Anda di halaman 1dari 22

Estetika

Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas
keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan
lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang
kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang
sangat dekat dengan filosofi seni.

Etimologi

Estetika berasal dari bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike. Kali pertama digunakan
oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang
bisa dirasakan lewat perasaan.

Pada masa kini estetika bisa berarti tiga hal, yaitu:

1. Studi mengenai fenomena estetis


2. Studi mengenai fenomena persepsi
3. Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis

Penilaian keindahan
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya,
namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut memengaruhi penilaian terhadap
keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan
sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam
keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan
mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda.

Konsep the beauty and the ugly


Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia
berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya.
Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang
memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama
sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun
jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.

Sejarah penilaian keindahan

Keindahan seharusnya sudah dinilai begitu karya seni pertama kali dibuat. Namun rumusan
keindahan pertama kali yang terdokumentasi adalah oleh filsuf Plato yang menentukan
keindahan dari proporsi, keharmonisan, dan kesatuan. Sementara Aristoteles menilai
keindahan datang dari aturan-aturan, kesimetrisan, dan keberadaan.
keindahan seharusnya memenuhi banyak aspek. aspek jasmani dan aspek rohani

PENGERTIAN ESTETIKA DAN RUANG LINGKUP KAJIANNYA

1. Pengertian Estetika
Estetika merupakan gabungan dari ilmu pengetahuan dan filsafat. Kata estetika dikutip dari
bahasa Yunani aisthetikos atau aishtanomai yang berarti mengamati dengan indera (Lexion Webster
Dic: 1977:18). Pengertian tersebut juga berkaitan dengan istilah Yunani aestheis yang berarti
pengamatan.

Dalam hal ini, Feldman melihat estetika sebagai ilmu pengetahuan pengamatan atau ilmu
pengetahuan inderawi, mengacu pada kesan-kesan inderawi. Demikian juga dengan J. Addison,
memadankan estetika dengan teori cita rasa.

Estetika sebagai ilmu pengetahuan berdasarkan pada kegiatan dari pengamatan yang
dilakukan dengan menggunakan panca indera, yaitu (1) mata sebagai indera penglihatan, (2) hidung
sebagai indera penciuman, (3) telinga sebagai indera pendengaran, (4) lidah sebagai indera
pengecap, dan (5) kulit sebagai indera peraba. Sebagai contoh, dalam mengamati suatu karya seni,
kita menggunakan kelima indera tersebut untuk mendapatkan kesan yang ditimbulkan dari karya
seni yang diamati, baik itu kesan warna, ruang, tekstur, dan sebagainya. Setelah kita mendapatkan
kesan dari karya seni yang kita amati, maka kita dapat merasakan unsur keindahan yang terdapat
pada karya seni tersebut. Keindahan bersifat relatif bergantung pada selera atau cita rasa masing-
masing individu. Selera atau cita rasa (Inggris: taste) yang dimaksud adalah kecenderungan menyukai
sesuatu atau hal-hal yang pernah dialami.

2. Lingkup Kajian Estetika

a . Hubungan antara keindahan dan kebudayaan

Mengacu dari pendapat Hope M. Smith (1968) bahwa “In essence, aesthetics is philosophy of the
beautiful, the science of beauty and taste”, keindahan tidak terlepas dari kebudayaan, karena
kebudayaan merupakn penentu corak, typical, gaya hidup suatu kelompok masyarakat sebagai
pendukung kebudayaan tersebut. Di sisi lain manusia sebagai makhluk multidimensi mempunyai
peran untuk mencipta dan mengamati suatu karya seni sesuai dengan cita rasanya. Kebudayaan
secara hakiki mempunyai pengertian sebagai keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai
yang isinya berupa sistem-sistem makna atau sistem-sistem simbol. Di dalam suatu kebudayaan
mengandung unsur-unsur seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan (termasuk agama) dan nilai-nilai
(etika dan estetika). Keberadaan kebudayan itu telah di dukung oleh manusia, maka dengan
sendirinya manusia tidak dapat terlepas dari kebudayaan tersebut, karena budaya merupakan wujud/
ekspresi dari eksistensi manusia.

b. Hubungan antara seni, estetika, dan filsafat seni

Seni sebagai kegiatan budi pikiran seniman, secara mahir diciptakan sebagai suatu karya yang
mengekspresikan perasaan seniman. Hasil ciptaan itu merupakan suatu kesatuan organis yang setiap
bagian atau unsurnya tidak dapat berdiri sendiriEstetika memuat bahasan ilmiah yang berkaitan
dengan karya seni, pengalaman seni, aliran seni, dan perkembangan seni. Pada intinya persoalan
pokok estetika meliputi empat hal, yakni (1) nilai estetika (esthetic value), (2) pengalaman estetis
(esthetic experience), (3) perilaku pencipta/ seniman, dan (4) seni/ karya seni.

Filsafat seni merupakan bidang pengetahuan yang senantiasa mempermasalahkan seni atau
keindahan dalam karya seni. Filsafat seniberhubungan dengan teori penciptaan seni, pengalaman
seni dan kritik seni (Lucius Gravin).

c. Hubungan antara tiga aspek dalam seni: karya seni, seniman, dan publik seni

Karya seni, seniman, dan publik seni adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Karya seni terdiri
dari bentuk dan isi (kesatuan organis) yang memiliki nilai ekspresi. Karya seni bisa diterima oleh
penikmat atau publik seni jika nilai yang terdapat pada karya seni tersebut dapat diterima dengan
baik oleh penikmat seni. Dalam hal ini, karya seni disebut sebagai media komunikasi antara seniman/
pencipta seni dengan penikmat/ publik seni. Karya seni yang baik seharusnya dapat menyampaikan
pesan yang ingin diutarakan oleh seniman sebagai pemilik ide. Namun, seorang filusuf seni,
Benedetto Croce mengatakan bahwa seni pada karya seni tidak pernah ada, sebab seni itu ada dalam
jiwa pengamatnya. Dalam proses berinteraksi/ berkomunikasi diperlukan juga pengalaman yang
melibatkan kegiatan inderawi.

3. Dimensi Manusia
Manusia memiliki empat dimensi untuk menjadi manusia yang manusiawi, yaitu:
1. Dimensi Agama (keyakinan), bersifat transendental, bertujuan untuk meraih kedamaian,
keselamatan, harmoni, dan apa seharusnya (das sollen).
2. Dimensi Pengalaman (Ilmu), bersifat nalar, logis, menggunakan metode spekuliatif,
bersumber pada fakta, dan apa adanya (das sein).
3. Dimensi Pikir (filsafat), bersifat nalar, logis, tidak ada metode spekulatif, bertujuan untuk
mencapai kebenaran yang menyeluruh.
4. Dimensi Rasa (seni), bersifat ekspresif berdasarkan apresiasi dari pengalaman manusia (das
sein dan das sollen).
5. 1. Makna Estetika
6. Seni merupakan ekspresi kreatif manusia yang dituangkan dalam kehidupan
sehari-hari. Di dalam seni tentunya terdapat karya seni yang memiliki nilai estetik atau
keindahan. Secara umum, karya seni merupakan hasil dari proses kreatif manusia
yang membentuk kedinamisan dan keindahan. Karya seni tercipta sesuai keteraturan
serta imajinasi pikiran manusia untuk mengekspresikan diri. Menurut Lowenfeld
(dalam Susanti, 2010) seni adalah dinamika dari kesatuan aktivitas manusia dalam
penggunaan simbol-simbol sebagai ungkapan dan abstraksi lingkungan manusia yang
diorganisasi menjadi suatu konfigurasi. Adapun Depdikbud (dalam Susanti, 2010)
membatasi seni sebagai segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya
yang bersifat indah sehingga dapat menggerakan perasaan manusia. Karya seni juga
bisa diartikan sebagai hasil aktivitas manusia untuk mengkomunikasikan pengalaman
batin pada orang lain yang dijadikan dalam tata susunan indah, menarik, dan
mempesona sehingga menimbulkan pengalaman baru dan pengalaman estetik bagi
pengamat.
7. Pengertian estetika secara umum merupakan sebuah filosofi yang mempelajari
tentang nilai-nilai sensoris yang terkadang dianggap sebagai penilaian terhadap
sentimen dan rasa. Adapun menurut Muharam (dalam Susanti, 2010) estetika
umumnya dikaitkan dengan pengetahuan keindahan, sedang batasan singkat
estetika adalah filsafat dan pengkajian ilmiah dari komponen estetika dan
pengalaman manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, estetika disamaartikan dengan
keindahan, yaitu tentang terbentuknya suatu keindahan dan seseorang bisa
merasakannya.
8. Karya seni diciptakan memiliki tujuan tertentu. Bagi masyarakat tradisional,
karya seni biasanya digunakan sebagai pemujaan atau ritual, sebagai tuntunan yang
didekatkan dengan religi, dan sebagai tontonan serta hiburan. Bagi masyarakat
modern, karya seni digunakan sebagai ekspresi diri, media pendidikan, industri,
terapi, dan media komersial. Bagi seorang seniman, tujuan menciptakan sebuah karya
seni digunakan sebagai ungkapan ekspresi pribadi, komunikasi ide, keindahan, dan
sebagai hiburan, baik secara fisik maupun hiburan secara batiniah.
9. Ketika seorang seniman menciptakan sebuah karya seni, maka nilai estetik
pun akan terbentuk dalam sebuah karya seni tersebut. Nilai estetik dibagi menjadi
empat bagian, yaitu indah, indah sekali, sangat indah, dan luar biasa indah yang
terdapat pada objek berkeindahan yang selanjutnya akan diserap oleh indrawi
manusia. Setiap karya seni pastilah memiliki nilai-nilai keindahan, namun segala
sesuatu yang indah belum tentu bisa disebut sebagai karya seni. Contohnya objek
yang ada di alam seperti pelangi, bintang, bulan, pantai, dan yang lainnya yang
berkeindahan juga bisa dikatakan indah walaupun bukan merupakan karya seni.
10. Manfaat estetika dalam sebuah karya seni digunakan sebagai harmonisasi
agar tercipta suatu ketenteraman, ketenangan, kedamaian, dan kenyamanan yang
mendatangkan kebahagiaan. Melalui kelima indera maka keindahan tersebut bisa
dirasakan dan dinikmati. Selain itu keindahan tersebut didukung dengan karya yang
memang diakui banyak pihak yang memenuhi standar keindahan.
11. Pembahasan tentang estetika sebuah karya seni memiliki keterkaitan yang kuat pada
masa Yunani dan Romawi beserta tokoh-tokohnya seperti Plato, Aristoteles dan
Plotinus. Plato berpendapat bahwa secara umum keindahan pada zaman Yunani
berkaitan dengan keadilan, keikhlasan, dan kebijaksanaan. Menurutnya keindahan
juga berasal dari cinta kasih yang dekat dengan etika. Keindahan terwujud karena
adanya ukuran atau proporsi. Bentuk yang proporsional akan menghasilkan objek
yang indah. Contohnya tinggi manusia normal adalah 7,5 kali kepala manusia. Plato
juga berpendapat bahwa sumber keindahan itu bukan berasal dari manusia, satu-
satunya sumber keindahan berasal dari dunia idea. Aristoleles yang merupakan murid
dari Plato kurang setuju dengan teorinya Plato, Aristoteles berpendapat bahwa
keindahan yang ditiru bukan dari dunia idea, melainkan berasal dari alam sekitar
sehingga objek keindahan ada di alam. Selanjutnya Plotinus yang memperkenalkan
konsep Plato dan Aristoteles ke seluruh Eropa pada abad 3 Masehi. Namun, yang
lebih penting adalah rahasia estetika sebuah karya seni yang sampai saat ini sulit
untuk diungkapkan. Oleh karena itu, rahasia-rahasia tersebut akan dibahas dalam
makalah ini.
12. 2. Makna Estetika Dalam Sebuah Karya Seni
13. Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu
yang membahas keindahan, yaitu tentang terbentuknya suatu keindahan dan
seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah
sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai
penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat
dengan filosofi seni. Estetika berasal dari Bahasa Yunani aisthetike, pertama kali
digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada tahun 1735 untuk
pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan melalui perasaan.
14. Pandangan mengenai falsafah dan estetika sangat berhubung rapat tentang
kesenian. Apabila disentuh tentang keindahan maka secara langsung akan
dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan seni dan kesenian. Persoalan estetika
banyak dibincangkan oleh ahli-ahli falsafah kuno dan ahli falsafah sekarang. Apabila
persoalan estetika dibahas maka secara langsung persoalan kesenian dan nilai
keindahan akan disentuh. Nilai estetika itu sendiri adalah seni. Perkataan estetika
dalam bahasa Yunani ialah aisthesis membawa maksud hal-hal yang dapat diserapkan
oleh pancaindera atau lebih khusus lagi ialah kepekaan. Estetika juga boleh diertikan
sebagi persepsi pancaindera atau sense of perception. Ahli filsafah Jerman yang
bernama Alexander Baumgarten adalah orang pertama yang memperkenalkan
perkataan aisthetika. Namun demikian Cottfried Leibniz telah meneruskan
pendapatnya mengenai estetika dan memberi penekanan kepada pengalaman seni
sebagai suatu bentuk ilmu.
15. Estetika sering diungkapkan sebagai persamaan makna seni, tetapi ia berbeda
dengan falsafah keindahan, karena estetika tidak semata-mata menjadi
permasalahan falsafah. Di dalam estetika menyangkut pembahasan ilmiah berkaitan
dengan karya seni, sehingga menangkapi bidang ilmiah, antaranya meliputi
perbincangan tentang keindahan dalam seni atau pengalaman estetik, gaya atau
aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya. Secara langsung pengkajian falsafah
estetika bersangkutan dalam bidang-bidang seperti psikologi, sosiologi, antropologi
dan lain-lain yang bersangkutan.
16. Estetika dalam kehidupan sehari-hari menurut bahasa diartikan sebagai
keharmonisan agar tercipta suatu ketenteraman, ketenangan, kedamaian, dan
kenyamanan yang tertuju pada keindahan. Keindahan tidak hanya tercipta dari
Tuhan, melainkan ada pula yang tercipta oleh kegiatan atau proses kreatif manusia
yang menghasilkan sebuah karya seni. Di setiap karya seni tentunya memiliki
keindahan yang bervariasi antara pandangan satu orang dan orang lainnya serta
antara suatu karya seni dan karya seni lainnya. Nilai keindahan tersebut dibagi
menjadi empat macam yaitu indah, indah sekali, sangat indah, dan luar biasa indah.
17. Berhubungan dengan adanya keindahan dalam sebuah karya seni, maka George
dalam bukunya aesthetic (dalam Ghazali, 2009) mengajukan tiga permasalahan yang
sering dikemukakan dalam estetika diantaranya sebagai berikut.
18. a. Persoalan kritis yang menggambarkan, menafsirkan atau menilai karya-karya seni
yang khusus.
19. b. Pernyataan yang bersifat umum oleh para ahli sastra, musik dan seni halus untuk
memberikan ciri-ciri khas artistik.
20. c. Persoalan tentang keindahan, seni imitasi dan lain-lain.
21.
22. 3. Keterkaitan Antara Estetika Dan Karya Seni
23. Antara estetika dan karya seni memiliki hubungan yang kuat seakan tidak bisa
dipisahkan oleh suatu jarak. Hal ini disebabkan karena adanya satu kesatuan antara
estetika dan karya seni. Satu kesatuan tersebut amatlah bermakna dan menjadi
sesuatu yang mendasar. Dalam hal ini akan memunculkan sebuah konsep yang biasa
disebut dengan the beauty and the ugly yang merupakan perkembangan lebih lanjut
yang menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia
berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh
pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu
the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar
keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar
keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang
dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.
24. Sejarah penilaian keindahan sudah dinilai begitu karya seni pertama kali dibuat.
Namun rumusan keindahan pertama kali yang terdokumentasi adalah oleh filsuf Plato
yang menentukan keindahan dari proporsi, keharmonisan, dan kesatuan. Sementara
Aristoteles menilai keindahan datang dari aturan-aturan, kesimetrisan, dan
keberadaan. Tokoh-tokoh ahli falsafah barat klasik seperti Plato, Aristoteles, dan
Hegel meneliti tentang persoalan keindahan melalui pembicaraan dalam bentuk
estetika. Misalnya Plato dalam bukunya Symposium telah menghuraikan panjang
lebar mengenai persoalan objek cinta ialah keindahan. Dalam bukunya itu beliau
menyampaikan dalam bentuk dialog-dialog watak utama seperti Phaedrus,
Eryximachus, Aristophanes, Agathon dan Socrates. Terang-terang dalam dialog
watak ini menyatakan bahawa proses mencintai tentang keindahan itu perlu
diasaskan pada zaman kanak-kanak lagi.
25. Sebenarnya bangsa Yunani kuno telah menghayati pengalaman keindahan sebagai
mewarisi bangsa mereka. Bangsa Yunani juga mengenal kata keindahan dalam arti
estetik yang disebutnya sebagai symmetria untuk keindahan visual. Sementara
perkataan harmonia adalah keindahan pendengaran. Lantaran itu pengertian
keindahan adalah meliputi persoalan keindahan seni, alam, moral, dan intelektual.
26. Sejak zaman ahli falsafah Socrates telah membincangkan persoalan nilai
keindahan yang terlibat dalam pemikiran tentang keberadaan dalam objek yang
menyebabkan ia indah. Mereka yang menikmati karya-karya seni mengalami
penghayatan estetika. Pengalaman itu adalah perasaan yang timbul kepada
seseorang ketika memandang sesuatu yang indah pada alam atau karya seni. Secara
langsung ia telah memperkatakan tentang estetika dalam diri orang yang bertanya.
Walaupun keindahan dan kecantikan adalah nilai yang subjektif, dua orang yang
bertanya tentang kecantikan kepada sesuatu barang itu sifatnya berbeda pada nilai
keindahan. Tetapi setiap orang menginginkan benda-benda yang cantik dan indah.
Tidak ada satupun manusia yang menginginkan keburukan. Itulah hakikatnya fitrah
manusia yang dikaruniai oleh Tuhan.
27.
28. Enam perkara yang penting dalam seni meliputi hal-hal sebagai berikut.
29. a. Benda Seni
30. Benda seni secara langsung berkisar kepada karya seni itu sendiri. Medium
atau material karya seni menghasilkan suatu bentuk seni yang indah. Seni terwujud
melalui media pendengar untuk audio dan media penglihatan untuk visual yang
tampak. Media ini memberi peranan kepada kategori kepada seni misalnya seni harus
lebih kepada media visual, seni teater lebih kepada media dengar dan visual, seni
muzik lebih kepada media audio dan lain-lain. Persoalan yang diperdebatkan sejak
zaman Plato dan Aristoteles mengenai benda seni ialah persoalan ekspresi seni, unsur
peniruan atau mimesis, persoalan seniman sebenarnya dan pengamatan seni itu
sendiri.
31. b. Pencipta Seni
32. Persoalan pengkarya seni adalah persoalan asas dalam konteks kreativitas dan
ekspresi seniman. Yang sering diperbincangkan ialah soal gaya atau style karyanya,
pribadinya misalnya pengaruhnya, persekitaran dan jantanannya menjadi persoalan
dalam penghasilan karyanya. Di samping itu perbincangan juga menyentuh mengenai
zaman dan bermulanya karya seni dihasilkan.
33. c. Publik Seni
34. Publik seni menyentuh persoalan komunikasi karya seni terhadap orang awam
atau masyarakat. Seni itu adalah publik, tanpa orang lain menghayati karya seni maka
karya seni itu tidak dapat berdiri dengan sendiri. Maka komunikasi dalam karya seni
membuahkan sebuah karya seni akan berjaya dan menjadi milik masyarakat.
35. d. Nilai Seni
36. Nilai seni selalu berhubungan dengan normal-normal yang esensial di samping
sesuatu kepentingan yang sangat peribadi. Biasanya nilai seni bersangkutan
mengenai kualitas, bersifat kontekstual dan esensi al-universal.
37. e. Pengalaman Seni
38. Pengalaman seni merupakan keterlibatan dalam penghayatan seni itu secara
langsung. Pengalaman bersangkutan tentang ruang waktu dan penglihatan seni. Seni
sebagai komunikasi adalah pengalaman yang melibatkan kegiatan panca indera,
nalar, emosi dan intuisi seniman. Oleh sebab itu pengalaman seni terlibat dalam
ruang waktu sebelum, semasa dan sesudah.
39. f. Konteks Seni
40. Jika membincangkan konteks seni, secara langsung akan membincangkan
keperluan masyarakat terhadap seni. Seni secara langsung menyangkut nilai-nilai
setempat atau sejaman. Oleh yang demikian pemahaman seni amat erat dengan
konteks jaman tersebut. Misalnya seni jaman sebelum merdeka di negara ini
konteksnya adalah bentuk seni jaman tersebut. Begitu juga dalam konteks
masyarakat yang Islam tidak menerima patung sebagai karya seni kerana
bertentangan dengan syariah Islam.
41.
42. 4. Pandangan Masyarakat Terhadap Estetika Dalam Karya Seni
43. Selama ini estetika dipandang sebagai sesuatu yang sulit diartikan berkaitan
dengan keindahan, karena lebih dari pada itu untuk menikmati estetika dalam sebuah
karya seni cukup dirasakan. Namun pandangan masyarakat yang sebagian besar telah
memiliki pengalaman estetik yaitu peristiwa yang sudah dialami yang berkaitan
tentang terciptanya ketenteraman, ketenangan, kedamaian, dan kenyamanan yang
membentuk suatu keindahan mengungkapkan pendapat dan pandangan yang
berbeda dibanding masyarakat yang belum memiliki sedikit dari sekian banyak
pengalaman estetik yang dimilikinya. Pada masa kini estetika bisa berarti tiga hal
(dalam eka, 2010) menyebutkan yaitu:
44. a. studi mengenai fenomena estetis,
b. studi mengenai fenomena persepsi, dan
c. studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis.
45. Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk
suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut
mempengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di
Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa
realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa
adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan
mengkomposisikan warna, ruang, dan kemampuan mengabstraksi benda.
46.
47. 5. Kesimpulan
48. Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu
yang membahas keindahan, yaitu tentang terbentuknya suatu keindahan dan
seseorang bisa merasakannya. Antara estetika dan karya seni memiliki hubungan
yang kuat seakan tidak bisa dipisahkan oleh suatu jarak. Hal ini disebabkan karena
adanya satu kesatuan antara estetika dan karya seni. Satu kesatuan tersebut amatlah
bermakna dan menjadi sesuatu yang mendasar.
49. Sejak jaman Yunani Kuno, ahli-ahli falsafah telah membicarakan tentang kesenian dan
hubungannya dengan seniman. Sebagai contoh Plato dengan tegasnya tidak
menerima para seniman dan menyatakan bahwa para seniman sepatutnya dibuang
dari republik atau negeri. Alasan beliau bahwa seniman adalah seorang yang suka
meniru objek fisikal dan menipu dalam penghasilan karya. Karya seniman bukanlah
sesuatu sumber sebenar untuk dijadikan sumber pengetahuan. Sebagai contoh
dalam dialognya berkata, kalau manusia ingin mengkaji kursi mesti melihat kursi
sebenarnya bukan lukisan atau karya kursi. Beliau juga menyatakan bahawa karya
lukisan boleh menjadi menghalang manusia daripada pengetahuan sebenarnya. Oleh
karena itu beliau membicarakan persoalan kesenian dalam falsafah kehidupan
manusia. Sementara itu Aristoteles telah mempertahankan mengenai mimesis dan
menyatakan bahwa peniruan itu adalah satu unsur yang perlu dan ada dalam fitrah
manusia. Pada dasarnya manusia sering meniru alam ciptaan Tuhan.
Pengertian Estetika

 Pengertian estetika menurut asal katanya (etimologis)

Istilah Estetika di dalam Bahasa Indonesia merupakan serapan dari kata Aesthetica, yaitu
sebuah istilah yang pertama kali digunakan oleh seorang filosof Jerman bernama Alexander
Gottheb Baumgarten (1714-1762) sebagai judul sebuah buku karangannya yang berisi uraian
tentang seni dan keindahan. Istilah itu digunakan oleh Baumgarten untuk menunjukkan
sebuah cabang filsafat yang membahas seni dan keindahan. Istilah Aesthetica sendiri berasal
dari kata Yunani: "aisthetika yang berarti hal-hal yang dapat diserap dengan panca indera;
dan aisthesis yang berarti pencerapan indera (sense perception)". Pengertian istilah aisthesis
ini terdapat beberapa macam. Selain yang disebutkan tadi, ada pula mengartikan perasaan
atau sensitivitas; dan ada yang mengartikan pencerapan, persepsi, pengalaman, perasaan,
atau pandangan. Istilah Aesthetica yang digunakan Baumgarten di dalam Bahasa Inggris
disebut aesthetic atau esthetic yang kemudian menggantikan istilah filsafat, teori, atau ilmu
tentang keindahan/cita rasa/ seni.

 Pengertian estetika menurut istilah (terminologis)

Pengertian istilah estetika menurut terminologinya terdapat beberapa macam, di antaranya:

1. Estetika adalah ilmu pengenalan sensitif dan teori seni (Baumgarten).


2. Estetika adalah ilmu sebagai aktivita ekspresif baik yang representatif maupun
yang imajinatif (Benedetto Croce).
3. Estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan
dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut
keindahan (Djelantik).
4. Estetika adalah filsafat seni yang berisi segala macam pemikiran dan
pembahasan mendalam (filosofis) tentang seni dan keindahan.

Lingkup Bahasan Estetika


Beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa
lingkup bahasan estetika meliputi dua pokok bahasan utama, yaitu segala persoalan yang
berkaitan dengan keindahan (estetis) dan persoalan yang berkaitan dengan seni.
Kadangkala pembahasan kedua persoalan itu saling terkait dan sulit dipisahkan. Beberapa
persoalan yang tergolong di dalam kedua lingkup bahasan tersebut di antaranya:

 Persoalan Nilai Estetis (esthetic value) menyangkut antara lain: apakah keindahan itu;
apakah keindahan bersifat objektif atau subjektif; apakah yang menjadi ukuran baku
keindahan, bagaimanakah peranan keindahan dalam kehidupan manusia; dan
bagaimanakah hubungan keindahan dengan kebenaran dan kebaikan?
 Persoalan Pengalaman Estetis (esthetic eksperience) menyangkut antara lain: apakah
yang disebut pengalaman estetis; bagaimanakah sifat dasar atau ciri-ciri suatu
pengalaman estetis; apakah yang menyebabkan orang menghargai sesuatu yang
indah; apakah yang merupakan rintangan dari pengalaman estetis; dan objek apakah
yang dapat menjadi sasaran pengalaman estetis?
 Persoalan Perilaku Seniman menyangkut antara lain: apa dan siapakah seniman itu;
bedakah seorang seniman dengan perajin; apakah yang mendorong seseorang
menciptakan suatu karya seni; bagaimanakah proses penciptaan itu berlangsung
dalam diri seseorang; dan bagaimanakah hubungan kepribadian seniman dengan
karya seni ciptaannya?
 Persoalan Seni menyangkut antara lain: apakah seni itu; bagaimanakah penggolongan
seni yang tepat; apakah sifat dasar dan nilai-nilai dari karya seni; manakah yang lebih
penting antara bentuk dan isi dari karya seni; dan bagaimanakah hubungan seni
dengan agama, filsafat, dan ilmu?

Manfaat Mempelajari Estetika

Estetika sebagai salah satu bidang pengetahuan dipandang penting untuk dipelajari,
terutama bagi mereka yang berkecimpung atau menggeluti dunia seni, baik sebagai praktisi
maupun sebagai pengamat atau kritikus. Manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari
bidang ini di antaranya:

 Memperdalam pengertian tentang rasa indah pada umumnya dan tentang kesenian
pada khususnya.
 Memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur
objektif yang membangkitkan rasa indah pada manusia dan faktor-faktor objektif
yang berpengaruh kepada pembangkitan rasa indah tersebut.
 Memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur
subjektif yang berpengaruh terhadap kemampuan menikmati rasa indah.
 Memperkokoh rasa cinta kepada kesenian dan kebudayaan bangsa pada umumnya
serta mempertajam kemampuan untuk mengapresiasi (menghargai) kesenian dan
kebudayaan bangsa.
 Memupuk kehalusan rasa pada umumnya.
 Memperdalam pengertian keterkaitan wujud berkesenian dengan tata kehidupan,
kebudayaan, dan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
 Memantapkan kemampuan menilai karya seni yang secara tidak langsung
mengembangkan apresiasi seni di dalam masyarakat pada umumnya.
 Memantapkan kewaspadaan atas pengaruh-pengaruh negatif yang dapat merusak
mutu kesenian dan berbahaya terhadap kelestarian aspek-aspek dan nilai-nilai
tertentu dari kebudayaan kita.
 Secara tidak langsung, dengan bobot yang baik, yang dibawakan kesenian, dapat
memperkokoh masyarakat dalam keyakinan akan kesusilaan, moralitas,
perikemanusiaan, dan ketuhanan.
 Melatih diri berdisiplin dalam cara berfikir dan mengatur pemikiran secara sistematis,
membangkitkan potensi untuk berfalsafah yang akan memberikan kemudahan dalam
menghadapi segala permasalahan, memberi wawasan yang luas dan bekal bagi
kehidupan spiritual dan psikologi kita.

Pengertian Keindahan Bentuk dan Ekspresi

Arsitektur menurut Ishar adalah nilai-nilai yang


menyenangkan mata dan pikiran,yang berupa nilai-nilai
bentuk dan ekspresi.

A. Pengertian Keindahan Bentuk

Keindahan bentuk memiliki dasar tertentu, yang disebut prinsip estetika seperti keterpaduan,
keseimbangan, proporsi,skala, irama dan urutan.Pencapaian keindahan bentuk ini didukung pula
oleh pemenuhan aspek-aspek fisik atau teknis fungsi dan struktur.

1. Unity/kesatuan

Cara membentuk kesatuan adalah dengan penerapan tema desai. Ide yang dominan akan membantu
kekuatan dalam desain tersebut. Unsur-unsur rupa yang dipilih disusun dengan/untuk mendukung
tema.

· Tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang utuh dan serasi

· Keterpaduan dari yang paling sederhana sampai ke yang rumit


· Keterpaduan bentuk-bentuk geometris

2. Keseimbangan

Prinsip utama keseimbangan dalam segala macam komposisi adalah keseimbangan. Keseimbangan
merupakan suatu kualitas nyata dari setiap obyek dimana perhatian visual dari dua bagian pada 2 sisi
dari pusat keseimbangan adalah sama.

· Keseimbangan formal/simetris yaitu ada daya tarik visual dari obyek, khususnya di kedua sisi pusat
keseimbangan.

Kenyamanan estetika yang dihasilkan oleh keseimbangan nampaknya memiliki sesuatu yang
berhubungan dengan kualitas gerakan mata sewaktu bergerak dari suatu sisi kesisi yang lain
menemukan daya tarik yang sama pada separuh bagian kiri dan separuh bagian kanan.

· Keseimbang informal/asimetris yaitu kesimbangan yang tidak menitik beratkan pada garis potong
tengah tetapi lebih bebas, tidak banyak aturan tetapi tetap nampak sama berat.

3. Proporsi

Hubungan antar bagian dari suatu design dan antara bagian dengan keseluruhan. Menurut vitruvius
ada hubungan tertentu antara bagian terkecil dengan keseluruhan. Proporsi merupakan hasil
perhitungan bersifat rasional dan terjadi bila kedua buah perbandingan adalah sama a:b=c:d (a,b,c,d
= ukuran tinggi, lebar, dan kedalaman dari suatu unsur-unsur atau massa keseluruhan bangunan).

Sumber proporsi adalah :

Kepekaan perbandingan dari sang pencipta. Masalah proporsi sangat penting sekali, apapun yang
menjadi perwatakan suatu komposisi visual, mutu penampakannya akan ditentukan sekali oleh
kepekaan terhadap perbandingan.

Konsep proporsi yang diterapkan menurut pemikiran timur didasari pada ukuran tubuh manusia.

4. Skala

Skala adalah suatu sistem pengukuran yang menyenangkan, dapat dalam satuan cm, inchi, atau
apasaja dari unit-unit yang akan diukur. Gambar skala adalah dimensi yang diapaki untuk gambar
sebagai perbandingan, misalnya 1 m struktur digambar 1cm dalam gambar. Jadi ukuran dalam
gambar, menyatakan ukuran sebenarnya dari bangunan.

Dalam arsitektur yang dimaksud skala adalah hubungan yang harmonis antara bangunan beserta
komponen-komponennya, dengan manusia. Segala sesuatu yang kita lihat selalu dibandingkan
dengan ukuran manusia. Elemen-elemen dan prinsip skala dapat menghasilkan skala-skala yang baik
yaitu :

Skala akrab menggunakan prinsip yang dapat menimbulkan kesan lebih kecil dari besaran
sesungguhnya.

Skala akrab dapat dicapai melalui :

- Pemakaian ornamen yang lebih kecil dari ukuran standart/biasanya.

- Pembagian yang lebih besar (pembuatan garis bidang )

- Penerapan skema bahan dan warna yang sederhana, bentuk datar/rata)

- Pertimbangan pencahayaan yang redup

Skala normal/manusiawi dapat diperoleh dengan pemecahan masalah fungsional secara wajar.
Besarnya ukuran dimana manusia bekerja adalah menurut fungsinya dan standar-standar yang ada.

Skala megah bersifat berlebihan dan dapat diperoleh dengan :

- Penerapan satuan yang lebih besar dari biasanya.

- Perletakan elemen yang berukuran kecil berdekatan dengan elemen yang besar sehingga tampak
perbedaan ukuran besarnya.

- Penerapan langit-langit tinggi.

Skala mencekam, manusia sulit merasakan pertalian dirinya dengan ruang. Umumnya, skala ini
terdapat di alam bukan buatan manusia.

5. Irama

Irama dalam arsitektur merupakan elemen yang menggugah emosi/persaan yang dalam. Dalam
rancangan, irama merupakan perekat yang menyatukan unsur-unsur masing-masing menjadi satu
kesatuan.

Hakekat Irama adalah menelusuri sifat perseptual manusia dalam memandang bangunan, dimulai
dari mata yang meluncur ke bagian bangunan, dari unit satu ke unit lainnya dengan teratur. Irama
dapat diperoleh dengan cara :
 Pengulangan (repetisi)

- Garis
- Bentuk misal; jendela, pintu, kolom, dsb.

- Tekstur ; kasar, halus, kayu, batu, dsb.

- Warna

 Gradasi (perubahan)

- Dimensi
- Warna : dari gelap ke terang atau sebaliknya

- Bentuk : perubahan bentuk secara bertahap

 Oposisi

Adalah pertemuan garis pada sudut siku-siku, misalnya dalam daun pintu, lemari, dinding, dsb.

 Transisi

Adalah perubahan pada garis-garis lengkung.

 Radial

Adalah irama yang beradiasi pada sentral axis (sumbu sentral).

 Progresif

Irama progresif dibentuk oleh perubahan yang teratur, sedemikian rupa sehingga bentuk mirip
dengan yang lain. Jarak yang satu dengan yang lain hampir sama. Dengan demikian tumbuh irama
progresif karena menunjukkan gerak/ perubahan progresif. Irama naik, turun, naik turun dan
sebaliknya. Tidak ada bentuk dan jarak yang sama yang diulang.
Jenis-jenis irama yaitu :

 Irama statis didapat dengan cara pengulangan bentuk, garis, dan dimensi.

 Irama dinamis didapat dengan cara :

- pengulangan bentuk atau garis dengan perletakan yang berbeda.


- pengulangan bentuk/garis dengan jarak yang berbeda.

- pengulangan bentuk/garis dengan dimeni yang berbeda.


 Irama terbuka dan tidak menentu didapat dengan cara pengulangan bentuk/garis dengan
jarak yang sama tanpa permulaan dan akhiran.

 Irama tertutup dan tertentu didapat dengan cara :

- Merubah bentuk unit paling akhir.


- Merubah ukuran/dimensi unit paling akhir.

- Kombinasi kedua-duanya.

- Menambahkan dengan mencolok suatu elemen di akhir irama.

6.Sequence/pengulangan

Menurut hk ishar, urut-urutan adalah suatu peralihan/perubahan pengalaman dalam pengamatan


terhadap komposisi. Urut-urutan atau peralihan/perpindahan ini mengalir dengan baik, tanpa kejutan
yang tak diduga, tanpa perubahan yang mendadak. Tujuan penerapan prinsip urut-urutan dalam
arsitektur adalah untuk membimbing pengunjung ketempat yang dituju dan sebagai persiapan
menuju klimaks. Urut-urutan pengalaman meliputi persiapan (approach), pengalaman utama
(progression) dan akhiran (ending). Dalam persiapan kita membuat pembingkaian, pandangan
sepintas, atau peralihan agar apa yang kita lihat tidak mengejutkan atau peringatan. Dalam
pengalaman utama pengunjung merasakan apa yang dilihat/dialami setelah masuk. Pada
pengakhiran pengunjung berhenti dan istirahat maka diperlukan pedoman orientasi atau klimaks.

Kekuatan klimaks dapat diperoleh dengan cara :

- Membuat bentuk yang sama mirip dengan pengarahan tetapi lebih besar.

- Memberi cahaya yang kontras dengan pengarahanya misal dengan memberi lampu-lampu yang
menembus dinding/atap dengan memberi tirai kaca berwarna dan sebagainya.

- Perubahan tinggi mendadak, tetapi tidak ada kesamaan bentuk.

- Membuat bentuk yang lain sama sekali tidak mengejutkan karena ada cukup persiapan/pengarahan.

Dalam suatu karya arsitektur yang baik terdapat :

- Urut-urutan dalam segi keindahan bentuk (ada proses menuju klimaks)

- Urut-urutan dalam fungsi.

- Urut-urutan dalam struktur.

B. Pengertian Keindahan Ekspresi


Keindahan ekspresi timbul dari pengalaman dan dalam arsitektur pengalaman yang dimaksud adalah
pengalaman melihat atau mengamati. Oleh karena itu yang dapat dilihat adalah bentuk, maka dalam
arsitektur media untuk mendapatkan keindahan arsitektur adalah bentuk bangunan.

Dengan pengalaman mengamati, memasuki, menempati kita dapat merasakan sikap batin arsitek.
Adapun elemen-elemennya adalah :

1. Karakter

Merupakan perwujudan antara ekspresi dan fungsi. Louis Sulivan : “tampak luar banguan adalah
cermin dari fungsi di dalamnya”. Karakter merupakan aspek utama merancang yang bersifat
menyeluruh setiap keputusan di desain. Tema berkaitan erat dengan karakter. Aspek teknis
menyangkut pemenuhan syarat, fungsi dan struktur adalah karakter, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Karakter arsitektur yang khas akan menentukan eksistensi arsitektur sebagai lingkungan buatan
diantara lingkungan fisik dan budaya.

2. Warna

Warna dapat berperan untuk memperkuat bentuk dan mampu memberikan kepada pikiran dan jiwa
manusia yang melihatnya. Warna menentukan karakter, juga dapat menciptakan suasana yang kita
harapkan.

Di bawah ini beberapa karakter warna ditunjukkan dalam sifat :

jenis warna

 kuning = bebas, ceria

 kuning Hijau = tenang, menyenangkan

 hijau = tenang, ramah cendekia

 hijau biru = angkuh, mantab

 biru = keras, dingin

 biru ungu = sombong, suka menghayal tanpa kendali

 Ungu = tinggi, ekstrim

 ungu merah = tegang, peka

 Merah = panas, melelahkan urat syaraf


 Jingga = gembira, bergairah

 jingga kuning = lincah bergairah

 abu-abu = menenangkan

 biru telor asin = dapat dimakan, buah

 biru hitam = menekan

 coklat hitam = menolak, menghindar, menjijikan

 ros kulit telor ayam = ringan tangan, menyambut tamu, ramah

3. Style/gaya

Gaya sebagai salah satu penentu keindahan ekpresi merupakan cara membangun atau merancang
secara berbeda dengan yang lain. Gaya antara lain dapat ditentukan menurut sejarah misalnya : gaya
romanik byzantum, barok, renaisans, gotik, internasional, post modern, dll. Pemakaian bahan
bangunan, perbedaan iklim, penerapan detail-detail sesuai pribadi arsitek.

4. Bahan/material

Bahan yang kita pakai dalam desain dapat menimbulkan kesan tertentu misal :

- Bahan logam : menimbulkan kesan dingin, padat, keras.

- Kayu berpori : menimbulkan kesan hangat.

- Bahan kaca : bersifat tembus pandang dan memantulkan cahaya dapat memberi kesan hidup dan
ringan.

Pemakaian bahan/material akan menimbulkan suatu motif dan tekstur.

- Motif adalah ornamen dua atau tiga dimensi yang disusun menjadi pola atau ragam tertentu. Motif
dapat dibentuk oleh tekstur dan bentuk. Susunan benda dalam ruang juga disebut motif. Motif
mempunyai arah gerak maka penempatan motif harus sejalan dengan irama ruang. Pemanfaatan
berbagai macam motif akan menimbulkan kesan kacau.

- Tekstur adalah halus kasar permukaan benda, baik yang dapat dilihat atau yang dapat diraba.
Tekstur kasar punya kesan maskulin dan haus mencerminkan hal-hal resmi/formal dan anggun.
Tekstur kasar dan tebal cenderung membuat ruangan lebih kecil dan sempit. Tekstur licin dan ringan
punya kesan luas dan terang. Tekstur kasar mempunyai intensitas lebih gelap begitu sebaliknya
dengan tekstur licin.

C. Teori Vitruvius

VITRUVIUS

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua
yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika
(Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai
keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi
unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan
psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup
baik unsur estetika maupun psikologis.

UTILITAS/Fungsi Bangunan/Arsitektur

Dalam hal fungsi bangunan dan arsitektur memiliki persamaan, yakni untuk mewadahi manusia
dengan segala aktifitas serta peralatannya. Dalam segi bentuk dan ukuran sama-sama memiliki
dimensi yang besar yang cukup untuk melingkupi kegiatan manusia dalam tiga dimensi sehingga
manusia dan peralatannya dapat diwadahi oleh bangunan atau juga arsitektur. Pada bentukan dan
sistem struktur yang digunakan juga merupakan hal yang sama, dan arsitektur memang bangunan
yang diberi nilai dan estetika.

Perbedaan antara bangunan dan arsitektur terletak pada estetikanya, karena estetika itu berbeda
pula nilai dan tampilannya. Bila bangunan hanya dinilai dari segi fisik yaitu bahan yang digunakan
(kekuatan, keawetan, ketahanan) dan fungsinya, pada arsitektur tidak hanya itu, arsitektur juga
dinilai seni dan keindahannya. Jadi bila pada bangunan, dalam posisi dan fungsi yang sama, semakin
besar dan semakin kokoh bangunan itu maka harganya akan semakin mahal. Namun pada arsitektur,
dapat juga yang lebih kecil walau fungsinya sama mempunyai harga yang lebih mahal karena nilai
seni dan keindahannya tinggi. Dengan demikian dalam berarsitektur efisiensi itu sangat diperlukan
juga penggunaan teknologi yang mutakhir, untuk mendapat nilai dan seni yang lebih tinggi. Karena
harga dari arsitektur tidak hanya dari kegunaan dan kapasitasnya, namun juga dari tampilan dan nilai-
nilai kearsitekturalnya, yang tidak dimiliki oleh bangunan.

FIRMITAS/ Kekuatan bangunan

Firmitas yang dimaksud Vitruvius mencakup penyaluran beban yang baik dari bangunan ke tanah dan
juga pemilihan material yang tepat. Vitruvius menjelaskan setiap material yang ia pakai dalam
bangunannya, seperti batu bata, pasir, kapur, pozzolana, batu dan kayu. Setiap material dijelaskan
mulai dari karakteristik dari tiap jenis-jenisnya hingga cara mendapatkanya/membuatnya. Kemudian,
ia menjelaskan metode membangunnya (konstruksi).

Anda mungkin juga menyukai