Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ETIKA BISNIS DARI BERBAGAI PERFEKTIF


Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis

Dosen Pembina :

Suaibatul Aslamiyah, S.AP., MM

Disusun Oleh :

1. Julaikha Umattul Khoiriyah (200301025)

2. Dian Nurrahmah Lailiyah (200301033)

3. Intan Salma Prisilia Ningtyas (200301034)

4. Adinda Agustin Widya Safitri (200301040)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

TAHUN AJARAN 2020-2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul Etika Bisnis dari Berbagai Perfektif.

Makalah ini berisikan tentang informasi Etika Bisnis dari Berbagai Perfektif,
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Etika Bisnis dari Berbagai Perfektif. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gresik, 22 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................ii

Daftar isi...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Perspektif dari Ajaran Islam..................................................................3


B. Perspektif dari Ajaran Barat ( Non Islam ).............................................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................25

Daftar Pustaka...............................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah khas filsafat moral seperti : etika, moral, moralitas, amoral,


immoral bahkan etiket cukup akrab dalam keseharian hidup manusia zaman ini.
Dalam konteks seperti itu(ilmiah atau remeh) istilah etika atau etis sering
dipertukarkan dengan moral dan moralitas. Secara etimologis, kata etika berasal
dari kata Yunani ethos (tunggal) yang berarti adat, kebiasaan, watak, sikap,
perasaan, dan car berpikir. Etika adalah ta etha atau adat kebiasaan yang baik
yang dipertahankan, dijunjung tinggi, dan diwariskan secara turun temurun.

Adanya penelitian yang harus dilakukan secara sistematis, metodologis,


dan kritis-rasionalistik adalah identik bahwa etika merupakan suatu ilmu. Secara
sederhana dapat dikatakan bhawa etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk atau ilmu tentang apa yang benar dan apa yang salah serta ilmu
tentang hak dan kewajiban moral. Pada tatanan ini etika identik dengan filsafat
moral.

Etika memampukan kita untuk selalu bersikap krtis terhadap berbagai


ideologi baru. Di era globalisasi, saat sekat-sekat ruang dan waktu telah
ditiadakan, berbagai ideologi baru bermunculan seiring dengan gelombang
modernisasi dan daya transformasi. Etika tidak hanya memampukan kita untuk
menghadapi beragam ideologi baru secara kritis dan objektif, melainkan terlebih
memampukan kita untuk membuat penilaian-penilaian kita sendiri secara
bertanggung jawab.

Bahasan pada bab ini dibicarakan dari dua perspektif, yaitu perspektif
Ajaran Islam dan Perspektif Ajaran Barat (non Islam). Kedua perspektif tersebut
akan menyoroti dari 3 (tiga) sistem pendekatan yaitu :

1
1. Sistem Etika Teleologi.

Sesuai dengan arti kata dasarnya, teori ideological (telos =tujuan) mendasarkan
pengambilan keputusan moral dengan pengukuran hasil atau konsekuensi suatu
perbuatan. Teori teleologi ini akan dibahas diantaranya teori yang dikembangkan
oleh Jeremy Bentham (w. 1832) dan Jhon Stuart Mil (w. 1873) bahwa Etika
Teleologi mendasarkan pada konsep utility (manfaat) yang kemudian disebut
Urilitarianism, dan teori konsep Keadilan Distribusi (Distributiy Justice) atau
keadilan yang berdasarkan pada konsep Fairness yang dikembangkan oleh Jhon
Rawis, seorang filsuf kontemporer dari Harvard University.

2. Sistem Etika Deontologi.

Teori deontological (deon = tugas, kewajiban) menentukan etika dari suatu


perbuatan berdasarkan aturan atau prinsip yang mengatur proses pengambilan
keputusannya. Bahasan mengenai teori Deontologi di antaranya teori - teori yang
dikembangkan oleh (hukum abadi), teori Virtune (keutamaan).

3. Teori Hybrid (turunan).

Teori ini merupakan kombinasi atau sesuatu yang berlainan dari teori teleologi
dan deontologi. Bahasan akan difokuskan antara lain dari teori Kebebasan
Individu (Personal Libertarianism) yang dikembangkan oleh Robert Nozick, Etika
Egoisme (Ethical Egoism) dan Etika Egoisme Baru ( Enlightened Ethical Egoism)
aset/interest, teori relativisme, teori hak, dan teori eksistensi.

B. RUMUSAN MASALAH

Apa saja yang termuat dalam etika bisnis dari berbagai perspektif dari ajaran
agama maupun perspektif dari ajaran barat (non islam) ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Menjelaskan serta menganalisis etika bisnis dari berbagai perspektif dari ajaran
agama maupun perspektif dari ajaran barat (non islam).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perspektif dari Ajaran Islam

Etika bisnis dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas, ada
beberapa hal

yang dapat dikemukakan sebagai tujuan umum dari studi etika bisnis, sebagai
berikut :

1. Menanamkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis;

2. Memperkenalkan argumentasi - argumentasi moral dibidang ekonomi dan


bisnis serta cara penyusunannya;

3. Membantu untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam menjalankan


profesi.

Dengan demikian, maka ketiga tujuan tersebut dari studi etika bisnis
diharapkan dapat membekali para stakeholders parameter yang berkenaan dengan
hak, kewajiban, dan keadilan sehingga dapat bekerja secara profesional demi
mencapai produktivitas dan efisiensi kerja yang optimal. Standar perilaku dan
karakter dari suatu masyarakat tergantung dari banyak sumber, antara lain : ajaran
agama, kebiasaan/adat , model panutan, keluarga dan teman, bacaan, dan yang
terakhir adalah dari keputusan penilaian seseorang dalam menilai perilaku orang
lain temasuk dalam menilai dirinya di masa lalu, saat ini, dan di masa mendatang.

Teori etika berkontribusi sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan


bisnis ketika pelaku dihadapkan dengan situasi yang memiliki dimensi moral.
Kemampuan atau kompetensi yang dibangun oleh etika bisnis antara lain adalah
kemampuan analytical, yaitu kemampuan memahami posisi dan hubungan
prinsip-prinsip moral dengan perbuatan (actions), kemampuan positive
(predictive), yaitu kemampuan memahami dan mengantisipasi reaksi - reaksi
pihak lain lain atas perilaku kita,serta kemampuan normative (prescriptive), yaitu

3
kemampuan memberikan pedoman untuk keputusan, kebijakan bisnis serta
memahami, dan memiliki prinsip-prinsip moral dalam setiap pengambilan
keputusan sebagai manajer atau pebisnis.

Etika Bisnis merupakan hal yang vital dalam perjalanan sebuah aktivitas
bisnis profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa Etika
Bisnis mempunyai fungsi substansial membekali para pelaku bisnis beberapa hal
sebagai berikut ini.

1. Membangun kode etik Islami yang mengatur, mengembangkan dan


menancapkan metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama. Kode etik ini juga
menjadi simbol arahan agar melindungi pelaku bisnis dari risiko;

2. Kode etik Islam dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggung jawab
pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis,
masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggung jawab di hadapan Allah;

3. Kode etik dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan


persoalan yang muncul, dari pada harus diserahkan kepada pihak peradilan;

4. Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesalan banyak persoalan yang
terjadi antara sesama pelaku bisnis, dan masyarakat tempat mereka bekerja.
Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (fraternity) dan kerja sama
(Cooperation) antara mereka semua;

5. Kode etik dapat membantu mengembangkan kurikulum pendidikan, pelatihan,


dan seminar yang diperuntukkan bagi pelaku bisnis yang menggabungkan, nilai-
nilai, moral, dan perilaku baik dengan prinsip - prinsip bisnis kontemporer;

6. Kode etik ini dapat merepresentasikan bentuk antara Islam yang kongkret dan
bersifat kultural sehingga dapat mendeskripsikan comprehensiveness
(univeralitas) dan orisinalitas ajaran Islam yang dapat diterapkan disetiap zaman
dan tempat, tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai llahi.

Lahirnya pemikiran etika biasanya didasarkan pada pengalaman dan nilai-


nilai yang diyakini para pencetusnya. Pengaruh ajaran agama kepada model etika

4
di Barat justru menciptakan elektronik baru dimana cenderung merenggut
manusia dan keterlibatan duniawi dibandingkan sudut lain yang sangat
mengemukakan rasionalisme dan keduniawian. Sedangkan dalam Islam
mengajarkan kesatuan hubungan antar manusia dengan Penciptannya.

Kehidupan totalitas duniawi dan ukhrawi dengan berdasarkan sumber


utama yang jelas yaitu Al - Qur'an dan Hadis. Etika dalam pemikiran Islam
dimasukkan dalam filsafat praktis (al hikmah al amaliyah) bersama politik dan
ekonomi.

Berbicara tentang bagaimana seharusnya Etika vs Moral. Moral = nilai


baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia (praktiknya - akhlak), etika-ilmu
yang mempelajari tentang baik dan buruk (ilmunya Urn al-akhlaq). Dalam disiplin
filsafat,etik sering disamakan dengan filsafat,etika sering disamakan dengan
Filsafat Moral.

Dasar Falsafah Etika dalam Islam

Etika bersama agama berkaitan erat dengan manusia, tentang upaya


pengaturan kehidupan dan perilakunya. Islam meletakkan "Teks Suci" sebagai
dasar kebenaran, sedangkan Filsafat Barat meletakkan "Akal" sebagai dasar.

Teori etika Islam pasti bersumber dari prinsip keagamaan. Teori etika
yang bersumber keagamaan tidak akan kehilangan substansi teorinya, karena teori
etika Imanuel Kant dibangun berdasarkan metafisika dan banyak orientasi etika
klasik dan modern bercorak keagamaan tanpa kehilangan warna teorinya.
Keimanan menentukan perbuatan, keyakinan menentukan prilaku.

Perspektif metafisika intinya tidak berbeda dengan perspektif agama.


Substansi utama penyelidikan tentang etika dalam Islam antara lain :

1. Hakikat Benar (birr) dan Salah;

2. Masalah Free Will dan hubungannya dengan kemahakuasaan Tuhan tanggung


jawab manusia;

3. Keadilan Tuhan realitas keadilan-Nya di hari kemudian.

5
Berbagai teori etika Barat dapat dilihat dari sudut Islam sebagai berikut :

1. Teleologi Utilitarian dalam Islam :

" Hak Individu dan kelompok Penting" dan "Tanggung Jawab adalah
perseorangan".

2. Distributor Justice dalam Islam :

Islam mengajarkan keadilan. Hak orang miskin berbeda dalam harta orang kaya.
Islam mengakui kerja dan perbedaan kepemilikan / kekayaan. Keharusan sama
rata pada kesempatan dan keadilan sosial. Bukan asal sama rata (blind justice).

3. Deontologi dalam Islam :

Niat baik tidak dapat mengubah yang "haram" jadi "halal". Walaupun tujuan, niat
dan hasilnya baik, namun bila caranya tidak baik tetap tidak baik.

4. Enternal Law dalam Islam :

Allah mewajibkan manusia untuk mempelajari / membaca wahyu-Nya dan


ciptaan-Nya. Keduanya harus dilakukan dengan seimbang, Islam mewajibkan
manusia aktif dalam kegiatan duniawi (muamalah) sebagai proses Tazkiyah
(growth and purification).

5. Relativisme dalam sudut pandangan islam :

Perbuatan manusia dan nilainya harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. Prinsip
konsultasi (shura) dengan pihak lain sangat ditentukan dalam Islam. Egoism tidak
ada tempat dalam Islam. Teori hak menurut sudut pandang Islam : menganjurkan
kebebasan memilih sesuai kepercayaannya dan menganjurkan keseimbangan.
Kebebasan tanpa tanggung jawab dan accountability tidak dapat diterima.
Tanggung jawab kepada Allah adalah individual.

Etika islam memiliki aksioma (ansumsi), yaitu :

1. Persatuan (unity) :

6
Konsep tauhid, aspek sosekpol dan alam, semuanya milik Allah, dimensi vertical,
hindari diskriminasi di segala aspek, hindari kegiatan yang tidak etis;

2. Keseimbangan (equilibrium) :

Konsep adil, dimensi horizontal, jujur dalam bertransaksi, tidak merugikan dan
tidak dirugikan;

3. Kehendak Bebas (free will) :

Kebebasan melakukan kontrak namun menolak laizezfire (invisible hand), karena


nafsu amarah cenderung mendorong pelanggaran syatem responsbility (tanggung
jawab), manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Bila orang lain
melakukan hal yang tidak etis tidak berarti boleh ikut-ikutan;

4. Manfaat/Kebaikan hati (benevolence) :

Ihsan atau perbuatan harus yang bermanfaat.

Dalam pengkajiannya, etika dalam Islam dapat dikategorikan sesuai


dengan pendekatannya. Pendekatan-pendekatan etika dalam Islam antara lain:

1. Etika scriptural-moralitas berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis (teks sumber


ajaran-skriptural);

2. Etika berdasarkan teologi (a) rasionalis (mutazilah), (b) semi rasionalis dan
voluntaris (Asyariah-Ortodoks: tunduk kepada kitab suci), (c) anti rasionalis
(interpretasi harfiah kitab suci);

3. Etika keagamaan (konsepsi Al-Qur'an tentang manusia dan kedudukan di alam


semesta sudah menerima pengaruh teologi dan filsafat Yunani);

4. Etika berdasarkan filsafat (pengaruh Socrates, Plato, Aristoteles, India, Persia).

Etika Skriptural

Etika scriptural dapat diartikan sebagai sebuah etika yang berangkat dari
interpretasi yang melibatkan aktivitas intelektual yang serius dan

7
sungguh-sungguh terhadap nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW
sebagai utama etika.

Al-Qur'an dipandang mencakup tiga hal utama, yaitu hakikat benar dan
salah, keadilan dan kekuasaan Tuhan, dan kebebasan dan tanggungjawab.
Sumber:

1. Al-Qur'an dan topik Analisis. Teks dan interpretasinya, kebaikan (khayr) dan
kebenaran(birr), keadilan Tuhan (đivine justice), tanggungjawab manusia.

2. Bukti-bukti dan Tradisi Hadis Nabi: kekuasaan Tuhan, Kemampuanmanusia,


kebaikan ada di dalam hati, rukun imam, inti:keadilan dan tanggung jawab moral.

Karakteristiknya :

1. Kurang menggunakan akal dan rasionalitas murni;

2. Menghasilkan pandangan-pandangan dan refleksi moral (bukan teori etika);

3. inti; substraksi dan etos Al-Qur'an.

Kegiatannya :

1. Menerangkan dan menginventarisasi ayat-ayat Al-Qur'an tentang aspek-aspek;

2. Benar-salah;

3. keadilan dan kekuasaan Tuhan;

4. Kebebasan dan tanggungjawab manusia.

Baik-buruk :

1. Sesuai teks Al-Qur' an dan bukti hadis dengan anjuran berbuat baik dan hindari
keburukan;

2. Dihubungkan dengan “balasannya";

3. Kebaikan sebagai “kecintaan kepada Tuhan".

Keadilan Tuhan:

8
Tuhan adil, melarang perbuatan tidak adil, cinta kepada orang yang adil, tidak
memberi “petunjuk kepada orang yang tidak adil".

Tanggungjawab manusia:

1. Atas “pertanyaan/pemeriksaan” Tuhan atas perbuayannya;

2. Prakondisi: pengetahuan, kesadaran, dan kebebasan manusia;

3. Konsep: Ketaatan dan kewajiban- untuk menjadi baik. Manusia harus


menempatkan diri terhadap Tuhannya dan perintah-perintah-Nya.

Teori Etika Teologis

Rasionalisasi etika, dasar-dasar deontology dari benar dan salah :

1. Kapasitas manusia dan tanggungjawabnya.

2. Kebijaksanaan Tuhan dan keadilan.

Etika kebebasan (voluntarism), ketentuan Tuhan sebagai dasar benar dan salah:

1. Capacity dan acquisition (kasb)

2. Keadilan dan ketidakadilan yang diterapkan Tuhan.

Persoalan teologi, memunculkan berbagai aliran pemikiran dalam Islam, antara


lain:

1. Mu'tazilah berhadapan Asy'ariah, meliputi: (a) Sumber pengetahuan = akal


pikiran;

2. Sumber hukum = Akal, Wahyu dan Agama; Syariat Baik/Buruk= Akal dan
Syariat;

3. Jabariah berhadapan Qadariah.

Persoalan baik dan buruk (Akal = Syariah), mengetahui=baik, tidak


mengetahui=buruk, akal manusia dapat mengetahuinya dengan pasti. Dasar

9
penentuan rasional = dengan melihat factor Maslahat dan Mafsadat. Baik = objek
pujian dan pahala; Buruk = objek celaaan dan dosa-hukuman.

Rasionalisme (Mu'tazilah)

1. Benar/Salah. Terbatas pada hukum-hukum etika yang berkaitan dengan :


pujian/cercaan, pahala/siksa. Manusia diberi akal jadi harus berpikir, untuk
menentukan (memilih) perbuatan. Perbuatan dan tanggung jawab bergantung pada
pengetahuan (akal pikiran). Akal menompang kehidupan etika secara keseluruhan.
Benar/salah diketahui lewat pengetahuan/akal (terlepas dan sebelum datangnya
wahyu). Melekatkan syariah dibawah akal.

2. Wahyu tidak menetapkan nilai tertentu pada perbuatan, wahyu hanya


mengabarkan adanya nilai tertentu pada perbuatan, wahyu hanya mengabarkan
adanya nilai tersebut, akal-lah yang membuktikan baik-buruknya suatu perbuatan.

3. Wahyu/agama datang untuk pengujuan dan pembuktian.

4. Fungsi wahyu : menggambarkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan akal,


arbitrasi terhadap konflik antara wahyu dan lainnya, menekankan pada perbuatan-
perbuatan khusus.

5. Tanggungjawab manusia terhadap kewajiban-kewajiban yang :

* Memiliki kebaikan intrinsic (kepada sesama manusia, kepada Tuhan, kepada


diri sendiri);

* Berasal dari Tuhan;

* Berasal dari dalam manusia sendiri.

Tidak semua perbuatan adalah moral (Abdul Jabar mengklasifikasi perbuatan :


mubah, sunnah, wajib-sempit, dan luas).

Semi Rasionalis-Asyariah

1. Dasar Penentuan Benar/Salah:

10
* Benar = apa yang dikehendaki dan diperintahkan Allah, salah = apa yang
dilarang Allah;

* Perbuatan (benar/salah) itu ciptaan Tuhan dan manusia;

* Wahyu mnenentukan segala hal yang menjadi kewajiban secara moral dan
agama;

* Peran wahyu (agama): mengonfirmasikan apa yang telah ditemukan oleh akal.
Namun karena akal manusia terbatas/ tidak sempurna, maka perlu aturan-aturan
agama sebagai pembimbingnya.

2. Tanggung jawab Manusia:

* Sebatas/sesuai dengan perbuatan yang berasal dari kekuasaan yang diciptakan


saja. Kekuasaan kreatif dan abadi ada di Tuhan;

* ada Atas perbuatan yang: wajib, dilarang, dianjurkan, makruh, dan dibolehkan
(mubah). Semua berasal dari wahyu.

* Keadilan Tuhan: Apa pun yang dilakukan/dikehendaki Tuhan itu adil.

Etika Filsafat

Latar belakang pendapatan mayoritas ahli-ahli Islam: tidak ada mazhab


etika dalam pemikiran Islam (karena umat Islam memiliki sumber yang cukup
dari Al-Qur’-an dan Hadis). Baru ada pembahasan setelah bersinggungan dengan
kebudayaan Yunani yang utamanya berbicara tentang:

1. Konsep kebahagiaan,

2. Kekekalan jiwa,

3. Teori eksistensi dan emanasi.

Prinsip utama:

1. Berpihak pada teori etika yang bersifat universal dan fitri. Semua manusia pada
hakikatnya memiliki pengetahuan fitri tentang Baik dan Buruk (pertemuan filsafat
Islam dengan filsafat Yunani).

11
2. Moralitas dalam Islam didasarkan keadilan menempatkan segala sesuatu pada
porsinya, sesuai debgan teori Moderasu (hadd al-wasath) Aristoteles, Al-Qur’an :
kaum muslim sebagai umat jalan tengah, Hadis : urusan yang terbaik adalah
pertengahannya.

3. Tindakan etis akan menghasilkan kebahagiaan termasuk kebahagiaan di dunia


dan fisik (Ibnu Miskawaih).

4. Tindakan etis bersifat rasional (tidak sejalan dengan Kantianism).

Filsuf dan Teolog Mutazillah, percaya bahwa manusia-manusia yang


qualified mampu memperoleh pengetahuan tentang etika dari pemikiran rasional
mereka. Filsafat Etika Kant : Immanuel Kant; landasan bagi etika dan moralitas;
adanya wujud Tuhan, kenebasan berkehendak dan kekekalan jiwa (ini semua isu-
isu agama); pasa level teoretis metafisika tidak berbeda dengan agama.

Tokoh-tokohnya adalah:

1. Al Farabi : sangat terpengarug Aristoteles, memasukkan etika sebagai salah


satu canang dalam ilmu sosial.

2. Al Tahanaivi : Tentang teori praktik dalam etika. Etika secara teori adalah
ilmu tentang kemaslahatan individu atau pengaturan rumah tangga dan
masyarakat (seperti Aristoteles), dan secara praktis adalah etika tasawufyi. Bagian
dari upaya mengetahui keberadaan jiwa (seperti ilmu kalam tentang keyakinan
jiwa). Tidak ada hubungan etika secara teori dan praktik.

3. Miskawaih: Tidak lebih dari teori etika Plato, Aristoteles, dan Galen.

Kesimpulan Filsafat-Rasionalis : pemikiran (teori) mendahului perbuatan;


keyakinan mendahului perilaku; setiap perbuatan adalah netral nilai. Nilai suatu
perbuatan bersifat relatif terhadap konteks dan tujuannya. Penilaian dapat berbeda
tergantung penerapannya. Nilai suatu perbuatan bersifat relatif terhadap konteks
dan tujuannya. Penilaian dapat berbeda tergantung penerapannya.

Etika Keagamaan

12
Ciri-cirinya antara lain :

1. Berakar pada Al-Qur’an dan Hadis.


2. Cenderung melepas kepelikan metodologi, langsung mengungkapkan
moralitas Islam secara langsung.
3. Kebaikan/perilaku yang baik menurut:al-Dunya, Miskawaih, Hasan al-
Basni, Mawardi.

Kebaikan/perilaku yang baik,

Al-Dunya : ucapan yang benar, setia dan taat kepada Allah, dermawan,
membalas perbuatan baik, baik terhadap keluarga, baik terhadap tetangga,
menegakkan kebenaran, solider terhadap teman, ramah tamah, rendah hati.

1. Miskawaih :
Menyerang orang-orang yang asyik duniawi. Tamak dan materialistis,
jangan salahkan orang lain, intropeksilah, ingat mati, jangan terlena
duniawi.
2. Hasan al-Basri :
Kesederhanaan dan kesejahteraan sebagai dua kebaikan utama, sementara
penderitaan yang diberikan Allah sebagai ujian agar tidak terlena duniawi,
metode: rasionalis secara bertahap terhadap metode pembuktian silogistik
dengan proses tradisional.
3. Mawardi :
Kedudukan akal
Instingtif = Tentang objek kewajiban – persepsi dan intuisi kebenaran
utama
Perolehan = Tumbuh

Teori Keadilan Distribusi Islam

Para pengamat mengatakan bahwa, tujuan distribusi dalam islam adalah


persamaan dalam distribusi. Tapi apa yang dimaksud dengan persamaan tersebut
masih abstrak. Karena bagi sebagian mengatakan bahwa, yang dimaksud adil itu
bila setiap orang dibayar sesuai dengan kontribusi yang ia berikan. Sebagian lagi
mengatakan bahwa, keadilan itu tergantung pada kebutuhan sesorang.

13
Dalam pandangan munawar iqbal bahwa yang dimaksud dengan
distributivejustice dalam islam adalah distribusi yang menjamin 3 hal berikut :

1. Jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua


2. Objektifitas/keadilan tetapi bukan persamaan dalam pendapatan
individu
3. Pembatasan ketidakmerataan ekstrem dalam pendapatan dan kekayaan
individu

Dan ada lagi yang berpendapat bahwa keadilan itu berarti :

1. Kepada masing-masing pembagian yang sama


2. Kepada masing-masing sesuai dengan kebutuhan
3. Kepada masing-masing sesuai dengan usahanya
4. Kepada masing-masing sesuai kontribusi sosialnya
5. Kepada masing-masing sesuai dengan kelebihannya (meritokrasi)

Dalam persoalan kebutuhan dasar dalam pandangan islam adalah bagian


terpenting dari visi islam dan tujuan utama dari sistem hidup yang dibagun. Islam
mengizinkan perbedaan dalam pendapatan, karena dasar keadilan bagi semua
adalah adanya kebebasan dalam melakukan pekerjaan dan ia akan mendapatkan
pendapatan sesuai dengan pekerjaannya.

Islam membangun kohesivitas sosial, kasih sayang, dan persaudaraan. Hal


itu diwujudkan dalam kewajiban zakat, infak, dan sedekah yang merupakan
bentuk riil dari kepedulian antarsesama yang dibangun guna mewujudkan
keharmonisan sosial.

Dari semua pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan /


keputusan etis tergantung niatnya, yang dalam sebuah Hadis Rasulullah SAW.
berbunyi :

“Bahwasannya semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasannya apa yang
diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang
siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya. Dan barang siapa yang berhijrah

14
karena mencari dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya
yaitu akan memperoleh apa yang diniatkannya”.

B. Perspektif dari Ajaran Barat ( Non Islam )

Teori Keadilan Distribusi

Inti dari teori ini bahwa “Perbuatan disebut etis bila menjunjung keadilan
distribusi barang dan jasa” yang berdasarkan pada konsep “fairness”. Konsep
yang dikemukakan oleh John Rawls, filsuf kontemporer dari Harvard memiliki
nilai dasar keadilan ( justice ).

Di sini, suatu perbuatan adalah etika bila berakibat pemerataan / kesamaan


kesejahteraan dan beban. Sehingga konsep ini berfokus kepada metode
distribusinya. Distribusi sesuai bagiannya, kebutuhannya, usahanya, sumbangan
sosialnya dan sesuai merit ( jasa ) nya, dengan ukuran hasil yang dapat
meningkatkan kerja sama dalam / antara anggota masyarakat. Walaupun berfokus
pada keadilan dan pemerataan, pendekatan ini pun memiliki permasalahan dalam
penerapannya. Mayoritas kita tidak mengetahui posisi terhadap hasil keputusan.
Menguntungkan atau malah merugikan. Diperlukan informasi atau pengetahuan
tentang peran dan posisinya dalam masyarakat ( si kaya atau si miskin, berkuasa
atau tidak punya kuasa ) dan akibat dari keputusan tersebut.

Teori Utilitarianism

Teori etika yang paling mewakili pendekatan teleology disebut


utilitarianism. Teori ini mengarahkan kta dalam pengambilan keputusan etika
dengan pertimbangan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya (
the greatest good for the greatest number ). Artinya, bahwa hal yang benar
didefinisi sebagai hal yang memaksimalisasi apa yang baik atau meminimalisir
apa yang berbahaya bagi kebanyakan orang.

Pendekatan ini dipandang liberal dan relatif paling mudah


digunakan dengan bentuk dasar analisis Biaya – Manfaat ( Cost – Benefit
Analysis ). Keputusan diambil pada manfaat terbesar dibanding biayanya.
Bentham menciptakan prosedur mekanis untuk memperkirakan status moral dari

15
suatu perbuatan, metodenya disebut felific calculus. Kemudian S. Mill melakukan
revisi dan mengembangkan lebih lanjut konsep ini sehingga menjadi bagian
penting dalam konsep liberal dalam tujuan kebijakan Negara.

Konsep Deontologi

Deontologi berasal dari kata deon yang berarti tugas atau kewajiban.
Apabila sesuatu dilakukan berdasarkan kewajiban, maka ia melepaskan sama
sekali moralitas dari konsekuensi perbuatannya. Jadi, keputusan menjadi baik
karena memang sesuai dengan “kewajiban” , dan dianggap buruk karena memang
“dilarang”.

Prinsip dasar konsep ini adalah tugas ( duty ) individu untuk kesejahteraan
sesame dan kemanusiaan. Typical penganut pendekatan ini adalah orang – orang
beragama ( ikut ketentuan / kewajiban dalam agama ) dan orang hukum.

Tokoh pengembangan konsep ini adalah Immanuel kany ( w. 1804 ). Kant


mengembangkan konsep filosofi modalnya dalam ketiga karyanya yaitu :
Fundamental principles of the metaphysic of morals ( 1785 ) , Critique of
practical reason ( 1788 ) , and metaphysic of morals ( 1798 ). Teorinya yang
disebut Kantianism deontologi mengatakan bahwa, keputusan moral harus
berdasarkan aturan – aturan dan prinsip – prinsip universal, bukan “hasil” atau
“konsekuensi” seperti dalam teleologi.

Dasar dari konsep ini adalah yang di sebutnya sebagai “kategori


Imperatif”. Prinsip – prinsip atau aturan – aturan yang memang secara umum
( universal ) di praktikkan atau diterima , sebagai suatu kewajiban yang tidak
bersyarat atau kewajiban yang harus dilakukan tanpa memandang kemauan atau
perasaan kita. Suatu perbuatan adalah baik karena memang harus dilakukan
( kewajiban ).

16
Jadi, sesuatu menjadi baik karena berdasarkan “kategori imperatif” yang
mewajibkankita begitu saja, tak tergantung syarat apapun. Dasar filosofis
Immanuel Kant tentang manusia untuk Deontologi adalah “Manusia harus di
hormati sebagai suatu tujuan tersendiri, tidak boleh dijadikan sarana untuk tujuan
lain”.

Teori Keutamaan ( Virtue Ethics )

Dasar teori keuntungan bukanlah “aturan atau prinsip yang secara


universal benar atau di terima”, namun “apa yang paling baik bagi manusia untuk
hidup”. Dasar teori ini adalah tidak menyoroti perbuatan manusia semata, namun
seluruh manusia sebagai pelaku moral.

Pendekatan ini menggunakan dasar pemikiran Aristoteles ( 384 – 322


SM ) tentang kebajikan / kesalehan, dimana manusia sebagai makhluk politik tak
dapat lepas dari polis / komunitasnya. Contoh nilai – nilai keutamaan disini antara
lain : kebijaksanaan, keadilan, rendah hati, kerja keras, hidup yang baik yaitu
hidup berkeutamaan, konteks komuniter, Bisnis : Kejujuran, Fairness,
kepercayaan, dan keuletan.

Nilai – nilai baik dari plato, Aristoteles dan juga St. Thomas Aquinas
tentang keutamaan : Religious ( iman, sedekah, harapan ) dan Intellectual
( kebijaksanaan, keadilan, dan lain – lain ).

Teori Hukum Abadi ( Eternal Law )

Dasar dari teori ini adalah bahwa perbuatan etis harus di dasarkan ajaran
kitab suci dan alam, namun permasalahan timbul karena kemudian agama
menganjurkan meninggalkan keduniawian dengan meditasi ( kegiatan spiritual
saja ) untuk menjadi orang sempurna.

Teori Personal Libertarianism

Dikembangkan oleh Robert Nozick, dimana perbuatan etikal diukur bukan


dengan keadilan distribusi kekayaan namun dengan keadilan / kesamaan
kesempatan bagi semua terhadap pilihan – pilihan yang ada ( diketahui ) untuk

17
kemakmuran mereka. Teori ini pecaya bahwa moralitas akan tumbuh subur dari
maksumalisasi kebebasan individu.

Teori Ethical Egoism

Dalam teori ini maksimalisasi kepentingan individu dilakukan sesuai


keinginan individu yang bersangkutan. Kepentingan bukan harus barang /
kekayaan, bisa pula ketenaran, keluarga bahagia, pekerjaan yang baik atau apa
pun yang dianggap penting oleh mengambil keputusan,

Teori ini mengalami pengembangan yang disebut Englightened Ethical


Egoism ( self interest ), dimana berfokus pada kepentingan individu terhadap
perspektif masyarakat / kemanusiaan secara keseluruhan.

Teori Existentialism

Tokoh yang mengembangkan paham ini adalah Jean – Paul Sartre,


menurutnya standar perilaku tidak dapat diranionaliskan. Tidak ada perbuatan
yang benar – benar salah atau benar – benar benar atau sebaliknya.

Teori Relativism

Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relatif. Jawaban etika
tergantung dari situasinya. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa tidak ada
kriteria universal untuk menentukan perbuatan etis.

Teori Hak ( Right )

Teori ini cenderung paling banyak digunakan dan populer untuk masa modern.
Nilai dasar yang dianut adalah liberty ( kebebasan ). Perbuatan etis harus
berdasarkan hak individu terhadap kebebasan memilih. Setiap individu memiliki
hak moral yang tidak dapat ditawar. Manusia sebagai makhluk Tuhan dan
makhluk sosial mempunyai hak dalam kehidupannya yang disebut dengan hak
manusia atau hak hak asasi manusia. Hak manusia adalah hak yang dianggap
melekat pada setiap manusia, sebab berkaitan dengan realitas hidup manusia
sendiri.Menurut Abdulkadir Muhammad ( 2006 ; 9 ) hak manusia mempunyai

18
sifat dasar dan asasi ( hukum rights ), sehingga hak manusia tersebut merupakan
hak yang :

1. Tidak dapat dicabut atau direbut karena sudah ada sejak manusia itu ada;
2. Tidak tergantung dari persetujuan orang;
3. Merupakan bagian dari eksistensi manusia di dunia.

Hak asasi manusia mendasari seluruh organisasi hidup bersama termasuk


organisasi bermotif profit atau bisnis, dan dapat menjadi undang – undang, makna
hak asasi manusia menjadi jelas ketika pengakuan hak tersebut dipandang sebagai
bagian humanisasi hidup yang telah mulai digalang sejak manusia yang terpenting
dan telah dirumuskan antara lain tercantum dalam Magna Charta ( 1215 ) yang
menyebutkan bahkan manusia berhak menghadap pengadilan. Dalam The
Virginia Bill of Rights ( 1776 ) ditegaskan bahwa manusia brhak atas life, liberty,
the pursuit of happiness dan declaration des droits de i” home et du citoyen
( 1791 ) yang menyatakan bahwa manusia berhak atas egallite, fraternite, dan
liberte.

Hak – hak asasi manusia tersebut bukanlah suatu hadiah dari seseorang, tetapi
diperoleh dengan perjuangan. Magna Charta diperoleh setelah raja John Lackland
dipaksa untuk menandatangani piagam tersebut, sehingga kekuasaan raja dibatasi,
antara lain dengan adanya aturan pajak harus seizin Great Council ( dewan
tertinggi ), hak – hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja dan
warga Negara yang merdeka tidak boleh ditahan, diasingkan, dibuang, dihukum
mati, dirampas,kekayaanya, atau diperkosa hak – haknya tanpa pertimbangan
hukum dan Undang – Undang.

Undang – undang Hak Warga Negara ( Bill of Right ) merupakan hasil


revolusi besar menantang raja James II dari Inggris. Dalam Undang – Undang ini
pengakuan akan hak – hak asasi manusia mengalami kemajuan besar dengan
adanya :

1. Kebebasan dan kerahasiaan dalam pemilihan anggota parlemen ;


2. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat;
3. Pajak, Undang – Undang dan pembentukan tentara harus seizin parlemen ;

19
4. Hak warga Negara untuk memeluk dan menjalankan agama menurut
kepercayaan masing – masing ; dan
5. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.

Puncak pengakuan hak asasi manusia dicapai pada saat PBB


memproklamasikan pernyataan universal tentang hak asasi manusia ( Universal
Declaration of Human Right ) pada tanggal 10 Desember 1948 yang dalam
mukadimahnya menyebutkan bahwa sesungguhnya hak – hak kodrati manusia
merupakan pemberian Tuhan Yang Maha Esa. Hak – hak kodrati tersebut tidak
dapat dipisahkan dari manusia itu sendiri, karena setiap manusia berhak untuk
hidup layak, bebas tanpa tekanan, selamat, dan bahagia.

Dari deklarasi tersebut kemudian lahirnya berbagai konvensi atau kesepakatan


– kesepakatan internasional yang membahas dan menetapkan hak – hak asasi
manusia, seperti :

1. Hak berorganisasi dan berunding ( 1 Juli 1949 ). Semua orang termasuk


karyawan perusahaan memiliki hak untuk berorganisasi dan melakukan
perundingan, baik di lingkungan perusahaan dimana dia bekerja maupun di
luar perusahaan.

2. Pengupahan yang sama bagi buruh pria dan wanita untuk pekerjaan yang sama
(29 Juni 1951) jenis kelamin yang berbeda tidak dapat digunakan perusahaan
untuk membedakan upah kecuali pada pekerjaan yang berbeda

Dalam hal ini dianut prisip kesetaraan gender.

1. Hak-hak politik wanita (20 Desember 1952) dalam beberapa hal kaum
perempuan berbeda dengan para laki-laki. Wanita secara kodrati lebih lemah
dari laki-laki dan ditakdirkan sebagai ibu orang yang melahirkan. Karenanya
wanita berhak dilindungi dari pekerjaan berat secara fisik dan diberi waktu
untuk proses melahirkan.
2. Hak-hak anak (20 November 1959) perilaku bisnis tidak dibenarkan
menggunakan anak-anak sebagai tenaga kerja.

20
3. Menentang diskriminasi dalam pendidikan (21 Desember 1961) Perusahaan
tidak dibenarkan melakukan diskriminasi dalam kesempatan pendidikan.
Semua kariawan memperoleh hak dan peluang yang sama dalam fasilitas
pendidikan. Namun bila ada peluang, perusahaan tidak dibenarkan
membedakan peluang berdasarkan jenis kelamin, asal, agama, suku, dan
sebagainya.
4. Hak ekonomi, sosial, dan budaya (16 Desember 1966) Termasuk dalam hak
ekonomi adalah : kebebasan atas hak milik, hak mendapatkan kesempatan
yang sama dalam bekerja, hak terhadap produksi, hal menyangkut konsumsi
dan hak atas pangan. Hak sosial adalah hak pelayanan kesehatan, termasuk
hak atas lingkungan hidup yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan. Hak
budaya adalah hak memperoleh pendidikan.
5. Hak-hak sipil dan politik (16 Desember 1966) Termasuk hak hidup, hak
persamaan, kebebasan perpikir dan menyatakan pendapat, dan hak kebebasan
berkumpul.

Karena manusia pada dasarnya adalah sama, maka hak didasarkan atas
martabat manusia itu sendiri dan martabat semua manusia itu adalah sama dan
akibatnya dia tidak boleh diperlakukan dengan cara yang berbeda. Dalam hal ini
manusia individual siapapun tidak boleh dikorbankan demi tercapainya suatu
tujuan yang lain.

Manusia selalu harus dihormati sebagai tujuan sendiri dan tidak pernah boleh
diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi untuk terpacainya tujuan lain
(Bertens, 2000;7). Semua hak-hak asasi yang disebut diatas dan telah menjadi
kesepakatan internasionalnya dan dinyatakan berlaku harus dan wajib untuk
digunakan oleh pebisnis baik secara pribadi maupun oerganisasinya.

Selain hak-hak diatas secara personal seseorang itu memiliki hak privasi yang
tak dapat dilanggar oleh siapapun. Hak privasi itu antara lain hak privasi untuk
diganggu, hak privasi psikologis, dan hak privasi fisik.

Secara psikologis seseorang itu memiliki hak privasinya, yakni hak-hak yang
berkaitan dengan kehidupan diri sesorang, termasuk diantaranya adalah pikiran

21
dan rencana, keyakinan atau kepercayaan, nilai-nilai pribadi, perasaan dan
keinginannya. Seseorang itu memiliki hak privasi yang berhubungan dengan
fisiknya yang tidak dapat dilanggar orang lain.

Terkait dengan privasi ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan pebisnis
atau seorang terhadap orang lainnya termasuk pelanggan, yakni relevansi,
pemberitahuan, persetujuan, ketepatan, tujuan dan penerima dan keamanan. Data
relevansi dengan tujuan penggunaan data tersebut pengumpul informasi harus
memberitahukan kepada orang yang datanya dimintaa katakanlah pelanggan
tentang tujuan pengumpulan atau pendapatan tersebut.

Data perorangan atau pribadi baru dapat dicatat, di kumpulkan, dan dibukukan
bilamana sudah mendapatkan persetujuan (izin) dari pemiliknya dan hanya dapat
dipakai untuk tujuan yang telah disetujui pula. Informasi yang diperoleh dan
dicatat dari seseorang lain secara hukum ini harus akurat dan memiliki tujuan
yang sah dan dapat dinikmati pembeli informasi (Pelanggan). selain itu informasi
yang dikumpulkan pihak pelaku bisnis (penerima informasi) dapat mengamankan
dan tidak memberikannya kepada pihak-pihak yang tidak disetujui pemiliknya,
baik secara implisit maupun eksplisit.

Pelanggan dalam kacamata etika, berhak mendapatkan haknya dari ekonomi


usaha bebas (free enterprise economy) yakni hak untuk membuat pikihan yang
terinformasi dan tidak terbatas dari suatu susunan alternatif, bila hak ini dikurangi
karena penyalahgunaan bisnis, konsekuensi masyarakat menegaskan bahwa
pemerintah wajib mempengaruhi pilihan konsumen melalui pembatasan dalam
kelautan monopoli dan melalui pengembangan kecurangan dan praktek dagang
lain yang tidak jujur (Engle, 1994;6)

Etika Filsfat Moral

Pada dasarnya etika merupakan refleksi kritis-sistematik perihal moralitas


manusia sebagai manusia. Jadi, etika merupakan suatu actus reflectionis. Etika
merupakan ilmu kritis-sistematis tentang moralitas.

22
William K. Frankena dalam Ethics (1973:4-5) menegaskan bahwa sebagai
filsafat moral, etika identik dengan berpikir falsafi tentang moralitas, persoalan-
persoalan moral, dan keputusan-keputusan moral. Hal lain yang menarik dari
William K. Frankena adalah pemaknaan etika sebagai philosophical thinking
about morality atau berpikir falsafi tentang moralitas.

Menurut Frankena, ada tiga jenis berpikit falsafi tentang moralitas


manusia;

Pertama, berpikir falsafi sebagai penyelidikan empirik-deskriptif atas


fakta moral (perilaku manusia). Berpikir model ini biasanya dilakukan oleh
ilmuwan sosial, seperti: antropolog, sosiolog, psikolog, ekonom, akuntan, para
ahli hukum, dan lain-lain. Sasarannya adalah untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan fenomena atau gejala-gejala moral.

Kedua, berpikir normatif. Berpikir falsafi disini diidentikan frankena


dengan berpikir normatif. Dari istilahnya, Nampak bahwa berpikir model ini
mengarah kepada norma atau nilai moral. Berpikir falsafi normatif biasanya
dilakukan oleh para filsuf-etikawan ketika mempersoalkan sistem atau norma
moral, seperti: kejujuran, keadilan, kebenaran, hak dan kewajiban serta tanggung
jawab moral. Hasil kegiatan berpikir model ini selalu berbentuk penegasan atas
keputusan moral.

Ketiga berpikir analisis, kritis, dan metaetis. Berpikir falsafi model ini
berupaya untuk mempertanyakan atau menjawab setiap pertanyaan logis,
epistemologis, dan semantik.

Penentuan sikap sebagaimana tercermin dalam bentuk tindakan yang benar dan
tepat secara moral dengan sendirinya akan memberi arah yang jelas kepada hidup
kita dimasa depan.

Contoh Kasus

Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT


Megasari Makmur yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT
Megasari Makmur juga memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan

23
berbagai jenis pengharum ruangan. Obat nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya
sebagai obat nyamuk yang murah dan lebih tangguh untuk kelasnya. Selain di
Indonesia HIT juga mengekspor produknya ke luar Indonesia.

Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur


dinyatakan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan
Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia.
Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi
di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan
manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan
pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.

HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah


ternyata sangat berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga
Diklorvos (zat turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang
penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya
yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Selain itu,
Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari Makmur ke
Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006. Korbannya
yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah
akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-
nyamuk HIT.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasan pada bab ini dibicarakan dari dua perspektif, yaitu perspektif Ajaran
Islam dan Perspektif Ajaran Barat (non Islam). Kedua perspektif tersebut akan
menyoroti dari 3 (tiga) sistem pendekatan yaitu :

1. Sistem Etika Teleologi.

Sesuai dengan arti kata dasarnya, teori ideological (telos =tujuan) mendasarkan
pengambilan keputusan moral dengan pengukuran hasil atau konsekuensi suatu
perbuatan.

2. Sistem Etika Deontologi.

Teori deontological (deon = tugas, kewajiban) menentukan etika dari suatu


perbuatan berdasarkan aturan atau prinsip yang mengatur proses pengambilan
keputusannya.

3. Teori Hybrid (turunan).

Teori ini merupakan kombinasi atau sesuatu yang berlainan dari teori teleologi
dan deontologi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Pristyadi, Budiono. 2020. Modul Etika Bisnis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

L. Sinuor, Yosephus. 2010. Etika Bisnis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor


Indonesia.

26

Anda mungkin juga menyukai