Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

1. Hubungan Antara Ilmu dan Etika

Pada hakikatnya, ilmu merupakan penuntun agar manusia mampu menjalani


kehidupan dengan baik dan benar. Ilmu lahir untuk menjawab berbagai permasalahan
yang ada. Sudah seharusnya keberadaan ilmu mampu mengatasi permasalahan yang ada.
Ilmu bersifat dinamis sehingga semakin lama ilmu menuju arah yang semakin kompleks.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberadaan ilmu, yakni waktu dan tempat.
Kemajuan zaman adalah fakta yang ada, sehingga keberadaan ilmu juga dipengaruhi oleh
kemajuan zaman. Selain itu kultur budaya yang ada di masyarakat sangat hetergon,
sehingga keberadaan ilmu juga dipengaruhi oleh tempat lahirnya ilmu tersebut. Ilmu
merupakan pelita yang mampu menerangi gelapnya kebodohan.

Etika merupakan aturan yang berlaku dimasyarakat baik tertulis maupun tidak
tertulis. Pada umumnya etika berkaitan dengan aturan agama dan norma yang berlaku
disuatu daerah. Etika mengatur hubungan sosial yang terjadi didalam masyarakat, baik
hubungan antara individu dengan individu, hubungan antara individu dengan kelompok
dan hubungan antara kelompok dengan kelompok. Etika bukan sekedar sopan-santun
saja, akan tetapi etika adalah kemuliaan dalam berhubungan sosial dengan mengacu pada
norma yang berlaku yakni agama. Etika merupakan kunci utama dalam melakukan
interaksi sosial. Sebab dengan etika interaksi akan diterima dengan mudah.

Etika tertinggi adalah etika dalam beragama, sebab agama berasal dari tuhan yang
memiliki kebenaran mutlak. Etika yang berlaku dimasyarakat tidak boleh bertentangan
dengan etika agama. Bahkan dalam berilmu juga perlu memperhatikan etika tersebut.
Ilmu dan etika merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah. Sebab keberadaan keduanya
saling berkaitan. Ilmu tanpa etika adalah kesesatan dan etika tanpa ilmu adalah
Kebodohan. Maka agar Ilmu dan etika bisa berjalan bersamaan harus ada integrasi
keduanya. Hal tersebut perlu dilakukan sebab adanya faktor kemajuan zaman dan kultur
budaya masyarakat yang heterogen sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu.
Sehingga keberadaan etika sangat penting agar ilmu bisa berkembang dengan baik dan
benar.

Salah satu permasalahan yang terjadi pada saat ini adalah kurangnya integrasi
ilmu dan etika. Perlahan, ilmu dijauhkan dari etika yang ada hingga menimbulkan
hilangnya etika. Dampak ketika ilmu tidak di integrasikan dengan etika adalah kesalahan
masyarakat dalam memahami ilmu sehingga masyarakat kehilangan etikanya. Selain itu,
dampak ketika ilmu dan etika tidak terintegrasi akan melahirkan para pemimpin,
cendekiawan dan masyarakat yang tidak beretika serta tidak memiliki kapasitas
intelektual yang dan spiritual yang mencukupi. Urgensi memahami etika sangatlah
penting sebab etika lahir sebelum ilmu. Sebelum manusia memikirkan ilmu, hal yang
harus dipikirkan terlebih dahulu adalah etika. Sebab etika mampu menjadi salah satu
parameter kebenaran ilmu. Jika ilmu tidak diawali dengan etika maka ilmu akan berjalan
tanpa batasan. Ilmu yang berjalan tanpa batasan akan mengarah pada kesesatan.

2. Membangun Masyarakat Ilmiah

Peradaban yang maju adalah akumulasi dari masyarakat yang maju. Masyarakat
yang maju adalah masyarakat yang mampu mengintegrasikan antara etika dan ilmu.
Kemajemukan masyarakat dan perkembangan zamana yang cepat menuntut manusia agar
bisa adaptif dan responsif. Masyarakat bisa dikatakan maju ketika mampu meraih
predikat ilmiah. Sebab ilmiah lahir dari proses yang terstruktur dan sistematis.
Keberadaan etika dan ilmu merupakan hal yang penting dalam membangun masyarakat
yang ilmiah. Untuk mewujudkan masyarakat ilmiah memerlukan integrase antara ilmu
dan etika.

Masyarakat ilmiah berbeda dengan masyarakat alamiah. Masyarakat ilmiah tidak


ada begitu saja, akan tetapi masyrakat ilmiah terbangun melalui etika dan ilmu. Suatu hal
bisa dikatakan ilmiah jika melalui proses dan alur ilmiah. Proses ilmiah ini berkaitan
dengan data dan fakta empiris. Jadi jika suatu hal memiliki data dan fakta serta telah
melalui rangkaian proses ilmiah maka hal tersebut bisa dikatakan ilmiah. Selain terbukti
kebenarannya, juga melalui rangkaian berpikir ilmiah yang terstruktur dan sistematis.
Sedangkan masyarakat alamiah terbentuk tanpa melalui proses ilmiah dan tidak
berdasarkan data dan fakta empiris. Sehingga pola pikir dan pola tindak masyarakat
alamiah tidak sejalan dengan prinsip etika dan ilmu.

Untuk mewujudkan masyarakat yang ilmiah diawali dengan membentuk logika


berpikir yang baik dan benar. Logika berpikir yang baik dan benar adalah tahap awal
yang harus dimiliki masyarakat sehingga pola pikir dan pola tindak masyarakat sejalan
dengan etika dan ilmu. Adapun alur berpikir yang baik dan benar yang pertama dilandasi
oleh keimanan kepada tuhan. Sebab akal manusia memiliki keterbatasan dan pada
hakikatnya manusia ini adalah hamba dari tuhan. Maka dalam berpikir dan berprilaku
harus sesuai aturan tuhan. Setelah itu, manusia harus memiliki etika sebelum berilmu.
Ketika manusia sudah beriman dan beretika maka tahap selanjutnya adalah berilmu.
Setelah ilmu berhasil diperoleh langkah selanjutnya adalah mengamalkan ilmu.
Kemudian tak cukup sampai disana, masyarakat ilmiah juga harus mampu membagikan
ilmu dengan cara mengajarkannya kepada masyarakat yang lain. Lebih mudahnya
tahapan untuk membentuk logika yang baik dan benar dapat dilihat Pada skema dibawah
ini

Beriman Beretika Berilmu Beramal Berbagi


Membangun masyarakat ilmiah adalah langkah awal untuk membangun
peradaban yang beradab. Dalam membangun masyarakat ilmiah, diperlukan peran
banyak pihak. Baik dari pemerintah selaku pemegang kebijakan dan juga masyarakat
sebagai pelaku langsung. Pemerintah dalam mengambil kebijakan harus bijaksana dalam
melihat realita sosial, sehingga kebijakan yang diambil pemerintah mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang urgent. Sedangkan masyarakat memiliki peran
langsung sebagai pelaku dan objek. Untuk itu diperlukan upaya untuk menumbuhkan
kesadaran di masyarakat terutama untuk membentuk logika berpikir yang baik dan benar.

Kesadaran yang ada pada masyarakat dibedakan menjadi tiga. Yakni kesadaran
magis, kesadaran naif dan kesadaran kritis. Kesadaran magis adalah kesadaran alamiah
yang tidak didasarkan pada data dan fakta. Kesadaran naif adalah kesadaran yang bersifat
subjektif. Sedangkan kesadaran kritis adalah kesadaran yang didasarkan pada data dan
fakta sehingga mampu mengkritisi sistem yang ada. Ketika masyarakat mampu
mengintegrasikan etika dan ilmu serta memiliki logika berpikir yang baik dan benar serta
memiliki kesadaran yang kritis maka akan terwujud masyarakat yang ilmiah. Jika
masyarakat ilmiah ini diakumulasikan maka akan membentuk peradaban ilmiah yang
beradab sehingga terwujud pula peradaban yang maju.

3. Menuju Masyarakat Berbudaya Ilmu dan Bermoral (Excellent With Morality)

Pada era industrial revolution 4.0 tidak hanya sekedar teknologi saja yang maju,
atau keberadaan robot dan alat-alat yang canggih serta mampu melakukan pekerjaan
manusia. Akana tetapi pada era ini terjadi pertukaran budaya lokal dengan budaya luar
sehingga memunculkan pergeseran budaya. Pergeseran budaya tersebut terjadi secara
cepat seiring dengan cepatnya informasi. Masyarakat cenderung meniru budaya yang ada
di luar sehingga meninggalkan budaya lokal. Budaya tidak hanya berkaitan dengan
keanekaragaman suku, nilai-nilai dan kearifan lokal saja. Budaya merupakan kebiasaan
yang dilakukan secara turun-temurun sehingga membuat pelakunya memiliki suatu
keharusan untuk melaksanakannya. Budaya yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma
yang berlaku perlahan mulai memudar. Karena, datangnya budaya baru dari luar,
membuat masyarakat terhegemoni dan ingin menirunya.

Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki budaya ilmu dan bermoral, tentu
memiliki banyak tahapan. Mulai dari membentuk logika berpikir yang baik dan benar,
adanya regulasi dari pemerintahan yang mendorong masyarakat agar mempunyai budaya
ilmu dan bermoral, hingga membentuk kesadaran kritis pada masyarakat. Tak hanya itu,
agara budaya ilmu dan bermoral ini lestari diperlukan upaya untuk memfilter budaya
yang datang agar tidak merusak masyarakat. Kurangnya filterisasi atau upaya untuk
menseleksi budaya yang sesuai dengan nilai dan etika yang berlaku menyebabkan
pergeseran budaya. Hingga terbentuklah budaya yang justru membawa masyarakat
menjadi mundur.Namun, jika proses filterisasi atau seleksi terhadap budaya ini dilakukan
dengan sebaik-baiknya maka terbentuklah budaya yang akan membawa masyarakat
menjadi maju.
Perlu adanya pembiasaan dimasyarakat agar bisa memahami urgensi ilmu dan
moral. Hal ini dilakukan karena budaya adalah kebiasaan yang dilakukan secara terus
menerus bahkan hingga turun temurun ke generasi selanjutnya. Budaya ilmu dan
bermoral merupakan salah satu ciri dari masyarakat madani atau civil society. Masyarakat
madani adalah masyarakat berwawasan ilmu dan berlandaskan moral dalam menjalani
kehidupannya. Dalam berpikir dan berkehidupan, masyarakat madani memiliki budaya
ilmu yang kuat sehingga wawasan masayarakat madani adalah wawasan yang berilmu
sehingga pola pikir nya senantiasa berdasar ilmu. Sedangkan dalam berprilaku dan
berkehidupan, masyarakat madani memiliki budaya bermoral yang kuat pula sehingga
landasan yang digunakan adalah moral. Ketika landasan moral tersebut dijalankan
dengan sebaik mungkin maka akan membentuk pola tindak yang baik. Untuk
mewujudkannya diperlukan berbagai 4 tahap yakni gerakan penyadaran, pencerdasan,
pemberdayaan dan pembebasan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini.

Penyadaran Pencerdasan Pemberdayaan Pembebasan

4 tahap tersebut adalah langkah-langkah untuk mewujudkan masyarakat yang


berbudaya ilmu dan bermoral. Penyadaran adalah langkah awal yang harus dilakukan,
sebab masyarakat harus tersadarkan terlebih dahulu tentang urgensi keilmuan dan moral.
Setelah itu masyarakat harus dicerdaskan dengan pemberian materi-materi dan
kompetensi untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Setalah masyarakat mempunyai
kesadaran langkah selanjutnya adalah melakukan pemberdayaan melalui penerapan
materi dan kompetensi yang dimiliki masyarakat sehingga akan membentuk pola
kebiasaan. Langkah berikutnya adalah pembebasan, langkah ini merupakan langkah
terakhir dan hanya bisa terwujud ketika masyarakat sudah memiliki kebiasaan ilmu dan
moral yang konsisten. Makna pembebasan adalah terbebasnya masyarakat dari belenggu
kebodohan dan kemunduran. Jika masyarakat mampu memiliki budaya ilmu dan moral
yang konsisten maka akan melahirkan masyarakat yang excellent with morality. Selain
itu, masyarakat tersebut adalah masyarakat yang anggun dalam moral dan unggul dalam
intelektual.

Anda mungkin juga menyukai