Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Akbar Hidayullah

KELAS : HK2
MATKUL : Bahasa Inggris
DOSEN PENGAMPU : Dr.Inayatul Mukarromah.S.S.M.pd.

LATAR BELAKANG DR.INAYATUL MUKARROMAH.S.S.M.PD.


Memahami cara mengajar dosen yang disukai mahasiswa tentu penting, karena agar dosen
bisa terus mampu menguasai kelas. Sehingga bisa membangun suasana belajar yang kondusif untuk
memaksimalkan hasil perkuliahan yang telah di laksanakan. Sedikit Bercerita tentang ibu dosen yang
mengajari di mata kuliah bahasa Inggris mata kuliah semester 1 yakni Ibu Dr.Inayatul
Mukarromah.S.S.M.pd.

Awal pertama kali kuliah tatap muka di Universitas Islam negeri kyai Haji Ahmad sidik Jember
tepatnya di kelas HES, saya telah bertemu dan di ajarin oleh ibu dosen bahasa Inggris, pada saat
beliau masuk kelas ibu Inayah sangat ramah tamah dan baik, ibu langsung memperkenalkan diri,
menceritakan alamat dan juga bercerita tentang beliau, dan juga ibu sedikit banyak memberi kan
pengalaman hidupnya. Ibu sangat baik sekali pada saat penyampaian memberikan arahan dan
bimbingan kepada kami begitu sangat lembut dan santai.

Level bahasa di tingkat masyarakat memiliki keterkaitan dalam kajian keilmuan makro
linguistik, hal ini karena level bahasa memilki hubungan dengan keilmuan sosiolinguistik dan
pengaruhnya di masyarakat. Level bahasa di tingkat masyarakat yang memiliki latar belakang yang
berbeda, semestinya disesuaikan dengan bahasa di lingkungan kehidupan sosial masyarakatnya.
Kesesuaian dalam pemilihan kata di masyarakat biasanya terjadi karena adanya ragam bahasa yang
berbeda, hal ini merupakan sesuatu yang menarik untuk diamati dan diteliti. Ragam bahasa tersebut
menandakan gejala terhadap perspektif sosiolingistik. Fasold sendiri mengungkapkan bahwa melalui
pendekatan sosiolionguistik maka secara tidak langsung proses pemilihan bahasa menjadi lebih
mudah untuk dimengerti, karena dengan adanya kohesi yang mudah difahami oleh masyarakat maka
semakin mudah juga bagi masyarakat untuk menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Adanya
kohesi di masyarakat dikarenakan beberapa faktor antaralain berasal dari; tingkatan faktor sosial,
faktor pengalaman, faktor lingkungan serta adanya tingkatan latar belakang pendidikan yang
berbeda di masyarakat. Dengan demikian empat faktor tersebut biasanya memicu masyarakat
untuk menggunakan kohesi yang menurut mereka tepat untuk digunakan dalam kesehariannya.
Berdasarkan permasalahan dan isu yang berkembang saat ini bahwa dengan adanya perbedaan yang
didasarkan pada empat faktor tersebut, setidaknya kohesi yang sederhana dan mudah dimengerti
itulah yang justru saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama masyarakat yang memiliki
keterbatasan terhadap empat faktor tersebut.

Sementara itu, tujuan berbahasa adalah membentuk struktur komunikasi yang setidaknya
pemaknaanya juga lebih mudah untuk bisa difahami baik secara leksikal, gramatikal, logika maupun
secara filosofi. Bahasa juga merupakan proses dari hasil fikiran, hasil nalar dan juga hasil dari
pengetahuan. Bahasa Juga merupakan sumber bagi kita untuk memahami suatu makna. Pendapat
bahasa ini dinyatakan oleh dua pakar ilmu linguistik yaitu Noam Chomsky dan Halliday. Berdasarkan
kedua pendapat tersebut jelas bahwa penggunaan istilah bahasa yang dikaitkan dengan isu-isu
wabah Pandemi atau covid 19 yang saat ini digunakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah
kebanyakan menggunakan istilah-istilah bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Istilah- istilah ini berkaitan
dengan permasalahan leksem-leksem yang saat ini baru dimunculkan ditengah-tengah masyarakat.
Leksem-leksem ini terkadang sangat sulit sekali diterima di masyarakat terutama masyarakat yang
tinggal di pedalaman, pedesaan atau masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam pendidikan serta
hubungan sosial. Leksem-leksem yang dimuncukan dalam isu pandemi ini adalah bahasa yang
berkaitan dengan bahasa medis, sementara bahasa tersebut hanya mudah difahami oleh para dokter
dan perawat serta masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan serta hubungan serta
pengetahuan yang luas di masyarakat. Leksem-leksem-leksem ini merupakan istilah yang bisa
difahami dalam kajian keilmuan linguistik medis (medical linguistics) karena istilah-istilah ini
merupakan cabang dari keilmuan linguistik (applied lingusitcs), keilmuan ini diterapkan di dunia
medis dan pengobatan.

Beberapa leksem-leksem terjemahan tersebut antara lain ; (1) Suspect yang memiliki makna
bahwa sakitnya seseorang tersebut tidak terlalu berat dalam artian ringan seperti luu, batuk, sesak
nafas badan panas dingin, (2) social distancing yang memiliki makna dilarang berdekatan dengan
sesama manusia, membatasi jarak antar manusia termasuk jarak ketika berbicara, membatasi
kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting seperti mengadakan acara yang menjadikan kerumunan
di dalam komunitas acara tersebut, acara hajatan, sunatan, pernikahan, dan lainnya. Acara- acara
peribadahan bagi umat Islam seperti sholat berjamaah di masjid, sholat jumat. Kegiatan-kegiatan
bagi kaum Nasrani, Hindu dan Budha seperti misalnya, mengadakan peribadatan di gereja setiap
sabtu malam atau minggu, mengadakan kegiatan sembahyang dan upacara-upacara di pura-pura
besar dan acara sembahyang di vihara. Acara rekreasi dengan teman atau keluarga ke tempat wisata
atau sekedar jalan-jalan ke mall yang tidak ada guna dan manfaatnya, (3) lock down yang memiliki
makna bahwa kita tidak diperkenankan keluar masuk dari daerah, wilayah atau negara satu dengan
yang lain, berdiam diri di rumah, mengisolasi diri di rumah dan tidak keluar rumah kecuali ada
kepentingan yang sangat penting sekali, (4) specimen memiliki yaitu berkaitan dengan jumlah
spesimen yang diperkisa dan yang masuk dalam katagori; pasien dalam pengawasan ( PDP), orang
dalam pemantauan ( ODP) dan orang dalam resiko ( ODR), (5) positive memiliki makna bahwa
sesorang tersebut terjangkit virus dan sudah dites oleh dokter dan dibuktikan dengan hasil
laboratorium, (6) Imported Case memiliki makna bahwa tertularnya virus karena seseorang tersebut
telah melakukan perjalanan dari luar negeri atau mereka yang berasal dari daerah, wilayah, negri
yang memiliki banyak kasus seperti keluarga, tetangga dan lainnya, (8) epidemic yang memiliki
makna bahwa penyakit virus corona menyebarnya begitu cepat dan mudah menular melalui lubang
hidung, mata, mulut bahkan mudah menular saat bersentuhan dengan sesama manusia atau melalui
benda, (9) pandemy memiliki makna bahwa wabah penyakit tersebut sudah mendunia, (10) red
zone memiliki makna wilayah berbahaya karena beberapa warganya memiliki masalah terhadap
virus Corona, (11) epicenter yang memiliki makna bahwa lokasi wilayah yang penyebaran virus
Coronanya terbesar, seperti misalnya di Jakarta.

Leksem- leksem tersebut merupakan istilah-istilah yang terkadang sering diucapkan oleh
masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan, sosial, dan budaya serta pengalaman yang
berbeda, serta biasanya digunakan oleh para tenaga medis, abdi negara dan pemerintah untuk
dijadikan sebagai alat bahasa dalam bentuk himbauan kepada seluruh masyarakat tanpa terkecuali
baik di kota maupun di desa. Leksem-leksem tersebut sebelum ditransfer ke masyarakat haruslah
bisa memberi pesan yang bisa diterima di seluruh lapisan masyarakat, hal ini karena masyarakat di
Indonesia masih banyak yang minim akan pengetahuan terhadap bahasa Inggris, bahkan minim juga
pengetahun dalam menggunakan bahasa nasionalnya yaitu bahasa Indonesia, dan terkadang mereka
hanya bisa memahami bahasa tersebut melalui bahasa daerah yang mereka jadikan sebagai bahasa
pertama (first language) bagi mereka. Di daerah-daerah terpencil atau pedalaman, bahasa Indonesia
terkadang masih menjadi bahasa kedua (second language) bagi masyarakat di kawasan pedalaman.
Sementara itu bahasa Inggris yang merupakan bahasa ke tiga (third language) masih dianggap
sebagai bahasa yang sangat sulit difahami bagi mereka. Leksem-leksem tersebut harusnya bisa
memberi pesan yang mudah dimengerti dan difahami oleh seluruh lapisan masyarakat karena
melalui pemahaman leksem-lekseme ditemukan kesalahan dalam penggunaanya, maka dampaknya
serta pengaruhnya bisa menjadi besar di masyarakat. leksem-leksem yang digunakan utamanya
dalam bentuk himbauan dan edukasi haruslah disesuaikan dengan tingkatan bahasa di masing-
masing wilayah di kehidupan masyarakat tersebut. Hal ini sejalan dengan konsep-konsep berbahasa
dalam keilmuan linguistik, dimana konsep- konsep tersebut merupakan bentuk komunikasi praktis di
kehidupan sosial dan budaya di masyarakat dan keduanya membutuhkan perhatian khusus ketika
diterapkan di masyarakat. Tujuannya agar masyarakat lebih mudah memahami serta menerapkan
dalam sehari-hari.
CURRICULUM VITAE

Personal Identity

Nama : Dr. Inayatul Mukarromah.,S.S.M.Pd

Asal Institusi :IAIN Jember

Alamt Institusi : Jl. Mataram nomer 01 kaliwates Jember

Alamat Rumah : Jakarta Ina Collection. Perum Surya Milenia c : 9 Nomer : 4 &5
Mangli- Kaliwates- Jember

Alamat E-mail : inayatul.iain@gmail.com

No. Hp : 081236206847

Education Background

1. Hotel dan Tourism BTC (Business Training Center) Malang 1996

2. S1 Sastra Inggris ( Sastra Inggris ) / STIBA Malang 2002

3. AKTA IV sebagai Pendidik 2003

4. S2 Pendidikan Bahasa Inggris / UNISMA Malang 2009

5. S3 Linguistik ( Applied Linguistic / Pembelajaran dan Pengajaran bahasa) / UDAYANA


Bali 2019

Academic Working Experiences

1. Tahun 2002- 2009 Guru di MAN 1 Banyuwangi

2. Tahun 2007-2009 Dosen FKIP, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris di UNTAG Banyuwangi

3. Tahun 2009- 2020 Dosen Pada Fakultas Tarbiyah Prodi Pendidikan Bahasa Inggris dan
Fakultas Syariah di IAIN Jember Program S1

Professional Experiences

1. Dosen pada profesi bahasa inggris meliputi ; Matakuliah bahasa Inggris baik pada
bidang :

a. Pembelajaran dan pengajaran bahasa

b. Integrated skill

c. Bahasa inggris pada tataran mikro dan makro linguistik

d. Bahasa dan Sastra

e. Hotel dan Tourism ( Pariwisata dan Perhotelan)

f. English for specific purposes

Language Skills

1. Bahasa Inggris
BACKROUND PROFILE DR.INAYATUL MUKARROMAH.S.S.M.PD.
Understanding how lecturers like to teach students is certainly important,Because so that
lecturers can continue to be able to master the class.So that you can build a conducive learning
atmosphere to maximize the results of the lectures that have been carried out.Tell a little story about
the lecturer who teaches the English course semester 1, namely Mrs. Dr. Inayatul
Mukarromah.S.S.M.pd

At the beginning of my first face-to-face lecture at the Kyai Haji Ahmad Idik Jember State
Islamic University, specifically in the HES class, I met and was taught by the English lecturer, when she
entered the class, Mrs. Inayah was very friendly and kind, she immediately introduced herself, told
the address and also talked about him, and also the mother gave a little more of her life experience.
Mother was very kind when giving directions and guidance to us, very gentle and relaxed.

The level of language at the community level is related to macro-linguistic scientific studies,
this is because the level of language has a relationship with sociolinguistic science and its inluuence
on society. The language level at the community level, which has a different background, should be
adapted to the language in the social life of the community. Conformity in the choice of words in
society usually occurs due to the existence of different languages, this is something interesting to
observe and study. This variety of languages is a symptom of the sociolingistic perspective. Fasold
himself revealed that through a sociolinguistic approach, indirectly the process of selecting a
language becomes easier to understand, because with cohesion that is easily understood by the
community, it is also easier for the community to use it in everyday life. The existence of cohesion in
society is due to several factors, including originating from; levels of social factors, experience
factors, environmental factors and the existence of different levels of educational background in
society. Thus these four factors usually trigger people to use cohesion which they think is appropriate
for their daily use. Based on the problems and issues that are currently developing, that with
differences based on these four factors, at least simple and easy-to-understand cohesion is what
society really needs right now, especially people who have limitations in these four factors.

Meanwhile, the purpose of language is to form a communication structure that at least


makes meaning easier to understand both lexically, grammatically, logically and philosophically.
Language is also a process of the results of thought, the results of reasoning and also the results of
knowledge. Language is also a source for us to understand a meaning. This opinion on language was
expressed by two linguistic experts, namely Noam Chomsky and Halliday. Based on these two
opinions, it is clear that the use of language terms associated with the issues of the pandemic or
covid 19 outbreak which are currently used by both the public and the government mostly use
foreign language terms, namely English. These terms are related to the problems of lexemes that are
currently emerging in the midst of society. These lexemes are sometimes very difficult to accept in
society, especially people who live in remote areas, rural areas or people who have limitations in
education and social relations. The lexemes that appear in this pandemic issue are language related
to medical language, while this language is easily understood by doctors and nurses as well as people
who have an educational background as well as extensive relationships and knowledge in society.
These lexemes are terms that can be understood in the scientific study of medical linguistics because
these terms are a branch of applied linguistics, this science is applied in the world of medicine and
medicine.

Some of the translation lexemes include; (1) Suspect which means that the person’s illness is
not too severe in the light sense such as luu, cough, shortness of breath, hot and cold body, (2) social
distancing which means it is forbidden to be close to fellow humans, limiting the distance between
people including the distance when talking , limit activities that are not too important such as
holding events that create crowds in the community, celebrations, circumcisions, weddings, and
others. Worship events for Muslims such as congregational prayers at the mosque, Friday prayers.
Activities for Christians, Hindus and Buddhists such as for example, holding services at church every
Saturday or Sunday night, holding prayer activities and ceremonies at large temples and prayer
events at monasteries. Recreational events with friends or family to tourist attractions or just a trip
to the mall which is useless and beneficial, (3) lock down which means that we are not allowed to go
in and out of one area, region or country, keep silent at home, self-isolating at home and not leaving
the house unless there is a very important need, (4) having a specimen that is related to the number
of specimens examined and included in the category; patients under surveillance (PDP), people
under monitoring (ODP) and people at risk (ODR), (5) positive means that the person has contracted
the virus and has been tested by a doctor and proven by laboratory results, (6) Imported Case means
that the virus is contracted because someone has traveled from abroad or they come from areas,
regions, countries that have many cases of the corona virus, (7) local transmission means that
someone who is infected from their closest people such as family, neighbors and others, (8) epidemic
which means that the corona virus spreads so quickly and is easily transmitted through the nostrils,
eyes, mouth and is even easily transmitted when in contact with fellow humans or through objects,
(9) pandemic means that the disease outbreak has gone global, ( 10) red zone means a dangerous
area because some of its residents have problems with the Corona virus, (11) epicenter which means
that the location of the area with the largest spread of the Corona virus, such as in Jakarta.

And are usually used by medical personnel, civil servants and the government to serve as
language tools in the form of appeals to all people without exception both in cities and in villages.
Before being transferred to society, these lexemes must be able to provide messages that can be
accepted at all levels of society, this is because many people in Indonesia still have minimal
knowledge of English, even minimal knowledge of using their national language, namely Indonesian,
and sometimes they can only understand the language through the regional language which they
make as their first language. In remote or inland areas, Indonesian is sometimes still a second
language for people in inland areas. Meanwhile, English, which is a third language, is still considered
a language that is very difficult for them to understand. These lexemes should be able to provide
messages that are easy to understand and understood by all levels of society because through
understanding the lexemes errors in their use are found, so their impact and inluuence can be large in
society. The lexemes used primarily in the form of advice and education must be adapted to the
language level in each area of society’s life.

This is in line with language concepts in linguistics, where these concepts are a form of
practical communication in social and cultural life in society and both require special attention when
applied in society. The goal is to make it easier for people to understand and apply it in everyday life.
CURRICULUM VITAE

Personal Identity

Name : Dr. Inayatul Mukarromah., S.S.M.Pd

Origin of Institution : IAIN Jember

Institution Address : Jl. Mataram number 01 Kaliwates Jember

Home Address : Jakarta Ina Collection. Perum Surya Millenia c: 9 Number: 4 & 5
Mangli- Kaliwates- Jember

E-mail address: inayatul.iain@gmail.com

No. Mobile: 081236206847

Educational Background

1. Hotel and Tourism BTC (Business Training Center) Malang 1996

2. Bachelor of English Literature (English Literature) / STIBA Malang 2002

3. AKTA IV as Educator 2003

4. Master of English Education / UNISMA Malang 2009

5. Doctoral Degree in Linguistics (Applied Linguistics / Language Learning and Teaching) /


UDAYANA Bali 2019

Academic Working Experiences

1. 2002-2009 Teacher at MAN 1 Banyuwangi

2. 2007-2009 Lecturer at FKIP, English Education Study Program at UNTAG Banyuwangi

3. 2009-2020 Lecturer at the Tarbiyah Faculty, English Education Study Program and Sharia
Faculty at IAIN Jember Undergraduate Program

Anda mungkin juga menyukai