Anda di halaman 1dari 22

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)

SEMESTER Tahun Akademik 2021/221.2 (2021.2)

Nama Mahasiswa : IRMAYANTI FIRMAN


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 838056431
Tanggal Lahir : 27/07/1997
Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4306/Pemb.Berwawasan Kemasyarakatan
Kode/Nama Program Studi : 116/PGSD-S1
Kode/Nama UPBJJ : 81/MAJENE
Hari/Tanggal UAS THE : 28 Desember 2021

TandaTanganPesertaUjian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertandatangan di bawahini:

Nama Mahasiswa : IRMAYANTI FIRMAN

NIM : 838056431

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4306/Pemb.Berwawasan


Kemasyarakatan

Fakultas : FKIP

Program Studi : PGSD

UPBJJ-UT : Majene

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE padalaman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebar luaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Selasa, 28 Desember2021

Yang Membuat Pernyataan

Irmayanti Firman
Nama : Irmayanti Firman
Nim : 838056431
Mata Kuliah : PDGK4306/Pemb.Berwawasan Kemasyarakatan

1. Jawaban
a. Tokoh yang mengemukakan pembelajaran tersebut ialah Ibu Budi
Alasannya ialah Pelindungan bahasa daerah merupakan tanggung jawab kita bersama. Selain
masyarakat pemilik bahasa dan sastra itu sendiri, pemerintah pun tentu ikut hadir dalam
usaha pelindungan ini, seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2009 (UU RI No. 24/2009) dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun
2014 (PP No. 57/2014). Di dalam UU RI No. 24/2009, kebijakan penangan terhadap bahasa
dan sastra daerah diarahkan pada tiga tindakan, yakni pengembangan, pembinaan, dan
pelindungan bahasa dan sastra daerah.
Dalam pengembangan, bahasa Indonesia dan daerah dikembangkan melalui pemerkayaan
kosakata, pemantapan dan pembakuan sistem bahasa, serta pengembangan laras bahasa.
Dalam pembinaan bahasa dilakukan upaya meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui
pembelajaran bahasa serta pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan masyarakat. Selain itu,
pembinaan bahasa juga dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan, keteladanan, dan
sikap positif masyarakat terhadap bahasa itu. Dalam pelindungan dilakukan upaya menjaga
dan memelihara kelestarian bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan
pengajarannya.
Teks UU Nomor 24 Tahun 2009 dan PP 57 Tahun 2014 sangat signifikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Signifikansinya terletak pada isi peraturan perundang-undangan
tersebut yang mengukuhkan kedudukan bahasa sebagai simbol dan sarana pemersatu,
identitas, dan wujud eksistensi suatu bangsa—sekaligus menciptakan ketertiban, kepastian,
dan standardisasi penggunaan bahasa.
Signifikansi yang lain: kedudukan sebuah UU di Indonesia ditempatkan di urutan kedua
setelah Undang-Undang Dasar 1945. Menurut UU RI Nomor 10 Tahun 2004, tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, khususnya Pasal 7, sebuah UU menempati
posisi yang sangat penting dalam hierarki peraturan perundangan-undangan di Indonesia.
Oleh karena itu, baik dari segi hierarki maupun politis, UU Nomor 29 Tahun 2014 menjadi
landasan hukum yang kuat sekaligus strategis untuk pembentukan peraturan perundang-
undangan di bawahnya, seperti peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah,
dan peraturan gubernur.
Dari sisi akademis, pada awal pertengahan abad XX, upaya pelindungan bahasa untuk
mencegah kepunahan bahasa menjadi fokus studi yang penting di kalangan pakar linguistik,
bahkan sudah menjadi renjana dalam Rencana Aksi PBB melalui Unesco. Upaya pelindungan
bahasa ini menjadi sangat penting karena bahasa merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat. Studi ini pun berkembang dengan pesat dan menyebar luas dengan
tujuan inti untuk mendokumentasikan, mengembangkan, menciptakan ranah dan fungsi baru,
serta melestarikan bahasa.

Kondisi kebahasaan di Indonesia yang unik dan kaya menyediakan lokus dan korpus
penelitian yang sangat beragam. Kondisi ini tentunya memberi tantangan sendiri bagi yang
berkecimpung di dunia bahasa. Apalagi jika dikaitkan dengan upaya pelindungan bahasa dan
sastra daerah, beragam perhitungan jumlah bahasa dan status vitalitas bahasa/sastra daerah
mengisyaratkan bahwa semua pihak yang berhubungan dengan pelindungan bahasa dan
sastra mempunyai tugas berat, termasuk pihak perguruan tinggi—khususnya di program studi
bahasa dan sastra Indonesia dan daerah. Berbagai langkah konkret tentunya perlu segera
dilakukan. Setidaknya, ada minat atau studi khusus yang mengarah ke sana. Karena
bagaimanapun, setakat ini masih jarang dari alumnus program studi itu yang menggeluti
bidang pelindungan bahasa-bahasa daerah, minimal yang menggeluti pendokumentasiannya.
Konsep pelindungan bahasa tidak lepas dari konteks perubahan bahasa (language change),
peralihan/pergeseran bahasa (language shift), dan kematian bahasa (language death).

Korelasinya terletak pada upaya pencegahan dan pemertahanan bahasa daerah yang akan
dilindungi. Perubahan dan pergeseran bahasa—juga disebut sebagai transfer bahasa,
peralihan bahasa, atau asimilasi—merupakan proses yang memperlihatkan komunitas penutur
bahasa bergeser ke bahasa lain. Kematian atau kepunahan bahasa terjadi kalau bahasa
tersebut tidak ada lagi penuturnya, baik karena penuturnya sudah mati semua, bencana alam
(seperti bahasa Tambora di Sumbawa), maupun karena penuturnya beralih ke bahasa lain
secara alamiah atau terpaksa (disebabkan peningkatan prestise, tekanan politik, dsb.). Dalam
beberapa kasus, istilah kematian bahasa sering digunakan dalam konteks hilangnya bahasa
(language loss) atau beralihnya penutur ke bahasa lain (language shift). Dalam hal ini,
kematian atau kepunahan bahasa tidak selamanya karena penuturnya berhenti bertutur,
melainkan akibat dari pilihan penggunaan bahasa sebagian besar masyarakat tuturnya.
Kematian bahasa adalah titik akhir suatu proses—biasanya didahului oleh adanya kontak
bahasa (language contact) yang mengondisikan adanya perubahan atau peralihan bahasa.
Proses ini umumnya bersifat pelan dan bertahap dalam jangka waktu yang relatif lama
(gradual) pada situasi diglosia ke arah bahasa yang lebih berprestise (Dorian 1982).

Dalam tataran praktis, pelindungan bahasa tersebut secara khusus dapat diwakili dua konsep,
yakni konservasi dan revitalisasi. Meskipun kata konservasi dan pelindungan dalam beberapa
konteks dapat bersinonim, kata konservasi dan revitalisasi dapat ditempatkan sebagai
hiponim dari “pelindungan” untuk mempermudah langkah-langkahnya.
Dalam tataran program, Badan Bahasa mempunyai tiga program unggulan untuk
mewujudkan pelindungan itu, yakni (1) pemetaan, (2) kajian vitalitas, (3) konservasi, (5)
revitalisasi, dan (5) registrasi bahasa
b. Kebudayaan di Indonesia merupakan entitas yang tak berhenti mengalami perubahan dan
bertransformasi secara sosiokultural sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk di
dalamnya bahasa. Hal itu sesuai dengan sepuluh objek pemajuan kebudayaan Indonesia, yaitu
1) tradisi lisan, 2) manuskrip, 3) adat istiadat, 4) ritus, 5) pengetahuan tradisional, 6)
teknologi tradisional, 7) seni, 8) bahasa, 9) permainan rakyat, dan 10) olahraga tradisional.
Bahasa (di dalamnya bahasa daerah) sebagai satu objek pemajuan kebudayaan semestinya
mengalami proses perubahan dan transformasi. Hipotesis seperti itu membawa pemahaman
bahwa dinamika bahasa daerah di Indonesia tidak pernah mengalami hal serupa antara daerah
satu dan daerah yang lain, antara kelompok bahasa daerah satu dan yang lainnya, serta antara
kurun waktu yang satu dan kurun waktu yang lain. Proses pembentukan dan perubahan terus
berlangsung disebabkan oleh dua hal, yaitu a) dinamika internal sebagai hasil dari interaksi
antar unsur kebudayaan dan antara unsur-unsur kebudayaan tersebut dengan lingkungan
sekitarnya dan b) adanya pengaruh-pengaruh eksternal yang terjadi karena semakin
meningkatnya kemajuan teknologi komunikasi dan perubahan global di berbagai aspek
kehidupan.
Kecenderungan pada dua puluh tahun terakhir terjadi penurunan kemampuan memprediksi
masa depan karena proses perubahan yang begitu cepat dan menyita banyak perhatian.
Faktor eksternal dan internal tersebut distimulasi oleh situasi kecepatan perubahan dalam
politik dan ekonomi serta progresivitas di bidang tenologi informasi yang memengaruhi
perubahan kebudayaan, termasuk bahasa daerah.

Pengertian demokrasi (democracy → equality) berubah menjadi kebebasan (freedom → self


orientation) berekspresi. Pengertian reformasi pun diartikan sempit menjadi revolusi. Sebagai
hasil pemikiran, kebudayaan mempengaruhi sikap, rasa, logika, dan tindakan. Tantangan
mengelola kebudayaan Indonesia terletak pada tingginya tingkat keragaman suku bangsa,
bahasa daerah, jumlah penduduk, dan gaya hidup yang turut membentuk kebudayaan di
tingkat lokal, regional, dan nasional. Adaptasi terhadap perubahan tidak bisa disamaratakan
pada semua kelompok sosial karena setiap daerah punya tantangan yang berbeda, tergantung
seberapa kuat arus pengaruh internal dan eksternal.

Menurut Zuhal (2011), krisis global telah menjadi realitas global yang didasarkan pada dunia
yang menyatu tanpa batas. Sebuah dunia yang direkat oleh jaringan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) antarkontinen yang kelak meniupkan karakter baru dalam persaingan
ekonomi di era globality. Jaringan TIK dengan cepat mampu menyediakan informasi tentang
bagaimana berkompetisi secara sempurna atau informasi tentang siapa yang terbaik, kreatif,
dan efektif di muka bumi. Tatkala informasi telah begitu telanjang, kompetisi di era global
menjadi jauh lebih ketat. Menurut Zuhal, ketatnya persaingan membuat daya saing bangsa
tidak lagi bersifat sektoral melainkan integral. Dengan demikian, daya saing adalah gambaran
bagaimana sebuah bangsa termasuk perusahaan-perusahaan dan sumber daya manusia
mengendalikan kekuatan kompetensi yang dimilikinya secara terpadu guna mencapai
kesejahteraan dan keuntungan.

Namun, dalam fenomena globalisasi terdapat pula hal yang bersifat paradox. Makin universal
sesuatu, tindakan atau pikiran akan makin menjadi kesukuan, berorientasi kesukuan, atau
berpikir secara lokal, tetapi bertindak secara global (Naisbitt, 1988). Dalam kesempatan lain,
Naisbitt menjelaskan delapan pilar atau resep yang membuat Cina mampu muncul sebagai
negara tangguh dan sudah menjadi pesaing setara di pasar global dan tengah menciptakan
model politik tandingan bagi demokrasi modern Barat. Negara-negara Asia, sebagaimana
dikemukakan Mahbubani, menemukan pilar-pilar kebijakan kemajuan Barat yang menjadikan
Barat mendikte masyarakat Asia selama dua abad terakhir. Tragisnya, pada saat negara-
negara Asia telah menemukan kembali kebajikan dari pilar-pilar tersebut, negara-negara
Barat justru mulai kehilangan kepercayaan pada beberapa pilar berikut ini, yaitu 1) pasar
bebas ekonomi, 2) ilmu pengetahuan dan teknologi, 3) meritokrasi, 4) budaya pragmatisme, 5)
budaya perdamaian, 6) penegakan hukum, dan 7) pendidikan
Dalam konteks Indonesia, Raoul Oberman, Chairman McKinsey Global Institute,
memperkirakan Indonesia akan kembali tumbuh menjadi negara dengan kekuatan ekonomi
nomor tujuh di dunia pada tahun 2030 mendatang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
paling stabil di dunia. Raoul Oberman mengemukakan bahwa ada lima indikasi yang dapat
mendukung pencapaian Indonesia menjadi negara dengan ekonomi nomor tujuh di dunia.
Pertama, tingkat ekonomi Indonesia dinilai paling stabil di dunia dalam 4--5 tahun terakhir
melebihi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju yang didorong oleh tingkat konsumsi
domestik yang luar biasa besar. Kedua, sekitar 90 persen pertumbuhan ekonomi nasional
berasal dari wilayah di luar Jawa atau menyebar ke berbagai pusat pertumbuhan ekonomi di
luar Jawa. Ketiga, sekitar 11 persen ekspor komoditas berasal dari sektor nonmigas. Hal ini
membantah mitos bahwa model pertumbuhan dalam negeri didominasi ekspor. Keempat,
pemakaian sumber daya sudah berkurang, bahkan sudah berkurang hingga 7 persen. Hal ini
juga membantah bahwa sumber daya adalah penopang utama perekonomian. Kelima, sekitar
60 persen pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan produktivitas. Hal ini juga
membantah bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dari pertumbuhan angkatan kerja.

Seiring dengan kepesatan perkembangan ilmu dan teknologi, hampir tidak ada kebudayaan di
manapun yang tidak pernah bersentuhan dengan kebudayaan lain. Demikian pula dalam
dalam era kesejagatan yang melanda semua bangsa, informasi yang mengalir dari suatu
tempat ke tempat yang lain tidak dapat dibendung dengan perangkat apa pun. Oleh karena itu,
pembangunan dalam semua aspek kehidupan bangsa berorientasi pada ketahanan budaya
yang berakar di masyarakat yang dapat dijadikan modal dasar pengembangan ke dunia
internasional. Tuntutan tentang perlunya pengembangan dan pembangunan kebudayaan
bangsa tidak hanya didorong oleh sifat kebudayaan yang dinamis, tetapi juga oleh berbagai
faktor perkembangan baru yang terjadi di dalam negeri maupun dari luar negeri.

Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah gaya berbahasa (komunikasi)
sebagian besar masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan. Masyarakat di seluruh
dunia telah mampu melakukan transaksi ekonomi dan memperoleh informasi dalam waktu
singkat berkat teknologi satelit dan komputer. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar
mampu memperoleh kekuasaan melalui kekuatan militer dan pengaruh ekonomi. Bahkan,
perusahaan transnasional mampu menghasilkan budaya global melalui pasar komersil global.
Perubahan budaya lokal dan sosial akibat revolusi informasi ini tidak dapat dielakkan.
Masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap informasi merupakan kelompok
masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Akses informasi dapat diperoleh
melalui media massa cetak maupun elektronik, internet, dan telepon.
Sebagai konsekuensi dari informasi yang mengalir deras dan tidak terbendung adalah nilai-
nilai budaya atau pesan-pesan bahasa kultural yang terkandung dalam informasi tersebut
tidak dapat terelakkan pada proses penyebarannya. Informasi tanpa batas kultural (borderless
information) menjadi jiwa dari proses kesejagatan itu sendiri. Dalam situasi yang demikian
terjadilah proses lintas budaya (trans-cultural) dan silang budaya (cross-cultural) yang secara
berkelanjutan mempertemukan nilai budaya satu dengan yang lain. Pertemuan nilai-nilai
budaya (cultural contact) akan menghasilkan dua kemungkinan proses penyesuaian
(peleburan) dari dua kebudayaan yang berbeda dan proses percampuran dua kebudayaan atau
lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi, tetapi masih dapat dikenali
(acculturation).

Dalam konteks Indonesia, masyarakat konsumen Indonesia mutakhir tumbuh beriringan


dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai
dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya seperti shopping mall, industri waktu luang,
industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, industri nasihat, industri
gosip, kawasan huni mewah, apartemen, iklan barang-barang mewah dan merek asing,
makanan cepat saji (fast food), serta reproduksi dan transfer gaya hidup melalui iklan dan
media televisi maupun cetak yang sudah sampai ke ruang-ruang kita yang paling pribadi. Hal
ini banyak terjadi di masyarakat perkotaan Indonesia.
Keadaan tersebut menimbulkan terjadinya proses lintas budaya dan silang budaya yang
kemudian secara berkelanjutan mempertemukan nilai budaya yang satu dengan nilai budaya
yang lain. Dalam kaitannya dengan pengembangan kebudayaan nasional, proses lintas
budaya dan silang budaya tersebut harus dijaga agar tidak mereduksi dan melarutkan nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, usaha-usaha ke arah peningkatan ketahanan
budaya bangsa menjadi sangat penting dilakukan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005--2025 mengamanatkan bahwa arah kebijakan pembangunan bahasa
dan budaya, antara lain adalah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang bermoral,
beretika, berbahasa, dan berbudaya.
2. Jawaban
a. Ya ibu Ina melakukan pembelajaran Multikultural di karenakan ibu Ina melakukan kebijakan
sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa
hormat antara seluruh kelompok budaya di dalam masyarakat. Pembelajaran multikultural
pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat
berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya.
b. Ya Ibu ina telah menerapkan kecapakan sosial alasannya ialah beliau dapat berkomunikasi,
belajar, bertanya, meminta bantuan, memenuhi kebutuhan dengan cara yang sesuai, dan
mengembangkan hubungan yang sehat. Kecakapan sosial juga memungkinkan kita
berinteraksi secara tepat dengan mereka yang menempuh perjalanan hidupnya. Kecakapan
sosial juga sangat dibutuhkan dalam meraih prestasi akademik. Kecakapan sosial itu setidak-
tidaknya ditandai dengan kecakapan berkomunikasi, kecakapan empati dan hubungan yang
akrab (rapport), kecakapan interpersonal, kecakapan pemecahan masalah, respek terhadap
perbedaan individu, dan akuntabilitas terkait dengan amanah.
Kecakapan sosial ini merupakan gambaran kecakapan yang bersifat universal. Setiap orang
dengan status apapun dituntut memiliki kecakapsn sosial minimal, akan lebih baik jika
mampu menunjukkan kecakapannya lebih dari itu.
c. Iya Ibu Ina melakukan penerapan konsep pembelajaran parsipatif karena ibu Ina
memberlakukan keikutsertaan peserta didik (siswa) dalam kegiatan belajar sejak dari kegiatan
merencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan belajar membelajarkan. Sedangkan
kegiatan membelajarkan partisipatif adalah upaya pendidik (sumber belajar) untuk
memotivasi dan melibatkan siswa dalam kegiatan merencanakan, melaksanakan dan menilai
kegiatan belajar yang dilakukan bersama di dalam kelompok oleh siswa, dengan bantuan dari
sumber belajar.Pendapat yang senada juga mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
partisipatif adalah suatu proses pemberdayaan peserta dididk melalui berbagai kegiatan
pembelajaran mulai dari kegiatan identifikasi masalah, perencanaan, hingga pada pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan serta tindak lanjut dari
hasil pembelajaran.
3. kursus, pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, dan
pesantren ialah merupakan pendidikan NON FORMAL Pendidikan non formal ialah jalur
pendidikan yang tujuannya untuk mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan formal.
Pendidikan ini dapat diselenggarakan oleh lembaga khusus yang ditunjuk oleh pemerintah dengan
berpedoman pada standar nasional pendidikan. Dan karena berpedoman pada standar nasional
pendidikan maka hasil dari pendidikan non formal tersebut dapat dihargai setara dengan
pendidikan formal. tujuan utama dari pendidikan di luar sekolah ialah berfungsi untuk mengganti,
menambah dan melengkapi pendidikan formal.bUntuk memenuhi kebutuhan belajar tingkat dasar,
misalnya pengetahuan tentang alam, pendidikan keaksaraan, pengetahuan kesehatan dan gizi,
pengetahuan umum dan kewarganegaraan dan sebagainya.
Untuk keperluan pendidikan lanjutan melengkapi pendidikan tingkat dasar dan pendidikan nilai-
nilai hidup. Misalnya meditasi, pendidikan kesenian, pengajian, sekolah minggu, dan lain-lain.
setiap individu membutuhkan pendidikan dan pembelajaran di dalam hidupnya sepanjang hayat.
Dengan mendapatkan pendidikan di luar sekolah, setiap individu dapat memperoleh pengetahuan
dan pengalaman baru yang bermanfaat bagi perkembangan dirinya Manfaat Pendidikan Non
Formal
Pendidikan nonformal mempunyai manfaat secara institusional yang memungkinkan warga
masyarakat memiliki:
kesempatan mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan diri;
 kemampuan menghadapi tantangan hidup baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam
lingkungn masyarakat,
 kemampuan membina keluarga sejahtera untuk memajukan kesejahteraan umum;
 kemampuan wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban sebagai warga segara;
 kemampuan kesadaran berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dalam rangka pembangunan
manusia dan masyarakat;
 kemampuan menciptakan atau membantu menciptakan lapangan kerja sesuai dengan keahlian
yang dimiliki.
4. Jawaban
a. Eka telah melakukan konsep kebersamaan karena kebersamaan memiliki makna sebuah
ikatan yang terbentuk karena rasa kekeluargaan/persaudaraan, lebih dari sekedar bekerja
sama atau hubungan profesional biasa.
Kebersamaan memiliki 4 unsur yang harus diciptakan dan dijaga oleh setiap individu yang
tergabung didalamnya:
1. Sehati & Sepikir (Satu Visi)
Dalam sebuah organisasi akan terdapat banyak orang yang memiliki pendapat berbeda. Satu
kepala satu ide, seribu kepala seribu ide. Namun jika ingin membuat kelompok kita kuat dan
solid, maka selayaknya kepentingan bersama lebih diutamakan dari kepentingan pribadi.
Tinggalkan perbedaan dan galang persamaan, akan mengantar organisasi kita dapat berjalan
dg lancar
2. Tidak Egois
Sudah bukan rahasia lagi jika manusia itu adalah “makhluk egois”. Apapun yang tidak
memiliki nilai tambah buat dirinya, kebanyakan tidak akan ada partisipasi yang dikeluarkan,
bahkan dianggap tidak penting. Jika sifat ini ada dalam sebuah organisasi, bisa dipastikan
organisasi tersebut hanya punya program tapi tidak ada kegiatan. Tidak ada yang
mempelopori, karena semua menganggap apa yang mereka lakukan tidak ada imbal baliknya.
Jika ingin memiliki organisasi yang solid, maka kita mulai utk belajar menurunkan Ego demi
kepentingan bersama.

3. Kerendahan Hati
Organisasi akan memiliki anggota yang hegemoni (campuran). Terkadang ada sebagian
anggota yang terlibat tidak memiliki keahlian dan pengalaman khusus, modal mereka hanya
sekedar kerelaan demi memberikan sumbangsih. Maka selayaknya anggota yang memiliki
usia lebih tua, pengalaman lebih matang, keahlian lebih tinggi, kondisi finansial lebih
beruntung, untuk menekan rasa sombong dalam diri dan rela bekerja sama (sambil menuntun)
dg anggota lainnya. Kerendahan hati akan menghindarkan kita dari rasa benci, iri hati dan
timbulnya kelompok yang terkotak-kotak.

4. Kerelaan Berkorban
Setiap individu dalam sebuah organisasi, akan memiliki sumbangsih yang bisa berbeda-beda.
Ada yang menyumbangkan dana, pikiran, fasilitas, tenaga atau waktu. yang punya finansial
lebih menyumbangkan dana utk transportasi dan konsumsi, sementara yang memiliki waktu
menyumbangkan tenaga dan waktunya utk melaksanakan tugas. Perbedaan sumbangsih
jangan sampai membuat gesekan negatif yang bisa berdampak pada perpecahan. Jika ingin
bekerja bersama-sama, maka siapkan kerelaan untuk mau berkorban dan jangan pernah itung-
itungan.
Jika setiap individu dalam sebuah organisasimemahami dan terus belajar untuk memenuhi 4
unsur diatas, maka lambat laun organisasi yang dikembangkan akan menjadi semakin kuat
dan solid di kemudian hari. Kesadaran diri untuk menjadi insan yang lebih baik dan terus
bertumbuh, akan sangat membantu proses perubahan diri.
b.
MERANCANGBAHANAJARPENDIDIKANKEAKSARAAN
BahanSajianSemilokaPendidikanKeaksaraan

Oleh: Irmayanti Firman

LatarBelakang

Ada beberapaalasan yang mendorongpentingnya merancang bahan ajar pendidikankeaksaraan secara


efektif dan efisien.Pertamabahwa salah satu prioritas utama
pembangunanpendidikankhususnyayangterkaitdenganprogrampendidikannonformaladalahmempercepat
penuntasan buta aksara melalui program Pendidikan Keaksaraan ( UU No. 25tentang Propenas, 1999).
Tujuan program ini adalah untuk memberantas buta aksara, sekaligusmeningkatkan mutu dan taraf hidup
warga belajar melalui bahanbelajarpendidikankeaksaraanyang fungsionaluntuk membantu memecahkan
masalah yang dihadapiwarga belajar
(butaaksara)dalamkehidupankeseharian,sehinggasemakinlamasemakinmeningkatmutukehidupannya.

Untuk meningkatkan kualitas hasil belajaryang lebih bermakna bagi


kehidupanwargabelajar,programpendidikankeaksaraanperluterusdiitingkatkankualitasnya.Salahsatukompo
nen penting yang perlu dikembangkan dalam program pendidikan keaksaraan adalahmutu bahan
belajar.Bahan belajar pendidikan keaksaraan perlu dirancangsedemikian rupa
agarrelevandanfungsionaldalammembelajarkanwargabelajar,sehinggamerekadisampingmeningkatkemam
puanmembaca,menulis,berhiitungdanberkomunikasijugamampumemberikn solusi dalam mengatasi
permasalahanyang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Bahanbelajaryangbaikdalam pendidikan keaksaraan (Ditjen


Dikmas,Depdiknas,2006)perlumemenuhipersyaratansebagaiberikut:

membangkitmotivasibelajarbelajarwargabelajar

relevandenganlingkungandankehidupanwargabelajar

fungsionaldanlangsungbermanfaatdalamkehidupansehari-hariwargabelajar.

Bahanbelajarpendidikankeaksaraanyangselamainiadamasihbelummemenuhipersyaratan tersebut, oleh


karena itubahan belajar pendidikan keaksaraan perlu dikembangkanmelalui berbagi upaya , mulai
daripeningktan pemahaman tutor tentangapa itu bahan
ajarpendidikankeaksaraandenganberbagaijenisnya,bagaimanacaramerancangdanmengembangkanbahan
ajar, dan hal apa saja yang perlu dipersipakan aharbahan belajartersebut berfungsi efektif dan efisien
dalam membantuearga belajaruntuk meningkatkankemampuan membacamenulis dan berhitung serta
berkomunikasi dalam rangkamembantumemecahkanmasalahayangdihadapidalamkehidupannya.

KonsepBahanAjarPendidikanKeaksaraan

PendidikanKeaksaraanFungsional(PKF)merupakanupayapengembanganpribadiwargabelajaryangmencaku
ppeningkatankecakapanbaca-tulis-hitungsesuaidengankebutuhan sehari-hari, kecakapan berkomunikasi
secara lisan dan tulisan dalam berbagai hal ataudenganberbagaipihakyangdiperlukannyasehari-
hari.AdatigatingkatanPenidikanKeaksaraan

Fungsional,yaituadas(aksaratingkatdasar),alan(aksaratingkatlanjutan), danaman(aksaratingkatmandiri).

Secara umumjenis bahan ajarbiasanyaterdiri atas Handout,Buku,Modul,


danbelajaranterprogram.Dalampendidikankeaksaraanyangdimaksud denganbahanajaradalahisi pesan yang
menjadimateribelajar baik tulisanatau gambar yangdituangkan dalam mediatertentu misalnyadalam
bentuk buku, poster, liflet dan sebagainyayang dapat digunakan olehwarga belajar.

Bentuk Bahanbelajarpendidikankeaksaraanterdiriatas:
Tulisansepertibuku,brosur, leafletdanlain-lain.

Gambar,seperti:poster,film,videodanlain-lain.

Alatperaga,yaitu:bendawujudnyata,seperti:alatdanbahanpraktek.

Gabungan(kombinasi)tulisan-gambar-alatperaga,sepertibukubergambar,alatdanbahanpraktek.

KegunaanBahanajardalampendidikankeaksaraanadalah:

sebagaialatbantubagitutormembelajarkanmembaca,menulis,danberhitung(calistung)kepada WB

sebagaialatbantubagitutormenyampaikanpesan/materipembelajaranyangharusdikuasaiolehWB

Bahanajar pendidikankeaksaraandikembangkandenganmaksud:

Memperkuatkemampuankeaksaraanwargabelajar;

Memberikanakses/kemudahanwargabelajardalammemperolehinformasi;

Mengembangkankesadarankritiswargabelajar;

Membentuksikap mentalrasional/logis,danilmiahwargabelajar;

Berorientasipadanilai,sikapmental, danketerampilanyangdiinginkan;

Memberikanhiburanpadawargabelajar.

Dalam acuan bahan ajar program pendidikan keaksaraanyang sifatnya fungsional


(KF),secaraumumterdapat3jenisbahanbelajaryangseringdigunakanyaitubahanbelajarKonvensional,
Tematik, dan Panjaraksi. Masing-masing bahan belajar memiliki kelebihan dankekurangan, namun pada
intinya bagaimana mempermudah Tutor untuk menyusun bahan belajarsendiri di kelompok belajar
bersama warga belajar dan pihak-pihak yang mendukung programKeaksaraan Fungsional (KF). Oleh
karena itu dalam tulisan inibermaksud
menjelaskankepadaparapesertalokakaryatentangbagaimanaupayapengembanganbahanajarpendidikankeak
saraan yang bersifat konvensional, tematik dan panjaraksi.Ketiga jenis bahan ajarinipenting dijelaskan
agar para peserta menyesuaikan diri dengandengan kondisi pengalaman tutorsertapotensi lokal yang ada
di sekitar kelompok belajar keaksaraan khususnya pada padatingkatkeaksaraandasardasar.

PengembanganBahan AjarKonvensional

Pengembangan bahan belajar keaksaraan mempunyai tujuan (1) memperkuat kemampuankeaksaraan


wargabelajar(agartidakbutaaksarakembali danmenjadi wargabelajaryangmandiri); (2)memperbaiki
keterampilan ekonomis; (3)memberikan akses/kemudahan wargabelajar dalam memperoleh informasi; (4)
mengembagkan kesadaran kritis warga belajar; (5)membentuk sikap mental rasional dan ilmiah warga
belajar; (6) berorientasi pada nilai, sikapmental,danketerampilan
yangdiinginkan;(7)memberikanhiburanpadawarga belajar.
Langkah–LangkahPengembangan

Mempelajarisecaracermatkonseppokok,pengertian,tujuanpengembanganbahanbelajarkeaksaraan(konvensi
onal)

Mencermatilangkah-langkahpenyusunanbahanbelajarkonvensional.

Kumpulkanbahaninformasisebagaibahandalampengembanganbahanbelajar.

Klasifikasikanmasalahtersebutmenjaditema-tema

Angkatlahsalahsatutematersebutuntukpengembanganbahanbelajar.

TujuanPengembanganBahanBelajarKonvensional

Bahan belajar konvensional sangat diperlukan bagi warga belajar buta aksara, semi melekaksara dan
aksarawanbaru,yangbertujuan agardapatmembantumereka:(1)memperolehketerampilan membaca,
menulis, berhitung dengan pemahaman, menulis kata-kata sederhana,kalimat dan paragraf dalam bahasa
ibu/lokal dan nasional; (2) mengenal dan memahami angkadan dapat menghitung secara sederhana yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari; (3)
terusmelakukanaktivitasbelajar,dalamrangkamemperkuatdanmeningkatkanketerampilankeaksaraanyangsu
dahdimiliki;(4)memperolehpengetahuandanketerampilanbarudanmenerapkannyauntukmeningkatkanstatus
ekonomiwargabelajar;(5)belajarinformasi-informasi baru untuk meningkatkan kualitas kehidupannya; (6)
mengembangkan kesadaran
kritisyangmemungkinkanwargabelajarmemecahkanmasalahkeaksaraannya;(7)memupukkemampuanrasio
naldanilmiah;(8)mengarahkanwargabelajarpadanilai,kemampuankeaksaraan yang diinginkan; dan (9)
mampu dinikmati dan menghibur warga belajar
melaluikegiatanbelajarmembaca,menulis,berhitungtersebut.

JenisBahanBelajarKonvensional

JenisbahanbelajarkonvensionalpadaumumyadiakuibermanfaatdalamprogramKeaksaraanFungsional,dianta
ranyameliputi:

Bahan belajaryang bersifatmemotivasi

Bahan belajar ini dirancang terutama untuk menarik minat berbagai kelompok sasaran,sehingga terdorong
untuk mengikuti program Keaksaraan Fungsional. Bahan belajar inisangat penting untuk warga belajar,
Tutor, dan stake holder lain untuk memperolehdukunganagarprogramKeaksaraanFungsionalberhasil.

Bahanbelajaryangbersifatpengajaran

Bahan belajarini biasanya merupakan paket-paketatau modul-modul, seperti bukupelajaran permulaan


(primer), buku kerja, buku Tutor, poster, alat peraga dan lain-lain.Bahan belajar jenis ini hanya digunakan
pada saat proses pembelajaran berlangsung
dikelompokbelajar,karenabertujuanmenyampaikanmateripelajarandalamupayamencapaitujuanprogram.

Bahan belajarlanjutan

Bahan belajar ini biasanya dirancang untuk tahap pasca keaksaraan, yaitu bagi
wargabelajaryangmemasukitahappelestarianyangdiharapkanmampumenerapkanketerampilan
keaksaraannya untuk memperoleh informasi-informasi/pengetahuan baru,danmenjadikan
aktivitasmembacasebagai kebiasaan
dankesenangan,sertaaksesmendapatkaninformasiyanglebihluas.Olehkarenaitu,bahanbelajarjenisini

hendaknyamemperkuatketerampilankeaksaraanyangdikuasaisebelumnyasertauntukmeningkatkanmutuhid
upmereka.

Prinsip-prinsipPenyusunanBahanBelajarKonvensional

Dalampenyusunanbahanbelajarkonvensional,prinsip-prinsipyangharusdiperhatikanolehpenyusun,adalah:

Mudah:Bahan-
bahanuntukpenyusunandanmediayangharusdisediakandalamprosespembelajaranmudahdiperoleh,danmem
berikankemudahanbelajarbagiwargabelajar.

Murah:Bahan-bahanuntukpenyusunandanmediayangharusdisediakandalam proses pembelajaran murah


dan dapat dijangkau oleh Tutor dan wargabelajar.

Meriah:Dalampenggunaannyamenggugahwargabelajarsehinggatimbulkemeriahandalamkelompokuntukm
enghilangkankejenuhan.

Menarik:Dirancangsebagai penggugahbagi wargabelajarsehinggatimbulmotivasi, jadi bentuknya tidak


hanya berupa teks bacaan tapi disertai gambarsehinggamenarikminatwargabelajaruntuk mempelajarinya.

Mempan (up to date): Diupayakan dapat menyelesaikan masalah keaksaraan danmeningkatkan


CALISTUNGwarga belajar, dan informasi bersifat kekinian (tidakketinggalanjaman)

Manfaat:DiupayakandapatmeningkatkanCALISTUNGwargabelajar,sehinggamereka
dapatmeningkatkanmutudantarafhidupnya.

Mustajab(efektif):Diupayakanseefektifmungkinuntukdapatmenjangkausemua kelompok sasaran (baik


karakteristik, tujuan belajar, tingkat keaksaraan,dansebagainya)

Mangkus (efisien):Dilihatdari sisibiaya,bentuk,maupunisi/materi (tidakbertele-tele).

Mustari(ketepatan):Dirancangagartepatsasaran,tepatwaktu,dantepatsegalanya.

KarakteristikBahan Ajarkonvensional
Kerangkapikir sudahdidesainolehpenulisdanbersifat”top-down”

Informasidiidentifikasiolehpembuatkebijakan(pemerintah)
dandisusunolehpengarangataupenulis(orangluar)

Fungsionalitas:berifatperkiraan(belumtentusesuaidenganpengalamandankebutuhanyangdirasakanpesertadi
dik)

Biasanya berupabuku/modulyangberisi:oleh

Petunjukbelajar

Materibacaanyangmemuatinformasitertentu

Pertanyaan(soal)berkaitandenganisimateri

LangkahPenyusunanBahanAjarKonvensional

SurveyLapangan

Analisisdatadanidentifikasikebutuhan

Pemilihantema,isiataumateri

Perekrutantimpenyusun

Penyepakatanbentukbahanbelajar

Penulisan, ilustrasi,danediting

Revisinaskah

Pencetakkan

Pendistribusian

PetunjukPenggunaandikelompokBelajar

Tutormemilihkanbahanbacaandariyangtermudahkeyangsulit(lihatpaketA),atauTutormemilihkan
modulsesuaiminatdankebutuhanwargabelajar

Tutormembelajarkanpesertadidikberdasarkanmateri/informasiyangtelahdisediakan,berurutdarihalaman/pa
ketsatu,duadanseterusnya.

SetiapmembahassatupokokbahasanTutormengajukanpertanyaansesuaidenganyangtercantumdibuku/modul

Tutorperlumemikirkanpenerapaninformasiyangdipelajaridalamkehidupansehari-hariwargabelajar.
PENGEMBANGANBAHANBELAJAR PANJARAKSI

KonsepDasar

Panduan Belajar Aksi (PANJARAKSI) merupakan bahan belajar yang disusun Tutorbersama warga
belajar yang didesain sesuai konteks lokal dengan menggunakan prinsippartisipatif dan memperhatikan
masalah yang dihadapi serta memanfaatkan potensi lokal.Sesuai dengan namanya, ciri-ciri PANJARAKSI
adalah (1) bersifat panduan dan manualyang masih bisa berkembang sesuai kebutuhan; (2) menggunakan
prinsip-prinsip BDPS; (3)bahan belajar ini dirancang aktif baik dari sisi content/materi; dan (4) bersifat
Aksi nyatauntuk menyelesaikan masalah yang dihadapi WARGA BELAJAR setelah
mempelajarinya.Dalam penyusunan PANJARAKSI, hal yang perlu menjadi pertimbangan adalah
sebagaiberikut:

Relevandengankebutuhanbelajarwargabelajar

Memotivasiwargabelajaruntukgiat belajar

Menarik bagiwargabelajaruntukdipelajari

Efektivitasbelajar

Kearifanlokal

Aplikatifbagiwargabelajar

LangkahPenerapan

Tutormelakukanobservasilingkungandanngobrolbersamawargabelajaruntukmengidentifikasimasalahdank
ebutuhanstrategis;

Tutormelakukankegiatananalisabersama
wargabelajaruntukmemahamimasalahdenganmenggunakaninstrumenbelajarBDPS

Tutorbersama wargabelajarmengidentifikasi dan memilih kegiatan


belajaryangsesuaidenganmasalahyangdihadapiolehwarga belajar.

Wargabelajardantutormendiskusikanhasilanalisisdanmengidentifikasistrategi/kegiatanuntukmemecahkan
masalah;

Warga belajarberkerjasamauntukbelajarCALISTUNGdanmemecahkanmasalah;

Memikirkanstrategi belajarBDPS:Diskusi,menulismembaca,berhitung,danadanya aksi atau penerapan


langsung yang dilakukan warga belajar bersama Tutorsetelah mempelajari informasi yang ada di
Panjaraksi, (bisa per-pokok bahasan,per-subpokokbahasan,atauper-bahanbelajar)
Memikirkanbelajarketerampilanuntukmelaksanakankegiatanaksi.

Tutor menyusun instrumen tes berdasarkan materi yang dikaji di Panjaraksi berupainstrumen (kerangka
tes) yang mengukur ”kemajuan” dan ”perbaikan” kemampuanCALISTUNG warga
belajardanaksi/penerapanhasilbelajarnya.

KarakteristikBahanAjarPanjaraksi

Kerangka pikir, informasi, dan materi diidentifikasi dan dibuat oleh Tutor bersamawarga belajar
berdasarkan kebutuhan warga belajar, pengalaman dan potensi yangtersedia.

Bersifat”bottom-up”,kontekslokal,disainlokal,danpartisipatif.

Karenasifatnyapanduan,makainformasi/isimateriakanberkembangsesuaikebutuhan

Bentukbahanbelajarberupa:

Panduan/manualyangdapatberkembang(informasitidakberhenti)

Petunjuk dan instrumen BDPS untuk membantu tutor mengelola KBM denganlebih sistematis dengan
membantu warga belajar menganalisis pengalaman lebihdalamtentangtopikyangdipilihnya;

Bacaandibuat olehTutorbersamaWB;dan

Adanyasaran-saranaksinyatayangharusdilakukanWBdalamkehidupansehari-hari.

Evaluasi: berupa pertanyaan kunci yang dapat dikembangkan berdasarkan


kebutuhanyangbertujuanuntukmenilaikemajuanWB(tidaksekedarmenjawabpertanyaan).

PengembanganBahanBelajarPanjaraksi

Berdasarkan salah satu prinsip andragogi, warga belajar buta aksara tidak tertarikuntuk belajar
mtaembaca dan menulis, jika mereka tidak melihat keuntungan/manfaat darimembaca dan menulis. Atas
dasar itu,salah satu alternatif agar mereka merasa terlibat
didalamnya,sesuaiminatdankebutuhannya,sesuaipengalamandaninformasiyangdimilikinya, dan sesuai
dengan permasalahan keaksaraan (CALISTUNG) yang dihadapinya,serta sesuai dengan tingkat
perkembangan usianya perlu disusun bahan belajar yang dapatmenjawabpersoalan-
persoalanitu,yangdisebutPANJARAKSI.

TujuanpengembanganPanjaraksiadalahdalamrangkamenghilangkanketergantungan terhadap buku/modul


paket A yang diterbitkan oleh pusat (bersifat top
down),dandiperkirakanfungsionalolehpembuatkebijakan(pemerintah).Darihasilujicobatersebut,parapamon
gbelajar,TLD/PenilikdanTutorternyatamampumembuatbahanbelajar yang didesain sesuai konteks lokal,
sesuai dengan kebutuhan dan pengalaman belajarmereka. Dilihat dari sisi bentuk dan biaya,
PANJARAKSI ini lebih murah dan
sederhanakarenatidakselaluharusdicetakdandidistribusikankedaerahlainyangbelumtentupersoalan,kebutuh
an,minat,danpotensinyasama.

Dalam menyusun dan mengembangkan PANJARAKSI, prinsip-prinsip yang harusdiperhatikan,adalah:

Dipusatkanpadamasalah-masalahnyatadanyangdihadapiWargabelajardanmasyarakatlingkungannya;

Disesuaikandengantingkatkeaksaraandanketerampilankeaksaraanwargabelajar;

Mencakup jenis tema sesuai kebutuhan warga belajar sesuai kegiatan sehari-hariwarga belajar;

Dirancangagardapatmendorongwargabelajaruntukbelajaraktifdanmandiri(4)Mengungkapkan/menggambar
kan masalah krusial umum yang dihadapi wargabelajar,danmemberikanpemecahanmasalah.

Memancingwargabelajaruntukmengungkapkanpengalamandanpartisipasiaktifmereka

Sederhana,merangksangdanmenarik

Memungkinkanuntukdigunakannyamedia-mediabelajaryangdapat diusahakankelompokbelajar.

Disediakanpetunjukbelajardanpenilaiankemajuanwargabelajar.

Karakteristikdan kelebihandari
PANJARAKSIadalah:(1)materi/informasidigaliberdasarkankemampuankeaksaraanwargabelajardalamsatu
kelompokbelajar;

(2) warga belajar tidak hanya menyalin dan mempelajari, tetapi ikut memikirkan materiCALISTUNG apa
yang dibutuhkan dan aksi/penerapan apa yang dilakukan; (3)
Terjadiinteraksi/kerjasamaantaraTutordanwargabelajardalammenyusunmateriPanjaraksi,

(4)Karenasifatnyapanduan,makadisediakanpertanyaankunci danadanyaunsurpenelitian sederhana dengan


memunculkan masalah, yang dibahas/didiskusikan, ditulisdandibacasertadilakukanaksibersamaantara
Tutordanwargabelajar.

PENGEMBANGANBAHANBELAJARTEMATIK

KonsepDasar

Tema pembelajaran yang disajikan tutor dalam proses pembelajaran


KeaksaraanFungsionaltidakdatangbegitusaja,tetapimelaluiprosespenggalianminatdankebutuhan,
pengalaman, pemilihan dan keputusan bersama di kelompok belajar. UpayaTutor dalam mencari,
menemukan, memilih dan menetapkan tema-tema belajar, yangdilakukan dalam proses pembelajaran
itulah yang disebut bahan belajar Tematik. Bahanbelajar tematik adalah suatu sarana/media bahan yang
berisi cakupan materi dari suatubahasan materi yang terkait dengan masalah, dan kebutuhan lokal yang
dijadikan temaataujuduldanakandisajikandalamproses pembelajarandikelompokbelajar.
LangkahPenerapan

Adapuntahappembelajarankeaksaraandenganmenggunakanbahanbelajartematikadalahsebagaiberikut:

Tutor menyampaikan danmemperkenalkanberbagai masalah kehidupan sehari-


hari,melaluipenyajianceritadanpenggunaanberbagaimediabelajar.

Tutor bersama warga belajar mendiskusikan masalah dan berbagai gagasan


yangberkaitandenganmasalahyangdihadapiwargabelajar.

Bersama-sama mencari dan mendiskusikan beberapa kata kunci yang berhubungandengan masalah dan
gagasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari wargabelajar.

WB belajar dan berlatih menggunakan kata-kata kunci yang sudah dikenal olehwarga
belajaruntukmemperluas/mengkaitkandengankata-katabaru.

Setelah warga belajar memahami (dapat membaca dan menulis) kata kunci
tersebut,kemudiandiuraimenjadisuku-
kata,danmenguraisukukatamenjadihuruf.Kemudianhuruf/sukukatatersebutdirangkaimenjadikatakuncibaru
yangbermaknabagiwargabelajar.

Wargabelajarmerangkaikata-katadalamsuatukalimatyanglengkap.

Warga belajar bersama Tutor membuat satu tulisan lengkap, dan melaksanakankegiatan
yangberhubungandenganpermasalahanyang dihadapiwargabelajar.

PengembanganBahanBelajarTematik

Tema-tema umum, yang di istilahkan dengan tematik, awalnya


dikembangkanolehPauloFreireyangberbasispadapendidikanpemunculanmasalah(problempossingeducatio
n)melaluiprosespenyadaranwargabelajartentangduniakehidupannya (realita). Sebenarnya bentuk
pembelajaran tematik ini berupa penyajiangambar-gambar yang melukiskan situasi kehidupan nyata
dalam bentuk simbol ataugambar.Serayamengamatigambar-
gambarataupostertersebut,wargabelajardirangsang untuk mengenali kenyataan kehidupan mereka dan
selanjutnya
ditantanguntukmerefleksikandanmemikirkankenyataantersebut(berbasispadarealitasmasyarakat).

Dalam proses pembelajarannya, digunakan pula tema-tema penggerak dan kata-kata kunci yang diangkat
dari masalah kehidupan masyarakat dan mengandung maknalangsung bagi kehidupan warga belajar.
Kata-kata kunci tersebut, dipilih dari berbagaialternatif kata yang diajukan oleh para warga belajar,
kemudian kata-kata yang telahdipilih digunakan sebagai tema belajar untuk memancing pikiran kritis
warga belajar,sejak awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan pembelajaran. Alasan
digunakannyametode“katakunci”dan“pengembangantemaumum”iniadalahberdasarkanpertimbangan
pentingnya menghubungkan baca-tulis dengan kehidupan nyata sehari-hari. Inti pembelajaran tematik,
adalah untuk mengajak dan menyadarkan warga belajaragar terlibat dalam masalah yang dihadapi terus
menerus (tetapi kurang disadari), yangsebenarnya mengganggu situasi dan keadaan mereka. Oleh karena
itu, langkah pertamayang mungkin dijalankan adalah mengaitkan masalah-masalah yang menjadi
kendalasetiapsaat,menjadipotensipembelajaranyangbermanfaatkedalamprosespembelajaranKeaksaraanFu
ngsional.Dengandemikian,wargabelajartidaksajahanya

belajartentangkata-
kata(CALISTUNG),tetapijugadiajak“membaca”danberfikirtentangkehidupannyatayangseringdialami.

Disampingitu,prosespembelajarankeaksaraanmenggunakanmetodekatakunci dan pengembangan tema-


tema umum, tidak berfungsi hanya sekedar pengalihan-pengalihan informasi belaka. Implikasinya, proses
pembelajaran CALISTUNG tidakhanya sekedar pemindahan pengetahuan dengan hafalan, melainkan
mengajak wargabelajar untuk belajar dari dunia kehidupannya. Contoh seorang petani yang
mengalamigagal panen,dapatditariksuatu tema-temamenarikuntukdijadikan sebagai
bahanbelajarseperti;“Carapenanggulanganhama”,“Carapenggunaanpestisida”dansebagainya.Tema-
temainijauhlebihmenarikdanmenguntungkandikembangkanmenjadi tema belajar, dari pada mengambil
tema di luar permasalahan yang dihadapioleh petani pada saatitu. Keunggulan dari bahanbelajar
tematikadalah (1)bahanbelajarini didasarkan padapenggunaan topik-topikyangbermaknabagi
kehidupanmasyarakat; (2)wargabelajardiberi kesempatan untukmemberimasukan terhadapproses dan
materi belajar; (3) dimungkinkan adanya variasi kegiatan, bukan sekedarbelajar membaca dan menulis;
dan (4) warga belajar dapat melihat dan merefleksikan,serta
mendiskusikanberbagaimasalahkehidupanyangmerekaalami.

Upaya tutor dalam mencari, menemukan, memilih dan menetapkan tema-temabelajar yang dilakukan
dalam proses pembelajaran itulah yang disebut
PembelajaranTematik.Sedangkanpenyusunanbahanajaradalahsuatuupayamerumuskanataumerancang
materi dan alat yang akan disajikan dalam proses pembelajaran berdasarkantema-tema yang telah
ditetapkan. Pemilihan tema dalam proses pembelajaran denganmenggunakan pendekatan pembelajaran
dengan melibatkan warga belajar dapat dimulaipada saat tutor berhadapan dengan warga belajardalam
kelompok belajar. Oleh sebabitu sebelum memulai proses pembelajaran kesiapan tutor amat diperlukan
agar hasil dandampakbelajardapatdicapaisecaraoptimal.

Setiap warga belajar memiliki minat dan kebutuhan yang berbeda dengan wargabelajarlainnya. Perbedaan
dapatdilihatpula dari lingkungannya seperti desa, kota,daerah pantai, pegunungan dan daerah
terpencil.Ada warga belajar yang lebih berminatuntuk mempelajari bidang pertanian dibandingkan
dengan perdagangan. Terdapat pulawarga belajar yang tertarik pada bidang perdagangan dari pada bidang
seni. Oleh karenaitudituntutkemampuantutoruntukdapatmemilihtemapembelajaranyangsesuaidengan
minat dan kebutuhan warga belajar, dan dapat menyusun bahan belajar
sesuaidengantemayangdipilih.Situasibelajaryangterjadipadasaattutormelakukanpembelajaran juga dapat
menentukan pemilihan tema. Perumusan tema dan bahan
ajarbertujuanagarprosespembelajaranmemperolehhasilbelajaryangmaksimalbagiwarga belajar. Tugas
tutor adalah memilih tema dan menyusun bahan ajar yang sesuaidengan
minatdankebutuhanwargabelajar,bukanditekankanpadakemauantutor.
KarakteristikBahanBelajarTematik

kerangkapikir danbahanbelajar dibuatolehtutor/pamongbelajarataupenulisnaskah

Informasi/materidiidentifikasiberdasarkantema-temaumumyangmenjadi

masalah(generativethemes) bersamadalammasyarakat;

Strukturpenulisanbersifatkombinasitop-downdanbottom-up;

Bentukbahanbelajar:

biasanyaberupaleaflet,poster/booklet,buku/modul

disediakanpetunjukbelajar

materiberupawacana/bacaantematikyang dipelajariwargabelajar;

evaluasi:berupapertanyaanyangtidakhanyaberkaitandenganwacanatapijuga denganmasalahyangdihadapi

5)

Langkah-langkahpenyusunanbahanbelajartematik

Identifikasimasalahyangsangatdirasakanolehwargabelajar

Analisisdatadanidentifikasikebutuhan

Penyusunanskalaprioritas

Pemilihantema

Pemilihanbentukbahanbelajar

Pemilihanisiataumateri

Penulisan, ilustrasi,danediting

Pra-tesnaskahbahanbelajar

Revisinaskahdanpersiapancetak

Pencetakkan

Pendistribusian
Prosesbelajardengan bahanbelajartematik

Prosespembelajaran keaksaraan dengan menggunakan bahan belajar


tematikdapatdilakukandengantahapan sebagaiberikut:

Tutor menyampaikan dan memperkenalkan berbagai masalah kehidupan sehari-harisebagai tema


penggerak diskusi, dapat berupa; gambar, ceritera, film/video, dialog,kasus.

Tutorbersamawargabelajarmendiskusikanmasalahdanberbagaigagasanyangberkaitandenganmasalahyangd
ihadapiwargabelajar.

Bersama-sama mencari dan mendiskusikan beberapa kata kunci yang


berhubungandenganmasalahdangagasanyangberkaitandengankehidupansehari-hari wargabelajar.

WB belajar dan berlatih menggunakan kata-kata kunci yang sudah dikenal oleh
wargabelajaruntukmemperluas/mengkaitkandengankata-katabaru.

Setelah warga belajar memahami (dapat membaca dan menulis) kata kunci tersebut,kemudian diurai
menjadi suku-kata, dan mengurai suku kata menjadi huruf. Kemudianhuruf/suku kata tersebut dirangkai
menjadi kata kunci baru yang bermakna bagi wargabelajar.

Wargabelajarmerangkaikata-katadalamsuatukalimatyanglengkap.

WargabelajarbersamaTutormembuatsatutulisanlengkap,danmelaksanakankegiatan
yangberhubungandenganpermasalahanyangdihadapiwargabelajar.

DaftarPustaka

Direktorat Pendidikan Masyarakat. (2004). Data Sasaran Program Tahun 2004. Jakarta:
ProyekPengembanganPendidikanLuar Sekolah.

Direktorat Pendidikan Masyarakat. (1998). Pedoman Pelatihan Tutor Keaksaraan Fungsional.


Jakarta:DirektoratPendidikanMasyarakat.

DirektoratPendidikanMasyarakat.(2005).AcuanBahanBelajarPendidikanKeaksaraanFungsional.

Jakarta:Direktorat JenderalPendidikanLuarSekolahDepdiknas.

DirektoratPendidikanMasyarakat.(2006).PanduanUmumPelatihan ProgramKeaksaraanFungsional.

Jakarta:DirektoratJenderalPendidikanLuarSekolahDepdiknas.

InstruksiPresidenRepublikIndonesiaNomor5
tahun2006.GerakanNasionalPercepatanPenuntasanwajibBelajarPendidikandasarSembilanTahundanPemb
erantasanButaAksara.

Kusnadi et al. (2005), Pendidikan Keaksraan Filosofi, Strategi, Implementasi, Jakarta : Ditjen
PLS.YunusI., (2000).PenyusunanBahanBelajarPendidikanKeaksaraan. Jakarta:DirektoratPendidikan
Masyarakat,DitjenPLSPDepdiknas.

Anda mungkin juga menyukai