Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL SKRIPSI

POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MASYARAKAT ASLI DENGAN


MASYARAKAT PENDATANG DI LINGKUNGAN TAMAN
KARANG BARU MATARAM

Oleh
MUH. TEGUH NAZAR MUSTIADI

170301112

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM
2021
A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari yang

namanya berkomunikasi dan berintraksi, baik itu berkomunikasi pada diri

sendiri ataupun kepada orang lain. sehingga kejadian berkomunikasi akan

terus menerus terjadi selama kehidupan kita. Karna kahidupan manusia

akan terasa hampa jika tidak ada yang nama komunikasi antar manusia.

Komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup manusia, baik

manusia sebagai hamba allah yang berkeluarga dan bermasyarakat, dan

komunikasi juga sangat berpengaruh terhadap kualitas hubungan dengan

sesama.1Komunikasi adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Sehingga kedudukan komunikasi dalam Islam mendapat tekanan

dari manusia sebagai anggota masyarakat dan sebagai mahluk Tuhan.

Komunikasi tidak dilakukan hanya kepada sesama manusia yang

dilingkungannya saja melainkan kepada sang tuhan juga. Dalam Al-

Qur’an terdapat banyak sekali ayat-ayat yang membuktikan tentang

peroses komunikasi, seperti diantaranya berkomunikasi pertama kali

dengan allah, malaikat, dan manusia. Komunikasi tersebut salah satu

anugrah yang di berikan Allah kepada manusia. Hal tersebut bisa diliat

dalam surah al-Baqarah/2: 31-32:

      


     
         
      
Yang artinya:

1
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 1

1
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya,
kemudian Dia perlihatkan kepada malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan
kepada-ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”

“Mereka menjawab, “Mahasuci engkau, tidak ada yang kami ketahui


selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah
Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” Dia (allah) berfirman, “Wahai
Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah dia
(Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah
Aku katakan kepadamu, bahwa Aku menegtahui rahasia langit dan bumi,
dan Aku mengetahui apa yang ketemu nyatakan dan apa yang kamu
sembunyikan?” (al-Baqarah/2: 31-32).2

Menurut islam, umat manusia adalah suatu keluarga besar yang

diciptakan tuhan dari satu diri: dari satu diri itu ia menciptakan pasangan

baginya, dan dari keduanya ia menyebarkan banyak sekali lelaki dan

wanita di muka bumi, keaneka ragaman bahasa dan warna kulit hanyalah

manifestasi dari kekuasaan allah. Dalam pemikiran islam, hak istimewa

bertentangan dengan perintah-perintah tuhan tentang cinta kasih dan

persaudaraan. Membangun sebuah jembatan antarbudaya, dalam arti ras,

kepercyaan, sosial kultural., dengan landasan persamaan dan persaudaraan

saat ini sangat penting. Karna kita tidak dapat berdiri sendiri di dalam

kehidupan saat ini yang sangat kontemporer dan kompleks.3

Untuk memahami intraksi antarbudaya, terlebih dahulu kita harus

memahami komunikasi manusia. Memahami komunikasi manusia berarti

memhami apa yang terjadi, apa yang dapat terjadi, akibat-akibat dari apa

yang terjai dan akhirnya apa yang akan kita lakukan untuk mempengaruhi

dan memaksimalkan kejadian seperti itu.

2
Lajnah Pentashilan Mushaf Al-Quran, Komunikasi dan Informasi, (jakarta: Lajnah
Penulisan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2013), hlm. 37-38
3
Ahmad Sihabuddin, Komunikasi Antarbudaya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 11-12

2
Banyak orang yang datang dari berbagai kelompok budaya untuk

mencari pekerjaan atau melanjutkan pendidikan bahkan menetap di salah

satu lingkungan yang ada di kota mataram. Sehingga terjalinya suatau

komunikasi yang namanya komunikasi antarbudaya. Dalam komunikasi

interpersonal, sering dihadapkan pada permasalahan komunikasi yang

tidak efektif, yaitu pesan yang hanya bisa di mengerti oleh komunikator

tanpa di pahami oleh komunikan, baik dalam proses penyampaian pesan

maupun dalam proses penerimaannya. Sehingga banyak sekali terjadi

kasus kesalah fahaman dalam berkomunikasi, lebih lagi dalam

menjalankan sebuah intraksi antar agama atau budaya sebagai orang yang

berbangsa dan negara, tentu dibutuhkan komunikasi yang sangat baik

beserta pendekatan emosional, sehingga dapat terjalin kerukunan dan

toleransi antar budaya dan agama. Kebijakan antarbudaya juga penting

diwujudkan oleh lembaga -lembaga pendidikan formal dengan

mengajarkan pelajaran-pelajaran yang meneguhkan kerukunan

antarbudaya, seperti budi pekerti. Sehingga bila terjadi kesalah pahaman

antar budaya dapat dikurangi, karna kita sudah sedikit mengetahui nilai-

nilai budaya dan prilaku budaya orang lain. 4 Budaya adalah suatu konsep

yang membangkitkan minat. formal budaya didefinisakan sebagai tatanan

pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, sikap, agama. Budaya

menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dalam bentuk-bentuk kegiatan

dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-tindakan

4
Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999), hlm. 12-15

3
penyusaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang

tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu pada

suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada saat waktu tertentu. 5

Untuk melakukan hubungan antarbudaya dengan tidak merasa suatu ras

lebih unggul dibandingkan dengan ras lainnya. Artinya, saat ini tidaklah

lagi tepat untuk saling mencurigai orang di luar kita. Sebab sebenarnya

kita berada dalam sau perahu, yaitu di bumi allah. Dengan banyak

melakukan pergaulan budaya dalam segala aspeknya. Setidaknya dapat

mengurangi ketegangan di antara dua budaya, masyarakat Asli dengan

masyarakat pendatang yang ada di Lingkungan Taman Karang Baru

Mataram, kepentingan yang berbeda, tentunya dengan dilandasi rasa

persaudaraan.6

Lingkungan Taman Karang Baru, Selaparang, Mataram adalah

salah satu kelurahan di Kecamatan Selaparang, Kota Mataram , Nusa

Tenggara Barat, Indonesia, yang dimana Lingkungan Taman Karang Baru

ini terletak di bagaian barat pulau lombok, di jalan Gili Terawangan no. 1

Mataram dengan luas wilayah 2,37 km persegi dan jumlah penduduk

sebesar 4.309 jiwa. Peneliti disini memfokuskan meneliti di salah satu

Lingkungan Taman Karang Baru yang di kepalai oeh Bapak Alpiah, di

lingkungan ini memepunyai 7 RT dengan jumlah kepala keluarga 524, dari

Rt 01 - Rt 07. Keseluruhan penduduk ini bercampur dengan penduduk asli

5
Deddy Mulyana, Komunkasi Antarbudaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 18
6
Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya, (jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 9-
10

4
dan pendatang, komunikasi yang terjadi sangat baik di antara semua

masayarakat yang ada di lingkungan ini sehingga kerukunan antarbudaya

sangat baik dan saling bertoleransi antar masyarakat pun terjalin rukun.7

Adapun fokus penelitian disini, peneliti memfokuskan bagaimana

pola komunikasi yang terjadi antara masyarakat asli dengan masyarakat

pendatang yang ada di Lingkungan Taman Karang Baru Mataram

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk

merumuskan masalah

1. Bagaimana pola komunikasi antarbudaya masyarakat asli dengan

masyarakat pendatang di Lingkungan Taman Karang Baru Mataram.

2. Apa faktor penghambat komunikasi antarbudaya masyarakat asli

dengan masyarakat pendatang di Lingkungan Taman Karang Baru

Mataram.

7
Ismi sofiana, “Wawancara”, rumah kepala lingkungan, 28, Desember, 2019.

5
C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat

dirumuskan pokok suatu permasalahan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pola komunikasi antarbudaya masyarakat asli

dengan masyarakat pendatang di Lingkungan Taman Karang Baru

Mataram.

b. Untuk mengatahui faktor yang menghambat komunikasi

antarbudaya masyarakat asli dengan masyarakat pendatang di

Lingkungan Taman Karang Baru Mataram.

2. Manfaat penelitian

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat dan

bisa manperkaya wawasan ilmu penegtahuan terhadap peneliti lain

yang melakukan penelitian sejenis mengenai pola komunikasi

antarbudaya masyarakat asli dengan masyarakat pendatang.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang bagaimana pola

komunikasi antarbudaya masyarakat asli dengan masyarakat pendatang di

Lingkungan Taman Karang Baru Mataram. Sedangkan yang menjadi

seting penelitian dari penelitian ini yaitu di Lingkungan Taman Karang

Baru Mataram, yang berlokasi di Jln. Gili Trawangan No.1 Kota Mataram.

Alasan mengapa penulis ingin meneliti di lokasi tersebut karna di lokasi

tersebut banyak masyarakat pendatang yang menetap tinggal disana.

6
Sehingga nantinya penulis berharap adanya efek yang baik dari hasil

penelitian tentang pola komunikasi antarbudaya. Selain itu, yang menjadi

alasan memilih lokasi ini adalah kemudahan sarana dan prasarana untuk

menuju lokasi.

E. Telaah Pustaka

Berdasarkan telaah pustaka yang penulis lakukan, penulis

menemukan beberapa penelitian yang membahas mengenai pola

komunikasi antarbudaya masyarakat asli dengan masyarakat pendatang

atau sejenisnya. Peneliti menemukan beberapa pendapat antaranya:

1. Dalam skripsi Landy Candra Kusuma 2018, dengan judul skripsi,

“Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Dusun Demping Studi

Deskriptif Kualitatif Komunikasi antar Budaya Masyarakat Islam dan

Hindu dalam Kegiatan Kemasyarakatan di Dusun Demping

Kecamatan Jenawi Kabupaten Karang Anyar” di skripsi ini di bahas

tentang bagaimana komunikasi antar budaya antara pemeluk agama

islam dan hindu di dusun demping. Masyarakat melakukan proses

komunikasi antar budaya antara lain melalui kegiatan yang melibatkan

intraksi antar keduanya dimulai dengan kegiatan rutin yang ada di

dusun demping antara lain melalui aktivitas kebudayaan dan kegiatan

keagamaan. Adapun dalam faktor agama islam dan hindu mempunyai

beberapa perbedaan ajaran agama akan tetapi warga dusun demping

sangat memahami perbedaan yang ada antar individu atau kelompok,

7
dalam hal ini yang dimaksud adalah pemeluk agama hindu dan islam.8

2. Dalam skripsi Mey Candra Susanto 2012, yang berjudul Komunikasi

Antarbudaya pada Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Lokal

di Lamongan dalam penelitian in penulis menjelaskan bagaimana

peroses komunikasi antarbudaya yang dilakukan masyarakat pendatang

dengan masyarakat lokal di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong

Kabupaten Lmaongan, disini peneliti menggunakan jenis penelitian

kualitatif deskriptif. Bahwa masyarakat pendatang lebih cenderung

menyesuaikan budaya agar dapat diterima didalam masyarakat

setempat. Dalam berkomunikasi masyarakat setempatpun sangat

terbuka kepada masyarakat pendatang. 9

3. Dalam skripsi Melati Budi Srikandi 2016, yang berjudul Komunikasi

Antarbudaya Penduduk Pendatang Dengan Penduduk Asli dalam ini

penulis menjelaskan untuk mengetahui jalinan komunikasi yang

berkembang antara penduduk pendatang (Jawa – Muslim) dengan

penduduk setempat (asli Bali - Hindu) disekitar Dusun Wanasari

Denpansar Utara Provinsi Bali. Sehingga dapat senantiasa terpelihara

kerukunan dan keharmonisan kedua belah pihak.10

8
Landy Candra Kusuma 2018, “Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Dusun Demping
Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi antar Budaya Masyarakat Islam dan Hindu dalam Kegiatan
Kemasyarakatan di Dusun Demping Kecamatan Jenawi Kabupaten Karang Anyar” (Fakultas
Komunikasi Dan Informatika Universitas Muhammadiyah , Surakarta), hlm. 15-16.
9
Mey Candra Susanto, “Komunikasi Antarbudaya Pada Masyarakat Pendatang Dengan
Masyarakat Lokal Dilamongan”, (Skripsi, Fakultas Ilmu Soial dan Ilmu Politik, Universitas
Muhamadiah Malang), 2012, hlm. 5.
10
Melati Budi Srikandi, “Komunikasi AntarBudaya Penduduk Pendatang Dengan
Penduduk Asli”, (skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebela Maret), 2016, hlm.
4.

8
Diantara ketiga skripsi ini peneliti dapat membedakan apa

yang dibahas oleh penelitinya, di skripsi yang pertama membahas

tentang bagaimana komunikasi antar budaya antara pemeluk

agama islam dan hindu di dusun demping. Masyarakat melakukan

proses komunikasi antarbudaya antara lain melalui kegiatan yang

melibatkan intraksi antar keduanya dimulai dengan kegiatan rutin

yang ada di dusun demping. Sedangkan di skripsi yang kedua

membahas tentang bagaimana peroses komunikasi antarbudaya

yang dilakukan masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal di

Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan,

disini peneliti fokus menggunakan jenis penelitian kualitatif

deskriptif. Masyarakat pendatang juga menyusaikan diri supaya

dapat diterima oleh masyarakat setempat. Adapun di skripsi yang

ketiga penelitinya fokus tentang bagaimana mengetahui jalinan

komunikasi yang berkembang antara penduduk pendatang (Jawa –

Muslim) dengan penduduk setempat (asli Bali - Hindu) disekitar

Dusun Wanasari Denpansar Utara Provinsi Bali. Sehingga dapat

senantiasa terpelihara kerukunan dan keharmonisan kedua belah

pihak. Adapun persamaan ketika skripsi ini penelitinya

menggunakan pola komunikasi untuk mengetahui seberpa dekat

masyarakat asli dengan masyarakat pendatang. Diantara ketiganya

peneliti akan meneliti hampir mirip dengan skripsi yang nomer tiga

yaitu peneliti akan meneliti Pola Komunikasi Antarbudaya

9
Masyarakat Asli Denga Masyarakat Pendatang di Lingkungan

Taman Karang Baru Matara. Disini yang lebih menariknya peneliti

akan membahas tentang bagaimana pola komunikasi

antarbudayanya.

F. Kerangka Teori

1. Komunikasi

Definisi komunikasi adalah sebuah proses penyampean pikiran-

pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu

cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud

oleh pennyampai yang berada dalam pikiran-pikiran atau informasi.11

2. Komunikasi antar budaya

Komunikasi antarbudaya adalah satu kajian dalanm ilmu

komunikasi. Dimana komunikasi antarbudaya sebagai objek yang

membahas masalah tentang komunikasi antarbudaya yang dimana

komunikasi antara komunikator dengan komunikan terhadap

komunikasi yang berkelanjutan.12

3. Kerukunan

Kerukunan adalah istilah yang di penuhi oleh muatan makna

“baik”dan “damai”. Hakikatnya, hidup bersama dalam masyarakat

yang damai dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak

menciptakan perselisihan dan pertengkaran antar umat beragama. Bila

11
Endang Fourianalistyawati,”Komunikasi yang Relevan dan Efektif Antara Dokter dan
Pasien” Jurnal Psikogenesis, vol. 1, No. 7, Desember 2019, hlm. 83
12
Abdel Fauji Hadiono, “Komunikasi Antarbudaya “, Jurnal Darussalam, Vol. VIII, No.
1, Desember 2019, hlm. 142

10
pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka kerukunan adalah

sesuatu yang ideal dan di dambakan oleh masyarakat manusuia.

Kerukunan berasal dari kata “ruku” dari bahasa Arab, yang artinya

tiang atau tiang-tiang yang mempengaruhi, dan penompang yang

memberi kedamain dan kesejahteraan bagi penghuninnya, secara luas

bermakna adanya suasana persaudaraan dan kesamaan antar semua

orang walaupan mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan

mereka.13

G. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif untuk

membentuk langkah dalam penelitian dan sesuai dengan masalah yang

dikaji maka pendekatan yang digunakan oleh peneliti. Pendekatan

kualitatif yang pada dasarnya untuk mengamati orang dalam hidupnya,

agar bisa berinteraksi dengan mereka dan berusaha untuk memahami

suatu fenomena tertentu. Penelitian kualitatif merupakan metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme, digunakan

untuk meneliti pada daerah yang bersifat alami, ( sebagai lawannya

adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,

karna bersipat kealamian dari wargannya sendiri teknik pengumpulan

data dilakukan secara gabungan, analisis data dilakukan secara

gabungan, analisis ini bersifat kualitatif, dan hasil penelitiannya harus


13
Nazmudin “Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Membangun
Keutuhan Negara Kesatuan Repubik Indonesia” Jurnal of Gopernamen and Civil Sociality, Vol. 1,
No. 7, Desember 2019, hlm. 24

11
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.14

Penelitian menggunakan kualitatif ini menggunakan suatu

pendekatan lebih menekankan peneliti untuk menganalisi proses

penyimpulan data serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar

fenomena yang diamati, yang memakai logika ilmiah. Hal ini berari

pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data

kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis

melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan

cara-cara berfikir formal dan argumentatif.15

Pendekatan deskriftif merupakan suatu pendekatan yang hasil

penelitiannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau metode

kuantifikasi yang lain. Peneliti menggunakan pendekatan naturalistik

untuk memahami suatu fenomena tertentu. Penelitian kualitatif berbeda

dengan penelitian kuantitatif yang berusaha menjelaskan hubungan

sebab akibat, prediksi, serta generalisasi hasil.16

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang berorientasi

pada gejala gelaja yang bersifat alami, karena orientasinya demikian,

maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamian dari

wargannya serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan di

lapangan.17

14
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, (Bandung: Alfabeta
Cv, 2018), hlm. 8
15
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hlm. 5
16
Mohammad Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta
Pemikiran Dasar Menggabungkannya”, Jurnal Studi Komunikasi dan Media, Vol. 15, Nomor 1,
Januari – Juni 2011, hlm. 130.
17
Asselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:

12
2. Jenis Penelitian

a. Studi kasus

Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi

suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan

data yang mendalam, dan menyertakan dari berbagai sumber

informasi.

Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus

yang dipelajari berupa program, peristiwa, budaya, aktivitas

kelompok, atau individu.18

Creswell menyatakan bahwa, penelitian studi kasus

merupakan penelitian yang dilakukan terhadap suatu objek, yang

disebut sebagai kasus, yang dilakukann secara seutuhnya,

menyeluruh dan mendalam, dengan menggunakan berbagai

macam sumber atau data.19

Peneliti menggunkan pendekatan studi kasus dalam

penelitian ini, karena sesuai dengan judul yang diangkat, yaitu

“Pola Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Asli Dengan

Masyarakat Pendatang di Lingkungan Taman Karang Baru

Mataram.

Dalam pendekatan studi kasus salah satunya adalah meneliti

tentang objek, dan objek dalam penelitian ini adalah masyarakat

Pustaka Pelajar, 2003), hlm.. 4.


18
Puapa Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”, Equilibrium, Vol. 5, Nomor 9, Januari-
Juni 2009, hlm. 6.
19
Imam Gunawan, “Metode Peneleitian Kualitatif Teori Dan Praktik”, (Jakarta: PT:
Bumi Aksara, 2013), hlm. 114.

13
asli dan masyarakat pendatang yang ada di Lingkungan Taman

Karang Baru Mataram.

3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian adalah sebagai

instrumen kunci. Pengertian instrumen disini, peneliti menjadi alat

dari keseluruhan proses penelitian, peneliti sebagai perencana,

pengumpul data, penafsir data, sekaligus sebagai pelapor dari hasil

penelitian. Kehadiran peneliti di lokasi penelitian, berperan sebagai

pengamat yang tidak berperan serta, maksudnya peneliti tidak

melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan peneliti

menyatu sebagai bagian dari kehidupan subjek tetapi hanya sebagai

pengamat. Di dalam melakukan penelitian melalui pengamatan,

peneliti mengamati objek penelitian pada situasi yang diinginkan

untuk dipahami. Jadi jelas peneliti akan mengamati peristiwa-

peristiwa yang terkait dengan objek penelitian.20

Adapun data yang dibutuhkan oleh peneliti, yaitu tentang latar

belakang kedua agama ini hidup berdampingan, untuk mendapatkan

data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode,

yakni: metode observasi, yaitu untuk memperoleh data yang valid

dalam penelitian, maka teknik observasi ini peneliti gunakan untuk

mengamati obyek yang sedang diteliti. Teknik wawancara, yaitu

percakapan dengan orang, dengan maksud tertentu. Percakapan itu

20
Suharimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), hlm 102.

14
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai, dan yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu.

Dan metode dokumentasi, yaitu catatan atau karangan

seseorang secara tertulis tentang tindakan, perbuatan, pengalaman, dan

kepercayaan.

4. Lokasi Objek Penelitian

Lokasi yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah:

Lingkungan Taman Karang Baru Mataram.

5. Sumber data dalam penyusunan proposal ini adalah:

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan ini merupakan sumber data utama,

dimana sumber utama ini dicatat melalui catatan tertulis atau

melalui pengambilan foto atau gambar. Dalam hal ini, kata-kata

maupun tindakan yang dicatat oleh peneliti didapatkan dari hasil

wawancara dan observasi dari masyarakat Sumber tertulis

Sumber tertulis ini bisa melalui data yang dikumpulkan

oleh peneliti, tentang bagaimana latar belakang terjalinya

komunikasi antarbudaya yang di lakukan oleh masyarakat

Lingkungan Taman Karang Baru Mataram oleh masyarakat asli

dengan pendatang.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,

15
maka peneliti menggunakan beberapa metode dalam proses

pengumpulan data. Adapun data yang digunakan untuk

mengumpulkan data di lapangan adalah metode observasi, wawancara

dan dokumentasi.

a. Metode Observasi

Observasi ini untuk mengamati tingkah laku manusia

sebagai peristiwa aktual, yang memungkinkan kita memandang

tingkah laku sebagai proses. Sebagaimana cara menanggapi suatu

wawancara. Tujuan pokok dari observasi adalah untuk menyajikan

kembali gambaran-gambaran sosial, kemudian dapat diperoleh

dengan cara lain yang sering digunakan secara berdampingan

untuk mendapatkan realitas penemuan-penemuan penelitian secara

keseluruhan dari seorang peneliti.21

Untuk memperoleh data yang vailed dalam penelitian ini,

maka teknik observasi ini peneliti gunakan untuk mengamati

obyek yang sedang diteliti, dalam hal ini yang diamati adalah:

1. Proses komunikasi masyarakat asli dan pendatang di

Lingkungan Taman Karang Baru Mataram

2. Interaksi sosial masyarakat asli dengan masyarakat

pendatang

b. Metode Wawancara

Setelah peneliti melakukan observasi kelapangan,

James Black A, Metode dan Masalah Penleitian Sosial (Bandung : PT Refika Aditama
21

1999) hlm. 287.

16
selanjutnya metode yang digunakan oleh peneliti adalah

wawancara, karena wawancara adalah salah satu cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara

berhadapan langsung dengan orang yang diwawancarai tetapi juga

dapat diberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu untuk di jawab

pada kesempatan yang lain.22

Peneliti menggunakan metode wawancara sebagai teknik

pengumpulan data karena peneliti akan langsung turun ke

lapangan dan mencari narasumber terkait dengan pola komunikasi

antarbudaya yang terjalin oleh masyarakat asli dengan dengan

masyarakat pendatang di Lingkungan Tman Karang Baru

Mataram.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan

wawancara yang tidak terstruktur. Karena metode wawancara bisa

dilakukan dengan dua cara, yaitu secara tersetruktur dan tidak

terstruktur.

c. Metode Dokumentsi

Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data

yang dilakukan dengan menganalisis isi dokumen yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. secara langsung dari

tempat penelitian dalam bentuk tulisan, laporan kegiatan dan data

yang dikumpulkan melelui hasil penelitian.23

22
Juliyansyah Noor, Metodologi Penelitian.,,,hlm. 138
23
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2005) hlm. 77.

17
Peneliti menggunakan metode dokumentasi karna peneliti

mengetahui sebagian data tersimpan dalam bentuk dokumentasi

seperti surst-surat, buku harian, dan bahkan foto yang sangat

penting yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini.

7. Teknik Analisis Data

Untuk melakukan kajian dan memahami struktur suatu

fenomena atau kejadian yang ada dilapangan maka peneliti harus

melakukan kajian langsung terkait fenomena-fenomena yang berlaku di

lapangan.24

Penelitian ini menggunakan deskriptif analisis data yaitu suatu

bentuk penelitian yang meliputi proses pengumpulan dan penyusunan

data, dan apa bila data sudah terkumpula tersusun akan dianalisis

sehingga akan memperolah data yang jelas. Setelah melakukan

penelitian maka akan memperoleh data kualitatif sesuai dengan

pendekatan yang diambil. Maka oleh sebab itu sema data yang sudah

didapatkan di lapangan, baik yang berupa wawancara ataupun obserpasi

akan dianalisis sehingga dapat menghasilkan deskripsi tentang pola

komunikasi antarbudaya masyarakata asli dengan masyarakat

pendatang di Lingkungan Taman Karan Baru Mataram.

8. Pengecekan keabsahan data

24
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif.,,hlm. 247

18
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan

pada uji validitas dan realibitas. dalam penelitian kualitatif, temuan atau

data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang

dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungghnya terjadi pada objek

yang diteliti.25

Bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diteliti atau

diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam

kenyataan, guna memperoleh keabsahan data atau data yang valid

diperlukan teknik pemeriksaan, agar diperoleh temuan-temuan dan

informasi yang valid dapat digunakan sebagai berikut:

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis hanya akan menggunakan

dua teknik pemeriksaan, agar temuan-temuan dalam penelitian valid,

yaitu:

a. Triangulasi

Tringulasi adalah teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai perbandingan data itu. Jadi, tringulasi

merupakan pengecekanulang terhadap data-data kualitatif hasil

penelitian. Dengan menggunakan tringulasi, sebenarnya peneliti

telah mengumpulkan data sekaligus menguji kreabilitas data, yaitu

mengecek kreadibilitas dengan berbagai teknik pengumpulan data

25
Ibid.,,hlm. 267

19
dari berbagai sumber data.26

b. Kecukupan referensi

Referensi yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian nanti

terdiri dari bahan dokumentasi, catatan yang tersimpan, buku-buku

yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian.Bahan

refrensi ini sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan

dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi.27

H. Sistematika Pembahasan

1. BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan, Manfaat, Ruang Lingkup dan Seting Penelitian yang

membahas seputar Judul Prposal ini. Selain itu jugak membahas

beberapa susunan isi BAB yaitu: Telaah Pustaka, Kerangka Teori, dan

Metode Penelitian.

2. BAB II. PAPARAN DATA

BAB ini membahas data tentang seluruh data dan temuan penelitian,

dimana akan diulas secara rinci data-data yang telah didapatkan.

3. BAB III. PEMBAHASAN

Di bagian pembahasan ini diungkapkan proses analisis terhadap

penemuan penelitian pada BAB II berdasarkan perspektip penelitian

atau kerangka teori. Memuat secara rinci metode penelitian yang


26
Beni Ahmad Saeban, Metode Penelitian (Bandung, CV Pustaka Setia, 2008) hlm. 189.
27
Moleong L. J, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010) hlm.
175.

20
digunakan peneliti beserta alasannya, jenis penelitian, kehadiran

peneliti, lokasi, metode analisis data dan instrumen penelitian.

4. BAB IV. PENUTUP

Di bagian BAB ini berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi

dari hasil penelitian yang didapatkan sesuai dengan teori yang

digunakan. Dan berisi saran dari peneliti untuk orang yang akan

meneliti tema yang sama, untuk mendapatkan kekurangan dan

kelebihannya sebagai pedoman peneliti selanjutnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdel Fauji Hadiono, “Komunikasi Antarbudaya “, Jurnal Darussalam, Vol. VIII,


No. 1, Desember 2019

Ahmad Sihabuddin, Komunikasi Antarbudaya, Jakarta: Bumi Aksara, 2013

Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya, jakarta: PT Bumi Aksara, 2013

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Asselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003

Beni Ahmad Saeban, Metode Penelitian Bandung, CV Pustaka Setia, 2008

Deddy Mulyana, Komunkasi Antarbudaya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2005

Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


1999

Endang Fourianalistyawati,”Komunikasi yang Relevan dan Efektif Antara Dokter


dan Pasien” Jurnal Psikogenesis, vol. 1, No. 7, Desember 2019

Imam Gunawan, “Metode Peneleitian Kualitatif Teori Dan Praktik”, Jakarta:


PT: Bumi Aksara, 2013

Ismi sofiana, “Wawancara”, rumah kepala lingkungan, 28, Desember, 2019.

James Black A, Metode dan Masalah Penleitian Sosial (Bandung : PT Refika


Aditama 1999

Juliyansyah Noor, Metodologi Penelitian.,,

Lajnah Pentashilan Mushaf Al-Quran, Komunikasi dan Informasi, jakarta: Lajnah


Penulisan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kementerian Agama
RI, 2013

Landy Candra Kusuma 2018, “Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Dusun


Demping Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi antar Budaya
Masyarakat Islam dan Hindu dalam Kegiatan Kemasyarakatan di Dusun
Demping Kecamatan Jenawi Kabupaten Karang Anyar” Fakultas
Komunikasi Dan Informatika Universitas Muhammadiyah ,
Surakarta.

22
Melati Budi Srikandi, “Komunikasi AntarBudaya Penduduk Pendatang Dengan
Penduduk Asli”, skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sebela Maret.

Mey Candra Susanto, “Komunikasi Antarbudaya Pada Masyarakat Pendatang


Dengan Masyarakat Lokal Dilamongan”, Skripsi, Fakultas Ilmu Soial dan
Ilmu Politik, Universitas Muhamadiah Malang

Mohammad Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta


Pemikiran Dasar Menggabungkannya”, Jurnal Studi Komunikasi dan
Media, Vol. 15, Nomor 1, Januari – Juni 2011

Moleong L. J, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010.

Nazmudin “Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Membangun


Keutuhan Negara Kesatuan Repubik Indonesia” Jurnal of Gopernamen
and Civil Sociality, Vol. 1, No. 7, Desember 2019,

Puapa Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”, Equilibrium, Vol. 5, Nomor 9,


Januari-Juni 2009

Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Bandung: Alfabeta, 2005

Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, Bandung:


Alfabeta Cv, 2018

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif.,,

Suharimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: PT


Rineka Cipta, 2002

23

Anda mungkin juga menyukai