Anda di halaman 1dari 7

Soal Jawaban UAS

FLA – Etika

Dosen : David Tobing

Kelompok :

1. Adhitama Khossyi Muhammad Axel 01021170034


2. Arie Pangestu 01021170001
3. Erik Surya Setiawan 01021170004
4. Metta Katharina 01021170002
5. Prajna Ardhika Therawan 01021170013

1. Murdoch menyatakan bahwa egoisme memustahilkan moralitas. Benarkah pernyataan


itu? Berikan alasan Anda!
Jawab :
Pernyataan tersebut benar adanya. Dikarenakan menurut Murdoch ; aktivitas
kesadaran manusia sudah memuat nilai yang menggerakan manusia, yang artinya bahwa
nilai moralitas tidak hanya termuat dalam tindakan, tetapi juga termuat dalam pikiran.
Ditambah, Murdoch tegas menyatakan bahwa “True Vission Occasions Good Conduct”
yang berarti bahwa pikiran yang baik akan membawa diri kepada tindakan yang baik
pula.
Oleh dasar hal tersebut, dapat dikatakan bahwa egoisme yang merupakan suatu
pandangan diri (suatu pemikiran dan dasar sikap bertindak), sudah memuat suatu nilai
yang menggerakan manusia menjadi pribadi dengan orientasi tindakan keuntungan diri
sendiri dan tak acuh terhadap sekitar. Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa dengan
pikiran demikian, egoisme bisa membawa manusia melakukan tindakan yang buruk,
oleh karena itu bahwa “True Vission Occasions Good Conduct” tidak tercapai, sehingga
bisa dibilang bahwa egoisme memustahilkan adanya moralitas.
Ditambah lagi bahwa egoisme tidak akan dapat mengarahkan kearah “Yang Baik”
(yang dapat memandu ke arah yang lebih baik dan sempurna) karena tindakan egoisme
membuat kita tidak dapat membedakan baik dan buruk.
2. Utilitarian tergolong relativisme etis. Benar atau salahkah pernyataan itu? Berikan alasan
Anda!
Jawab :
Salah, utilitarian tergolong objektivisme etis. Dikarenakan, utilitarianisme melihat
bahwa wajib tidaknya tindakan ditentukan akibat yang baik atau manfaat dari tindakan
bagi sebanyak mungkin orang. Oleh karena harusnya mendapat manfaat/keuntungan
bagi sebanyak mungkin orang, bisa dipahami bahwa penentuan suatu tindakan wajib
tersebut ditentukan dengan memilah dari hasil pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan manfaat yang akan didapat.
Seperti contoh kasus ingin membuat Jakarta lebih maju dan modern, dengan
mengadakan penggusuran pemukiman kumuh dan kotor dan meninggikan harga pajak
sehingga sebagian warga Jakarta bisa lebih senang bisa merasakan kemajuan di Jakarta
walaupun minoritas merasa tidak ada keadilan.
Tentu pengambilan suatu tindakan tersebut didasarkan adanya alasan-alasan
dibaliknya dengan adanya pertimbangan kemungkinan manfaat melalui rasio (akal
pikiran), bukan karena menggunakan perasaan ataupun budaya yang mendasarinya.

3. Mengapa kita mesti menerima obyektivisme etis?


Jawab :
Kita harus menerima obyektivisme etis dikarenakan obyektivisme etis didasarkan
pada penggunaan rasio bukan perasaan ataupun budaya. Sehingga karena didasarkan
dengan penggunaan rasio, maka bisa dibilang bahwa tolak ukur suatu gagasan berada
pada objeknya. Oleh karena itu segala sesuatu yang di pahami adalah tidak bergantung
pada orang yang memahami (tidak subjektif).
Jadi bisa dibilang bahwa dikarenakan bergantung pada objek bukan pada orang yang
memahami, ada irisan yang menyatakan keuniversalan tanpa adanya pengkotak-kotakan
akibat pandangan masing-masing perasaan individu maupun pandangan masing-masing
budaya. Dan oleh karena didasarkan pada penggunaan rasio, dimungkinkan adanya
perdebatan dengan argumen-argumen masing-masing yang menuntun manusia kearah
pencerahan dari suatu masalah.
4. Karena merokok itu nikmat, maka merokok itu benar secara moral. Evaluasi argumentasi
moral di atas dan coba berikan kontraevidensi terhadap argumentasi moral itu!
Jawab :
Evaluasi argumentasi :
a. Sound/unsound
Argumen tersebut benar adanya karena adanya kesesuaian antara klaim dan
kenyataan bahwa dimana (bagi perokok) merokok itu sesuatu hal yang memberikan
kesan kenikmatan untuk menghilangkan stress. Akan tetapi argumen tersebut tidak
valid, dikarenakan adanya penyimpulan terhadap suatu klaim faktual saja sehingga
silogisme moral yang ada tidak benar. Seharusnya adanya suatu klaim moral
tambahan yang mendasari argumen tersebut sebelum masuk kepada kesimpulan
merokok benar secara moral.
Oleh karena itu, argumentasi moral tersebut unsound.

b. Fallacy / not
Argumen tersebut mengandung kesesatan natural, dikarenakan adanya
penyimpulan suatu hal bermoral karena sesuai dengan yang natural/alamiah.
Walaupun mencari kenikmatan merupakan sikap alamiah manusia, tetapi tidak
semua tindakan kenikmatan dapat dibenarkan secara moral.

c. Kontraevidensi
Apakah setiap hal yang menghasilkan kenikmatan dibenarkan secara moral?

Memperkosa memberi kenikmatan kepada pelakunya, apakah dengan demikian


memperkosa dibenarkan secara moral?

Jadi Argumentasi moral diatas salah adanya, dikarenakan argumen yang ada tidak sound,
dan disini yang baik direduksi semata-mata kepada kenikmatan. Adapun dikarenakan
disini memposisikan yang terjadi (is) sebagai yang seharusnya yang terjadi (ought). Dan
disini kontraevidensi membuktikan bahwa argumen merokok dibenarkan secara moral
tidak kuat adanya, sehingga argument dapat ditolak.

5. Coba identifikasi dari sudut pandang etika Kohlberg, eudamonia, utilitarian dan
deontologi, tergolong tindakan apakah “membayar pajak”!
Jawab :
Kohlberg : Membayar pajak merupakan tindakan yang menaati hukum. Berada pada
tahap perkembangan konvensional dan pascakonvensional, Dimana pada tahap
perkembangan konvensional berorientasi pada kelompok serta hukum & tatanan sosial
dan pada tahap perkembangan pascakonvensional lebih berorientasi pada keadilan.

Eudamonia : Membayar pajak merupakan tindakan yang dapat mengembangkan potensi


diri sebagai masyarakat yang lebih berbakti kepada negara. Dikarenakan dalam sudut
pandang eudamonia, potensi untuk mengembangkan diri merupakan tahap menuju
kebahagiaan. Salah cara pengembangan diri merupakan dengan berpartisipasi dalam
masyrakat.

Utilitarian : Membayar pajak merupakan tindakan yang dapat memberikan keuntungan

Deontologi : Membayar pajak merupakan tindakan yang memiliki kehendak baik


dikarenakan bahwa membayar pajak merupakan lebih terfokus pada kesadaran diri
sendiri.

6. Salah satu pembuktian eksistensi Tuhan adalah argumentasi Penggerak-Pertama (The


Unmover mover). Jelaskan argumentasi tersebut!
Jawab :
Dalam premis pertama disebut bahwa ‘setiap hal di dunia ini bergerak’. Dalam
premis kedua disebut bahwa ‘berdasarkan principle of sufficient reason, maka setiap hal
yang bergerak digerakkan hal lain, yaitu penggerak’. Dalam premis ketiga disebut bahwa
‘mustahil terjadi regresi tak berhingga antara yang bergerak dan penggerak’, sehingga
konklusinya adalah ‘penggerak pertama mesti ada dan itulah Tuhan’. Terjadinya regresi
tak terhingga dikarenakan tidak pernah menemukan penggerak, yang selalu ditemukan
adalah yang bergerak sehingga dapat dikatakan premis kedua salah. Tetapi jika premis
kedua salah, maka tidak akan dicapai adanya konklusi dan yang benar hanya premis
pertama saja, sehingga agar premis kedua tidak salah maka harus ada yang namanya
penggerak. Maka dari itu, penggerak pertama itulah yang disebut sebagai Tuhan, ini
membuktikan adanya eksistensi Tuhan di dunia.

7. Dari sudut pandang etika deontologi, menghormati orang tua adalah kewajiban moral.
Benar atau salahkan pernyataan itu? Jelaskan alasan Anda!
Jawab :
Pernyataan tersebut benar karena memenuhi ketiga syarat sebagai kewajiban moral
yang mutlak. Menghormati orang tua adalah bentuk dari hukum yang dibuat oleh diri
kita sendiri dan yang memerintah tindakan itu adalah diri saya sendiri, maka prinsip
otonomi tercapai. Menghormati orang tua bukan hanya dilakukan oleh 1 orang saja
melainkan seluruh orang yang di dunia ini melakukannya (universal), sehingga dapat
dikatakan hukum saya = hukum untuk orang lain maka prinsip hukum kodrat terpenuhi.
Menghormati orang tua adalah memperlakukan orang secara manusiawi sehingga dapat
dikatakan prinsip tujuan terpenuhi karena kita memperlakukan orang lain secara
bermanfaat.

8. Pada suatu hari, Anda bimbang antara menonton film “Captain Marvel” atau film “Dilan
1991”. Apakah yang Anda alami tergolong dilema moral? Jika ya, apa alasannya dan
tergolong dalam dilema apa? Jika tidak, apa alasannya?
Jawab :
Kebimbangan tersebut bukanlah termasuk kedalam dilema moral. Karena yang
dimaksud dengan dilema moral adalah suatu situasi yang dimana pelakunya seharusnya
melakukan tindakan A dan B, namun pelaku tidak dapat melakukan tindakan keduanya
secara bersamaan sehingga pelaku mustahil terhindar dari kesalahan moral.
Menonton film “Captain Marvel” atau film “Dilan 1991” bukanlah suatu keharusan
yang mendesak, karena menonton keduanya tidak wajib dilakukan pada saat yang
bersamaan. Jika memilih salah satu diantaranya pun, tidak ada kesalahan moral yang
bisa terjadi. Memilih salah satu diantaranya hanya akan membuat film yang satunya
harus ditonton lain waktu, tidak membuat dosa ataupun melanggar prinsip etis yang
harus dipatuhi.

9. Dalam prinsip-prinsip moral dasar, prinsip adil lahir dari prinsip sikap baik. Benar atau
salahkah hal itu? Berikan alasan Anda!
Jawab :
Benar adanya, dikarenakan prinsip sikap baik mendahului dan mendasari prinsip-
prinsip moral lain seperti prinsip keadilan atau dengan kata lain juga dapat dikatakan
bahwa prinsip sikap baik baru bisa diwujudkan melalui prinsip keadilan.
Karena, prinsip sikap baik yang mengusahakan akibat baik bagi sebanyak mungkin
orang dan mengusahakan sedapat-dapatnya mencegah akibat buruk dari suatu tindakan,
oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkanlah adanya prinsip lain yakni
salah satunya prinsip adil. Sehingga pengupayaan akibat baik bagi sebanyak mungkin
dan mencegah akibat buruk bagi tindakan dapat diimplementasikan melalui prinsip adil
yang hakikatnya memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya untuk
menghormati hak semua pihak yang bersangkutan. Jadi, dengan memberikan apa yang
menjadi haknya dan menghormati pihak yang bersangkutan , akibat baik bisa diusahakan
dan akibat buruk dapat dicegah.
10. Dalam pemikiran Iris Murdoch, prasangka adalah apa yang akan saya lakukan terhadap
orang lain. Benar atau salahkan pernyataan itu? Berikan alasan Anda!
Jawab :

Pernyataan “Prasangka adalah apa yang akan saya lakukan terhadap orang lain” adalah
salah. Pemikiran Iris Murdoch menyatakan tentang hubungan yang terjalin antara
manusia dengan manusia lainnya adalah cinta kasih.

Karena pada dasarnya, prasangka itu adalah suatu pandangan atau perspektif, dan yang
menghalangi manusia untuk ‘melihat dengan adil dan penuh kasih’ terhadap orang lain
adalah kodrat manusia itu sendiri, yaitu sifat egois.

Namun, moralitas melampaui egoisentrisme, maka apabila kita berprasangka buruk


terhadap seseorang, belum tentu kita akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap orang
tersebut karena ada keberadaan yang-baik yang memungkinkan kita untuk
menanggalkan ego kita terhadap orang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai