Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SIKAP MAHASISWA TERHADAP BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :

NAMA : KETCIA FODI FRISA


NIM : 144820121030
PROG STUDI : FARMASI

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (UNIMUDA) SORONG
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang
berjudul ‘”Perkembangan Pendidikan Di Indonesia” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Pada kesempatan ini kami tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Melalui kata pengantar ini kami terlebih dahulu meminta maaf bila mana isi makalah
ini ada kekurangan dan ada penulisan kami yang kurang tepat. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna kesempurnaan penulisan makalah di
masa yang akan datang. Dan semoga makalah ini bermanfaat.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sikap.................................................................................................................2
2.2. Sikap Bahasa.....................................................................................................2
2.3. Sikap Mahasiswa Terhadap Bahasa Indonesia.................................................3
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberadaan bahasa Indonesia dilindungi oleh Undang-Undang. Bahkan Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 2009 khusus dibahas bahasa, bendera, dan lambang negara. Hal ini
berarti, keberadaan serta keberlangsungan bahasa Indonesia memiliki kekuatan hukum yang
jelas dan kuat. Tentu saja perlindungan ini tidak begitu saja, melainkan terdapat berbagai hal
yang melatarbelakangi. Seiring kemajuan teknologi, bahasa Indonesia bukan merupakan satu-
satunya bahasa yang dikuasai oleh seseorang. Kemajuan teknologi membawa pada
kemudahan berkomunikasi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal inilah yang
kemudian menjadikan seseorang tidak hanya dapat berbahasa Indonesia, tetapi juga
berbahasa lain. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang ingin dan dapat berbahasa selain
bahasa Indonesia.
Dalam ilmu bahasa, bahasa selain bahasa Indonesia yang berasal dari negara lain
disebut bahasa asing. Saat ini, banyak tempat kursus bahasa asing, seperti bahasa Inggris,
bahasa Jepang, bahasa Mandarin, dan bahasa Korea. Bahasa-bahasa asing ini sengaja
dipelajari untuk membekali para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Selain
itu, penguasaan terhadap bahasa asing dapat memudahkan seseorang dalam berkomunikasi di
media sosial. Semakin terbuka dan mudahnya komunikasi lintas negara telah memunculkan
fenomena tertentu terhadap bahasa Indonesia. Fenomena tersebut berupa semakin
berkurangnya para pengguna bahasa Indonesia, terutama di kalangan pemuda atau
mahasiswa. Hal ini didukung dengan adanya anggapan bahwa orang yang pandai adalah
orang yang fasih berbahasa asing. Dalam hal ini adalah bahasa Inggris.

1.2. Rumusan Masalah


Dari Latar Belakang Di Atas Dapat Diambil Rumusan Masalah Yaitu Bagaimana
Sikap Mahasiswa Terhadap Bahasa Indonesia ?

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sikap
Menurut Triandis (melalui Suhardi, 1996: 22) sikap didefinisikan sebagai “an idea
charged with emotion which predisposes a class of actions to a particular class of social
situations” (suatu gagasan yang mengandung emosi yang mempengaruhi sekelompok
tindakan terhadap sekelompok situasi sosial tertentu). Dalam bahasa Indonesia, kata sikap
dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri yang tegak, perilaku atau gerak-gerik, dan
perbuatan atau tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan (pendirian, keyakinan, atau
pendapat) sebagai reaksi atas adanya suatu hal atau kejadian. Sikap adalah fenomena
kejiwaan, yang biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku.
Sikap memiliki tiga komponen, yaitu (1) komponen kognitif, menyangkut
pengetahuan mengenai alam sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang
dipakai dalam proses berpikir; (2) komponen afektif, menyangkut masalah penilaian baik,
suka atau tidak suka, terhadap sesuatu atau suatu keadaan; (3) komponen konatif,
menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai “putusan akhir” kesiapan reaktif terhadap suatu
keadaan (Lambert melalui Chaer, 2004: 150).

2.2. Sikap Bahasa


Menurut KBBI (1991: 938) sikap bahasa merupakan posisi mental atau perasaan
terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Fasold
(2001: 148) menyatakan bahwa sikap bahasa adalah segala macam perilaku tentang
bagaimana bahasa diperlakukan, termasuk sikapsikap terhadap usaha perencanaan dan
pelestarian bahasa. Hal ini didukung oleh pernyataan Rahayu dan Ari Listiyorini (2009: 3)
yang mengungkapkan bahwa sikap bahasa berkaitan langsung dengan sikap penuturnya
dalam memilih dan menetapkan bahasa. Sikap bahasa ditekankan pada kesadaran diri sendiri
dalam menggunakan bahasa secara tertib (Pateda, 1990: 30).
Sumarsono (melalui Purwo, 2000: 197) menyatakan bahwa hubungan antara sikap
bahasa dan penggunaan bahasa memang bisa positif atau negatif. Garvin dan Mathiot
(melalui Chaer, 2004: 152) mengemukakan tiga ciri sikap bahasa (sikap positif), antara lain
yaitu; (1) kesetiaan bahasa (language loyality) yang mendorong suatu masyarakat suatu
bahasa mempertahankan bahasanya, dan apabila perlu mencegah bahasa lain, (2) kebanggaan
bahasa (language pride) yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan
menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat; (3) kesadaran akan
5
norma bahasa (awareness of the norm) yang mendorong orang menggunakan bahasanya
dengan cermat dan santun, dan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap
perbuatan yaitu kegiatan menggunakan bahasa (language use).
Kesadaran akan norma bahasa adalah suatu posisi/keadaan dari diri seseorang untuk
patuh terhadap suatu aturan. Kesadaran ini mendorong seseorang untuk menggunakan bahasa
sesuai dengan kaidah atau tata bahasa baku yang berlaku dalam bahasa tersebut. Dalam
proses pembelajaran bahasa Indonesia, kesadaran akan norma bahasa dilihat dari bagaimana
siswa menggunakan bahasa sesuai dengan konteks situasi dengan siapa dan dalam situasi
seperti apa.
Kesadaran akan norma mendorong masyarakat pemakai bahasa untuk memakai
bahasanya secara baik, benar, santun, dan layak (Sumarsono, 2002: 365). Dalam proses
pembelajaran, khusunya pembelajaran bahasa Indonesia, pemakaian bahasa secara baik dan
benar dilihat dari kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia yang berlaku. Pemakaian bahasa
secara santun tercermin dalam tuturan seseorang untuk berujar sesuai dengan konteks situasi.

2.3. Sikap Mahasiswa Terhadap Bahasa Indonesia


Mayoritas mahasiswa menyatakan bahwa bahasa Indonesia menarik. Hal ini
dikarenakan bahasa Indonesia merupakan bahasa identitas negara Indonesia. Oleh karena itu,
sangat wajar jika semua orang Indonesia belajar bahasa Indonesia.
Sebagian besar mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran. Hal
ini dikarenakan para pengajar juga menggunakan bahasa Indonesia. Demikian juga dengan
mahasiswa lain. Rerata mahasiswa merasa malu jika tidak berbahasa Indonesia ketika proses
belajar di kelas. Selain itu, fenomena ini menjadi bukti bahwa mahasiswa masih mencintai
bahasa Indonesia daripada bahasa asing. Mahasiswa merasa lebih nyaman jika berdiskusi
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini karena mahasiswa tidak dari tempat atau
daerah yang sama sehingga bahasa yang digunakan pun berbeda. Misalnya, mahasiswa yang
berasal dari Kuningan dan Majalengka biasa menggunakan bahasa Sunda sedangkan
mahasiswa yang berasal dari Cirebon dan Indramayu berbahasa Jawa. Demi menghindari
ketidakmengertian dalam berdiskusi maka digunakan bahasa Indonesia.
Mahasiswa sangat menyadari peran bahasa Indonesia dalam pendidikan. Hal ini
ditunjukkan dengan selalu menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya kepada dosen.
Penggunaan bahasa Indonesia memang dapat membantu dalam proses belajar di kelas.
Perbedaan latar belakang budaya dan bahasa dapat diselesaikan dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Mahasiswa juga tidak perlu belajar keras untuk menguasai bahasa Indonesia
6
karena sejak dari kecil sudah menggunakannya. Demikian juga ketika menjawab pertanyaan
dosen. Mahasiswa memilih menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini untuk menghindari
ketidakmengertian jika menggunakan bahasa daerah. Bisa jadi karena dosen dan mahasiswa
berasal dari wilayah yang memiliki bahasa daerah berbeda. Mahasiswa tidak ragu untuk
menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Walaupun kadang unsur
kedaerahan tetap muncul, tetapi itu sebatas dialek dan bukan pada kosakata yang digunakan.
Ketika berdiskusi di luar kelas, mahasiswa tidak menggunakan bahasa Indonesia. Hal
ini karena diskusi dilakukan secara tidak formal dan hanya diikuti oleh beberapa orang.
Penyataan ini bertautan dengan pernyataan selanjutnya. Hanya sedikit mahasiswa yang
menggunakan bahasa Indonesia ketika berada di luar kelas. Rerata mahasiswa menggunakan
bahasa daerah masing-masing. Hal ini untuk lebih menciptakan keakraban. Apalagi bagi para
mahasiswa yang berasal dari perantauan. Penggunaan bahasa daerah dapat juga mengobati
kerinduan pada kampung halaman. Telah jamak diketahui bahwa mahasiswa merupakan
individu yang dinamis. Mahasiswa lebih suka menggunakan bahasa Indonesia tidak baku
dikarenakan lebih santai. Bahasa Indonesia resmi mengakibatkan seperti ada jarak. Jika
berbicara dengan sesama mahasiswa, bahasa santailah yang menjadi pilihan. Namun ketika
berbicara dengan dosen, mahasiswa akan memilih menggunakan bahasa Indonesia formal.
Rata-rata mahasiswa percaya bahwa bahasa Indonesia akan tetap eksis meskipun di
tengah bahasa-bahasa asing, seperti Korea, Mandarin, Jepang, Perancis, dan Spanyol. Hal ini
dikarenakan pengguna bahasa Indonesia sangat besar. Seluruh warga negara Indonesia tentu
saja menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari. Walaupun tidak jarang
mahasiswa juga mempelajari bahasa asing, tetapi bahasa Indonesia tetap menjadi rujukan
utama.

7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
sikap bahasa adalah segala macam perilaku tentang bagaimana bahasa diperlakukan,
termasuk sikapsikap terhadap usaha perencanaan dan pelestarian bahasa. Mayoritas
mahasiswa memiliki sikap bahasa yang baik. Hal ini dibuktikan dengan pemahaman akan
kaidah bahasa Indonesia yang sudah baik juga. Demikian juga pada aspek afektif. Meskipun
memelajari bahasa asing, mahasiswa tetap bangga dan menggunakan bahasa Indonesia.
Adapun faktorfaktor yang menyebabkan kecenderungan sikap bahasa tersebut: 1) mahasiswa
menyadari peran penting bahasa Indonesia dalam pendidikan, 2) mahasiswa lebih percaya
diri jika berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia, dan 3) mahasiswa yakin bahwa
bahasa Indonesia akan tetap eksis karena banyaknya jumlah penggunanya.

8
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (TT). Sekilas tentang Sejarah Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. (1995). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Rineka Cipta:
Jakarta.
Yusuf, Syamsu. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai