PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
5. Apa perbedaan dari teori-teori yang ada?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Bahasa
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan
dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam
empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
3
1. Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan bahasa negara.
4
5. Jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya.
1. Tahap pertama adalah periode antara 1880-1920. Pada tahap ini terjadi
rekonstruksi bentuk-bentuk metode langsung yang pernah digunakan atau
dikembangkan pada zaman Yunani dulu. Metode langsung yang pernah
digunakan pada awal abad-abad Masehi direkonstruksi dan diterapkan di
sekolah-sekolah (biasanya sekolah biara). Selain itu, dikembangkan juga
metode bunyi (phonetic method) yang juga berasal dari Yunani
2. Tahap kedua adalah masa antara tahun 1920-1940. Pada masa ini di
Amerika dan Kanada terbentuk forum belajar bahasa asing yang kemudian
menghasilkan aplikasi metode-metode yang bersifat kompromi.
5
b. Periode 1950-1960, ditandai dengan munculnya metode audiolingual di
Amerika dan metode audiovisual di Inggris dan Perancis, sebagai akibat
langsung dari keberhasilan American Ermy Method. Metode audiovisual dan
audiolingual ini lahir dari pandangan kaum behavioris dan akibat adanya
penemuan alat-alat bantu belajar bahasa. Yang menjadi landasan adalah teori
Stimulus-Responsnya B.F. Skinner.
1. Teori Behaviorisme
Tokoh aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika
dikenal sebagai bapak Behaviorisme. Teorinya memumpunkan perhatiannya pada
aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan
antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua
perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan
(stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun
dapat diprediksikan.
6
hadiah menganggapnya sebagai hukuman atau sebaliknya, apa yang menurut guru
adalah hukuman bagi siswa dianggap sebagai hadiah
2. Teori Nativisme
3. Teori Kognitivisme
7
4. Teori Fungsional
5. Teori Konstruktvisme
Jean Piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang selalu diasosiasikan
dengan kontruktivisme. Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia
membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan
beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari
pemerolehan bahasa pertama dan kedua.
8
6. Teori Humanisme
7. Teori Sibernetik
a. Setiap orang bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan
untuk dirinya, dengan mengakses melalui internet pembelajaran serta
modulnya dari berbagai penjuru dunia.
9
c. Menganggap dunia sebagai sebuah ‘global village’, dimana masyarakatnya
bisa saling mengenal satu sama lain, bisa saling berkomunikai dengan
mudah, dan pembelajaran bisa dilakukan dimana saja tanpa dibatasi ruang
dan waktu, sepanjang sarana pembelajaran mendukung.
1. Teori Behavioristik
10
pendahulunya, teori Skinner menekankan pada perubahan perilaku
yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi
dalam proses berpikir pada otak seseorang.
2. Teori Kognitivisme
11
d. Teori Belajar Gestalt
12
menciptakan struktur logis yang menjelaskannya pengalaman
fisik.
13
berbahasa bukanlah kesalahan melainkan perkembangan proses
pembelajaran.
14
E. Perbedaan setiap teori pembelajaran bahasa
15
F. Masalah dalam pembelajaran Bahasa.
16
menganggap bahwa gagasannya tidak penting sehingga tidak perlu untuk
diutarakan.
1. Gunakan metode diskusi atau kegiatan yang menuntut siswa untuk keluar
dari lingkungan kelas. Sebagai contoh guru dapat memberi tugas kepada
siswa untuk mencari artikel atau buku di perpustakaan yang berhubungan
dengan pokok bahasan. Metode tersebut dapat mengatasi rasa kantuk siswa
dan membuat siswa tidak merasakan lamanya waktu pelajaran. Guru juga
perlu mengadakan pendekatan dengan siswa, agar siswa merasa bahwa
guru tersebut bukan merupakan ancaman baginya dan menghilangkan
kesan galak yang sudah tertanam pada pemikiran siswa. Pendekatan
tersebut tidak hanya dilakukan saat pembelajaran berlangsung, akan tetapi
lebih baik jika dilakukan saat diluar jam pelajaran juga.
3. Dengan menunjuk satu per satu siswa yang dirasa cenderung pasif untuk
berbicara mengungkapkan apa yang tidak mereka pahami. Mekipun pada
awalnya tidak mendapatkan reaksi yang positif, namun guru perlu
melakukannya secara terus menerus agar siswa sedikit demi sedikit
terdorong untuk berbicara.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan artikel yang telah di jelaskan.
Untuk bagian terakhir dari artikel adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
saya jelaskan tentang daftar pustaka artikel.
18
DAFTAR PUSTAKA
19