INDONESIA
D
I
S
U
S
U
N
NAMA :
Nabila Intan
Intan Zafira
Alsa Azhari
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………...1
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………2
A. Latar Belakang…………………………………………………………..2
B. Tujuan……………………………………………………………………..3
BAB II Pembahasan………………………………………………………...3
A. Tata Krama Suku Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam……...3
B. Tata Krama Suku Di Provinsi Sumatra Utara……………………….4
C. Tata Krama Suku Di Provinsi Sumatra Barat……………………….5
D. Tata Krama Suku Di Provinsi DI Yogyakarta..………………………6
E. Tata Krama Suku Di Provinsi Sumatra Selatan…………………….7
F. Tata Krama Suku Di Provinsi Bali……………….……………………8
G. Tata Krama Suku Di Provinsi Kalimantan Barat…………...………9
H. Tata Krama Suku Di Provinsi DKI Jakarta…………………………10
I. Tata Krama Suku Di Provinsi Sulawesi Selatan…...……………..11
J. Tata Krama Suku Di Provinsi Gorontalo……………...…………...12
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tata krama merupakan norma-norma pergaulan yang berkaitan dengan kebiasaan
dalam bertindak maupun bertutur kata yang berlaku atau di sepakati dalam
lingkungan pergaulan antar manusia setempat. Norma-norma dalam pergaulan ini
menjadi penting untuk dipahami agar terjalin hubungan yang baik dan harmonis di
dalam lingkungan pergaulan.
Tata krama mengandung nilai-nilai yang berlaku khusus pada daerah tertentu. Oleh
karena itu, sangat mungkin tata krama satu daerah akan berbeda dengan daerah
lain. Meskipun demikian, maksud dan tujuan adanya tata krama semuanya dalam
rangka mewujudkan hubungan yang harmonis dan rasa tenteram di dalam
kehidupan bermasyarakat.
Melalui tata krama, dimaksudkan agar seluruh lapisan anggota masyarakat akan
merasa nyaman. Dengan tata krama, orang yang lebih muda dapat menghargai
yang lebih tua, demikian sebaliknya orang yang lebih tua dapat menyayangi yang
lebih muda. Rasa menghormati, menghargai, dan menyayangi tersebut kemudian
tercermin dalam perilaku, penampilan, dan perkataan yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
) َم ْن ل َ ْم يَ ْر َح ْم َص ِغرْي َ اَن َوي َ ْع ِر ْف َح َّق َك ِبرْي َ اَن فَلَيْ َس ِمنَّا ( رواه ابو داود: قَا َل ا ْب ُن الرَّس ْ حِ َع ِن النَّيِب ِ ّ ﷺ قَا َل
Artinya: Ibnu Sarh berkata: Dari Nabi saw. beliau bersabda: Siapa yang tidak
menyayangi orang yang kecil di antara kami dan tidak mengerti hak orang yang
lebih besar di antara kami, maka ia bukan dari golongan kami." (HR. Abu Dawud)
Dalam kehidupan sehari-hari, sering disebut kata etika. Etika memiliki makna yang
sama dengan tata krama. Etika artinya norma-norma, nilai- nilai moral, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. Etika adalah
aturan perilaku, adat kebiasan manusia dalam pergaulan antarsesama. Pergaulan
hidup di masyarakat harus berdasarkan etika dan tata krama yang berlaku. Etika
dan tata krama pergaulan ini harus dipegang teguh supaya kepentingan setiap
anggota masyarakat tidak terganggu. Terganggunya kepentingan masyarakat ini
akan memicu konflik bahkan perpecahan.
Tata krama atau etika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pada berbagai
tempat dan situasi, seperti dalam bergaul di sekolah, di rumah, di masyarakat,
bahkan di media sosial. Secara lebih rinci, tata krama meliputi tata krama dalam
berkomunikasi lisan maupun tulisan, dalam bersikap, dan dalam berpakaian.
B. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui Tata Krama dari suku bangsa
yang ada di Indonesia dari sabang sampai marauke.
BAB II
Pembahasan
Suku Gayo
Masyarakat Gayo memiliki sistem kekerabatan yang masih
dipertahankan dan masih menjadi ikutan serta panduan dalam acara
adat dan agama. Hal ini menunjukkan bahwa jalur kekerabatan
masih dianggap penting. Sistem kekerabatan suku Gayo
memperlihatkan konsep kehidupan keluarga dan social yang diikat
oleh ajaran leluhur, terlihat dari cara keluarga besar mengambil
keputusan bersama sesuai dengan pepatah adat. Konsep sistem
kekerabatan suku Gayo dibagi menjadi dua yaitu keluarga inti (batih)
dan keluarga luas.
Suku Alas
Upacara adat istiadat yang ada dalam masyarakat suku Alas adalah
'Turun Mandi', 'Sunat Khitan', 'Perkawinan', dan 'Kematian'.
Pada setiap kegiatan ini dikenal beberapa budaya tolong menolong
yang dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan posisinya dalam
struktur kekerabatan.
3
B. Tata Krama Suku Di Provinsi Sumatra Utara
Suku Batak
Orang Batak hidup dalam sebuah fundamen dasar yang disebut “Dalihan
Natolu”: tiga tungku yang menghidupi tata mikro-sosial individu dalam
interaksinya dengan orang Batak lainnya.
Keharusan untuk Somba Marhula-hula, atau menghormati saudara pihak dan semarga
dengan isteri (dengan tujuan agar mendapatkan keselamatan)
Keharusan untuk Manat Mardongan Tubu, atau menjaga persaudaraan dengan
saudara se-marga (dengan tujuan agar terhindar dari perseteruan)
Keharusan untuk Elek Marboru, atau mengasihi saudara dan semarga dengan pihak
suami (dengan tujuan memperoleh berkah).
Suku Melayu
Dalam pergaulan kita perlu menjaga perasaan orang lain. Bila tak pandai
menjaga perasaan orang lain, orang lain akan tersinggung, orang lain akan
marah.
Salah satu cara untuk menjaga perasaan orang lain adalah dengan bertutur kata
dengan sopan, dengan halus dan lemah-lembut. Kita perlu memilki tatakrama
atau sopan santun yang memilki tingkah laku dan tutur kata yang baik. Kita
harus pandai meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Dalam hidup kita perlu bergaul. Kita perlu berhubungan dengan orang lain,
karena kita tidak bisa hidup sendirian tanpa pertolongan orang lain. Kita saling
membutuhkan, karena itu, pergaulan harus selalu dijaga.
Untuk menjaga pergaulan agar tetap baik, basa-basi memang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari.
Sopan snatun sangat penting bagi orang Minangkabau, karena orang Minang
suka meranatu. Tentunya ia banyak bergaul dengan orang lain.
Suku Jawa
Tata krama adalah suatu aturan yang diwariskan turun temurun untuk
mengatur hubungan antara individu satu dengan individu lainnya.
Tata krama yang akan kita bahas adalah tata krama Jawa. Dalam tata
krama Jawa, ada etika dan sopan santun yang harus dipenuhi. Ini tidak
terlepas dari sifat halus dan kasar. Tata krama jawa mengatur semua
hubungan mencakup antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan
lingkungan dan manusia dengan manusia yang lainnya. Etika yang
ada antara manusia dan manusia dibedakan dalam tata krama Jawa.
Dengan melihat dari kejauhan saja kita bisa tahu posisi seseorang
terhadap orang lainnya dari gesture atau gerak badannya cara
berbicaranya. Tata krama yang menonjol dalam keluarga Jawa adalah
adanya perbedaan dalam percakapan sehari-hari dengan keragaman
bahasa yang digunakan.
Suku Komering
Kawin atau menyunat anak harus kenduri sesuai dengan Adat orang itu. kalu
belum ada kenduri penganten laki-laki perempuan belum boleh diberi gelaran,
serta adat orang itu di-schort selama ia belum memenuhi kewajibannya. Kalau
kematian juga membayar harga adatnya kepada Raja adat dan uang ini dibagi
kepada keluarga adat. Menurut adat anak orang ada adat Lampung harus kawin
dengan anak orang yang setingkat dengan adatnya serta musti kenduri.
Inilah yang menyebabkan zaman dahulu itu bujang atau gadis sampai tua banyak
yang tidak kawin dan inilah pula yang menyebabkan orang-orang banyak belahan,
umpama si-A mau mendapat mantu tetapi onskos tidak ada, ia pergi ke-kisam
pinjam 1000 uang dulu, sesudah sehari perkawinan anaknya maka si-A seberanak
pergi ke-kisam membuatkan orang yang punya uang kebun kopi seperti 2000
batang dalam jangka 4 tahun misalnya.
Anak gadis dengan anak bujang tunggal kampung tidak berpacar-pacaran apalagi
mau kawin, kalau kejadian juga maka kedua belah pehak membasuh kampung
dengan didenda memotong seekor kambing, untuk mengundang penduduk
kampung itu. begitu pula kalau ada bujang dari dusun lain, tinggal menumpang
pada salah satu rumah pada suatu kampung dalam dusun itu harus mematuhi
peraturan ini.
Suku Tidung
tata krama yang berlaku pada suku Tidung,fungsi dan manfaat tata
krama, perubahan-perubahan yang telah terjadi pada tata krama
dan dampaknya terhadap tingkah laku. Metode yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif.
Tidung adalah suku asli Kalimantan yang beragama Islam, atau
bagian dari Dayak khususnya Dayak Murut di Tarakan, Kalimantan
Utara. Nama Tidung juga menunjukkan kepada sebuah kerajaan
yang kental dengan nuansa keislaman, yaitu kerajaan Tidung. Suku
Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian Utara
Kalimantan. Ia juga merupakan suku anak Negeri di Sabah. Jadi,
Suku Tidumg merupakan suku bangsa yang terdapat di Indonesia
maupun di Malaysia (Negeri Sabah). Dalam penelitian ini
menemukan bahwa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku
Tidung masih memelihara norma-norma atau aturan-aturan yang
mereka sebut dengan tata krama.Tata krama itu berlaku baik di
dalam kehidupan keluarga inti, keluarga luas dan di dalam
masyarakat. Tata krama ini mengatur dalam sendi-sendi kehidupna
masyarakat, diantaranya tata krama dalam bersalaman, tata krama
dalam hal makan dan minum, tata krama berpakaian dan tata
kraman dalam hal pelaksanaan upacara perkawinan.
kebudayaan yang sering di lakukan oleh orang tuaku adalah ngater atau
mengantar, tradisi ini masih sering di gunakan pada orang tuaku bukan
hanya acara penting saja melainkan berbagi dengan saudara yang rumahnya
cukup dekat atau tetangga rumah. Bahkan setiap bulan adik dari mamahku
(tante dan om) dan mamahku juga bergantian berkunjung ke rumah nenekku
nganter untuk orang tua (nenekku) dan bergatian menengoki/menjenguk
orang tua. Pada saat lebaran juga tradisi mengantar makanan ke rumah orang
tua masih di lestarikan oleh keluarga besarku, kami sekeluarga besar
ngumpul disana bersilaturahmi dan sungkeman dari yang muda ke yang
lebih tua dan membagikan duit lebaran bagi yang sudah kerja ke anak- anak
atau saudara adalah tradisi di keluarga besar kami.
Kebiasaan orang jawa terkenal orangnya yang sangat ramah, mudah akrap
bergaul dan mudah di kenal banyak orang, pekerja keras, tanggung jawab.
orang jawa yang di kenal sangat ramah walau dia tidak kenal tetapi bapakku
menyapa atau terseyum walau tidak kenal orang tersebut. Bapakku berpesan
“Gak ada salahnya berbuat baik sesama saudara” itu yag sering di katakan
bapakku ketika banyak sekali yang minta bantuan kepada bapakku, dan dari
sanalah keluargaku di ajarkan ketika kita selalu baik sesama saudara akan
mendapat buah dari hasil kebaikan itu sendiri.
10
11
Suku Gorontalo
12
BAB III
Penutup
A. KESIMPULAN
13
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang
kami miliki, baik dari tulisan maupun bahasan yang kami
sajikan, oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar
kami bisa membuat makalah lebih baik lagi , dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi
wawasan kita dalam memahami paragraf.
Wassalamualaikum wr. wb