Anda di halaman 1dari 26

Kelompok 5

ETIKA PROFESI DALAM AKUNTANSI

“Etika Dalam Akuntansi Manajemen”

Dosen Pengampu : Dr. Sri Rahayu, S.E., MSA.,Ak.,CA

Disusun Oleh :

1. ADI SURAHMAT (P2C318004)


2. SISTI NURJANAH (P2C318010)
3. ARLIANTO DWI CAHYADI (P2C318041)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobilalamin, segala puji bagi Allah sang pencipta alam


semesta yang telah memberikan petunjuk dan inayahnya sehingga pembuatan
tugas ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Pembuatan tugas ini guna memenuhi persyaratan tugas Etika Profesi


Dalam Akuntansi pada Program Magister Ilmu Akuntansi Universitas Jambi.

Kami sadar akan keterbatasan kami dalam menulis tugas ini, kiranya
apabila terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan, penulisan,
maupun penyajiannya, penulis memohon maaf dan kiranya kami mohon
dukungan dari dosen pembimbing Ibu Dr. Sri Rahayu, S.E., Ak., M.SA untuk
memberi kritik dan masukan guna menyempurnakan makalah ini.

Kami menyadari bahwasanya dalam menyelesaikan makalah ini banyak


menemukan berbagai kendala sehingga izinkan kami menyampaikan permohonan
maaf apabila ditemukan kekurangan dalam pembasan nantinya. Semoga Allah
SWT senantiasa memberikan kebaikan, kemudahan dan keberkahan untuk kita
semua.

Amin... amin....amin YRA

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Etika dan Etika Profesi ............................................ 2
2.2 Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Manajemen .................... 5
2.3 Etika Profesi Dalam Akuntansi Manajemen ............................. 6
2.4 Whistle Blowing System (WBS) ............................................... 9
2.5 Beberapa Istilah Terkait Contoh Kasus ..................................... 10

BAB III PEMBAHASAN KASUS ETIKA AKUNTANSI MANAJEMEN


3.1 Kasus: Transfer Pricing, Hedging dan Biaya Fiktif .................. 14
3.2 Pembahasan Etika Dalam Kasus Asian Agri ............................ 20

BAB III KESIMPULAN ......................................................................... 22


Kesimpulan............................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu entitas atau perusahaan membutuhkan informasi yang akan digunakan dalam
pengambilan keputusan. Sebelum keputusan diambil, perlu adanya perumusan strategi,
perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan dengan memanfaatkan semua sumber
daya yang ada di perusahaan. Disini peran penting dari seorang akuntan manajemen sangat
dibutuhkan bukan hanya sekedar untuk mencatat transaksi namun juga harus memastikan
proses produksi atau jasa yang dihasilkan benar-benar produktif dan menguntungkan bagi
entitas/perusahaan.
Meskipun pada umumnya, akuntan manajemen adalah orang yang bekerja sebagai
pegawai di sebuah entitas/perusahaan, namun integritas dan kompetensinya harus
dipertahankan dan dijaga dengan baik. Seorang akuntan manajemen dapat mempengaruhi
laba dan rugi suatu entitas apabila dilakukan dengan baik atau sebaliknya. Kondisi ini
menuntut akuntan manajemen untuk bekerja secara profesional.
Meskipun pada umumnya, akuntan manajemen adalah orang yang bekerja sebagai
pegawai di sebuah entitas/perusahaan, namun integritas dan kompetensinya harus
dipertahankan, karena jika tidak maka dapat menimbulkan terjadinya penyimpangan yang
berdampak pada individu, Pemegang Saham, entitas dan atau pemerintah. Hal ini seperti
kasus yang terjadi pada proses transfer pricing yang dilakukan oleh PT Asian Agri dan anak
perusahaannya yang menyebabkan negara menjadi rugi. Disinilah kita akan melihat betapa
etika seorang akuntan manajemen diperlukan sehingga tidak menimbulkan adanya kerugian
baik bagi entitas, negara maupun pihak lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
a. Menjelaskan bagaimana konsep dasar etika dalam akuntan manajemen?
b. Bagaimana contoh adanya pelanggaran etika dalam akuntan manajemen?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami konsep dasar etika dalam akuntan manajemen.
2. Memahami contoh-contoh pelanggaran akuntan manajemen
3. Memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi dalam Akuntansi.

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 1


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Etika dan Etika Profesi


2.1.1 Pengertian Etika
Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaaan yang berkenaan dengan hidup yang baik
dan buruk (kanter, 2001) dalam Soekirno dan Ardana, 2009:26.
Etika menurut Bertens,2001 dapat dilihat dari sisi praksis dan refleksi. Ketika
etika sebagai praksis diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral baik yang
dipraktikan atau justru tidak dipraktikan,walaupun seharusnya diparaktikkan. Dan
ketika etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral.
Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam pengertian sebagai berikut:
 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban
moral (ahlak);
 Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak;
 Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dengan demikian, secara umum Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengertian etika
secara umum adalah suatu peraturan atau norma yang bisa digunakan sebagai acuan
bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan sifat yang baik dan buruk yang
dilakukan oleh seseorang serta merupakan suatu kewajiban dan tanggungan jawab
moral.
Beberapa Teori Etika yang mendasari lahirnya klasifikasi etika (Soekirno dan
Ardana, 2009: 44):
a. Teori Egoisme
Pandangan Egoisme adalah tindakan dari setiap orang yang bertujuan untuk
mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Dikemukakan oleh Rachel
(2004) yang memperkenalkan dua konsep yang berkaitan dengan egoisme, yaitu
egoisme psikologis dan egoisme etis.
 Egoisme psikologis adalah teori yang menjelasakan bahwa semua tindakan
manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Berdasarkan teori
ini orang boleh saja percaya bahwa ada perbuatan luhur dan penuh

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 2


pengorbanan yang dilakukan tetapi ternyata hanya ilusi belaka, karena pada
kenyataannya setiap orang hanya perduli pada dirinya sendiri dengan
mengabaikan atau merugikan pihak lain.
Jadi menurut teori ini tidak ada tindakan altruisme, yaitu tindakan yang peduli
pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan
mengorbankan kepentingan dirinya sendiri.
 Egoisme etis adalah tindakan yan didasari oleh kepentingan diri sendiri ( self
interest). Teori ini berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela
kepentingan diri namun juga tidak mengatakan bahwa anda harus menghindari
tindakan menolong orang lain (yang dianggap menolong diri sendiri).
Adapun yang membedakan egoisme psikologis dan egoisme etis adalah akibatnya
pada orang lain. Pada egoisme psikologis ditandai dengan mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain sedangkan pada egoisme etis tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain.
b. Teori Utilitarianisme
Utilitarisme berasal dari kata latin utilis yang berarti bermanfaat. Berdasarkan teori
ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika banyak membawa manfaat bagi
sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah berikut : “the greatest
happiness of the greatest numbers”.
c. Teori Deontologi
Paham ini berpendapat etis atau tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama
sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi
tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu
tindakan. Suatu perbuatan tidak menjadi baik karena hasilnya baik. Hasil baik tidak
pernah menjadi alasan dibenarkannya suatu tindakan, melainkan karena kita wajib
menjalankan tindakan tersebut demi kewajiban itu sendiri.
d. Teori Hak
Teori ini juga dikemukakan oleh Immanuel Kant, dalam teori ini suatu tindakan
atau perbuatan dianggap baik bila sesuai dengan hak asasi manusia. Teori hak
merupakan aspek dari teori deontologi karena hak tidak dapat dipisahkan dengan
kewajiban. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia mempunyai martabat
dan semua manusia mempunyai martabat yang sama.
e. Teori keutamaan (Virtue theory)

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 3


Teori ini berangkat dari manusianya, tidak lagi mempertanyakan suatu
tindakan,tetapi barangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang
dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan mengetahui
sifat-sifat atau karakter manusia hina. Dengan demikian sifat utama dapat
didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah melekat yang dimiliki
seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku secara moral yang
dinilai baik sedangkan yang bertingkah laku buruk secara moral disebut manusia
hina.

2.1.2 Pengertian Profesi dan Etika Profesi


Profesi
Profesi adalah pekerjaan dari kelompok terbatas orang-orang yang memiliki
keahlian khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman lain atau
diperoleh melalui keduanya sehingga penyandang profesi dapat membimbing atau
memberi nasehat/saran atau juga melayani orang lain dalam bidang usahanya (Karten,
2001).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi adalah bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan dan keahlian (keterampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu.
Guna melihat lebih jauh tentang profesi, dapat dipelajari melalui beberapa kriteria
sebagai berikut (Prihanto, 2018: 63):
1. Profesi dikenal dengan adanya keahlian dan keterampilan khusus.
2. Profesi menuntut adaanya konsekuensi atas komitmen moral yang tinggi
3. Profesi menjadi penghidupan/mata pencaharaian.
4. Adanya jiwa sosial serta loyalitas untuk mengabdi ke masyarakat.
5. Profesi biasanya memiliki izin khusus mengingat profesi mempengaruhi
kepentingan orang banyak.
Dengan demikian profesi dapat disimpulkan sebagai suatu pekerjaan yang
membutuhkan ilmu pengetahuan atau keterampilan khusus sehingga orang yang
memiliki pekerjaan tersebut harus mengikuti pelatihan tertentu agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
Etika Profesi
Secara umum, pengertian etika profesi adalah suatu sikap etis yang dimiliki
seorang profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengembang
tugasnya serta menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 4


(profesi) dalam kehidupan manusia. Etika Profesi dapat diartikan juga sebagai sikap
hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat
dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
Etika profesi atau kode etik profesi sangat berhubungan dengan bidang pekerjaan
tertentu yang berhubungan langsung dengan masyarakat atau konsumen. Konsep etika
tersebut harus disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berada di lingkup kerja
tertentu, misalnya; akuntan, dokter, jurnalistik dan pers, guru, engineering (rekayasa),
ilmuwan, dan profesi lainnya.

2.2 Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Manajemen


Akuntansi
Akuntansi adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam
bentuk angka, menglkasifikasikan, mencatat, meringkas, dan melaporkan
aktivitas/transaksi perusahaan dalam bentuk informasi keuangan (Rudianto, 2013:9).
Akuntansi didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan pengomunikasian
informasi ekonomi yang menghasilkan informai yang bergunabagi pembuatan
kebijakandan keputusan oleh pemakainya (Syamrin, 2015: 4)
Akuntansi secara umum dapat diartikan sebagai proses mencatat,
mengklasifikasikan, meringkas, mengelola dan menyajikan data, transaksi serta
kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang
yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan
serta tujuan lainnya.
Informasi akuntansi dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, antara
lain: manajemen internal entitas, pemilik, kreditur, pemerintah, analisis keuangan dan
karyawan. Manajemen perusahaan membutuhkan informasi akuntansi untuk
pengambilan keputusan manajerial dan bisnis, Pemilik berkepentingan terhadap
investasi dan hasil investasi yang diharapkannya, kreditur berkepentingan terhadap
kemampuan bayar terhadap kewajiban perusahaan dalam menyelesaikan pinjamannya,
pemerintah memerlukan informasi terhadap pajak dan regulasi, analis keuangan
mengolah data akuntansi untuk melihat potensi investasi dan kemungkinan risiko
keuangan yang terjadi, sementara karyawan berkeinginan agar entitas dapat berjalan
dengan terus menerus dan memberikan penghasilan bagi mereka serta jenjang karir
yang pasti.

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 5


Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen merupakan bidang akuntansi yang berfokus pada
penyediaan, termasuk pengembangan dan penafsiran informasi akuntansi bagi para
manajer untuk digunakan sebagai bahan perencanaan, pengendalian operasi, dan dalam
pengambilan keputusan. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka akuntansi manajemen
dapat digunakan sebagai pendukung pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam
bidang riset dan pengembangan, produksi, pemasaran, distribusi dan logistik, serta
pelayanan pelanggan (Syamrin, 2015: 4).
Secara umum, Akuntansi Manajemen merupakan sistem akuntansi yang
berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau
manajemen dalam suatu organisasi dan untuk memberikan dasar kepada manajemen
untuk membuat keputusan bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap
dalam pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol.
Akuntansi manajemen adalah sistem akuntansi dimana informasi yang dihasilkan
ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer keuangan, manajer
produksi, manajer pemasaran dan sebagainya guna pengambilan keputusan internal
organisasi. Itu berarti informasi yang dihasilkan dari sistem akuntansi manajemen
sebuah entitas dapat dipakai oleh internal perusahaan untuk mendukung pengambilan
keputusan manajemen (Rudianto, 2013: 9).
Definisi akuntansi manajemen menurut Chartered Institute of Management
Accountant, yaitu Penyatuan bagian manajemen yang mencakup, penyajian dan
penafsiran informasi yang digunakan untuk perumusan strategi, aktivitas perencanaan
dan pengendalian, pembuatan keputusan, optimalisasi penggunaan sumber daya,
pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja,
pengamanan asset.

2.3 Etika Profesi Dalam Akuntansi Manajemen


Akuntan manajemen yang bekerja dalam suatu entitas/perusahaan memiliki peran
yang sangat penting bagi tercapainya tujuan perusahaan. Guna mencapai tujuan
tersebut, akuntan manajemen diharuskan bertindak jujur, terpercaya dan etis serta
melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kode etik.
Tanggung jawab yang dimiliki seorang akuntan manajemen lebih luas
dibandingkan dengan tanggung jawab akuntan keuangan karena menyangkut hidup dan
matinya perusahaan, antara lain (Prihanto, 2018: 201) :

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 6


1) Aspek Perencanaan, yaitu menyusun dan berpartisipasi dalam mengembangkan
sistem perencanaan, menyusun sasaran-sasaran yang diharapkan, dan memilih
cara-cara yang tepat untuk memonitor arah kemajuan dalam pencapaian sasaran.
2) Aspek Pengevaluasian, mempertimbangkan implikasi-implikasi historical dan
kejadian-kejadian yang diharapkan, serta membantu memilih cara terbaik untuk
bertindak.
3) Aspek Pengendalian, menjamin integritas informasi finansial yang berhubungan
dengan aktivitas organisasi dan sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur
prestasi, dan mengadakan tindakan koreksi yang diperlukan untuk mengembalikan
kegiatan pada cara-cara yang diharapkan.
4) Aspek Menjamin pertanggungjawaban sumber, mengimplementasikan suatu sistem
pelaporan yang disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban dalam suatu
organisasi sehingga sistem pelaporan tersebut dapat memberikan kontribusi kepada
efektifitas penggunaan sumber daya dan pengukuran prestasi manajemen.
5) Aspek Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi dalam proses mengembangkan
prinsip-prinsip akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal.

Selain tanggung jawab yang harus dijalankan di atas, dalam pelaksanaan kegiatan
sebagai akuntan, maka seorang akuntan manajemen harus menjalankan tugas dan
profesionalismenya dengan cekatan, jujur dan berprestasi. Untuk itu, Ikatan Akuntan
Manajemen (Institute of Management Accountant – IMA) di Amerika Serikat telah
mengembangkan kode etik yang disebut Standar Kode Etik untuk Praktisi Akuntan
Manajemen dan Manajemen Keuangan (Standards of Ethical Conduct for Practitioners
of Management Accounting and Financial Management), antara lain (Prihanto, 2018:
204):
1) Kompetensi
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya,
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas
dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab
untuk:
- Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 7


- Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang
berlaku.
- Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang
relevan serta dapat diandalkan.
2) Kerahasiaan (Confidentiality)
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan informasi
rahasia kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk melakukan hal
tersebut.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab
untuk:
- Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh
dalam pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban
hukum.
- Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang
diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini
dilakukan juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
- Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.
3) Integritas (Integrity)
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari kegiatan
yang dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam
menjunjung etika. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan
memiliki tanggung jawab untuk:
- Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar
terhindar dari potensi konflik.
- Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan
mengurangi kemampuan mereka dalam menjalankan tigas secara etis.
- Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
- Menahan diri dari aktivitas negati yang dapat menghalangi dalam pencapaian
tujuan organisasi.
- Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala lain
yang dapat menghalagi penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu kegiatan.

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 8


- Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian profesional.
- Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan
mendiskreditkan profesi.
4) Objektivitas (Objectifity)
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara wajar
dan objektif, mengungkapan secara penuh (fully disclose) semua informasi relevan
yang diharapkan dapat mempengaruhi pemahaman user terhadap pelaporan,
komentar dan rekomendasi yang ditampilkan.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab
untuk:
- Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif.
- Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan.
Setiap entitas baik bisnis maupun non bisnis saat ini dalam menjalankan kegiatan
melakukan fungsi pengawasan untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap
kode etik yang dilakukan oleh semua manajemen dan karyawan termasuk terhadap
akuntan manajemen guna meningkatkan kinerja dan menghindari terjadinya
penyimpangan yang dapat menggangu jalannya operasional dan atau bahkan merugikan
entitas baik rugi materil berupa keuangan maupun imateril seperti reputasi. Salah satu
bentuk pengawasan tersebut adalah Whistle Blowing System.

2.4 Whistle Blowing System (WBS)


WBS merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang
karyawan untuk membocorkan kecurangan baik yang dilakukan oleh perusahaan atau
atasannya kepada pihak lain. Pihak yang dilaporkan ini bisa saja atasan yang lebih
tinggi ataupun masyarakat luas. Rahasia perusahaan adalah sesuatu yang konfidensial
dan memang harus dirahasiakan, dan pada umumnya tidak menyangkut efek yang
merugikan bagi pihak lain, entah itu masyarakat atau perusahaan lain. Whistle blowing
menyangkut kecurangan tertentu yang merugikan perusahaan sendiri maupun pihak
lain, apabila dibongkar atau disebarluaskanakan merugikan perusahaan, paling minimal
merusak nama baik perusahaan tersebut.
Whistle Blowing System (WBS) adalah sarana pelaporan bagi kalangan intern
khususnya dan masyarakat untuk melaporkan adanya perilaku atau tindakan yang

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 9


melanggar Kode Etik dan Perilaku di satu entitas atau perusahaan. WBS menyediakan
sistem yang terkoordinasi dan terintegrasi mulai dari penerimaan laporan hingga tindak
lanjut penegakan dugaan pelanggaran. Melalui sistem tersebut, masyarakat dapat
melaporkan dugaan pelanggaran etik, perilaku, dan prosedur kerja yang dilakukan oleh
segenap manajemen dan karyawan sebagai bentuk kontrol sosial. Setiap laporan akan
dijaga kerahasiannya dan dalam hal terdapat bukti yang cukup akan ditindaklanjuti
pada proses investigasi selanjutnya. Keberadaan WBS menciptakan sistem saling
mengawasi terhadap kesesuaian perilaku dan ketaatan prosedur kerja yang dilaksanakan
oleh sumber daya manusia dari suatu entitas.
Whistle blowing dibagi menjadi dua yaitu :

a. Whistle Blowing internal, yaitu kecurangan dilaporkan kepada pimpinan


perusahaan tertinggi, pemimpin yang diberi tahu harus bersikap netral dan bijak,
loyalitas moral bukan tertuju pada orang, lembaga, otoritas, kedudukan,
melainkan pada nilai moral: keadilan, ketulusan, kejujuran, dan dengan demikian
bukan karyawan yang harus selalu loyal dan setia pada pemimpin melainkan
sejauh mana pimpinan atau perusahaan bertindak sesuai moral.
b. Whistle Blowing eksternal, yaitu membocorkan kecurangan perusahaan kepada
pihak luar seperti masyarakat karena kecurangan itu merugikan masyarakat,
motivasi utamanya adalah mencegah kerugian bagi banyak orang, yang perlu
diperhatikan adalah langkah yang tepat sebelum membocorkan kecurangan
terebut ke masyarakat, untuk membangun iklim bisnis yang baik dan etis memang
dibutuhkan perangkat legal yang adil dan baik.

2.5 Beberapa Istilah Terkait Contoh Kasus.


a. Transfer Pricing
Transfer Pricing adalah penentuan harga atas penyerahan barang, imbalan atas
penyerahan jasa atau pengelihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa. Transfer pricing adalah kebijkan suatu perushaaan dalam
menentukan harga transfer suatu transaksi. Transfer pricing dapat terjadi dalam
satu perusahaaan (intracompany) dan antar perusahaaan (intercompany) yang
terikat dalam hubungan istimewa (Ikatan Akuntan Indonesia, 2013).
Trannsfer pricing dibagi dua, yaitu bersifat netral dan bersifat pejorative. Transfer
Pricig netral artinya strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak.
Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 10
Sedagka pejorative mengasumsikan transfer pricing sebagai upaya menghemat
beban pajak dengan cara menggeser laba ke negara yang mempunyai tarif pajak
yang rendah.
b. Hedging
Dalam pengertian umum yang dikatakan hedging adalah sutau cara yang dilakukan
oleh perusahaan untuk menurunkan tingkat fluktuasi harga bagi komoditinya, atau
untuk mengurangi risiko akibat fluktuasi harga yang sangat tajam. Suatu perusahaan
dalam mengelola risiko perusahaan seringkali melibatkan pembelian ataupun
penjualan sekuritas derivatif. Sekuritas derivatif adalah aset keuangan yang
menggambarkan klaim kepada aset keuangan lainnya. Contoh, opsi akan
memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual saham, sebagai
sebuah aset keuangan, sehingga opsi disebut sekuritas derivatif atau turunan atas
saham tersebut.
Kontrak Futures adalah suatu perjanjian untuk membeli suatu aktiva atau menjual
aktiva pada suatu waktu di masa depan dengan harga yang telah disepakati. Ciri-
cirinya adalah bahwa keuntungan atau gains dan kerugian atau loss direlisasikan
pada hari ini (berbasis harian). Bukan hanya pada tanggal jatuh tempo. Contoh: jika
kita membeli kontrak futures pada produk minyak maka harga sudah disepakati,
kemudian harga minyak meningkat hari ini, maka kita hari ini juga akan mendapat
keuntungan sebesar selisih harga kenaikan sedangkan penjual kontrak futures akan
merugi karena harus membayar lebih tinggi akibat kenaikan harga saat ini
c. Biaya Fiktif
Biaya fiktif identik dengan pengeluaran yang sudah dibebankan dan dicatat dalam
pembukuan namun pada dasarnya biaya tersebut tidak ada atau tidak dikeluarkan.
Biasanya praktik seperti ini lebih merupakan salah satu upaya untuk menarik uang
dari 1 entitas yang kemudian disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau
golongan. Biaya fiktif dapat didukung dengan dokumen yang dipalsukan dan atau
tanpa dokumen.
d. Pencucian Uang
Pencucian uang (Inggris:Money Laundering) adalah suatu upaya perbuatan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau Harta Kekayaan
hasil tindak pidana melalui berbagai transaksi keuangan agar uang atau Harta
Kekayaan tersebut tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal.

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 11


Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana
dengan berbagai cara agar Harta Kekayaan hasil kejahatannya sulit ditelusuri oleh
aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa memanfaatkan Harta Kekayaan
tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah.
Pencucian Uang umumnya dilakukan melalui tiga langkah tahapan:
- langkah pertama yakni uang/dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak
pidana/kejahatan diubah ke dalam bentuk yang kurang atau tidak menimbulkan
kecurigaan melalui penempatan kepada sistem keuangan dengan berbagai cara
(tahap penempatan/placement);
- langkah kedua adalah melakukan transaksi keuangan yang kompleks, berlapis
dan anonim dengan tujuan memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya ke
berbagai rekening sehingga sulit untuk dilacak asal muasal dana tersebut yang
dengan kata lain menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
hasil tindak pidana tersebut (tahap pelapisan/layering);
- langkah ketiga (final) merupakan tahapan di mana pelaku memasukkan kembali
dana yang sudah kabur asal usulnya ke dalam harta kekayaan yang telah tampak
sah baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk
kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegaiatan
bisnis yang sah ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana (tahap
integrasi).
Di Indonesia, hal ini diatur secara yuridis dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang. Menurut UU ini, Pencucian Uang adalah segala perbuatan
yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini. Pencucian uang dibedakan dalam tiga tindak pidana:
- Tindak pidana pencucian uang aktif, yaitu Setiap Orang yang menempatkan,
mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, menbayarkan, menghibahkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan
uang uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan. (Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010).

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 12


- Tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan kepada setiap Orang yang
menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal tersebut dianggap juga sama dengan
melakukan pencucian uang. Namun, dikecualikan bagi Pihak Pelapor yang
melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini. (Pasal 5 UU RI No. 8 Tahun 2010).
- Dalam Pasal 4 UU RI No. 8/2010, dikenakan pula bagi mereka
yang menikmati hasil tindak pidana pencucian uang yang dikenakan kepada
setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber
lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal ini pun dianggap
sama dengan melakukan pencucian uang.

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 13


BAB III
PEMBAHASAN KASUS ETIKA AKUNTANSI MANAJEMEN

3.1 Kasus: Transfer Pricing, Hedging dan Biaya Fiktif Pada PT Asian Agri Grup
PT Asian Agri Group (AAG) merupakan salah satu perusahaan besar milik Sukanto
Tanoto yang di tahun 2006 memiliki kekayaan mencapai sekitar Rp 25,5 triliun dan masih
dalam 1 (satu) grup dengan Grup Raja Garuda Mas, di antaranya: Asia Pacific Resources
International Holdings Limited (APRIL), Indorayon, PEC-Tech, Sateri International,
dan Pacific Oil & Gas.
Di bidang perkebunan, PT AAG memiliki 200 ribu hektar lahan sawit, karet, kakao
di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Khusus di perkebunan sawit, PT AAG
merupakan salah satu penghasil minyak sawit mentah terbesar, yaitu memiliki 19 pabrik
yang menghasilkan 1 juta ton minyak sawit mentah – selain tiga pabrik minyak goreng.
Di Provinsi Jambi, perkebunan milik PT AAG berada di Merlung-Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan di Kabupaten Tebo.
Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi Vincentius
Amin Sutanto (Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai
US$ 3,1 juta pada tanggal 13 November 2006. Vincent saat itu menjabat sebagai group
financial controller di PT AAG – yang mengetahui seluk-beluk keuangannya. Perbuatan
Vincent ini terendus oleh perusahaan dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Vincent diburu
bahkan diancam akan dibunuh. Vincent kabur ke Singapura sambil membawa sejumlah
dokumen penting perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan
komunikasi antara Vincent dan wartawan Tempo.
Pelarian VAS berakhir setelah pada tanggal 11 Desember 2006 ia menyerahkan diri
ke Polda Metro Jawa. Namun, sebelum itu, pada tanggal 1 Desember 2006 VAS sengaja
datang ke KPK untuk membeberkan permasalahan keuangan PT AAG yang dilengkapi
dengan sejumlah dokumen keuangan dan data digital.Salah satu dokumen tersebut adalah
dokumen yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning (Under Pricing of Export
Sales)”, disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini memuat semua persiapan transfer
pricing PT AAG secara terperinci.

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 14


Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm
Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga
pasar – untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan
begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu, rupanya perusahaan-
perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AA sebagian adalah perusahaan fiktif.

Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan menyerahkan


permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak – karena memang permasalahan PT AAG
tersebut terkait erat dengan perpajakan. Menindaklanjuti hal tersebut, Direktur Jendral
Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus yang terdiri atas pemeriksa,
penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut melakukan

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 15


serangkaian penyelidikan – termasuk penggeladahan terhadap kantor PT AAG, baik yang
di Jakarta maupun di Medan.
Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut (14 perusahaan diperiksa), ditemukan
Terjadinya penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan
pajak pertambahan nilai (PPN). Selain itu juga "bahwa dalam tahun pajak 2002-2005,
terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan transaksi. Yang berupa
menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun. mendongkrak kerugian
transaksi ekspor Rp 232 miliar. mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat modus
ini, Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan usaha senilai
total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal dari SPT
periode 2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan pajak itu diduga
berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun.
Dari rangkaian investigasi dan penyelidikan, pada bulan Desember 2007 telah
ditetapkan 8 orang tersangka, yang masing-masing berinisial ST, WT, LA, TBK, AN, EL,
LBH, dan SL. Kedelapan orang tersangka tersebut merupakan pengurus, direktur dan
penanggung jawab perusahaan. Di samping itu, pihak Depertemen Hukum dan HAM juga
telah mencekal 8 orang tersangka tersebut.
Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari pemberitaan
investigatif Tempo – baik koran maupun majalah – dan pengungkapan dari Vincent.
Dalam konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi perkara tersebut tergolong perkara
kakap, mustinya dua pihak ini mendapat perlindungan sebagai whistle blower.
Kenyataannya, dua pihak ini di-blaming. Alih-alih memberikan perlindungan, aparat
penegak hukum malah mencoba mempidanakan tindakan para whistle blower ini. Vincent
didakwa dengan pasal-pasal tentang pencucian uang – karena memang dia, bersama
rekannya, sempat mencoba mencairkan uang PT AAG. Bahkan Vincent telah divonis dan
dihukum 11 tahun penjara. Sementara itu, pesan pendek (SMS) Metta Dharmasaputra –
wartawan Tempo – disadap aparat penegak hukum, print-out-nya beredar di kalangan
pers. Pemberitaan investigatif Metta Dharmasaputra dan komunikasinya dengan Vincent
sempat menjadi urusan Dewan Pers, bahkan nyaris diproses secara pidana.Selain itu,
pemberitaan Tempo juga di-blaming melalui riset di bidang komunikasi publik oleh dosen
Fisipol UGM atas pesanan PT AAG – yang menyatakan bahwa pemberitaan-pemberitaan
seputar kasus penggelapan pajak tersebut tidak mencari solusi yang komprehensif.
Sedangkan P3-ISIP UI – yang melakukan riset serupa atas pesanan PT AAG –
menyimpulkan bahwa pers (pemberitaan Tempo) cenderung melakukan bias dan

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 16


keberpihakan yang secara etis patut direnungi. Bisa jadi hasil-hasil riset tersebut sebagai
legitimasi untuk memperkarakan Tempo.Apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut
sebenarnya merupakan cermin buram bagi perlindungan saksi di Indonesia selama ini.
Kejadian ini bukanlah yang pertama dialami para pengungkap fakta. Tetapi kejadian
berulang yang tujuannya tidak lain adalah untuk menutupi kejahatan yang sesungguhnya.
Para pengungkap fakta semacam ini sering mengalami berbagai bentuk kekerasan –
intimidasi dan teror, bahkan diperkarakan secara hukum – baik perdata maupun pidana.
Lihat saja misalnya Kasus Udin, kasus Endin Wahyudi, Kasus Ny Maria Leonita, Kasus
Romo Frans Amanue, dan banyak lagi.Jangan sampai apa yang dialami Vincent
dan Tempo tersebut menjadi alat untuk membungkam pengungkapan kasus yang
sesungguhnya, dalam hal ini dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG.
PT Asian Agri Group (AAG) diduga telah melakukan penggelapan pajak (tax
evasion) selama beberapa tahun terakhir sehingga menimbulkan kerugian negara senilai
trilyunan rupiah. Belum lagi kelar penyidikan, berkembang wacana
mengenai penyelesaian kasus itu di luar pengadilan (out of court settlement). Hal ini
sangat menggelisahkan kalangan yang menginginkan tegaknya hukum dan terwujudnya
keadilan, tanpa pandang bulu. Sangat ironis jika para penjahat kelas teri ditangkapi,
ditembaki, disidangkan, dan dimasukkan bui, sementara itu penjahat kerah putih (white
collar criminal) yang mengakibatkan kerugian besar pada negara justru dibiarkan
melenggang karena kekuatan kapital nya.
Meski peraturan perundangan mengancam pelaku tindak pidana perpajakan dengan
sanksi pidana penjara dan denda yang cukup berat, nyatanya masih ada celah hukum
untuk meloloskan para penggelap pajak dari ketok palu hakim di pengadilan. Pasal 44B
UU No.28/2007 membuka peluang out of court settlement bagi tindak pidana di bidang
perpajakan. Ketentuan itu mengatur bahwa atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa
Agung dapat menghentikan penyidikan. Dengan demikian, kasus berakhir (case closed)
jika wajib pajak yang telah melakukan kejahatan itu telah melunasi beban pajak beserta
sanksi administratif berupa denda. Ketentuan hukum nyatanya begitu lunak dalam
mengatur tindak pidana perpajakan. Peluang out of court settlement dimungkinkan bagi
segala jenis tindak pidana perpajakan. Peluang itu tidak hanya berlaku untuk “Perlawanan
Pasif terhadap Pajak”, yaitu perlawanan yang tidak dilakukan secara sadar atau disertai
niat dari warga masyarakat untuk merintangi aparat pajak dalam melakukan tugasnya.
Penghentian penyidikan dan penyelesaian di luar sidang juga berlaku untuk “Perlawanan

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 17


Aktif terhadap Pajak” yang perbuatannya dilakukan lewat cara-cara ilegal dan langsung
ditujukan pada fiskus/pemerintah.
Jadi, penyelesaian kasus tindak pidana perpajakan oleh Asian Agri Group meski
masuk kategori “Perlawanan Aktif terhadap Pajak” sekalipun – tetap dapat diselesaikan di
luar sidang pengadilan. Dengan demikian, harapan kita bergantung pada Menteri
Keuangan dan Jaksa Agung sebagai pihak yang paling menentukan dalam proses
penyelesaian tindak pidana perpajakan ini.
Menilik modus operandi dalam kasus ini, penggelapan pajak bukanlah satu-satunya
perbuatan pidana yang bisa didakwakan kepada Asian Agri Group. Penyidikan terhadap
Asian Agri Group juga dapat dikembangkan pada tindak pidana pencucian uang (money
laundering). Dalam hal itu, penggelapan pajak oleh Asian Agri Group perlu dilihat
sebagai kejahatan asal (predict crime) dari tindak pidana pencucian uang. Sebagaimana
lazimnya, kejahatan pencucian uang tidak berdiri sendiri dan terkait dengan kejahatan
lain. Kegiatan pencucian uang adalah cara untuk menghapuskan bukti dan menyamarkan
asal-usul keberadaan uang dari kejahatan yang sebelumnya. Dalam kasus ini,
penggelapan pajak dapat menjadi salah satu mata rantai dari kejahatan pencucian uang.
Asian Agri Group mengecilkan laba perusahaan dalam negeri agar terhindar dari
beban pajak yang semestinya dengan cara mengalirkan labanya ke luar negeri (Mauritius,
Hongkong Macao, dan British Virgin Island). Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
kelompok usaha Asian Agri Group kepada Ditjen Pajak telah direkayasa sehingga
kondisinya seolah merugi (Lihat pernyataan Darmin Nasution, Direktur Jenderal Pajak,
mengenai rekayasa SPT itu). Modus semacam itu memang biasa dilakukan dalam
kejahatan pencucian uang, sebagaimana juga diungkapkan oleh Ketua Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Yunus Hussein mengenai profile,
karakteristik, dan pola transaksi keuangan yang tidak beres sebagai indikasi kuat
adanya money laundering (Metro TV, 8/1/2008).
Kuatnya dugaan tindak pidana pencucian uang oleh Asian Agri Group semakin
didukung fakta-fakta yang diperoleh lewat penelusuran Tempo. Investigasi
wartawan Tempo memperlihatkan adanya transaksi mencurigakan melalui perbankan
untuk mengalirkan uang hasil penggelapan pajak Asian Agri Group ke afiliasinya di luar
negeri yang ternyata adalah perusahaan fiktif. Salah satu perusahaan fiktif itu adalah Twin
Bonus Edible Oil and Fat, yang setelah dilakukan pengecekan rupanya menggunakan
alamat pabrik payung yang berkedudukan hukum di Hongkong (Tempo,
4/2/2007).Catatan/profile transaksi keuangan yang tidak beres dan adanya transaksi

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 18


dengan perusahaan fiktif merupakan bukti permulaan yang bisa digunakan untuk
membuat terang dugaan tindak pidana pencucian uang. Penyidikan selanjutnya bisa
dilakukan dengan menyelusuri tiga tahapan dalam kejahatan pencucian uang. Pertama,
penempatan (placement) yang dimulai dengan menyelundupakan penghasilan yang
diduga dari laba perusahaan ke negara lain. Kedua, pelapisan (layering) yaitu proses
pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil
upaya placement ke tempat lainnya melalui serangkaian transaksi yang kompleks didesain
untuk menyamarkan atau mengelabui sumber uang haram terebut (mengenai
tahap layering, lihat: Yunus Hussein, 2007). Ketiga, integrasi(integration) yang
merupakan tahap akhir dari proses money laundering yang bertujuan menjadikan uang
hasil tindak pidana itu dapat digunakan/dinikmati selayaknya uang halal.
Dari beberapa hal di atas, sebagai rangkuman dari praktik yang dilakukan oleh PT
AAG dan dinilai dilakukan pelanggaran adalah sebagai berikut:
1. Membuat biaya fiktif, dimana perusahaan AAG di Indonesia membuat invoice-
invoice pengeluaran yang tidak ada transaksinya atau jumlahnya telah di mark
up untuk mengecilkan keuntungan guna menghindari pembayaran pajak. Rekayasa
Pajak dilakukan dengan cara penggelembungan biaya dengan membuat biaya yang
tidak ada transaksi ekonomi yang sebenarnya dan hanya untuk menampung
pengeluaran uang dari rekening perusahaan ke rekening perantara.
2. Perusahaan melaporkan terjadinya transaksi hedging yang ternyata adalah
fiktif dengan cara transaksi forward contract di rancang sedemikian rupa sehingga
perusahaan AAG di Indonesia selalu merugi dan tidak perlu membayar
pajak. Perusahaan membuat kontrak ekspor ke perusahaan afiliasi di Hongkong,
namun sebelum jatuh tempo penyerahan barang dilakukan pembelian kembali
(wash out) dengan harga yang lebih tinggi sehingga AAG mengalami
kerugian, kerugian tersebut diakui sebagai hedging loss. Dokumen
pendukung transaksi berupa Purchase Contract dan Sales
Contract direkayasa sedemikian rupa dengan membuat tanggal mundur (back
dated) disertai dengan perkiraan kerugian (calculated loss) yang telah
diperhitungkan sebelumnya.
3. Transfer pricing, yaitu transaksi penjualan dibuat sedemikian rupa sehingga seolah-
olah perusahaan di Indonesia mengalami kerugian. Barang dikirim langsung ke negara
pembeli (end buyer) namun dokumen keuangannya dilewatkan melalui perusahaan di
beberapa negara sebelum sampai ke end buyer. Perusahaan di beberapa Negara

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 19


tersebut diindikasikan sebagai paper company atau Special Purpose
Vehicle (SPV) yang bertindak sebagai fasilitator yang secara dokumentasi mendukung
transaksi dan untuk menampung selisih harga jual. Rekayasa penjualan dilakukan
dengan cara under invoicing yaitu dengan mengubah harga jual menjadi lebih rendah
untuk perusahaan di Indonesia. Transfer pricing terjadi ketika perusahaan-
perusahaan AAG di Indonesia melakukan transaksi penjualan dengan harga yang
lebih murah atau di bawah harga pasar kepada perusahaan afiliasinya di Hongkong
dan kemudian perusahaan afiliasi dihongkong tersebut akan menjual kepada Global
Advance Oil and Fats dan Asia Agri Abadi Oil and Fats yang juga merupakan
perusahaan afiliasi AAG dengan harga yang sedikit lebih tinggi. Pada transaksi
selanjutnya barulah kedua perusahaan tersebut menjual kepada pembeli
sesungguhnya (riil buyer) dengan harga pasar, akibat dari transaksi
tersebut perusahaan di Indonesia mengalami kerugian karena menjual barang di
bawah harga pasar sehingga perusahan dapat terhindar dari kewajiban membayar
pajak.
Setelah melakukan beberapa tindakan di atas, dana-dana yang kemudian dibawa keluar
dalam rangka menghindarkan pajak, sebelum dibawa ke Indonesia, dilakukan proses
pencucian uang terlebih dahulu dengan memasukkan dana melalui beberapa perusahaan
bentukan Sukanto Tanoto yang pada akhirnya uang tersebut dapat kembali ke Indonesia.

3.2 Pembahasan Etika dalam Kasus Asian Agri


Besarnya kerugian bagi negara akibat transfer pricing, hedging dan biaya fiktif tersebut di
atas, memperlihatkan adanya penyimpangan etika profesi khususnya akuntan manajemen
yang bekerja di PT AAG. Beberapa prinsip kode etik akuntan manajemen yang dilanggar
antara lain:
a. Kompetensi
Akuntan manajemen memiliki pengetahuan namun tidak mengikuti hukum, peraturan
dan standar teknis, dan membuat laporan yang tidak benar.
b. Kerahasiaan
Akuntan manajemen memang menjaga kerahasiaan namun seharusnya rahasia yang
benar. Jika menemukan hal-hal yang tidak benar, seharusnya langsung
mengungkapkan informasi yang diperoleh kepada pihak-pihak yang ondependen dan
berwenang untuk mengungkap adanya kecurangan.
c. Integritas

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 20


Prinsip integritas ini yang paling banyak dilanggar mengingat berkaitan dengan
kejujuran dan hati nurani untuk berbuat baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
terkait integritas dalam kasus ini adalah bahwa semestinya akuntan manajemen dapat
menahan diri dari aktivitas negatif yang dapat menghalangi dalam pencapaian tujuan
organisasi dan menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan
mendiskreditkan profesi.
d. Objektivitas (Objectifity)
Dalam kasus ini, akuntan manajemen tidak mengkomunikasikan informasi yang tidak
wajar dan tidak benar yang kesemua informasi tersebiut ditutuop sedemikian rupa.
Kasus PT Asian Agri Grup, dapat ditinjau dari beberapa teori etika sebagai berikut:
- Tanggung jawab Sebagai Badan Hukum
PT Asian Agri Grup sebagai wajib pajak tidak taat dalam membayar pajak sehingga
menyebabkan kerugian bagi negara. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam
rangka memperkaya diri pribadi atau golongan.
- Prinsip Kepentingan Publik,
PT. Asian Agri tidak mementingkan kepentingan publik yaitu kepentingan negara
dan masyarakat.
- Teori Egoime,
Semua bentuk penyimpangan yang dilakukan dalam rangka mementingkan
kepentingan mereka sendiri tanpa memikirkan kepentingan pihak lain maupun negara.
- Filsafat Moral,
Kasus manipulasi pajak oleh PT Asian Agri Group, mengandung sistem filsafat moral
hedonisme yaitu melakukan tindakan yang secara tidak langsung mengusahakan
kesenangan mereka sendiri.

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 21


BAB IV
KESIMPULAN

Etika secara umum adalah suatu peraturan atau norma yang bisa digunakan
sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan sifat yang baik dan buruk
yang dilakukan oleh seseorang serta merupakan suatu kewajiban dan tanggungan jawab
moral. Profesi dapat disimpulkan sebagai suatu pekerjaan yang membutuhkan ilmu
pengetahuan atau keterampilan khusus sehingga orang yang memiliki pekerjaan
tersebut harus mengikuti pelatihan tertentu agar dapat melakukan pekerjaannya dengan
baik. pengertian etika profesi adalah suatu sikap etis yang dimiliki seorang profesional
sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengembang tugasnya serta
menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) dalam
kehidupan manusia. Etika Profesi dapat diartikan juga sebagai sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh
ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban terhadap masyarakat.
Akuntansi Manajemen merupakan sistem akuntansi yang berkaitan dengan
ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam
suatu organisasi dan untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat
keputusan bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam
pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol. Seorang akuntan manajemen diharuskan
bertindak jujur, terpercaya dan etis serta melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung
jawab sesuai dengan kode etik. Untuk mencapai hal tersebut, akuntan manajemen harus
menjalankan dan mempertahankan kode etik, antara lain: Kompetensi, Kerahasiaan,
Integritas dan Objektivitas.
Kasus Asian Agri memperlihatkan bahwa penyimpangan dan pelanggaran etika
terjadi bukan hanya pada individu atau lingkup bisnis yang kecil, namun juga terjadi

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 22


pada perusahaan multinasional. Pelanggaran oleh pemilik dan akuntan manajemen
dalam penyajian laporan berupa biaya fikitf, hedging yang tidak benar serta transfer
pricing dalam rangka menguntungkan segelintir orang akan berdampak signifikan pada
bangsa dan negara. Dengan demikian, agar tidak terulang kembali maka harus
dilakukan penindakan secara tegas dan penyempurnaan ketentuan.

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. 2017. Standar Akuntansi
Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia

Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen: Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Strategis.


Jakarta: Erlangga

Syamryn, L.M. 2015. Akuntansi Manajemen Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia Group

Prihanto, Hendi. 2018. Etika Bisnis dan Profesi (Sebuah Pencairan). Rajagrafindo Persada.
Depok, Jawa Barat.

Sukrisno, Agoes dan I Cenik Ardana. 2009. Teori Akuntansi : Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Salemba Empat. Jakarta

http://ari-wirawinata.blogspot.com/2011/10/makalah-kasus-penggelapan-pajak-oleh-pt.html

https://goodmaterialku.blogspot.com/2016/06/analisa-kasus-pajak-pt-asian-agri-group.html

Etika Dalam Akuntansi Manajemen Page 23

Anda mungkin juga menyukai