Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia yang diampu oleh Nana T. Winata, S.S., M. Pd.
Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami sampaikan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia nya kepada kami selaku penulis dan penyusun, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas individu untuk mata kuliah “Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Indonesia”. Pembinaan kali ini dalam lingkungan keluarga.
Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat seperti adik, dan
ponakan saya yang sudah menjadi peserta atau sasaran dari pembinaan di lingkungan
keluarga kali ini. Saya sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,
baik dari segi penyusunan maupun kelengkapan dan ketepatan isi makalah.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar selanjutnya dapat
ditingkatkan dan disempurnakan. Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat,
diterima dan digunakan sebagai acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan............................................................................................................10
4.2 Saran..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11
LAMPIRAN.......................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Apa saja peran penting pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam
lingkungan keluarga?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ada dua.
1. Untuk mengetahui perkembangan bahasa Indonesia di ruang lingkup keluarga.
2. Untuk mengetahui upaya peningkatan kegairahan menggunakan bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui peran penting bahasa Indonesia dalam lingkungan keluarga.
2
BAB II
Tarigan (2008) mengemukakan adanya delapan prinsip daasar hakikat bahasa, yaitu
(1) Bahasa adalah suatu sistem, (2) Bahasa adalah vokal, (3) Bahasa tersusun daripada
lambang-lambang arbitrari, (4) Setiap bahasa bersifat unik, (5) Bahasa digunakan daripada
kebiasaan-kebiasaan, (6) Bahasa ialah alat komunikasi, (7) Bahasa berhubungan erat dengan
tempatnya berada., dan (8) bahasa itu berubah-ubah. Hubungan kedekatan yang tidak dapat
dipisahkan antara sistem dengan proses ini dilukiskan oleh Kledden dengan kalimat: ‘Tanpa
proses sebuah struktur (sistem) akan mati, tanpa struktur (sistem) proses akan kacau”. Jadi,
antara hakikat bahasa dan fungsi bahasa itu sendiri merupakan suatu konsep dua fungsi
bahasa.
Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional adalah salah satu fungsi dari bahasa
Indonesia. Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa
Indonesia”. Maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai Bahasa nasional dan bahasa negara.
Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional: lambang kebangsaan nasional, lambang identitas
nasional, alat penghubung antar budaya dan antar daerah, dan alat pemersatu berbagai
masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
Pembinaan diturunkan dari kata membina yang memiliki makna ‘proses membina’ atau
‘tindakan membina. Jadi, pembinaan bahasa Indonesia adalah usaha yang dilakukan dengan
sadar, terencana, dan sistematis mengenai peningkatan mutu bahasa Indonesia dengan baik
dan benar sehingga masyarakat pemakai bahasa Indonesia memiliki kebanggaan dan
kegairahan untuk menggunakannya.
Setiap WNI, sebagai warga masyarakat, pada dasarnya adalah pembina bahasa
Indonesia. Hal itu tidak berlebihan karena tujuan utama pembinaan bahasa Indonesia ialah
menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif tersebut
tercermin jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing.
Setiap warga negara yang baik mesti malu apabila tidak dapat menggunakan bahasa
3
Indonesia dengan baik dan benar. Sebaliknya, apabila yang muncul adalah sikap negatif,
maka akan berdampak pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina dengan baik.
4
1. Menumbuhkan dan membina sikap bahasa yang positif. Target yang hendak
dicapai dalam kegiatan “pembinaan” bahasa yang amat penting adalah
menumbuhkan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif itu
sendiri kita dapat menumbuhkan rasa cinta, rasa memiliki, rasa berkewajiban
untuk mempertahankan, dan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia.
2. Meningkatkan kegairahan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kegiatan pembinaan juga mempunyai target dalam meningkatkan kegairahan
berbahasa Indonesia.
3. Peningkatan mutu serta disiplin penguasaan bahasa Indonesia dalam segenap
lapisan masyarakat. Kegiatan pembinaan harus pula terlihat dalam kegiatan
meningkatkan keikutsertaan khalayak sasaran di dalam menjaga mutu bahasa
Indonesia.
C. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat
pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam
Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata
bahasa). Bahasa yang baik dan benar memiliki empat fungsi (Charlie, 1999):
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
mengenal bahasa Indonesia baik kata baku maupun kata tidak baku nya dengan sedikit demi
sedikit membantu nya ketika mengucapkan nama-nama barang seperti “Sendal” harusnya
“Sandal”
Pada dasarnya pemerolehan bahasa pada anak banyak tergantung pada atau
dipengaruhi oleh keluarga. Sehingga pendidikan dan pembinaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dapat dimulai di lingkungan keluarga, sehingga diharapkan beberapa tahun
mendatang generasi penerus mampu bernalar dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sekarang kita mengenal istilah prokem. Prokem adalah semacam bahasa identitas remaja
sekarang bisa dikatakan juga bahasa gaulnya anak remaja. Bahasa ini mampu
mengungkapkan rahasia di antara mereka. Orang luar sering tidak bisa memahami istilah-
istilah yang diungkapkan mereka, misalnya kata “bapak” diganti “bokap”, kata “ibu” diganti
“nyokap”, “ortuang tua” diganti “ortu”. Masih banyak lagi istilah-istilah prokem lainnya. Hal
semacam ini menunjukan pula, bahwa pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
perlu dilakukan di lingkungan keluarga, saya pun mengajarkan atau membina ponakan saya
dengan selalu membiasakan berbahasa Indonesia yang baku sebagai contoh ketika kita
sedang mengobrol secara langsung dan berkirim pesan di sosial media seperti WhatsApp.
Tidak hanya mengajarkan dan membina kata baku dan tidak baku saja, saya juga
memberitahu ponakan saya istilah dari padanan kata yang ponakan saya belum tahu seperti
kata “Daring” yang berarti “Online”. Awalnya ponakan saya ini tidak mengenal istilah
tersebut. Namun saat pandemi ini berlangsung maka pihak sekolahnya mengumumkan untuk
belajar “Daring” ponakan saya pun menanyakan langsung kepada saya arti dari padanan kata
tersebut. Saya juga mengajarkan penulisan kata “di” pada imbuhan dan pada yang
menyatakan tempat. Sebagai contoh: kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata
atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi bisa
berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau gabungan kata, misalnya bersama atau sampai
dengan. Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia "Kata depan di, ke, dan dari
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada”. Penulisan preposisi ini ditulis
terpisah, contoh: di rumah, ke kantor, dan dari Surabaya. Kesalahan yang paling umum
adalah penulisan kata seperti "dimana", "disana", "disini", yang seharusnya ditulis "di mana",
"di sana", "di sini"
7
Bentuk di mana sebenarnya merupakan bentuk pertanyaan; namun dalam
perkembangannya dalam bahasa berumpun Indo-Eropa dapat digunakan untuk menyambung
dua klausa tidak sederajat. Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat tersebut, bahasa
Indonesia tidak mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah who,
whom, which, atau where) atau variasinya ("dalam mana", "dengan mana", dan sebagainya).
Penggunaan "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan
naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pembinaan seperti ini termasuk
dalam fenomena kesalahan berbahasa tulis dan saya pun sebisa mungkin untuk memberikan
penjelasan mengenai penulisan kata dan ejaan kata yang benar menurut PUEBI. Hal ini agar
dapat mempermudah ponakan saya dalam mengerjakan tugas makalah maupun tugas-tugas
lainnya yang diberikan di sekolah. Dan saya pun membina nya dengan memberikan
pengarahan dan penjelasan yang dapat dipahami dengan memberikan atau memperlihatkan
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan rangkuman materi saya dari buku tata
bahasa untuk membantunya.
Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah penggunaan yang sesuai
dengan lingkungan dan pemakaian bahasa, diperoleh ragam bahasa baik lisan maupun
tulisan. Jika berkomunikasi secara lisan maka digunakan ragam lisan dan jika berkomunikasi
secara tulisan maka digunakan ragam tulis. Seperti halnya pada pembinaan yang sudah saya
lakukan kali ini dimana saya membina ragam bahasa atau kosa kata baku dan tidak baku
kepada adik dan ponakan saya, serta fenomena kesalahan berbahasa lisan yaitu bahasa
prokem yang sering diucapkan oleh ponakan saya di lingkungannya dan fenomena kesalahan
berbahasa tulis yang sudah saya bahas pada pembahasan pertama.
8
kita juga dapat memposisikan kapan kita berbahasa daerah dan berbahasa Indonesia. Dengan
perkataan lain, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik adalah penggunaan ragam-ragam
bahasa Indonesia sesuai dengan keadaan atau lingkungan komunikasi.
3.3 Peran Penting Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dalam Lingkungan Keluarga
Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang saya lakukan kali ini sangat
berperan penting terutama dalam lingkungan keluarga, karena keluarga lah tempat pertama
kita mendapatkan sumber informasi atau pengembangan bahasa yang pertama atau yang
biasa disebut bahasa Ibu. Selain itu pembinaan dan pengembangan bahasa secara umum
berperan serta dalam meningkatkan kegairahan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, disini saya dituntut untuk meningkatkan mutu dan disiplin penggunaan serta
penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini perlu dilaksanakan agar
penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan perkembangannya.
Perkembangan itu tidak jarang membawa perubahan. Oleh karena itu upaya
peningkatan mutu dan disiplin penggunaan bahasa Indonesia harus merupakan kegiatan yang
berkesinambungan, baik pada tingkat perseorangan seperti yang dilakukan saya kali ini yaitu
membina dalam lingkungan keluarga. Sebagai pembina bahasa Indonesia saya hendaknya
ikut berperan dalam mencapai tujuan pembinaan bahasa Indonesia. Disamping sikap positif
terhadap bahasa Indonesia seperti yang dikemukakan pada bagian awal juga terdapat bagian
negatif. Sikap negatif berbahasa Indonesia penghambat pengembangan bahasa Indonesia
yang meliputi (1) Sikap lata atau ikut-ikutan, (2) Sikap memandang remeh bahasa Indonesia,
(3) Sikap menerabas, dan (4) Sikap enggan bertanggung-jawab.
9
menambah jam tambahan dengen les privat berbahasa Inggris. Pada dasarnya diperbolehkan
juga dalam menguasai bahasa asing namun alangkah baiknya jika kita masih di negara
Indonesia maka sering-seringlah kita mengutamakan bahasa Indonesia dalam berbahasa
sehari-harinya.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Tarigan Rosmini, 2019, Pembinaan dan Pengembangan dalam Penggunaan Bahasa
Indonesia yang Baik dan Benar, Jurnal Ilmiah Dunia Ilmu Vol.5 No.1 April 2019, Medan:
Dosen FKIP Universitas Darma Agung.
Balawa, La Ode. 2010. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kendari : FKIP Unhalu.
Slamet St. Y. dan Amir. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Bahasa
Lisan dan Bahasa Tertulis). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
12
LAMPIRAN
Keterangan: media Jemuran Bahasa tersebut berfungsi untuk memberikan kosa kata baku,
tidak baku, dan padanan kata. Diberikan media tersebut supaya adik dan ponakan saya ingat
apa saja kata baku dan tidak baku serta padanan kata yang baru terdengar oleh telinga
13
mereka. Cara kerja media tersebut yaitu dengan menempelkan atau menjepit kata-kata baku
atau tidak baku serta padanan kata yang baru di dengar di Jemuran Bahasa tersebut.
Keterangan : poto di atas adalah suatu kegiatan di mana saya sedang melakukan pembinaan
kepada adik saya dengan menaruh atau menempelkan kata-kata baku ke media Jemuran
Bahasa yang adik saya ketahui.
14
Keterangan: foto di atas adalah foto ketika saya sedang memberikan pengarahan pembinaan
kepada ponakan saya tentang fenomena kesalahan berbahasan lisan maupun tulis.
15