Anda di halaman 1dari 28

SISTEM ELEKTRIKAL PADA

BANGUNAN
Disiapkan Oleh:
Mirzal Y
Jurusan Teknik Arsitektur – Universitas Malikussaleh
Tahun 2017
PENDAHULUAN
Dasar dari sistem elektrikal pada bangunan:
 Pengenalan Elektrikal;
 Sistem distribusi satu/tiga fase;
 Perangkat pada instalasi listrik;
 Pentanahan (grounding);
 Pemenuhan pasokan listrik domestik; dan
 Perencanaan elektrikal pada bangunan.
PENGENALAN
 Sejak akhir dari abad ke 19, seluruh bagunan telah dilengkapi
dengan instalasi listrik untuk kegunaan malam hari. Dengan
munculnya lampu fluorescent (neon) yang kompatibel dengan
cahaya matahari (daylight), murah dan tidak menghasilkan panas
pada bangunan, hal ini memungkinkan untuk penggunaan
pencahayaan listrik sebagai penerangan tambahan selain cahaya
matahari dan sebagai sumber utama pada kondisi bangunan tanpa
jendela (non-fenestration).
 beberapa faktor penting dapat mempengaruhi pada suksesnya
pengunaan dari pencahayaan listrik (artificial) terlepas pada level
yang sesuai dari pencahayaan terhadap bidang/permukaan (work
plane).
PENGENALAN
LISTRIK

 P = Tenaga
 V = Tegangan (Voltase)
 I = Arus
ALUR TENAGA LISTRIK

 Konfigurasi sistem tenaga listrik:


• Daerah I : bagian pembangkit (Generation)
• Daerah II : bagian penyaluran (Transmission), bertegangan tinggi (HV, UHV,
EHV)
• Daerah III : bagian Distibusi Primer (tegangan menengah 6 atau 20 kV)
• Daerah IV : untuk bangunan pada beban/konsumen, instalasi bertegangan
rendah
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
 Pembangkit listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik
dari sumber energi mekanik, biasanya dengan mengunakan induksi
elektromagnetik. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga
listrik adalah tegangan sebesar 11 kV sampai 24 kV.
LISTRIK DALAM BANGUNAN
 Pada daerah perkotaan kabel listrik biasanya ditanam di bawah tanah
dan dialirkan masuk ke bangunan melalui jaringan bawah tanah atau
dengan kabel basement (instalasi model ini perlu pertimbangan yang
tepat dalam menentukan titik masuk aliran listrik).
 Pada bangunan kecil jaringan kabel listrik yang dipasang harus dapat
menjaga saat terjadinya konsleting, yang mana pemutusan aliran listrik
pada MCB box atau fuse sebagai langkah awal keamanan.
 Dalam Kwh meter (meteran listrik) akan dilengkapi dengan kotak
segel untuk mencegah kelembaban memasuki kabel isolasi, sekering
utama menjadi alasan Kwh meter disegel oleh pihak otoritas (PLN).
 Lokasi peletakan Kwh meter haruslah dapat diakses untuk pembacaan
meteran dan untuk mengganti sekering. Dalam beberapa kasus alat
khusus disediakan sehingga meter yang dapat dibaca tanpa harus
membongkar meteran listrik.
INSTALASI LISTRIK
1. BARGAINSER

 Meteran digital (Listrik Prabayar)


 Meteran Analog (Reguler)
 Meteran listrik – Kwh meter (Bargainser) merupakan alat yang
dipasang oleh pihak PLN pada tiap-tiap rumah yang berlangganan
listrik. Bergainser merupakan tanggung jawab PLN.
 Fungsi-fungsi dari bargainser adalah:
 Pembatasan daya yang digunakan oleh pelanggan (sesuai dengan
kontrak pemasangan);
 Pencatat daya yang dipakai oleh konsumen; dan
 Sebagai saklar utama pemutus aliran listrik.
 Dalam bargainser ini terdapat komponen utama yaitu MCB (Miniature
Circuit Breaker), spin control dan meter listrik
2. PENGAMAN

 Panel Box
 Sekering/Fuse

 MCB Box
 Fungsi utama dari pengaman listrik adalah mengamankan instalasi
listrik bila terjdi masalah seperti hubungan singkat di peralatan listrik
dengan cara memutuskan arus listrik.
 Fungsi lainnya adalah sebagai pembagi kelompok atau grup area aliran
distribusi listrik pada bangunan – disebut juga dengan istilah “Panel
Hubung Bagi”.
 Ada 2 jenis pengaman listrik:
 Pengaman lebur (sekering atau fuse)
 Pengaman thermal (MCB)
 Pengunaan sekering dan MCB adalah umumnya digunakan pada tingkat
perumahan (skala kecil), sedangkan pada skala lebih besar (gedung
besar atau industri), pengaman listrik menggunakan Panel Box yang
merupakan kumpulan: MCB, MCCB – Moulded Case Circuit Breaker,
GFCI – Ground Foult Circuit Intrruption, CT dan Surge Arrest.
3. KABEL LISTRIK
 Kabel adalah bagian dari instalasi listrik yang berfungsi menghantarkan
arus listrik sampai ke peralatan listrik.
 Beberapa jenis kabel yang umum dipakai dalam instalasi listrik:
a. Kabel NYA
 Merupakan kabel berisolasi PVC dan berinti kawat tunggal.
 Warna isolasi adalah mereh, kuning, biru dan hitam.
 Jenisnya adalah kabel udara (tidak untuk ditanam dalam tanah).
 Dalam pemasangan selalu dimasukkan dalam pipa PVC yang
berfungsi sebagai konduit.
b. Kabel NYM
 Kabel jenis ini mempunyai isolasi luar jenis PVC berwarna putih.
 Memiliki inti kawat tunggal yang jumlahnya antara 2 sampai 4 inti.
 Masing-masing inti mempunyai isolasi tersendiri dengan warna
berbeda.
 Kabel ini relatif lebih kuat karena adanya isolasi PVC dan selubung
karet. Harga lebih mahal daripada tipe NYA.
 Untuk penggunaan indoor.
c. Kabel NYY
 Warna khas kabel ini adalah hitam dengan isolasi PVC ganda
sehingga lebih kuat.
 kabel ini tahan terhadap tekanan gencetan dan air.
 Untuk kegunaan outdoor (ditanam dalam tanah).
4. SAKLAR LISTRIK (SWITCH)
 Fungsi saklar adalah untuk menghidupkan dan mematikan lampu.
 Pemakaian lain adalah untuk bel rumah, stop kontak atau extension
outlet.
 Berdasarkan cara pasang:
 Saklar in-bow yang ditanam dalam tembok atau dinding.
 Saklar out-bow yang dipasang pada permukaan tembok atau
dinding.
 Berdasarkan fungsinya:
 Saklar on-off, yaitu bekerja menghubungkan arus listrik bila tombol
ditekan pada posisi ON dan memutuskan arus listrik bila ditekan
ke posisi OFF.
 Saklar push-on, yaitu bekerja menghubungkan arus listrik hanya dila
tombol ditekan pada posisi ON, dan otomatis OFF bila tekanan
dilepas.
5. SAKLAR LISTRIK (SWITCH)
 Berdasarkan jumlah tombol per unit saklar:
 Saklar tunggal, hanya mempunyai satu buah tombol saja.
 Saklar majemuk, mempunyai tombol lebih dari satu (satu saluran
input dan beberapa saluran output).
6. STOP KONTAK (OUTLET/RECEPTACLE)
 Stop kontak adalah bagian terminal akhir dari
instalasi listrik pada suatu bangunan yang
dipasang permanen sebagai penghubung yang
menyalurkan energi listrik ke bebab atau
peralatan listrik.
 Stop kontak mempunyai kapasistas maksimum
arus listrik antara 10A – 16 A (setara dengan
2200VA – 3300VA untuk listrik 220V).
 Berdasarkan tempat pemasangan, stop kontak
terbagi atas 2 jenis:
 Stop kontak in-bow yang ditanam permanen
dalam tembok atau dinding.
 Stop kontak out-bow yang dipasang pada
permukaan tembok atau dinding
(kadangkala bersifat portable).
PENTANAHAN (GROUNDING - ARDE)
 Grounding adalah suatu jalur langsung dari arus listrik menuju bumi
atau koneksi fisik langsung ke bumi.
 Dipasangnya koneksi grounding pada instalasi listrik adalah sebagai
pencegahan terjadinya kontak antara makhluk hidup dengan tegangan
listrik berbahaya yang terekspos akibat terjadinya kegagalan isolasi.
FUNGSI GROUNDING
 Untuk tujuan keselamatan,
seperti yang dijelaskan
sebelumnya, grounding
berfungsi sebagai penghantar
arus listrik langsung ke bumi
atau tanah.
 Dalam instalasi penangkal
petir, sistem grounding
berfungsi sebagai penghantar
arus listrik yang besar
langsung ke bumi.
PEMENUHAN PASOKAN LISTRIK DOMESTIK
 Pasokan listrik domestik biasanya dilakukan melalui dua sistem
distribusi yaitu 1dan 3 fase.
 Untuk bangunan kecil hantaran listrik dilakukan dengan sistem 1 fase,
yaitu dengan dua kawat, satu kawat arus dan satu kawat netral.
Umumnya tegangan pada 1 fase adalah 220 volt.
 Pada bangunan besar, pabrik dan industri, hantaran menggunakan
listrik 3 fase, yaitu tiga kawat arus dan satu kawat netral. Tegangan pada
fase ini adalah 380 volt.
PERANCANGAN SISTEM ELEKTRIKAL
PERANCANGAN SISTEM ELEKTRIKAL
Kebutuhan listrik berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Ruang kantor/industri = 15 Watt/m2

Rumah = di bawah 10 Watt/m2

Toko = 20-40 Watt/m2

Hotel = 10-30 Watt/m2

Sekolah = 15-30 Watt/m2

Rumah Sakit = 10-30 Watt/m2


PERANCANGAN SISTEM ELEKTRIKAL
PERANCANGAN SISTEM ELEKTRIKAL

N = Jumlah titik lampu


E = Kuat penerangan/target kuat penerangan (lux)
L = Panjang ruang (meter)
W = Lebar ruang (meter)
Ø = Total lumen lampu (lumen)
LLF = Light loss factor/faktor cahaya rugi (0,7-0,8)
CU = Coeffesien of utilization/faktor pemanfaatan (50-65 %)
n = Jumlah lampu dalam 1 titik lampu
Contoh penerapan
Sebuah ruang tamu dengan panjang 7 meter dan lebar 4 meter, akan dipasang dengan
lampu PL 18 Watt. Berapakah jumlah lampu yang akan dipasang pada ruang tersebut.
Untuk lampu PL 18 W dengan tipe Essential 18W CDL E27 220-240 V mempunyai
Luminous Efficacy lamp sebesar 61 Lm/W.
Penyelesaian awal:
Tentukan dahulu total lumen lampu

Langkah berikutnya:
E = 150 (antara 100-250)
L =7m
W =4m
n = 1 Unit
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 1098 lumen
Contoh penerapan (2)

𝐸𝑥𝐿𝑥𝑊
N=
∅ 𝑥 𝐿𝐿𝐹 𝑥 𝐶𝑈 𝑥 𝑛

150 𝑥 7 𝑥 4
N=
1098 𝑥 0,8 𝑥 65% 𝑥 1

4200
N=
570,96

N= 7,36

N= 8 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai