TEORI ETIKA
KELOMPOK 8
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
2.1. Pengertian Etika Bisnis ................................................................................... 2
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Teori
Etika”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis dan
Profesi. Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Nurdina, S.E., M.S.A. selaku Dosen yang telah membimbing dalam
matakuliah ini. Kami berharap adanya saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan penyusunan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat dapat berguna untuk menambah wawasan serta menambah pengetahuan bagi
pembaca ataupun penulis.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama
bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku
yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.
Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena
pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk
mempunyai ukuran (criteria) yang berlainan. Etika terbagi menjadi tiga bagian
utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai
etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
a. Etika Deontologi
Istilah “Deontologi” berasal dari kata Yunani deon yang berarti
kewajiban. Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik. Misalnya, suatu tindakan bisnis akan dinilai baik oleh
etika deontology bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat baik bagi
pelakunya, melainkan karena tindakan itu sejalan dengan kewajiban si
pelaku. Seperti memberikan pelayanan yang baik kepada semua konsumen
dan sebagainya. Atas dasar itu, etika deontology sangat menekankan
motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari pelaku.
“Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai
buruk”, deontology menjawab : “karena perbuatan pertama menjadi
kewajiban kita dank arena perbuatan kedua dilarang”. Yang menjadi dasar
baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah
diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori
etika yang terpenting. Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi :
1.Supaya tindakan mempunyai nilai moral, tinndakan ini harus
dijalankan berdasarkan kewajiban.
2.Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan
dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun
tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik.
3.Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang
niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada
hokum moral universal.
Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sebagai perintah tak bersyarat
(imperatif kategoris), yang berarti hukum moral ini berlaku bagi semua
orang pada segala situasi dan tempat. Perintah bersyarat adalah perintah
yang dilaksanakan kalau orang menghendaki akibatnya, atau kalau akibat
dari tindakan tersebut merupakan hal yang diinginkan dan dikehendaki
oleh orang tersebut. Sedangkan perintah tak bersyarat adalah perintah
yang dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa
mengharapkan akibatnya, atau tanpa mempedulikan apakah akibatnya
tercapai dan berguna bagi orang tersebut.
b. Etika Teleologi
Etika Teleologi, berasal dari kata Yunani, telos = tujuan, yaitu mengukur
baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan
membawa akibat yang baik dan berguna.
Misalnya, mencuri bagi teleology tidak dinilai baik atau buruk
berdasarkan tindakan, melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu.
Kalau tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik. Seperti, seorang anak
kecil yang mencuri demi biaya pengobatan ibunya yang sedang sakit. Atas
dasar ini, dapat dikatakan bahwa etika teleology lebih situasional, kerena
tujuan dan akibat suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus
tertentu.
Dari sudup pandang “apa tujuannya”, etika teleologi dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu:
Teleologi Hedonisme (hedone= kenikmatan) yaitu tindakan yang
bertujuan untuk mencari kenikmatan dan kesenangan.
Teleologi Eudamonisme (eudamonia=kebahagiaan) yaitu tindakan
yang bertujuan mencari kebahagiaan hakiki.
Dari sudut pandang “untuk siapa tujuannya”, etika teleologi dibedakan
menjadi dua yaitu:
Egoisme Etis, yaitu tindakan yang pada dasarnya bertujuan untuk
mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinnya sendiri.
Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoism ini baru
menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedoistis,
yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan
semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar.
Utilitarianisme, yaitu tindakan yang berguna dan membawa manfaat
bagi semua pihak. Manfaat yang dimaksudkan utlitarianisme bisa
dihitung sama seperti kita menghitung untung dan rugi atau kredit
dan debet dalam konteks bisnis. Utilitarianisme, dibedakan menjadi
dua macam :
1. Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
2. Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)
c. Tori hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah
pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya
suatu perbuatan atau perilaku. Teori hak merupakan suatu aspek dari teori
deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban
bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat
manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok
dengan suasana pemikiran demokratis.
e. Teori Relativisme
Relativisme adalah teori bahwa masyarakat yang berbeda memiliki
keyakinan etis yang berbeda. Apakah tindakan secara moral benar atau salah,
tergantung kepada pandangan masyarakat itu. Relativisme etis mengingatkan
kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan moral yang
berbeda, dan kita hendaknya tidak secara sederhana mengabaikan keyakinan
moral kebudayaan lain ketika mereka tidak sesuai dengan standar moral kita.
Setelah melihat penting dan relevansi etika bisnis ada baiknya jika kita tinjau
lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu.
Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan
hukumnya ada pada negara. Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian
Indonesia akan ditopang oleh 3 pemain utama yaitu koperasi, BUMN/BUMD
(Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah), dan swasta yang akan
mewujudkan demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar, serta
intervensi pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan.
Penafsiran dari kalimat “dikuasai oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak
selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan
untuk melakukan kontrol dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar
perusahaan tetap berpegang pada azas kepentingan mayoritas masyarakat dan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN)
memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah
termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini
diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu
dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati,
dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan
alasan klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya
listrik yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan batubara
pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit
Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang
bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan
bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara
Karang.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika berasal dari kata Yunani ‘Ethos’ berarti adat istiadat. Etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun
pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yang
baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan
dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi yang lain.Tujuan etika
dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan
buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.Teori etika terdiri
dari 5 macam yaitu, teori deontologi, teori teleologi, teori hak, teori keutamaan,
dan teori relativisme.
DAFTAR PUSTAKA
Agus,sukrisno. dan I Cenik Ardana. 2014. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba
Empat.https://www.academia.edu/23493227/MAKALAH_ETIKA_BISNIS_TEORI_T
EORI_ETIKA_BISNIS_
Arfansyah Rachman (2016). Contoh Kasus Teori Etika Bisnis
http://etikabisnisrpa.blogspot.com/
Jannata, Della. (2016). Studi Kasus Pelanggaran Teori Etika Bisnis. Diambil
dari http://dellajannatapoliwangi14a.blogspot.co.id/2016/03/studi-kasus-pelanggaran-
teori-etika.html
Purba Rianto (2013). Teori Etika Bisnis http://riantopurba.blogspot.com/
Rizky, Ria. (2016). Studi Kasus Teori Etika Bisnis. Diambil
dari http://riarizky12.blogspot.co.id/2016/03/studi-kasus-teori-etika-bisnis.html