Oleh karena itu, perpustakaan
sekolah dapat dijadikan sebagai laboratorium ringan yang sesuai dengan tujuan
ang terdapat di dalam kurikulum.
c. Mengembangkan minat dan kebiasaan membaca yang menuju kebiasaan
belajar mandiri.
d. Membantu anak untuk mengembangkan bakat, minat, dan kegemarannya.
e. Membiasakan anak untuk mencari informasi di perpustakaan. Kemahiran anak
mencari informasi di perpustakaan akan menolong untuk belajar mandiri dan
memperlancar dalam mengikuti pelajaran selanjutnya.
f. Perpustakaan sekolah merupakan tempat memperoleh bahan rekreasi sehat
melalui buku-buku bacaan yang sesuai dengan umur dan tingkat kecerdasan
anak.
g. Perpustakaan sekolah memperluas kesempatan belajar bagi peserta didik.

Perihal tentang penyelenggaraan perpustakaan sekolah secara singkat dan


umum diatur dalam UU No 43 tahun 2007 pasal 23. Sedangkan penyelenggaraan
perpustakaan sekolah secara terperinci diatur dalam SNP (Standar Nasional
Perpustakaan) yang ditulis dan diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI.

4. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang yang perlu ada


pada semua perguruan tinggi. Hal tersebut tercantum dalam UU No. 34 Tahun 2007
Pasal 24 yang berbunyi “Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang
memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memerhatikan Standar Nasional
Pendidikan”. Adapun hal tentang perpustakaan sebagai unsur penunjang perguruan
tinggi tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1990 Pasal 27 butir 7
angka 1, Pasal 34 ayat 2.

Jika dilihat dari konsep manajemen perpustakaan perguruan tinggi, Purwono


(2014:1.14-1.16) menyebutkan bahwa sebagian besar perpustakaan perguruan tinggi
memiliki hal-hal sebagai berikut :
a. Misi (mission). Misi perpustakaan perguruan tinggi lazimnya sesuai dengan
perguruan tinggi induknya yang dicantumkan dalam statua. Apabila misi
perpustakaan tidak dinyatakan secara jelas, maka misi perpustakaan perguruan
tinggi pada umumnya adalah pendidikan, penelitian, informasi. Apabila dilihat
dari dasar filosofinya, maka misi perpustakaan perguruan tinggi ialah
membantu mencerdaskan kehidupan bangsa.
b. Sasaran (goals). Sasaran perpustakaan perguruan tinggi dijabarkan dari misi
perguruan tingginya, menjadi sebagai berikut :
1. Organisasi dan administrasi yang baik.
2. Dana yang cukup.
3. Pengadaan dan pengembangan sumber daya manusia.
4. Jasa yang baik.
5. Fasilitas fisik yang memadai.
c. Tujuan (objectives). Tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi ialah
sebagaimana berikut:
1. Memenuhi kebutuhan informasi pengajar dan mahasiswa.
2. Menyediakan bahan pustaka rujukan pada semua tingkat akademis.
3. Menyediakan ruangan untuk pemakai.
4. Menyediakan jasa peminjaman serta menyediakan jasa informasi aktif
bagi pemakai.
d. Kegiatan (activities). Kegiatan yang dimaksudkan adalah usaha pembinaan
perguruan tinggi seperti penambahan koleksi perpustakaan, dan pemanfaatan
kerjasama luar negeri, salah satunya dengan The British Council, The Asia
Foundation, USAID, Ford Foundation, dan lain lain.
e. Program (programmed). Program diadakan untuk mengembangkan
perpustakaan perguruan tinggi dalam hal koleksi, pelayanan, teknologi, dan
lain-lain. Salah satunya program pengembangan National Higher Education
Library Network dengan menunjuk 8 perguruan tinggi (UI, IPB, ITB, IKIP
Banding/Universitas Pendidikan Indonesia, UGM, ISI Yogyakatya, ITS, dan
UNAIR) sebagai Pusat Pelayanan Disiplin Ilmu (Pusyandi) yang
mengembangkan koleksi serta memberikan layanan dan sarana untuk 12 bidang
ilmu. Selain itu, contoh program pengembangan lainnya adalah Library
Technology Centre Di Universitas Indonesia yang melakukan pengembangan,
pelatihan, pemodelan, dan memberikan konsultasi dalam pemanfaatan
teknologi untuk perpustakaan.

5. Perpustakaan Khusus

Perihal tentang perpustakaan khusus dimuat dalam UU No 43 Tahun 2007 Pasal


25 s.d. 28. Menurut UU No. 43 Tahun 2007 Pasal 25 dan 25, perpustakaan khusus
merupakan perpustakaan yang menyediakan bahan perpustakaan sesuai dengan
kebutuhan pemustaka di lingkungannya dan memberikan pelayanan kepada pemustaka
khusus (di lingkungannya) serta secara terbatas kepada pemustaka umum (di luar
lingkungannya). Menurut Purwono (2014:1.18) perpustakaan khusus memiliki ciri
sebagai berikut :

a. Memberi informasi pada badan induknya, dimana perpustakaan itu berada


(didirikan).
b. Biasanya bertempat di gedung-gedung pusat penelitian, asuransi, agen-agen
serta badan usaha yang mengarah ke kegiatan bisnis.
c. Melayani pemustaka khusus pada organisasi induknya.
d. Cakupan subjeknya terbatas (khusus).
e. Ukuran perpustakaannya relatif kecil.
f. Jumlah koleksinya relatif kecil.

Purwono (2014:1.18-1.19) juga menyebutkan tentang kegiatan yang


diselenggarakan perpustakaan khusus untuk menunjang terlaksananya jasa yang
ditawarkan. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengadaan. Sumber untuk pengadaan bahan pustaka adalah bahan yang telah
dimiliki atau dihasilkan oleh organisasi induknya dan materi baru dengan cara
membeli, hadiah, atau tukar-menukar
b. Organisasi bahan pustaka. Setelah publikasi diadakan dan diseleksi oleh
perpustakaan. Tahap berikutnya adalah pengorganisasian, yaitu penentuan
sistem simpan dan temu kembali informasi. Dokumen disusun dalam urutan
pengorganisasian yang dapat dilakukan dengan mudah dan dapat
dicari/ditemukan kembali dengan cepat dan tepat.
c. Pengolahan informasi dan materi. Hal ini meliputi kegiatan indetifikasi dan
catatan kepemilikan, penyusunan koleksi sesuai bahan pustaka da nisi/subjek
dokumen dengan melakukan analisis dubjek dan klasifikasi untuk pengatalogan
subjek, serta pengindeksan, yaitu menyiapkan pangkalan data yang berisi
rujukan topik-topik, nama, dan halaman penunjuk, di mana topik itu dimuat
pada buku atau terbitan berseri, laporan, kertas kerja, maupun jenis pustaka lain.
d. Diseminasi informasi dan jasa pemakai. Fungsi informasi suatu perpustakaan
khusus merupakan ciri utama yang membedakan perpustakaan ini dengan
perpustakaan yang lain. Usaha utama perpustakaan dan pustakawan khusus
adalah menyediakan informasi dengan cepat dan mudah kepada staf di sebuah
organisasi, di mana perpustakaan itu bernaung, dan memberi jawaban
pertanyaan khusus/spesifik. Kebutuhan informasi untuk karyawan berkisar
pada kebutuhan untuk pengembangan organisasi dan kariernya serta hal-hal
yang tidak dikenalnya. Nilai sebuah perpustakaan khusus pustakawannya
terletak pada nilai kepuasan dalam melayani kebutuhan informasi bagi
pemakai.

2.1.5 Standar Nasional Perpustakaan (SNP) Tingkat Kabupaten/Kota

2.1.5.1 Koleksi Perpustakaan


1. Koleksi Perkapita

Jumlah (judul) koleksi perpustakaan sekurang-kurangnya 0,025 per kapita


dikalikan jumlah penduduk di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.
No. Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Koleksi (judul) Keterangan
1 <200.000 5.000
2 200.000-300.000 7.500
3 300.000-400.000 10.000
4 dst (kelipatan 100.000) penambahan 2.500 judul

2. Usia koleksi

Perpustakaan memiliki koleksi terbaru (lima tahun terakhir) sekurang-


kurangnya 10% dari jumlah koleksi.

3. Jenis koleksi

a) Perpustakaan memiliki jenis koleksi anak, koleksi remaja, dewasa, koleksi


referensi anak, koleksi referensi remaja/ dewasa, koleksi khusus, surat kabar,
majalah, dan koleksi non cetak.
b) Jenis koleksi perpustakaan mengakomodasikan semua kebutuhan masyarakat,
termasuk kebutuhan penyandang cacat.
c) Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan lokal dan koleksi muatan lokal.
d) Koleksi perpustakaan terdiri dari berbagai disiplin ilmu sesuai kebutuhan
masyarakat.
e) Komposisi dan jumlah masing-masing jenis koleksi disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat dan kebijakan pembangunan daerah.

4. Koleksi referensi

Perpustakaan menyediakan bahan perpustakaan referensi. Koleksi bahan


perpustakaan referensi sekurang-kurangnya terdiri dari ensiklopedia, direktori,
handbook/manual, kamus, majalah indeks.

5. Pengembangan koleksi
a) Perpustakaan mempunyai kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis dan
harus ditinjau sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun.
b) Kebijakan pengembangan koleksi mencakup seleksi, pengadaan,
pengolahan, dan penyiangan bahan perpustakaan, serta pelestarian terbitan dan
muatan lokal (deposit lokal).
c) Penambahan koleksi buku sekurang-kurangnya 5% dari jumlah judul per tahun.
d) Kebijakan pengembangan koleksi ditindaklanjuti dengan program tahunan dan
pedoman kerja perpustakaan.
e) Pengembangan koleksi mempertimbangkan kebutuhan pelayanan perpustakaan
keliling.

6. Belanja bahan perpustakaan

Perpustakaan memiliki anggaran belanja perpustakaan sekurang-kurangnya


Rp. 4.000,-per kapita per tahun.

2.1.5.2 Sarana dan Prasarana

1. Gedung

a) Luas gedung sekurang-kurangnya 0,008 m2 per kapita dikalikan


jumlah penduduk.
b) Memenuhi standar kesehatan, keselamatan, kenyamanan, ketenangan,
keindahan, pencahayaan, keamanan, dan sirkulasi udara.
c) Perencanaan gedung memungkinkan
pengembangan fisik.
d) Memenuhi aspek teknologi, ergonomik, konstruksi, lingkungan, efektifitas,
efisiensi dan kecukupan.
e) berbentuk permanen.
f) Memperhatikan kekuatan dan memenuhi persyaratan konstruksi lantai untuk
ruang koleksi perpustakaan (minimal 400 kg/m²).
g) Dilengkapi atau difasilitasi sarana kepentingan umum seperti toilet,
dan area parkir.

2. Lokasi dan/atau Lahan

a) Berada pada lokasi yang mudah dilihat, dikenal, dan di jangkau


masyarakat.
b) Di bawah kepemilikan atau kekuasaan pihak pemerintah
daerah.
c) Memiliki status hukum yang jelas.
d) Jauh dari lokasi rawan bencana.

3. Ruang Perpustakaan

Ruang perpustakaan sekurang-kurangnya terdiri dari ruang koleksi, ruang


baca, ruang kepala, ruang staf, ruang pengolahan, ruang serba guna, area publik
(mushola dan toilet tidak berada didalam ruang koleksi).

4. Sarana layanan dan sarana kerja

Perpustakaan menyediakan sarana perpustakaan sekurang-kurangnya


meliputi: rak buku(30 buah); rak majalah (3 buah); rak audio visual (2 buah); rak
buku referensi (7 buah); meja baca (100 buah); meja kerja (20 buah); laci katalog
(2 buah); kursi baca (100 buah); perangkat komputer (5 unit); alat baca tunanetra
(5 unit) ; AC (1 buah); rak display buku baru (1 buah); rak surat kabar (2 buah);
jaringan internet; lemari penitipan tas (2 buah).

5. Penyediaan komputer internet

a) Setiap 10.000 jumlah penduduk, sekurang-kurangnya disediakan 1 unit


komputer yang terkoneksi dengan internet.
b) Perpustakaan memanfaatkan dan mendayagunakan sarana komputer
untuk mengembangkan e-library (perpustakaan digital) dan kepentingan
pelayanan akses informasi.

2.1.5.3 Layanan perpustakaan

1. Jam buka

Jam buka perpustakaan sekurang-kurangnya 8 jam per hari.

2. Jenis layanan

Perpustakaan menyelenggarakan jenis layanan sekurang-kurangnya meliputi:


layanan sirkulasi, layanan membaca ditempat, layanan referensi, layanan bercerita,
layanan keliling (mobil keliling), dan layanan bimbingan pemustaka.

3. Keanggotaan sebagai persentase penduduk

Jumlah anggota perpustakaan sekurang-kurangnya 10% dari jumlah penduduk.

4. Kunjungan per kapita per tahun

Jumlah kunjungan fisik per kapita per tahun sekurang-kurangnya 0,55


(Jumlah kunjungan pertahun / jumlah penduduk).

5. Pinjaman per eksemplar (turnover stock)

Frekuensi peminjaman koleksi sekurang-kurangnya 0,125 per eksemplar


per tahun (jumlah transaksi pinjaman dibagi dengan jumlah seluruh koleksi
perpustakaan).

6. Sirkulasi (pinjaman) per kapita

Jumlah transaksi sirkulasi (peminjaman) koleksi sekurang-kurangnya 0,25 per


kapita per tahun.

7. Kepuasan pemustaka

Tingkat kepuasan pemustaka sekurang-kurangnya 40% menyatakan/menilai


bahwa layanan perpustakaan adalah sangat memuaskan atau memuaskan. Survei
dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 tahun. Kategori penilaian adalah: sangat memuaskan,
memuaskan, cukup memuaskan, kurang memuaskan, tidak memuaskan.

2.1.5.4 Tenaga perpustakaan

1. Jumlah tenaga

Jumlah seluruh tenaga perpustakaan (staf) sekurang-kurangnya 1 (satu) orang


per 5.000 penduduk di wilayah kewenangan.

2. Jumlah tenaga berkualifikasi

Jumlah tenaga perpustakaan (staf) yang memiliki kualifikasi di bidang


perpustakaan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang per 15.000 penduduk di wilayah
kewenangan.

2.2 Metodologi Penelitian

2.2.1 Metode Pengumpulan Data

Metode yang Penulis gunakan untuk mencari tahu dan menjawab pertanyaan
dari penelitian ini adalahmetode kualitatif, yakni dengan studi pustaka dan observasi.
Penulis melakukan studi pustaka dari buku-buku elektronik dan modul, sedangkan
untuk observasi, Penulis melakukan wawancara dan pengamatan di Suku Dinas
Perpustakaan Daerah Kota Jakarta Selatan. Informasi yang didapatkan kemudian
dikomparasikan dengan teori-teori yang ada untuk menjawab permasalahan dan
pertanyaan dari karya tulis ini. Penulis juga melakukan wawancara dengan sejumlah
pengunjung untuk memperkuat penelitian penulis. Penulis berharap setelah melakukan
studi pustaka dan observasi, pertanyaaan dan permasalahan tentang perpustakaan dapat
terjawab.

2.2.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan pengamatan dan wawancara pada tanggal 15 Februari di


Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan.
2.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Informasi pertama yang penulis tanyakan adalah tentang profil perpustakaan.


Penulis melakukan wawancara dengan staff perpustakaan yang bernama Ibu Siti
Ramlah dan mendapatkan data sebagai berikut :

1. Nama : Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan


2. Alamat : Jl. Gandaria Tengah V no. 3 Keb. Baru, Jakarta Selatan
3. Jenis perpustakaan : Perpustakaan umum
4. Diresmikan tahun : 1985

Kemudian penulis ingin mengetahui informasi koleksi perpustakaan. Penulis


melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Perpustakaan yang bernama Ibu Maksum
Asmasari dan mendapatkan informasi sebagai berikut :

1. Jumlah koleksi perpustakaan:


a. Tahun 2016 : 68.855 Judul, 106.543 Eksemplar
b. Tahun 2017 (penambahan) : 4.730 Judul, 62.080 Eksemplar
Sehingga perpustakaan ini memiliki total koleksi sebanyak 73.585 Judul dan
132.623 Eksemplar
2. Jenis perpustakaan : Perpustakaan hibrida
3. Jenis koleksi
a. Koleksi cetak : buku (10 jenis buku : karya umum, filsafat, agama, ilmu sosial,
bahasa, ilmu murni, ilmu terapan, kesenian, kesusasteraan, geografi & sejarah),
majalah, koran,
b. Koleksi non cetak : IJakarta (digital)
c. Koleksi referensi : Ensiklopedia, kamus, majalah (12/tahun), Koran (11/hari)
4. Pengembangan koleksi melalui : pembelian, sumbangan, hibah buku

Topik selanjutnya yang penulis ingin dapatkan informasinya adalah tentang


sarana dan prasarana perpustakaan. Data yang didapatkan tentang sarana dan prasarana
perpustakaan adalah sebagai berikut :

1. Luas gedung : 7132 m2


2. Ruangan untuk umum : Tempat parkir, toilet (3), gazebo, tempat baca anak,
tempat baca remaja dan dewasa, ruang referensi, IB corner, pojok betawi.
3. Fasilitas umum : 9 meja baca, 53 kursi baca, 2 sofa, 2 mesin katalog, 4 komputer
4. Akses komputer dan internet : untuk anggota dan batas pemakaian 1 jam

Penulis selanjutnya ingin mengetahui tentang layanan perpustakaan. Penulis


hanya mendapatkan data pada tahun 2017. Data yang Penulis dapatkan adalah sebagai
berikut :

1. Jenis layanan : layanan perpustakaan stasioner, layanan perpustakaan keliling,


layanan konsultasi, layanan sirkulasi/peminjaman, layanan referensi.
2. Jumlah anggota : tahun 2017 menerima anggota baru sejumlah 996 orang (615
remaja dan dewasa, 381 anak-anak)
3. Jumlah kunjungan : tahun 2017 mendapat kunjungan sejumlah 26.130
pengunjung (11.893 remaja/dewasa, 14.237 anak-anak)
4. Jumlah peminjam : 3.542 orang
5. Jumlah pinjaman : 7.044 eksemplar
6. Survey kepuasan pemustaka : tidak diselenggarakan

Penulis kemudian mengambil data tentang ketenagakerjaan perpustakaan


melalui wawancara dengan Kepala Sub Bagaian Tata Usaha yang bernama Bapak
Supriyono. Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :

1. Susunan organisasi perpustakaan :


KASUDIN
PERPUSTAKAAN

KASUBAG TU

KASIE KASIE
PERPUSTAKAAN KEARSIPAN

PUSTAKAWAN ARSIPARIS

STAFF
2. Jumlah tenaga : 47 orang
3. Jumlah tenaga berkualifikasi (PNS) : 23 orang
Pada wawancara selanjutnya, penulis menanyakan tentang kegiatan-kegiatan
perpustakaan yang mendukung terselenggaranya fungsi serta tujuan perpustakaan pada
perpustakaan ini. Informasi yang penulis dapatkan adalah sebagai berikut :

1. Layanan perpustakaan stasioner


2. Layanan perpustakaan keliling (di sekitar 50 lokasi, dengan 5 mobil dan 2
motor)
3. Hari Anak Jakarta Membaca
Ajang tahunan perpustakaan berupa lomba-lomba untuk kalangan pelajar.
4. Mendongeng/Story Telling
Perpustakaan bekerja sama dengan lembaga PAUD, RPTRA atau lembaga
lainnya dalam menjalankan kegiatan ini. Perpustakaan mendatangkan
pendongeng professional sebagai narasumber dan ditargentkan kepesertaan
minimal 75 anak setiap pertemuan.
5. Parenting
Perpustakaan menggelar seminar parenting untuk orang tua dan mengundang
pembicara professional sebagai narasumbernya. Dijadwalkan dalam sebulan
berkolaborasi dengan kegiatan mendongeng
6. Pembinaan perpustakaan
Perpustakaan mengadakan pembinaan kepada RPTRA, sekolah-sekolah, atau
lembaga lainnya yang hendak mendirikan perpustakaan dalam hal
penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan sehingga perpustakaan di
Jakarta Selatang semakin berkembang. Pembinaan yang diadakan tidak sebatas
seminar atau pemaparan teori melainkan juga pelatihan dan penerapan ilmu
perpustakaan dan kepustakawanan.
7. Layanan konsultasi
Perpustakaan membuka layanan konsultasi kepada perorangan mengenai
informasi seputar perpustakaan. Selain itu, melalui layanan konsultasi juga
lembaga-lembaga yang hendak mendirikan perpustakaan dapat dibantu secara
pemaparan teori dari Sudin Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan.
8. Abang dan None Buku
Abang dan None Buku Jakarta Selatan adalah duta buku Jakarta Selatan yang
memiliki tugas memperkenalkan budaya baca kepada masyarakat, salah
satunya mereka bersama perpustakaan menggelar promosi pada Hari Bebas
Kendaraan Bermotor (HBKB). Perpustakaan tiap tahunnya menyelenggarakan
pendaftaran Abang dan None Buku untuk siswa berusia 16-21 tahun. Pendaftar
kemudian diseleksi dari aspek kemampuan public speaking, budaya betawi,
literasi, dan ilmu perpustakaan. Kemudian didapatkan 10 pasangan finalis (10
putra & 10 putri) untuk dikarantina dan mendapatkan pelatihan dari
perpustakaan. Setelah dikarantina, finalis ini melaksanakan seleksi akhir berupa
penampilan panggung di sebuah pameran buku. Satu pasang terbaik kemudian
dinobatkan sebagai Abang dan None Buku Jakarta Selatan dan menyandang
tugas sebagai duta buku Jakarta Selatan. Abang dan None Buku ini kemudian
melanjutkan seleksinya di tingkat provinsi.

Penulis melanjutkan observasi dengan mewawancara beberapa pengunjung


untuk memperkuat penelitian penulis. Pengunjung pertama yang penulis wawancara
adalah seorang akuntan bernama Fajar, umur 29 tahun. Pak Fajar menemukan SUDIN
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan melalui google dan ia baru pertama
kali mengunjungi perpustakaan ini. Pak Fajar berpendapat bahwa koleksi, sarana, dan
layanan perpustakaan ini cukup bagus, ia menilainya 8 dari 10. Namun Pak Fajar
memiliki keluhan yakni tidak terdapatnya ruang baca personal seingga Pak Fajar tidak
mendapatkan privasi ketika membaca. Pak Fajar juga mengeluh akan kurangnya
fasilitas stopkontak di perpustakaan ini, ia mengalami kesulitan dalam mencari
stopkontak.
Pengunjung kedua yang penulis wawancara adalah Bu Endah yang merupakan
seorang ibu rumah tangga berumur 35 tahun. Bu Endah secara tidak sengaja
menemukan perpustakaan ini. Bu Endah tergolong sering mengunjungi perpustakaan
ini, yakni sekitar 1 minggu sekali. Soal koleksi, layanan dan sarana perpustakaan, Bu
Endah menilai bagus, ia merasa sangat terbantu dengan adanya mesin katalog. Namun
Bu Endah menyampaikan saran agar koleksi referensinya ditambah.

Penulis kemudian mewawancara seorang siswi kelas 9 SMPN 19 yang bernama


Asyifa Maulidya. Beliau mengetahui keberadaan Sudin Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Jakarta Selatan dari seorang teman ketika beliau menduduki bangku kelas 7 dan
lumayan sering mengunjungi perpustakaan ini, yakni 1 bulan sekali. Asyifa menilai
koleksi, sarana dan layanan perpustakaan ini bagus, serta tidak mempunyai saran untuk
perpustakaan.

Selanjutnya penulis melakukan komparasi dari data yang diperoleh dengan


teori-teori yang dibahas di subbab sebelumnya. Hasil dari komparasi dapat disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut :

ASPEK TEORI-TEORI SUDIN PERPUSTAKAAN DAN


PENILAIAN ADMINISTRASI KOTA
JAKARTA SELATAN
Jenis Berdasar basis koleksi Perpustakaan hibridia
Perpustakaan
Berdasar instansi Perpustakaan umum daerah
Upaya Fungsi saji karya Terlaksana
melaksanakan
Fungsi informasi Terlaksana
fungsi
Fungsi pendidikan Terlaksana
Fungsi penelitian Terlaksana
Fungsi kultural Terlaksana
Fungsi rekreasi Terlaksana
Jumlah Minimal 47.500 Judul* 73.585 judul
koleksi
Usia koleksi Minimal 7.360 judul Penambahan 4.730 Judul pada
5 tahun tahun 2017
terakhir
Jenis koleksi Koleksi anak, remaja, Koleksi anak, remaja, dewasa,
dewasa, referensi anak, referensi remaja/dewasa, surat
referensi remaja/dewasa, kabar, majalah, dan koleksi non
surat kabar, majalah, koleksi cetak
khusus, dan koleksi non
cetak
Koleksi Ensiklopedia, direktori, Ensiklopedia, kamus, majalah,
referensi manual, kamus, majalah Koran
indeks
Luas gedung Minimal 15.200 m2* 7.132 m2
Ruangan Ruang koleksi, ruang baca, Tempat parkir, toilet (3), gazebo,
ruang kepala, ruang staf, tempat baca anak, tempat baca
ruang pengolahan, ruang remaja dan dewasa, aula, ruang
serba guna, area publik referensi, IB corner, pojok betawi,
kantor
Sarana Rak buku(30 buah); rak Rak buku (26), rak majalah, rak
layanan majalah (3 buah); rak buku referensi, meja baca (9), kursi
audio visual (2 buah); rak baca (53), sofa (2), mesin katalog
buku referensi (7 buah); (3), komputer (4), pendingin
meja baca (100 buah); meja ruangan, jaringan internet, lemari
kerja (20 buah); laci penitipan tas (5),
katalog (2 buah); kursi
baca (100 buah); perangkat
komputer (5 unit); alat baca
tunanetra (5 unit) ; AC; rak
display buku baru (1 buah);
rak surat kabar (2 buah);
jaringan internet; lemari
penitipan tas (2 buah)
Lokasi Berada di lokasi yang Terjangkau masyarakat, strategis,
mudah dilihat, dikenal, dan nyaman
di jangkau masyarakat.
Jam buka Minimal 8 jam sehari Senin-Ahad 09:00 s/d 18.00
Jumlah Minimal 190.000* anggota Menerima anggota baru 2017
anggota sebanyak 996 orang
Kunjungan Minimal 1.045.000* Kunjungan tahun 2017 sebanyak
per tahun pengunjung 26.130 pengunjung
Pinjaman per Minimal 9198 eksemplar Pinjaman tahun 2017 sebangan
eksemplar 7.044 eksemplar
Kepuasan Minimal 40% menilai Pihak perpustakaan tidak
pemustaka memuaskan, dilaksanakan menyelenggarakan
minimal 1 tahun sekali
Jumlah Minimal 380 pegawai* 47 pegawai
tenaga
Jumlah Minimal 126 pegawai* 23 pegawai
tenaga
berkualifikasi
*Jumlah minimal berpatokan pada sensus penduduk 2010 dan dengan angka yang
dibulatkan
Sudin Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan terbukti berjenis
perpustakaan hibridia dengan adanya koleksi tercetak (buku, majalah, koran, dll.) dan
koleksi digital (IJakarta). Namun perpustakaan ini belum menyediakan koleksi
audiovisual. Selain itu, Sudin Perpstakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan juga
terbukti sebagai perpustakaan umum kota.

Sudin Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan dapat menjalankan ke-
6 fungsi perpustakaan melalui layanan dan kegiatan yang diselenggarakannya. Fungsi
simpan dan saji karya dilaksanakan melalui layanan perpustakaan stasioner dan
keliling. Fungsi informasi dilaksanakan melalui layanan perpustakaan stasioner,
keliling serta layanan konsultasi. Fungsi pendidikan dilaksanakan melalui layanan
perpustakaan stasioner, keliling, serta kegiatan mendongeng dan seminar parenting.
Fungsi penelitian dilaksanakan melalui layanan perpustakaan stasioner, dan referensi.
Fungsi kultural dilaksanakan melalui layanan perpustakaan stasioner, kegiatan
mendongeng, serta kegiatan Hari Anak Jakarta Membaca. Fungsi rekreasi dilaksanakan
dengan penyelenggaraan layanan perpustakaan stasioner. Terselenggaranya kegiatan-
kegiatan perpustakaan yang menunjang fungsinya merupakan bukti dari upaya
perpustakaan dalam menjalankan fungsinya.

Jumlah koleksi Sudin Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan sudah
memenuhi kuota. Varian jenisnya pun mendekati standar dengan hanya memiliki
kekurangan pada koleksi referensi anak. Pendapat pengunjung juga memperkuat fakta
bahwa perpustakaan ini memiliki koleksi yang memadai. Kendati demikian,
perpustakaan ini hanya memiliki data penambahan koleksi di tahun 2017, sedangkan
menurut standar seharusnya perpustakaan memiliki koleksi terbaru (5 tahun terakhir)
minimal 10% dari jumlah koleksi.

Luas gedung Sudin Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan belum
memenuhi luas gedung jika menurut Standar Nasional Perpustakaan. Namun, standar
yang dicantumkan SNP sulit menjadi patokan sebab terpacu pada jumlah penduduk
yang berubah setiap saat, sedangkan perpustakaan memiliki gedung yang permanen.
Terlepas dari itu, Sudin Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan terletak di
lokasi yang strategis, yakni di daerah yang banyak terdapat lembaga pendidikan
sehingga pemustaka dari kalangan pelajar dan mahasiswa bisa dengan mudah
berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan jasanya untuk penelitian atau
pembelajaran, ditambah adanya taman di depan perpustakaan menjadikannya semakin
asri dan nyaman. Namun, belum banyak yang mengetahui keberadaan perpustakaan ini
sebab lokasinya berada di daerah perumahan, juga di persimpangan jalan menuju
perpustakaan tidak ramai akan spanduk yang menunjukkan lokasinya, maka wajar jika
belum banyak yang mengetahui keberadaan perpustakaan ini. Sudin Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Jakarta Selatan juga memiliki ruangan yang memadai, pengunjung
juga memberikan nilai bagus akan sarana dan prasarananya. Namun jumlah kursi, meja
baca dan komputer perpustakaan ini belum memenuhi SNP, juga tidak ditemukan
adanya koleksi ataupun rak audiovisual, rak display koleksi baru, dan alat baca
tunanetra.

Selanjutnya layanan Sudin Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan


dinilai dari aspek jam buka, jumlah kunjungan, anggota, pinjaman, dan kepuasan
pemustaka. Merujuk pada SNP perpustakaan ini masih perlu membenahi pelayanan
mereka kembali, sebab baik dari jumlah kunjungan, pinjaman, dan anggota belum
memenuhi jumlah minimal. Bahkan perpustakaan tidak menyelenggarakan survey
kepuasan pemustaka. Walaupun begitu, pengunjung memberikan penilaian bagus
untuk layanan perpustakaan ini dengan alasan petugasnya yang baik dan ramah dalam
melayani pengunjung.

Ketenagakerjaan Sudin Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan


dinilai dari aspek jumlah pegawai total dan pegawai berkualifikasi (PNS). Senada
dengan luas bangunan, sulit menentukan standar untuk ketenagakerjaan sebab
berpatokan pada jumlah penduduk yang jumlahnya berubah setiap saat, sedangkan
ketenagakerjaan merupakan hal yang jumlahnya tidak dapat ditambah atau dikurangi
dengan mudah. Terlebih lagi mengingat penduduk Jakarta Selatan yang padat menuntut
perpustakaan memiliki lebih banyak tenaga kerja, padahal belum tentu perpustakaan
dapat mempekerjakan pegawai yang banyak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seluruh data dan pembahasan yang telah Penulis jabarkan pada bab sebelumnya
menunjukkan fungsi perpustakaan, klasifikasinya serta standar penyelenggaraan sesuai
kelasnya atau jenisnya. Dari teori-teori yang dipaparkan pada bab sebelumnya, serta
dari data dan informasi yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara, Penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa perpustakaan memiliki fungsi yang kompleks,
bukan sekadar menjadi tempat penyimpanan buku. Perpustakaan juga berkembang
menjadi berbagai jenis dan tiap-tiap jenisnya memiliki standar tersendiri untuk
menjaga kualitas perpustakaan di era dewasa ini.

Meninjau kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Sudin Perpustakaan dan


Kearsipan Kota Jakarta Selatan, perpustakaan ini dinilai melaksanakan fungsi-fungsi
perpustakaan dengan baik. Selain itu Sudin Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta
Selatan memenuhi SNP pada berbagai aspek, tanggapan dari pengunjung juga bagus.
Secara keseluruhan Sudin Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan dapat
dinilai bagus tetapi harus ditingkatkan lagi terutama sosialisasi perpustakaan dan
budaya membaca karena hal tersebut memiliki pengaruh besar dalam peningkatan
kunjungan, keanggotaan, dan pinjaman. Selain itu, Sudin Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Jakarta Selatan juga belum menyelenggarakan survey kepuasan pemustaka.

3.2 Saran

Setelah melakukan penelitian ini, Penulis ingin menyampaikan saran baik


kepada pembaca maupun pihak perpustakaan. Adapun saran kepada pihak
perpustakaan sebagai berikut :

 Agar menggiatkan sosialisasi perpustakaan dan budaya membaca. Kendatipun


perpustakaan dinilai bagus, namun jika masyarakat tidak mengetahui tentang
keberadaannya tentulah pelaksanaan fungsinya menjadi tidak maksimal.
 Sebaiknya menyelenggarakan penghargaan kepada pemustaka yang rajin
berkunjung. Sehingga masyarakat akan lebih bersemangat untuk berkunjung
dan membaca.
 Sebaiknya menyelenggarakan survey kepuasan pemustaka, sebab hal tersebut
sangat membantu perpustakaan dalam pengembangannya.
 Agar membuat rak display koleksi baru sehingga pemustaka mengetahui
adanya koleksi baru.
 Agar mengadakan meja baca personal sehingga pemustaka dapat mendapatkan
privasi ketika membaca.
 Agar melakukan pendataan usia koleksi.

Selain kepada pihak perpustakaan, penulis juga menyampaikan saran kepada


pembaca supaya lebih sering berkunjung ke perpustakaan juga janggan enggan
memberi saran ke pihak perpustakaan sebab hal tersebut dapat membantu perpustakaan
untuk berkembang menjadi lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Wiji, Suwarno 2010. Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan. Jogjakarta :
ArRuzz Media

Sulistyo, Basuki 2014. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Tanggerang Selatan :


Universitas Terbuka
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/2016/08/08/pust2132-perpustakaan-dan-
kepustakawanan/#tab-id-4

Purwono 2014. Perpustakaan dan Kepustakawanan. Tanggerang Selatan :


Universitas Terbuka
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/2016/08/08/pust2227-pengantar-ilmu-
perpustakaan/#tab-id-3

Sumekar, Sri, dkk. 2011. Standar Nasional Perpustakaan (SNP). Jakarta :


Perpustakaan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007

KBBI https://kbbi.web.id/pustaka
LAMPIRAN

TEKS WAWANCARA PEGAWAI PERPUSTAKAAN UMUM KOTA JAKARTA


SELATAN
Hari/Tanggal : 15 Februari 2018
Narasumber
Nama : Sari
Jabatan : KASIE PERPUSTAKAAN
Lokasi : Kantor
PERTANYAAN
Profil perpustakaan
1. Nama perpustakaan ini : Sudin Perpustakan dan Kearsipan Kota Jakarta Selatan
2. Alamat perpustakaan ini : Jl. Gandaria Tengah V no. 3 Keb. Baru, Jakarta
Selatan
3. Kapan diresmikan : 1985
4. Jenis perpustakaan : Umum
Koleksi perpustakaan
1. Jumlah total koleksi : 73.585 Judul, 132. 623 Eksemplar
2. Usia koleksi 5 tahun terakhir dan jumlahnya :
2016 : 68.855 Judul, 106.543 Eksemplar
2017 : (penambahan) 4.730 Judul, 62.080 Eksemplar
3. Perpustakaan ini memiliki koleksi tercetak, non cetak : ada
4. Berapa koleksi tercetak dan jenisnya apa saja : Jenisnya buku, majalah (11
eksemplar/hari), Koran (12 eksemplar/tahun),
5. Berapa koleksi non cetak dan jenisnya apa saja : Jenisnya digital, IJakarta
6. Koleksi referensi terdiri dari apa saja : kamus, ensiklopedia, Koran, majalah
7. Bagaimana pengembangan koleksinya : Pembelian & donasi/hibah buku
Sarana/Prasarana
1. Berapa luas gedungnya ?
2. Sudah berapa kali renovasi, kapan saja ?
3. Fasilitas yang bisa dipakai umum apa saja?
4. Ruang-ruang di perpustakaan ini ada apa saja ?
5. Data inventaris perpustakaan
6. Akses komputer dan internet
Layanan
1. Jenis layanan ada apa saja :
2. Jumlah anggota :
3. Kunjungan pertahun :
4. Frekuensi peminjaman :
5. Survey kepuasan pemustaka : tidak diselenggarakan
Tenaga perpustakaan
4. Susunan organisasi perpustakaan :
5. Jumlah tenaga :
6. Jumlah tenaga berkualifikasi (PNS) :
Program kerja
1. Apa saja kegiatan tahunan perpustakaan :
TEKS WAWANCARA PEGAWAI PERPUSTAKAAN UMUM KOTA
JAKARTA SELATAN
Hari/Tanggal : 15 Februari 2018
Narasumber
Nama : Supriyono
Jabatan : KASUBAG TU
Lokasi : TU
PERTANYAAN
Profil perpustakaan
5. Nama perpustakaan ini :
6. Alamat perpustakaan ini :
7. Kapan diresmikan dan oleh siapa :
8. Jenis perpustakaan :
Koleksi perpustakaan
8. Jumlah total koleksi :
9. Usia koleksi dan jumlahnya :
10. Perpustakaan ini memiliki koleksi tercetak, non cetak :
11. Berapa koleksi tercetak dan jenisnya apa saja :
12. Berapa koleksi non cetak dan jenisnya apa saja :
13. Berapa jumlah koleksi bahasa Indonesia dan bahasa inggris :
14. Koleksi referensi terdiri dari apa saja :
15. Bagaimana pengembangan koleksinya :
16. Anggaran belanja perpustakaan :
Sarana/Prasarana
7. Berapa luas gedungnya ?
8. Sudah berapa kali renovasi, kapan saja ?
9. Fasilitas yang bisa dipakai umum apa saja?
10. Ruang-ruang di perpustakaan ini ada apa saja ?
11. Data inventaris perpustakaan
12. Akses komputer dan internet
Layanan
6. Jenis layanan ada apa saja :
7. Jumlah anggota :
8. Kunjungan pertahun :
9. Frekuensi peminjaman :
10. Survey kepuasan pemustaka : tidak ada
Tenaga perpustakaan
7. Susunan organisasi perpustakaan :
KASUDIN
PERPUSTAKAAN

KASUBAG TU

KASIE
KASIE KEARSIPAN
PERPUSTAKAAN

PUSTAKAWAN ARSIPARIS

STAFF

8. Jumlah tenaga : 47
9. Jumlah tenaga berkualifikasi (PNS) : 23
Program kerja
2. Apa saja kegiatan tahunan perpustakaan :
 Layanan perpustakaan stasioner
 Layanan perpustakaan keliling (50an lokasi, 5 mobil, 2 motor)
 Hari Anak Jakarta Membaca (event lomba untuk pelajar)
 Mendongeng/Story Telling (mendatangkan pendongeng professional,
kerjasama dengan PAUD. Target 75 anak per pertemuan)
 Parenting (Seminar untuk orang tua, Jadwal sebulan kolaborasi dengan
mendongeng)
 Pembinaan perpustakaan (Pembinaan RPTRA, lembaga-lembaga yang
hendak menyelenggarakan perpustakaan soal kepustakawanan dan ilmu
perpustakaan)
 Layanan konsultasi (membantu lembaga-lembaga yang hendak
menyelenggarakan perpustakaan melalui konsultasi)
 Abang dan None Buku (event untuk siswa berumur 16-21 tahun untuk
menjadi duta buku Jakarta Selatan)
TEKS WAWACARA PENGUNJUNG
Hari/Tanggal : 15 Februari 2018
Narasumber
Nama : Fajar
Pekerjaan :Akuntan
Umur : 29 tahun
Lokasi : Ruang baca remaja/dewasa
PERTANYAAN
Tentang perpustakaan
1. Tahu tentang perpustakaan kota Jakarta selatan dari mana : google
2. Berapa kali kesana : 1 kali
Pendapatnya
1. Pendapat soal koleksi : Lumayan lengkap
2. Pendapat soal sarana/prasarana : dinilai 8/10, cukup bagus
3. Pendapat soal layanan : dinilai 8/10, cukup bagus
4. Saran : tambahkan ruang baca personal, dan stopkontak
Narasumber
Nama : Endah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Umur : 35 tahun
Lokasi : Ruang baca remaja/dewasa
PERTANYAAN
Tentang perpustakaan
1. Tahu tentang perpustakaan kota Jakarta selatan dari mana : kebetulan
2. Berapa kali kesana : 1 minggu sekali
Pendapatnya
1. Pendapat soal koleksi : bagus, terbantu dengan adanya mesin katalog
2. Pendapat soal sarana/prasarana : bagus
3. Pendapat soal layanan : ramah
4. Saran : tambahkan koleksi majalah
Narasumber
Nama : Asyifa Maulidiya
Pekerjaan : Pelajar
Umur : 14 tahun
Lokasi :
PERTANYAAN
Tentang perpustakaan
1. Tahu tentang perpustakaan kota Jakarta selatan dari mana : teman
2. Berapa kali kesana : 1 bulan sekali
Pendapatnya
1. Pendapat soal koleksi : bagus
2. Pendapat soal sarana/prasarana : bagus
3. Pendapat soal layanan : bagus
4. Saran : tidak ada
FOTO-FOTO

Rak koleksi referensi

IB Corner

Rak koleksi dewasa/remaja

Ruang baca dewasa/remaja


Meja komputer

Ruang baca anak-anak

Ruang baca anak-anak


Ruang baca anak-anak

Lobi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis bernama Faaris Ahmad Nashif
atau akrab dipanggil Faaris adalah anak kelahiran
Jakarta, 29 Juni 2003. Faaris merupakan anak dari
pasangan Ahmad Ulya dan Ratu Jelita Kurnia
Pratiwi. Penulis adalah anak sulung dari 2
bersaudara, kedua adik Faaris saat ini tengah
mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Islam
Terpadu A BA TA. Absyar Ahmad Fattah adalah
adik penulis yang berumur 10 menduduki kelas 5
SD. Adik Penulis yang lainnya adalah Hisyam
Ahmad Nashir yang berumur 9 tahun dan menduduki kelas 4 SD.

Penulis memulai pendidikannya dengan bersekolah di Taman Kanak-Kanak


Ikal II, selama bersekolah disana Penulis pernah sekali menjuarai lomba Hari Kartini
yang diselenggarakan TK Ikal II. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Dasar Islam Terpadu A BA TA yang merupakan sekolah yang sama dengan
adik Penulis saat ini. Semasa mengenyam pendidikan di SD, penulis sering kali
menorehkan prestasi di bidang bela diri Taekwondo dan di bidang kepramukaan. Selain
itu, Penulis tak pernah absen dalam menduduki peringkat 3 besar di sekolahnya,
bahkan ketika Ujian Nasional Penulis menempati peringkat 2 angkatan dengan
perolahan Nilai Ebtanas Murni (NEM) 280.5.

Saat ini penulis memiliki pekerjaan sebagai pelajar di SMP Labschool


Kebayoran yang beralamat di J.l. K. H. Ahmad Dahlan no. 14, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan sejak tahun 2015. Di sekolah inilah penulis mulai menampakkan
kegemarannya dalam berorganisasi. Saat beliau kelas 8, beliau dipercaya untuk
menjadi Koordinator Seksi Rohani Islam OSIS, Seksi Acara ACEX, Seksi Acara Sky
On Stage, Ketua Panitia AKSI, Pemimpin Regu Utama Pramuka. Bahkan ketika
menduduki bangku kelas 9 Penulis untuk terakhir kalinya dipercaya menjadi ketua
kelas.

Menjadi siswa di SMANU MHT merupakan rencana Penulis selanjutnya.


Kemudian beliau juga berencana untuk menjadi mahasiswa teknik di Institut Teknologi
Bandung sebelum akhirnya menjadi insan yang bermanfaat bagi agama dan negara.

Anda mungkin juga menyukai