PENDAHULUAN
yang saling berhubungan satu dengan yang lain, yakni pihak yang berkomunikasi
(penutur dan mitra tutur), informasi yang dikomunikasikan, dan alat yang
digunakan dalam proses komunikasi tersebut. Satu di antara alat yang digunakan
alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia. Komunikasi
tersebut berupa pembicaraan orang tua dan anak, antarteman, mahasiswa dan
dosen, dan lain-lain yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung.
Oktober 1928 sebagai bahasa pemersatu sebagaimana yang tertera dalam sumpah
pemuda butir ketiga yang berbunyi “Kami Poetra dan Poetri Indonesia
Indonesia sebagai bahasa nasional mulai dikenal sejak 17 Agustus 1945, saat
2
Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa resmi juga tertuang pada Undang-
Undang Dasar 19945 pasal 36 yakni “bahasa Indonesia merupakan bahasa negara
lambang kebanggaan bangsa, identitas bangsa, alat pemersatu suku yang ada di
negara Indonesia. Selain itu, fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yakni
dijadikan satu bidang studi yang wajib diikuti oleh siswa maupun mahasiswa dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tujuan dari pembinaan bahasa Indonesia
disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan menggunakan
alat penyampai Iptek dan sekaligus menepis anggapan bahwa bahasa Indonesia
Indonesia wajib dipelajari dengan harapan agar calon pendidik memiliki jati diri
3
Indonesia yang baik dan benar. Menjadi pendidik bukanlah hal yang mudah
mengingat masa depan generasi penerus bangsa berasa di pundak para pendidik.
Dibutuhkan penguasaan disiplin ilmu dan kemampuan berbahasa yang baik agar
dapat menjadi seorang guru yang handal. Kemampuan berbahasa yang baik
ditunjukkan melalui penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar baik segi
lisan maupun tulisan. Hal ini bertujuan agar tidak ada lagi warisan kesalahan
sebelah mata terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar saat berkomunikasi
harian baik lisan maupun tulisan. Masyarakat masa kini lebih bangga terhadap
Terlebih lagi dengan adanya fenomena Hallyu Wave atau demam Korea
yang baik dan benar hanya diperuntukkan bagi mahasiswa jurusan bahasa.
4
SKS”,
“Nggak usah formal, yang penting nanti murid paham dengan omongan
kita.”,
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal sepele ini apabila dibiarkan terjadi
Hal inilah yang menjadi dasar peneliti mengangkat topik penelitian yakni
tingkat kesadaran atau mutu sikap mahasiswa dalam berbahasa Indonesia yang
Dalam penelitian ini sampel yang dipilih oleh peneliti adalah mahasiswa
sampel termasuk mahasiswa yang masih aktif dalam kegiatan perkuliahan dan
sudah memiliki pengetahuan yang cukup terhadap bahasa Indonesia baik dari segi
keberadaannya, atau sebuah gejala yang tidak seharusnya terjadi; fenomena atau
ketidaksesuaian antara kondisi das sollen (kondisi ideal, kondisi yang seharusnya
terjadi) dan das sein (kondisi yang terjadi). Artinya, ada ketidaksesuaian dengan
kondisi yang seharusnya terjadi dengan kondisi yang terjadi dalam masyarakat
sebagai berikut:
yang telah diuraikan sebelumnya, maka manfaat yang diharapkan dapat diperoleh
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
Mulawarman.
BAB II
DASAR TEORI
Dalam bahasa Indonesia, kata sikap dapat mengacu pada bentuk tubuh,
posisi berdiri tegak, perilaku atau gerak-gerik, dan perbuatan atau tindakan yang
reaksi atas adanya suatu hal atau kejadian. Sikap merupakan fenomena kejiwaan
merujuk kepada “sikap mental” dan mungkin merujuk kepada “sikap perilaku”.
Kapan ia cenderung kepada yang pertama dan kapan pula ia cenderung kepada
yang kedua bergantung kepada kondisi seseorang ketika menghadapi keadaan itu.
Lain halnya dengan Allport (melalui Chaer dan Agustina, 2010: 150),
Allport berpendapat bahwa sikap adalah kesiapan mental dan saraf, yang
merespons secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat atau
9
memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain. Sedangkan menurut
untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif
wujud reaksi terhadap suatu hal. Konsep ini berupa pandangan predisposisi
positif, negatif, atau bahkan netral akan “objek sikap” karena tidak akan ada sikap
apabila tidak ada objek. Sikap yang terbentuk melalui proses dan pengalaman ini
berupa pendirian (pendapat atau pandangan) ini berada di dalam batin seseorang,
sehingga tidak dapat diamati secara empiris tetapi melalui penelitian terhadap
sikap tersebut.
dilakukan oleh subjek sikap terhadap suatu hal atau suatu keadaan. Apabila ia
target sehingga menghasilkan bias positif dan negatif. Menerima dan menolak
objek sikap dalam satu waktu terkadang dapat dirasakan oleh seseorang. Hal ini
10
seorang penutur bahasa terhadap suatu bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 116), sikap bahasa merupakan posisi mental atau perasaan
sikap bahasa adalah tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka panjang,
disenanginya.
tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan sebagai reaksi atas adanya suatu
peristiwa kejiwaan sehingga tidak dapat diamati secara langsung. Sikap bahasa
dapat diamati melalui perilaku berbahasa atau perilaku tutur. Namun, dalam hal
ini juga berlaku pada ketentuan bahwa tidak setiap perilaku tutur mencerminkan
sikap bahasa. Demikian pula sebaliknya, sikap bahasa tidak selamanya tercermin
11
dalam perilaku tutur. Dibedakannya antara bahasa (langue) dan tutur (parole) (de
perilaku tutur makin menjadi lebih jelas lagi. Sikap bahasa cenderung mengacu
kepada bahasa sebagai sistem (langue), sedangkan perilaku tutur lebih cenderung
Dalam hal ini, bahasa berperan menjadi “objek sikap” yang membutuhkan
respons dari subjek sikap sebagai wujud reaksi terhadap keberadaan bahasa.
bahasa baik bahasa sendiri ataupun bahasa orang lain. Sikap bahasa seseorang
bergantung pada reaksi dari suatu masyarakat penutur bahasa. Bahasa akan punah
Sikap positif bahasa yang ada di sekitar kita berasal dari masyarakat
Maka tak heran apabila bahasa Tionghoa masih berjaya selama 4000 tahun lebih
sejak tahun 256 sebelum Masehi hingga saat ini. Hal ini berbeda dengan kasus 14
bahasa daerah Indonesia yang telah punah akibat reaksi negatif dari penuturnya.
Dari empat belas bahasa yang punah itu, 10 bahasa dari Maluku Tengah, yakni
Naka'ela, dan Nila. Dua bahasa lainnya dari Maluku Utara, yakni Ternateno dan
Ibu. Adapun dua bahasa berasal dari Papua, yakni Saponi dan Mapia. Reaksi
negatif yang seperti ini nantinya lambat laun akan mematikan seluruh bahasa
seseorang sebagai wujud reaksi terhadap suatu hal. Konsep ini terbentuk atas
dasar tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
tidak suka, terhadap sesuatu atau suatu keadaan, maka orang itu
sikap negatif.
Ketiga komponen sikap ini (kognitif, afektif, dan konatif) pada umumnya
13
komponen itu sejalan, maka bisa diramalkan perilaku itu menunjukkan sikap.
Tetapi kalau tidak sejalan, maka dalam hal itu perilaku tidak dapat digunakan
untuk mengetahui sikap. Banyak pakar yang memang mengatakan bahwa perilaku
tidaknya seseorang terhadap bahasa tersebut, dan komponen konatif adalah aksi
acuh terhadap bahasa tersebut dan bahkan ia tidak akan mau menggunakannya
kelompok etnik (misal etnik Jawa) sedang berbicara dalam bahasa Indonesia,
maka tuturan yang diungkapkannya akan ditentukan oleh komponen yang paling
14
dominan dalam dirinya. Bisa dikatakan bahwa bahasa daerah Jawalah yang akan
Dalam kondisi yang seperti ini, ia tentu dituntut untuk menentukan sikap terhadap
struktur bahasa Indonesia yang tepat dan baik. Namun, komponen afektifnya
berkata lain. Sebagai anggota kelompok etnik Jawa, ia akan merasa kurang puas
ini mungkin disebabkan oleh faktor pekerjaan, tugas, atau mungkin hanya sekedar
berupa campuran dari bahasa Indonesia dengan bahasa daerah dan bahasa asing,
tersebut kurang baik terhadap bahasa Indonesia, sebab sikap merupakan faktor
yang paling lemah dalam menentukan perilaku. Perilaku tutur ilustrasi di atas
mungkin hanya sebagai akibat dari suatu kebiasaan (habits) karena menurut
15
jauh lebih dihargai dibanding kebiasaan tidak baik. Oleh karena itu, lebih baik
tidak baik. Demikian pula dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai suatu
kebiasaan.
berdampingan, sikap pun memiliki kedua sisi tersebut karena seyogyanya sikap
atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. Hal ini berlaku
pula pada sikap bahasa, sehingga sikap bahasa dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Sikap Positif
pemakaian bahasa yang memihak kepada bahasa yang baik dan benar, dengan
bahasa,
nasional.
untuk menengahi berbagai bahasa yang terdapat di suatu daerah atau bangsa.
Apabila suatu negara memiliki banyak bahasa daerah, sudah pasti akan memilih
kecermatan dalam pemakaian bentuk bahasa dan struktur bahasa serta ketepatan
perbedaan dialektal disebabkan pelbagai suku bangsa yang berbeda latar belakang
dan bahasanya yang memiliki bermacam dialek yang dimiliki oleh suatu bangsa.
tingkah laku berbahasa yang tidak bertentangan dengan kaidah atau norma yang
situasional. Sikap positif ini tidak hanya berdasar pada pemakaian kaidah dan
situasi yang tepat tetapi berdasar pula pada fonologis penuturnya dengan cara
sebatas menuturkan bahasa nasional dengan baik dan benar tanpa adanya
b. Sikap Negatif
terhadap bahasa nasionalnya. Penutur bahasa yang memiliki sikap negatif akan
beranggapan bahwa bahasa orang lain lebih baik dan tinggi derajatnya
bahasa yang baik dan benar, tidak memedulikan situasi bahasa, dan tidak berusaha
terhadap suatu bahasa bisa terjadi juga bila seseorang atau sekelompok orang
tidak lagi mempunyai rasa bangga terhadap bahasanya dan mengalihkan rasa
Jadi, sikap negatif bahasa adalah sikap acuh penutur terhadap pembinaan
serampangan tanpa memedulikan kaidah dan situasi. Lambat laun mereka tidak
lagi bangga memakai bahasa sendiri sebagai penanda jati diri dan bahkan mereka
merasa malu memakai bahasa itu. Dalam keadaan demikian orang mudah beralih
multilingual terjadi beralih bahasa kepada yang lebih bergengsi dan lebih
Terbaginya sikap bahasa menjadi dua didasari oleh teori Anderson yang
mengatakan bahwa sikap bahasa adalah tata keyakinan atau kognisi yang relatif
tertentu yang disenanginya. Namun, perlu diperhatikan karena sikap itu bisa
positif (kalau dinilai baik atau disukai) dan bisa negatif (kalau dinilai tidak baik
atau tidak disukai), maka sikap bahasa pun demikian. Seseorang tidak serta merta
dapat dikatakan memiliki sikap positif bahasa atau negatif tanpa adanya patokan
penilaian. Penilaian ini didasarkan pada ciri-ciri sikap bahasa baik positif dan
negatif yang terdapat pada seorang penutur bahasa, berikut penjelasan mengenai
bahasa secara baik dan benar. Selain itu, kesetiaan berbahasa dapat diwujudkan
meskipun hanya berupa campur kode baik bahasa ataupun ragam bahasa.
penggunaan bahasa nasional dan menganggap bahwa tidak ada cela pada bahasa
bahasa lain. Yang terakhir, sadar akan norma bahasa merupakan wujud kecintaan
terhadap bahasa dengan cara menggunakan kaidah kebahasaan yang berlaku baik
dalam komunikasi lisan maupun tulisan, tidak mencampurkan bahasa atau ragam
Ketiga ciri di atas apabila dimiliki oleh sekelompok penutur bahasa, maka
Dengan adanya sikap bangga diri terhadap penggunaan bahasanya juga akan
20
bahasanya.
Selain ciri di atas, terdapat ciri sikap negatif bahasa lainnya yang
yang sudah puas dengan mutu bahasa yang tidak perlu tinggi, asal
saja dimengerti,
terungkap dalam ucapan “apa yang salah kaprah lebih diterima saja
orang yang mengambil alih diksi dari bahasa mutakhir tanpa kritik.
faktor, yaitu antara lain: faktor politis, faktor etnis, ras, gengsi, kebiasaan,
anggapan bahasa tersebut terlalu rumit atau susah dan sebagainya. Ciri tersebut
lambat laun dapat membunuh suatu bahasa apabila terus berkembang di dalam
Jawa. Dewasa ini penggunaan bahasa Jawa di kalangan masyarakat Jawa sendiri
khususnya pemuda Jawa dirasa kurang begitu antusias. Hal ini merupakan tanda-
tanda mulai munculnya sikap yang kurang positif terhadap bahasa tersebut.
karena ada yang merasa bahwa bahasa Jawa terlalu rumit bagi mereka, banyak
leksikon dari bahasa Jawa yang tidak dimengerti, ditambah dengan penggunaan
tingkat tutur bahasa Jawa dan sebagainya. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa
mereka sudah tidak berminat lagi untuk mempelajari bahasa Jawa meskipun
kedua orang tuanya berasal dari etnis Jawa, atau hal itu juga dipengaruhi oleh
perkembangan keadaan yang menghendaki segala sesuatu yang serba praktis dan
simpel. Tidak hanya bahasa daerah, tetapi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional pun dirasa telah mulai pudar ciri sikap bahasa positifnya.
Indonesia yang baik dan benar sebagai bahasa nasional sudah berada di ujung
tanduk karena masyarakat Indonesia yang tidak lagi bangga terhadap bahasanya.
kejiwaan sehingga tidak dapat diamati secara langsung sehingga secara ilmiah
mengukur sikap berbahasa hanya dapat dilakukan dengan metode dan instrumen
tertentu. Hal ini dikarenakan sikap bahas merupakan suatu hal yang sangat abstrak
terhadap suatu bahasa. Oleh karena itu, pengukuran sikap bahasa seseorang
sebagai berikut:
bagaimana sikap bahasa yang dimiliki oleh penutur bahasa. Selain itu, menilai
hari yang berkaitan dengan penggunaan bahasa. Apabila indikasinya lebih banyak
24
mengarah pada sikap positif, maka dapat dikatakan sikap berbahasa masyarakat
memperlakukan satu bahasa dengan baik dan benar, sewajarnya, dan situasional,
maka dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki sikap positif bahasa. Hal ini
dengan kaidah dan situasional, terdapat campur kode baik bahasa ataupun ragam
bahasa, dan tidak melepaskan ciri khas kedaerahannya, maka dapat disimpulkan
bahwa sikap bahasa masyarakat tersebut belumlah baik atau negatif dan
sebaliknya.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
dapat diamati dan diukur menggunakan indikator yang ada. Hal ini menjadikan
reaksi seseorang terhadap suatu bahasa baik dari segi lisan ataupun tulisan. Sikap
tersebut dapat berupa sikap positif bahasa ataupun sikap negatif bahasa.
(Language Loyality),
26
mutu sikap bahasa mahasiswa dengan hasil berupa angka dan penelitian kualitatif
digunakan untuk mengetahui bagaimana bahasa mahasiswa dari segi lisan dan
dengan mengumpulkan data yang berupa angka, atau data yang berupa kata-kata
atau kalimat yang dikonversi menjadi data yang berbentuk angka. Dalam
tipe penelitian dengan menggunakan kuesioner atau angket sebagai sumber data
singkat yang sudah tertulis di dalam kuesioner atau angket. Kemudian jawaban
27
tertentu. Varian dari penelitian kuantitatif ini sangat tepat digunakan untuk
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, atau organisasi
tertentu dalam suatu keadaan konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang
pembuktian yang menyokong hasil data dari penelitian kuantitatif. Dengan adanya
kolaborasi dari kedua penelitian ini, maka hasil yang diperoleh akan semakin
dipercaya keabsahannya.
sebagai sumber data penelitian. Dalam penelitian ini sumber data atau subjek
tertuang di dalam kuesioner atau angket. Kuesioner ini nantinya akan dikonversi
menjadi data yang berbentuk angka sebagai sumber data penelitian kuantitatif.
28
Sumber data lainnya berupa hasil wawancara peneliti dan responden untuk
mengetahui bagaimana bahasa mahasiswa dari segi lisan dan hasil karya tulis
mahasiswa responden dari segi tulisan. Kedua sumber dibutuhkan sebagai sumber
menunjang sumber data penelitian kuantitatif guna keabsahan hasil penelitian ini.
responden yang tidak sedikit sehingga akan memerlukan waktu yang sangat lama
dan biaya yang tidak sedikit, sehingga peneliti tidak mungkin mampu mengamati
kuantitatif merupakan sebuah isu yang sangat krusial yang dapat menentukan
tertentu.
proporsional) yakni teknik pengambilan sampel yang dilakukan apabila sifat atau
unsur dalam populasi tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Penerapan
yang sama bagi seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
penentuan jumlah sampel yang dapat mewakili menurut Issac dan Michael untuk
jumlah sampel di atas 1000 responden adalah 1%, 5%, dan 10% (dalam Nanang
masing jurusan untuk responden yang akan mengisi kuesioner dan mengambil
tingkat 1% untuk data berupa rekaman dan karya tulis. Berikut tabel data jumlah
Tabel 3.1.
TOTAL 1593
Dari data di atas, sampel akan diambil sebanyak 5% dari total mahasiswa sehingga
dari jumlah mahasiswa tiap program studi untuk responden yang akan mengisi
kuesioner. Sedangkan sampel yang akan diambil untuk data rekaman dan karya
31
tulis adalah 1% atau setara dengan 16 orang dari seluruh program studi. Berikut
Tabel 3.2.
Tingkat
No Program Studi Jumlah Mahasiswa Jumlah sampel
5%
1 Bimbingan Konseling 169 5% 8
2 Biologi 122 5% 6
3 Ekonomi 105 5% 5
4 Fisika 94 5% 5
5 PGSD 222 5% 11
6 PAUD 110 5% 6
7 Penjaskesrek 208 5% 10
8 Kimia 112 5% 6
9 Matematika 113 5% 6
10 PPKN 145 5% 7
11 Sejarah 34 5% 2
12 Geografi 22 5% 1
13 Pilkom 32 5% 2
14 Akuntansi 105 5% 5
TOTAL 1593 5% 80
laki. Ini berlaku pula untuk data berupa rekaman dan karya tulis, jumlah
responden akan terbagi menjadi dua yakni delapan mahasiswa perempuan dan
mengenai sikap bahasa ini adalah sama yakni metode simak, observasi, dan
dokumentasi.
Metode simak dilakukan peneliti dengan cara menyimak bahasa lisan dari
secara diam-diam agar data yang berupa bahasa lisan responden saat
bahasa lisan dan tulis mahasiswa yang akan digunakan sebagai pembuktian
digunakan dalam metode ini adalah teknik triagulasi yakni penggabungan dari
beberapa teknik yang berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Dokumen dapat berupa foto-foto atau gambar, buku harian, laporan keuangan,
33
keberhasilan penelitian ini. Hasil dari kuesioner akan didukung oleh bukti dari
hasil wawancara dan karya tulis mahasiswa. Sehingga hasil penelitian ini dapat
menggunakan tiga teknik analisis untuk masing-masing data, yakni teknik Likert,
teknik analisis pola tindak tutur SPEAKING, dan teknik analisis kesalahan
berbahasa.
Setiap ciri karakteristik dihitung angka rata-rata nilai (Mean) sikap bahasa dengan
menggunakan Skala Likert atau teknik Likert, yaitu dengan cara meminta
responden menandai satu posisi pada skala penilaian (ranting scale), misal 1-5
disediakan lima pilihan respons dengan bobot (nilai) sebagai berikut. Nilai 5 untuk
sangat setuju, nilai 4 untuk setuju, nilai 3 untuk kurang setuju, nilai 2 untuk tidak
setuju, dan nilai 1 untuk sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan yang
berkaitan dengan sikap negatif bahasa responden, disediakan lima pilihan respons
dengan bobot (nilai) sebagai berikut. Nilai 1 untuk sangat setuju, nilai 2 untuk
setuju, nilai 3 untuk kurang setuju, nilai 4 untuk tidak setuju, dan nilai 5 untuk
sangat tidak setuju. Berdasarkan respons dari responden inilah, nantinya akan
diketahui nilai rata-rata (mean) untuk tiap pernyataan. Nilai rata-rata tersebut akan
Keterangan:
Mean = Rata-rata
N1 = Jumlah responden yang memberikan nilai 1
N2 = Jumlah responden yang memberikan nilai 2
N3 = Jumlah responden yang memberikan nilai 3
N4 = Jumlah responden yang memberikan nilai 4
N5 = Jumlah responden yang memberikan nilai 5
positif (P).
Data kedua yang diperoleh melalui metode simak akan dianalisis secara
SPEAKING Dell Hymes yang dikutip dari Chaer dan Agustina (2010:48). Pola
berikut:
S (Settting and scene), berkaitan dengan tempat dan waktu pertuturan terjadi.
dalam berinteraksi.
Data ketiga yang berupa karya tulis mahasiswa akan dianalisis secara
kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh
keseriusan kesalahan itu (Tarigan, Djago & Lilis Siti Sulistyaningsih, 1996/1997
: 25).
37
BAB IV
yang terdapat di Kalimantan Timur. Universitas yang telah berdiri sejak tahun
1962 ini memiliki 14 fakultas dan satu program pasca sarjana. Satu di antara
fakultas yang memiliki jumlah mahasiswa terbesar adalah Fakultas Keguruan dan
Gunung Kelua ditempati oleh mahasiswa FKIP jurusan Matematika dan Ilmu
Bahasa dan Seni, dan Kampus Banggeris ditempati oleh mahasiswa jurusan Ilmu
bidang baik disiplin ilmu, sikap berpakaian, sikap bergaul, dan sikap bahasa.
38
Sikap bahasa yang dimiliki oleh calon pendidik tentunya harus menujukan
sikap positif, khususnya sikap bahasa mahasiswa FKIP terhadap bahasa Indonesia
yang merupakan bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan. Ciri sikap bahasa
yang positif yakni kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan
norma bahasa inilah yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini karena
sebagai calon pendidik mahasiswa FKIP dituntut untuk dapat berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Oleh karena itu, penelitian ini adalah jawaban dari
serta mengumpulkan hasil karya tulis responden, penulis dapat menjabarkan hasil
a) Hasil kuesioner,
a. Hasil Kuesioner
No. Frekuensi
Rata-
Karakterisik Sikap Bahasa
rata
Soal SS S KS TS STS
2 15 43 22 0 0 2.1 N
4 24 28 10 8 10 2.9 P
8 5 26 14 8 21 2.6 P
11 16 14 30 15 5 2.7 P
13 3 30 30 10 3 2.6 P
15 15 20 22 18 5 2.7 P
Kesetiaan Bahasa 18 17 49 7 6 1 2.1 N
(Language 19 6 54 13 7 0 2.3 N
Loyalty) 21 0 0 23 47 10 3.8 P
33 10 37 20 7 6 2.5 N
34 5 53 15 7 0 2.3 N
36 14 40 10 7 8 2.4 N
41 17 40 10 5 7 2.3 N
43 15 35 23 2 4 2.3 N
50 13 10 50 3 2 2.6 P
1 10 70 0 0 0 4.1 P
5 30 50 0 0 0 4.4 P
7 0 15 57 4 4 3.0 P
9 6 13 15 24 21 3.5 P
10 0 58 10 7 5 2.5 N
Kebanggaan 12 3 50 20 6 1 3.6 P
Bahasa 14 15 10 41 7 7 2.8 P
(Language Pride) 16 19 25 19 12 5 2.5 N
20 0 11 26 28 10 3.3 P
23 20 35 9 10 6 2.3 N
25 13 52 5 8 0 3.8 P
26 2 13 30 18 17 3.0 P
27 3 51 10 16 0 3.5 P
35 13 64 2 0 0 4.1 P
49 5 55 12 7 0 3.7 P
3 6 42 19 13 0 2.5 N
Kesadaran adanya 6 16 39 15 3 7 2.3 N
40
17 21 33 7 13 5 3.6 P
22 13 30 28 4 5 2.5 N
24 16 14 44 3 2 2.5 N
norma bahasa 28 13 13 36 5 12 3.1 P
29 20 30 13 10 7 2.4 N
30 18 30 10 17 5 2.5 N
31 40 28 4 4 1 1.6 N
32 26 30 13 6 5 2.2 N
37 10 64 3 1 0 1.9 N
38 25 30 20 4 0 2.0 N
39 10 30 20 13 6 3.3 P
40 5 58 10 6 0 3.7 P
(Awarness of 42 23 42 8 2 4 2.0 N
The Norm) 44 20 45 8 4 2 2.0 N
45 17 42 10 7 2 2.1 N
46 20 14 45 0 0 2.3 N
47 17 38 10 7 7 2.3 N
48 8 63 4 3 2 2.1 N
Sumber : Kuesioner Responden
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
SKS = Sangat Tidak Setuju
P = Positif
N = Negatif
b. Transkrip Rekaman
Peristiwa Tutur I
(1.9) Guru : Nanti jangan lupa istirahat ya. Belanja di kantin bule’. Oke?
(1.11) Guru: Kemaren kan ibu sudah mengajarkan tentang bahaya narkoba.
Nah hari ini ibu akan memutarkan video harapannya buat semua
(1.13) Guru: Nah itu video yang ibu kasih tadi. Pengajaran apa yang bisa kita
ambil dari video yang ibu kasih tadi. Ada yang tau?
(1.16) Siswa: Dari video itu, Bu. Kita bisa ngambil pelajaran bahwa kita tu
(1.19) Guru: Bagus sekali jawabannya ... Ibu akan memberikan suatu cerita
lagi. Ceritanya ada suatu batu yang besar yang keras tapi tiap hari
kena tetesan air terus menerus lama kelamaan batu itu akan
berubah ... Jadi, kalo’ seandainya lama kelamaan batu itu akan
berubah begitu juga dengan kita apabila kita belajar tiap hari ...
Peristiwa Tutur II
(2.9) Guru : Baiklah sebelum bapak mulai, marilah kita berdoa terlebih
(2.12) Siswa : Kalo’ bakat itu bawaan dari lahir pak biasanya, kalo’ minat
biasanya ....
(2.13) Guru : Baik, ada lagi? Baiklah di sini bapak akan menjelaskan apa itu
bakat dan minat ... Cukup sekian, apabila ada salah bapak mohon
(3.1) Guru : Siap gerak! Setengah lencang kanan gerak! Patokan tengah
Warahmatullahi Wabarakaatuh.
(3.5) Guru : Agung, bapak Agung. Pagi ini bapak akan mengajarkan bola voli,
yaitu passing bawah ya. Dalam bola voli itu ada empat teknik
utama yaitu smash, passing, blok, dan servis. Yang bapak ajarkan
pada pagi hari ini adalah bola voli, passing bawah oke. Di antara
(3.6) Siswa: Passing bawah ada yang menggunakan kuda-kuda, ada yang
(3.7) Guru : Jawabannya sudah benar tapi saya betulkan lagi. Passing itu
dalam bola voli ada dua, yaitu passing atas dan passing bawah.
Tolong, adek Sapta bisa maju ke depan! Ya ini adek Sapta akan
(3.8) Siswa: Yang pertama, untuk melakukan passing bawah kaki dibuka
(3.8) Guru : Ingat ya, gunakan kaki kalian yang paling kuat .... Hadap kiri
(3.10) Guru: Ada tujuh belas orang jadi yang ganjil bertemu dengan yang
ganjil, yang genap bertemu dengan yang genap. Untuk kali ini
games sesuai dengan kelompok tadi. Dibagi dua, jadi tolong Riki
dan Deska tolong ambilkan rafia itu. Oke yang kelompok genap
siapa yang dapat lima belas poin paling pertama, dia yang menang.
Mengerti?
Peristiwa Tutur IV
(4.5) Guru : Perkenalkan nama saya Hendra Gunawan. Sebelum mulai ....
(4.6) Guru : Semuanya harap hadap sini, hadap ke saya. Bikin tiga bersaf. Iya
(4.8) Guru : Sekarang bagi dua kelompok! Lapan orang lapan orang. Bagi
benteng?
(4.10) Guru : Ayo baris lagi sini. Baris lagi baris lagi baris lagi. Siap gerak!
(4.12) Guru : Ya mohon perhatian, habis ini kita akan melakukan kegiatan
latihan untuk daya tahan salah satunya kekuatan otot dan daya
yaitu push up, sit up, back up, dan lari sprint. Jadi nanti setiap
sit up, kelompok tiga back up, dan kelompok empat lari Nanti
bergantian. Paham?
(4.14) Guru : Nggak papa, memang kotor. Namanya olahraga pasti kotor. Satu
ambil posisi. Semuanya ikut aba-aba saya ya, ketika saya niup
Peristiwa Tutur V
(5.7) Guru : Eee, sebelumnya eee kemaren kan kita sudah mempelajari tentang
yaitu tentang wujud zat .... Sebelumnya ibu akan bertanya kepada
kalian seperti air air itu kan termasuk wujud dari zat apa?
(5.9) Guru : Cair, iya. Di sini artinya kita akan membahas tentang wujud zat.
Seperti yang kita tau, es ya kita ambil dari yang sehari-hari ya. Es
(5.13) Guru: Nah, selain itu juga ada beberapa benda juga yang dalam
(5.15) Guru: Nah, yang pertama kita mengartikan apa ini pengertian dari zat.
(5.17) Guru: Zat, zat itu adalah suatu materi atau segala sesuatu yang memiliki
massa dan bisa menempati sebuah ruang. Nah, setiap benda ini
dapat dijelaskan zat ini terbagi menjadi ... Ada yang tau?
(5.19) Guru : Nah. Di sini kan ada pengelompokan dari wujud zat, kemudian
partikel dari zat padat ini berupa dia rapat ya kemudian volumenya
digambarkan ....
50
Peristiwa Tutur VI
(6.6) Siwa : Baik, Bu. Teman-teman sebelum kita memulai pelajaran pada
siang hari ini, mari kita berdoa menurut agama atau keyakinan
(6.11) Guru : Hadir semua ya. Alhamdulillah kalo’ gitu. Iya, kalo’ gitu hari ini
....
51
tambah n.
(6.13) Guru : Jadi di sini a pangkat negatif n sama dengan satu per a pangkat
(6.15) Guru : Tidak ada ya. Ya jadi, sifat bilangan berpangkat yang memenuhi
dari pangkat bulat negatif itu seperti ini .... Lanjut ya, jika a sama
begini, eee misalnya a sama dengan nol ya berarti nol pangkat nol
sama dengan nol pangkat kita masukan nol sebagai a-nya ya ....
(6.17) Guru : Mengerti ya. Nah, sekarang lanjut ke latihan soal. Ini ada soal
bermanfaat. Ini ada beberapa soal ya, kalian catat ya nanti kalian
kerjakan di rumah jadi pr. Minggu depan dikumpul, dah cuma dikit
2. Moderator, dan
3. Penonton
makalahnya.
(7.6) Responden : Terima kasih karena diberi kesempatan pada hari ini untuk
2. Moderator, dan
3. Penonton
(8.4) Responden : Dan selamat pagi. Eee perkenalkan nama saya Maulasih
Bengalon Tahun Ajaran Dua Ribu Lima Belas Dua Ribu Enam
Peristiwa Tutur IX
(9.6.) Responden : Eee di sini saya akan menjelaskan tentang sabun, deterjen,
sudah kita pelajari di kimia organik dua jadi salah satu bahan
pembersih yang kita gunakan setiap hari itu adalah sabun. Nah
selain sabun ada juga yang sifatnya mirip seperti sabun yaitu
deterjen. Tau nggak apa beda sabun dengan deterjen? Oke. Jadi
pembuatan sabun itu dari lemak atau minyak nabati dan ada
basa yang digunakan. Nah basa yang digunakan ini ada dua
minyak nabati juga tapi pada tahun seribu sembilan ratus enam
belas itu pada saat kalo’ nggak salah perang dunia kedua waktu
itu .... Nah karena itu sekarang deterjen itu nggak dibuat dari
lemak lagi tetapi ada satu bahan yang berasal dari minyak
(9.8) Responden : Eee jadi bener ya jadi pasta gigi yang temen-temen gunakan
Peristiwa Tutur X
(10.5) Guru : Sebelum kita masuk ke pelajaran, ketua kelasnya pimpin doa
dulu.
(10.6) Siswa : Baiklah, sebelum kita memulai pelajaran hari ini mari kita
(10.7) Guru : Baik, ini adalah pertemuan pertama kita di kelas sembilan.
(10.9) Guru : Ya, baik. Harapannya yang lain di sini jaga kondisinya
(10.15) Guru : Jadi di dalam suatu negara itu, wajib memiliki tiga unsur ini
dokumenter.
(10.16) Guru : Bisa diliat? Itu adalah yang menjaga kedaulatan negara kita
secara teritorial. Itu jadi TNI itu ada TNI angkatan laut,
Paulus?
(10.19) Siswa : Karena budaya di Indonesia itu beragam pak, jadi supaya
(10.20) Guru : Ya. Usaha-usaha apa saja yang kita lakukan sebagai murid
(10.22) Guru : Hari ini kita masuk di era modernisasi zaman, bukan lagi kita
harus kita takutin dari usaha bela negara. Fungsinya negara ini
apa sih? Kenapa harus dipertahankan? Sampe’ ada saat ini lagi
Peristiwa Tutur XI
(11.5) Guru : Sepertinya tidak lengkap ya, masih banyak yang tidak masuk. Iya,
atau kekuasaan. Pada saat ini Indonesia belum punya presiden, jadi
61
presiden itu ditunjuk dari undang-undang bab tiga asa 6. Ada yang
(11.7) Guru : Ya, betul. Oleh karena itu Otto Iskandar Dinata menunjuk
kekuasaan itu dipimpin oleh kepala negara gitu kan. Kita ni sangat
desa. Kepala desa ini yang terkecil. Kemudian bidang militer ....
(12.5) Guru : Habis istirahat sudah makan semua harusnya semangat dong ya.
(12.9) Guru : Untuk hari ini materi kita adalah remotee desktop menggunakan
perawatan sebuah server adalah tugas utama kita ... Jadi remote
sebagian sistem operasi windows tiga puluh dua bit hingga sistem
operasi lainnya seperti linux. Tau semua kan sistem operasi ya?
(12.11) Guru : Udah kelas tiga masa’ nggak tau itu kan?
(12.13) Guru: Lalu kegunaan remote desktop. Tadi sudah bapak singgung
harus berada di depannya ... Nah yang akan kita gunakan nantinya
2. Moderator, dan
3. Penonton.
dipersilahkan.
(14.3) Guru : Anak-anak hari ini ada teman yang nggak hadir nggak?
(14.7) Guru : Ya bagus Sina. Hari ini ibu akan menjelaskan tentang
(14.9) Guru : Ya itu fungsinya. Hari ini ibu akan menjelaskan tentang
manusia.
(14.14) Guru : Kemudian yang ketiga tadi itu tulang pipih. Sekarang
setelah tadi ibu jelasin, ibu akan bagi kalian dalam empat
(14.15) Guru : Ya itu saja yang bisa ibu sampaikan. Mungkin selanjutnya
Peristiwa Tutur XV
(15.3) guru : Melingkar ya, ayo. (guru menyanyi lagu lingkaran besar)
(15.9) Guru : Nah Bunda mau menjelaskan. Didengar ya. Nah koran itu
Ami raba.
(15.20) Guru : Sini Setia pegang ya korannya. Nah sekarang siapa yang
pengen menggunting?
(15.30) Guru : Iya boleh. Sudah semua pegang gunting? Kalo’ sudah
2. Moderator, dan
3. Penonton
(16.6) Responden : Guru. Guru merupakan salah satu komponen dalam sistem
sendiri atau bahasa orang lain. Sikap bahasa terbagi menjadi dua yakni sikap
positif dan sikap negatif. Sikap positif merupakan wujud tingkah laku penutur
bahasa yang tidak bertentangan dengan kaidah bahasa yang berlaku, sedangkan
Sikap positif bahasa memiliki tiga ciri utama yakni kesetiaan bahasa,
pengaruh bahasa lain. Kebanggaan bahasa (Language Pride) adalah ciri yang
bahasa (Awarness of The Norm) adalah ciri yang mendorong orang untuk
terhadap bahasa Indonesia yang bertumpu kepada tiga ciri sikap bahasa yang
angka rata-rata nilai (mean) sikap bahasa dengan menggunakan Skala Likert
dua yakni pernyataan positif terhadap bahasa Indonesia dan pernyataan negatif.
Bobot nilai yang dimiliki keduanya berbeda, untuk pernyataan positif memiliki
bobot nilai 5 untuk sangat setuju, 4 untuk setuju, 3 untuk kurang setuju, 2 untuk
tidak setuju, dan 1 untuk sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan
negatif memiliki bobot nilai 1 untuk sangat setuju, 2 untuk setuju, 3 untuk
kurang setuju, 4 untuk tidak setuju, dan 5 untuk sangat tidak setuju. Nilai rata-
kategori sikap negatif (N) dan 2,6-5,0 kategori sikap positif (P). Berikut adalah
bawah ini.
asing.
dalam negeri.
72
internasional.
UKBI.
(36) Suatu saat bahasa Indonesia yang baik dan benar akan
punah.
Tabel 4.2 Rata-rata nilai Kesetiaan Bahasa Mahasiswa Jurusan Nonbahasa FKIP
No. Frekuensi
Rata-
Karakterisik Sikap Bahasa
rata
Soal SS S KS TS STS
2 15 43 22 0 0 2.1 N
Kesetiaan Bahasa 4 24 28 10 8 10 2.9 P
73
8 5 26 14 8 21 2.6 P
11 16 14 30 15 5 2.7 P
13 3 30 30 10 3 2.6 P
15 15 20 22 18 5 2.7 P
18 17 49 7 6 1 2.1 N
(Language 19 6 54 13 7 0 2.3 N
Loyalty) 21 0 0 23 47 10 3.8 P
33 10 37 20 7 6 2.5 N
34 5 53 15 7 0 2.3 N
36 14 40 10 7 8 2.4 N
41 17 40 10 5 7 2.3 N
43 15 35 23 2 4 2.3 N
50 13 10 50 3 2 2.6 P
Sumber: Kuesioner Responden
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
SKS = Sangat Tidak Setuju
P = Positif
N = Negatif
dalam bahasa asing yakni slide power point dibandingkan dengan istilah
74
dibanding tes UKBI. Hal ini lambat laun apabila terus terjadi maka tidak
(MEA).
mumpuni.
tuntutan SKS.
sempurna.
dengan sungguh-sungguh.
kebanggaan bahasa.
Tabel 4.3 Rata-rata nilai Kebanggaan Bahasa Mahasiswa Jurusan Nonbahasa FKIP
No. Frekuensi
Rata-
Karakterisik Sikap Bahasa
rata
Soal SS S KS TS STS
1 10 70 0 0 0 4.1 P
Kebanggaan 5 30 50 0 0 0 4.4 P
Bahasa 7 0 15 57 4 4 3.0 P
77
9 6 13 15 24 21 3.5 P
10 0 58 10 7 5 2.5 N
12 3 50 20 6 1 3.6 P
14 15 10 41 7 7 2.8 P
(Language Pride) 16 19 25 19 12 5 2.5 N
20 0 11 26 28 10 3.3 P
23 20 35 9 10 6 2.3 N
25 13 52 5 8 0 3.8 P
26 2 13 30 18 17 3.0 P
27 3 51 10 16 0 3.5 P
35 13 64 2 0 0 4.1 P
49 5 55 12 7 0 3.7 P
Sumber: Kuesioner Responden
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
SKS = Sangat Tidak Setuju
P = Positif
N = Negatif
Hal ini terlihat dari hasil yang diperoleh untuk soal nomor 1 yakni
kecintaan terhadap bahasa Indonesia memiliki nilai 4.1 dan soal nomor 5
yakni bahasa Indonesia harus tetap digunakan mesti telah memasuki MEA
intelektualitas diperoleh hasil yakni 3,8. Soal yang memiliki hasil negatif
Indonesia.
negatif.
berkomunikasi.
untuk dipelajari.
80
Indonesia”
nggak, silahkan)
seminar, dll.
sulit.
semua responden tidak paham kaidah bahasa Indonesia yang baik dan
Tabel 4.4 Rata-rata nilai Kesadaran Adanya Norma Bahasa Mahasiswa Jurusan Nonbahasa FKIP
No. Frekuensi
Rata-
Karakterisik Sikap Bahasa
rata
Soal SS S KS TS STS
82
3 6 42 19 13 0 2.5 N
6 16 39 15 3 7 2.3 N
17 21 33 7 13 5 3.6 P
22 13 30 28 4 5 2.5 N
24 16 14 44 3 2 2.5 N
Kesadaran 28 13 13 36 5 12 3.1 P
Adanya Norma 29 20 30 13 10 7 2.4 N
Bahasa 18 30 10 17 5 2.5 N
30
31 40 28 4 4 1 1.6 N
32 26 30 13 6 5 2.2 N
37 10 64 3 1 0 1.9 N
38 25 30 20 4 0 2.0 N
39 10 30 20 13 6 3.3 P
40 5 58 10 6 0 3.7 P
(Awarness of 42 23 42 8 2 4 2.0 N
The Norm) 44 20 45 8 4 2 2.0 N
45 17 42 10 7 2 2.1 N
46 20 14 45 0 0 2.3 N
47 17 38 10 7 7 2.3 N
48 8 63 4 3 2 2.1 N
Sumber: Kuesioner Responden
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
SKS = Sangat Tidak Setuju
P = Positif
N = Negatif
Indonesia asli yang tinggal di Indonesia dan juga telah mempelajari bahasa
responden dalam memahami kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar
menujukan nilai 2,3. Selain itu untuk soal nomor 42 mengenai kaidah
bahasa yakni campur kode yang dilakukan oleh responden dalam situasi
lisan. Ketidakpahaman ini berdasar pada hasil perolehan nilai 2,5 untuk
kaidah yang harus digunakan sesuai dengan situasi tidak hanya asal paham
tetapi sesuai aturan. Sikap negatif kesadaran adanya norma bahasa apabila
cenderung negatif karena dua dari tiga ciri menghasilkan sikap negatif.
(1.9) Guru : Nanti jangan lupa istirahat ya. Belanja di kantin ya?
(1.11) Guru: Kemaren kan ibu sudah mengajarkan tentang bahaya narkoba.
Nah hari ini ibu akan memutarkan video harapannya buat semua
(1.13) Guru: Nah itu video yang ibu kasih tadi. Pengajaran apa yang bisa kita
ambil dari video yang ibu kasih tadi. Ada yang tau?
(1.16) Siswa: Dari video itu, Bu. Kita bisa ngambil pelajaran bahwa kita tu
(1.19) Guru: Bagus sekali jawabannya ... Ibu akan memberikan suatu cerita
lagi. Ceritanya ada suatu batu yang besar yang keras tapi tiap hari
kena tetesan air terus menerus lama kelamaan batu itu akan
berubah ... Jadi, kalo’ seandainya lama kelamaan batu itu akan
berubah begitu juga dengan kita apabila kita belajar tiap hari dan
berdoa maka suatu hari nanti kita akan mencapai mimpi kita ...
Universitas Mulawarman.
tepat.
Peristiwa tutur I berasal dari interaksi guru dan siswa saat pelajaran
dilihat guru melakukan campur kode ragam nonbaku yakni kata kenapa
pada tuturan (1.7), kata kemaren pada tuturan (1.11), kata tau pada tuturan
(1.13), kata silahkan pada tuturan (1.15), kata kena dan kalo’ pada tuturan
tata bentuk. Selain campur kode guru juga melakukan kesalahan yakni
melakukan kesalahan yakni pemilihan kata yang kurang tepat pada tuturan
(1.13) yakni pengajaran, tuturan (1.19) yakni suatu cerita dan suatu batu.
cerita¸dan sebuah batu karena frase suatu batu merujuk untuk benda yang
tidak tentu sedangkan batu dan cerita merupakan benda yang tentu.
depan kelas menggunakan jalur lisan dengan kode utama bahasa Indonesia
(2.9) Guru : Baiklah sebelum bapak mulai, marilah kita berdoa terlebih
(2.12) Siswa : Kalo’ bakat itu bawaan dari lahir pak biasanya, kalo’ minat
biasanya ....
(2.13) Guru : Baik, ada lagi? Baiklah di sini bapak akan menjelaskan apa itu
Universitas Mulawarman.
dan bakat.
terdapat pada tuturan (2.9) dan (2.11) yakni kata silahkan, dan kata kalo’
yang terjadi pada pukul 12.15 ini melibatkan responden dan rekan
bahasa Indonesia ragam baku yang hanya disisipi dua kode ragam
terjadi siang hari ini tidak membuat responden merasa lelah ataupun
di depan kelas dengan nada yang santai tetapi lafal jelas sehingga apa yang
(3.1) Guru : Siap gerak! Setengah lencang kanan gerak! Patokan tengah
Warahmatullahi Wabarakaatuh.
(3.5) Guru : Agung, bapak Agung. Pagi ini bapak akan mengajarkan bola voli,
yaitu passing bawah ya. Dalam bola voli itu ada empat teknik
utama yaitu smash, passing, blok, dan servis. Yang bapak ajarkan
pada pagi hari ini adalah bola voli, passing bawah oke. Di antara
(3.6) Siswa: Passing bawah ada yang menggunakan kuda-kuda, ada yang
(3.7) Guru : Jawabannya sudah benar tapi saya betulkan lagi. Passing itu
dalam bola voli ada dua, yaitu passing atas dan passing bawah.
95
Tolong, adek Sapta bisa maju ke depan! Ya ini adek Sapta akan
(3.8) Siswa: Yang pertama, untuk melakukan passing bawah kaki dibuka
(3.8) Guru : Ingat ya, gunakan kaki kalian yang paling kuat .... Hadap kiri
(3.10) Guru: Ada tujuh belas orang jadi yang ganjil bertemu dengan yang
ganjil, yang genap bertemu dengan yang genap. Untuk kali ini
games sesuai dengan kelompok tadi. Dibagi dua, jadi tolong Riki
dan Deska tolong ambilkan rafia itu. Oke yang kelompok genap
siapa yang dapat lima belas poin paling pertama, dia yang menang.
Mengerti?
Berikut adalah analisis komponen tutur Dell Hymes peristiwa tutur III
Mulawarman.
barisan siswa.
suasana pagi.
asing.
berperan sebagai guru dan rekannya sebagai murid. Pada tuturan ini, guru
bentuk kata yakni kata oke dan tau pada tuturan (3.5), kata adek pada
tuturan (3.7), kata silahkan dan duluan pada tuturan (3.8), kata nggak pada
tuturan (3.13). Selain itu, guru melakukan kesalahan penyebutan fonem /i/
campur kode istilah asing dilakukan oleh guru pada tuturan (3.10) yakni
games.
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Adanya peristiwa bahasa ini
99
Tindak tutur representatif pada tuturan III yang terjadi pada pukul
bawah pada permainan bola voli ini dilakukan responden yang berperan
santai dan nadanya mendatar menggunakan jalur lisan dengan kode utama
(4.5) Guru : Perkenalkan nama saya Hendra Gunawan. Sebelum mulai ....
(4.6) Guru : Semuanya harap hadap sini, hadap ke saya. Bikin tiga bersaf. Iya
(4.8) Guru : Sekarang bagi dua kelompok! Lapan orang lapan orang. Bagi
benteng?
(4.10) Guru : Ayo baris lagi sini. Baris lagi baris lagi baris lagi. Siap gerak!
(4.12) Guru : Ya mohon perhatian, habis ini kita akan melakukan kegiatan
latihan untuk daya tahan salah satunya kekuatan otot dan daya
yaitu push up, sit up, back up, dan lari sprint. Jadi nanti setiap
sit up, kelompok tiga back up, dan kelompok empat lari Nanti
bergantian. Paham?
(4.14) Guru : Nggak papa, memang kotor. Namanya olahraga pasti kotor. Satu
ambil posisi. Semuanya ikut aba-aba saya ya, ketika saya niup
Mulawarman.
otot.
barisan siswa.
asing.
terdapat pada tuturan (4.5) yakni dibaikin dan silahkan. Kata tau pada
tuturan (4.8), kata aja pada tuturan (4.10), frase nggak papa pada tuturan
(4.14), kata oke dan ikutin pada tuturan (4.15). Penyingkatan morfem men-
menjadi n terdapat pada tuturan (4.15) yakni niup dan penyisipan istilah
ikuti, meniup, dan bergantian yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
ragam baku.
memberikan pengarahan kepada siswa tentang latihan daya tahan otot dan
kekuatan otot. Tuturan terjadi memasuki waktu siang hari yakni pukul
dengan kode utama bahasa Indonesia ragam baku yang disisipi ragam
(5.7) Guru : Eee, sebelumnya eee kemaren kan kita sudah mempelajari tentang
yaitu tentang wujud zat .... Sebelumnya ibu akan bertanya kepada
kalian seperti air air itu kan termasuk wujud dari zat apa?
(5.9) Guru : Cair, iya. Di sini artinya kita akan membahas tentang wujud zat.
Seperti yang kita tau, es ya kita ambil dari yang sehari-hari ya. Es
(5.13) Guru: Nah, selain itu juga ada beberapa benda juga yang dalam
(5.15) Guru: Nah, yang pertama kita mengartikan apa ini pengertian dari zat.
(5.17) Guru: Zat, zat itu adalah suatu materi atau segala sesuatu yang memiliki
massa dan bisa menempati sebuah ruang. Nah, setiap benda ini
dapat dijelaskan zat ini terbagi menjadi ... Ada yang tau?
(5.19) Guru : Nah. Di sini kan ada pengelompokan dari wujud zat, kemudian
partikel dari zat padat ini berupa dia rapat ya kemudian volumenya
digambarkan ....
Mulawarman.
sebagai siswa.
wujud zat.
dilakukan oleh responden adalah berupa kata yakni kemaren dan kan pada
tuturan (5.7), kata tau pada tuturan (5.9), kata aja pada tuturan (5.15), dan
ragam baku untuk kata-kata tersebut yakni kemarin, tahu, saja, dan tidak.
zat. Tuturan yang terjadi pada pagi hari ini melibatkan responden dan
nada suara pelan dan lafal kurang jelas hal ini menyebabkan rekan
lisan dengan kode utama bahasa Indonesia ragam baku yang disisipi
(6.6) Siwa : Baik, Bu. Teman-teman sebelum kita memulai pelajaran pada
siang hari ini, mari kita berdoa menurut agama atau keyakinan
(6.11) Guru : Hadir semua ya. Alhamdulillah kalo’ gitu. Iya, kalo’ gitu hari ini
....
tambah n.
(6.13) Guru : Jadi di sini a pangkat negatif n sama dengan satu per a pangkat
(6.15) Guru : Tidak ada ya. Ya jadi, sifat bilangan berpangkat yang memenuhi
dari pangkat bulat negatif itu seperti ini .... Lanjut ya, jika a sama
begini, eee misalnya a sama dengan nol ya berarti nol pangkat nol
sama dengan nol pangkat kita masukan nol sebagai a-nya ya ....
(6.17) Guru : Mengerti ya. Nah, sekarang lanjut ke latihan soal. Ini ada soal
bermanfaat. Ini ada beberapa soal ya, kalian catat ya nanti kalian
kerjakan di rumah jadi pr. Minggu depan dikumpul, dah cuma dikit
Universitas Mulawarman.
tersebut berada pada tuturan (6.11) yakni kalo’ gitu, tuturan (6.12) yakni
kata kalo’, tuturan (6.13) yakni kata gitu dan sampe’¸ tuturan (6.15) yakni
kata kenapa, tuturan (6.17) yakni udah, kalo’ udah, dah, dikit, dan aja.
114
kalau begitu, kalau, begitu, sampai, mengapa, sudah, kalau sudah, sudah,
sedikit, dan saja. Penggunaan ragam nonbaku ini didasari pada latar
Tuturan VI yang terjadi pada siang hari ini termasuk dalam jenis
mengenai pangkat bulat negatif dan pangkat bulat nol. Responden sebagai
ragam baku yang disisipi kode bahasa Indonesia ragam nonbaku. Tuturan
ini terjadi pada pukul 14.00 atau siang hari ini tidak membuat responden
lesu atau lelah. Nada responden tegas dan pembawaan santai meskipun
2. Moderator, dan
3. Penonton
makalahnya.
(7.6) Responden : Terima kasih karena diberi kesempatan pada hari ini untuk
Berikut adalah analisis komponen tutur Dell Hymes peristiwa tutur VII
Mulawarman.
menyampaikan makalah.
Sekolah Dasar.
tepat.
118
situasi formal.
kurang tepat yang dilakukan oleh responden. Campur kode yang dilakukan
bilangan yang kurang tepat pada tuturan (7.6) yakni delapan tiga.
delapan puluh tiga karena apabila dituliskan dalam bentuk angka adalah
119
Sekolah Dasar. Tuturan yang terjadi pada pagi hari ini tidak membuat
di depan kelas menggunakan jalur lisan dengan kode utama adalah bahasa
Indonesia ragam baku yang disisipi adanya kalimat rancu dan penyebutan
2. Moderator, dan
3. Penonton
(8.4) Responden : Dan selamat pagi. Eee perkenalkan nama saya Maulasih
Bengalon Tahun Ajaran Dua Ribu Lima Belas Dua Ribu Enam
Berikut adalah analisis komponen tutur Dell Hymes peristiwa tutur VIII
Mulawarman.
menyampaikan makalah.
Dasar.
122
menjadi /p/.
situasi formal.
hari yang sama. Berbeda dengan responden tuturan VII, responden tuturan
VIII melakukan campur kode bahasa Indonesia ragam nonbaku pada tutur
(8.4) yakni kata respon dan konkrit. Kedua kata ini seharusnya dilafalkan
dalam bentuk baku yakni respons dan konkret. Pada tuturan (8.4) juga
Kutai menyebutkan fonem /v/ dan /f/ menjadi fonem /p/. Hal ini terdapat
pada tuturan (8.4) yakni pada kata [motipasi] dan [manpaat] untuk kata
depan kelas. Jalur yang digunakan adalah jalur lisan dengan kode utama
kata tanya yang salah, dan kesalahan penyebutan fonem /f/ dan /v/ menjadi
/p/. Hal ini dikarenakan dialek daerah responden masih belum sepenuhnya
(9.6.) Responden : Eee di sini saya akan menjelaskan tentang sabun, deterjen,
sudah kita pelajari di kimia organik dua jadi salah satu bahan
pembersih yang kita gunakan setiap hari itu adalah sabun. Nah
selain sabun ada juga yang sifatnya mirip seperti sabun yaitu
deterjen. Tau nggak apa beda sabun dengan deterjen? Oke. Jadi
pembuatan sabun itu dari lemak atau minyak nabati dan ada
basa yang digunakan. Nah basa yang digunakan ini ada dua
minyak nabati juga tapi pada tahun seribu sembilan ratus enam
belas itu pada saat kalo’ nggak salah perang dunia kedua waktu
itu .... Nah karena itu sekarang deterjen itu nggak dibuat dari
lemak lagi tetapi ada satu bahan yang berasal dari minyak
(9.8) Responden : Eee jadi bener ya jadi pasta gigi yang temen-temen gunakan
Berikut adalah analisis komponen tutur Dell Hymes peristiwa tutur IX.
127
Mulawarman.
makalah.
situasi formal.
kode yang dilakukan responden terdapat pada tuturan (9.6) yakni sama,
temen-temen, udah nggak, tau nggak, oke, kan, pake’, kalo’, kalo’ nggak,
dan, teman-teman, sudah tidak, tahu tidak, baik, pakai, kalau, kalau tidak,
sudah dua, dan benar. Untuk partikel kan seharusnya dihilangkan oleh
tuturannya.
menjabarkan bahan kimia rumah tangga. Tuturan yang terjadi pada siang
hari ini yakni pukul 14.00 tidak membuat responden kehilangan semangat,
diskusi dalam bentuk narasi di depan kelas. Tuturan ini menggunakan jalur
lisan dengan kode utama adalah bahasa Indonesia ragam baku yang
130
disisipi kode bahasa Indonesia ragam nonbaku dan penggunaan kata tanya
yang salah.
(10.5) Guru : Sebelum kita masuk ke pelajaran, ketua kelasnya pimpin doa
dulu.
(10.6) Siswa : Baiklah, sebelum kita memulai pelajaran hari ini mari kita
(10.7) Guru : Baik, ini adalah pertemuan pertama kita di kelas sembilan.
(10.9) Guru : Ya, baik. Harapannya yang lain di sini jaga kondisinya
(10.15) Guru : Jadi di dalam suatu negara itu, wajib memiliki tiga unsur ini
dokumenter.
(10.16) Guru : Bisa diliat? Itu adalah yang menjaga kedaulatan negara kita
secara teritorial. Itu jadi TNI itu ada TNI angkatan laut,
Paulus?
(10.19) Siswa : Karena budaya di Indonesia itu beragam pak, jadi supaya
(10.20) Guru : Ya. Usaha-usaha apa saja yang kita lakukan sebagai murid
(10.22) Guru : Hari ini kita masuk di era modernisasi zaman, bukan lagi kita
harus kita takutin dari usaha bela negara. Fungsinya negara ini
apa sih? Kenapa harus dipertahankan? Sampe’ ada saat ini lagi
Mulawarman.
(10.7) yakni dikurangin, sekertaris, dan ndak. Pada tuturan (10.15) yakni
ngeliatkan, pada tuturan (10.16) yakni diliat, pada tuturan (10.18) yakni
135
kenapa, pada tuturan (10.22) yakni nggak, takutin, dan sampe’. Selain itu,
pada tuturan (10.7) yakni yang mana dan pada tuturan (10.15) yakni di
kata tanya yang salah seharusnya tidak disertakan oleh responden dalam
dan untuk campur kode berupa istilah asing seharusnya diganti dengan
menggunakan ramai.
penggunaan kata tanya yang salah, dan kode berupa istilah asing. Tuturan
yang terjadi pada pukul 07.40 ini masih dalam suasana pagi sehingga
(11.5) Guru : Sepertinya tidak lengkap ya, masih banyak yang tidak masuk. Iya,
atau kekuasaan. Pada saat ini Indonesia belum punya presiden, jadi
presiden itu ditunjuk dari undang-undang bab tiga asa 6. Ada yang
(11.7) Guru : Ya, betul. Oleh karena itu Otto Iskandar Dinata menunjuk
kekuasaan itu dipimpin oleh kepala negara gitu kan. Kita ni sangat
desa. Kepala desa ini yang terkecil. Kemudian bidang militer ....
Berikut adalah analisis komponen tutur Dell Hymes peristiwa tutur XI.
Mulawarman.
dan militer.
ragam baku yang dilakukan responden terdapat pada tuturan (11.5) yakni
tau, tuturan (11.7) yakni gitu kan dan nggak. Seharusnya ketiga kata
tersebut harus dilafalkan sesuai ragam bakunya yakni tahu, begitu, dan
tidak.
waktu pagi hari tetapi responden yang gugup dan terbata mengakibatkan
jalur lisan dengan bahasa Indonesia ragam nonbaku yang disisipi kode
(12.5) Guru : Habis istirahat sudah makan semua harusnya semangat dong ya.
(12.9) Guru : Untuk hari ini materi kita adalah remote desktop menggunakan
perawatan sebuah server adalah tugas utama kita ... Jadi remote
sebagian sistem operasi windows tiga puluh dua bit hingga sistem
operasi lainnya seperti linux. Tau semua kan sistem operasi ya?
(12.11) Guru : Udah kelas tiga masa’ nggak tau itu kan?
(12.13) Guru: Lalu kegunaan remote desktop. Tadi sudah bapak singgung
harus berada di depannya ... Nah yang akan kita gunakan nantinya
Berikut adalah analisis komponen tutur Dell Hymes peristiwa tutur XII.
Universitas Mulawarman.
sebagai siswa.
materi ajar.
tuturan (12.9) yakni tau dan kan, pada tuturan (12.11) yakni udah, masa’,
dan nggak tau, dan pada tuturan (12.13) yakni kalo’. Hal tersebut apabila
digunakan dalam bentuk baku berupa tahu, sudah, tidak tahu, dan kalau.
siang hari. Tuturan ini melibatkan responden sebagai guru dan rekan
144
bahasa Indonesia ragam baku yang disisipi kode bahasa Indonesia ragam
nonbaku.
2. Moderator, dan
3. Penonton.
dipersilahkan.
Berikut adalah analisis komponen tutur Dell Hymes peristiwa tutur XIII.
Mulawarman.
penonton.
tentang pengarahan.
materi.
oleh responden yakni salah mengucapkah fonem /f/ menjadi fonem /p/
adanya campur kode ataupun peristiwa bahasa lainnya, hal ini dikarenakan
responden mutlak membaca tulisan yang terdapat pada salindia dan tidak
yang terjadi pada pukul 10.10 ini melibatkan responden sebagai penyaji
kelas. Hanya saja jalur lisan pada tuturan ini menggunakan kode utama
(14.3) Guru : Anak-anak hari ini ada teman yang nggak hadir nggak?
(14.7) Guru : Ya bagus Sina. Hari ini ibu akan menjelaskan tentang
(14.9) Guru : Ya itu fungsinya. Hari ini ibu akan menjelaskan tentang
manusia.
149
(14.14) Guru : Kemudian yang ketiga tadi itu tulang pipih. Sekarang
setelah tadi ibu jelasin, ibu akan bagi kalian dalam empat
(14.15) Guru : Ya itu saja yang bisa ibu sampaikan. Mungkin selanjutnya
Berikut adalah analisis komponen tutur Dell Hymes peristiwa tutur XIV.
Universitas Mulawarman.
sebagai siswa.
materi ajar.
151
asing.
meng- menjadi ng, penyebutan fonem /e/ menjadi /i/, dan penggunaan
pandangin, dan kenapa, tuturan (14.7) yakni tau, tuturan (14.14) yakni
peristiwa tutur XIV pada tuturan (14.14) yakni ngisi yang seharusnya
fonem /e/ menjadi /i/ pada tuturan (14.9) yakni [sistim] untuk kata sistem.
istilah dalam bahasa asing yang sebenarnya istilah tersebut tersedia dalam
bahasa Indonesia. Pada tuturan (14.5) yakni monitoring dan tuturan (14.9)
yakni slide. Kedua istilah tersebut memiliki padanan kata dalam bahasa
istilah slide.
153
Jenis tindak tutur yang terdapat pada tuturan XIV adalah tindak
tutur representatif karena tuturan ini menjabarkan tentang rangka yang ada
(15.3) guru : Melingkar ya, ayo. (guru menyanyi lagu lingkaran besar)
154
(15.9) Guru : Nah Bunda mau menjelaskan. Didengar ya. Nah koran itu
Ami raba.
(15.20) Guru : Sini Setia pegang ya korannya. Nah sekarang siapa yang
pengen menggunting?
(15.30) Guru : Iya boleh. Sudah semua pegang gunting? Kalo’ sudah
Berikut adalah analisis komponen tutur Dell Hymes peristiwa tutur XV.
Mulawarman.
sebagai siswa.
formal.
menjadi guru dan rekan responden sebagai siswa pendidikan anak usia
dini. Pada tuturan ini terlihat responden hanya melakukan campur kode
bahasa Indonesia ragam nonbaku. Ini terjadi pada tuturan (15.4) yakni
kemaren, tuturan (15.18) yakni nggak, tuturan (15.20) yakni pengen, dan
dilafalkan responden dalam bentuk baku yakni kemarin, tidak, ingin, dan
tutur responden adalah siswa usia dini yang sebaiknya sudah dikenalkan
bahasa Indonesia ragam baku sejak dini agar ketika dewasa tidak
melakukan kesalahan.
melibatkan responden sebagai guru dan rekan responden sebagai siswa ini
158
adalah siswa pendidikan anak usia dini yang sehingga pembelajaran harus
kode utama bahasa Indonesia ragam baku yang disisipi ragam nonbaku.
2. Moderator, dan
3. Penonton
(16.6) Responden : Guru. Guru merupakan salah satu komponen dalam sistem
Berikut adalah analisis komponen tutur Dell Hymes peristiwa tutur XVI.
Mulawarman.
penonton.
kesalahan penyebutan bilangan pada tuturan (16.6) yakni satu empat lapan
haruslah seratus empat puluh delapan seribu karena jika dituliskan dalam
yang terjadi pada pukul 09.35 masih dalam suasana pagi tidak membuat
menyampaikan materi dengan nada datar, tidak semangat, dan tidak lesu.
menggunakan jalur lisan dengan kode utama bahasa Indonesia ragam baku
1996/1997 : 25).
adalah penjabarannya.
adalah penjabarannya.
begitu.
keterangan tempat, kata kerja pasif yang ditulis terpisah dari kaya
empat)
mencolok.
kesalahan.
tidak adanya jarak antara tanda titik dan huruf pertama kalimat
(halaman satu)
terdapat pada awal kalimat seperti oleh karena itu, jadi, dengan
terdapat kata tanya pada satu kalimat aktif. Kesalahan ini terdapat
tempat.
tidak memuat judul, halaman depan, kata pengantar, daftar isi, dan
(halaman dua)
tiga)
tiga)
kata akhiran –ir pada kata “legalisir” adalah –asi atau –isasi dan
(halaman satu)
(halaman dua)
hubungan antara kedua unsur sangat rapat dan erat sehingga tidak
tulis ini tidak memiliki judul, halaman depan, daftar isi, dan nomor
dan kesalahan ejaan juga ditemukan pada karya tulis IV. Berikut
adalah penulisan kata depan dan kalimat pasif yang tidak sesuai.
Indonesia.
tanya untuk kalimat tanya pada kalimat pertama dan tidak ada
terpisah.
bertemu dengan kata dasar yang berawalan fonem /u/ maka akan
merubah, hal ini juga terjadi pada kata seperti kata usik, ungkap,
dan usap.
halaman satu,
Indonesia.
menjelaskan ....”
tempat.
karya tulis ini tidak disertai kata pengantar, daftar isi, dan daftar
III yakni saran tetapi tidak ada jabaran saran dari responden
sehingga hal ini merupakan hal yang mubazir dalam kaidah bahasa
Indonesia.
karya tulis, nama, halaman depan, kata pengantar, daftar isi, dan
pada karya tulis ini hanya dua yakni kesalahan ejaan berupa
berikut.
Pada karya tulis ini terdapat hanya satu kekurangan yakni tidak ada
kesalahan.
disertai gelar tidak perlu diberi kata sapaan “Bapak” tetapi apabila
nama tidak disertai gelar maka harus diberi kata sapaan “Bapak”,
kapital yang tidak tepat, kesalahan ini terdapat pada halaman dua
Technology) ....”
karya tulis ini sama seperti kesalahan pada karya tulis lainnya
yakni kalimat,
tempat.
tulis ini tidak disertai judul, nama, halaman depan, kata pengantar,
tidak serangkai.
istilah asing yang ada pada karya tulis IX, contohnya sebagai
berikut.
laki-laki. Karya tulis ini tidak disertai kata pengantar dan daftar isi.
dalam satu kata yang terdapat pada penulisan judul dan halaman
dua unsur dan salah satu unsurnya adalah unsur terikat, yakni unsur
kalimat pasif yang terpisah, dan kata tanya yang berada di tengah-
berikut.
188
kalimat,
karya tulis.
tempat.
menyertainya.
190
miring.
ini terdapat pada kata pengantar yakni pada ucapan terima kasih,
harus dipisah.
karya tulis.
tulis.
karya tuli ini tidak terdapat kata pengantar, daftar isi, dan nomor
karya tulis XII. Istilah asing ini hampir terdapat pada tiap-tiap
“Trust”
“Integrity”
amat uang yang terpisah yang terdapat pada halaman dua yakni
kalimat,
tulis ini tidak memiliki judul, halaman depan, kata pengantar, dan
daftar isi. Pada karya tulis ini ditemukan beberapa kesalahan yakni
mengapa¸dan sebagainya.
ejaan berupa penggunaan huruf kapital yang tidak tepat dan tidak
diri.
kata depan ini terdapat pada halaman delapan pada kalimat berikut.
tengah kalimat aktif. Hal ini terdapat pada halaman enam kalimat
berikut.
tempat.
laki. Karya tulis ini tidak memiliki nomor halaman dan ditemukan
pemenggalan kata.
asing yang tidak menggunakan huruf miring. Hal ini terdapat pada
konsonan dalam satu kata yang terdapat pada halaman satu yakni
kalimat berikut.
mahasiswa adalah positif, dan kesadaran adanya norma bahasa mahasiswa adalah
cenderung negatif karena dua dari tiga karakteristik menunjukkan hasil negatif.
Hasil ini didapat melalui perhitungan rata-rata (mean) dari tiap soal untuk
menunjukkan hasil cenderung negatif (N) karena delapan dari lima belas soal
termasuk dalam kategori nilai negatif yakni 1,0-2,5 dengan peroleh nilai terendah
2,1 pada soal nomor 2 dan 18. Berikut tabel rata-rata nilai kesetiaan bahasa
responden.
Tabel 4.5 Rata-rata nilai Kesetiaan Bahasa Mahasiswa Jurusan Nonbahasa FKIP
No. Frekuensi
Rata-
Karakterisik Sikap Bahasa
rata
Soal SS S KS TS STS
2 15 43 22 0 0 2.1 N
4 24 28 10 8 10 2.9 P
8 5 26 14 8 21 2.6 P
11 16 14 30 15 5 2.7 P
13 3 30 30 10 3 2.6 P
15 15 20 22 18 5 2.7 P
Kesetiaan Bahasa 18 17 49 7 6 1 2.1 N
(Language 19 6 54 13 7 0 2.3 N
Loyalty) 21 0 0 23 47 10 3.8 P
33 10 37 20 7 6 2.5 N
34 5 53 15 7 0 2.3 N
36 14 40 10 7 8 2.4 N
41 17 40 10 5 7 2.3 N
43 15 35 23 2 4 2.3 N
50 13 10 50 3 2 2.6 P
Sumber: Kuesioner Responden
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
203
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
SKS = Sangat Tidak Setuju
P = Positif
N = Negatif
Sikap cenderung negatif yang dimiliki oleh responden berdasar pada latar
menggunakan bahasa Indonesia ragam nonbaku yang disisipi kode berupa bahasa
asing atau bahasa gaul. Adanya sisipan ini disebabkan oleh penggunaan istilah-
istilah asing yang sebenarnya istilah tersebut memiliki padanan dalam bahasa
Indonesia. Hal ini terbukti dengan perolehan nilai 2,1 untuk soal nomor 2 yakni
Saya selalu menggunakan istilah “slide” power point daripada istilah “salindia”
saat diskusi di kelas. Perolehan nilai terendah selanjutnya pada nomor delapan
yakni soal 18 yakni Saya akan menggunakan bahasa asing apabila berkomunikasi
dengan kawan saya yang berwarga negara asing. Kesetiaan responden dikatakan
hilang karena responden akan lebih memilih menggunakan bahasa asing ketika
Selanjutnya nilai kesetiaan mahasiswa juga merosot pada soal nomor 19,
41, dan 43 yakni tentang kesukaan terhadap lagu-lagu asing, penggunaan bahasa
asing dengan tujuan menarik minat masyarakat ketika mengadakan suatu acara,
merupakan sebuah ancaman bagi keberadaan bahasa Indonesia. Sikap setuju yang
204
Mahasiswa meyakini bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sulit untuk
Soal lainnya yang juga memiliki nilai rendah adalah nomor 34 yakni
kesetujuan responden untuk memilih mengikuti tes TOEFL dibanding tes UKBI.
Hal ini lambat laun apabila terus terjadi maka tidak menutup kemungkinan bahwa
soal nomor 36 akan terbukti yakni “Suatu saat bahasa Indonesia yang baik dan
menunjukkan sikap positif karena 12 soal memiliki nilai dalam rentang 2.6-5.0 ,
sedangkan tiga soal lainnya memiliki nilai 1,0-2,5. Hal ini menunjukkan bahwa
soal yang mengarah pada pengembangan bahasa Indonesia. Berikut adalah tabel
Tabel 4.6 Rata-rata nilai Kebanggaan Bahasa Mahasiswa Jurusan Nonbahasa FKIP
No. Frekuensi
Rata-
Karakterisik Sikap Bahasa
rata
Soal SS S KS TS STS
1 10 70 0 0 0 4.1 P
5 30 50 0 0 0 4.4 P
7 0 15 57 4 4 3.0 P
9 6 13 15 24 21 3.5 P
10 0 58 10 7 5 2.5 N
Kebanggaan 12 3 50 20 6 1 3.6 P
Bahasa 14 15 10 41 7 7 2.8 P
205
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
SKS = Sangat Tidak Setuju
P = Positif
N = Negatif
Peroleh nilai tertinggi pada soal nomor 1 yakni kecintaan terhadap bahasa
Indonesia memiliki nilai 4.1 dan soal nomor 5 yakni bahasa Indonesia harus tetap
digunakan mesti telah memasuki MEA memperoleh nilai 4.4. Ini membuktikan
terhadap bahasa Indonesia yang memiliki hasil positif ini diharapkan akan tetap
Mulawarman.
(Awareness of The Norm) yang menunjukkan hasil negatif. Hasil yang diperoleh
Hasil yang diperoleh dari responden untuk soal karakteristik ini memprihatinkan
karena 16 dari 20 soal termasuk dalam kategori negatif yakni 1,0-2,5. Hasil ini
Indonesia baik lisan maupun tulisan. Berikut adalah tabel perolehan nilai untuk
Tabel 4.3 Rata-rata nilai Kesadaran Adanya Norma Bahasa Mahasiswa Jurusan Nonbahasa FKIP
No. Frekuensi
Rata-
Karakterisik Sikap Bahasa
rata
Soal SS S KS TS STS
3 6 42 19 13 0 2.5 N
6 16 39 15 3 7 2.3 N
17 21 33 7 13 5 3.6 P
22 13 30 28 4 5 2.5 N
24 16 14 44 3 2 2.5 N
Kesadaran adanya 28 13 13 36 5 12 3.1 P
norma bahasa 29 20 30 13 10 7 2.4 N
30 18 30 10 17 5 2.5 N
31 40 28 4 4 1 1.6 N
32 26 30 13 6 5 2.2 N
37 10 64 3 1 0 1.9 N
38 25 30 20 4 0 2.0 N
39 10 30 20 13 6 3.3 P
40 5 58 10 6 0 3.7 P
(Awarness of 42 23 42 8 2 4 2.0 N
The Norm) 44 20 45 8 4 2 2.0 N
207
45 17 42 10 7 2 2.1 N
46 20 14 45 0 0 2.3 N
47 17 38 10 7 7 2.3 N
48 8 63 4 3 2 2.1 N
Sumber: Kuesioner Responden
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
SKS = Sangat Tidak Setuju
P = Positif
N = Negatif
norma bahasa Indonesia. Hal ini terbukti dengan perolehan nilai 2,5 untuk soal
nomor tiga yakni penggunaan bahasa Indonesia yang terpenting adalah asal
lawan bicara paham. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki kaidah
kebahasaan baik segi lisan maupun tulisan. Kaidah ini seharusnya diterapkan oleh
kaidah bahasa asing lisan “yang penting paham”. Kaidah bahasa Indonesia
Apabila dalam situasi formal harus menggunakan bahasa Indonesia ragam baku
dan sebaliknya jika berada pada situasi santai harus menggunakan bahasa
seluruh responden melakukan peristiwa bahasa yakni campur kode. Seperti yang
(2.9) Guru : Baiklah sebelum bapak mulai, marilah kita berdoa terlebih
kotor. Satu menit, saya beri waktu satu menit ya ... jelasin,
(14.15) Guru : Ya itu saja yang bisa ibu sampaikan. Mungkin selanjutnya
frase, dan klausa. Campur kode berupa kata terdapat pada tuturan (1.7), (2.9),
(3.13), dan (14.15) yakni kata kenapa, silahkan, nggak, dan bakal. Campur kode
berupa frase terdapat pada tutur (14.14) yakni frase nggak papa dan campur kode
bahasa Indonesia lisan melainkan buta kaidah bahasa Indonesia segi tulisan. Hal
ini berdasarkan temuan hasil analisis seluruh karya tulis responden mengandung
kesalahan ejaan, kesalahan dalam bidang morfologi yakni penulisan kata depan
209
karya tulis IX, karya tulis X, dan XIV yang terdapat pada kalimat-kalimat berikut.
(halaman 2)
negatif karena dua dari tiga ciri bahasa menunjukkan perolehan nilai negatif. Hal
ini sesuai dengan pembuktian dari hasil analisis peristiwa tutur dan karya tulis
kesalahan fatal yakni kesalahan dalam bidang morfologi yakni penulisan kata
BAB V
PEMBAHASAN
karena dua dari tiga ciri sikap bahasa memiliki nilai 1,0-2,5 yang termasuk dalam kategori
negatif . Sikap bahasa ini diukur dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada
yakni kesetiaan bahasa (Language Loyalty), kebanggaan bahasa (Language Pride), dan
kesadaran adanya norma bahasa (Awareness of The Norm). Ketiga indikator tersebut
tingkah laku).
adanya norma dituangkan dalam pernyataan yang berhubungan dengan tingkah laku. Dari
uraian di atas diketahui bahwa sikap bahasa mahasiswa jurusan nonbahasa menunjukkan
hasil cenderung negatif. Dalam penelitian ini, hasil dari kuesioner didukung dengan
adanya rekaman tuturan responden dan karya tulis responden. Hasil analisis peristiwa
tutur dan karya tulis responden yang menunjukkan bahwa pada peristiwa tutur responden
211
melakukan campur kode bahasa Indonesia ragam nonbaku dalam bentuk kata, frase, dan
klausa, adanya penyisipan istilah asing, kesalahan dalam bidang fonologi yakni
penyebutan fonem yang tidak sesuai. Sedangkan untuk keseluruhan karya tulis,
ditemukan kesalahan fatal yakni kesalahan dalam bidang morfologi yakni penulisan kata
depan serangkai dengan kata yang mengikutinya, penulisan kalimat pasif yang terpisah
terdapat kesalahan dalam tuturan dan tulisan responden. Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut.
Kesetiaan bahasa adalah ciri sikap positif yang mendorong masyarakat suatu
bahasa untuk mempertahankan bahasanya dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh
bahasa lain. Kesetiaan bahasa ini menjadi karakteristik pertama dalam penyusunan
kuesioner. Indikator ini dituangkan dalam pernyataan verbal dan perasaan sehingga hasil
yang diperoleh nantinya akan berkaitan dengan perasaan setia responden terhadap bahasa
Indonesia. Hasil yang diperoleh dari nilai rata-rata responden adalah delapan dari lima
belas soal memiliki nilai 1,0-2,5 yang termasuk dalam kategori negatif.
Sikap cenderung negatif yang dimiliki oleh responden berdasar pada latar
menggunakan bahasa Indonesia ragam nonbaku yang disisipi kode berupa bahasa asing
212
atau bahasa gaul. Adanya sisipan ini disebabkan oleh penggunaan istilah-istilah asing
yang sebenarnya istilah tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Hal ini
terbukti dengan perolehan nilai 2,1 untuk soal nomor 2 yakni Saya selalu menggunakan
istilah “slide” power point daripada istilah “salindia” saat diskusi di kelas. Hal ini
terbukti dengan transkrip rekaman yang mengandung istilah slide dari tuturan responden
yakni tuturan (14.9) yang berasal dari responden program studi pendidikan biologi.
materi yang berasal dari aplikasi presentasi dibantu oleh alat proyektor. Istilah ini
memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yakni salindia yang berarti terawang
fotografi pada pelat kaca tipis yang diatur agar dapat diproyeksikan.
Perolehan nilai terendah selanjutnya pada nomor delapan yakni soal 18 yakni
Saya akan menggunakan bahasa asing apabila berkomunikasi dengan kawan saya yang
berwarga negara asing. Kesetiaan responden dikatakan hilang karena responden akan
lebih memilih menggunakan bahasa asing ketika berkomunikasi dengan warga negara
asing. Hal ini membuktikan bahwa responden menerima adanya pengaruh asing dalam
komunikasi harian padahal ciri kesetiaan bahasa adalah apabila perlu mencegah pengaruh
asing. Tentunya hal ini akan lebih baik apabila responden sebagai masyarakat Indonesia
dalam bahasa Indonesia sehingga warga asinglah yang harus menggunakan bahasa
Selanjutnya nilai kesetiaan mahasiswa juga merosot pada soal nomor 19, 41, dan
43 yakni tentang kesukaan terhadap lagu-lagu asing, penggunaan bahasa asing dengan
tujuan menarik minat masyarakat ketika mengadakan suatu acara, dan persetujuan
terhadap pernyataan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa asing bagi masyarakat
bagi keberadaan bahasa Indonesia. Sikap setuju yang dimiliki mahasiswa dikarenakan
Indonesia merupakan bahasa yang sulit untuk dipahami sehingga menjadi bahasa asing
Soal lainnya yang juga memiliki nilai rendah adalah nomor 34 yakni kesetujuan
responden untuk memilih mengikuti tes TOEFL dibanding tes UKBI. Hal ini lambat laun
apabila terus terjadi maka tidak menutup kemungkinan bahwa soal nomor 36 akan
terbukti yakni “Suatu saat bahasa Indonesia yang baik dan benar akan punah”.
Pride) menunjukkan sikap positif karena 12 soal memiliki nilai dalam rentang 2.6-5.0 ,
sedangkan tiga soal lainnya memiliki nilai 1,0-2,5. Hal ini menunjukkan bahwa secara
subjektif responden masih memiliki rasa bangga terhadap bahasa Indonesia. Kebanggaan
214
ini terlihat dengan persetujuan responden terhadap soal-soal yang mengarah pada
Peroleh nilai tertinggi pada soal nomor 1 yakni kecintaan terhadap bahasa
Indonesia memiliki nilai 4.1 dan soal nomor 5 yakni bahasa Indonesia harus tetap
digunakan mesti telah memasuki MEA memperoleh nilai 4.4. Ini membuktikan bahwa
Indonesia yang memiliki hasil positif ini diharapkan akan tetap bertahan bahkan
meningkat apabila di kemudian hari dilakukan lagi penelitian sebagai pembaruan sikap
bangga akan bahasa Indonesia. Kebanggaan itu terbukti dengan pemilihan penggunaan
Indonesia dan dianggap lebih mudah karena bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu
responden. Akan tetapi kebanggaan ini tidak dibarengi oleh kesetiaan bahasa sehingga
mereka cenderung untuk mempelajari dan menggunakan istilah asing karena mereka
Kesadaran adanya norma bahasa (Awareness of The Norm) merupakan ciri sikap
positif yang mendorong penutur menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun
215
merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu kegiatan
menggunakan bahasa (language use). Karakteristik yang ketiga ini dituangkan dalam
penyataan yang berhubungan dengan tingkah laku dan menunjukkan hasil negatif. Hasil
yang diperoleh dari responden untuk soal karakteristik ini memprihatinkan karena 16 dari
20 soal termasuk dalam kategori negatif yakni 1,0-2,5. Hasil ini menunjukkan bahwa
responden masih minim pengetahuan tentang norma bahasa Indonesia baik lisan maupun
tulis sehingga tingkah laku responden tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
dalam bahasa Indonesia ternyata belum paham tentang norma-norma bahasa Indonesia.
Hal ini terbukti dengan perolehan nilai 2,5 untuk soal nomor tiga yakni penggunaan
bahasa Indonesia yang terpenting adalah asal lawan bicara paham. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang memiliki kaidah kebahasaan baik segi lisan maupun tulisan.
Kaidah ini seharusnya diterapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kaidah bahasa
Indonesia lisan berbeda dengan kaidah bahasa asing lisan “yang penting paham”. Kaidah
situasi. Apabila dalam situasi formal harus menggunakan bahasa Indonesia ragam baku
dan sebaliknya jika berada pada situasi santai harus menggunakan bahasa Indonesia
ragam nonbaku.
bahasa Indonesia ragam nonbaku dan bahkan mencampurkan istilah-istilah asing ketika
berbicara dalam situasi formal. Hal ini terbukti dengan banyaknya penemuan penggunaan
216
bahasa Indonesia ragam nonbaku dan istilah asing oleh responden ketika peneliti turut
Pada keseluruhan peristiwa tutur ditemukan peristiwa bahasa yakni campur kode
bahasa Indonesia ragam nonbaku yang dilakukan oleh responden. Campur kode ragam
nonbaku yang dilakukan responden berupa kata, frase, dan klausa. Campur kode berupa
kata terdapat pada tuturan (1.7), (2.9), (3.13), dan (14.15) yakni kata kenapa, silahkan,
nggak, dan bakal. Campur kode berupa frase terdapat pada tutur (14.14) yakni frase nggak
papa dan campur kode berupa frase terdapat pada tuturan (14.14) yakni klausa jelasin
dan ngisi. Peristiwa bahasa ini membuktikan bahwa perolehan nilai negatif karakteristik
kesadaran adanya norma bahasa merupakan benar adanya. Kaidah bahasa Indonesia lisan
mewajibkan penutur bahasa Indonesia menggunakan bahasa Indonesia ragam baku dalam
situasi formal tanpa dicampur dengan ragam nonbaku ataupun istilah asing.
Indonesia ragam nonbaku dan istilah asing dalam komunikasi harian. Responden juga
menggunakan bahasa semau responden sendiri tanpa berpedoman ada kaidah yang
berlaku.
Nilai negatif responden untuk karakteristik kesadaran adanya norma bahasa ini
juga dibuktikan dengan adanya karya tulis responden yang telah dianalisis. Hasil analisis
menunjukkan bahwa responden tidak hanya buta kaidah bahasa Indonesia lisan
melainkan buta kaidah bahasa Indonesia segi tulisan. Hal ini berdasarkan temuan hasil
analisis seluruh karya tulis responden mengandung kesalahan dalam bidang morfologi
217
yakni penulisan kata depan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Berikut beberapa
kebingungan tentang perbedaan penulisan kata depan di, ke, dan dari dan kata kerja pasif.
Penulisan kata depan di, ke, dan dari berdasar pada ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan adalah terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Sedangkan penulisan kata kerja pasif adalah harus serangkai dengan kata yang
menyertainya. Kesalahan ini termasuk kesalahan fatal karena keseluruhan karya tulis
mengandung kesalahan tersebut. Kesalahan ini apabila dibiarkan lambat laun akan
Kesalahan lainnya adalah penulisan kata majemuk yang terpisah pada karya tulis
IX, karya tulis X, dan XIV. Kesalahan penulisan kata majemuk tersebut seharusnya
serangkai sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan kaidah penulisan kata
majemuk yang mengandung unsur “anti”, “antar”, “baku”, “dasa”, dan lain-lain.
Penulisan ini berpedoman pada buku Analisis Kesalahan Berbahasa terbitan Dinas
yang telah dijabarkan di atas menjadi bukti bahwa sikap bahasa yang dimiliki responden
memang cenderung negatif. Responden saat bertutur pada situasi formal melakukan
campur kode bahasa Indonesia ragam baku dan nonbaku, penyisipan istilah asing, dan
kesalahan fonologi berupa kesalahan penyebutan fonem. Hal ini menunjukkan bahwa
218
kesadaran adanya norma bahasa responden rendah atau negatif. Pada tuturan juga
Peroleh negatif untuk kesadaran adanya norma bahasa juga dibuktikan oleh hasil
analisis karya tulis responden yang memiliki satu kesalahan fatal yakni kesalahan
morfologi berupa penulisan kata depan serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Kesalahan ini merupakan warisan masyarakat Indonesia yang harus segera ditanggulangi
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 80 responden yang ada
di seluruh program studi yang ada di FKIP Universitas Mulawarman dapat disimpulkan
menunjukkan hasil cenderung negatif karena delapan dari lima belas soal
menunjukkan hasil positif karena 12 dari 15 soal karakteristik ini bernilai 2,6-
3. Kesadaran adanya norma bahasa (Awareness of The Norm) yang dimiliki oleh
peristiwa bahasa berupa campur kode dan kesalahan bidang fonologi pada
kelas. Pada karya tulis responden ditemukan kesalahan fatal yakni kesalahan
dalam bidang morfologi berupa penulisan kata depan serangkai dengan kata
dan kesalahan ejaan . Hal ini terjadi karena ketidaktelitian responden dan juga
6.2 Saran
bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan bagi masyarakat umum khususnya
2. Diperlukan satu hari dalam seminggu pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan
Indonesia dengan cara mempelajari istilah-istilah baru yang terdapat pada bahasa
Indonesia.
dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam penyusunan karya tulis.
221
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Lionie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Muslich, Masnur dan I Gusti Ngurah Oka. 2010. Perencanaan Bahasa pada Era
Pusat Bahasa Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta:
Balai Pustaka.
Ramdhani, Neila. 2009. Sikap dan Beberapa Definisi Untuk Memahaminya. [Online].
Tersedia:http:/neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2009/09/bab2a1-
Saragih, Elza Lelyli Lisnora dan Beslina Afriani Siagian. 2014. Sikap Bahasa Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Beretnis Batak Dalam
Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: FS UNS
Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1996. Analisis Kesalahan Berbahasa.