Anda di halaman 1dari 13

RAGAM BAHASA INDONESIA BERDASARKAN PENUTUR DAN MITRA TUTUR,

BERDASARKAN SITUASI, TOPIK, DAN MEDIA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Bahasa Indonesia

Yang dibina oleh Bapak Ulinnuha Madyananda S.S.,S.Pd., M.Pd

Oleh

AGUSTI MITRA MUFIDAH

215060601111034

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

SEPTEMBER 2021
IDENTITAS DIRI

Nama : Agusti Mitra Mufidah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Pacitan, 01 Agustus 2002

Agama : Islam

Asal Daerah : Pacitan, Jawa Timur

Alamat Asal : Jalan Gajah Mada III/6 Baleharjo, Pacitan, Jawa Timur

Nomor Telepon : 0895355094772

E-mail : mitramufidah@gmail.com

Riwayat Pendidikan : SD Negeri Baleharjo 1 (2009 – 2015)

SMP Negeri 1 Pacitan (2015 – 2018)

SMA Negeri 1 Pacitan (2018 – 2021)

Universitas Brawijaya (2021 – sekarang)


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari setiap penduduk Indonesia yang sudah
digunakan sejak zaman dahulu jauh sebelum negara Belanda menjajah Indonesia. Penggunaan
bahasa memungkinkan seseorang untuk menjaga hubungan dengan orang lain dalam interaksi
sosial. Bahasa adalah suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai alat
vital dalam kehidupan. Peran bahasa sangat penting bagi masyarakat sosial agar dapat bekerja
sama, berpolitik, menjalankan perekonomian, dan berhubungan dengan manusia lain di
seluruh penjuru dunia. Untuk menjaga komunikasi tetap berlangsung maka diperlukan
penggunaan ragam bahasa.
Ragam bahasa adalah perbedaan cara berkomunikasi seseorang untuk mencapai
tujuan yang sama. Penggunaan ragam bahasa akan mempengaruhi makna atau maksud
tertentu mengenai apa yang ingin disampaikan berdasarkan konteks yang ada. Ragam bahasa
berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara (Bachman, 1990).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas. rumusan masalah tulisan ini adalah sebagai berikut,

1. Pengertian ragam Bahasa


2. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan penutur dan mitra tutur
3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan situasi
4. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik
5. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media

C. TUJUAN
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut .
1. Mengetahui pengertian dari ragam Bahasa
2. Mengetahu ragam Bahasa Indonesia berdasarkan penutur dan mitra tutur
3. Mengetahui ragam Bahasa Indonesia berdasarkan situasi
4. Mengetahui ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik
5. Mengetahui ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RAGAM BAHASA


Ragam bahasa adalah perbedaan cara berkomunikasi seseorang untuk mencapai
tujuan yang sama. Penggunaan ragam bahasa akan mempengaruhi makna atau maksud
tertentu mengenai apa yang ingin disampaikan berdasarkan konteks yang ada. Pengertian
ragam bahasa menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Pengertian Ragam Bahasa menurut Bachman

Menurut Bachman (1990) “Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut


pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.”

2. Pengertian Ragam Bahasa menurut Nababan

Menurut Nababan (1986:12) “Menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi


bahasa, baik variasi bentuk ataupun maknanya.”

3. Pengertian Ragam Bahasa menurut Soeparno

Menurut Soeprano (2013:49) “Variasi bahasa adalah keanekaragaman bahasa


yang disebabkan oleh faktor tertentu.”

4. Pengertian Ragam Bahasa menurut Utorodewo

Menurut Utorodewo (2010:3) “Menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi


bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa.”

B. RAGAM BAHASA INDONESIA BERDASARKAN PENUTUR DAN MITRA TUTUR


Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan penutur dan mitra tutur yaitu :
1. Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan
di tempat tertentu (Kridalaksana. 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan logat.
Logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lalal (Sugono, 1999:11). Ragam
dialek yakni ragam bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif yang berada
di satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Kridalaksana (1984: 38 – 39) memaparkan
bahwa dialek terbagi menjadi tiga, yaitu dialek regional, dialek sosial, dan dialek
temporal. Dialek regional adalah ragam bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di
tempat tertentu. Dialek sosial adalah ragam bahasa yang dipakai oleh golongan atau
kelompok sosial tertentu dari suatu kelompok bahasawan. Dialek temporal adalah ragam
bahasa yang digunakan oleh bahasawan yang hidup di masa tertentu. Fakta yang
menunjukkan adanya dialek temporal yaitu adanya bahasa Jawa Kuno.
2. Ragam Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa
indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan
tampak jelas perbedaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan.
3. Ragam Resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti
pertemuanpertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan. Ciri-ciri ragam
bahasa resmi:
1) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
2) Menggunakan imbuhan secara lengkap;
3) Menggunakan kata ganti resmi;
4) Menggunakan kata baku;
5) Menggunakan EYD;
6) Menghindari unsur kedaerahan.
4. Ragam Tak Resmi
Ragam tak resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi tak resmi. seperti
dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan. dan percakapan
pribadi (Kerai',1991:6). Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa
resmi. Ragam bahasa bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi
yang tidak normal.

C. RAGAM BAHASA INDONESIA BERDASARKAN SITUASI


Joos dalam Chaer dan Agustina (2010:70) membagi keragaman bahasa berdasarkan
tingkat formalitas, tingkat tersebut terdiri dari ragam bahasa beku (frozen style), ragam
bahasa resmi (formal style), ragam bahasa konsultatif (consultative style), ragam bahasa
santai (casual style), dan ragam bahasa intim (intimate style).
1. Ragam bahasa beku adalah variasi bahasa yang paling formal dan paling resmi (Burrigde
dan Stebbins, 2015:106). Struktur gramatikal untuk bahasa beku tidak bisa diubah, kaku,
dan memiliki kalimat yang panjang. Lalu penggunaan ragam bahasa beku tidak hanya
terdapat dalam tuturan melainkan juga terdapat pada doa, undang-undang, dan dalam
surat menyurat atau dokumen resmi. (Chaer dan Agustina, 2010:70). Joos (1967:39) juga
mengatakan bahwa ragam bahasa beku adalah ragam dalam bentuk tertulis dan digunakan
untuk deklamasi yang dijelaskan dari intonasi yang menunjukkan kekuasaan atau
memerintah dalam teks, dan juga berdasarkan fakta bahwa pembaca atau pendengar tidak
diizinkan untuk menginterupsi bertanya secara terperinci kepada penulis.
2. Ragam bahasa resmi, menurut Chaer dan Agustina (2010:70), adalah ragam bahasa yang
digunakan dalam situasi resmi seperti pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat
dinas, ceramah keagamaan, dan acara-acara penting. Ragam ini digunakan untuk
menaikkan jarak sosial dan juga sering digunakan untuk menegaskan posisi kekuasaan
atau martabat seseorang. Ragam bahasa formal memiliki ciri-ciri seperti kepaduan kata
(cohesion), penggunaan unsur gramatikal yang lengkap dengan memenuhi standar
S.P.O.K., kosa kata yang bersifat baku. Contohnya seperti dalam kalimat What do you
intend to do, your majesty?, Now if we consider the relationship between, May I help
you?, We may not see one another for some time.
3. Ragam bahasa konsultatif, menurut Chaer dan Agustina (2010:71), adalah variasi bahasa
yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa dalam transaksi bisnis, percakapan antara
dokter dan pasien, sekolah, rapat, atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau
produksi. Burridge dan Stebbins (2015:253) menambahkan bahwa penggunaan ragam
konsultatif memerlukan minimalnya dua partisipan. Penggunaan bahasa pada ragam
konsultatif tidak terlalu formal, melainkan dengan pemilihan kata-kata yang tepat. Ragam
ini digunakan untuk memelihara hubungan yang netral sehingga ragam ini sering
digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang belum dikenal (Broderick, 1976:5).
Ragam bahasa konsultatif ini dalam unsur gramatikal menggunakan pola baku yang
terlihat serupa dengan ragam bahasa resmi. Perbedaannya terletak hanya pada tujuan
pembicaraan. Ragam ini juga lebih menekankan konteks meminta dan memberi saran,
pendapat maupun keluhan dalam ruang lingkup pekerjaan. Selanjutnya penggunaan code
label atau ciri kata berupa um-hmm, that’s right, I see, anggukan atau senyuman untuk
menandakan partisipan memahami apa yang sedang dibicarakan.
4. Ragam bahasa santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi
untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat,
berolah raga, berekreasi, dan sebagainya (Chaer dan Agustina, 2010:71). Ragam bahasa
ini kurang tepat apabila diterapkan kepada orang-orang asing atau orang yang belum
dikenal sebelumnya. Ciri- ciri ragam bahasa santai seperti dipergunakannya bentuk
allegro, penggunaan bahasa slang, penggunaan ellipsis atau omission, digunakannya
bentuk gramatikal yang sederhana, dan digunakannya bentuk nama panggilan atau bentuk
sapaan (address term) seperti panggilan yang berawal dengan nama depan.
5. Ragam bahasa intim menurut Burridge dan Stebbins (2015:253) adalah variasi bahasa
yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah terbilang akrab seperti
keluarga, sepasang suami istri, sanak saudara, dan sahabat. Ragam bahasa ini tidak terlalu
banyak mengandung informasi seperti yang dikemukakan oleh Broderick (1976:6-7).
Perbedaan signifikan ragam bahasa intim dengan ragam bahasa santai terletak pada ciri
kata (code label) dan bentuk sapaan atau nama panggilan (address term) yang digunakan.
Ragam bahasa intim lebih menggunakan nama panggilan yang hanya diketahui antara
partisipan yang terlibat dalam tuturan (Joos, 1967:30). Ciri lainnya adalah penggunaan
bahasa yang tidak lengkap (extraction), kalimat yang pendek-pendek dan dengan
artikulasi yang sering tidak jelas, dan penggunaan kinship terms atau deletion yaitu
berupa panggilan khusus atau nickname dengan private meaning seperti kata dear,
darling, honey, schnookums.

D. RAGAM BAHASA INDONESIA BERDASARKAN TOPIK


1. Ragam Sosial
Ragam Sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan
atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Misalnya, ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang
yang akrab dapat dikatakan sebagai ragam sosial. Selain itu, ragam sosial berhubungan
pula dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial yang
bersangkutan.
2. Ragam Fungsional
Ragam fungsional (profesional) adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi,
lembaga, lungkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga
dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Ragam fungsional dapat menjadi
bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan
keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.
3. Ragam Jurnalistik
Ragam jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia
persuratkabaran (dunia pers = media massa celak). Dalam perkembangan lebih lanjut,
bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Dalam hal
ini termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi), dan multimedia (internet).
Ragam bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang dibentuk oleh spesifikasi
materi yang disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa
ringkas.
4. Ragam Sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur. konotatif, kreatif,
dan inovatif. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi
(perasaan) dan pikiran. fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan lahir dan batin,
peristiwa dan khayalan dengan bentuk istimewa. Dalam hal ini istimewa karena kekuatan
efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannva. Bahasa dalam ragam
sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian, di samping sebagai alat komunikasi. Untuk
memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti,
bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata,
sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat di mana perlu dikerahkan untuk
mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam
karangan umum. Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah. ragam bahasa sastra banyak
mengunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang sejelas - jelasnya melalui
rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini
dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
5. Ragam Bahasa Politik dan Hukum
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan
mengatur kehidupan masyarakat. Dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu
sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan
bahasa di masyarakat.
Salah satu ciri khas bahasa hukum adaiah penggunaan kalimat yang panjang dengan
pola kalimat luas. Dalam hal ini diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu
memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini
disebabkan hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada
zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat
sulit menggunakan kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa
hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang
panjang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.

E. RAGAM BAHASA INDONESIA BERDASARKAN MEDIA


1. Ragam bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasiikan alat ucap (organ of speech) dengan
lonem sebagai unsur dasar.Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa,
kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi
rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengtingkapkan ide.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mcngurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsurdi
dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan
dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di
dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Ciri-ciri ragam lisan :
1) Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2) Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3) Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh;
4) Berlangsung cepat;
5) Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6) Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7) Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Kelebihan Ragam Bahasa lisan: Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal,
seperti subjek. prcdikat. dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-
kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat
dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.

Kelemahan Ragam bahasa lisan: Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi,
ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya
akan be rani dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu
ruang diskusi belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang.

2. Ragam Bahasa Tulis (tulisan)


Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara
penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam
ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk
kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya
tidak ditunjang oleh situasi pemakaian. sedangkan ragam bahasa baku lisan makna
kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa
baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan
kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur
bahasa di dalam struktur kalimat. Ciri-ciri ragam tulis:
1) Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2) Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3) Harus memperhatikan unsur gramatikal
4) Dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar dan huruf miring
5) Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan
tanda baca.
Kelebihan ragam bahasa tulis, yakni sebagai berikut
a) Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis untuk dikemas menjadi media
atau materi yang lebih menarik dan menyenangkan;
b) Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan kehidupan masyarakatnya;
c) Sebagai sarana untuk memperkaya kosakata;
d) Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan, memberikan informasi, serta
dapat mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu meningkatkan wawasan si
pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis, yakni sebagi berikut
a) Alat atau sarana yang dapat memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak ada.
Akibatnya, bahasa tulis pun harus disusun lebih sempurna;
b) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas dan jujur;
c) Hal yang tidak ada dalam bahasa tulis pun tidak dapat diperjelas.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Ragam bahasa adalah perbedaan cara berkomunikasi seseorang untuk mencapai
tujuan yang sama. Penggunaan ragam bahasa akan mempengaruhi makna atau maksud
tertentu mengenai apa yang ingin disampaikan berdasarkan konteks yang ada. Ragam bahasa
berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya.
Terjadinya keragaman bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penuturnya yang berbeda,
melainkan juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
Adapun beberapa karakteristik sosial seperti kelas sosial, kelompok, etnis, jenis kelamin dan
usia pembicara yang mempengaruhi penggunaan bahasa seseorang. Karakteristik sosial akan
mempengaruhi ragam berbicara, dialek, dan bahkan penggunaan bahasa yang berbeda satu
sama lain untuk alasan sosial. Akibatnya, tidak ada orang yang berbicara sama, dan orang
dapat menggunakan pengucapan yang berbeda, kosakata, tata bahasa atau ragam bahasa untuk
tujuan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Herisetyanti, Trisnanurlita dkk. 2019. Ragam Bahasa Dalam Komponen Tutur. Jurnal.

Purwaningrum, Chresensia Apriliana Endang. 2018. Jenis Ragam dan Karakteristik Ragam Tuturan
Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII A SMP Pangudi Luhur 1
Kalibawang Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

Putrayasa, I Gusti Ngurah Ketut. 2018. Ragam Bahasa Indonesia. Makalah.

Saragih, Desi Karolina. 2018. Bahasa dan Ragam Bahasa pada Pendidikan Anak Sekolah. Jurnal.

Wati, Usnia dkk. 2020. Variasi Bahasa Pada Mahasiswa Perantau di Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Mulawarman : Kajian Sosiolinguistik. Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya.
.

Anda mungkin juga menyukai