Dosen Pembina :
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Makalah ini berisikan tentang informasi Etika Bisnis dari Berbagai Perfektif,
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Etika Bisnis dari Berbagai Perfektif. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................25
Daftar Pustaka...............................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasan pada bab ini dibicarakan dari dua perspektif, yaitu perspektif
Ajaran Islam dan Perspektif Ajaran Barat (non Islam). Kedua perspektif tersebut
akan menyoroti dari 3 (tiga) sistem pendekatan yaitu :
1
1. Sistem Etika Teleologi.
Sesuai dengan arti kata dasarnya, teori ideological (telos =tujuan) mendasarkan
pengambilan keputusan moral dengan pengukuran hasil atau konsekuensi suatu
perbuatan. Teori teleologi ini akan dibahas diantaranya teori yang dikembangkan
oleh Jeremy Bentham (w. 1832) dan Jhon Stuart Mil (w. 1873) bahwa Etika
Teleologi mendasarkan pada konsep utility (manfaat) yang kemudian disebut
Urilitarianism, dan teori konsep Keadilan Distribusi (Distributiy Justice) atau
keadilan yang berdasarkan pada konsep Fairness yang dikembangkan oleh Jhon
Rawis, seorang filsuf kontemporer dari Harvard University.
Teori ini merupakan kombinasi atau sesuatu yang berlainan dari teori teleologi
dan deontologi. Bahasan akan difokuskan antara lain dari teori Kebebasan
Individu (Personal Libertarianism) yang dikembangkan oleh Robert Nozick, Etika
Egoisme (Ethical Egoism) dan Etika Egoisme Baru ( Enlightened Ethical Egoism)
aset/interest, teori relativisme, teori hak, dan teori eksistensi.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa saja yang termuat dalam etika bisnis dari berbagai perspektif dari ajaran
agama maupun perspektif dari ajaran barat (non islam) ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Menjelaskan serta menganalisis etika bisnis dari berbagai perspektif dari ajaran
agama maupun perspektif dari ajaran barat (non islam).
2
BAB II
PEMBAHASAN
Etika bisnis dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas, ada
beberapa hal
yang dapat dikemukakan sebagai tujuan umum dari studi etika bisnis, sebagai
berikut :
Dengan demikian, maka ketiga tujuan tersebut dari studi etika bisnis
diharapkan dapat membekali para stakeholders parameter yang berkenaan dengan
hak, kewajiban, dan keadilan sehingga dapat bekerja secara profesional demi
mencapai produktivitas dan efisiensi kerja yang optimal. Standar perilaku dan
karakter dari suatu masyarakat tergantung dari banyak sumber, antara lain : ajaran
agama, kebiasaan/adat , model panutan, keluarga dan teman, bacaan, dan yang
terakhir adalah dari keputusan penilaian seseorang dalam menilai perilaku orang
lain temasuk dalam menilai dirinya di masa lalu, saat ini, dan di masa mendatang.
3
kemampuan memberikan pedoman untuk keputusan, kebijakan bisnis serta
memahami, dan memiliki prinsip-prinsip moral dalam setiap pengambilan
keputusan sebagai manajer atau pebisnis.
Etika Bisnis merupakan hal yang vital dalam perjalanan sebuah aktivitas
bisnis profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa Etika
Bisnis mempunyai fungsi substansial membekali para pelaku bisnis beberapa hal
sebagai berikut ini.
2. Kode etik Islam dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggung jawab
pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis,
masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggung jawab di hadapan Allah;
4. Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesalan banyak persoalan yang
terjadi antara sesama pelaku bisnis, dan masyarakat tempat mereka bekerja.
Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (fraternity) dan kerja sama
(Cooperation) antara mereka semua;
6. Kode etik ini dapat merepresentasikan bentuk antara Islam yang kongkret dan
bersifat kultural sehingga dapat mendeskripsikan comprehensiveness
(univeralitas) dan orisinalitas ajaran Islam yang dapat diterapkan disetiap zaman
dan tempat, tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai llahi.
4
di Barat justru menciptakan elektronik baru dimana cenderung merenggut
manusia dan keterlibatan duniawi dibandingkan sudut lain yang sangat
mengemukakan rasionalisme dan keduniawian. Sedangkan dalam Islam
mengajarkan kesatuan hubungan antar manusia dengan Penciptannya.
Teori etika Islam pasti bersumber dari prinsip keagamaan. Teori etika
yang bersumber keagamaan tidak akan kehilangan substansi teorinya, karena teori
etika Imanuel Kant dibangun berdasarkan metafisika dan banyak orientasi etika
klasik dan modern bercorak keagamaan tanpa kehilangan warna teorinya.
Keimanan menentukan perbuatan, keyakinan menentukan prilaku.
5
Berbagai teori etika Barat dapat dilihat dari sudut Islam sebagai berikut :
" Hak Individu dan kelompok Penting" dan "Tanggung Jawab adalah
perseorangan".
Islam mengajarkan keadilan. Hak orang miskin berbeda dalam harta orang kaya.
Islam mengakui kerja dan perbedaan kepemilikan / kekayaan. Keharusan sama
rata pada kesempatan dan keadilan sosial. Bukan asal sama rata (blind justice).
Niat baik tidak dapat mengubah yang "haram" jadi "halal". Walaupun tujuan, niat
dan hasilnya baik, namun bila caranya tidak baik tetap tidak baik.
Perbuatan manusia dan nilainya harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. Prinsip
konsultasi (shura) dengan pihak lain sangat ditentukan dalam Islam. Egoism tidak
ada tempat dalam Islam. Teori hak menurut sudut pandang Islam : menganjurkan
kebebasan memilih sesuai kepercayaannya dan menganjurkan keseimbangan.
Kebebasan tanpa tanggung jawab dan accountability tidak dapat diterima.
Tanggung jawab kepada Allah adalah individual.
1. Persatuan (unity) :
6
Konsep tauhid, aspek sosekpol dan alam, semuanya milik Allah, dimensi vertical,
hindari diskriminasi di segala aspek, hindari kegiatan yang tidak etis;
2. Keseimbangan (equilibrium) :
Konsep adil, dimensi horizontal, jujur dalam bertransaksi, tidak merugikan dan
tidak dirugikan;
2. Etika berdasarkan teologi (a) rasionalis (mutazilah), (b) semi rasionalis dan
voluntaris (Asyariah-Ortodoks: tunduk kepada kitab suci), (c) anti rasionalis
(interpretasi harfiah kitab suci);
Etika Skriptural
Etika scriptural dapat diartikan sebagai sebuah etika yang berangkat dari
interpretasi yang melibatkan aktivitas intelektual yang serius dan
7
sungguh-sungguh terhadap nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW
sebagai utama etika.
Al-Qur'an dipandang mencakup tiga hal utama, yaitu hakikat benar dan
salah, keadilan dan kekuasaan Tuhan, dan kebebasan dan tanggungjawab.
Sumber:
1. Al-Qur'an dan topik Analisis. Teks dan interpretasinya, kebaikan (khayr) dan
kebenaran(birr), keadilan Tuhan (đivine justice), tanggungjawab manusia.
Karakteristiknya :
Kegiatannya :
2. Benar-salah;
Baik-buruk :
1. Sesuai teks Al-Qur' an dan bukti hadis dengan anjuran berbuat baik dan hindari
keburukan;
Keadilan Tuhan:
8
Tuhan adil, melarang perbuatan tidak adil, cinta kepada orang yang adil, tidak
memberi “petunjuk kepada orang yang tidak adil".
Tanggungjawab manusia:
Etika kebebasan (voluntarism), ketentuan Tuhan sebagai dasar benar dan salah:
2. Sumber hukum = Akal, Wahyu dan Agama; Syariat Baik/Buruk= Akal dan
Syariat;
9
penentuan rasional = dengan melihat factor Maslahat dan Mafsadat. Baik = objek
pujian dan pahala; Buruk = objek celaaan dan dosa-hukuman.
Rasionalisme (Mu'tazilah)
Semi Rasionalis-Asyariah
10
* Benar = apa yang dikehendaki dan diperintahkan Allah, salah = apa yang
dilarang Allah;
* Wahyu mnenentukan segala hal yang menjadi kewajiban secara moral dan
agama;
* Peran wahyu (agama): mengonfirmasikan apa yang telah ditemukan oleh akal.
Namun karena akal manusia terbatas/ tidak sempurna, maka perlu aturan-aturan
agama sebagai pembimbingnya.
* ada Atas perbuatan yang: wajib, dilarang, dianjurkan, makruh, dan dibolehkan
(mubah). Semua berasal dari wahyu.
Etika Filsafat
1. Konsep kebahagiaan,
2. Kekekalan jiwa,
Prinsip utama:
1. Berpihak pada teori etika yang bersifat universal dan fitri. Semua manusia pada
hakikatnya memiliki pengetahuan fitri tentang Baik dan Buruk (pertemuan filsafat
Islam dengan filsafat Yunani).
11
2. Moralitas dalam Islam didasarkan keadilan menempatkan segala sesuatu pada
porsinya, sesuai debgan teori Moderasu (hadd al-wasath) Aristoteles, Al-Qur’an :
kaum muslim sebagai umat jalan tengah, Hadis : urusan yang terbaik adalah
pertengahannya.
Tokoh-tokohnya adalah:
2. Al Tahanaivi : Tentang teori praktik dalam etika. Etika secara teori adalah
ilmu tentang kemaslahatan individu atau pengaturan rumah tangga dan
masyarakat (seperti Aristoteles), dan secara praktis adalah etika tasawufyi. Bagian
dari upaya mengetahui keberadaan jiwa (seperti ilmu kalam tentang keyakinan
jiwa). Tidak ada hubungan etika secara teori dan praktik.
3. Miskawaih: Tidak lebih dari teori etika Plato, Aristoteles, dan Galen.
Etika Keagamaan
12
Ciri-cirinya antara lain :
Al-Dunya : ucapan yang benar, setia dan taat kepada Allah, dermawan,
membalas perbuatan baik, baik terhadap keluarga, baik terhadap tetangga,
menegakkan kebenaran, solider terhadap teman, ramah tamah, rendah hati.
1. Miskawaih :
Menyerang orang-orang yang asyik duniawi. Tamak dan materialistis,
jangan salahkan orang lain, intropeksilah, ingat mati, jangan terlena
duniawi.
2. Hasan al-Basri :
Kesederhanaan dan kesejahteraan sebagai dua kebaikan utama, sementara
penderitaan yang diberikan Allah sebagai ujian agar tidak terlena duniawi,
metode: rasionalis secara bertahap terhadap metode pembuktian silogistik
dengan proses tradisional.
3. Mawardi :
Kedudukan akal
Instingtif = Tentang objek kewajiban – persepsi dan intuisi kebenaran
utama
Perolehan = Tumbuh
13
Dalam pandangan munawar iqbal bahwa yang dimaksud dengan
distributivejustice dalam islam adalah distribusi yang menjamin 3 hal berikut :
“Bahwasannya semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasannya apa yang
diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang
siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya. Dan barang siapa yang berhijrah
14
karena mencari dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya
yaitu akan memperoleh apa yang diniatkannya”.
Inti dari teori ini bahwa “Perbuatan disebut etis bila menjunjung keadilan
distribusi barang dan jasa” yang berdasarkan pada konsep “fairness”. Konsep
yang dikemukakan oleh John Rawls, filsuf kontemporer dari Harvard memiliki
nilai dasar keadilan ( justice ).
Teori Utilitarianism
15
suatu perbuatan, metodenya disebut felific calculus. Kemudian S. Mill melakukan
revisi dan mengembangkan lebih lanjut konsep ini sehingga menjadi bagian
penting dalam konsep liberal dalam tujuan kebijakan Negara.
Konsep Deontologi
Deontologi berasal dari kata deon yang berarti tugas atau kewajiban.
Apabila sesuatu dilakukan berdasarkan kewajiban, maka ia melepaskan sama
sekali moralitas dari konsekuensi perbuatannya. Jadi, keputusan menjadi baik
karena memang sesuai dengan “kewajiban” , dan dianggap buruk karena memang
“dilarang”.
Prinsip dasar konsep ini adalah tugas ( duty ) individu untuk kesejahteraan
sesame dan kemanusiaan. Typical penganut pendekatan ini adalah orang – orang
beragama ( ikut ketentuan / kewajiban dalam agama ) dan orang hukum.
16
Jadi, sesuatu menjadi baik karena berdasarkan “kategori imperatif” yang
mewajibkankita begitu saja, tak tergantung syarat apapun. Dasar filosofis
Immanuel Kant tentang manusia untuk Deontologi adalah “Manusia harus di
hormati sebagai suatu tujuan tersendiri, tidak boleh dijadikan sarana untuk tujuan
lain”.
Nilai – nilai baik dari plato, Aristoteles dan juga St. Thomas Aquinas
tentang keutamaan : Religious ( iman, sedekah, harapan ) dan Intellectual
( kebijaksanaan, keadilan, dan lain – lain ).
Dasar dari teori ini adalah bahwa perbuatan etis harus di dasarkan ajaran
kitab suci dan alam, namun permasalahan timbul karena kemudian agama
menganjurkan meninggalkan keduniawian dengan meditasi ( kegiatan spiritual
saja ) untuk menjadi orang sempurna.
17
kemakmuran mereka. Teori ini pecaya bahwa moralitas akan tumbuh subur dari
maksumalisasi kebebasan individu.
Teori Existentialism
Teori Relativism
Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relatif. Jawaban etika
tergantung dari situasinya. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa tidak ada
kriteria universal untuk menentukan perbuatan etis.
Teori ini cenderung paling banyak digunakan dan populer untuk masa modern.
Nilai dasar yang dianut adalah liberty ( kebebasan ). Perbuatan etis harus
berdasarkan hak individu terhadap kebebasan memilih. Setiap individu memiliki
hak moral yang tidak dapat ditawar. Manusia sebagai makhluk Tuhan dan
makhluk sosial mempunyai hak dalam kehidupannya yang disebut dengan hak
manusia atau hak hak asasi manusia. Hak manusia adalah hak yang dianggap
melekat pada setiap manusia, sebab berkaitan dengan realitas hidup manusia
sendiri.Menurut Abdulkadir Muhammad ( 2006 ; 9 ) hak manusia mempunyai
18
sifat dasar dan asasi ( hukum rights ), sehingga hak manusia tersebut merupakan
hak yang :
1. Tidak dapat dicabut atau direbut karena sudah ada sejak manusia itu ada;
2. Tidak tergantung dari persetujuan orang;
3. Merupakan bagian dari eksistensi manusia di dunia.
Hak – hak asasi manusia tersebut bukanlah suatu hadiah dari seseorang, tetapi
diperoleh dengan perjuangan. Magna Charta diperoleh setelah raja John Lackland
dipaksa untuk menandatangani piagam tersebut, sehingga kekuasaan raja dibatasi,
antara lain dengan adanya aturan pajak harus seizin Great Council ( dewan
tertinggi ), hak – hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja dan
warga Negara yang merdeka tidak boleh ditahan, diasingkan, dibuang, dihukum
mati, dirampas,kekayaanya, atau diperkosa hak – haknya tanpa pertimbangan
hukum dan Undang – Undang.
19
4. Hak warga Negara untuk memeluk dan menjalankan agama menurut
kepercayaan masing – masing ; dan
5. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
2. Pengupahan yang sama bagi buruh pria dan wanita untuk pekerjaan yang sama
(29 Juni 1951) jenis kelamin yang berbeda tidak dapat digunakan perusahaan
untuk membedakan upah kecuali pada pekerjaan yang berbeda
1. Hak-hak politik wanita (20 Desember 1952) dalam beberapa hal kaum
perempuan berbeda dengan para laki-laki. Wanita secara kodrati lebih lemah
dari laki-laki dan ditakdirkan sebagai ibu orang yang melahirkan. Karenanya
wanita berhak dilindungi dari pekerjaan berat secara fisik dan diberi waktu
untuk proses melahirkan.
2. Hak-hak anak (20 November 1959) perilaku bisnis tidak dibenarkan
menggunakan anak-anak sebagai tenaga kerja.
20
3. Menentang diskriminasi dalam pendidikan (21 Desember 1961) Perusahaan
tidak dibenarkan melakukan diskriminasi dalam kesempatan pendidikan.
Semua kariawan memperoleh hak dan peluang yang sama dalam fasilitas
pendidikan. Namun bila ada peluang, perusahaan tidak dibenarkan
membedakan peluang berdasarkan jenis kelamin, asal, agama, suku, dan
sebagainya.
4. Hak ekonomi, sosial, dan budaya (16 Desember 1966) Termasuk dalam hak
ekonomi adalah : kebebasan atas hak milik, hak mendapatkan kesempatan
yang sama dalam bekerja, hak terhadap produksi, hal menyangkut konsumsi
dan hak atas pangan. Hak sosial adalah hak pelayanan kesehatan, termasuk
hak atas lingkungan hidup yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan. Hak
budaya adalah hak memperoleh pendidikan.
5. Hak-hak sipil dan politik (16 Desember 1966) Termasuk hak hidup, hak
persamaan, kebebasan perpikir dan menyatakan pendapat, dan hak kebebasan
berkumpul.
Karena manusia pada dasarnya adalah sama, maka hak didasarkan atas
martabat manusia itu sendiri dan martabat semua manusia itu adalah sama dan
akibatnya dia tidak boleh diperlakukan dengan cara yang berbeda. Dalam hal ini
manusia individual siapapun tidak boleh dikorbankan demi tercapainya suatu
tujuan yang lain.
Manusia selalu harus dihormati sebagai tujuan sendiri dan tidak pernah boleh
diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi untuk terpacainya tujuan lain
(Bertens, 2000;7). Semua hak-hak asasi yang disebut diatas dan telah menjadi
kesepakatan internasionalnya dan dinyatakan berlaku harus dan wajib untuk
digunakan oleh pebisnis baik secara pribadi maupun oerganisasinya.
Selain hak-hak diatas secara personal seseorang itu memiliki hak privasi yang
tak dapat dilanggar oleh siapapun. Hak privasi itu antara lain hak privasi untuk
diganggu, hak privasi psikologis, dan hak privasi fisik.
Secara psikologis seseorang itu memiliki hak privasinya, yakni hak-hak yang
berkaitan dengan kehidupan diri sesorang, termasuk diantaranya adalah pikiran
21
dan rencana, keyakinan atau kepercayaan, nilai-nilai pribadi, perasaan dan
keinginannya. Seseorang itu memiliki hak privasi yang berhubungan dengan
fisiknya yang tidak dapat dilanggar orang lain.
Terkait dengan privasi ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan pebisnis
atau seorang terhadap orang lainnya termasuk pelanggan, yakni relevansi,
pemberitahuan, persetujuan, ketepatan, tujuan dan penerima dan keamanan. Data
relevansi dengan tujuan penggunaan data tersebut pengumpul informasi harus
memberitahukan kepada orang yang datanya dimintaa katakanlah pelanggan
tentang tujuan pengumpulan atau pendapatan tersebut.
Data perorangan atau pribadi baru dapat dicatat, di kumpulkan, dan dibukukan
bilamana sudah mendapatkan persetujuan (izin) dari pemiliknya dan hanya dapat
dipakai untuk tujuan yang telah disetujui pula. Informasi yang diperoleh dan
dicatat dari seseorang lain secara hukum ini harus akurat dan memiliki tujuan
yang sah dan dapat dinikmati pembeli informasi (Pelanggan). selain itu informasi
yang dikumpulkan pihak pelaku bisnis (penerima informasi) dapat mengamankan
dan tidak memberikannya kepada pihak-pihak yang tidak disetujui pemiliknya,
baik secara implisit maupun eksplisit.
22
William K. Frankena dalam Ethics (1973:4-5) menegaskan bahwa sebagai
filsafat moral, etika identik dengan berpikir falsafi tentang moralitas, persoalan-
persoalan moral, dan keputusan-keputusan moral. Hal lain yang menarik dari
William K. Frankena adalah pemaknaan etika sebagai philosophical thinking
about morality atau berpikir falsafi tentang moralitas.
Ketiga berpikir analisis, kritis, dan metaetis. Berpikir falsafi model ini
berupaya untuk mempertanyakan atau menjawab setiap pertanyaan logis,
epistemologis, dan semantik.
Penentuan sikap sebagaimana tercermin dalam bentuk tindakan yang benar dan
tepat secara moral dengan sendirinya akan memberi arah yang jelas kepada hidup
kita dimasa depan.
Contoh Kasus
23
berbagai jenis pengharum ruangan. Obat nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya
sebagai obat nyamuk yang murah dan lebih tangguh untuk kelasnya. Selain di
Indonesia HIT juga mengekspor produknya ke luar Indonesia.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasan pada bab ini dibicarakan dari dua perspektif, yaitu perspektif Ajaran
Islam dan Perspektif Ajaran Barat (non Islam). Kedua perspektif tersebut akan
menyoroti dari 3 (tiga) sistem pendekatan yaitu :
Sesuai dengan arti kata dasarnya, teori ideological (telos =tujuan) mendasarkan
pengambilan keputusan moral dengan pengukuran hasil atau konsekuensi suatu
perbuatan.
Teori ini merupakan kombinasi atau sesuatu yang berlainan dari teori teleologi
dan deontologi.
25
DAFTAR PUSTAKA
26