BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Madura merupakan salah satu pulau di Indonesia dan salah satu suku yang
mendiami pulau Jawa bagian Timur. Madura terdiri sekitar 126 pulau-pulau kecil yang
membentang diantara pulau Jawa dan Bali. 120 KM dari dataran asli Madura terdapat pulau
penghujung yaitu pulau Kangean. Pulau tersebut terletak 120 KM juga dari Pulau Bali. Pulau
Kangean merupakan satu-satunya Pulau di Madura yang memiliki perbedaan mencolok baik
dari segi sejarah, budaya, dan bahasa dengan pulau Madura lainnya.
Berpatokan pada bukti sejarah masyarakat pribumi Kangean bukan hanya berasal
dari suku Madura. Ada beberapa suku seperti suku Sunda, Jawa, Tionghoa, Arab, Bugis, dan
Bajo. Menurut sejarah, awalnya Pulau Kangean adalah pulau pembuangan dari tahanan
tentara Belanda pada masa kerajaan Arya Wiraraja di Sumenep, berbagai macam suku dari
penjuru Indonesia di asingkan kesana. Jadi tidak heran jika bahasa, tradisi dan budayanya
jauh berbeda dengan masyarakat dataran asli pulau Madura.
Komunikasi erat kaitannya dengan bahasa, suku Madura sendiri memiliki tiga
tingkatan bahasa, yaitu bahasa madura halus, tengah dan kasar atau rendah. Bahasa madura
halus biasanya dipergunakan untuk orang yang lebih tua dan di hormati seperti guru dan kiai.
Sedangkan ahasa tengah untuk orang yang lebih tua juga tapi lebih kepada orang tua dan
orang yang tidak di kenal, sedangkan bahasa rendah atau kasar untuk teman sebaya yang
seumuran. Sedangkan pulau Kangean satu-satunya pulau di gugusan pulau Madura yang
tidak berbahasa Madura baik halus, tengah maupun kasar.
Nah, hal inilah kemudian membuat peneliti tertarik untuk membahas keunikan dari
pulau tersebut. Bagaimana pola komunikasi antar budaya mereka dalam bersososialisasi
dengan masyrakat Madura asli, karena beberapa tahun lalu terjadi fanomena tetapi bukan
sebuah konflik, banyak masyarakat pribumi Kangean yang mengatakan “ Kami bukan
Madura”. Apakah yang sebenarnya terjadi? Apakah sejarah dan tradisi mempengaruhi
pemikiran tersebut?. Lalu, bagaimana komunikasi antar budaya masyarakat kepulauan
kangean sendiri dengan masyarakat dataran Madura asli?
Komunikasi antar etnis terjadi apabila terjadi perpindahan tempat atau migrasi dari
etnis yang berbeda ke wilayah atau daerah yang mempunyai etnis yang berbeda. Disitulah
terjadi yang dinamakan komunikasi antar etnis. Ketika pendatang tersebut bermaksud untuk
menetap di daerah tersebut mereka perlu melakukan adaptasi di daerah tersebut baik dari segi
adat, bahasa budaya dan lain-lainnya. Dalam proses adaptasi tersebut akan muncul kesulitan-
kesulitan yang akan ditemui, baik secara kognitif maupun afektif.
Oleh karena itu proposal ini disusun untuk mengetahui apakah ada sejarah yang
yang menyebabkan bahasa di pulau kangean berbeda, dan bagaimana proses komunikasi
antar budaya masyarakat kepualau Kangean yang di kelilingi atau di kepung pulau yang
berbahasa Madura.
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana komunikasi antar budaya masyarakat pribumi Kangean dan masyarkat asli
Madura?
4. Bagaimana dampak dari proses komunikasi antar budaya masyarakat Kangean dan
Madura asli?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memaparkan hasil penelitian tentang
konsep komunikasi antar budaya masyarakat pribumi Kangean dengan masyarakat dataran
Madura asli.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis diharapkan penelitian ini bisa memberikan manfaat pada banyak orang atas
pengimplementasian pengetahuan penulis tentang komunikasi antar budaya.
b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini bisa dijadikan rujukan dalam penelitian
berikutnya dan bisa dikembangkan dari segi teori.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
Adapun kajian pustaka tersebut mencakup a). Komunikasi antar budaya, yang mana
nantinya akan membahas tentang pengertian dari komunikasi antar budaya, jenis komunikasi
antar budaya, dan gambaran penerapan komunikasi antar budaya di Indonesia. b). Suku
Madura, yang mencakup sejarah suku Madura, geografis pulau Madura dan budaya suku
Madura, nantinya dalam poin ini juga aka mengaitkan komunikasi antar budaya masyarakat
di Madura.
Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communication yang berarti komunikasi
haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian
antara komunikator (penyebar pesan) dan penerima pesan (Suprapto, 2011:5). Sedangkan,
Rogers bersama D. Lawrence Kincaid dalam (Cangara, 2011:59) melahirkan definisi baru
yang menyatakan bahwa : “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu dengan yang lainnya, yang pada
gilirannya akan timbul saling pengertian yang mendalam”. Jadi bisa ditarik kesimpulan jika
komunikasi adalah proses pertukaran informasi atau pesan yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih.
Menurut DeVito (1997) yang dikutip dalam Jurnal Abdul Karim (2015) bentuk – bentuk
komunikasi antarbudaya adalah meliputi bentuk-bentuk komunikasi lain yaitu :
Indonesia adalah negara kepualauan dengan ribuan suku bangsa. Setiap suku
memiliki perbedaan bahasa, tradisi dan agama bahkan walaupun sesama suku juga memiliki
tradisi berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Seperti misalnya suku Madura,
Madura juga memiliki berbagai pulau yang mana penghuninya juga suku Madura. Namun,
banyak perbedaan bahasa dan tradisi antara pulau Madura satu dengan lainnya seperti salah
satunya adalah pulau Kangean. Secara geografis pulau Kangean memasuki wilayah Madura,
dengan begitu otomatis akan dikliam jika Kangean adalah suku Madura.
Sementara itu gangguan yang berasal dari pesan misalnya perbedaan pemberian
makna atas pesan disampaikan secara verbal, (sinonim, homonim, denotatif dan konotatif),
perbedaan tafsir atas non verbal (bahasa isyarat tubuh). De Vito (1997) menggolongkan tiga
macam gangguan;
1. Fisik, berupa interfensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain, misalnya desingan
mobil yang lewat, dengungan komputer, kaca mata.
2. Psikologis, interfensi kognitif atau mental, misalnya prasangka dan bias pada sumber-
penerima-pikiran yang sempit
3. Semantik, berupa pembicara dan pendengar memberi arti berlainan, misalnya orang yang
berbicara bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit tidak
dipahami pendengar.
B. Suku Madura
Dilansir dari website Pojok Suramadu, sejarah asal usul suku Madura Suku Madura
merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia jumlahnya sekitar 7,1 juta jiwa, Mereka
berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya. Suku Madura dikenal dengan intonasi
bicaranya yang sangat keras dan terdengar kasar. Walaupun begitu, mereka juga dikenal
hemat disiplin dan rajin bekerja. Selain itu, suku Madura dikenal mempunyai tradisi Islam
yang sangat kuat, Harga diri juga paling penting dalam kehidupan orang Madura . Dikisahkan
jika zaman dahulu seorang raja memiliki putri bernama Bendoro Agung, pada suatu malam
sang putri bermimpi jika perutnya dimasuki rembulan dan pada pagi harinya putri Bendoro
dinyatakan hamil oleh tabib setempat. Mengetahui hal tersebut sang ayah sekaligus raja
marah besar dan meminta pengawalnya untuk memenggal kepala sang putri.
Mungkin banyak versi tentang sejarah asal-usul pulau Madura, tapi itu adalah
sejaranh yang banyak dirilis oleh berbagai sumber.
b. Geografis pulau Madura
Dilansir dari Wikipedia, Madura terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau
Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk
hampir 4 juta jiwa. Jembatan Nasional Suramadu merupakan pintu masuk utama menuju
Madura, selain itu untuk menuju pulau ini bisa dilalui dari jalur laut ataupun melalui jalur
udara. Untuk jalur laut, bisa dilalui dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya
menuju Pelabuhan Kamal di Bangkalan, Selain itu juga bisa dilalui dari Pelabuhan
Jangkar Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep, ujung timur Madura.
Pulau Madura bentuknya seakan mirip badan sapi, terdiri dari empat Kabupaten,
yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Madura, Pulau dengan sejarahnya
yang panjang, tercermin dari budaya dan keseniannya dengan pengaruh islamnya yang kuat.
Pulau Madura didiami oleh suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku dengan
populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 5 juta jiwa, dan dihuni oleh beberapa suku
pendatang seperti Suku Jawa, Etnis Tionghoa, Suku Sunda, Suku Melayu.
Suku Madura berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Bawean,
Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak juga yang
berdatangan dan menetap di bagian timur Jawa Timur Daratan biasa disebut sebagai
wilayah Tapal Kuda, yaitu membentang dari Pasuruan sebelah Timur sampai
utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Bangkalan, Sampang, Pamekasan,
Sumenep, Situbondo dan Bondowoso jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa
berbahasa Jawa. Sedangkan orang Madura yang menetap di Probolinggo, Jember, Surabaya
bagian Utara, Lumajang dan sebagian Gresik rata rata menguasai Bahasa Jawa disamping
bahasa Madura.
c. Budaya suku Madura
Dalam jurnal Budaya Madura (Muhammad Faried dan Levieta : 2016), tiga wujud
budaya di Madura yaitu:
1. Budaya Ide/Gagasan
Perkawinan merupakan salah satu unsur daur hidup yang penting pada hampir semua
masyarakat, termasuk pada masyarakat Madura ini. Banyak aturan adat berdasarkan sistem
pengetahuan dan kepercayaan yang harus dilaksanakan dalam rangka suatu perkawinan.
Menurut adat, tahap-tahap dalam proses perkawinan di Madura dimulai dengan mencari gadis
bagi jodoh anak laki yang disebut nyalabar. Tahap ini dilanjutkan dengan menghubungi pihak
wanita (narabas pagar), dan kalau dapat diterima dilanjutkan dengan pertunangan yang diikat
dengan penyengset. (Nurcahyo Tri Arianto, 2011:8) Gadis yang akan memasuki jenjang
perkawinannya harus menjalani pingitan selama 40 hari. Iring-iringan pengantin pria yang
datang ke rumah pengantin wanita disebut panganten ngekak sangger. Rombongan ini
biasanya diiringi dengan suara musik hadrah. Mereka membawa barang-barang bawaan dari
pihak pria yang disebut bangiban. (Nurcahyo Tri Arianto, 2011:8).
Barang itu antara lain sepasang ayam dari kayu yang melambangkan tekad pengantin
pria dalam menempuh hidup baru. Ada beberapa seserahan yang 2 dibawa oleh pihak laki-
laki, diantranya kembang sekar mayang yang menggambarkan harapan terhadap kelimpahan
rezeki, dan bawaan lain yang bersifat simbolis yang mengandung harapan dan makna
tertentu. Seusai ijab kabul, kedua pengantin diwajibkan menganyam bambu (ngekak
sangger), yang merupakan suatu perlambang saja. Kedua pengantin akan menjadi anggota
dan menyatu dalam dua keluarga besar dan mereka harus menjalin hubungan demi
kelestarian rumah tangganya. Sekarang sudah tidak lagi secara langsung menganyam bambu
itu, tapi hanya sekedar meraba-raba anyaman hambu yang sudah tersedia (Nurcahyo Tri
Arianto, 2011:8).
2. Budaya Tindakan
a.Tanean Lanjang
b. Bahasa Madura
Bahasa Madura adalah bahasa daerah yang digunakan sebagai sarana komunikasi
sehari-hari oleh masyarakat etnik madura, baik yang bertempat tinggal di pulau madura dan
pulau pulau kecil sekitarnya maupun di perantauan. Bahasa madura menempati posisi
keempat dari tiga belas besar bahasa daerah terbesar di indonesia dengan jumlah penutur
sekitar 13,7 jiwa (Lauder dalam Akhmad Sofyan, 2010:207).
c. Kerapan Sapi
Karapan sapi adalah salah satu perminan rakyat Madura. Orang Madura menyebut
permainan itu keraben sapeh. Permainan ini melombakan pasanganpasangan sapi yang
dikendalikan oleh seorang “joki” yang disebut penompak. Pasangan sapi itu dilihat dan
diukur kecepatan larinya dalam menempuh jarak sekitar 100-150 meter. Permainan ini konon
telah ada pada masa raja Arjawiraja memerintah kerajaan Madura sekitar abad 12-13 M yang
dilakukan oleh sekelompok petani setelah usai masa panen, dengan melombakan pasangan
sapi itu dari satu pematang ke pematang sawah. (Aries Sudiono dalam Nurcahyo Tri Arianto,
2008:8)
3. Arfek
Artefak bisa saja meliputi batik, ukiran pada masjid yang khas di adura dan lain-lain.
a) Penelitian yang dilakukan oleh Taufiqurrahman 2012 tentan “Identitas Budaya Madura”,
penelitian ini menghasilkan bahwasannya suku Madura memiliki identitas yang mecolok di
Jawa Timur. Masyarakat Madura memiliki beberapa konsep komunikasi budaya sehingga
mampu mempertahankan keakraban sesama suku walaupun terkenal dengan perangainya
yang tegas.
b). Penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rahma Hidayat tentang “Makna Relasi Tradisi
Budaya Masyarakat Madura Dalam Perspektif Ontologi Anton Bakker dan Relevansinya
Bagi Pembinaan Jati Diri Orang Madura” yang menghasilkan setiap orang Madura
memiliki ciri-ciri relasi yang bermakna antara satu dengan yang lainnya, namun penelitian
ini lebih menitik beratkan pada ontologi Anton Bakker. Peneliti bisa mnegaitkan dengan
menganalsis isi komunikasi verbal yang dibahas didalamnya.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir atau kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan langkah ilmiah
terhadap penelitian yang akan dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik
penelitian yang dipilih dan sesuai dengan identifikasi masalah. Kerangka pikir penelitian
ini dengan judul “ Komunikasi Antarbudaya masyarakat Kangean Madura dengan
Masyarakat dataram Madura Asli” adalah sebagai berikut.
Kondisi ideal Kondisi Lapangan
Suku madura kangena merupakan daerah Ada beberapa konflik atau isu antar budaya
satu-satunya dimadura yang memiliki yang menyebabkan pulau Kangean dan pulau
perbedaan bahasa mencolok. Oleh karena Madura daratan tidak memiliki hubunagn yang
itu topik ini di angkat baik, bahkan uncul slogan “kami bukan
Madura”.
Temuan
Fokus Penelitian
Hasil Penelitian
Keterangan :