MADURA
Disusun Oleh:
MADURA
Disusun Oleh:
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.................................................................................................................iii
A. Latar Belakang...........................................................................................................iii
B. Gambaran..................................................................................................................iii
C. Kondisi Geografis dan Sosial......................................................................................iii
D. Rumusan Masalah.....................................................................................................iv
E. Tujuan........................................................................................................................iv
F. Manfaat.....................................................................................................................iv
PEMBAHASAN....................................................................................................................1
1. PRODUK BUDAYA...................................................................................................1
1.1. BAHASA..........................................................................................................1
1.2. KARYA SASTRA................................................................................................3
1.3. KARYA SENI.....................................................................................................5
1.4. KONDISI SOSIAL, POLITIK, DAN EKONOMI......................................................9
2. HUBUNGAN MANUSIA, KEBUDAYAAN, DAN MASYARAKAT.................................12
3. NILAI – NILAI YANG DIKEMBANGKAN...................................................................12
3.1 Kearifan Lokal Lama.....................................................................................12
3.2 Kearifan Lokal Baru.......................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
LAMPIRAN........................................................................................................................18
NGONJANG BALAI........................................................................................................18
ABANGKANG E PAKDHANGDHANG..............................................................................18
BILA KAREP CETHAK BATO...........................................................................................19
YA`-GALIYA` NYAMAN..................................................................................................19
TASE` AENG MATA SE CALTONG..................................................................................20
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suku bangsa atau etnisitas adalah suatu golongan manusia yang
anggota – anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya,
biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku
pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok
tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri
biologis.
B. Gambaran
Kota madura masih bagian dari provinsi jawa timur, tepatnya di
sebelah utara kota surabaya. Kota yang masih terkenal akan tradisi
budayanya. Kota yang memiliki ciri khas berbeda, dan unik.
iii
bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-
bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung.
Luas keseluruhan Pulau Madura kurang lebih 5.168 km², atau kurang lebih
10 persen dari luas daratan Jawa Timur. Adapun panjang daratan
kepulauannya dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di
Kalianget sekitar 180 km dan lebarnya berkisar 40 km. Pulau ini terbagi
dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten
Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten
Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12 kecamatan,
Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi
dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah
1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah
daratan dan kepulauan.
Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena
keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang Madura juga
senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas lainnya.
Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh,serta beberapa
ada yang berhasil menjadi Tekonokrat, Birokrat, Menteri atau Pangkat
tinggi di dunia militer.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keragaman suku Madura ?
E. Tujuan
1. mengetahui budaya suku madura
F. Manfaat
Untuk mengenal suku Madura dan berbagai budaya khas Madura.
iv
PEMBAHASAN
1. PRODUK BUDAYA
1.1. BAHASA
Bahasa Madura
Setiap suku di daerah masing-masing mempunyai ciri khas sendiri-
sendiri. Begitu pula dalam hal bahasa yang digunakan untuk penduduknya
berkomunikasi. Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu
Antropologi (2009: 261), Bahasa atau sistem perlambangan manusia yang
lisan maupun tertulis dipergunakan untuk berkomunikasi satu dengan yang
lain. Salah satu bahasa daerah adalah bahasa Madura.
Dialek Bangkalan
Dialek Sampang
Dialek Pamekasan
Dialek Sumenep
Dialek Kangean1
1
Dialek adalah ragam bahasa menurut penuturanya yang berbeda untuk wilayang yang berbeda
tetapi mempunyai ciri khas dan arti sama
v
Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek
Sumenep, karena Sumenep pada masa lalu merupakan pusat kerajaan dan
kebudayaan Madura.
vi
mesra dengan pihak lain (bukan orang Madura) walaupun itu merupakan
tetangga dekat. Dari sinilah muncul anggapan bahwa orang Madura
kurang ramah.
vii
Disebut Populis karena sastra Madura jenis ini dikenal luas oleh
segenap lapisan masyarakat Madura. Setiap orang Madura asli akan
dengan jelas mengenali bentuk-bentuk sastra ini. Contoh dari sastra
Madura populis adalah dungngeng (dongeng). Dungngeng adalah cerita
rakyat yang mengandung pesan-pesan moral dan harapan. Dungngeng ini
sering didendangkan dalam pengajian, perkumpulan-perkumpulan bahkan
dalam keluarga. Dungngeng ini merupakan bingkai dari kisah-kisah
kehidupan masyarakat Madura di masa lampau. Beberapa dungngeng
Madura yang terkenal adalah dungngeng kepahlawanan pangeran
Tronojoyo, Potre Koneng, Asal muasal karapan sapi, Sakera, Ke’ lesap,
Angling Darma Ambya Madura, Dan lain – lain.
Contoh yang kedua dari sastra populis adalah syi’ir. Syi’ir
merupakan rangkaian kata-kata indah yang membentuk kalimat-kalimat
yang terpadu dan biasanya syi’ir ini di baca di pesantren - pesantren,
majelis ta’lim, dan walimatul urs. Si’ir Madura tersusun dari 4 padda/biri
(baris). Tiap padda terdiri dari 10 keccap (ketukan). Tiap akhir suara pada
padda mengandung pola a – a – a – a. Isi syi’ir bermacam-macam,
bergantung dari selera dan kesenangan serta tujuan dari pembuatnya.
Jenis-jenis syi’ir beraneka ragam seperti syi’ir yang menceritakan kisah
nabi, cerita orang mati siksa kubur, perhatian pada pendidikan, agama atau
akhlak. Contoh-contoh syi’ir adalah sebagai berikut : Pong-pong gi’ kene’
gi’ ngodha-ngodha Pabajeng nyare elmo akida Manabi nyaba dhapa’ gan
dhadha Kastana ampon bi’ tadha’padha. Terjemahan: Mumpung masih
kecil masih muda-muda Rajinlah mencari ilmu akidah Apabila nyawa
telah sampai di dada Menyesal tidak akan ada manfaatnya.
Mayyidda nanges e dhalem kobur Enga’ odhi’na gabay ta’ lebur
Lemang baktona lakona kendhur Seksana kobur patang kajendhur.
Terjemahan: Mayatnya menangis di dalam kubur Mengingat hidupnya
berbuat buruk Liwa waktunya dikerjakan asal siksa kubur silih berganti.
E dhalem kobur tako’ parana Enneng kadibi’ tadha’kancana
Bannya’ amal se ta’ katarema Amarga bangal ka reng towana.
Terjemahan: Di dalam kubur takut sekali Tinggal sendirian tidak ada
teman Banyak amal yang tidak diterima karena berani pada orang tuanya.
Dungngeng dan syi’ir secara umum sering dijumpai keberadaannya
dalam masyarakat. Hal tidaklah aneh mengingat hubungan kekerabatan
masyarakat Madura dan jiwa relijius mereka masih sangat kuat dan kental
sehingga tingkat interaksi sosial dan kegiatan relijus mereka masih tinggi.
Tingginya tingkat interaksi sosial dan seringnya diadakan kegiatan relijius
seperti pengajian dan perayaan-perayaan agama, menyebabkan
kesempatan penyampaian sastra jenis ini menjadi semakin besar pula.
Karena sifatnya yang umum dan tumbuh berkembang bersama tradisi-
viii
tradisi populis yang ada di pulau Madura inilah, maka kadang sastra jenis
ini disebut sastra primer.
ix
dilengkapi pula oleh odeng atau penutup kepala sederhana dari balutan
kain, sarung kotak-kotak dan sabuk katemang, tropa atau alas kaki, serta
senjata Tradisional Madura yang berupa celurit.
x
sarung juga dipadukan dengan stagen Jawa (Odhet) yang panjang dan
lebarnya masing-masing 1,5 m dan 15 cm diikatkan di perut. Dalam
mengenakan pakaian adat Madura ini, para wanita umumnya juga akan
menggunakan berbagai pernik aksesoris sebagai riasan kecantikannya
mulai dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Beberapa aksesoris tersebut
antara lain: Cucuk sisir dan cucuk dinar adalah hiasan rambut yang terbuat
dari logam emas yang bentuknya seperti busur dengan untaian kepingan
uang. Cucuk sisir dan cucuk dinar di cucukan ke dalam gelungan rambut
yang dibuat bulat penuh. Leng oleng adalah tutup kepala yang terbuat dari
kain tebal. Anteng atau shentar penthol adalah giwang emas yang
dikenakan pada telinga. Kalung brondong adalah kalung emas dengan
rentangan berbentuk biji jagung yang dilengkapi dengan liontin bermotif
uang logam atau bunga matahari. Gelang dan cincin emas bermotif keratan
tebu (tebu saeres). Penggel adalah hiasan pergelangan kaki yang terbuat
dari emas atau perak. Selop tutup sebagai alas kaki.
1.3.3. Rumah adat Madura
Tanean Lanjhang adalah Permukiman tradisional Madura adalah
suatu kumpulan rumah yang terdiri atas keluargakeluarga yang
mengikatnya. Letaknya sangat berdekatan dengan lahan garapan, mata air
atau sungai. Antara permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi
tanaman hidup atau peninggian tanah yang disebut galengan atau tabun,
sehingga masing-masing kelompok menjadi terpisah oleh lahan
garapannya. Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai 10 rumah, atau
dihuni sepuluh keluarga yaitu keluarga batih yang terdiri dari orang tua,
anak, cucu, cicit dan seterusnya. Jadi hubungan keluarga kandung
merupakan ciri khas dari kelompok ini.
xi
Reng Majeng Tantona lah pade mole
Mon e tengguh Deri abid pajelennah,
Mase benyak’ah onggu le ollenah
Duuh mon ajelling Odiknah oreng majengan,
Abental ombek Asapok angin salanjenggah
Ole…olang, Paraonah alajereh,
Ole…olang, Alajereh ka Madureh
Tarian Rondhing
xii
Tarian Rondhing ini berasal dari “rot” artinya mundur, dan “kot –
konding” artinya bertolak pinggang. Jadi tari rondhing ini memang
menggambarkan tarian sebuah pasukan bagaimana saat melakukan baris –
berbaris, yang ditariakan oleh 5 orang. Tarian Rondhing ini juga di angkat
dari perjuangan masyarakat Pamekasan.
Karapan Sapi
xiii
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan
serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka
juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang
Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk
simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi
Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau
Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
xiv
Hal lain yang berpengaruh degan kebudayaan Madura adalah seni dan
ritual-ritualnya.
Budaya pakaian adat Madura sangat identik dan memiliki ciri khas
sendiri bagi kaum laki-laki dan perempuan. Bagi kaum laki-laki dominan
dengan kaos garis horizontal yang berwarna merah putih dan memakai ikat
kepala serta membawa celurit supaya lebih gagah. Sedangkan untuk kamu
xv
perempuannya menggunakan kain khas batik Madura yang dilengkapi
dengan kebaya supaya terlihat anggun.
xvi
3.1 Kearifan Lokal Lama
Menurut Rahyono (2009:7) kearifan lokal merupakan kecerdasan
manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh
melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari
masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami
oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat
pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu
yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.
Berani dan kuat adalah sikap orang Madura yang terkenal. Sikap
ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan geografis Madura
yang panas,kering, dan tandus. Sehingga untuk tetap survive dalam hidup,
mereka harus berani dan kuat. Berani dan kuat ini juga dalam hal
memegang prinsip-prinsip kebenaran. Asalkan apa yang dia lakukan
benar, maka orang Madura akan berani untuk memperjuangkannya atau
melakukannya. Tapi hal ini sering diartikan sifat negatif daripada orang
Madura yang terkenal dengan sifat mudah marah dan emosinya yang
sering terbakar-bakar. Sebenarnya sifat mudah marah bukan hanya milik
xvii
orang Madura tetapi semua manusia juga memilikinya. Menjaga
kerukunan dengan merasa simpati, empati dan toleransi sangat diperlukan
dalam hidup berbangsa dan bernegara.
xviii
Nilai kearifan lokal lain yang berhasil terpengaruh oleh
globalisasi adalah bergesernya fungsi dari senjata khas Madura yaitu keris.
Sekarang keris banyak yang digunakan hanya untuk pamor semata atau
untuk meningkatkan derajat mereka. Bukan untuk melindungi diri. Hal
yang lain adalah jarangnya ditemui masyarakat lokal yang menggunakan
pakaian adat, jarangnya masyarakat lokal yang membangun rumah khas
Madura. Semua hal di atas berubah tatanannya karena pengaruh daripada
globalisasi.
PENUTUP
Pulau Madura terletak di timur laut Pulau Jawa, kurang lebih 4F
sebelah selatan dari khatulistiwa diantara 112F dan 114$F bujur timu.
xix
DAFTAR PUSTAKA
https://saifulrohman1.wordpress.com/2014/03/17/112/
http://ddayipdokumen.blogspot.co.id/2013/05/tugas-antropologi-makalah-suku-
madura.html
http://www.lontarmadura.com/harga-diri-masyarakat-kebudayaan-madura/
http://wiyatablog.blogspot.co.id/2008/11/kondisi-sosial-budaya-dan-
ekonomi_80.html
http://wiyatablog.blogspot.co.id/2008/11/kondisi-sosial-budaya-dan-
ekonomi_80.html
http://www.lontarmadura.com/peninggalan-sejarah-budaya-sepudi-sumenep/
http://sejukk.blogspot.co.id/2013/04/kehidupan-sosial-budaya-orang-madura.html
http://www.lontarmadura.com/memahami-perilaku-budaya-orang-madura/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madura
https://chepoetbeudt08.wordpress.com/sejarah-kesenian-indonesia/antropologi/
http://www.lontarmadura.com/pemberdayaan-masyarakat-madura-pasca-
suramadu/
http://www.lontarmadura.com/masyarakat-madura-dan-modernitas/
https://jurnalnetty.wordpress.com/prosiding-2/prosiding-internasional/2012-
2/nilai-nilai-filosofis-dan-kearifan-lokal-madura-dalam-karya-sastra/
http://www.lontarmadura.com/revitalisasi-budaya-madura-tengah-arus-global/
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Madura
xx
https://luqman96.wordpress.com/kamus-madura/
https://sejarahkotasumenep.blogspot.com/2011/07/budaya-bahasa-madura.html
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1285/bahasa-dan-dialek-madura
https://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/artikel-sastra/sastra-madura-potensi-
budaya-yang-mulai-terabaikan/
http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-madura-pria-dan-
wanita.html
http://www.tokomaduraonline.com/20140207327/berbagai-karya-seni-budaya-
pulau-madura.html
http://rifdikarduluk.blogspot.co.id/2012/11/kumpulan-puisi-madura-sagara-aeng-
mata_4937.html
xxi
LAMPIRAN
NGONJANG BALAI
ngadhebbi kanyata`an odhi`
se terros apello apongsa
nete e lan-jalan longlang
possa` ona` carang ban dhuri agalimpangan
taker ngalocor dhara
dhari badan geddur ta` andhi` ora`
ABANGKANG E PAKDHANGDHANG
abangkang e pakdhangdhang
toju` atempo, nengkong, manjeng, nokong
agentang napang ta` nemmo pangalengan ban pangalangan
xxii
Labbuwan, 06 Maret 2007
O…..!
ssssstt…!
ja` sa`-kasa` ban ja` sampe` ra`-para`
gi` bannya` mata se mella`, soko atengka`
ya` dha`enna` bai pasemma` ka lama`
pas
laju toju` pasepa`
ma` olle daddi na` -genna`
balakka`
YA`-GALIYA` NYAMAN
dhu, meyang meyang ban lakar meyang onggu
agiba badan se garingging
geddur ta` andhi` ora`
nyosop ka somsom-somsom tolang gerdung
xxiii
bila la se raja konco` kene` bunto`
epokal sopaja aliya`-aliyu`
maso` aonjan agules
kalowar kadhalem sajan santa` sajan gerra
ta` tapekker sapa se badha e erenganna
sampe` gerrangnga ngolpa ngalancar
xxiv