Anda di halaman 1dari 9

TEORI DEONTOLOGIS

Disusun Oleh :

AINUR RAHMAN
201510300511006
Mata Kuliah Etika Keperawatan

D-3 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Teori Etika Deontologi ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Ibu Aini Alifatin selaku dosen mata kuliah
Etika Keperawatan UMM yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Etika kita
sebagai calon Perawat, terutama kepada pasien di rumah sakit. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Malang, 4 Oktober 2015

Penyusun
Ainur Rahman

Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab I
L. Belakang
R. Masalah
Tujuan
Bab II
Pengertian
Tokoh
Faktor
Karakteristik
Analisis
Bab III
Daftar Pustaka

............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................
............................................................................

Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan
yang baik bagi kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan
dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika berhubungan dengan hal
yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika
berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang
mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena
etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik
berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral
yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan
pertimbangan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena
tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang
harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik
yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap
menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik
berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang
dilayani.
Dalam etika keperwatan ada 2 teori etik keperawatan yaitu
Teleologik dan Deontologi. Teori deontologi adalah konsep moral
yang menitikberatkan pada kewajiban. Konsep ini menyiratkan
adanya pembedaan di antara sekian kewajiban yang hadir bersamaan.
Satu persoalan kadang terlihat baik dari satu sudut pandang tetapi
buruk dari sudut pandang yang lain. Penilaian baik dan buruk tidak
semata-mata bertolak dari nilai kebaikan dan keburukan begitu saja

(David Mc Naughton). Baik dan buruk dinilai berdasarkan konteks


terjadinya suatu perbuatan. Bisa saja perbuatan A benar berdasarkan
prinsip-prinsip umum yang diterima oleh masyarakat, tetapi
konteksnya menyebabkan perbuatan itu terlihat buruk dan berdampak
negative manakala dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian secara umum Etika Deontologis ?
2. Siapa Tokoh Etika Deontologis ?
3. Bagaimana konsep Etika Deontologis ?
4. Dapat mengetahui contoh Etika Deontologis ?
C. Tujuan
1. Dapat mengerti pengertian dari Etika Deontologis
2. Dapat mengenal tokoh Etika Deontologis
3. Dapat mengerti tentang konsep dari Etika Deontologis
4. Dapat mengerti karakteristik Etika Deontologis
Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah etika keperawatan. Selain itu, juga agar mahasiswa
dapat mengenal dan memahami tentang Etika deontologi, sehingga
mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam ilmu
keperawatan.

Bab II : Isi
A.Pengertian

Etika deontologis adalah teori filsafat moral yang mengajarkan


bahwa sebuah tindakan itu benar kalau tindakan tersebut selaras
dengan prinsip kewajiban yang relevan untuknya. Akar kata Yunani
deon berarti 'kewajiban yang mengikat' dan logos berarti
pengetahuan. Istilah "deontology" dipakai pertama kali oleh C.D.
Broad dalam bukunya Five Types of Ethical Theory. Etika deontologis
juga sering disebut sebagai etika yang tidak menganggap akibat
tindakan sebagai faktor yang relevan untuk diperhatikan dalam
menilai moralitas suatu tindakan.
Dalam pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda
dengan Utilitarisme. Jika dalam Utilitarisme menggantungkan
moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka dalam Deontologi benarbenar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan.
Deontologi ( Deontology ) berasal dari kata dalam Bahasa Yunani
yaitu : deon yang artinya adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan
pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak
boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat
dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan.
Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya.
Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita
tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang
dihasilkan itu baik, karena dalam Teori Deontologi kewajiban itu tidak
bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
Contoh : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain
melalui ucapan dan perbuatan.
Para penganut etika deontologis, seperti Immanuel Kant (17241804) sebagai pelopornya misalnya, berpendapat bahwa norma moral
itu mengikat secara mutlak dan tidak tergantung dari apakah ketaatan
atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan atau tidak.
Misalnya norma moral "jangan bohong" atau "bertindaklah secara
adil" tidak perlu dipertimbangkan terlebih dulu apakah
menguntungkan atau tidak, disenangi atau tidak, melainkan selalu dan
di mana saja harus ditaati, entah apa pun akibatnya. Hukum moral
mengikat mutalk semua manusia sebagai makhluk rasional.

B.Konsep-konsep Deontologi
1. Sistem etika ini hanya menenkankan suatu perbuatan di
dasarkan pada wajib tidaknya kita melakukan perbuatan itu.
2. Yang disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah kehendak
yang baik, semua hal lain di sebut baik secara terbatas atau
dengan syarat. Contohnya : kesehatan, kekayaan, intelegensia,
adalah baik juka digunakan dengan baik oleh kehendak
manusia. Tetapi jika digunakan oleh kehendak jahat, semua hal
itu menajdi jahat sekali.
3. Kehendak menjadi baik, jika bertindak karena kewajiban. Kalau
perbuatan dilakukan dengan suatu maksud atau motif lain,
perbuatan itu tidak bisa di sebut baik, walaupun perbuatan itu
suatu kecendrungan atau watak baik.
4. Perbuatan dilakukan berdasarkan kewajiban, bertindak sesuai
dengan kewajiban si sebut legalitas. Dengan legalitas kita
memenuhi norma hukum.
Tokoh
Plato
Pandangan Plato tentang pencapaian hidup yang baik tidak lepas
dari teorinya mengenai jiwa dan ide-ide. [7] Untuk mencapai
kebahagiaan, jiwa manusia harus sampai kepada dunia ide-ide.[7] Hal
ini hanya bisa terjadi dengan cara pengandalan rasio atau akal budi.[7]
Aristoteles
Aristoteles menegaskan "kebahagiaan adalah sesuatu yang final,
serba cukup pada dirinya, dan tujuan dari segala tindakan...".[6]
Dengan demikian, semua tindakan yang bertujuan untuk
membahagiakan orang lain atau diri sendiri dikatakan baik.[6]
Thomas Aquinas
Filsuf sekaligus teolog Thomas Aquinas menegaskan bahwa Allah
adalah "tujuan" dari segala sesuatu.[6] Dengan demikian, segala
sesuatu yang berorientasi kepada Allah dikatakan "baik", dan segala
sesuatu yang tertuju di luar Allah dikatakan "jahat".[6]

Contoh kasus dari etika deontologi :


1. Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya
sesuai dengan tugas maka itu dianggap benar, sedang
dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.
2. Suatu tindakan bisnis akan dinilai baik oleh etika
deontology bukan karena tindakan itu mendatangkan
akibat baik bagi pelakunya melainkan karena tindakan
itu sejalan dengan kewajiban si pelaku untuk misalnya
menberikan pelayanan terbaik untuk semua
konsumennya, untuk mengembalikan hutangnya sesuai
dengan perjanjian , untuk menawarkan barang dan jasa
dengan mutu sebanding dengan harganya.
3. PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan
listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN,
tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan
adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang
kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering
terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana
contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang
tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi
enggan untuk berinvestasi. Dalam kasus ini, PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) sesungguhnya
mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi tidak
diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik,
karena PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan
listrik secara adil dan merata. Jadi menurut teori etika
deontologi tidak etis dalam kegiatan usahanya.

4. Baru-baru ini terjadi kasus penculikan generasi muda


yang dilakukan oleh teman facebooknya, yang belum
sama sekali bertemu. Tetapi, ada oknum yang
mengajak teman facebooknya bertemu kemudian
membawa lari teman facebooknya tersebut. Kasus ini
tentunya membuat para orang tua resah karena takut
terjadi hal yang serupa pada anaknya. Para generasi
muda yang menggunakan jejaring sosial memiliki niat
serta motif yang baik adalah untuk bersilaturahmi serta
mengenal dan memperbanyak teman. Tetapi oknumoknum yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan
hal ini untuk melakukan perbuatan yang tidak benar
seperti penculikan. Dari kasus ini ahli teori
deontologikal menilai perbuatan menggunakan
facebook ialah baik karena niatnya untuk menjaga
silaturahmi dan memperbanyak teman. Tetapi, bagi
para teleologikal tidak baik karena yang dilihat
teleogikal adalah akibat. Akibat dari perbuatan
menggunakan facebook ialah ada oknum yang
memanfaatkan kesempatan ini untuk penculikan.

Anda mungkin juga menyukai