Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT

MORAL KNOWLEDGE
(PENGETAHUAN TENTANG MORAL)




















Oleh:
Kelompok 12

I Komang Abdi P. Pande (1491661015)
Dwi Haryadi Nugraha (1491661022)







PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014


1

PENGETAHUAN TENTANG MORAL

Ketika kita melihat apa yang orang lakukan, kita selalu menilai tindakan tersebut.
Terkadang kita melihat tindakan mereka baik, terpuji, atau bahkan buruk, contohnya seorang
pembunuh yang dinilai sebagai seorang penjahat. Tidak dapat disangkal bahwa kita melihat
dan menilai tindakan orang lain berdasarkan atas nilai-nilai etika dan moral.

1. PENDEKATAN EMPIRIS MENGENAI MORALITAS
1.1 Utilitarianisme
John Stuart Mill seorang utitarian berargumen bahwa etika selalu ditilik dari
pertimbangan implisit atas kesenangan atau rasa sakit yang dialami oleh seseorang
dari suatu tindakan tertentu. Suatu tindakan dikategorikan benar ketika ia cenderung
menimbulkan kebahagiaan, dan dikatakan salah ketika tidak menimbulkan
kebahagiaan atau justru menimbulkan kesakitan. Meskipun demikian kita tidak boleh
hanya berpatokan pada rasa senang dan sakit saja, contohnya melahirkan seorang anak
didasarkan atas rasa sakit namun sebenarnya itu merupakan hadiah yang mampu
membuat seseorang bahagia. Lebih dekat lagi misalnya saya memberikan sumbangan
dana kepada seseorang, mungkin nantinya gaya hidup saya akan tidak menyenangkan
karena tidak mampu membeli sampanye tetapi paling tidak saya mampu memberikan
kesenangan dan kebahagiaan kepada orang lain. Jadi tindakan yang baik merupakan
tindakan yang mengarah ke peningkatan kesenangan secara keseluruhan yang dialami
oleh komunitas tertentu dan tindakan yang salah jika mengarah kepada pengurangan
kesenangan atau peningkatan rasa sakit komunitas tertentu.
Utilitarianisme merupakah pendekatan empiris yang memerlukan perhitungan
untuk menentukan nilai moral atas suatu tindakan seseorang yang didasarkan pada
bukti-bukti empiris. Problematika muncul ketika timbul pertanyaan, mampukah kita
mengukur dan membandingkan kebahagiaan dan kesakitan yang timbul dari suatu
tindakan?. Salah seorang utilitarian Jeremy Bentham menyarankan bahwa kita bisa
melakukannya dengan mengaplikasikan kalkulus kebahagiaan. Nilai numerik
diaplikasikan untuk mengukur kesenangan dan penderitaan kita sesuai dengan faktor-
faktor yang menunjukkan seberapa sering mereka hadir dan seberapa lama mereka
berakhir. Kebaikan merupakan suatu kekayaan yang ada di dunia, Kebaikan dapat
memberikan kebahagiaan dan kesenangan. Keyakinan kita tentang kekayaan tersebut
dianggap benar jika melihat kekayaan lainnya yang ada di dunia dengan cara sama.
2

Sebagai contoh saya mempunyai alasan induktif untuk percaya bahwa memukul anak-
anak tanpa alasan adalah hal yang buruk untuk dilakukan karena saya telah melihat
bahwa tindakan tersebut di masa lalu dapat memberikan rasa sakit yang mampu
mengurangi kebahagiaan. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai moral ini
merupakan suatu jenis posteriori dalam pengetahuan empiris.

1.2 Permasalahan dalam Utilitarianisme
Salah satu cara untuk menyerang utilitarianisme adalah dengan memikirkan
skenario dimana putusan yang diberikan oleh pemikiran utilitarian berbeda dari intuisi
etika kita. Intuisi tersebut terdiri dari pendapat etika akal sehat kita. Kita mungkin
dapat memikirkan kasus dimana tindakan yang jelas jahat dihitung sebagai tindakan
yang baik dari segi utilitarian, atau sebaliknya. Ini akan menunjukkan bahwa
pemikiran etis kita tidak utilitarian. Contohnya adalah sebagai berikut: Dostoyevsky
bertanya kepada Aloysha, jika anda diberikan kesempatan untuk menciptakan takdir
seorang manusia dengan objek membuat seorang lelaki bahagia pada akhir hidupnya
dengan memberikan ketenangan dan pengistirahatan, tetapi tidak terelakkan pada
akhirnya kita akan melihat lelaki tersebut mati. Setelah melihat kondisi itu apakah
anda tetap setuju membuat desain takdir seperti itu? Tidak saya tidak setuju jawab
Aloysha.
Salah satu jenis utilitarianisme mengklaim bahwa aturan-aturan moral tertentu
harus ditegakkan, aturan seperti pembunuhan atau penyiksaan selalu salah. Dalam
keadaan tertentu keadaan tersebut mungkin akan meningkatkan kebahagiaan karena
dapat mengurangi rasa sakit dan penyiksaan. Pendekatan ini disebut aturan
utilitarianisme sebagai lawan dari tindakan utilitarianisme karena berlaku prinsip-
prinsip utilitarian untuk penilaian apakah aturan-aturan tertentu terdengar etis daripada
konsekuensi tindakan tertentu. Salah satu analoginya adalah dalam suatu permainan
olahraga. Kita menganggap permainan ini akan berlangsung dengan menyenangkan,
melalui pemikiran ini kita kemungkinan akan bermain dengan cepat dan longgar
dalam hal mentaati aturan permainan. Contohnya, jika sewa diabaikan di Monopoli,
atau uang ekstra yang diberikan untuk melewati 'Go', maka pemain bisa terus bermain
lebih lama tanpa menjadi bangkrut sehingga akan lebih menyenangkan. Jadi dalam hal
ini dapat diibaratkan bahwa peraturan dapat dilanggar apabila mampu memberikan
suatu kebahagiaan yang lebih. Ia berpendapat bahwa intuisi etis seperti ini telah
berjalan dengan salah dan penyiksaan seperti yang disebutkan mungkin hanya sebuah
3

kasus. Miles Davis seorang musisi jazz ditanya mengapa ia tidak bermain balada lagi.
Ia menjawab karena ia sangat suka bermain balada. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kebahagiaan tidak selalu kita inginkan, dan kebahagiaan bukanlah satu-satunya tujuan
etis seseorang.

2. PENDEKATAN APRIORI MENGENAI MORALITAS
2.1 Kant dan Imperatif Kategoris
Kant berpendapat bahwa terdapat aturan mutlak moral yang melarang suatu
tindakan apapun konsekuensinya. Sebagai contoh seseorang bertanya pertanyaan
yang sangat pribadi yang tidak bisa anda jawab. Anda bisa saja menjawabnya dengan
melakukan kebohongan. Ketika anda memilih untuk berbohong, anda berpikir bahwa
anda menerima aturan bahwa berbohong itu dibenarkan. Kant berpikir bahwa tidak
ada seorang pun yang ingin aturan ini diadopsi oleh orang lain. Jika ada seseorang
yang melakukannya maka secara umum orang-orang yang berbicara jujur akan
dibuang dan komunikasi akan ada dalam posisi yang berbahaya. Ketika anda
berbohong, ada ingin orang lain menganggap anda berbicara yang jujur. Ketika anda
ada dalam suatu komunitas, dimana berbohong itu dapat diterima maka orang-orang
tidak akan berpikiran bahwa anda berbicara yang jujur. Jika berpendapat bahwa tidak
baik untuk berbohong maka kita akan hidup sesuai dengan aturan.
Prinsip ini disebut dengan imperatif kategoris. Prinsip ini menggambarkan
apa yang harus kita lakukan apabila kita ingin mencapai suatu tujuan. Contohnya
apabila saya ingin lulus ujian, maka saya harus belajar dengan giat. Salah satu
kategori prinsip ini adalah jangan berbohong. Dengan tidak berbohong maka orang
lain akan percaya kepada kita dan menjauhkan kita dari hukuman.
Kant juga berpendapat bahwa bagaimana cara kita menghormati seorang
individu. Kita tidak boleh menggunakan orang lain atau kebohongan untuk mencapai
tujuan yang kita inginkan. Contohnya anda berbohong mengenai usia anda yang
sebenarnya untuk dapat masuk ke club malam. Petugas disana bisa saja membiarkan
anda masuk karena ia menganggap anda tidak akan membuat ribut di tempat
tersebut, atau bisa saja dia tidak mengijinkan anda masuk karena melihat anda terlalu
muda. Segala keputusan ini ada di tangan petugas tersebut.
Dalam bagian 1.2 kita melihat bahwa aturan utilitarian juga menerima bahwa
ada prinsip-prinsip moral yang mutlak; baginya, meskipun, bukti empiris dibutuhkan
dalam rangka untuk menunjukkan bahwa ada korelasi antara berbohong, perkataan,
4

dan jumlah ketidakbahagiaan dalam suatu komunitas. Bagi Kant, bagaimanapun,
prinsip-prinsip etika tersebut dapat diterapkan menggunakan apriori.
Perbedaan antara etika Kantian dan utilitarianisme digambarkan lewat film
Saving Private Ryan (1998). Dalam perang Dunia Kedua, Ryan terjebak di belakang
garis musuh. Karena ia adalah anak terakhir yang masih hidup dari ibu yang telah
kehilangan tiga putranya dalam perang, keputusan dibuat untuk mengirim satu unit
prajurit untuk pergi dan membawa dia kembali. Beberapa orang-orang ini khawatir
tentang misi itu dan mengungkapkan pikiran utilitarian: apa artinya, strategi, dalam
mempertaruhkan nyawa delapan orang untuk menyelamatkan satu orang?
Utilitarianisme hanya peduli dengan konsekuensi dari tindakan kita dan dengan
demikian disebut sebagai teori 'consequenctialist'. Film ini, bagaimanapun, dapat
dilihat sebagai rekomendasi pendekatan Kantian. Hal yang sangat penting bagi Kant
adalah motivasi di balik tindakan kita; konsekuensi dari suatu tindakan mungkin
tidak harus diperhitungkan ketika mempertimbangkan nilai moralnya. Misi ini adalah
benar - apapun resikonya - karena termotivasi oleh kesetiaan, persahabatan dan kasih
sayang (motif bahwa setiap orang harus hidup dengan hal tersebut).

2.2 Permasalahan dalam Teori Moral Kants
Terkadang berbohong tidaklah selalu buruk. Sebagai contohnya misalnya
anda bertemu dengan seorang pria gila memegang kapak di pinggir jalan, dengan
darah menetes di kapaknya, dia bertanya kepada anda dimana teman anda karena dia
bermaksud pergi untuk membunuhnya. Apa yang harus anda lakukan? Kant
mengklaim bahwa anda tidak boleh berbohong; karena itu anda harus mematuhi
permintaan pria berkapak. Pertama, ini jelas bertentangan dengan intuisi etis kita:
tentunya hal yang benar untuk dilakukan disini adalah berbohong. Kedua, bahkan
jika Anda menerima larangan Kant untuk berbohong, Anda akan tetap melanggar
imperatif kategoris lain, makhluk itu: tidak akan memiliki niat untuk membahayakan
nyawa orang lain. Anda juga dapat melindungi teman anda dengan berbohong, atau
tidak berbohong tetapi membahayakan hidupnya. Apa pun yang anda lakukan, Anda
harus melanggar satu aturan moral; Jadi terdapat kondisi dan situasi tertentu saat
berbohong tersebut dapat diterima atau dimaklumi.



5

3. TESTIMONI MORAL
Dalam suatu permasalahan yang bersifat empiris, akuisisi terhadap kepercayaan
moral terkadang melibatkan suatu testimoni. Hal ini disebut sebagai klaim etika.
Contohnya, Ken dapat memberitahu saya bahwa suami Rita adalah pria yang buruk. Suatu
contoh lain juga menyangkut prinsip etika umum: konsulat Gereja berpendapat bahwa
tindakan cloning pada embrio manusia adalah tindakan yang salah. Kita tidak bisa serta
merta begitu saja menerima pernyataan mereka. Kita setidaknya percaya bahwa Ken
adalah seorang yang pandai dalam menilai karakter orang. Bahwasanya kepercayaan moral
yang diberikan oleh seseorang kepada kita tidak bisa ditolak, kuncinya adalah bagaimana
kepercayaan moral itu harus kita justifikasi terlebih dahulu.
Bernard Williams (1972) berpendapat bahwa hal itu adalah intuisi yang berlebihan
yang tidak mampu dijustifikasi dalam menerima pernyataan seseorang mengenai masalah
moral tanpa alasan yang jelas. Ini adalah sesuatu yang bersifat persuasif. Penulis
mengklaim bahwa bagaimanapun juga dasar pemikiran William berdasarkan pada jangan
berikan kami alasan epistemik untuk meragukan apa yang telah kami percayai. Penulis
menyadari suatu klaim yang mengandung moral dan bukan alasan epistemik bersandar
pada intuisi dari pernyataan seseorang mengenai masalah moral.
Mari kita simak secarik pendapat mengenai teori moral apriori seperti contoh Kant.
Mungkin disana ada masalah umum mengenai suatu testimoni terhadap apriori. Dalam
rangka mengakuisisi suatu pengetahuan yang apriori, kita seharusnya sedikit terpaksa
untuk mengikuti jalan pikiran mereka, yang bagi mereka sendiri hal itu merupakan suatu
kebenaran. Ilmu matematika adalah salah satu contoh yang dikemukakan oleh Williams.
Contoh lainnya adalah rumus Pythagoras. Selain itu, tidak ada yang bisa memberi
justifikasi ilmiah mengapa 2+2 = 4. Nilai matematika ini tidak dapat dibuktikan oleh siapa
pun. Hal ini merupakan suatu pengetahuan yang memaksa kita untuk membenarkannya.
Ada juga suatu area ceramah moral yang sulit kita abaikan di dalam menjustifikasi
suatu testimoni moral, dan itu adalah pendidikan moral yang kita peroleh di dunia
pendidikan maupun di masyarakat dan keluarga. Sejak kecil kita mengenal apa itu baik dan
buruk. Selanjutnya, ketika menginjak dewasa kita tidak memiliki alasan kuat apakah
menendang kucing itu perbuatan buruk atau baik. Oleh karena itu, kita tidak dapat
menemukan satu pun alasan epistemik mengapa kita tidak dapat dibenarkan melalui
testimoni moral.


6

4. SKEPTIS MORAL
Sejauh ini kita telah mendiskusikan mengenai justifikasi suatu kepercayaan etika.
Sekarang kita diskusi mengenai substansial dari masalah moral. Ada dua jenis pendekatan,
yaitu pertama, Relativisme, paham yang mengklaim bahwa moral itu bukan masalah
objektif. Kedua, emotivisme, bentuk paham dari skeptis moral yang mengklaim bahwa kita
tidak harus percaya terhadap masalah moral serta kita tidak harus memiliki pengetahuan
moral.
4.1 Relativisme
Kebenaran yang objektif adalah kebenaran yang tidak bergantung pada apa
yang individu katakan atau apa yang individu pikirkan. Jumlah cekungan pada sisi
gelap bulan adalah salah satu contoh kebenaran objektif. Ketika suatu pernyataan
dikatakan subjektif, bagaimanapun juga kebenaran mereka tidak bergantung pada
suatu pikiran atau pandangan individu tertentu atau komunitas tertentu. Misalnya,
saya memasak kue pie yang sangat enak. Pendapat ini sangat subjektif dan bukan
dari suatu hal yang objektif mengenai kue pie. Suatu pernyataan juga disebut
subjektif jika datang dari dari suatu komunitas atau budaya. Tayangan komedi
Seinfeld (1989-1998) adalah tayangan lucu. Secara subjektif tayangan tersebut lucu,
bukan secara objektif dari semua kalangan.

4.2 Emotivisme
Menurut para relativist, kita memiliki kepercayaan etika yang mampu
menyajikan tindakan baik atau buruk. Kepercayaan itu mungkin tidak berdasar pada
kebenaran secara objektif, tapi mereka mempresentasikan status moral sebagai
bagian dari budaya. Beberapa menganggap bahwa pola pikir etika adalah non-
kognitif.
Emotivisme adalah pendekatan skeptis karena penyesuaian moral tidak
dideskripsikan mewakili seluruh dunia. Contoh lainnya, pemerintahan Inggris
mencoba untuk meyakinkan warganya bahwa bepergian ke Irak (saat perang
berlangsung) adalah suatu hal yang benar. Menurut paham emotivisme, argument
yang menyatakan bahwa Saddam Husein adalah seorang diktator jahat tidaklah
sepenuhnya benar. Argument itu hanya datang dari rasa emosi masyarakat yang
pernah merasakan pemerintahan di bawah Saddam Husein.
Ada beberapa masalah yang muncul mengenai tindakan skeptis secara luas
dalam bahasan kali ini. Kita seharusnya mencoba untuk memecahkan persaingan
7

intuisi mengenai teori moral dalam konsep utilitarian dan Kant. Kedua konsep
tersebut bukan pendekatan skeptis. Menurut konsep utilinarianisme, etika didasarkan
pada fakta natural tentang kesenangan dan kesedihan. Sedangkan menurut Kant, kita
dapat mempercayai masalah moral melalui penalaran apriori.
8

DAFTAR PUSTAKA

OBrien, Dan. 2006. An Introduction to The Theory of Knowledge. Cambridge, UK: Polity
Press





MORAL KNOWLEDGE
Soal Diskusi Buku Theory Of Knowledge Halaman 175
1. Telah diklaim bahwa Winston Churchill tahu sebelumnya bahwa Luftwaffe hendak
membom Coventry dalam Perang Dunia Kedua. Fakta ini tidak terungkap karena jika
diungkapkan, maka pihak Jerman akan tahu bahwa kita telah memecahkan Kode
Enigma dan ini akan mengakibatkan mereka memperoleh keuntungan strategis di
Front Barat dan mungkin kemenangan bagi mereka. Diskusikan apakah keputusan
Churchill adalah benar dan etis?
Jawaban:
Jika merujuk pada Prinsip Imperatif Kategoris Kant
Prinsip imperatif kategoris Kant mengatakan bertindaklah semata-mata menurut
prinsip (maxim) yang dapat sekaligus kau kehendaki menjadi hukum umum
(universal). Hal itu sesuai dengan apa yang di ajarkan dalam agama. Bertindaklah
sebagaimana kau juga ingin diperlakukan seperti itu. Janganlah kamu berbohong
kepada orang lain jika kamu sendiri tidak ingin dibohongi orang lain.
Hal yang dilakukan oleh Winston Churchill adalah salah dan tidak dapat dibenarkan
menurut prinsip imperative kategoris Kant. Churchill tidak seharusnya
menyembunyikan informasi bahwa Luftwafee hendak membom Coventry dalam
Perang Dunia Kedua.
Jika merujuk pada etika moral Utilitarianisme
Dalam utilitarianisme benar atau salah, baik atau buruk tindakan yang kita lakukan
tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkan dari tindakan tersebut atau dapat juga
disebut dengan teori consequentialist.
Dengan tidak mengungkapkan rencana pengeboman tersebut memang akan
menyebabkan warga sipil yang tidak berdosa menjadi korban. Namun hal itu
dilakukan untuk mencegah bencana yang lebih besar lagi terjadi bila Jerman meraih
kemenangan atas Front Barat. Kekejaman pihak Jerman akan mengakibatkan lebih
banyak lagi korban terutama warga sipil akibat kekerasan yang dilakukan. Sehingga
tindakan yang dilakukan Churchill dalam hal ini adalah dapat dibenarkan.




2. Rancanglah skenario untuk sebuah film yang akan menggambarkan teori moral yang
menurut Anda paling memuaskan.
Jawaban:
Saya akan membuat skenario suatu film dimana terdapat sebuah tim khusus dengan pasukan
terlatih ditugaskan untuk menyelamatkan putri raja yang diculik oleh kerajaan musuh di
seberang hutan. Ketika dalam perjalanan, semua pasukan mengalami kelelahan dan
bermaksud beristirahat di suatu hutan. Lima orang prajurit bermaksud mencari air untuk
diminum. Setelah dicari-cari, di pinggiran hutan ternyata terdapat sungai. Tetapi di seberang
sungai tersebut tidak jauh terdapat suatu desa yang diserang oleh perompak. Suara tangisan
mengalun dan darah mengalir di tanah. Kelima orang ini mencoba mendekat dengan maksud
melihat apa yang telah terjadi. Dekat dengan mereka berdiri ada kumpulan wanita dan anak-
anak yang bersembunyi ketakutan. Kelima orang ini ingin mencarikan tempat yang lebih
aman jauh dari situasi tersebut. Akan tetapi, mereka mendapat sinyal harus kembali ke
perkemahan pasukan yang lain. Kelima pasukan ini mejadi dilemma, apakah mereka
menolong orang-orang tersebut atau kembali ke perkemahan. Akhirnya diputuskan untuk
kembali ke perkemahan. Perjalanan kembali baru mencapai 500 meter kelima pasukan
tersebut melihat ke belakang, karena terdengar suara teriakan. Ternyata orang-orang tersebut
dibantai habis oleh perompak. Hal itu membuat kelima pasukan ini sangat menyesal, namun
bagaimana pun ia harus mengikuti perintah pimpinannya karena itu merupakan suatu
keharusan.

Jika dipandang dari sudut pandang etika moral Kantian maka tindakan yang dilakukan
leader tim tersebut adalah tindakan bermoral dan dapat dibenarkan. Bagaimana pun,
menuruti perintah dari atasannya adalah suatu keharusan dan seharusnya tidak boleh
dilanggar.
Jika dipandang dari sudut pandang Utilitarianisme, tindakan tersebut dapat dikatakan tidak
bermoral dan tidak dapat dibenarkan karena atas tindakannya, muncul perasaan sedih dan
menyesal dan dibantainya orang-orang yang tidak berdosa menambah penderitaan
penyesalan bagi kelima pasukan tersebut.

3. Apa sumber dari Pengetahuan Moral?
Jawaban:
Menurut Etika Kantian pengetahuan moral dapat bersumber dari pengetahuan apriori.
Sedangkan menurut Etika Utilitarianisme pengetahuan moral bersumber dari pengetahuan
aposteriori.

4. Formulasikan Argumen Utilitarian dan Argumen Kantian yang menentang aborsi.
Apakah kesimpulan Anda dapat memberitahu Anda tentang aborsi dan tentang
pengetahuan moral? (Ulangi pertanyaan ini, namun mengacu pada dilema moral yang
saat ini ada dalam berita terkini)
Jawaban:
Berdasarkan etika Kantian untuk bertindak secara moral kita harus memeriksa apakah
tindakan yang kita lakukan dapat diterapkan secara universal kepada semua orang atau
tidak. Apabila semua wanita akan melakukan aborsi jika mereka hamil, maka aborsi adalah
tindakan yang bermoral. Jika tidak, maka aborsi adalah tindakan yang tidak bermoral.
Menurut utilitarianisme suatu tindakan dianggap bermoral jika tindakan tersebut dapat
memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. Mengenai aborsi jika ditelaah
berdasarkan etika utilitarianisme hal tersebut dianggap bermoral jika dengan melakukan
tindakan tersebut seorang wanita merasa jauh lebih bahagia dan mengakibatkan
berkurangnya penderitaan, maka aborsi adalah tindakan bermoral. Namun jika dengan
melakukan hal tersebut seorang wanita menjadi lebih menderita, merasakan kesedihan dan
penyesalan yang menimbulkan hilangnya kebahagiaan, maka aborsi adalah tindakan yang
tidak bermoral.
Masalah moral yang terjadi baru-baru ini adalah kasus tindakan asusila, perselingkuhan
seorang pria di Jembrana (umur 35 tahun) dengan cewek caf dari Jawa Barat (umur 34 tahun)
dipergoki sang istri di salah satu kamar kos, dengan membawa polisi.
Jika dipandang dari sudut pandang etika moral Kantian, maka tindakan yang dilakukan
tersangka adalah tindakan tidak dapat dibenarkan. Pria ini harus bisa jujur dengan istrinya
bahwa dia kecewa karena sudah jarang diberikan kebutuhan biologisnya. Jika saja mau
jujur kepada istrinya, istrinya pasti akan mencoba memberikannya, walau tidak sering
tetapi ada pengertian dan perhatian yang diberikan untuk menjaga keharmonisan
hubungan. Perselingkuhan ini akan membuat nama baik menjadi hilang di desanya. Dan
ini membuat masyarakat menjadi resah. Sehingga tindakan yang dilakukan pria tersebut
dipandang salah.
Menurut etika moral Utilitarianisme, tindakan tersebut dapat dibenarkan karena dengan
melakukan hal tersebut meningkatkan kebahagiaan atau kesenangan yang diperoleh si pria
karena esensi dasar dari etika moral utilitarianisme adalah untuk memaksimalkan
kebahagiaan atau kesenangan dan mengurangi penderitaan.

5. Bagaimana bisa dikatakan bahwa kita tidak memiliki pengetahuan moral? Apakah
merupakan argumen persuasif?
Jawaban :
Baik pengetahuan moral berdasarkan etika Kantian maupun etika Utilitarianisme, keduanya
sama-sama bersifat persuasif. Jika saya adalah orang yang tidak memiliki pengetahuan moral,
maka saya akan mendapatkan pengetahuan yang memadai mengenai pengetahuan moral
dengan memahami etika moral Kantian dan etika moral utilitarianisme dalam membedakan
tindakan yang bermoral dan yang tidak. Namun, terdapat berbagai situasi dan kondisi yang
dapat menyebabkan kedua etika moral tersebut tidak dapat diterapkan secara penuh. Menurut
saya Etika moral Kantian dan Utilitarianisme sama-sama memiliki kelemahan dan
kelebihannya masing-masing. Ini tergantung kepada setiap individu apakah ingin mengikuti
etika moral Kantian atau justru lebih menyukai etika moral Utilitarianisme.
10/17/2014
1
Pengetahuan Moral
(Moral Knowledge)
Kelompok 12
1. I KMG. ABDI P. PANDE (15)
2. DWI HARYADI NUGRAHA (22)
Pengetahuan Moral
(Moral Knowledge)
Ketika kita melihat apa yang orang lakukan, kita selalu
menilai tindakan tersebut. Terkadang kita melihat
tindakan mereka baik, terpuji, atau bahkan buruk.
Contohnya seorang pembunuh yang dinilai sebagai
seorang penjahat.
Tidak dapat disangkal bahwa kita melihat dan menilai
tindakan orang lain berdasarkan atas nilai-nilai etika dan
moral.
1. Pendekatan Empiris Mengenai Moralitas
John Stuart Mill seorang utitarian berargumen bahwa etika
selalu ditilik dari pertimbangan implisit atas kesenangan atau
rasa sakit yang dialami oleh seseorang dari suatu tindakan
tertentu. Suatu tindakan dikategorikan benar ketika ia
cenderung menimbulkan kebahagiaan, dan dikatakan salah
ketika tidak menimbulkan kebahagiaan atau justru
menimbulkan kesakitan.
Misalnya saya memberikan sumbangan dana kepada
seseorang, mungkin nantinya gaya hidup saya akan tidak
menyenangkan karena tidak mampu membeli sampanye tetapi
paling tidak saya mampu memberikan kesenangan dan
kebahagiaan kepada orang lain.
1. 1 Utilitarianisme
Utilitarianisme merupakah pendekatan empiris yang memerlukan
perhitungan untuk menentukan nilai moral atas suatu tindakan
seseorang yang didasarkan pada bukti-bukti empiris. Problematika
muncul ketika timbul pertanyaan, mampukah kita mengukur dan
membandingkan kebahagiaan dan kesakitan yang timbul dari suatu
tindakan?.
Bentham memperkenalkan metode untuk memilih tindakan yang
disebut dengan utility calculus, hedonistic calculus, atau felicity
calculus. Menurutnya, pilihan moral harus dijatuhkan pada tindakan
yang lebih banyak jumlahnya dalam memberikan kenikmatan
daripada penderitaan yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Jumlah
kenikmatan ditentukan oleh intensitas, durasi, kedekatan dalam
ruang, produktivitas (kemanfaatan atau kesuburan), dan kemurnian
(tidak diikuti oleh perasaan yang tidak enak seperti sakit atau
kebosanan dan sejenisnya)
Sebagai contoh:
Saya mempunyai alasan induktif untuk percaya bahwa
memukul anak-anak tanpa alasan adalah hal yang buruk untuk
dilakukan karena saya telah melihat bahwa tindakan tersebut di
masa lalu dapat memberikan rasa sakit yang mampu
mengurangi kebahagiaan.
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai moral ini merupakan
suatu jenis posteriori dalam pengetahuan empiris.
Salah satu cara untuk menyerang utilitarianisme adalah dengan
memikirkan skenario dimana putusan yang diberikan oleh
pemikiran utilitarian berbeda dari intuisi etika kita.
Intuisi tersebut terdiri dari pendapat etika akal sehat kita.
Kita mungkin dapat memikirkan kasus dimana tindakan yang
jelas jahat dihitung sebagai tindakan yang baik dari segi
utilitarian, atau sebaliknya.
Ini akan menunjukkan bahwa pemikiran etis kita tidak
utilitarian.
1. 2 Permasalahan Dalam Utilitarianisme
10/17/2014
2
Kant berpendapat bahwa terdapat aturan mutlak moral yang melarang
suatu tindakan apapun konsekuensinya.
Prinsip ini disebut dengan imperatif kategoris. Prinsip ini
menggambarkan apa yang harus kita lakukan apabila kita ingin
mencapai suatu tujuan. Contohnya apabila saya ingin lulus ujian,
maka saya harus belajar dengan giat.
Salah satu kategori prinsip ini adalah jangan berbohong. Dengan
tidak berbohong maka orang lain akan percaya kepada kita dan
menjauhkan kita dari hukuman.
Kant juga berpendapat bahwa bagaimana cara kita menghormati
seorang individu. Kita tidak boleh menggunakan orang lain atau
kebohongan untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.
Bagi Kant, bagaimanapun, prinsip-prinsip etika tersebut dapat
diterapkan menggunakan apriori.
2. Pendekatan Apriori Mengenai Moralitas
2. 1 Kant dan Imperatif Kategoris
Perbedaan antara etika Kantian dan utilitarianisme digambarkan lewat
film Saving Private Ryan (1998). Dalam perang Dunia Kedua, Ryan
terjebak di belakang garis musuh. Karena ia adalah anak terakhir yang
masih hidup dari ibu yang telah kehilangan tiga putranya dalam perang,
keputusan dibuat untuk mengirim satu unit prajurit untuk pergi dan
membawa dia kembali. Beberapa orang-orang ini khawatir tentang misi
itu dan mengungkapkan pikiran utilitarian: apa artinya mempertaruhkan
nyawa delapan orang untuk menyelamatkan satu orang?
Utilitarianisme hanya peduli dengan konsekuensi dari tindakan kita dan
dengan demikian disebut sebagai teori 'consequenctialist'. Film ini,
bagaimanapun, dapat dilihat sebagai rekomendasi pendekatan Kantian.
Hal yang sangat penting bagi Kant adalah motivasi di balik tindakan
kita; konsekuensi dari suatu tindakan mungkin tidak harus
diperhitungkan ketika mempertimbangkan nilai moralnya. Misi ini
adalah benar - apapun resikonya - karena termotivasi oleh kesetiaan,
persahabatan dan kasih sayang (motif bahwa setiap orang harus hidup
dengan hal tersebut).
Terkadang berbohong tidaklah selalu buruk.
Sebagai contohnya misalnya anda bertemu dengan seorang pria gila
memegang kapak di pinggir jalan, dengan darah menetes di
kapaknya, dia bertanya kepada anda dimana teman anda karena dia
bermaksud pergi untuk membunuhnya. Apa yang harus anda
lakukan?
Kant mengklaim bahwa anda tidak boleh berbohong; karena itu
anda harus mematuhi permintaan pria berkapak.
1. 2 Permasalahan Dalam Teori Moral Kant
Pertama, ini jelas bertentangan dengan intuisi etis kita: tentunya hal
yang benar untuk dilakukan disini adalah berbohong.
Kedua, bahkan jika Anda menerima larangan Kant untuk
berbohong, Anda akan tetap melanggar imperatif kategoris lain,
makhluk itu: tidak akan memiliki niat untuk membahayakan nyawa
orang lain.
Anda juga dapat melindungi teman anda dengan berbohong, atau tidak
berbohong tetapi membahayakan hidupnya. Apa pun yang anda
lakukan, Anda harus melanggar satu aturan moral;
Jadi terdapat kondisi dan situasi tertentu saat berbohong tersebut dapat
diterima atau dimaklumi.
Dalam suatu permasalahan yang bersifat empiris, akuisisi terhadap
kepercayaan moral terkadang melibatkan suatu testimoni. Hal ini
disebut sebagai klaim etika.
Contohnya, Ken dapat memberitahu saya bahwa suami Rita adalah
pria yang buruk.
Kita tidak bisa serta merta begitu saja menerima pernyataan mereka.
Kita setidaknya percaya bahwa Ken adalah seorang yang pandai
dalam menilai karakter orang. Bahwasanya kepercayaan moral yang
diberikan oleh seseorang kepada kita tidak bisa ditolak, kuncinya
adalah bagaimana kepercayaan moral itu harus kita justifikasi
terlebih dahulu.
3. Testimoni Moral
Bernard Williams (1972) berpendapat bahwa hal itu adalah intuisi yang
berlebihan yang tidak mampu dijustifikasi dalam menerima pernyataan
seseorang mengenai masalah moral tanpa alasan yang jelas. Ini adalah
sesuatu yang bersifat persuasif.
Penulis mengklaim bahwa bagaimanapun juga dasar pemikiran William
berdasarkan pada jangan berikan kami alasan epistemik untuk
meragukan apa yang telah kami percayai.
Penulis menyadari suatu klaim yang mengandung moral dan bukan
alasan epistemik bersandar pada intuisi dari pernyataan seseorang
mengenai masalah moral.
10/17/2014
3
Dalam rangka mengakuisisi suatu pengetahuan yang apriori, kita
seharusnya sedikit terpaksa untuk mengikuti jalan pikiran mereka, yang
bagi mereka sendiri hal itu merupakan suatu kebenaran.
Ilmu matematika adalah salah satu contoh yang dikemukakan oleh
Williams. Contoh lainnya adalah rumus Pythagoras. Selain itu, tidak ada
yang bisa memberi justifikasi ilmiah mengapa 2+2 = 4.
Nilai matematika ini tidak dapat dibuktikan oleh siapa pun. Hal ini
merupakan suatu pengetahuan yang memaksa kita untuk
membenarkannya.
Ada juga suatu area ceramah moral yang sulit kita abaikan di dalam
menjustifikasi suatu testimoni moral, dan itu adalah pendidikan
moral yang kita peroleh di dunia pendidikan maupun di masyarakat
dan keluarga.
Sejak kecil kita mengenal apa itu baik dan buruk. Selanjutnya, ketika
menginjak dewasa kita tidak memiliki alasan kuat apakah
menendang kucing itu perbuatan buruk atau baik.
Oleh karena itu, kita tidak dapat menemukan satu pun alasan
epistemik mengapa kita tidak dapat dibenarkan melalui testimoni
moral.
Sejauh ini kita telah mendiskusikan mengenai justifikasi suatu
kepercayaan etika.
Sekarang kita diskusi mengenai substansial dari masalah moral.
Ada dua jenis pendekatan, yaitu
Relativisme, paham yang mengklaim bahwa moral itu bukan
masalah objektif.
Emotivisme, bentuk paham dari skeptis moral yang mengklaim
bahwa kita tidak harus percaya terhadap masalah moral serta kita
tidak harus memiliki pengetahuan moral.
4. Skeptis Moral
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan-ungkapan
yang membuktikan adanya pandangan relativisme moral dalam masyarakat.
Contoh-contoh ungkapan itu antara lain,
"Apa yang benar menurutmu, belum tentu benar menurutku",
"Kamu tidak berhak mengatakan apa yang harus kulakukan", "Meskipun
aku punya pendirian lain, namun aku tidak menyalahkan pendirianmu", dan
lain-lain.
Meski dinyatakan dalam bahasa sederhana yang mudah dicerna,
namun ungkapan tersebut sesungguhnya membawa konsekuensi etis.
Di dalamnya tersirat adanya pembenaran terhadap relativitas moral.
Kebenaran bukanlah milik seseorang atau sekelompok orang.
Kebenaran adalah milik siapa saja. Tergantung dari sudut pandang
mana kita melihat kebenaran tersebut.
4. 1 Relativisme
Relativisme moral adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua moralitas yang terdapat di masyarakat adalah benar.
Menurut aliran ini, perbedaan penilaian terhadap kebenaran suatu
tindakan sangat tergantung dari cara pandang masing-masing orang
atau kelompok orang.
Kebenaran yang objektif adalah kebenaran yang tidak bergantung
pada apa yang individu katakan atau apa yang individu pikirkan.
Kebenaran yang subjektif adalah kebenaran yang tidak bergantung
pada suatu pikiran atau pandangan individu tertentu atau komunitas
tertentu (budaya).
Emotivisme adalah pernyataan-pernyataan yang ada merupakan satu
ekspresi dari perasaan kita, dan memperlihatkan bahwa pernyataan
Etis bersifat emotif.
Emotivisme merupakan suatu pandangan yang memiliki unsur
utama dalam pengertian moral yang terdiri atas fungsi dari perasaan
emosi atau sikap dari penganut emotivisme, atau membangkitkan
perasaan yang sama atau sikap dari pendengarnya.
4. 1 Emotivisme
10/17/2014
4
SESI DISKUSI
Terima kasih atas perhatiannya. . .

Anda mungkin juga menyukai