Anda di halaman 1dari 5

ETIKA FILSAFAT ILMU DAN MANUSIA MODERN

Abdurrohman Mubarok
19160022

Pernahkah terbesit di kepala kita bagaimana jika para nenek moyang manusia tidak pernah
berfikir dan kritis akan semua hal yang ada ?.Mungkin, akibat terburuknya peradaban tidak akan
pernah terbentuk, teknologi tidak akan di temukan , dan kita manusia hanya stuck sebagai spesies
tanpa kemajuan belaka. Tapi, dengan adanya pemikiran-pemikiran mendalam dari para filsuf, kita
berhasil dihantarkan pada peradaban yang membuat kita lebih baik dibanding spesies lain. Diluar
itu, saat semua sibuk dengan ilmu yang telah ada sekarang, hanya sedikit dari kita yang mepelajari
apa itu, filsafat. Sebuah ilmu yang menjadikan kita sebagai manusia memiliki berbagai ilmu
pengetahuan, bijaksana dan dapat memperbaiki kehidupan. Sebuah ilmu, yang menjadi induk dari
semua pelajaran yang ada disekolah kita sekarang.
Filsafat singkatnya adalah ilmu yang dihasilkan dari pemikiran para filsuf terdahulu
terhadap pertanyaan berbagai hal yang terjadi di alam semesta ini. Didalamnya, terdapat cara
berfikir yang dapat mempengaruhi kita bagaimana menjalani kehidupan. Mari kita simak kutipan
ini sejenak
Agar bisa bekerja dengan hebat, lakukan apa yang kalian cintai – Steve Jobs
Untuk mengubah dunia, ubahlah diri kalian sendiri dahulu – Mahatma Ghandi
Semakin banyak belajar justru semakin sadar aku tidak bisa apa-apa – Albert Enstein
Beberapa kutipan tersebut adalah contoh cara berfikir, ia bisa senyata itu dan bisa merubah
hidup kita. Sehingga, pada intinya filsafat itu adalah ilmu yang membantu kita membuka lebih
banyak lagi cara berfikir dalam hidup kita. Umumnya dalam ilmu filsafat kita mempelajari cara
berfikir tersebut dari para Filsuf, Pemikir dan Ilmuan hebat dari seluruh zaman dan seluruh dunia.
Tapi kita juga bisa belajar filsafat dengan coba menjawab pertanyaan-pertanyaan besar tentang
dunia. Pertanyaan filosofis tentang asal usul alam semesta melahirkan ilmu fisika, pertanyaan
tentang bagaimana cara menjalankan negara yang baik melahirkan demokrasi dan pancasila,
pertanyaan tentang bagaimana cara menjalankan pertandingan yang adil melahirkan peraturan
bermain sepakola, hingga pertanyaan tentang bagaimana cara menjalankan kehidupan yang baik
dan benar melahirkan pemahaman dan keyakinan tentang etika . Itulah gunanya filsafat , semua
lahir dari pertanyaan-pertanyaan besar dan penting kita pelajari karna ialah yang akan memberi kita
pondasi kuat untuk mempelajari ilmu-ilmu lainnya.
Di era globalisasi yang semakin maju ini, manusia sebagai subjek dari kajian filsafat
disuguhkan dengan modernisasi peradaban yang semakin melaju karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor salah satunya teknologi yang semakin berkembang pesat. Keaadan ini mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan dalam berbagai sektor seperti budaya, agama, tatanan nilai, norma
kehidupan dan lain sebagainya. Sehingga, kondisi seperti ini menggiring pada lahirnya manusia
modern. dimana pola prilaku hidupnya yang sudah sangat berbeda dengan manusia pada fase
sebelumnya. Hal ini sudah menjadi topik yang dibahas dan direnungkan sejak zaman Yunani Kuno
oleh para filsuf , terlepas dari perbedaan konteks manusia pada zaman dahulu dan sekarang yang
ditandai bahwa dapat dikatakan manusia sudah lebih modern adanya, pola prilaku hidup manusia
menjadi hal penting dibahas untuk tatanan kehidupan yang lebih baik. Lahirlah pembahasan etika
filsafat ilmu dengan subjek manusia modern dalam essai kali ini.
Istilah etika (Ethict, dalam bahasa Inggris, atau ethica, dalam bahasa latin) secara etimologi
berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti :
tempat tinggal yang biasa; padang rumput; kandang habitat; kebiasaan, adat; akhlak, watak;
perasaan, sikap, cara berfikir . dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti
terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” (Siregar, Etika Sebagai
Filsafat Ilmu Pengetahuan 2015). Dalam pandangan filsafat ilmu etika bermaksud menjunjung
tinggi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, kejujuran dan keadilan, sehingga menjadi sumber pijakan
berperilaku yang benar. Etika (akhlak) berujung pada masalah perilaku tersebut, maka ketika ia
melakukan sesuatu aktivitas dalam kehidupannya akan menunjukkan sikap sebagai cermin etika
yang diberlakukannya. (Siregar 2015).
Terkait etika dan subjeknya pada masa kini, masyarakat modern telah sukses mendapatkan,
mengembangkan, dan menciptakan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai problem dalam
kehidupan. Tapi disisi lain ilmu pengatahuan dan teknologi tadi tidak sepenuhnya mampu membuat
masyarakat modern memiliki moralitas luhur dan etika yang baik sebagaimana tersirat dari ma’na
etika itu sendiri digunakan seharusnya. Indonesia sebagai negara yang terkenal akan etika,
moralitas nya yang baik dan berbudi luhur sekarang telah banyak fakta sosial yang menunjukan
bahwa perilaku gotong royong, empati terhadap sesama dan keramah-tamahannya, yang sekarang
telah mengalami krisis moral. Nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, empati dan simpati kepada
sesama berubah menjadi perilaku yang yang suka memeras, menindas, menipu, dan saling
menyakiti bahkan membunuh. Mereka bekerjasama untuk kepentingan kelompoknya dan secara
berkelompok melakukan penipuan, pencurian, penindasan. Selain daripada itu Krisis manusia
modern terjadi karena suatu keadaan ketidakseimbangan dalam realitas kehidupan, dimana banyak
manusia yang sudah hidup dalam lingkungan peradaban modern dengan menggunakan berbagai
teknologi, bahkan teknologi tinggi sebagai fasilitas hidupnya, tetapi dalam menempuh kehidupan,
terjadi distorsi-distorsi nilai kemanusiaan, terjadi dehumanisasi yang disebabkan oleh kapasitas
intelektual, mental dan jiwa yang tidak siap untuk mengarungi samudera atau hutan peradaban
modern (Mubarok 2000). Dengan Ini, filsafat ilmu berusaha menempatkan dan mengembalikan
tujuan mulia dari ilmu sehingga ilmu yang diciptakan pada masyarakat modern, tidak menjadi
bomerang membawa kehancuran umat manusia. (Rahayu 2015)
Kehidupan modern menawarkan tiga hal kepada manusia yang hidup dalam era
modernisasi: Harapan, Kesempatan, Tantangan. la menjanjikan harapan untuk perbaikan nasib dan
kelimpahan materi, membuka peluang luas untuk mengaktualisasikan diri, dengan memacu diri
bekerja keras sebagai tantangannya. Kehidupan modern memang bukan kehidupan yang ringan
untuk dijalani, karena terkadang merupakan ajang persaingan keras dan ketat. Mereka yang berhasil
sebagai pemenang akan memperoleh ganjaran kelimpahan materi dan peningkatan harga diri.
Sedangkan para pecundang akan mengalami frustrasi berkepanjangan dan mungkin kehilangan
harga diri. Modernisasi memang memberikan harapan untuk meningkatkan prestasi dan prestise
dengan peluang yang setara untuk berhasil dan tak berhasil mewujudkannya. Kehidupan modern
yang cenderung menuntut pola pandang serba rasional, cara kerja efisien dan efektif dengan
kecepatan dan volume kerja makin meningkat sering mengabaikan hal-hal lain yang juga sarat
mengandung makna hidup (Bastaman 1998).
Contoh rusaknya tatanan etika dan moral masyarakat modern adalah seperti tawuran atau
perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang dan minuman keras,
hubungan seksual pra nikah dan tindak kriminal. Semua kejahatan tersebut dipicu oleh beberapa
faktor khususnya adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang etika dan moral untuk
menjalani kehidupan dalam mengimbangi pengaruh kemajuan zaman di era modern ini.
Pada faktanya kesadaran etika dan moral yang memang kurang ditekankan pada pelajaran
akademik dan aksesnya yang kecil bagi jenjang pendidikan sebelum perguruan tinggi, menjadikan
siswa bukan hanya kurang menanamkan etika dan moral tapi juga pemahaman akan hal itu yang
minim. Bahkan terkadang ditemukan beberapa kasus orang-orang terpelajar dan memiliki
pemahaman akan suatu bidang keilmuan yang tinggi tetapi masih melakukan salahsatu kejahatan
diatas tadi. Hal ini menunjukan bahwa ternyata nilai nilai etika filsafat ilmu harus sudah sejak dini
ditekankan pada semua jenjang pendidikan masyarakat modern. Agar bukan hanya pemahaman
yang didapatkan tapi ketersediaan untuk meyakini dan menanamkan pada setiap individu bahwa
resiko dari modernisasi kehidupan adalah krisis etika dan moral yang besar.
Diantara nilai-nilai etika yang ada dalam filsafat ilmu yang memang sudah harus ditetapkan
untuk masyarakat modern adalah dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara, hingga
pergaulan hidup tingkat internasional, diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan itu menjadi saling menghormati dan
dikenal dengan sebutan sopan santun, tatakrama, protokoler, dan lain-lain. Maksud pedoman
pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlihat agar mereka tenang,
senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar
perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika
dimasyarakat. Selain dari pada itu , pemahaman terhadap pengertian etika agar diamalkan
sebagaimana harusnya juga sangat penting. Berikut beberapa pengertian yang ma’nanya bisa kita
resapi. Aristoteles mengemukakan etika sebagai ilmu, bisa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
etika deskriptif, etika normatif dan metaetika.
Etika deskriptif mempelajari tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan,
pandangan tentang baik dan buruk, perbuatan yang diwajibkan, dibolekan, atau dilarang dalam
suatu masyarakat, lingkungan budaya, atau periode sejarah.
Etika normatif bertujuan mmerumuskan prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional dan dapat diterapkan dalam perbuatan nyata. Berbeda dengan etika deskriptif, etika
normatif tidak bersifat netral tetapi memberikan penilaian terhadap tingkah laku moral berdasar
norma-norma tertentu. Etika normatif tidak sekadar mendeskripsikan atau menggambarkan,
melainkan bersifat preskriftif atau memberi petunjuk mengenai baik atau tidak baik, boleh atau
tidak bolehnya suatu perbuatan. Untuk itu didalamnya dikemukakan argumen atau diskusi yang
mendalam, dan etika normatif merupakan bagian yang penting dari etika.
Metaetika yang dikenal secara popular, dia tidak membahas persoalan moral dalam arti baik
atau buruknya suatu tingkah laku, tetapi membahas soal moral. Sebagai contoh, jika suatu perbuatan
dianggap baik, maka pertanyaannya antara lain, apakah arti baik dalam perbuatan itu, apa ukuran
atau syaratnya untuk disebut baik, dan sebagainya. Pertanyaan semacam itu dapat juga
dikemukakan secara kritis dan mendalam tentang makna dan ukuran adil, beradab, manusiawi,
persatuan, kerakyatan, kebijaksanaan, keadilan, kesejahtraan, dan sebagainya. Metaetika seolah-
olah bergerak pada taraf yang lebih tinggi daripada prilaku etis, dengan bergerak pada taraf bahasa
etis (meta artinya melebihi atau melampaui).
Simpulnya,filsafat sebagai induk dari segala ilmu yang didalamnya terdapat pembahasan
mengenai etika sudah sangat penting dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita
sebagai masyarakat modern. Resiko kehidupan yang kita jalani dalam ranah globalisasi
sebagaimana tadi diatas bahwa berbagai kemudahan zaman dan teknologi yang semakin canggih
bukan hanya memberi akses positif tetapi juga dengan dampak negatif dalam bidang etika dan
moral kehidupan, tanpa dipungkiri kemampuan akademik atau penguasaan masyarakat modern
akan suatu bidang ilmu tertentu tidak menjamin adanya kesadaran berprilaku sebagaimana tersirat
ma’na etika dalam arti etika itu sendiri. Sehingga, untuk mengimbangi kemajuan zaman dan
lahirnya masyarakat modern, etika filsafat ilmu adalah bentengnya.

Anda mungkin juga menyukai