Anda di halaman 1dari 32

PRAKTIK

KOMUNIKASI
INTERPROFESSI
ONAL
KELOMPOK 1
DAFTAR
ISI
1 2 3
Latar Belakang Konsep Dasar Penerapan Praktik
Kolaborasi

4 5
Pembahasan Kesimpulan
1

LATAR
BELAKANG
Seiring perkembangan di dalam dunia kesehatan, peningkatan permasalahan pasien yang
kompleks membutuhkan keterampilan dan pengetahuan dari beberapa tenaga profesional. Oleh
karena itu kerjasama dan kolaborasi yang baik antar profesi kesehatan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan kepuasan pasien dalam melakukan pelayanan kesehatan.

Sistem pelayanan kesehatan saat ini, mengutamakan pelayanan yang berpusat pada pasien dan
keluarga untuk memberikan pelayanan yang berkualitas, kepuasan pasien, dan terhindar dari
kejadian yang tidak diharapkan. Kolaborasi yang efektif antar anggota tim kesehatan
memfasilitasi terselenggaranya pelayanan yang berkualitas, dengan demikian pengembangan
kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan menjadi hal yang diprioritaskan oleh semua
organisasi pemberi pelayanan kesehatan.
2

KONSEP
DASAR
A. DEFINISI
• Komunikasi adalah tindakan mengirim dan menerima informasi antara
orang-orang dan dapat didefinisikan dalam berbagai cara tergantung pada
konteksnya.
• Komunikasi dapat bersifat interaktif, transaktif, verbal atau non-verbal, dan
hadir dalam berbagai bentuk dan gaya.
• Komunikasi dengan diri sendiri disebut komunikasi intrapersonal,
sedangkan komunikasi antar dua orang/lebih disebut komunikasi
interpersonal.
• Komunikasi interpersonal yang mencakup banyak profesi dan disiplin ilmu
yang berbeda disebut komunikasi interprofesional (mis. dokter - perawat).
• Komunikasi interprofesional yang efektif terdiri dari kejelasan dan
keakuratan pesan yang dapat diverifikasi, kerjasama dalam pemecahan
masalah, sikap tenang dan kooperatif di bawah tekanan, saling
menghormati dan pemahaman tentang peran masing-masing

• Kolaborasi interprofesional / Interprofessional Collaboration (IPC) adalah


proses komunikasi interpersonal yang kompleks antara satu tenaga
kesehatan dengan tenaga kesehatan lain.
B. TUJUAN

• Mencapai kesehatan pasien yang lebih baik.


• Berbagi informasi medis dan alat untuk meningkatkan praktik medis

• Secara efektif mengadvokasi penerapan standar medis baru.

Dengan tujuan tersebut, seluruh tenaga kesehatan diharapkan dapat


memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik tanpa terjadi kesalahan
komunikasi antar tenaga kesehatan.
C. MANFAAT

• Secara efektif dapat digunakan sebagai upaya pengembangan kolaborasi


interprofesi di rumah sakit.
• Penting dilakukan guna meningkatkan keselamatan pasien dan
menurunkan angka insiden keselamatan pasien.
• Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan profesionalisme kerja.
PENERAPAN PRAKTIK 3
KOLABORASI KASUS
Tn. Saderun, 65 tahun dirawat dengan CVA trombosis,
Kesadaran compos mentis, GCS = 15 (4.5.6). Pasien mempunyai
riwayat Diabetes Mellitus (DM) yg tidak terkontrol. Pola makan
pasien tidak teratur dan tidak berobat secara rutin untuk DM nya.
Hasil pemeriksaan terdapat hemiparese dekstra, nilai kekuatan
otot kanan 3/3 dan otot kiri 5/5. Makan-minum dan ADL dibantu
oleh keluarga atau perawat. Saat ini pasien sedang menjalani
program rehabilitasi fisik untuk menguatkan otot-otot
ekstremitas nya.
PENYELESAIAN MASALAH SECARA
INTERPROFESIONAL
A. Kasus Pemicu KOLABORASI
• Pasien dengan CVA trombosis akibat pola makan yang tidak teratur

• Pasien mempunyai riwayat DM yang tidak terkontrol akibat pola makan


dan pengobatan DM yang tidak teratur
• Pasien dengan hemiparese dextra pada ekstremitas kanan dengan nilai
kekuatan otot 3/3

B. Profesi yang Terlibat


• Perawat • Fisioterapi • Apoteker
• Dokter • Ahli Gizi
C. Data yang Didapatkan
• Pasien dengan CVA trombosis
• Riwayat DM yang tidak terkontrol
• Pola makan tidak teratur
• Pengobatan untuk masalah DM tidak teratur
• Hemiparesis dextra (otot kanan 3/3)
• ADL dibantu keluarga atau perawat
• GCS=15 (4,5,6)
D. Pertanyaan
1. Perawat
• Bagaimana riwayat kesehatan sebelumnya?
• Apa ada riwayat keluarga yang menderita diabetes melitus?
• Bagaimana kebiasaan aktivitas seperti merokok/alkohol/berolahraga?
• Apa yang klien ketahui mengenai penyakitnya?

2. Dokter
• Apa keluhan utama yang dirasakan?
• Mengapa tidak melakukan pengobatan DM secara rutin?
• Apakah klien memiliki alergi obat?
• Apakah ada riwayat konsumsi obat?
• Apakah klien mengonsumsi obatnya secara teratur?
3. Fisioterapi
• Apakah ada kesulitan beraktivitas?
• Bagaimana aktivitas mobilisasi sebelum sakit?
• Apakah klien kelelahan yang berlebihan saat melakukan aktivitas?
• Apakah ada nyeri yang timbul saat beraktivitas?
• Apakah ada kelainan tulang belakang?

4. Apoteker
• Apakah klien memiliki alergi obat?
• Apakah ada riwayat konsumsi obat?
5. Ahli Gizi
• Berapa berat badan klien? Apakah klien mengalami penurunan berat
badan yang drastis?
• Berapa porsi nasi yang dimakan klien dalam sekali makan?
• Apakah lauk dan jenis sayuryang klien suka?
• Apakah klien sering mengonsumsi buah? buah apa yang disukai klien?
• Apakah klien sering mengonsumsi makanan yang mengandung banyak
gula?
E. Masalah pada Tiap Profesi
1. Perawat
• Ketidakmampuan melakukan aktivitas sendiri sehingga memerlukan
bantuan dari keluarga atau perawat
2. Dokter
• Pasien dengan CVA trombosis
• Riwayat DM pasien yang tidak terkontrol
3. Fisioterapi
• Hemiparesis dextra (nilai kekuatan otot kanan 3/3)
4. Apoteker
• Konsumsi obat pasien yang tidak teratur
5. Ahli Gizi
• Pola makan pasien yang tidak teratur
F. Analisa Masalah
Tn. Saderun, 65 tahun dirawat
dengan CVA trombosis

Hambatan suplai 02 ke otak Terbentuknya aterosklerosis (elastisitas pembuluh


darah menurun)

Thrombus
Kepekatan Darah Meningkat

Penimbunan di endotel pembuluh darah


(plak aterosklerosis)
Bekuan darah dan aneurysms

Penimbunan LDL dalam darah


Tekanan vaskuler > tekanan Max vaskuler otak

Kebiasaan / Pola makan tidak baik


DM tidak terkontrol
G. Rencana Penyelesaian
Rencana Penyelesaian Sasaran Profesi Yang Keterlibatan Tim Lain
bertanggung Jawab

Monitor lokasi ketidaknyamanan/nyeri saat bergerak Meningkat- Fisioterapi Perawat


Identifikasi keterbatasan pergerakan sendi kan nilai kekuatan otot
Monitor TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas ekstre-
Terapi latihan (gerak aktif dan pasif)
mitas kanan
Latihan nafas
Diet DM 1700 kkal Mengontrol pola makan
Bentuk diet: lunak
Frekuensi: 3x makan utama dan 2x makan selingan
pasien
Memberikan nutrisi sesuai
Ahli Gizi Perawat
Rute: oral kondisi pasien
Berikan edukasi terkait diet DM 1700 kkal dan pelaksanaannya
Berikan konsultasi gizi sesuai prinsip 3J (jenis, jumlah, jadwal) Tidak terjadi
Pembatasan makanan dari luar RS sesuai penurunan berat
badan yang
syarat diet drastis
Observasi tanda gejala DM yang muncul Mengetahui kadar gula
Edukasi pasien tentang penyakit yang diderita, mencegah gejala muncul
Monitor TTV dan catat perubahannya
darah pasien
Menjaga kestabilan perfusi
Perawat Dokter
Kolaborasi pemeriksaan gula darah jaringan serebral pasien
Posisikan kepala pasien 20-30C untuk dengan CVA trombosis
Membantu BAK pasien
Pemasangan kateter Pengetahuan pasien
terkait penyakitnya
bertambah
Apoteker
Pemberian obat seperti Aspirin atau sejenis Mencegah gejala
yang timbul dari
Dokter Perawat
Neuroprotektor CVA trombosis
H. Implementasi Praktik

• Pertemuan 1 (Profesi : Perawat dan Dokter)


• Melakukan pengkajian terkait tanda gejala yang muncul pada klien
• Melakukan pengkajian tanda-tanda vital klien dan mengecek apakah ada
perubahan
• Memposisikan kepala klien 20o-30o
• Melakukan pengkajian terkait pengetahuan klien mengenai penyakit yang
diderita serta cara menangani gejala yang muncul
• Melakukan pemasangan kateter
• Mengkolaborasikan pemeriksaan gula darah
• Pertemuan 2 (Profesi : Fisioterapi dan Perawat )
• Memonitor lokasi ketidaknyamanan/nyeri saat bergerak
• Mengidentifikasi keterbatasan pergerakan sendi
• Memonitor TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
• Memberikan terapi latihan (gerak aktif dan pasif) pada klien
• Mengajarkan klien untuk latihan nafas
• Pertemuan 3 (Profesi : Ahli Gizi dan Perawat )
• Memberikan klien diet DM 1700 kkal
• Memberikan diet lunak secara oral
• Memberikan klien dengan frekuensi makan 3x makan utama dan 2x makan
selingan
• Memberikan edukasi pada klien terkait diet DM 1700 kkal dan cara
pelaksanaannya
• Memberikan klien konsultasi gizi sesuai prinsip 3J (jenis, jumlah, jadwal)
• Mengedukasi klien dan keluarga terkait pembatasan makanan dari luar RS
sesuai syarat diet

• Pertemuan 4 (Profesi : Dokter, Perawat, dan Apoteker )


• Melakukan pemberian obat seperti Aspirin atau sejenis Neuroprotektor
I. Kesimpulan
• Pasien yang mengalami CVA trombosis yang disebabkan oleh penyumbatan
arteri (aterosklerosis) kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pola makan pasien
yang tidak teratur serta adanya riwayat Diabetes Mellitus (DM) yg tidak
terkontrol dan klien juga tidak melakukan pengobatan rutin terkait penyakit
DM.
• Penanganan masalah pasien dilakukan secara interprofesional
4

PEMBAHAS
AN
A. Hambatan Implementasi Komunikasi Interprofesional
• Di pelayanan kesehatan sering terjadi miskomunikasi antara tenaga medis
dengan pasien, dan antarprofesi
• Kepemimpinan yang kurang efektif, kurangnya kejelasan atau kesepakatan
mengenai tujuan dan prioritas, konflik interpersonal, persaingan prioritas,
perbedaan konseptual, dan enggan untuk menerima anggota lain

• Kesalahan membaca tulisan petugas lain, atau dapat memiliki persepsi


yang berbeda dari tulisan tersebut
• Misalnya ketika dokter memberikan resep untuk pasien kepada apoteker
namun tulisannya tidak jelas sehingga apoteker kesulitan dalam membaca
resep.
B. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi Interprofesional
• Hambatan-hambatan tersebut dapat diselesaikan dengan pengaturan
komunikasi yang sebaik-baiknya antara tenaga kesehatan

• Memperjelas uraian hak, tugas, dan koordinasi masing-masing petugas


kesehatan dalam suatu fasilitas kesehatan. Peran, hak, dan tugas petugas
lain juga harus diketahui oleh masing-masing petugas

• Memberikan otonomi kepada petugas untuk mengambil keputusan sesuai


dengan kewajiban dan kemampuannya
• Mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan sebagai hubungan
yang saling melengkapi
5

KESIMPULA
N
• Dalam proses perawatan pasien di Rumah Sakit memerlukan kerjasama
antar profesi kesehatan
• Tiap tenaga kesehatan tidak dapat bekerja sendiri
• Proses kerjasama antar profesi (Inter Professional Collaboration)
memerlukan kemampuan komunikasi yang baik agar tidak terjadi
miskomunikasi
• Inter Professional Collaboration bertujuan agar pemberian layanan
kesehatan pada pasien dapat berjalan baik dan agar pasien dapat segera
menyelesaikan masalah yang dihadapinya
ANY
QUESTION?
THAN
K
YOU!

Anda mungkin juga menyukai