Anda di halaman 1dari 5

Tugas Logika dan Kemampuan Berbahasa

“Resensi Buku”
A. Pendahuluan
 Judul buku : ETIKA DASAR Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral
 Penulis : Franz Magnis-Suseno
 Tahun terbit : 1985
 Penerbit : Kanisius Yogyakarta
 Jumlah halaman : 156 lembar

Saya memilih buku ini untuk diresensi karena dizaman modern ini kita banyak dihadapkan dengan
persoalan tentang nilai-nilai dan norma-norma kelakuan. Buku ini dapat membantu kita menghadapi
masalah-masalah moral yang muncul dengan lebih positif, kritis dan mantap.

B. Isi
Bab 1 : Untuk apa beretika?

Setiap manusia memiliki kebutuhan. Salah satu kebutuhan manusia yang paling fundamental
adalah Orientasi. Untuk itu kita perlu mengetahui tentang Etika, karena etika adalah ilmu yang mencari
orientasi. Tujuannya agar membantu kita jangan kehilangan orientasi dan membuat kita sanggup untuk
menghadapi ideologi-ideologi dari luar dengan kritis dan objektif. Pada hakikatnya etika mengamati realitas
moral secara kritis yaitu memeriksa kebiasaan-kebiasaan,nilai-nilai,norma-norma dan pendangan-
pandangan moral,menuntut pertanggungjawaban, dan menjernihkan permasalahan.Banyak orang
berpendapat bahwa etika sama dengan ajaran moral. Padahal keduanya berbeda. Etika adalah sebuah
ilmu yang merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti dan mengambil sikap yang
bertanggungjawab tentang ajaran moral tertentu. Sedangkan ajaran moral adalah yang mengatakan
bagaimana kita harus hidup, apa yang boleh kita lakukan dan tidak lakukan. Etika juga dikaitkan dengan
agama. Dalam agama pun memerlukan etika untuk bisa memecahkan masalah di dalamnya dengan
memakai akal budi dan daya fikir. Kata moral sendiri selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai
manusia dan norma-norma moral adalah tolak ukurnya.

Bab 2 : Apa itu kebebasan

Kata bebas mempunyai arti yang lebih mendasar, yaitu bahwa kita mampu untuk menentukan
tindakan kita sendiri. Arti kata kebebasan terbagi atas 2 yaitu :

1. Kebebasan eksistensial : kemampuan kita untuk menentukan sikap dan tindakan kita sendiri.
Kebebasan eksistensial terdiri dari kebebasan jasmani yaitu dapat menentukan apa yang mau
dilakukan secara fisik dan kebebasan rohani yaitu kemampuan kita untuk menentukan apa yang
kita fikirkan.
2. Kebebasan sosial : kebebasan yang kita terima dari orang lain, Keadaan dimana kemungkinan kita
untuk bertindak tidak dibatasi dengan sengaja oleh orang lain.Kebebasan sosial manusia juga
sering dibatasi, ada 3 pembatasan kebebasan sosial yang diketahui yaitu :
1. Kebebasan jasmani dibatasi dengan paksaan, memakai kekuatan fisik
2. Kebebasan rohani dibatasi dengan tekanan
3. Kebebasan sosial dibatasi dengan perintah dan larangan.

Bab 3 : Tanggung jawab dan kebebasan

Kebebasan manusia perlu dibatasi. Ada 2 alasan untuk membatasi kebebasan manusia yaitu : 1)
Hak setiap manusia atas kebebasan yang sama artinya kebebasan saya tidak boleh sampai
mengurangi kebebasan orang lain. 2) saya bersama semua orang lain merupakan anggota masyarakat
artinya masyarakat berhak membatasi kesewenganan saya dan perlu menjamin hak-hak semua
anggota masyarakat demi kepentingan dan kemajuan masyarakat. Tapi pembatasan kebebasan
manusia harus dikemukan dengan terus terang dan harus dapat dipertanggungjawabkan. Adanya
kebebabasan tidak berarti kita boleh memutuskan apa saja dengan seenaknya tetapi kita harus bisa
mempergunakan kebebasan kita secara bertanggung jawab.

Bab 4 : suara hati

Suara hati adalah kesadaran saya akan kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia
dalam situasi konkret. Didalam suara hati yang harus kita sadari adalah selalu harus ditaati. Suara hati
adalah piece de resistence, unsur perlawanan yang akan mengganggu kerukunan dengan fihak yang tidak
benar. Suara hati membuat kita sadar bahwa kita selalu berhak untuk mengambil sikap sendiri, dan bahwa
kewajiban untuk taat terhadap pelbagi otoritas dalam masyarakat selalu terbatas. Menurut filsosof
Immanuel Kant : tuntutan suara hati bersikap mutlak. Kemutlakan suara hati tidak berarti bahwa suara hati
pasti betul. Suara hati hanya berdasarkan penilaian-penilaian kita dan penilaian kita tidak mungkin seratus
persen pasti. Tuntutan itu adalah untuk selalu bertindak dengan baik, jujur, wajar, dan adil, apapun
biayanya dan apa pun pendapat lembaga-lemaga normative.

Bab 5 : Memperetanggungjawabkan suara hati

Suara hati bukan hanya masalah perasaan belaka tetapi suara hati mengklaim rasionalitas dan
objektivitas maka ia harus dipertanggungjawabkan. Yang perlu dalam mempertanggungjawabkan suara
hati adalah keterbukaan. Terbuka bagi setiap argument, sangkalan, pertanyaan dan keragu-raguan dari
orang lain atau dari dalam hati kita sendiri. Sehingga Kita bisa mencari argumentasi(informasi dan
pertimabangan yang relevan) untuk mempertanggungjawabkan pendapat moral kita. Tetapi keputusan
harus tetap kita ambil sesuai suara hati kita sendiri.

Bab 6 : Mengembangkan suara hati


Pendapat moral sering tidak tercapai karena masalah yang mau di nilai dipandang secara
berbeda, sering mendekati masalah dengan emosional atau dari segi kepentingan pribadi, dan tidak
bersedia terbuka untuk bertindak dengan baik, adil dan jujur. Untuk itu kita perlu mengasah pengertian
moral kita. Dengan mendidik suara hati, artinya bahwa kita terus-menerus bersikap terbuka, mau belajar,
mau mengerti seluk-beluk masalah yang kita hadapi, mau memahai pertimbangan-pertimbangan etis yang
tepat dan seperlunya membaharui pandangan-pandangan kita. Suara hati kita tentang suatu masalah
memang kadang keliru tetapi kita sebaiknya membuat penilaian yang jujur dan sungguh-sungguh Karena
kita harus mempunyai kesadaran bahwa Allah menyaksikannya.

Bab 7 : Tolak ukur pertanggungjawaban moral

Mempertanggungjawabkan sesuatu berarti kita dapat menunjukan bahwa sesuatu itu memadai
dengan norma yang diterapkan padanya. Yang kita akan jadikan tolak ukur dalam pertanggungjawaban
moral adalah prinsip-prinsip moral dasar objektif yang harus dipergunakan untuk memecahkan suatu
masalah.artinya kita harus mencari prinsip-prinsip moral yang paling dasar yang mendasari semua moral-
moral yang lebih konkret dan menghadapi pandangan normatif moral secara rasional dan kritis. Prinsip-
prinsip yang mendasari semua norma dan aturan moral ada 3 pendekatan yaitu : 1) Etika peraturan: etika-
etika yang melihat hakikat moralitas dalam ketaatan terhadap sejumlah peraturan. 2) etika situasi: Etika
yang melihat dari segi situasi konkert setiap orang yang unik. 3) relativisme moral: norma moral hanya
berlaku relatif terhadap lingkungan atau wilayah tertentu. Misalnya dilihat dari budaya masyarakat yang
berbeda satu sama lain.

Bab 8 : Menujuh Kebahagian

Ada 3 teori etika normatif, yang menurut mereka tujuan kehidupan manusia adalah kebahagian
yaitu : 1) Hedonisme: kebahagiaan adalah tujuan pada dirinya sendiri. Artinya orang akan menjadi bahagia
dengan mencari perasaan menyenangkan sebanyak mungkin dan menhidari perasaan yang tidak enak,
sehingga pada teori ini hakikatnya seorang terbentuk menjadi egois. 2)teori pengembangan diri: bahagia
ialah kalau kita mengembangkan diri sedemikian rupa hingga bakat-bakat yang kita punya menjadi
kenyataan. Di dalam teori ini juga mengatakan jika seseorang ingin berkembang, ia harus berani untuk
tidak terus berpegang pada dir sendir tetapi mau memberikan diri sepenuhnya pada tugas dan tanggung
jawab yang menantang dan juga mau belajar menerima diri dalam batas-batas kita. 3)utilitarisme: Etika
yang menilai kebaikan orang dari apakah perbuatannya menghasilkan sesuatu yang baik atau tidak.
Artinya kita semua harus selalu bertindak sedemikian rupa hingga sebanyak mungkin orang dapat bahagia.

Bab 9 : Prinsip-prinsip moral dasar

Tiga prinsip dasar :

1. Prinsip sikap baik : bahwa kita hendaknya jangan merugikan siapa saja,jadi sikap yang dituntut
dari kita adalah sikap yang positif dan baik. Prinsip sikap baik ini mendasari semua norma moral
karena hanya atas dasar prinsip itu masuk akal bahwa kita harus bersikap adil atau jujur, atau
setia kepada orang lain.
2. Prinsip keadilan: keadilan ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang yang berada didalam
situasi yang sama. Jadi secara singkat keadilan menuntut agar kita jangan mau mencapai tujuan-
tujuan, termasuk yang baik, dengan melanggar hak orang lain.
3. prinsip hormat terhadap diri sendiri: bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri
sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Berdasarkan faham bahwa manusia adalah
person, pusat pengertian dan berkehendak, yang memiliki kebebasan dan suara hati, makhluk
berakal budi. Prinsip ini mempuyai dua arah yaitu kita dituntut agar tidak membiarkan diri diperas,
diperalat, diperkosa atau diperbudak dan kita jangan sampai membiarkan diri kita terlantar.
Hubungan dari ketiga prinsip dasar ini adalah bahwa kebaikan dan keadilan yang kita tunjukan
kepada orang lain, perlu diimbangi dengan sikap yang menghormati diri kita sendiri sebagai
makhluk yang bernilai pada dirinya sendiri.

Bab 10 : sikap-sikap kepribadian moral yang kuat

Sikap yang perlu kita kembangkan kalau kita ingin memperoleh kekuatan moral. Kekuatan moral
adalah kekuatan kepribadian seseoarang yang mantap dalam kesanggupannya untuk bertindak sesuai
dengan apa yang diyakininya sebagai benar. Sikap yang harus kita lakukan adalah :

1) kejujuran: jujur terhadap orang lain berarti kita harus mempunyai sikap terbuka yaitu, kita selalu
muncul sebagai diri kita sendiri sesuai keyakinan kita dan bersikap wajar atau fair yaitu, ia
mempunyai sikap standart yang diharapkan orang kain terhadap dirinya.
2) nilai-nilai otentik: otentik berarti kita menjadi diri kita sendiri. Manusia otentik adalah manusia yang
menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadiannya yang
sebenarnya.
3) kesediaa untuk bertanggung jawab: kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan,
dengan sebaik mungkin, bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan yaitu merasa
dirinya terikat pada yang memang perlu, bersedia untuk mengerahkan kemampuannya dimana ia
ditantang untuk menyelamatkan sesuatu, dan kesediaan untukmeberikan, pertanggung jawaban
atas tindakn-tindakanya, atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
4) kemandirian moral: kita tidak pernah ikut-ikutan saja dengan pelbagai pandangan moral dalam
lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak sesuai
dengannya.
5) keberanian moral: kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk
mengambil resiko konflik. Ia memberikan semangat dan kekuatan berpijak bagi mereka yang
lemah, yang menderita akibat kezaliman pihak-pihak yang kuat dan berkuasa.
6) kerendahan hati: kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataannya.orang yang
rendah hati tidak merasa diri penting dank arena itu berani untuk mempertaruhkan diri apabila ia
sudah meyakini sikapnya sebagai tanggung jawabnya.
7) realistik dan kritis: untuk menjamin keadilan dan menciptakan suatu keadaan masyarakat yang
membuka kemungkinan lebih besar bagi anggota-anggota untuk membangun hidup yang lebih
bebas dari penderitaan dan lebih bahagia.
C. Simpulan
Etika dasar sangat perlu untuk kita pelajari pada zaman sekarang ini. Untuk itu, buku ini mau
memberitahukan dan mengajar kita untuk bisa beretika dengan baik. Etika yang baik adalah ketika kita
melakukannya dengan bebas tetapi bertanggung jawab, harus didasari dengan kesadaran moral, dan
harus sesuai dengan etika-etika normatif. Agar nantinya kita dapat menerapkan di dalam kehidupan
nyata atau konkret kita sehari-hari.

D. Penilaian
Buku ini sangat bagus karena membahas tentang msalah-masalah etika dengan lebih terperinci
dan menberitahukan kepada kita untuk bisa menghadapi masalah-masalah moral yang muncul dengan
lebih positif, kritis, dan mantap. Isi didalam buku ini juga jelas karena judul tiap bab selalu berkaitan
dengan penjelasan didalam bab itu. Ditambah dengan contoh-contoh konkert dalam kehidupan,
rangkuman, pertanyaan, dan tugas pada tiap bab, sehingga kita akan lebih muda untu memahaminya.
Bahasa yang digunakan juga bahasa yang ringan sehingga semua kalangan bisa memabaca dan
mengerti maksud penulis.
Tetapi, didalam isinya terlalu berbelit-belit karena sering mengulang pengertian-pengrtian maupun
contoh-contoh yang sudah pada bab sebelumnya. Sehingga pembaca pun kadang binggung untuk
bisa mengambil kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai