Anda di halaman 1dari 13

PERAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ADAPTASI

MAHASISWA ETNIK PAPUA DI UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Oleh :
Gustanio R. Lecky
J. P. M. Tangkudung
Meiske Rembang
Email : gustaniolecky8@gmail.com

Abstrak

Dalam prosesnya, komunikasi sering mengalami berbagai hambatan.


Hambatan tersebut mulai dari perbedaan bahasa, aksen dan dialeg yang berbeda-
beda antar daerah di Indonesia, yang dapat disebut sebagai komunikasi
antarbudaya. Mahasiswa etnik Papua pesisir dan pegunungan dalam proses
adaptasinya yang sedang menuntut ilmu di Universitas Sam Ratulangi mengalami
sedikit masalah pada lingkungannya yang baru. Dimana dalam hal ini mereka
sedikit mengalami kesulitan dalam proses adaptasi dengan etnik lain yang berada
di Universitas Sam Ratulangi.
Adapun batasan yang dirumuskan pada penelitian kali ini adalah Bagaimana
perbedaan proses adaptasi mahasiswa etnik Papua pesisir dan pegunungan dalam
beradaptasi dengan etnik lainnya di Universitas Sam Ratulangi?
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan secara kualitatif deskriptif
dengan menggunakan teori akomodasi komunikasi yang dikemukakan oleh Giles
tahun 1973. Teori ini berpusat pada konsep-konsep konvergensi, divergensi, dan
maintenans yang spesifik.
Dalam penelitian kali ini peneliti menemukan bahwa mahasiswa etnik
Papua pesisir lebih cepat beradaptasi dibandingkan dengan mahasiswa etnik Papua
pegunungan namun mereka kurang bisa mempertahankan budaya dari daerah
asalnya dibandingkan dengan mahasiswa etnik Papua pegunungan. Bahasa
Indonesia digunakan oleh mahasiswa etnik Papua pesisir dan pegunungan untuk
mengurangi perbedaan komunikasi yang terjadi dengan mahasiswa lain di
Universitas Sam Ratulangi kemudian mereka sama-sama menjaga agar hubungan
komunikasi yang telah terjalin dapat berjalan dengan baik dan stabil.
Kata Kunci : Peran, Komunikasi Antar Budaya, Proses Adaptasi, Etnik
Papua
THE ROLE OF INTERCULTURAL COMMUNICATION
IN THE ADAPTATION PROCESS OF PAPUAN ETHNIC STUDENTS
AT SAM RATULANGI UNIVERSITY

Arranged by :

Gustanio R. Lecky

J.P.M Tangkudung

Meiske Rembang

Email : gustaniolecky8@gmail.com.

Abstract

In the process, communication often experiences various obstacles. These


obstacles range from differences in language, accents and dialects between regions
in Indonesia, which can be called Intercultural Communication. In the adaptation
process of coastal and mountainous Papuan ethnic students which currently
studying at Sam Ratulangi University experience few problems in their new
environment. In this case, they have a little difficulty in the adaptation process with
other ethnic groups at Sam Ratulangi University.
The limitation formulated in this research is what are the differences in the
adaptation process of coastal and mountainous Papuan ethnic students in adapting
to other ethnicities at Sam Ratulangi University?
This research uses a descriptive qualitative approach using accommodation
communication theory proposed by Giles in 1973. This theory is centered in the
concepts of convergence, divergence, and specific maintenance.
In this research, the researcher found that coastal Papuan ethnic students
adapt faster than mountainous Papuan ethnic students, but the Papuan ethnic
students from the coastal area are less able to maintain their culture compared to
the Papuan ethnic students from mountain area. Indonesian language has been
used by the Papuan ethnic students from both areas to reduces the differences in
communication with other students at Sam Ratulangi University. Then they both
maintain the communication relationship that has been established so it can be
stable and run well.

Key word : The role, Adaptation process, and Intercultural Communication


PENDAHULUAN pantai yang berhadapan langsung dengan
samudera. Sedangkan mahasiswa etnik
Indonesia merupakan salah satu Papua pegunungan disebut demikian
negara di dunia yang teletak di wilayah dikarenakan letak geografisnya yang
Asia Tenggara yang memiliki kekayaan berada di wilayah yang lebih tinggi dan
yang berlimpah. Mulai dari kekayaan alam biasanya dikelilingi oleh kawasan
serta budayanya yang beragam. Hal ini bisa pegunungan yang luas. Mahasiswa etnik
kita lihat dari banyaknya suku, agama, ras, Papua yang asal tempat tinggalnya dari
serta ragam bahasa yang kemudian menjadi daerah pesisir meliputi wilayah Sorong,
satu dalam ikatan Negara Kesatuan Manokwari, Biak, Serui, Nabire, Jayapura,
Republik Indonesia, dan yang bisa Fakfak, Timika, dan Merauke. Sedangkan
menjadikan satu kesatuan itu yaitu mahasiswa etnik Papua yang asal
komunikasi. tinggalnya dari daerah pegunungan
meliputi wilayah Jayawijaya, Lanny Jaya,
Komunikasi sebagai faktor utama
Nduga, Pegunungan Bintang, Puncak Jaya,
dalam pemersatu proses interaksi sosial,
Puncak, Tolikara, Yalimo dan Yahukimo.
dimana komunikasi berguna sebagai alat
untuk bertukar informasi dari seorang Mahasiswa etnik Papua pesisir dan
komunikator (pemberi pesan) kepada pegunungan dalam proses adaptasinya yang
komunikan (penerima pesan) agar sedang menuntut ilmu di Universitas Sam
menemui suatu kesepahaman yang sama. Ratulangi mengalami sedikit masalah pada
Namun dalam prosesnya, komunikasi lingkungannya yang baru. Dimana dalam
sering mengalami berbagai hambatan. hal ini mereka sedikit mengalami kesulitan
Hambatan tersebut mulai dari perbedaan dalam proses adaptasi dengan etnik lain
bahasa, aksen dan dialeg yang berbeda- yang berada di Universitas Sam Ratulangi.
beda antardaerah di Indonesia, yang dapat Diantaranya ketika sedang berkomunikasi
disebut sebagai komunikasi antarbudaya. mereka kaget dengan bahasa, makanan
serta budaya yang berbeda dari etnik asal
Komunikasi antarbudaya ialah
mereka. Hal ini yang membuat mereka
proses pertukaran informasi antarindividu
kemudian merasa minder dan sedikit susah
dengan individu yang memiliki latar
untuk beradaptasi dengan alasan mereka
belakang budaya yang berbeda.
berbeda. Namun ada juga beberapa
Komunikasi antarbudaya sering sekali
mahasiswa etnik Papua yang membuat
ditemui dan dialami hampir oleh setiap
perbedaan tersebut menjadi pacuan dalam
individu ketika memasuki suatu daerah
diri mereka untuk bisa belajar serta
yang baru, seperti yang dialami oleh
beradaptasi dengan lingkungannya yang
mahasiswa etnik Papua yang melanjutkan
baru. Dalam interaksinya di Universitas
studi di Universitas Sam Ratulangi
Sam Ratulangi mahasiswa etnik Papua
Manado.
pesisir dan pegunungan mencoba untuk
Adapun mahasiswa etnik Papua mengurangi perbedaan komunikasi yang
yang melanjutkan studi di Universitas Sam terjadi dengan mahasiswa etnik lain di
Ratulangi memiliki dua perbedaan Universitas Sam Ratulangi. Hal ini mereka
mendasar yang dapat di lihat dari asal lakukan agar bisa beradaptasi serta
tempat tinggal mereka. Hal ini dapat menyesuaikan diri di lingkungan yang baru.
dibedakan menjadi dua, yakni mahasiswa Kemudian setelah itu barulah mahasiswa
etnik Papua pesisir dan mahasiswa etnik etnik Papua pesisir dan pegunungan
Papua pegunungan. Mahasiswa etnik Papua berusaha menjaga agar hubungan
pesisir disebut demikian dikarenakan letak komunikasi tetap bejalan dengan baik dan
geografisnya yang memiliki stabil.
kecenderungan berada di wilayah pesisir
Oleh sebab itu peneliti tertarik praktis, Diharapkan dari hasil penelitian ini
untuk meneliti tentang perbedaan proses dapat menjadi masukan bagi masyarakat
adaptasi mahasiswa etnik Papua pesisir dan enik Papua yang ingin menuntut ilmu di
pegunungan ketika beradaptasi dengan luar daerah dan hasil penelitian ini
etnik lain saat melanjutkan studi di diharapkan dapat menjadi perbedaan
Universitas Sam Ratulangi, kemudian budaya lintas daerah.
mencari tahu bagaimana cara mahasiswa
etnik Papua pesisir dan pegunungan
mengurangi perbedaan dalam berinteraksi TINJAUAN PUSTAKA
serta bagaimana cara mereka
Pengertian Komunikasi
mempertahankan hubungan komunikasi
yang sudah terjalin agar dapat berjalan Komunikasi merupakan hal penting
dengan baik. yang tidak dapat dipisahkan dari setiap
kehidupan individu di dunia. Menurut
Everest M. Rogers dalam Tisnawati (2005 :
RUMUSAN MASALAH 295 - 296) komunikasi adalah proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber
Bagaimana perbedaan proses adaptasi kepada satu penerima atau lebih dengan
mahasiswa etnik Papua pesisir dan maksud mengubah tingkah laku mereka.
pegunungan dalam beradaptasi dengan Sedangkan menurut Anwar Arifin
etnik lainnya di Universitas Sam komunikasi berarti suatu upaya bersama-
Ratulangi? sama orang lain, atau membangun
kebersamaan dengan orang lain dengan
membentuk perhubungan.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam Komunikas Antar Budaya
penelitian ini ialah untuk mengetahui dan
menganalisa bagaimana proses adaptasi Komunikasi antarbudaya
mahasiswa etnik Papua di Universitas Sam merupakan komunikasi yang terjadi dalam
Ratulangi serta apa saja hambatan serta suatu kondisi yang menunjukan adanya
bagaimana solusinya. perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-
nilai, adat, kebiasaan (Stewart, 1974 dalam
Rahardjo Muljo 2015 : 207).
MANFAAT PENELITIAN
(1) Mafaat teoritis, diharapkan dari Hubungan Budaya dan Komunikasi
hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan bagi pembangunan ilmu Komunikasi dan kebudayaan tidak
komunikasi, terlebih khusus pada pihak- sekedar dua kata tetapi dua konsep yang
pihak terkait dalam penelitian ini. Kajian tidak dapat dipisahkan,“ harus dicatat
tentang proses komunikasi antarbudaya bahwa studi komunikasi antarbudaya dapat
mahasiswa etnik Papua memang sudah diartikan sebagai studi yang menekankan
cukup beragam. Namun masih sedikit riset pada efek kebudayaan terhadap komunikasi
yang spesifik fokus pada mahasiswa etnik (William B. Hart II, 1996 dalam Liliweri
Papua pesisir dan pegunungan. Oleh karena 2013 : 8). Menurut Alo Liliweri,
itu, riset ini diharapkan mampu komunikasi antarbudaya adalah menambah
menyediakan referensi baru tentang peran kata budaya kedalam pernyataan
komunikasi antarbudaya dalam proses “komunikasi antara dua orang atau lebih
adaptasi di tingkat universitas; (2) Manfaat yang berbeda latar belakang kebudayaan”.
Fungsi Komunikasi Komunikasi lebih dari sekedar
menolong anda untuk mengumpulkan
1. Komunikasi Memungkinkan Anda informasi atau untuk memenuhi kebutuhan
Mengumpulkan Informasi Tentang Orang interpersonal anda. Komunikasi juga
Lain. berperan menentukan dan menjelaskan
identitas anda. Baik anda secara pribadi,
Pengalaman pribadi anda akan
kelompok maupun suatu identitas budaya,
memberitahu anda bahwa ketika bertemu
interaksi anda dengan yang lainnya
seseorang untuk pertama kalinya, anda
menentukan siapa anda, di mana tempat
akan langsung mulai mengumpulkan
anda dan dimana anda harus setia. Karena
informasi tentang orang terssebut. Ada dua
identitas merupakan hal yang penting
tujuan dari hal ini. Pertama, informasi yang
dalam komunikasi antarbudaya.
anda dapatkan memungkinkan anda untuk
belajar tentang orang lain. Kedua, hal itu 4. Komunikasi Mempengaruhi orang lain
menentukan anda dalam menentukan cara
anda memperkenalkan diri anda. Penilaian Fungsi terakhir ini menandakan
ini memengaruhi anda dalam memilih topik bahwa suatu komunikasi mengizinkan anda
pembicaraan juga dalam memutuskan untuk mengirimkan pesan verbal maupun
apakah akan melanjutkan atau mengakhiri non verbal yang dapat mengubah tingkah
pembicaraan. Informasi ini diperoleh baik laku orang lain. Adler dan Proctor
secara verbal maupun non verbal, adalah menjelaskan fungsi sebagai berikut :
penting dalam komunikasi antarbudaya “selain untuk memenuhi kebutuhan sosial
karena anda akan banyak berhubungan dan untuk membentuk identitas ,
dengan “orang asing” dalam berbagai komunikasi merupakan pendekatan yang
kesempatan (Samovar, 2014 : 16 - 17). paling banyak digunakan untuk apa yang
disebut oleh mahasiswa ilmu komunikasi
2. Komunikasi Menolong Seseorang dengan tujuan instrumen: membuat orang
Memenuhi Kebutuhan Interpersonal. bertingkah laku sesuai dengan keinginan
kita.” Jika anda merenungkan kegiatan
Walau sering kali anda merasa
anda sehari-hari, anda akan menyadari
frustasi terhadap seseorang dan lantas
bahwa anda terlibat dengan banyak
menyendiri, namun karena manusia adalah
interaksi tatap muka yang akan
makhluk sosial, maka dengan
memengaruhi orang lain, mulai dari
berkomunikasi dengan orang lain
meminta teman mengantar pulang sampai
kebutuhan anda dapat terpenuhi. Melalui
berusaha memengaruhi orang untuk
suatu percakapan, anda akan merasakan
memilih suatu kandidat.
suatu kenyamanan, kehangatan,
persahabatan, dan bahkan pelarian.
Pendeknya, komunikasi merupakan salah
satu cara anda untuk memenuhi kebutuhan Fungsi Komunikasi Antarbudaya
sosial anda. Hubungan dengan orang lain
mengizinkan anda memahami perasaan Fungsi komunikasi antarbudaya
yang diterima, disayang, dan bahkan diatur. terbagi menjadi dua yakni fungsi pribadi
Walaupun cara menyatakan perasaan dan dan fungsi sosial (Liliweri , 2013 : 36 – 41).
emosi berbeda dalam setiap budaya, semua
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi
orang, secara alamiah atau melalui ajaran,
komunikasi yang ditunjukan melalui
memiliki kebutuhan akan komunikasi dan
perilaku komunikasi yang bersumber dari
interaksi dengan orang lain.
seorang individu. Fungsi pribadi secara
3. Komunikasi membentuk Identitas terperinci terbagi atas atas empat fungsi,
Pribadi. yakni (1) menyatakan identisas sosial; (2)
integrasi sosial; (3) kognitif; dan (4) fungsi 4. Melepaskan Diri / Jalan Keluar
melepaskan diri / jalan keluar.
Kadang-kadang kita berkomunikasi
1. Menyatakan Identitas Sosial dengan orang lain untuk melepaskan diri
atau mencari jalan keluar atas masalah yang
Dalam proses komunikas sedang kita hadapi. Hubungan ini bersifat
antarbudaya terdapat beberapa perilaku setara (sebanding) dengan penekanan yang
komunikasi individe yang digunakan untuk meminimalkan perbedaan di antara kedua
menyatakan identitas diri maupun identitas orang yang bersangkutan.
sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui
tindakan berbicara baik itu swcara verbal Selanjutnya ada fungsi yang kedua,
dan non verbal. Dari perilaku berbahasa yakni fungsi sosial. Fungsi sosial secara
itulah dapat diketahui identitas diri maupun ketika dirincikan adalah sebagai berikut, (1)
sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul fungsi pengawasan; (2) menghubungkan /
suku bangsa, agama, maupun tingkat menjembatani; (3) sosisalisasi; dan (4)
pendidikan seseorang. menghibur.
2. Menyatakan Integrasi Sosial 1. Pengawasan
Inti konsep integrasi sosial adalah Fungsi sosial yang pertama adalah
menerima kesatuan dan persatuan pengawasan. Praktek komunikasi
antarpribadi, antarkelompok namun tetap antarbudaya di antara komunikator dan
mengakui perbedaan-perbedaan yang komunikan yang berbeda kebudayaan
dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dimahami berfungsi untuk saling mengawasi. Dalam
bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah setiap proses komunikasi antarbudaya
memberikan makna yang sama atas pesan fungsi ini bermanfaat untuk
yang dibagi anatara komunikator dengan menginformasikan “perkembangan”
komunikan. Dalam kasus komunikasi tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak
antarbudaya yang melibatkan perbedaan dilakukan oleh media massa yang
budaya yang melibatkan perbedaan budaya menyebarluaskan secara rutin
antara komunikator dengan komunikan perkembangan peristiwa yang terjadi di
maka integrasi sosial merupakan tujuan sekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi
utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam sebuah konteks kebudayaan yang
dalam proses pertukaran pesan komunikas berbeda. Akibatnya adalah kita turut
antarbudaya adalah adalah : saya mengawasi perkembangan sebuah
memperlakukan anda sebagaimana peristiwa dan berusaha mawas diri
kebudayaan anda memperlakukan anda seandainya peristiwa itu terjadi pula dalam
sebagaimana kebudayaan anda lingkungan kita.
memperlakukan anda dan bukan
sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan 2. Menjembatani
demikian komunikator dan komunikan
Dalam proses komunikasi
dapat meningkatkan integrasi sosial atas
antarpribadi, termasuk komunikasi
relasi mereka.
antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang
3. Menambah Pengetahuan dilakukan antara dua orang yang berbeda
itu merupakan jembatan atas perbedaan di
Seringkali komunikasi antarpribadi antara mereka. Fungsi menjembatani itu
maupun komunikasi antarbudaya dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang
menambah pengetahuan bersama, saling mereka pertukarkan, keduanya saling
mempelajari kebudayaan. menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah
pesan sehingga menghasilkan makna yang
sama. Fungsi ini juga dapat dijalankan oleh
pelbagai konteks komunikasi termasuk disebut sebagai kelompok etnik adalah
komunikasi massa. sebuah himpunan manusia (subkelompok
manusia) yang dipersatukan oleh suatu
3. Sosialisasi Nilai kesadaran atas kesamaan sebuah kultur atau
subkultur tertentu atau karena kesamaan
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi
ras, agama, asal usul bangsa, bahkan peran
untuk mengajarkan diri dan
dan fungsi tertentu. Anggota-anggota suatu
memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan
kelompok etnik memiliki kesamaan dalam
suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
sejarah, bahasa, sistem nilai, adat istiadat
4. Menghibur dan tradisi.

Fungsi menghibur juga sering tampil dalam


proses komunikasi antarbudaya. Ketika kita
menonton tarian hula-hula dan hawaian, Teori Akomodasi Komunikasi
hiburan tersebutlah yang dimaksudkan Pada tahun 1973, Giles adalah
dalam kategori hiburan antarbudaya. mempublikasikan artikel pertama kali yang
menyebutkan fenomena konvergensi logat
pada sebuah situasi wawancara. Tujuan inti
Proses Adaptasi dari teori akomodasi komunikasi adalah
untuk menjelaskan cara-cara dimana orang-
Menurut Kartasapoetra adaptasi orang yang berinteraksi dapat
mempunyai dua arti. Adaptasi yang mempengaruhi satu sama lain selama
pertama disebut penyesuaian diri yang interaksi. Teori akomodasi komunikasi
disebut autoplastis (auto artinya sendiri, berfokus pada mekanisme dimana individu-
plastis artinya bentuk). Sedangkan individu dalam interaksi memantau dan
pengertian kedua penyesuaian diri yang mungkin menyesuaikan perilaku mereka
alloplastis (allo artinya yang lain, plastis selama interaksi. Untuk menjelaskan
artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang proses-proses interaksi ini secara lebih
artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi spesifik, teori akomodasi komunikasi
di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang berpusat pada konsep-konsep konvergensi,
artinya “aktif” ‘yang mana pribadi divergensi, dan maintenans yang spesifik.
mempengaruhi lingkungan. (Kartasapoetra, (Rohim 2009 : 212).
1987 : 50).
Konsep yang paling banyak dikaji
dalam teori ini adalah konvergensi. Pada
awal penemuan teori akomodasi
Mahasiswa komunikasi, konvergensi didefinisikan
Mahasiswa adalah seorang yang terjadi jika ketika individu-individu
sedang dalam proses menimba ilmu beradaptasi dengan ucapan satu sama lain
ataupun belajar dan terdaftar sedang dengan berbagai cara linguistik. Termasuk
menjalani pendidikan pada salah satu kecepatan bicara, perhentian dan panjang
bentuk perguruan tinggi yang dari ucapan, pronounsasi dan sebagainya.
akademik, politeknik, sekolah tinggi, Proses penting kedua dalam teori ini
institut dan universitas (Hartaji, 2012 : 2). adalah divergensi. Divergensi terjadi ketika
para orang yang berinteraksi mencoba
untuk mengurangi perbedaan komunikasi
Etnik Papua antara diri mereka dan orang lain dalam
interaksi. Terakhir, maintenans terjadi
Jones dalam (Liliweri 2003 : 14) ketika pola-pola komunikatif seorang
mengemukakan bahwa etnik atau sering
individu tetap stabil dalam selama interaksi. dengan kalender akademik kampus sebagai
Teori akomodasi komunikasi juga telah tempat pelaksanaan penelitian.
dianggap sebagai sebuah varitas dan
dampak akomodasi dalam interaksi. Ini
mencakup efek terhadap individu, terhadap
Informan Penelitian
interaksi lain dan terhadap pengamat proses
interaksi. Ada beberapa prinsip penting Informan dalam penelitian ini
tentang konsekuensi akomodasi. adalah mahasiswa etnik Papua yang berasal
dari daerah pesisir dan pegunungan yang
Teori akomodasi komunikasi
sedang menempuh studi di Universitas Sam
berfokus pada peran percakapan dalam
Ratulangi.
kehidupan kita. Teori akomodasi
komunikasi adalah teori di seluruh umur Pemilihan informan dari peneliti
dan budaya yang berbeda dalam pengaturan adalah dengan teknik purposive sampling.
melalui konvergensi agar orang lain dapat Teknik purposive sampling merupakan
menyesuaikan diri mereka dalam interaksi. pemilihan siapa subjek yang ada dalam
Melalui perbedaan kita dapat mempelopori posisi terbaik untuk memberikan informasi
sebuah teori yang telah membantu kami yang dibutuhkan (Silalahi, 2012 : 272).
lebih memahami keragaman budaya dan
sekitarnya. Adapun kriteria informan dalam
penelitian ini adalah :
1. Mahasiswa Unsrat etnik Papua :
METODOLOGI PENELITIAN Mahasiswa Etnik Papua yang berkuliah
selama satu tahun sampai dengan empat
Metode Penelitian tahun.
Pendekatan yang digunakan adalah
2. Mahasiswa Unsrat etnik Papua :
melalui metode kualitatif yaitu sumber dari
Mahasiswa etnik Papua yang berasal dari
deskripsi yang luas dan berlandaskan
daerah pesisir dan pegunungan.
kukuh, serta memuat penjelasan tentang
proses-proses yang terjadi dalam lingkup
setempat, Miles dan Huberman dalam
(Silalahi, 2012 : 284). Fokus Penelitian

Metode penelitian deskriptif Fokus penelitian dari peneliti adalah


kualitatif ini digunakan oleh peneliti karena sebagai berikut :
ingin mengetahui proses serta hambatan-
hambatan apa saja yang terjadi dalam 1. Perbedaan proses adaptasi dari
proses komunikasi antarbudaya mahasiswa mahasiswa etnik Papua pesisir dan
etnik Papua di Universitas Sam Ratulangi. pegunungan ketika berinteraksi di
lingkungan yang baru baik dengan cara
berkomunikasi dan menyesuaikan diri
dengan bahasa etnik setempat di
Lokasi dan Waktu Penelitian Universitas Sam Ratulangi.
Penelitian ini dilakukan pada 2. Mahasiswa etnik Papua mengurangi
Universitas Sam Ratulangi dengan perbedaan bahasa dalam etnik sukunya di
memperhatikan individu yang akan Universitas Sam Ratulangi.
menjadi informan. Waktu yang dibutuhkan
peneliti berfariasi tergantung jumlah data 3. Mahasiswa etnik Papua menjaga agar
yang di butuhkan dan menyesuaikan hubungan tetap stabil dengan etnik lainnya
di Universitas Sam Ratulangi.
Teknik Pengumpulan Data penelitian. Laporan itu hendaknya
merupakan penyajian data secara analitis
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dan deskriptif yang telah dikumpulkan dan
dalam penelitian ini adalah sember primer ditafsirkan secara sistematis (Furchan,
yakni data yang dikumpulkan secara 1992 : 233).
langsung dari sumber utamanya.
Analisis data merupakan upaya
Menurut (Sugiyono, 2014 : 224) mencari dan menata secara sistematis
teknik pengumpulan data merupakan data catatan hasil observasi, wawancara dan
yang paling strategis dalam penelitian, dokumentasi, untuk meningkatkan
karena tujuan utama dari penelitian adalah pemahaman peneliti tentang temuan-
mendapatkan data. temuan yang berdasarkan permasalahan
yang diteliti. Analisis data menurut (Patton
1. Teknik wawancara. Menurut Esterber
dalam Moleong, 2003 : 103) adalah proses
dalam (Sugiyono, 2014 : 231) wawancara
mengatur urutan data, mengorganisasikan
merupakan pertemuan dua orang untuk
ke dalam suatu pola, kategori dan satuan
bertukar informasi dan ide melalui tanya
urutan dasar.
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.
2. Teknik pengamatan atau obervasi. HASIL PENELITIAN DAN
Menurut Sutrisno Hadi dalam (Sugiyono, PEMBAHASAN
2014 : 145) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang Berdasarkan hasil observasi dan
kompleks, suatu proses yang tersusun dari wawancara mengenai peran komunikasi
berbagai proses biologis dan psikologis. antarbudaya dalam proses adaptasi
Dua di antara yang terpenting adalah mahasiswa etnik Papua di Universitas Sam
proses-proses pengamatan dan ingatan. Ratulangi dan dengan menggunakan teori
akomodasi komunikasi menurut Giles pada
3.Teknik dokumentasi. Menurut tahun 1973 (Rohim 2009 : 212) maka
(Sugiyono, 2014 : 240) dokumen didapati proses-proses interaksi secara
merupakan catatan peristiwa yang sudah spesifik yang berpusat pada konsep-konsep
berlalu. Dokumen merupakan catatan konvergensi, divergensi, dan maintenans.
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen Konvergensi didefinisikan terjadi ketika
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya- individu-individu beradaptasi dengan
karya monumental dari seseorang. ucapan satu sama lain dengan berbagai cara
Dokumen yang berbentuk karya seni, yang linguistik. Termasuk kecepatan bicara,
dapat berupa gambar, patung, film, dan perhentian dan panjang ucapan,
lain-lain. Studi dokumen merupakan pronounsasi dan sebagainya. Divergensi
pelengkap dari penggunaan metode didefinisikan terjadi ketika para orang yang
observasi dan wawancara dalam penelitian berinteraksi mencoba untuk mengurangi
kuantitatif. perbedaan komunikasi antara diri mereka
dan orang lain dalam interaksi. Dan yang
terakhir ada maintenans yang didefinisikan
Teknik Analisis Data terjadi ketika pola-pola komunikatif
seorang individu tetap stabil selama
Dalam penelitian kualitatif, analisis interaksi.
dilakukan sepanjang penelitian
berlangsung. Sejak pengumpulan data
dimulai, analisis data dilangsungkan secara
terus menerus hingga pembuatan laporan
Konvergensi ciri khas dari daerah Manado. Kemudian
kesulitan yang dialami oleh mahasiswa
Berdasarkan jawaban dari etnik Papua pegunungan meliputi internal
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, dirinya karena harus menyesuaikan diri
maka hasil yang keluar adalah mahasiswa dengan cara hidup perkotaan, merasa sulit
etnik Papua pesisir sudah terlebih dahulu dengan sistem perkuliahan yang banyak
mempersiapkan diri mereka sebelum menggunakan logat serta dialeg dari
berangkat melanjutkan studi di Universitas Manado, serta dialeg sehari-hari yang
Sam ratulangi. Dalam proses ini mahasiswa digunakan ketika berkomunikasi.
etnik Papua pesisir sudah mencari tahu
tentang budaya, bahasa, dan beberapa Waktu yang dibutuhkan oleh
informasi tentang kota Manado mahasiswa etnik Papua pesisir relatif lebih
(autoplastis). Inilah yang menjadi bekal cepat antara satu bulan sampai satu tahun.
mereka untuk bisa beradaptasi dengan Hal ini dikarenakan letak geografisnya
cepat di lingkungan yang baru. Hal ini di yang berada di pesisir pantai dan mudah di
perkuat karena mahasiswa etnik Papua akses serta daerahnya yang lebih
pesisir sudah banyak menemui etnik berkembang dibandingkan dengan daerah
lainnya di daerah asalnya sehingga mereka pegunungan. Inilah yang menyebabkan
tidak terlalu sulit ketika mau beradaptasi di mengapa mahasiwa etnik Papua pesisir
lingkungan yang baru. Sedangkan lebih cepat beradaptasi pada lingkungan
mahasiswa etnik Papua pegunungan sedikit Universitas Sam Ratulangi. Sedangkan
mengalammi kesulitan dalam proses mahasiswa etnik Papua pegunungan
adaptasi dikarenakan asal daerah mereka membutuhkan waktu untuk dapat
yang terletak di wilayah pegunungan dan beradaptasi. Waktu yang dibutuhkan rata-
sangat sulit di jangkau kecuali melalui rata mencapai satu tahun sampai mereka
udara. Hal ini merupakan faktor yang bisa benar-benar beradaptasi. Hal ini
menghambat mereka untuk bisa beradaptasi dikarenakan letak geografisnya yang
dengan orang lain. Ditambah lagi ketika berada di wilayah pegunungan sehingga
merentau untuk melanjutkan studi di sulit diakses. Inilah yang mempengaruhi
Universitas Sam Ratulangi mahasiswa mengapa mereka lambat dalam beradaptasi.
etnik Papua pegunungan baru belajar untuk Bahkan untuk mencapai daerah Papua
beradaptasi dengan etnik lainnya. Namun pegunungan hanya dapat dilalui dengan
ketika mereka berusaha untuk membuka menggunakan transportasi udara.
diri dan mulai belajar beradaptasi mereka
mendapati banyak stigma negatif yang Kebudayaan serta kebiasaan yang
diterima oleh mereka yang membuat dirubah oleh mahasiswa etnik Papua pesisir
mereka kemudian merasa minder dan mulai dari merubah penampilan mereka
akhirnya hanya bergaul dengan sesama mengikuti gaya hidup orang Manado,
etnik mereka dari Papua pegunungan. mengubah kebiasaan mereka untuk bangun
Ditambah lagi beberapa mahasiswa pagi, lebih banyak terbuka dengan orang
Manado yang hanya bergaul dengan lain, dan merubah dialeg mereka mengikuti
sesama etniknya dan tidak merangkul dialeg Manado. Lalu mahasiswa etnik
mahasiswa lainnya. Papua pegunungan merubah kebiasaan dan
kebudayaan mereka mulai dari merubah
Kesulitan dalam beradaptasi yang kebiasaan yang biasanya mereka lakukan
dialami oleh mahasiswa etnik Papua pesisir secara berkelompok sekarang dituntut
meliputi internal dirinya karena baru harus bisa hidup mandiri, merubah logat
belajar untuk merantau dan jauh dari orang dan dialeg dengan dialeg Manado, lebih
tua, sulit beradaptasi dengan logat dan meningkatkan rasa percaya diri di depan
dialeg Manado, serta merasa sulit dengan umum, belajar menggunakan busana yang
makanan yang pedas yang sudah menjadi
baik dan benar, dan belajar untuk membuka menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari
diri dengan hal baru. sebagai jalan keluar.
Kebudayaan serta kebiasaan yang
dipertahankan oleh mahasiswa etnik Papua
pesisir kemudian mempengaruhi orang Maintenans
sikitar meliputi mempertahankan logat
Berdasarkan jawaban dari
Papua namun hanya digunakan ketika
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti,
bersama taman dekat, kebiasaan
maka hasil yang keluar adalah mahasiswa
mendengarkan musik hip-hop, kebudayaan
etnik Papua pesisir maupun pegunungan
menari tarian adat dari Papua pesisir,
memiliki cara yang sama untuk menjaga
kebudayaan merajut noken atau tas khas
hubungan komunikasi agar dapat berjalan
Papua, kebudayaan menganyam rambut
dengan baik. Mereka melakukannya
bagi kaum hawa, dan yang terakhir
dengan cara meningkatkan rasa saling
mempertahankan kepribadian yang
toleransi antara satu dengan yang lain,
cenderung tegas dan disiplin. Sedangkan
berkomunikasi dengan sopan dan santun
untuk mahasiswa etnik Papua pegunungan
dan tidak menyinggung satu sama lain,
meliputi budaya barapen atau bakar batu,
menghargai lawan bicara ketika
merajut noken atau tas khas Papua, budaya
berkomunikasi, dan memiliki sikap dan
makan pinang, budaya jabat tangan ala
pembawaan diri yang baik terhadap
Papua yang selalu menarik satu jari
sesama.
telunjuk yang ditarik oleh jari tengan dan
telunjuk orang yang akan memberi salam,
budaya saling tegur sapa dengan semua
orang yang ditemui, tetap melestarikan KESIMPULAN
budaya tarian adat Papua pegunungan,
budaya anyam rambut untuk kaum hawa, Berdasarkan hasil penelitian dan
budaya menggunakan sisir bambu untuk pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
menyisir rambut, dan kebiasaan untuk sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
tinggal di gubuk-gubuk. bahwa :
1. Mahasiswa etnik Papua pesisir lebih
cepat beradaptasi dengan berbagai cara
Divergensi linguistik dibandingkan dengan mahasiswa
etnik Papua pegunungan dalam proses
Berdasarkan jawaban dari adaptasinya di Universitas Sam Ratulangi.
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, Dikarenakan letak geografis dari Papua
maka hasil yang keluar adalah mahasiswa pesisir yang mudah dijangkau serta kultur
etnik Papua pesisir cenderung budaya Papua pesisir yang sudah banyak
menggunakan bahasa Indonesia baku berbaur dengan budaya lain di daerah
sebagai jalan keluar untuk mengurangi asalnya. Kemudian sebelum berangkat
perbedaan bahasa ketika berinteraksi. Lalu menuntut ilmu di Universitas Sam
untuk mahasiswa etnik Papua pegunungan Ratulangi, mahasiswa etnik Papua pesisir
cenderung menggunakan bahasa Indonesia sudah mempersiapkan diri dengan cara
sehari-hari atau bahasa Indonesia sederhana belajar mengetahui budaya, bahasa, serta
untuk mengurangi perbedaan komunikasi dialeg setempat. Hal inilah yang
ketika berikteraksi. Hal ini dikarenakan mengakibatkan mahasiswa etnik Papua
ketika mereka menggunakan bahasa pesisir lebih cepat beradaptasi
Indoensia baku, ada beberapa istilah yang dibandingkan dengan mahasiswa etnik
mereka tidak pahami sehingga mereka Papua pegunungan. Mahasiswa etnik Papua
pesisir dengan mudah dapat untuk
beradaptasi di lingkungan Universitas Sam Praktis
Ratulangi namun tidak terlalu memegang
erat budaya dari daerah asalnya. Hal ini Peneliti mengharapkan penelitian ini bukan
dikarenakan pada daerah asalnya di Papua hanya bermanfaat di bidang akademis
pesisir sudah banyak budaya yang masuk namun juga bisa diterapkan secara praktis,
sehingga terjadilah akulturasi budaya maka dari itu dengan adanya penelitian ini,
sehingga budaya asalnya sadar atau tidak peneliti berharap agar:
mulai perlahan-lahan terkikis. Mahasiswa
1. Mahasiswa etnik Papua yang telah
etnik Papua pegunungan cenderung lambat
berhasil beradaptasi tetap mengingat dan
dalam beradaptasi di lingkungna
menjaga budaya dari wilayah asalnya dan
Universitas Sam Ratulangi namun tetep
untuk mahasiswa yang sedang berusaha
memegang erat serta melestarikan budaya
beradaptasi agar tidak merasa rendah diri
dari daerah asalnya. Karena pada daerah
dan menutup diri dan mau belajar untuk
asalnya di Papua pegunungan sedikit sulit
terus menyesuaikan diri dengan lingkungan
untuk dijangkau, oleh sebab itu budaya lain
baru yaitu melalui interaksi dan komunikasi
yang masukpun tidak terlalu
dengan masyarakat lokal maupun
mempengaruhi budaya asli dari mahasiswa
mahasiswa lain yang berasal dari Sulawesi
etnik Papua pegunungan.
Utara maupun dari daerah lainnya. Dan
2. Bahasa Indonesia merupakan bahasa untuk mahasiswa Papua secara keseluruhan
pemersatu bangsa. Diamana bahasa untuk bisa terus menambah pengetahuan
Indonesia digunakan untuk mengurangi berbahasa Indonesia agar pesan yang
perbedaan komunikasi yang terjadi antara dimaksud bisa tersampaikan dan bisa
mahasiswa etnik Papua pegunungan dan mengurangi kesalahpahaman saat
pesisir dengan mahasiswa dari Manado. berkomunikasi.

3. Hubungan komunikasi yang baik dan 2. Masyarakat setempat dan mahasiswa dari
harmonis terjadi karena rasa toleransi yang daerah lainnya untuk tidak percaya pada
tinggi antara mahasiswa etnik Papua label dan stigma negatif yang ada mengenai
pesisir dan pegunungan serta mahasiswa orang Papua karena bagaimana pun juga
Manado dan perlu untuk menjaga agar tidak tiap individu memiliki sifat dan perilaku
menyinggung satu sama lain sehingga yang berbeda yang tidak bisa
dapat terciptanya hubungan komunikasi disamaratakan meskipun berasal dari satu
yang baik dan stabil. wilayah yang sama. Selain itu, peneliti
berharap seiring dengan berkembangnya
kualitas komunikasi antaretnis yang lebih
toleran dan harmonis sehingga tidak ada
SARAN lagi kesenjangan, gap ataupun stigma
Berdasarkan hasil penelitian dan negatif pada suku Papua.
pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka peneliti memiliki saran
sebagai berikut : DAFTAR PUSTAKA
Akademis Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metode
Penelitian Kualitatif. Surabaya:
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi Usaha Nasional.
kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan
terutama di bidang komunikasi antarbudaya Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial.
dan dapat memberikan manfaat praktis bagi Bandung: PT Refika Aditama
penelitian-penelitian selanjutnya yang
sejenis.
Harapan, Edi dan Ahmad Syarwani. 2014. Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta. Alfabeta.
PT. RajaGrafindo Persada.
Tisnawati, Erine dan Kurniwan Saefullah.
Hartaji, Damar A. 2012. Motivasi 2005. Pengantar Manajemen.
Berprestasi Pada Mahasiswa yang Jakarta: Kencana Prenada Media
Berkuliah Dengan Jurusan Group.
Pilihan Orang Tua. Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma. Tubbs, Stewart L., Sylvia Moss. 2004.
(tidak diterbitkan). Human Communication, Konteks-
Konteks Komunikasi. Bandung: PT.
Kartasapoetra, G dan L.J.B Kreimers. 1987. Remaja Rosdakarya.
Sosiologi Umum. Jakarta: Bina
Aksara Yacub, Dahlan. 2001. Kamus Sosiologi
Antropologi. Surabaya: Penerbit
Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya Dalam Indah.
Komunikasi Antarbudaya.
Yogyakarta: PT LKIS Printing
Cemerlang.
………………. 2013. Dasar-Dasar
Komunikasi Antarbudaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moelong, Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Ngalimun. 2017. Ilmu Komunikasi Sebuah
Pengantar Praktis. Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru Press.
Rahardjo, Muljo dan Daryanto. 2016. Teori
Komunikasi. Yogyakarta: Gava
Media.
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi:
Prespektif, Ragam dan Aplikasi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Samovar, A Larry, Porter E. Richard,
McDaniel R. Edwin. 2014.
Komunikasi Lintas Budaya
Communication Between Cultures.
Jakarta Selatan: Salemba Humanika
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian
Sosial. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Sugiyono. 2014. Metodde Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Anda mungkin juga menyukai