Anda di halaman 1dari 39

PENGERTIAN ETIKA

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normatif
tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan etika
muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan – permasalahan di dunia nyata.

Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab.

PENGERTIAN PROFESI

Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu
janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi
kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu
keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma
sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan
kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang
rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan
keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan
ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok
anggota yang menyandang profesi tersebut.

PENGERTIAN ETIKA PROFESI

Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi.

Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar
atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.

Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau
lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science,
medis/dokter, dan sebagainya.
Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga
sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien
atau objek).

Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan profesional
dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban
masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya
dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.)

Prinsip dasar di dalam etika profesi :

1. Tanggung jawab

– Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.

– Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.

2. Keadilan.

3. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.

4. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi dan


ketekunan

5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi

6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi

Sumber :

Brooks, Leonard J. 2007. Etika Bisnis & Profesi, Edisi 5. Penerbit Salemba Empat

http://for7delapan.wordpress.com/2012/06/22/definisi-etika-profesi-menurut-para-ahli/

http://id.wikipedia.org/wiki/Etika

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4430/etika21.htm

http://adiarsa-na-fkh10.web.unair.ac.id/artikel_detail-35658-
%20Catatan%20Dunia%20Campus%20-Apa%20itu%20Profesi%20.html
sumber

https://yanhasiholan.wordpress.com/2013/10/16/pengertian-etika-profesi-dan-etika-profesi/ (22.25
wib)

Definisi Etika Profesi menurut para ahli


Juni 22, 2012tugasdefinisi, etika, etika profesi
Apa sih etika profesi itu?? buat teman-teman yang sedang mencari Pengertian Etika Profesi
menurut para ahli truss mampir di blog ane, nih ada Pengertian Etika Profesi menurut para
ahli, yang udah di kumpulin dari beberapa sumber. Selamat menikmati !
Pengertian Etika Profesi :

 Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
 Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip
moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi)
kehidupan manusia.
 Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi
atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa),
science, medis/dokter, dan sebagainya.
 Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek).
 Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat
yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH.,
MSi.)

https://for7delapan.wordpress.com/2012/06/22/definisi-etika-profesi-menurut-para-ahli/ (22.26)

Definisi Profesi menurut para ahli


Juni 22, 2012tugasdefinisi, etika, etika profesi
Definisi Profesi Menurut Para Ahli – Pada kesempatan sebelumnya saya telah memposting
mengenai Pengertian Etika menurut para ahli. Sekarang akan saya bagikan mengenai
Pengertian profesi. Apa sih profesi itu?? Mungkin sebagian dari kita akan menjawab Profesi
adalah Pekerjaan titik! Lalu, Bagaimana dengan pendapat para Ahli? buat teman-teman yang
sedang mencari tentang Pengertian Profesi menurut para ahli truss mampir di blog ane, Nah!
dibawah ini ada Pengertian Profesi menurut para ahli, yang udah di kumpulin dari beberapa
sumber. Berikut pengertian profesi menurut para ahli, Selamat menikmati !

 Pengertian profesi menurut Osnstien dan Live 1984: Melayani masyarakat,


merupakan karir yang dilakukan sepanjang hayat. Melakukan bidang dan ilmu dan
kerampilan tertentu. Memerlukan latihan khusus dalam jangka waktu yang lama.
Melakukan status social dan ekonomi yang tinggi.
 Pengertian profesional menurut Sanusi et all (1991) mengatakan bahwa profesi
adalah: Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikan yang menentukan (erusial)
 Pengertian profesi menurut De George, Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan
sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan
suatu keahlian.
 Pengertian profesi adalah suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis
pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian,
sehingga banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu dikatakan memiliki profesi
yang sesuai.
 Pengertian Profesi : Profesi adalah dapat dirumuskan sebagai pekerjaan tetap berupa
pelayanan (service occupation).

https://for7delapan.wordpress.com/2012/06/22/definisi-profesi-menurut-para-ahli/ (22.26 )

Pengertian Etika menurut para ahli


Juni 22, 2012tugasdefinisi, etika, etika profesi

Apa sih etika itu?? buat teman-teman yang sedang mencari Pengertian Etika menurut para
ahli untuk membuat tugas atau sekedar ingin tahu dan mampir di blog ane, nih ada Pengertian
Etika menurut para ahli, yang udah di kumpulin dari beberapa sumber. Selamat menikmati !
Berikut ini adalah Pengertian Etika :

 Etika adalah ajaran (normatif) dan pengetahuan (positif) tentang yang baik dan yang
buruk, menjadi tuntutan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. (pengertian
etika menurut Rosita noer).
 Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,
baik, buruk, dan tanggung jawab.(pengertian etika menurut wikipedia)
 Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan
nilai yang baik. (Pengertian etika menurut Drs. O.P. Simorangkir)
 Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. (pengertian etika menurut Drs.
Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat)
 Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai norma dan moral yang
menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. (pengertian etika menurut Drs. H.
Burhanudin Salam)

https://for7delapan.wordpress.com/2012/06/22/pengertian-etika-menurut-para-ahli/ (22.27)

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di
mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[butuh rujukan] Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.[butuh rujukan]
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis
(practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan
kita.[butuh rujukan] Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis
kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain.[1] Untuk itulah diperlukan etika, yaitu
untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.[butuh rujukan]

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.[butuh
rujukan]
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.[butuh
rujukan]
Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah
tingkah laku manusia.[butuh rujukan] Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti
juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat
dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.[2]

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).[butuh rujukan]

https://id.wikipedia.org/wiki/Etika (22.28)

Pengertian Etika, Profesi, Etika Profesi dan


Kode Etik Profesi
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “Ethikos” yang berati timbul dari kebiasaan,
adalah cabang utama dari filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk dan tanggung jawab.

Berikut ini merupakan dua sifat etika, yaitu :

Ø Non-empirisFilsafat digolongkan sebagai ilmu non empiris. Ilmu empiris adalah ilmu
yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat
berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-
gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang
kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

Ø Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya


filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu,
melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai
cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan
resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya
menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dan
sebagainya, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan
kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.
Perbedaan antara Etika dengan Etiket yaitu, Etika menyangkut cara dilakukannya
suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Contohnya : Dilarang
mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang milik orang lain
tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di
sini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan
kiri. Sedangkan Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang
lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka
etiket tidak berlaku. Contohnya : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil
meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau
saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika
saya makan dengan cara demikian.

Pengertian Profesi

Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau


menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.
Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan
kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi
tertentu disebut professional, sedangkan professional sendiri mempunyai makna yang
mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang
penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.

Berikut ini merupakan ciri-ciri dari profesi, yaitu :

 Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis

Seorang professional harus memiliki pengetahuan teoretis dan keterampilan mengenai


bidang teknik yang ditekuni dan bisa diterapkan dalam pelaksanaanya atau prakteknya dalam
kehidupan sehari-hari.

 Asosiasi Profesional

Merupakan suatu badan organisasi yang biasanya diorganisasikan oleh anggota profesi yang
bertujuan untuk meningkatkan status para anggotanya.

 Pendidikan yang Ekstensi

Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang
pendidikan tinggi. Seorang professional dalam bidang teknik mempunyai latar belakang
pendidikan yang tinggi baik itu dalam suatu pendidikan formal ataupun non formal.

 Ujian Kompetisi

Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu
tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.

 Pelatihan institutional

Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana
calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh
organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.

 Lisensi

Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang
memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.

 Otonomi kerja

Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar
adanya intervensi dari luar.

 Kode etik

Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur
pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.

 Mengatur diri

Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan
pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau
mereka yang berkualifikasi paling tinggi.

 Layanan publik dan altruism

Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan
kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.

 Status dan imbalan yang tinggi

Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak
bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang
mereka berikan bagi masyarakat.

Pengertian Etika Profesi

Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan
penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban terhadap masyarakat.

Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional.

Tiga Fungsi dari Kode Etik Profesi


1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi

https://indahwardani.wordpress.com/2011/05/11/pengertian-etika-profesi-etika-profesi-dan-kode-
etik-profesi/ (22.28)

Etika Profesi dalam Teknologi Informasi

Pada masa sekarang ini yang di sebut-sebut dengan masa kebebasan demokrasi, kebebasan
berpendapat dan kebebasan berkreasi banyak disalah artikan. Kebebasan yang dimaksud tetap
harus mengikuti tata tertib yang berlaku , UU yang berlaku dan tetap pada jalur yang benar.
Tapi sebagian masyarakat dengan berbagai profesi telah melanggar kode etik profesi mereka,
dengan alasan kebebasan demokrasi, kebebasan berpendapat ,dan kebebasan berkreasi.
Padahal sadar ataupun tidak karena pelanggaran kode etik tersebut juga merugikan pihak lain.
Pelanggaran kode etik profesi berarti pelanggaran atau penyelewengan terhadap sistem
norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan
baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi suatu profesi dalam masyarakat.
Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa
mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok. Adapun fungsi dari kode etik profesi
adalah
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan
3. Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi.

Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang khususnya bidang teknologi
informasi. Kode etik sangat dibutuhkan dalam bidang TI karena kode etik tersebut dapat
menentukan apa yang baik dan yang tidak baik serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh IT-er itu dapat dikatakan bertanggung jawab atau tidak. Pada jaman sekarang banyak
sekali orang di bidang TI menyalahgunakan profesinya untuk merugikan orang lain,
contohnya hacker yang sering mencuri uang,password leat komputer dengan menggunakan
keahlian mereka. Contoh seperti itu harus dijatuhi hukuman yang berlaku sesuai dengan kode
etik yang telah disepakati. Dan banyak pula tindakan kejahatan dilakukan di internet selain
hacker yaitu cracker, dll. Oleh sebab itu kode etik bagi pengguna internet sangat dibutuhkan
pada jaman sekarang ini.

Adapun kode etik yang diharapkan bagi para pengguna internet adalah :
1. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan dengan
masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
2. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi menyinggung
secara langsung dan negatif masalah suku, agama dan ras (SARA), termasuk di dalamnya
usaha penghinaan, pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk pelanggaran
hak atas perseorangan, kelompok / lembaga / institusi lain.
3. Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi instruksi untuk melakukan
perbuatan melawan hukum (illegal) positif di Indonesia dan ketentuan internasional
umumnya.
4. Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur.
5. Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan informasi
yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.
6. Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar / foto, animasi, suara atau bentuk
materi dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus mencantumkan identitas
sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan bersedia untuk melakukan pencabutan bila ada
yang mengajukan keberatan serta bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin
timbul karenanya.
7. Tidak berusaha atau melakukan serangan teknis terhadap produk, sumber daya (resource)
dan peralatan yang dimiliki pihak lain.
8. Menghormati etika dan segala macam peraturan yang berlaku di masyarakat internet
umumnya dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap segala muatan / isi situsnya.
9. Untuk kasus pelanggaran yang dilakukan oleh pengelola, anggota dapat melakukan teguran
secara langsung.

Dan walaupun sudah ada kode etik diatas tetapi tidak semua para pengguna internet dan IT-er
mematuhi kode etik tersebut diatas. Selain itu juga sanksi UU Teknik Informatika bagi para
pelanggar kode etik profesi dalam bidang TI belum begitu tegas dan jelas.
PENYEBAB PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Ada beberapa hal yang penyebab pelanggaran kode etik yang biasanya terjadi di lingkungan
kita, antara lain :

A. Pengaruh jabatan

Misalnya yang melakukan pelanggaran kode etik profesi itu adalah pimpinan atau orang yang
memiliki kekuasaan yang tinggi pada profesi tersebut, maka bisa jadi orang lain yang posisi
dan kedudukannya berada di bawah orang tersebut, akan enggan untuk melaporkan kepada
pihak yang berwenang memberikan sangsi, karena kekhawatiran akan berpengaruh kepada
jabatan dan posisinya pada profesi tersebut.

B. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga menyebabkan pelaku


pelanggaran kode etik profesi tidak merasa khawatir melakukan pelanggaran.

C. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.

D. Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi masyarakat untuk
menyampaikan keluhan.

E. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena buruknya
pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri

F. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur profesinya.

G. Pengaruh sifat kekeluargaan

Misalnya, yang melakukan pelanggaran adalah keluarga atau dekat hubungan kekerabatannya
dengan pihak yang berwenang memberikan sangsi terhadap pelanggaran kode etik pada suatu
profesi, maka ia akan cendrung untuk tidak memberikan sangsi kepada kerabatnya yang telah
melakukan pelanggaran kode etik tersebut.

Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika

 Kebutuhan individu, contohnya korupsi karena alasan ekonomi


 Tidak ada pedoman, karena area “abu-abu”, sehingga tak ada panduan
 Perilaku dan kebiasaan individu contohnya kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi
 Lingkungan tidak etis contohnya pengaruh dari komunitas
 Perilaku orang yang ditiru contohnya efek primordialisme yang kebablasan
Sangsi Pelanggaran Etika

 Sanksi Sosial
Skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat “dimaafkan”.

 Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana menempati prioritas utama, diikuti
oleh hokum Perdata.
Etika & Teknologi

 Teknologi adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia untuk memudahkan


pekerjaannya.
 Kehadiran teknologi membuat manusia “kehilangan” beberapa sense of human yang
alami.
( otomatisasi mesin refleks / kewaspadaan melambat )

 Cara orang berkomunikasi, by email or by surat, membawa perubahan signifikan,


dalam sapaan / tutur kata.
 Orang berzakat dengan SMS, implikasi pada silaturahmi yang “tertunda”
 Emosi ( “touch” ) yang semakin tumpul karena jarak dan waktu semakin bias dalam
teknologi informasi.
Isu-Isu Pokok Etika Komputer

 Kejahatan Komputer
Kejahatan yang dilakukan dengan computer sebagai basis teknologinya.
Virus, spam, penyadapan, carding, Denial of Services ( DoS ) / melumpuhkan target

 Cyber ethics
Implikasi dari INTERNET ( Interconection Networking ), memungkinkan pengguna IT
semakin meluas, tak terpetakan, tak teridentifikasi dalam dunia anonymouse.

 Diperlukan adanya aturan tak tertulis seperti Netiket, Emoticon.


 E-commerce
Otomatisasi bisnis dengan internet dan layanannya, mengubah bisnis proses yang telah ada
dari transaksi konvensional kepada yang berbasis teknologi, melahirkan implikasi negative;
bermacam kejahatan, penipuan, kerugian karena ke-anonymouse-an tadi.

 Pelanggaran HAKI
Masalah pengakuan hak atas kekayaan intelektual. Pembajakan, cracking, illegal software
dst.

 Tanggung jawab profesi


Sebagai bentuk tanggung jawab moral, perlu diciptakan ruang bagi komunitas yang akan
saling menghormati. Misalnya IPKIN ( Ikatan Profesi Komputer & Informatika-1974 )
Profesi Profesional
“Bekerjalah dengan cinta…
Jika engkaun tidak dapat bekerja dengan cinta,
Lebih baik engkau meninggalkannya..
Dan mengambil tempat di depan pintu gerbang
Candi-candi, meminta sedekah kepada mereka
Yang bekerja dengan penuh suka dan cita”
( Kahlil Gibran )

 Seorang pelaku profesi harus memiliki sifat – sifat berikut :


a. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya
b. Mampu mengkonversi ilmu menjadi keterampilan
c. Menjunjung tinggi etika dan integritas profesi

 Profesional adalah orang yang menjalankan profesinya secara benar menurut nilai-
nilai normal.
 Untuk menjadi orang yang professional, diperlukan : komitmen, tanggung jawab,
kejujuran, sistematik berfikir, penguasaan materi, menjadi bagian masyarakat
professional.
Pentingnya Etika di Dunia Maya
Adanya internet dalam kehidupan manusia telah membentuk komunitas masyarakat
tersendiri. Surat menyurat yang dulu dilakukan secara tradisional (merpati pos atau kantor
pos) sekarang bisa dilakukan hanya dengan duduk dan mengetik surat tersebut di depan
computer.
Beberapa alasan mengenai pentingnya etika dalam dunia maya adalah sebagai berikut:

a. Bahwa pengguna internet berasal dari berbagai negara yang mungkin memiliki
budaya, bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda.
b. Pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia anonymouse,
yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi.
c. Berbagai macam fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan seseorang
untuk bertindak etis seperti misalnya ada juga penghuni yang suka iseng dengan
melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.
d. Harus diperhatikan bahwa pengguna internet akan selalu bertambah setiap saat dan
memungkinkan masuknya “penghuni” baru didunia maya tersebut.
Netiket : Contoh Etika Berinternet

Netiket atau Nettiquette, adalah etika dalam berkomunikasi menggunakan internet.

a. Netiket pada one to one communications


Yang dimaksud dengan one to one communications adalah kondisi dimana komunikasi
terjadi antarindividu “face to face” dalam sebuah dialog.

b. Netiket pada one to many communications


Konsep komunikasi one to meny communications adalah bahwa satu orang bisa
berkomunikasi kepada beberapa orang sekaligus. Hal itu seperti yang terjadi pada mailing list
dan net news.

c. Information services
Pada perkembangan internet, diberikan fasilitas dan berbagai layanan baru yang disebut
layanan informasi (information service). Berbagai jenis layanan ini antara lain seperti
Gropher, Wais, Word Wide Web (WWW), Multi-User Dimensions (MUDs), Multi-User
Dimensions which are object Oriented (MOOs)
Cyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan

 Jenis kejahatan “konvensional” :


a. K. kerah biru (blue collar crime)
Pencurian, penipuan, pembunuhan
b. K. kerah putih (white collar crime)
Kejahatan korporasi, k. birokrat, malpraktek dll
Pengertian Cybercrime

 Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang ditimbulkan karena


pemanfaatan teknologi internet.
 Dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hokum yang dilakukan dengan
menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi computer dan
telekomunikasi.
Jenis Cybercrime
Berdasarkan Jenis Aktivitasnya

1. Unauthorized Access.
Terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup ke dalam suatu system jaringan computer
secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik system jaringan computer
yang dimasukinya.
Probing dan Port Scanning merupakan contoh dari kejahatan ini.
Aktivitas “Port scanning” atau “probing” dilakukan untuk melihat servis-servis apa saja yang
tersedia di server target.

2. Illegal Contents
Merupakan kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke internet
tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hokum atau
mengganggu ketertiban umum.

3. Penyebaran Virus Secara Sengaja


Penyebaran virus umumnya dilakukan dengan menggunakan email. Seringkali orang yang
system emailnya terkena virus tidak menyadari hal ini. Virus ini kemudian dikirimkan ke
tempat lain melalui emailnya.
Contoh kasus : Virus Mellisa, I Love You, dan Sircam.

4. Data Forgery
Kejahatan jenis ini bertujuan untuk memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang
ada di Internet.
5. Cyber Espionage, Sabotage and Extortion
Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-
mata terhadap pihak lain dengan memasuki system jaringan computer pihak sasaran.
Selanjutnya, sabotage and extortion merupakan jenis kejahatan yang dilakukan dengan
membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program computer
atau system jaringan computer yang terhubung dengan internet.

6. Cyberstalking
Dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan memanfaatkan computer,
misalnya menggunakan e-mail dan dilakukan berulang-ulang.
Kejahatan tersebut menyerupai terror yang ditujukan kepada seseorang dengan
memanfaatkan media internet.

7. Carding
Merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan
digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.

8. Hacking dan Cracking


Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang mempunyai minat besar untuk
mempelajari system computer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya.
Besarnya minat yang dimiliki seorang hacker dapat mendorongnya untuk memiliki
kemampuan penguasaan system di atas rata-rata pengguna. Jadi, hacker memiliki konotasi
yang netral.
Aktivitas cracking di internet memiliki lingkungan yang sangat luas, mulai dari pembajakan
account milik orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus, hingga
pelumpuhan target sasaran.

9. Cybersquatting and Typosquatting


Merupakan kejahatan yang dilakukan dengan mendaftarkan domain nama perusahaan orang
lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan tersebut dengan harga yang lebih
mahal.
Typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain yang mirip dengan nama domain
orang lain.

10. Hijacking
Merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain. Yang paling sering
terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat lunak)

11. Cyber Terorism


Suatu tindakan xybercrime termasuk cyber terorism jika mengancam pemerintah atau
warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer.

Berdasarkan Motif Kegiatannya


1. Sebagai tindakan murni kriminal
Kejahatan yang murni merupakan tindak criminal yang dilakukan karena motif kriminalitas.
Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. Contoh
kejahatan semacam ini adalah Carding.
2. Cybercrime sebagai kejahatan “abu-abu”
Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam “wilayah abu-abu” cukup sulit
menentukan apakah itu merupakan tindakan criminal atau bukan, mengingat motif
kegiatannya terkadang bukan untuk berbuat kejahatan. Contohnya adalah probing atau
portscanning.
Berdasarkan Sasaran Kejahatannya

1. Menyerang Individu (Against Person)


Jenis kejahatan ini, sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang
memiliki sifat atau criteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Beberapa contoh
kejahatan ini antara lain : Pornografi, Cyberstalking, Cyber Tresspass

2. Menyerang Hak Milik (Against Property)


Cybercrime yang dilakukan untuk mengganggu atau menyerang hak milik orang lain.
Contoh: carding, cybersquatting, typosquatting, hijacking, data forgery

3. Menyerang Pemerintah (Against Government)


Cybercrime Against Government dilakukan dengan tujuan khusus penyerangan terhadap
pemerintah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Cyber Crime

1. Faktor Politik
2. Faktor Ekonomi
3. Faktor Sosial Budaya
Ada beberapa aspek untuk Faktor Sosial Budaya:

a. Kemajuan Teknologi Informasi


b. Sumber Daya Manusia
c. Komunitas Baru
Dampak Cybercrime Terhadap Keamanan Negara
Kurangnya kepercayaan dunia terhadap Indonesia
Berpotensi menghancurkan negara
Dampak Cybercrime Terhadap Keamanan Dalam Negri

1. Kerawanan social dan politik yang ditimbulkan dari Cybercrime antara lain isu-isu
yang meresahkan, memanipulasi simbol-simbol kenegaraan, dan partai politik dengan
tujuan untuk mengacaukan keadaan agar tercipta suasana yang tidak kondusif.
2. Munculnya pengaruh negative dari maraknya situs-situs porno yang dapat diakses
bebas tanpa batas yang dapat merusak moral bangsa.
Menuju UU Cyber Republik Indonesia
Strategi Penanggulangan Cyber Crime
Strategi Jangka Pendek

1. Penegakan hokum pidana


2. Mengoptimalkan UU khusus lainnya
3. Rekruitment aparat penegak hokum
Strategi Jangka Menengah

1. Cyber police
2. Kerjasama internasional
Strategi Jangka Panjang

1. Membuat UU cyber crime


2. Membuat perjanjian bilateral
CONTOH KASUS PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Pelanggaran Kode Etik IT


Faktor penyebab pelanggaran kode etik profesi IT adalah makin merebaknya penggunaan
internet. Jaringan luas komputer tanpa disadari para pemiliknya di sewakan kepada spammer
(penyebar email komersial) froudster (pencipta situs tipuan), dan penyabot digital. Contohnya
di Bandung banyak warnet yang menjadi sarang kejahatan komputer. Faktor lain yang
menjadi pemicu adalah makin merebaknya intelektual yang tidak beretika.

Faktor penyebab pelanggaran kode etik profesi IT

1. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat


2. Organisasi profesi tidak di lengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi masyarakat
untuk menyampaikan keluhan
3. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena
buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak prepesi sendiri
4. belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi IT untuk
menjaga martabat luhur profesinya
5. tidak adanya kesadaran etis da moralitas diantara para pengemban profesi TI untuk
menjaga martabat luhur profesinya.

http://alamona77.blogspot.com/p/etika-profesi-dalam-teknologi-informasi.html (22.31)

Pengertian Etika, Kode Etik dan Fungsi Kode Etik Profesi

Create by Dewi Nurbaiti

Pengertian Etika

Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti adat istiadat/ kebiasaan
yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban
moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai
yang mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.
Pengertian Profesi

Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut
keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian yang
diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat
dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu disebut professional,
sedangkan professional sendiri mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang
menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk
kerja sesuai dengn profesinya.

Pengertian Etika Profesi

Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh
ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
terhadap masyarakat.

Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan
dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan
yang tidak professional.

Pengertian Kode Etik

kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik
yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai
pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional

Fungsi Kode Etik Profesi

Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang
yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan
fungsi dari kode etik profesi:

a) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas

yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui
suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga
dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap
para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
c) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika

dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu
instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau
perusahaan.

Dalam lingkup TI, kode etik profesinya memuat kajian ilmiah mengenai prinsip atau norma-
norma dalam kaitan dengan hubungan antara professional atau developer TI dengan klien, antara
para professional sendiri, antara organisasi profesi serta organisasi profesi dengan pemerintah. Salah
satu bentuk hubungan seorang profesional dengan klien (pengguna jasa) misalnya pembuatan
sebuah program aplikasi.
Seorang profesional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal yang harus ia
perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinya digunakan oleh kliennya atau user, ia dapat
menjamin keamanan (security) sistem kerja program aplikasi tersebut dari pihak-pihak yang dapat
mengacaukan sistem kerjanya (misalnya: hacker, cracker, dll). Kode etik profesi Informatikawan
merupakan bagian dari etika profesi.

Jika para profesional TI melanggar kode etik, mereka dikenakan sanksi moral, sanksisosial,
dijauhi, di-banned dari pekerjaannya, bahkan mungkin dicopot dari jabatannya

http://cyberlawncrime.blogspot.com/2013/03/pengertian-etika-kode-etik-dan-fungsi.html 922.32)

sejarah arsitek di indonesia


Pada saat lokakarya tentang RUU-Arsitek (hasil lokakarya ada disini) di Bali tempo hari,
pak Yudha mempresentasikan makalahnya dengan menyertakan sepenggal cerita tentang
sejarah arsitek di Indonesia. Cerita ini menarik karena menunjukkan kepada kita kapan dan
bagaimana tumbuhnya profesi arsitek dulu. Saya taruh disini supaya lebih banyak lagi yang
membaca sejarah ini. Salam, e.

Indonesia mewarisi tradisi membangun secara tradisional yang turun-temurun lintas generasi
mengakomodasi kebutuhan masyarakat sesuai tingkat sosial-budaya yang berlaku dalam
kelompoknya. Tradisi itu dengan bijak mampu memanfaatkan potensi alam sekitarnya,
sekaligus tunduk pada keterbatasannya. Konteks lingkungan menjadi guru abadi yang
senantiasa memberi pelajaran secara kolektif tentang cara membangun yang tepat.

Memasuki era modern (mulai awal abad XIX), kebutuhan baru bermunculan sejalan dengan
perubahan jaman. Pabrik, stasiun kereta api, pelabuhan laut, kantor perdagangan, gedung
pertunjukan, untuk menyebutkan beberapa contoh saja, menuntut cara membangun yang
berbeda. Hingga akhir abad XIX pembangunan di Hindia Belanda sangat didominasi oleh
kelompok zeni dari militer dan oleh para insinyur serta arsitek dari Departemen Pekerjaan
Umum.

Pada masa itu, kegiatan rancang-bangun oleh aannemer (pemborong) lazim berlaku. Kegiatan
merencana dan membangun menjadi satu kesatuan, dilakukan oleh satu pihak yang dipilih
oleh pemberi tugas. Praktek ini banyak terjadi terutama pada bangunan rumah tinggal, namun
banyak pula terjadi pada bangunan publik. Bangunan didirikan menurut pola dan langgam
yang tersedia di buku-buku desain dengan berbagai penyesuaian yang diperlukan menurut
kebutuhan dan selera pemberi tugas, dan karakteristik tapak yang ada.

Ketika pembangunan di berbagai lapangan kehidupan meningkat tajam (terutama setelah UU


Agraria 1870 berlaku). Sekolah teknik didirikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga trampil
yang dapat mendukung pekerjaan pembangunan yang dilakukan oleh para insinyur untuk
bangunan gedung, pekerjaan irigasi dan jalan raya. Tenaga trampil yang baik dapat naik
pangkat dari opzichter (pengawas) menjadi arsitek.
Dalam sejarah kita, arsitek pertama Indonesia adalah Aboekasan Atmodirono (1860-
1920). Ia lulus Sekolah Teknik Menengah Jurusan Bangunan (Middelbare Technische
School) yang berhasil mencapai jenjang opzichter. Setelah naik pangkat, ia dikenal sebagai
de eerste inlandse architect (arsitek pribumi pertama) dan bekerja di Departement van
Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum). Ia hadir di Kongres I Boedi
Oetomo dan masuk dalam daftar calon ketua. Ketika pemerintah Hindia Belanda membentuk
Dewan Rakyat (volksraad) di tahun 1918, ia ditunjuk duduk di parlemen sebagai tokoh Boedi
Oetomo yang juga mewakili Perhimpunan Pamong Praja Pribumi “Mangoenhardjo”.

Ketika kesempatan sekolah ke luar negeri terbuka bagi kaum bumiputera, Notodiningrat
masuk sekolah tinggi teknik di Delft dan lulus sebagai insinyur sipil pertama Indonesia di
tahun 1916. Ia juga dikenal sebagai salah seorang pendiri Indische Vereniging (Perhimpunan
Hindia, cikal bakal Perhinpunan Indonesia). Insinyur sipil pada masa itu mampu menangani
pekerjaan perencanaan dan pengawasan di bidang bangunan gedung, irigasi dan jalan raya.
Karirnya dijalani di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Setelah masa kemerdekaan,
Prof. Ir. Wreksodiningrat (alias Notodiningrat) ikut mendirikan Fakultas Teknik UGM dan
menjadi Dekan (1947-1951).

Usai PD I, muncul tokoh nasional yang mengawali karirnya sebagai arsitek, yaitu Abikoesno
Tjokrosujoso. Setelah lulus dari Koningin Emma School di Surabaya pada tahun 1917, ia
secara otodidak meniti karir di bidang konstruksi. Belakangan ia dapat mengikuti ujian
arsitek dan lulus di tahun 1921 (sumber lain mengatakan 1923 atau 1925). Disamping aktif di
dunia politik (adik HOS Tjokroaminoto yang kemudian memimpin PSII) ia juga memiliki
usaha aannemer dan pernah pula bekerja sebagai asisten bersama Moh. Soesilo (perencana
kota Kebayoran Baru) di biro milik Thomas Karsten di Semarang. Setelah Indonesia
merdeka, ia ditunjuk menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan RI yang pertama.

Di tahun 1920 Technische Hoogeschool di Bandung mulai beroperasi. Empat orang


bumiputera pertama yang lulus dari sekolah itu (1926) adalah Anwari, Ondang, Soekarno dan
Soetedjo. Soekarno, Proklamator dan Presiden RI I, menyebut dirinya insinyur-arsitek. Di
awal karirnya, ia mendirikan biro insinyur pertama bumiputera bersama Anwari. Belakangan
ia juga mendirikan biro insinyur bersama Rooseno. Pekerjaannya meliputi perencanaan dan
sekaligus juga membangun rumah tinggal, pertokoan dsb. sebagai arsitek pemborong
(aannemer).

Di era kemerdekaan, pekerjaan arsitek masih dilahirkan dari insinyur sipil lulusan TH
Bandung (sekarang ITB), disamping para tenaga trampil yang menyebutkan dirinya arsitek
(tingkat teratas dari seorang opzichter atau pengawas, antara lain dapat disebutkan nama
Silaban dan Soedarsono). Untuk memenuhi kebutuhan sesuai tuntutan jaman, maka baru di
tahun 1950 dibentuk jurusan arsitektur agar segera lahir lulusan sarjana arsitektur Indonesia
yang khusus menangani bangunan gedung. Pada tahun 1958 jurusan tersebut berhasil
meluluskan 16 sarjana arsitektur pertama.

Pembangunan yang pesat di akhir tahun 1950-an telah mendorong kesadaran dari para arsitek
dan sarjana arsitektur lulusan pertama untuk membanguna tatanan baru dunia konstruksi di
Indonesia. Tiga arsitek senior, yaitu Ars. Moh. Soesilo, Ars. Silaban, dan Ars. Liem Bwan
Tjie, bersama 17 sarjana arsitektur angkatan pertama yang dimotori oleh Ir. Soehartono
Soesilo (putra Ars. Moh. Soesilo) bersepakat mendirikan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) pada
tanggal 17 September 1959.
IAI dibentuk sebagai reaksi terhadap praktek aannemer yang ditengarai menghambat
kemajuan di bidang arsitektur. Arsitek sebagai profesi memerlukan posisi yang lebih mulia
dan tidak terjebak pada kegiatan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Kegiatan
aannemer (rancang-bangun) dianggap menodai integritas seorang arsitek dalam memberikan
layanan keahliannya. IAI dibentuk untuk mendorong status seorang arsitek menjadi “arsitek
murni” yang dapat memusatkan perhatiannya pada tahap perencanaan dan tidak tergoda pada
sisi bisnis kegiatan membangun yang dilakukan pemborong (kontraktor). Pembentukan IAI
mendapat persetujuan dari Presiden Sukarno, sekaligus bersedia menjadi pelindung asosiasi
profesi arsitek satu-satunya di Indonesia.

Tidak lama kemudian sejumlah sarjana arsitek lulusan Belanda/Jerman pulang ke tanah air
untuk mengabdikan keahliannya untuk nusa dan bangsa, antara lain: Sujudi, Soewondo,
Bianpoen dan Han Awal. Dengan gelar Dipl.Ing, mereka bersama-sama lulusan dari ITB
telah membuka jalan baru dunia arsitektur di Indonesia melalui karya-karya yang
membanggakan.

Seiring dengan pembangunan berbagai fasilitas modern di Indonesia, berbagai sayembara


dilangsungkan untuk mendapatkan karya terbaik. Arsitek sebagai seorang ahli bangunan
gedung mendapat tempat khusus di dunia konstruksi. Namanya sebagai individu menjadi
jaminan kompetensi dan tanggung jawabnya. Sebagian besar usaha di bidang arsitektur
didirikan sebagai sebuah biro atau firma (seperti advokat).

Pada perkembangannya kemudian, pendidikan di sekolah teknik tingkat STM dan sarjana
muda berkembang pesat mengikuti kebutuhan yang meningkat, untuk melatih seseorang
dapat menjalankan pekerjaan sebagai seorang arsitek. Siapa saja dapat berperan sebagai
arsitek dan merencana berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Baru di
pertengahan tahun 1970-an, pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan peraturan bahwa
diperlukan lisensi atau ijin praktek bagi seseorang yang akan menjalankan peran sebagai
arsitek penanggung jawab suatu proyek perencanaan banunan gedung. Para lulusan sarjana
arsitektur dapat memiliki lisensi A, yang sarjana muda memiliki lisensi B, dan yang lulusan
setingkat STM mendapat C. Dalam prosesnya kemudian mereka dapat mengajukan
peningkatan kelas (dari C ke B dan dari B ke A). Bagi mereka yang telah mendapatkan
lisensi praktek, dianjurkan menjadi anggota asosiasi profesi (baca: IAI). Pembinaan dan
peningkatan kualitas keprofesionalannya diserahkan kepada asosiasi profesi melalui berbagai
penataran, seminar dan kegiatan lainnya.

Sementara itu, kegiatan usaha praktek arsitek diarahkan menjadi perseroan terbatas,
khususnya bagi mereka yang akan mengikuti proses pengadaan jasa di lingkungan
pemerintah. Perkembangan ini secara perlahan-lahan mengubah sebutan “arsitek” menjadi
“konsultan”. Akhir-akhir ini, telah dikembangkan pula sebutan “penyedia jasa” sebagaimana
tercantum di dalam UU Jasa Konstruksi dan UU Bangunan Gedung. Sebutan “arsitek” serta
merta menghilang dari tataran hukum dan pada gilirannya juga mengandung arti yang secara
langsung mengubah esensi keprofesionalannya.

https://esubijono.wordpress.com/2008/09/12/sejarah-arsitek-di-indonesia/ (22.33)

Sejarah IAI
IAI didirikan secara resmi pada tanggal 17 September 1959 di Bandung. Kini di usianya yang
ke-48, IAI telah beranggotakan lebih dari 11.000 arsitek yang terdaftar melalui 27
kepengurusan daerah dan 2 kepengurusan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan
kepengurusan daerah termuda di Nusa Tenggara Timur yang dideklarasikan pada tanggal 27
Oktober 2007 lalu.
IAI aktif dalam kegiatan internasional melalui keanggotaannya di ARCASIA (Architects
Regional Council of Asia) sejak tahun 1972 dan di UIA (Union Internationale des
Architectes) sejak tahun 1974, serta AAPH (Asean Association Planning and Housing) di
mana IAI merupakan salah satu pendirinya.
Di dalam negeri pun selain bermitra dengan pemerintah, IAI tetap aktif bergaul dengan
asosiasi profesi lain, seperti melalui keanggotaan dalam Lembaga Pegembangan Jasa
Konstruksi dan Forum Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi.

SEJARAH PEMBENTUKAN IAI


Di penghujung tahun 50-an dikeluarkan instruksi membentuk gabungan perusahaan sejenis
yang dimaksudkan selain untuk memudahkan komunikasi antara pemerintah dengan dunia
pengusaha, juga diharapkan dapat menentukan suatu standar kerja bagi para pelakunya.
Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa pemerintah sebagai pemberi tugas paling besar pada
masa itu, dapat memastikan perolehan barang dan jasa yang bermutu.
Penataan di bidang usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan fisik diserahkan
kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Pada bulan April 1959, menteri mengadakan suatu
konferensi nasional di Jakarta untuk membentuk Gabungan Perusahaan Perencanaan dan
Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS). Konferensi ini dihadiri oleh beberapa arsitek, baik tua
maupun muda (baru lulus) dari berbagai lingkup kegiatan.

Dalam konferensi tersebut, para arsitek yang mewakili bidang perancangan merasa sangat
tidak puas karena mereka berpendapat bahwa kedudukan perencanaan dan perancangan
tidaklah sama dan tidak juga setara dengan pelaksanaan. Pekerjaan perancangan berada
di dalam lingkup kegiatan profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung jawab moral
dan kehormatan perorangan yang terlibat, karena itu tidak semata-mata berorientasi sebagai
usaha yang mengejar laba (profit oriented). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor)
cenderung bersifat bisnis komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya laba. Lagi
pula tanggung jawabnya secara yuridis/formal bersifat kelembagaan atau badan hukum,
bukan perorangan, serta terbatas pada sisi finansial saja.
Waktu itu, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya dan Ars. F.
Silaban tidak bisa berbuat apa-apa. Ketidakpuasan mereka terpendam dalam hati, akan tetapi
justru pertemuan dan ketidakpuasan itulah yang kemudian memicu lahirnya organisasi
profesi bagi para arsitek Indonesia. Di gedung Harmonie Jakarta itulah mereka sepakat
berbagi tugas untuk mengadakan pertemuan lagi dengan mengajak rekan-rekan arsitek
lainnya. Ars. F. Silaban akan menghubungi para arsitek senior, sedangkan Ir. Soehartono
Soesilo akan menggalang para arsitek muda lulusan ITB yang hingga tahun 1958 itu telah
meluluskan 17 orang arsitek muda.

Ars. F. Silaban adalah seorang arsitek otodidak; pendidikan formalnya hanya setingkat STM,
tetapi ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan sayembara perancangan arsitektur,
sehingga dunia profesi pun mengakuinya sebagai arsitek. Pada waktu itu dia masih menjabat
sebagai Kepala Pekerjaan Umum Bogor. Di samping jabatannya itu, dia pun berpraktik
sebagai arsitek, dan telah memenangkan sayembara Gerbang Taman Makam Pahlawan
Kalibata (1953) dan perancangan Mesjid Istiqlal (1954), dan sedang mengerjakan beberapa
gedung milik Bank Indonesia di Jakarta.

Soehartono Soesilo lulus dari ITB tahun 1958 dan langsung bekerja di biro arsitek Budaya di
Bandung yang didirikan oleh ayahnya, Ars. M. Soesilo. Selama revolusi kemerdekaan, dia
bergabung dalam Polisi Tentara (CPM) di Resimen Tangerang dan setelah penyerahan
kedaulatan, dia kembali melanjutkan sekolah. Ketika masih mahasiswa tahun pertama, dia
memrakarsai pendirian Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma dan menjadi ketua
pertamanya. Jelaslah, walaupun masih muda, tetapi kesadaran profesionalnya sudah matang.
Akhir kerja keras dua pelopor ini bermuara pada pertemuan besar pertama para arsitek dua
generasi di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September 1959. Pertemuan ini dihadiri 21
orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. F. Silaban, Ars. Mohammad Soesilo, Ars. Lim
Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur ITB tahun 1958 dan
1959.

Pertemuan pertama diadakan di jalan Wastukancana, di rumah saudara Ars. Lim Bwan Tjie
di seberang pompa bensin Wastukancana, ini dilakukan sebagai penghormatan kepada beliau,
arsitek paling senior. Menjelang malam kedua, tanggal 17 September, pertemuan dipindah ke
rumah makan Dago Theehuis (sekarang Taman Budaya Jawa Barat) di Bandung utara agar
suasananya lebih netral. Dalam kedua pertemuan tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita,
konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagai yang
tertuang dalam dokumen pendiriannya, Menuju Dunia Arsitektur Indonesia yang Sehat.

Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia
arsitektur profesional Indonesia dengan nama: Ikatan Arsitek Indonesia disingkat IAI.

Jakarta, 9 November 2007


Badan Sinfar IAI

------------------

Sumber:
Arisitiana AAR dan Sutrisno Murtiyoso. 1996. Perkembangan Arsitek Sebagai Profesi dan
Lahirnya Ikatan Arsitek Indonesia. Bandung: Badan Sistem Informasi Arsitektur IAI-Jawa
Barat

http://www.iai.or.id/tentang-iai/sejarah (22.34)

sejarah dan peran iai


Kearifan-ketrampilan lokal dan kehadiran master-builders tradisional macam undagi di Bali
makin hari makin menghilang. Ini gejala umum yang terjadi dimana-mana. Tentu ada
perhatian khusus bisa diberikan untuk masalah ini, tetapi tidak bisa dihindari bahwa arus
utamanya adalah gerak para arsitek dengan latar belakang pendidikan formal, dengan
berbagai sistem nilai dan perangkat kerjanya. Kemudian, organisasi pendidikan dan asosiasi
profesi menjadi bagian yang saling melengkapi dalam memunculkan calon-calon arsitek
baru secara terus menerus.

Praktik arsitek lokal

Munculnya para arsitek baru itu sudah dimulai sejak jaman Belanda, dimana para perancang
bangunan adalah insinyur-insinyur militer. Hal yang mudah dimengerti karena saat itu
banyak dibangun bangunan untuk kepentingan militer dan pertahanan. Kemudian pada akhir
abad 19 mulai muncul arsitek-arsitek dari kalangan sipil yang berasal dari Kantor Pekerjaan
Umum (Burgelijke Openbare Werken – BOW); mereka dikenal sebagai kelompok arsitek
BOW. Sekitar tahun 1921 BOW berubah menjadi Landsgebouwdienst, sebuah lembaga
pemerintah yang kemudian sangat berpengaruh dalam membentuk wajah kota-kota di
Indonesia.

Sementara itu mulai muncul juga kiprah para arsitek privat, salah satunya adalah PAJ Moojen
di Bandung. Pada awal tahun 1900-an, berdatangan arsitek dari Belanda antara lain Wolff-
Schoemacher, MacLaine Pont dan Karsten, sampai puncaknya arsitek Hendrik Petrus Berlage
pada tahun 1923. Hal ini mencerminkan banyaknya pembangunan di masa itu, yang
dinyatakan juga dengan banyaknya tenaga lokal yang dicari untuk memenuhi kebutuhan
tenaga trampil membantu para insinyur. Tenaga lokal ini kemudian bisa naik pangkat
menjadi pengawas pembangunan (opzichter). Menurut catatan yang ada, Aboekasan
Atmodirono (1860-1920), lulusan Sekolah Teknik Menengah Jurusan Bangunan, berhasil
mencapai jenjang itu dan kemudian dikenal sebagai arsitek pribumi pertama. Setelah itu
muncul R.Abikoesno Tjokrosoejoso, seorang insinyur bangunan otodidak lokal pertama yang
berhasil lulus mendapat ijin praktik sebagai arsitek melalui ujian BOW.

Periode tahun 1930-an dipengaruhi oleh depresi dunia internasional, disusul dengan pecahnya
Perang Dunia 2 pada tahun 1939. Jepang mendarat di Indonesia tahun 1942, dan sejak saat
itu, sampai perang kemerdekaan, situasi pembangunan dan arsitektur di Indonesia
berantakan.

Pada sekitar tahun 1949, perancang kota Ir.Jac.Thijsse bersama arsitek Mohammad Soesilo
dan F.Silaban merintis pendidikan arsitektur. Tanggal 24 Oktober 1950 secara resmi berdiri
pendidikan tinggi arsitektur (bouwkunde afdeeling) di Fakultas Teknik Universitas Indonesia
di Bandung –sekarang ITB.

Pada tahun 1958 lulus generasi pertama arsitek Indonesia. Semuanya berjumlah 17 orang.
Para sarjana baru ini mengalami masa pendidikan yang sulit sejalan dengan gejolak pasca
revolusi, dan hal ini dianggap memberi pengaruh cukup besar bagi pembentukan sikap para
arsitek Indonesia pertama ini. Pembicaraan yang ramai adalah mengenai pilihan sikap dalam
berpraktik. Dikatakan bahwa saat itu mereka sudah membicarakan tentang pilihan-pilihan
yaitu, pertama, mereka dapat menjadi profesional sebagai arsitek praktisi, kedua, pilihan
menjadi pengajar atau birokrat, dan yang ketiga adalah bekerja sebagai kontraktor atau
developer. Pada masa itu, kegiatan rancang-bangun lazim dilakukan oleh aannemer
(pemborong), yaitu kegiatan merencana dan membangun menjadi satu kesatuan dan
dilakukan oleh satu pihak. Pada masa kini lazim disebut design & build.

Pengaturan profesi konstruksi sempat dikendalikan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Pada
tahun 1959 departemen ini menyelenggarakan sebuah konperensi nasional dan
mendeklarasikan berdirinya GAPERNAS (Gabungan Perusahaan Nasional) sebagai asosiasi
nasional untuk firma design dan konstruksi. Konperensi ini juga dihadiri oleh sejumlah
arsitek yang berkarir diberbagai bidang pekerjaan.

Para praktisi arsitek merasa sangat kecewa dengan pembentukan asosiasi tersebut. Apalagi,
para arsitek ini yakin bahwa profesionalisme dunia kerjanya dilandasi oleh tanggung jawab
moral dan harga diri yang tinggi, tidak sekedar berorientasi pada keuntungan. Asosiasi baru
ini juga dianggap hanya mengatur perusahaan dan tidak pada individunya, sehingga tidak
cocok untuk para arsitek.

Soehartono Soesilo dan F.Silaban yang hadir pada acara itu tidak dapat berbuat banyak.
Tetapi kemudian keduanya mengundang para sejawat arsitek untuk mengadakan konperensi
khusus bagi arsitek. F.Silaban mengundang para arsitek senior dan Soehartono Soesilo
mengajak para arsitek muda lulusan pertama ITB.

Lahirnya Ikatan Arsitek Indonesia

Dapat dikatakan bahwa lahirnya Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dipicu oleh rasa kecewa dan
ketidakpuasan arsitek terhadap cara kerja a la aannemer pada masa itu, serta keinginan bahwa
visi dan misi ideal arsitek sebagai profesional harus ada wadahnya.

Konperensi arsitek pertama akhirnya terwujud di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September
1959. Ada 21 orang arsitek berpartisipasi, yaitu 3 senior F.Silaban, Mohammad Soesilo dan
Liem Bwan Tjie, serta 18 arsitek muda ITB dari angkatan 1958 dan 1959. Konperensi hari
pertama dilakukan di rumah keluarga Liem Bwan Tjie di Jalan Wastukencana, Bandung.
Pertemuan hari kedua kemudian dipindahkan ke sebuah restoran di sebelah utara Bandung
bernama Dago Teahouse.

Pada akhir konperensi diresmikan berdirinya IAI dan sebuah draft anggaran dasar organisasi
yang juga merumuskan tujuan ideal pembentukannya, diwujudkan dalam dokumen pendirian
bertajuk Menuju Profesi Arsitektur Indonesia yang Sehat. Intinya adalah tujuan untuk
memperbaiki nilai-nilai arsitektur, kerjasama dengan berbagai pihak temasuk masyarakat
pengguna arsitek, serta meningkatkan hak dan tanggungjawab arsitek.

Suhartono Soesilo terpilih menjadi ketua pertama Board of Governors dan F.Silaban menjadi
ketua Board of Architects (mungkin saat ini setara dengan Pengurus Nasional dan Dewan
Keprofesian). Pembentukan IAI ini menjadi langkah pertama dalam mengatur profesi arsitek
di Indonesia.

Banyak kendala dijumpai pada awal perjalanan IAI. Industri konstruksi dan praktik
profesional tidak dapat berkembang secara optimal. Belum ada peraturan tentang profesi
arsitek. Yang sudah ada barulah sebatas sistem perhitungan honorarium yang diterbitkan oleh
Dewan Arbitrase Teknik Indonesia (DATI). Sistem ini merupakan translasi dan revisi atas
peraturan serupa oleh IRTA (Indonesische Raad voor Technische Arbitrage / Dewan
Indonesia untuk Arbitrase Teknik) yang diterbitkan lebih dahulu pada 8 Juni 1951.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tahun-tahun awal itu bukanlah masa yang baik untuk
perkembangan sebuah organisasi profesi.
Rapat Anggota IAI pada tanggal 12-13 September 1970 memilih kembali Suhartono Soesilo
sebagai ketua IAI yang baru. Pada tahun itu juga IAI mengirim beliau sebagai wakilnya ke
ARCASIA Council Conference di Singapura, dan sejak saat itu IAI menjadi anggota
ARCASIA dan mulai berkiprah dipergaulan internasional. Pada tahun 1974, IAI
memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta karena dianggap lebih strategis dan dapat
mempercepat tercapainya tujuan IAI. Hal ini kemudian diikuti dengan penggantian logo IAI
yang disayembarakan untuk anggota dan dimenangkan oleh Yuswadi Saliya.

Membangun kepranataan profesi arsitek

Pada tanggal 30 November 1974, Gubernur Jakarta Ali Sadikin menerbitkan peraturan
tentang Surat Ijin Bekerja Perencana (SIBP). Ini merupakan peraturan lokal pertama yang
mengatur bagaimana arsitek berpraktik di Jakarta, dan sampai sekarang peraturan yang sama
masih tetap berlaku.
Tahun 1999, 40 tahun setelah berdirinya IAI, terbit sebuah peraturan nasional yang berkait
erat dengan pekerjaan arsitektur yaitu Undang-Undang No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi.
Peraturan baru ini adalah yang pertama dan mengatur tatacara kerja sama pihak-pihak dalam
suatu pekerjaan konstruksi, termasuk arsitek sebagai salah satu pihak. Walaupun belum dapat
dikatakan bahwa Undang-Undang ini membawa perbaikan bagi profesi arsitek, tetapi cukup
berpengaruh dalam hal pengakuan kompetensi yang diwujudkan dalam kewajiban para
arsitek memiliki sertifikat keahlian.

Peraturan tersebut disusul kemudian dengan Undang-Undang No.28/2002 tentang Bangunan


Gedung, dan Menteri Pekerjaan Umum menerbitkan Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara pada tahun 2002 (diperbaiki pada tahun 2007). Sementara itu
sejak tahun 2000, melalui Keppres No.18, berlaku peraturan tentang pengadaan barang dan
jasa pemerintah (diperbaiki kemudian menjadi Keppres No.80 tahun 2003).

Dari sekian banyak peraturan yang sudah terbit, pada pokoknya baru mengatur persyaratan
dan tatacara kerja pihak-pihak (Undang-Undang Jasa Konstruksi) serta mengatur obyek
pekerjaannya sendiri (Undang-Undang Bangunan Gedung). Belum ada peraturan setara
Undang-Undang yang mengatur pelaku jasa konstruksinya. IAI mewakili para arsitek dan
masyarakat arsitektur pada umumnya menganggap sudah saatnya Indonesia memiliki sebuah
Undang-Undang Arsitek seperti kelaziman yang terjadi di dunia. Maka sejak awal tahun
2000-an IAI secara berkesinambungan terus mengusahakan terbitnya Undang-Undang
Arsitek.

Selain itu juga muncul kesepakatan-kesepakatan Internasional. Union Internationale des


Architectes/International Union of Architects (UIA) berhasil mensepakati pedoman
pengaturan dan praktik profesi arsitek. Pedoman ini digunakan oleh seluruh negara, termasuk
Indonesia, sebagai dasar untuk menyetarakan pendidikan arsitektur dan standar
profesionalisme arsitek. Tahun 2007 kemarin juga sudah ditandatangani ASEAN Mutual
Recognition Arrangement (ASEAN MRA), sebuah kesepakatan tentang pengaturan kerja
lintas batas di lingkungan negara-negara ASEAN.

Dalam organisasi IAI sendiri juga membangun berbagai pranata baik bagi anggotanya sendiri
maupun yang diharapkan dapat berlaku secara umum. Beberapa diantaranya adalah Kode
Etik dan Kaidah Tata Laku, Pedoman Hubungan Kerja antara Arsitek dengan Pemberi Tugas,
termasuk didalamnya perhitungan honorarium, Pedoman Penyelenggaraan Sayembara,
Program Sertifikasi, Penataran Keprofesian berstrata, dan penghargaan IAI Award.

Terbitnya peraturan-peraturan tentang profesi arsitek bisa dilihat sebagai sinyal positif dan
pengakuan terhadap peran dan posisi arsitek. Hal ini juga sejalan dengan cita-cita pendirian
IAI dulu yaitu menuju tercapainya profesi arsitektur yang sehat. Organisasi modern
memerlukan peraturan, dan berjalannya sistem sosial lain saling berjalin saling mendukung.
Kalau kecenderungan umum ini berlaku maka tidak lama lagi dunia arsitektur di Indonesia
akan membutuhkan lebih dari IAI dan Undang-Undang Arsitek, tetapi juga organisasi
kolateralnya, antara lain lembaga (independen) akreditasi pendidikan arsitektur, asosiasi
perguruan tinggi arsitektur, dewan arsitek, dan mungkin sampai ikatan mahasiswa arsitektur
Indonesia.

Seandainya tajuk pendirian IAI dulu diinterpretasikan untuk saat ini mungkin bunyinya
menjadi Towards Good Governance in Architecture Practice. Sebuah mimpi indah tentang
keadaan dimana para arsitek Indonesia berlomba membuat karya yang baik dan indah,
berlaku etis, tidak saling menjatuhkan, dihargai oleh masyarakatnya dan memperoleh
honorarium yang layak. Masih sebuah kerja keras yang panjang untuk mewujudkannya.

Sumber bacaan utama:


– Buku sejarah IAI, Perkembangan arsitek sebagai profesi dan lahirnya Ikatan Arsitek
Indonesia, IAI Jawa Barat, 1995
– Perkembangan Arsitektur dan Pendidikan Arsitek di Indonesia, Parmono Atmadi et al,
Gadjah Mada University Press, 1997
– Bunga Rampai Pemikiran, Aswito Asmaningprodjo et al, Departemen Arsitektur ITB, 2003

https://esubijono.wordpress.com/2008/09/24/sejarah-dan-peran-iai/ (22.35)

IAI Dan Masa Depan Ke-Arsitek-An


Indonesia
04-07-2012

Salam Arsitek,

Hingar bingar perdebatan dan perseteruan antara para pendukung kandidat calon ketua IAI
nasional yang terjadi sejak akhir Musyawarah Nasional (MUNAS) ke-13 Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI) di Balikpapan dan dead-lock selama hampir 6 bulan telah usai sudah.
Kemarin yang lalu, pada hari sabtu 2 Juni 2012 jam 16.55 Wib di Hotel Bumi Surabaya Jawa
Timur telah terpilih sebagai mandatoris Ketua Umum IAI Nasional periode 2012-2015,
Munichy Bachron Edress,IAI dari perwakilan IAI Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan beralasan keterbatasan waktu penyelenggaraan ataupun alasan yang lain, serah
terima pucuk pimpinan yang lama (demisioner) ke pimpinan baru yang terpilih pun telah
berlangsung pula meski dengan singkat. Namun serbuan ucapan selamat bagaikan air bah
tetap menimpa sang pemimpin yang baru ini. Hal yang membedakan kejadian tempo hari
dengan kejadian-kejadian pemilihan ketua umum periode-periode yang lalu adalah serbuan
ucapan selamat dilakukan oleh sebagian besar kontingen peserta perwakilan dari daerah.
Pertanyaan wajar menanggapi hal itu, “Apa gerangan yang terjadi?”. Tapi biarlah itu
berlalu, let it be will be the show must be go on.

Adalah satu babak baru kepemimpinan yang telah lama dinantikan oleh sebagian besar
anggota IAI di daerah saat ini mulai digelar. Satu babak yang mengharapkan terjadinya
perubahan dalam memandang dan menempatkan arsitek beserta arsitekturnya dalam koridor
Nusantara yang merupakan kesatuan dari beragam adat, budaya, letak geografis dan lokasi
yang berkepulauan, cara pandang kebiasaan hingga kebisaan mereka. Adalah babak harapan
baru pula dalam rangka memperjelas status profesi arsitek indonesia di mata dunia,
khususnya pada forum Arcasia yang akan digelar di Bali bulan Oktober-November 2012
yang akan datang dalam rangka menyongsong era pasar bebas bidang konstruksi tahun 2015.
Satu harapan babak baru juga dalam rangka memperjelas status arsitek indonesia di mata
bangsanya sendiri yang hingga saat kini dan menjadi satu-satunya profesi arsitek di kawasan
asia tenggara yang belum terlindungi payung hukum yang jelas, yakni berupa Undang-
undang Arsitek. Tentunya pula tidak ketinggalan dalam harapan-harapan tersebut terkait
status pendidikan profesi arsitek (PPArs) yang telah menjadi salah satu kebijakan program
profesi arsitek yang keberadaannya masih ‘tanggung’ (baca: setengah hati; perlu atau tidak
perlu; antara ada atau tiada; niat atau terserah)’ dalam penyelenggaraannya. Empat agenda
besar tersebut setidaknya harus diemban dan dilaksanakan oleh pemimpin yang baru terpilih
ini untuk mewujudkan IAI (baca: arsitek Indonesia) yang profesional, bermartabat dan benar-
benar diakui oleh masyarakatnya sendiri ataupun masyarakat bangsa lain.

Penyegaran dan kesegaran adalah sangat diperlukan oleh tubuh, baik itu tubuh fisik apalagi
tubuh sebuah organisasi. Penyegaran sangat dibutuhkan dalam tubuh guna mendobrak
kekakuan-kekakuan sistem yang bekerja di dalamnya dan menjadikan sistem itu mampu
bekerja lebih baik, dimungkinkan lebih efektif bahkan kalo bisa lebih efisien dalam rangka
menjadikan tubuh tersebut mampu menghadapi tantangan dan gejolak yang menghadang
didepannya. Dalam hal ini, IAI sangat ditunggu perannya dalam turut menentukan arah
pembangunan yang berpihak pada issue-issue terkini (sustainable, greenable, save-able
energy, dll.) serta kiprahnya dalam menciptakan pemain-pemain peradaban yang maju
dengan berkemampuan ‘memasak’ teknologi-teknologi terkini dalam rancangan lingkungan
binaan yang integratif namun persuasif. Hal yang mungkin dapat diwujudkan bilamana
penyegaran dapat membasahi segenap anggota IAI yang mencapai lebih dari 10.000 anggota
dan tersebar merata pada ± 33 provinsi serta beberapa negara. Suatu bentuk kesegaran yang
diharapkan dapat dipenuhi dari empat isu agenda utama yang diselesaikan oleh IAI.

Mengutip kredo yang disampaikan rekan sejawat di milis IAI: “Bersatu Kita Teguh, Bercerai
Kita Rapuh dan Runtuh” yang notabene merupakan ajakan untuk berfikir positif dan
demokratif dalam memandang persamaan maupun perbedaan yang ada, adalah merupakan
kata kunci kita dalam bekerjasama guna menciptakan IAI (baca: arsitek Indonesia) yang
profesional, bermartabat dan diakui kredibilitasnya. Sehingga apapun bentuk demokrasi yang
hendak dijunjung dalam tubuh organisasi, asas musyawarah dan mufakat hendaknya
merupakan bentuk upaya penyelesaian kita yang bukan sekedar konsep idealis semata, namun
pada hakekatnya merupakan bentuk jati diri kita sebagai perancang peradaban dalam suatu
lingkungan binaan yang senantiasa menempatkan kompromi diatas ke-egosentrisan kita. Hal
mana telah ditunjukkan pula oleh rekan-rekan sejawat pendukung masing-masing kandidat
dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) IAI di Surabaya tempo hari, yang
mampu berkompromi dalam rangka bermusyarawarah mufakat guna menentukan nakhoda
IAI Nasional demi agenda kepentingan utama, yakni kebersatuan tubuh IAI Nasional (baca:
arsitek Indonesia).

Sebagai penutup atas tulisan singkat ini, boleh-lah harapan dapat disandangkan kepada
segenap arsitek Indonesia untuk senantiasa menyatukan tekad untuk menjadikan IAI sebagai
wadah yang profesional, bermartabat dan dapat diakui oleh masyarakat kita sendiri sehingga
kita dapat bersama-sama menghadapi era keterbukaan pasar kontruksi 2015 dengan
kepercayaan diri yang penuh serta mampu menempatkan profesi kita sebagai penyokong
pembangunan peradaban masyarakat indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi.
Disamping itu, kepada rekan-rekan yang saat ini ada di dalam kepengurusan IAI di pusat
maupun daerah dan berjuang meng-gol-kan Undang Undang Arsitektur yang masih
terkantung-katung di grey area di senayan Jakarta, sangat diharapkan dalam satu keterpaduan
olah pikir dan upaya guna menyelenggarakan agenda-agenda yang strategis guna
merealisasikan perlindungan hukum bagi profesi dan hasil kekayaan intelektual dari karya
arsitektur kita.

Namun demikian, Entah karena alasan waktu atau pun alasan yang lain, semoga harapan dan
agenda yang telah ada dapat diwujudkan oleh kepengurusan Nasional yang baru ini dengan
dukungan penuh dari segenap anggota maupun stakeholder arsitektur Indonesia. Semoga
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Berkehendak, memudahkan langkah IAI Nasional dalam
mewujudkan cita-cita segenap arsitek Indonesia untuk meraih martabat dan pengakuan
sederajat dengan arsitek-arsitek seantero dunia. Semoga Tuhan menyertai kita semua.

Wassalam

Dan Salam Arsitek

http://www.iai.or.id/artikel/iai-dan-masa-depan-ke-arsitek-an-indonesia

Badan dan Lembaga IAI


Badan Sistem Informasi Arsitektur (Sinfar)

merupakan wadah komunikasi, koordinasi yang berwenang dan bertugas menyebarluaskan


informasi/data tentang kearsitekturan, keanggotaan, kegiatan organisasi, dan lainnya melalui
media komunikasi cetak berkala, multi media, kehumasan, kepustakaan, serta pusat data IAI.

Badan Keprofesian

berwenang dan bertugas merumuskan serta memantau pelaksanaan sistem pranata


keprofesian dan memberikan rekomendasi dalam proses sertifikasi.

Badan Pendidikan Arsitek

berwenang dan bertugas mengkaji serta merumuskan sistem pendidikan tinggi profesional
arsitek, pembinaan dan pengembangan keprofesionalan anggota yang sekaligus berfungsi
sebagai penghubung dunia profesi arsitek dan pendidikan tinggi arsitektur.

Badan Pengabdian Profesi

berwenang dan bertugas mengoordinir kegiatan pengabdian atau pelayanan jasa arsitek
kepada perorangan maupun kelompok masyarakat umum.

Badan Penghargaan dan Sayembara Karya Arsitektur

menangani kegiatan penghargaan IAI (IAI Award) atas karya arsitektur terbaik dari
perorangan atau lembaga yang berjasa dalam dunia arsitektur, serta menyelenggarakan
kegiatan sayembara arsitektur.
Badan Pengkajian dan Pelestarian Arsitektur

mengkaji dan melakukan penelitian arsitektur dan upaya-upaya kegiatan pelestarian


bangunan/kota/kawasan bersejarah.

Dewan Keprofesian Arsitek

Perangkat organisasi IAI pada lingkup nasional dan daerah yang bertugas untuk menetapkan
standar nasional kualifikasi arsitek dan menerbitkan sertifikat keahlian IAI.

Dewan Pendidikan Arsitektur

Perangkat organisasi IAI pada lingkup nasional yang bertugas turut menentukan standar
akreditasi pendidikan kearsitekturan di Indonesia.

Lembaga Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Perangkat organisasi yang menyusun program pembinaan dan pengembangan keprofesian


serta penyelenggaraan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan profesi arsitek.

Tugas dan Tanggung Jawab

Pengurus Nasional

1. Melaksanakan Ketetapan Munas, Rakernas, dan rekomendasi Dewan Kehormatan IAI.


2. Menetapkan kebijakan pengelolaan organisasi dan mengeluarkan peraturan-peraturan
pelaksanaan organisasi (PO) yang diperlukan untuk melaksanakan tugas, kewajiban, dan
kegiatan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan AD, ART, Ketetapan Munas,
Rakernas, dan rekomendasi Dewan Kehormatan IAI.
3. Membekukan sementara atau mencabut keanggotaan IAI yang bertentangan dengan AD-
ART, Ketetapan Munas, Rakernas, maupun Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi
Arsitek, setelah mendengar penilaian, pertimbangan, dan persetujuan Dewan Kehormatan
IAI Nasional.
4. Mengoordinasikan dan menjalin kerja sama baik ke dalam maupun ke luar antarlembaga,
serta mewakili organisasi dalam menangani masalah keanggotaan IAI pada lembaga-
lembaga yang terkait, baik pada lingkup nasional, regional, maupun internasional.
5. Bertanggung jawab kepada Munas yang memilihnya serta kepada Rakernas khususnya
dalam pelaksanaan program IAI secara nasional, regional, dan Internasional.

Pengurus Daerah

1. Menjalankan dan melaksanakan kepengurusan berdasarkan Ketetapan Musda, Rakerda yang


tidak bertentangan dengan ketetapan lain pada lingkup di atasnya dan bertanggung jawab
terhadap jalannya organisasi pada lingkup daerah.
2. Menetapkan kebijakan pengelolaan organisasi, mengeluarkan peraturan-peraturan
pelaksanaan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, upaya dan
kegiatan lainnya pada lingkup daerah sesuai AD-ART, Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku
Profesi Arsitek, Musda, Rakerda, rekomendasi Dewan Kehormatan IAI Daerah, dan
ketetapan lain pada lingkup di atasnya.
3. Bertanggung jawab kepada Musda yang memilihnya, serta kepada Rakernas dan Pengurus
Nasional khususnya dalam kegiatan berskala nasional, regional, maupun internasional
dengan pemberitahuan kepada Pengurus Nasional.
4. Mengoordinasikan dan menjalin kerja sama baik ke dalam maupun ke luar antarlembaga
mewakili organisasi, dalam menangani masalah keanggotaan pada lembaga-lembaga yang
terkait pada lingkup daerah.

Pengurus Cabang

1. Menjalankan dan melaksanakan kepengurusan berdasarkan Ketetapan Muscab dan tidak


bertentangan dengan ketetapan lain pada lingkup di atasnya dan bertanggung jawab
terhadap jalannya organisasi pada lingkup cabang.
2. Menetapkan kebijakan pengelolaan organisasi, mengeluarkan peraturan-peraturan
pelaksanaan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya serta upaya
kegiatan lainnya pada lingkup cabang sepanjang tidak bertentangan dengan AD-ART, Kode
Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek, ketetapan-ketetapan Muscab, dan
ketetapan lain pada lingkup di atasnya.
3. Bertanggung jawab kepada Muscab yang memilihnya, serta kepada Rakernas dan Pengurus
Nasional khususnya dalam kegiatan berskala nasional, regional, maupun internasional
dengan pemberitahuan kepada Pengurus Daerah dan Nasional.
4. Mengoordinasikan dan menjalin kerja sama baik ke dalam maupun ke luar antarlembaga
mewakili organisasi, dalam menangani masalah keanggotaan, kepemilikan, dan pada
lembaga-lembaga yang terkait pada lingkup cabang.

Pengurus Nasional, Daerah, dan Cabang

1. Menetapkan program kerja selambat-lambatnya dalam 3 (tiga) bulan setelah susunan


pengurus terbentuk dan mengumumkannya kepada seluruh anggota melalui media
komunikasi pada lingkup kepengurusan masing-masing.
2. Menyampaikan laporan tahunan kepengurusan dan kegiatan yang telah dilakukan, termasuk
laporan tahunan keuangan pada tahun berikutnya kepada Rapat Anggota dan Rapat Kerja
secara tertulis dan atau melalui komunikasi berkala pada lingkup kepengurusan yang
bersangkutan.
3. Dalam melaksanakan fungsi organisasi, kepengurusan wajib menerbitkan media komunikasi
secara berkala/kalawarta sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali pada lingkup
kepengurusan masing-masing.
4. Pengurus dapat melimpahkan sebagian kewenangan dan tugasnya kepada anggota dengan
tidak mengurangi tanggung jawab sebagai pengurus melalui Surat Keputusan Pengurus.
5. Dalam pengisian kekosongan jabatan Pengurus:
1. Anggota pengurus yang meninggal dunia atau mengundurkan diri atau tidak dapat
melaksanakan tugas kepengurusan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, maka Rapat
Pleno Pengurus dapat menetapkan penggantinya.
2. Penggantian anggota Pengurus Daerah/Cabang dilaporkan kepada pengurus pada
lingkup di atasnya dan disahkan Pengurus Nasional.
3. Penggantian anggota pengurus tidak mempengaruhi masa kepengurusan yang telah
ditetapkan dalam Munas/Musda/Muscab sebelumnya.

Mengapa Arsitek harus ber-SKA ?

Undang-Undang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi:


Memberlakukan Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus
memiliki sertifikat keahlian (SKA) dan mulai berlaku 1 (satu) tahun terhitung sejak
diundangkan (tahun 2000). Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) merupakan Asosiasi Profesi
terakreditasi di Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) untuk
memproses sertifikat keahlian (SKA).

Apa itu SKA Utama, Madya, Pratama?

SKA Arsitek Utama

1. Telah mengikuti Penataran Kode Etik & Tata Laku Profesi Arsitek, serta mengikuti Penataran
Strata 1 - 6
2. Telah menangani 8 - 10 proyek tata olah lengkap & pengalaman bekerja 12 tahun.
3. Menguraikan 3 proyek dengan tingkat kompleksitas tinggi dalam 13 butir Standar
Kompetensi Arsitek.
4. Melampirkan 3 proyek dengan gambar Arsitektur, tampak, potongan, perspektif, foto
proyek berikut surat keterangan dari pengguna jasa/surat tugas/surat perintah kerja/surat
keterangan dari pimpinan biro.
5. Pendidikan minimum S1 Arsitektur dan lampiran ijazah – transkrip.
6. Melunasi iuran anggota biasa sampai dengan tahun berjalan dan bersedia diwawancara.
7. Memiliki KTP dan WNI.

SKA Arsitek Madya

1. Telah mengikuti Penataran Kode Etik & Tata Laku Profesi Arsitek, serta minimum mengikuti
4 Penataran Strata 1-4 atau (1,2,3,5)
2. Telah menangani 6 proyek tata olah lengkap & pengalaman bekerja 5 tahun
3. Menguraikan 3 proyek yang memiliki jenis/fungsi yang berbeda dalam 13 butir Standar
Kompetensi Arsitek
4. Melampirkan 3 proyek dengan gambar Arsitektur, tampak, potongan, perspektif, foto
proyek berikut surat keterangan dari pengguna jasa/surat tugas/surat perintah kerja/surat
keterangan dari pimpinan biro.
5. Pendidikan minimum S1 Arsitektur dan lampiran ijazah – transkrip
6. Melunasi iuran anggota biasa sampai dengan tahun berjalan dan bersedia diwawancara
7. Memiliki KTP dan WNI.

Download Formulir SKA Madya

SKA Arsitek Pratama/Muda

1. Telah mengikuti Penataran Kode Etik & Tata Laku Profesi Arsitek dan minimum mengikuti 2
penataran Strata
2. Telah menangani 3 proyek tata olah lengkap & pengalaman bekerja 2 tahun
3. Menguraikan 3 proyek dengan tingkat kompleksitas rendah dalam 13 butir Standar
Kompetensi Arsitek
4. Melampirkan 3 proyek dengan gambar Arsitektur, tampak, potongan, perspektif, foto
proyek berikut surat keterangan dari pengguna jasa/surat tugas/surat perintah kerja/surat
keterangan dari pimpinan biro.
5. Pendidikan minimum S1 Arsitektur dan lampiran ijazah – transkrip
6. Melunasi iuran anggota biasa sampai dengan tahun berjalan dan bersedia diwawancara
7. Memiliki KTP dan WNI.

Download Formulir SKA Muda

Apakah yang dimaksud dengan Standar Kompetensi Arsitek dan jenis proyek apa yang
harus diuraikan?

Standar Kompetensi Arsitek disusun sebagai acuan dalam menilai kemampuan seorang
arsitek dalam menjalankan keahliannya. Standar ini dimaksudkan untuk merumuskan
kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang
didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang
disyaratkan. Mengenai jenis proyek adalah terkait dengan tingkatan kompleksitas, untuk
keterangan lebih detail dapat dilihat pada lampiran SKA.

Mengapa harus membayar iuran anggota profesional IAI untuk masa berlaku 3 tahun?

Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 132 Tahun 2007 pasal 8 yaitu masa
berlaku IPTB adalah untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun. Kemudian dalam rangka tertib
administrasi keuangan serta mengurangi resiko keterlambatan pembayaran anggota
profesional IAI pada setiap tahunnya, maka Anggota Profesional IAI yang mengajukan IPTB
diwajibkan membayar iuran selama 3 (tiga) tahun.

Biaya Permohonan SKA Baru (belum termasuk biaya iuran anggota, dan kartu anggota)
SKA Utama Rp. 4.000.000,-

SKA Madya Rp. 2.500.000,-

SKA Pratama Rp. 1.800.000,-

Biaya SKA Perpanjangan (belum termasuk biaya iuran anggota, dan kartu anggota)
SKA Utama Rp. 4.000.000,-

SKA Madya Rp. 2.500.000,-

SKA Pratama Rp. 1.800.000,-

Iuran Anggota Profesional IAI (ber-SKA) : Rp 600.000,- / tahun

Iuran Anggota Biasa IAI : Rp 600.000,- / tahun

Kartu e-IAI Jakarta : Rp 50.000,-


Mengapa Arsitek harus memiliki IPTB untuk berpraktek di Jakarta?

Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 132 Tahun 2007, tentang IZIN PELAKU TEKNIS
BANGUNAN (IPTB):

Memberlakukan seluruh perencana Arsitektur wajib memiliki IPTB untuk dapat melakukan
pekerjaan perencanaan Arsitektur, dan mulai berlaku efektif pada 3 Maret 2008. IPTB adalah
pengganti Surat Izin Bekerja Perencana (SIBP) yang telah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku, kecuali SIBP yang telah diterbitkan dinyatakan tetap berlaku sampai izinnya
berakhir.

Apakah syarat dan ketentuan untuk mengajukan permohonan IPTB?

1. Mengisi Surat Permohonan dan mengisi Dokumen Permohonan IPTB diperoleh dari DP2B
(Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan)
2. Fotocopy Kartu Anggota IAI yang masih berlaku
3. Foto ukuran 3 x 4 (dua) lembar latar belakang merah
4. Tidak sedang dalam kasus atau sanksi DPPB, DKD, DKA
5. Fotocopy KTP yang masih berlaku
6. Fotocopy NPWP
7. Fotocopy ijasah yang dilegalisir asli
8. Surat keterangan bekerja
9. Fotocopy SKA yang masih berlaku
10. Formulir permohonan bermaterai (formulir dari DP2B)
11. Formulir isian DPPB (formulir dari DP2B)
12. Surat kuasa (jika diurus oleh orang lain)
13. SIPTB/SIBP yang akan diperpanjang (untuk perpanjangan dan kenaikan golongan)
14. Mengisi lembar monitoring (formulir dari DP2B)

Bagaimana mendapatkan rekomendasi IPTB dari Pengurus Daerah IAI Jakarta?

Rekomendasi diberikan kepada pemohon, dengan membawa, mengisi, dan melengkapi


persyaratan Dokumen Permohonan IPTB diperoleh dari DP2B (Dinas Pengawasan dan
Penertiban Bangunan).

Apakah yang dimaksud penggolongan IPTB, lalu siapakah yang menentukan


penggolongan tersebut?

Penggolongan IPTB merupakan kriteria yang dimiliki oleh seorang ahli untuk dapat
melakukan pekerjaan perencanaan yang terdiri dari 3 (tiga) Golongan yaitu :

1. Gol A untuk seluruh ketinggian bangunan dan bangunan Pemugaran ;


2. Gol B untuk bangunan maksimal 8 (delapan) lantai dan
3. Gol C untuk bangunan maksimal 4 lantai

Mengacu pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 132 Tahun 2007 pasal 6 ayat 2 yaitu
Penggolongan IPTB ditentukan berdasarkan rekomendasi dari Asosiasi Profesi.

Penentuan pengolongan IPTB dilakukan oleh Tim Assesor Daerah IAI Jakarta.
Biaya Administrasi pembuatan surat rekomendasi IPTB Rp. 500.000,-

Rincian :

 Assesment TAD (3 orang) Rp. 150.000,-


 Transportasi Rp. 180.000,-
 Administrasi Rp. 120.000,-
 Kas Sekretariat IAI Jakarta Rp. 50.000,-

Download Formulir IPTB

 Organisasi
 Program Kerja

Program Kerja
A. Sosialisasi Alur Kepranataan Profesi Arsitek

1. Sosialisasi Program Pendidikan Profesi Arsitek (PPArs)


2. Penerapan Orientasi Organisasi bagi calon anggota baru
3. Penyelenggaraan berkala Penataran Kode Etik dan Kaidah Tata Laku
4. Penyelenggaraan berkala Pelantikan Anggota Baru
5. Sosialisasi Program Pemagangan
6. Penyelenggaraan berkala Penataran Keprofesian
7. Meningkatkan jumlah permohonan baru SKA dan IPTB
8. Penyelenggaraan berkala Program Keprofesian Berkelanjutan
9. Meningkatkan jumlah perpanjangan SKA & IPTB

B. Peningkatan Kinerja Manajemen Organisasi

1. Membangun sistem dan fungsi database online


2. Meningkatkan sistem integrasi kartu anggota dengan database online
3. Meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan organisasi
4. Membentuk tim Sekretariat yang profesional untuk mendukung kinerja organiasasi
5. Melakukan peremajaan aset operasional.

C. Penerapan RAPBO dan Peningkatan Akuntabilitas Keuangan

1. Penerapan anggaran kegiatan program kerja tahunan secara terencana dan terstruktur
2. Penggunaan perangkat lunak/software untuk sistem keuangan
3. Penerapan mekanisme pembayaran melalui transfer bank dan optimalisasi penggunaan e-
banking dan electronic debit card.
4. Pemeriksaan laporan keuangan seiap tahun melalui auditor independen.
5. Menyusun proyeksi pendapatan keuangan organisasi dan merancang proyeksi pengeluaran.
D. Peningkatan Sistem Informasi, Komunikasi dan Publikasi

1. Pengembangan situs www.iai-jakarta.org dengan meningkatkan informasi tentang


kebutuhan keprofesian anggota.
2. Mendorong peningkatan jumlah kunjungan ke situs www.iai-jakarta.org
3. Peluncuran situs baru www.sayembara-iai.org
4. Pengembangan situs www.penataran-iai.org
5. Membangun sistem akun IAI online sebagai data base organisasi.
6. Penggunaan Blackberry Messenger sebagai sarana informasi dan komunikasi
7. Penggunaan jejaring sosial facebook dan twitter sebagai sarana informasi
8. Sosialiasasi alur kepranataan arsitek pada situs IAI Jakarta
9. Membangun server mandiri dalam mendukung program akun IAI online.
10. Optimalisasi situs www.iai-jakarta.org dalam rangka peningkatan pendapatan organisasi.

E. Peningkatan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

1. Penyelenggaraan berkala Kegiataan Kategori Penyerapan


2. Penyelenggaraan berkala Kegiataan Kategori Pengolahan
3. Penyelenggaraan berkala Kegiataan Kategori Pendayagunaan

F. Pengenalan Profesi Arsitek di masyarakat

1. Penyelenggaraan Program Pengabdian Profesi Arsitek di Kecamatan


2. Pembuatan Buku IAI Jakarta Awards 02 dan 03
3. Penyelenggaraan program acara malam IAI Awards 03
4. Peningkatan kerja sama dengan pemangku kebijakan
5. Penyelenggaraan program Jakarta Architecture Trienalle 2012
6. Sosialisasi program Architect for People.

Anda mungkin juga menyukai