Anda di halaman 1dari 15

Model Komunikasi Dakwah di Desa Larangan Badung Kecamatan Palengaan

Kabupaten Pamekasan

Siti Khofifah
Institut Agama Islam Negeri Madura
fifah.ifah@gmail.com

Abstrak

Masyarakat Madura dikenal dengan keakraban antar sesama manusia, selalu


mengedepankan perilaku yang baik terhadap semua orang dan tidak pandang bulu, sopan
santun yang dibudayakan dalam menjunjung citra yang baik dan menjadi suatu prioritas
bagi masyarakat Madura khususnya bagi pedesaan dalam moralitas. Pola hidup masyarakat
Madura tidak terlepas dari pola hidup leluhur mereka di ranah sosial, mulai dari kebiasaan
hidupnya hingga pada komunikasinya. Komunikasi yang digunakan cukup berbeda-beda
mulai dari model komunikasinya, intonasi, dan rangkaian kata dan kalimat sapaan mereka
dalam ranah sosialnya. Dari setiap komunikasi yang digunakan memiliki berbagai macam
perbedaan apalagi pada ranah pedesaan yang lebih menggunakan komunikasi secara
nonverbal/ simbol, hal ini dapat menjadikan multi-tafsir, namun tidak hanya komunikasi
nonverbal saja yang dilakukan akan tetapi verbal juga digunakan untuk peningkatan
moralitas yang berada di desa Larangan Badung. Disamping komunikasi ini sebuah alat
untuk menyampaikan pesan, maka model komunikasi sangatlah berguna dalam melakukan
proses dakwah dikalangan masyarakat pedesaan khususnya di desa Larangan Badung
dalam mempersuasif masyarakat dengan lebih baik, baik melalui komunikasi secara verbal
(bil al-lisan) maupun nonverbal (bil al-hal). Ada tiga fokus penelitian yang menjadi kajian
utama penelitian ini, yaitu Pertama Bagaimana deskripsi komunikasi dakwah dalam
peningkatan moralitas masyarakat Madura di desa Larangan Badung? Kedua Bagaimana
model komunikasi dakwah yang berada di desa Larangan Badung? Ketiga Bagaimana
strategi penguatan moralitas komunikasi dakwah yang dilakukan masyarakat Madura di
desa Larangan Badung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitaif,
sumber data penelitian ini adalah Aparat Desa, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat.
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, wawancara
dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui pengecekan, pengelompokan, dan
pengkodean data. Sedangkan pengecekan keabsahan data meliputi perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi dan analisis kasus negatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Pertama Deskripsi komunikasi dakwah dalam peningkatan
moralitas masyarakat Madura di desa Larangan Badung menggunakan komunikasi bil al-
lisan dan bil al-hal dalam dakwah diranah sosial dengan baik. Menghormati sesama orang
baik ketika melintasi didepan rumah orang, ditepi jalan baik secara bil al-lisan (verbal)
maupun bil al-hal (nonverbal). Kedua model komunikasi dakwah yang berada di desa
Larangan Badung yaitu model komunikasi Stimulus Respon (Nonverbal/ bil al-hal). Ketiga
strategi penguatan moralitas komunikasi dakwah yang dilakukan masyarakat Madura di
desa Larangan Badung adalah melalui sistem ceramah dari Tokoh Masyarakat pada
komunitas muslimat dan muslimin, disekolah madrasah dan pondok pesantren, serta
Tokoh Masyarakat berperan aktif, memberikan contoh secara langsung kepada masyarakat.

Kata kunci : Model Komunikasi, Dakwah, dan Moralitas

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 53 of 67


Abstract

The Madurese community is known for its closeness between fellow humans, always
prioritizing good behavior towards everyone and indiscriminately, civilized manners in
upholding a good image and becoming a priority for the Madurese community, especially
for rural areas in morality. The lifestyle of the Madurese community is inseparable from the
lifestyle of their ancestors in the social sphere, from their habits of life to their
communication. The communication used is quite different starting from the
communication model, intonation, and the series of words and sentences they greet in the
social realm. From every communication used, there are various kinds of differences,
especially in the rural realm which uses more nonverbal/symbolic communication, this can
lead to multiple interpretations, but not only nonverbal communication but verbal
communication is also used to improve morality in the village. Badung ban. Besides this
communication is a tool to convey messages, the communication model is very useful in
carrying out the da'wah process among rural communities, especially in Larangan Badung
village in persuading the community better, both through verbal (bil al-lisan) and non-
verbal (bil al-lisan) communication. Case). There are three research focuses that become the
main study of this research, namely: First, how is the description of da'wah communication
in improving the morality of the Madurese community in Larangan Badung village? Second,
what is the model of da'wah communication in the Larangan village of Badung? Third, how
is the strategy of strengthening the morality of da'wah communication carried out by the
Madurese community in the Larangan Badung village. In this study the researchers used a
qualitative approach, the data sources of this research were village officials, community
leaders and the community. Data collection procedures used in the study were observation,
interviews and documentation. Data analysis techniques through checking, grouping, and
coding data. While checking the validity of the data includes extension of participation,
persistence of observation, triangulation and analysis of negative cases. The results showed
that the first description of da'wah communication in improving the morality of the
Madurese community in Larangan Badung village used bil al-lisan and bil al-hal
communication in da'wah in the social realm well. Respect other people both when crossing
in front of people's houses, on the side of the road, both verbally and bil al-hally
(nonverbally). The two models of da'wah communication in the village of Larangan Badung
are the Stimulus Response (Nonverbal/bil al-hal) communication model. The three
strategies for strengthening the morality of da'wah communication carried out by the
Madurese community in Larangan Badung village are through a lecture system from
community leaders in the Muslim and Muslim community, in madrasa schools and Islamic
boarding schools, and community leaders playing an active role, providing direct examples
to the community.

Keywords: Communication Model, Da'wah, and Morality

Pendahuluan kepada semua orang, baik itu orang lokal


maupun orang asing. Kebiasaan orang
Konteks Penelitian
Madura pedesaan khususnya di desa
Masyarakat Madura terkenal dari Larangan Badung selalu mengedepankan
keakraban antara sesama manusia, walau sikap yang baik terhadap semua orang,
terkadang bukan saudara kandung tidak memandang dirinya mengenali
mereka. Akan tetapi leluhur mereka selalu lawan bicaranya atau tidak mengenali
mengedepankan perilaku yang baik lawan bicaranya. Sopan santun yang

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 54 of 67


dibudayakan karena itu merupakan komunikasi dakwah sudah termakub
prioritas bagi masyarakat Madura, dan hal dalam Al-Qur’an, Hadits, dan sejarah
inilah yang menjadi pembedaan dari kaum soleh. Ayat-ayat yang menjelaskan
pulau lainnya. tentang hal itu diantaranya (Qs. Annisa’;
5,8 dan 63,) (Qs. Al-Baqarah; 235) (Qs. Al-
Madura dikenal dari berbagai budaya dan
Ahzab’; 32) dan (Qs. An-Nahl; 125).
tradisi yang sangat unik. Tidak hanya pada
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan
ranah budaya kerapan sapi atau budaya
Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
petik laut, dan lain-lain. akan tetapi
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
Madura memiliki ke-khassan yang
dengan cara yang baik. Sesungguhnya
berbeda dari berbagai pulau lainnya,
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
selalu mengedepankan moral yang
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
bersusila. Realitas pada masyarakat
dan dialah yang lebih mengetahui orang-
Madura tidak terlepas dari pola hidup
orang yang mendapat petunjuk. [845]
yang disajikan oleh leluhur mereka. Hal
Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan
ini sangatlah jelas bahwa masyarakat
benar yang dapat membedakan antara
Madura sangat melirik adat kebiasaan
yang hak dengan yang bathil.
mereka. Mulai dari ranah pribadinya
hingga pada ranah sosialnya. Berdasarkan ayat tersebut, model dakwah
ada tiga, yaitu : bi al-hikmah; mauidzatul
Dari berbagai kabupaten yang berada di
hasanah; dan mujadalah billai hiya ahsan.
pulau Madura untuk mengenai budaya
Secara garis besar ada tiga pokok model
dan adat kebiasaan yang dianut cukup
dakwah, yaitu :
banyak yang berbeda. Mulai dari adat
kebiasaannya hingga pada 1. Bi al-Hikmah, yaitu berdakah
komunikasinya. Komunikasi yang berada dengan memerhatikan situasi dan
di pulau Madura bermacam-macam, kondisi sasara dakwah.
mulai dari bahasa yang digunakan hingga 2. Mauidzatul Hasanah, yaitu
pada nada ucapannya. Ada yang lembut berdakwah dengan memberikan
komunikasinya dan ada yang keras nasihat-nasihat atau
komunikasinya, keras dalam artian pennyampaian ajaran-ajaran
komunikasi yang lantang suaranya. Maka islam dengan rasa kasih sayang.
dari hal itu perlu memahami masyarakat
Madura dari setiap kabupaten yang 3. Mujadalah Billai Hiya Ahsan,
berada di pulau Madura. yaitu berdakwah dengan cara
bertukar pikiran dan membantah
Masyarakat Madura khususnya dengan cara yang sebaik-baiknya
dikalangan pedesaan tidak berbeda sedikit dengan tidak memberikan tekanan
pun dari perilaku atau moral yang yang memberatkan pada
bersusila dikalangan masyarakat. Karena komunikasi yang menjadi sasaran
pada dasarnya moral atau etika sangat dakwah.
berpengaruh bagi citra kehidupan mereka
dalam bersosial di masyarakat. Moral Menilik dari model komunikasi yang
sangat menjadi prioritas utama pada digunakan oleh masyarakat desa
suatu kebiasaan yang sudah Larangan Badung adalah model
dikembangkan oleh berbagai individu komunikasi Stimulus Respons (S-R), yang
dalam ranah sosialnya, yang dijadikan menunjukkan komunikasi sebagai proses
sebuah budaya hidup oleh masyarakat aksi reaksi yang sangat sederhana, karena
Madura dikalangan pedesaan khususnya model ini mengasumsikan bahwa kata-
di desa Larangan Badung. Model kata verbal (lisan), nonverbal (isyarat),
gambar, dan tindakan-tindakan tertentu

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 55 of 67


akan merangsang orang lain untuk dan menjauhi larangan Allah SWT dan
memberikan respons dengan cara Muhammad Rasulullah Saw, sebagai
tertentu. mana yang terdapat dalam alquran dan
hadits. Maka dari hal itu komunikasi
Model komunikasi dakwah tidak hanya
sangat penting dalam menciptakan
berpatokan pada bil al-lisan/ verbal, akan
dakwah yang bertujuan untuk mengajak
tetapi penggunaan dakwah secara bil al-
pada kebaikan dengan didasari pada
hal/ nonverbal sangat baik dan halus
keyakinan seorang komunikator kepada
untuk mempersuasif masyarakat. Dakwah
komunikannya. Rasulullah bersabda yang
mengajak kepada semua orang untuk
berbunyi:
melakukan hal yang baik dan menjauhi
hal yang buruk, baik melakukan dengan ‫من راي منكم منكرافليغير بيده فإن لم يستطع فبلسانه‬
berbagai model komunikasi secara verbal
maupun nonverbal dalam mempersuasif ‫فإن لم يستطع فبقلبه وذلك اضعف االيمان‬
masyarakat. Komunikasi sebuah alat
dalam menyajikan suatu penyampaian “Siapa saja di antara kalian yang melihat
pesan kepada masyarakat untuk kemungkaran, maka hendaklah ia
melakukan pada jalan yang lebih baik mengubah dengan tangannya; jika tidak
sesuai dengan perintah Allah dan Rasul, mampu, maka hendaklah dengan
maka sangatlah berguna dalam lidahnya; jika tidak mampu, maka
melakukan aksi reaksi penyampaian hendaklah dengan hatinya, dan itulah
pesan dalam membentuk peningkatan selemah-lemah iman. [HR. Muslim]”.
moralitas pada ranah sosial dalam sajian Rasulullah mengajarkan kepada kita
dakwah. untuk selalu mengedepankan akhlak atau
Komunikasi adalah proses penyampaian perilaku yang baik kepada semua orang.
pesan dalam bentuk simbol atau kode dari Dan hal ini sudah menjadi aktivitas bagi
satu pihak kepada pihak lain dengan efek orang muslim untuk menyuruh pada
untuk mengubah sikap, atau tindakan. Hal kebaikan dan mencegah pada keburukan,
ini sudah jelas bahwa komunikasi sehingga menciptakan masyarakat yang
merupakan sarana untuk manusia dalam saling menghargai satu sama lain
menciptakan hubungan antara sesama (toleransi) dan menciptakan
manusia di bumi, sehingga dapat keharmonisan dalam sosial.
menciptakan keharmonisan antar sesama Dalam hal ini komunikasi dan dakwah
manusia. Dalam hal ini komunikasi salah menciptakan perpaduan yang sempurna,
satu alat untuk menciptakan perubahan disamping komunikasi sebagai alat untuk
keadaan. Manusia tidak dapat mengubah menyampaikan suatu pesan kepada orang
pola pikir, sikap, perilaku yang tercela lain yang bertujuan untuk mengajak
tanpa ada manusia lain yang bisa menegur kepada kebaikan dan mencegah pada
seseorang, dan hal itu pasti membutuhkan keburukan.
model komunikasi untuk menyampaikan
argumennya terhadap orang lain. Dalam kehidupan masyarakat, pasti tidak
Komunikasi dapat disebut dengan terlepas dengan moralitas yang baik, dan
dakwah, karena komunikasi sebagai alat kebiasan-kebiasaan yang dilakukan oleh
dalam menyampaikan suatu pesan/ fatwa masyarakat apalagi dalam kehidupan
dengan baik, yang dapat merubah sikap pedesaan. Seperti perilaku kesopanan
yang tidak baik menuju hal yang baik. dalam beretika melintasi rumah warga,
dalam bertamu, dan lain sebaginya. Hal
Dakwah adalah seruan atau ajakan ini banyak di desa Larangan Badung yang
berbuat kebajikan untuk menaati perintah mengunggulkan pola dan sikap yang baik

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 56 of 67


terhadap masyarakat, agar citra individual. Seperti kita ketahui bersama
kepribadian masyarakat dapat dipandang bahwa komunikasi verbal ini
dengan baik bagi masyarakat yang lain. dilangsungkan secara bertatap muka atau
face to face dari suatu komunikator
Etika diartikan ilmu pengetahuan tentang
kepada komunikannya. Bagi masyarakat
asas-asas akhlak (moral). Dalam hal ini
di desa Larangan Badung komunikasi
masyarakat di desa Larangan Badung
secara bertatap muka merupakan
sangat memperhatikan dari segi perilaku
silaturrahmi sangat baik daripada
masyarakat yang baik, baik dari tutur
teknologi canggih masa kini, karena bagi
katanya maupun dari sikap prilakunya.
para sesepuh hal ini termasuk dalam etika
Masyarakat pedesaan biasa
yang baik, daripada sikap modern yang
mengedepankan akhlak daripada
mengunggulkan teknologi dalam
kecerdasan. Karena bagi mereka
menyampaikan sebuah pesan. . Maka dari
kecerdasan tidak berguna kalau sikapnya
hal itu silaturrahmi merupakan etika atau
kurang baik dalam bersosial. Maka dari
moral dalam Islam sebagaimana yang
hal itu terciptalah sebuah tindakan yang
telah dicerminkan oleh baginda Nabi
jauh berbeda dengan dunia perkotaan,
Muhammad SAW. Sehingga perlu adanya
mulai dari segi tutur katanya, sikap dan
prilakunya, juga dari segi sopan santun aktualisasi nilai-nilai akhlaq mahmudah
dalam berkomunikasi khususnya
dalam menghargai orang yang lebih tua.
dikalangan masyarakat pedesaan.
Masyarakat Madura masih banyak yang
Tidak hanya komunikasi verbal saja yang
membentuk kebiasaan-kebiasaan dari
dilakukan dalam bersosialisasi di
leluhur mereka, mulai dari segi budaya
masyarakat pedesaan, akan tetapi model
yang di anut, pola pikir masyarakatnya,
komunikasi nonverbal juga dilakukan oleh
cara berbicaranya, dan sistem
sebagian besar masyarakat di desa
pendidikannya yang masih tradisional.
Larangan Badung.
Masyarakat pedesaan yang cenderung dari
segi komunikasi yang digunakan telah Komunikasi nonverbal menurut Larry A.
menjadi suatu ke-khassan mereka, karena Samovar dan Richard E. Porter,
dalam suatu desa yang bermasyarakat mengatakan bahwa komunikasi nonverbal
masih mempertahankan kebiasaan- mencakup semua rangsangan (kecuali
kebiasaan dari leluhur mereka, sehingga rangsangan verbal) dalam suatu setting
tidak ingin mengubah dan tidak ingin komunikasi, yang dihasilkan oleh
mengikuti masa kini, bukan berarti tidak individu, yang mempunyai nilai potensial
ingin maju, akan tetapi hal itu sudah bagi pengirim atau penerima. Hal ini
menjadi prioritas masyarakat pedesaan mencakup perilaku individu ,baik
khususnya di desa Larangan Badung yang disengaja maupun yang tidak disengaja,
harus dijalani dalam lingkup sosial. juga merupakan bagian dari peristiwa
Model komunikasi yang berada di desa ini komunikasi secara keseluruhan.
masih banyak digunakan terutama pada Komunikator mengirim suatu simbol
verbal dan nonverbalnya dalam (nonverbal) tanpa menyadari pesan
mengkaitkan moralitas sebagai dakwah di tersebut memiliki makna bagi orang lain.
pedesaan. Sehingga pesan-pesan nonverbal multi-
tafsir bagi penerima pesan, Seperti
Komunikasi atau bahasa verbal adalah
anggukan kepala, senyum sambil
sarana utama untuk menyatakan pikiran,
perasaan, maksud kita. Bahasa verbal anggukan kepala, berkedip, melambaikan
tangan, dan lain sebagainya. Hal ini biasa
menggunakan kata-kata yang
kita temui, akan tetapi dari berbagai
mempresentasikan berbagai aspek realitas
simbol yang terlihat oleh kita memiliki

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 57 of 67


berbagai makna tergantung bagi kita yang dan tujuan komunkator melakukan
menafsirkan dan mempersepsikan simbol atau pesan nonverbal tersebut.
berbagai simbol tersebut. Jika dikaitkan dalam etika dakwah hal
Simbol tidak hanya sebagai pemaknaan tersebut memang kurang baik, karena
biasa, akan tetapi simbol akan sesuai etika tidak memandang dari segi tempat
dengan apa yang diinginkan oleh dan keadaan individunya dalam hal
komunikator kepada komunikan ketika kepentingan sosial. Karena masyarakat
sesuai dalam situasi dan kondisi. Jika Madura khususnya di desa Larangan
komunikasi nonverbal tidak ditempatkan Badung ini sangat memperhatikan budaya
dengan tepat maka timbul noise yang mereka anut sebagai aturan yang
(gangguan) ditengah penyampaian pesan harus dijalani bersama dalam keterikatan
nonverbal. Seperti halnya dalam budaya sosial.
etika permisi di desa khususnya desa Dan menurut Selo Soemardjan
Larangan Badung yang menundukkan mengatakan bahwa masyarakat adalah
kepala sambil tersenyum kepada orang orang-orang yang hidup bersama yang
yang berada di halaman rumahnya atau menghasilkan kebudayaan. Maka dari hal
ditepi jalan, sehingga dari tindakan itu dikatakan masyarakat apabila satu
tersebut hanya orang-orang tertentu yang individu atau satu kelompok yang hidup
dapat memahami pesan yang bersama dalam satu wilayah tertentu.
disampaikan oleh komunikator. Dikatakan masyarakat karena sudah bisa
Model komunikasi nonverbal ini tidak memahami dan menghormati pada
mudah diperagakan di tempat lainnya, aturan-aturan yang sudah berlaku di
namun di desa Larangan Badung hal ini tempat yang sudah ditempati sekian lama,
sudah menjadi kebiasaan warga sana juga sudah terikat dengan berbagai
dalam menciptakan komunikasi antar budaya yang berkembang.
sesama. Dengan hal ini komunikasi Masyarakat Madura sangat
nonverbal merupakan semua isyarat yang mengedepankan moral atau etika dalam
bukan menggunakan kata-kata, memiliki sosialisasi dilingkungan sekitar mereka.
berbagai makna tergantung pola pikir dan Semuanya tidak jauh dari pola pikir yang
persepsi komunikannya dalam setiap hari mereka lakukan sehingga
menanggapi pesan yang disampaikan oleh menjadi budaya atau kebiasaan mereka
komunikator, hal ini sudah merupakan untuk mengedepankan akhlak. Benar kata
proses interpretasi atau penafsiran dalam pepatah kesopanan lebih tinggi nilainya
suatu pesan, karena persepsi terikat dalam
daripada kecerdasannya, kata-kata ini
suatu budaya. Realitas dalam kehidupan digunakan oleh masyarakat di pedesaan
masyarakat di desa Larangan Badung khususnya di desa Larangan Badung.
ketika dikaitkan dalam model komunikasi, Etika dalam rumah dan diluar rumah
yaitu ketika ada keperluan terhadap orang masyarakat Larangan Badung sangat
lain hanya menggunakan suara burung, memperhatikan dengan baik, apalagi
atau melambaikan tangan dari rumah si orang asing yang melintasi atau masuk
komunikator, hal ini masyarakat dalam kawasan di desa tersebut.
beranggapan atau memiliki persepsi yang
negatif, bahwa sopan santun dalam Jika hendak bersilaturrahmi atau
beretika komunikasi yang kurang baik, melintasi di depan rumah mereka,
akan tetapi dari satu sisi yang lain, ada setidaknya mengedepankan etika atau
juga yang memiliki persepsi baik karena moral, sopan santun dan komunikasi yang
mereka si komunikan mengerti maksud digunakan dengan baik. Tidak sedikit
peningkatan dengan model komunikasi

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 58 of 67


dakwah baik bil al-lisan maupun bil al- Fokus Penelitian
hal, yang bisa merombak tatanan etika Melihat dari Pedoman masalah di atas,
khalayak umum terutama dalam untuk memudahkan pembahasan dalam
mempengaruhi mainset kaum milinial. penelitian ini, maka peneliti
Realitas masyarakat Larangan Badung memfokuskan penelitian sebagai berikut:
banyak peningkatan dari segi perilaku
sosial budaya dan akhlak-akhlak terpuji 1. Bagaimana deskripsi komunikasi
(seperti Tawaduk, Tasamuh, dan dakwah di masyarakat desa Larangan
Ta’awun). Oleh karena itu tokoh Badung?
masyarakat sekitar tidak menilik terhadap 2. Bagaimana model komunikasi
perkembangan masa kini akan tetapi dakwah yang berada di masyarakat
menitik beratkan terhadap anak muda- desa Larangan Badung?
mudi agar bisa mencintai dan
melestarikan budaya mereka dengan baik. 3. Bagaimana strategi penguatan
moralitas komunikasi dakwah yang
Sehingga pada penelitian ini, peneliti dilakukan masyarakat Madura di desa
ingin memahami dan mendeskripsikan Larangan Badung?
model komunikasi di desa Larangan
Badung, yang tidak terlepas dari
kebiasaan-kebiasaan dalam komunikasi Tujuan Penelitian
sosialnya.
Dari paparan fokus penelitian di atas,
Budaya Madura tidak hanya tradisi-tradisi peneliti bertujuan:
yang beredar di awak media, seperti
tradisi kerapan sapi, dan lain-lain, akan 1. Untuk mengetahui deskripsi
tetapi budaya Madura juga dilihat dari komunikasi dakwah di masyarakat
pola komunikasi yang digunakan oleh desa Larangan Badung.
masyarakat Madura, khususnya di Desa 2. Untuk memahami model komunikasi
Larangan Badung untuk menjalin sebuah dakwah yang berada di masyaraka
interaksi. desa Larangan Badung.
Masyarakat di Larangan Badung sudah 3. Untuk menganalisis strategi
terbiasa melakukan model komunikasi penguatan moralitas komunikasi
verbal terhadap sesama tetangga dan dakwah yang dilakukan masyarakat
kerabatnya. Dan bukan hanya itu saja, Madura di desa Larangan Badung.
akan tetapi masyarakat Larangan Badung
masih tetap menghidupkan dan
mengembangkan model komunikasi Kegunaan Penelitian
nonverbal pada generasinya, dalam 1. Kepada IAIN Madura. Diharapkan
melakukan interaksi sesama orang untuk penelitian ini menjadi salah satu
peningkatan moralitas/ akhlak, yang tambahan koleksi di perpustakaan
kadang orang lain tidak bisa memahami IAIN Madura, sehingga menambah
pesan yang disampaikan. refrensi keilmuan tentang model
Berdasarkan pada konteks penelitian di komunikasi dakwah dalam upaya
atas maka peneliti tertarik untuk peningkatan moralitas masyarakat
mengangkat judul model komunikasi Madura.
dakwah di Desa Larangan Badung 2. Kepada Masyarakat Madura di Desa
Kecamatan Palengaan Kabupaten Larangan Badung
Pamekasan.

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 59 of 67


a. Memberikan edukasi kepada komponen simbol-simbol/ verbal/ ujaran.
masyarakat lokal Madura khususnya Model-model komunikasi terdapat
pada generasi selanjutnya (anak ratusan model yang dibuat oleh para
muda-mudi) di desa Larangan pakar, tetapi disini akan menjelaskan
Badung dalam menciptaan moralitas beberapa model komunikasi yang cukup
yang baik, melalui berbagai bentuk popular yakni:
model komunikasi dalam lingkup 1. Model S-R (Stimulus-Respons) adalah
sosial yang berbasis dakwah. model komunikasi paling dasar. Model
b. Memberikan masukan kepada anak ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi
muda-mudi di desa Larangan khususnya yang beraliran
Badung, untuk tidak menghilangkan behavioristik.
pencitraan budaya etika dalam 2. Model Aristoteles adalah model
segala aspek, terutama pada etika komunikasi paling klasik yang sering
permisi di dalam pedesaan melalu juga disebut model retoris (rhetorical
berbagai model komunikasi. model), yang kini dikenal dengan
c. Untuk menciptakan solidaritas komunikasi publik (public speaking)
antara sesama masyarakat yang atau pidato.
sosial, menjalin persaudaraan antara 3. Model Harold Lasswell, berupa
satu individu dengan individu yang ungkapan verbal yakni: who, says
lainnya, dan menciptakan what, in which channel, to whom, with
kehangatan tali silaturrahmi dalam what effect? Model ini sering
melalui pola komunikasi, baik itu digunakan dalam komunikasi massa,
komunikasi verbal maupun yang mengisyaratkan bahwa lebih dari
nonverbal dalam lingkup sosial. satu saluran dapat membawa pesan.
3. Kepada peneliti diharapkan menjadi 4. Model Wilbur Schramm adalah
salah satu pembelajaran dan kajian, menganggap komunikasi sebagai
yang dapat menyemangati dalam interaksi dengan kedua pihak yang
menghargai citra budaya model menyandi, menafsirkan, menyandi-
komunikasi dakwah, dan juga sebagai balik, mentransmisikan, dan
edukasi dalam moralitas masyarakat,
menerima sinyal. Dalam hal ini umpan
sehingga membentuk pertahanan balik dan lingkaran yang berkelanjutan
yang lebih baik dan berkualitas dalam untuk berbagi informasi.
model komunikasi dakwah, baik
secara verbal maupun nonverbal pada Secara umum fungsi komunikasi ada lima
ranah sosial. kategori fungsi (tujuan) utama
komunikasi yakni:
1. Fungsi informasi, yaitu sumber atau
Model Komunikasi Dakwah Di Desa pengirim menyebarluaskan informasi
Larangan Badung agar dapat diketahui penerima.
a. Pengertian model komunikasi 2. Fungsi mendidik, yaitu sumber
Model Komunikasi sebagai peraga teoritis menyebarluaskan informasi dalam
yang menunjukkan cara, bentuk, dan alur rangka mendidik atau mengubah
dalam memulai suatu interaksi dari awal struktur pengetahuan penerima.
hingga akhir penyampaian pesan oleh 3. Fungsi instruksi, yaitu sumber
komunikator kepada komunikan.
memberikan instruksi agar
Komunikasi adalah pertukaran pikiran dilaksanakan penerima.
atau gagasan secara verbal, menjelaskan

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 60 of 67


4. Fungsi memengaruhi, yaitu sumber pikiran dan membantah dengan cara
memengaruhi penerima dengan yang sebaik-baiknya dengan tidak
informasi yang persuasif untuk memberikan tekanan yang
mengubah persepsi, sikap, dan memberatkan pada komunikasi yang
perilaku penerima. menjadi sasaran dakwah.
5. Fungsi menghibur, yaitu sumber c. Pengertian moralitas
menyebarluaskan informasi untuk Secara etimologi, kata moral berasal dari
menghibur sambil memengaruhi bahasa Latin, mores yaitu bentuk jamak
penerima. dari kata mos yang berarti adat
b. Pengertian dakwah kebiasaan. Tercantum dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia bahwa moral
Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata
adalah penentuan baik dan buruk
dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu
terhadap perbuatan dan kelakuan. Secara
da’a- yad’u- da’watan, artinya mengajak,
terminologi, moral adalah suatu istilah
menyeru, memanggil. Sedangkan dakwah
yang digunakan untuk menentukan batas-
secara terminologi, dakwah mengandung
batas dan sifat, perangai, kehendak,
pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan
pendapat atau perbuatan yang secara
baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah
layak dapat dikatakan benar, salah, baik,
laku dan sebagainya yang dilakukan
atau buruk. Rasulullah saw bersabda:
secara sadar dan berencana dalam usaha
“Orang – orang mukmin yang paling
mempengaruhi orang lain baik secara
sempurna keimanannya adalah mereka
individual maupun secara kelompok agar
yang paling baik akhlaknya” (HR.
timbul dalam dirinya suatu pengertian,
Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan
kesadaran, sikap, penghayatan serta
Hakim dari Abi Hurairah).
pengamalan terhadap ajaran agama
sebagai message yang disampaikan
kepadanya dengan tanpa adanya unsur- Metode Penelitian
unsur pemaksaan. Tujuan dari
komunikasi dakwah adalah terjadinya Penelitian ini menggunakan pendekatan
perubahan tingkah laku, sikap atau kualitatif untuk menghasilkan data yang
perbuatan yang sesuai dengan pesan- deskriptif baik berupa data tertulis, lisan,
pesan (risalah) alquran dan sunnah. atau audio-visual, maupun dari segi
Model Komunikasi dakwah diklasifikasi perilaku narasumber atau orang yang
menjadi ada tiga, yaitu : bi al-hikmah; diteliti. Metode penelitian ini hanya
mauidzatul hasanah; dan mujadalah billai mempermasalahkan apa yang diteliti, baik
hiya ahsan. Secara garis besar ada tiga itu dari perilaku individu, sikap, dan
pokok model dakwah, yaitu : komunikasi yang digunakan dalam
lingkup sosial. Dalam mengumpulan data
1. Bi al-Hikmah, yaitu berdakah dengan peneliti melakukan waktu senggang
memerhatikan situasi dan kondisi subjek penelitian, untuk melakukan
sasara dakwah. proses wawancara dan observasi terlebih
2. Mauidzatul Hasanah, yaitu dahulu dalam persetujuan pihak-pihak
berdakwah dengan memberikan terkait pada masyarakat yang berada di
nasihat-nasihat atau pennyampaian desa Larangan Badung. Sumber data pada
ajaran-ajaran islam dengan rasa kasih penelitian ini adalah Aparat Desa, Tokoh
sayang. Masyarakat, dan Masyarakat. prosedur
pengumpulan data pada penelitian
3. Mujadalah Billai Hiya Ahsan, yaitu
kualitatif ini adalah observasi, wawancara
berdakwah dengan cara bertukar
dan analisis dokumentasi. Data yang akan

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 61 of 67


dianalisis adalah data yang terhimpun aktif dalam aksi reaksi terjadi suatu
catatan atau transkrip-transkrip komunikasi antar individu dengan
wawancara, cacatan lapangan, dan individu, dan antar kelompok dengan
dokumentasi. Tahap analisis data kelompok.
kualitatif ini dilakukan setelah data Gambaran komunikasi dakwah yang
terkumpul secara keseluruhan. berada di desa Larangan Badung dari dulu
Pelaksanaan analisis data yang dapat hingga kini dalam upaya peningkatan
dilakukan yaitu melakukan reduksi data, moral, yaitu apabila ada seorang yang
dengan cara Checking (Pengecekan), melintasi didepan rumah orang perlu
Grouping (Pengelompokan), Coding mengucapkan kata no’on, ghlenoun, dan
Data. Pada pengecekan keabsahan data ta’ langkong. Bahasa ini sebenarnya
dapat melakukan triangualisi sumber, merupakan bahasa sapaan menghormati
teknik pengumpulan data, dan waktu dan menghargai adanya seseorang.
dengan cara membandingkan hasil Begitupun ada yang menggunakan bahasa
pengamatan dengan wawancara, serta isyarat atau dalam komunikasi adalah
mengecek ulang hasil wawancara dengan nonverbal, sebuah komunikasi yang
dokumen ada dengan kesepakatan pihak menggunakan sebuah tanda yang
terkait. mewakili dalam penyampaian pesan
kepada komunikannya, seperti anggukan
kepala satu kali sambil tersenyum dan
Hasil Penelitian dan Pembahasan
tangan berada di depan perut,
1. Deskripsi Komunikasi Dakwah di mengangkat tangan sambil melebarkan
Masyarakat Desa Larangan mata, dan menggunakan alat perantara
Badung seperti klakson sepeda motor.
Pada deskripsi komunikasi adalah setiap Dari semenjak sebelum tahun 1993
proses pertukaran informasi, gagasan, dan masyarakat desa Larangan Badung untuk
perasaan. Proses ini meliputi informasi menyapa kepada sesama masyarakat baik
yang disampaikan, baik secara lisan ketika melintasi didepan rumah orang,
maupun tertulis, dengan kata-kata, atau berpapasan, dan menyapa temannya.
yang disampaikan dengan bahasa tubuh, Masih tetap mengikuti zaman nenek
gaya maupun penampilan diri, moyang mereka dari cara komunikasi
menggunakan alat bantu disekeliling kita, dakwah dalam ranah sosial. Walau mereka
sehingga sebuah pesan menjadi lebih sendiri tidak mengerti apa arti dari bahasa
kaya. Namun deskripsi dakwah adalah yang diucapkan hanya mengerti maksud
suatu aktivitas yang pelaksananya bisa dan tujuan dalam penyampaian isi
dilakukan dengan berbagai cara atau pesannya.
metode. Sebagai usaha peningkatan
Namun ketika seorang tokoh masyarakat
pemahaman keagamaan untuk mengubah
yang tertua sebut saja K. Fathurrahman
pandangan hidup, sikap bathin dan
Zaini berbaur dan menjadi kelompok
perilaku umat yang tidak sesuai dengan
masyarakat di desa Larangan Badung
ajaran Islam menjadi sesuai dengan
sejak tahun 1993. Beliau membawakan
tuntutan syariat untuk memperoleh
nilai-nilai keislaman yang lebih baik.
kebahagiaan hidup di dunia dan di
Melalui dari ceramah hingga langsung
akhirat.
terjun ke masyarakat dalam melakukan
Dalam sajian komunikasi dakwah yang dakwah. Karena teori saja tidak
dilakukan oleh masyarakat di desa menunjukkan kesuksesan suatu dakwah,
Larangan Badung untuk meningkatkan akan tetapi dakwah secara praktek dapat
moralitas. Semua masyarakat berperan

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 62 of 67


efektif dan lebih mudah mempersuasif, penggunaan yang secara verbal dan
mengajak masyarakat menuju kepada nonverbal dalam ranah sosial.
kebaikan, yang mulanya masyarakat desa Pesan verbal terdiri dari kata-kata terucap
Larangan Badung hanya menggunakan atau tertulis (berbicara dan menulis
kata sapaan no’on, ghlenoun kemudian adalah perilaku-perilaku yang
ditahun 2017 perubahan yang signifikan menghasilkan kata-kata), sementara
dalam kata sapaan menjadi salam. pesan nonverbal adalah seluruh
Pengucapan Assalamua’alaikum jauh perbendaharaan perilaku lainnya. Jadi
lebih baik nilai daripada sebuah kata no’on pesan verbal menunjukkan sikap
dan ghlenoun. Disatu sisi kata salam komunikasi yang secara langsung dalam
menunjukkan sapaan yang baik, memiliki menyampaikan sebuah pesan-pesan baik
arti yang baik mendoakan seseorang mengandung perintah maupun ajakan
dalam keselamatan dan kemudian efek kepada masyarakat. Dan juga dari
atau timbal balik yang akan disampaikan nonverbalnya menunjukkan sikap atau
pun akan baik juga, merupakan suatu perilaku yang secara memperagakan
ibadah, dan sunnah Rasul. postur anggota tubuh untuk
Jadi komunikasi merupakan sebuah alat berkomunikasi dalam menyampaikan isi
peraga untuk menyampaikan isi pesan pesan dakwah kepada masyarakat, hal ini
dakwah kepada masyarakat baik melalui hanya pada masyarakat tertentu saja yang
verbal (bil al-lisan) maupun nonverbal dapat memahami pesan yang
(bil al-hal) secara langsung dan tak disampaikan, berkenaan mutli-tafsir,
langsung untuk mewakili kata sapaan maka perlu dilakukan sesuai dengan
dalam menghormati, menghargai situasi dan kondisi yang tepat agar tidak
seseorang ketika diranah sosial. Karena terjadinya sebuah gangguan (Noise).
urusan dakwah berdakwah sangat penting Pada komunikasi dakwah yang
bagi setiap manusia di muka bumi untuk diperagakan di desa Larangan Badung
merubah sikap yang tidak baik menjadi adalah penggunaan model komunikasi
lebih baik. Moral sangat dilirik oleh dakwah secara bil al-lisan (verbal) dan bil
masyarakat pedesaan dalam ranah sosial al-hal (nonverbal). Dalam model
untuk menuju masyarakat yang berakhlak komunikasi dakwah secara bil al-lisan
dan berhati mulia. (verbal) menyerupai pesan dakwah yang
2. Model Komunikasi Dakwah yang disampaikan berupa kata-kata, kalimat
Berada Di Masyarakat Desa ajakan kepada kebaikan, seperti
Larangan Badung memberikan saran yang baik, tutur kata
yang baik dan lembut, kata-kata yang
Pada Model komunikasi untuk dapat
benar, dan mengajak pada hal yang lebih
memahami proses komunikasi melalui
bagus. Contoh kata dakwah yang
model atau peraga teoritis yang
digunakan oleh masyarakat dalam upaya
menunjukkan bentuk, alur, atau cara dari
peningkatan moralitas di desa Larangan
mulai sampai akhir. Umumnya model-
Badung, dari semenjak leluhur mereka
model komunikasi itu menunjukkan
memberikan sebuah pelajaran untuk
aktivitas komunikasi yang bersifat satu
menghormai dan menghargai sesama
arah, dua arah, dan transaksional. Namun
manusia dengan mengucapkan kata no’on,
dalam model komunikasi dakwah yang
Ghalanon, dan ta’ langkong. Namun dari
berada di desa larangan badung lebih
mengarah pada model komunikasi perkembangan zaman dan semakin
meningkatnya kaun milenial dalam
Aristoteles dan SR (Stimulus Respon),
menuju pendidikan agama yang tinggi,
lamabat laun kata no’on, Ghalanon, dan

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 63 of 67


ta’ langkong berubah menjadi kata tradisi yang kuat, maksudnya sudah
Assalamu’alaikum dalam mewakili kata dinikmati dari sekian lamanya dalam
sapa terhadap masyarakat. sosial.
Namun secara bil al-hal (nonverbal) Budaya suatu pola hidup yang
model komunikasi dakwah ini yang cukup menyeluruh. Karena budaya merupakan
1

mewakili penyampaian pesan kepada saatu kebiasan yang dilakukan oleh


komunikan dengan berbagai tanda/ masyarakat dalam suatu desa terdiri dari
simbol/ isyarat, dalam melakukan proses peraturan yang harus dipatuhi dan
interaksi selama berada dilingkungan dijalani. Mulai dari sikap komunikasinya,
sosial, baik ketika hendak melintasi keadaan pada model komunikasinya,
didepan rumah warga desa Larangan bahasa dan gaya bahasa yang digunakan
Badung, dijalan, maupun ketika bertemu dalam mewakili proses interaksi dengan
seorang teman. Pada deskripsi masyarakat, dan hal itu akan
komunikasi ini sangat sederhana dan menghasilkan suatu efek dan respon dari
mudah ditiru namun tidak semua si penerima pesan, baik efek yang positif
mengerti maksud dan tujuan dalam proses maupun yang negatif.
penyampaian suatu pesan, terkadang
3. Strategi Penguatan Moralitas
banyak terjadi gangguan penafsiran di
Komunikasi Dakwah yang
dalam pemahaman seperti anggukan
Dilakukan Masyarakat Madura Di
kepala satu kali sambil tersenyum, atau
Desa Larangan Badung
hanya tersenyum dengan tangan didepan
perut sedikit bahu diturunkan, dan juga Pada strategi penguatan moralitas melalui
menggunakan perantara simbol klakson komunikasi dakwah di desa Larangan
sepeda motor, yang semuanya itu Badung, cukup menggunakan leadership
memiliki makna-makna tertentu sesuai (pimpinan) dalam mempersuasif
dengan keadaan dan kondisi yang sedang seseorang atau masyarakat. Namun dalam
terjadi. Maka melakukan komunikasi penggunaan leadership bukan berarti
dakwah secara nonverbal ini perlu melihat selalu mengandalkan seorang tokoh
suatu keadaan tertentu, jika salah dalam masyarakat untuk mengubah seseorang
penempatan pesan dalam suatu keadaan menuju pada jalan yang benar dan lebih
atau tempat, maka akan menghasilkan baik. Akan tetapi perlu ada suatu
penafsiran yang berbeda dari apa yang kesadaran pribadi seorang kepala rumah
ingin disampaikan. Namun masyarakat tangga atau orang tua dalam mendidik
Larangan Badung ini sudah terbiasa anak, karena pada dasarnya madrasah
melakukan aksi reaksi komunikasinya yang paling utama adalah keluarga atau
dalam ranah sosialnya. seorang ibu dan bapak.
Semua masyarakat di desa Larangan Jika seorang da’i mampu menjalankan
Badung menekankan pada model strategi dakwah dengan hikmah, ia akan
komunikasi sederhana ini tanpa adanya mudah mencapai keinginannya dalam arti
suatu keterpaksaan dalam mengubah keberhasilan atau efektifitas dakwahnya.
seseorang menjadi lebih baik. Dengan Rasulullah saja telah menerapkan strategi
menghormati sesama orang maka dakwah secara bijak dengan melalui
komunikasi dakwah akan timbul dengan berbagai cara. Seperti memilih waktu
sendirinya, namun terjadinya model kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan
komunikasi dakwah di desa Larangan audiens, jangan memerintahkan sesuatu
Badung ini sudah menjadi salah satu yang jika tidak dilakukan menimbulkan

1
Ibid. 24.

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 64 of 67


fitnah, dan pada saat memberi nasihat, lain apalagi ketika sedang berada di ranah
jangan menunjuk langsung kepada sosial.
orangnya tetapi berbicara dengan sasaran Karena pada dasarnya etika merupakan
umum contohnya yang sering dilakukan tata aturan yang berkaitan dengan baik
oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau dan buruk prilaku manusia dalam
hendak menegur sahabat yang mengesang kehidupan kesehariannya. Sedangkan
ingus pada saat shalat, beliau cukup menurut James Rachels menggambarkan
bersabda: suatu konsep minimum bahwa moralias
”Mengapa seseorang di antara kamu adalah usaha untuk membimbing
menghadap tuhannya lalu dikesang tindakan seseorang dengan akal – yaitu
ingus (sisih) ke wajahnya? Kalau untuk melakukan apa yang paling baik
mengesang ingus hendaknya ke sebelah menurut akal, seraya memberi bobot yang
kirinya dan di bawah kakinya, kalau sama menyangkut kepentingan setiap
tidak berbuatlah demikian. Lalu Nabi individu yang akan terkena dengan
Muhammad SAW. Mengesang dengan tindakan itu.
bajunya dan digosok-gosoknya” Maka dari hal itu masyarakat di desa
Oleh karena itu strategi yang dilakukan Larangan Badung ini sangat
oleh masyarakat Larangan Badung dalam mengunggulkan etika atau moral dalam
upaya peningkatan moralitas di menunjukkan adab perilaku seseorang
masyarakat. Dengan mengikuti jejak dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti
Rasulullah SAW, baik melalui internal menghargai dan menghormati seseorang
maupun eksternal. Dalam internal strategi ketika hendak berjalan di depan rumah
peningkatan komunikasi dakwah dalam orang, berpapasan di jalan, atau bertamu
moralitas perlu adanya kesadaran pribadi dirumah orang, untuk mengucapkan kata
dalam keluarga, karena pada dasarnya sapaan baik kata no’on, Ghalanon, ta’
keluarga merupakan madrasah yang langkong, dan Assalamu’alaikum, juga
utama bagi anak unuk mengikuti jejak menggunakan berbagai model atau tanda
orang tua. Sedangkan bagi ekstrernal yang mewakili isi pesan seperti anggukan
melalui proses ceramah dari seorang kepala satu kali sambil senyum dengan
tokoh masyarkat (Kiai kepada santri dan tangan didepan perut, dan mengklakson.
masyarkat), proses belajar mengajar di Karena perilaku itu sangat diperhatikan
sekolah madrasah (Guru ke Murid), dan oleh masyarakat.
seorang tokoh masyarakat perlu terjun Oleh sebab itu masyarakat Larangan
langsung kelingkungan masyarakat untuk
Badung tidak hanya melakukan
mengajak sambil dipraktekkan kepada komunikasi dakwah secara lisan atau
masyarakat. sistem ceramah saja, akan tetapi untuk
Dengan melakukan teknik seperti sebuah lebih efektifnya dalam peningkatan moral
komunikasi dapat terlaksan dan sukses di masyarakat desa Larangan Badung
dakwah yang disampaikan. Tanpa adanya lebih mengarah pada tindakan. Karena
penekanan dan keterpaksaan kepada sebuah teori saja belum cukup atau belum
seseorang maupun masyarakat. tentu dapat sukses terlaksana oleh
Masyarakat di desa Larangan Badung masyarakat tanpa melalui praktek dari
sangat mengunggulkan moral atau etika seseorang untuk mengubah seseorang.
sebagai sebuah tradisi yang dibangun oleh Dengan adanya strategi tersebut
nenek moyang untuk terus dilakukan dari masyarakat semakin memiliki akhlak yang
generasi ke generasi. Setiap perilaku terpuji, saling menghormati dan
seseorang sangat diperhatikan oleh orang

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 65 of 67


menghargai, rendah hati, penuh Hadi, Sutrisno. Metodologi Research.
ramahtamah. Yogyakarta: Andi Offset, 1987.
Hamidi. Teori Komunikasi dan Strategi
Dakwah. Malang: UMM Press, 2010.
Kesimpulan dan Saran
Iskandar, Sofwan, Endang Hariyanto
Kesimpulan dari model komunikasi
Rosyidi, dkk. Aqidah Akhlak. Sukamaju
dakwah di desa Larangan Badung bahwa
Depok: Arya Duta, 2009.
Pertama Deskripsi komunikasi dakwah
dalam peningkatan moralitas masyarakat Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis
Madura di desa Larangan Badung Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
menggunakan komunikasi bil al-lisan dan Prenda Group, 2006.
bil al-hal dalam dakwah diranah sosial Liliweri, Alo. Sosiologi & Komunikasi
dengan baik. Menghormati sesama orang Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara,
baik ketika melintasi didepan rumah 2014.
orang, ditepi jalan baik secara bil al-lisan
(verbal) maupun bil al-hal (nonverbal). Mawardi dan Hidayati. IAD-ISD-IBD.
Kedua model komunikasi dakwah yang Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.
berada di desa Larangan Badung yaitu Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi.
model komunikasi Stimulus Respon Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008
(Nonverbal/ bil al-hal). Ketiga strategi
penguatan moralitas komunikasi dakwah Munir, Samsul Amin. Ilmu Dakwah.
yang dilakukan masyarakat Madura di Jakarta: Amzah, 2013.
desa Larangan Badung adalah melalui Mustofa, Kurdi. Dakwah Dibalik
sistem ceramah dari Tokoh Masyarakat Kekuasaan. Bandung: PT Remaja
pada komunitas muslimat dan muslimin, Rosakarya, 2012.
disekolah madrasah dan pondok
pesantren, serta Tokoh Masyarakat Mulyana, Deddi dan Jalaluddin Rahmat.
berperan aktif, memberikan contoh secara Komunikasi Antarbudaya Panduan
langsung kepada masyarakat. Berkomunikasi dengan Orang-orang
Berbeda Budaya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2005.
Daftar Rujukan Muchlis, Muhammad Sholichin. Akhlak &
Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi Tasawuf Dalam Wacana Kontemporer
dan Tabligh. Jakarta: Amzah, 2012. Upaya Sang Sufi Menuju Allah. Surabaya:
Buku Pena Salsabila, 2014.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Mohammad Mahpur. Memantapkan
Rineka Cipta, 2006. Analisis data Kualitatif Melalui Tahap
Koding. repository.uin-malang.ac.id.
Asiyah, Udji. Dakwah Simpatik. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2016. Mochammad Hanafi, Model Komunikasi
Dawah Dalam Video Klip Salam ‘Alaikum
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. – Harris Jung (digilib.uinsby.ac.id).
Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta, 2014. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
el Ishaq, Ropingi. Kuliah Public Relations Rosdakarya, 2005.
Pengantar dan Praktik. Kediri: STAIN
Kediri Press, 2015. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah STAIN
Pamekasan, 16 Juli 2013

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 66 of 67


Nur Ajizah, Model Komunikasi Dakwah
Peggy Sukma Dalam Program Talkshow
“Hijab Stories” Di TV One (digilib.uin-
suka.ac.id).
Rahaju, Sri Djatimurti Rita Hanafie. Ilmu
Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: CV
Andi Offset, 2016.
Ruslan, Rosady. Kampaye Public
Relation. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008.
Rizka Amelia, Gaya Komunikasi Dakwah
Bil-Lisan yang Digunakan Ustadz Di
Majelis Taklim (digilib.unila.ac.id).
Sambas, Syukriadi. Sosiologi Komunikasi.
Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.
Suhandang, Kustadi. Ilmu Dakwah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2014.
Tualeka, Hamzah ZN. Aqidah Akhlak.
Surabaya: PT Bintang Ilmu, 2011.

Yunan, M. Yusuf. Manajemen Dakwah.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2006.

VOL. 1 NO.1 (2020) Page 67 of 67

Anda mungkin juga menyukai