Anda di halaman 1dari 55

Pengertian Resensi

Resensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertimbangan atau
pembicaraan tentang buku, ulasan buku.
Sedangkan kata “mengulas” itu sendiri mempunyai arti memberikan penjelasan dan
komentar; menafsirkan (penerangan lanjut, pendapat, dsb); mempelajari (menyelidiki)
dan kata “ulasan” mempunyai arti kupasan, tafsiran, komentar:

Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya
melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa
Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku.

Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku,
membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya
resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas

Secara singkat, resensi ialah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya.
Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil
karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.

B. Tujuan Resensi
Tujuan resensi adalah:
Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa
yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh
fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu pantas mendapat sambutan
dari masyarakat atau tidak.
Setelah mengetahui definisi serta tujuan dari resensi yang dibuat oleh resentator, kira-kira
unsur apa saja yang terkandung di dalam sebuah resensi?

C. Unsur-unsur Resensi
Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:

 Membuat judul resensi

Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan,
tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu
diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.
 Menyusun data buku

Data buku biasanya disusun sebagai berikut:


– Judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan
judul aslinya.);
– Pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera
pada buku.);
– Penerbit;
– Tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
– Tebal buku;
– Harga buku (jika diperlukan).

 Membuat pembukaan

– Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:


– Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja
yang diperoleh;
– Membandingkan dengan buku

sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
– Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
– Memaparkan keunikan buku;
– Merumuskan tema buku;
– Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
– Mengungkapkan kesan terhadap buku;
– Memperkenalkan penerbit;
– Mengajukan pertanyaan;
– Membuka dialog.

Tubuh atau isi pernyataan resensi buku

Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c. keunggulan buku;
d. kelemahan buku;
e. rumusan kerangka buku;
f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g. adanya kesalahan cetak.
 Penutup resensi buku

Bagian penutup, biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.

D. Tahap Penulisan Resensi


Terakhir, bagaimana cara membuat resensi itu sendiri? Bagaimana langkah-langkah di dalam
membuat resensi yang baik?

Ketika melakukan kegiatan meresensi, hendaklah perhatikan langkah-langkah meresensi


buku sebagai berikut.
1. Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi,mulai dari tema buku yang
diresensi, disertai deskripsi isi buku,siapa yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana
diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format, hingga harga.Siapa pengarangnya:
nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis,
hingga mengapa ia menulis buku itu. Buku itu termasuk golongan buku yang mana: ekonomi,
teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, atau sastra.
2. Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti. Peta
permasalahan dalam buku itu perlu dipahami secara tepat dan akurat.
3. Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-
bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
5. Menentukan sikap dan menilai hal-hal berikut:

 Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antara bagian yang satu dan
bagian yang lain, bagaimana sistematikanya, dan bagaimana dinamikanya.
 Isi pernyataan; bagaimana bobot ide, analisis, penyajian data, dan kreativitas
pemikirannya, bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, kalimat dan
penggunaan kata, terutama untuk buku ilmiah.
 Aspek teknis; bagaimana tata letak, tata wajah, kerapian dan kebersihan, dan
pencetakannya (banyak salah cetak atau tidak).

Sebelum menilai, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline)
resensi itu. Outline ini sangat membantu kita ketika menulis, mengoreksi dan merevisi hasil
resensi dengan menggunakan dasar dan kriteria yang kita tentukan sebelumnya.

Contoh Resensi Novel Bunga Cantik di Balik Salju


 Identitas buku

Judul : Bunga Cantik di Balik Salju


Penulis : T. Andar
Penerbit : DIVA Press
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2011
Cetakan : Ke-1
Deskripsi Fisik : 458 hlm.; 19,5cm.
ISBN : 978-602-978-667-5

Sinopsis – Contoh Resensi Novel Bunga Cantik di Balik Salju

Di usia yang masih sangat muda, 19 tahun, Lana telah memutuskan untuk
mengasuh Denniz, anak dari sahabatnya yang meninggal sewaktu melahirkan.
Ayah si bayi sendiri, Brian, tidak mau mengakui anaknya. Pertentangan dari
keluarga Lana jelas terjadi walau akhirnya mereka menerima Denniz dan
membantu merawatnya.Hidup yang berat bagi Lana. Di usianya yang ke-25, dia
memutuskan untuk tinggal sendiri bersama Denniz dan membiayai sendiri
hidupnya dengan bekerja sebagai staf pengajar pada sebuah lembaga pendidikan
asing.

Memiliki Denniz selama 6 tahun membuat Lana kebal saat orang-orang


menatapnya dengan kagum, iba, sinis, atau pun jijik saat Denniz memanggilnya
“mama”. Semua itu tidak mengubah apa pun, dia tetap mencintai Denniz dan
menganggap keputusannya untuk mempertahankan Denniz adalah keputusan
terhebatnya.

Cintanya kepada Denniz menjadikan dirinya mengabaikan kebutuhan dirinya


sendiri, termasuk kebutuhan akan seorang laki-laki yang seharusnya mulai ia
pikirkan untuk mendampingi hidupnya kelak.

Hingga suatu hari, hadirlah sosok Dhimas, laki-laki keren dan pujaan banyak
wanita memasuki kehidupan Lana. Dhimas yang hanya mengetahui bahwa Lana
adalah seorang Ibu dengan satu anak menerima Lana apa adanya, seburuk apapun
masa lalu Lana tanpa ia tau keadaan yang sebenarnya.

Namun tidak semudah itu untuk Lana menerima Dhimas sebagai pendamping
hidupnya, serta menjadi pabrik figur seorang Ayah untuk Denniz. Butuh
pertimbangan yang tidak sedikit untuk hal itu, hingga ia memutuskan untuk
menerima Dhimas sebagai Suaminya.

Akhirnya, Lana menerima Dhimas, dan mereka segera menikah. Hingga suatu
ketika Dhimas mempertemukan Lana dengan keluarga besar Dhimas, terbukalah
rahasia besar bahwa sebenarnya Lana belum pernah melahirkan seorang anak dan
membuat Dhimas sangat terkejut.

Lana dan Dhimas akhirnya resmi menikah.

 Unsur Intrinstik Novel

1. Tema
a. Seorang wanita yang kuat dan tegar, memiliki hati yang baik untuk merawat
seorang bayi sahabatnya ketika ia sendiri masih sangat muda.
b. Perjuangan hidup seorang wanita yang mandiri.
c. Wanita yang mengagumkan, rela dicap ‘tidak benar’ oleh tetangga-
tetangganya demi merawat Denniz.
2. Tokoh

a.Tokoh Utama : Maulana Andara Restu


b.Tokoh Kedua : Denniz
c.Tokoh Ketiga : Dhimas Mahesa
d.Tokoh Pembantu : Megan, Fany, Dhyas, Yudha, Rindra, Pak Sinclair, Ruben,
Yudha, Brian
e. Tokoh Piguran : Pak Rudi, Bu Rina, Hendra, Diki, Anggra, H. Bakrie, Emi
3. Penokohan :

a. Maulana Anadara Restu : Sosok perempuan yang kuat dan tegar, keinginannya
untuk mandiri sejak muda, dan sangat menyayangi Emi sahabatnya yang telah
meninggal, juga sangat menyayangi anak angkatnya yaitu Denniz.
b. Denniz : Anak kecil yang lucu, pintar, cuek dan manja.
c. Dhimas Mahesa : Sosok laki-laki tampan, cuek dan mapan. Ia sangat
menyayangi Denniz dan Lana.
d. Penokohan lainnya.
e. Contoh Resensi Novel Bunga Cantik di Balik Salju
4. Alur
Alur maju mundur, dimana novel menceritakan keadaan Lana saat itu kemudian harus
kembali kepada masa lalu untuk menjelaskan alasan mengapa Lana akhirnya
membesarkan Denniz sebagai seorang Ibu. Dan akhirnya kembali maju dengan
menceritakan Lana dan Dhimas akhirnya menikah.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang orang pertama
6. Amanat :

a. Tidak ada anak yang dilahirkan dengan keadaan haram. Perbuatan orang
tuannya lah yang haram.
b. Karena aku mencintai kamu. Perempuan akan lebih bisa bertahan kalau dia
dicintai daripada harus mencintai. Dan aku mencintai kamu.
c. Dandelion adalah bunga liar yang kuat. Bahkan, saat tumbuhan lainnya mati,
dandelion tetap hidup. Menahun. Dandelion bisa hidup di mana saja asalkan
ada sinar matahari. Di sela-sela batu, di dekat rel kereta api, ataupun di
retakan-retakan trotoar pun ia bisa hidup. Dan, aku pun ingin seperti itu.
Hidup seperti dandelion.
d. Jadilah diri sendiri dan selalu bersyukur tentang apa yang sudah Tuhan
berikan.

 Keunggulan dan kelemahan novel


1. Keunggulan Novel
o Novel ini mengajarkan kita akan apa arti tegar, kuat, mandiri dan cantik
sebenarnya
o Sebuah bacaan menarik yang sangat inspiratif
o Kata-katanya mudah dipahami
o Pewatakan tokoh mudah dipahami dan digambarkan secara jelas
o Alur cerita mudah dipahami meski alur maju mundur, dan alur tersebutlah
yang membuat kita menjadi semakin penasaran.
2. Kelemahan Novel
o Halaman novel cukup tebal.
o Ada beberapa sesi cerita yang cukup panjang dan sedikit membosankan karena
intinya sama saja.

 Kesimpulan

Novel ini pantas dibaca untuk siapa saja, terutama untuk wanita. Sesuai konsep nya yang
inspirasional, novel ini memberikan kita banyak inspirasi, pesan dan kesan yang dapat
mengalir hingga ke lubuk hati dan pikiran. Sebuah novel yang mudah dipahami karena
menggunakan bahasa yang sederhana.
Pengertian Resensi

Resensi berasal dari bahasa Latin yaitu revidere atau recensie yang artinya menimbang,
melihat kembali atau menilai. Dalam KBBI disebutkan bahwa resensi merupakan ulasan dari
sebuah buku. Jadi resensi ialah ulasan singkat mengenai isi suatu buku, majalah, novel,
drama atau film yang biasanya disiarkan melalui media-media sosial. Adapun tindakan
meresensi ialah memberikan suatu penilaian, membahas, mengkritik atau mengungkapkan
kembali isi didalamnya

Tujuan Meresensi

Adapun tujuan resensi buku diantaranya adalah sebagai berikut:

⇒ Untuk memberikan suatu pemahaman & informasi secara komprehensif kepada


masyarakat atau pembaca tentang isi buku yang diresensi.

⇒ Mengajak pembaca untuk mendiskusikan dan memikirkan lebih jauh tentang masalah yang
diangkat yang ada dalam buku tersebut.

⇒ Untuk memberikan pertimbangan kepada pembaca tentang pantas atau tidaknya buku itu
untuk dibaca atau diterbitkan.

⇒ Untuk memberikan jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan dari pembaca ketika buku


baru diterbitkan.

Unsur-Unsur Resensi

Menurut Daniel Samad, unsur-unsur resensi diantaranya:

Membuat judul resensi


Judul resensi dibuat semenarik mungkin dan benar-benar dapat menjiwai seluruh inti dari
tulisan. Judul juga bisa dibuat seusai resensi yang dibuat selesai. Judul resensi harus selaras
dengan isi resensi.

Menyusun data buku


Cara menyusun data buku diantaranya: Judul buku, nama pengarang (semua orang yang
terlibat dalam penulisan buku yang diresensi), penerbit buku, tahun terbit, cetakan ke berapa,
dan ketebalan buku.

Membuat pembukaan
Yang dimulai dari perkenalan (siapa nama pengarangnya, karya-karyanya, dan
prestasinya); membandingkan dengan buku yang sama, baik yang sudah ditulis oleh
pengarang sendiri ataupun oleh pengarang lain; memaparkan tentang sosok si
pengarang; mengulas sedikit tentang keunikan buku; merumuskan tema buku; memberikan
kesan buku; mengenalkan penerbit; membuat pertanyaan dan membuka dialog atau diskusi.

Isi atau tubuh


Isi berupa pernyataan resensi dari sebuah buku dan biasanya terdiri dari: sinopsis; ulasan
singkat tentang point utama dari isi buku; kelebihan dan kelemahan buku.

Membuat penutup resensi buku


Biasanya penutup menggunakan bahasa penekanan tentang pentingnya buku itu agar dimiliki
olah siapa dan mengapa harus memiliki atau membaca buku itu.

Adapun pembuat resensi disebut dengan resensator. Sebelum meresensi, resensator haruslah
membaca terlebih dahulu tentang buku yang akan diresensi.
Pengertian Resensi Buku dan Tujuannya
Seringkali kita mendapati resensi dari sebuah judul buku di beberapa media massa. Apa sebenarnya
yang dimaksud dengan resensi buku? Bagaiamana cara membuat resensi buku? Apa tujuan
pembuatan resensi buku tersebut? Contoh resensi buku?

Beberapa pertanyaan di atas akan coba dijawab dan dijelaskan pada postingan kali ini dan akan
disambung pada beberapa postingan lanjutannya.

Pembahasan kali ini akan menjelaskan tentang pengertian resensi buku, tujuan resensi buku, prinsip-
prinsip resensi buku, dan contoh resensi buku.

Pengertian resensi buku


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, resensi berarti pertimbangan atau pembicaraan tentang
buku atau ulasan buku.

Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat
kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal
dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review.

Pada tiga istilah ini menggarah pada kesimpulan yang sama, yaitu mengulas sebuah buku.

Jadi, yang dimaksud dengan resensi buku adalah tindakan memerikan penilaian, mengungkap
kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku.

Baca: Struktur penulisan resensi buku

Macam-macam resensi
Kegiatan resensi tidak hanya fokus pada buku, sebenarnya bidang garapan resensi memiliki cakupan
yang sangat luas. Berikut ini adalah klasifikasi besar bidang garapan dari kegiatan resensi, yaitu;

1. Resensi buku; baik berupa resensi buku fiksi, resensi buku nonfiksi,
2. Resensi pementasan seni, seperti resensi film, resensi sinetron, resensi tari, resensi drama, resensi
musik atau resensi kaset
3. Resensi pameran seni, seperti resensi seni lukis dan resensi seni patung.
Resensi

Tujuan resensi buku


Sebelum panjang lebar membahas tentang cara membuat resensi buku, sebaiknya kita mengetahui
tujuan dari pembuatan resensi buku tersebut, yaitu;

a. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan
terungkap dalam sebuah buku.

b. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena
atau problema yang muncul dalam sebuah buku.

c. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu pantas mendapat sambutan dari
masyarakat atau tidak.

d. Memberikan informasi sekaligus Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku
yang baru terbit, seperti berikut:
- Siapa pengarangnya?
- Mengapa ia menulis buku itu?
- Apa pernyataannya?
- Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama?
- Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang dihasilkan oleh pengarang-pengarang
lain?

e. Untuk para pembaca, resensi buku mempunyai tujuan berikut:


- membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih buku;
- setelah membaca resensi berminat untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis
dalam resensi;
- apabila tidak memiliki waktu untuk membaca buku, maka ia dapat mengandalkan resensi sebagai
sumber informasi
Pengertian Resensi dan Penjelasan Lengkap
Pengertian Resensi dan Penjelasan Lengkap - Resensi merupakan kata yang berasal dari bahasa
Belanda yaitu “resentie” dan juga bahasa Latin recensio yang berarti mengulas kembali. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resensi adalah mempertimbangkan, pengulasan, penilaian
sebuah buku. Seorang ahli bahasa, Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai tulisan yang berisi
tentang ulasan atau penilaian terhadap suatu karya tulis atau buku Oleh karena itu, resensi lebih
dikenal dengan istilah ulasan atau bedah buku. Hal ini karena memang dalam resensi senantiasa
mengulas sebuah buku baik buku fiksi atau nonfiksi, dari sudut pandang penilai (pembuat resensi)
dengan berbagai norma-norma atau nilai – nilai yang ada. Resensi termasuk tulisan ilmiah yang
memaparkan baik (keunggulan) dan buruk (kelemahan) suatu buku. Melalui resensi para pembaca
dapat mengetahui isi suatu buku secara umum. Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
pembaca untuk mengacu bacaan. Penulisan resensi dilakukan oleh orang yang mengerti tentang hal-
hal yang terkait dengan isi buku tersebut serta paham dengan nilai- nilai atau norma- norma
kebenaran yang ada.

Seperti halnya menulis karya tulis, menulis resensi memiliki tujuan, manfaat, dan aturan- aturan.
Berikut uraiannya.

1. Tujuan Menulis Resensi

Menurut Gorys Keraf, penulisan resensi bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat
mengenai suatu karya tulis ditinjau dari segi keunggulan serta kelemahan.

Dengan demikian masyarakat (pembaca) akan mengetahui isi buku tersebut dan akan mengambil
keputusan untuk mengapresiasikannya atau tidak. Sedangkan menurut Daniel Samad, menulis
resensi bertujuan untuk:

a. Mengungkapkan informasi mengenai isi buku

b. Mengajak masyarakat (pembaca) untuk terlibat dalam menilai, merenungkan, memikirkan


problematika yang ada di dalam buku

c. Memberikan pandangan kepada pembaca mengenai isi buku sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan yang muncul mengenai buku tersebut

2. Manfaat Penulisan Resensi

Menulis resensi dapatmemberikan banyak manfaat terutama bagi pembaca. Manfaat yang dapat
diberikan antara lain:
a. Menjadi bahan pertimbangan para pembaca yang sedang membutuhkanbuku tersebut

b. Bagi penulis resensi dapat menjadi tambahan nilai ekonomi karena biasanya yang diminta untuk
membuat resensi buku bukan sembarang orang, dan tentunya akan mendapat imbalan yang sesuai.

c. Bagi penulis buku, resensi dapat menjadi sarana promosi buku tersebut serta menjadi sarana
pengembang kreativitas penulis untuk menghasilkan karya –karya yang lebih baik lagi.

Resensi dibuat untuk mengulas sebuah buku baik fiksi ataupun nonfiksi. Melalui resensi maka kita
dapat mengetahui apakah buku tersebut layak atau tidak mendapat sambutan bagi pembaca. Selain
itu, resensi dapat dijadikan ajang memperkenalkan buku atau karya tulis yang baru diterbitkan.
Hanya orang tertentu saja yang dapat melakukan ulasan sebuah buku. Brotowijoyo menungkapkan
bahwa terdapat tiga syarat utama bagi seseorang yang dapat mengulas resensi, antara lain:

1. Memiliki pengetahuan dari sudut bidang buku yang di tulis

Seorang yang diminta meresensi buku adalah ia yang ahli dibidangnya. Misal, seorang diminta untuk
merensi buku biologi terbaru maka ahli biologilah yang harusnya mengulas buku tersebut. Begitu
juga apabila seseorang diminta untuk mengulas buku fiksi seperti novel, maka ia memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai bidang sastra. Resensi merupakan ulasan mengenai suatu karya,
oleh karena itu harus dibuat oleh orang – orang yang mengerti di bidangnya.

Advertisement

2. Memiliki kemampuan analisis

Kemampuan analisis juga perlu dimiliki oleh peresensi buku. Pengulasan unsur- unsur yang terdapat
pada karya fiksi dinilai patut atau tidak untuk dibaca, apa yang terkandung di dalamnya dan lain-
lain.

3. Mengetahui karya sejenis

Seorang yang memang dikenal mahir dalam bidangnya tentu mengetahui perkembangan karya tulis.
Sehingga ketika diminta menjadi untuk meresensi buku akan dnegan mudahnya mengulas buku
tersebt dan membandingkan dengan karya- karya terdahuu yang sejenis.
Karena resensi adalah tulisan ilmiah, maka terdapat beberapa aturan/ sistematika penulisan yang
mana memiliki unsur- unsur berikut:

1. Judul resensi

Menggambarkan isi ulasan buku secara umum. Pemberian judul cukup dengan kata atau kalimat
yang lugas, singkat, dan tidak menimbulkan makna ganda yang memicu salah penafsiran.

2. Identitas buku,

Pada bagian mengungkapkan identitas buku, meliputi judul buku, penulis, penerbit, edisi, ketebalan,
dan lainnya.

3. Ikhtisar buku

Menguraikan peride pokok pada tiap-tiap bab secara umum. Dapat diartikan bahwa bagian ini
merupakan bagian ringkasan buku.

4. Kepengarangan

Bagian ini mengungkapkan tentang si pengarang atau penulis, mulai dari karya apa saja yang telah
dibuat, prestasi dan lain –lain.

5. Kelemahan dan keunggulan

Di ending tulisan resensi mengungkapkan keungulan dan kelemahan buku dilihat dari berbagai aspek
seperti kontent, missconseption, unsur – unsur instrinsik –ekstrinsik (buku fiksi ) dan lainnya.
Dibagian ini merupakan bagian penting, karena penulis akan membuat keputusan yang dapat dijdikn
acuan mengenai buku tersebut layak atau tidak mendapat sambutan para pembaca.
Contoh Resensi Buku (Non fiksi) Terbaru
2016
di Rabu, Juni 01, 2016

Berikut ini adalah beberapa contoh resensi buku nonfiksi yang dapat menjadi acuan dan
sumber referensi kamu untuk membuat resensi buku sendiri yang baik dan benar. Tentunya
kamu bisa memperhatikan format dan tata cara penulisan resensi buku berikut ini dan tinggal
disesuaikan dengan tema isi serta kesan kamu terhadap buku yang sedang diulas.

Yuk, simak kumpulan contoh resensi buku berikut ini:

******

Resensi buku 1

JUDUL BUKU
Teknik Seni Bermain Gitar

PENGARANG
Famoya

PENERBIT
Terbit Terang Surabaya

TAHUN TERBIT
1999

UKURAN DIMENSI BUKU


20 x 14 cm

TEBAL BUKU
80 halaman

Gitar merupakan sebuah alat musik yang sangat populer dengan “Gitaris” sebagai sebutan untuk
pemain gitar. Getar nurani menjadi seorang gitaris muncul alami yang menciptakan kreasi meluap
tak kenal waktu, yang mungkin sejenis akademi hanya sebatas formalitas belaka, akan tetapi nurani
darah seni lebih memotivasi yang dicita – citakan.

Gitar adalah alat musik dengan bentuk yang sering disamakan dengan body wanita dan
menghasilkan melodi yang indah dengan cara memetik senarnya. Bentuk body gitar mempengaruhi
baik dan tidaknya suara gitar. Dalam bermain gitar tidak hanya berpedoman teori nada minor dan
mayor, melainkan dengan ketajaman feeling dan menyetem senar gitar. Selain itu untuk
menghasilkan melodi yang indah tidak bisa asal petik, tapi menggunakan nada dasar pada accord
dan menentukan kunci nada. Kunci nada dalam sebuah lagu harus sesuai dengan kemampuan suara
penyanyi. Dengan demikian lantunan lagu dapat dinikmati dengan indah.

TEKNIK SENI BERMAIN GITAR ini merupakan buku yang menarik. Itu terletak pada bab Body Gitar
yang menjelaskan cara memilih gitar dan bab Acord dan Kunci Nada yang memberikan sugesti
bahwa tanpa melihat accord nada tertentu, mendengar suaranya saja akan mampu membedakan
jenis nada.

Saat mencerna maksud dari isi yang dibahas, buku ini menggunakan bahasa gaul yang mudah
dimengerti. Selain itu, Penggunaan EYD sudah cermat.

Setelah dibaca, ternyata buku ini memiliki keunggulan tersendiri yaitu sampul buku yang bagus dan
gambarnya sesuai dengan isi buku ini sehingga menarik perhatian untuk dibeli. Selain itu, buku ini
juga menyertakan gambar kunci nada serta tabel accord agar para pemula dapat memahami cara
bermain gitar. Buku ini juga menyertakan daftar lagu yang tergolong mudah untuk dipelajari dalam
bermain gitar bagi seorang pemula.

Saran saya setelah membaca buku ini anda diharapkan dapat mempelajari teknik bermain gitar
dengan baik dan benar serta memanfaatkan kemampuan anda sebagai modal untuk mencari uang.

******

Resensi buku 2

IDENSTITAS BUKU
Judul Buku: PENGANTAR Filsafat Pendidikan
Penulis: Drs. Uyoh Sadulloh, M.pd
Penerbit: ALFABETA, CV
Cetakan: kedua
Jumlah halaman: 183 halaman
Harga: Rp 50.000.00
Tahun terbit: September 2004

ISI YANG PENTING/MENARIK


Pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan manusia dengan lapangan yang sangat luas,
yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan
sebagai suatu praktek dalam kehidupan,seperti halnya dengan kegiatan-kegiatan lain, seperti
kegiatan ekonomi, kegiatan hukum, kegiatan agama, dan lain-lain. Selain itu, kita dapat juga
mempelajari pendidikan secara akademik, baik secara empirik yang bersumber dari pengalaman-
pengalaman, maupun dengan jalan perenugan-perenungan yang mencoba melihat makna
pendidikan dalam suatu konteks yang lebih luas. Yang pertama, kita sebut Praktik pendidikan,
sedangkan yang kedua disebut teori pendidikan.

BAHASA PENGARANG
Bahasa pengarang dalam buku ini menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah
dipahami oleh pembaca atau dengan kata lain pesan yang ingin disampaikan oleh pengaran dapat
dipahami langsung oleh pemmbaca.

KEUNGGULAN
Keuggulan dari buku ini adalah mampu memberikan informasi tentang nilai, sumber nilai dan
bagaimana manusia dapat memperoleh nilai tersebut karena pendidikan pada prinsipnya tidak
dapat dipisahkan dari nilai.

KELEMAHAN
Kelemahan dalam buku ini kurangnya memberikan pemahaman bagi pembaca khususnya para
pemula sehingga pesan yang diutarakan oleh pengarang tidak tersampaikan pada pembaca.

KESIMPULAN
Buku ini layak di baca karena didalamnya memuat ilmu pendidikan, pendekatan filosofis dan bukan
hanya teori pendidikan yang dibahas tetapi juga dengan praktik pendidikan sebagai upaya untuk
membangun sumber daya manusia dan memberi wawasan yang sangat luas, karena pendidikan
menyangkut seluruh aspek kehidupan baik pemikiran maupun pengalamannya. Pendidikan
membutuhkan pengkajian filosofis karena kajian semacam ini akan melihat pendidikan dalam suatu
realitas yang komprehensip. Kajian filosofis tentang pendidikan akan membantu memberikan
informasi tentang hakikat manusia, yang secara horisontal berhubungan dengan sesama manusia
dan jagat raya. Kajian filosofis juga memberikan informasi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dan sumber pengetahuan karena hal ini sangat membantu dalam menentukan tujuan akhir
pendidikan.

******

Resensi buku 3

IDENSTITAS BUKU
Judul buku : Matematika aplikasi untuk SMA dsn MA kelas XII program studi ilmu alam
Penulis : Pesta E. S. dan Cecep Anwar H. F. S.
Penerbit : Departemen Pendidikan Nasional
Cetakan : X ( kesepuluh ), 2008
Jumlah hlm : 194 hlm.
Jumlah bab : 7 bab
Ukuran buku : 20,5 × 28 cm
Harga buku : Rp. 11. 756, 00

UlASAN
Buku ini berjudul Matematika aplikasi yang diperuntukkan untuk SMA dan MA kelas XII program
studi ilmu alam, supaya dapat dipelajari sebagai sumber pengetahuan dan siswa dapat mendalami
pelajaran matematika secara luas. Buku ini ditulis oleh Pesta E. S. dan Cecep Anwar H. F. S, dimana
dalam buku ini, siswa dapat belajar aktif melalui aktifitas di kelas, gamemath dan siapa berani.

Buku ini tergolong buku pelajaran yang materinya disajikan dengan bahasa yang lugas dan ilustrasi
yang menarik. Buku ini berbalur ungkapan santun dengan bahasa yang komunikatif sehingga mudah
dipahami oleh siswa. Selain itu, buku ini juga didukung dengan tampilan tata letak yang baik, disain
dan ilustrasi yang menarik dengan memperhatikan tingkat pemahaman siswa.

Buku ini memiliki banyak keunggulan yang disajikan dibandingkan dengan buku lain yakni, memiliki
daftar simbol yang merupakan kumpulan simbol atau rotasi beserta penjelasannya yang dilengkapi
nomor halaman kemunculannya. Memiliki Info Math yang disisipkan sebagai informasi untuk
membuka wawasan sehingga tidak buta terhadap informasi matematika dan perkembangan
teknologi. Memiliki Sahabat kita yang merupakan informasi latar belakang matematikawan yang
telah berjasa dengan menemukan berbagai macam teori yang sekarang ini digunakan dan dirasakan
manfaatnya. Memiliki glosarium yang disajikan untuk memahami istilah-istilah yang disusun secara
alfabetis beserta penjelasannya. Memiliki indeks yang merupakan kumpulan istilah penting yang
dilengkapi dengan nomor halaman kemunculan istilah dan disajikan secara alfabetis.

Pada buku ini, disamping memiliki keunggulan, namun juga terdapat kekurangan didalamnya yakni,
gambar yang disajikan pada buku ini tidak berwarna sehingga bisa saja dapat menimbulkan
kurangnya minat para siswa dalam mengkaji buku tersebut. Selain itu, kualitas kertas buku yang
digunakan juga kurang bagus sehingga mudah cacat atau robek.

Buku ini disajikan hanya untuk pelajar SMA kelas XII program ilmu alam, untuk dipelajari sehingga
dapat meningkatkan mutu pendidikan yang meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai. Pengembangan aspek-aspek tersebut untuk meningkatkan dan mengembangkan
kecakapan hidup (life-skills) melalui seperangkat kompetensi agar siswa dapat bertahan hidup,
menyesuaikan diri, dan berhasil di masa datang.
Untuk materi lainnya seperti catatan kaki atau beberapa contoh makalah bisa anda temukan di
Rempelok secara lengkap selain anda menemukan contoh resensi buku non fiksi ini.

*****

Resensi buku 4
IDENTITAS BUKU
Judul Buku: Dahsyatnya Hypnoparenting
Editor: Yoan Destarina
Penerbit: Penebar Plus+
Cetakan: I. Jakarta 2010, II. Jakarta 2010
Tebal: iv + 116 Halaman
ISBN: 978-602-8661-23-2

ULASAN BUKU
Kesuksesan berangkat dari keluarga. Dari keluargalah seseorang dibentuk karakternya. Namun
dalam perjalanannya, banyak orang tua yang menemui berbagai kesulitan dalam mendidik anak.
Anak malas belajar, tidak suka makan, kurang percaya diri, anak yang nakal, dan masih banyak lagi.
Hypnoparenting adalah salah satu solusi bagi para orang tua yang menemui kesulitan tersebut.
Hypnoparenting berasal dari hipnosis dan parenting. Hipnosis bukan sihir, hipnosis adalah
pengetahuan dan teknik berkomunikasi dengan sistem kerja otak. Sedangkan parenting adalah
segala sesuatu yang berurusan dengan tugas-tugas orang tua dalam mendidik anak. Hypnoparenting
menggunakan prinsip kerja hypnosis (komunikasi dengan otak) dengan pengetahuan tentang
bagaimana mendidik anak dan menjadi orang tua yang mampu memahami perkembangan anak
untuk menuju kehidupan yang baik, sukses dan bahagia.

Orang tua menjadi pelaku penting dalam hypnoparenting ini. Dalam prakteknya, hypnoparenting
adalah proses sugestif dengan menanamkan kalimat-kalimat yang bersifat positif, contohnya, “kamu
pintar dan rajin. Kamu senang belajar dan selalu mengerjakan tugas dengan baik.” Waktu paling
efektif untuk memasukkan sugesti adalah menjelang tidur, saat bangun tidur, pada waktu emosi
anak meningkat, dan ketika anak dalam keadaan terkejut. Agus Sutiyono selaku penulis sudah mulai
membisikkan kalimat sugestif terhadap anaknya, Citra Amalia Putri Sutiyono. Kalimat yang selalu ia
bisikkan setiap bangun tidur sejak Citra berusia 6 bulan tersebut yaitu, “Terima kasih, ya Allah, aku
sehat, aku bahagia, aku pintar, dan baik hati.” Sugesti yang diberikan pada saat yang tepat ini
ternyata membentuk betul perilakunya. Citra tumbuh dengan emosi yang seimbang dan disenangi
teman-teman.

Dalam hypnoparenting, orang tua harus memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
yang tinggi untuk membantu anak-anak mengoptimalkan kemampuan. Anak sebaiknya tidak dididik
agar cerdas tapi juga mampu berfikir kreatif, imajinatif, dan mempunyai emosi yang stabil.
Kreativitas orang tua dibutuhkan dalam menggunakan kalimat sugesti yang tepat untuk anak.

Buku ini merupakan hasil belajar sang penulis di fakultas Magister Manajemen IPMI Jakarta dengan
spealisasi program Manajemen Sumber Daya Manusia Pada tahun 1996. Selain itu, penulis juga
mengikuti Indonesia-Australia Specialist Project II, Human Rights Program-University Of Sidney
(UTS), Australia pada tahun 2003. Ditulis dengan bahasa yang lugas nan santai dan berorientasi ke
dalam keluarga, buku ini sangat cocok dibaca oleh para orang tua. Kalimat-kalimat sugestif dalam
buku ini sangat beragam dan telah diterapkan oleh penulisnya sendiri yang memang berhasil
membentuk perilaku anaknya. Selain mendapat ilmu tentang cara mendidik, mengubah atau
membentuk perilaku anak, orang tua juga bisa mendapat berbagai ilmu pengetahuan yang bisa
mereka ajarkan kepada anak-anak mereka, seperti pengertian hipnotis, mekanisme kerja otak dan
lain sebagainya. Buku ini juga cocok dibaca oleh kalangan remaja. Kalimat-kalimat sugestif yang ada
pada buku ini sangat bermanfaat dan dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Desain gambar animasi yang banyak terdapat dalam buku ini justru menjadi kekurangan karena
buku ini berorientasi dalam kehidupan keluarga yang ditujukan untuk dibaca orang tua. Selain itu,
ada banyak istilah-istilah dalam bahasa asing yang umumnya sukar dipahami oleh para orang tua.
Namun, terlepas dari kekurangan yang ada, buku ini layak dimiliki oleh semua kalangan khususnya
orang tua yang menginginkan anaknya menjadi pribadi yang baik. Mendidik anak layaknya menanam
pohon, jika kita benar secara perlakuannya, maka kita juga yang akan memetik dan menikmati
hasilnya. Sungguh Dahsyatnya Hypnoparenting.

Demikian beberapa contoh resensi buku singkat yang bisa diposkan kali ini, jangan lupa datang
kembali untuk melihat update contoh resensi buku lainnya baik itu fiksi dan non fiksi.
Contoh Laporan Resesnsi

MENGETAHUI PERJALANAN HIDUP SOSOK HAJI

AGUS SALIM

(Sebuah Resensi dari Buku “HAJI AGUS SALIM”)

Disusun untuk Melengkapi Tugas Bahasa Indonesia Kelas IX

Disusun Oleh : Kalia Bening Alirya, dkk

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 GODEAN

TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ Laporan Resensi Buku Haji Agus Salim ” ini
dengan baik tanpa ada halangan.
Laporan Resensi salah satu buku biografi ini berisi mengenai sosok pahlawan bangsa
yakni Haji Agua Salim.
Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibu Puji Lestari selaku
guru mata pelajaran Bahasa Indonesis yang telah banyak membantu kami dalam penyelesaian
tugas ini.
Selain itu, kami berharap semoga laporan resensi buku biografi Haji Agus Salim ini
dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan menjadi referensi untuk menambah pengetahuan
umum.
Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat
menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi. Kami mohon maaf setulus-tulusnya atas
kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

BAB I PENDAHULUAN

A. Identitas Buku
1. Judul Buku : Biografi Haji Agus Salim
2. Penulis Buku : Drs. Mukayat
3. Penerbit Buku : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
4. Kota Terbit : Jakarta
5. Tahun Terbit : 1985
6. Tebal Buku : vii + 85

B. Latar Belakang
1. Usaha penulisan buku-buku bersejarah wajib kita tingkatkan mengingat perlunya kita untuk
senantiasa memupuk, memperkaya dan memberi corak pada kebudayaan nasional dengan
tetap memelihara dan membina tradisi dan meninggalkan sejarah yang mempunyai nilai
perjuangan bangsa serta kemanfaatan nasional.
2. Supaya pembaca lebih mengetahui masa-masa dulu tentang Haji Agus Salim

C. Tujuan
1. Untuk melengkapi tugas Bahasa Indonesia
2. Mengkaji lebih jauh nilai-nilai budaya, sejarah, dan kepahlawanan
3. Melatih kerja kelompok yang erat dan kompak
4. Meningkatkan minat baca

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistematika Buku
BAB I menceritakan masa sekolah dan masa kanak-kanak
BAB II menceritakan mengenai pencarian asas hidup
BAB III menceritakan mengenai pembinaan keluarga dan pendidikan
BAB IV menceritakan mengenai merintis jenjang kemajuan
BAB V menceritakan Haji Agus Salim dan perkembangan Sarikat Islam
BAB VI menceritakanperjuangan menjelang kemerdekaan Republik Indonesia
BAB VII menceritakan pengabdian Haji Agus Salim semasa pemerintah

B. Ringkasan Cerita
BAB I
Mashadul Haq atau yang lebih dikenal dengan nama Agus Salim lahir pada tanggal 8 Oktober
1884 di Bukittinggi. Beliau mulai menempuh pendidikan di sekolah dasar dulu yang disebut
Europeesche Logere School (ELS) dengan lancar dan tamat pada tahun 1898. Kemudian
beliau ke Batavia (Jakarta) untuk masuk sekolah menengah Hogere Burger School (HBS)
selama lima tahun. Agus Salim melanjutkan sekolahnya ke sekolah kedokteran yaitu School
tot opleiding van Inlandsche Artsen (Stovia)
BAB II
Setelah menyelesaikan pelajaran di HBS pada tahun 1903 Agus Salim bekerja sebagai tenaga
penerjemah di Jakarta. Karena tidak puas Agus Salim pindah ke Indragiri dan bekerja
diperusahaan batu bara sampai tahun 1906. Pada tahun 1906 Agus Salim ke Jedah untuk
bekerja sebagi sekertaris Drageman sampai tahun 1911.
Pada tahun 1911 Agus Salim memutuskan untuk kembali ke tanah air. Kemudian ia bekerja
pada departemen pendidikan dan kebudayaan sebagai Jawatan Pekerjaan Umum sampai
1912. Satu tahun kemudian ia berhenti untuk berpindah ke pekerjaan lain. Kemudian ia
mendirikan HIS dan menikah dengan Zaenatun Nahar.

BAB III
Disamping mengelola sekolah Hollanddas Inlandsa School ( Sekolah Bumi Putra),
ternyata setelah kuranglebih sat u tahun berada di kota gadang, tertambatlah hatinya pada
seorang gadis yang bernama Zaenatun Nahar. Dan akhirnya Haji Agus Salim menikah pada
tanggal 12 Agustus 1912.Zaenatun Nahar dilahirkan di kota Gadang pada tanggal 16
Desember 1893. Beliau dikaruniai keluarga besar dengan 10 orang anak. Diantaranya ada dua
yang meninggal saat masih kecil. Ke delapan anaknya terdiri dari empat laki – laki, empat
pereempuan.
Suatu keunikan dalam membina keluarga ialah bahwa Haji Agus Salim telah
memutuskan untuk menyelenggarakan pendidikan putra – putrinya langsung ditangani
sendiri. Kecuali putra bungsunya yang bersekolah sewaktu Indonesia sudah merdeka.
Kemudian Haji Agus Salim mendirikan Sekolah Dasar Bumiputera di kampung halamannya.
Dalam keluarga Haji Agus Salim sehari – hari Bahasa Belanda diterapkan secara aktif.
BAB IV
Pada tahun 1915 Haji Agus Salim bertekad bulat untuk menetap kembali di tanah Jawa
setelah gagal memperoleh ijasah guru. Namun ia tercatat sebagai redektur ke II pada surat
kabar Neraca, di bawah asuhan Abdul Muis. Abdul Muisberkurang dan bahkan akan dapat
membantumeredakan pertikaian antara pihak pemerintah dan Centraal Serikat Islam, yang
mengajukan tuntutan kepada pemerintah agar didirikan sebuah Koloniale Parlement.
Haji Agus Salim akhirnya pada permulaan tahun 1920 keluar dari surat kabar neraca dan
kedudukannya diganti oleh Koesoema Sutan Pamoentjk yang sebelumnya menjabat sebagai
kepala Kantor Drukkerij Evolutie. Sewaktu menganggur pernah dia mendapat tawaran
bekerja sebagai Pengawas pajak dari pemerintah Belanda, tetapi dia menolak tegas.
Agus Salim pun tertarik dan masuk aktif menjadi pengurus Sarikat Islam . Pada tanggal 12
Agustus 1912 perkumpulan itu telah dianggap melanggar peraturan pemerintah dengan
mengobarkan huru-hara anti Cina sehingga membahayakan ketertiban umum. Karena itu
residen Wijch (residen Surakarta) memutuskan untuk menskors Serikat Dagang Islam.
Akhirnya skorsing dicabut pada tanggal 26 Agustus 1912.
Pertumbuhan yang pesat dari Sarikat Islam menimbulkan rasa tidak senang dari pemerintah
kolonial. Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) menyeludupkan Semaun dan
Darsono sebagai anggota pengurus Sarikat Islam. Sarikat Islam mengirimkan Tjokroaminoto
untuk menjadi Dewan Rakyat. Pada tanggal 25 November 1918 Tjokroaminoto mengajukan
misi yang menuntut pemerintah Belanda untuk membentuk parlemen yang sejati. Belanda
menolak misi tersebut yang membuat Haji Aagus Salim mengundurkan diri sebagai Dewan
Rakyat.

BAB VII
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menyebabkan meletusnya api revolusi yang
membakar seluruh bumi Nusantara.
Pada tanggal 23 Agustus 1945 dibentuklah Badan Pusat Komite Nasional Indonesia
yang disingkat dengan KNIP. KNIP ini diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1945 dan
merupakan penjelmaan dari PPKI. Pada tanggal 25 September 1945 Presiden telah
mengangkat para anggota Dewan Pertimbangan Agung atau DPA yang berjumlah sebelas
orang, diantaranya Haji Agus Salim. Badan ini mempunyai kewajiban menjawab pertanyaan
Presiden dan berhak memajukan usul pada pemerintah.
Sebelum peristiwa ini terjadi pada tanggal 1 September 1945 telah ditetapkan Merah
Putih sebagai Bendera Indonesia dan dikibarkan mulai tanggal tersebut. Sedangkan salam
Nasionalnya adalah MERDEKA, salam inilah yang mempunyai pengaruh besar dalam
pergolakan revolusi. Dengan demikian maka salam Merdeka merupakan jembatan yang
menghubungkan masa lampau dan yang akan datang.
Atas usul Komite Nasional Indonesia Pusat dalam sidang plenonya pada tanggal 16
Oktober 1945 dikeluarkan maklumat Nomor: x dari wakil Presiden Republik Indonesia yang
memberikan kekuasaan legislatif dan wewenang ikut serta menetapkan Haluan Negara dalam
Garis-garis Besarnya atau GBHN kepada Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) terbentuk.
Pada tanggal 2 Maret 1946 Kabinet Syahrir I jatuh. Kemudian lahirlah kabinet syahrir
ke II dibentuk pada tanggal 12 Maret 1946 dan di dalam Kabinet Sutan Syahrir ke II inilah
Haji Agus Salim mulai berkecimpung secara aktif dalam bidang politik pemerintahan
Republik Indonesia. Golongan anti Syahrir pada tanggal 3 Juli 1946 menyerahkan susunan
Dewan Pimpinan Politik dan kementerian negara kepada presiden agar disahkan. Tetapi,
presiden tidak mau menandatangani, malah presiden soekarno mengumumkan bahwa Tan
Malaka, Mr. Soebardo, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, Mr. Moh. Yamin, dan Sukarni akan
merebut kekuasaan negara. Suasana hangat itu baru tenang kembali pada tanggal 2 Oktober
1946.
Akibatnya, Presiden Soekarno membujuk Sultan Syahrir untuk ketiga kalinya
memimpin kabinet. Dengan demikian lahirlah kabinet syahrir yang ketiga yang terdiri dari 31
kementerian. Perdana menteri dan menteri luar negeri dipegang sendiri oleh Sultan Syahrir,
sedangkan menteri muda luar negeri diserahkan kepada Agus Salim.
Pada tanggal 15 November 1946 lahirlah perjanjian Linggarjati yang mempunyai
implikasi terhadap kabinet. Dalam sidang kabinet tanggal 26 Juni 1947 golongan sayap kiri
yang dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin tidak menyetujui kompromi yang terkandung
dalam surat menyurat antara delegasi Indonesia dan komisi jenderal. Pada masa inilah RI
mengirimkan misi persahabatan ke negara-negara islam yang dipimpin oleh Haji Agus Salim
pada tanggal 4 April 1947. Akibat usaha Haji Agus Salim negara-negara islam mengakui
Republik Indonesia secara de-jure. Pada tanggal 10 Juni 1947 Agus Salim menandatangani
persahabatan antara Republik Indonesia dan Mesir di kairo yang terdiri lima pasal dan ditulis
dalam tiga bahasa yaitu bahasa Perancis, Arab, dan Indonesia. Delegasi Republik indonesia
kemudian melanjutkan perjalanan menuju Republik Siria. Perjanjian diplomatik dengan Siria
itu juga mengakui secra de-jure adanya Republik Indonesia. Perjanjian ini ditandatangani
tanggal 2 Jiuli 1947. Perjanjian ini juga diratifikasi oleh Komite Kerja Pusat Parlemen
Sementara RI dan disiarkan dalam Lembaran Negara tahun 1948. Sedangkan usaha Haji
Agus Salim ke Yordania belum menghasilkan pengakuan dari Yordania, demikian pula
de3ngan Irak. Perjanjian dengan Saudi Arabia ditandatangani pada tanggal 21 November
1947 yang juga mengakui de-jure Republik Indonesia. Dengan demikian misi Haji Agus
Salim sampai pertengahan Desember 1949 berhasil mendapatkan de-jure dari negara-negara
islam.
Baru pada tanggal 3 Juli lahirlah Kabinet amir Syarifudin yang pertama, dimana Haji
Agus Salim menjabat Menteri Luar Negeri.
Berhubung pada tanggal 12 agustus akan diadakan sidang Dewan Keamanan guna
membicarakan sengketa antara Indonesia dan Belanda, maka pemerintah Republik Indonesia
mengajukan permintaan kepada Dewan Keamanan agar mengizinkan Menteri Luar Negeri RI
Haji Agus Salim dan penasehatnya St. Sjahrir untuk menghadiri persidangan guna
memberikan keterangan-keterangan seperlunya.
Sejak Belanda mulai dengan aksi militernya yang pertama, Sutan Syahrir dan Haji
Agus Salim telah meninggalkan Indonesia dengan naik kapal terbang Dakota milik seorang
saudagar Pat. Atas permintaan Republik Indonesia itulah maka Haji Agus Salim cs. Diijinkan
untuk menghadiri persidangan dewan keamanan tanggal 12 Agustus 1947
Dalam sidang tadi dibicarakan pembentukan sebuah komisi yang dikirimkan kre
Indonesia atas usul Australia. Wakil Belanda sangat menentang bila wakil Republik
Indonesia diberi kesempatan memberikan keterangan-keterangan dalam sidang Dewan
Keamanan.
Pada tanggal 22 Agustus 1947 Belanda menuduh Dewan Keamanan menyerahkan berjuta-
juta rakyat Indonesia kepada Republik yang bukan negara yang sah.
Tetapi tuduhan itu ditolak oleh Sutan Syahrir pada tanggal 26 Agustus 1947, malahan
Dewan Keamanan untuk mengirimkan Komisi Internasional guna mengawasi pelaksanaan
gencatan senjata.
Perundingan Renville dimulai pada tanggal 8 Desember 1947. Delegasi Indonesia
terdiri dari Mr. Amir Syarifuddin, Mr. Ali Sastroamijoyo, Dr. Coa Si Kien, Mr. Moh. Roem,
Haji agus Salim, Mr. Nasrun dan Ir Djuanda. Sedangkan wakil-wakil Belanda terdiri dari Van
Vredeburg, Abdulkadir Widjojoatmojo. Dr Sumokil. Pangeran Kertanegara. Perundingan
Rtenville berakhir pada tanggal 17 Januari 1948 dan menghasilkan perjanjian Renville yang
ditandatangani oleh Abdul Kadir Wijoyoatmojo sebagai wakil Belanda sedangkan
pemerintah negara Republik Indonesia diwakili oleh Mr. Amir Syarifuddin.
Partai Sarikat Islam Indonesia adalah kesinambungan dari Sarikat Dagang Islam. Di
sitilah partai Sarikat Islam Indomesia difusikan dengan partai-partai islam, menjadi masyumi.
Sejak tanggal 11 September 1947 Kabinet Syarifudin yang mula-mula merupakan kabinet
nasional berubah menjadi kabinet koalisi.
Sebenarnya sesudah Indonesia Merdeka Agus Salim memasuki Partai Politik Islam Masyumi.
Di dalam kongres Masyumi yang I di Yogyakarta, Haji Agus Salim ingin agar persatuan
selutuh umat Islam diikrarkan. Namun pada 1947 timbul perpecahan antara Masyumi. Waktu
itu Haji Agus Salim memang sedang bertugas keluar negeri. Akibatnya, perpecahan antara
Partai Sarikat Islam Indonesia dan Masyumi tidak dapat dihindari. Inilah yang menyebabkkan
Haji Agus Salim merasa masgul dan kecewa, sehingga terpaksa menarik diri dari Masyumi.
Kabinet Hatta terbentuk pada tanggal 29 Januari 1948. Sayap kiri terdiri dari Pesindo, Partai
Sosialis, partai Buruh Indonesia PKI tidak diikutsertakan dalam kabinet Hatta ini. Haji Agus
Salim menunjukkan kepribadian yang selalu menghendaki persatuan dan kesatuan serta rasa
tanggung jawab untuk mempertahankan negara. Nusa dan bangsa serta loyal pada
pemerintahnya.
Akibat Agresi Militer Belanda yang pertama yang ditutup dengan persetujuan
Renville, maka wilayah RI menjadi sempit. Pengakuan de facto atas Sumatra, Jawa, dan
Madura seperti yang tercantum dalam persetujuan Linggarjati.
Menteri-menteri Susanto Tritoprodjo, IJ. Kasimo dan Lukman Hakim berhasil
meloloskan diri dan ikut serta dalam melaksanakan perang gerilya.
Dalam periode KMB, Haji Agus Salim tetap menunjukkan sikapnya sebagai putra pertiwi
yang tidak goyah pendiriannya demi mebela keagungan Nusa dan Bangsa. Meskipun
nantinya karena fisik yang sudah lemah tidak lagi menjadi Menteri Luar Negeri, namun jasa-
jasa baiknya tetap dibutuhkan oleh Negara RI, terutama bagi kepentingan hubunghan luar
negeri.
BAB V
Gubernur Jendral van Limburg Stirum mengucapkan Pemerintah sendiri untuk bangsa
Indonesia dalam sidang Dewan Rakyat dengan tujuan untuk meredakan tuntutan kaum
pergerakan. Tindakan itu dinilai sangat memalukan pemerintah Belanda. Inilah yang
menyebabkan Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum segera dipanggil pulang ke Negeri
Belanda dan kedudukanya diganti oleh Gubernur Jenderal De Fock dengan tugas untuk
menindas pergerakan nasional Indonesia secara tegas.
ISDV menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 23 Mei 1920 dengan
susunan pengurus Semaun sebagai ketua umum dan Darsono sebagai wakil ketua.
Dalam kongres tanggal 2-6 Maret 1921, Haji Agus Salim memegang peranan penting
yaitu menetapkan dasar-dasar baru sebagai pengganti dasar 1917. Setelah memulai rapat
pengurus besar, maka diambil keputusan untuk mengadakan kongres pada tahun itu juga,
yaitu kongres ke enam di Surabaya tanggal 10 Oktober 1921. Semaun terpaksa harus
menbuka kartu dan menyatakan sikap netral terhadap agama islam dan menghendaki tetap
menjadi anggota Sarikat Islam. Dengan diterimanya ide disiplin partai tadi dalam kongres
tersebut maka keluarlah Semaun cs dari Sarikat Islam. Inilah yang menjadi sebab langsung
pecahnya cabang-cabang Sarikat Islam.
Pada tanggal 21 – 27 Agustus 1925, Sentral Sarikat Islam mengadakan kongres
bersama dengan Al Islam di Yogyakarta. Dalam kongres ini Haji Agus Salim mempertegas
sifat Sarikat Islam setelah Sarikat Islam mengikuti kegiatan politik pemerintah kolonial
dengan jalan koperasi. Cara tersebut tidak dapat dipertahankan dan Sarikat Islam
memutuskan untuk melakukan sikap non koperasi yang ditandai keluarnya Haji Agus Salim
dari Dewan Rakyat.
Komite Kongres Al Islam sebagai badan tetap yang didirikan berdasarkan Kongres Al Islam
II di Garut menanggapi secara positif adanya Kongres Islam se dunia di Mekah pada tanggal
1 Juni 1926. Karena itu ditetapkan personalia utusan yaitu Tjokroaminoto dari Sentral Sarikat
Islam dan Haji Mansyur dari Muhammadiyah. Dengan adanya partisipasi yang demikian tadi
maka dalam kongres diputuskan untuk mendirikan cabang di Hindia Timur, sehingga dengan
ini Kongres Al Islam berubah namanya menjadi Muktamar Al Islam, Al Islam Faral Hind asj
Syarqiah disingkat MAIHS (Kongres Islam Sedunia, Cabang Hindia Timur. Dengan
dibentuknya Dewan Rakyat pada tanggal 18 Mei 1918 maka pemerintah kolonial Belanda
berusaha untuk dapat menaikkan kaum pergerakan. Dari hasil kongres Sarikat Islam
dicalonkan HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakil-wakil Sarikat Islam dalam
Dewan Rakyat.
Untuk memperkuat kedudukan agama islam dalam dunia internasional, maka
diusahakan untuk bergabung dengan Liga yang menentang penjajahan. Menanggapi akan
diselenggarakannya kongres islam sedunia maka untuk itu kongres menilih Haji Agus Salim
sebagai utusan.
Setelah kembali dari Mekah Haji Agus Salim mencanangkan ide yang cemerlang,
yaitu perlu didirikannya Majelis Ulama. Cita-cita itu dikemukakan dalam kongres di
Pekalongan pada tanggal 28 September – 2 Oktober 1927, dan terwujudlah dalam kongres
khusus Sarikat Islam untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke -15 Sarikat Islam pada
tanggal 26 – 20 Januari 1928 di Yogyakarta. Dan pada akhirnya Sarikat Islam tidak mau lagi
kerjasama dengan Belanda dalam semua bidang.
Selain membicarakan lebih lanjut tentang janji pinjaman jangka panjang dari NVV
untuk pembelian mesin percetakan guna mencetak harian Fajar Asia juga diadakan diskusi
dengan anggota Perhimpunan Indonesia yang diharapkan oleh NVV dapat meredakan
pertentangan yang terjadi antara Perhimpunan Indonesia dan Socialistische Democratische
Arbeid Partij (SDAP). Serangan Perhimpunan Indonesia terhadap SDAP tentang tanah
jajahan sangat merisaukan pimpinan partai tersebut sebab hal ini dikhawatirkan akan
menimbulkan perpecahan di lingkungan pengikutnya. Sehubungan dengan hal itu Haji Agus
Salim diminta untuk melunakkan tuntutan Perhimpunan Indonesia tadi. Haji Agus Salim
dalam pembicaraannya, rapat-rapat, serta tulisan-tulisannya dalam majalah De Socialist
mengemukakan bahwa pimpinan SDAP dan NVV hendaknya membedakan antara fakta dan
norma. Sebagai fakta benar bahwa Indonesia merdeka tidak dapat dicapai sekarang, namun
sebagai norma dapat dikemukakan, karena itu merupakan suatu pengakuan atas hak asasi, hak
tiap-tiap bangsa untuk menentukan kemerdekaannya.
Pendapat tegas dari Haji Agus Salim tersebut menimbulkan reaksi tajam dari
pimpinan SDAP dan NVV. Sebagai konsekuesinya dari ketegasan pendirian itu Haji Agus
Salim kembali ke tanah air tanpa dapat realisasi dari janji subsidi jangka panjang.
Haji Agus Salim terjun pertama kali dalam dunia Pers ialah semenjak memangku
jabatan sebagai wakil redaksi harian Neraca pada tahun 1917. Dia berhasil menduduki
pimpinan tertinggi, yaitu sebagai ketua redaksi yang dipegangnya sampai permulaan tahun
1920. Namun Haji Agus Salim terpaksa keluar dari harian itu karena adanya pengawasan dan
larangan dari pemilik surat kabar tersebut untuk selalu mengikuti garis-garis
kebijaksanaannya.
Haji Agus Salim adalah pemimpin Sarikat Islam yang aktif dalam lapangan
perburuhan di samping Sosrokardono dan Surjopranoto. Di dalam kongres PPPB di Bandung
pada bulan Mei 1919 Sosrokardono menganjurkan adanya fusi di antara Sarikat –sekerja
sehingga merupakan suatu badan sentral. Atas prakarsa Sarikat Islam pada akhir bulan
Desember 1919 di Yogyakarta diadakan rapat untuk membentuk suatu Persatuan Pergerakan
Kaum Buruh (PPKB) dari berbagai Sarikat sekerja. Dalam kongres PPKB yang pertama pada
tanggal 1 Agustus 1920 terbukti adanya perbedaan antara Sarikat Islam dengan kaum
komunis. Jika Sarikat Islam mengharapkan aksi-aksi karyawan untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka, tetapi kaum komunis beranggapan bahwa aksi diadakan untuk
mendapatkan pengaruh politik. Pada Kongres PPKB tanggal 18-20 Juni 1921 di Yogyakarta
terjadi perpecahan yang tak dapat dihindarkan. Kaum komunis kemudian mendirikan
gabungan Sarikat sekerja baru dengan nama Revolutionaire Vak Centrale.
Dengan keluarnya kaum komunis, maka Haji Agus Salim kemudian mengemudikan
perhimpunan karyawan yang beraliran islam, yaitu Perserikatan Buruh Islam Indonesia.
Pada tahun 1930 Haji Agus Salim diminta untuk menjadi penasehat dalam sidang biro
internasional Perburuhan di Jenewa. Haji Agus Salim menyatakan bersedia menerima
tawaran itu dengan mengajukan syarat bahwa sebagai penasehat akan menyusun sendiri
pidato yang diucapkan dan pembahasan persoalan itu secara langsung di muka sidang.
BAB VI
Pada tahun 1929 bulan Januari Sarikat Islam berganti nama menjadi Partai Sarikat Islam
Indonesia (PSII), pergantian ini disebabkan adanya pengaruh dari Dr. Sukiman yang baru
kembali dari Belanda. Pengaruh ini menimbulkan perselisihan dalam bidang politik di Partai
Sarikat Islam Indonesia, sehingga timbul dua golongan, yaitu golongan Tjokroaminoto-Agus
Salim dan Suryopranoto.
Pada tahun1932 ketika Komite Al Islam mengadakan Konggres Al Islam ke IX di Malang
atas seruan Mufti Besar S. Amin Al Hussainy, agar mengadakan Muktamar Alam Islami di
Palestina. Pada tahun 1934 Haji Agus Salim bersama-sama Tjokroaminoto menyusun
Manifest Partai Sarikat Islam Indonesia, namun 17 Desember 1934 Tjokroaminoto tutup usia.
Setahun kemudian Haji Agus salim terpilih dalam Dewan Partai Sarekat Indonesia.
Perjalanan hubungan Haji Agus Salim dengan pemerintah Belanda yang bertujuan merubah
sikap non kooperasi menjadi koperasi sangat rumit, dan menimbulkan banyak kontroversi.
Akibatnya Haji Agus salim dipecat oleh pimpinan pusat Pertai Sarekat Islam Indonesia.
PartaiSarikat Islam Indonesia mengadakan konggresnya pada tahun 1937 yang berisi
keputusan untuk mencabut pemecatan sukiman beserta anggotanya . hal ini membuat Haji
Agus salim semakin dienyahkan dariPartai Sarikat Islam Indonesia.
Pada bulan Desember 1938 sukiman beserta anggotanya meninggalkan partai Sarikat Islam
Indonesia di Solo. Kekacauan pengurus Partai Sarikat Islam Indonesia memuncak pada
tanggal 30 Januari 1939 dan menyebabkan berdirinya beberapa organisasi baru. Pada tahun
1939 muncul Petisi Sutardjo. Agus Salim menyetujui Petisi ini.
Pada tahun 1939 politikkolonial Belanda mulai melaksankan perubahan pemerintahan
berdasarkan rencana yang sudah ada.
Haji Agus Salimmenyadari bahwa penindsan Jepang melebihi penindasan Belanda. Karena
itu Haji Agus salim membubarkan pergerakan Penyedar untuk menghindari efek yang tidak
baik.
BPUPKI bertugas untuk merancang UUD, dan Haji Agus salim termasuk di dalamnya. Ketua
BPUPKI adalah Dr. Radjiman Widyodiningrat sedangkan ketua muda ialah Ici Bangasi
(jepang) dan R.P Suroso. BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945.
Haji agus Salim Termasuk anggota di bawah piimpinan Ir. Soekarno untuk membuat UUD
ini kemudian dibentuk panitia tujuh orang dan Haji Aus Salim termasuk di dalamnya.
Rencana Uud dilaporkan kepada sidang pleno BPUPKI pada tanggal14 Juli 1945.Ketika
pekerjaan BPuPKI sudah selesai maka persoalanKemerdekaan Indonesia telah meningkat ke
arah pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 6 Agustus
BPUPKI dibubarkan dan diganti PPKI yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil seluruh
Indonesia yang diangkat oleh pimpinan pemerintahan Dai Nippon.
PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta sebagai wakilnya. PPKI direncnakan
mulai bekerja pada tanggal 19 Agustus, tetapi karena Jepang menyerah tanpa syarat pada
tanggal 14 Agustus diteruskanProklamasi berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, maka sidang PPKI dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus.
Dengan demikianlah pembentukan UUD 1945 pengesahan serta awal pelaksanaanya telah
terlaksana. Di sini sebagai bukti bahwa peranan Haji Agus Salim tidak sedit , pantaslah
jikadia diberi gelar The Grand Old Man.
Antara sidang pertama BPUPKI dan sidang kedua, bertemulah panitia kecil yamg terdiri dari
sembialn orang. Panitia ini bertugas membuat naskah yang merupakan balasan terhadap
siasat Jepang dengan BPUPKI untuk memenuhi janji pemberian kemerdekaan kepada
Indonesia di kelak kemudian hari.
Naskah itu dikenal dengan nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Pada waktu
penandatanganan Piagam Jakarta ini Haji Agus Salim banyak memberikan pendapat,saran,
dan kritikan. Jadi jelas bahwa Haji Agus Salim bertitik tolak demi kepentingan bangsa dan
negara, maka beliau berani mengajukan usulnya kepada Panitia Sembilan yang merupakan
The Founding Fathers dari Piagam Jakarta. Tetapi pendapat ini tidak dapat diterima oleh
Panitia Sembilan. Ketika sidang ke II BPUPKI maka Jakarta Charter ini langsung dijadikan
Pembukaan Undang-Undang Dasar bagi Negara Indonesia Merdeka yang akan datang.
Dan pada akhirnya pendapat Haji Agus Salim pada sidang Panitia Sembilan yang
melahirkan Jakarta Charter diakui ternyata betul. Akibatnya kini pendapat Haji Agus Salim
itu diterapkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dalam formula Pancasila yang
otentik, yuridis, formal, dan konstitusional.
Dengan demikian nyata sudah bahwa peranan Haji Agus Salim dan jasanya dalam
penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 tidak dapat dihapus.
BAB VII
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menyebabkan meletusnya api revolusi yang
membakar seluruh bumi Nusantara.
Pada tanggal 23 Agustus 1945 dibentuklah Badan Pusat Komite Nasional Indonesia
yang disingkat dengan KNIP. KNIP ini diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1945 dan
merupakan penjelmaan dari PPKI. Pada tanggal 25 September 1945 Presiden telah
mengangkat para anggota Dewan Pertimbangan Agung atau DPA yang berjumlah sebelas
orang, diantaranya Haji Agus Salim. Badan ini mempunyai kewajiban menjawab pertanyaan
Presiden dan berhak memajukan usul pada pemerintah.
Atas usul Komite Nasional Indonesia Pusat dalam sidang plenonya pada tanggal 16
Oktober 1945 dikeluarkan maklumat Nomor: x dari wakil Presiden Republik Indonesia yang
memberikan kekuasaan legislatif dan wewenang ikut serta menetapkan Haluan Negara dalam
Garis-garis Besarnya atau GBHN kepada Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) terbentuk.
Pada tanggal 15 November 1946 lahirlah perjanjian Linggarjati yang mempunyai
implikasi terhadap kabinet. Dalam sidang kabinet tanggal 26 Juni 1947 golongan sayap kiri
yang dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin tidak menyetujui kompromi yang terkandung
dalam surat menyurat antara delegasi Indonesia dan komisi jenderal. Pada masa inilah RI
mengirimkan misi persahabatan ke negara-negara islam yang dipimpin oleh Haji Agus Salim
pada tanggal 4 April 1947. Akibat usaha Haji Agus Salim negara-negara islam mengakui
Republik Indonesia secara de-jure. Pada tanggal 10 Juni 1947 Agus Salim menandatangani
persahabatan antara Republik Indonesia dan Mesir di kairo yang terdiri lima pasal dan ditulis
dalam tiga bahasa yaitu bahasa Perancis, Arab, dan Indonesia. Delegasi Republik indonesia
kemudian melanjutkan perjalanan menuju Republik Siria. Perjanjian diplomatik dengan Siria
itu juga mengakui secra de-jure adanya Republik Indonesia. Perjanjian ini ditandatangani
tanggal 2 Jiuli 1947. Perjanjian ini juga diratifikasi oleh Komite Kerja Pusat Parlemen
Sementara RI dan disiarkan dalam Lembaran Negara tahun 1948. Sedangkan usaha Haji
Agus Salim ke Yordania belum menghasilkan pengakuan dari Yordania, demikian pula
de3ngan Irak. Perjanjian dengan Saudi Arabia ditandatangani pada tanggal 21 November
1947 yang juga mengakui de-jure Republik Indonesia. Dengan demikian misi Haji Agus
Salim sampai pertengahan Desember 1949 berhasil mendapatkan de-jure dari negara-negara
islam.
Berhubung pada tanggal 12 agustus akan diadakan sidang Dewan Keamanan guna
membicarakan sengketa antara Indonesia dan Belanda, maka pemerintah Republik Indonesia
mengajukan permintaan kepada Dewan Keamanan agar mengizinkan Menteri Luar Negeri RI
Haji Agus Salim dan penasehatnya St. Sjahrir untuk menghadiri persidangan guna
memberikan keterangan-keterangan seperlunya.
Sejak Belanda mulai dengan aksi militernya yang pertama, Sutan Syahrir dan Haji
Agus Salim telah meninggalkan Indonesia dengan naik kapal terbang Dakota milik seorang
saudagar Pat. Atas permintaan Republik Indonesia itulah maka Haji Agus Salim cs. Diijinkan
untuk menghadiri persidangan dewan keamanan tanggal 12 Agustus 1947
Pada tanggal 22 Agustus 1947 Belanda menuduh Dewan Keamanan menyerahkan
berjuta-juta rakyat Indonesia kepada Republik yang bukan negara yang sah.
Tetapi tuduhan itu ditolak oleh Sutan Syahrir pada tanggal 26 Agustus 1947, malahan
Dewan Keamanan untuk mengirimkan Komisi Internasional guna mengawasi pelaksanaan
gencatan senjata.
Perundingan Renville dimulai pada tanggal 8 Desember 1947. Delegasi Indonesia
terdiri dari Mr. Amir Syarifuddin, Mr. Ali Sastroamijoyo, Dr. Coa Si Kien, Mr. Moh. Roem,
Haji agus Salim, Mr. Nasrun dan Ir Djuanda. Sedangkan wakil-wakil Belanda terdiri dari Van
Vredeburg, Abdulkadir Widjojoatmojo. Dr Sumokil. Pangeran Kertanegara. Perundingan
Rtenville berakhir pada tanggal 17 Januari 1948 dan menghasilkan perjanjian Renville yang
ditandatangani oleh Abdul Kadir Wijoyoatmojo sebagai wakil Belanda sedangkan
pemerintah negara Republik Indonesia diwakili oleh Mr. Amir Syarifuddin.
Partai Sarikat Islam Indonesia adalah kesinambungan dari Sarikat Dagang Islam. Di
sitilah partai Sarikat Islam Indomesia difusikan dengan partai-partai islam, menjadi masyumi.
Sejak tanggal 11 September 1947 Kabinet Syarifudin yang mula-mula merupakan kabinet
nasional berubah menjadi kabinet koalisi.
Sebenarnya sesudah Indonesia Merdeka Agus Salim memasuki Partai Politik Islam Masyumi.
Di dalam kongres Masyumi yang I di Yogyakarta, Haji Agus Salim ingin agar persatuan
selutuh umat Islam diikrarkan. Namun pada 1947 timbul perpecahan antara Masyumi. Waktu
itu Haji Agus Salim memang sedang bertugas keluar negeri. Akibatnya, perpecahan antara
Partai Sarikat Islam Indonesia dan Masyumi tidak dapat dihindari. Inilah yang menyebabkkan
Haji Agus Salim merasa masgul dan kecewa, sehingga terpaksa menarik diri dari Masyumi.
Kabinet Hatta terbentuk pada tanggal 29 Januari 1948. Sayap kiri terdiri dari Pesindo, Partai
Sosialis, partai Buruh Indonesia PKI tidak diikutsertakan dalam kabinet Hatta ini. Haji Agus
Salim menunjukkan kepribadian yang selalu menghendaki persatuan dan kesatuan serta rasa
tanggung jawab untuk mempertahankan negara. Nusa dan bangsa serta loyal pada
pemerintahnya.
Akibat Agresi Militer Belanda yang pertama yang ditutup dengan persetujuan
Renville, maka wilayah RI menjadi sempit. Pengakuan de facto atas Sumatra, Jawa, dan
Madura seperti yang tercantum dalam persetujuan Linggarjati.
Menteri-menteri Susanto Tritoprodjo, IJ. Kasimo dan Lukman Hakim berhasil
meloloskan diri dan ikut serta dalam melaksanakan perang gerilya.
Dalam periode KMB, Haji Agus Salim tetap menunjukkan sikapnya sebagai putra pertiwi
yang tidak goyah pendiriannya demi mebela keagungan Nusa dan Bangsa. Meskipun
nantinya karena fisik yang sudah lemah tidak lagi menjadi Menteri Luar Negeri, namun jasa-
jasa baiknya tetap dibutuhkan oleh Negara RI, terutama bagi kepentingan hubunghan luar
negeri.
BAB VIII
Seseorang ada kalanya mengalami masa jaya dan pada suatu ketika mengalami masa
kemunduran. Kalau dari tahun 1946-1950, Haji Agus Salim laksana bintang cemerlang dalam
pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari “Orang Tua Besar”, namun
sesudah itu peranan Haji Agus Salim mulai memudar.
Sejak ditawan di Brastagi, mulailah Haji Agus Salim untuk mengisi waktunya yang terluang
dalam mengarang sebuah buku yang berjudul “Bagaimana Takdir, Tawakal, dan Tauhid
Harus dipahamkan?”. Pada tahun 1953, buku tersebut diperbaiki menjadi “Keterangan
Filsafat tentang Tauhid, Takdir, dan Tawakal”. Pada tahun itu juga beliau mengeluarkan
sebuah buku dengan judul “Kebudayaan”.
Sejak tahun 1950 Haji Agus Salim diangkat menjadi Penasehat Menteri Luar Negeri sampai
pada saat wafatnya. Tahun 1952 beliau mendapat undangan untuk memberikan kuliah tentang
Islam pada Cornell University di Ithaca, Amerika Serikat. Baru pada tanggal 17 Januari 1953
beliau memberi kuliah, kecuali di Cornell University juga di Prinstone University. Pada
waktu yang sama beliau berkesempatan lebih memperdalami pengetahuan dalam bidang
ilmu.
C. Penilaian Buku
1. Kelebihan
a) Fisik : Sampulnya masih terawat
b) Bahasa :
c) Isi : Buku tersebut menyajikan beberapa gambar Haji Agus Salim
meskipun tidak terlalu jelas
d) Ejaan :
2. Kekurangan Buku
a) Fisik : Kertasnya sudah agak kekuning-kuningan karena buku tersebut sudah lama
diterbitkan
b) Bahasa : Sulit dipahami karena menggunakan bahasa yang terlalu baku
c) Isi : Isi buku tersebut seperti cerita, bukan seperti riwayat hidup Haji Agus Salim
d) Ejaan : Ada kata yang masih menggunakan ejaan yang belum disempurnakan.
Contoh: Konggres, nagari
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Haji Agus Salim adalah seseorang yang pantang menyerah , berani mencoba banyak hal.
B. Saran
1. Sebaiknya ejaan diperbaiki lagi sehingga mudah dipahami
2. Bahasanya jangan terlalu baku dan jangan bertele-tele sehingga pembaca dapat lebih
memahami isi buku tersebut
3. Kertasnya diganti dengan kertas yang lebih berkulitas sehingga lebih enak untuk dibaca
4. Isinya lebih disingkat sehingga pembaca mudah memahami isi buku tersebut
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Laporan Buku atau Resensi Laporan buku adalah laporan yang menjelaskan tentang baik
atau buruknya sebuah buku namun tidak bersifat menghakimi seperti kritik. Laporan buku
juga dapat diartikan sebagai karya ilmiah yang melukiskan pemahaman terhadap isi sebuah
buku. Resensi buku berisi identitas buku, pokok-pokok isi buku, dan penilaian tentang
kelebihan dan kekurangan buku. Yang lebih jelasnya dalam laporan buku, kita dapat
menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang bersangkutan diikuti dengan
pendapat terhadap isi buku. Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang
dibahas pengarang, cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep
dan teori yang dikembangkan, serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau resensi
sangat bermanfaat untuk mengetahui isi buku selain itu, akan tahu mengenai kekurangan dan
kelebihan dari isi buku yang telah dibaca. Untuk itu, kami harapkan kepada pembaca agar
mengetahu dan memahami mengenai laporan buku atau resensi sehingga dapat menilai isi
buku tersebut dengan baik dan bukan hanya sekedar membaca sekilas buku tersebut
melainkan dapat memahami apa yang ada dalam buku tersebut secara mendalam.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari laporan buku?
2. Apa dan bagaimana karakteristik laporan buku?
3. Apa jenis-jenis laporan buku dan jenjang pendidikan?
4. Bagaimana sistematika dalam membuat laporan buku?
5. Bagaimana contoh dari laporan buku?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari laporan buku
2. Untuk mengetahui karakteristik laporan buku
3. Untuk mengetahui jenis-jenis laporan buku dan jenjang pendidikan
4. Untuk mengetahui sistematika dalam membuat laporan buku
5. Untuk mengetahui contoh dari laporan buku

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Laporan Buku
Laporan Buku atau Resensi Laporan buku adalah laporan yang menjelaskan tentang baik
atau buruknya sebuah buku namun tidak bersifat menghakimi seperti kritik. Dalam bahasa
Latin resensi atau recensie artinya “melihat kembali, menimbang atau menilai”. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia resensi memiliki arti pertimbangan atau pembicaraan
tentang buku; ulasan buku. Tindakan meresensi memiliki arti memberikan penilaian,
mengungkap kembali isi buku, membahas atau mengkritik buku. Jadi, resensi ialah ulasan
atau penilaian atau pembicaraan mengenai buku, baik non fiksi maupun fiksi/suatu karya
sastra (cerpen, novel, drama/film, puisi).
Dalam laporan ini penulis boleh mengutip beberapa bagian dari buku tersebut sebagai
penguat atas pendapatnya. Kunci:
1. Ada buku yang diresensi
2. Mengemukakan isi buku secara objektif
3. Memberi komentar terhadap isi buku tersebut
Keterampilan menulis resensi merupakan salah satu keterampilan menulis yang patut
ditekuni. Resensi buku disebut juga tinjauan buku, timbangan buku, dan bedah buku. Resensi
juga termasuk karangan yang bersifat factual informative, dan termasuk kedalam rumpun
ulasan. Resensi adalah suatu tulisan atau tulisan mengenai nilai sebuah karya atau buku.
Resensi bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil
karya mempunyai nilai-nilai kebermanfaatan yang berguna bagi pembaca atau masyarakat.
Dalam resensi, penulis harus menyampaikan dua hal penilaian atau pertimbangannya,
yakni nilai literer dan manfaat untuk hidup. Nilai literer merupakan kandungan isi buku
secara factual dan informative sedangkan nilai kebermanfaatan merupakan hasil interpretasi
penulis resensi terhadap isi buku. Seseorang yang telah mampu menulis resensi berarti ia
memiliki pengetahuan yang luas. Dengan pengetahuannya, ia mampu mengupas, membahas,
dan memberikan penilaian terhadap sebuah buku, baik ilmiah maupun nonilmiah. Melalui
tulisan resensi, kita mendapat informasi awal mengenai buku yang layak untuk dibaca.
Resensi buku berisi identitas buku, pokok-pokok isi buku, dan penilaian tentang kelebihan
dan kekurangan buku. Meresensi buku tidaklah mudah karena memerlukan karena
memerlukan ketelitian dan keakuratan analisis. Secara terinci, resensi berisi hal-hal berikut
ini.
1. Jenis buku (keagamaan, tarikh, fiksi, dan lain-lain)
2. Pokok pembicaraan (topik umum)
3. Aspek khusus yang dibahas dan tujuan pengarang
4. Tema atau tesis buku (pendirian atau tafsiran pokok pengarang tentang aspek khusus yang
dibahasnya)
5. Teknik dan struktur penyajian tulisan
6. Gaya menulis
7. Hal ihwal pengarang: asal-usul, reputasi, pendidikan, latar belakang, penulisan buku, karya-
karyanya dan sebagainya.
8. Sasaran buku atau pembaca buku yang dituju
9. Ringkasan isi buku: argumen-argumen utama, alasan-alasan utaa dan sebagainya, yang
mendukung pendirian atau pendapat penulis resensi dalam memberikan penilaian atau
pertimbangannya. Fakta-fakta tersebut harus dikemukakan secara jujur dan lugas.
Setelah penulis resensi melaporkan dan menanggapi isi buku. Kemudian dilanjutkan
dengan memberikan penilaian terhadap manfaat buku bagi pembaca atau masyarakat secara
umum yang dituju oleh buku tersebut. untuk itu, penulis resensi pun perlu memilih buku
sebagai bahan untuk diresensi. Penulis resensi hendaknya jeli dalam mengetahui kebutuhan
masyarakat terhadap buku-buku.
Resensi ialah tulisan yang isinya menimbang atau menilai sebuah karya yang dikarang
atau dicipta orang lain. Resensi itu asal katanya dari bahasa Belanda recensie. Dalam bahasa
Inggris, padanan katanya adalah istilah review (ini juga berasal dari bahasa Latin: revidere; re
“kembali”, videre “melihat”). Karya yang dinilai dalam tulisan resensi meliputi buku, film,
teater, lagu, dan semacamnya.
Tujuan Resensi
1. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang
tampak dan terungkap dalam suatu karya
2. Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah karya yang diresensi itu merupakan suatu
karya yang bermutu atau tidak.
3. Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah buku itu layak untuk dibaca.
B. Karakteristik Laporan Buku
Suatu laporan buku memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan hasil telaahan dan analisis penulisan atas suatu buku dalam sebuah buku
2. Menunjukkan pemahaman penulis terhadap buku yang telah ditelaahnya
3. Mendemonstrasikan kemampuan penulis dalam memberikan gagasan yang berkaitandengan
isi buku yang di telaahnya
4. Ditulis dalam bahasa indonesia yang baik dan benar
5. Jumlah halaman tidak terbatas karena di sesuaikan dengan volume buku yang telah di
telaahnya
C. Jenis-Jenis Laporan Buku
Saryono (1997:61—63) membagi resensi buku berdasarkan sudut pandang atau sudut
tinjauannya. Sudut pandang atau sudut tinjauannya yang digunakan adalah resensi
berdasarkan media atau forum atau sajiannya dan resensi berdasarkan isi resensi atau isi
sajiannya. Berdasarkan media atau forumnya, resensi buku dibagi menjadi (1) resensi ilmiah
dan (2) resensi ilmiah populer.
Hal yang membedakan kedua resensi tersebut adalah bahasa dan tata cara penulisan yang
digunakan. Dalam resensi ilmiah digunakan tata cara keilmuan tertentu, menggunakan
rujukan atau acuan, dan bahasa resmi dan baku serta yang dipaparkan selengkap-lengkapnya.
Sementara itu, resensi ilmiah populer tidak mengguakan rujukan atau acuan tertentu. Selain
itu, isi resensi seringnya hanya memaparkan bagian-bagian yang menarik saja. Penyajiannya
pun tidak terlalu tunduk pada bahasa resmi atau baku.
Berdasarkan isi sajian atau isi resensinya, resensi buku digolongkan menjadi (1) resensi
informatif, (2) resensi evaluatif, dan (3) resensi informatif-evaluatif. Resensi informatif hanya
berisi informasi tentang hal-hal penting dari suatu buku. Pada umumnya, isi resensi
informatif hanya ringkasan dan paparan mengenai apa isi buku atau hal-hal yang
bersangkutan dengan suatu buku.
Resensi evaluatif lebih banyak menyajikan penilaian peresensi tentang isi buku atau hal-
hal yang berkaitan dengan buku. Informasi tentang isi buku hanya disajikan sekilas saja,
bahkan kadang-kadang hanya dijadikan ilustrasi. Sementara itu, resensi informatif-evaluati f
merupakan perpaduan dua jenis resensi tersebut. Resensi jenis ini di samping menyajikan
semacam ringkasan buku atau hal-hal penting yang ada di buku juga menyajikan penilaian
peresensi tentang isi buku. Resensi jenis ketigalah yang dapat dikatakan paling ideal karena
bisa memberikan laporan dan pertimbangan secara memadai.
Selain jenis resensi di atas, masih terdapat jenis resensi yang lain. Hal ini diungkapkan
oleh Samad (1997) yang membagi resensi menjadi dua jenis, yaitu resensi buku nonsastra dan
resensi buku sastra. Dilihat dari namanya, jenis yang pertama pastilah membahas,
memaparkan, dan menilai buku-buku nonsastra. Resensi buku nonsastra bisa disajikan secara
informatif, evaluatif atau informatif-evaluatif. Meresensi buku sastra hampir menyerupai
dengan mengapresiasi karya sastra. Hal ini disebabkan materi atau unsur-unsur yang
membangun karya sastra berbeda dengan buku nonfiksi.
Di dalam buku sastra (karya sastra) terdapat unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua
hal inilah yang menjadi sorotan utama dalam menilai buku sastra. Dalam meresensi buku
sastra, seorang peresensi harus bisa menyimak nilai kehidupan yang termuat dalam karya
sastra tersebut. Seorang peresensi juga harus dapat menyampaikan dua lapisan penilaian atau
pertimbangan, yakni nilai literer dan manfaat untuk hidup. Nilai literer terungkap dari
kegiatan mengapresiasi karya sastra tersebut dan manfaat untuk hidup terungkap dari
apresiasinya atas kebutuhan masyarakat.
D. Sistematika Resensi
Pada dasarnya sistematika resensi adalah sebagi berikut :
1. Cantumkan tema atau judul karya yang diresensi
2. Cantumkan nama pengarang, judul karya, penerbit, tempat terbit, jumlah bab, dan jumlah
halaman
3. Kemukakan sistematika, bahasa, ringkasan karya yang diresensi
4. Jelaskan kulitas karya yang diresensi dan kekuatan elemahannya serta perbedaannya dengan
karya sejenis yang sudah ada
5. Sampaikan pendapat dan simpulan penulis resensi secara pribadi
6. Tuliskan identitas si penulis resensi
Format Resensi
Judul resensi
Data/Identitas karya sastra
Sinopsis karya sastra
Kekurangan & kelebihan
Penutup
Syarat-syarat menulis resensi
a. Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
b. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal
yang berhubungan dengan tema atau isi.
c. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
d. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan
Komponen yang dapat dibahas dalam menyusun resensi novel
a. Tema
Tema apakah yang diungkap dalam novel? Apakah tema yang diungkapkan itu menarik
pembaca secara umum? Apakah tema sudah sering diungkapkan dalam seri cerita lain yang
dibuatnya? Apakah tema dapat diterima sebagai kebenaran yang umum?
b. Alur Cerita
Bagaimana peristiwa-peristiwa diatur dalam cerita? Apa keunikan susunan peristiwa yang
digunakan pengarang? Apakah ada pembaruan susunan peristiwa dalam cerita itu?
c. Penokohan
Bagaimana pengarang memberi (menciptakan) watak atau karakter pada tokoh-tokohnya?
Bagaimana sifat tokoh tersebut? Adakah keunikan dalam menciptakan watak tokoh?
d. Sudut Pandang
Sudut pandang apa yang dipakai pengarang untuk menyampaikan cerita? Adakah keunikan
sudut pandang dalam cerita?
e. Latar Cerita
Bagaimana latar cerita digunakan? Apakah latar ceritanya cocok dengan peristiwa?
f. Nilai-nilai
Nilai-nilai apakah yang dapat diambil pembaca dari cerita? Adakah nilai-nilai baru yang
dikembangkan?
g. Bahasa dan Gaya Cerita
Bagaimana bahasa yang digunakan pengarang? Apakah cerita disampaikan dengan cara
humor, serius, atau sinisme?
h. Pengarang
Siapa pengarang cerita itu? Bagaimana latar belakang kehidupannya?
Bagaimana kreativitasnya?
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis resensi buku (novel)
a. Tahap Persiapan meliputi:
1) Membaca contoh-contoh resensi
2) Menentukan buku yang akan diresensi.
b. Tahap Pengumpulan Data meliputi:
1) Membaca buku yang akan diresensi
2) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data meliputi hal-hal yang
menarik dan tidak menarik dari buku (novel) yang diresensi
3) Mencatat data-data penulisan resensi yang telah diperoleh melalui membaca buku yang
diresensi.
c. Tahap Penulisan meliputi:
1) Menuliskan identis buku
2) Mengemukakan isi buku (sinopsis novel dan unsur-unsur intrinsik lainnya )
3) Mengemukakan kelebihan dan kekurangan buku (novel) baik dari segi isi maupun bahasa
4) Merevisi resensi dengan memperhatikan susunan kalimatnya, kepaduan paragrafnya,
diksinya, ejaan dan tanda bacanya.
5) Membuat judul resensi.
E. Contoh Resensi
LAPORAN BUKU FIKSI TENTANG CERITA ANIMORPHS
1. Identitas Buku
a. Judul : Animorphs
b. Pengarang : K.A. Aplegate
c. Kota/ Tahun terbit : Jakarta,2003
d. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
e. Cetakan : XVII ( tujuh belas )
f. Jumlah Halaman : 152 Halaman
g. Dipersembahkan kepada : Semua pembaca
h. Format Perwajahan
1) Format Perwajahan Depan :
Bagian depan didominasi oleh warna Hijau kebiruan, dan judul buku Animorphs terletak
diatas dengan tulisan indah berwarna Hijau. Terdapat gambar wanita cantik berubah menjadi
seekor cumi cumi. Nama pengarang terletak di bawah judul buku tersebut, terdapat juga
tulisan dibagian paling bawah berwarna putih.
2) Format perwajahan belakang
Bagian belakang terdapat ringkasan tentang isi buku tersebut dengan warna tulisan berwarna
putih dan bagian belakang di dominasi warna hijau kebiruan, di sudut kanan bawah terdapat
kode produksi buku tersebut, dan disudut kiri bawah terdapat tempat penerbitan dan alamat
terbitnya, serta nomor telepon penerbitnya.
LAPORAN ISI BUKU
1. SINOPSIS
Namaku, Rachel aku tinggi , rambutku pirang. Aku mencoba menjadi anak yang normal.
Menurut ku keselamatan selalu yang utama bagiku. Aku takkan mengatakan nama kluarga
atau dimana tempat tinggalku. Karena itu akan membuat ku dan teman-teman ku terbunuh.
Bukannya, kami tidak akan melawan, tentu saja tapi saja….
Kami lima anak dan andalite yang sepengetahuanku, aku harus berpegang pada tiga hal
utama, yang membuat kami dapat terus hidup, kemampuanuntuk morf dengan mengambil
DNA hewan.
Anonimitas . tak seorang pun tahu siapa kami. Keuntungan berada dalam satu tim
Sejauh ini, itu cukup untuk membuat kami untuk tetap terus hidup dan menyerang para
yerrk dengan serius. Mereka spesies parasit yang ada disini untuk memperbudak bumi.
Kalau yerk punya daftar yang paling dicari kami pasti ada di urutan atas, mereka sangat
menginginkan kami. Mungkin mereka akan mebunuh kami,.
Mungkin mereka akan melakukan apa yang sudah mereka lakukan pada begitu banyak
manusia : untuk masuk kedalam kami dan mengambil ahli otak kami dan membuat kami
menjadi pengendali. Pengedali adalah orang yang telah di perbudak oleh yerk, dan mereka
ada dimana-mana .
Mereka orang-orang yang kalian kenal . orang-oranmg yang kalian percayai. Wakil
kepala sekolah kami, Mr. Chapman sepupuku Tom, para guru, pembawa acara tv, sopir
Fedex , pelayananm pelajar, pekerja bangunan, semua orang berkeliaran seperti manusia
normal, membujuk teman-teman dan keluarga mereka untuk bergabung dengan Sharing,
organisasi menutupi kegiatan yerrk. Dan begitu kalian bergabung tidak jalan keluar.
Kalian akan menjadi pengendali.Kalian berjalan dan berbicara seperti biasa. Kalian
memiliki ingatan yang sama dan tapi otak kalian telah di kendalikan nya.
Pada suatu hari Pesawat Pemalite dengan hati-hati , sopan, menyesal semua yerk
termasuk, visser three yang mengamuk, kedalam pesawat BUG FIGHTER mereka
dimodifikasi .
Akan kubunuh kalian semua, akan kuhancurkan sepotong demi sepotong, aku akan
kembali dan tak ada yang dapat menghancurkan ku, kalian semua akan mati, kalian
semuaandalite dan ….. dan siapa pun yang menjalankan kapal ini, akan kubunuh kalian
semua, kata visser three.
Berulang-ulang kami sangat menyesal anda mengalami saat yang buruk, kata kapal itu.
Mungkin kita bisa bertemu lagi di lain waktu dan menikmati aktivitas yang menyenangkan
bersama-sama.
Setelah semua nya pergi kami morf dan pergi seperti kami datang tadi. Kapal itu juga
sopan pada kami. Tapi ia menginginkan kami juga pergi. Hanya sepuluh menit dari saat kami
mematikan sinyal yang membukukan parachee sampai saat Erek tiba dikapal itu untuk
menghentikan pertempuran kami dengan para yerk.
Sepuluh menit untuk datang dari daratan, dan menyelam tujuh setengah kilo meter
kedalam lautan. Kalau saja butuh lima belas menit…. Drode itu benar untuk satu hal : chee
punya kekuatan yang dapat membuat pemalite menjadi penguasa galaksi.
Kekuatan sedasyat itu dan apa yang ingin dilakukan kembali hanya bermain, belajar, dan
bergembira, sebelum kami mencapai permukaan samudra, kapal pemalite itu sudah di
indahkan, kali ini ke kedalaman yang hanya dapat dicapai android malam sudah larut saat
kami sampai di rumah . kami lelah, kecapaian, dan merasa rapuh, setelah seharian bertempur
habis habisan.
Orang tua kami masingmasing, dan kami semua di hukum. Kurasa tak ada yang
keberatan, aku bertanya-tanya apakah seharusnya aku menceritakan tawaran drode yang
mengerikan itu pada jake.
Tapi kemudian aku memutuskan untuk tidak melakukannya aku tahu akan takkan pernah
menyerah. Aku kenal diriku sendiri , aku tahu batas-batasan ku, aku tahu, tapi apa yang telah
dilihat drode dan majikannya crayak dalam diriku adalah benar.
Jake tahu itu ia mempercayai ku, tapi mungkin akan ada saat nya dia mempercayaiku,
tapi mungkin aka nada saat nya dia meragukanku,…. Jake sudah punya cukup masalah yang
membebaninya. Aku berlari-lari menyusuri pantai hari berikutnya . kau bahkan tak bisa
melihat bekas tempat paus sperm itu terbaring, terengah-engah mencari nafas.
Aku mendengar siaran berita mengatakan pergantian arah angin aneh telah membuat
pasang naik dan membebaskan paus itu, itu saja , aku lebih tahu , aku merasa ada bayangan
mungil melewatiku, menutupi sinar matahari dari pandangan ku sesaat.
Aku bahkan mendongak , aku terus berlari mungkin aku bisa menemukan tempat
tersembunyi entah dimana dan morf. Beberapa menit kemudian, “hei! Rachel? “. Aku
berbalik, kaget melihat T.T.
Berlari-lari kecil mengejar ku “ apa ?” kataku, mengeluh saat ia berhasil menyamai
langkah ku .“ well, eh kalau mungkin kamu mau pergi menonton bioskop bersama ku juga
pada akhirnya “ katanya dengan gugup, sambil melirik ke arah ku. Perut ku terasa mulas , dia
benar-benar tampan dan sangat normal. Sangat bukan tobias. Dia pasti belum pernah makan
tikus.
Tapi di pihak lain dia juga belum pernah morf menjadi paus sperm dan menyelam
kedasar samudra saat otaknya nyaris tak dapat meredam kekuatan, hanya supaya bisa
menjagaku.
“aku tahu. Aku akan jadi elang dan naik ketas sana. Tunggu aku”.Selalu, katanya .
2. Unsur Intrinsik
ma Cerita : Kisah seorang gadis petualang yang ingin menyelamatkan dunia dari kekuasaan para Yerrk
yang jahat.
r Cerita : Cerita ini Alur maju
a Tekstual : Halaman 1 : “Namaku Rachel”.
Halaman 7 : “Aku berjalan menyusuri jalan”
Halaman 10 : “Aku ingin nanti para Yerk akan mati”.
ing Cerita : Siang, sore, Malam
Data Tekstual : Halaman 3 : “….saat siang”.
Halaman 12 : “…. Hari sudah sore”.
Halaman 87 : “…..malam hari buat ku penat”.
ar Belakang: Cerita ini lahir dari kisah gadis petualang yang ingin menyelamatkan dunia dari pengedalian
Yerrk.
ta Tekstual : Halaman 2 : “… Aku tidak member tahu kan identitasku karena aku tidak mau teman-
teman ku terbunuh
nt of View : Point of view cerita ini adalah sudut pandang orang I (pertama) dan sudut pandang orang ke
III ( ketiga).
a Tekstual : Halaman 2 : “..Aku tidak ingin teman-temanku terbunuh”.
Halaman 5 : “ … si Yerrk pengendali itu”
ya bahasa
ersonifikasi :
Halaman 72 : “ .. tangan nya bagai bekerja mengendalikan otak”
2) Metonimia : Pada setiap judul sub bagian dalam cerita
3) Pleonasme
Data tekstual : Halaman 156: “ yang jahat itu, “
okohan
1) Rachel
Gadis yang tinggi, berambut pirang yang pandai yang ingin dunia selamat dari ancaman
yerrk.
2) Yerrk
Mahkluk asing yang jahat, yang ingin menguasai dunia.
3) Drode
Sahabat baik nya Rachel yang mengerti nya
Data Tekstual :
alaman 1 : “ Aku gadis tinggi , berambut pirang , yang pandai yang ingin menyelamatkan teman-
temanku”.
alaman 148 :” yerrk yang mengamuk, berkata aku akan balas dendam dan akan menhancurkan pesawat
pemalite”.
Halaman 89 :” Aku akan membantumu Cheel…!”

h. Amanat
1. Nilai sosial
Didalam cerita ini tersirat bahwa dia tidak mau memberikan
identitas keluarga nya karena ingin itu akan membahayakan teman-temannya
Data Tekstual
Halaman 2 : Aku tidak akan membri identitas keluargaku
karena itu kan membahayakan mereka.
a. Nilai Nasionalisme
Cerita ini menggambarkan bahwa kita harus mematuhi perintah orang tua untuk tetap
menjadi manusia normal
b. Nilai Pendidikan
Cerita ini menerangkan bahwa pendidikan itu sangat penting walaupn sedang dalam bahaya.
c. Nilai Politik
Cerita ini member kita pemahaman bahwa kita harus menaati hukum dan peraturan di
sekolah.
d. Nilai Keagaman
Terdapat nilai Keagamaan dalam Roman ini yang mengingatkan kita untuk selalu berdoa
ketika sedang dalam bahaya.
i. Penilaian
1) Penilaian terhadap Tema cerita
Menurut saya, persoalan yang diangkat dalam cerita “Amorphs” ini telah mewakili cara
berfikir modern, yaitu menyangkat permasalahan mengenai cara pandang seseorang yang rela
berjuang demi menyelamatkan dunia.
2) Penilaian terhadap Sistematika Penyusunan Gagasan
Sistematika penyusunan gagasan dalam cerita ini sangat ideal, karena memaparkan semau isi
ceritanya, dengan jelas.
3) Penilaian Penggunaan Bahasa
Cerita ini lebih dominan menggunakan gaya bahasa baku yang cukup sulit dipahami pembaca
4) Penilaian terhadap Teknis Percetakan/ Perwajahan
Buku Cerita ini memiliki Perwajahan yang menarik minat pembaca untuk membacanya, yang
memiliki suatu makna dan arti yang dalam.
5) Keunggulan dan Kelemahan Buku
Keunggulan Buku ini adalah Mudah dipahami dan mudah di mengerti para pembaca karena
memiliki cerita yang unik, berisi cerita-cerita yang menarik minat orang untuk membaca.
Sedangkan, Kelemahan buku ini adalah Lebih Dominan Menggunakan bahasa baku, dan
sulit di mengerti oleh pembaca.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan Buku atau Resensi Laporan buku adalah laporan yang menjelaskan tentang baik atau
buruknya. Resensi ialah tulisan yang isinya menimbang atau menilai sebuah karya yang
dikarang atau dicipta orang lain. Karakteristik laporan buku yaitu merupakan hasil telaahan
dan analisis penulisan atas suatu buku dalam sebuah buku, menunjukkan pemahaman penulis
terhadap buku yang telah ditelaahnya , mendemonstrasikan kemampuan penulis dalam
memberikan gagasan yang berkaitandengan isi buku yang di telaahnya, ditulis dalam bahasa
indonesia yang baik dan benar, dan jumlah halaman tidak terbatas karena di sesuaikan dengan
volume buku yang telah di telaahnya. Jenis resensi buku Berdasarkan media atau forumnya,
resensi buku dibagi menjadi (1) resensi ilmiah dan (2) resensi ilmiah populer. Sedangkan
berdasarkan isi sajian atau isi resensinya, resensi buku digolongkan menjadi (1) resensi
informatif, (2) resensi evaluatif, dan (3) resensi informatif-evaluatif. Pada dasarnya
sistematika resensi adalah sebagi berikut: Cantumkan tema atau judul karya yang diresensi,
Cantumkan nama pengarang, judul karya, penerbit, tempat terbit, jumlah bab, dan jumlah
halaman, Kemukakan sistematika, bahasa, ringkasan karya yang diresensi, Jelaskan kulitas
karya yang diresensi dan kekuatan elemahannya serta perbedaannya dengan karya sejenis
yang sudah ada, Sampaikan pendapat dan simpulan penulis resensi secara pribadi, Tuliskan
identitas si penulis resensi
B. Saran
Kita sebagai calon seorang guru dapat memahami tentang isi buku secara mendalam agar
dapat membuat laporan buku dengan baik, dengan cara membaca dan memahami isi buku
mengenai identitas buku, pokok-pokok isi buku, dan penilaian tentang kelebihan dan
kekurangan yang ada pada buku yang kita baca.

DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tahun 2009.
Taringa, Henry Guntur. (1987). Wacana. Bandung: Angkasa
Slametmulyana. (1960). Kaidah bahasa IndonesiaII. Jakarta: Jambatan
Prasetio Bagus. (2014). Contoh Laporan Buku, [Online]. Tersedia:
http://bagus-prasetio4.blogspot.com/2014/06/contoh-laporan-buku.html
Kali ini saya akan mencoba membahas tentang resensi buku, di mana ini adalah tugas saya dari guru
bahasa indonesia. Jadi buat yang belum mengetahui apa saja itu langkah-langkah bagaimana cara
meresensi buku, yaitu :

1. Jenis Buku

Jenis/bentuk buku itu apakah roman, novel, biografi, atau yang lain. Selain itu seorang resentator
menyebutkan juga buku termasuk buku fiksi atau nonfiksi.

2. Keaslian Ide

Buku itu apakah benar-benar merupakan karya asli dari pengarangnya atau merupakan jiplakan dari
buku lain yang pernah terbit.

3. Bentuk

Bagaimana mengenai bentuk atau format dari buku itu. Apakah bentuknya, kertas, ilustrasi cover,
jenis huruf yang dipakai, dan sebagainya.

4. Isi dan Bahasa

Dilihat dari segi isi, resentator perlu memperhatikan unsur-unsur intrinsiknya, yaitu tentang tema,
alur, perwatakan, sudut pandang dan sebagainya.

Bahasa dalam buku itu dapat ditinjau dari segi struktur kalimat, gaya bahasa/style, ungkapan dan
lain-lain. Apakah bahasa yang digunakan memakai bahasa sehari-hari yang segar tidak menjemukan,
mudah dimengerti oleh pembaca, dan sebagainya. Mudah dipahami atau sukar diterima pembaca.
Pengujian materi mendapat perhatian juga dari resentator.

5. Simpulan

Akhirnya seorang penulis resensi harus dapat menyimpulkan, apakah buku itu baik dan perlu dibaca
atau tidak.

menulis data buku yang dibaca,


menulis ikhtisar isi buku,
mendaftar butir-butir yang merupakan kelebihan dan kekurangan buku,
menuliskan pendapat pribadi sebagai tanggapan atau isi buku, dan
memadukan ikhtisar dan tanggapan pribadi ke dalam tulisan yang utuh.

Sebuah resensi harus memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Data buku atau identitas buku


a. Judul buku
Jika buku yang akan kamu resensi adalah buku terjemahan, akan
lebih baik jika kamu menuliskan judul asli buku tersebut.
b. Penulis atau pengarang
Jika buku yang diresensi adalah buku terjemahan, kamu harus
menyebutkan penulis buku asli dan penerjemah.
c. Nama penerbit
d. Cetakan dan tahun terbit
e. Tebal buku dan jumlah halaman

2. Judul Resensi
Judul resensi boleh sama dengan judul buku, tetapi tetap dalam konteks buku itu.

3. Ikhtisar Isi Buku


Dalam meresensi buku, seorang peresensi harus menulis buku yang hendak diresensi. Ikhtisar adalah
bentuk singkat dari suatu karangan atau rangkuman. Ikhtisar merupakan bentuk singkat karangan
yang tidak mempertahankan urutan karangan atau buku asli, sedangkan ringkasan harus sesuai
dengan urutan karangan atau buku aslinya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat
ikhtisar isi buku adalah sebagai berikut.
a. Membaca naskah/buku asli
Penulis ikhtisar harus membaca buku asli secara keseluruhan untuk
mengetahui gambaran umum, maksud, dan sudut pandang pengarang.
b. Mencatat gagasan pokok dan isi pokok setiap bab
c. Membuat reproduksi atau menulis kembali gagasan yang dianggap
penting ke dalam karangan singkat yang mempunyai satu kesatuan yang padu.

4. Kelebihan dan Kekurangan Buku


Penulis resensi harus memberikan penilaian mengenai kelebihan dan kelemahan buku yang disertai
dengan ulasan secara objektif.

5. Kesimpulan
Penulis resensi harus mengemukakan apa yang diperolehnya dari buku yang diresensi dan imbauan
kepada pembaca. Jangan lupa cantumkan nama kamu selaku peresensi.

ok, mungkin itu yang dapat saya post disini, terlebih dan terkurang mohon maaf apa bila ada
kesalahan. makasih

Oleh : ???
PENGERTIAN RESENSI DAN CONTOH RESENSI

A. Pengertian Resensi

Secara etimologi, resensi berasal dari bahasa latin, dari kata kerja revidere atau
recensere yang memilik arti melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa
Belanda dikenal dengan recensie sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
review.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia, resensi diartikan sebagai pertimbangan atau
pembicaraan tentang buku dan sebagainya. Secara garis besar resensi diartikan sebagai
kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah hasil karya baik itu berupa buku, novel,
maupun film dengan cara memaparkan data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya
tersebut.

B. Pengertian Resensi Menurut Pendapat Ahli

Berikut ini adalah pengertin resensi menurut pendapat para ahli:

1. WJS. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara


bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan
atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi
dorongan kepada halayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau
dibeli.

2. Menurut Panuti Sudjiman (1984) resensi adalah hasil pembahasan dan penilaian yang
pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara
sekilas, membahas, atau mengkritik buku.

3. Saryono (1997:56) menjelaskan pengertian resensi sebagai sebuah tulisan berupa esay dan
bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah
laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya,
benar-salahnya, argumentatif-tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan
ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku.

C. Tujuan Resensi
Adapun penulisan resensi ditujukan dengan maksud sebagai berikut:
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau
hasil karya lainnya secara ringkas.

2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.

3. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.

4. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau
penulis lainnya.

5. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan,
isi, dan substansi buku

D. Jenis-jenis Resensi

Secara garis besar resensi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:


1. Resensi Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara singkat
dan umum dari keseluruhan isi buku.

2. Resensi Deskriptif, yaitu resensi yang membahas secara detail pada tiap bagian atau
babnya.

3. Resensi Kritis, yaitu resensi yang berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu
pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.

Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku karena bisa saja dalam sebuah resensi
ketiganya diterapkan secara bersamaan.

E. Unsur-unsur Resensi

Dalam membuat resensi, terdapat unsure-unsur yang harus dipenuhi agar resensi yang dibuat
menjadi jelas dan berkualitas. Berikut ini adalah beberapa unsur yang harus ada dalam
pembuatan resensi.

1. Judul resensi

Judul resensi harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang dibuat. Judul yang menarik
juga akan memberi nilai lebih pada sebuah resensi.

2. Menyusun data buku

Penyusunan data buku dapat dilakukan sebagai berikut:


a. Judul buku;

b. Pengarang;

c. Penerbit;

d. Tahun terbit beserta cetakannya;

e. Dimensi buku;

f. Harga buku;

3. Isi resensi buku

Isi resensi buku memuat tentang sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya,
keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku dan penggunan bahasa.

4. Penutup resensi buku

Pada bagian penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa
buku tersebut ditujukan.

F. Tahap Penulisan Resensi

Berikut ini akan dijelaskan tahap-tahap dalam penulisan sebuah resensi buku.

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, hal yang perlu dilakukan antara lain: memilih jenis buku yang akan
diresensi, buku tersebut adalah buku-buku baru, dan membuat anatomi buku.

2. Tahap Pengerjaan

a. Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Sebelum membuat resensi, bacalah
terlebih dahulu buku yang akan diresensi hingga tuntas lalu mencatat kutipan dan kata-kata
penting di dalamnya.

b. Membuat isi resensi, diantaranya:

• Membuat informasi umum tentang buku yang diresensi.

• Menentukan judul resensi.

• Membuat ringkasan secara garis besar.

• Memberikan penilaian buku.

• Menonjolkan sisi lain dari buku yang diresensi.


• Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.

• Penilaian dari segi kelengkapan karya, EYD dan sistematika resensi.

G. Tips Menulis Resensi

Berikut ini adalah tips dalam menulis resensi:

1. Cari dan tentukan buku baru nonfiksi yang akan dibuat resensi.

2. Catatlah identitas buku yang akan diresensi, seperti jenis buku, judul buku, nama
pengarang, nama penerbit, tahun terbit, tahun cetak, jumlah halaman, jenis kertas dan harga
buku.

3. Catat dan pahami tujuan dan latar belakang penulisan buku, dengan cara membaca kata
pengantar atau pendahuluan buku. Buatlah daftar pokok-pokok isi buku secara keseluruhan.

4. Tentukan kelebihan dan kekurangan isi buku.

5. Tulis ringkasan materi dari buku yang dibuat resensi secara jelas dan sistematis.

6. Pada akhir resensi berilah saran dan kesimpulan, apakah buku yang kita resensi tersebut
layak dibaca atau tidak.

Contoh Resensi Novel Negeri 5 Menara

Judul Novel : Negeri 5 Menara


Judul resensi novel : Negeri 5 Menara
Pengarang : A. Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Agustus 2010
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 424 hal

Resensi Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang merupakan novel best seller ini,
menceritakan kisah lima orang sahabat yang mondok di sebuah pesantren yaitu Pondok
Madani (PM). Novel best seller ini merupakan novel pertama dari trilogi yang secara apik
bercerita tentang dunia pendidikan khas pesantren, lengkap dengan segala pernak-pernik
kehidupan para santrinya.

Alif Fikri adalah seorang yang sangat menginginkan sekolah di SMA Bukittinggi Sumatera
Barat dengan berbekal nilai ujian yang lumayan bagus. Namun mimpinya seakan sirna,
musnah tak berbekas, karena Amaknya tidak mengijinkan. Beliau ingin Alif sekolah di
Madrasah Aliyah yang berbasik agama, dengan alasan Amak ingin Alif menjadi Ustad
(Ulama). Dengan setengah hati, Alif menerima keinginan Amaknya untuk sekolah agama.

Awal mulanya dia sangatkaget dengan segala peraturan ketat dan kegiatan pondok.
Untunglah, dia menemukan sahabat-sahabat dari berbagai daerah yang benar² menyenangkan.
Niatan setengah hatinya kini telah menjadi bulat. Di bawah menara PM inilah mereka berlima
justru menciptakan mimpi²i lewat imajinasinya menatapi langit dan merangkai awan-awan
menjadi negeri impian. Mereka yakin kelak impian itu akan terwujud. Karena mereka yakin
akan mantra ampuh yang mereka dapatkan dari Kyai Rais (Guru Besar PM), yaitu man jadda
wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

Kelebihan novel ini adalah mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok yang hanya
belajar agama saja. Karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar
ilmu umum seperti bahasa inggris, arab, kesenian dll. Pelajaran yang dapat dipetik adalah
jangan pernah meremehkan sebuah impian setinggi apapun itu, karena allah Maha mendengar
doa dari umatNya.

http://bse.annibuku.com

Anda mungkin juga menyukai