Anda di halaman 1dari 18

KOMUNIKASI LINTAS

BUDAYA PADA
MASYARAKAT MADURA
NAMA KELOMPOK 4

Bima Ariyu Putra A. (P17211217137)


Rafina Bimantari (P17211217141)
Clarissa Sasi Kirana (P17211217146)
Rachelly Salsabila M. P (P17211217157)
Titin Masfi’ah (P17211217158)
Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal terpenting bagi manusia. Tanpa komunikasi maka manusia bisa
dikatakan tersesat, karena ia tidak bisa menaruh dirinya dalam lingkungan sosial.
Komunikasi merupakan hal yang penting pula dalam penerapan asuhan keperawatan.
Komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai suatu relasi atau hubungan antara individu-
individu yang berlainan budaya misalnya suku bangsa,etnik,ras, Bahasa dan sosial.

Dalam proses komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya dibutuhkan pengertian
atau pemahaman yang lebih komprehensif. Mempelajari budaya orang lain merupakan salah
satu cara untuk mewujudkan pemahaman tersebut.
Oleh karena itu pemahaman akan komunikasi sangat diperlukan dalam penerapan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat lintas budaya.
BUDAYA
MADUR
A
Madura adalah salah satu nama daerah di Indonesia. Daerah ini berupa pulau yang terletak di sebelah timur Pulau
Jawa dengan luas 5.250 km2.Pulau Madura bersebelahan dengan kota Surabaya yang dihubungkan oleh jembatan
Suramadu. Pulau Jawa dan Pulau Madura dipisahkan oleh sebuah selat bernama Selat Madura yang menghubungkan Laut
Jawa dengan Laut Bali (Farried & Alvita, 2015).

Madura dibagi kedalam empat kabupaten antaralain Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Disekitar
Pulau Madura juga dikelilingi oleh pulau – pulau kecil antaralain Pulau Kambing, Gili Raja, Genteng, Puteran, Iyang,
Sapudi, dan Raas. Pulau Madura memiliki banyak daerah pesisir pantai. Pulau ini juga sering disebut sebagai daerah
pemasok garam nasional (Rochana, 2012).
Kondisi Demografi

Dari sudut ekologi, Madura memiliki basis tegalan. Ciri – ciri dari ekologi tegalan antaralain tanaman
hidupnya sangat bergantung terhadap hujan, memiliki varietas tanaman yang banyak meskipun
produktivitasnya rendah, dan resiko gagal panen besar karena cuaca yang tidak menentu.

Tanaman yang banyak ditanam di Madura adalah jagung dan tembakau. Namun, Madura memiliki tanah
yang kurang subur.Tanah yang tidak subur dan resiko gagal panen yang besar membuat masyarakat
Madura lebih memilih untuk bekerja di bidang lain seperti penjual barang maupun jasa. Selain itu, ada
sebuah kepercayaan dimana apabila seorang laki – laki belum pergi merantau berarti orang tersebut
belum dianggap dewasa. Hal – hal inilah yang membuat tingginya angka perantauan masyarakat Madura
menuju ke daerah lain.
Ciri khas Budaya

Mayoritas orang Madura beragama islam. Agama islam di Madura berkembang sangat pesat dan
memengaruhi kehidupan sosial masyarakat disana. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya wisata religi di
Madura. Selain itu, agama islam juga memengaruhi kebudayaan masyarakat di Madura.

Orang Madura lebih menghormati lembaga agama dan ulama dibandingkan dengan lembaga negara dan
aparatnya. Hal ini didasari karena banyak masjid yang dijadikan sebagai bertemunya unit – unit sosial
sehingga memungkinkan ulama untuk mengambil peran penting dalam semua kegiatan kemasyarakatan.
Orang Madura percaya dan menganggap bahwa ulama lebih membawa berkah, daripada apparat
pemerintah yang hanya menambah kesulitan seperti pemungutan pajak, instruksi, dan kewajiban
lainnya.
GAMBARAN
POLA KOMUNIKASI
BUDAYA MADURA
KOMUNIKAS KOMUNIKAS KOMUNIKAS
I I I
VERBAL NON TULISAN
VERBAL
Komunikasi Verbal

Bahasa Madura memiliki beberapa kemiripan dengan bahasa Melayu.


Bahasa Madura dibagi menjadi empat dialek utama, yaitu dialek Sumenep, dialek Pamekasan,
dialek Bangkalan, dan dialek Kangean. Selain itu, terdapat dua dialeg tambahan yaitu dialek
Pinggirpapas dan dialek Bawean.

Dalam berkomunikasi sehari – hari, orang Madura cenderung berbicara dengan nada keras dan
cepat. Hal tersebut yang sering disalah artikan oleh masyarakat dan menganggap bahwa orang
Madura pemarah. Padahal orang tersebut hanya berbicara biasa pada umumnya.
Komunikasi Non Verbal
Selain bericara dengan nada keras dan cepat, orang madura juga memiliki
bahasa non verbal seperti menunjuk langsung seseorang apabila sedang
membicarakan orang tersebut. Tidak sedikit juga saat berbicara mereka
menggunakan ekspresi wajah seperti orang marah sehingga banyak
disalahartikan.
Komunikasi Tulisan
Masyarakat madura dalam berkomunikasi melalui tulisan atau
menyampaikan pesan sangat dipengaruhi oleh tradisi mereka yang khas.
Seringkali masyarakat madura cenderung tidak pakai basa-basi,langsung
pada pembicaraan utama. Hal inii karena masyarakat madura lebih
menghargai waktu daripada kemasan pesan yang disampaikan.

Masyarakat madura tidak menyukai merangkai kata-kata yang indah, enak di


dengar, mereka lebih mengutamakan inti pesan agar pesan tersebut dapat
dengan mudah dipahami oleh yang menerima pesan.
Hambatan Implementasi
Komunikasi pada Budaya
Madura.
Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala
sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif (Lilian Chaney,
2004:11).Contoh dari hambatan komunikasi antar budaya adalah kasus anggukan kepala,
dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti
sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya
berarti bahwa orang tersebut mendengarkan.Dengan memahami mengenai komunikasi antar
budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita lalui.
Dalam budaya Madura, bagi sebagian besar masyarakat Madura, ucapan kata
„sampeyan” menunjukkan ucapan penuh penghormatan kepada orang lain. Hal
ini agak berbeda dengan konsep ucapan “sampeyan” bagi masyarakat Jawa
(khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta), ucapan “sampeyan” diucapkan kepada
orang yang secara umur dan struktur kemasyarakatan “setara” sedangkan untuk
orang yang lebih tinggi kedudukannya lebih tepat menggunakan ungkapan
“panjenengan”.
Cara mengeliminasi Hambatan
Komunikasi dalam Budaya Madura
Untuk mengatasi hambatan berkomunikasi dengan masyarakat Madura bisa dilakukan dengan :
• Meningkatkan umpan balik (feedback), untuk mengetahui apakah informasi dari pasien benar telah
diterima, dipahami, dan dilaksanakan atau tidak.
• Empati, penyampaian pesan disesuaikan dengan keadaan penerima.
• Pengulangan informasi, untuk menjamin bahwa pesan dapat diterima.
• Menggunakan Bahasa yang sederhana, agar setiap orang dapat memahami isi pesan yang
disampaikan.
• Mendengarkan secara efektif, sehingga komunikasi antara pasien dan perawat dapat berlangsung
dengan baik.
Peran Perawat sebagai Komunikator dalam Mengatasi
Hambatan Komunikasi dalam Pelayanan/Asuhan
Keperawatan

Upaya yang dapat dilakukan perawat dalam mengatasi hambatan komunikasi dengan pasien atau dengan keluarga yaitu
menggunakan Bahasa yang dimengerti bersama sesuai dengan tujuan komunikasi terapeutik yaitu kemampuan membina
hubungan interpersonal. Perawat dalam hal ini juga membantu mengambil tindakan yang paling efektif untuk mengubah
situasi yang ada.

Dalam komunikasi antarbudaya antara perawat dengan pasien ini, komunikasi nonverbal digunakan untuk membangun
kepercayaan pasien, memotivasi pasien, memberikan semangat bahkan sebagai bentuk penghargaan.

Yang dapat dilakukan dengan mendapat respon dengan istilah balik (feedback) dalam suatu tindak komunikasi yang
memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.
Perawat sebagai komunikator akan berhasil dalam komunikasi jika pihak komunikan merasa bahwa ada kesamaan antara
komunikator, sehingga komunikan bersedia taat pada pesan yang dilancaran oleh komunikator.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai