Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PEMBINAAN DI LINGKUNGAN` KELUARGA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia yang diampu oleh Nana T. Winata, S.S., M. Pd.

Oleh :

Ike Jihan Melinda (882010118018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami sampaikan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia nya kepada kami selaku penulis dan penyusun, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas individu untuk mata kuliah “Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Indonesia”. Pembinaan kali ini dalam lingkungan keluarga.

Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat seperti adik, dan
ponakan saya yang sudah menjadi peserta atau sasaran dari pembinaan di lingkungan
keluarga kali ini. Saya sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,
baik dari segi penyusunan maupun kelengkapan dan ketepatan isi makalah.

Untuk itu  kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar selanjutnya dapat
ditingkatkan dan disempurnakan. Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat,
diterima dan digunakan sebagai acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.

Indramayu, 26 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI DAN METODE

2.1 Landasan Teori........................................................................................................3


2.2 Metode.....................................................................................................................5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia dalam Lingkungan Keluarga....6


3.2 Upaya Meningkatkan Kegairahan Penggunaan Bahasa Indonesia..........................8
3.3 Peran Penting Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dalam Lingkungan Keluarga
.................................................................................................................................9

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan............................................................................................................10
4.2 Saran..................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

LAMPIRAN.......................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembinaan bahasa Indonesia merupakan upaya yang berubungan dengan pelaksanaan
kegiatan penyebaran bahasa Indonesia ke khalayak sasaran dengan berbagai cara seperti:
penyuluhan, penataran dan pelatihan. Kegiatan-kegiatan itu dapat dilakukan dengan cara
tatap muka atau tidak tatap muka. Kegiatan yang dilakukan dengan cara tatap muka
dilakukan di ruangan maupun lapangan, sedangkan kegiatan yang dilakukan dengan cara
tidak tatap muka berlangsung melalui media, baik media cetak, media audio maupun
media visual.
Kita sering mendengar istilah pembinaan dan istilah pengembangan bahasa Indonesia
dalam kehidupan berbahasa sehari-hari. Kata pembinaan tentu saja berhubungan erat
dengan kegiatan membina, sedangkan kata pengembangan sangat berhubungan dengan
kegiatan mengembangkan bahasa. Oleh sebab itu, membina bahasa Indonesia bisa
dimulai dari keluarga. Keluarga, terutama para kaum Ibu, sangat mungkin untuk
memberikan bimbingan berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Anjuran untuk
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar sudah sering kita dengar, tetapi
belum tentu pemahaman dan penafsiran kita sama tentang makna ungakapan itu.
Pembinaan dan pengembangan bahasa merupakan usaha dan kegiatan yang dilakukan
untuk memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia supaya dapat memenuhi fungsi
dan kedudukannya. Kedudukan bahasa Indonesia kini semakin kuat sebagai wahana
komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Bahasa
Indonesia merupakan alat pertama dan utama untuk membangun arus pemikiran yang
jelas dan teliti. Bahasa Indonesia merupakan alat pokok fundamental dalam proses
pendidikan. Begitupun halnya dengan bahasa daerah dan bahasa asing yang juga
digunakan sebagai wahana komunikasi yang memiliki fungsi dan kedudukan masing-
masing.
1.2 Rumusan Masalah
Ada dua masalah yang perlu dibahas dalam penelitian ini.
1. Bagaimana pembinaan perkembangan bahasa Indonesia dalam ruang lingkup
keluarga?
2. Bagaimana upaya meningkatkan kegairahan penggunaan bahasa Indonesia?

1
3. Apa saja peran penting pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam
lingkungan keluarga?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ada dua.
1. Untuk mengetahui perkembangan bahasa Indonesia di ruang lingkup keluarga.
2. Untuk mengetahui upaya peningkatan kegairahan menggunakan bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui peran penting bahasa Indonesia dalam lingkungan keluarga.

2
BAB II

LANDASAN TEORI DAN METODE

3.1 Landasan Teori


A. Hakikat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia

Tarigan (2008) mengemukakan adanya delapan prinsip daasar hakikat bahasa, yaitu
(1) Bahasa adalah suatu sistem, (2) Bahasa adalah vokal, (3) Bahasa tersusun daripada
lambang-lambang arbitrari, (4) Setiap bahasa bersifat unik, (5) Bahasa digunakan daripada
kebiasaan-kebiasaan, (6) Bahasa ialah alat komunikasi, (7) Bahasa berhubungan erat dengan
tempatnya berada., dan (8) bahasa itu berubah-ubah. Hubungan kedekatan yang tidak dapat
dipisahkan antara sistem dengan proses ini dilukiskan oleh Kledden dengan kalimat: ‘Tanpa
proses sebuah struktur (sistem) akan mati, tanpa struktur (sistem) proses akan kacau”. Jadi,
antara hakikat bahasa dan fungsi bahasa itu sendiri merupakan suatu konsep dua fungsi
bahasa.

Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional adalah salah satu fungsi dari bahasa
Indonesia. Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa
Indonesia”. Maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai Bahasa nasional dan bahasa negara.
Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional: lambang kebangsaan nasional, lambang identitas
nasional, alat penghubung antar budaya dan antar daerah, dan alat pemersatu berbagai
masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya.

Pembinaan diturunkan dari kata membina yang memiliki makna ‘proses membina’ atau
‘tindakan membina. Jadi, pembinaan bahasa Indonesia adalah usaha yang dilakukan dengan
sadar, terencana, dan sistematis mengenai peningkatan mutu bahasa Indonesia dengan baik
dan benar sehingga masyarakat pemakai bahasa Indonesia memiliki kebanggaan dan
kegairahan untuk menggunakannya.

Setiap WNI, sebagai warga masyarakat, pada dasarnya adalah pembina bahasa
Indonesia. Hal itu tidak berlebihan karena tujuan utama pembinaan bahasa Indonesia ialah
menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif tersebut
tercermin jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing.
Setiap warga negara yang baik mesti malu apabila tidak dapat menggunakan bahasa

3
Indonesia dengan baik dan benar. Sebaliknya, apabila yang muncul adalah sikap negatif,
maka akan berdampak pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina dengan baik.

Pembinaan bahasa Indonesia sebagai kegiatan yang bersistem dan berencana,


mempunyai komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling berpengaruh.
Komponen-komponen tersebut sebagai berikut :

a. Target (sasaran yang akan dibina)


Komponen ini dapat dikelompokkan atas masyarakat umum/awam dan masyarakat
terpelajar. Masyarakat terpelajar dapat dikelompokkan lagi atas tingkat dasar, menengah,
dan tinggi. Dalam penelitian ini saya akan membina di lingkungan keluarga.
b. Proses Pembinaan
Komponen ini menyangkut sasaran-sasaran proses. Misalnya, masyarakat yang dibina
diharapkan dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan kaidah yang benar, dan
menggunakannya sesuai kedudukan dan fungsinya, dan bangga serta bergairah dalam
menggunakannya.
c. Hasil Pembinaan
Komponen ini menyangkut hasil yang diharapkan, yaitu masyarakat pemakai bahasa
Indonesia yang bangga dan gairah dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar serta menganggap bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa-bahasa modern lain.
d. Perangkat Alat Pembinaan
Komponen ini meliputi program pembinaan, tenaga pembina, sistem pengelolaan, dan
sarana.
e. Keadaan yang Ada pada Keluarga yang Dibina
Komponen ini menyangkut keadaan masyarakat Indonesia yang berhubungan dengan
keadaan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Misalnya, pada lingkungan keluarga
keadaannya yaitu masih kurangnya rasa kebermilikan atau bangga menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
B. Pembinaan Sikap Berbahasa Indonesia

Masyarakat Indonesia dianjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik


dan benar sesuai dengan lingkungan dan keadaan yang dihadapi benar sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia. Hal itu, tentu saja tidak terlepas dari tujuan pembinaan bahasa
Indonesia:

4
1. Menumbuhkan dan membina sikap bahasa yang positif. Target yang hendak
dicapai dalam kegiatan “pembinaan” bahasa yang amat penting adalah
menumbuhkan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif itu
sendiri kita dapat menumbuhkan rasa cinta, rasa memiliki, rasa berkewajiban
untuk mempertahankan, dan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia.
2. Meningkatkan kegairahan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kegiatan pembinaan juga mempunyai target dalam meningkatkan kegairahan
berbahasa Indonesia.
3. Peningkatan mutu serta disiplin penguasaan bahasa Indonesia dalam segenap
lapisan masyarakat. Kegiatan pembinaan harus pula terlihat dalam kegiatan
meningkatkan keikutsertaan khalayak sasaran di dalam menjaga mutu bahasa
Indonesia.
C. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat
pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam
Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata
bahasa). Bahasa yang baik dan benar memiliki empat fungsi (Charlie, 1999):

1. Fungsi pemersatu kebhinekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas-


batas kedaerahan
2. Fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan
dengan bangsa lain.
3. Fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar.
4. Fumgsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya
pemakain bahasa.
3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah. Dengan subjek penelitiannya yaitu


keluarga. Penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif pendekatan analisis isi
dengan jenis penelitian studi kasus. Data dan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa dokumen dan informan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Data dikumpulkan dengan cara mengkaji dokumen yang berupa jurnal dan
buku tata bahasa dan melakukan pembinaan mendalam dengan keluarga yang ada di
Rumah.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia dalam Lingkungan Keluarga

Anak-anak indonesia mempelajari bahasa daerah pada usia prasekolah, mereka


mempelejarai bahasa Indonesia di sekolah. Pada saat si anak memperoleh pengajaran bahasa
Indonesia di sekolah, keluarga juga dapat memantau anak-anak menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Di samping tetap membina bahasa daerah, keluarga harus
mulai membina bahasa Indonesia pada anak-anaknya. Dalam hal ini saya sebagai mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Univeristas Wiralodra melakukan pembinaan
terhadap keluarga saya yaitu kepada adik dan ponakan saya, yang dimana adik saya berumur
9 tahun dan Ponakan saya yang berumur 16 tahun tepatnya sekarang mereka ada dijenjang
pendidikan SD dan SMA.

Karena kebanyakan anak-anak Indonesia itu sebelum mempelajari bahasa Indonesia,


telah menguasai bahasa daerah mereka masing-masing. Sebagai contoh pada adik saya yang
duduk dibangku sekolah kelas 3 SD ini masih sering menggunakan bahasa daerah (bahasa
Jawa) sehari-harinya. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan seperti teman-teman sekolahnya
yang masih menggunakan bahasa daerah dalam berbicara sehari-harinya, serta terkadang juga
di rumah masih menggunakan bahasa daerah. Di sini saya mulai mengajarkan atau membina
adik saya untuk mulai membiasakan berbahasa Indonesia sehari-harinya. Diawali dengan
memperkenalkan kosa-kata bahasa Indonesia yang baku tujuannya agar adik saya terbiasa
dengan penuturan berbahasa seperti itu. Contohnya yang biasa menggunakan bahasa jawa
“De, punten emetaken nginung ning kulkas!” sekarang harus diganti dengan “Dik, tolong
ambilkan minum di kulkas!” perlahan-lahan jika kita selalu berbahasa Indonesia yang baik
dan benar saya yakin adik saya pun akan mengikutinya walaupun terkadang dalam
bertuturnya masih tercampur dengan bahasa jawa. Selain itu juga jika adik saya membawa
teman-temannya ke rumah untuk bermain dan saya mendengar ada yang masih memakai
bahasa daerah maka saya perlahan-lahan untuk mengingatkan agar memakai bahasa
Indonesia. Serta mengajarkan bagaimana berbahasa Indonesia yang baik atau sopan terhadap
orang yang lebih tua darinya yaitu melalui media yang sudah saya buat yaitu Jemuran Bahasa
yang dihias dengan sangat menarik agar adik saya dan teman-temannya mau belajar dan

6
mengenal bahasa Indonesia baik kata baku maupun kata tidak baku nya dengan sedikit demi
sedikit membantu nya ketika mengucapkan nama-nama barang seperti “Sendal” harusnya
“Sandal”

Pada dasarnya pemerolehan bahasa pada anak banyak tergantung pada atau
dipengaruhi oleh keluarga. Sehingga pendidikan dan pembinaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dapat dimulai di lingkungan keluarga, sehingga diharapkan beberapa tahun
mendatang generasi penerus mampu bernalar dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sekarang kita mengenal istilah prokem. Prokem adalah semacam bahasa identitas remaja
sekarang bisa dikatakan juga bahasa gaulnya anak remaja. Bahasa ini mampu
mengungkapkan rahasia di antara mereka. Orang luar sering tidak bisa memahami istilah-
istilah yang diungkapkan mereka, misalnya kata “bapak” diganti “bokap”, kata “ibu” diganti
“nyokap”, “ortuang tua” diganti “ortu”. Masih banyak lagi istilah-istilah prokem lainnya. Hal
semacam ini menunjukan pula, bahwa pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
perlu dilakukan di lingkungan keluarga, saya pun mengajarkan atau membina ponakan saya
dengan selalu membiasakan berbahasa Indonesia yang baku sebagai contoh ketika kita
sedang mengobrol secara langsung dan berkirim pesan di sosial media seperti WhatsApp.

Tidak hanya mengajarkan dan membina kata baku dan tidak baku saja, saya juga
memberitahu ponakan saya istilah dari padanan kata yang ponakan saya belum tahu seperti
kata “Daring” yang berarti “Online”. Awalnya ponakan saya ini tidak mengenal istilah
tersebut. Namun saat pandemi ini berlangsung maka pihak sekolahnya mengumumkan untuk
belajar “Daring” ponakan saya pun menanyakan langsung kepada saya arti dari padanan kata
tersebut. Saya juga mengajarkan penulisan kata “di” pada imbuhan dan pada yang
menyatakan tempat. Sebagai contoh: kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata
atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi bisa
berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau gabungan kata, misalnya bersama atau sampai
dengan. Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia "Kata depan di, ke, dan dari
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada”. Penulisan preposisi ini ditulis
terpisah, contoh: di rumah, ke kantor, dan dari Surabaya. Kesalahan yang paling umum
adalah penulisan kata seperti "dimana", "disana", "disini", yang seharusnya ditulis "di mana",
"di sana", "di sini"

7
Bentuk di mana sebenarnya merupakan bentuk pertanyaan; namun dalam
perkembangannya dalam bahasa berumpun Indo-Eropa dapat digunakan untuk menyambung
dua klausa tidak sederajat. Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat tersebut, bahasa
Indonesia tidak mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah who,
whom, which, atau where) atau variasinya ("dalam mana", "dengan mana", dan sebagainya).
Penggunaan "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan
naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pembinaan seperti ini termasuk
dalam fenomena kesalahan berbahasa tulis dan saya pun sebisa mungkin untuk memberikan
penjelasan mengenai penulisan kata dan ejaan kata yang benar menurut PUEBI. Hal ini agar
dapat mempermudah ponakan saya dalam mengerjakan tugas makalah maupun tugas-tugas
lainnya yang diberikan di sekolah. Dan saya pun membina nya dengan memberikan
pengarahan dan penjelasan yang dapat dipahami dengan memberikan atau memperlihatkan
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan rangkuman materi saya dari buku tata
bahasa untuk membantunya.

3.2 Upaya Meningkatkan Kegairahan Penggunanaan Bahasa Indonesia

Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah penggunaan yang sesuai
dengan lingkungan dan pemakaian bahasa, diperoleh ragam bahasa baik lisan maupun
tulisan. Jika berkomunikasi secara lisan maka digunakan ragam lisan dan jika berkomunikasi
secara tulisan maka digunakan ragam tulis. Seperti halnya pada pembinaan yang sudah saya
lakukan kali ini dimana saya membina ragam bahasa atau kosa kata baku dan tidak baku
kepada adik dan ponakan saya, serta fenomena kesalahan berbahasa lisan yaitu bahasa
prokem yang sering diucapkan oleh ponakan saya di lingkungannya dan fenomena kesalahan
berbahasa tulis yang sudah saya bahas pada pembahasan pertama.

Upaya meningkatkan kegairahan penggunaan bahasa Indonesia sendiri dilihat dengan


bagaimana kita berkomunikasi secara lisan. Kita harus dapat membedakan ketika kita berada
di lingkungan dan situasi bahasa yang seperti apa. Jika kita berbahasa lisan dengan orang
yang lebih tua contohnya dalam lingkungan keluarga berbicara dengan orang tua sebisa
mungkin kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan ketika salah
satu dari keluarga kita sedang kumpul bersama semisalnya ada acara keluarga, dan masih ada
yang berbicara menggunakan bahasa daerah kita jangan segan untuk membina atau
memberikan kosa kata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena upaya ini terkadang
juga disepelekan tetapi dampak positifnya dapat mengubah kebiasan berbahasa kita. Tetapi

8
kita juga dapat memposisikan kapan kita berbahasa daerah dan berbahasa Indonesia. Dengan
perkataan lain, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik adalah penggunaan ragam-ragam
bahasa Indonesia sesuai dengan keadaan atau lingkungan komunikasi.

Penggunaan bahasa Indonesia dengan benar adalah penggunaan yang disesuaikan


dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam ragam tulis, kaidah itu tertera pada buku (1)
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), (2) Pedoman umum pembentukan istilah,
(3) Tata bahasa baku bahasa Indonesia.

3.3 Peran Penting Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dalam Lingkungan Keluarga

Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang saya lakukan kali ini sangat
berperan penting terutama dalam lingkungan keluarga, karena keluarga lah tempat pertama
kita mendapatkan sumber informasi atau pengembangan bahasa yang pertama atau yang
biasa disebut bahasa Ibu. Selain itu pembinaan dan pengembangan bahasa secara umum
berperan serta dalam meningkatkan kegairahan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, disini saya dituntut untuk meningkatkan mutu dan disiplin penggunaan serta
penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini perlu dilaksanakan agar
penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan perkembangannya.

Perkembangan itu tidak jarang membawa perubahan. Oleh karena itu upaya
peningkatan mutu dan disiplin penggunaan bahasa Indonesia harus merupakan kegiatan yang
berkesinambungan, baik pada tingkat perseorangan seperti yang dilakukan saya kali ini yaitu
membina dalam lingkungan keluarga. Sebagai pembina bahasa Indonesia saya hendaknya
ikut berperan dalam mencapai tujuan pembinaan bahasa Indonesia. Disamping sikap positif
terhadap bahasa Indonesia seperti yang dikemukakan pada bagian awal juga terdapat bagian
negatif. Sikap negatif berbahasa Indonesia penghambat pengembangan bahasa Indonesia
yang meliputi (1) Sikap lata atau ikut-ikutan, (2) Sikap memandang remeh bahasa Indonesia,
(3) Sikap menerabas, dan (4) Sikap enggan bertanggung-jawab.

Berdasarkan sifat-sifat tersebut yang menjadi penghambat pembinaan bahasa


Indonesia dalam lingkungan keluarga saya sendiri yaitu sikap lata atau ikut-ikutan yang
dimana ponakan saya masih suka mengikuti cara berbahasa prokem atau istilah lainnya
bahasa alay yang banyak diminati remaja di zaman sekarang, maka mereka juga tanpa
disadari memiliki sikap yang memandang remeh berbahasa Indonesia. Karena perkembangan
zaman yang saat ini sudah maju maka kebanyakan remaja juga gemar mempelajari atau

9
menambah jam tambahan dengen les privat berbahasa Inggris. Pada dasarnya diperbolehkan
juga dalam menguasai bahasa asing namun alangkah baiknya jika kita masih di negara
Indonesia maka sering-seringlah kita mengutamakan bahasa Indonesia dalam berbahasa
sehari-harinya.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada pembahasan, maka dapat


disimpulkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa adalah cara atau kegiatan
pemeliharaan dan pengembangan bahasa. Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa di
lingkungan keluarga ini erat kaitannya dengan pembinaan penambahan kosa kata baku dan
tidak baku. Tidak melulu kata baku dan tidak baku saja, pembinaan ini juga membina tentang
fenomeana kesalahan berbahasa tulis. Maka dijelaskan juga tentang upaya meningkatkan
kegairahan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, yaitu bisa dengan
menggunakan media-media pembinaan yang menarik misalnya pada pembinaan kali ini saya
menggunakan media jemuran bahasa yang di mana berfungsi untuk memperlihatkan kata-
kata baku dan kata tidak baku, serta padanan kata. Serta memahami bagaimana meningkatkan
mutu dan disiplin penggunaan dan penguasaan bahasa Indonesia. Hasil dari pembinaan ini
sendiri yaitu adanya perubahan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dan adanya
pengetahuan akan penulisan kata depan yang sangat bermanfaat bagi pembuatan tugas
sekolah adik dan ponakan saya.

4.2 Saran

Sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki bahasa nasioanal yaitu bahasa


Indonesia, dan ragam bahasa daerah lainnya. Maka sudah selayaknya kita sebagai penutur
bahasa Indonesia yang mengetahui ilmu lebih dalam tentang berbahasa Indonesia yang baik
dan benar, baik itu mencakup kosa kata baku dan tidak baku, atau tahu akan kesalahan-
kesalahan fenomena berbahasa lisan maupun tulis kita senantiasa harus memberikan
pembinaan atau pengajaran dengan hal kecil terlebih dahulu yaitu dengan melakukan
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia di rumah atau di lingkungan keluarga. Kita
juga harus senantiasa tetap memelihara bahasa nasional kita, yaitu bahasa Indonesia dengan
berusaha menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Tarigan Rosmini, 2019, Pembinaan dan Pengembangan dalam Penggunaan Bahasa
Indonesia yang Baik dan Benar, Jurnal Ilmiah Dunia Ilmu Vol.5 No.1 April 2019, Medan:
Dosen FKIP Universitas Darma Agung.

Balawa, La Ode. 2010. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kendari : FKIP Unhalu.

Slamet St. Y. dan Amir. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Bahasa
Lisan dan Bahasa Tertulis). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan.2015. Rencana Strategis Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa 2015-
2019. Jakarta: Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

Djudju Sudjana, (1991), Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Nusantara Press.

12
LAMPIRAN

Media Jemuran bahasa

Keterangan: media Jemuran Bahasa tersebut berfungsi untuk memberikan kosa kata baku,
tidak baku, dan padanan kata. Diberikan media tersebut supaya adik dan ponakan saya ingat
apa saja kata baku dan tidak baku serta padanan kata yang baru terdengar oleh telinga

13
mereka. Cara kerja media tersebut yaitu dengan menempelkan atau menjepit kata-kata baku
atau tidak baku serta padanan kata yang baru di dengar di Jemuran Bahasa tersebut.

Keterangan : poto di atas adalah suatu kegiatan di mana saya sedang melakukan pembinaan
kepada adik saya dengan menaruh atau menempelkan kata-kata baku ke media Jemuran
Bahasa yang adik saya ketahui.

14
Keterangan: foto di atas adalah foto ketika saya sedang memberikan pengarahan pembinaan
kepada ponakan saya tentang fenomena kesalahan berbahasan lisan maupun tulis.

15

Anda mungkin juga menyukai