Anda di halaman 1dari 19

1.

PERANCANGAN APLIKASI JUAL BELI ONLINE DALAM BIDANG PERTANIAN


(Tjioe Hok Bun/160815006,Muhammad Afriza Hanif/160414070)
2. SISTEM PENGAIRAN SAWAH DENGAN METODE AUTOMASI
(Renaldy Kevin Sidharta/160118017,Villo Setyo Nugroho/160118002,Alif
Gibran Rachmat Dilaga/160118004)
3. SISTEM KRAN OTOMATIS UNTUK MENDETEKSI BAK MANDI YANG KOTOR
(Christian Arista/160118009, Ferdinan Bagastama/160118007, Ronal
Tandiawan/160118010).
4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SENSOR PIR PADA LAMPU
(Auliya Hanun/160118015, Muhammad Aurel/160118018, M.
Khoiriqil/160118021)
5. PENGARUH MASKER JAGUNG DAN MINYAK ZAITUN TERHADAP
PERAWATAN KULIT WAJAH (Fabian Darryl Enrico/160118006, Cen Tong
In/ 160118011, Hendrawan Herman/160118003)
6. Kelebihan dan kekurangan sensor lampu tepuk (Aditya Maula
Zandy/160118012,Samudera Cahya Candra
Berlian/160118016/azareelosiyo/160118019)
7. Perancangan sistem pemilu corner (Christian Angkawijaya
Lumanto/160118014, Fransisco Jordan/160118001, Michelle
Kuganda/160717031)

Achmad Ashikin
Minggu, 02 Februari 2014
Laporan Penelitian Sikap Bahasa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Kuningan

SOSIOLINGUISTIK
“Sikap Bahasa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Tingkat Satu Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan”
LAPORAN PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sosiolinguistik
Dosen Pengampu
Asep Jejen Jaelani, M.Pd.

Oleh
Kelompok 3

1. Ahmad Asikin
2. Dini Pandini
3. Egy Hardiyanti Sari
4. Nurjanah
5. Rifal Rifaldi
6. Rani Yulianingsih

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian sosiolinguiatik tentang “Sikap Bahasa
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Tingkat Satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kuningan”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui sikap bahasa
mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) terhadap Bahasa Indonesia, sekaligus untuk
memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Sosiolinguistik.
Dalam melakukan penelitian ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak
baik bersifat moril maupun materil, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan kerendahan dan ketulusan hati, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih
terutama kepada Bapak Asep Jejen Jaelani, M.Pd. yang telah mengajarkan, membimbing,
mengarahkan serta memberi motivasi kepada kami khususnya dalam melakukan penelitian ini,
mahasiswa PBI FKIP Universitas Kuningan tingkat satu yang telah bersedia dijadikan sebagai
objek penelitian, dan masih banyak pihak-pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, mustahil penelitian ini dapat terlaksana.
Menyadari akan kekurangan dan kelemahan kami, baik dalam melakukan penelitian
maupun dalam menyusun laporan hasil penelitian ini, kami sangat mengharapkan kritik disertai
saran yang membangun terutama dari Bapak Asep Jejen Jaelani, M.Pd. selaku dosen pengampu
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan
semoga kebaikan orang-orang yang telah membantu kami dalam melakukan penelitian ini
mendapatkan pahala dari Allah Swt. Aamiin.

Kuningan, 27 Januari 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR JILID 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang Masalah 4
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.4. Manfaaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 6


2.1. Pengertian Sikap Bahasa 6
2.2. Komponen Sikap 6
2.3. Jenis-jenis Sikap Bahasa 8
2.4. Ciri-ciri Sikap Bahasa 8
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Bahasa Negatif 9
2.5. Pemilihan Bahasa 10

BAB III METODE PENELITIAN 12


3.1. Metode Penelitian 12
3.2. Teknik Penelitian 12
3.2.1. Teknik Pemerolehan Data 12
3.2.2. Teknik Pengolahan Data 12
3.3. Populasi 13
3.4. Sampel 13

BAB IV ANALISIS DATA 14


4.1. Data Penelitian 14
4.2. Analisis Data Penelitian 15

BAB V PENUTUP 16
5.1. Simpulan 16
5.2. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia, baik lisan maupun
tulisan. Sumpah pemuda 1928 berisi tentang pengakuan bahwa Bahasa Indonesia merupakan
bahasa nasional. Begitu pula dalam UUD 1945 pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa Indonesia
merupakan bahasa negara yang mempunyai dasar hukum.
Fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu sebagai lambang kebanggaan
bangsa, lambang identitas nasional, alat perhubungan antar daerah, alat pemersatu berbagai
suku bangsa yang ada di nusantara. Sedangkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
yaitu sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga pendidikan, alat
perhubungan pada tingkat nasional, alat pengembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan
teknologi.
Sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, sudah seharusnya kita selaku warga
negara indonesia yang baik menyadari akan adanya norma dalam Bahasa Indonesia. Sudah
selayaknya dalam berkomunikasi kita menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
sesuai kaidah yang telah ditetapkan. Namun seiring berkembangnya zaman, Bahasa Indonesia
kini mulai dipandang sebelah mata, kesetiaan bangsa Indonesia dalam menggunakan Bahasa
Indonesia mulai melemah, tidak mempunyai lagi rasa bangga terhadap Bahasa Indonesia,
bahkan kadangkala kita lebih bangga terhadap bahasa lain, misalnya bahasa inggris.
Selain itu, banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia dalam menggunakan Bahasa Indonesia, baik penggunaan dalam bahasa lisan
maupun bahasa tulisan. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi bisa berupa interferensi,
alih kode, campur kode, dan sebagainya. Bahkan judul artikel disebuah majalah ada yang
mengatakan bahwa “Bahasa Indonesia adalah Bahasa Asing di Indonesia”, sungguh miris
ketika membaca kalimat tersebut. Meskipun hanya sebuah opini, namun ketika kita peka
terhadap kondisi saat ini pernyataan tersebut ada benarnya juga. Sebagai contoh kadang
masyarakat Indonesia lebih bangga ketika berbicara dengan menggunakan Bahasa Inggris
daripada berbicara menggunakan Bahasa Indonesia, atau lebih senang berbicara dengan
menggunakan bahasa tidak baku daripada berbicara dengan menggunakan bahasa baku. Itu
semua terjadi bukan bukan karena alamiah, namun karena disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya adalah sikap negatif terhadap Bahasa Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan mencoba merumuskan masalah
sebagai berikut.
Bagaimana sikap bahasa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) tingkat satu Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan terhadap Bahasa Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian


Dalam penelitian ini ada tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, tujuan tersebut adalah
sebagai berikut.
Ingin mengetahui sikap bahasa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) tingkat satu
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan terhadap Bahasa Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan akan bermanfaat
baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan
dibidang ilmu kebahasaan, khususnya Sosiolinguistik. Selain itu diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai penyimpangan dalam menggunakan Bahasa Indonesia baik
penyimpangan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, melalui penelitian ini penulis bisa mengetahui sikap bahasa mahasiswa
Pendidikan Bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia.
2) Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan
dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Sikap Bahasa
Sebelum membahas lebih jauh mengenai sikap bahasa, ada baiknya kita pahami dulu
apa itu sikap dan apa itu bahasa. Kata sikap dapat mengacu pada perilaku atau gerak-gerik dan
perbuatan atau tindakan yang di lakukan sebagai reaksi atas suatu hal atau kejadian. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1303) sikap merupakan perbuatan dan sebagainya yang
berdasarkan pada pendirian dan keyakinan. Lebih lanjut Osgood dan Tannenbaum (dalam Alex
Sobur, 2011: 356) mengatakan bahwa sikap bisa diungkapkan melalui bahasa, sikap bisa
diungkapkan sampai batas-batas tertentu tanpa kata-kata, namun konsep sikap akan sangat
miskin jika diterapkan pada spesies yang tidak bisa berbicara. Berdasarkan pendapat Osgood
dan Tannenbaum sangat jelas bahwa sikap sangat berkaitan dengan manusia.
Sikap merupakan fenomena kejiwaan yang biasanya termanifestasi dalam bentuk
tindakan atau perilaku. Namun tidak selalu yang dilakukan secara lahiriah merupakan cerminan
dari sikap batiniah, banyak faktor yang mempengaruhi hubungan sikap batin dan peilaku lahir.
Sikap berupa pendirian, pendapat atau pandangan dalam batin yang tidak bisa diamati secara
empiris. Sedangkan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitler,yang digunakan oleh
anggota suatu masyarakat, untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008: 116). Jadi, sikap bahasa adalah perilaku, perbuatan atau
tindakan seseorang/sekelompok orang terhadap suatu bahasa dalam berinteraksi.
Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa
orang lain. Keadaan dan proses terbentuknya sikap bahasa tidak jauh dari keadaan dan proses
terbentuknya sikap pada umumnya. Sebagaimana halnya dengan sikap, maka sikap bahasa juga
merupakan peristiwa kejiwaan sehingga tidak dapat diamati secara langsung. Sikap bahasa
dapat diamati melalui perilaku berbahasa atau perilaku tutur (Chaer dan Agustina, 2010: 149).

2.2. Komponen Sikap


Menurut Lambert (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 150) menyatakan bahwa sikap
itu terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
konatif.
a. Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan mengenai alam sekitar dan gagasan
yang biasanya merupakan kategori yang dipergunakan dalam proses berpikir.
b. Komponen afektif menyangkut masalah penilaian baik dan buruk, suka atau tidak suka
terhadap sesuatu. Jika seseorang memiliki nilai rasa baik atau suka terhadap suatu keadaan,
maka orang itu dikatakan memiliki sikap positif. Jika sebaliknya, disebut memiliki sikap
negatif.
c. Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai “putusan akhir” kesiapan
reaktif terhadap suatu keadaan.

Melalui ketiga komponen inilah, orang biasanya mencoba menduga bagaimana sikap
seseorang terhadap suatu keadaan yang sedang dihadapinya. Ketiga komponen sikap ini
(kognitif, afektif, dan konatif) pada umumnya berhubungan dengan erat. Namun, seringkali
pengalaman “menyenangkan’ atau “tidak menyenangkan” yang didapat seseorang di dalam
masyarakat menyebabkan hubungan ketiga komponen itu tidak sejalan. Apabila ketiga
komponen itu sejalan, maka bisa diramalkan perilaku itu menunjukkan sikap. Tetapi kalau
tidak sejalan, maka dalam hal itu perilaku tidak dapat digunakan untuk mengetahui sikap.
Edward (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 150) mengatakan bahwa sikap hanyalah
salah satu faktor yang juga tidak dominan dalam menentukan perilaku. Sedangkan Sugar
(dalam Chaer dan Agustina, 2010: 150) berdasarkan penelitiannya memberi kesimpulan bahwa
perilaku itu ditentukan oleh empat buah faktor utama, yaitu sikap, norma sosial, kebiasaan, dan
akibat yang mungkin terjadi. Dari keempat faktor itu dikatakan bahwa kebiasaan adalah faktor
yang paling kuat, sedangkan sikap merupakan faktor yang paling lemah. Jadi, dengan demikian
jelas bahwa sikap bukan satu-satunya faktor yang menentukan perilaku, tetapi yang paling
menentukan perilaku adalah kebiasaan.
Anderson (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 151) membagi sikap atas dua macam,
yaitu; sikap kebahasaan dan sikap nonkebahasaan. Sikap kebahasaan misalnya sikap politis,
sikap keagamaan, dan lain-lain. Menurut Anderson, sikap bahasa adalah tata keyakinan atau
kognisi yang relatif berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai objek bahasa,
yang memberikan kecenderungan seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu yang
disenanginya.

2.3. Jenis-jenis Sikap Bahasa


Jenis Sikap bahasa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu sikap positif dan sikap
negatif.
a. Sikap Positif
Sikap bahasa positif yaitu sikap yang berhubungan dengan tingkah laku yang tidak
bertentangan dengan kaidah atau norma yang kebahasaan yang berlaku, atau suatu sikap setia
dan bangga terhadap suatu bahasa.
b. Sikap Negatif
Sikap negaif bahasa akan menyebabkan orang acuh tak acuh terhadap pembinaan dan
pelestariaan suatu bahasa. Mereka menjadi tidak bangga lagi memakai bahasa sendiri sebagai
penanda jati diri, bahkan mereka merasa malu memakai bahasa terebut.

2.4. Ciri-ciri Sikap Bahasa


Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 153) merumuskan tiga ciri
sikap bahasa yaitu:
a. Ciri Sikap Bahasa Positif
1) Kesetiaan Bahasa (Language Loyalty)
Kesetiaan bahasa yang mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan
apabila perlu mencegah adanya pengaruh bahasa lain.
2) Kebanggaan Bahasa (Language Pride)
Kebanggaan bahasa yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya
sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat.
3) Kesadaran Adanya Norma Bahasa (Awareness Of The Norm)
Kesadaran Adanya Norma Bahasa yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan
cermat dan santun; dan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan
yaitu kegiatan menggunakan bahasa (language use).

b. Ciri Sikap Bahasa Negatif


1) Tidak ada gairah atau dorongan untuk mempertahankan kemandirian bahasanya
2) Kesetiaan bahasanya mulai melemah
3) Tidak mempunyai rasa bangga terhadap bahasanya

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Bahasa Negatif


Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap bahasa negatif, diantaranya: faktor politis,
faktor etnis, ras, gengsi, menganggap bahasa tersebut terlalu rumit atau susah dan sebagainya.
Sebagai contoh yaitu penggunaan bahasa Jawa di lingkungan masyarakat Jawa,
dewasa ini penggunaan bahasa Jawa dikalangan masyarakat Jawa sendiri dirasa kurang begitu
antusias. Hal ini merupakan tanda-tanda mulai munculnya sikap yang kurang positif terhadap
bahasa tersebut. Bahasa-bahasa daerah terkadang dianggap sebagai bahasa yang kurang
fleksibel dan kurang mengikuti perkembangan jaman.
Demikian pula bahasa Jawa, anak-anak muda pada jaman sekarang kurang begitu
mengerti dan antusias menggunakan bahasa tersebut, karena ada yang merasa bahwa bahasa
Jawa terlalu rumit bagi mereka, banyak leksikon dari bahasa Jawa yang tidak dimengerti,
ditambah dengan penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa dan sebagainya.
Hal tersebut merupakan indikasi bahwa mereka sudah tidak berminat lagi untuk
mempelajari bahasa Jawa, atau hal itu juga dipengaruhi oleh perkembangan keadaan yang
menghendaki segala sesuatu yang serba praktis dan simpel. Tidak hanya bahasa daerah, tetapi
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pun dirasa telah mulai pudar ciri sikap bahasa
positifnya.
Sikap negatif juga akan lebih terasa akibat-akibatnya apabila seseorang atau
sekelompok orang tidak mempunyai kesadaran akan adanya norma bahasa. Sikap tersebut
nampak dalam tindak tuturnya. Mereka tidak merasa perlu untuk menggunakan bahasa secara
cermat dan tertib, mengikuti kaidah yang berlaku.
Seperti halnya kasus Vicky Prasetyo yang melontarkan pernyataan-pernyataan tak
lazim, menyimpang, bahkan merusak kaidah kebahasaan. Pernyataan-pernyataan tak lazim
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Konsfirasi Kemakmuran
b. Statusisasi
c. Labil Ekonomi
d. Basicly
e. Kontroversi Hati
f. Kudeta Cinta
g. Twenty Nine My Age
h. Harmonisasi
i. Mempertakut
j. Mempersuram
Secara sosiolinguistik hal tersebut tidak menjadi masalah, sebab itu merupakan idiolek
Vicky Prasetyo. Malah bisa dijadikan sebagai lahan penelitian sosiolinguistik. Akan tetapi bagi
pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara tentu merupakan
masalah besar, sebab itu merupakan “peristiwa perusakan” bahasa Indonesia yang sangat tidak
diharapkan. Penutur yang memiliki sikap bahasa positif terhadap bahasa Indonesia, tentu tidak
akan melakukan pencampuran bahasa. Dia akan menggunakan bahasa Indonesia secara cermat
dan benar. Sayangnya seperti yang dilaporkan Moeliono dan Koentjaraningrat (dalam Chaer
dan Agustina, 2010: 160) banyakan orang Indonesia belum memiliki sikap bahasa positif
terhadap bahasa nasionalnya.

2.5. Pemilihan Bahasa


Pemilihan bahasa (language choice) adalah “sebuah bahasa secara keeluruhan“ dalam
suatu komunikasi. Timbulnya pemilihan bahasa disebabkan oleh terjadinya kontak bahasa,
sosial, dan budaya sehingga tumbuh kelompok masyarakat tutur yang memiliki kemampuan
untuk memilih bahasa atau kode bahasa dalam peristiwa tertentu, baik mempertahankan bahasa
pertama maupun melakukan pergeseran bahasa ke bahasa baru atau mencampurkan bahasa
pertama dan bahasa baru. Dengan kata lain, seseorang yang melakukan pemilihan bahasa
dalam komunikasinya sebenarnya sedang menerapkan kompetensi komunikatifnya, atau
sedang menunjukkan performansi komunikatifnya. Sebagai perilaku, pemilihan bahasa
hakikatnya merupakan tindakan atau perilaku dalam menggunakan bahasa terpilih berdasarkan
situasi yang tersedia. Meski demikian, untuk kajian ini, istilah ‘pemilihan bahasa’ digunakan
secara praktis untuk merujuk ke performansi komunikatif atau perilaku bahasa (language
behavior) kendati perilaku bahasa mengandung cakupan pengertian yang lebih luas. Dalam hal
ini, Blom & Gumperz mengajukan dua tipe pilihan kode:
a. Peralihan Situasional (situational switching)
Peralihan situasional digunakan untuk mengacu ke pemilihan bahasa yang bergantung pada
aneka aspek situasi, termasuk pula derajat formalitas. Sebagaimana yang dipkrediksikan,
ketika situasi kebahasaannya formal dan relatif bebas dari masalah pribadi, varietas bahasa
standarlah yang dipilihnya, sedangkan varietas lokal dipilih tatkala situasinya informal.
b. Peralihan Metaforik (metaphorical switching).
Peralihan metaforik digunakan untuk menjelaskan pemilihan bahasa yang ditentukan oleh
hubungan para partisipan.

Dalam masyarakat multietnis dan multilingual, kiranya tiada seorang pun yang hanya
memiliki satu kode bahasa dalam repertoir-nya. Yang kerap terjadi, bahkan, adalah orang akan
senantiasa terlibat dalam kontak antar-bahasa atau antar dialek. Untuk membangun interaksi
sosial menjadi cukup lancar, orang akan berusaha menerapkan kemampuan integrasi sosial
dengan kelompok masyarakat dimana ia tinggal. Tingkat integrasi sosial (dan psikologis)
seseorang diasumsikan cukup menentukan cepat-tidaknya ia melakukan akomodasi sosial,
termasuk akomodasi berbahasa. Asumsi didasarkan pada realitas bahwa kesupelan seseorang
dalam pergaulan akan banyak menentukan cepat-tidaknya ia diterima oleh lawan bicaranya.
Ada tiga jenis pilihan dalam berbahasa:
a. Memilih satu variasi bahasa yang sama (intra language variation);
b. Alih kode (code switching);
c. Campur kode (code mixing).
Sebelum itu, Giles mengidentifikasi tiga pola penggunaan bahasa:
a. Penggunaan bahasa etnik minoritas;
b. Bilingual dalam bahasa etnik dan bahasa dominan;
c. Monolingual dalam bahasa dominan.

Merujuk Giles, dapatlah dikemukakan, bahwa seorang anggota masyarakat


berkemungkinan menerapkan pemilihan bahasa berikut ini:
a. Menggunakan bahasa daerah/pertamanya (divergen);
b. Menggunakan bahasa daerah/pertamanya dan bahasa Indonesia (konvergen);
c. Menggunakan bahasa Indonesia (konvergen). Pola pemilihan bahasa semacam ini
diprediksikan akan dapat ditemukan dalam penelitian.
Ervin dan Trip mengidentifikasikan empat faktor utama yang menyebabkan pemilihan
bahasa, antara lain:
a. Situasi dan latar, seperti waktu dan tempat;
a. Partisipan dalam interaksi, seperti: usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, asal,
latar belakang kesukuan, dan peranannya dalam hubungan dengan partisipan lain;
b. Topik percakapan, dapat berupa topik-topik mengenai pekerjaan, maupun peristiwa aktual;
c. Fungsi interaksi yang merupakan fungsi percakapan di dalam interaksi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, ketika akan melalukan penelitian
harus jelas metode apa yang akan digunakan, misalnya metode penelitian kuanitiatif atau
metode penelitian kuantitatif. Dalam metode penelitian kuantitatif masalah yang dibawa oleh
peneliti harus sudah jelas, sedangkan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan (Sugiyono, 2009: 30).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka metode penelitian yang kami gunakan pada
penelitian “Sikap Bahasa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Tingkat Satu Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan” adalah metode penelitian kuantitatif,
sebab masalah yang kami bawa sudah jelas mengenai sikap bahasa mahasiswa bahasa Inggris.

3.2. Teknik Penelitian


Teknik penelitian merupakan suatu teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti
dalam pengumpulan data penelitian. Teknik penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu: teknik
penelitian data/teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.
3.2.1. Teknik Penelitian Data
Dalam penelitian ini, teknik penelitian data/teknik pengumpulan data yang kami gunakan
yaitu dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada resfonden untuk
dijawabnya (kuesioner/angket). Alasan kami menggunakan teknik kuesioner sebab teknik ini
lebih efisien, selain itu teknik kuesioner cocok dengan penelitian ini mengingat resfonden yang
kami teliti cukup banyak yakni 35 resfonden.
3.2.1. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengolahan data yang kami gunakan yaitu statistik
inferensial tujuannya yaitu untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi.

3.3. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 80).
Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat, yaitu yang
berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan
diadakannya populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya anggota sampel yang diambil
dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi (Usman, 2011: 42).
Berdasarkan penjelasan di atas, populasi yang kami tetapkan yaitu mahasiswa
Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) tingkat satu FKIP Unversitas Kuningan sebanyak 70
mahasiswa.

3.4. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2009: 81). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul refresentatif (mewakili).
Dalam menentukan sampel ada tekniknya, teknik sampling pada dasarnya
dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Noprobability Sampling.
Berdasarkan penjelasan di atas, sampel yang kami ambil dari populasi menggunakan
teknik Probability Sampling (Simple Random Sampling) yaitu teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Dari jumlah populasi sebanyak 70 mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris tingkat satu,
yang kami ambil sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 35 mahasiswa.

BAB IV
ANALISIS DATA
4.2. Data Penelitian
4.3. Analisis Data Penelitian
No SS S TS STS Skor
1 8 36 12 - 56
2 4 51 2 1 58
3 40 9 12 1 62
4 52 15 2 1 70
5 24 15 16 1 56
6 12 54 4 - 70
7 24 39 - 1 64
8 24 27 8 1 60
9 28 33 4 - 65
10 20 33 8 - 65
11 4 51 4 - 61
12 16 39 6 - 61
13 - 39 6 4 49
14 28 36 2 - 66
15 40 15 6 2 63
16 4 54 2 - 60
17 4 54 2 - 60
18 12 48 2 - 62
19 40 30 - - 70
20 - 57 2 - 59
21 20 39 4 - 63
22 60 12 2 - 74
23 44 18 4 1 67
24 32 30 4 1 67
25 32 36 2 - 70
26 64 6 4 - 74
27 32 30 2 1 65
28 20 36 6 - 62
29 12 45 4 - 61
30 36 30 1 - 67
31 16 33 8 1 58
32 16 42 4 - 62
33 20 45 - - 65
34 8 51 2 - 61
35 8 51 2 - 61
JUMLAH 1747
a. Kriteria Sikap Bahasa
Minimal 20 Skor 20-39 = Rendah
40 Skor 40-59 = Cukup
60 Skor 60-80 = Tinggi
Max 80 Skor 80-100 = Sangat Tinggi

b. Analisis Data Penelitian


Rumus
∑ Skor 1747
───────── = ────── = 49,91
∑ Responden 35

Jadi, kriteria sikap bahasanya tergolong cukup.


BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis tentang sikap bahasa, maka dapat
disimpulkan bahwa sikap bahasa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris tingkat satu Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan terhadap Bahasa Indonesia tergolong
cukup.
Hal tersebut terbukti dari hasil analisis, dimana total skor yang telah dihitung yaitu
mendapat skor 49,91.

5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, saran yang ingin kami sampaikan adalah sebagai
berikut:
1. Gunakanlah Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku, baik dalam
komunkasi lisan maupun tulisan;
2. Setialah menggunakan Bahasa Indonesia ketika dimanapun berada;
3. Setialah menggunakan Bahasa Indonesia dalam situasi formal;
4. Berbanggalah terhadap Bahasa Indonesia karena merupakan lambang identitas nasional;
5. Sadarilah bahwa dalam Bahasa Indonesia ada norma yang berlaku yang harus kita patuhi
sebagai warga Negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. (2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Hanifudin, Hani. (2012). Tips Memilih Tema Skripsi plus Menggarapnya dengan Tuntas.
Jogjakarta: Diva Press.

Keraf, Gorys. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. (1994). Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Pusat Bahasa Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai
Pustaka.
Sobur, Alex. (2011). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Usman, Husaini dan Akbar, Setiady. (2011). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Diposting oleh Achmad Ashikin di 23.38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Waktu
Mengenai Saya

Achmad Ashikin
Bukan hidup jika hanya diam.
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ► 2015 (1)

 ▼ 2014 (22)
o ► Desember (2)
o ► Juli (12)
o ► Mei (1)
o ► Maret (1)
o ▼ Februari (6)
 Dramarisasi Puisi - Dalam Doaku
 Analisis Novel Cinta di Atas Awan Karya Gleen Alex...
 Rangkuman Kurikulum dan Pembelajaran
 Laporan Penelitian SPEAKING di Car Free Day Kabupa...
 Kakawihan di Daerah Lebakwangi
 Laporan Penelitian Sikap Bahasa Mahasiswa Pendidik...

 ► 2013 (12)

 ► 2010 (1)

 ► 2009 (1)

Pengikut
Feedjit
Visitors
Gambar tema oleh mattjeacock. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai