Oleh :
1. Muh. Fakhrul aqiel ( 90500119030 )
2. Tenriawaru surfa ( 90500119035 )
3. Wulan sari ( 90500119052 )
Kelas B
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan hidayah-
Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Etika Bisnis Syariah yang berjudul “ KONSEP
ETIKA DARI SUDUT PANDANG SECARA UMUM DAN ISLAM “
sebagai tugas penyajian makalah untuk mata kuliah Etika Bisnis Syariah .Terima kasih kami
ucapkan kepada Dr. Sitti Fatimah S.E.,M .M selaku dosen Etika Bisnis Syariah yang telah
memberikan bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa terima kasih
juga kami ucapkan kepada teman sekelompok yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan
makalah ini.Sebagai penulis kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembimbing dan pembaca
yang sifatnya membangun. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
JUDUL ..........................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. kesimpulan ..................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
Kata etika berasal dari kata ethos(bahasa yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subjek, etika berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan – tindakan
yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi
dari self control karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok itu sendiri. Etika disebut juga filsafat moral, cabang dari
Menurut para ahli, etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antar sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
sehari – hari. Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dengan
Terkadang kita sering memberi hukum kepada perbuatan seseorang bahwa “ia
baik”, “ia buruk”, benar atau salah, hak atau batil. Hukum ini merata diantara manusia, baik yang
tinggi kedudukannya maupun yang rendah. Padahal banyak orang yang belum tahu dengan apa
kita mengukur sesuatu itu benar atau salah.
Dalam hal ini kita akan mengetahui baik dan buruknya suatu hal melalui etika.
Itulah yang mendorong kami untuk membahas tentang etika ini. Dengan mempelajari ilmu etika,
diharapkan bisa membedakan hal yang baik dan yang buruk., sehingga kita bisa menjaga tingkah
laku kita agar selalu baik.
Pembahasan dalam makalah ini dimulai dari pembahasan tentang pengertian etika secara umum
dan etika secara pandangan islam ,begitupun kita mengetahui manfaat dan pentingnya
mempelajari etika itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari rumusan masalah di atas antara lain:
2. Agar memahami peran serta manfaat etika secara umum dan dalam islam
3. Untuk mengetahui tujuan etika itu dipelajari baik secara umum dan islam
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian etika
Etika (Yunani kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah
sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan tanggung jawab.
Istiah etika secara umum merujuk pada baik buruknya perilaku manusia. Etika
juga diartikan sebagai perangkat aturan moral yang membedakan apa yang benar dari apa
yang salah dari macam-macam tingkah laku manusia. Etika adalah bidang normatif yang
menegaskan secara tegas batas-batas wilayah antara apa yang seharusnya dengan apa
yang tidak seharusnya dilakukan seseorang.
Etika sebagai dasar baik dan buruk yang menjadi referensi pengambilan keputusan
individu sebelum melakukan serangkaian kegiatan. Etika bukan hanya larangan-larangan
normatif, tetapi lebih merupakan puncak akumulasi kemampuan operasionalisasi
intelegensi manusia .
Etika merupakan sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah
refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun
sebagai kelompok.
Menurut Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Yang
memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas. Sedangkan
etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma atau ajaran moral tersebut .
Etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat .
Etika adalah refleksi kritis terhadap moralitas maka etika tidak bermaksud untuk
membuat orang bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja. Etika memang pada
akhirnya menghimbau orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas, tetapi bukan
karena tindakan itu diperintahkan oleh moralitas, melainkan karena ia sendiri tahu bahwa
hal itu memang baik baginya.
Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Karena setiap tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi
yang bebas dengan selalu bersedia untuk mempertanggungjawabkan tindakannya itu
karena memang ada alasan-alasan dan pertimbagan-pertimbangan yang kuat mengapa ia
bertindak seperti itu. Maka kebebasan dan tanggung jawab adalah kondisi dasar bagi
pengambilan keputusan dan tindakan yang etis .
B. Teori Etika
1. Egoisme
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme.
Pertama, egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan
manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self servis). Menurut teori ini, orang
boleh saja yakin ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun
semua tindakan yang terkesan luhur dan atau tindakan yang suka berkorban tersebut
hanyalah sebuah ilusi. Pada kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri.
Menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme, yaitu suatu
tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan
mengorbankan kepentingan dirinya.
Kedua, egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-
interest). Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan
kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri sendiri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain.
2. Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti manfaat atau kegunaan. Menurut teori
ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Utilitarianisme adalah etika yang mengajarkan tentang apa yang berguna itu adalah baik
atau menilai baik/buruk, banar/salah, adil/tidak adilnya suatu perbuatan berdasarkan pada
hasil atau kosekuensi.
Menurut teori ini juga, suatu tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat bagi
sebanyak mungkin anggota masyarakat (the greatest happiness of the greatest number).
Paham utilitarianisme sebagai berikut:
a) Ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari
tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak,
b) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan,
c) Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu,
sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut pandang kepentingan orang banyak
(kepentingan orang banyak).
3. Teleologi
Teleologi yaitu teori yang mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan
tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan
oleh tindakan itu. Misalnya, mencuri bagi etika teleologi tidak dinilai baik atau buruk
berdasarkan baik buruknya tindakan itu sendiri, melainkan oleh tujuan dan akibat dari
tindakan itu.
4. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. Yang
menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Paradigma teori deontologi paham berbeda dengan paham egoisme dan utilitarianisme,
yang keduanya sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan memberikan manfaat
entah untuk individu (egoisme) atau untuk banyak orang/kelompok masyarakat
(utilitarianisme), maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan
merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut
dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi,
atau tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teleologi.
Sangat berbeda dengan paham teleologi yang menilai etis atau tidaknya suatu tindakan
berdasarkan hasil, tujuan, atau konsekuensi dari tindakan tersebut, paham deontologi
justru mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali
dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu
tindakan tidak boleh menjdi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu
tindakan.
Walaupun teori deontologi tidak lagi mengkaitkan kriteria kebaikan moral dengan
tujuan tindakan sebagaimana teori egoisme dan ulitarianisme, namun teori ini juga
mendapat kritikan tajam terutama dari kaum agamawan. Kant mencoba membangun
teorinya hanya berlandaskan pemikiran rasional dengan berangkat dari asumsi bahwa
karena manusia bermartabat, maka setiap perlakuan manusia terhadap manusia lainnya
harus dilandasi oleh kewajiban moral universal. Tidak ada tujuan lain selain mematuhi
kewajiban moral demi kewajiban itu sendiri.
5. Teori Hak
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut
sesuai dengan HAM. Menurut Bentens (2000), teori hak merupakan suatu aspek dari
deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Bila
suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama
merupakan kewajiban bagi orang lain. Teori hak sebenarnya didasarkan atas asumsi
bahwa manusia mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang
sama.
Dalam pemikiran moral dewasa ini, teori hak adalah pendekatan yang paling banyak
dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
6. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Keutamaan didefinisikan sebagai disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000). Teori keutamaan tidak
menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang tidak etis. Teori ini tidak
lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-
sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia
utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Karakter/sifat
utama dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah melekat/dimiliki oleh
seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai
baik.
Mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara moral disebut manusia hina.
Bertens (2000) memberikan contoh sifat keutamaan, antara lain: kebijaksanaan, keadilan,
dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku bisnis, sifat utama yang perlu dimiliki
antara lain: kejujuran, kewajaran (fairness), kepercayaan dan keuletan.
Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir
yang ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk
memperoleh kebahagiaan surgawi. Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat kristen,
yang mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh
kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral
dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak
baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaiman dituangkan dalam kitab suci.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu etika umum dan etika khusus.
1. Etika umum berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak
ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
2. Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Etika khusus dibagi mnjadi dua yaitu etika individual dan etika sosial. Etika
individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. Etika
sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
umat manusia.
Etika memiliki peran dan manfaat yang penting di dalam kehidupan kita. Di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Manusia hidup dalam jajaran norma moral, religius, hukum, kesopanan, adat istiadat dan
permainan. Oleh karena itu, manusia harus siap mengorbankan sedikit kebebasannya.
2. Norma moral memberikan kebebasan bagi manusia untuk bertindak sesuai dengan kesadaran
akan tanggung jawabnya. Menaati norma moral berarti menaati diri sendiri, sehingga manusia
menjadi otonom dan bukan heteronom.
3. Sekalipun sudah ada norma hukum, etika tetap diperlukan karena norma hukum tidak
menjangkau wilayah abu-abu, norma hukum cepat ketinggalan zaman, sehingga sering terdapat
celah-celah hukum, norma hukum sering tidak mampu mendeteksi dampak secara etis
dikemudian hari, etika mempersyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang kejujuran, keadilan
dan prosedur yang wajar terhadap manusia, dan masyarakat, asas legalitas harus tunduk pada
asas moralitas.
4. Manfaat etika adalah mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan
secara otonom, mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang tertib, teratur,
damai dan sejahtera.
5. Etika dapat membuka mata manusia untuk melihat baik buruk akan suatu tingkah laku.
6. Etika dapat menyelidiki dengan seksama segala perbuatan yang dikemukakan kepadanya,
dengan tidak tunduk dalam menentukan hukumnya kepada kebiasaan orang, tetapi segala
pendapatnya hanya di ambil dari pandangan (theory) ilmu pengetahuan, peraturannya dan
timbangannya.
7. Etika mempengaruhi dan mendorong kehendak kita supaya membentuk hidup suci dan
menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan dan memberi faedah kepada sesama manusia
Etika Islam (bahasa Arab: )أخالق إسالميةatau "Adab dan Akhlak Islamiyah" adalah
etika dan moral yang dianjurkan di dalam ajaran Islam yang tercantum di dalam Al-
Quran dan Sunnah, dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi Muhammad ﷺ, yang di
dalam akidah Islamiyah dinyatakan sebagai manusia yang paling sempurna akhlaknya.
Terdapat banyak dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menyebutkan tentang
tingginya kedudukan seseorang yang beradab dan berakhlak yang baik, di antaranya:
Dari Al-Qur'an:
“ ” الذين ينفقون في السراء والضراء والكاظمين الغيظ والعافين عن الناس وهللا يحب المحسنين
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
— QS.Ali-Imran: 134[5].
Etika adalah sebuah ilmu yang saat ini sudah berdiri sendiri, pada awalnya, Etika
merupakan bagian dari ilmu Filsafat. Etika sering disamakan dengan ahlak dan moral,
namun banyak juga para ahli yang membedakan keduanya.
tingkah laku, perbuatan dan budi pekerti manusia yang dapat dilihat dari fenomena
eksternal. Istilah ilmu Etika itu sama dengan ilmu ahlak yaitu ilmu yang membahas nilai-
nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia dari segi baik dan buruknya. Ahlak itu
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang menimbulkan bermacam-macam pola
tingkah laku secara spontan dan mudah; tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
(Imam Ghazali, III: 56).
Etika secara bahasa adalah ilmu yang berkenaan tentang yang buruk dan tentang hak
serta kewajiban moral. Etika juga bermakna nilai mengenai benar dan salah yang dianut
seseorang. Etika artinya tatasusila atau tatacara pergaulan. Makna dasar dari etika adalah
ethos (Yunani) yaitu adat kebiasaan. Sebagaimana firman allah SWT :
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Surat Al-Qalam/68:
4).
Etika Qurani mempunyai ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan etika lain.
Etika Qurani sekurang-kurangnya mempunyai lima ciri utama, yaitu:
1. pertama, Rabbani
2. kedua, manusiawi
3. ketiga, universal
4. keempat, keseimbangan
5. dan kelima, realistik
Jika kita menspesifikasikan kalimat Etika manusia kepada Allah itu salah satunya hanya
dengan bertakwa kepada Allah, karena takwa menjaga hubungan diri dengan Allah,
dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa ini menjadi tolak
ukur seseorang dalam pandangan Allah (al-Hujurat/49:13). Dan hamba-Ku yang selalu
mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnat maka Aku akan mencintainya
(HR. Bukhari, 6502).
Cara beretika manusia kepada Allah ini harus ada penunjang perangkat elemen
substansialnya agar semuanya mengandung nilai-nilai positif. Adapun cara
merealisasikannya yaitu: Ikhlas, Hub, Khusu’, Tawakkal, Zikir, Syukur, Sabar, Tobat dan
Do’a.
Ikhlas
Ikhlas Secara spesifik( تخليص القلب عن شائبة الشوب المكدرmenyelamatkan hati dari campuran
yang dapat mengotorinya.
Hubb artinya cinta, senang, atau suka. Kecintaan kepada Allah adalah tujuan yang terjauh
dan termasuk derajat paling tinggi, sedangkan kerinduan, kesenangan dan keridhaan
mengikuti kecintaan. Mahluk yang paling bahagia di akhirat adalah yang paling kuat
cintanya kepada Allah Ta’ala. Seorang pujangga cinta jika telah jatuh cinta kepada
kekasihnya, apapun badai yang menghalangi kehidupan mereka, mereka akan
memberikan nyawa sebagai taruhannya. Bagaimana jika cinta kita melebihi dari segala-
galanya, Allah akan selalu memberikan kehidupan yang layak di dunia maupun di
akhirat.
Khusu’
Khusu’ adalah ketundukan hati, perasaan dan pikiran kepada Allah.Dalam Al-Qur’an
istilah khusu’ sering di kaitkan dengan pelaksanaan ibadah shalat. Orang-orang yang
melakukan shalat dengan khusu’ akan mendapatkan kebahagian dan kemenangan (Surat
Al-Mukminun/23: 2). Dari pengertian di atas kita bisa menyimpulkan bahwa khusu’
meyakini akan pertemuan dengan allah dan akan kembali kepada-Nya. Mengadakan
hubungan kepada Allah, pemusatan konsentrasi adalah merupakan syarat utama.Khusu’
ini sangat erat kaitannya dengan ikhlas, karena sikap ikhlas seseorang itu membutuhkan
kekhusu’an, terutama dalam hal ibadah kepada-Nya.
Tawakkal
Tawakkal ialah menyerahkan atau mewakilkan. Dalam hal ini yang dimaksud
tawakkal adalah menyerahkan suatu urusan kepada allah[2]. Allah menegaskan di dalam
Al-Qur’an orang yang menyerahkan segalanya kepada Allah maka Allah
akanmencintainya (Surat al-Imran/3: 159 dan Surat al-Anfal/8: 2).
Kedua makna yang saling bergandengan itu menunjukkan kedudukan yang sangat
penting dalam ajaran islam. Imam Ghazali menuturkan pendapatnya tentang makna
keduanya, perintah bersyukur secara bergandengan dengan perintah zikir menunjukkan
kedudukan yang penting itu.
Zikir dan Syukur sebuah kata yang komprehensif tetapi mencakup perbuatan hati, lisan
dan anggota-anggota tubuh yang lain. Syukur merupakan motif tertinggi dalam ibada
kepada Allah.Syukur tidak bersifat sepihak, tetapi resiprokal.Memberi dan menerima
syukur secara timbal balik merupakan hubungan yang ideal antara Allah dan manusia.
Sedangkan zikir jika disertai dengan hati yang ikhlas maka akan menghadirkan
ketenangan dalam kehidupan kita. Saya tidak pernah melihat kemaksiatan yang paling
besar kecuali orang yang berzikir tapi tidak disertai dengan hati (Imam Nawawi dalam
kitab Irsyadul ‘Ibad bab al-Azdkar).
Sabar
Sabar ialah keteguhan jiwa dalam menghadapi berbagai nikmat, bencana, atau
tantangan.Sabar ini tidak bersifat statis atau pasif. Tetapi, sabar itu sebuah sifat yang
tidak pantang menyerah sebelum apa yang ia capai, apa yang diterima itu ia dapat. Allah
itu bersama orang-orang yang sabar (Surat Al-Baqarah/2: 153).Sabar ini merupakan
bentuk relasi antara manusia dengan tuhannya.
bahkan setiap individu dipacu atau diwajibkan untuk mempunyai sifat sabar ini, jika ia
ingin kepada derajat yang tinggi dalam hidup, baik secara materi maupun maknawi,
dalam kapasitas sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.
Ambillah dari temanmu mana yang baik dan tinggalkan mana yang buruk, ini semua agar
dalam bergaul akan tercipta norma-norma dan nilai-nilai di dalam pergaulan dan
persahabatan. terkandung makna pergaulan antar sesama manusia
a. pertama, berbuat baik kepada kedua orang tua.
b. Kedua, berbuat baik kepada kerabat.
c. Ketiga, berbuat baik kepada anak yatim
d. .Keempat, berbuat baik kepada orang-orang miskin.
e. Kelima, berbuat baik kepada tetangga dekat dan jauh
f. .Keenam, berbuat baik kepada suami istri
g. .Ketujuh, berbuat baik kepada ibnu sabil atau musafir dan para tamu.
h. Kedelapan , berbuat baik kepada semua orang tanpa terkecuali.
Etika ini sangat erat kaitannya dari pendidikan yang diajarkan oleh keluarganya kepada
anak-anaknya maupun yang ada dalam lingkungan rumah tersebut, karena tanpa
pendidikan manusia akan mengalami keterpurukan norma-norma dan nilai-nilai syariat.
“Tidaklah mungkin seorang anak bisa membalas (budi baik) orang tuanya kecuali jika ia
menemukan orang tuanya itu sebagai budak, lalu ia membelinya dan membebaskannya”.
[6]
Sungguh ibu telah mengandung serta menyusui dalam keadaan lemah dan bertambah
lemah, rahimnya terdapat udara, payudaranya terdapat kesegaran, walaupun seseorang
mampu berbuat demikian. Sungguh terdapat perbedaan krusial, karena ibu
mengaharapkan keselamatan anaknya, sedangkan yang lain mengharapkan kematian
keduanya.
Siapapun kita, tentu tidak ingin menjadi anak durhaka atau orang tua yang mempunyai
anak yang durhaka. Ragam kriminalitas kedurhakaan anak terhadap orang tua telah
banyak kita saksikan di berbagai media massa; anak mengusir orang tua, memukul
bahkan sampai ada yang membunuhnya.Kedurhakaan anak terjadi dengan sendirinya,
seakan tanpa ada sebab dan pengaruh yang mengarahkan anak untuk bertindak durhaka.
Kondisi ini diperparah lagi dengan rendahnya pemahaman akan nilai-nilai Islam secara
praktis dalam soal perawatan lingkungan, sehingga tidak mengherankan, di dunia muslim
kita menjumpai banyak sungai menjadi tempat pembuangan akhir sampah. Atau
masyarakat masih menganggap lingkungan atau bumi ini merupakan tempat yang bisa
diperlakukan sekehendak hati mereka, tanpa mempedulikan masa depan dan tanggung
jawab mereka sebagai khalifah.
Jelas, perilaku semacam ini sangat bertentangan dengan semangat Islam sesungguhnya
yang menyuruh berbuat kebaikan dan tidak membuat kerusakan . Menghormati segala
makhluk di bumi karena mereka juga ummat seperti halnya manusia. dan sebagai
khalifah manusia telah sanggup menerima amanah, sedangkan makhluk yang lain seperti
langit, bumi, dan gunung-gunung enggan menerimanya.
5. Etika berbusana
Pedoman berbusana baik laki-laki atau perempuan sangat menentukan kepribadian
seseorang. Kerapian memakai busana atau pakaian akan mencerminkan bagaimana
seseorang memandang kehidupan ini, karena seseorang pertama yang akan dilihatnya apa
yang tampak oleh panca indranya tanpa bisa dipungkiri. Maka dalam pendidikan telah
kita kenal metode praktek dan teladan dalam hal ini diungkap bagaimana pelaksanaan
sesuatu untuk ditiru, terutama bila hal itu dilaksanakan oleh orang yang mempunyai
kedudukan tertinggi serta para penyampai ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Dalam Al-qur’an Surat An-Nur ayat 30, Allah SWT memerintahkan kepada kaum laki-
laki dan kaum perempuan untuk selalu menundukkan pandangannya serta menjaga
kehormatan dirinya. Kehormatan diri disini bisa diartikan apabila seseorang menjaga
busana atau pakaiannya dengan memakai pakaian yang telah ditentukan syarat mutlaknya
oleh Allah SWT tentang batas-batas aurat kaum laki-laki dan kaum perempuan, pakaian
yang tidak mengundang gairah atau keinginan seseorang untuk melakukan hal-hal yang
tidak diperbolehkan. Sekarang ini justru telah hilangnya harga diri baik itu laki-laki
maupun perempuan, padahal Sunnah nabi telah menyatakan batas aurat laki-laki antara
pusat dan lutut sedangkan perempuan seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak
tangannya. Saat ini laki-laki sudah memakai pakaian perempuan dan begitu pula
perempuan sudah menyerupai gaya pakaian dan tingkah pola laku laki-laki. Barangsiapa
meniru suatu kaum maka dia akan termasuk pada golongan tersebut (Hadits).Tetapi
nasihat ini sirna seketika tanpa diketahui oleh kebanyakan kaum laki-laki dan kaum
perempuan, seorang laki-laki bangga dengan memakai anting-anting dan sebagainya dan
perempuan bangga dengan memakai pakaian yang tidak menutup auratnya, sudah
bergantian peraturan batas aurat di antara keduanya.
Cara pemeliharaan kehormatan diri ialah dengan tidak menampakkan lekuk-lekuk tubuh
kepada orang lalin.Pakaian yang tipis dan sempit ini dipandang oleh beberapa pakar
ilmuwan kita seperti tidak memakai pakaian, karena mereka tidak lebih hanya untuk
mempertontonkan lekuk tubuhnya kepada khalayak.Dengan begitu, harga manusia seperti
harga hewan yang suka memamerkan kegemukan tubuhnya dan untuk
memperjualbelikan harga dirinya. Dalam sunnah shahih telah disebutkan larangan
memakai pakaian yang ketatbagi kaum wanita.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesempurnaan manusia, menurut Ibnu Maskawih: terletak pada dua pokok, pertama,
potensi berpengetahuan yang dengannya dia aktualkan sehingga dapat meraih aneka ilmu
dan ma’rifah. Sedang yang kedua, potensi ‘amaliah yang tercermin kesempurnaannya
pada pengaturan yang baik menyangkut tata cara pribadi dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
[5] . HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Baihaqi, dan perawi-perawi hadits ini shahih.
[7]. Hadits riwayat Ahmad (V/205) dari jalur Abdullah bin Muhammad bin Uqeil dari
Ibnu Usamah bin Zaid dari ayahnya