Masa Kini
Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Genap Mata Kuliah Etika Fakultas Filsafat Program Studi Ilmu
Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Disusun Oleh
Bagus Mahendra
22/498643/FI/05133
Ilmu Filsafat
2023
I. PENDAHULUAN
Utilitarian percaya bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang menghasilkan hal
yang baik. Tetapi apa yang baik itu menurut mereka? Yaitu kebahagiaan. Sebagaimana yang
dikatakan Mill, “Ajaran Utilitarianis adalah bahwa kebahagiaan itu diinginkan, dan satu-satunya
hal yang bisa diinginkan, sebagai tujuan; semua yang lain bisa diinginkan sebagai sarana menuju
tujuan ini”. Gagasan seperti ini, bisa dikenal dengan Hedonisme.
Teori ini senantiasa menarik karena sederhana, cukup masuk akal karena baik buruknya
sesuatu semata-mata diukur dari sejauh mana hal itu membuat kita merasakannya. Namun, ada
beberapa kecacatan dalam teori ini, hal ini bisa kita lihat ketika kita memberikan sebuah contoh
cerita. Seorang pegulat handal mempunyai masa depan cerah, tetapi karena kecelakaan, kakinya
patah. Ia akhirnya tidak bisa mengikuti beberapa olimpiade. Kenapa kejadian ini dianggap buruk
baginya? Hedonisme mengatakan bahwa hal itu buruk karena menimbulkan ketidakbahagiaan.
Ketika Ia percaya akan gagasan ini, ia akan merasa frustasi dan bingung jika memikirkan tragedi
ini. Sebab seolah-olah rasa tidak bahagia membuat situasi netral (biasa) menjadi buruk. Padahal
semestinya ketidakbahagiaan merupakan jawaban masuk akal terhadap situasi yang adalah
kemalangan itu sendiri. Kita hanya dapat menghilangkan ketidakbahagiaan nya dengan
menghilangkan tragedinya.
Contoh kedua adalah ketika kita dihadapkan pada sebuah pertemanan. Anda mempunyai
sahabat, dan sahabat anda menggunakan tubuh anda sebagai objek seksualnya tanpa disadari anda.
Dalam situasi itu, tidak ada seorangpun yang memberi tahu, maka dari itu anda tidak tahu. Apakah
contoh kejadian ini adalah sebuah kemalangan? Hedonisme mengatakan tidak, karena anda tidak
mendapatkan akibat ketidakbahagiaan dari kasus ini. Namun, dari contoh kasus di atas kita dapat
merasakan beberapa getaran yang buruk berkenaan dengan paham Hedonisme dan Utilitarianisme.
Anda bisa dikatakan “dikelabuhi”, meskipun anda tidak sadar, karenanya anda tidak merasakan
ketidakbahagiaan.
Kedua contoh ini, menunjukan sebuah pokok dasar yang sama. Kita menilai semua hal
termasuk kreativitas artistik dan persahabatan demi hal itu sendiri. Memang kita akan bahagia
dengan memperoleh hal itu, namun jika itu kita sudah memperkirakan bahwa hal itu akan baik.
Dapat didapatkan sebuah pandangan ketika itu tidak baik, maka kita tidak berhak bahagia. Dengan
cara ini hedonisme salah memahami hakekat kebahagiaan. Kebahagiaan bukan sesuatu yang baik
dan dicari demi dirinya, sementara yang lain dianggap sebagai sarana. Sesungguhnya kebahagiaan
merupakan respons yang kita punyai terhadap hal-hal yang kita kenal sebagai hal yang baik. Kita
menganggap mempunyai sahabat itu baik, dan untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan kita
mencari sahabat. Hal ini sangat berbeda untuk mencari kebahagiaan dulu sebagai langkah awal,
lalu memutuskan bahwa mempunyai sahabat membuat kita bahagia, kemudiaan mencari sahabat
sebagai sarana untuk tujuan itu.
Maka dari itu, banyak filsuf menaruh sebuah simpati pada Utilitarianisme untuk
mengusahakan cara untuk merumuskan pandangan mereka tanpa mengandaikan pertimbangan
hedonik mengenai yang baik dan yang jahat. Beberapa orang seperti G.E. Moore mencoba
menyusun sebuah daftar pendek dari hal-hal yang dianggap baik pada dirinya. Moore mengusulkan
bahwa ada tiga kebaikan intrinsik yang nyata – kenikmatan, persahabatan, dan kesukaan estetis-
dan tindakan yang benar ialah yang menciptakan hal seperti itu di dunia. Pengikut utilitarian
mencoba melewati sebuah pertanyaan mengenai berapa banyak hal yang baik pada dirinya, dengan
membiarkan sebagai pertanyaan terbuka dan mengatakan bahwa tindakan yang baik hanyalah yang
mempunyai efek-efek baik, entah bagaimana kebaikannya diukur. Ada lain lagi yang mencoba
melewati pertanyaan dengan cara lain, dengan mengajarkan bahwa kita harus bertindak untuk
memaksimalkan kepuasaan atas preferensi orang-orang. Para utilitarianisme mendesak agar
hedonisme jangan pernah dijadikan sebagai bagian penting dan tempat pertama dari teori itu.
1. Keadilan
Mengutip melalui Detik News berkenaan dengan kasus-kasus Intoleransi
di Indonesia yang dimana motif dalam kejadian ini adalah pelarangan Ibadah.
Andaikata seseorang pengikut utilitarian mengunjungi sebuah wilayah di mana ada
satu pertentangan seperti ini, seperti yang terjadi dalam kasus Patung Bunda Maria.
Dalam kasus tersebut sekelompok orang yang berafiliasi dengan partai politik
Islam meminta pengelola rumah doa Sasana Adhi Rasa ST. Yakobus menutup
serta membongkar patung Bunda Maria dengan alasan menggangu umat muslim
saat beribadah. Buntut dari permasalahan ini adalah Patung Bunda Maria tersebut
diterpal atau ditutupi. Dari hal ini, melalui kerjasama dominan , kelompok
dominan mulai menggunakan dalih-dalih dan kuasa dominannya dan jikalau kita
mengandaikan seseorang utilitarian masuk dalam variabel orang-orang dominan
dan kesaksiannya akan menghasilkan keyakinan kuat untuk setiap minoritas secara
partikular. Namun, jikalau seorang utilitarian tersebut tahu bahwa bahwa ada
provokator dalam komunitas dominan dan menutupi supaya kelompoknya aman,
ia wajib memberikan kesaksian palsu sehingga mungkin ada seseorang yang tidak
bersalah pantas dihukum.
Memang disini kita diberi sebuah cerita semi fiktif. Sederhananya, ketika
seseorang utilitarianisme ada dalam posisi tersebut, maka menurut pemikirannya
ia harus memberikan sebuah kesaksian palsu . hal ini akan berimplikasi buruk
seperti orang dihukum walaupun tidak bersalah, tetapi akan mendapatkan akibat
yang cukup baik, misal, wilayahnya tidak digaduhi oleh warga minoritas lagi dan
satu persatu keluar dari wilayah itu. Menurut Utilitarianisme, berbohong
merupakan hal yang bisa dikatakan sah dilakukan karena mereka memikirkan
sebuah ukuran kebahagiaan dominan tanpa melihat pihak lawan. Tetapi jika ini
ditarik dalam kacamata hukum, kelirulah seseorang melaksanakan hukuman tanpa
melakukan sebuah kesalahan. Oleh karena itu, utilitarianisme mengajarkan bahwa
hal tersebut baik, tidak bisa benar.
2. Hak- hak
Contoh ini benar-benar terjadi, diambil dari salah satu pelanggaran HAM
di Indonesia, Marsinah. Di tahun 1993 dipicu oleh pelanggaran sejumlah hak
normatif buruh oleh pihak manajemen perusahaan. Pada hari pertama pemohokan,
belum ada tuntutan yang diajukan oleh buruh. Dikutip dari buku “Kekerasan
Penyidikan Dalam Kasus Marsinah” (1995) oleh Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia (YLBHI), pada hari kedua pemogokan, petugas Koramil,
Kodim, dan Polsek berusaha menghentikan pemogokan, tapi tidak berhasil.
DAFTAR PUSTAKA