Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AUDITING PERBANKAN SYARIAH

“ TANGGUNG JAWAB AUDITOR SYARIAH”

Dosen Pengampu :

ST. HAFSAH UMAR SE.,M.AK

Oleh :

SUCI INDAH SARI


90500119039

KELAS B

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Filsafat Perbankan
Syariah yang berjudul “Tanggung Jawab Auditor Syariah”. Tujuan pembuatan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas Auditing Perbankan Syariah.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada
Ibu St. Hafsah Umar SE.,M.Ak selaku dosen yang telah memberikan bimbingan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik itu pengetahuan,
pengalaman maupun kemampuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran maupun
kritik membangun yang bertujuan agar hasil makalah ini dapat diterima dan bermanfaat
bagi semua khalayak.
Akhir kata kami berharap, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi
pembaca. Semoga Allah SWT akan senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta
taufik-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Gowa, 08 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2

A. Audit Laporan......................................................................................................2

B. Audit Syariah........................................................................................................3

C. Tahapan Audit Laporan........................................................................................5

D. Jenis-Jenis Laporan Audit....................................................................................6

E. Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan Syariah...................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................................13

A. Kesimpulan........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi
dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap
audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus
diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Auditor dalam memberikan opini
sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
Menurut IAI(2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan
keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi auditor
untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk
menyatakan tidak memberikan pendapat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Audit Laporan.
2. Apa yang dimaksud dengan Audit Syariah.
3. Apa saja Tahapan Audit Laporan.
4. Apa saja Jenis-Jenis Laporan Audit.
5. Bagaimana Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan Syariah.

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Audit Laporan.
2. Mengetahui Pengertian Audit Syariah
3. Mengetahui Tahapan Audit Laporan
4. Mengetahui Jenis-Jenis Laporan Audit.
5. Mengetahui Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan
Syariah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Audit Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai
pihak. Laporan keuangan yang utama terdiri atas neraca, laporan laba rugi dan
laporan aliran kas. Laporan keuangan tersebut disajikan oleh manajemen
perusahaan.
Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang paling sering dilakukan
auditor independen. Hal ini disebabkan audit laporan keuangan dapat
meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan yang dihasilkan
perusahaan. Laporan keuangan yang berguna bagi pembuatan keputusan adalah
laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan berkualitas bila memenuhi
kriteria relevansi atau keterpautan dan reliabilitas atau keterandalan. kriteria
relevansi dipenuhi bila laporan keuangan mempunyai nilai prediktif dan nilai
balikan dan disajikan tepat pada waktunya. Kriteria reliability bertumpu pada
keterujian, kenetralan dan ketepatan penyimbolan. Para pemakai laporan
keuangan melihat laporan auditor independen untuk memastikan bahwa laporan
keuangan yang di audit telah memenuhi kedua kriteria tersebut.
Auditor independen melakukan audit terhadap laporan keuangan karena
permintaan akan jasa pengauditan oleh para pengguna laporan keuangan. Jadi,
adanya permintaan akan audit menciptakan pasar bagi auditor independen. Ada
empat alasan audit atas laporan keuangan diperlukan, yaitu :
1. Perbedaan kepentingan
2. Konsekuensi
3. Kompleksitas
4. Keterbatasan akses

2
Empat alasan perlunya audit keuangan di atas secara bersama-sama membentuk
adanya risiko informasi, yaitu risiko bahwa laporan keuangan mungkin tidak benar
atau tidak lengkap.1

Adapun manfaat audit secara ekonomis bagi perusahaan yaitu :

1. Meningkatkan kredibilitas perusahaan


2. Meningkatkan efisiensi dan kejujuran
3. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
4. Mendorong efisiensi pasar modal

Sedangkan Manfaat Audit dilihat dari sisi pengawasan  juga membawa manfaat
yang cukup besar. Sofyan Safri Harahap mengemukakan manfaat audit dari sisi
pengawasan sebagai berikut:

1. Preventive Control
Tenaga akuntansi akan bekerja lebih berhati-hati dan akurat bila mereka
menyadari akan diaudit.
2. Detective Control
Suatu penyimpangan atau kesalahan yang terjadi lazimnya akan dapat diketahui
dan dikoreksi melalui suatu proses audit.
3. Reporting Control
Setiap kesalahan perhitungan, penyajian atau pengungkapan yang tidak
dikoreksi dalam keuangan akan disebutkan dalam laporan pemeriksaan. Dengan
demikian pembaca laporan keuangan terhindar dari informasi yang keliru atau
menyesatkan.

B. Pengertian Audit Syariah


Audit adalah faktor penting untuk menjamin akuntabilitas perusahaan, hal ini
untuk mengeksplorasi audit Syari‟ah yang selanjutnya memungkinkan praktisi dan
pengguna menggunakan pengetahuan yang diperoleh baik dalam audit
konvensional serta perspektif Islam.2 Auditing merupakan salah satu bentuk
1
Abdul Halim. “AUDITING Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, 2015. h.62
2
Sukrisno Agoes, Auditing; Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh Akuntan Publik, (Jakarta:
Salemba Empat,2012), hlm. 2.

3
atestasi. Atestasi, pengertian umumnya merupakan suatu komunikasi dari seorang
expert mengenai kesimpulannya tentang reabilitas dari pernyataan seseorang.
Sedangkan pengertian auditing menurut Mulyadi auditing adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan”.
Secara umum Audit Syari‟ah adalah untuk melihat dan mengawasi, mengontrol
dan melaporkan transaksi, sesuai aturan dan hukum Islam yang bermanfaat, benar,
tepat waktu dan laporan yang adil untuk pengambilan keputusan. Bukan tugas yang
mudah untuk melakukan audit syariah di dalam kondisi kapitalistik dan sistem
keuangan konvensional yang kompetitif. Masalah ini lebih diperparah oleh
penurunan nilai-nilai moral, sosial dan ekonomi Islam di negara-negara Muslim
termasuk Malaysia dan Indonesia, di bawah tekanan progresif penjajahan dan
dominasi budaya dunia barat selama beberapa abad lalu. Hal ini menyebabkan
diabaikannya nilai sosial-ekonomi Islam oleh beberapa kalangan dari Lembaga
Keuangan Syari‟ah.
Auditing syariah lebih luas cangkupannya dari auditing konvensional, dimana
auditing syariah selain mengacu pada standar audit nasional dan internasional juga
mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Dalam audit syariah bisa menerapkan aturan
audit nasional dan internasional selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Berdasarkan AAOIFI-GSIFI 3 menjelaskan bahwa audit syariah adalah laporan
internal syariah yang bersifat independen atau bagian dari audit internal yang
melakukan pengujian dan pengevaluasian melalui pendekatan aturan syariah,
fatwa- fatwa, instruksi dan lain sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga
supervisi syariah. Rahman (2008) menjelaskan auditing dalam Islam adalah:
a. Proses menghitung, memeriksa dan memonitor (proses sistematis)
b. Tindakan seseorang (pekerjaan duniawi atau amal ibadah)
c. Lengkap dan sesuai syariah
d. Untuk mendapat reward dari Allah di akhirat

4
Dapat disimpulkan pengertian audit syariah adalah salah satu unsur melalui
pendekatan administratif dengan menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh
karena itu, auditor merupakan wakil dari para pemegang saham yang menginginkan
pekerjaan (investasi) mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam.

C. Tahapan Audit Laporan Keaungan


Setidaknya, Auditor independen harus menempuh empat tahap pada saat
melaksanakan audit laporan keuangan. Tahap pada saat melaksanakan audit
laporan keuangan. Keemoat tahap tersebut, adalah :
1. Penerimaan penugasan audit
2. Perencanaan audit
3. Pelaksanaan audit
4. Pelaporan hasil temuan

Pelaksanaan setiap tahap tidak dapat lepas dari standar auditing karena
standar auditing merupakan kriteria dasar pelaksanaan tanggung jawab auditor.

Pertimbangan penerimaan penugasan audit perlu dilakukan terutama apabila


auditor belum pernah mengenai maupun berhubungan dengan klien sebelumnya.
Pertimbangan penerimaan penugasan audit berkaitan erat dengan standar umum.
Perencanaan audit merupakan suatu hal yang sangan vital. Perencanaan audit
berguna untuk mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
audit. Perencanaan audit berakibat kegagalan audit. Tahap perencanaan audit
berkaitan erat dengan standar umum dan standar pekerjaan lapangan.

Pengujian atau tes audit dimaksudkan untuk menghimpun bukti mengenai


efektivitas struktur pengendalian intern dan untuk memberikan dasar bagi
pemberian pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan klien.
Tahap pelaksanaan audit berkaitan erat dengan standar umum dan standar
lapangan. Pelaporan hasil audit, yang didasarkan atas berbagai temuan,
dilakukan dalam bentuk laporan auditor independen. Auditor juga dapat
melaporkan temuan lain, misalnya pelaporan mengenai struktur pengendalian
intern. Tahap pelaporan temuan berkaitan erat dengan standar umum dan standar
pelaporan.

5
D. Jenis-Jenis Laporan Audit
Selain memiliki beberapa tanggung jawab yang harus dipikul, seorang auditor
keuangan juga terbagi dalam beberapa jenis. Berikut inilah beberapa jenis-jenis
auditor yang harus diketahui, antara lain:
1. Auditor Pemerintah
Jenis auditor keuangan yang pertama adalah auditor pemerintah, dimana yang
mempunyai tugas melakukan audit pada lembaga atau instansi- instansi milik
pemerintah. Terdapat pula 2 macam auditor pemerintah, yaitu auditor eksternal
dan juga auditor internal. Setiap auditor tersebut memiliki pelaksana dan juga
tugas masing-masing yang berbeda.
2. Auditor Independen
Berbeda dengan auditor pemerintah yang melakukan audit pada instansi
pemerintah, maka auditor independen justru melakukan fungsinya pada
perusahaan terbuka. Mulai dari perusahaan go public, perusahaan besar hingga
perusahaan kecil maupun organisasi tanpa laba. Fungsi dari pengauditan oleh
auditor ini menjadi sebuah bentuk pertanggungjawaban dari lembaga pada
stakeholder yang ada ataupun untuk menunjukkan akuntabilitasnya.
3. Auditor Intern
Apabila auditor pemerintah bekerja untuk instansi pemerintah dan auditor
independen untuk perusahaan terbuka, maka auditor intern dikhususkan untuk
membantu manajemen perusahaan tempat dimana bekerja. Hal ini tentunya
menjadi keuntungan tersendiri bagi suatu perusahaan.

Opini Auditor terdiri atas 5 jenis3 yaitu :

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan


keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi di Indonesia.

Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh


auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi :

3
Mulyadi. “Auditing, 2002” Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. h.416

6
1. Semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan
laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.
2. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh
auditor.
3. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksakan
perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan
tiga standar pekerjaan lapangan.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi di Indonesia
5. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf
penjelas atau modifikasi kata-kata laporan audit.

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified


Opinion With Explanatory Language)

Dalam keadaan tertentu, Auditor menambahkan suatu paragraph penjelas dalam


laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian
atas laporan keuangan auditan. Paragraph penjelas dicantumkan setelah paragraph
pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraph
atau modifikasi kata-kata laporan audit buku adalah :

1. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.


2. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
3. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
4. Penekanan atas suatu hal.
5. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditor menyajikan


secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang materual sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang
dikecualikan.

Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan :

7
1. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap
lingkup audit.
2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia
berkesempulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan audite
tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.

5. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)

Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan


audit yang auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga
diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan
klien.

E. Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan Syariah


Audit kepatuhan syariah memiliki implikasi penting bagi legitimasi suatu
perusahaan dalam Lembaga Keuangan Syariah. Kegiatan audit syariah tentu saja
berbeda dengan kegiatan audit konvensional, kegiatan audit syariah yang dilakukan
oleh seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mencukupi
terkait dengan fungsi audit syariah. Tujuannya untuk memastikan sistem
pengendalian internal yang efektif sesuai dengan prinsip syariah. Perbankan syariah
juga dapat merekrut pihak eksternal untuk melakukan audit syariah pada kegiatan
operasional perbankan mereka. Sedangkan yang dilakukan oleh audit konvensional
bertujuan untuk memberikan informasi kepada pengguna yang berguna untuk
membuat dan mengevaluasi keputusan tentang alokasi sumber daya yang langka
dalam ekonomi kapitalis.4
Hubungan antara permintaan audit syariah dan peran auditor syariah di lembaga
keuangan syariah dengan meninjau Auditing and Accounting Organization for
Islamic Financial Institutions dalam prespektif Islam. Tidak ada keraguan bahwa

4
Data diunduh melalui: http://www.penajampaserutara.com/peran-dan-tanggung-jawab-auditor-di-
lembaga-keuangan-syariah-dalam-mengeluarkan-opini/, Pada 08 Desember 2021, Pukul 22.10.

8
audit konvensional berpengaruh signifikan pada kerangka kerja audit yang
digunakan dalam Lembaga Keuangan Syariah. Praktik audit konvensional telah
mengalami metamorfosis untuk memenuhi stakeholder dalam sistem ekonomi
Islam. Hal tersebut menjadi tanggung jawab auditor dalam lembaga keuangan
syariah.
Ketika mengandaikan bahwa tidak adanya kerangka audit syariah yang tepat dan
keselarasan standar dengan kebutuhan sistem ekonomi islam yang bisa meredam
masa depan industri keuangan Islam. Lembaga keuangan syariah harus bisa
memenuhi harapan para stakeholder dengan memilih audit profesional yang
kompeten untuk berkerja dengan kebijakan dan sistem yang transparan. Maka dari
itu upaya untuk membangun peran dan tanggung jawab auditor dari perspektif
islam. Terkadang ekspestasi pengguna laporan keuangan melebihi apa yang
menjadi tanggung jawan auditor. Besarnya tuntutan yang berasal dari masyarakat
terhadap profesionalisme auditor menunjukkan expectation gap yang terjadi ketika
ada kesenjangan harapan antara publik dan auditor terhadap peran dan tanggung
jawab auditor. Munculnya expectation gap ini dipengaruhi oleh pemahaman auditor
mengenai pemahaman konsep audit syariah. Independensi dan kualifikasi seorang
auditor syariah juga berpengaruh terhadap expectation gap pada lembaga keuangan
syaraiah.
Adapun auditor untuk membuat opini atas hasil audit suatu perusahaan/lembaga
dapat fokus melihat peran dan tanggung jawabnya. Menurut Radiah Othaman dan
Rashid Ameer di dalam jurnalnya mereka menegaskan bahwa peran dan tanggung
jawab auditor yaitu, Ketaatan aturan dan strandar yang berasal dari kerangka
syariah yang mengatur transaksi ekonomi, Melaporkan sejauh entitas syariah
tersebut berpegang pagang konsep ihsan di atas opersinya, Melaporkan bahwa
zakat telah dihitung dengan benar dan dibayarkan ke dana zakat publik, Memantau
apakah dalam entitas syariah tersebut menggunakan dana yang ditunjukan untuk
kegiatan konvensional bercampur dengan dana untuk kegiatan syariah dan
Menyelidiki proses uji kelayakan untuk rektrukturisasi pinjaman bank, pemulihan
mekanisme, dan resolusi sengketa tanpa prasangka.

9
Aturan dan Tanggung Jawab Auditor Syari’ah5
Sejauh ini kita telah melihat bahwa audit syari’ah adalah salah satu pilar utama
dari tata kelola LKS. Mereka ingin memastikan kepatuhan dari LKS terhadap
seluruh persyaratan yang ditetapkan syari’ah. Fungsi audit syari’ah dilakukan oleh
auditor internal yang cukup memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan tentang
syari’ah. Tujuan pokok mereka adalah untuk memastikan gaung dan penerapan
sistem pengendalian internal telah mengikuti syari’ah sepenuhnya. Internal auditor
juga dapat menggunakan tenaga ahli di bidang keuangan Islam dalam membantu
melakukan audit selama tujuan audit tidak dilanggar. LKS dapat menunjuk pihak
eksternal untuk melakukan audit.
Standar auditing AAOIFI menyatakan bahwa ketika ada permintaan untuk
memeriksa kepatuhan terhadap aturan dan prinsip syari’ah, auditor eksternal harus
mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga bisa membantu auditor memberi
alasan yang jelas terkait apakah LKS sudah atau belum sesuai dengan prinsip serta
aturan syari’ah (fatwa, aturan dan pedoman yang dikeluarkan oleh DPS). Seorang
auditor bertanggungjawab untuk membuat dan memberi opini tentang laporan
keuangan LKS, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Standar Tata Kelola untuk
LKS (GSIFI No.1) yang dikeluarkan oleh AAOIFI. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
auditor harus mumpuni dalam ilmu syari’ah; meskipun begitu, dia tidak mesti
memiliki ilmu yang mendalam seperti anggota SSB (DPS). Yang perlu
digarisbawahi, auditor syari’ah tidak bertanggung jawab atas pencegahan atas fraud
dan kesalahan; meskipun begitu, mereka tidak terlepas dari kekurangan atas
kelalaian dan kesalahan selama proses audit.
Audit Syariah adalah bidang yang muncul dari penyelidikan. Tidak bisa
dipungkiri bahwa audit konvensional memiliki pengaruh yang signifikan pada
kerangka kerja audit yang digunakan dalam IFI. praktik audit Barat sedang
menjalani metamorfosis untuk memenuhi kebutuhan stakeholder dalam sistem
ekonomi Islam. Olehkarenanya peran dan tanggung jawab auditor di IFI yang jauh
lebih luas, dari yang ditemukan di bank konvensional, Sehubungan dengan
pemeriksaan berbagai kontrak, struktur produk, transaksi pelaporan, penyusunan

5
Data diunduh melalui: http://introphy.blogspot.co.id/2014/11/terjemahan-issues-and-challenges-
of.html?m=1, Pada 08 Desember 2021, Pukul 23.10

10
laporan keuangan, laporan, surat edaran pemasaran dan dokumen hukum lainnya,
yang yang berhubungan dengan operasi LKI.
Audit syariah compliance sangat penting bagi LKI, karena IFI dengan

perilaku kurang baik akan merasa sulit untuk menarik karyawan,

deposan dan investor. Oleh karena itu, untuk membangun dan

memelihara legitimasi organisasi (LO), IFI harus memiliki akses ke

sumber daya, pengetahuan, pengalaman dan kapasitas untuk krangka

audit syariah dan pemeriksaan program untuk memonitor produk

syariah dan transaksi.

Dalam Standar AAOIFI No 3 menguraikan bahwa tujuan audit syariah

adalah untuk memastikan bahwa pengelolaan suatu IFI melaksanakan

tanggung jawab mereka dalam kaitannya dengan pelaksanaan aturan

syariah dan prinsip-prinsip, sebagaimana ditentukan oleh IFI Dewan

Pengawas Syariah. Standar Audit untuk Lembaga Keuangan Islam (Asifi)

No 1 menyatakan bahwa tujuan dari laporan keuangan di audit adalah

untuk memungkinkan auditor dalam pernyataan pendapat mengenai

apakah laporan keuangan disusun dalam semua aspek, sesuai dengan

aturan Syariah Islam dan prinsip-prinsip, standar akuntansi AAOIFI dan

standar akuntansi nasional yang relevan digunakan dalam negara di

mana lembaga keuangan beroperasi. Standar Perikatan Audit berlaku

pada mereka hal-hal, tidak dibahas secara rinci oleh ASIFIs (asalkan ini

tidak bertentangan Aturan dan Prinsip Islam) Auditan syariah adalah

pemeriksaan.

Sejauh mana kesesuaian sebuah IFI dengan syariat dalam segala

aktivitasnya, pemeriksaan ini meliputi perjanjian, kontrak, kebijakan,

produk, transaksi, memorandum dan anggaran dasar, laporan

keuangan, laporan, surat edaran dan dokumen hukum lainnya yang

berkaitan dengan operasi sebuah IFI.

11
1. Syariah audit – perhubungan Maqasid Syari’ah6

Maqasid al-syari’ah mencerminkan pandangan holistik Islam sebagai kode lengkap


dan terintegrasi hidup meliputi individu dan masyarakat, di dunia dan di akhirat.
Menurut al-Imam Al-Ghazali: Tujuan dari syariah adalah untuk mempromosikan
kesejahteraan seluruh umat manusia, yang terletak di menjaga iman mereka (Hif al-
din), mereka diri manusia (Hifz an-nafs), kecerdasan mereka (Hifz al-aql), keturunan
mereka (Hifz an-nasb) dan melindungi kekayaan mereka (Hifz al-mal).

Hifz al-mal, Hifz ad-din dan Hifz an-nasb disimpulkan bahwa umat Islam wajib

menyetor tabungan mereka ke bank syariah. Ketiga Maqasid juga menyimpulkan


bahwa deposito tabungan harus tetap aman. Sementara imbalan, bank syariah sebagai
agen (Wakil) mendapatkan biaya untuk layananmenjaga keamanan mereka.

2. Peran dan Tanggungjawab Auditor

Dalam konteks audit syariah, kompetensi auditor harus berkonotasi ketaatan aturan
dan standar yang berasal dari kerangka syariat yang mengatur transaksi ekonomi. Oleh
karena itu, auditor di IFI atau bank konvensional dalam operasi perbankan syariah
diharapkan mematuhi kerangka ini. Auditor harus menyelidiki sejauh mana IFI telah
komitmen kontrak di originasi dan servis pinjaman dengan akad Mudarabah,
Musyarakah dan leasing kontrak dibawah akad Ijarah.

6
Data diunduh melalui: https://www.depokpos.com/2016/10/peran-dan-tanggungjawab-auditor-di-
lembaga-keuangan-syariah/, Pada 08 Desember 2021, Pukul 23.10

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Audit syariah ialah sebuah tatanan yang terpadu pada konsep audit serta konsep
syariah yang mempunyai kedudukan sangat berarti dalam meningkatkan sebuah
perekonomian suatu negeri, paling utama pada pemrosesan dalam pengawasan
suatu sistem lembaga keuangan syariah ataupun bisnis syariah tercantum pula pada
badan usaha seperti UMKM. Konsep audit pada pengaplikasian keuangan yang
dicoba oleh lembaga keuangan syariah ini mempunyai beberapa landasan ialah
landasan syariah serta landasan hukum yang tertera serta diberlakukan di Indonesia.
Audit syariah merupakan wadah pengetahuan kita dalam mengecek secara
sistematis bagi pemrosesan pengumpulan data aktivitas suatu lembaga keuangan
serta suatu badan usaha yang terhimpun data-datanya pada prinsip-prinsip syariah
islam. Sebab audit ialah sebuah proses pengecekan serta penilaian yang sistematis
serta kronologis dalam pengumpulan suatu bukti yang memiliki keterkaitan dengan
aktivitas kelembagaan keuangan yang sudah memiliki landasan prinsip-prinsp
syariah.
Pada dasarnya di dalam praktiknya, laporan keuangan yang di audit merupakan
suatu cara untuk memastikan bahwa 104 informasi dalam laporan tersebut dapat
digunakan untuk pengambil keputusan dalam sebuah prosesan audit yang
dilaksanakan terhadap auditor independen yang menyatakan secara wajar pada
laporan keuangan tersebut. Perbankan syariah atau lembaga keuangan Islam lainnya
telah membentuk dewan pengawas syariah, yang bertanggung jawab untuk
menerbitkan laporan kepatuhan lembaga syariah dengan prinsip syariah.
Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab auditor yaitu, Ketaatan aturan dan
strandar yang berasal dari kerangka syariah yang mengatur transaksi ekonomi,
Melaporkan sejauh entitas syariah tersebut berpegang pagang konsep ihsan di atas
opersinya, Melaporkan bahwa zakat telah dihitung dengan benar dan dibayarkan ke
dana zakat publik, Memantau apakah dalam entitas syariah tersebut menggunakan
dana yang ditunjukan untuk kegiatan konvensional bercampur dengan dana untuk

13
kegiatan syariah dan Menyelidiki proses uji kelayakan untuk rektrukturisasi
pinjaman bank, pemulihan mekanisme, dan resolusi sengketa tanpa prasangka.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Agoes , Sukrisno. 2012. Auditing; Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh
Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat
Halim, Abdul. 2015. “AUDITING Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Mulyadi. 2002. Auditing Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

INTERNET :
Data diunduh melalui: http://www.penajampaserutara.com/peran-dan-tanggung-jawab-
auditor-di-lembaga-keuangan-syariah-dalam-mengeluarkan-opini/, Pada 08
Desember 2021, Pukul 22.10.
Data diunduh melalui: http://introphy.blogspot.co.id/2014/11/terjemahan-issues-and-
challenges-of.html?m=1, Pada 08 Desember 2021, Pukul 23.10
Data diunduh melalui: https://www.depokpos.com/2016/10/peran-dan-tanggungjawab-
auditor-di-lembaga-keuangan-syariah/, Pada 08 Desember 2021, Pukul 23.10

14

Anda mungkin juga menyukai