TandaTanganPesertaUjian
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa
Kejujuran Akademik
NIM : 838056431
Fakultas : FKIP
UPBJJ-UT : Majene
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE padalaman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebar luaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Selasa, 28 Desember2021
Irmayanti Firman
Nama : Irmayanti Firman
Nim : 838056431
Mata Kuliah : PDGK4306/Pemb.Berwawasan Kemasyarakatan
1. Jawaban
a. Tokoh yang mengemukakan pembelajaran tersebut ialah Ibu Budi
Alasannya ialah Pelindungan bahasa daerah merupakan tanggung jawab kita bersama. Selain
masyarakat pemilik bahasa dan sastra itu sendiri, pemerintah pun tentu ikut hadir dalam
usaha pelindungan ini, seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2009 (UU RI No. 24/2009) dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun
2014 (PP No. 57/2014). Di dalam UU RI No. 24/2009, kebijakan penangan terhadap bahasa
dan sastra daerah diarahkan pada tiga tindakan, yakni pengembangan, pembinaan, dan
pelindungan bahasa dan sastra daerah.
Dalam pengembangan, bahasa Indonesia dan daerah dikembangkan melalui pemerkayaan
kosakata, pemantapan dan pembakuan sistem bahasa, serta pengembangan laras bahasa.
Dalam pembinaan bahasa dilakukan upaya meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui
pembelajaran bahasa serta pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan masyarakat. Selain itu,
pembinaan bahasa juga dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan, keteladanan, dan
sikap positif masyarakat terhadap bahasa itu. Dalam pelindungan dilakukan upaya menjaga
dan memelihara kelestarian bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan
pengajarannya.
Teks UU Nomor 24 Tahun 2009 dan PP 57 Tahun 2014 sangat signifikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Signifikansinya terletak pada isi peraturan perundang-undangan
tersebut yang mengukuhkan kedudukan bahasa sebagai simbol dan sarana pemersatu,
identitas, dan wujud eksistensi suatu bangsa—sekaligus menciptakan ketertiban, kepastian,
dan standardisasi penggunaan bahasa.
Signifikansi yang lain: kedudukan sebuah UU di Indonesia ditempatkan di urutan kedua
setelah Undang-Undang Dasar 1945. Menurut UU RI Nomor 10 Tahun 2004, tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, khususnya Pasal 7, sebuah UU menempati
posisi yang sangat penting dalam hierarki peraturan perundangan-undangan di Indonesia.
Oleh karena itu, baik dari segi hierarki maupun politis, UU Nomor 29 Tahun 2014 menjadi
landasan hukum yang kuat sekaligus strategis untuk pembentukan peraturan perundang-
undangan di bawahnya, seperti peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah,
dan peraturan gubernur.
Dari sisi akademis, pada awal pertengahan abad XX, upaya pelindungan bahasa untuk
mencegah kepunahan bahasa menjadi fokus studi yang penting di kalangan pakar linguistik,
bahkan sudah menjadi renjana dalam Rencana Aksi PBB melalui Unesco. Upaya pelindungan
bahasa ini menjadi sangat penting karena bahasa merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat. Studi ini pun berkembang dengan pesat dan menyebar luas dengan
tujuan inti untuk mendokumentasikan, mengembangkan, menciptakan ranah dan fungsi baru,
serta melestarikan bahasa.
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang unik dan kaya menyediakan lokus dan korpus
penelitian yang sangat beragam. Kondisi ini tentunya memberi tantangan sendiri bagi yang
berkecimpung di dunia bahasa. Apalagi jika dikaitkan dengan upaya pelindungan bahasa dan
sastra daerah, beragam perhitungan jumlah bahasa dan status vitalitas bahasa/sastra daerah
mengisyaratkan bahwa semua pihak yang berhubungan dengan pelindungan bahasa dan
sastra mempunyai tugas berat, termasuk pihak perguruan tinggi—khususnya di program studi
bahasa dan sastra Indonesia dan daerah. Berbagai langkah konkret tentunya perlu segera
dilakukan. Setidaknya, ada minat atau studi khusus yang mengarah ke sana. Karena
bagaimanapun, setakat ini masih jarang dari alumnus program studi itu yang menggeluti
bidang pelindungan bahasa-bahasa daerah, minimal yang menggeluti pendokumentasiannya.
Konsep pelindungan bahasa tidak lepas dari konteks perubahan bahasa (language change),
peralihan/pergeseran bahasa (language shift), dan kematian bahasa (language death).
Korelasinya terletak pada upaya pencegahan dan pemertahanan bahasa daerah yang akan
dilindungi. Perubahan dan pergeseran bahasa—juga disebut sebagai transfer bahasa,
peralihan bahasa, atau asimilasi—merupakan proses yang memperlihatkan komunitas penutur
bahasa bergeser ke bahasa lain. Kematian atau kepunahan bahasa terjadi kalau bahasa
tersebut tidak ada lagi penuturnya, baik karena penuturnya sudah mati semua, bencana alam
(seperti bahasa Tambora di Sumbawa), maupun karena penuturnya beralih ke bahasa lain
secara alamiah atau terpaksa (disebabkan peningkatan prestise, tekanan politik, dsb.). Dalam
beberapa kasus, istilah kematian bahasa sering digunakan dalam konteks hilangnya bahasa
(language loss) atau beralihnya penutur ke bahasa lain (language shift). Dalam hal ini,
kematian atau kepunahan bahasa tidak selamanya karena penuturnya berhenti bertutur,
melainkan akibat dari pilihan penggunaan bahasa sebagian besar masyarakat tuturnya.
Kematian bahasa adalah titik akhir suatu proses—biasanya didahului oleh adanya kontak
bahasa (language contact) yang mengondisikan adanya perubahan atau peralihan bahasa.
Proses ini umumnya bersifat pelan dan bertahap dalam jangka waktu yang relatif lama
(gradual) pada situasi diglosia ke arah bahasa yang lebih berprestise (Dorian 1982).
Dalam tataran praktis, pelindungan bahasa tersebut secara khusus dapat diwakili dua konsep,
yakni konservasi dan revitalisasi. Meskipun kata konservasi dan pelindungan dalam beberapa
konteks dapat bersinonim, kata konservasi dan revitalisasi dapat ditempatkan sebagai
hiponim dari “pelindungan” untuk mempermudah langkah-langkahnya.
Dalam tataran program, Badan Bahasa mempunyai tiga program unggulan untuk
mewujudkan pelindungan itu, yakni (1) pemetaan, (2) kajian vitalitas, (3) konservasi, (5)
revitalisasi, dan (5) registrasi bahasa
b. Kebudayaan di Indonesia merupakan entitas yang tak berhenti mengalami perubahan dan
bertransformasi secara sosiokultural sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk di
dalamnya bahasa. Hal itu sesuai dengan sepuluh objek pemajuan kebudayaan Indonesia, yaitu
1) tradisi lisan, 2) manuskrip, 3) adat istiadat, 4) ritus, 5) pengetahuan tradisional, 6)
teknologi tradisional, 7) seni, 8) bahasa, 9) permainan rakyat, dan 10) olahraga tradisional.
Bahasa (di dalamnya bahasa daerah) sebagai satu objek pemajuan kebudayaan semestinya
mengalami proses perubahan dan transformasi. Hipotesis seperti itu membawa pemahaman
bahwa dinamika bahasa daerah di Indonesia tidak pernah mengalami hal serupa antara daerah
satu dan daerah yang lain, antara kelompok bahasa daerah satu dan yang lainnya, serta antara
kurun waktu yang satu dan kurun waktu yang lain. Proses pembentukan dan perubahan terus
berlangsung disebabkan oleh dua hal, yaitu a) dinamika internal sebagai hasil dari interaksi
antar unsur kebudayaan dan antara unsur-unsur kebudayaan tersebut dengan lingkungan
sekitarnya dan b) adanya pengaruh-pengaruh eksternal yang terjadi karena semakin
meningkatnya kemajuan teknologi komunikasi dan perubahan global di berbagai aspek
kehidupan.
Kecenderungan pada dua puluh tahun terakhir terjadi penurunan kemampuan memprediksi
masa depan karena proses perubahan yang begitu cepat dan menyita banyak perhatian.
Faktor eksternal dan internal tersebut distimulasi oleh situasi kecepatan perubahan dalam
politik dan ekonomi serta progresivitas di bidang tenologi informasi yang memengaruhi
perubahan kebudayaan, termasuk bahasa daerah.
Menurut Zuhal (2011), krisis global telah menjadi realitas global yang didasarkan pada dunia
yang menyatu tanpa batas. Sebuah dunia yang direkat oleh jaringan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) antarkontinen yang kelak meniupkan karakter baru dalam persaingan
ekonomi di era globality. Jaringan TIK dengan cepat mampu menyediakan informasi tentang
bagaimana berkompetisi secara sempurna atau informasi tentang siapa yang terbaik, kreatif,
dan efektif di muka bumi. Tatkala informasi telah begitu telanjang, kompetisi di era global
menjadi jauh lebih ketat. Menurut Zuhal, ketatnya persaingan membuat daya saing bangsa
tidak lagi bersifat sektoral melainkan integral. Dengan demikian, daya saing adalah gambaran
bagaimana sebuah bangsa termasuk perusahaan-perusahaan dan sumber daya manusia
mengendalikan kekuatan kompetensi yang dimilikinya secara terpadu guna mencapai
kesejahteraan dan keuntungan.
Namun, dalam fenomena globalisasi terdapat pula hal yang bersifat paradox. Makin universal
sesuatu, tindakan atau pikiran akan makin menjadi kesukuan, berorientasi kesukuan, atau
berpikir secara lokal, tetapi bertindak secara global (Naisbitt, 1988). Dalam kesempatan lain,
Naisbitt menjelaskan delapan pilar atau resep yang membuat Cina mampu muncul sebagai
negara tangguh dan sudah menjadi pesaing setara di pasar global dan tengah menciptakan
model politik tandingan bagi demokrasi modern Barat. Negara-negara Asia, sebagaimana
dikemukakan Mahbubani, menemukan pilar-pilar kebijakan kemajuan Barat yang menjadikan
Barat mendikte masyarakat Asia selama dua abad terakhir. Tragisnya, pada saat negara-
negara Asia telah menemukan kembali kebajikan dari pilar-pilar tersebut, negara-negara
Barat justru mulai kehilangan kepercayaan pada beberapa pilar berikut ini, yaitu 1) pasar
bebas ekonomi, 2) ilmu pengetahuan dan teknologi, 3) meritokrasi, 4) budaya pragmatisme, 5)
budaya perdamaian, 6) penegakan hukum, dan 7) pendidikan
Dalam konteks Indonesia, Raoul Oberman, Chairman McKinsey Global Institute,
memperkirakan Indonesia akan kembali tumbuh menjadi negara dengan kekuatan ekonomi
nomor tujuh di dunia pada tahun 2030 mendatang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
paling stabil di dunia. Raoul Oberman mengemukakan bahwa ada lima indikasi yang dapat
mendukung pencapaian Indonesia menjadi negara dengan ekonomi nomor tujuh di dunia.
Pertama, tingkat ekonomi Indonesia dinilai paling stabil di dunia dalam 4--5 tahun terakhir
melebihi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju yang didorong oleh tingkat konsumsi
domestik yang luar biasa besar. Kedua, sekitar 90 persen pertumbuhan ekonomi nasional
berasal dari wilayah di luar Jawa atau menyebar ke berbagai pusat pertumbuhan ekonomi di
luar Jawa. Ketiga, sekitar 11 persen ekspor komoditas berasal dari sektor nonmigas. Hal ini
membantah mitos bahwa model pertumbuhan dalam negeri didominasi ekspor. Keempat,
pemakaian sumber daya sudah berkurang, bahkan sudah berkurang hingga 7 persen. Hal ini
juga membantah bahwa sumber daya adalah penopang utama perekonomian. Kelima, sekitar
60 persen pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan produktivitas. Hal ini juga
membantah bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dari pertumbuhan angkatan kerja.
Seiring dengan kepesatan perkembangan ilmu dan teknologi, hampir tidak ada kebudayaan di
manapun yang tidak pernah bersentuhan dengan kebudayaan lain. Demikian pula dalam
dalam era kesejagatan yang melanda semua bangsa, informasi yang mengalir dari suatu
tempat ke tempat yang lain tidak dapat dibendung dengan perangkat apa pun. Oleh karena itu,
pembangunan dalam semua aspek kehidupan bangsa berorientasi pada ketahanan budaya
yang berakar di masyarakat yang dapat dijadikan modal dasar pengembangan ke dunia
internasional. Tuntutan tentang perlunya pengembangan dan pembangunan kebudayaan
bangsa tidak hanya didorong oleh sifat kebudayaan yang dinamis, tetapi juga oleh berbagai
faktor perkembangan baru yang terjadi di dalam negeri maupun dari luar negeri.
Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah gaya berbahasa (komunikasi)
sebagian besar masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan. Masyarakat di seluruh
dunia telah mampu melakukan transaksi ekonomi dan memperoleh informasi dalam waktu
singkat berkat teknologi satelit dan komputer. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar
mampu memperoleh kekuasaan melalui kekuatan militer dan pengaruh ekonomi. Bahkan,
perusahaan transnasional mampu menghasilkan budaya global melalui pasar komersil global.
Perubahan budaya lokal dan sosial akibat revolusi informasi ini tidak dapat dielakkan.
Masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap informasi merupakan kelompok
masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Akses informasi dapat diperoleh
melalui media massa cetak maupun elektronik, internet, dan telepon.
Sebagai konsekuensi dari informasi yang mengalir deras dan tidak terbendung adalah nilai-
nilai budaya atau pesan-pesan bahasa kultural yang terkandung dalam informasi tersebut
tidak dapat terelakkan pada proses penyebarannya. Informasi tanpa batas kultural (borderless
information) menjadi jiwa dari proses kesejagatan itu sendiri. Dalam situasi yang demikian
terjadilah proses lintas budaya (trans-cultural) dan silang budaya (cross-cultural) yang secara
berkelanjutan mempertemukan nilai budaya satu dengan yang lain. Pertemuan nilai-nilai
budaya (cultural contact) akan menghasilkan dua kemungkinan proses penyesuaian
(peleburan) dari dua kebudayaan yang berbeda dan proses percampuran dua kebudayaan atau
lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi, tetapi masih dapat dikenali
(acculturation).
3. Kerendahan Hati
Organisasi akan memiliki anggota yang hegemoni (campuran). Terkadang ada sebagian
anggota yang terlibat tidak memiliki keahlian dan pengalaman khusus, modal mereka hanya
sekedar kerelaan demi memberikan sumbangsih. Maka selayaknya anggota yang memiliki
usia lebih tua, pengalaman lebih matang, keahlian lebih tinggi, kondisi finansial lebih
beruntung, untuk menekan rasa sombong dalam diri dan rela bekerja sama (sambil menuntun)
dg anggota lainnya. Kerendahan hati akan menghindarkan kita dari rasa benci, iri hati dan
timbulnya kelompok yang terkotak-kotak.
4. Kerelaan Berkorban
Setiap individu dalam sebuah organisasi, akan memiliki sumbangsih yang bisa berbeda-beda.
Ada yang menyumbangkan dana, pikiran, fasilitas, tenaga atau waktu. yang punya finansial
lebih menyumbangkan dana utk transportasi dan konsumsi, sementara yang memiliki waktu
menyumbangkan tenaga dan waktunya utk melaksanakan tugas. Perbedaan sumbangsih
jangan sampai membuat gesekan negatif yang bisa berdampak pada perpecahan. Jika ingin
bekerja bersama-sama, maka siapkan kerelaan untuk mau berkorban dan jangan pernah itung-
itungan.
Jika setiap individu dalam sebuah organisasimemahami dan terus belajar untuk memenuhi 4
unsur diatas, maka lambat laun organisasi yang dikembangkan akan menjadi semakin kuat
dan solid di kemudian hari. Kesadaran diri untuk menjadi insan yang lebih baik dan terus
bertumbuh, akan sangat membantu proses perubahan diri.
b.
MERANCANGBAHANAJARPENDIDIKANKEAKSARAAN
BahanSajianSemilokaPendidikanKeaksaraan
LatarBelakang
membangkitmotivasibelajarbelajarwargabelajar
relevandenganlingkungandankehidupanwargabelajar
fungsionaldanlangsungbermanfaatdalamkehidupansehari-hariwargabelajar.
KonsepBahanAjarPendidikanKeaksaraan
PendidikanKeaksaraanFungsional(PKF)merupakanupayapengembanganpribadiwargabelajaryangmencaku
ppeningkatankecakapanbaca-tulis-hitungsesuaidengankebutuhan sehari-hari, kecakapan berkomunikasi
secara lisan dan tulisan dalam berbagai hal ataudenganberbagaipihakyangdiperlukannyasehari-
hari.AdatigatingkatanPenidikanKeaksaraan
Fungsional,yaituadas(aksaratingkatdasar),alan(aksaratingkatlanjutan), danaman(aksaratingkatmandiri).
Bentuk Bahanbelajarpendidikankeaksaraanterdiriatas:
Tulisansepertibuku,brosur, leafletdanlain-lain.
Gambar,seperti:poster,film,videodanlain-lain.
Alatperaga,yaitu:bendawujudnyata,seperti:alatdanbahanpraktek.
Gabungan(kombinasi)tulisan-gambar-alatperaga,sepertibukubergambar,alatdanbahanpraktek.
KegunaanBahanajardalampendidikankeaksaraanadalah:
sebagaialatbantubagitutormembelajarkanmembaca,menulis,danberhitung(calistung)kepada WB
sebagaialatbantubagitutormenyampaikanpesan/materipembelajaranyangharusdikuasaiolehWB
Bahanajar pendidikankeaksaraandikembangkandenganmaksud:
Memperkuatkemampuankeaksaraanwargabelajar;
Memberikanakses/kemudahanwargabelajardalammemperolehinformasi;
Mengembangkankesadarankritiswargabelajar;
Membentuksikap mentalrasional/logis,danilmiahwargabelajar;
Berorientasipadanilai,sikapmental, danketerampilanyangdiinginkan;
Memberikanhiburanpadawargabelajar.
PengembanganBahan AjarKonvensional
Mempelajarisecaracermatkonseppokok,pengertian,tujuanpengembanganbahanbelajarkeaksaraan(konvensi
onal)
Mencermatilangkah-langkahpenyusunanbahanbelajarkonvensional.
Kumpulkanbahaninformasisebagaibahandalampengembanganbahanbelajar.
Klasifikasikanmasalahtersebutmenjaditema-tema
Angkatlahsalahsatutematersebutuntukpengembanganbahanbelajar.
TujuanPengembanganBahanBelajarKonvensional
Bahan belajar konvensional sangat diperlukan bagi warga belajar buta aksara, semi melekaksara dan
aksarawanbaru,yangbertujuan agardapatmembantumereka:(1)memperolehketerampilan membaca,
menulis, berhitung dengan pemahaman, menulis kata-kata sederhana,kalimat dan paragraf dalam bahasa
ibu/lokal dan nasional; (2) mengenal dan memahami angkadan dapat menghitung secara sederhana yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari; (3)
terusmelakukanaktivitasbelajar,dalamrangkamemperkuatdanmeningkatkanketerampilankeaksaraanyangsu
dahdimiliki;(4)memperolehpengetahuandanketerampilanbarudanmenerapkannyauntukmeningkatkanstatus
ekonomiwargabelajar;(5)belajarinformasi-informasi baru untuk meningkatkan kualitas kehidupannya; (6)
mengembangkan kesadaran
kritisyangmemungkinkanwargabelajarmemecahkanmasalahkeaksaraannya;(7)memupukkemampuanrasio
naldanilmiah;(8)mengarahkanwargabelajarpadanilai,kemampuankeaksaraan yang diinginkan; dan (9)
mampu dinikmati dan menghibur warga belajar
melaluikegiatanbelajarmembaca,menulis,berhitungtersebut.
JenisBahanBelajarKonvensional
JenisbahanbelajarkonvensionalpadaumumyadiakuibermanfaatdalamprogramKeaksaraanFungsional,dianta
ranyameliputi:
Bahan belajar ini dirancang terutama untuk menarik minat berbagai kelompok sasaran,sehingga terdorong
untuk mengikuti program Keaksaraan Fungsional. Bahan belajar inisangat penting untuk warga belajar,
Tutor, dan stake holder lain untuk memperolehdukunganagarprogramKeaksaraanFungsionalberhasil.
Bahanbelajaryangbersifatpengajaran
Bahan belajarlanjutan
Bahan belajar ini biasanya dirancang untuk tahap pasca keaksaraan, yaitu bagi
wargabelajaryangmemasukitahappelestarianyangdiharapkanmampumenerapkanketerampilan
keaksaraannya untuk memperoleh informasi-informasi/pengetahuan baru,danmenjadikan
aktivitasmembacasebagai kebiasaan
dankesenangan,sertaaksesmendapatkaninformasiyanglebihluas.Olehkarenaitu,bahanbelajarjenisini
hendaknyamemperkuatketerampilankeaksaraanyangdikuasaisebelumnyasertauntukmeningkatkanmutuhid
upmereka.
Prinsip-prinsipPenyusunanBahanBelajarKonvensional
Dalampenyusunanbahanbelajarkonvensional,prinsip-prinsipyangharusdiperhatikanolehpenyusun,adalah:
Mudah:Bahan-
bahanuntukpenyusunandanmediayangharusdisediakandalamprosespembelajaranmudahdiperoleh,danmem
berikankemudahanbelajarbagiwargabelajar.
Meriah:Dalampenggunaannyamenggugahwargabelajarsehinggatimbulkemeriahandalamkelompokuntukm
enghilangkankejenuhan.
Manfaat:DiupayakandapatmeningkatkanCALISTUNGwargabelajar,sehinggamereka
dapatmeningkatkanmutudantarafhidupnya.
Mustari(ketepatan):Dirancangagartepatsasaran,tepatwaktu,dantepatsegalanya.
KarakteristikBahan Ajarkonvensional
Kerangkapikir sudahdidesainolehpenulisdanbersifat”top-down”
Informasidiidentifikasiolehpembuatkebijakan(pemerintah)
dandisusunolehpengarangataupenulis(orangluar)
Fungsionalitas:berifatperkiraan(belumtentusesuaidenganpengalamandankebutuhanyangdirasakanpesertadi
dik)
Biasanya berupabuku/modulyangberisi:oleh
Petunjukbelajar
Materibacaanyangmemuatinformasitertentu
Pertanyaan(soal)berkaitandenganisimateri
LangkahPenyusunanBahanAjarKonvensional
SurveyLapangan
Analisisdatadanidentifikasikebutuhan
Pemilihantema,isiataumateri
Perekrutantimpenyusun
Penyepakatanbentukbahanbelajar
Penulisan, ilustrasi,danediting
Revisinaskah
Pencetakkan
Pendistribusian
PetunjukPenggunaandikelompokBelajar
Tutormemilihkanbahanbacaandariyangtermudahkeyangsulit(lihatpaketA),atauTutormemilihkan
modulsesuaiminatdankebutuhanwargabelajar
Tutormembelajarkanpesertadidikberdasarkanmateri/informasiyangtelahdisediakan,berurutdarihalaman/pa
ketsatu,duadanseterusnya.
SetiapmembahassatupokokbahasanTutormengajukanpertanyaansesuaidenganyangtercantumdibuku/modul
Tutorperlumemikirkanpenerapaninformasiyangdipelajaridalamkehidupansehari-hariwargabelajar.
PENGEMBANGANBAHANBELAJAR PANJARAKSI
KonsepDasar
Panduan Belajar Aksi (PANJARAKSI) merupakan bahan belajar yang disusun Tutorbersama warga
belajar yang didesain sesuai konteks lokal dengan menggunakan prinsippartisipatif dan memperhatikan
masalah yang dihadapi serta memanfaatkan potensi lokal.Sesuai dengan namanya, ciri-ciri PANJARAKSI
adalah (1) bersifat panduan dan manualyang masih bisa berkembang sesuai kebutuhan; (2) menggunakan
prinsip-prinsip BDPS; (3)bahan belajar ini dirancang aktif baik dari sisi content/materi; dan (4) bersifat
Aksi nyatauntuk menyelesaikan masalah yang dihadapi WARGA BELAJAR setelah
mempelajarinya.Dalam penyusunan PANJARAKSI, hal yang perlu menjadi pertimbangan adalah
sebagaiberikut:
Relevandengankebutuhanbelajarwargabelajar
Memotivasiwargabelajaruntukgiat belajar
Menarik bagiwargabelajaruntukdipelajari
Efektivitasbelajar
Kearifanlokal
Aplikatifbagiwargabelajar
LangkahPenerapan
Tutormelakukanobservasilingkungandanngobrolbersamawargabelajaruntukmengidentifikasimasalahdank
ebutuhanstrategis;
Tutormelakukankegiatananalisabersama
wargabelajaruntukmemahamimasalahdenganmenggunakaninstrumenbelajarBDPS
Wargabelajardantutormendiskusikanhasilanalisisdanmengidentifikasistrategi/kegiatanuntukmemecahkan
masalah;
Warga belajarberkerjasamauntukbelajarCALISTUNGdanmemecahkanmasalah;
Tutor menyusun instrumen tes berdasarkan materi yang dikaji di Panjaraksi berupainstrumen (kerangka
tes) yang mengukur ”kemajuan” dan ”perbaikan” kemampuanCALISTUNG warga
belajardanaksi/penerapanhasilbelajarnya.
KarakteristikBahanAjarPanjaraksi
Kerangka pikir, informasi, dan materi diidentifikasi dan dibuat oleh Tutor bersamawarga belajar
berdasarkan kebutuhan warga belajar, pengalaman dan potensi yangtersedia.
Bersifat”bottom-up”,kontekslokal,disainlokal,danpartisipatif.
Karenasifatnyapanduan,makainformasi/isimateriakanberkembangsesuaikebutuhan
Bentukbahanbelajarberupa:
Panduan/manualyangdapatberkembang(informasitidakberhenti)
Petunjuk dan instrumen BDPS untuk membantu tutor mengelola KBM denganlebih sistematis dengan
membantu warga belajar menganalisis pengalaman lebihdalamtentangtopikyangdipilihnya;
Bacaandibuat olehTutorbersamaWB;dan
Adanyasaran-saranaksinyatayangharusdilakukanWBdalamkehidupansehari-hari.
PengembanganBahanBelajarPanjaraksi
Berdasarkan salah satu prinsip andragogi, warga belajar buta aksara tidak tertarikuntuk belajar
mtaembaca dan menulis, jika mereka tidak melihat keuntungan/manfaat darimembaca dan menulis. Atas
dasar itu,salah satu alternatif agar mereka merasa terlibat
didalamnya,sesuaiminatdankebutuhannya,sesuaipengalamandaninformasiyangdimilikinya, dan sesuai
dengan permasalahan keaksaraan (CALISTUNG) yang dihadapinya,serta sesuai dengan tingkat
perkembangan usianya perlu disusun bahan belajar yang dapatmenjawabpersoalan-
persoalanitu,yangdisebutPANJARAKSI.
Dipusatkanpadamasalah-masalahnyatadanyangdihadapiWargabelajardanmasyarakatlingkungannya;
Disesuaikandengantingkatkeaksaraandanketerampilankeaksaraanwargabelajar;
Mencakup jenis tema sesuai kebutuhan warga belajar sesuai kegiatan sehari-hariwarga belajar;
Dirancangagardapatmendorongwargabelajaruntukbelajaraktifdanmandiri(4)Mengungkapkan/menggambar
kan masalah krusial umum yang dihadapi wargabelajar,danmemberikanpemecahanmasalah.
Memancingwargabelajaruntukmengungkapkanpengalamandanpartisipasiaktifmereka
Sederhana,merangksangdanmenarik
Memungkinkanuntukdigunakannyamedia-mediabelajaryangdapat diusahakankelompokbelajar.
Disediakanpetunjukbelajardanpenilaiankemajuanwargabelajar.
Karakteristikdan kelebihandari
PANJARAKSIadalah:(1)materi/informasidigaliberdasarkankemampuankeaksaraanwargabelajardalamsatu
kelompokbelajar;
(2) warga belajar tidak hanya menyalin dan mempelajari, tetapi ikut memikirkan materiCALISTUNG apa
yang dibutuhkan dan aksi/penerapan apa yang dilakukan; (3)
Terjadiinteraksi/kerjasamaantaraTutordanwargabelajardalammenyusunmateriPanjaraksi,
PENGEMBANGANBAHANBELAJARTEMATIK
KonsepDasar
Adapuntahappembelajarankeaksaraandenganmenggunakanbahanbelajartematikadalahsebagaiberikut:
Bersama-sama mencari dan mendiskusikan beberapa kata kunci yang berhubungandengan masalah dan
gagasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari wargabelajar.
WB belajar dan berlatih menggunakan kata-kata kunci yang sudah dikenal olehwarga
belajaruntukmemperluas/mengkaitkandengankata-katabaru.
Setelah warga belajar memahami (dapat membaca dan menulis) kata kunci
tersebut,kemudiandiuraimenjadisuku-
kata,danmenguraisukukatamenjadihuruf.Kemudianhuruf/sukukatatersebutdirangkaimenjadikatakuncibaru
yangbermaknabagiwargabelajar.
Wargabelajarmerangkaikata-katadalamsuatukalimatyanglengkap.
Warga belajar bersama Tutor membuat satu tulisan lengkap, dan melaksanakankegiatan
yangberhubungandenganpermasalahanyang dihadapiwargabelajar.
PengembanganBahanBelajarTematik
Dalam proses pembelajarannya, digunakan pula tema-tema penggerak dan kata-kata kunci yang diangkat
dari masalah kehidupan masyarakat dan mengandung maknalangsung bagi kehidupan warga belajar.
Kata-kata kunci tersebut, dipilih dari berbagaialternatif kata yang diajukan oleh para warga belajar,
kemudian kata-kata yang telahdipilih digunakan sebagai tema belajar untuk memancing pikiran kritis
warga belajar,sejak awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan pembelajaran. Alasan
digunakannyametode“katakunci”dan“pengembangantemaumum”iniadalahberdasarkanpertimbangan
pentingnya menghubungkan baca-tulis dengan kehidupan nyata sehari-hari. Inti pembelajaran tematik,
adalah untuk mengajak dan menyadarkan warga belajaragar terlibat dalam masalah yang dihadapi terus
menerus (tetapi kurang disadari), yangsebenarnya mengganggu situasi dan keadaan mereka. Oleh karena
itu, langkah pertamayang mungkin dijalankan adalah mengaitkan masalah-masalah yang menjadi
kendalasetiapsaat,menjadipotensipembelajaranyangbermanfaatkedalamprosespembelajaranKeaksaraanFu
ngsional.Dengandemikian,wargabelajartidaksajahanya
belajartentangkata-
kata(CALISTUNG),tetapijugadiajak“membaca”danberfikirtentangkehidupannyatayangseringdialami.
Upaya tutor dalam mencari, menemukan, memilih dan menetapkan tema-temabelajar yang dilakukan
dalam proses pembelajaran itulah yang disebut
PembelajaranTematik.Sedangkanpenyusunanbahanajaradalahsuatuupayamerumuskanataumerancang
materi dan alat yang akan disajikan dalam proses pembelajaran berdasarkantema-tema yang telah
ditetapkan. Pemilihan tema dalam proses pembelajaran denganmenggunakan pendekatan pembelajaran
dengan melibatkan warga belajar dapat dimulaipada saat tutor berhadapan dengan warga belajardalam
kelompok belajar. Oleh sebabitu sebelum memulai proses pembelajaran kesiapan tutor amat diperlukan
agar hasil dandampakbelajardapatdicapaisecaraoptimal.
Setiap warga belajar memiliki minat dan kebutuhan yang berbeda dengan wargabelajarlainnya. Perbedaan
dapatdilihatpula dari lingkungannya seperti desa, kota,daerah pantai, pegunungan dan daerah
terpencil.Ada warga belajar yang lebih berminatuntuk mempelajari bidang pertanian dibandingkan
dengan perdagangan. Terdapat pulawarga belajar yang tertarik pada bidang perdagangan dari pada bidang
seni. Oleh karenaitudituntutkemampuantutoruntukdapatmemilihtemapembelajaranyangsesuaidengan
minat dan kebutuhan warga belajar, dan dapat menyusun bahan belajar
sesuaidengantemayangdipilih.Situasibelajaryangterjadipadasaattutormelakukanpembelajaran juga dapat
menentukan pemilihan tema. Perumusan tema dan bahan
ajarbertujuanagarprosespembelajaranmemperolehhasilbelajaryangmaksimalbagiwarga belajar. Tugas
tutor adalah memilih tema dan menyusun bahan ajar yang sesuaidengan
minatdankebutuhanwargabelajar,bukanditekankanpadakemauantutor.
KarakteristikBahanBelajarTematik
Informasi/materidiidentifikasiberdasarkantema-temaumumyangmenjadi
masalah(generativethemes) bersamadalammasyarakat;
Strukturpenulisanbersifatkombinasitop-downdanbottom-up;
Bentukbahanbelajar:
biasanyaberupaleaflet,poster/booklet,buku/modul
disediakanpetunjukbelajar
materiberupawacana/bacaantematikyang dipelajariwargabelajar;
evaluasi:berupapertanyaanyangtidakhanyaberkaitandenganwacanatapijuga denganmasalahyangdihadapi
5)
Langkah-langkahpenyusunanbahanbelajartematik
Identifikasimasalahyangsangatdirasakanolehwargabelajar
Analisisdatadanidentifikasikebutuhan
Penyusunanskalaprioritas
Pemilihantema
Pemilihanbentukbahanbelajar
Pemilihanisiataumateri
Penulisan, ilustrasi,danediting
Pra-tesnaskahbahanbelajar
Revisinaskahdanpersiapancetak
Pencetakkan
Pendistribusian
Prosesbelajardengan bahanbelajartematik
Tutorbersamawargabelajarmendiskusikanmasalahdanberbagaigagasanyangberkaitandenganmasalahyangd
ihadapiwargabelajar.
WB belajar dan berlatih menggunakan kata-kata kunci yang sudah dikenal oleh
wargabelajaruntukmemperluas/mengkaitkandengankata-katabaru.
Setelah warga belajar memahami (dapat membaca dan menulis) kata kunci tersebut,kemudian diurai
menjadi suku-kata, dan mengurai suku kata menjadi huruf. Kemudianhuruf/suku kata tersebut dirangkai
menjadi kata kunci baru yang bermakna bagi wargabelajar.
Wargabelajarmerangkaikata-katadalamsuatukalimatyanglengkap.
WargabelajarbersamaTutormembuatsatutulisanlengkap,danmelaksanakankegiatan
yangberhubungandenganpermasalahanyangdihadapiwargabelajar.
DaftarPustaka
Direktorat Pendidikan Masyarakat. (2004). Data Sasaran Program Tahun 2004. Jakarta:
ProyekPengembanganPendidikanLuar Sekolah.
DirektoratPendidikanMasyarakat.(2005).AcuanBahanBelajarPendidikanKeaksaraanFungsional.
Jakarta:Direktorat JenderalPendidikanLuarSekolahDepdiknas.
DirektoratPendidikanMasyarakat.(2006).PanduanUmumPelatihan ProgramKeaksaraanFungsional.
Jakarta:DirektoratJenderalPendidikanLuarSekolahDepdiknas.
InstruksiPresidenRepublikIndonesiaNomor5
tahun2006.GerakanNasionalPercepatanPenuntasanwajibBelajarPendidikandasarSembilanTahundanPemb
erantasanButaAksara.
Kusnadi et al. (2005), Pendidikan Keaksraan Filosofi, Strategi, Implementasi, Jakarta : Ditjen
PLS.YunusI., (2000).PenyusunanBahanBelajarPendidikanKeaksaraan. Jakarta:DirektoratPendidikan
Masyarakat,DitjenPLSPDepdiknas.