Anda di halaman 1dari 10

“PERAN PEMIKIRAN FILSAFAT

TERHADAP POLA PIKIR DAN


POLA HIDUP MANUSIA DI ERA
GLOBALISASI”
Dosen Pengampu : Asima Yanty S Siahaan,
MA, PH.D
Pendahuluan

Era globalisasi telah membuat perubahan yang signifikan, semakin berkembangnya zaman,
semakin pasat pula perkembangan manusia yang ingin menuju masa modern dan mengikuti
perkembangan zaman. Kalangan yang paling berminat mengikuti arus globalisasi terutama
adalah kalangan remaja. Kehadiran teknologi yang serba digital banyak menjebak kaum remaja
untuk mengikuti perubahan. Pola pengaruh era globalisasi sering dianggap sebagai simbol
kemajuan dan mendapatkan dukungan dari kalangan remaja. Tanpa disadari banyak pengaruh
negatif yang ditimbulkan akibat globalisasi tersebut, salah satunya mulai lunturnya rasa
nasionalisme di kalangan remaja misalnya kebudayaan asing yang telah masuk ke Indonesia
lebih banyak diminati tanpa adanya penyaringan antara kebudayaan yang berdampak positif
dan kebudayaan yang berdampak negatif. Lebih mencintai produk luar negeri dan
menelantarkan budaya sendiri adalah merupakan masalah sosial di kalangan remaja.
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok
orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala
sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.

Kenyataan adanya kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi disatu
pihak yang memberi kemudahan kepada umat manusia untuk menjalani kehidupannya.
Menurut Habbas Hamami dan Koento Wibisino, pada saat pembangunan sedang digalakkan
dengan dukungan ilmu pengetahuan Filsafat sebagai perisai untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang ideal, yakni masyarakat yang damai, sejahtera, adil, dan makmur, baik materi
maupun spiritual, maka disaat itu pula berbagai masalah mendasar atau fundamental muncul
yang harus dihadapi oleh umat manusia dalam hidup dan kehidupannya sebagai pengaruh
negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain telah terjadi
dekadensi moral. Dan ketika hal ini telah terlanjur terjadi, maka kita tidak bisa diam berpangku
tangan dan menyesali apa yang telah terjadi. Banyak hal yang dapat dilakukan, banyak pula
sarana yang bisa dapat dilalui dan dipakai misalnya pendidikan, agama maupun filsafat.
Tujuan
1. Mengetahui peran filsafat dalam kemajuan iptek
terhadap pola pikir dan pola hidup manusia dewasa
ini
2. Mengetahui Dekandesi moral terhadap
perkembangan iptek
3. Mengetahui bagaimana tanggungjawab
ilmuan dalam hal ini
Teori
Perkembangan ilmu pengetahuan sering kali
melupakan faktor manusianya, di mana bukan lagi
teknologi yang berkembang seiring dengan
perkembangan dan kebutuhan manusia, namun juga
justru sebaliknya dimana manusialah akhirnya yang
harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Manusia
sering dihadapkan dengan situasi yang tidak bersifat
manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi teknologi, yang
merampas kemanusiaandan kebahagiaannya. Dewasa
ini, ilmu pengetahuan bahkan telah berada di ambang
kemajuan yang mampu untuk mempengaruhi
reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri.
Teori
Peranan filsafat adalah menunjukkan adanya perspektif yang lebih
dalam dan luas, sehingga kehadirannya akan disertai dengan
berbagai alternatif penyelesaian untuk ditawarkan mana yang
paling sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan.

Menurut Suriasumantri, ilmu pengetahuan yang pada hakikatnya


mempelajari alam sebagaimana adanya mulai mempertanyakan
hal-hal yang bersifat seharusnya: Untuk apa sebenarnya ilmu
pengetahuan itu harus dipergunakan? Di mana batas wewenang
penjelajahan keilmuan? Ke arah mana perkembangan keilmuan
harus diarahkan? Pertanyaan semacam ini jelas tidak merupakan
urgensi bagi ilmuwan-ilmuwan masa lalu, namun menjadi penting
bagi para ilmuwan yang hidup pada masa kini. Dan untuk
menjawab pertanyaan ini, maka ilmuwan berpaling kepada hakikat
moral.
OUTPUT
Dari penelitian yang kami lakukan kami dapat menagmbil beberapa kajian yaitu globalisasi
dianggap sebagai satu realitas, tetapi realitas globalisasi ini bukanlah sesuatu yang alamiah. Hal ini
terlihat dengan adanya satu pihak yang dominan untuk memberi warna dan gerak pada globalisasi
tersebut. Akibatnya globalisasi bukanlah sesuatu yang dapat diterima begitu saja, globalisasi harus
dilihat dalam kerangka pikir bekerjanya social power. Ada pihak yang bermain di dalamnya karena
adanya motif kepentingan, yaitu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan. Ibaratnya, bahwa
globalisasi sebenarnya adalah sebuah proyek besar yang diusung oleh para pihak yang
berkepentingan (yang memiliki social power tersebut) untuk kemudian menghegemoni pemikiran
masyarakat manusia

globalisasi yang mengatakan akan membawa kesejahteraan bagi seluruh umat manusia di dunia
hanyalah omong kosong belaka.sebab menurut para filsafat atau ahli berbeda dengan yang terjadi
dalam realitas, dalam realita globalisasi hanyalah sekedar proyek yang sengaja diusung oleh pihak-
pihak yang memiliki kepentingan (yaitu pemilik modal) untuk mengembangkan kekuasaannya.
Ideologi besar yang didepankan, yaitu penekanan pada mekanisme pasar bebas, ternyata justru
menimbulkan ketimpangan yang semakin besar antara yang bermodal dengan yang tidak. Hal ini
dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang kemudian diajukan sebagai persyaratan yang harus
dipenuhi oleh negara-negara penghutang (yang membutuhkan bantuan modal) menjadi semakin
terpuruk. Hal ini juga membuat posisi tawar dari negara berkembang menjadi semakin lemah. Serta
banyak hal lainnya yang mempersulit negara berkembang akibat globalisasi
Dalam pandangan Antonio Gramsci, yang disetujui oleh para ahli upaya
menentang hegemoni ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu war of
position dan war of maneuver (Patria, 2003: 180). Namun dalam perspektif
teori kritis hal ini akan lebih diarahkan pada war of position, sehingga lebih
pada tataran bagaimana melawan hegemoni yang ada sekarang dengan
membentuk hegemoni yang lain. Arahnya adalah pada upaya penciptaan
kesadaran. Perang posisi di sini merupakan perang jangka panjang dengan
sasaran superstruktur kebudayaan dari klas dominan (dalam hal ini negara
maju sebagai pengusung globalisasi). Dalam proses ini negara sedang
berkembang menyiapkan jalan bagi terbentuknya budaya baru dan konsep
hubungan internasional bentuk baru yang hal ini dilakukan melalui kritik
terhadap ideologi dominan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai