Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normatif
tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan etika
muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan – permasalahan di dunia nyata.
Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab.
PENGERTIAN PROFESI
Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu
janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi
kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu
keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma
sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan
kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang
rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan
keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan
ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok
anggota yang menyandang profesi tersebut.
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi.
Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar
atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.
Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau
lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science,
medis/dokter, dan sebagainya.
Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga
sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien
atau objek).
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan profesional
dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban
masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya
dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.)
1. Tanggung jawab
– Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
2. Keadilan.
3. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
Sumber :
Brooks, Leonard J. 2007. Etika Bisnis & Profesi, Edisi 5. Penerbit Salemba Empat
http://for7delapan.wordpress.com/2012/06/22/definisi-etika-profesi-menurut-para-ahli/
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4430/etika21.htm
http://adiarsa-na-fkh10.web.unair.ac.id/artikel_detail-35658-
%20Catatan%20Dunia%20Campus%20-Apa%20itu%20Profesi%20.html
sumber
https://yanhasiholan.wordpress.com/2013/10/16/pengertian-etika-profesi-dan-etika-profesi/ (22.25
wib)
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip
moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi)
kehidupan manusia.
Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi
atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa),
science, medis/dokter, dan sebagainya.
Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek).
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat
yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH.,
MSi.)
https://for7delapan.wordpress.com/2012/06/22/definisi-etika-profesi-menurut-para-ahli/ (22.26)
https://for7delapan.wordpress.com/2012/06/22/definisi-profesi-menurut-para-ahli/ (22.26 )
Apa sih etika itu?? buat teman-teman yang sedang mencari Pengertian Etika menurut para
ahli untuk membuat tugas atau sekedar ingin tahu dan mampir di blog ane, nih ada Pengertian
Etika menurut para ahli, yang udah di kumpulin dari beberapa sumber. Selamat menikmati !
Berikut ini adalah Pengertian Etika :
Etika adalah ajaran (normatif) dan pengetahuan (positif) tentang yang baik dan yang
buruk, menjadi tuntutan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. (pengertian
etika menurut Rosita noer).
Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,
baik, buruk, dan tanggung jawab.(pengertian etika menurut wikipedia)
Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan
nilai yang baik. (Pengertian etika menurut Drs. O.P. Simorangkir)
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. (pengertian etika menurut Drs.
Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat)
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai norma dan moral yang
menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. (pengertian etika menurut Drs. H.
Burhanudin Salam)
https://for7delapan.wordpress.com/2012/06/22/pengertian-etika-menurut-para-ahli/ (22.27)
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di
mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[butuh rujukan] Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.[butuh rujukan]
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis
(practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan
kita.[butuh rujukan] Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis
kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain.[1] Untuk itulah diperlukan etika, yaitu
untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.[butuh rujukan]
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.[butuh
rujukan]
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.[butuh
rujukan]
Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah
tingkah laku manusia.[butuh rujukan] Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti
juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat
dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.[2]
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).[butuh rujukan]
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika (22.28)
Ø Non-empirisFilsafat digolongkan sebagai ilmu non empiris. Ilmu empiris adalah ilmu
yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat
berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-
gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang
kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Pengertian Profesi
Asosiasi Profesional
Merupakan suatu badan organisasi yang biasanya diorganisasikan oleh anggota profesi yang
bertujuan untuk meningkatkan status para anggotanya.
Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang
pendidikan tinggi. Seorang professional dalam bidang teknik mempunyai latar belakang
pendidikan yang tinggi baik itu dalam suatu pendidikan formal ataupun non formal.
Ujian Kompetisi
Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu
tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
Pelatihan institutional
Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana
calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh
organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
Lisensi
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang
memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
Otonomi kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar
adanya intervensi dari luar.
Kode etik
Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur
pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
Mengatur diri
Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan
pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau
mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan
kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak
bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang
mereka berikan bagi masyarakat.
Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan
penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban terhadap masyarakat.
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional.
https://indahwardani.wordpress.com/2011/05/11/pengertian-etika-profesi-etika-profesi-dan-kode-
etik-profesi/ (22.28)
Pada masa sekarang ini yang di sebut-sebut dengan masa kebebasan demokrasi, kebebasan
berpendapat dan kebebasan berkreasi banyak disalah artikan. Kebebasan yang dimaksud tetap
harus mengikuti tata tertib yang berlaku , UU yang berlaku dan tetap pada jalur yang benar.
Tapi sebagian masyarakat dengan berbagai profesi telah melanggar kode etik profesi mereka,
dengan alasan kebebasan demokrasi, kebebasan berpendapat ,dan kebebasan berkreasi.
Padahal sadar ataupun tidak karena pelanggaran kode etik tersebut juga merugikan pihak lain.
Pelanggaran kode etik profesi berarti pelanggaran atau penyelewengan terhadap sistem
norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan
baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi suatu profesi dalam masyarakat.
Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa
mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok. Adapun fungsi dari kode etik profesi
adalah
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan
3. Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi.
Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang khususnya bidang teknologi
informasi. Kode etik sangat dibutuhkan dalam bidang TI karena kode etik tersebut dapat
menentukan apa yang baik dan yang tidak baik serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh IT-er itu dapat dikatakan bertanggung jawab atau tidak. Pada jaman sekarang banyak
sekali orang di bidang TI menyalahgunakan profesinya untuk merugikan orang lain,
contohnya hacker yang sering mencuri uang,password leat komputer dengan menggunakan
keahlian mereka. Contoh seperti itu harus dijatuhi hukuman yang berlaku sesuai dengan kode
etik yang telah disepakati. Dan banyak pula tindakan kejahatan dilakukan di internet selain
hacker yaitu cracker, dll. Oleh sebab itu kode etik bagi pengguna internet sangat dibutuhkan
pada jaman sekarang ini.
Adapun kode etik yang diharapkan bagi para pengguna internet adalah :
1. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan dengan
masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
2. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi menyinggung
secara langsung dan negatif masalah suku, agama dan ras (SARA), termasuk di dalamnya
usaha penghinaan, pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk pelanggaran
hak atas perseorangan, kelompok / lembaga / institusi lain.
3. Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi instruksi untuk melakukan
perbuatan melawan hukum (illegal) positif di Indonesia dan ketentuan internasional
umumnya.
4. Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur.
5. Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan informasi
yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.
6. Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar / foto, animasi, suara atau bentuk
materi dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus mencantumkan identitas
sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan bersedia untuk melakukan pencabutan bila ada
yang mengajukan keberatan serta bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin
timbul karenanya.
7. Tidak berusaha atau melakukan serangan teknis terhadap produk, sumber daya (resource)
dan peralatan yang dimiliki pihak lain.
8. Menghormati etika dan segala macam peraturan yang berlaku di masyarakat internet
umumnya dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap segala muatan / isi situsnya.
9. Untuk kasus pelanggaran yang dilakukan oleh pengelola, anggota dapat melakukan teguran
secara langsung.
Dan walaupun sudah ada kode etik diatas tetapi tidak semua para pengguna internet dan IT-er
mematuhi kode etik tersebut diatas. Selain itu juga sanksi UU Teknik Informatika bagi para
pelanggar kode etik profesi dalam bidang TI belum begitu tegas dan jelas.
PENYEBAB PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI
Ada beberapa hal yang penyebab pelanggaran kode etik yang biasanya terjadi di lingkungan
kita, antara lain :
A. Pengaruh jabatan
Misalnya yang melakukan pelanggaran kode etik profesi itu adalah pimpinan atau orang yang
memiliki kekuasaan yang tinggi pada profesi tersebut, maka bisa jadi orang lain yang posisi
dan kedudukannya berada di bawah orang tersebut, akan enggan untuk melaporkan kepada
pihak yang berwenang memberikan sangsi, karena kekhawatiran akan berpengaruh kepada
jabatan dan posisinya pada profesi tersebut.
D. Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi masyarakat untuk
menyampaikan keluhan.
E. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena buruknya
pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri
F. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur profesinya.
Misalnya, yang melakukan pelanggaran adalah keluarga atau dekat hubungan kekerabatannya
dengan pihak yang berwenang memberikan sangsi terhadap pelanggaran kode etik pada suatu
profesi, maka ia akan cendrung untuk tidak memberikan sangsi kepada kerabatnya yang telah
melakukan pelanggaran kode etik tersebut.
Sanksi Sosial
Skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat “dimaafkan”.
Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana menempati prioritas utama, diikuti
oleh hokum Perdata.
Etika & Teknologi
Kejahatan Komputer
Kejahatan yang dilakukan dengan computer sebagai basis teknologinya.
Virus, spam, penyadapan, carding, Denial of Services ( DoS ) / melumpuhkan target
Cyber ethics
Implikasi dari INTERNET ( Interconection Networking ), memungkinkan pengguna IT
semakin meluas, tak terpetakan, tak teridentifikasi dalam dunia anonymouse.
Pelanggaran HAKI
Masalah pengakuan hak atas kekayaan intelektual. Pembajakan, cracking, illegal software
dst.
Profesional adalah orang yang menjalankan profesinya secara benar menurut nilai-
nilai normal.
Untuk menjadi orang yang professional, diperlukan : komitmen, tanggung jawab,
kejujuran, sistematik berfikir, penguasaan materi, menjadi bagian masyarakat
professional.
Pentingnya Etika di Dunia Maya
Adanya internet dalam kehidupan manusia telah membentuk komunitas masyarakat
tersendiri. Surat menyurat yang dulu dilakukan secara tradisional (merpati pos atau kantor
pos) sekarang bisa dilakukan hanya dengan duduk dan mengetik surat tersebut di depan
computer.
Beberapa alasan mengenai pentingnya etika dalam dunia maya adalah sebagai berikut:
a. Bahwa pengguna internet berasal dari berbagai negara yang mungkin memiliki
budaya, bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda.
b. Pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia anonymouse,
yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi.
c. Berbagai macam fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan seseorang
untuk bertindak etis seperti misalnya ada juga penghuni yang suka iseng dengan
melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.
d. Harus diperhatikan bahwa pengguna internet akan selalu bertambah setiap saat dan
memungkinkan masuknya “penghuni” baru didunia maya tersebut.
Netiket : Contoh Etika Berinternet
c. Information services
Pada perkembangan internet, diberikan fasilitas dan berbagai layanan baru yang disebut
layanan informasi (information service). Berbagai jenis layanan ini antara lain seperti
Gropher, Wais, Word Wide Web (WWW), Multi-User Dimensions (MUDs), Multi-User
Dimensions which are object Oriented (MOOs)
Cyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan
1. Unauthorized Access.
Terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup ke dalam suatu system jaringan computer
secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik system jaringan computer
yang dimasukinya.
Probing dan Port Scanning merupakan contoh dari kejahatan ini.
Aktivitas “Port scanning” atau “probing” dilakukan untuk melihat servis-servis apa saja yang
tersedia di server target.
2. Illegal Contents
Merupakan kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke internet
tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hokum atau
mengganggu ketertiban umum.
4. Data Forgery
Kejahatan jenis ini bertujuan untuk memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang
ada di Internet.
5. Cyber Espionage, Sabotage and Extortion
Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-
mata terhadap pihak lain dengan memasuki system jaringan computer pihak sasaran.
Selanjutnya, sabotage and extortion merupakan jenis kejahatan yang dilakukan dengan
membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program computer
atau system jaringan computer yang terhubung dengan internet.
6. Cyberstalking
Dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan memanfaatkan computer,
misalnya menggunakan e-mail dan dilakukan berulang-ulang.
Kejahatan tersebut menyerupai terror yang ditujukan kepada seseorang dengan
memanfaatkan media internet.
7. Carding
Merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan
digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.
10. Hijacking
Merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain. Yang paling sering
terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat lunak)
1. Faktor Politik
2. Faktor Ekonomi
3. Faktor Sosial Budaya
Ada beberapa aspek untuk Faktor Sosial Budaya:
1. Kerawanan social dan politik yang ditimbulkan dari Cybercrime antara lain isu-isu
yang meresahkan, memanipulasi simbol-simbol kenegaraan, dan partai politik dengan
tujuan untuk mengacaukan keadaan agar tercipta suasana yang tidak kondusif.
2. Munculnya pengaruh negative dari maraknya situs-situs porno yang dapat diakses
bebas tanpa batas yang dapat merusak moral bangsa.
Menuju UU Cyber Republik Indonesia
Strategi Penanggulangan Cyber Crime
Strategi Jangka Pendek
1. Cyber police
2. Kerjasama internasional
Strategi Jangka Panjang
http://alamona77.blogspot.com/p/etika-profesi-dalam-teknologi-informasi.html (22.31)
Pengertian Etika
Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti adat istiadat/ kebiasaan
yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban
moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai
yang mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.
Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut
keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian yang
diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat
dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu disebut professional,
sedangkan professional sendiri mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang
menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk
kerja sesuai dengn profesinya.
Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh
ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
terhadap masyarakat.
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan
dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan
yang tidak professional.
kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik
yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai
pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang
yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan
fungsi dari kode etik profesi:
a) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui
suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga
dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap
para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
c) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu
instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau
perusahaan.
Dalam lingkup TI, kode etik profesinya memuat kajian ilmiah mengenai prinsip atau norma-
norma dalam kaitan dengan hubungan antara professional atau developer TI dengan klien, antara
para professional sendiri, antara organisasi profesi serta organisasi profesi dengan pemerintah. Salah
satu bentuk hubungan seorang profesional dengan klien (pengguna jasa) misalnya pembuatan
sebuah program aplikasi.
Seorang profesional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal yang harus ia
perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinya digunakan oleh kliennya atau user, ia dapat
menjamin keamanan (security) sistem kerja program aplikasi tersebut dari pihak-pihak yang dapat
mengacaukan sistem kerjanya (misalnya: hacker, cracker, dll). Kode etik profesi Informatikawan
merupakan bagian dari etika profesi.
Jika para profesional TI melanggar kode etik, mereka dikenakan sanksi moral, sanksisosial,
dijauhi, di-banned dari pekerjaannya, bahkan mungkin dicopot dari jabatannya
http://cyberlawncrime.blogspot.com/2013/03/pengertian-etika-kode-etik-dan-fungsi.html 922.32)
Indonesia mewarisi tradisi membangun secara tradisional yang turun-temurun lintas generasi
mengakomodasi kebutuhan masyarakat sesuai tingkat sosial-budaya yang berlaku dalam
kelompoknya. Tradisi itu dengan bijak mampu memanfaatkan potensi alam sekitarnya,
sekaligus tunduk pada keterbatasannya. Konteks lingkungan menjadi guru abadi yang
senantiasa memberi pelajaran secara kolektif tentang cara membangun yang tepat.
Memasuki era modern (mulai awal abad XIX), kebutuhan baru bermunculan sejalan dengan
perubahan jaman. Pabrik, stasiun kereta api, pelabuhan laut, kantor perdagangan, gedung
pertunjukan, untuk menyebutkan beberapa contoh saja, menuntut cara membangun yang
berbeda. Hingga akhir abad XIX pembangunan di Hindia Belanda sangat didominasi oleh
kelompok zeni dari militer dan oleh para insinyur serta arsitek dari Departemen Pekerjaan
Umum.
Pada masa itu, kegiatan rancang-bangun oleh aannemer (pemborong) lazim berlaku. Kegiatan
merencana dan membangun menjadi satu kesatuan, dilakukan oleh satu pihak yang dipilih
oleh pemberi tugas. Praktek ini banyak terjadi terutama pada bangunan rumah tinggal, namun
banyak pula terjadi pada bangunan publik. Bangunan didirikan menurut pola dan langgam
yang tersedia di buku-buku desain dengan berbagai penyesuaian yang diperlukan menurut
kebutuhan dan selera pemberi tugas, dan karakteristik tapak yang ada.
Ketika kesempatan sekolah ke luar negeri terbuka bagi kaum bumiputera, Notodiningrat
masuk sekolah tinggi teknik di Delft dan lulus sebagai insinyur sipil pertama Indonesia di
tahun 1916. Ia juga dikenal sebagai salah seorang pendiri Indische Vereniging (Perhimpunan
Hindia, cikal bakal Perhinpunan Indonesia). Insinyur sipil pada masa itu mampu menangani
pekerjaan perencanaan dan pengawasan di bidang bangunan gedung, irigasi dan jalan raya.
Karirnya dijalani di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Setelah masa kemerdekaan,
Prof. Ir. Wreksodiningrat (alias Notodiningrat) ikut mendirikan Fakultas Teknik UGM dan
menjadi Dekan (1947-1951).
Usai PD I, muncul tokoh nasional yang mengawali karirnya sebagai arsitek, yaitu Abikoesno
Tjokrosujoso. Setelah lulus dari Koningin Emma School di Surabaya pada tahun 1917, ia
secara otodidak meniti karir di bidang konstruksi. Belakangan ia dapat mengikuti ujian
arsitek dan lulus di tahun 1921 (sumber lain mengatakan 1923 atau 1925). Disamping aktif di
dunia politik (adik HOS Tjokroaminoto yang kemudian memimpin PSII) ia juga memiliki
usaha aannemer dan pernah pula bekerja sebagai asisten bersama Moh. Soesilo (perencana
kota Kebayoran Baru) di biro milik Thomas Karsten di Semarang. Setelah Indonesia
merdeka, ia ditunjuk menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan RI yang pertama.
Di era kemerdekaan, pekerjaan arsitek masih dilahirkan dari insinyur sipil lulusan TH
Bandung (sekarang ITB), disamping para tenaga trampil yang menyebutkan dirinya arsitek
(tingkat teratas dari seorang opzichter atau pengawas, antara lain dapat disebutkan nama
Silaban dan Soedarsono). Untuk memenuhi kebutuhan sesuai tuntutan jaman, maka baru di
tahun 1950 dibentuk jurusan arsitektur agar segera lahir lulusan sarjana arsitektur Indonesia
yang khusus menangani bangunan gedung. Pada tahun 1958 jurusan tersebut berhasil
meluluskan 16 sarjana arsitektur pertama.
Pembangunan yang pesat di akhir tahun 1950-an telah mendorong kesadaran dari para arsitek
dan sarjana arsitektur lulusan pertama untuk membanguna tatanan baru dunia konstruksi di
Indonesia. Tiga arsitek senior, yaitu Ars. Moh. Soesilo, Ars. Silaban, dan Ars. Liem Bwan
Tjie, bersama 17 sarjana arsitektur angkatan pertama yang dimotori oleh Ir. Soehartono
Soesilo (putra Ars. Moh. Soesilo) bersepakat mendirikan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) pada
tanggal 17 September 1959.
IAI dibentuk sebagai reaksi terhadap praktek aannemer yang ditengarai menghambat
kemajuan di bidang arsitektur. Arsitek sebagai profesi memerlukan posisi yang lebih mulia
dan tidak terjebak pada kegiatan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Kegiatan
aannemer (rancang-bangun) dianggap menodai integritas seorang arsitek dalam memberikan
layanan keahliannya. IAI dibentuk untuk mendorong status seorang arsitek menjadi “arsitek
murni” yang dapat memusatkan perhatiannya pada tahap perencanaan dan tidak tergoda pada
sisi bisnis kegiatan membangun yang dilakukan pemborong (kontraktor). Pembentukan IAI
mendapat persetujuan dari Presiden Sukarno, sekaligus bersedia menjadi pelindung asosiasi
profesi arsitek satu-satunya di Indonesia.
Tidak lama kemudian sejumlah sarjana arsitek lulusan Belanda/Jerman pulang ke tanah air
untuk mengabdikan keahliannya untuk nusa dan bangsa, antara lain: Sujudi, Soewondo,
Bianpoen dan Han Awal. Dengan gelar Dipl.Ing, mereka bersama-sama lulusan dari ITB
telah membuka jalan baru dunia arsitektur di Indonesia melalui karya-karya yang
membanggakan.
Pada perkembangannya kemudian, pendidikan di sekolah teknik tingkat STM dan sarjana
muda berkembang pesat mengikuti kebutuhan yang meningkat, untuk melatih seseorang
dapat menjalankan pekerjaan sebagai seorang arsitek. Siapa saja dapat berperan sebagai
arsitek dan merencana berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Baru di
pertengahan tahun 1970-an, pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan peraturan bahwa
diperlukan lisensi atau ijin praktek bagi seseorang yang akan menjalankan peran sebagai
arsitek penanggung jawab suatu proyek perencanaan banunan gedung. Para lulusan sarjana
arsitektur dapat memiliki lisensi A, yang sarjana muda memiliki lisensi B, dan yang lulusan
setingkat STM mendapat C. Dalam prosesnya kemudian mereka dapat mengajukan
peningkatan kelas (dari C ke B dan dari B ke A). Bagi mereka yang telah mendapatkan
lisensi praktek, dianjurkan menjadi anggota asosiasi profesi (baca: IAI). Pembinaan dan
peningkatan kualitas keprofesionalannya diserahkan kepada asosiasi profesi melalui berbagai
penataran, seminar dan kegiatan lainnya.
Sementara itu, kegiatan usaha praktek arsitek diarahkan menjadi perseroan terbatas,
khususnya bagi mereka yang akan mengikuti proses pengadaan jasa di lingkungan
pemerintah. Perkembangan ini secara perlahan-lahan mengubah sebutan “arsitek” menjadi
“konsultan”. Akhir-akhir ini, telah dikembangkan pula sebutan “penyedia jasa” sebagaimana
tercantum di dalam UU Jasa Konstruksi dan UU Bangunan Gedung. Sebutan “arsitek” serta
merta menghilang dari tataran hukum dan pada gilirannya juga mengandung arti yang secara
langsung mengubah esensi keprofesionalannya.
https://esubijono.wordpress.com/2008/09/12/sejarah-arsitek-di-indonesia/ (22.33)
Sejarah IAI
IAI didirikan secara resmi pada tanggal 17 September 1959 di Bandung. Kini di usianya yang
ke-48, IAI telah beranggotakan lebih dari 11.000 arsitek yang terdaftar melalui 27
kepengurusan daerah dan 2 kepengurusan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan
kepengurusan daerah termuda di Nusa Tenggara Timur yang dideklarasikan pada tanggal 27
Oktober 2007 lalu.
IAI aktif dalam kegiatan internasional melalui keanggotaannya di ARCASIA (Architects
Regional Council of Asia) sejak tahun 1972 dan di UIA (Union Internationale des
Architectes) sejak tahun 1974, serta AAPH (Asean Association Planning and Housing) di
mana IAI merupakan salah satu pendirinya.
Di dalam negeri pun selain bermitra dengan pemerintah, IAI tetap aktif bergaul dengan
asosiasi profesi lain, seperti melalui keanggotaan dalam Lembaga Pegembangan Jasa
Konstruksi dan Forum Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi.
Dalam konferensi tersebut, para arsitek yang mewakili bidang perancangan merasa sangat
tidak puas karena mereka berpendapat bahwa kedudukan perencanaan dan perancangan
tidaklah sama dan tidak juga setara dengan pelaksanaan. Pekerjaan perancangan berada
di dalam lingkup kegiatan profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung jawab moral
dan kehormatan perorangan yang terlibat, karena itu tidak semata-mata berorientasi sebagai
usaha yang mengejar laba (profit oriented). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor)
cenderung bersifat bisnis komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya laba. Lagi
pula tanggung jawabnya secara yuridis/formal bersifat kelembagaan atau badan hukum,
bukan perorangan, serta terbatas pada sisi finansial saja.
Waktu itu, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya dan Ars. F.
Silaban tidak bisa berbuat apa-apa. Ketidakpuasan mereka terpendam dalam hati, akan tetapi
justru pertemuan dan ketidakpuasan itulah yang kemudian memicu lahirnya organisasi
profesi bagi para arsitek Indonesia. Di gedung Harmonie Jakarta itulah mereka sepakat
berbagi tugas untuk mengadakan pertemuan lagi dengan mengajak rekan-rekan arsitek
lainnya. Ars. F. Silaban akan menghubungi para arsitek senior, sedangkan Ir. Soehartono
Soesilo akan menggalang para arsitek muda lulusan ITB yang hingga tahun 1958 itu telah
meluluskan 17 orang arsitek muda.
Ars. F. Silaban adalah seorang arsitek otodidak; pendidikan formalnya hanya setingkat STM,
tetapi ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan sayembara perancangan arsitektur,
sehingga dunia profesi pun mengakuinya sebagai arsitek. Pada waktu itu dia masih menjabat
sebagai Kepala Pekerjaan Umum Bogor. Di samping jabatannya itu, dia pun berpraktik
sebagai arsitek, dan telah memenangkan sayembara Gerbang Taman Makam Pahlawan
Kalibata (1953) dan perancangan Mesjid Istiqlal (1954), dan sedang mengerjakan beberapa
gedung milik Bank Indonesia di Jakarta.
Soehartono Soesilo lulus dari ITB tahun 1958 dan langsung bekerja di biro arsitek Budaya di
Bandung yang didirikan oleh ayahnya, Ars. M. Soesilo. Selama revolusi kemerdekaan, dia
bergabung dalam Polisi Tentara (CPM) di Resimen Tangerang dan setelah penyerahan
kedaulatan, dia kembali melanjutkan sekolah. Ketika masih mahasiswa tahun pertama, dia
memrakarsai pendirian Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma dan menjadi ketua
pertamanya. Jelaslah, walaupun masih muda, tetapi kesadaran profesionalnya sudah matang.
Akhir kerja keras dua pelopor ini bermuara pada pertemuan besar pertama para arsitek dua
generasi di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September 1959. Pertemuan ini dihadiri 21
orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. F. Silaban, Ars. Mohammad Soesilo, Ars. Lim
Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur ITB tahun 1958 dan
1959.
Pertemuan pertama diadakan di jalan Wastukancana, di rumah saudara Ars. Lim Bwan Tjie
di seberang pompa bensin Wastukancana, ini dilakukan sebagai penghormatan kepada beliau,
arsitek paling senior. Menjelang malam kedua, tanggal 17 September, pertemuan dipindah ke
rumah makan Dago Theehuis (sekarang Taman Budaya Jawa Barat) di Bandung utara agar
suasananya lebih netral. Dalam kedua pertemuan tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita,
konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagai yang
tertuang dalam dokumen pendiriannya, Menuju Dunia Arsitektur Indonesia yang Sehat.
Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia
arsitektur profesional Indonesia dengan nama: Ikatan Arsitek Indonesia disingkat IAI.
------------------
Sumber:
Arisitiana AAR dan Sutrisno Murtiyoso. 1996. Perkembangan Arsitek Sebagai Profesi dan
Lahirnya Ikatan Arsitek Indonesia. Bandung: Badan Sistem Informasi Arsitektur IAI-Jawa
Barat
http://www.iai.or.id/tentang-iai/sejarah (22.34)
Munculnya para arsitek baru itu sudah dimulai sejak jaman Belanda, dimana para perancang
bangunan adalah insinyur-insinyur militer. Hal yang mudah dimengerti karena saat itu
banyak dibangun bangunan untuk kepentingan militer dan pertahanan. Kemudian pada akhir
abad 19 mulai muncul arsitek-arsitek dari kalangan sipil yang berasal dari Kantor Pekerjaan
Umum (Burgelijke Openbare Werken – BOW); mereka dikenal sebagai kelompok arsitek
BOW. Sekitar tahun 1921 BOW berubah menjadi Landsgebouwdienst, sebuah lembaga
pemerintah yang kemudian sangat berpengaruh dalam membentuk wajah kota-kota di
Indonesia.
Sementara itu mulai muncul juga kiprah para arsitek privat, salah satunya adalah PAJ Moojen
di Bandung. Pada awal tahun 1900-an, berdatangan arsitek dari Belanda antara lain Wolff-
Schoemacher, MacLaine Pont dan Karsten, sampai puncaknya arsitek Hendrik Petrus Berlage
pada tahun 1923. Hal ini mencerminkan banyaknya pembangunan di masa itu, yang
dinyatakan juga dengan banyaknya tenaga lokal yang dicari untuk memenuhi kebutuhan
tenaga trampil membantu para insinyur. Tenaga lokal ini kemudian bisa naik pangkat
menjadi pengawas pembangunan (opzichter). Menurut catatan yang ada, Aboekasan
Atmodirono (1860-1920), lulusan Sekolah Teknik Menengah Jurusan Bangunan, berhasil
mencapai jenjang itu dan kemudian dikenal sebagai arsitek pribumi pertama. Setelah itu
muncul R.Abikoesno Tjokrosoejoso, seorang insinyur bangunan otodidak lokal pertama yang
berhasil lulus mendapat ijin praktik sebagai arsitek melalui ujian BOW.
Periode tahun 1930-an dipengaruhi oleh depresi dunia internasional, disusul dengan pecahnya
Perang Dunia 2 pada tahun 1939. Jepang mendarat di Indonesia tahun 1942, dan sejak saat
itu, sampai perang kemerdekaan, situasi pembangunan dan arsitektur di Indonesia
berantakan.
Pada sekitar tahun 1949, perancang kota Ir.Jac.Thijsse bersama arsitek Mohammad Soesilo
dan F.Silaban merintis pendidikan arsitektur. Tanggal 24 Oktober 1950 secara resmi berdiri
pendidikan tinggi arsitektur (bouwkunde afdeeling) di Fakultas Teknik Universitas Indonesia
di Bandung –sekarang ITB.
Pada tahun 1958 lulus generasi pertama arsitek Indonesia. Semuanya berjumlah 17 orang.
Para sarjana baru ini mengalami masa pendidikan yang sulit sejalan dengan gejolak pasca
revolusi, dan hal ini dianggap memberi pengaruh cukup besar bagi pembentukan sikap para
arsitek Indonesia pertama ini. Pembicaraan yang ramai adalah mengenai pilihan sikap dalam
berpraktik. Dikatakan bahwa saat itu mereka sudah membicarakan tentang pilihan-pilihan
yaitu, pertama, mereka dapat menjadi profesional sebagai arsitek praktisi, kedua, pilihan
menjadi pengajar atau birokrat, dan yang ketiga adalah bekerja sebagai kontraktor atau
developer. Pada masa itu, kegiatan rancang-bangun lazim dilakukan oleh aannemer
(pemborong), yaitu kegiatan merencana dan membangun menjadi satu kesatuan dan
dilakukan oleh satu pihak. Pada masa kini lazim disebut design & build.
Pengaturan profesi konstruksi sempat dikendalikan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Pada
tahun 1959 departemen ini menyelenggarakan sebuah konperensi nasional dan
mendeklarasikan berdirinya GAPERNAS (Gabungan Perusahaan Nasional) sebagai asosiasi
nasional untuk firma design dan konstruksi. Konperensi ini juga dihadiri oleh sejumlah
arsitek yang berkarir diberbagai bidang pekerjaan.
Para praktisi arsitek merasa sangat kecewa dengan pembentukan asosiasi tersebut. Apalagi,
para arsitek ini yakin bahwa profesionalisme dunia kerjanya dilandasi oleh tanggung jawab
moral dan harga diri yang tinggi, tidak sekedar berorientasi pada keuntungan. Asosiasi baru
ini juga dianggap hanya mengatur perusahaan dan tidak pada individunya, sehingga tidak
cocok untuk para arsitek.
Soehartono Soesilo dan F.Silaban yang hadir pada acara itu tidak dapat berbuat banyak.
Tetapi kemudian keduanya mengundang para sejawat arsitek untuk mengadakan konperensi
khusus bagi arsitek. F.Silaban mengundang para arsitek senior dan Soehartono Soesilo
mengajak para arsitek muda lulusan pertama ITB.
Dapat dikatakan bahwa lahirnya Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dipicu oleh rasa kecewa dan
ketidakpuasan arsitek terhadap cara kerja a la aannemer pada masa itu, serta keinginan bahwa
visi dan misi ideal arsitek sebagai profesional harus ada wadahnya.
Konperensi arsitek pertama akhirnya terwujud di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September
1959. Ada 21 orang arsitek berpartisipasi, yaitu 3 senior F.Silaban, Mohammad Soesilo dan
Liem Bwan Tjie, serta 18 arsitek muda ITB dari angkatan 1958 dan 1959. Konperensi hari
pertama dilakukan di rumah keluarga Liem Bwan Tjie di Jalan Wastukencana, Bandung.
Pertemuan hari kedua kemudian dipindahkan ke sebuah restoran di sebelah utara Bandung
bernama Dago Teahouse.
Pada akhir konperensi diresmikan berdirinya IAI dan sebuah draft anggaran dasar organisasi
yang juga merumuskan tujuan ideal pembentukannya, diwujudkan dalam dokumen pendirian
bertajuk Menuju Profesi Arsitektur Indonesia yang Sehat. Intinya adalah tujuan untuk
memperbaiki nilai-nilai arsitektur, kerjasama dengan berbagai pihak temasuk masyarakat
pengguna arsitek, serta meningkatkan hak dan tanggungjawab arsitek.
Suhartono Soesilo terpilih menjadi ketua pertama Board of Governors dan F.Silaban menjadi
ketua Board of Architects (mungkin saat ini setara dengan Pengurus Nasional dan Dewan
Keprofesian). Pembentukan IAI ini menjadi langkah pertama dalam mengatur profesi arsitek
di Indonesia.
Banyak kendala dijumpai pada awal perjalanan IAI. Industri konstruksi dan praktik
profesional tidak dapat berkembang secara optimal. Belum ada peraturan tentang profesi
arsitek. Yang sudah ada barulah sebatas sistem perhitungan honorarium yang diterbitkan oleh
Dewan Arbitrase Teknik Indonesia (DATI). Sistem ini merupakan translasi dan revisi atas
peraturan serupa oleh IRTA (Indonesische Raad voor Technische Arbitrage / Dewan
Indonesia untuk Arbitrase Teknik) yang diterbitkan lebih dahulu pada 8 Juni 1951.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tahun-tahun awal itu bukanlah masa yang baik untuk
perkembangan sebuah organisasi profesi.
Rapat Anggota IAI pada tanggal 12-13 September 1970 memilih kembali Suhartono Soesilo
sebagai ketua IAI yang baru. Pada tahun itu juga IAI mengirim beliau sebagai wakilnya ke
ARCASIA Council Conference di Singapura, dan sejak saat itu IAI menjadi anggota
ARCASIA dan mulai berkiprah dipergaulan internasional. Pada tahun 1974, IAI
memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta karena dianggap lebih strategis dan dapat
mempercepat tercapainya tujuan IAI. Hal ini kemudian diikuti dengan penggantian logo IAI
yang disayembarakan untuk anggota dan dimenangkan oleh Yuswadi Saliya.
Pada tanggal 30 November 1974, Gubernur Jakarta Ali Sadikin menerbitkan peraturan
tentang Surat Ijin Bekerja Perencana (SIBP). Ini merupakan peraturan lokal pertama yang
mengatur bagaimana arsitek berpraktik di Jakarta, dan sampai sekarang peraturan yang sama
masih tetap berlaku.
Tahun 1999, 40 tahun setelah berdirinya IAI, terbit sebuah peraturan nasional yang berkait
erat dengan pekerjaan arsitektur yaitu Undang-Undang No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi.
Peraturan baru ini adalah yang pertama dan mengatur tatacara kerja sama pihak-pihak dalam
suatu pekerjaan konstruksi, termasuk arsitek sebagai salah satu pihak. Walaupun belum dapat
dikatakan bahwa Undang-Undang ini membawa perbaikan bagi profesi arsitek, tetapi cukup
berpengaruh dalam hal pengakuan kompetensi yang diwujudkan dalam kewajiban para
arsitek memiliki sertifikat keahlian.
Dari sekian banyak peraturan yang sudah terbit, pada pokoknya baru mengatur persyaratan
dan tatacara kerja pihak-pihak (Undang-Undang Jasa Konstruksi) serta mengatur obyek
pekerjaannya sendiri (Undang-Undang Bangunan Gedung). Belum ada peraturan setara
Undang-Undang yang mengatur pelaku jasa konstruksinya. IAI mewakili para arsitek dan
masyarakat arsitektur pada umumnya menganggap sudah saatnya Indonesia memiliki sebuah
Undang-Undang Arsitek seperti kelaziman yang terjadi di dunia. Maka sejak awal tahun
2000-an IAI secara berkesinambungan terus mengusahakan terbitnya Undang-Undang
Arsitek.
Dalam organisasi IAI sendiri juga membangun berbagai pranata baik bagi anggotanya sendiri
maupun yang diharapkan dapat berlaku secara umum. Beberapa diantaranya adalah Kode
Etik dan Kaidah Tata Laku, Pedoman Hubungan Kerja antara Arsitek dengan Pemberi Tugas,
termasuk didalamnya perhitungan honorarium, Pedoman Penyelenggaraan Sayembara,
Program Sertifikasi, Penataran Keprofesian berstrata, dan penghargaan IAI Award.
Terbitnya peraturan-peraturan tentang profesi arsitek bisa dilihat sebagai sinyal positif dan
pengakuan terhadap peran dan posisi arsitek. Hal ini juga sejalan dengan cita-cita pendirian
IAI dulu yaitu menuju tercapainya profesi arsitektur yang sehat. Organisasi modern
memerlukan peraturan, dan berjalannya sistem sosial lain saling berjalin saling mendukung.
Kalau kecenderungan umum ini berlaku maka tidak lama lagi dunia arsitektur di Indonesia
akan membutuhkan lebih dari IAI dan Undang-Undang Arsitek, tetapi juga organisasi
kolateralnya, antara lain lembaga (independen) akreditasi pendidikan arsitektur, asosiasi
perguruan tinggi arsitektur, dewan arsitek, dan mungkin sampai ikatan mahasiswa arsitektur
Indonesia.
Seandainya tajuk pendirian IAI dulu diinterpretasikan untuk saat ini mungkin bunyinya
menjadi Towards Good Governance in Architecture Practice. Sebuah mimpi indah tentang
keadaan dimana para arsitek Indonesia berlomba membuat karya yang baik dan indah,
berlaku etis, tidak saling menjatuhkan, dihargai oleh masyarakatnya dan memperoleh
honorarium yang layak. Masih sebuah kerja keras yang panjang untuk mewujudkannya.
https://esubijono.wordpress.com/2008/09/24/sejarah-dan-peran-iai/ (22.35)
Salam Arsitek,
Hingar bingar perdebatan dan perseteruan antara para pendukung kandidat calon ketua IAI
nasional yang terjadi sejak akhir Musyawarah Nasional (MUNAS) ke-13 Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI) di Balikpapan dan dead-lock selama hampir 6 bulan telah usai sudah.
Kemarin yang lalu, pada hari sabtu 2 Juni 2012 jam 16.55 Wib di Hotel Bumi Surabaya Jawa
Timur telah terpilih sebagai mandatoris Ketua Umum IAI Nasional periode 2012-2015,
Munichy Bachron Edress,IAI dari perwakilan IAI Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan beralasan keterbatasan waktu penyelenggaraan ataupun alasan yang lain, serah
terima pucuk pimpinan yang lama (demisioner) ke pimpinan baru yang terpilih pun telah
berlangsung pula meski dengan singkat. Namun serbuan ucapan selamat bagaikan air bah
tetap menimpa sang pemimpin yang baru ini. Hal yang membedakan kejadian tempo hari
dengan kejadian-kejadian pemilihan ketua umum periode-periode yang lalu adalah serbuan
ucapan selamat dilakukan oleh sebagian besar kontingen peserta perwakilan dari daerah.
Pertanyaan wajar menanggapi hal itu, “Apa gerangan yang terjadi?”. Tapi biarlah itu
berlalu, let it be will be the show must be go on.
Adalah satu babak baru kepemimpinan yang telah lama dinantikan oleh sebagian besar
anggota IAI di daerah saat ini mulai digelar. Satu babak yang mengharapkan terjadinya
perubahan dalam memandang dan menempatkan arsitek beserta arsitekturnya dalam koridor
Nusantara yang merupakan kesatuan dari beragam adat, budaya, letak geografis dan lokasi
yang berkepulauan, cara pandang kebiasaan hingga kebisaan mereka. Adalah babak harapan
baru pula dalam rangka memperjelas status profesi arsitek indonesia di mata dunia,
khususnya pada forum Arcasia yang akan digelar di Bali bulan Oktober-November 2012
yang akan datang dalam rangka menyongsong era pasar bebas bidang konstruksi tahun 2015.
Satu harapan babak baru juga dalam rangka memperjelas status arsitek indonesia di mata
bangsanya sendiri yang hingga saat kini dan menjadi satu-satunya profesi arsitek di kawasan
asia tenggara yang belum terlindungi payung hukum yang jelas, yakni berupa Undang-
undang Arsitek. Tentunya pula tidak ketinggalan dalam harapan-harapan tersebut terkait
status pendidikan profesi arsitek (PPArs) yang telah menjadi salah satu kebijakan program
profesi arsitek yang keberadaannya masih ‘tanggung’ (baca: setengah hati; perlu atau tidak
perlu; antara ada atau tiada; niat atau terserah)’ dalam penyelenggaraannya. Empat agenda
besar tersebut setidaknya harus diemban dan dilaksanakan oleh pemimpin yang baru terpilih
ini untuk mewujudkan IAI (baca: arsitek Indonesia) yang profesional, bermartabat dan benar-
benar diakui oleh masyarakatnya sendiri ataupun masyarakat bangsa lain.
Penyegaran dan kesegaran adalah sangat diperlukan oleh tubuh, baik itu tubuh fisik apalagi
tubuh sebuah organisasi. Penyegaran sangat dibutuhkan dalam tubuh guna mendobrak
kekakuan-kekakuan sistem yang bekerja di dalamnya dan menjadikan sistem itu mampu
bekerja lebih baik, dimungkinkan lebih efektif bahkan kalo bisa lebih efisien dalam rangka
menjadikan tubuh tersebut mampu menghadapi tantangan dan gejolak yang menghadang
didepannya. Dalam hal ini, IAI sangat ditunggu perannya dalam turut menentukan arah
pembangunan yang berpihak pada issue-issue terkini (sustainable, greenable, save-able
energy, dll.) serta kiprahnya dalam menciptakan pemain-pemain peradaban yang maju
dengan berkemampuan ‘memasak’ teknologi-teknologi terkini dalam rancangan lingkungan
binaan yang integratif namun persuasif. Hal yang mungkin dapat diwujudkan bilamana
penyegaran dapat membasahi segenap anggota IAI yang mencapai lebih dari 10.000 anggota
dan tersebar merata pada ± 33 provinsi serta beberapa negara. Suatu bentuk kesegaran yang
diharapkan dapat dipenuhi dari empat isu agenda utama yang diselesaikan oleh IAI.
Mengutip kredo yang disampaikan rekan sejawat di milis IAI: “Bersatu Kita Teguh, Bercerai
Kita Rapuh dan Runtuh” yang notabene merupakan ajakan untuk berfikir positif dan
demokratif dalam memandang persamaan maupun perbedaan yang ada, adalah merupakan
kata kunci kita dalam bekerjasama guna menciptakan IAI (baca: arsitek Indonesia) yang
profesional, bermartabat dan diakui kredibilitasnya. Sehingga apapun bentuk demokrasi yang
hendak dijunjung dalam tubuh organisasi, asas musyawarah dan mufakat hendaknya
merupakan bentuk upaya penyelesaian kita yang bukan sekedar konsep idealis semata, namun
pada hakekatnya merupakan bentuk jati diri kita sebagai perancang peradaban dalam suatu
lingkungan binaan yang senantiasa menempatkan kompromi diatas ke-egosentrisan kita. Hal
mana telah ditunjukkan pula oleh rekan-rekan sejawat pendukung masing-masing kandidat
dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) IAI di Surabaya tempo hari, yang
mampu berkompromi dalam rangka bermusyarawarah mufakat guna menentukan nakhoda
IAI Nasional demi agenda kepentingan utama, yakni kebersatuan tubuh IAI Nasional (baca:
arsitek Indonesia).
Sebagai penutup atas tulisan singkat ini, boleh-lah harapan dapat disandangkan kepada
segenap arsitek Indonesia untuk senantiasa menyatukan tekad untuk menjadikan IAI sebagai
wadah yang profesional, bermartabat dan dapat diakui oleh masyarakat kita sendiri sehingga
kita dapat bersama-sama menghadapi era keterbukaan pasar kontruksi 2015 dengan
kepercayaan diri yang penuh serta mampu menempatkan profesi kita sebagai penyokong
pembangunan peradaban masyarakat indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi.
Disamping itu, kepada rekan-rekan yang saat ini ada di dalam kepengurusan IAI di pusat
maupun daerah dan berjuang meng-gol-kan Undang Undang Arsitektur yang masih
terkantung-katung di grey area di senayan Jakarta, sangat diharapkan dalam satu keterpaduan
olah pikir dan upaya guna menyelenggarakan agenda-agenda yang strategis guna
merealisasikan perlindungan hukum bagi profesi dan hasil kekayaan intelektual dari karya
arsitektur kita.
Namun demikian, Entah karena alasan waktu atau pun alasan yang lain, semoga harapan dan
agenda yang telah ada dapat diwujudkan oleh kepengurusan Nasional yang baru ini dengan
dukungan penuh dari segenap anggota maupun stakeholder arsitektur Indonesia. Semoga
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Berkehendak, memudahkan langkah IAI Nasional dalam
mewujudkan cita-cita segenap arsitek Indonesia untuk meraih martabat dan pengakuan
sederajat dengan arsitek-arsitek seantero dunia. Semoga Tuhan menyertai kita semua.
Wassalam
http://www.iai.or.id/artikel/iai-dan-masa-depan-ke-arsitek-an-indonesia
Badan Keprofesian
berwenang dan bertugas mengkaji serta merumuskan sistem pendidikan tinggi profesional
arsitek, pembinaan dan pengembangan keprofesionalan anggota yang sekaligus berfungsi
sebagai penghubung dunia profesi arsitek dan pendidikan tinggi arsitektur.
berwenang dan bertugas mengoordinir kegiatan pengabdian atau pelayanan jasa arsitek
kepada perorangan maupun kelompok masyarakat umum.
menangani kegiatan penghargaan IAI (IAI Award) atas karya arsitektur terbaik dari
perorangan atau lembaga yang berjasa dalam dunia arsitektur, serta menyelenggarakan
kegiatan sayembara arsitektur.
Badan Pengkajian dan Pelestarian Arsitektur
Perangkat organisasi IAI pada lingkup nasional dan daerah yang bertugas untuk menetapkan
standar nasional kualifikasi arsitek dan menerbitkan sertifikat keahlian IAI.
Perangkat organisasi IAI pada lingkup nasional yang bertugas turut menentukan standar
akreditasi pendidikan kearsitekturan di Indonesia.
Pengurus Nasional
Pengurus Daerah
Pengurus Cabang
1. Telah mengikuti Penataran Kode Etik & Tata Laku Profesi Arsitek, serta mengikuti Penataran
Strata 1 - 6
2. Telah menangani 8 - 10 proyek tata olah lengkap & pengalaman bekerja 12 tahun.
3. Menguraikan 3 proyek dengan tingkat kompleksitas tinggi dalam 13 butir Standar
Kompetensi Arsitek.
4. Melampirkan 3 proyek dengan gambar Arsitektur, tampak, potongan, perspektif, foto
proyek berikut surat keterangan dari pengguna jasa/surat tugas/surat perintah kerja/surat
keterangan dari pimpinan biro.
5. Pendidikan minimum S1 Arsitektur dan lampiran ijazah – transkrip.
6. Melunasi iuran anggota biasa sampai dengan tahun berjalan dan bersedia diwawancara.
7. Memiliki KTP dan WNI.
1. Telah mengikuti Penataran Kode Etik & Tata Laku Profesi Arsitek, serta minimum mengikuti
4 Penataran Strata 1-4 atau (1,2,3,5)
2. Telah menangani 6 proyek tata olah lengkap & pengalaman bekerja 5 tahun
3. Menguraikan 3 proyek yang memiliki jenis/fungsi yang berbeda dalam 13 butir Standar
Kompetensi Arsitek
4. Melampirkan 3 proyek dengan gambar Arsitektur, tampak, potongan, perspektif, foto
proyek berikut surat keterangan dari pengguna jasa/surat tugas/surat perintah kerja/surat
keterangan dari pimpinan biro.
5. Pendidikan minimum S1 Arsitektur dan lampiran ijazah – transkrip
6. Melunasi iuran anggota biasa sampai dengan tahun berjalan dan bersedia diwawancara
7. Memiliki KTP dan WNI.
1. Telah mengikuti Penataran Kode Etik & Tata Laku Profesi Arsitek dan minimum mengikuti 2
penataran Strata
2. Telah menangani 3 proyek tata olah lengkap & pengalaman bekerja 2 tahun
3. Menguraikan 3 proyek dengan tingkat kompleksitas rendah dalam 13 butir Standar
Kompetensi Arsitek
4. Melampirkan 3 proyek dengan gambar Arsitektur, tampak, potongan, perspektif, foto
proyek berikut surat keterangan dari pengguna jasa/surat tugas/surat perintah kerja/surat
keterangan dari pimpinan biro.
5. Pendidikan minimum S1 Arsitektur dan lampiran ijazah – transkrip
6. Melunasi iuran anggota biasa sampai dengan tahun berjalan dan bersedia diwawancara
7. Memiliki KTP dan WNI.
Apakah yang dimaksud dengan Standar Kompetensi Arsitek dan jenis proyek apa yang
harus diuraikan?
Standar Kompetensi Arsitek disusun sebagai acuan dalam menilai kemampuan seorang
arsitek dalam menjalankan keahliannya. Standar ini dimaksudkan untuk merumuskan
kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang
didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang
disyaratkan. Mengenai jenis proyek adalah terkait dengan tingkatan kompleksitas, untuk
keterangan lebih detail dapat dilihat pada lampiran SKA.
Mengapa harus membayar iuran anggota profesional IAI untuk masa berlaku 3 tahun?
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 132 Tahun 2007 pasal 8 yaitu masa
berlaku IPTB adalah untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun. Kemudian dalam rangka tertib
administrasi keuangan serta mengurangi resiko keterlambatan pembayaran anggota
profesional IAI pada setiap tahunnya, maka Anggota Profesional IAI yang mengajukan IPTB
diwajibkan membayar iuran selama 3 (tiga) tahun.
Biaya Permohonan SKA Baru (belum termasuk biaya iuran anggota, dan kartu anggota)
SKA Utama Rp. 4.000.000,-
Biaya SKA Perpanjangan (belum termasuk biaya iuran anggota, dan kartu anggota)
SKA Utama Rp. 4.000.000,-
Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 132 Tahun 2007, tentang IZIN PELAKU TEKNIS
BANGUNAN (IPTB):
Memberlakukan seluruh perencana Arsitektur wajib memiliki IPTB untuk dapat melakukan
pekerjaan perencanaan Arsitektur, dan mulai berlaku efektif pada 3 Maret 2008. IPTB adalah
pengganti Surat Izin Bekerja Perencana (SIBP) yang telah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku, kecuali SIBP yang telah diterbitkan dinyatakan tetap berlaku sampai izinnya
berakhir.
1. Mengisi Surat Permohonan dan mengisi Dokumen Permohonan IPTB diperoleh dari DP2B
(Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan)
2. Fotocopy Kartu Anggota IAI yang masih berlaku
3. Foto ukuran 3 x 4 (dua) lembar latar belakang merah
4. Tidak sedang dalam kasus atau sanksi DPPB, DKD, DKA
5. Fotocopy KTP yang masih berlaku
6. Fotocopy NPWP
7. Fotocopy ijasah yang dilegalisir asli
8. Surat keterangan bekerja
9. Fotocopy SKA yang masih berlaku
10. Formulir permohonan bermaterai (formulir dari DP2B)
11. Formulir isian DPPB (formulir dari DP2B)
12. Surat kuasa (jika diurus oleh orang lain)
13. SIPTB/SIBP yang akan diperpanjang (untuk perpanjangan dan kenaikan golongan)
14. Mengisi lembar monitoring (formulir dari DP2B)
Penggolongan IPTB merupakan kriteria yang dimiliki oleh seorang ahli untuk dapat
melakukan pekerjaan perencanaan yang terdiri dari 3 (tiga) Golongan yaitu :
Mengacu pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 132 Tahun 2007 pasal 6 ayat 2 yaitu
Penggolongan IPTB ditentukan berdasarkan rekomendasi dari Asosiasi Profesi.
Penentuan pengolongan IPTB dilakukan oleh Tim Assesor Daerah IAI Jakarta.
Biaya Administrasi pembuatan surat rekomendasi IPTB Rp. 500.000,-
Rincian :
Organisasi
Program Kerja
Program Kerja
A. Sosialisasi Alur Kepranataan Profesi Arsitek
1. Penerapan anggaran kegiatan program kerja tahunan secara terencana dan terstruktur
2. Penggunaan perangkat lunak/software untuk sistem keuangan
3. Penerapan mekanisme pembayaran melalui transfer bank dan optimalisasi penggunaan e-
banking dan electronic debit card.
4. Pemeriksaan laporan keuangan seiap tahun melalui auditor independen.
5. Menyusun proyeksi pendapatan keuangan organisasi dan merancang proyeksi pengeluaran.
D. Peningkatan Sistem Informasi, Komunikasi dan Publikasi