Anda di halaman 1dari 415

Pusat Pengembangan Kehidupan Beragama (P2KB)

Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3)


__________________________________
Prosiding
“Islam Nusantara: Meneguhkan Moderatisme dan
Mengikis Ekstrimisme dalam Kehidupan Beragama”
_______________________________________________

Penyunting dan Editor Ahli:


Yusuf Hanafi

Tim Editing:
H. Sulton
Eddy Sutadji
Faris Khoirul Anam
Moh. Rohmanan
Moh. Fauzan

Cover Design:
Rudi Rahayu Widodo

Lay Out:
Moh. Bakir
Adi Mulyo

ISBN:
978-602-17187-4-2
KATA PENGANTAR
Istilah Islam Nusantara menemukan momentum popularitasnya
sejak digulirkan sebagai istilah dan tema kunci dalam Muktamar
Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 di Jombang, Jawa Timur, awal Agustus
2015 lalu. Meskipun lahir dari rahim NU dan akan dibesarkan di atas
pangkuannya, isu ini tidak hanya dimonopoli kalangan warga NU
(Nahdliyin), namun telah menjelma menjadi isu nasional yang
diperbincangkan secara luas.
Keterkenalan istilah Islam Nusantara paralel dengan pro dan
kontra mengenainya. Satu pihak menerima Islam Nusantara sebagai
suatu kajian akademik, budaya, dan peradaban luhur Indonesia yang
moderat dan toleran. Sementara pihak lain menolak karena Islam
Nusantara disinyalir sebagai ―agama baru‖, gerbong liberalisme, gerakan
anti-Arab, menusantarakan Islam, atau proyek yang berupaya
mereduksi ajaran Islam.
Pro dan kontra tersebut berpotensi terjadi karena terdapat
perbedaan persepsi, identifikasi, dan definisi istilah Islam Nusantara
antar elit Muslim di Indonesia. Selain itu, juga disebabkan adanya
kekhawatiran dari pihak kontra atas pemanfaatan istilah Islam
Nusantara sebagai gerbong liberalisasi agama, kemusyrikan, Kejawen,
atau dimanfaatkan kelompok Syi’ah, dan sebagainya. Oleh karena itu,
terma Islam Nusantara membutuhkan penjelasan lebih lanjut dari pihak
yang setuju sekaligus pihak yang menentangnya.
Selanjutnya, hasil tersebut disosialisasikan dengan baik di tengah
masyarakat, termasuk organisasi-organisasi massa Islam, sehingga tidak
terjadi polemik berkepanjangan dalam menyikapi istilah Islam
Nusantara. Dengan bahasa lain, ke depannya istilah Islam Nusantara
tidak menjadi ―bola liar‖ yang menggelinding ke sana kemari tanpa arah,
multitafsir, atau dimanfaatkan pihak-pihak yang memiliki tujuan
berbeda dengan komunitas yang memunculkan gagasan tersebut.
Padahal sejatinya, Islam Nusantara mengusung misi luhur, yakni
mengarusutamakan (mainstreaming) wacana dan aksi keagamaan yang
moderat, sekaligus mengikis ekstrimisme dalam kehidupan beragama di
Tanah Air, khususnya di tengah serbuan ideologi-ideologi keagamaan
transnasional radikal yang mewabah belakang ini. Risalah ini pula yang
selama ini selalu diperjuangkan oleh Universitas Negeri Malang (UM)
sebagai salah satu perguruan tinggi negeri terdepan di Kota Malang, dan
Nahdlatul Ulama (NU) yang notabene merupakan organisasi
kemasyarakatan dengan massa terbesar di Indonesia.
Menimbang perlunya rumusan konsep yang jelas tentang gagasan
ini sekaligus mendiseminasikannya ke ruang publik, Pusat
Pengembangan Kehidupan Beragama (P2KB), Lembaga Pengembangan
Pendidikan dan Pembelajaran (LP3), Universitas Negeri Malang
menyelenggarakan Seminar Nasional dan call for paper tentang Islam
Nusantara, bekerjasama dengan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama
(PWNU) Jawa Timur.
Kegiatan seminar nasional dan call for paper ini diawali dengan
sidang pleno yang menghadirkan tiga pemateri kunci, yakni Prof. Dr.
Hariyono, M.Pd. (Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Malang)
yang mencoba memahami dan mengalisis Islam Nusantara dalam
Konteks Keindonesiaan (Sosial-Historis) pada sesi I. Pada sesi pleno II,
dihadirkan dua pemateri kunci sekaligus, yakni KH. Miftahul Achyar
(Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) yang mewakili pihak
yang mengusung sekaligus mendukung gagasan Islam Nusantara, dan
KH. Muhammad Najih Maimoen (Pengasuh Ribath Darus Shahihayn
Ponpes al-Anwar Rembang Jawa Timur) yang merepresentasikan pihak
yang kontra terhadap gagasan Islam Nusantara.
Selepas rehat siang, peserta membagi diri dalam 4 (empat) ruang.
Aula Utama Rektorat digunakan untuk kegiatan Bahtsul Masa‟il tentang
Islam Nusantara, dan tiga ruang lainnya (Ruang sidang senat UM, Ruang
Rapat Kemahasiswaan, dan Ruang Rapat BAKPIK) digunakan untuk
sidang pararel—di mana 34 penyaji mempresentasikan paper yang tulis
seputar isu Islam Nusantara. Isu-isu yang dimaksud itu adalah: (1)
Islam Nusantara: Sejarah Kemunculan dan Kontroversinya; (2) Islam
Nusantara dalam Perspektif Penggagas dan Pengusungnya; (3) Tudingan
terhadap Islam Nusantara sebagai gerbong liberalisasi agama,
kemusyrikan, Kejawen, Syiah, dan gerakan anti-Arab; (4) Urgensi Islam
Nusantara dalam Konteks Keindonesiaan (Sosial-Historis); (5) Islam
Nusantara, Ikhtiar Mengarusutamakan Ideologi Keagamaan yang
Moderat dan Toleran; dan (6) Membedah Islam Nusantara Melalui Kajian
Kitab-Kitab Klasik dan Kontemporer.
Meski ada kekurangan di sana-sini, secara keseluruhan kegiatan
Seminar Nasional, Call fo Paper dan Bahtsul Masa‟il yang mengangkat
tema ―Islam Nusantara: Meneguhkan Moderatisme dan Mengikis
Ekstrimisme dalam Kehidupan Beragama” ini berlangsung lancar dan
sukses. Oleh karena itu, melalui prakata prosiding ini, kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi pada kegiatan seminar nasional ini, baik sebagai panitia,
pemakalah, peserta maupun sebagai tim editor prosiding ini. Secara
khusus, kami mengucapkan terima kasih kepada segenap jajaran
pimpinan UM, keluarga besar LP3, dan segenap mitra yang bekerja
dengan keras, cerdas, dan ikhlas. Mereka itu adalah PWNU Jawa Timur,
PW LBM NU Jawa Timur, dan PCNU Kota Malang.
Akhirnya, semoga prosiding ini bermanfaat bagi para dosen, guru,
mahasiswa, peneliti, agamawan, dan semua pihak yang membutuhkan-
Nya. Dan, semoga kehidupan beragama di Tanah Air di masa-masa yang
akan datang semakin baik dan kondusif sebagaimana dicita-citakan oleh
para penggagas dan pengusung Islam Nusantara.

Malang, 09 Februari 2016


Ketua Panitia

Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag., M.Fil.I.


Kepala P2KB LP3 UM
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Islam Nusantara dalam Perspektif Mabadi‟ „Asyrah
01
Faris Khoirul Anam (Universitas Negeri Malang)
Menyemai Gagasan Islam Nusantara di Dunia Pendidikan
Pesantren Melalui Culture of Peace Education
18
Yusuf Hanafi (Universitas Negeri Malang)
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dalam Bingkai Islam
Nusantara
29
Moch. Khoirul Anwar (Universitas Negeri Surabaya)
Islam Nusantara: Perspektif Penggagas dan Pengusungnya
38
Muhammad Sulton Fatoni (Universitas Nahdlatul Ulama
- UNU Jakarta)
Pemikiran Fiqih Nusantara KH. Sholeh Darat: Telaah Kitab
Majmu‟at Al-Syari‟at Al-Kafiyat Li Al-„Awam Karya KH. Sholeh
Darat
47
Fathur Rohman (Universitas Islam NU Jepara)
Islam Nusantara di Dunia Maya: Studi Kasus Gerakan Nasional
“Ayo Mondok”
Abdulloh Hamid (UIN Sunan Ampel Surabaya) 61
Satu Islam dengan Ragam Pelabelannya
81
Hazbini, dkk (Universitas Padjadjaran Bandung)
Ancangan Strategi Pembaharuan Budaya
dalam Konteks Islam Nusantara
Pudji Pratitis Wismantara (UIN Maliki Malang) 85

Urgensi Islam Nusantara dalam Menangkal Radikalisasi Islam


dan Paham Anti Pancasila
Moh. Abdur Rouf Hanifuddin (UIN Maliki Malang) 100

Memahami Diskursus Kontemporer Aktivitas Peribadatan


Melalui Local Genious Education Sebagai Upaya Menangkal
Gerakan Transnasional Radikal dan Disintegrasi Bangsa
M. Alifudin Ikhsan (Universitas Negeri Malang) 107

Membumikan Islam Nusantara - Rahmatal lil ‟Alamain Sebagai


Upaya Pemersatu Bangsa dan Filter Aliran Sesat yang
Memecah Belah NKRI
Khozinatus Sadah, dkk (PPSP Al- Ishlahiyah) 114
Membentuk Kesalehan Global Berbasis Internalisasi Nilai
Budaya Aswaja
Muhammad Natsir, dkk. (Universitas Islam NU JEPARA) 122
Islam Nusantara: Agama dan Politik
140
Rizal Mubit (IAIN Tulungagung)
Ekstremisme dalam Islam dan Upaya Pencegahannya di
Kalangan Generasi Muda 151
Kasuwi Saiban (Universitas Merdeka Malang)
Penanaman Nilai –Nilai Islam Nusantara Melalui Pengajaran
Reading di Perguruan Tinggi
Santi Andriyani (Universitas Islam NU Jepara) 160
Islam Akulturatif: Potret Islam-Hindu Bali dalam Pergumulan
Budaya Lokal
Kunawi Basyir (UIN Sunan Ampel Surabaya) 179
Menemukan Makna Agama dalam Kehidupan Sosial
190
Miftahur Rohman (MTs Negeri Balen Bojonegoro)
Ideologi Keagamaan Yang Moderat dan Toleran dalam
Perspektif Normatif-Historis-Yuridis
Rosidin (Universitas Islam Lamongan) 199

Upaya Dearabisasi dan Objektivasi Islam Antroposentis dalam


Gagasan Islam Nusantara Melalui Analisis Konsep Ta‟assub
dalam Memperkuat Identitas Keindonesiaan
Masykur Rozi (UIN Walisongo Semarang) 212
Islam Nusantara: Sejarah, Perkembangan, dan Kontroversinya
227
Imron Arifin (Universitas Negeri Malang)
Usaha-Usaha UIN Maliki Malang dalam Merealisasikan Islam
Rahmatan lil Alamin
Samsul Ma’arif (UIN Maliki Malang) 241
Islam Jawa dalam Kajian Historiografi Britania Raya Awal
253
Daya Negri Wijaya (Universitas Negeri Malang)
Hubungan Islam Tionghoa dan Islam Nusantara
265
Choirul Mahfud (ITS Surabaya)
Dekonstruksi Epistemologi Filsafat Ilmu tentang Toleransi Umat
Beragama di Indonesia: Sumbangsih Ide untuk Islam Nusantara
Sokhibul Ansor (Universitas Negeri Malang) 274
Islam Nusantara antara Harapan dan Realita: Studi Responsif
Islam Nusantara terhadap Problematika Umat Islam 281
Fajar Nugroho (Universitas 17 Agt. 1945 Banyuwangi)
Perumusan Indeks Kota Santri
302
Siti Kholifah, dkk (Universitas Brawijaya)
Islam Nusantara: Moderatisme dan Desakralisasi Beragama di
Indonesia 321
Abdul Aziz Muslimin (Universitas Muhammadiyah
Makassar)
Quo Vadis Islam Nusantara
Muhammad Jafar Shodiq (UIN Sunan Kalijaga 330
Yogyakarta)
Membedah Islam Nusantara (Studi Analisis Pendekatan dan
Metodologi Perspektif at-Turats al-Islāmī)
Yulianto (STAI Ma’had Aly al-Hikam Malang) 338

Transformasi Tasawuf dan Identitas Islam Nusantara: Analisis


Sosio-Historis
Wildan Imaduddin Muhammad (PP Mahasiswa LSQ Ar- 355
Rohmah Yogyakarta)
Negara dan Penguatan Islam Moderat Melalui Pendidikan: Studi
Komparatif Lintas Negara 370
Achmad Sultoni (Universitas Negeri Malang)
Mengembangkan Sikap Beragama yang Moderat dan Toleran
dalam Konteks Sosial-Budaya Nusantara 382
Muhammad Turhan Yani (Universitas Negeri Surabaya)
Pengarusutamaan Nilai-Nilai Keagamaan Islam yang Moderat
dalam Kehidupan Beragama dan Implikasi Pembelajarannya
pada Lembaga Pendidikan
388
Lilik Nur Kholidah (Universitas Negeri Malang)
Islam Nusantara: Dialektika Normativitas dan Lokalitas
Indonesia
Yusuf Suharto (Aswaja Center NU Jombang) 396
ISLAM NUSANTARA DALAM PERSPEKTIF MABADI’ ‘ASYRAH
Oleh Faris Khoirul Anam
(Universitas Negeri Malang,
e-mail: fk_anam@yahoo.com)

Abstrak
Islam Nusantara, sejak digulirkan sebagai tema Muktamar NU ke-33 di
Jombang, Jawa Timur, awal Agustus 2015, menjadi topik hangat yang
diperbincangkan, terutama oleh masyarakat muslim Indonesia. Tak
jarang, perbincangan itu berujung pada pro dan kontra. Diakui,
kendatipun lahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU), belum semua warga
NU (Nahdliyin) mengetahui dan memahami buah pikiran tersebut.
Fenomena ini berpotensi pula memunculkan kesalahpahaman, bahkan
―kegaduhan-kegaduhan‖ di tengah warga NU, baik di masyarakat
maupun pesantren, menyikapi Islam Nusantara yang dipolemikkan
oleh para tokoh agamanya. Selain dari sebagian warga nahdliyyin,
pihak kontra juga berasal dari luar organisasi massa Islam terbesar di
Indonesia itu. Mereka umumnya mengkritisi istilah, makna, dan tujuan
di balik gagasan Islam Nusantara. Berangkat dari fakta dan dinamika
tersebut, penulis memandang perlu adanya ikhtiar untuk membingkai
terma Islam Nusantara dalam mabadi‘ ‗asyrah, atau sepuluh prinsip
dasar bidang keilmuan. Sepuluh paradigma keilmuan itu merupakan
framework atau suatu struktur konseptual dasar yang digunakan
untuk memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks.
Selanjutnya, hasil tersebut disosialisasikan dengan baik di tengah
masyarakat, termasuk organisasi-organisasi massa Islam, sehingga
tidak terjadi polemik berkepanjangan dalam menyikapi istilah Islam
Nusantara.

Kata-kata kunci:
Islam, Nusantara, polemik, mabadi ‗asyrah.

Pendahuluan dan sikap meremehkan (tafrith)


dalam segala hal. Bagaimanapun,
Mabadi‘ ‗asyrah biasa moderat (wasath) dan adil dalam
―ditalqinkan‖ kepada para santri di menyikapi sesuatu (i‘tidal) adalah ciri
awal mengkaji suatu kitab atau satu khas dan karakteristik yang harus
disiplin ilmu, terutama kitab klasik. selalu dijaga.
Di era modern, nazham ilmi ini Menurut bahasa, mabadi‘
dibungkus dengan bahasa filsafat merupakan bentuk plural dari kata
ilmu yang terbentuk atas tiga premis mabda‘. Dalam al-Mu‘jam al-Wasith
utama, yaitu ontologi, epistemologi, dijelaskan, mabda‘ artinya adalah
dan aksiologi. Setelah mengawali dasar dan materi yang menjadi unsur
studi dengan prinsip dasar atau asal keberadaan sesuatu. Contohnya
mabadi‘ ini, pola pikir pelajar akan adalah biji korma yang menjadi asal
terbentuk dan selanjutnya menjadi pohon korma. Maka biji (nuwah) ini
karakter. Mereka dapat terhindar disebut sebagai mabda‘ al-nakhl atau
dari sikap berlebih-lebihan (ifrath) unsur asal pohon korma. Mabda‘

1
juga merupakan unsur yang menjadi Mabadi Asyhrah dalam
materi tersusunnya sesuatu. Keilmuan Klasik
Contohnya adalah huruf yang Setidaknya terdapat tiga ulama
menjadi unsur tersusunnya kata yang menyebutkan sepuluh prinsip
atau kalimat. Maka huruf (hurf) ini dasar ini dalam rangkaian bait syair.
disebut sebagai mabda‘ al-kalam atau Mereka adalah al-Muqry,
unsur tersusunnya kalimat. al-Khadhary dalam al-Manzhumah,
Selanjutnya al-Mu‘jam sebagaimana dikutip Syaikh
mengartikan bahwa yang dimaksud al-Atsubi dalam Syarh Lamiyah
dengan prinsip dasar ilmu atau al-Af‘al, dan Muhammad bin Ali
bidang kajian (mabadi‘ ai-ilm aw al-Shabban, dikenal dengan Abu
al-fann) adalah kaidah-kaidah dasar al-‗Irfan al-Mishri, penyusun Syarh
yang menjadi pondasi kajian, ‗ala Hasyiyah al-Asymuni ‗ala Alfiyah
sekaligus batas-batas yang tidak Ibn Malik dan Hasyiyah ‗ala Syarh
boleh dilanggar dalam bidang kajian al-Sa‘d al-Tiftazani (wafat 1206 H).
tersebut (Musthafa, t.t.: 1/42). Al-Muqri menyatakan:
Sementara kata ‗asyrah artinya
adalah bilangan ―sepuluh‖ (Munaw- # ‫َم ْن َر َام فَنًّا فَ ْليُ َق ِّد ْم أ ََّوَل‬
wir, 1984: 602).
‫ض ْوعٌ تََل‬ ٍ ِ ِ
Menurut istilah, mabadi‘
‗asyrah yang berarti sepuluh prinsip
ُ ‫ع ْلماً ِبَ ّد ُُثَّ َم ْو‬
# ‫استَ َم ْد‬ ِ ِ
dasar
tentang
adalah
suatu
deskripsi
disiplin
umum
ilmu,
ْ ‫َوَواض ٌع َون ْسبَةٌ َوَما‬
khususnya yang berkaitan dengan ‫ْم يُ ْعتَ َم ْد‬
ٌ ‫ضلُوُ َو ُحك‬ ْ َ‫ِمْنوُ َوف‬
ilmu syari‘ah. Konsep ilmiah ini
berfungsi sebagai peta, outline, term # ‫اس ٌم َوَما أَفَ َاد َوادل َسائِ ُل‬ ْ ‫َو‬
َ ِ
‫لم ََن َو َسائِ ُل‬ َ ‫فَتِْل‬
of reference (TOR), sketsa kasar, serta
informasi awal mengenai suatu ُ ‫ك َع ْشٌر ل‬
kajian (lihat al-Shabban, 1938: 35 ―Barang siapa menggeluti suatu
dan Yasri, 2006: 8). disiplin ilmu, maka hendaknya
Meski uraian mabadi‘ ‗asyrah mendahulukan terlebih dulu penge-
ini pada mulanya berbicara tentang tahuan tentang (1) batasan definitif,
suatu bidang ilmu, namun informasi lalu (2) ruang lingkup kajian yang
mengenainya juga sangat berguna dimaksudkan, (3) perintis, (4)
untuk menjelaskan, sekaligus perbandingan dan hubungan dengan
mengawal suatu istilah ilmu yang ilmu lain, (5) sumber pengambilan
dikaji, dipahami, dan dioperasional- kajian, (6) keistimewaan, (7) hukum
kan dalam kehidupan manusia. yang dijadikan pegangan, (8) nama, (9)
Kaitannya dengan Islam manfaat kajian, dan (10) pokok-pokok
Nusantara, maka secara praksis, masalah yang dikaji. Itulah sepuluh
mabadi‘ ‗asyrah Islam Nusantara yang dapat menjadi media dalam
adalah framework bagi Islam meraih harapan.‖ (al-Atsubi, t.t.: 26)
Nusantara, sehingga pembahasan Ulama kedua, yaitu al-Kha-
tentang gagasan ini menjadi fokus, dhary merinci sepuluh prinsip dasar
tidak melebar kepada ranah yang tersebut dalam bait versi lain. Ia
tidak dimaksudkan. Pada tataran menjelaskan,
# ‫َي ِعل ٍم َكا َن َحد‬ ِ
ِّ ‫َمبَادي أ‬
inilah, kajian ini menemukan
urgensitasnya.

2
‫وضوعٌ و َغاية ُم ْستَ َمد‬ kata kerja (fi‘l), tapi memiliki
ُ ‫وَم‬ pengertian sama.
# ‫اسم‬ ِ ِ
ُ ‫َم َسائ ُل ن ْسبَةٌ َو‬
Sejauh pengamatan penulis,
belum ada ulama yang mengarang
‫اض ٌع َع ْشٌر تُ َعد‬ِ ‫ضل وو‬
َ ٌ ْ َ‫ْم وف‬ُ ‫َو ُحك‬ satu kitab khusus yang membahas
mabadi‘ ‗asyrah ini. Penjelasan
―Prinsip-prinsip setiap ilmu adalah: (1)
mereka tentang mabadi‘ ‗asyrah
batasan definitif, (2) ruang lingkup, (3)
biasanya terdapat pada suatu kitab
tujuan, (4) sumber kajian, (5)
disiplin ilmu tertentu, misalnya Ulum
pokok-pokok masalah, (6) hubungan
al-Qur‘an, ilmu Tafsir, Mushthalah
dengan ilmu lain, (7) nama, (8) hukum
al-Hadits, Ilmu Nahwu, dan
mempelajari, (9) keistimewaan, (10)
sebagainya.
perintis, sepuluh jumlahnya.‖
Para penyusun kitab tersebut,
(al-Atsubi, t.t.: 26)
sebagiannya berusaha untuk
Sementara Muhammad bin Ali
mengidentifikasi ilmu yang akan
al-Shabban menyebut mabadi‘
dikaji dalam kitab tersebut, dalam
‗Asyrah itu dalam kumpulan syair
konsep ilmiah mabadi‘ ‗asyrah.
lain, sebagai berikut:
Mereka menyebutkan, misalnya,
ِ ِ
# ‫شرْة‬ َ ‫إ َّن َمبَادي ُك ِّل فَ ٍّن َع‬ mabadi‘ ‗asyrah fi ilm al-tafsir
(sepuluh prinsip dasar tentang ilmu
‫َّمرْة‬
َ ‫ض ْوعُ ُُثَّ الث‬
ُ ‫احلَد َوادل ْو‬ Tafsir), mabadi‘ ‗asyrah fi ‗ilmi
ِ ‫ضلُو والو‬ َ ِ an-nahwi (sepuluh prinsip dasar
# ‫اض ُع‬ َ َ ُ ْ َ‫َون ْسبَةٌ َو‬
‫ف‬ tentang ilmu Nahwu), mabadi‘
ِ ِ ‗asyrah fi ‗ilm al-tajwid (sepuluh
ُ‫ْم الشَّا ِرع‬
ُ ‫الس ُم ال ْست ْم َد ُاد ُحك‬ ْ ‫َو‬ prinsip dasar tentang ilmu Tajwid),
# ‫ض ا ْكتَ َفى‬ ِ ‫ض ِِبلبَ ْع‬ ِ
ُ ‫َم َسائ ُل َوالبَ ْع‬
dan sebagainya.
Pada pembahasan itulah, para
‫َوَم ْن َد َرى اجلَ ِمْي َع َح َاز الشََّرفَا‬ ulama merinci dan menjelaskan
sepuluh prinsip tersebut. Sejauh
―Sesungguhnya prinsip dasar dalam pengetahuan peneliti pula, terdapat
setiap disiplin ilmu itu ada sepuluh, dua kitab yang membahas khusus
yaitu: (1) batasan definitif, (2) ruang tentang mabadi‘ ‗asyrah, namun
lingkup kajian, (3) manfaat kajian, (4) sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
perbandingan dan hubungan dengan penjelasan itu ―menempel‖ pada
ilmu lain, (5) keistimewaan, (6) bidang ilmu yang dikaji.
perintis, (7) sebutan resmi, (8) sumber Kitab pertama adalah Ithaf
pengambilan kajian, (9) hukum al-Mahrah bi al-Mabadi‘ al-‗Asyrah fi
mempelajari, (10) pokok-pokok Ushul Ilm al-Hadits karya Syaikh Ali
masalah yang dikaji, lalu sebagian Hasish. Kitab ini dikenal memiliki
dengan sebagian lain mencukupi. redaksi bahasa dengan tingkat
Siapa yang menguasai semuanya kesulitan tinggi dan memiliki
akan meraih kemuliaan.‖ (al-Shabban, bahasan-bahasan yang tidak
1938: 35). berkaitan langsung dengan materi.
Selain ketiga kumpulan syair Jumlah kitab ini hampir mencapai
tersebut, terdapat versi dan redaksi 500 halaman, namun yang berkaitan
lain. Namun perbedaannya tidak langsung dengan mabadi‘ ‗Asyrah
prinsip, hanya pada urutan poin, tentang disiplin Ushul Ilm al-Hadits,
atau perbedaan peyebutan poin, hanya sekitar 100 halaman, atau
antara disebutkan dengan seperlima jumlah halaman kitab.
menggunakan kata benda (ism) atau

3
Kitab kedua adalah Thariq nya. Selain itu, ia tidak akan mudah
al-Hidayah: Mabadi‘ wa Muqaddimat abai terhadap suatu poin masalah
Ilm al-Tawhid ‗inda Ahl al-Sunnah wa yang seharusnya terkover dalam
al-Jama‘ah karya Syaikh Muhammad pembahasan disiplin ilmu tersebut
Yasri. Kitab ini memberikan (Yasri, 2006: 8).
penjelasan mengenai manfaat Esensi mabadi‘ ‗Asyrah ini
mabadi‘ ‗asyrah dan penjelasan kurang lebih seperti tiga premis
singkat mengenai kesupuluh prinsip utama dalam sistematika ilmu filsafat,
dasar tersebut. Kitab kedua inilah yaitu epistemologi, ontologi, dan
yang menjadi salah satu rujukan aksiologi (lihat: Kadhapi, 2014: 2-11).
utama untuk poin pembahasan Epistemologi atau teori
berikutnya, yaitu tentang fungsi dan pengetahuan membahas bagaimana
rincian mabadi‘ ‗asyrah, tentunya kita memperoleh pengetahuan.
disertai penjelasan- penjelasan Epistemologi sebagai teori pengeta-
pelengkap dari literatur lain. huan membahas tentang bagaimana
mendapat pengetahuan, bagaimana
Fungsi dan Esensi Mabadi’ kita bisa tahu dan dapat
‘Asyrah membedakan dengan yang lain (lihat
Syaikh Muhammad Yasri Muhmidayeli, 2011: 78 dan Qomar,
menjelaskan, setidaknya terdapat 2005: 3).
dua kegunaan mabadi‘ ‗Asyrah, yaitu: Dalam konsep mabadi‘ ‗Asyrah,
Pertama, penuntut ilmu dapat epistemologi ini dibahas dalam poin
memiliki pengetahuan dan deskripsi sumber kajian (al-istimdad) dan
global mengenai suatu disiplin ilmu, hubungan dengan ilmu lain
sebelum ia masuk dalam (al-nisbah).
rincian-rincian materi keilmuan Ontologi atau teori hakikat yang
tersebut. Dia akan mendapatkan membahas tentang hakikat segala
informasi dan sketsa kasar tentang sesuatu yang melahirkan pengeta-
poin-poin pembahasan yang dibahas huan. Ontologi membahas tentang
di dalamnya. Berdasarkan apa objek yang kita kaji, bagaimana
pengetahuan awal ini, seorang wujudnya yang hakiki dan
penuntut ilmu tidak akan memiliki hubungannya dengan daya pikir
kerancuan dalam mengidentifikasi (lihat Surajiyo, 2005: 118-119).
satu masalah dengan masalah lain. Dalam konsep mabadi‘ ‗Asyrah,
Ia juga tidak terjebak untuk ontologi ini dibahas dalam poin
membahas suatu masalah atau batasan definitif (al-had), ruang
obyek kajian, yang tidak dimaksud lingkup (al-maudhu), pokok-pokok
oleh suatu disiplin atau istilah ilmu masalah (al-masa‘il), nama (al-ism),
(Yasri, 2006: 8). hukum mempelajari (al-hukm), dan
Kedua, seorang penuntut ilmu keistimewaan (al-fadhl).
akan mengetahui manfaat dan Sementara aksiologi atau teori
kegunaan disiplin atau istilah ilmu nilai membahas tentang guna
tersebut. Fungsi kedua ini akan pengetahuan. Aksiologi sebagai teori
menjadi motivasi tersendiri baginya nilai membahas tentang pengetahuan
untuk memahami dan menguasai kita akan pengetahuan di atas,
disiplin tersebut. Kesulitan dalam klasifikasi, tujuan dan perkemba-
masa pencarian ilmu akan terasa ngannya (lihat: Mustansyir, 2011: 26
mudah, karena dia telah memiliki dan Margono, 1986: 327).
semacam outline atau term of
reference (TOR) sebelum menggeluti-

4
Dalam konsep mabadi‘ ‗Asyrah, keselamatan (al-Ashfihani, 1412 H:
aksiologi dibahas dalam poin tujuan 240).
(al-tsamrah). Menurut istilah, Islam adalah
Mempelajari ketiga cabang agama yang dibawa oleh Nabi
tersebut sangatlah penting dalam Muhammad bin Abdillah. Umat Islam
memahami filsafat yang begitu luas meyakini agamanya sebagai sebuah
ruang lingkup dan pembahasannya. kumpulan syariat yang
Baik mabadi‘ ‗asyrah dan ketiga menyempurnakan dan menutup
premis utama filsafat ilmu itu, risalah misi-misi langit (risalah
sesungguhnya memiliki fungsi sama, samawiyah) dalam agama-agama
yaitu membahas tentang hakikat, sebelumnya. Dalam Hadits riwayat
ruang lingkup, dan tujuan suatu Abu Hurairah disebutkan, Nabi
bidang atau kajian ilmu. memberikan pengertian tentang
Islam secara praksis, yaitu ―Engkau
Mabadi ‘Asyrah Islam menyembah Allah semata, tak
Nusantara menyekutukan-Nya dengan
Berdasarkan bangunan berpikir sesuatupun, engkau mendirikan
dan famework mabadi‘ ‗Asyrah yang shalat-shalat wajib, menunaikan
telah dijelaskan sebelumnya, maka zakat, berpuasa Ramadhan, dan
penulis akan memberikan penjelasan berhaji ke Baitullah.‖ (HR. Ibnu
tentang konsep ilmiah mabadi‘ Majah) (al-Thanthawi, 2009: 208).
‗Asyrah untuk melahirkan kompromi Sementara Nusantara, menurut
antara pendapat pro dan kontra Kamus Besar Bahasa Indonesia,
mengenai istilah Islam Nusantara. adalah sebutan atau nama bagi
seluruh kepulauan Indonesia.
Pertama, Batasan Definitif Wikipedia menambahkan, wilayah
(al-Hadd) kepulauan yang membentang dari
Sumatera sampai Papua itu,
a. Pengertian Islam dan Nusantara sekarang sebagian besar merupakan
Menurut bahasa, Islam berasal wilayah negara Indonesia.
dari kata ―salam‖, yang secara umum Kata Nusantara tercatat
berarti kesehatan dan keselamatan. pertama kali dalam literatur
―Salamah‖ adalah selamatnya berbahasa Jawa Pertengahan (abad
seseorang dari penyakit dan ke-12 hingga ke-16) untuk
gangguan. Allah adalah al-Salam, menggambarkan konsep kenegaraan
karena Dia tidak dapat tertimpa yang dianut Majapahit. Setelah
kekurangan dan cacat sebagaimana sempat terlupakan, pada awal abad
makhluk. Islam juga bermakna ke-20 istilah ini dihidupkan kembali
penyerahan diri (Faris, 2009: 90). oleh Ki Hajar Dewantara, sebagai
Maksudnya, penyerahan diri yang salah satu nama alternatif untuk
dimanivestasikan dalam ketundukan negara merdeka pelanjut Hindia
kepada aturan Allah Ta‘ala, yang Belanda yang belum terwujud. Ketika
telah dibawa oleh Rasulullah penggunaan nama ―Indonesia‖
shallallahu ‗alaihi wa sallam, baik (berarti Kepulauan Hindia) disetujui
berupa menjalankan perintah untuk dipakai untuk ide itu, kata
maupun meninggalkan larangan Nusantara tetap dipakai sebagai
(Jurjani, 1425 H: 23). Senada dengan sinonim untuk kepulauan Indonesia.
pengertian sebelumnya, al-Raghib Pengertian ini sampai sekarang
al-Ashfihani menegaskan, memeluk dipakai di Indonesia.
Islam artinya adalah masuk dalam

5
Akibat perkembangan politik namun sedang dan atau telah
selanjutnya, istilah ini kemudian mengalami proses dakwah; amputasi,
dipakai pula untuk menggambarkan asimilasi, atau minimalisasi,
kesatuan geografi-antropologi sehingga tidak bertentangan dengan
kepulauan yang terletak di antara diktum-diktum syari‘ah. Sementara
benua Asia dan Australia, termasuk penyesuaian khazanah Islam dengan
Semenanjung Malaya, namun Nusantara berada pada bagian
biasanya tidak mencakup Filipina. ajarannya yang dinamis (syaqqun
Dalam pengertian terakhir ini, mutaghayyir, atau ijtihadiy), bukan
Nusantara merupakan padanan bagi pada bagian ajaran yang statis
Kepulauan Melayu (Malay (syaqqun thabit, atau qath‘iy).
Archipelago), suatu istilah yang Peletakan kata ―Nusantara‖ di
populer pada akhir abad ke-19 belakang kata ―Islam‖, dari sisi
sampai awal abad ke-20, terutama bahasa Arab dapat dimakna sebagai
dalam literatur berbahasa Inggris. hubungan ‗kata sifat dan yang kata
Saat Islam masuk melalui para yang disifati‘ (shifat maushuf), atau
juru dakwah, kepulauan Nusantara ‗penisbatan suatu kata pada kata lain
tentu bukan ―ruang kosong‖ tak untuk maksud tertentu‘ (tarkib
berpenghuni. Di wilayah ini telah idhafy).
terdapat masyarakat turun temurun, Sebagai hubungan shifat
dengan segala karakteristik dan maushuf, kata Nusantara tidak untuk
tradisinya, baik yang positif maupun melokalkan Islam, atau untuk
negatif. meNusantarakan Islam. Namun,
penambahkan pada ‗Islam‘ kata
b. Pengertian Islam Nusantara deiksis ―Nusantara‖ adalah dalam hal
pengertian hukum-hukum
Islam Nusantara adalah ijtihadiyyat yang bersifat dinamis,
dialektika antara normativitas Islam yang berpotensi untuk berubah
dan historisitas keindonesiaan yang seiring dengan kemaslahatan yang
meliputi sejak masuknya Islam ke mengisi ruang, waktu, dan kondisi
Nusantara, bahkan jauh sebelum tertentu, bukan pada hal yang
Indonesia merdeka, kemudian sifatnya statis.
melahirkan ekspresi dan manifestasi Sedangkan penambahan kata
umat Islam Nusantara, yang ―Nusantara‖ sebagai tarkib idhafy
direspon dalam suatu metodologi dan bagi kata ―Islam‖ dalam istilah ilmu
strategi dakwah para alim ulama, Nahwu mengandung arti fi (di dalam)
Walisongo, dan para pendakwah artinya Islam yang terinternalisasi
Islam untuk memahamkan dan dan termanifestasi di dalam hidup
menerapkan universalitas (syumul- dan kehidupan umat muslim
iyah) ajaran Islam, sesuai Nusantara; bi (dengan/pada teritori)
prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal- maksudnya adalah Islam yang
Jama‗ah. berekspansi, berpenetrasi/berdialog
Islam Nusantara sebagai dan berdakwah pada dan dengan
metodologi dakwah Islam di wilayah teritorial-geografis insan-
Nusantara itu diwujudkan dalam insan Nusantara sejak awal
suatu bentuk ajaran yang telah masuknya hingga kini dan juga
mengalami proses persentuhan menyimpan arti lii (untuk, bagi) yaitu
dengan tradisi baik (‗urfun shahih) di Islam dan ajarannya untuk
Nusantara, dalam hal ini wilayah menyempurnakan dan berdialektika
Indonesia, atau respon terhadap bersama adat, tradisi, budaya dan
tradisi yang tidak baik (‗urfun fasid)

6
peradaban Nusantara (local wisdom) yang terkait dengan para utusan dan
yang mengandung nilai-nilai keimaman kepada mereka dan
universal bagi harkat dan martabat kitab-kitab yang diturunkan pada
kemanusiaan sejati. mereka (disebut dengan istilah
nubuwwat); dan yang terkait dengan
c. Karakteristik (Khashaish) hal-hal ghaib (disebut dengan istilah
Islam Nusantara sam‘iyyat). Aspek-aspek teologi ini
Universalitas Ajaran Islam, dalam disiplin keislaman disebut
Ajaran Statis dan Dinamis, Sikap dengan Ilmu Tauhid atau Ilmu
terhadap Tradisi, dan Kalam.
mendakwahkan Islam Kedua, aspek-aspek praktik
ibadah (ahkam ‗amaliyah), yaitu
(1) Universalitas Ajaran Islam hukum-hukum yang terkait dengan
amal perilaku atau perbuatan
Islam Nusantara yang manusia. Aspek-aspek hukum ini
berpaham Ahlussunnah Wal- disebut dengan Ilmu Fikih.
Jama‗ah meyakini kewajiban yang Selanjutnya, Fikih terbagi menjadi
jumlahnya lima, Rukun Islam, yaitu beberapa bagian dan para ulama
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan berbeda pendapat mengenai hal itu.
haji, serta meyakini keenam rukun Namun pada intinya, fikih terbagi
lain yang disebut dengan Rukun menjadi empat bagian pokok: (1)
Iman, yaitu Iman kepada Allah, para Fikih Ibadah, mengatur hubungan
malaikat Allah, kitab-kitab Allah, manusia dengan Tuhannya, seperti
para utusan Allah, kepada hari akhir, shalat, zakat, puasa, haji, dan
dan kepada qadha dan qadar. sebagainya, (2) Fikih Mu‘amalat,
Ajaran Islam disebut dengan mengatur hubungan manusia
syari‘at Islam, yaitu kumpulan dengan sesamanya, seperti akad jual
hukum yang bersumber dari beli, sewa menyewa, hutang piutang,
al-Qur‘an, Hadits Nabi, ucapan hibah, pinjam meminjam, penitipan,
generasi salaf shalih, ijtihad ulama dan sebagainya, (3) Siyasah
yang memiliki kapasitas dan Syar‘iyah, mengatur hubungan
kapabilitas untuk itu. Syari‘at ini negara dengan rakyat, atau satu
menjelaskan hubungan manusia negara dengan negara lainnya,
dengan Allah, dengan sesama seperti hukum tentang Baitul Mal,
manusia, dengan masyarakat atau anggaran belanja negara (masharif),
bangsa, dengan alam dan hukum-hukum pengadilan, baik
lingkungannya. Syariat membatasi pidana, perdata, dan sebagainya, (4)
hal-hal yang boleh dan tidak boleh Ahkam al-Usrah atau Ahwal
dilakukan. Syakhshiyyah, mengatur hukum
Islam Nusantara yang privat di dalam keluarga, misalnya
berpaham Ahlussunnah Wal Jama‗ah pernikahan, perceraian, hak-hak
berkeyakinan, syari‘at Islam bersifat anak, warits, washiat, dan
universal (syumuli) untuk setiap lini sebagainya.
kehidupan, dalam lintas waktu dan Ketiga, aspek-aspek budi
tempat. Kandungan ajarannya pekerti (ahkam tahdzibiyah), yang
terbagi menjadi tiga hal pokok: menyerukan manusia untuk
Pertama, aspek-aspek teologi (ahkam menghiasi perilakunya dengan
‗aqa‘idiyah), mencakup setiap sifat-sifat yang baik (akhlaq karimah)
hukum yang terkait dengan Dzat, dan menghilangkan sifat-sifat yang
Sifat, dan keimanan kepada Allah buruk. Sifat-sifat baik itu di
(disebut dengan istilah ilahiyyat);

7
antaranya jujur, amanah, bertang- baik dan buruk, yang dikembalikan
gung jawab, berani karena benar, kepada konsep apakah suatu
menepati janji, sabar, menjaga perbuatan tersebut bertentangan
kelestarian alam, dan sebagainya. dengan kaidah-kaidah syariat
Sedangkan sifat-sifat yang buruk itu (qawa‘id syari‘ah) atau tidak
antara lain adalah berbohong, bertentangan.
berkhianat, tidak menepati janji, Sementara tentang mu‘amalah
menipu, merusak lingkungan, dan dan siyasah syar‘iyah dalam
sebagainya. Aspek-aspek budi pekerti berbagai aspeknya, terdapat bagian
ini disebut dengan Ilmu Akhlak, atau statis (thabit) meskipun sedikit, dan
Ilmu Tashawwuf. terdapat bagian dinamis
(mutaghayyir) yang bersitaf fleksibel
(2) Ajaran Statis dan Dinamis serta dapat disesuaikan dengan
waktu dan tempat.
Islam Nusantara yang Standar umum dalam praktik
berprinsip Ahlussunnah Wal- mu‘amalah dan siyasah Syar‘iah itu
Jama‘ah meyakini keberadaan ajaran adalah pokok dan kaidah syariat,
Islam yang statis dan dinamis. Secara serta maqashid syari‘ah, yaitu
umum, ajaran-ajaran Islam itu tujuan-tujuan syari‘at untuk:
terbagi menjadi dua, yaitu ajaran Menghilangkan dan menghentikan
statis (syaqqun thabit, atau qath‘iy) sesuatu yang membahayakan
dan ajaran dinamis (syaqqun (dharar); Memelihara lima hal
mutaghayyir, atau ijtihadiy). Ajaran (kulliyat khams), yaitu memelihara
statis (thabit) adalah ajaran yang agama, jiwa, akal, keturunan, dan
tidak boleh diubah dan tidak boleh harta; Senantiasa memperhatikan
dikondisikan dengan waktu atau alasan-alasan hukum (‗illah) fikih
tempat, meliputi pokok-pokok aspek dalam penetapan hukum; dan
teologi (ahkam ‗aqaidiyah), memperhatikan maslahat secara
pokok-pokok aspek ibadah (ahkam umum, baik kemaslahatan untuk
‗amaliyah), dan pokok-pokok aspek mendapatkan sesuatu yang positif
budi pekerti (ahkam tahdzibiyah). atau untuk menghindari sesuatu
Rukun Iman, Rukun Islam, yang negatif.
serta mengingkari apa dan siapapun Sedangkan ajaran dinamis
yang disembah selain Allah adalah (syaqqun mutaghayyir) adalah ajaran
ajaran yang tidak dapat diubah dan yang bersifat fleksibel (murunah) dan
dikondisikan (lihat QS an-Nahl: 36, berkembang (tathawwur) seiring
QS al-Anbiya: 25, dan al-Syura: 13). perkembangan kehidupan. Ajaran
Dakwah para Nabi, sejak Nabi Adam dinamis ini meliputi hal-hal
‗alaihissalam hingga Nabi cabang-parsial (furu‘iyyat juz‘iyyat),
Muhammad shallallahu ‗alaihi wa rincian-rincian dalam pelaksanaan
sallam, pada wilayah thabit ini tidak mu‘amalah dan siyasah Syar‘iyah,
berbeda dan tidak berubah (lihat QS yang berada pada wilayah adillah
al-Baqarah: 136, QS al-Baqarah: 285, zhanniyyah, wilayah ijtihad, dan
dan QS Ali Imran: 84). silent syari‘ah (hal-hal yang secara
Demikian pula, pokok-pokok rinci tidak dijelaskan oleh syari‘at).
aturan ibadah berupa shalat, puasa, Bagian ajaran dinamis atau syaqqun
zakat, dan haji, tidak dapat diubah mutaghayyir ini merupakan ruang
dan dikondisikan, kecuali dalam luas untuk berijtihad yang berarti
hal-hal parsial (juz-iyyat). Tentang pengerahan segenap kemampuan
akhlak, hal-hal pokoknya juga tidak akal seorang mujtahid untuk
berubah, seperti standar perilaku

8
menerapkan hukum Allah di situ, ―Tradisi baik adalah sesuatu yang
bukan diartikan sebagai gejala dikenal oleh kebanyak orang (aspek
liberalisasi syari‘at, karena Islam ini mengeluarkan adat-adat kebiasan
bukan seperti prinsip apapun di luar khusus), berupa ucapan, perbuatan
Islam, dan dia memiliki yang dilegitimasi oleh syari‘at, atau
karakteristisk tersendiri yang syari‘at tidak membahasnya, di mana
dibatasi oleh al-Qur‘an, Sunnah, karakternya adalah berubah dan
Ijma‘ para ulama, serta kaidah- berganti‖ (al-Utaibi, 2006: 90).
kaidah dalam ber-istinbath dan Sementara tradisi jelek adalah
ber-istidlal. sesuatu yang telah dikenal oleh
Termasuk dalam ajaran dinamis masyarakat, namun bertentangan
ini adalah fatwa yang bersifat dengan syari‘at.
berubah sesuai waktu, tempat, dan Menurut al-‗Utaibi, ulama
suatu kondisi, berdasarkan standar hampir sepakat (syibh al-ittifaq)
syariat dalam berfatwa. Ibnu Hajar tentang kehujjahan pengamalan
menukil pendapat Imam Malik: tradisi baik, berdasarkan al-Qur‘an,
‫َح َدثُ ْوا ِم َن ال ُف ُج ْوِر‬ ِ ‫ث لِلن‬
ْ ‫َّاس فَتَاوى بَِق ْد ِر َما أ‬ ُ ‫ُُْي َد‬
Sunnah, kaidah Ushul, dan Kaidah
Fikih.
―Fatwa yang disampaikan pada Kehujjahan tradisi menurut
manusia harus diperbarui sesuai al-Qur‘an, adalah firman Allah dalam
kadar perbuatan dosa model baru Surat al-A‘raf ayat 199:
ِ ِ ْ ‫ف وأَع ِرض ع ِن‬
ِ ِ
َ ْ ْ َ ‫ُخذ الْ َع ْف َو َوأْ ُم ْر ِِبلْعُ ْر‬
yang mereka lakukan.‖ (Ibnu Hajar,
t.t.: 1/200). .‫ي‬
َ ‫اجلَاىل‬
(3) Sikap terhadap Tradisi
)9112‫(األعراف‬
―Jadilah engkau pemaaf dan
Islam Nusantara sebagai suruhlah orang mengerjakan yang
metodologi dakwah dengan ma'ruf, serta berpalinglah dari pada
pendekatan budaya tetap membagi orang-orang yang bodoh.‖ (QS.
tradisi yang berlaku di tengah Al-A‘raf: 199)
masyarakat menjadi dua bagian, Kehujjahan tradisi menurut
yaitu tradisi baik (‗urfun shahih) dan Sunnah, ditunjukkan melalui Hadits
tradisi jelek (‗urfun fasid). Tradisi baik marfu‘ dari Abdullah bin Mas‘ud,
adalah sesuatu yang telah dikenal sebagai berikut:
oleh kebanyakan masyarakat, berupa َِّ ‫فَما رأَى الْمسلِمو َن حسنا فَهو ِعْن َد‬
‫اَّلل َح َس ٌن َوَما‬
ucapan dan perbuatan, yang َ ُ ًَ َ ُ ْ ُ َ َ
dilegitimasi oleh syari‘at (tidak
menghalalkan yang haram dan tidak
‫ رواه أمحد‬.‫َرأ َْوا َسيِّئًا فَ ُه َو ِعْن َد َّاَّللِ َسيِّئا‬
membatalkan yang wajib), atau ―Sesuatu yang dipandang baik oleh
syari‘at tidak membahasnya, yang umat Islam maka hal itu baik di sisi
sifatnya adalah berubah dan berganti. Allah dan sesuatu yang dipandang
Pengertian ini disebutkan oleh Sa‘ad jelek oleh mereka maka hal itu jelek di
al-‗Utaybi, dalam Usus al-Siyasah sisi Allah.‖ (HR. Ahmad)
al-Syar‘iyyah: Kehujjahan tradisi menurut
ِ َّ ‫ف‬ Kaidah Ushul, dijelaskan oleh
ُ ‫ َما تَ َع َارفَوُ أَ ْكثَ ُر الن‬2‫ َوُى َو‬،‫الصحْي ُح‬
‫َّاس‬ ُ ‫العُ ْر‬ al-Bayry dalam Syarh al-Asybah,
‫َّاصةَ) ِم ْن قَ ْوٍل أ َْو فِ ْع ٍل‬َّ ‫ات اخل‬ ِ ‫(وى َذا قَيِ ٌد ُِيْرِج العاد‬
َ َ ُ ّ ََ
sebagai berikut:

ِ ‫ت بِ َدلِْي ٍل َش ْر ِع ّي‬ ِ
ٌ ِ‫ت ِِبلعُ ْرف ََثب‬
ُ ِ‫الثَّاب‬
. ‫ ِمَّا َشأْنُوُ التَّغَُّي َوالتَّبَ ّد‬،ُ‫ْاعتَ بَ َرهُ الش َّْرعُ؛ أ َْو أ َْر َسلَو‬
―Sesuatu yang tetap melalui tradisi
adalah tetap melalui dalil syar‘i.‖

9
Kaidah ini senada dengan salah sesuai dengan ajaran Islam. Di
kaidah yang disampaikan sini tidak ada unsur menyuruh,
al-Sarakhsy dalam al-Mabsuth: memaksa atau melarang melakukan
ِِ ِ
ُ ِ‫الثَّاب‬
ِّ ‫ت ِِبلعُ ْرف َكالثَّابت ِِبلن‬
.‫َّص‬ sesuatu.
Sedang amar ma‘ruf berarti
―Sesuatu yang tetap melalui tradisi menyerukan kepada kebajikan, yaitu
seperti sesuatu yang tetap melalui mengajak, menghimbau, memerin-
nash.‖ tahkan, menyuruh atau menuntut
Kehujjahan tradisi menurut dilakukannya segala perbuatan yang
Kaidah Fikih, disebutkan dalam baik menurut syariat Islam dan
beberapa kaidah sebagai berikut: mendekatkan pelakunya kepada
ٌ‫الع َادةُ ُُمَ َّك َمة‬
َ
Allah.
Sedang nahi munkar berarti
―Kebiasaan itu dapat menjadi mencegah perbuatan munkar, yaitu
hukum.‖ mencegah, melarang, menjauhkan,
‫الع َاد ِة‬ ِ ِ ِ
َ ‫احلَقْي َقةُ تُْت َرُك ب َدلَلَة‬ menentang,
menyudahi
menegur
terjadinya
atau
segala
―Hakikat ditinggal karena dalil adat.‖
perbuatan yang buruk menurut
‫الع َم ُل ِِبَا‬
َ ‫ب‬
ِ
ُ ‫َّاس ُح َّج ًة ََي‬ ُ ‫استِ ْع َم‬
ِ ‫ال الن‬ ْ syariat Islam. Melarang kemunkaran
―Hujjah yang dipakai banyak orang berarti melarang manusia agar tidak
wajib diamalkan.‖ melakukan hal-hal yang tidak
diridhai Allah.
ِ ‫ادلعرو‬
‫ف عُ ْرفاً َكادل ْش ُرْو ِط َش ْرطًا‬
َ ْ ُ َْ Imam al-Nawawy dan Ibnu
―Yang dikenal sebagai kebiasaan Hazm, seperti dikutip al-Mawsu‘ah
sama dengan syarat.‖ al-‗Ammah, menyatakan bahwa amar
Selain kaidah-kaidah ini, masih ma‘ruf nahi munkar adalah sebuah
terdapat kaidah-kaidah lain yang kewajiban. Tentang status hukum
disebutkan oleh para ulama. Hal ini amar ma‘ruf nahi munkar ini, ulama
menunjukkan legalitas pengamalan berbeda pendapat. Mayoritas ulama,
tradisi baik. yaitu para imam tabi‘in, al-Dhahak,
Sementara tradisi tidak baik, al-Thabari dan Ahmad bin Hanbal,
Islam memiliki cara atau metodologi menyatakan hukumnya fardhu
dalam menyikapinya, yang dikenal kifayah, artinya jika amar ma‘ruf nahi
sebagai metodologi dakwah dengan munkar munkar telah dilakukan
cara amputasi, asimilasi, dan sebagian umat, maka umat lainnya
minimalisasi (akan dijelaskan tidak menanggung dosa jika tidak
berikutnya pada aspek Ruang ambil bagian. Sebagian ulama
Lingkup Kajian/al-Maudhu‘) menyatakan fardhu ‗ain, dalam arti
bahwa setiap orang wajib ber- amar
(4) Mendakwahkan Islam ma‘ruf nahi munkar, jika tidak maka
dia berdosa.
Islam Nusantara berkeyakinan, Cakupan dakwah lebih luas dari
ajaran Islam yang universal ini harus amar ma‘ruf nahi munkar. Meskipun
ditegakkan, dalam terma yang demikian, kandungan dakwah tidak
disebut dengan dakwah dan amar terlalu berbeda dengan muatan dan
ma‘ruf nahi munkar (transliterasi dari tugas amar ma‘ruf nahi munkar, serta
bahasa Arab: al-amr bi al-ma‘ruf wa terdapat hubungan yang tidak
al-nahyi ‗an al-munkar). Dakwah dipisahkan antara kedua terma
adalah mengabarkan, memberitahu- tersebut. Namun aktifitas amar
kan, menjelaskan dan mendidik ma‘ruf nahi munkar dibatasi oleh
seseorang tentang hal-hal benar dan

11
beberapa hal dan persyaratan yang kajian kepesantrenan (pesantren
tidak ditemukan dalam aktifitas studies), geneologi keilmuan (sanad
dakwah. ilm), tahqiq turath ulama Nusantara,
Dakwah merupakan langkah talaqqi pembelajaran al-Qur‘an dan
pertama yang dijejakkan manusia lain sebagainya.
pada jalan ilahi ini. Dengan harapan, Selain itu kajian Islam
ia akan menjadi pemisah antara satu Nusantara bertujuan mengkonversi
ideologi dengan ideologi lainnya, ekspresi-ekspresi keberislaman
pembeda antara satu teori dengan muslim Ahlussunnah Wal-Jama‘ah
teori lainnya, dan pembatas antara melalui tradisi-tradisi keagamaan
satu model kehidupan dengan model seperti pembacaan Aurat/wiridan,
kehidupan lainnya. Adapun amar Ratib, Ruqyah, Manaqib, Maulid Nabi
ma‘ruf dan nahi munkar, merupakan SAW, Nasyid, Istighasah dan Ziarah
upaya internal untuk mengikuti makam para wali dan ziarah ke
Islam oleh kaum muslim sendiri, agar orang-orang shalih disingkat:
umat Islam tetap menempuh jalan ARUMANIZ) dan Marawisy, Hadrah,
Islam dan tidak menyimpang dari Barzanji dan Nasyidahan (disingkat:
jalannya yang lurus. MARHABAN). Kemudian pada sisi
Pada bagian tertentu, metodologi dakwah dalam menyikapi
metodologi dakwah ini dapat khazanah, peradaban, dan kearifan
disesuaikan dengan waktu, tempat, lokal (local wisdom) yang ada di
dan suatu kondisi, yang pada intinya wilayah Nusantara, baik sikap
bertujuan untuk menegakkan ajaran terhadap tradisi baik (‗urfun shahih)
Allah di muka bumi ini (li i‘la‘i dan tradisi tidak baik (‗urfun fasid)
kalimatillah hiya al-‗ulya). kajian Islam Nusantara akan
melakukan rekayasa-rekayasa sosial
Kedua, Ruang Lingkup Kajian dengan cara-cara amputasi, asimilasi,
(al-Maudhu’) dan minimalisasi sehingga ajaran
Ruang lingkup kajian Islam Islam tetap sesuai pada setiap waktu
Nusantara adalah berikhtiar dam tempat (shalihun li kulli zaman
mengintegrasikan, menginter- wa makan).
koneksikan dan menginternalisasi- Pembumian ajaran Islam
kan tiga peradaban Islam yang telah Ahlussunnah Wal-Jama‘ah (baca :
menyejarah dan membumi di Islam Nusantara) dengan metode
Nusantara. Ketiga peradaban dakwah yang paralel dengan
tersebut yaitu Peradaban Teks karakteristik Nusantara dan kearifan
(Hadharatun Nash), Peradaban Ilmu lokal masyarakatnya. Tradisi baik
dan Budaya (Hadharat al-‘Ilm wa akan diterima, dalam arti sesuatu
al-Thaqafah) dan Peradaban yang telah dikenal oleh kebanyakan
Setempat (local wisdom/Hadharah masyarakat, berupa ucapan dan
Mahalliyyah/Waqi‘iyyah). Bertitik perbuatan, yang dilegitimasi oleh
tolak dari kerangka dasar di atas syari‘at (tidak menghalalkan yang
kajian Islam Nusantara akan haram dan tidak membatalkan yang
mengkonstruksi pendidikan Islam wajib), atau syari‘at tidak
yang non-dikotomis, non-dualistik membahasnya, yang sifatnya adalah
dan berkarakter yang utuh. Dengan berubah dan berganti. Sementara
demikian sebagai langkah awal tradisi tidak baik, yaitu sesuatu yang
kajian ini menggali dan membangun telah dikenal oleh masyarakat tetapi
teori ilmu-ilmu keislaman yang bertentangan dengan syari‘at, akan
berwatak sosial-Nusantara seperti disikapi dengan tiga pendekatan

11
(approach), yaitu amputasi, asimilasi, dakwah menjalankan metode ini
atau minimalisasi. Metode ini telah dalam menghadapi suatu tradisi yang
terbukti dapat diterima masyarakat secara praksis dapat diakomodasi
Nusantara, tanpa resistensi tinggi dalam syari‘at Islam, dengan cara
atas perubahan tradisi yang ‗membelokkan‘ dari tradisi tidak baik
sebelumnya mereka jalani. menjadi baik. Contohnya adalah
Amputasi adalah metode tradisi tumpeng yang pada mulanya
dakwah dengan memotong tradisi merupakan tradisi purba masyarakat
yang menyimpang. Para juru dakwah Indonesia untuk memuliakan
menjalankan metode ini dalam gunung sebagai tempat bersemayam
menghadapi suatu tradisi yang para hyang, atau arwah leluhur
secara prinsip tidak dapat (nenek moyang). Tradisi ini
diakomodasi dalam syariat Islam. diasimilasi dengan sentuhan filosofi
Contohnya adalah keyakinan Islam, bahwa ―Tumpeng‖ merupakan
dinamisme (kepercayaan bahwa akronim dalam bahasa Jawa ―Yen
segala sesuatu mempunyai tenaga metu kudu sing mempeng (bila keluar
atau kekuatan yang dapat harus dengan sungguh-sungguh).‖
mempengaruhi keberhasilan atau Pada bagian makanan bernama
kegagalan usaha manusia dalam ―Buceng‖, dibuat dari ketan; akronim
mempertahankan hidup) dan dari: ―Yen mlebu kudu sing kenceng
animisme (kepercayaan kepada roh (bila masuk harus dengan
yang diyakini mendiami semua benda, sungguh-sungguh).‖ Sedangkan
seperti pohon, batu, sungai, gunung, lauk-pauknya berjumlah tujuh
dan sebagainya). Meskipun macam, atau pitu dalam bahasa Jawa,
dilakukan dengan cara memotong bermakna Pitulungan (pertolongan).
hingga ke akarnya, namun dakwah Tiga kalimat akronim itu, berasal dari
model ini dilakukan secara bertahap sebuah doa dalam Surat al Isra‘ ayat
dan berproses. Hal ini seperti yang 80:
‫َخ ِر ْج ِِن ُمَُْر َج‬ ٍ ِ ِ ِ ‫وقُل ر‬
ْ ‫ب أ َْدخ ْل ِِن ُم ْد َخ َل ص ْدق َوأ‬
dilakukan Nabi Muhammad
shallallahu ‗alayhi wa sallam, dalam َّ ْ َ
menyikapi keyakinan paganisme
(kepercayaan atau praktik
‫اًن‬
ً َ‫ك ُس ْلط‬ َ ْ‫اج َع ْل ِِل ِم ْن لَ ُدن‬ ٍ ِ
ْ ‫ص ْدق َو‬
penyembahan terhadap berhala) di (08 2‫ )اإلسراء‬.‫ص ًُّيا‬ ِ َ‫ن‬
kalangan masyarakat Arab. Nabi
―Dan katakanlah, ‗Ya Tuhan-ku,
Muhammad shallallahu ‗alayhi wa
masukkanlah aku secara masuk yang
sallam menghancurkan fisik
benar dan keluarkanlah (pula) aku
berhala-berhala, berikut berhala
secara keluar yang benar dan
keyakinan, pemikiran, kebudayaan,
berikanlah kepadaku dari sisi Engkau
dan pedoman hidup pagan. Tradisi
kekuasaan yang menolong.‖ (QS.
tersebut berhasil dihilangkan,
Al-Isra: 80)
namun baru terlaksana secara massif
Tumpeng ini menjadi bahan
pada peristiwa pembebasan kota
untuk menyadarkan masyarakat
Makkah (Fath Makkah) pada 630 M /
mengenai tafsir ayat tersebut, yang
8 H, atau ketika dakwah Islam telah
berarti ―Matikan aku dengan
berusia 21 tahun.
kematian sebagai orang yang benar
Asimilasi adalah metode
dan bangkitkan aku pada hari kiamat
dakwah dengan menyesuaikan atau
sebagai orang yang benar‖, atau
melebur tradisi menyimpang menjadi
―Masukkan aku dalam wilayah
tradisi yang tidak bertentangan
perintah dan keluarkan aku dari
dengan syari‘at Islam. Para juru
wilayah larangan‖, termasuk

12
―Masukkan aku ke dalam wilayah Dalam pembagian model
aman dan keluarkan aku dari kemungkaran ala Ibnu Qayyim
wilayah kemusyrikan.‖ Makna ini al-Jawziyah, metode ini disebut
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dengan ‗mengurangi kadar
terkait turunnya ayat tersebut yang kemunkaran‘ (an yaqilla wa in lam
berkaitan dengan kehijrahan Nabi yazul bi jumlatihi). Meski
Muhammad dari Makkah ke Madinah kemungkaran tersebut belum hilang
(al-Qurthubi, 1964: 10/312). sepenuhnya, menurutnya, metode ini
Tradisi penyajian tumpeng dilegitimisi oleh syari‘at (masyru‘).
tersebut dilakukan, dengan diawali Dia mencontohkan suatu kisah
pembacaan al-Qur‘an dan doa-doa yang terjadi pada gurunya, Syaikh
kepada Allah Ta‘ala, lalu bersedekah Ibnu Taymiyah. Suatu hari ia
kepada sesama. Hal-hal ini tidak berjalan bersama beberapa
bertentangan, bahkan dianjurkan sahabatnya di era kekuasaan Tatar.
oleh agama. Makna serupa dapat Di tengah perjalan mereka menemui
dipahami dalam tradisi lainnya, beberapa orang yang sedang
seperti kenduri, selametan, sajian meminum minuman keras. Kawan
kue apem, ketupat, pembangunan Ibnu Taymiyah mengingkari
gapura, dan sebagainya. perbuatan mereka. Namun,
Ibnu Qayyim al-Jawziyah, pengingkaran tersebut justru
murid Syaikh Ibnu Taymiyah diingkari oleh Ibnu Taymiyah, dengan
membagi kemunkaran menjadi mengatakan:
empat macam, salah satunya adalah
‗mengganti perbuatan menyimpang
‫اَّللِ َو َع ْن‬
َّ ‫صد َع ْن ِذ ْك ِر‬ُ َ‫ت‬ ‫اخلَ ْمَر ِألَن ََّها‬ َّ ‫َّإَّنَا َحَّرَم‬
ْ ُ‫اَّلل‬
ِ ‫اخلَ ْم ُر َع ْن قَ ْت ِل الن ُف‬
‫وس‬ ‫صد ُى ْم‬ ِ ِ َّ
ْ ُ َ‫ َوَى ُؤَلء ي‬،‫الص َلة‬
dengan perbuatan serupa yang tidak
menyimpang‘ (an yakhlufahu ma
huwa mithluh). Menurutnya, metode .‫َخ ِذ ْاأل َْم َو ِال فَ َد ْع ُه ْم‬ ِ
ْ ‫َو َس ِْْب الذ ِّريَّة َوأ‬
ini adalah wilayah ijtihadiyah, artinya
―Allah mengharamkan khamer karena
boleh dilakukan sesuai kriterianya
benda itu dapat menghalangi orang
(Ibnul Qayyim, 1991: 3/12).
dari berdzikir dan shalat, sedangkan
Sedangkan minimalisasi
orang-orang itu dihalangi oleh
adalah metode dakwah dengan
khamernya untuk membunuh orang,
memperkecil dampak negatif dari
menawan anak, dan mengambil harta
suatu praktik tradisi menyimpang
(yang bukan haknya). Biarkanlah
yang tidak diapat diasimilasi.
mereka‖ (Ibnul Qayyim, 1991: 3/13).
Minimalisasi merupakan proses
Ibnu Taymiyah membiarkan
dakwah yang belum selesai dan terus
sekumpulan orang yang sedang pesta
mengalami proses. Contohnya adalah
minuman keras itu, bukan berarti
tradisi yang sampai saat ini masih
merestui perbuatan munkar mereka.
berlaku pada sebagian masyarakat
Namun, lebih pada suatu cara atau
pesisir yang melarung kepala kerbau
metode dalam berdakwah, guna
ke laut pada waktu-waktu tertentu.
mengurangi dampak negatifnya
Asal mula tradisi tersebut adalah
(minimalisasi).
pelarungan kepala gadis atau
Dalam masalah lain yang lebih
perawan. Praktik menyimpang ini
besar, Rasulullah shallallahu ‗alaihi
diminimalisasi dampak negatifnya
wa sallam menasihatkan:
dengan mengganti kepala gadis
‫صِ ِْب َوَل يَْن ِز َع َّن يَ ًدا‬ ِ ِ ِ
dengan kepala kerbau. Para ulama ْ َ‫َم ْن َرأَى م ْن أَم ُِّيه َما يَكَْرُىوُ فَ ْلي‬
dalam dakwahnya banyak
mengembangkan pola dan metode ini. ‫اعتِ ِو‬ ِ
َ َ‫م ْن ط‬

13
―Barang siapa melihat sesuatu yang ekstrimisme, materialisme, liberalis-
tidak dia sukai pada pemimpinnya, me, hedoniisme, sekularisme dan
maka hendaknya dia bersabar dan lainnya. Sekaligus mencoba
jangan sampai dia keluar dari menawarkan bahwa budaya dan
ketaatan kepadanya‖ (HR al-Bukhari peradaban Islam Nusantara bisa
[7054] dan Muslim [1849]) sebagai alternatif pembangunan
Perbuatan pemimpin yang kebudayaan dan peradaban dunia
tidak disukai merupakan penyim- lebih berperikemanusiaan melawan
pangan, dan pembiarannya bukan hegemoni kebudayaan dan
merupakan ridha pada kemunkaran. peradaban westernisme dan
Namun lebih bermakna sebagai kofusianisme.
minimalisasi dampak negatif ini.
Berbagai fitnah yang terjadi di tengah Keempat, Perbandingan dan
umat Islam, baik dalam skala besar Hubungannya dengan Ilmu/
maupun kecil, disebabkan oleh Istilah Lain (al-Nisbah)
ketidakpedulian pada metode Kemunculan istilah Islam
dakwah ini dan ketidaksabaran Nusantara dengan pengertian dan
dalam menghadapi kemunkaran. karakteristiknya tersebut di atas,
Pihak-pihak tertentu secara frontal tidak menafikan metode dakwah lain,
berdalih menghilangkan suatu selagi tidak bertentangan dengan
penyimpangan, namun justru prinsip-prinsip Ahlussunnah
melahirkan fitnah yang lebih besar Wal-Jama‗ah yang tawassuth,
dari penyimpangan itu. tawazun, i‘tidal, dan tasamuh.
Ibnu Qayyim mengingatkan, Demikian pula, istilah Islam
tidak boleh melakukan Nusantara tidak menafikan
bentuk-bentuk pengingkaran yang keberadaan Islam di negara atau
justru menimbulkan kemunkaran wilayah lain. Perbedaan antara Islam
lebih besar dan lebih dibenci oleh Nusantara sebagai metodologi
Allah dan Rasul-Nya. Mengingkari dakwah dengan metode yang
pemimpin dengan cara memberontak dikembangkan di wilayah lain, baik di
mereka, misalnya, adalah penyebab Afrika, Eropa, atau di wilayah Arab
utama terjadinya berbagai fitnah adalah ikhtilaf tanawwu‘ (perbedaan
dalam rentang perjalanan sejarah yang tidak saling menafikan), bukan
umat Islam. ikhtilaf tadhadh (perbedaan yang
saling menafikan), karena tiap
Ketiga, Manfaat Kajian daerah memiliki karakteristiknya
(al-Tsamrah) sendiri. Sebagai ikhtilaf tanawwu‘,
Ke depannya, kajian Islam keberadaan Islam Nusantara
Nusantara dan sebagai memperkaya khazanah dan metode
pengembangan model dakwah yang dakwah keislaman sesuai dengan
berbasis kearifan lokal diharapkan karakter wilayah ini, serta tidak
dapat terbangun paradigma menafikan universalitas (syumuliyah)
keilmuan berbasis sosio-episteme Islam. Bahkan kehadiran Islam
keNusantaraan, dan sebagai pijakan Nusantara memperkaya kajian
atas ketahanan serta kedaulatan akademik dan akan melahirkan
budaya dan peradaban bangsa spesialisasi-spesialisasi keilmuan
Indonesia dalam menghadapi yang berwatak Nusantara terutama
benturan antar peradaban (class of ilmu-ilmu sosial seperti ilmu sejarah,
civilization) dengan ideologi-ideologi sosiologi, antropologi, filologi,
berbahaya yang berbasis pada histeriografi, pendidikan, ekonomi,

14
politik, hukum dan ilmu sosial Keenam, Perintis (al-Wadhi’)
maupun alam lainnya.
Perintis istilah Islam Nusantara
adalah organisasi massa Islam
Kelima, Keistimewaan
terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul
(al-Fadhl)
Ulama (NU) melalui para akademisi
Kajian Islam Nusantara akan
Pascasarjana STAINU/UNU Jakarta.
melahirkan sistem ilmu pengetahuan
Meski tentu bukan istilah baru,
yang berwatak dan berkarakter
namun Islam Nusantara secara
sosial-Nusantara dan mendorong
khusus dikampanyekan oleh
tindakan-tindakan emansipatif demi
organisasi ini dan secara resmi
tugas pencerdasan, humanisasi, dan
menjadi istilah kunci pada tema
kesejahteraan sosial. Hal ini sebagai
besar Muktamar Ke-33 NU pada 1-5
counter discourse terhadap sistem-
Agustus 2015, di Jombang, Jawa
sistem ilmu pengetahuan yang
Timur. Organisasi ini sekaligus
berkarakter anti sosial, hanya
menahbiskan diri sebagai pengawal
berputar-putar pada ranah kognisi
gagasan Islam Nusantara ini.
sehingga melahirkan kejahatan
intelektual, dominasi kekuasaan/
Ketujuh, Sebutan Resmi (al-Ism)
superioritas keilmuan (scienticism)
dan kediktatoran teknologis. Islam Nusantara.
Kajian-kajian keilmuan di
Nusantara bahkan dunia selama ini Kedelapan, Sumber Pengambil-
baik ilmu sosial maupun ilmu alam an Kajian (al-Istimdad)
memiliki kecenderungan positivisme, Manusia-manusia Nusantara
dogmatisme, ideologisme, adalah aktor dan sekaligus kreator
metodologisme dan teknologisme disiplin kajian Islam Nusantara.
yang ekstrim sehingga Kajian tersebut berangkat dari
mengakibatkan hilangnya ciri sosial kepekaan batin, kepedulian sosial
dan kemanusiaannya. Sepertinya dan ketajaman intelektual muslim
ilmu-ilmu tersebut datang dari langit Nusantara akan melahirkan ilmu
bukan berangkat dan dikonstruksi pengetahuan, budaya dan peradaban
oleh manusia-manusia Nusantara yang berbasis dari sosial-Nusantara.
dan dari bumi Nusantara yang Namun secara normatif kajian ini
dipijaknya. Pada umumnya tetap bersumber pada Al-Qur‘an,
ilmu-ilmu tersebut adalah produk Hadits, dan ijtihad ulama
impor dan ditemukan oleh Ahlussunnah Wal-Jama‗ah, baik
ilmuwan-ilmuwan asing bukan berupa produk hukum dan fatwa dari
original karya insan Nusantara. nalar muslim Nusantara berupa hasil
Selain itu Islam Nusantara bahtsul masail, tarjih, majlis hisbah
sebagai metodologi dakwah berguna dan lainnya. Di samping itu
juga untuk memetakan obyek dan fenomena sosial dan gejala-gejala
strategi dakwah yang sesuai dengan alam di bumi Nusantara juga
karakter masyarakat di Nusantara, merupakan sumber empirik kajian
baik itu melalui kontekstualisasi, ini. Budaya dan peradaban yang
pribumisasi, atau pun apa istilahnya termanifestasi di dalam seni, tradisi
terhadap manusia-manusia yang dan adat istiadat manusia-manusia
berada di bumi Nusantara. Nusantara merupakan bagian yang
terpenting dan tidak bisa dinegasikan
dalam diskursus ini.

15
Kesembilan, Hukum sehingga tidak multitafsir dan
Mempelajarinya (al-Hukm menjadi bahan perdebatan yang
al-Syar’i) tidak kunjung usai. Para peneliti,
Jikalau kajian Islam Nusantara baik individu maupun kolektif,
merupakan metodologi dan diharapkan dapat melakukan
perspektif baru bagi seorang muslim penelitian lanjut tentang gagasan
Nusantara maka hukumnya adalah Islam Nusantara ini, demi perbaikan
wajib dipelajari bagi para juru dan perbandingan bagi kajian-kajian
dakwah yang berketetapan hati yang memiliki keserupaan visi,
bahwa Islam Nusantara merupakan sehingga diharapkan dengan adanya
suatu cara yang bertujuan untuk kajian-kajian yang beragam dalam
menegakkan ajaran Allah SWT di visi yang seragam tersebut, akan
muka bumi ini (li i‘la‘i kalimatillah melahirkan sebuah konsepsi utuh
hiya al-‗ulya), serta suatu cara yang tentang Islam Nusantara yang sesuai
bertujuan untuk menghindari fitnah dengan ajaran Ahlussunnah
dan bahaya (mafsadah) lebih besar Wal-Jama‘ah, prinsip yang selama ini
dalam proses dakwah dan amar dipegang teguh oleh Nahdlatul Ulama
ma‘ruf nahyi munkar di wilayah sebagai penggagas dan pengusung
Nusantara. gagasan Islam Nusantara.

Kesepuluh, Pokok-Pokok Daftar Pustaka


Masalah Yang Dikaji (al-Masa’il) Abi Syaibah, Abdullah bin
Pokok pokok yang dikaji dalam Muhammad bin. al-Mushannaf fi
Islam Nusantara antara lain; kajian al-Ahadith wa al-Athar. Riyadh:
tentang tradisi dan karakteristik Maktabah al-Rusyd, 1409 H.
masyarakat Nusantara, genelogi al-Ashfihany, al-Raghib. al-Mufradat
keilmuan, sanad ilmu, sanad fi Gharib al-Qur‘an. Beirut: Darul
spiritual, bahsul masail, tarjih, Qalam, 1412 H.
hisbah, pranata sosial Islam al-Atsubi. Syarh Lamiyah al-Af‘al,
Indonesia, sejarah sosial dan Maktabah Syamilah, 2006.
intelektual muslim Nusantara, filologi, Ibn Faris, Ahmad. Mu‘jam Maqayis
sosiologi, antropologi, sejarah, al-Lughah. Beirut: Darul Fikr,
historiografi, metode tahqiq, matan, 2009.
sharah, hamisy, studi pesantren, Ibnu Hajar. t.t. Al-Fatawa
metodologi pembelajaran, ekonomi, a-Hadithiyyah. Beirut: Darul
hukum, politik dan lain sebagainya. Fikr.
Al-Jauziyah, Ibnu al-Qayyim. I‘lam
Penutup al-Muwaqqi‘in. Beirut: Darul
Kutub, 1991.
Materi makalah ini tentu tidak al-Jurjani, Ali bin Muhammad bin Ali.
dapat mengkover segala hal yang Al-Ta‗rifat. Beirut: Dar al-Kitab
meliputi istilah Islam Nusantara. al-‗Arabi, 1425 H.
Namun, kontennya diharapkan dapat Kadhapi, Muamer. Ontologi,
menjadi sketsa kasar dan term of Epistemologi, dan Aksiologi
reference (TOR) bagi gagasan ini, (makalah, 2014)
sehingga pembahasan Islam Margono, Soejono Soe. Pengantar
Nusantara oleh pihak pro dan kontra Filsafat Louis O.Kattsoff.
menemukan bangunan berpikir dan Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
framework, yaitu melalui mabadi‘ 1986.
‗asyrah Islam Nusantara tersebut,

16
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan.
Bandung: Refika Aditama, 2011
Munawwir, Achmad Warson. Kamus
al-Munawwir Arab – Indonesia.
Yogyakarta: PP Al-Munawwir,
1984.
Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir,
Filsafat Ilmu. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001.
Qomar, Mujamil. Epistemologi
Pendidikan Islam: dari Metode
Rasional Hingga Metode Kritik.
Jakarta: Erlangga, 2005.
Al-Qurthubi. Tafsir al-Qurthubi. Kairo:
Dar al-Kutub al-‗Ilmiyah, 1964.
Sa‘ad al-‗Utaybi. Usus al-Siyasah
al-Syar‘iyyah. Maktabah
Syamilah, 2006.
al-Shabban, Abu al-‗Irfan al-Misyri
Muhammad bin. Hasyiyah ‗ala
Syarh al-Sullam li al-Mallawi,.
Mesir: Mushthafa al-Halabi,
1938.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu
Pengantar. Jakarta: Bumi
Aksara, 2005.
al-Thanthawy, Ali. Ta‘rif Am bi Din
al-Islam. Mesir: al-Manarah,
2009.
Yasri, Muhammad Thariq al-Hidayah:
Mabadi‘ wa Muqaddimat Ilm
al-Tawhid ‗inda Ahl al-Sunnah wa
al-Jama‘ah,. Maktabah Syamilah,
2006.

17
MENYEMAI GAGASAN ISLAM NUSANTARA DI DUNIA PENDIDIKAN
PESANTREN MELALUI CULTURE OF PEACE EDUCATION
Oleh Yusuf Hanafi
(Universitas Negeri Malang,
e-mail: sufi_rmi@yahoo.com)

Abstrak
Karakter otentik pesantren Indonesia, khususnya pesantren
tradisional, adalah sangat toleran, kaya dengan kearifan lokal, dan
jauh dari budaya dan ideologi kekerasan, persis sama dengan
kampanye Islam Nusantara yang bergaung kuat belakangan ini. Meski
demikian, pesantren masih sering mendapat stigma negatif sebagai
lembaga yang mengajarkan ekstrimisme dan radikalisme, khususnya
pasca terkuaknya fakta bahwa hampir seluruh aksi terorisme di
Tanah Air dalam satu setengah dasawarsa terakhir didalangi oleh
orang-orang pesantren, khususnya yang berafiliasi ke Pesantren al-
Mukmin Ngruki Solo pimpinan Abu Bakar Ba‘asyir. Untuk
menghilangkan stereotip tersebut, sekaligus menyemaikan gagasan
Islam Nusantara di dunia pendidikan, dibutuhkan ikhtiar jama‘i yang
serius guna menghidupkan kembali karakter pesantren yang genuine
melalui revitalisasi budaya toleransi dan moderatisme ke dalam
sistem pendidikannya. Selaras dengan itu, pesantren sejatinya sangat
potensial dan strategis untuk ikut serta mengusung gagasan Islam
Nusantara melalui penerapan program Pendidikan Budaya Damai
(Culture of Peace Education)—di mana tujuannya adalah mewujudkan
sistem pendidikan yang kondusif bagi pengajaran HAM, demokrasi,
dan budaya damai di semua jenjang, baik formal maupun informal.
Tulisan ini bertujuan untuk mengenalkan model pendidikan toleran
dan inklusif berbasis konsep Culture of Peace Education untuk dunia
pendidikan pesantren guna mengikis radikalisme atas nama agama
yang endemic belakangan ini.

Kata-kata kunci:
Islam Nusantara, Culture of Peace Education, radikalisme atas nama
agama.

Pendahuluan dikenal sangat radikal dan ganas)


dan rekrutmen mujahidin untuk
Ketika belum hilang shock
diberangkatkan berjihad ke Timur
akibat rentetan teror dan aksi
Tengah. Teranyar, di awal tahun
kekerasan berselubung doktrin
2016 ini, kita kembali dikejutkan
jihad, khususnya di awal tahun
oleh aksi teror yang menyasar
2000-an, sejak tahun 2014 lalu kita
kawasan Sarinah, Jalan MH
dibuat prihatin oleh deklarasi-
Thamrin Jakarta Pusat yang
deklarasi dukungan kepada Islamic
menewaskan 7 jiwa dan melukai 24
State of Iraq and Suriah (ISIS—yang
orang lainnya. Rentetan peristiwa di

18
atas semakin membelalakkan mata para santri pesantren, meski
kita bahwa radikalisme dan kemudian urung dilaksanakan
terorisme masih menjadi bahaya setelah mendapat tentangan dari
laten di negeri ini. banyak pihak.
Sebelumnya, peristiwa- Tentu saja stigma tersebut
peristiwa kekerasan lain yang ditolak oleh mayoritas pesantren di
menjurus pada aksi radikalisme dan Indonesia, terutama pesantren yang
terorisme hampir tidak pernah sepi berideologi moderat. Mereka pun
bahkan cukup mendominasi kemudian, dalam berbagai forum
pemberitaan di media massa. dan media, mengkampanyekan
Kekerasan demi kekerasan menjadi bahwa mainstream pesantren di
tontonan rutin dan diskusi hangat di Indonesia adalah moderat dan anti-
televisi. Pelaku dan motifnya pun radikalisme. Pesantren yang
sangat beragam, mulai yang berlatar berfaham radikal, seperti Ngruki dan
belakang agama, politik, ekonomi, jaringannya, hanyalah segelintir
sosial, etnik, olahraga, dan lain-lain. pesantren di antara tidak kurang
Namun yang menjadi sorotan dan dari 17.000 pesantren yang ada di
perhatian utama, baik di tingkat Indonesia. Baru-baru ini, NU—
nasional maupun internasional, sebagai induk organisasi dari
adalah kekerasan yang bermotif sebagian besar pesantren di
ideologi agama. Indonesia—bersama 12 ormas Islam
Klimaksnya, pasca tragedi lainnya mendeklarasikan
Bom Bali I, 12 Oktober 2002 silam, kesepakatan bersama menentang
media nasional dan internasional segala bentuk ekstrimisme dan
banyak menyorot keterkaitan radikalisme dengan mengatas-
pesantren dengan gerakan terorisme. namakan agama. Mereka meminta
Hal itu didasarkan pada fakta bahwa pemerintah untuk memantau,
semua pelaku teror tersebut adalah mengevaluasi, serta bertindak tegas
orang-orang pesantren. Trio terhadap kelompok-kelompok
bersaudara—Mukhlas, Amrozi, dan ataupun ormas-ormas yang
Ali Imron—adalah keluarga bertingkah dan bertindak radikal,
Pesantren al-Islam Lamongan Jawa karena dianggap telah menodai citra
Timur, di samping juga alumni dan substansi Islam itu sendiri
Pesantren al-Mukmin Ngruki Solo. (Republika, 06/08/2010).
Pelaku-pelaku yang lain pun Menghilangkan stigma negatif
ternyata ada kaitan, baik secara tersebut memang bukan persoalan
langsung maupun tidak langsung, mudah, butuh waktu dan ikhtiar
dengan Pesantren al-Mukmin Ngruki kolektif yang sungguh-sungguh dari
pimpinan Abu Bakar Ba‘asyir. semua elemen pesantren untuk
Temuan ini kemudian menghidupkan kembali dan
memunculkan stigma negatif merevitalisasi budaya toleransi,
terhadap dunia pesantren yang perdamaian, dan moderatisme dalam
dianggap sebagai lembaga yang sistem pendidikannya. Sebagai
mengajarkan radikalisme dan institusi pendidikan yang indigenous
terorisme. Pemerintah pun di Indonesia yang telah berabad-
kemudian merekomendasikan untuk abad berkontribusi membentuk
mengadakan pengawasan dan watak dan karakter Muslim
sweeping terhadap pesantren. Indonesia, pesantren seharusnya
Bahkan kala itu sempat muncul berpotensi menjadi salah satu basis,
wacana pengambilan ―sidik jari‖ bagi baik secara diskursif maupun moral-

19
praksis, dalam menangkal arus (Culture of Peace Education) guna
radikalisasi Islam yang menjadi menyemaikan pendidikan pesantren
endemic saat ini. Sejalan dengan hal berbasis toleransi dan multikul-
itu, Abd. Rahman Assegaf turalisme yang bercirikan: (1)
berpendapat bahwa penanaman keseimbangan antara pengajaran
nilai-nilai agama, termasuk di hukum Islam dengan legal formal;
dalamnya melalui institusi (2) pendidikan dakwah yang
pesantren, yang berwawasan HAM responsif dengan kondisi dan
merupakan upaya preventif dalam psikologi masyarakat; (3) pembinaan
menangani konflik dan kekerasan akhlak atau tasawuf yang dialektis
(Assegaf, 2004: 182). Wacana ini dengan norma-norma masyarakat,
jelas sangat selaras dengan gagasan dan (4) penanaman nilai-nilai
Islam Nusantara (ISNUS) yang humanitas dan HAM. Penulis
menemukan momentum popular- meyakini, jika keempat karakteristik
itasnya sejak digulirkan sebagai pendidikan berbasis toleransi dan
istilah dan tema kunci dalam multikulturalisme tersebut
Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke- diadaptasi oleh pesantren-pesantren
33 di Jombang, Jawa Timur, awal lain dalam kurikulum pendidikan
Agustus 2015 lalu—di mana ISNUS maupun praktik pengajarannya,
sangat menekankan ajaran maka dunia pesantren akan
moderatisme dalam upaya mengikis melahirkan generasi-generasi
ekstremisme dalam kehidupan Muslim yang moderat dan inklusif,
sosial-keagamaan. seperti dicita-citakan oleh Islam
Selaras dengan kampanye Nusantara.
ISNUS di atas, UNESCO pada tahun Sekali lagi, pesantren
2001 mencanangkan Pendidikan sejatinya sangat potensial dan
Damai (Peace Education) atau strategis untuk ikut berperan-serta
Pendidikan Budaya Damai (Culture dalam kampanye Islam Nusantara
of Peace Education). Program ini dan program Culture of Peace
pertama kali dielaborasi oleh Education (yang dicanangkan
UNESCO pada saat Kongres UNESCO di atas). Sebagai lembaga
Internasional tentang Perdamaian di pendidikan yang menekankan pada
Yarnoussoukro, Cote d‘Ivoire pada pendidikan karakter dan moralitas,
1989. Tujuan program tersebut pesantren justru dapat menjadi
adalah untuk membentuk sistem pusat persemaian generasi-generasi
pendidikan yang komprehensif bagi Muslim yang cinta damai, moderat,
HAM, demokrasi, dan budaya damai. dan anti kekerasan. Sebab, karakter
Oleh UNESCO, program ini otentik pesantren Indonesia,
dijalankan untuk semua sistem khususnya pesantren tradisional,
pendidikan pada jenjang yang adalah dikenal sangat ramah,
berbeda-beda, baik pendidikan toleran, berbaur dengan masyarakat,
formal maupun informal (Assegaf, kaya dengan kearifan lokal, dan jauh
2004: 85-86). dari budaya dan ideologi radikal. Hal
Berpijak atas pemikiran dan ini tentunya sangat sejalan dengan
analisis situasi tersebut di atas, prinsip-prinsip dasar yang
tulisan konseptual ini menemukan terkandung dalam gagasan Islam
ruang relevansi dan signifikansinya. Nusantara dan program Culture of
Tulisan ini mencoba menyandingkan Peace Education.
gagasan Islam Nusantara dan Tulisan ini ingin membuka
konsep Pendidikan Budaya Damai mata publik perihal wajah pesantren

21
Indonesia yang sesungguhnya. gerakannya sangat berbeda dengan
Stigma negatif yang didakwakan kelompok-kelompok Islam radikal
kepada pesantren sebagai sarang modern, namun falsafah dan tujuan
pembibitan teroris akan segera gerakannya kurang lebih sama
terkikis. Pesantren justru akan (Turmudi et. al., 1995: 117).
menjadi ―juru bicara‖ Islam kepada Pada masa Orde Baru, dengan
dunia yang menegaskan secara model pemerintahan yang
lantang bahwa Islam adalah agama militeristik dan pendekatan
damai yang menentang segala represifnya, gerakan radikalisme
bentuk radikalisme dan terorisme. berlabel agama hampir tidak
memiliki ruang bernafas. Dengan
Akar dan Sejarah Radikalisme kekuatan militer yang kuat dan
atas Nama Agama di Indonesia jaringan intelijen yang luas,
Radikalisme atas nama agama Soeharto berhasil menumpas benih-
sebenarnya telah terjadi jauh benih kelompok tersebut sebelum
sebelum Indonesia merdeka. Dalam dapat tumbuh dan berkembang.
studinya di Indonesia, India, dan Meski demikian, kelompok-
Filipina, Stephen Frederic Dale kelompok Islam radikal ternyata
menyebutkan bahwa pada masa masih tetap eksis. Terbukti, meski
penjajahan radikalisme atas nama intensitasnya sangat minim, tercatat
agama di tiga negara tersebut beberapa kali aksi-aksi radikalisme
diekspresikan dalam bentuk jihad fi berbau agama terjadi. Seperti,
sabilillah melawan pemerintahan kerusuhan Tanjung Priok pada
kolonial (Dale, 1998: 51). Karena tahun 1984, pembajakan pesawat
gerakan tersebut sesuai dengan Garuda Indonesia penerbangan
agenda perjuangan kelompok- Palembang-Medan pada tahun 1981
kelompok nasionalis lainnya, yakni yang dilakukan oleh kelompok yang
berperang mengusir penjajah, maka mengatasnamakan diri Komando
gerakan radikalisme tersebut Jihad, pemberontakan Warsidi
dipandang sebagai perjuangan yang tahun 1989, pemboman Candi
luhur dan heroik (Purwoko, 2002: Barobudur tahun 1985, dan lain-
33). lain.
Setelah merdeka, riak-riak Frekuensi kekerasan dan
gerakan radikalisme agama mulai radikalisme atas nama agama
tampak, terutama dari kelompok- mengalami peningkatan yang sangat
kelompok yang menginginkan tajam pasca runtuhnya Orde Baru.
Indonesia menjadi Negara Islam. Bahkan, menurut Asfar (2003: 45),
Salah satu di antaranya yang jumlah kasusnya meningkat tiga kali
terbesar adalah gerakan DI/TII yang lipat dibanding sebelumnya. Alam
dipimpin oleh Kartosuwiryo. kebebasan seluas-luasnya yang
Kelompok ini kemudian ditumpas disuguhkan oleh Era Reformasi
oleh Pemerintahan Soekarno karena memberikan ruang lebar bagi
dianggap sebagai pemberontak gerakan-gerakan radikal (Turmudi
negara. Demikian pula gerakan et. al., 1995: 120). Sejak tahun 2000,
Darul Islam yang digelorakan oleh ditandai dengan peledakan bom
Daud Beureuh di Aceh yang mobil di Kedubes Filipina, Bursa
kemudian berkembang menjadi Efek Jakarta (BEJ), dan bom malam
kelompok separatis Gerakan Aceh Natal yang menewaskan belasan
Merdeka (GAM) (Zada, 2002: 18). orang, aksi-aksi radikalisme yang
Meski karakter kelompok dan tipikal

21
menjurus pada terorisme terus terjadi Islamisasi yang sangat kental.
terjadi. Pemerintah Orde Baru, dengan
Puncaknya adalah bom Bali Politik Akomodasi-nya, merangkul
pada 12 Oktober 2002, tepat 1 kelompok-kelompok dan ormas-
tahun 1 bulan dan 1 hari dari ormas Islam yang sebelumnya
pemboman menara kembar WTC di mereka tekan.
New York Amerika Serikat. Dua bom Gejala ini juga sangat
meledak dalam waktu yang hampir dipengaruhi oleh perkembangan
bersamaan di Paddy's Pub dan Sari global di negara-negara Islam. Pada
Club (SC) di Jalan Legian Kuta Bali akhir 1970-an, berkembang
menewaskan lebih dari 200 orang. gelombang ―Pan-Islamisme‖ atau
Sejak peristiwa tersebut, pemerintah ―Revivalisme Islam‖. Gerakan yang
melakukan berbagai upaya untuk bermula dari Mesir dengan tokoh
membasmi kelompok-kelompok sentralnya Muhammad Abduh dan
teroris dan sel-selnya. Enam hari Rashid Ridha ini kemudian
setelah peristiwa berdarah tersebut menginspirasi belahan dunia Islam
pemerintah mengeluarkan Perpu yang lain untuk bangkit dan
Anti-Terorisme. Perpu tersebut tidak melawan sekularisme dan ideologi
hanya mengancam pelaku teror Barat. Beberapa negara pada awal
dengan hukuman seberat-beratnya, 1980-an bahkan telah menerapkan
namun juga memberikan Syariat Islam sebagai dasar
kewenangan aparat sebesar- pemerintahan, seperti: Sudan, Mesir
besarnya untuk melakukan segala pada masa pemerintahan Anwar
hal yang dianggap perlu termasuk Sadat, Pakistan, dan lain-lain.
menangkap orang-orang atau Kelompok-kelompok Islam radikal di
kelompok yang dicurigai atau Timur Tengah pun bertumbuhan,
berpotensi melakukan tindak seperti: Ikhwanul Muslimin di Mesir,
terorisme (Maridjan dalam Asfar, et. Hizbut Tahrir di Yordania, Ba‘ats di
al., 2003: ix). Syiria, Hammas di Palestina, dan
Namun upaya tersebut belum lain-lain. Bahkan kelompok-
dapat menghentikan aksi-aksi kelompok yang pada masa awal
terorisme. Terbukti setahun sering juga disebut ―Gerakan Islam
berikutnya, bom berhulu ledak tinggi Baru‖ (New Islamic Movement)
menghancurkan Hotel JW Marriot tersebut kemudian berkembang
Jakarta dan menewaskan belasan melewati batas teritori negara, atau
orang. Disusul bom di kedubes sering disebut dengan gerakan
Australia pada tahun 2004, bom Bali transnasional.
II pada tahun 2005, dan bom di JW Jika ditarik garis diametral,
Marriot dan Ritz-Carlton di tahun maka dapat terlacak bahwa hampir
2009. semua organisasi-organisasi radikal
Gejala kebangkitan gerakan di Indonesia adalah produk impor
Islam radikal pada Era Reformasi, dari Timur Tengah. Lasykar Jihad,
menurut Turmudi, sebenarnya telah gerakan Tarbiyah, dan kelompok-
dimulai sejak tahun 1980-an. Hal itu kelompok Salafi lainnya, pemikiran
ditandai dengan menguatnya dan metode gerakan mereka sangat
kecenderungan fanatisme Islam di dekat dengan Ikhwanul Muslimin.
kalangan masyarakat. Simbol-simbol Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) secara
Islam semakin marak digunakan resmi merupakan cabang dari Hizbut
dalam berbagai kegiatan. Bahkan di Tahrir Internasional yang berpusat
ranah politik dan pemerintahan pun di Yordania. Sedang Majlis Muja-

22
hidin Indonesia (MMI), dalam sangat kuat terasa. Bahkan terjadi
penelitian Sidney Jones, disinyalir semacam phobia (ketakutan
memiliki hubungan dengan Jama‘ah berlebihan) terhadap pesantren di
Islamiyah (JI) di Asia Tenggara dan Indonesia. Daily Telegraph, sebuah
memiliki kontak dengan Tandhim al- surat kabar yang sangat
Qaeda yang dipimpin oleh Osama berpengaruh di Australia, dalam
bin Laden (Rahmat, 2005: 72). edisi 4 Oktober 2003 menuliskan:
Australia may boost its funding
Pesantren dan Radikalisme of the Indonesian education
Agama system to try to stop students
Setelah peristiwa Bom Bali I going to radical Islamic boarding
(12 Oktober 2002), media nasional schools—known breeding
dan internasional banyak menyorot grounds for terrorism. The US is
keterkaitan pesantren dengan planning to sink $250 million
gerakan terorisme. Pemicunya, into Indonesian schools to stop
seluruh pelaku teror tersebut adalah students attending Islamic
orang-orang pesantren. Trio schools, called pesantren, which
bombers—Mukhlas, Amrozi, dan Ali often preach hatred of the West.
Imron—adalah keluarga Pesantren Australia may also boost the
al-Islam Lamongan Jawa Timur, di $12 million it already gives.
samping juga alumni Pesantren al- Several of the Bali bombers
Mukmin Ngruki Solo. Pelaku-pelaku attended Islamic schools – as
yang lain pun ternyata memiliki did their Jemaah Islamiah
kaitan, baik secara langsung figurehead, Abu Bakar Bashir
maupun tidak, dengan Pesantren al- (Daily Telegraph, 4/10/2003).
Mukmin Ngruki pimpinan Abu Bakar Murray Gordon O‘Hanlon,
Ba‘asyir itu. seorang peneliti muda Australia,
Media-media asing, terutama pernah mengamati artikel-artikel
Australia yang notabene warganya tentang pesantren yang dimuat di
menjadi korban terbanyak dalam berbagai media di Australia,
tragedi bom Bali tersebut, secara terhitung sejak September 2003
tendensius juga mendakwa hingga Maret 2005. Dari 54 artikel
pesantren sebagai lembaga yang ditemukan, 49 di antaranya
pendidikan teroris. Beberapa mengkonotasikan pesantren dengan
predikat miring yang menjurus pada gerakan terorisme.
terorisme disematkan media Stigma tersebut semakin
Australia terhadap pesantren. Peter menguat ketika pelaku-pelaku teror
Jean dalam sebuah artikelnya di bom selanjutnya sebagian besar
Associated Australian Press pernah belajar di pesantren. Meski
menyebut pesantren sebagai latar belakang kepesantrenan
―breeding ground terrorist‖ (Jean, mereka hanya mengerucut pada
2003), Sian Powell dan Sandra Pesantren Ngruki dan jaringannya
Nahdar dalam the Australian terang- (seperti: Luqmanul Hakiem [Johor
terangan memberikan peringatan Malaysia], al-Islam [Tenggulun
untuk menjauhi pesantren dan Lamongan], Darussyuhada
menyebutnya ―terrorist-linked [Boyolali], Ma‘had ‗Aly atau
pesantren‖ (Powell dan Nahdar, Universitas an-Nur [Solo], al-Husein
2003), dan lain-lain. [Indramayu], Yayasan Darussalam
Aroma kebencian dari media- [Surabaya], dan al-Muttaqin
media Australia terhadap pesantren [Jepara]), namun stigma tersebut

23
terlanjur berlaku untuk semua seperti ini kemudian menjadi model
pesantren di Indonesia (International keberagamaan yang toleran di
Crisis Group, No.114/5 Mei 2006). kalangan umat Islam pada umumnya.
Stigmatisasi pesantren Tak heran, jika karakter Islam di
sebagai sarang dan biang Indonesia seringkali dipersepsikan
radikalisme dan terorisme secara sebagai Muslim yang ramah dan
serampangan, seperti diuraikan di damai (Zada, 2007).
atas, selain tidak bijak, jelas tidak Jika kemudian ada pesantren
didasarkan data dan fakta yang yang mengajarkan doktrin-doktrin
akurat dan sahih. Sepanjang ekstrimisme dan radikalisme, hal itu
sejarah, sejak pesantren mulai tak lain merupakan penyimpangan
didirikan pada kurang lebih 6 abad karakter pesantren Indonesia yang
silam, keterlibatan pesantren dalam genuine. Memang, menurut Zada,
aksi kekerasan dan radikalisme dalam dekade belakangan ini terjadi
hanyalah pada masa revolusi. Aksi polarisasi tipologi pesantren seiring
kekerasan tersebut merupakan dengan semakin berkembangnya
bentuk perlawanan terhadap berbagai macam aliran dan ideologi
penjajah. Saat itu banyak pesantren Islam di Indonesia. Pesantren bukan
yang menjadi markas pejuang dan lagi milik tunggal kelompok
pusat pengkaderan dan latihan tradisional. Hampir semua aliran
militer. Banyak pemimpin pesantren Islam yang ada di Indonesia telah
(kiai) juga bertindak sebagai memiliki pesantren (Zada, 2007).
komandan pasukan. Keterlibatan Fenomena ini makin menguatkan
pesantren dalam revolusi tersebut pandangan Martin van Bruinessen
terbukti telah memberikan andil bahwa pesantren sebagai institusi
yang sangat besar bagi kemerdekaan keagamaan yang memiliki great
Indonesia. Dan setelah merdeka, tradition (tradisi agung) untuk
pesantren kembali pada khittah mentransmisikan Islam di Indonesia
utamanya, yaitu pengajaran ilmu- mengalami polarisasi ke dalam pola
ilmu agama Islam. tradisional, modernis, reformis, dan
Karakter otentik pesantren, fundamentalis mengikuti aliran-
menurut Khamami Zada, justru jauh aliran Islam yang berkembang
dari tradisi kekerasan. Sejak awal, (Bruinessen, 1995:66). Namun yang
mainstream pesantren sesungguhnya jelas, jumlah pesantren yang
menampilkan wajahnya yang toleran berideologi fundamentalis, seperti
dan damai. Di pelosok-pelosok Pesantren Ngruki dan jaringannya,
pedesaan Jawa, Sumatera, dan hingga saat ini tergolong sangat
Kalimantan, banyak ditemukan sedikit.
performance pesantren yang berhasil
melakukan dialog dengan budaya Pendidikan Budaya Damai
masyarakat setempat. (Culture of Peace Education)
Pesantren-pesantren yang ada di melalui Pesantren
Jawa, terutama yang bermazhab Menghilangkan stigma negatif
Syafi‘i dan memiliki hubungan dekat tersebut memang bukan persoalan
dengan Nahdlatul Ulama (NU), gampang dan sepele, butuh waktu
menampilkan sikap akomodasi yang dan ikhtiar yang sungguh-sungguh
seimbang dengan budaya setempat dari semua elemen pesantren untuk
sehingga pesantren mengalami menghidupkan kembali dan
pembauran dengan masyarakat merevitalisasi budaya toleransi,
secara baik. Keberhasilan pesantren perdamaian, dan moderatisme ke

24
dalam sistem pendidikannya. terdapat hak hidup (right to life), hak
Sebagai institusi pendidikan yang merdeka (right to freedom), hak
indigenous Indonesia, yang telah memperoleh perlakuan yang sama
berabad-abad turut membentuk tanpa diskriminasi (right to equity
watak dan karakter Muslim and prohibition against impermissible
Indonesia, pesantren seharusnya discrimination), hak mendapat
berpotensi menjadi salah satu basis, keadilan (right to justice), hak untuk
baik secara diskursif maupun moral- tidak diperlakukan semena-mena
praksis, dalam menangkal arus (right to fair trail), hak memperoleh
radikalisme Islam yang mewabah perlindungan terhadap
saat ini. penyimpangan kekuasaan (right to
Dalam menangkal gelombang protection against abuse of power),
radikalisme Islam dan terorisme, hak memperoleh perlindungan
menurut Hasyim Muzadi, kuncinya terhadap siksaan (right of protection
adalah memperkuat pemikiran against torture), hak minoritas (right
moderat di kalangan masyarakat. to minority), dan lain-lain. Butir-butir
Pesantren dapat berperan penting di tersebut sering diabaikan dalam
sana dengan cara menanamkan perilaku atau gerakan radikal.
nilai-nilai moderatisme dalam model Karenanya, perlu adanya
pendidikannya sehingga terjalin internalisasi atau penanaman nilai-
dialektika yang positif dan nilai dari butir-butir HAM tersebut
konstruktif antara keilmuan agama sejak dini melalui proses pendidikan.
dengan nilai-nilai yang ada dalam Di samping, dalam konteks Islam,
kehidupan sosial. Inti dari model nilai-nilai tersebut sejalan dengan
pendidikan tersebut, menurut Maqashid al-Syari‘ah (substansi dan
Muzadi, adalah keseimbangan tujuan penetapan Syariat).
antara pengajaran hukum Islam Dalam konteks inilah,
dengan legal formal, pendidikan UNESCO pada tahun 2001
dakwah yang responsif dengan mencanangkan Pendidikan Damai
kondisi dan psikologi masyarakat, (Peace education) atau Pendidikan
pembinaan akhlak atau tasawuf Budaya Damai (Culture of Peace
yang dialektis dengan norma-norma Education). Program ini pertama kali
masyarakat, dan penanaman nilai- dielaborasi oleh UNESCO pada saat
nilai humanitas dan HAM. Kalau Kongres Internasional tentang
keempat hal itu disinergikan di Perdamaian di Yarnoussoukro, Cote
dalam model pendidikannya, maka d‘Ivoire, pada 1989. Tujuan program
pesantren akan melahirkan tersebut adalah untuk membentuk
generasi-generasi Muslim yang sistem pendidikan yang
moderat (Muzadi, 2009). komprehensif bagi HAM, demokrasi,
Sejalan dengan hal itu, Abd. dan budaya damai. Oleh UNESCO,
Rahman Assegaf berpendapat bahwa program ini dijalankan untuk semua
institusi pendidikan Islam, termasuk sistem pendidikan pada jenjang yang
di antaranya pesantren, yang berbeda-beda, baik pendidikan
berwawasan HAM merupakan upaya formal maupun informal (Assegaf,
preventif dalam menangani konflik 2004: 85-86).
dan kekerasan (Assegaf, 2004:182). Culture of Peace Education
Di antara butir-butir HAM yang juga berpijak pada Deklarasi HAM
dicetuskan dalam Deklarasi HAM pasal 2 yang menyatakan bahwa
1948 dan kemudian di-Islamisasikan pendidikan hendaknya diarahkan
dalam Deklarasi Kairo 1981, untuk mengembangkan secara utuh

25
kepribadian manusia dan (7) Memadukan pemahaman
memperkokoh penghormatan tentang damai, HAM, keadilan
terhadap HAM dan kebebasan asasi. sosial, dan berbagai isu global
Pendidikan hendaknya mendorong melalui sarana kurikulum, bila
saling pengertian, toleransi, dan hal itu dipandang
persahabatan antar berbagai bangsa memungkinkan;
tanpa memandang perbedaan ras (8) Menyediakan forum diskusi
dan agama, dan hendaknya tentang nilai damai dan keadilan
meningkatkan kegiatan PBB untuk sosial;
memelihara perdamaian. (9) Memanfaatkan metode belajar-
UNICEF, salah satu lembaga mengajar yang menekankan
vital PBB yang lain, yang concern pada partisipasi, problem solving,
dalam memberikan perlindungan dan lainnya yang dapat
dan pemeliharaan bagi anak-anak menghargai perbedaan;
sedunia, bahkan secara proaktif (10) Memberdayakan anak agar
telah menjadikan Culture of Peace dapat mengamalkan perilaku
Education sebagai program damai dalam lingkungan
utamanya. Dalam Seri Lembar Kerja pendidikan dan di masyarakat
(Fact Sheets) UNICEF Juli 1999 pada umumnya;
tentang Pendidikan Budaya Damai (11) Memperluas kesempatan untuk
disebutkan bahwa dalam urusan melakukan refleksi
persekolahan dan lembaga berkelanjutan dan
pendidikan, Pendidikan Budaya pengembangan keahlian semua
Damai dimaksudkan, di antaranya, pendidik sehubungan dengan isu
untuk hal-hal berikut: perdamaian, keadilan, dan hak-
(1) Berfungsi sebagai ―zona damai‖ hak seseorang (Assegaf, 2004:
di mana anak-anak merasa 66-67).
aman dari konflik kekerasan; Pesantren sebenarnya sangat
(2) Mengembangkan iklim belajar strategis untuk ikut berperan dalam
yang damai dan perilaku saling program Culture of Peace Education
menghargai antar anggota tersebut. Sebagai lembaga
masyarakat; pendidikan yang menekankan pada
(3) Melaksanakan hak dasar anak pendidikan karakter dan moralitas,
sebagaimana digariskan dalam pesantren justru dapat menjadi
Konvensi Hak Anak (CRC); pusat persemaian generasi-generasi
(4) Menunjukkan prinsip Muslim yang cinta damai, moderat,
persamaan dan tanpa dan anti kekerasan. Karakter otentik
diskriminasi, baik dalam praktik pesantren Indonesia, khususnya
maupun kebijakan pesantren tradisional, dikenal sangat
administrasinya; ramah, toleran, berbaur dengan
(5) Menjabarkan pengetahuan masyarakat, kaya dengan kearifan
tentang bentuk perdamaian yang lokal, dan jauh dari budaya dan
ada di tengah masyarakat, ideologi radikal. Hal ini sangat
termasuk berbagai sarana yang sejalan dengan prinsip-prinsip dasar
menyangkut adanya konflik, yang ada dalam Peace Education.
secara efektif, tanpa kekerasan,
dan berakar dari budaya lokal; Penutup
(6) Menangani konflik dengan cara
menghormati hak dan martabat Urgensi model pendidikan
pihak yang terlibat; toleran dan inklusif berbasis konsep
Culture of Peace Education dalam

26
konteks pendidikan pesantren ini, pemahaman yang keliru terhadap
setidaknya, dapat diuraikan ke doktrin agama (baca: jihad).
dalam beberapa poin berikut.
Pertama, sebagai bentuk Daftar Rujukan
pengembangan kurikulum
Asfar, Muhammad. 2003. ―Agama,
pendidikan pesantren yang lebih
Islam, Pesantren, dan
moderat, humanis, toleran, inklusif,
Terorisme", dalam Muhammad
dan transformatif terhadap
Asfar, et. al. Islam Lunak, Islam
problematika sosial yang sedang
radikal: Pesantren, Terorisme,
berkembang.
dan Bom Bali. Surabaya: Pusat
Kedua, dengan
Studi Demokrasi dan HAM
mengembangkan model pendidikan
(Pusdeham) dan JP Press.
toleran dan inklusif berbasis konsep
Assegaf, Abd. Rahman. 2004.
Culture of Peace Education,
Pendidikan Tanpa Kekerasan:
pesantren akan dapat merevitalisasi
Tipologi Kondisi, Kasus, dan
watak dan karakternya yang
Konsep. Yogyakarta: Penerbit
genuine—yang sebelumnya dikenal
Tiara Wacana.
sangat ramah, moderat, dan anti-
Bruinessen, Martin Van. 1995. Kitab
kekerasan.
Kuning dan Tarekat. Bandung:
Ketiga, pesantren dapat
Mizan.
menghidupkan dan menampilkan
Daily Telegraph. 4/10/2003.
wajah Islam yang sejati sebagai ―din
Teaching Anti-Terror Lessons.
al-salam‖ (agama perdamaian), yang
Dale, Stephen Frederic. 1998.
sama sekali jauh dari ajaran-ajaran
"Religious Suicide in Islamic
dan praktik-praktik radikalisme dan
Asia: Anticolonial Terrorism in
terorisme—sebagaimana yang
India, Indonesia, and the
dituduhkan oleh dunia Barat selama
Phillipines," The Journal of
ini.
Conflict Resolution.
Keempat, stigma negatif
Irhamni dan Adib, Khoirul. 2009.
pesantren sebagai pusat pembibitan
Pemaknaan Fikih Toleransi
teroris secara tidak langsung
dalam Konstruksi Sosial Kyai
terbantahkan, dan dunia akan dapat
Sholeh Bahruddin Sebagai
memandang lembaga pendidikan
Dasar Pengembangan Model
pesantren secara proporsional sesuai
Integrasi Sosial dan Harmoni
dengan wajah aslinya yang cinta
Lintas Agama di Tengah
damai, dan bukan suatu hal yang
Pluralitas Keberagamaan
mustahil bahwa hal tersebut akan
Masyarakat Jawa Timur.
menjadi daya tarik bagi lembaga
Laporan penelitian belum
pendidikan yang lain, baik dalam
diterbitkan.
level nasional maupun internasional,
Jean, Peter. 5/10/2003. ―Australia
untuk mengadopsi model pendidikan
may Fight Terror through
pesantren guna menciptakan dunia
Indonesian School,‖ dalam
yang lebih damai dan kondusif.
Associated Australian Press.
Kelima, turut berpartisipasi
Jones, Sidney. 5/5/2006. ―Terorisme
aktif dalam menyukseskan agenda
di Indonesia: Jaringan Nordin
pemerintah guna mewujudkan
Top", dalam International Crisis
kehidupan nasional yang stabil,
Group.
tenteram, dan aman dari ancaman
------------------. 8/8/2002. "Al-
radikalisme dan terorisme yang
Qaedah in Southeast Asia: the
didorong oleh penafsiran dan
Case of ‗Ngruki Network‘ in

27
Indonesia. International Crisis
Group.
Muzadi, Hasyim. Desember 2009.
―Menangkal Terorisme dengan
Memberdayakan Pemikiran
Moderat", dalam Tabloid
Diplomasi.
Powell, Sian dan Nahdar, Sandra.
4/10/2003. ―Warning on
Closing Islamic School," dalam
the Australian.
Purwoko, Dwi. 2002, Islam
Konstitusional dan Islam
Radikal. Jakarta: Permata
Artistika Kreasi.
Rahmat, M. Imdadun. 2005. Arus
Baru Islam Radikal: Transmisi
Revivalisme Islam ke Indonesia.
Jakarta: Paramadina.
Republika. Edisi 06/08/2010.
"Ormas Islam Tolak
Radikalisme Mengatasnamakan
Agama".
Turmudi, Endang. et. al. 1995. Islam
dan Radikalisme di Indonesia.
Jakarta: LIPI Press.
Zada, Khamami. 2002. Islam
Radikal: Pergulatan Ormas-
ormas Islam Garis Keras di
Indonesia. Jakarta: Teraju.
------------------. 2007. Melacak
Radikalisme dan Liberalisme
Pesantren.http://khamamizad.
multiply.com/journal/item/6.

28
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
DALAM BINGKAI ISLAM NUSANTARA
Moch. Khoirul Anwar
(Universitas Negeri Surabaya,
e-mail: emkhoirul@yahoo.com)

Abstrak
Islam adalah agama universal yang tidak hanya mengajarkan aspek
ibadah mahdlah saja, tetapi juga mengatur dan membimbing dalam
semua aspek kehidupan manusia, termasuk kegiatan perekonomian di
masyarakat. Bahkan dalam ajaran Islam, keberdayaan ekonomi
masyarakat merupakan kondisi yang diharapkan, yang mana titik
beratnya adalah tercapainya kesejahteraan manusia. Dalam
prakteknya, pemberdayaan ekonomi di Indonesia, terutama di daerah
perdesaan, banyak sekali memasukkan ajaran Islam walaupun tidak
secara spisifik menggunakan istilah-istilah Islam. Tulisan ini termasuk
dalam katagori studi kepustakaan (Library Research) yang fokus
penelitiaannya akan diarahkan pada berbagai literatur yang membahas
tentang pemberdayaan ekonomi yang diterapkan di Indonesia, baik
secara konsep maupun praktek. Selain itu, untuk memperkuat data
yang dibutuhkan, Peneliti juga melakukan wawancara dan observasi
pada salah satu praktek pemberdayaan ekonomi yang biasa dilakukan
oleh para petani. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan
menggunakan Content Analysis dalam rangka mengidentifikasi
karakteristik spesifik pesan atau data yang telah dikumpulkan. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan ekonomi
masyarakat diajarkan dalam konteks Islam nusantara oleh para ulama
terdahulu dengan menggunakan metode mauidhah hasanah (teoritis)
dan uswatun hasanah (praktis). Di samping itu, praktek kerjasama
seperti mudharabah dan musyarakah sudah dari dulu dipraktekkan
oleh masyarakat kita, sehingga menjadi budaya yang turun temurun.

Kata-Kata Kunci:
Pemberdayaan Ekonomi, Islam Nusantara, Mauidhah hasanah,
Uswatun hasanah, Kerjasama.

Pendahuluan Dalam ayat ini, pertama ditegaskan


bahwa ibadah (sholat Jum‘at) harus
Dalam al-Qur‘an ada ayat berisi segera ditunaikan ketika waktunya
ajaran normatif yang indah sekali telah tiba, dan semua aktifitas
mengenai bagaimana seharusnya ekonomi harus ditinggalkan, begitu
seorang muslim hidup di muka bumi ibadah selesai, manusia
dalam kaitannya dengan diperintahkan untuk segera
pelaksanaan ibadah dan mu‘amalah- bermu‘amalah kembali (mencari
nya. Ajaran tersebut termaktub rejeki). Ini menunjukkan bahwa
dalam surat al-Jumu‘ah ayat 9-10. aktifitas ekonomi diperintahkan oleh

29
ajaran Islam, sebagaimana tidak mengetahui bahwa konsep
diperintahkannya aktifitas ibadah. ekonomi yang mereka jadikan
Keseimbangan (equilibrium) antara sebagai pijakan dan kegiatan
ibadah dan mu‘amalah inilah yang ekonomi yang mereka lakukan
selalu ditekankan oleh Islam. sebenarnya adalah bagian dari ajaran
Kesejahteraan masyarakat di ekonomi Islam. Oleh karena itu,
bidang ekonomi merupakan kondisi artikel ini bertujuan untuk mengkaji
yang diharapkan demi tercapainya bagaimana pemberdayaan ekonomi
kesejahteraan manusia seutuhnya, masyarakat diajarkan sesuai dengan
sehingga aspek ekonomi ini sangat konsep Islam Nusantara.
penting, bahkan dalam ushul al fiqh
ia termasuk salah satu dari lima Pemberdayaan Ekonomi
aspek yang dilindungi, yang terkenal Masyarakat
dengan al-umur al-daruruiyah li Ketika membahas tentang
al-nas yaitu : agama, jiwa, akal, pemberdayaan ekonomi, maka tidak
keturunan dan harta ( al Zuhaily, bisa terlepas dari konsep dan teori
1986 : 102). Hal ini sejalan dengan tentang pembangunan ekonomi.
tujuan syari‘ah yaitu hikmah dan Michael Todaro (1995 : 142)
kemaslahatan manusia di dunia dan merumuskan bahwa pembangunan
akhirat. Kemaslahatan ini terletak adalah suatu proses multidimensi
pada keadilan, rahmat, kebahagiaan yang melibatkan perubahan-
dan kebijaksanaan. perubahan mendasar dalam struktur
Begitu juga perkembangan sosial, sikap sosial atau prilaku sosial
Islam di Nusantara, sejak awal tidak dan faktor kelembagaan, juga
bisa dilepaskan dari perekonomian, percepatan pertumbuhan ekonomi,
karena pertama kali Islam masuk ke pengurangan ketidakadilan dan
Indonesia salah satunya adalah ketidakmerataan, serta pemberantas-
melalui jalur perdagangan. Islam an kemiskinan. Pada hakekatnya,
ditonjolkan sebagai agama universal pembangunan harus berlangsung
yang tidak hanya mengajarkan aspek pada suatu tingkat perubahan secara
ibadah mahdlah saja, tetapi juga menyeluruh, sehingga suatu sistem
mengatur dan membimbing dalam sosial bisa membuat masyarakat,
semua aspek kehidupan manusia, baik pribadi maupun kelompok,
baik yang berdimensi vertikal (habl bergerak menjauhi kondisi hidup
min al Allah) maupun yang yang secara umum kurang
berdimensi horizontal (habl min al memuaskan, menuju ke situasi dan
Nas). Universalitas ini tampak jelas kondisi hidup yang secara material
terutama dalam aspek muamalah dan spiritual dianggap lebih baik dan
yang sangat luas medan geraknya, memuaskan.
bersifat relatif dan fleksibel sesuai Senada dengan Todaro, Marsuki
dengan situasi, kondisi dan domisili. (2006: 4) mengemukakan bahwa
Pada awal perkembangan Islam pembangunan merupakan suatu
di Nusantara, ajaran-ajaran Islam proses multidimensi yang mencakup
sering dimasukkan melalui bukan hanya aspek pembangunan
kegiatan-kegiatan ekonomi, baik ekonomi, tetapi juga mencakup di
dalam dunia perdagangan, pertanian antaranya aspek perubahan dalam
maupun bidang lainnya. Ketika itu, struktur sosial, politik, prilaku
para ulama tidak secara spisifik maupun struktur kelembagaan
menggunakan istilah-istilah Islam. masyarakat. Marsuki menggunakan
Akibatnya, banyak masyarakat yang paradigma pembangunan dengan

31
mengacu pada pendekatan teoritik dan liberalisme (perfect individual
normatif yang dikenal sebagai liberty) di Barat mulai ditolak,
pendekatan ―paradigma pembangun- terutama oleh mereka yang
an mandiri‖ (Self Relian Paradigm). menganut paham ilmu ekonomi
Paradigma ini akan terealisir jika sebagai suatu ilmu moral (a moral
pemerintah mampu menerapkan dan science), yang jauh lebih luas dari
memberdayakan ―sistem ekonomi sekedar berorientasi pada
kerakyatan‖, yakni sistem ekonomi self-interest.
yang pelaku ekonominya mengambil
keputusan-keputusan ekonomi Islam Nusantara
berdasarkan pola pengambilan
keputusan yang desentralistik dan Sudah banyak artikel yang
mandiri. ditulis terkait dengan konsep Islam
Sedangan konsep pemberdaya- Nusantara oleh para pakar, baik yang
an (empowerment) adalah salah satu dipublikasikan dalam media online
bagian dari konsep pembangunan maupun media cetak. Istilah Islam
yang berusaha mewujudkan Nusantara itupun menimbulkan pro
masyarakat sejahtera secara adil dan kontra di masyarakat. Secara umum
merata. Menurut John Friedman argumentasi pihak yang tidak
(1992 : 33), konsep pemberdayaan ini menerima konsep Islam Nusantara
muncul dengan dua premis mayor adalah menolak pengotakan Islam
yaitu kegagalan dan harapan. dengan menyebutkan term nama
Kegagalan yang dimaksud adalah tempat/sejenisnya. Seperti halnya
terkait dengan kegagalan term Nusantara, Arab, Afrika dan
model-model pembangunan ekonomi seterusnya yang diletakkan setelah
dalam menanggulangi masalah term Islam. Argumentasi yang selalu
kemiskinan dan lingkungan secara diajukan adalah Islam hanyalah
berkelanjutan. Sedangkan yang satu di dunia ini dan universal tidak
dimaksud harapan adalah adanya ada Islam Arab, Islam Amerika, Islam
alternatif-alternatif pembangunan Afrika apalagi Islam Nusantara.
ekonomi yang mengikutsertakan Menurut hemat Penulis, Islam
nilai-nilai demokrasi, persamaan Nusantara hanyalah istilah yang
gender, persamaan antar generasi, kalau dianalogikan dalam gramatika
dan pertumbuhan ekonomi secara bahasa Arab, merupakan bentuk
memadai. Kegagalan dan harapan ―mudhof-mudhof ilaih‖ yang
tersebut bukan merupakan alat ukur menyimpan makna huruf ‫( ىف‬Fiy)
ilmu-ilmu sosial saja, melainkan yang berarti ―di dalam‖. Sehingga
cerminan nilai-nilai normatif dan istilah Islam Nusantara tidak ada
moral yang terasa sangat nyata di kaitannya dengan pengotakan Islam,
tingkat individu dan masyarakat. tetapi terkait dengan sejarah
Oleh karena itu, Sumodiningrat perkembangan Islam di Nusantara
(2007 :27) mempertegas bahwa sebagaimana makna yang
pemberdayaan masyarakat pada terkandung dalam huruf ‫( ىف‬Fiy). Hal
hakekatnya adalah nilai kolektif ini tentunya berbeda ketika istilah
pemberdayaan individual . Islam Nusantara dimaknai dengan
Kaitannya dengan adanya bentuk idhafah yang menyimpan
cerminan moral dalam huruf ‫( من‬min) yang berarti ―dari‖,
pemberdayaan ini, Swasono (2005:6)
maka bisa mengarah pada
menegaskan bahwa sejak lama etika
pengotakan Islam.
ekonomi berdasarkan individualisme

31
Oleh karena Islam Nusantara Unsur budaya lokal yang tidak sesuai
terkait dengan sejarah dengan ajaran Islam akan diganti
perkembangan Islam di Nusantara, atau disesuaikan dengan semangat
maka kajiannya pun sangat erat tauhid.
kaitannya dengan bagaimana Kaitannya dengan akulturasi ini,
pertama kali Islam masuk ke Rasulullah SWT. Sudah mencontoh-
Indonesia dan tidak bisa dilepaskan kannya pada abad ke-7. Ada tiga
dari budaya masyarakat yang selalu mekanisme yang dilakukan beliau
mengiringinya. untuk menyikapi tradisi yang telah
Menurut Syahidin, dkk (2014 : berkembang kala itu. Pertama,
164) Mulanya Islam masuk ke menerima dan melestarikan tradisi
Indonesia melalui pedagang dari yang dianggap baik, seperti tradisi
Gujarat dan Malabar India. Lalu musyawarah, kumpul-kumpul pada
belakangan masuk pula pedagang hari Jumat, dan khitan. Kedua,
dan dai-dai Islam dari Hadramaut, di menerima dan memodifikasi tradisi
samping saudagar-saudagar Islam yang secara substansi sudah baik,
dari Cina. Islam disebarkan dengan tetapi dalam beberapa aspek
cara-cara damai dengan aliansi implementasinya bertentangan
politik dan pembiaran terhadap dengan semangat tauhid, misalnya
budaya-budaya lokal yang sudah ada ritus haji dan umroh, kurban, dan
sebelumnya, selama sejalan dengan poligami. Ketiga menolak tradisi yang
prinsip-prinsip Islam. Unsur-unsur dianggap melanggengkan nilai,
budaya lokal non-Islam (Arab) moralitas, dan karakter jahiliah, dan
bahkan melekat dalam karakter, menggantikannya dengan tradisi
pemikiran, dan praktik keagamaan baru yang mengembangkan dan
umat Islam Indonesia. Hal itu memperkuat nilai, moralitas, dan
mengingat Islam yang masuk ke karakter islami, seperti tradisi berjudi,
Indonesia adalah Islam sufistik yang berhala, minum-minuman keras, dan
memang memiliki karakteristik kawin kontrak.
terbuka, damai, dan ramah terhadap
perbedaan. Pemberdayaan Ekonomi
Adanya akulturasi timbal-balik Masyarakat dalam Bingkai Islam
antara Islam dan budaya lokal (local Nusantara
genius) dalam hukum Islam secara Sebagaimana dijelaskan di atas,
metodologis harus diakui bahwa Islam Nusantara tidak lepas
eksistensinya. Dalam kaidah ushūl dari sejarah perkembangan Islam di
fiqh kita temukan misalnya kaidah, Nusantara. Menurut Suryanegara
―al-‗ādah muḫakkamah‖ (adat itu bisa (1996: 75-76) mengutip pendapat
dijadikan hukum), atau kaidah W.F. Stutterheim dalam bukunya ―De
―al-‗ādah syarī‘atun muḫkamah‖ (adat Islam en Zijn Komst In de Archipel‖
adalah syariat yang dapat dijadikan yang menyatakan bahwa masuknya
hukum). Kaidah ini memberikan Islam ke Nusantara adalah pada abad
justifikasi yuridis bahwa kebiasaan ke 13 M. dan disebarkan oleh para
suatu masyarakat bisa dijadikan pedagang Gujarat. Pendapat ini
dasar penetapan hukum ataupun didasarkan pada bukti batu nisan
sumber acuan untuk bersikap. Sultan pertama dari Kerajaan
Hanya saja tidak semua adat / tradisi Samudera Pasai, yakni Malik
bisa dijadikan pedoman hukum As-Saleh yang wafat pada 1297. Akan
karena tidak semua unsur budaya tetapi, ada pendapat lain yang
pasti sesuai dengan ajaran Islam. menyatakan bahwa Islam masuk ke

32
nusantara adalah pada abad ke-7 M. satunya adalah melalui jalur
Menurut Hamka sebagaimana perdagangan. Islam ditonjolkan
dikutip oleh Suryanegara (2012: 99) sebagai agama universal yang tidak
menyatakan bahwa Islam sudah hanya mengajarkan aspek ibadah
datang ke Indonesia pada abad mahdlah saja, tetapi juga mengatur
pertama Hijriyah (kurang lebih abad dan membimbing dalam semua aspek
ke-7 sampai 8 M) langsung dari Arab kehidupan manusia, baik yang
dengan bukti jalur pelayaran yang berdimensi vertikal (habl min al Allah)
ramai dan bersifat internasional maupun yang berdimensi horizontal
sudah dimulai jauh sebelum abad (habl min al Nas). Al-Quran sebagai
ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad sumber utama ajaran Islam yang di
ke-7 M) melalui selat Malaka yang dalamnya berisi aqidah, syari‘ah,
menghubungkan Dinasti Tang di sejarah dan etika (moral), mengatur
Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia tingkah laku dan tata cara kehidupan
Tenggara dan Bani Umayyah di Asia manusia, baik sebagai makhluk
Barat. Sedangkan kesultanan individu maupun sebagai makhluk
Samudera Pasai yang didirikan pada sosial. Universalitas ini tampak jelas
1275 M atau abad ke-13 M, bukan terutama dalam aspek muamalah
awal masuknya agama Islam, yang sangat luas medan geraknya,
melainkan perkembangan agama bersifat relatif dan fleksibel sesuai
Islam. dengan situasi, kondisi dan domisili.
Menurut Matta (2014: 34) , para Ajaran-ajaran Islam tersebut
ahli sejarah mencatat ada dua sering dimasukkan melalui
gelombang masuknya Islam di konsep-konsep ekonomi dan
Nusantara, yaitu abad ke-7 M. dan kegiatan-kegiatan ekonomi di
abad ke-13 M. Agama ini di bawah nusantara, baik dalam dunia
oleh pedagang dari Arab yang perdagangan, pertanian maupun
menetap di kota-kota pelabuhan bidang lainnya, walaupun tidak
Nusantara. Pada abad ke-8 telah secara spisifik menggunakan
berdiri perkampungan muslim di istilah-istilah Islam. Akibatnya,
pesisir Sumatera. Pada awalnya, banyak masyarakat yang tidak
Sumatera (dan Nusantara pada mengetahui bahwa konsep ekonomi
umumnya) hanyalah persinggahan yang mereka jadikan sebagai pijakan
para pedagang Arab menuju dan kegiatan ekonomi yang mereka
Tiongkok dan Jawa. Pada abad ke-13 lakukan sebenarnya adalah bagian
M, Samudera Pasai menjadi kerajaan dari implementasi konsep ekonomi
Islam pertama di Nusantara, disusul Islam.
berdirinya kerajaan Demak pada Apabila menelisik sejarah Islam
abad ke-15. Awalnya, Raden Fatah di Nusantara, maka akan banyak
adalah wakil kerajaan Majapahit di ditemukan peran para pendakwah
daerah itu yang kemudian dia (ulama) dalam pemberdayaan
memutuskan masuk Islam dan ekonomi masyarakat. Mereka
mendirikan kerajaan sendiri. mengajarkan bagaimana memenuhi
Terlepas dari perbedaan kebutuhan ekonomi yang sesuai
pendapat tentang kapan Islam dengan syariat Islam, walaupun tidak
masuk ke nusantara, yang jelas secara langsung atau tekstual
perkembangan Islam di nusantara mengutip ayat al-Qur an atau hadits.
tidak bisa dilepaskan dari Mereka lebih banyak menggunakan
perekonomian, karena pertama kali bahasa yang mudah difahami dan
Islam masuk ke Indonesia salah diterima oleh masyarakat bawah. Di

33
antara contohnya adalah ajaran Sejarah membuktikan bahwa
Raden Ainul Yaqin atau yang sering seorang ulama bukan hanya sebagai
dikenal dengan sebutan Sunan Giri , sosok orang yang berilmu, tetapi juga
salah satu penyebar awal Islam di sebagai penggerak dan motivator
Jawa, yang menjadi inskripsi batu masyarakat. Kualitas keilmuan para
nisan beliau di Gresik Jawa Timur ulama telah mendorong mereka
adalah : Wenehana mangan marang untuk selalu aktif membimbing
wong kang luwe (Berilah makan pada masyarakat dalam menjalani
mereka yang lapar), Wenehana kehidupan sehari-hari, termasuk
sandangan marang wong kang wuda masalah perekonomian umat.
(Berilah pakaian pada mereka yang Terumuskannya sistem ekonomi
telanjang), Wenehana payung marang Islam secara konseptual, termasuk
wong kang kudanan, (Berilah tempat sistem perbankan syari‘ah, adalah di
berteduh pada mereka yang antara sekian banyak sumbangsih
kehujanan), dan Wenehana teken para ulama. Bahkan jauh sebelum
marang wong kang wuta (Berilah perbankan konvensional dikenal,
tongkat pada mereka yang buta). masyarakat sebenarnya sudah biasa
Ajaran di atas banyak difahami melakukan transaksi berdasarkan
oleh sebagian kalangan sebagai sistem ekonomi Islam, seperti dalam
cerminan ajaran sosial kemasya- pertanian ada istilah maro, nelu, dan
rakatan dalam Islam. Padahal ajaran sebagainya. Hal demikian bisa terjadi
di atas bukan hanya mengandung karena arahan dari para ulama yang
nilai-nilai sosial, tetapi juga nilai-nilai mengerti tentang bagi hasil (Antonio,
ekonomi yang tinggi. Ajaran tersebut 2001 : 233).
memberikan motivasi kepada umat
untuk berdaya di bidang ekonomi. Praktik Kerjasama Ekonomi di
Tidak mungkin seseorang bisa Masyarakat
memberi makan, pakaian atau Di samping memberikan
perlindungan pada orang lain, kalau motivasi pada masyarakat untuk
dia sendiri tidak berdaya di bidang berdaya di bidang ekonomi, para
ekonomi. pendakwah ajaran Islam pada masa
Contoh di atas adalah bagian lalu juga memberikan contoh
dari peran ulama untuk memberikan kongkrit usaha pemberdayaan
mauidhah hasanah pada masyarakat ekonomi. Para ulama juga
dalam bidang ekonomi. Menurut membutuhkan dana yang tidak
Anwar (2011), peranan mauidhah sedikit dalam mendakwahkan Islam.
hasanah, di antaranya bisa Sementara mengelola pesantren atau
diwujudkan dalam bentuk pening- madrasah bukanlah kegiatan yang
katan sumber daya manusia melalui profit oriented, tetapi merupakan
peningkatan kualitas pendidikan, tugas keagamaan. Bahkan mereka
pelatihan dan pemberdayaan dengan justru membutuhkan dana dalam
memberikan motivasi kepada umat pengelolaan pesantren dan madrasah.
bahwa kuatnya ekonomi seseorang Mereka juga membutuhkan dana
adalah perintah dalam ajaran Islam. untuk mengirimkan keturunannya
Perlu juga penyadaran kepada umat dalam aktivitas pendidikan.
terkait dengan konsep-konsep dalam Horikoshi (1987:103) menjelas-
ajaran Islam yang sering kan bahwa sumber ekonomi para
disalahpahami oleh sebagian orang, pendakwah Islam pada masa lalu
seperti qana‘ah, tawakal, takdir, kebanyakan berasal dari pertanian
sabar, dan lain sebagainya. dan perdagangan yang dilakukan

34
secara kerjasama dengan para dan mukhabarah. Secara spisifik,
keluarga kaya. Bahkan kerjasama dasar hukum yang dipakai dalam
antara keluarga kaya dan ulama muzara'ah dan mukhabarah adalah
sudah menjadi sebuah tradisi. Hadits Rasulullah yang diriwayatkan
Keluarga kaya memberikan makanan oleh Ibnu Umar ‖Bahwa Rasullullah
dan perlindungan, bahkan banyak memberikan tanah Khaibar kepada
yang mengharapkan agar orang-orang Yahudi dengan syarat
putri-putrinya dinikahi oleh ulama. mereka mau mengerjakan dan
Hal ini merupakan kerjasama yang mengolahnya dan mengambil
saling menguntungkan di antara sebagian dari hasilnya‖. Selain itu,
mereka. Motif dari keluarga kaya ada juga hadits yang diriwayatkan
adalah pengaruh, perlindungan dan oleh Imam Bukhari ―Dari Abdullah RA
penghasilan jasa. Sementara motif berkata: Rasullah telah memberikan
ulama adalah perluasan keluarga tanah kepada orang Yahudi Khaibar
dan sasaran islamisasi di Indonesia. untuk di kelola dan ia mendapatkan
Kerjasama ini berbentuk politik, bagian (upah) dari apa yang
sosial dan ekonomi. dihasilkan dari padanya.‖
Praktek kerjasama ekonomi Di samping praktek kerja sama
yang dilakukan oleh para ulama di bidang pertanian, di masyarakat
terdahulu bisa dianggap sebagai perdesaan juga ada kerjasama di
uswatun hasanah dalam bidang bidang peternakan yang sering
ekonomi, karena mereka diistilahkan dengan ―gaduh‖. Dalam
memberikan contoh model kerjasama sistem ini ada beberapa cara, di
yang sesuai dengan ajaran Islam. antaranyakerjasama peternakan sapi
Dampaknya di antaranya adalah untuk tujuan penggemukan (sapi
munculnya budaya masyarakat potong). Dalam prakteknya, Pemilik
pedesaan terkait kerjasama sapi melakukan pembelian sapi dan
pengelolaan lahan pertanian yang bertujuan untuk diperjualbelikan.
sering diistilahkan dengan sistem Setelah sapi dibeli selanjutnya
paron. Dalam sistem ini, ada yang diserahkan pada bagian pemelihara
menggunakan cara pemilik lahan sapi (penggaduh). Pemeliharaan
memberikan kebebasan penggarap dilakukan selama 3-4 bulan. Seluruh
sawah untuk mengelola lahannya biaya pakan dan pemeliharaan
dengan benih dari penggarap sawah. ditanggung oleh peternak. Setelah
Hasilnya akan dibagi sesuai sapi maka hasil penjualannya dibagi
kesepakatan sebelumnya, yaitu dengan besaran porsi pembagian
50:50. Bentuk kerjasama ini pemilik yang sama 50%:50% yang diambil
lahan pertanian tidak menggarap berdasarkan harga jual. Sedangkan
sendiri lahan pertaniannya, tetapi gaduh sapi yang bertujuan
diserahkan pada penggarap sawah, dikembangbiakkan, dilakukan
termasuk benih padi yang akan dengan cara pemilik membeli
ditanam berasal dari penggarap indukan (jantan dan betina) untuk
sawah. Hasil pertanian selanjutnya dipelihara oleh penggaduh. Seluruh
dibagi dengan jumlah bagian yang biaya pakan dan pemeliharaan
sama antara pemilik lahan dan ditanggung oleh peternak. Bagi
penggarap sawah. hasilnya dilakukan dengan
Praktek paron sawah tersebut kesepakatan : apabila sapi tersebut
merupakan bagian dari ajaran beranak, maka anak sapi yang lahir
kerjasama (musyarakah) dalam Islam, untuk anak pertama adalah menjadi
yang diistilahkan dengan muzara'ah hak milik dari pemilik sapi tersebut,

35
sedangkan anak sapi kedua dan diterima masyarakat awam.
merupakan hak milik penggaduh Justru dengan cara seperti itu Islam
ternak. Demikian berlaku bisa menjadi mayoritas dan tumbuh
seterusnya. berkembang tanpa pergolakan dan
Pemberdayaan ekonomi yang tantangan fisik yang berarti.
diajarkan dan dicontohkan oleh para
pendakwah Islam adalah merupakan Penutup
salah satu upaya membangun
kemandirian ekonomi masyarakat. Dari pembahasan di atas, dapat
Menurut Beik (2015: 20) kemandirian disimpulkan bahwa pemberdayaan
ekonomi masyarakat dapat dicapai ekonomi masyarakat diajarkan
melalui pemenuhan dua hal, yaitu dalam konteks Islam nusantara oleh
optimalisasi potensi local dan para ulama terdahulu dengan
pengembangan budaya bisnis menggunakan metode mauidhah
syari‘ah. Pada optimalisasi potensi hasanah (teoritis). Dalam hal ini,
local, yang menjadi parameternya ulama bukan hanya sebagai sosok
adalah sejauh mana suatu bangsa orang yang berilmu, tetapi juga
mampu menggali, mengelaborasi dan sebagai penggerak dan motivator
mengoptimalkan potensi-potensi masyarakat dalam bidang ekonomi.
yang dimiliki. Sedangkan praktek kerjasama
Sedangkan yang terkait dengan ekonomi yang dilakukan oleh para
budaya bisnis yang sesuai dengan ulama terdahulu bisa dianggap
syari‘ah, ajaran Islam sangat kaya sebagai uswatun hasanah dalam
dengan prinsip budaya bisnis bidang ekonomi, karena mereka
syari‘ah. Sebagai contoh, hadits memberikan contoh model kerjasama
Rasulullah SAW. yang diriwayatkan yang sesuai dengan ajaran Islam. Di
oleh Baihaqi, Rasulullah bersabda: samping itu, praktek kerjasama
sesuangguhnya sebaik-baik peng- seperti musyarakah dan
hasilan adalah penghasilan para mudharabah sudah dari dulu
pedagang yang tidak bohong ketika dipraktekkan oleh masyarakat kita,
bicara, tidak khianat ketika diberi sehingga menjadi budaya yang turun
amanat, tidak mengingkari ketika temurun.
berjanji, tidak mencela ketika
membeli, tidak berlebihan (dalam
menaikkan harga) ketika menjual, Daftar Pustaka
tidak menunda-nunda pelunasan
ketika berhutang, dan tidak Al-Zuhaili, Wahbah, 1986, Usul
memperberat ketika menagih hutang al-Fiqh al-Islami, Damaskus :
pada orang yang menghadapi Dar al Fikr.
kesulitan. Antoni, Muhammad Syafi‘i, 2001,
Ajaran di atas tentunya sudah Bank Syari‘ah; Dari Teori ke
biasa diajarkan oleh para pendakwah Praktek, Jakarta: Gema Insani.
Islam di nusantara dalam memenuhi Anwar, Moch. Khoirul, ―Penguatan
kebutuhan hidup masyarakat. Ekonomi Umat Melalui Lembaga
Walaupun tidak secara jelas yang Keagamaan‖ dalam el-Qist ;
diajarkan itu adalah ayat al-Qur‘an Journal of Islamic Economic and
atau hadits Rasulullah, tetapi secara Business, Vol. 01, No. 01, 2011.
subtansi ajaran tersebut sudah Beik, Irfan Syauqi dan Laily Dwi
ditanamkan pada masyarakat Arsyianti, 2015, Ekonomi
dengan bahasa yang mudah difahami Pembangunan Syari‘ah, Bogor :
IPB Press.

36
Friedmann, John, 1992,
Empowerment: The Politics of
Alternatif Development,
Massachusetts : MIT Press.
Horikoshi, Hiroko, 1987, Kyai dan
Perubahan Sosial, Jakarta :
Perhimpunan pengembangan
Pesantren dan Masyarakat.
Marsuki, 2006, Pemikiran dan
StrategiMemberdayakan Sektor
Ekonomi UMKM di Indonesia,
Jakarta : Mitra Wacana Media.
Matta, Muhammad Anis., 2014,
Gelombang Ketiga Indonesia. (D.
Krismatono, Ed.), Jakarta: The
Future Institute.
Sumodiningrat , Gunawan, 2007,
Pemberdayaan Sosial; Kajian
Ringkas tentang Pembangunan
Manusia Indonesia , Jakarta :
Kompas.
Suryanegara, A. M., 1996,
Menemukan Sejarah Wacana
Pergerakan Islam Di Indonesia.
(R. T. Hidayat, Ed.), Bandung:
Mizan.
__________., 2012, Api Sejarah (Vol. 1).
(A. Sahidin, Ed.), Bandung:
Salamadani.
Swasono, Sri Edi, 2005, Daulat
Rakyat Versus Daulat Pasar;
The Real War – Perang
Globalnya Nixon Sedang Terjadi,
Yogyakarta : PUSTEP UGM.
Syahidin, dkk, 2014, Pendidikan
Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi, Jakarta : Dirjend Dikti
Kemendikbud.
Todaro, Michael, 1995, Ekonomi
Untuk Negara Berkembang;
Suatu Pengantar Tentang
Prinsip-Prinsip, Masalah dan
Kebijakan Pembangunan,
Jakarta : Bumi Aksara,.

37
ISLAM NUSANTARA: PERSPEKTIF PENGGAGAS DAN PENGUSUNGNYA
Oleh Muhammad Sulton Fatoni
(Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia,
e-mail: msultonfatoni@yahoo.com)

Abstrak
Islam Nusantara yang marak dikampanyekan belakangan ini
berbasiskan nilai dan norma keislaman yang telah dibangun lama sejak
era rintisan oleh para sufi. Islam yang tumbuh dan berkembang di bumi
Nusantara ini bercorak kompromistis dengan berbagai anasir lokal
lewat proses asimilasi dan sinkretisasi. Yakni, Islam yang digerakkan
oleh masyarakat santri Nusantara yang mempunyai khazanah
keislaman yang tinggi berkat peleburan budaya Cina, Persia, dan Arab.
Masyarakat Islam bercorak seperti inilah yang telah tumbuh kembang
di gugusan kepulauan Nusantara. Basis peradaban Islam Nusantara
telah menjadikan Indonesia sebagai negara aman. Padahal di dunia
Islam lain, terjadi gelombang aksi kekerasan di Libya, Yaman, Irak,
Palestina, Afghanistan, Somalia, Suriah dan yang lainnya masih
memburuk. Kondisi diperparah oleh kemunculan kelompok Islamic
State di Irak dan Suriah. Karena itu Barat (Eropa dan Amerika) perlu
tahu bahwa wajah Islam tidak dimonopoli oleh masyarakat Islam di
Timur Tengah dan Afrika.

Kata-Kata Kunci:
Islam Nusantara, penggagas, pengusung

Pendahuluan
Konsentrasi Pengurus Besar sampai dengan 2015. Jika
Nahdlatul Ulama (PBNU) periode lima kitab-kitab fiqh klasik mengkaji
tahun terakhir (2010—2015) untuk konsep dan teknis ibadah mahdhah
menghindari politik praktis (pure) dan ibadah ghairu mahdhah
memunculkan beberapa fenomena maka dalam kitab Ahkamul Fuqaha‘
menarik. Pertama, cukup banyak menyasar pada pengembangan
kiai-kiai dan anak muda Nahdlatul keduanya dalam realitas kehidupan
Ulama (NU) aktif menggerakkan masyarakat muslim Nusantara.
lembaga-lembaga unit kerja PBNU. Muncul juga kitab Thariqatul
Maka bermunculan karya-karya Hushul ‗ala Ghayatil Wushul (2012)
besar sumbangsih warga NU, di karya almarhum KH A. Sahal
antaranya kitab Ahkamul Fuqaha‘ Mahfudh, Rois Aam PBNU. Kitab ini
(2011) yang berisikan panduan hidup mengkaji ushul fiqh sebagai
sehari-hari muslim Nusantara. Kitab penjabaran dari kitab Ghayatul
Ahkamul Fuqaha‘ ini memuat 495 Wushul karya Syaikh Zakariya
persoalan kebangsaan dan al-Anshari (wafat 1520 M). Muncul
kenegaraan yang muncul di tengah lagi kitab Fathul Mujib al-Qarib (2014)
muslim Nusantara sejak tahun 1926 karya KH. Afifuddin Muhajir, Rois

38
Syuriah PBNU dari Ma‘had Aly integrasi ―dunia luar‖ dan ‖dunia
Pondok Pesantren Sukorejo dalam‖ (Thomas H. Eriksen, 1991).
Situbondo. Kitab Kiai Afif melengkapi Kedua, sepanjang periode
kitab yang sebelumnya telah hadir, 2010-2015 peran PBNU di dunia
Fathul Qarib al-Mujib yang ditulis oleh internasional dalam berkontribusi
Syaikh Muhammad bin Qasim dari membangun peradaban. Tak
Gaza Palestina (wafat 1517 M). Di terelakkan PBNU juga menyaksikan
luar yang tersebut di atas tentu kondisi carut marut sosial politik
masih banyak lagi yang belum masyarakat Islam dunia yang
sempat mendapat perhatian PBNU. berujung kekerasan dan
Beberapa buku berkualitas juga pertumpahan darah. Konsekuensi
terbit, di antaranya ―Enskilopedia carut marut politik kekuasaan
Nahdlatul Ulama‖ (2013) karya tim mengarah pada kehancuran budaya
riset PBNU. Buku yang terdiri dari dan kemacetan fungsi struktur sosial.
empat jilid ini memuat lebih dari 525 Masyarakat sebagai komunitas sosial
khazanah keislaman Nusantara, dari tidak lagi mampu mempertahankan
Aceh hingga Papua. Buku lainnya ketertiban sosial. Hampir setiap hari
adalah ―Atlas Walisongo‖ (2012) pembangkangan sosial meledak
karya Agus Sunyoto, sejarahwan NU tanpa ada kekuatan yang mampu
yang melakukan riset untuk memberikan sanksi. Kesepakatan
membuktikan keberadaan Wali sosial pun runtuh dikarenakan
Songo di Indonesia. beragam sebab yang sebenarnya
Gairah intelektualitas didominasi perebutan kekuasaan
masyarakat Nahdliyyin tersebut dan ekonomi oleh para aktor.
tentu kelanjutan dari tradisi Beberapa kasus perlu disebut di
sebelumnya, seperti yang telah sini: seminggu setelah pulang dari
dilakukan oleh KH. Ahmad Chatib lawatan PBNU ke Libya (2011),
Sambas (1803M-1875M) yang Moammar Qadhafi dijatuhkan dan
mewariskan panduan dan teknik hingga kini umat Islam Libya masih
ibadah tarekat Qadiriyyah wan saling serang dan ratusan ribu nyawa
Naqsabandiyyah; KH. Nawawi telah melayang. Padahal terlepas sisi
Banten (1813M-1897M) yang militeristik Qadhafi, ia termasuk
mewariskan puluhan kitab, KH. sosok penting tumbuh suburnya
Mahfudz Tremas (1868-1920M) yang tarekat khususnya di Libya. Lawatan
mewariskan kitab kajian ushul fiqh. PBNU ke Libya saat itu bentuk
Ketiga kiai tersebut (Chatib-Nawawi- berupaya menarik Qadhafi agar ikut
Mahfudz) lahir di Indonesia namun berperan dalam proses
menetap hingga wafat di Mekkah. pengembangan tarekat di Asia
Menetap di Mekkah bagian dari Tenggara dan kawasan Pasifik
upaya menyambung mata rantai melalui gerakan tarekat Multaqas
keilmuan hingga kepada Rasulullah Shufi al-Alamy.
saw. dan membangun jejaring Begitu pula setelah PBNU
keilmuan dengan para ulama dari menggelar ―Prakarsa Perdamaian
berbagai penjuru dunia. Studi Dunia Islam‖ bersama tokoh-tokoh
keislaman ini menjadikan peran para ragam suku masyarakat Afghanistan
kiai tidak hanya di Indonesia namun (2011), peserta pertemuan,
juga bagi perkembangan keilmuan Burhanuddin Rabbani wafat karena
Islam di penjuru dunia. Maka serangan bom bunuh diri. Padahal
terjadi—meminjam istilah Erikson— pertemuan tokoh-tokoh ragam suku
masyarakat Afghanistan putaran

39
pertama di Jakarta cukup alot dan untuk menjadikan gagasan ―Kembali
melelahkan. Sebagai gambaran, dari Ke Pesantren‖ sebagai konsep utuh
agenda tiga hari rapat, baru hari gerakan NU. Maka sejak 2011 pun
terakhir mereka menunjukkan PBNU berupaya keras melakukan
keakraban, bersatu dan mencapai pemberdayaan dan penguatan
kesepakatan damai. Tidak hanya di masyarakat pesantren dengan cara
Jakarta, PBNU melanjutkan mengarahkan aktifitas dan resources
pertemuan dengan tokoh-tokoh NU ke pesantren. Gerakan ini urgent
ragam suku masyarakat Afghanistan mengingat pesantren itu jantung NU
di Kabul dan di Istanbul Turki. yang berarti jantung Indonesia. Fakta
Upaya PBNU membantu bahwa para kiai dalam aktifitas sosial
anak-anak muda untuk kuliah keagamaannya lebih mengutamakan
keislaman di beberapa negara Arab kepentingan teritori tanah airnya
juga terganggu oleh kemelut kawasan daripada simbol pondok
Timur Tengah. Mahasiswa- pesantrennya. Contoh, Kiai di Pondok
mahasiswa NU di Libya terpaksa Pesantren Sidogiri Pasuruan lebih
pulang karena kecamuk perang yang mempopulerkan nama Desa Sidogiri
tak berkesudahan. Begitu juga dibanding nama pondok
mahasiswa NU yang studi di Suriah pesantrennya. Begitu pula Pondok
harus dievakuasi sebelum studi Pesantren Sarang Rembang; Pondok
berakhir. Termasuk gelombang Pesantren Cipasung Tasikmalaya;
terakhir para mahasiswa NU yang Pondok Pesantren Kempek Cirebon,
dievakuasi dari Hadramaut Yaman dan lainnya. Kecintaan para kiai
karena daerah tersebut menjadi terhadap tanah airnya melebihi
medan pertempuran antara Saudi kecintaannya kepada dirinya sendiri
Arabia dengan kelompok Houthi. (Said Aqil Siroj, 2012).
Ketiga, gagasan ―Kembali Ke Penguatan akar keindonesiaan
Pesantren‖ yang disuarakan sejak terus bergulir saat Musyawarah Alim
Muktamar NU Ke-32 di Makassar Ulama dan Konferensi Besar NU di
tahun 2010 diikuti dengan langkah Cirebon tahun 2012 yang menggagas
teknis dan strategis. Di antaranya ―Kembali ke Khittah Indonesia 1945‖;
dorongan PBNU untuk penguatan dan forum yang sama digelar pada
masyarakat pesantren. Perkembang- 2014 di Jakarta yang menggagas
an demokrasi dan kebebasan yang ―Konsolidasi NU untuk memperkokoh
sedang menggejala menuju kepada Kedaulatan RI‖. Selama dua tahun
trend pengabaian nilai-nilai NU mengingatkan semua pihak
sosio-kultural religius yang dianut untuk secepatnya menyadari kondisi
masyarakat. Padahal nilai-nilai kritis negara di sektor pajak,
tersebut dibangun cukup lama, tak kesejahteraan rakyat, tingkat korupsi,
kurang sejak era Syiwa-Budhha dan pengelolaan kekayaan negara.
hingga Islam awal yang dibawa oleh NU juga mengingatkan para politisi
para guru sufi. ―Kembali Ke untuk segera berbenah mengingat
Pesantren‖ juga bermaksud praktik demokrasi yang makin jauh
menguatkan kembali nilai-nilai dari semangat perbaikan masyarakat.
pesantren tentang kesederhanaan, Pada momentum inilah untuk kali
etika dan orientasi hidup serta pertama NU memutuskan untuk
spiritualitas. tidak menyetujui khilafah agenda
Pada Rapat Pleno PBNU di politik Hizbut Tahrir Indonesia
Pondok Pesantren Krapyak (Ahkamul Fuqaha‘, 2011).
Jogjakarta (2011) lahir rekomendasi

41
Dinamika dan fokus program KH. Subhan Makmun
kerja PBNU 2010—2015 akhirnya menjelaskan rangkaian kata ―Islam
melahirkan beberapa agenda besar Nusantara‖ dari perspektif gramatika
keislaman dan keindonesiaan. Di Arab sebagai rangkaian dua kata
antaranya perlu sesegera mungkin yang bukan susunan shifat-maushuf
memunculkan identifikasi muslim (kata sifat-kata yang menyifati),
Indonesia di tengah masyarakat melainkan susunan idlâfah (aneksi).
dunia. Agenda lainnya adalah Karena itu di antara kedua kata
kebutuhan untuk memposisikan tersebut terkandung kata imbuhan,
struktur sosial muslim di Indonesia bisa berimbuhan min (dari) atau fî (di).
di tengah masyarakat dunia. Contoh, khâtamu hadîdin, artinya
―cincin dari besi‖; qiyâmul lail artinya
Islam Nusantara Untuk ―salat di malam hari‖. Maka
Peradaban Indonesia dan Dunia rangkaian ―Islam Nusantara‖ itu
Terma ―Islam Nusantara‖ bukan bermakna ―Islam‖ disifati
menyita perhatian masyarakat Islam ―Nusantara‖ tapi ―Islam hidup di
setelah Pengurus Besar Nahdlatul Nusantara‖. Kata ―Nusantara‖ bukan
Ulama (PBNU) mengangkatnya sifat dari ―Islam‖, tetapi sebagai
menjadi tema Muktamar NU Ke-33 di idlâfah (KH. Subhan Ma'mun, 2015).
Jombang Jawa Timur pada 1 s/d 6 Sedangkan maksud ―Islam
Agustus 2015. Terma ini menjadi Nusantara‖ yang selama ini
narasi besar NU sejak itu setelah dipersepsikan NU dapat ditelisik dari
melalui perdebatan panjang dan beberapa pendapat para kiai. KH
diputuskan oleh Rapat Syuriah dan Maemun Zubair Rembang
Tanfidziyah PBNU. Pandangan PBNU menyatakan ―Islam Nusantara‖
sebagai pengusung, Islam Nusantara berpijak dari al-Qur‘an surah al-Fath
sudah saatnya dibuka tabirnya ayat 29 tertafsir bahwa ―Islam
bahwa ia adalah wajah muslim Nusantara‖ itu sebutan kontemporer
Indonesia selama ini dan comfortable bagi NU. Islam di Indonesia berbeda
bagi bangunan peradaban dengan di Arab meskipun sumbernya
masyarakat dunia. satu, yaitu Nabi Muhammad saw.
Pilihan susunan kata ―Islam Perumpamaan perbedaan orang
Nusantara‖ dapat dijelaskan secara Islam dimaksud sebagaimana
sederhana: ―Islam‖ dan ―Nusantara‖ termaktub dalam kitab Taurat adalah
sebagai dua kata yang masing- bekas sujud. Umat Islam adalah
masing mempunyai makna. Dua kata umat yang tidak bisa meninggalkan
tersebut digabungkan untuk sujud. Jika dulu sujud di Padang
membentuk frasa. Maka jadilah Pasir maka sekarang sujud di tanah
rangkaian ―Islam Nusantara‖ yang Nusantara. Begitu juga
memperlihatkan hubungan erat perumpamaan umat Islam dalam
antara bagian yang diterangkan- kitab Injil yang seperti padi. Bangsa
menerangkan (Ramlan, 1985) meski Arab seperti pohon kurma sedangkan
tanpa menimbulkan makna baru. kita seperti tanaman padi (Maemun
Dalam ilmu bahasa Indonesia jenis Zubair, 2015).
penggabungan kata ini disebut Senafas dengan KH Maemun
aneksi. Karena masuk dalam kategori Zubair adalah pendapat KH Ma‘ruf
aneksi maka terma ―Islam Amin yang mengatakan bahwa ―Islam
Nusantara‖ sama saja dengan Nusantara‖ itu Islam Ahlussunnah
menyebut ―Islam di Nusantara‖. wal Jamaah al-Nahdliyyah.
Spesifikasi al-nahdliyyah untuk

41
mengecualikan kelompok-kelompok menggunakan diksi bilad Jawa
tertentu yang mengklaim sebagai berarti ―Negara Jawa‖ (Anam, 2010).
pengikut Ahlussunnah Waljamaah Begitu juga para kiai pada 1936
tetapi memiliki cara pikir, gerakan, pernah menggunakan istilah ―Betawi
dan amalan yang berbeda dengan NU dan sekitarnya‖ untuk mengidentifi-
(Ma‘ruf Amin, 2015). Sedangkan KH kasi komunitas muslim di negeri ini
Said Aqil Siroj menegaskan bahwa (PBNU, 2010).
Islam Nusantara tipologi (khashaish) KH Hasyim Asyari seratus
muslim di kawasan Nusantara yang tahun lalu dalam kitab Risalatu
membedakan dengan muslim di Ahlissunnah wal Jamaah meng-
belahan dunia lainnya, yaitu muslim gunakan terma Muslimul aqtharul
yang memadukan Islam dengan jawiyyah (muslim Jawa dan
nasionalisme serta akomodasi Islam sekitarnya) untuk mendeskripsikan
terhadap budaya yang baik (Said Aqil komunitas muslim di sebuah negeri
Siroj, 2016). Berikutnya KH Afifuddin kepulauan di Asia Tenggara yang
Muhajir memaknai ―Islam satu dalam berpikir dan bertindak
Nusantara‖ sebagai pemahaman, (manhajan wa ibadatan). Jika
pengamalan, dan penerapan Islam kebanyakan sesuatu yang dianggap
dalam segmen fiqh mu‘amalah tradisional itu mampu menembus
sebagai hasil dialektika antara nash, batas waktu tak lebih dari dua abad
syari‘at, dan ‗urf, budaya, dan realita (Giddens, 1999) justru terma
di bumi Nusantara. ―Islam muslimul aqtharil jawiyyah
Nusantara‖ sebagai paham dan menembus 14 abad. Sebab kalimat
praktik keislaman di bumi Nusantara muslimul aqtharil jawiyyah itu
sebagai hasil dialektika antara teks implementasi dari nash syariah,
syariat dengan realita dan budaya yaitu sawadul a'dham (corak muslim
setempat. Spirit ―Islam Nusantara‖ mayoritas).
adalah praktik berislam yang Menurut KH Hasyim Asyari,
didahului dialektika antara nash sawadul a'dham itu masyarakat yang
syariah dengan realitas dan budaya mengikuti khittah kiai mayoritas.
tempat umat Islam tinggal (KH. Sedangkan kiai mayoritas (sawadhul
Afifuddin Muhajir, 2015). a'dham) dalam konteks kekinian
Sedangkan memilih kata adalah yang sesuai dengan ulama
―Nusantara‖ tak lepas dari dinamika Mekkah, Madinah & al-Azhar. Maka
pemikiran para kiai dari dulu hingga term ―Islam Nusantara‖ itu
sekarang. Diksi ―negeri Jawa‖ maksudnya kesatuan pikir &
memang popular di kalangan ulama tindakan para kiai Jawa dengan
Jazirah Arab termasuk Afrika dalam ulama Makkah-Madinah & al-Azhar
rentang waktu abad 17—19 M. yang diikuti oleh masyarakat Islam
Seperti saat menulis nama Syaikh sedunia. Maksud ulama al-Azhar itu
Yusuf Makassar (1626 M-1699 M) para ulama di al-Azhar as-Syarif
masih ditambahi kata al-Jawy. Kairo Mesir yg selama ini kukuh
Begitu juga nama Syaikh Achmad dalam kebenaran. Sedangkan
Chatib al-Jawi al-Minangkabau (1860 maksud ulama Makkah-Madinah
M-1916); Syaikh Muhammad Nur adalah ulama-ulama ahlussunnah
al-Jawy al-Fathani (1873 M - 1363 wal jamaah di dua kota suci tersebut
H/1944) yang sekarang masuk yang masih bertahan di tengah
wilayah Thailand; dan lainnya. Surat kekuasaan rezim Wahabi. Inilah
Raja Abdul Aziz dari Saudi Arabia mata rantai ―Islam Nusantara‖ dalam
yang ditujukan kepada NU pada 1928

42
sejarah panjang bangunan Banyak naskah yang
peradaban yang digagas NU. menunjukkan rekam jejak Islam
Terma sawadul a'dham Nusantara sebagai potret muslim
diperkenalkan Rasulullah saw. Indonesia pengikut Ahlussunnah wal
Begitu juga terma muslimul aqtharil Jamaah perspektif NU yang
jawiyyah sebagai implementasi atas berkarakter toleran, moderat dan
nash suci tersebut, dikreasi oleh KH menjaga keseimbangan. Tiga
Hasyim Asyari 14 abad setelah terma karakter terutama dapat terasakan di
sawadul a'dham pertama kali bidang sosial, ekonomi dan politik.
di-nash-kan. Sedangkan NU Beberapa kasus dapat diangkat di
memperkenalkan ―Islam Nusantara‖ sini sebagai bagian dari materi kajian
seratus tahun setelah KH Hasyim fiqh dalam kitab Ahkamul Fuqaha,
Asyari memperkenalkan terma seperti pada 1927 NU melakukan
muslimul aqtharil jawiyyah. Semua perebutan hegemoni kebudayaan
itu dirancang, dikreasikan, menghadapi colonial Belanda. Segala
diwujudkan, diciptakan dan bukan atribut Belanda (dasi, sepatu, celana,
tumbuh secara spontan. Merujuk dll) diharamkan. Pada 1928 NU
pada maksud ―negeri Jawa‖ dengan menegaskan visinya sebagai gerakan
cakupan wilayah Asia Tenggara perjuangan keadilan, menjaga
dalam sejarah kawasan kepulauan stabilitas, meningkatkan kualitas
ini maka PBNU memilih diksi hidup dan kemakmuran masyarakat.
‗Nusantara‘. Pada 1936 NU memilih konsep
Beberapa penjelasan di atas ―negara damai‖ untuk Indonesia
menunjukkan bahwa ―Islam merdeka. Pada 1937 NU mendorong
Nusantara itu‖ bukan ―agama baru‖ perjuangan secara sistematis dengan
sebagaimana yang dikuatirkan berorganisasi. Pada 1939 NU
beberapa kalangan yang sudah jenuh mendorong pemberdayaan
dengan konflik Syiah-Wahabi. ―Islam perempuan Nusantara. Pada 1940
Nusantara‖ juga bukan ―aliran baru‖ NU mendorong kemajuan ekonomi
seperti ketakutan beberapa orang kerakyatan berbasiskan Islam. Pada
yang telah masuk dalam pusaran 1943 NU membentuk pasukan
pertentangan JIL-Anti JIL. ―Islam ―Barisan Kiai‖, Hizbullah, Sabilillah
Nusantara‖ adalah wajah keislaman dan Mujahidin untuk kemerdekaan
yang ada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada 1945 NU
Indonesia di dalamnya. Ajaran Islam mewajibkan perang semesta. Seruan
yang terimplementasi di tengah yang sama dilakukan pada 1946.
masyarakat yang mental dan Pada 1961 NU menolak
karakternya dipengaruhi struktur pemberlakuan konsep Land Reform
wilayah kepulauan. Praktik untuk propaganda politik. Pada 1979
keislaman tersebut tercermin dalam NU memperjuangkan hak-hak
perilaku sosial budaya muslim kelompok difabel. Pada 1945 NU
Indonesia yang moderat (tawassuth), menerima Pancasila sebagai asas
menjaga keseimbangan (tawazun), bernegara, dan lainnya.
dan toleran (tasamuh). Ketiga sikap
ini pijakan masyarakat pesantren Kesimpulan dan Saran
untuk mencari solusi atas problem
sosial yang ditimbulkan oleh Wajah Islam Nusantara ini
liberalisme, kapitalisme, sosialisme, yang perlu dipromosikan muslim
termasuk radikalisme agama-agama Indonesia—dalam konteks ini
(Said Aqil Siroj, 1999). dimotori NU—ke masyarakat dunia.
Basis peradaban Islam Nusantara

43
telah menjadikan Indonesia sebagai perkembangan kebudayaan sejak
negara aman. Bersamaan dengan ini berabad-abad lalu dari era agama
terjadi gelombang aksi kekerasan di Kapitayan Kuno hingga Islam kini.
Libya, Yaman, Irak, Palestina, Sedangkan infrastruktur
Afghanistan, Somalia, Suriah dan keilmuan dapat dilacak dari zaman
yang lainnya masih memburuk. keemasan Syiwa-Budhha (adwaya-
Kondisi diperparah oleh kemunculan sashtra) hingga era tauhid Islam
kelompok Islamic State di Irak dan ajaran para kiai NU. Beberapa yang
Suriah. Karena itu Barat (Eropa dan perlu disebut di sini seperti kitab
Amerika) perlu tahu bahwa wajah Kutaramanawa (Gajahmada,
Islam tidak dimonopoli oleh Kerajaan Majapahit), Serat
masyarakat Islam di Timur Tengah Angger-Angger Suryangalam dan
dan Afrika. Serat Suryangalam (Kerajaan
Promosi ―Islam Nusantara‖ ini Demak), Nailul Ma‘mul (KH (Mahfudz
berbasiskan nilai dan norma Termas), Thariqatul Husul ‗ala
keislaman yang telah dibangun lama Ghayatil Wushul (KH A. Sahal
sejak era rintisan oleh para sufi. Mahfudz), Ahkamul Fuqaha (PBNU),
Islam yang tumbuh kembang Dialog Problematika Umat (KH. A.
bercorak kompromistis dengan Sahal Mahfudh) dan lainnya.
berbagai anasir lokal lewat proses Catatan khusus perlu untuk
asimilasi dan sinkretisasi. Islam yang kitab Ahkamul Fuqaha. Kitab ini
digerakkan oleh masyarakat santri berisi konsep-konsep keislaman dan
Nusantara yang mempunyai solusi atas problem masyarakat
khazanah keislaman yang tinggi Islam Nusantara yang ditulis sejak
karena peleburan budaya Cina, 1926 sampai 2010. Jika fiqh klasik
Persia dan Arab. Masyarakat Islam terdiri dari beberapa materi yang
corak ini yang telah tumbuh baku dengan urutan pembahasan
kembang di gugusan kepulauan yang seragam, Ahkamul Fuqaha
Nusantara. Maka gerakan promosi justru mengandung materi kajian
―Islam Nusantara‖ tidak dibangun yang lebih variatif dengan urutan
dengan basis finansial sebagaimana pembahasan suatu tema
yang lazim dilakukan oleh lembaga berdasarkan kasus, konteks dan
dan aktor –aktor kekuasaan kapital realitas. Maka di dalam kitab
dan politik. Ahkamul Fuqaha dijumpai kajian
Misi ini butuh kerja bertahap tentang kasus salat, pemilu, zakat,
dan jangka panjang. Meski demikian demokrasi, puasa, kedokteran, haji,
muslim Indonesia patut optimis politik, jenazah, gender, pertanahan,
mengingat kerja keras ini sebenarnya pajak, hubungan muslim-non
tidak dimulai dari titik nol. Kita muslim, dan lainnya.
termasuk generasi yang telah Infrastruktur sosial budaya
dimanjakan oleh kesiapan dan ekonomi di atas cukup layak
infrastruktur sosial budaya dan untuk digunakan agen-agen publik
keilmuan warisan leluhur. Dari sisi melakukan promosi Islam Nusantara
infrastruktur sosial budaya, muslim ke tingkat dunia. nushushus syariah
Indonesia telah mempunyai fasilitas (al-Quran dan Hadits) adalah basis
struktur sosial yang telah teruji nilai keislaman, sedangkan output
sejarah sehingga relatif stabil peran dialektika antara nushushus syariah
dan statusnya (Kamanto, 1993). dengan sosial budaya adalah kapital
Sehingga kelangsungan peran dan keislaman Nusantara untuk
status sosial telah menyuburkan melakukan dialektika lanjutan

44
dengan struktur sosial budaya yang konsekuensi yang ditimbulkan dari
lebih luas. Tanpa kapital keislaman proses pengenalan Islam Nusantara
Nusantara yang telah ada mustahil ke tataran dunia. Nilai-nilai yang
promosi ini mampu menjawab bersifat universal yang secara praksis
tantangan dan pemenuhan kebutuh- telah menjadi norma kelompok
an dasar manusia dalam lingkup tertentu bisa menjadi masalah dan
sosial, ekonomi dan budaya yang bisa juga tidak jadi masalah bagi
lebih luas. kelompok lainnya. Di sinilah perlu
Kesatuan infrastruktur Islam melakukan identifikasi atas
Nusantara sebagai aset yang telah konsekuensi-konsekuensi yang ada.
dirancang untuk mampu bekerja Identifikasi dini atas konsekuensi
dalam sistem sehingga memberikan buruk dari proses penyadaran
pelayanan publik yang penting. pentingnya Islam Nusantara tentu
Sedangkan agen-agen publik seperti positif bagi keberhasilan di masa
kiai, ustadz, aktifis NU, status sosial depan. Masyarakat pasti mengalami
lainnya serta masyarakat pesantren konsekuensi (Giddens, 2004). Namun
sebagai muharrik (penggerak) sistem kehati-hatian menghadapi ―faktor
agar berfungsi dan mempunyai lain‖ serta mengidentifikasi
peran. Keterlibatan berbagai pihak sebelumnya akan menghindarkan
lintas kelompok, NU-non NU sangat masyarakat dari konsekuensi yang
mungkin terjadi mengingat buruk.
Nusantara sebagai tempat tinggal
telah teruji meramu perbedaan Daftar Pustaka
menjadi sebuah struktur sosial
budaya yang mengikat satu sama lain Amin, Ma‘ruf KH., 2015. Khitah Islam
berikut dampak-dampaknya. Nusantara dalam Opini Harian
Terpenting saat ini adalah Kompas edisi 29 Agustus 2015.
kemampuan muslim Indonesia Anam, Choirul, 2010. Pertumbuhan
mempengaruhi struktur sosial yang dan Perkembangan NU. Jakarta:
lebih besar lagi untuk merajut Duta Aksara Mulia.
kembali kesamaan-kesamaan yang Eriksen, Thomas Hylland, 1991.
telah ada. Meskipun identitas suatu Ethnicity Versus Nationalism
kelompok mempunyai spesifikasi dalam Journal of Peace
berbeda dengan kelompok lain (Hogg Research vol 28 no 3 1991.
A. M., 2003) bukan berarti identitas Giddens, Antony, 2005. Konsekuensi-
muslim Indonesia tidak bisa diterima Konsekuensi Modernitas.
oleh masyarakat Eropa dan Amerika. Yogjakarta: Kreasi Wacana.
Mempengaruhi dalam konteks ini Hogg, Michel A., Deborah J Terry,
bukan memaksakan diri agar terjadi 2003. Social Identity Processes
peleburan namun melakukan proses in Organizational Contexts.
penyadaran tentang pentingnya Philadelphia: Psychology Press.
wajah Islam yang lain di luar muslim Mahfudh, Sahal, KH., dkk. 2010.
Timur Tengah dan Afrika. Pada Ahkamul Fuqaha. Jakarta: LTN
kondisi itu agen-agen perlu PBNU.
mengenalkan Islam Nusantara untuk Ma‘mun, Subhan, KH., 2015. Islam
menambah referensi tentang Nusantara itu Islam yang
kehidupan beragama di Indonesia Membumi dalam nujateng.com
dan sekitarnya. Muhajir, Afifuddin KH., 2015.
Pada konteks ini perlu juga Maksud Istilah Islam Nusantara
mewaspadai konsekuensi-

45
dalam Opini NU Online edisi 27
Juni 2015.
Ramlan, M., 1985. Tata Bahasa
Indonesia: Penggolongan Kata.
Yogjakarta: Andi Offset.
Siroj, Said Aqil KH., 2016. Islam
Nusantara Sebagai Tipologi
Muslim Indonesia dan Dunia
dalam Makalah yang
disampaikan di Ponpes Sidogiri
tertanggal 24 Januari 2016.
Zubair, Maemun KH., 2015. Islam
Nusantara dan Kemandirian
Bangsa dalam Pidato MUBES
Anak Muda NU transkrip oleh
Muhammad Sulton Fatoni
tertanggal 2 Agustus 2015.

46
PEMIKIRAN FIKIH NUSANTARA KH. SHOLEH DARAT:
Telaah Kitab Majmu’at al-Syari’at al-Kafiyat li al-‘Awam
Karya KH. Sholeh Darat
Oleh Fathur Rohman
(Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
e-mail: fathur_rohman@unisnu.ac.id)

Abstrak
Artikel ini membahas tentang salah satu warisan intelektual Nusantara
dalam bidang syari‘ah, yaitu kitab Majmu‘at al-Syari‘at al-Kafiyat li
al-‗Awam. Kitab berbahasa Jawa dan ditulis dengan huruf arab pegon
ini merupakan buah karya Sholeh ibn Umar al-Samarani atau lebih
dikenal dengan Kyai Sholeh Darat, seorang ulama‘ angkatan abad 18.
Pembahasan artikel ini difokuskan pada deskripsi isi kitab dan sisi
kontekstualitasnya dengan kondisi dan situasi masyarakat Nusantara.
Kitab ini merupakan wujud komitmen dan kepedulian Mbah Sholeh
Darat terhadap problematika keagamaan masyarakat awam kala itu,
khususnya dalam bidang Syari‘at. Secara analitis, kitab fiqih produk
lokal ini lebih bernuansa tasawuf dan mengusung pendekatan fiqih
kontekstual. Isi kitab ini memang tidak banyak berbeda dengan kitab
fiqih klasik kebanyakan, akan tetapi pembahasannya telah disesuaikan
dengan kondisi dan budaya masyarakat awam, khususnya
masayarakat Jawa. Dengan artikel ini, penulis bermaksud untuk
menggali pemikiran fiqih Kyai Sholeh Darat sebagai salah satu
khazanah fiqih Nusantara. Kajian ini penulis anggap penting karena
khazanah fiqih Nusantara merupakan bagian tak terpisahkan dari
konstruksi ajaran dan tradisi islam Nusantara. Hasil dari kajian ini
diharapkan dapat menjadi acuan dan pertimbangan dalam
merumuskan hukum islam yang kontekstual dan fungsional bagi
penataan kehidupan keagamaan umat Islam di Nusantara.
Sebagaimana islam Nusantara, fiqih Nusantara juga diharapkan
mampu menghasilkan produk hukum islam yang moderat dan mampu
bernegosiasi dengan adat dan budaya Nusantara.

Kata-Kata Kunci:
Fikih, Nusantara, Kyai Sholeh Darat.

Latar Belakang Masalah konsepsi islam Nusantara, tentu juga


membutuhkan kajian tentang konsep
Membincang islam Nusantara, fiqih Nusantara. Secara singkat, term
tentu tidak bisa lepas dari fiqih fiqih Nusantara bisa diartikan
sebagai unsur konstruksinya. Sebab, dengan fiqih yang sejalan dengan
fiqih merupakan manifestasi islam karakter Nusantara dan sesuai
yang paling empiris dan bahkan dengan kepribadian bangsa
sangat menentukan distingsi ajaran Indonesia.
islam. Dengan kata lain, membangun

47
Fiqih Nusantara merupakan telah ada dan tinggal bagaimana
sebuah keniscayaan, karena fiqih melanjutkannya. Sebagai bagian dari
sebagai produk pemikiran senantiasa konstruksi islam Nusantara,
berintegrasi dengan situasi dan merumuskan fiqih Nusantara bisa
lingkungan yang mengitarinya. menjadi langkah awal untuk
Perbedaan lingkungan, budaya, membangun konsep besar islam
struktur serta sosio-historis Nusantara yang sempurna. Maka
masyarakat menyebabkan hukum untuk membentuk fiqih baru ala
Islam menampilkan ciri dan Nusantara, Sebagaimana
karakternya yang berbeda satu sama disampaikan Ash-Shiddieqy (1966:
lain. Oleh karena itu, fiqih yang 42), diperlukan kesadaran dan
berkembang di suatu masyarakat kearifan yang tinggi dari banyak
belum tentu applicable pada pihak, terutama ketika harus
masyarakat lain yang mempunyai melewati langkah pertama, yaitu
adat dan budaya yang berbeda. Fiqih melakukan refleksi historis atas
yang berkembang di Arab misalnya, pemikiran hukum Islam pada masa
tidak bisa serta merta diterapkan ke awal perkembangannya.
dalam masyarakat lain, karena dari Salah satu upaya menuju
beberapa aspek mungkin berbeda. kesana adalah dengan melakukan
Atas pertimbangan ini, menjadi kajian terhadap khazanah fiqih klasik
penting dan signifikan untuk Nusantara. Sebagaimana diketahui,
merumuskan fiqih yang khas ulama‘ Nusantara pada masa awal
Nusantara. perkembangannya telah banyak
Gagasan tentang rumusan fiqih melahirkan berbagai karya dalam
Nusantara ini sebenarnya pernah bidang fiqih. Sebut saja Nuruddin
menjadi pembicaraan hangat, jauh ar-Raniri yang menulis kitab fiqih
sebelum gagasan islam Nusantara berbahasa melayu al-Shirath
sendiri muncul. Hanya saja istilah al-Mustaqim, atau Abdurrauf
yang dipakai kala itu bukan fiqih As-Sinkili dengan karyanya Mir‘at
Nusantara tapi fiqih Indonesia. Di at-Thullab. Dua kitab fiqih tersebut,
antara para tokoh yang populer oleh Bruinessen (1995:128) dianggap
dengan istilah fiqih Indonesia mempunyai peranan penting dalam
tersebut adalah T.M. Hasbi pembentukan dan perkembangan
Ash-Shiddieqy. Hasbi berpendapat tradisi fiqih di Indonesia.
bahwa hukum fiqih yang dianut oleh Sementara itu di Jawa, karya
masyarakat Islam Indonesia banyak fiqih yang sangat berpengaruh adalah
yang tidak sesuai dengan kitab Majmu‘at al-Syari‘at al-Kafiyat li
kepribadian bangsa Indonesia. al-‗Awam. Kitab karya KH. Sholeh
Mereka cenderung memaksakan Darat yang ditulis dalam bahasa
keberlakuan fiqih klasik yang Jawa ini dianggap sebagai
tumbuh berkembang di zaman dan satu-satunya karya fiqih berbahasa
tempat berbeda (Ash-Siddieqy, 1975: Jawa terpenting saat itu (Bruinessen,
9-10). Gagasan Hasbi tentang islam 1995: 128). Kiai Sholeh Darat adalah
Indonesia ini mendapat dukungan guru dari para ulama‘ besar
dari beberapa tokoh setelahnya Nusantara macam KH. Hasyim
seperti munawwir Syadzali dan Asy‘ari dan KH. Ahmad Dahlan,
belakangan juga muncul Kiai Sahal pendiri dua ormas islam terbesar di
dengan fiqih sosialnya. Nusantara saat ini, NU dan
Dengan demikian, embrio Muhammadiyah. Dari sini,
rumusan fiqih Nusantara sebenarnya setidaknya tampak bahwa tradisi

48
keberagamaan masyarakat Indonesia seorang anak kiai, masa kecilnya
yang mayoritas NU dan dihabiskan dengan belajar agama
Muhammadiyah, sedikit banyak kepada ayahnya sendiri dan sempat
terpengaruh pemikiran Kiai Sholeh belajar kepada beberapa kiai di Jawa.
Darat. Pengembaraan ilmiah Sholeh muda
Berdasarkan uraian di atas, mengalami lompatan yang signifikan
penulis bermaksud untuk menela‘ah ketika ayahnya mengajaknya
kitab Majmu‘at al-Syari‘at al-Kafiyat li berangkat ke mekkah untuk
al-‗Awam karya KH. Sholeh Darat menunaikan ibadah haji. Ayahnya
sebagai upaya untuk melakukan kemudian wafat di Mekkah dan ia
refleksi historis terhadap ajaran fiqih memutuskan menetap di sana guna
pada masa awal perkembangannya. menuntut ilmu agama dalam waktu
Hasil dari kajian ini diharapkan yang cukup lama. Di sana, ia belajar
dapat menjadi acuan dan berbagai kitab-kitab besar dari para
pertimbangan dalam merumuskan ulama‘ haramain bersama-sama
hukum islam yang kontekstual dan dengan para ulama Nusantara,
fungsional bagi penataan kehidupan seperti Kiai Nawawi Banten.
kegamaan umat islam di Nusantara. Sayangnya, tidak diketahui secara
pasti tahun berapa ia ke Mekkah dan
Mengenal K.H. Sholeh Darat kapan kembali ke tanah air
(Masyhuri, 2008: 66).
Nama lengkapnya adalah Sepulang dari dari Mekkah, Ia
Muhammad Sholeh Ibn Umar, atau diambil menantu oleh Kiai Murtadla,
lebih dikenal dengan sebutan Kiai teman seperjuangan ayahnya sebagai
Sholeh Darat. Disebut Kiai Saleh prajurit Diponegoro dan dijodohkan
Darat karena, sepulangnya dari dengan Shofiyah. Sejak saat itulah
Haramain, dia tinggal dan Muhammad Sholeh menetap di
mendirikan pesantren di kawasan Semarang dan masih melanjutkan
darat, semarang. ―Darat‖ adalah menuntut ilmu lagi kepada beberapa
suatu daerah dekat pantai utara orang ‗ulama‘, serta mendirikan
Semarang, tempat mendarat pondok pesantren yang terkenal
kapal-kapal dari luar Jawa. Adanya dengan nama Pondok Pesantren
penambahan nama semacam ini Darat. Dalam perkembangannya,
memang sudah menjadi kebiasaan pondok ini telah melahirkan banyak
masyarakat Jawa dalam menyebut ulama‘ dan tokoh Nusantara.
orang-orang terkenal. Kini, secara Nama-nama besar seperti KH.
administratif daerah ―Darat‖ masuk Hasyim Asy‘ari dan KH. Ahmad
dalam wilayah kelurahan Dadapsari Dahlan merupakan anak didik Kiai
kecamatan Semarang Utara (Munir, Sholeh Darat. R.A. Kartini, pahlawan
2008: 33). nasional dan tokoh emansipasi
Versi populer mengatakan wanita Indonesia juga pernah
Sholeh Darat lahir di Desa Kedung berguru kepadanya. Bahkan, konon
Jumbleng, Kecamatan Mayong, kitab tafsir Faidh al-Rahman disusun
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, atas permintaan Kartini dan menjadi
sekitar tahun 1235 H/1820 M. hadiah pernikahan Kartini (Masrur,
Sementara versi lain mengatakan 2012: 33).
Kiai Sholeh Darat dilahirkan di Kiai Sholeh Darat termasuk
Bangsri, Jepara. Ayahnya, Kiai Umar salah seorang ulama‘ yang produktif
adalah seorang tokoh pejuang di zamannya. Selama hidupnya ia
kemerdekaan dan orang kepercayaan telah menghasilkan berbagai karya
pangeran Diponegoro. Sebagai

49
dalam bidang keislaman meliputi karya-karyanya yang dibaca oleh
teologi, fiqih, tafsir, Ulum al-Qur‘an, masyarakat awam.
dan tasawuf. Gagasan keislamannya
dapat ditemukan dan dijumpai Corak Pemikiran Fiqih KH.
hingga saat ini dalam berbagai Sholeh Darat
karyanya yang berjumlah kurang
lebih empat belas buah. Yang Berbicara tentang pemikiran
menarik, seluruh karya-karya yang Kiai Sholeh Darat, tentu tidak bisa
dihasilkannya tidak ada satupun dilepaskan dari latar belakang
yang menggunakan bahasa Arab, keilmuannya dan kondisi
melainkan bahasa Jawa dan ditulis sosio-kultural pada masa hidupnya.
dengan huruf Arab Jawa (Arab Pegon). Sholeh Darat dikenal sebagai kiai
Keunikan bahasa yang digunakan sangat gigih mempertahankan
dalam karya-karya tersebut pemikiran islam tradisional, seperti
menempatkan Kiai Sholeh Darat menganut salah satu mazhab fikih
sebagai salah satu pelopor penulisan Sunni, terutama madzhab syafi‘,
kitab-kitab keislaman berbahasa sekaligus mempertahankan
Jawa dan satu-satunya ulama‘ di doktrin-doktrin Ash‗ariyah, dan
akhir abad ke-19 yang karya tulisnya merujuk al-Ghazali dalam bidang
berbahasa Jawa. Bahkan, tafsir tasawuf. Ia juga dipandang sebagai
Faidh al-Rahman karyanya dalam ulama yang moderat karena
bidang tafsir adalah kitab tafsir karya-karyanya yang dipandang
pertama di Nusantara yang ditulis kontekstual dan mengedepankan
dalam bahasa Jawa dengan aksara aspek lokalitas, meskipun di lain
Arab pegon (Masrur, 2012: 34). pihak ia juga dituduh ortodoks
Kiai Sholeh Darat wafat di karena dinilai kritis terhadap
Semarang pada hari Jum‘at Legi praktik-praktik ritual dan tradisi
tanggal 28 Ramadhan 1321 H/ 18 Jawa.
Desember 1903 M, dan di makamkan Kuatnya tradisi sunni dalam
di Pemakaman Umum Bergota pemikiran Kiai Sholeh Darat dapat
Semarang. Jika melihat tahun dilacak dari akar keilmuannya, yaitu
kelahiran dan wafatnya, maka dapat guru dan kitab yang dipelajarinya,
diperkirakan umurnya mencapai terutama ketika dia mukim di tanah
kurang lebih 84 tahun (Masyhuri, suci. Saat berada di Mekkah, Kiai
2008: 66). Kiai Sholeh dikenal Sholeh Darat banyak belajar
mempunyai komitmen dan kitab-kitab sunni seperti Fath
kepedulian sosial yang sangat tinggi al-Wahhab, Syarh al-Khatib, dan
terutama terhadap problematika beberapa kitab dalam bidang fiqih
keagamaan masyarakat awam. Hal syafi‘iyah, Umm al-Barahin dalam
ini tercermin dari berbagai karyanya bidang aqidah, serta Ihya ‗Ulum
yang menggunakan bahasa Jawa al-Din dan al-Hikam dalam bidang
awam dan berkaitan langsung tasawuf. Salah satu guru yang
dengan kebutuhan praktis dipandang mempunyai pengaruh
masyarakat. Sampai saat ini, besar adalah Sayyid Muhammad ibn
Pemikiran Kiai Saleh Darat masih Zaini Dahlan, (1232-1304
cukup berpengaruh di kalangan H/1817-1886 M), sejarawan dan ahli
masyarakat Indonesia, baik lewat fiqih Syafi‘iyyah yang juga mufti kota
mata rantai transmisi intelektual Mekkah (Masrur, 2012: 32).
pesantren maupun lewat Perkembangan masyarakat
pada zaman hidupnya, yakni pada

51
abad ke-19 tentu juga turut tampil untuk meluruskan tradisi
mempengaruhi pemikirannya. Pada Jawa agar dapat masuk dalam
masa ini, semarang merupakan salah bingkai syari‘at islam. Seperti dalam
kota pelabuhan terbesar dan hal sedekah bumi, Kiai Sholeh Darat
terpenting di pulau Jawa. Sebagai memperingatkan bahwa sedekah
kota pelabuhan, semarang menjadi bumi harus diniatkan karena Allah
tempat bertemunya berbagai semata, bukan untuk menghormati
kelompok sosial dan berbagai jin atau makhluk halus penunggu
kebudayaan. Dibandingkan dengan desa. Jika sedekah bumi tersebut
masyarakat yang hidup di kota-kota diniatkan untuk menghormati jin
lain di pesisir utara Pulau Jawa, atau danyang, maka pelakunya bisa
masyarakat di Kota Semarang terjerumus dalam kekufuran
memiliki kebiasaan hedonis seperti (Al-Samarani, t.th: 24).
suka mengadakan pesta mewah Dengan demikian, bisa
dengan dansa-dansa. dipahami bahwa pemikiran fiqih Kiai
Semarang tumbuh menjadi kota Sholeh Darat bercorak sunni
kolonial dengan membawa berbagai tradisional dengan kecenderungan
masalah sosial di dalamnya. yang kuat kepada madzhab Syafi‘i.
Keresahan sosial di Semarang pada Pemikiran fiqihnya juga sedikit
abad ke-19, ditampakkan dalam banyak telah terpengaruh oleh
bentuk berbagai aksi kriminalitas doktrin tasawuf sunni versi
seperti pencurian, mabuk-mabukan, al-Ghazali. Hal ini nampak dalam
perjudian, dan pelacuran (Shokheh, beberapa pemikirannya dalam kitab
2011: 155). Melihat kondisi semacam Majmu‘ yang banyak merujuk kepada
ini, maka tidak heran jika Kiai Sholeh dua madzhab sunni di atas. Kritik
Darat selalu menyuarakan syari‘at yang dilontarkannya kepada tradisi
islam dengan lantang. Ia juga tak lokal kebanyakan juga merujuk pada
segan-segan menampakkan sikap literatur sunni klasik, tidak langsung
anti-penjajahnya, hingga merujuk pada argumen normatif
mengharamkan segala yang berbau al-Qur‘an dan Hadits sebagaimana
penjajah dan non muslim seperti dasi, dilakukan oleh islam puritan.
jas, dan topi, bahkan menghukumi
murtad bagi siapa saja yang Sekilas Tentang Kitab Majmuat
menyerupai non muslim
(Al-Samarani, t.th: 24). 1. Isi Kitab
Sementara di sisi lain,
Kitab Majmu‘at al-Syari‘at
masyarakat Jawa yang mayoritas
al-Kafiyat li al-‗Awam atau biasa
muslim masih awam dalam
disebut dengan kitab Majmu‘
pemahaman agama. Penting dicatat
merupakan satu dari empat karya
bahwa masyarakat Muslim di Jawa
Kiai Sholeh Darat dalam bidang
pada abad ke-19 masih sangat kental
Syari‘ah atau fiqih. Kitab ini
dengan aroma sinkretisme Jawa,
dipandang sebagai salah satu kitab
terutama daerah-daerah pedesaan
fiqih klasik yang kontekstual, karena
yang belum tersentuh dakwah islam.
di dalamnya merekam berbagai
Ritual seperti sedekah bumi dan
masalah keagamaan di Nusantara.
selametan kematian seringkali
Selain kitab Majmu‘, karya Kiai
disalahpahami masyarakat awam
Sholeh Darat dalam bidang fiqih
sehingga praktiknya tidak sesuai
antara lain, Kitab Manasik Kaifiyat
dengan syari‘at. Dengan
al-Shalat al-Musafirin, Fashalatan,
pertimbangan ini, Kiai Sholeh Darat
dan Manasik al-Hajj wa al-‗Umrah.

51
Semua kitab tersebut ditulis dengan masih sangat terbatas. Para ulama di
bahasa Jawa dan huruf Arab pegon, Jawa pada saat itu lebih suka
hanya saja, jika dibandingkan menulis dengan bahasa Arab,
dengan ketiga kitab tersebut, kitab terutama dalam bidang fiqih
Majmu‘ merupakan yang paling (Bruinessen, 1995: 128). Oleh
lengkap dan luas dari segi isinya. karenanya, Kiai Sholeh Darat
Secara umum, kitab ini memuat mencoba memahamkan ajaran
tiga tema besar, yakni aqidah dasar agama kepada masyarakat dengan
islam, akhlaq, dan hukum islam jalan menulis kitab fiqih praktis
beserta berbagai problematikanya. dalam bahasa Jawa.
Jika dijabarkan lebih lanjut, isi kitab Hal ini sebagaimana Kiai Sholeh
Majmu‘ secara garis besar adalah tuturkan bahwa kitab Majmu‘ ini
sebagai berikut; Muqadddimah ditulis untuk memberikan
sekaligus pembahasan aqidah dan pemahaman kepada orang awam
akhlak, kitab shalat, kitab zakat, yang agamanya masih dangkal. Maka,
kitab puasa, kitab haji dan umrah, kitab ini ditulis dengan cukup
kitab al- Bai‘ wa Ghairihi (jual beli), ringkas dan hanya memuat
Kitab al-Halal wa al-Haram, Kitab tema-tema yang dibutuhkan oleh
al-Qardh (bagi untung), Kitab masyarakat awam.
al-Ijarah (sewa), Kitab al-Ahkam Iki kitab ringkes keduwe
al-Nikah, Bab al-Dzaba‘ih wong awam kang bodho-
(sembelihan), Kitab al-I‘taq bodho kaya ingsun, mulane
(memerdekakan budak), dan diakhiri sun gawe kelawan ringkes
dengan sekapur sirih Pengarang serta ora kabeh mas‘alah
Majmu‘. Dari gambaran tersebut, feqih, balik Cuma gawe
maka secara garis besar kitab barang kang ghalib den
Majmu‘ dapat diringkas sebagai lakoni deneng wong awam
berikut: Bagian pertama yang (Al-Samarani, t.th: 174)
membahas tentang aqidah dan moral, Selain dari segi bahasa, aspek
dan bagian kedua membahas fiqih, lokalitas itu juga tampak dari aspek
meliputi: Ibadah, Muamalah, dan konten yang banyak mengangkat
Munakahat. Meskipun memuat tema permasalahan yang terjadi di
aqidah dan akhlak, namun tema fiqih kalangan masyarakat awam. Kitab
adalah tema yang paling dominan, Jawa- Arab pegon ini membicarakan
karenanya kitab ini masuk dalam beberapa hal kontekstual terkait
kategori kitab fiqih. masalah hukum, dengan bahasa
Kitab Majmu‘ karya Kiai Sholeh yang ringan dan berhubungan
Darat merupakan salah satu karya langsung dengan kebutuhan praktis
ulama Nusantara yang mengedepan- masyarakat. Kiai Saleh Darat telah
kan sisi lokalitas dalam penulisannya. mendemonstrasikan bagaimana
Paling tidak hal ini tercermin dari strategi yang tepat (beautiful strategy)
bahasa yang digunakan, yaitu dalam memberikan tuntunan
bahasa Jawa. Kitab ini disusun di pelaksanaan ajaran agama secara
tengah kondisi umat islam yang benar kepada orang awam. Beberapa
masih dangkal akan pemahaman pemikiran yang merefleksikan hal ini
agama. Kebanyakan mereka juga terlihat misalnya, pada masalah
kesulitan, bahkan tidak mampu penentuan awal Ramadlan.
memahami teks-teks agama dalam Diterangkan bahwa tanda awal
bahasa Arab. Sementara di sisi lain, Ramadlan cukup dengan melihat
kitab-kitab berbahasa Jawa saat itu lampu lentera di atas menara masjid,

52
adanya suara bedug yang dipukul merujuk pada kitab al-Durar al-
serta suara dentuman meriam. Di Bahiyyah karya Sayyid Bakri,
samping itu, kitab Majmūat juga sedangkan untuk bab nikah, hikmah
mengomentari berbagai adat rahasia nikah, shalat, dan haji beliau
kebiasaan orang Jawa waktu itu merujuk pada kitab Ihya‘ ‗Ulum
seperti, sesajen kepada danyang, al-Din karya al-Ghazali. Pengambilan
―memule‖, ―sedekah bumi‖, ―nyahur rujukan itu dilakukan dengan cara
tanah‖, dan adat kebiasaan menterjemahkan tema-tema yang
penghormatan kepada penguasa dianggap penting dan menambahkan
(keluarga kraton) serta ―katuranggan hasil pemikiran hukumnya atas
wanita‖ (Fuad, 2005: 46). berbagai masalah yang
Kitab Majmu‘ karya Kiai Sholeh diistinbathkan dari kitab-kitab
Darat merupakan salah satu kitab tersebut. Namun demikian, Kiai
fiqih berbahasa Jawa yang sangat Sholeh Darat lebih suka menyebut
berpengaruh di zamannya. Bahkan kitabnya ini sebagai kitab tarjamah.
Menurut Bruinessen, kitab ini Demikian sebagaimana ditegaskan
merupakan satu-satunya kitab fiqih oleh Kiai Sholeh di akhir kitab
berbahasa Jawa yang sangat penting Majmu‘:
di eranya. Beberapa pesantren di Iki kitab terjemah ingsun
Jawa, seperti pesantren Kempek Majmu‘at al-Kafiyat li
Cirebon pernah menjadikan kitab ini al-‗Awam al-Jawiyah istin-
sebagai menu wajib pesantren. Kitab bath sangking syarah Minhaj
ini juga wajib dipelajari oleh siapa li Syaikh al-Islam lan Syarh
saja yang hendak baiat menjadi al-Khatib Syarbini, lan
anggota tarekat Naqsyabandiyah. al-Durar al-Bahiyyah li
Naskah asli kitab Majmu‘ ditulis oleh Sayyid Bakri ing dalem
Jazuli, seorang juru tulis Kiai Sholeh mas‘alah ushuluddin, lan
Darat pada tahun 1309 H atau1892 saking Ihya‘ ‗Ulum al-Din ing
M dan dicetak pada 1897 di beberapa dalem bab nikah, lan Asrar
tempat, seperti Singapura dan al-Nikah, lan Asrar al-Shalat,
Bombay (Shokheh, 2011: 46). Hingga lan Asrar al-Hajj kerana arah
saat ini, kitab Majmu‘ karya KH. supaya pahama wong-wong
Sholeh darat masih dicetak oleh amstal ingsun awam kang
beberapa percetakan tanah air ora ngerti basa Arab
semisal Toha Putra dan Karya Toha muga-muga dadi manfa‘at
Putra dengan 279 halaman. bisa nglakoni kabeh kang
sinebut ing jerone iki
2. Sumber dan Sistematika tarjamah (Al-Samarani, t.th:
Penulisan 278)
Dari segi sistematika,
Dalam penulisan kitab ini, Kiai pembahasan materi pada kitab ini
Sholeh Darat mengambil rujukan diawali dengan muqaddimah yang
dari beberapa kitab sunni klasik. dilanjutkan dengan pembahasan
Untuk materi fiqih, kiai Sholeh rukun iman, islam, dan beberapa
mengambil antara lain dari Fath kewajiban muslim dalam hal aqidah.
al-Wahhab bi Syarh al-Minhaj karya Dalam bingkai bab muqaddimah itu
Syaikh al-Islam Zakariyya al-Anshari, pula, kiai Sholeh menyisipkan materi
al-Iqna‘ dan Mughni al-Muhtaj karya akhlak seperti kewajiban seorang
al-Khatib al-Syarbini. Sementara muslim untuk menjauhi dosa besar
dalam hal ushuluddin, beliau dan kecil. Pada bagian kedua,

53
pembahasan difokuskan pada hanya dibagi dalam pasal-pasal saja
teori-teori fiqih meliputi ibadah, lalu dirinci dalam kode-kode tertentu
mu‘amalah, munakahat, hudud, seperti tanbih, far‘u, atau tatimmah,
bahkan I‘taq (pembebasan budak). namun ada pula yang menggunakan
Jika dilihat sekilas, sistematika kitab istilah kitab sebagai pokok bahasan
Majmu‘ ini memang berbeda dengan lalu dibagi menjadi sub-sub
yang lazim digunakan kitab-kitab pembahasan dalam pasal-pasal yang
fiqih murni seperti Fath al-Qarib atau lebih rinci (Yafie, 1995: 59).
Fath al-Mu‘in. Salah satu ciri Dalam kitab Majmu‘, ―Kitab‖
sistematika kitab fiqih adalah merupakan istilah yang dipakai oleh
menempatkan bab ibadah pada Kiai Sholeh Darat untuk
pembahasan pertama, dan terkadang mengemukakan pokok bahasan
dididahului dengan bab taharah, lalu seperti kitab al-shalat, kitab al-shaum,
diikuti mu‘malah, munakahah, dan kitab al-nikah. Pokok-pokok bahasan
terkadang jinayah (Bruinessen, 1995: tersebut kemudian dirinci dengan
125). pasal-pasal tertentu seperti pasal
Sistematika semacam ini tentang syarat shalat atau pasal
memang tidak bisa dijumpai dalam tentang syarat puasa. Ada juga
kitab Majmu‘ karena kitab ini bukan beberapa pokok bahasan yang dirinci
kitab fiqih murni serupa fath al-qarib dengan bab-bab tertentu, seperti
atau fath al-mu‘in. Kiai Sholeh Darat kitab nikah yang di dalamnya
memasukkan materi aqidah akhlak memuat bab keharaman dalam
dan lebih memilih aqidah akhlak pernikahan atau kitab haji yang di
sebagai pembahasan pertama karena dalamnya memuat bab ihram.
aqidah dipandang lebih penting Namun, dalam kesempatan lain
untuk diajarkan kepada masyarakat istilah bab juga digunakan untuk
awam terlebih dahulu sebelum mengemukakan pokok bahasan,
ibadah. Akan tetapi, jika diamati seperti bab al-bai‘ wa ghairihi,
lebih jauh sistematika kitab Majmu‘ sementara di tempat lain istilah kitab
ini lebih mirip sistematika penulisan justru digunakan untuk sub-pokok
kitab fiqih bukan murni macam bahasan, seperti kitab al-qardhi, dan
Safinat al-Najah atau Sullam al-Taufiq. kitab al-ijarah yang biasanya masuk
Kedua kitab tersebut, meskipun dalam kategori jual beli dan
disebut sebagai kitab fiqih, tetapi mu‘amalah lain. Di sini ada semacam
juga memuat aqidah dan akhlaq. kerancuan dalam penggunaan istilah
Sedangkan dalam hal kitab, bab, dan pasal dan pembagian
pembagian bab dan sub-bab, antara pokok bahasan dengan
meskipun kitab Majmu‘ ini berbahasa sub-pokok bahasan.
Jawa, tetapi tetap mengacu pada Di samping pembagian bab
pembagian bab kitab klasik dan berdasar kitab klasik, beberapa bab
menggunakan bahasa Arab sebagai dan pasal dalam kitab Majmu‘ juga
judul bab atau sub-bab. Umumnya dilengkapi dengan penjelasan singkat
kitab-kitab salaf selalu menggunakan khas kitab klasik. Di beberapa
istilah kitab, bab, atau fashl untuk tempat, kiai Sholeh menambahkan
membagi dan membatasi bab dari penjelasan dengan model hamisy
yang umum sampai yang rinci. Akan (catatan pinggir) seperti dalam kitab
tetapi, tidak ada keseragaman dalam al-ijarah, bab al-hudud, bab dzaba‘ih,
sistematika penulisan kitab salaf, dan bab al-ath‘imah. Selain catatan
karena setiap penulis punya selera pinggir, kiai Sholeh juga
masing-masing. Ada kitab yang menyertakan catatan-catatan pen-

54
ting di akhir beberapa bab dengan 1. Tentang Sesajen dan Sedekah
menggunakan istilah tanbih, Bumi
muhimmah, faidah, qaidah, atau
tatimmah. Sesajen dan Sedekah bumi
merupakan upacara tradisional
Pemikiran Fiqih Nusantara KH. masyarakat Nusantara, khususnya di
Sholeh Darat Jawa, yang sudah berlangsung
secara turun-temurun dari nenek
Salah satu distingsi islam moyang. tujuan Kedua ritual ini,
Nusantara, sebagaimana kurang lebih sama, yaitu agar
diungkapkan oleh Azyumardi Azra terbebas dari segala macam kesialan
dalam kolom Resonansi Republika hidup, nasib jelek dan selanjutnya
adalah fakta bahwa ortodoksi Islam bisa hidup selamat sejahtera dan
Nusantara terbentuk mapan bahagia. Hanya saja, dalam
khususnya sejak abad ke-17. Yaitu prakteknya, muslim awam masih
ketika para ulama Nusantara yang sering salah paham. Sesajen dan
dahulu belajar di Mekkah kembali ke Sedekah bumi dianggap sebagai
tanah air. Pada masa itu pula, kajian persembahan kepada roh halus dan
fiqih mendapatkan perhatian yang makhluk diyakini menjadi penunggu
lebih serius dibanding masa awal desa. Mengomentari masalah sesajen
islam masuk ke Nusantara yang dan sedekah bumi, kiai Sholeh
cenderung bercorak sufistik. Banyak mencoba meluruskan dalam kitab
ulama‘ Nusantara saat itu yang Majmu‘ sebagai berikut:
memberikan sumbangan karya Lamun sujud maring berhala
penting dalam bidang fiqih, baik utawa memule maring
berbahasa Arab, Melayu, ataupun danyang merkayangan
Jawa. kelawan najeni panganan
Salah satu karya penting fiqih ana ing pawon utawa ana
pada masa itu adalah kitab Majmu‘at ing sawah utawa ana ing
al-Syari‘at al-Kafiyat li al-‗Awam. endi-endi panggonan kang
Kitab buah karya Kiai Sholeh Darat den nyana ana jine nuli
ini dipandang sebagai satu-satunya disajeni supaya aweh
kitab berbahasa Jawa yang sangat manfa‘at utawa nulak
penting dan berpengaruh dalam madharat iku kabeh dadi
kehidupan masyarakat Jawa. Praktik kufur. Utawi kufure wong
keagamaan islam Jawa yang ahli pedesan iku padha gawe
terbangun dan masih dilestarikan sedekah bumi neja hurmat
hingga saat ini, tentu tidak bisa danyange desa kana iku
dilepaskan dari isi kitab ini. Beberapa haram, balik lamun
pemikiran Kiai Sholeh Darat dalam niqadaken olehe hurmat
kitab ini memang cukup kontekstual maring danyang kerana iku
dengan kondisi dan problematika danyang ingkang ngreksa
islam di Nusantara saat itu. Beberapa desa kene lan kang aweh
pemikiran Kiai Sholeh Darat terkait manfa‘at maring wong desa
hukum islam yang khas Nusantara kene lan kang bahureksa
antara lain sebagai berikut: sawah-sawah utawa liyane
maka lamun mengkono
I‘tiqade maka kufur… balik
lamun sedekah wong iku
kang lillahi ta‘ala aja kerana

55
hurmat danyang al-Hasil haram dosa gede ing
(Al-Samarani, t.th: 23-24) atase wong islam tiru tingkah
Petikan qaul Kiai Sholeh Darat polahe liyane ahlil islam ing
di atas kurang lebih berarti bahwa dalem perkarane penganggo
sesajen dan sedekah bumi, jika utawa tingkah polahe
diniatkan untuk menghormati mangan senadyan atine ora
danyang atau roh halus yang demen, anapun lamun
menguasai desa, maka hukumnya demen maka sak hal dadi
haram. Bahkan, jika ritual itu murtad senadyan ora
dilakukan dengan keyakinan bahwa menganggo penganggone …
danyang tersebut yang memberi (Al-Samarani, t.th: 22)
manfaat dan madlarat, maka bisa Qaul ini menyuratkan bahwa
jadi kufur. Sebaliknya ia menyerupai non muslim baik dari
menganjurkan jika sedekah semacam segi pakaian maupun tingkah laku
itu hendaknya diniatkan hanya hukumnya haram, dan bisa sampai
karena Allah semata. pada tingkat kufur jika dalam hati
ada rasa suka terhadap tradisi non
2. Tentang Agama Lain muslim. Sekilas memang pendapat
ini terkesan radikal, apalagi jika
Di zaman penjajahan, hal ihwal ditarik ke dalam konteks
agama lain dan non muslim, keIndonesiaan masa kini di mana
merupakan isu yang sangat sensitif. pluralitas agama sangat dijunjung
Saat itu non muslim selalu tinggi. Akan tetapi, jika membaca
diidentikkan dengan penjajah, begitu kondisi sosio-kultural dan politik
juga sebaliknya. Oleh karenanya Indonesia yang saat itu sedang dalam
tidak heran jika para ulama yang masa penjajahan, pendapat ini bisa
hidup pada masa penjajahan dimaklumi. Sebab saat itu, yang
seringkali mengeluarkan fatwa yang mempunyai tradisi di atas hanyalah
cenderung keras terhadap non para penjajah yang notabene non
muslim. Begitu juga dengan Kiai muslim. Fatwa seperti ini memang
Sholeh Darat dalam kitab Majmu‘ tersebar luas di kalangan umat
mengungkapkan: muslim sebelum kemerdekaan.
Utawa niqadakeen setuhune Sementara di tempat lain,
agama nasrani utawa agama tepatnya pada pasal sunnah nikah,
yahudi iku bagus-baguse Kiai Sholeh membolehkan
agama utawa demen ing pernikahan laki-laki muslim dengan
dalem atine maring agama wanita pemeluk nasrani atau yahudi
nasrani utawa agama orisinil dengan tujuan dakwah,
yahudi maka iya dadi bahkan mengatakan menikahi
murtad rusak islame... Lan wanita ahli kitab lebih baik daripada
haram ing atase wong islam menikahi wanita muslimah yang
nyerupani penganggone tidak mengerjakan shalat
wong liya agama islam (Al-Samarani, t.th: 192). Dengan
senadyan atine ora demen, demikian, Kiai Sholeh Darat tidak
angendika setengahe para secara mutlak mengharamkan segala
ulama‘ muhaqqiqin sapa sesuatu yang berbau non muslim.
wonge nganggo penganggone Untuk urusan dakwah, berhubungan
ahli islam kaya kelambi jas, dengan non muslim, bahkan
utawa topi, utawa dasi maka menikahi non muslim diperbolehkan.
dadi murtad rusak islame
senadyan atine ora demen.

56
3. Penentuan Awal Ramadhan Lan wajib ing atase wong
awam kabeh nglakoni puasa
Beberapa tahun terakhir, di ramadhan sebab alamat
Indonesia Masalah penentuan awal kang wus masyhur ing dalem
ramadhan sempat menjadi manjinge ramadhan kaya
perdebatan serius, terkadang pasang-pasang damar
berujung konflik. Masing-masing menara-menara, utawa
golongan dan ormas islam mukul-mukul bedhug, utawa
bersikukuh memegang metode dan meriam iku kabeh dadi
hasil ijtihadnya masing-masing. alamate manjinge ramadhan
Dalam kitabnya, Kiai Sholeh (Al-Samarani, t.th: 100)
mengemukakan:
Ora wenang ing atase awam 4. Selamatan dan Sedekah
utawa ora wajib ing atase untuk Mayit
awam niti-niti sebab wajibe
puasa apa istikmal apa Pada dasarnya selametan
ru‘yah al-hilal iku kabeh kematian, tiga hari ataupun tujuh
pengulu ingkang mesti wajib hari, dan sedekah untuk mayit,
ngaweruhi, kita awam menurut Kiai Sholeh Darat
miturut apa panemune hukumnya sunah. Akan tetapi, ia
pengulu senadyan pengulu memberikan catatan bahwa
dlarurat ((Al-Samarani, t.th: selametan dan sedekah tersebut
100) tidak boleh diselenggarakan dengan
Dalam qaul ini dengan jelas harta si mayit (tirkah). Selametan dan
diungkapkan bahwa untuk Sedekah juga tidak harus
menentukan masuknya waktu puasa dilaksanakan pada saat tiga hari atau
ramadhan, baik menggunakan tujuh hari saja, tetapi bisa dilakukan
istikmal ataupun ru‘yah hilal, kapan saja tanpa ada batas waktu.
seharusnya dikembalikan kepada Jika Selametan dan Sedekah tersebut
pemimpin agama, meskipun diselenggarakan dengan harta tirkah,
statusnya pemimpin dalam keadaan Kiai Sholeh menyebutnya sebagai
darurat. Jika ditarik pada konteks bid‘ah yang munkar (Al-Samarani,
kekinian, pendapat ini tentu sangat t.th: 89). Karena ketika seseorang
relevan dengan permasalahan yang meninggal dunia, maka segala yang
terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. ditinggalkan bukan lagi miliknya,
Ini bisa menjadi solusi yang cukup tetapi menjadi hak ahli waris. Maka,
moderat dan adil bagi semua pihak, bersedekah untuk mayit dengan
terutama untuk menghindari harta tirkah tidak diperbolehkan.
perdebatan atau benturan antara Sampai saat ini masalah harta
kelompok. tirkah untuk selametan dan sedekah
Adapun untuk mengetahui memang belum dipahami oleh
datangnya bulan ramadhan, Kiai kebanyakan orang awam, meskipun
Sholeh Darat mengatakan bahwa ritual tersebut hampir menjadi
orang awam cukup mengetahuinya aktifitas sehari-hari muslim
melalui media yang biasa digunakan Indonesia. Oleh karenanya, dalam
pada saat itu, seperti lampu-lampu di kitab Majmu‘ Kiai Sholeh
menara masjid, memukul-mukul mewanti-wanti agar selametan tidak
bedhug, atau menghidupkan meriam. perlu melibatkan harta tirkah,
Demikian seperti diungkapkan dalam karena si mayit tidak lagi punyak hak
kitab Majmu‘: atas harta itu. Maka, ia mengan-

57
jurkan agar ahli waris saja yang oleh Kiai Sholeh Darat dalam kitab
bersedekah untuk si mayit, meski Majmu‘:
semampunya. Terutama pada tiap Lan wong kang teka saking
malam Jum‘at dianjurkan tanah yaman kaya saking
memperbanyak sedekah untuk orang tanah Jawa iku maka miqate
tua yang sudah meninggal atau jika yulamlam lan iya iku
tidak mampu, maka cukup dengan panggonan kang maklum.
membacakan al-Qur‘an meskipun Maka lamun ihram sangking
sekedar al-Fatihah atau al-Ikhlas Jeddah maka iya sah ihrame
(Al-Samarani, t.th: 94) tetapi wajib dam nyembeleh
wedus suwiji (Al-Samarani,
5. Jeddah sebagai Miqat Makani t.th: 135)
Artinya kurang lebih, bahwa
Seiring perkembangan miqat makani penduduk tanah Jawa
transportasi saat ini, jamaah haji adalah di Yulamlam dan
modern telah menggunakan berbagai tempat-tempat yang diperbolehkan
jalur menuju ke Mekkah, meliputi sebagai miqat. Maka, jika seseorang
jalur laut, darat dan udara. mengambil miqat dari Jeddah, maka
Perkembangan-perkembangan ihramnya tetap sah tetapi harus
tersebut kemudian memunculkan membayar dam berupa seekor
beberapa permasalahan baru terkait kambing. Jika memperhatikan
dengan pelaksanaan manasik haji. petikan pendapat ini, bisa
Salah satu permasalahan yang disimpulkan bahwa Kiai Sholeh
muncul ialah berkaitan dengan Darat termasuk dalam salah satu
penetapan miqat makani karena ulama‘ yang memperbolehkan
tidak semua miqat makani yang telah mengambil miqat di Jeddah, dan
ditentukan oleh Rasul dilalui oleh menganggap hal itu sah, tapi catatan
jamaah haji. harus membayar dam karena telah
Seperti yang berlaku bagi melewati batas miqat tanpa
jamaah haji asal Indonesia, berihram.
khususnya jamaah gelombang
kedua-yang menggunakan jalur 6. Mitos Bulan Terlarang dan
udara, ada sebagian di antara mereka Hitungan Weton dalam
yang mengambil miqat di Bandar Pernikahan
Udara King Abdul Aziz Jeddah. Hal
ini menimbulkan perbedaan Dalam pandangan hidup
pendapat di kalangan ulama tentang masyarakat Jawa, penting memilih
sah atau tidaknya Bandar Udara King hari yang baik untuk melaksanakan
Abdul Aziz Jeddah sebagai miqat. hajat, apalagi pernikahan. Untuk
MUI sebagai otoritas fatwa di memilih hari baik pada upacara
Indonesia dan Kementerian Agama perkawinan, biasanya masyarakat
memperbolehkan mengambil miqat di Jawa menggunakan hitungan weton
Jeddah, sementara NU melalui yang didasarkan pada hari dan
munas alim ulama‘ di Yogyakarta pasaran. Demikian juga dalam
tahun 1984 mengatakan Jeddah menentukan pasangan, mereka
tidak memenuhi syarat sebagai mendasarkan pasangan pada
miqat. kecocokan hitungan weton. Dengan
Rupanya permasalahan Jeddah memilih hari dan pasangan yang baik
sebagai miqat ini telah menjadi tersebut, diharapkan kehidupan
pembicaraan ulama‘ klasik sejak setelah pernikahan juga berlangsung
lama. Masalah ini juga disinggung

58
dengan baik dan langgeng. Namun, terkadang cukup dominan dalam
dalam praktiknya hitungan weton lingkup keilmuan fiqih, karena fiqih
seringkali dijadikan pijakan utama bukanlah dogma yang kaku,
dalam menentukan pasangan atau melainkan fleksibel, bisa berubah
hari pernikahan. Tidak sedikit, bentuk sesuai dengan wadahnya.
pasangan yang gagal menikah karena Dalam hal ini, persilangan antara
ketidakcocokan hitungan weton, cakrawala pemikiran dengan konteks
meskipun saling mencintai. Hingga yang meruang waktu mutlak terjadi
muncul keyakinan jika tidak dalam fiqih, dan itulah yang
menggunakan hitungan weton maka menjadikan sebuah kitab fiqih
pernikahan terancam tidak langgeng. memiliki karakteristik yang berbeda
Hal ini tidak luput perhatian dengan yang lain. Demikian halnya
Kiai Sholeh Darat, apalagi kala itu dengan kitab Majmu‘ karya KH.
pemahaman agama masyarakat Jawa Sholeh Darat, aspek lokalitas yang
masih sangat dangkal. Dalam kitab nampak dalam kitab tersebut
Majmu‘, ia mengatakan bahwa amatlah kaya, terutama
percaya terhadap perkataan ahli problem-problem keagamaan yang
nujum atau dukun tentang hari dan berkaitan dengan kebudayaan
bulan yang tidak baik untuk akad masyarakat Jawa.
nikah tidak diperbolehkan, begitu Kondisi sosial politik Jawa pada
juga dengan hitungan weton akhir abad ke-19 memperlihatkan
pengantin pria dan wanita. bahwa mayoritas muslim masih
Menurutnya itu semua adalah cenderung sinkretis dan awam dalam
hitungan orang Jahiliyyah yang tidak pemahaman keagamaan. Di sisi lain
ada penjelasannya dalam al-Qur‘an Jawa juga berada di bawah
dan Hadits (Al-Samarani, t.th: 211). penguasaan pemerintah kolonial,
Kiai Sholeh Darat yang sedikit banyak telah
menganjurkan kepada para lelaki menularkan budaya negatif bagi
agar tidak tergesa-gesa dalam masyarakat Jawa. Faktor inilah yang
menentukan pasangan, karena kelak sedikit banyak mempengaruhi Kiai
akan menjadi pendamping seumur Sholeh Darat untuk bersikap kritis
hidup. Menurutnya, untuk terhadap non muslim dan tradisi
menentukan calon istri, saat khitbah lokal yang dianggap tidak sesuai
laki-laki boleh melihat wanita syari‘at. Yang menarik, sikap
berkali-kali hingga menemukan kritisnya tersebut tidak langsung
keyakinan dalam hati masing-masing merujuk pada argumen normatif
agar tidak ada penyesalan di al-Qur‘an Hadits, tetapi melalui
kemudian hari. Dalam kitab nikah rujukan kitab-kitab fiqih sunni
tersebut, Kiai Sholeh Darat juga klasik.
mengemukakan dengan cukup detail Terlepas dari itu, Kiai Sholeh
perihal katuranggan wanita sebagai Darat beserta segala pemikirannya
solusi alternatif atas hitungan weton memiliki peranan penting dalam
yang saat itu menjadi syarat wajib proses pembentukan fiqih Nusantara,
pernikahan (Al-Samarani, t.th: 196) baik melalui karya-karyanya ataupun
mata rantai transmisi keilmuannya.
Kesimpulan Mengkaji pemikiran fiqih Kiai Sholeh
Darat berarti melacak akar tradisi
Lahirnya sebuah karya tak bisa fiqih yang berlaku di Nusantara saat
begitu saja dipisahkan dari konteks ini. Dengan begitu, kajian semacam
kehidupan yang mengitarinya. ini hendaknya semakin digalakkan
Faktor-faktor eksternal itulah yang

59
dan dikembangkan lagi sebagai Shokheh, Mukhamad, Tradisi
upaya untuk merumuskan islam Intelektual Ulama Jawa: Sejarah
Nusantara. Sosial Intelektual Pemikiran
Keislaman Kiai Sholeh Darat,
Paramita: Jurnal Sejarah dan
Daftar Pustaka
Pembelajaran Sejarah, Vol. 21,
No. 2, Juli 2011.
al-Samarani, Sholeh ibn Umar,
Majmu‘at al-Syari‘at al-Kafiyat li Yafie, Ali, Menggagas Fiqih Sosial;
al-‗Awam, Semarang: Karya dari Soal Lingkungan Hidup,
Toha Putra, t.th. Asuransi, Hingga Ukhuwah,
Bandung: Mizan, 1995.
Ash-Siddieqy, TM. Hasbi, Dinamika
dan Elastisitas Hukum Islam,
Jakarta: Tintamas, 1975.

_________. Syari‘at Islam Menjawab


Tantangan Zaman, Jakarta:
Bulan Bintang, 1966.

Azra, Azyumardi, Islam Nusantara,


dalam rubrik Resonansi di
www.republika.co.id

Bruinessen, Martin Van, Kitab


Kuning, Pesantren dan Tarekat:
Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia, Bandung: Mizan,
1995.

Fuad, Mahsun, Hukum Islam


Indonesia: dari Nalar
Partisipatoris dan Emansipatoris,
Yogyakarta: LKiS, 2005.

Masrur, M., Kyai Sholeh Darat, Tafsir


Faid ar-Rahman, dan RA. Kartini,
At-Taqaddum: Jurnal
Peningkatan Mutu Keilmuan
dan Kependidikan Islam,
Volume 4, Nomor 1, Juli 2012

Masyhuri, Aziz, 99 Kiai Kharismatik


Indonesia Biografi, Perjuangan,
Ajaran, dan Doa-doa Utama
yang Diwariskan, Yogyakarta:
2008

Munir, Ghazali, Warisan Intelektual


Islam Jawa dalam Pemikiran
Kalam Muhammad Sholeh Darat
al-Samarani, Semarang: Wali
Songo Press, 2008.

61
ISLAM NUSANTARA DI DUNIA MAYA:
STUDI KASUS GERAKAN NASIONAL “AYO MONDOK”
Oleh Abdulloh Hamid
(Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,
e-mail: doelhamid@uinsby.ac.id)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana strategi Islam
Nusantara di Dunia Maya, Bagaimana faktor pendukung dan faktor
penghambat Islam Nusantara di Dunia Maya. Pengumpulan data
menggunakan teknik interview, observasi, dan dokumentasi. Subjek
penelitian meliputi: Ketua PP RMINU, PW RMINU, Kiai, Santri, yang
dipilih secara purposif. Keabsahan data dalam penelitian ini
dinyatakan dengan berbagai bukti temuan berupa rekaman suara,
gambar, foto, kondisi ril lapangan sebagai fenomena atau realita sosial
yang dialami. Analisis data dilakukan menggunakan analisis interaktif
model Miles & Huberman melalui pemaknaan data yang tersaji selama
di lapangan dan sesudah meninggalkan lapangan.

Kata-Kata Kunci:
Strategi, Islam, Nusantara, Dunia Maya

Pendahuluan prinsip ajaran keagamaan denggan


nuansa kultural (Said Aqil,
Islam Nusantara merupakan 2015:113).
identitas dari konsep keislaman yang Tema Muktamar NU ke 33 di
diusung oleh Nahdlatul Ulama. Islam Jombang Jawa Timur ini
khas Indonesia dengan faham mendapatkan respon yang beragam
Ahlussunnah wal Jama‘ah, yang dari berbagai kalangan, mulai dari
mengutamakan toleransi, menegas- yang positif sampai negatif yang
kan Islam yang rahmatan lil alamin, tersebar di berbagai media, termasuk
dengan ideologi tawazun, tawasuth, di dunia maya, dunia maya
tasamuh dan i‘tidal, siap memberi merupakan salah satu wujud
solusi dan wajah Islam yang ramah globalisasi di bidang teknologi
kepada dunia (Said Aqil, 2015:112). informasi, globalisasi membawa
Wacana tentang Islam dampak yang sangat luar biasa di
Nusantara pernah disebut oleh Gus semua lini kehidupan, dampak positif
Dur dengan istilah ―Pribumisasi globalisasi yaitu tersedianya resource
Islam‖ sebagai strategi dakwah untuk keilmuan dan keagamaan yang
membumikan Islam Nusantara. disediakan, informasi yang sangat
Maksudnya mempertemukan saripati cepat dari belahan bumi satu ke
Islam dengan kekhasan kultur dan belahan bumi yang lain, setiap orang
adat masyarakat setempat. Dengan bisa mendapatkan informasi dengan
demikian Islam tidak berbenturan sangat cepat dan dapat mengakses
dengan adat istiadat akan tetai Islam resource yang banyak, selain itu
Nusantara mengharmonisasikan internet juga memberi sumbangsih

61
terhadap semua bidang termasuk menjelaskan bahwa pesantren secara
keagamaan. terminologis dilihat dari sisi bentuk
Dampak positif lainnya dalam dan sistemnya berasal dari India,
perkembangan Ilmu Pengetahuan Sebelum proses penyebaran Islam di
dan Teknologi (IPTEK) yaitu Indonesia, sistem tersebut sudah
pemanfaatan IT untuk dunia digunakan secara untuk pendidikan
kedokteran, Boulos & Wheeler (2007) Hindu di Jawa, setelah Islam masuk
and Doyle‘es (2011) menjelaskan dan tersebar di Jawa, sistem tersebut
memanfaatkan sosial media sebagai kemudian diambil oleh Islam. Istilah
medical education, yaitu melalui : (1) pesantren seperti mengaji bukanlah
Blogging; (2) Microblogging (twitter); berasal dari Istilah Arab, melainkan
(3)Wikis; (4)Photo/Slide Sharing; dari India. Demikian pula istilah
(5)Audio/Video Sharing; (6) pondok, langgar di Jawa, surau di
Syndication of content through RSS; Minangkabau dan rangkang di Aceh
(7) Social Bookmarking; (8) Sosial bukanlah merupakan sistem Arab,
Networks; (9)other tools (Skype) dan tetapi dari India (Stenbrenk,
(10) Mobile Technologie (Marius Calin 1994:20-23). Dzofier menjelaskan
and Gabrieli, 2012:2262-2266). Pondok bersal dari bahasa Arab yaitu
Selain dampak positif ada funduq yang berarti rumah
dampak negatif yaitu membentuk penginapan atau asrama adapun
karakter manusia instan dan rawan kata pesantren berasal dari kata
terjadinya plagiasi serta tersebarnya santri yang di beri awalan pe dan
segala jenis informasi. Dampak akhiran an yang berarti tempat
negatif lainnya dalam perkembangan tinggal para santri (Dzofier,1982:13).
IPTEK adalah belajar agama melalui Pesantren berkembang cepat
internet, orang sekarang belajar berawal dari sikap non-kooperatif
agama secara instan melalui internet, para ulama terhadap kebijakan
dan tidak lagi belajar agama langsung ―Politik Etis‖ pada akhir aba-19
kepada seorang ulama (kiai), belajar dengan mendirikan pesantren yang
agama melalui search engine google, jauh dari kota untuk menghindari
website, blog, sosmed yang belum intervensi pemerintah kolonial, serta
bisa dipertanggung jawabkan.
Demikian juga tentang ―Islam
Nusantara, Islam Nusantara di dunia
maya mempunyai berbagai macam
reaksi dari berbagai golongan, baik
yang pro maupun yang kontra
dengan Islam Nusantara, demikian
juga dengan gerakan nasional ―Ayo
Mondok‖ gerakan yang di inisiasi oleh
PP RMI NU (Pengurus Pusat Rabitah
Ma‘ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama) memberikan kesempatan pada rakyat
yang merupakan asosiasi pondok yang belum memperoleh pendidikan,
pesantren NU, pondok pesantren tepatnya tahun 1860-an, menurut
adalah ruh dari Nahdlatul Ulama. Kartono Kartodjirdjo, jumlah
Pondok pesantren merupakan pesantren mengalami peledakan yang
lembaga pendidikan Islam tertua dan luar biasa terutama di jawa yang
sebagai budaya asli (indigenous) diperkirakan mencapai 300 buah
Indonesia serta memiliki akar kuat (Sartono, 1994:25). Martin van
dalam masyarakat, Stenbrink Bruinessen mengisyaratkan pesan-

62
tren merupakan impor kelembagaan Islam Nusantara di dunia maya; studi
islamnya dari Mesir (Bruinessen, kasus gerakan nasional ayo mondok?
1995: 19). Jamali mengeksplorasi 2) Bagaimana faktor pendukung dan
dalam tulisannya pesantren lahir penghambatnya?
sebagai manifestasidari bertemunya
dua kemauan: semangat orang yang Islam Nusantara di Dunia Maya;
ingin menimba ilmu (santri) dan Studi Kasus Gerakan Nasional
keihlasan orang yang ingin Ayo Mondok
mengamalkan ilmunya yakni kiai
(Jawa), ajengan (sunda), tengku 1. Islam Nusantara
(Aceh), syeikh (Jambi dan Sumatera Islam Nusantara merupakan
Utara) dan sebutan lain yang senada tema resmi yan diangkat oleh panitia
dan semakna (Jamali, 2006:17). dalam Muktamar NU ke-33 di
Eksistensi pesantren sebagai Jombang Jawa Timur ―Meneguhkan
pendidikan tertua hingga kini tetap Islam Nusantara untuk Peradaban
―bercongkol‖ untuk kemudian Indonesia dan Dunia‖ tema ini
bertatap muka dengan globalisasi. menuai pro dan kontra di berbagai
Kenyataan ini memberikan sebuah media, salah satunya di dunia maya,
tantangan tersendiri tidak hanya bagi kalangan NU Islam Nusantara
pada level muatan pendidikan tetapi bukanlah suatu sekte atau aliran
juga pada strategi pemasarannya. baru, dan tidak dimaksud untuk
Salah satu perwujudannya adalah mengubah doktrin Islam, Islam
―Gerakan Nasional Ayo Mondok‖ yang nusantara merupakan Islam yang
sempat menjadi international trending toleran, damai dan akomodatif
topic di twitterland. Gerakan ini terhadap budaya nusantara (Akhmad
muncul sebagai realisasi dari visi Sahal, 2015: 16).
misi ketua umum Tanfidziyah PBNU Islam Nusantara menurut ilmu
KH. Said Agil Siradj tentang ―kembali nahwu bab idhofah bisa mempunyai
ke pesantren‖ pada Muktamar NU arti tidak hanya makna lam, tapi juga
tahun 2010 di Makassar dan bermakna fii atau min, berarti Islam
ditegaskan dalam Muktamar 33 di untuk nusantara atau Islam di
Jombang. Baginya, pesantren nusantara atau Islam dari
merupakan ruh dan tulang punggung Nusantara. Islam yang rahmatan
Nahdlatul Ulama. Visi misi itu oleh lilaalamin, Islam yang ramah damai
Pimpinan Wilayah Rabithah Ma‘ahid dan teduh (Mustofa Bisri, 2015:14).
Islamiyah Nahdlatul Ulama (PW RMI Islam Nusantara disebut oleh Gus
NU) Jawa Timur diterjemahkan Dur dengan ―Pribumisasi Islam‖
melalui aksi nyata ―gerakan nasional Pribumisasi Islam bukanlah
AyoMondok.‖ Upaya ini mendapatkan ―Jawanisasi‖ atau sinkretisme sebab
dukungan PW RMI NU Jawa Tengah pribumisasi Islam hanya
dengan membuat logo ―Ayo Mondok‖. mempertimbangkan kebutuhan-
Aksi nyata ini merupakan upaya kebutuhan lokal di dalam
membangkitkan kembali semangat merumuskan hukum-hukum agama,
pesantren melaui gerakan nasional tanpa menambah hukum itu sendiri.
ayo mondok yang mejadi international Juga bukannya meninggalkan norma
trending topic menunjukkan bahwa demi budaya, tetapi agar
berdakwah melalui dunia maya dan norma-norma itu menampung
sosial media menjadi salah satu kebutuhan-kebutuhan dari budaya
pilihan penting, dalam riset ini untuk dengan mempergunakan peluang
mengetahui: 1) Bagaimana strategi yang disediakan oleh variasi

63
pemahaman nas, dengan tetap dalam soal ubudiyah mengikuti salah
memberikan peranan kepada Ushul satu dari imam madzhab empat,
Fiqh dan Qaidah Fiqh. yaitu abu Hanifah (w.150), Malik ibn
Pribumisasi Islam adalah Anas (w.179 H), Muhammad ibn Idris
bagian dari sejarah Islam, baik dari Asy-Syafii (w.204H) dan Ahmad ibn
negeri asalnya maupun negeri lain, Hanbal (w. 230H). Dalam
termasuk Indonesia. Kedua sejarah bertasawwuf mengikuti salah satu
ini membentuk sebuah sungai besar dari dua imam besar sufi Abu
yang terus mengalir dan kemudian al-Qasim al-Junaidi al-Baghdadi (w.
dimasuki lagi oleh kali cabangan 297H) dan Abu Hamid al-Ghazali
sehingga sungai inu semakin (w.505 H) (Nur Cholis Madjid,
membesar. Bergabingnya kali baru 2015:126).
berarti masuknya air baru yang Hadis yang menjelaskan bahwa
menambah air yang telah ada, ummat Nabi Muhammad akan
bahkan pada tahap berikutnya, terpecah menjadi 73 golongan di
aliran sungai ini mungkin terkena mana hanya satu yang masuk surga
‗limbah industri‘ yang sangat kotor. yaitu ahlusunnah waljama‘ah, hadis
Tetapi toh dinamakan sungai yang ini sangat populer di kalangan kita,
sama dan air yang sama akan tetapi ada versi lain dari hadis
(Abdurrahman Wahid, 2001:33). ini, sebagaimana yang dituturkan
Istilah ‗Islam Nusantara‘ pada oleh al-Ghazali dalam Faishal
dasarnya tidaklah hal baru. Istilah ini al-Tafriqoh baina al-Islam wal
mengacu pada Islam di gugusan al-Zandaqah. Riwayat al-Ghazali ini
kepulauan atau benua maritim justru sebaliknya, yaitu bahwa
(Nusantara) yang mencakup tidak seluruh golongan itu masuk surga
hanya kawasan yang sekarang kecuali satu saja yaitu kelompok
menjadi negara Indonesia, tetapi juga yang mengklaim sebagai paling
wilayah Muslim Malaysia, Thailand benar. Dengan demikian sebenarnya
selatan (Patani), Singapura, Filipina dari segi dilalah, hadis ini tidak qath‘i
Selatan (Moro), dan juga Champa atau belum memberikan kata putus
(Kamuchea). Dengan cakupan seperti Salah satu ciri Islam Nusantara yaitu
itu, ‗Islam Nusantara‘ sama sebangun mempunyai silsilah dan sanad, Islam
dengan ‗Islam Asia Tenggara‘ nusantara yang merupakan dari
(Southeast Asia Islam). Secara Islam Aswaja dan berkarakter
akademik, istilah terakhir ini sering Madzhab, karena lewat jalur
sering digunakan secara bergantian madzhab inilah sebuah sanad
dengan ‗Islam Melayu-Indonesia‘. keilmuan bisa terjamin keasliannya
Islam Nusantara menganut Rukun hingga ke Rasulallah, kita lihat
Iman dan Rukun Islam yang sama misalnya sanad Madzhab as-syafi‘i
dengan kaum ahlusunnah Islam Nusantara seperti yang diwarisi
waljama‘ah (Aswaja) (Azumardi Azra, oleh Syekh Yasin Isa al-Fadani
2015:169-170). (Ahmad Baso, 2015:39-40):
Aswaja tidak terbatas sebuah a. Allah subhanahu wata‘ala
madzhab tetapi sebagai manhajul fikr b. Malaikat Jibril
atau cara berfikir, ASWAJA sebagai c. Nabi Muhammad
madzhab yang biasa kita kenal, shallallahualaihiwassalam
seperti masalah akidah mengikuti d. Abdullah bin Mas‘ud
salah satu aliran Imam Abu al-Hasan e. Alqamah
al‘Asy‘ari (w. 324H) atau aliran Imam f. Imam Ibrahim an-Nakhai
Abu al-Mansur al-Maturidi (w.333H). g. Hammad bin Abi Sulaiman

64
h. Imam Abu Hanifah alamin, dengan ideologi tawazun,
i. Imam Malik tawasuth, tasamuh dan i‘tidal, siap
j. Al-Imam asy-Syafi‘i memberi solusi dan wajah Islam yang
k. Ar-Rabi‘ bin Sulaiman al-Muradi ramah kepada dunia.
l. Abu al-Abbas Muhammad bin
Ya‘qub al-Asham 2. Pondok Pesantren
m. Abu Nuaim al-Asfahani
n. Abu Ali bin Ahmad al-Haddad Pondok Pesantren berasal dari
o. Al-Qadhi Abu al-Makarim Ahmad kata pondok dan pesantren, kata
bin Muhammad al-Labban pondok berasal dari bahasa arab
p. Alfakh Abu al-Hasan Ali bin funduq yang artinya asrama atau
Ahmad ibn al Bukhari tempat tinggal, dan pesantren berasal
q. Ash-Shalah Muhammad bin Abi dari kata santri yang mendapat
Umar awalan pe dan akhiran an yang
r. Imam al-Hafidz Ahmad bin Ali bin berarti tempat tinggalnya para santri
Hajar al-Asqalani yang sedang mencari ilmu agama
s. Al-Qadhi Zakariya bin Pada dasarnya pendidikan pondok
Muhammad al-Anshari pesantren disebut sistem pendidikan
t. Syekh Najmuddin bin produk Indonesia. Atau dengan
Muhammad bin Ahmad istilah indigenious (pendidikan asli
al-Ghaithi Indonesia). Pondok Pesantren adalah
u. Syekh Salim bin Muhammad lembaga Pendidikan Islam yang
as-Sanhuri tertua di Indonesia (Madjid, 2002:5).
v. Syekh Syamsuddin Muhammad Peraturan pemerintah Republik
bin Ala al-babili Indonesia No.55 tahun 2007 tentang
w. Syekh Abdul Aziz az-Ziyadi pendidikan agama dan keagamaan
x. Syekh Syamsuddin Muhammad dijelaskan dalam pasal 26 ayat (1)
bin Salim al-Hifni yaitu: pesantren menyelenggarakan
y. Syekh Abdullah bin Hijazi pendidikan dengan tujuan
Syarqawi menanamkan keimanan dan
z. Syekh Usman bin Hasan ketakwaan kepada Allah Swt, akhlak
ad-Dimyathi mulia, serta tradisi pesantren untuk
aa. Syekh Ahmad Zaini Dahlan mengembangkan kemampuan,
bb. Syekh Bakri Syatha pengetahuan, dan keterampilan
cc. Syekh Muhammad Ali al-Maliki peserta didik untuk menjadi ahli ilmu
dd. Syekh Umar Hamdan Agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan
al-Makhrusi atau menjadi muslim yang memiliki
ee. Syekh Umar bin Husain keterampilan/keahlian untuk
ad-Daghistani membangun kehidupan yang Islami
ff. Syekh Hasan bin Said Yamani di masyarakat.
gg. Syekh Yasin Isa al-Fadani Steenbrink (1986) dalam
Islam Nusantara sebagai bukunya Pesantren Madrasah
Manhaj al-Fikr adalah identitas dari Sekolah menjelaskan secara detail
konsep keislaman yang diusung oleh bagaimana metamorfosis pesantren
Nahdlatul Ulama. Islam khas yang bermula dari pengajaran
Indonesia dengan faham al-Qur‘an (pendidikan Islam yang
Ahlussunnah wal Jama‘ah, yang paling sederhana), kemudian
mempunyai cara pandang yang pengajian kitab (pendidikan
mengutamakan toleransi, lanjutan), sampai menjadi sebuah
menegaskan Islam yang rahmatan lil institusi formal yang disebut
―Madrasah‖ dan bahkan kemudian

65
menjadi institusi modern yang pengajarannya menjadi lima ketegori:
bernama ―Sekolah‖, untuk itu (1) pondok pesantren yang
sebelum membahas panjang lebar menyelenggarakan pendidikan formal
tentang pondok pesantren, maka ada dengan menerapkan kurikulum
baiknya saya mengulas tentang nasional, baik yang hanya memiliki
pengertian pondok pesantren. Istilah sekolah keagamaan maupun yang
pondok pesantren terdiri dari dua juga memiliki sekolah umum; (2)
kata yang menunjukkan pada suatu pondok pesantren yang
pengertian yaitu kata pondok dan menyelenggarakan pendidikan kea-
kata pesantren. gamaan dalam bentuk madrasah dan
Qomar dalam pemakaian mengajarkan ilmu-ilmu umum meski
sehari-hari, istilah pesantren biasa tidak menerapkan kurikulum
disebut dengan pondok saja atau nasional; (3) pondok pesantren yang
kedua kata ini digabung menjadi hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama
pondok pesantren (Qomar, 2003:1). dalam bentuk madrasah diniyah; (4)
Secara esensial, semua istilah ini pondok pesantren yang hanya
mengandung makna yang sama. sekedar menjadi tempat pengajian
Dalam bahsa Arab ―ma‘had‖ atau (majlis ta'lim); (5) pondok pesantren
pesantren adalah bangunan tempat untuk ma‘had anak-anak belajar
tinggal bagi kelompok orang untuk sekolah umum dan mahasiswa.
sementara waktu yang terdiri atas Di bawah ini disebutkan
sejumlah kamar, dan dipimpin oleh metode-metode pembelajaran yang
seorang kepala ma‘had (Depdiknas, bersifat tradisional menjadi trade
2002:72). mark pondok pesantren, yaitu: (1)
Definisi lain diungkapkan oleh metode sorogan; (2) metode
Dhofier (1982:18) pesantren berasal bandongan/wetonan; (3) metode
dari kata ―santri‖ yang diimbuhi musyawarah atau (bahtsul masa‟il);
awalan pe- dan akhiran-an yang (4) metode pengajian pasanan; (5)
berarti menunjukkan tempat para metode hafalan (muhafadzah); (6)
santri. Dalam perkembangan metode demonstrasi/praktek ibadah;
selanjutnya, pesantren adalah (7) metode rihlah ilmiyah (studi tour);
lembaga pendidikan dan pengajaran (8) metode muhawarah/muhadatsah;
Agama Islam, yang pada umumnya (9) metode mudzarakah; (10) metode
pendidikan dan pengajaran tersebut riyadhah (Depag RI, 2003:73-144).
terimplementasikan dengan cara Nashori (2011:17) tentang
nonklasikal, dimana seorang Kiai ―Kekuatan karakter santri‖
mengajarkan santri berdasarkan menerangkan bahwa ada 5 karakter
kitab-kitab bahasa arab dari yang menonjol pada santri yaitu: (1)
ulama‘-ulama‘ besar sejak abad Kebersyukuran (gratitude);(2)
pertengahan, sedangkan para Keadilan (fairness); (3) Kebaikan hati
santrinya tinggal dalam asrama. (kindness); (4) Kewargaan
Menurut para ahli, pondok pesantren (citizenship); (5) Harapan (hope).
baru dapat disebut pondok pesantren Menurut Kiai Sahal ada tiga
bila memenuhi 5 syarat, yaitu: (1) ada Karakter yang dimiliki Pesantren
kiai, (2) ada pondok, (3) ada masjid, yaitu: 1) teguh dalam hal aqidah
(4) ada santri, dan (5) ada pengajian dasar dan syari‘ah; 2) toleran dalam
kitab kuning (Tafsir, 2001:197). hal syari‘ah atau tuntunan sosial; 3)
Azizi membagi pondok memiliki dan dapat menerima sudut
pesantren atas dasar kelembagaan- pandang yang beragam terhadap
nya yang dikaitkan dengan system sesuatu permasalahan sosial dan 4)

66
menjaga dan mengedepankan digital dan simulasi dari semua
moralitas sebagai panduan sikap dan jenisnya. Semua hal-hal ini, dan
perilaku keseharian (Sahal Mahfudz, masih banyak lagi selain itu, yang
2005:1-2). terhubung bersama-sama, dalam
Hamid (2013:139) Nilai-nilai beberapa cara. Mereka adalah bagian
yang ditanamkan di SMK berbasis dari kelompok kerabat yang sama,
pondok pesantren adalah sebagai untuk meminjam dari Donna
berikut: (1) Nilai dasar: (a) tawassuth Haraway (2004a). Tapi dunia maya
(Moderat); (b) tawazun (seimbang);(c) juga ada di imajinasi, dalam fiksi,
tasamuh (toleran); (d) i‟tidal (adil). dalam cerita-cerita kami kirim diri
(2) Nilai Personal: (a) keimanan; tentang dunia ini (Bell 2001).
(b) ketaqwaan; (c) kemampuan baik; Cyberspace. A consensual
(d) disiplin; (e) kepatuhan; (f) hallucination experienced
kemandirian; (g) cinta ilmu; (h) daily by millions of legitimate
menutup aurat. (3) Nilai sosial: operators. … A graphic
(a) kemampuan baik dalam kinerja; representation of data
(b) sopan santun; (c) menghormati abstracted from the banks of
guru; (d) memuliakan kitab; (e) every computer in the human
menyayangi teman; (f) uswah system. Unthinkable
hasanah; (g) tawadzu‟; (h) do‘a guru; complexity. Lines of light
(i) berkah; (j) pisah antara siswa dan ranged in the nonspace of the
siswi. mind, clusters and
constellations of data. Like
3. Cyber Culture city lights, receding. (Gibson
1984: 67)
Cyber Culture berasal dari kata Hal yang sama berlaku untuk
―Cyber‖ dan ―Culture‖, Cyber pengalaman cyber cultural seperti
merupakan kata sifat (adjective) yang melihat film, chatting via ponsel, atau
mempunyai arti karakteristik budaya mengemudikan pesawat terbang.
komputer , teknologi informasi , dan Waktu dan tenaga kerja telah dibagi,
virtual reality Dan Culture dengan media menyajikan banyak
merupakan kata benda (noun) yang solusi masalah ini sudah diuraikan,
berarti the arts and other meninggalkan sedikit dari apa yang
manifestations of human intellectual mengeksekusi dalam hadir untuk
achievement regarded collectively. perhitungan di sini dan sekarang. Hal
cyber culture merupakan kondisi ini dengan mengikuti kesan istimewa
sosial yang ditimbulkan oleh yang kemajuan sejarah bahwa
meluasnya penggunaan jaringan teknologi semakin mengubah
komputer untuk komunikasi, keseimbangan ini; untuk
hiburan, dan bisnis. (Angus, menentukan cyber culture adalah
2012:12) untuk menyaksikan lebih lanjut dari
Ada sesuatu yang luas tentang salah satu asimetri tertentu yang
istilah ini, metafora ini untuk ruang mengikuti tujuan simultan dan saling
imajiner yang ada di, dan antara eksklusif meningkatnya kompleksitas
'perangkat komputasi' Saya suka konstruksi pada salah satu ujungnya
segala macam hal bersama-sama di untuk meningkatkan kemudahan
dunia maya; bukan hanya komputer penggunaan di sisi lain. Yang pasti,
dan perangkat lunak, tetapi juga rekor manusia memberikan ada
perangkat digital seperti MP3 player, model lain dari keberadaan kolektif di
atau BlackBerry, atau teknologi mana artefak sosial dibagi secara
pencitraan medis baru, animasi

67
radikal, menyelamatkan yang ings-terpopuler.html diakses
berakar dalam kebangkitan teknologi 20/7/2015 Pukul 09.30 Wib)
untuk tugas-tugas organik, mari kita
katakan pertanian dan transportasi - Gerakan Nasional Ayo Mondok
teknologi yang cakrawala sendiri
telah maju sejauh untuk mendapat 1. Arkeologi Gerakan Nasional
sejarah mereka sendiri (Fransisco, Ayo Mondok
2005:5). Pengguna internet Gerakan Nasional AyoMondok
mengakases 110 juta blog dilacak adalah inisiatif dari sejumlah
oleh teknokratik (http:// pengasuh pondok pesantren di Jawa
technoratimedia.com/about/). Timur dan Jawa Tengah yang
Spesialis menggunakan search prihatin dengan kondisi pendidikan
engine naik dari 63 juta pada awal di Tanah Air. Keprihatinan ini selalu
tahun diperkirakan 100 juta video muncul dalam setiap pertemuan
per hari yang ditonton di situs yang dihadiri oleh kalangan pondok
berbagi video seperti You Tube pesantren dalam satu tahun terakhir
(http://news.cnet.com/8301-13577_ ini. Pada 4 Mei 2014 para pengasuh
3-9973826-36.html?tag=nefd.top) pesantren yang tergabung dalam
lebih dari 123 juta pengguna media Rabithah Ma‘ahid Islamiyah
sosial facebook. dan rata-rata Nahdlatul Ulama (RMI-NU) tersebut
menggunakan perangkat handphone kemudian berkumpul di Surabaya
(HP), sosial media adalah aplikasi untuk mendiskusikan keprihatinan
terbanyak yang dipakai. tersebut. Pertemuan tersebut
―Social media is best melahirkan kesepakatan untuk
understood as a group of new merancang Gerakan Nasional Ayo
kinds of online media‖ Mondok. Kesepakatan tersebut juga
(Antony, 2014). menunjuk seorang Koordinator
Media sosial paling baik Nasional untuk mempersiapkan
dipahami sebagai sekelompok jenis launching bersama Pengurus Pusat
baru media secara online, Sosial Rabithah Ma‘ahid Islamiyah
media Secara umum adalah sebuah Nahdlatul Ulama (PP RMI-NU).
wadah (situs) yang menyediakan Bersamaan dengan hari lahirnya
fasilitas bagi pengguna internet Pancasila, soft launching Gerakan
untuk bisa menjalin komunikasi Nasional Ayo Mondok dilangsungkan
sehari-hari atau menjalin relasi di Gedung PBNU. Hadir dalam acara
bisnis dengan berbagai kalangan. ini para pengurus PW RMI-NU
yang mempunyai karakteristik : se-Jawa plus PW RMI-NU Kalimantan
Partisipasi, Terbuka, Diskusi, Barat serta sejumlah pengasuh
percakapan, Komunitas, terkoneksi. pesantren se-Jabodetabek.
Jenis – Jenis Sosial Media, Banyak
sekali jenis sosial media, namun pada 2. Lembaga Unggulan
intinya memang hanya satu, yaitu
Said Aqil mengungkapkan rasa
menjalin komunikasi secara online.
bangga sekaligus terharu dengan
ada beberapa sosial media yang
Gerakan Ayo Mondok yang digagas
paling sering digunakan oleh netizen
para Kyai dan Gus dengan semangat
yaitu Facebook, Twitter, Instagram,
untuk melestarikan dan
plus google, Sosial chat application
mempertahankan nilai-nilai, budaya
(BBM, WA, Telegram, Line, WeChat,
dan karakter pesantren. Gerakan Ayo
Path, dll). (http://www.evadollzz.
Mondok adalah kelanjutan atau
com/2014/09/top-10-social-network
action dari motto ―Kembali ke

68
Pesantren‖ yang telah dicanangkan semangat luar biasa untuk
dalam Muktamar NU di Makasar menjadikan pesantren sebagai
Maret 2010. ―Gerakan Ayo Mondok lembaga unggulan, bukan sekadar
merupakan action dari Kembali ke lembaga alternatif. Dia juga
Pesantren. Kembali ke pesantren mengajak masyarakat untuk
merupakan substansi dari khittah menjadikan pesantren sebagai
Nahdlatul Ulama. Kembali ke pilihan utama bagi pendidikan
pesantren artinya kembali ke ruuhul putra-putrinya.―Pesantren selama ini
ma‘had (ruh pesantren), kembali ke sudah terbukti menjadi lembaga yang
semangat pesantren, spirit paling imun terhadap berbagai
pesantren, karakter pesantren, gangguan yang merusak,‖ dan
nilai-nilai pesantren, akhlaq menghimbau kepada seluruh kyai,
pesantren‖. Gerakan Ayo Mondok pengasuh pesantren dan santri
harus menjadi momentum untuk untuk selalu menggelorakan gerakan
mencetak generasi yang akan datang ini sehingga pesantren dapat menjadi
menjadi generasi yang kuat, quwwah lembaga unggulan sebagaimana
fid din (kuat di bidang agama), dicita-citakan bersama. ―Gerakan ini
quwwah fil ilm (kuat di bidang ilmu), adalah bagian penting dari upaya
quwwah fis tsaqafah (kuat di bidang pelestarian nilai-nilai Islam
kebudayaan), quwwah fil hadlarah Nusantara untuk peradaban
(kuat di bidang peradaban), quwwah Indonesia dan dunia (Luqman,
fil akhlaq (kuat di bidang budi 1/6/2015). Gerakan ini adalah
pekerti), quwwah fin nasyathat wal ikhtiar kalangan pondok pesantren di
harakat (kuat di dalam perjuangan Tanah Air, khususnya yang
dan gerakan). ―Al-Qur‘an sudah tergabung dalam Rabithah Ma‘ahid
berpesan kepada kita agar jangan Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU),
sampai kita semua melahirkan mengajak masyarakat untuk
generasi yang akan datang adalah menjadikan pesantren sebagai
generasi yang dli‘afan (lemah) (Said pilihan utama bagi pendidikan
Aqil, 1/6/2016). putra-putrinya. Gerakan ini
Ketua Pengurus Pusat RMI-NU merupakan upaya serius para
Dr KH Amin Haedari menegaskan pengasuh pesantren untuk
bahwa Gerakan Ayo Mondok bukan menunjukkan kepada masyarakat
sekadar program. Karena gerakan bahwa pesantren bukan sekadar
maka seluruh elemen dari pesantren pilihan alternatif. Pesantren adalah
harus bersama-sama menyiapkan lembaga pendidikan unggulan, baik
dan bergerak untuk mensukseskan dari segi prestasi akademik maupun
gerakan ini. ―Begitu kita mendiklair dari segi kemampuan manajerial,
Gerakan Ayo Mondok, ini membawa leadership, dan networking. Dengan
konsekuensi kepada kita semua agar gerakan ini para pengasuh pesantren
pondok pesantren menyiapkan bersepakat untuk saling bahu
layanan pendidikan yang lebih baik membahu dan bekerja sama untuk
bagi orang-orang tua yang ingin terus meningkatkan layanan
menitipkan anak-anaknya di pondok. pendidikan yang berkualitas yang
(Amin Haidari, 1/6/2015) Sementara diimbangi dengan keimanan,
Koordinator Gerakan Nasional Ayo ketaqwaan dan akhlaqul karimah.
Mondok, KH Lukman Harits Pesantren adalah pewaris
Dimyathi menegaskan bahwa tradisi keislaman Wali Songo yang
gerakan ini diinisiasi oleh para Kyai menyebarkan Islam damai, santun,
dan Pengasuh Pesantren yang punya toleran dan sangat menghormati

69
tradisi lokal. Sebagaimana Wali lain tetap konsisten dengan model
Songo, pesantren selalu salafiyah (tradisional) murni, yakni
mengedepankan akhlaqul karimah. hanya mendalami kitab kuning yang
Di pesantren, para kiyai membimbing berisi khazanah keislaman klasik.
para santri untuk mendalami dan Pesantren semacam ini jumlahnya
mengamalkan nilai-nilai keislaman cukup besar, lebih dari 30% dari total
yang berpadu dengan tradisi, 27.230 pesantren (Data Kemenag,
budaya, dan kearifan lokal, sehingga 2012). Pesantren-pesantren inilah
menghasilkan pribadi-pribadi yang yang menghasilkan ulama-ulama
cinta Islam, berkomitmen penuh besar yang disegani berkat
terhadap NKRI, toleran dalam penguasaan khazanah keislaman
keberagaman, dan menyebarkan yang sangat mendalam.
Islam rahmatan lil ‗alamin. Dakwah Dengan adanya Peraturan
Walisongo, pada hakikatnya, adalah Menteri Agama (PMA) no. 13 tahun
proses pendidikan ummat yang 2014 dan no. 18 tahun 2014, lulusan
dilestarikan pesantren. Karena itu, pesantren (dengan persyaratan
pendidikan pada dasarnya bukan tertentu) diakui sederajat dengan
sekadar transfer ilmu. Pendidikan Madrasah Ibtida‘iyah (setingkat SD),
adalah proses membina generasi Madrasah Tsanawiyah (SMP) dan
menjadi pribadi mandiri, matang dan Madrasah Aliyah (SMA), sesuai
dewasa, baik secara intelektual, dengan level pencapaiannya. Dengan
sosial, maupun spiritual. Pendidikan demikian, lulusan pesantren bisa
adalah membangun generasi yang melanjutkan ke jenjang pendidikan
berkarakter. sekolah dan perguruan yang lebih tinggi (termasuk ke
tingngi di Indonesia tidak Perguruan Tinggi Negeri). Dengan
sepenuhnya menjawab kebutuhan kebijakan ini, lulusan pesantren
tersebut, prestasi akademik menjadi punya akses yang luas untuk bisa
obsesi utama yang nyaris abai dalam melanjutkan pendidikannya tanpa
membangun karakter. Dengan terhambat oleh problem administratif
kecenderungan demikian, tidak seperti sebelumnya. Alumni
heran jika pelajar maupun pesantren tidak hanya mahir dalam
mahasiswa terlibat dalam tawuran, bidang keagamaan, tetapi juga
minum-minuman keras, dugem, mampu mencapai prestasi akademik.
narkoba, sebagian sudah pernah Tentu saja, di atas semua,
berhubungan sex pranikah, curang pendidikan karakter melalui
dalam ujian nasional, dan pembinaan, pendampingan,
semacamnya. pembiasaan dan pengawasan selama
Dewasa ini sebagian besar 24 jam dapat membuat santri lebih
pesantren telah menyelenggarakan terlatih untuk mandiri secara
pendidikan formal, mulai dari intelektual, sosial dan spiritual.
pendidikan dasar hingga pendidikan Pendidikan karakter yang
tinggi tanpa kehilangan karakter belakangan ini ramai
pesantrennya. Prestasi akademik diperbincangkan adalah pengakuan
alumni pesantren yang tersebar implisit terhadap proses pendidikan
hampir di seluruh perguruan tinggi pesantren. Jauh sebelum isu
negeri di Indonesia cukup pandidikan karakter menjadi
membanggakan. Beberapa di perbincangan publik, pesantren
antaranya sempat menjadi lulusan sudah sejak lama melakukan
terbaik di kampusnya masing- gagasan tersebut. Pesantren adalah
masing. Sebagian pesantren yang

71
basis pendidikan karakter yang termasuk dalam soal alokasi
sesungguhnya. kebijakan.

3. Target Gerakan Nasional Ayo Hasil Penelitian dan


Mondok Pembahasan
Gerakan ini bertujuan memberi 1. Strategi Islam Nusantara:
pemahaman kepada masyarakat Gerakan Nasional AyoMondok
mengenai pentingnya pendidikan Islam Nusantara dipahami oleh
karakter melalui pesantren. Secara sebagian masyarakat sebagai jenis
lebih khusus, capaian yang Islam baru yang mempunyai ajaran
diharapkan dari gerakan ini adalah baru, padahal Islam Nusantara
sebagai berikut. merupakan perwujudan dari Islam
Pertama, pesantren berhaluan Aswaja, Islam yang rahmatan
Ahlussunnah Waljamaah yang lilalamin, Islam Ahlusunnah
berada di bawah naungan RMI, waljama‘ah sebagai madzhab dan
betul-betul menjadi lembaga manhajul fikr, ada yang merespon
pendidikan unggulan, bukan sekadar bahwa Islam Nusantara merupakan
lembaga pendidikan alternatif, metamorfosis dari Islam Liberal,
dengan memadukan kecakapan sebuah tuduhan yang tergesa-gesa,
akademik, sosial dan spiritual yang mereka belum mengenali Islam
akan membina santri menjadi Nusantara tetapi sudah menghakimi,
mandiri, matang dan dewasa. demikian pula dengan gerakan
Kedua, Masyarakat memahami nasional AyoMondok juga
pesantren secara lebih komprehensif. mendapatkan hal yang sama
Yakni pemahaman bahwa pesantren (Pro-Kontra).
tidak hanya soal kitab kuning, tetapi Ayo Mondok menyerukan
juga soal kepemimpinan, wujud kebangkitan santri di dunia
manajemen, administrasi, net- maya merupakan bentuk espektasi
working. Pesantren tidak hanya sekaligus antitesa terhadap gerakan
mengaji, tapi juga berprestasi. massif dunia cyber yang dilakukan
Ketiga, para pengasuh dan oleh kelompok intoleran, dalam
pengurus pesantren di bawah melancarkan misi dan agenda
naungan RMI-NU saling menopang, mereka. Massifitas gerakan mereka
saling mendukung dan saling bekerja tentu saja mengkhawatirkan banyak
sama untuk terus meningkatkan kalangan, terutama para santri yang
layanan pendidikan yang berkualitas. sejak awal merawat tradisi
Keempat, masyarakat menjadi kebangsaan dengan kelembutan dan
lebih tertarik untuk memilih kelenturan, tiba-tiba diserang dengan
pendidikan pesantren bagi virus-virus takfirisme dan gerakan
putra-putrinya. sparatis dan radikal lainnya. Kalau
Kelima, pemerintah memberi- mau merunut akar gerakan mereka
kan dukungan yang lebih riil kepada yang ―asal-asalan‖ tapi dibalut
pesantren. Kebijakan pemerintah dengan sistem yang rapi dan seolah
melalui PMA no. 13 Tahun 2014 dan menawan, maka mau tidak mau kita
PMA no. 18 Tahun 2014 sudah harus menelisik secara komprehensif
sangat membantu pesantren. Kami dampak positif-negatif kehadiran
berharap, dengan kebijakan ini, teknologi informasi yang melanda
pemerintah tidak lagi seluruh sendi-sendi kehidupan, di
mendiskriminasi pesantren, mana globalisasi sebagai kendaraan
utamanya dan kapitalisme sebagai

71
ideologi penggeraknya.Para aktivis terhadap gerakan ini terlihat ketika
intoleran selalu member respon netizen me-like fanpages facebook
negatif terhadap gerakan (FF): AyoMondok hingga 3.868 likes
AyoMondok, seperti membuat label dan memfollow twitter @ayomondok
JIL (Jaringan Islam Liberal) kepada sampai 4.057 followers. Berselang 3
gerakan apapun yang dilakukan oleh jam setelah soft launching gerakan
kaum muda NU, seperti halnya nasional AyoMondok (01/06/2015)
dengan gerakan nasional ―Ayo langsung menjadi trending topik di
Mondok‖ langsung diberi cap JIL oleh jagad twitter dengan tagar
mereka seperti pernyataan berikut #AyoMondok, gerakan ini menjadi
ini: topik yang paling banyak
JIL ingin memancing di air diperbincangkan di dunia maya
keruh, keritikan dan (International Top Trending Topic)
aktivitas kampanye ITJ masyarakat pengguna media sosial,
meresahkan dan mengham- khususnya Twitter, sahut menyahut
bat kaderisasi aktivis JIL. menyambut gerakan ini
Masyarakat sudah mulai (http://www.nu.or.id/a,public-m,din
cerdas dan tidak ingin amic-s,detail-ids,44-id,59908-lang,id
terpancing gaya promosi JIL -c,nasional-t,+AyoMondok+Jadi+Tre
yang menjual nama santri nding+Topic+Teratas+di+Twitter-.ph
dan pesantren sebagai px)
identitas mereka. Seharus- Beberapa tokoh yang ikut
nya pesantren bersih dari meramaikan #AyoMondok di
propaganda aktivis JIL yang twitterland adalah Menteri Agama
mengaku santri (http://www. Republik Indonesia Bapak H.
voa-islam.com/read/smart-t Lukman Saifuddin di akun twitternya
een/2015/06/08/37484/ha @lukmansaifuddin, Rois Am PBNU Dr
tihati-ajakan-sesat-ayo-mon (HC) KH. Mustofa Bisri
dok-oleh-jil-jaringan-islam-li @gusmusgusmu, Bapak Hanif
beral/ di akses 20/7/2015 Dzakiri (Kementerian Tenaga Kerja
Pukul. 19.30 wib). dan Transmigrasi), Bapak Marwan
Ayo Mondok merupakan Ja‘far (Menteri Desa dan
gerakan resmi PP RMI NU Pengurus Pembangunan Daerah Tertinggal),
Pusat Rabitah Ma‘ahid Islamiyah Goenawan Muhammad memberikan
Nahdlatul Ulama asosiasi pondok apresiasi positif terhadap gerakan ini,
pesantren Nahdlatul Ulama dan telah bagaikan bola salju yang semakin
di soft launcing oleh Pengurus Besar membesar, para santri (putra-putri)
Nahdlatul Ulama (PBNU) pada 1 Juni dari seluruh negeri dengan gaya
2015. Dalam pelaksanaannya, tim masing-masing menceritakan ten-
Ayo Mondok melayani pertanyaan- tang kisah di pesantren, fenomena ini
pertanyaan masyarakat memilih bisa dibaca sebagai bentuk apresiasi
pondok pesantren untuk putera- masyarakat terhadap pondok
puterinya melalui website www. pesantren, serta pesantren menjadi
ayomondok.com. Dalam website tumpuan masyarakat di tengah
tersebut berisi tentang informasi- globalisasi pendidikan yang kian
informasi tentang pondok pesantren mengkhawatirkan.
yang ada di bawah naungan RMI-NU Strategi gerakan nasional
(Asosiasi Pondok pesantren NU) AyoMondok lainnya yaitu Pertama,
agenda pondok pesantren, galeri menyiapkan pondok pesantren
pesantren dll., Respon positif percontohan yang sesuai dengan

72
harapan masyarakat (baik khususnya bagi guru dan staf.
masyarakat perkotaan maupun Ketujuh, Menginisiasi penguatan
pedesaan). Memberi pemahaman kurikulum untuk meningkatkan
yang komprehensif kepada kualitas pendidikan pesantren.
masyarakat mengenai kondisi Kedelapan, Memfasilitasi pesantren-
pesantren dewasa ini. Selama ini pesantren yang masih memiliki
masyarakat belum sepenuhnya kekurangan dan kelemahan di
tentang pesantren, sebagian masih bidang-bidang tertentu untuk
memandang pesantren secara sinis. memperoleh akses sumber daya yang
Dengan kampanye terus menerus, lebih luas dengan kebutuhannya.
diharapkan masyarakat memiliki Kesembilan, Membangun networking
pemahaman yang lebih lengkap dengan berbagai lembaga dan
tentang pesantren dan memiliki institusi di luar pesantren baik
ketertarikan untuk menjadikan pemerintah maupun swasta, di
pendidikan pesantren sebagai pilihan dalam maupun luar negeri.
utama. Networking ini diharapkan dapat
Kedua, Konsolidasi pesantren- membuka akses sumber daya yang
pesantren yang berada di bawah lebih luas guna peningkatakan
naungan RMI-NU untuk memperkuat kualitas pendidikan pesantren
kerja sama antar lembaga pendidikan (Lukman, 1/6/2015).
yang diselenggarakan pesantren.
Konsolidasi ini akan dilakukan 2. Faktor pendukung dan
secara berjenjang dan berkelanjutan penghambat Islam Nusantara;
melalui kepengurusan RMI-NU, Gerakan Nasional AyoMondok
khususnya Pengurus Cabang Dalam menjalankan suatu ide
RMI-NU di tingkat Kabupaten dan dan gerakan adalah sebuah
Kota. keniscayaan akan menemui
Ketiga, Melakukan pendataan hambatan maupun dukungan, ibarat
(database) pesantren-pesantren di sebuah pohon ketika tumbuh tinggi
bawah naungan RMI-NU dan maka angin akan semakin kencang
membuat profile, serta lembaga menerpanya, demikian juga dengan
pendidikan yang diselenggarakan Islam Nusantara; Gerakan Nasional
serta keunikan-keunikan masing- AyoMondok ada beberapa faktor
masing pesantren. Database ini pendukung dan penghambat antara
diharapkan dapat menjadi sumber lain:
informasi yang lengkap bagi
masyarakat yang ingin a. Faktor Pendukung
memondokkan putra-putrinya ke 1) Internal:
pesantren.  Tersedianya pondok-pesantren
Keempat, Rekrutmen santri di bawah naungan RMI NU.
baru melalui dunia maya. Kelima, RMI-NU sebagai asosiasi pondok
Mensosialisasi keunggulan kuriku- pesantren Nahdlatul Ulama yang
lum pondok pesantren melalui bertanggung jawab mengkoordi-
website dan sosial media. Keenam, nasi, mensinergikan, mengadvo-
Melakukan capacity bulding bagi kasi pondok pesantren, telah
lembaga-lembaga pendidikan di mempunyai struktur kepengurus-
bawah pesantren, baik dari aspek an yang lengkap mulai dari
manajemen, administrasi, leader- tingkah daerah sampai dengan
ship, maupun dari aspek proses tingkat pusat. RMI NU merupakan
pendidikan secara umum, potensi yang dimiliki NU untuk

73
menggerakkan gerakan nasional pendidikan mu‘adalah pondok
AyoMondok. pesantren. Pendidikan di pondok
 Menjunjung tinggi keilmuan pesantren di setarakan dengan
Pondok Pesantren terkenal dengan pendidikan formal.
lembaga yang menjunjung tinggi  Menyatu dengan masyarakat.
keilmuan, bahkan di dalam kitab Pesantren berdiri sesuai dengan
Ta‘limul Muta‘allim mensyaratkan kebutuhan masyarakat sekitar,
6 poin yang harus dipunyai para dan swadaya masyarakat,
pencari ilmu, (pertama, pesantren dan masyarakat adalah
kecerdasan; kedua, semangat dua hal yang saling mendukung.
mencari ilmu; ketiga, memiliki
kesabaran; keempat, mempunyai b. Faktor Penghambat
biaya; kelima, petunjuk guru dan 1) Internal:
keenam, waktu yang cukup.  Perbedaan pemahaman tentang
 Alumni pesantren meyebar dan makna Islam Nusantara; Gerakan
mengakar kuat Nasional AyoMondok.
Pondok pesantren banyak yang Karakteristik masing-masing
memiliki usia matang, seperti individual sangat beragam
pondok pesantren sidogiri, sehingga pemahaman tentang
Pesantren Tebu Ireng, Pesantren makna Islam Nusantara dan
Termas, Pesantren Tambak Beras, Gerakan Nasional AyoMondok
Pesantren Denanyar, Pesantren berbeda satu sama lainnya
Rejoso, Pesantren Salafiyah sehingga menimbulkan paradigma
Syafi‘iyah Situbondo, Pesantren yang berbeda pula.
Matholiul Falah Kajen, Pesantren  Kurangnya sosialisasi tentang
Lirboyo, Pesantren Krapyak, ―Islam Nusantara‖ sehingga orang
Pesantren API Magelang, mempunyai pemahaman yang
Pesantren Alfadlu Kaliwungu berbeda.
Kendal, Pesantren Kempek,  Letak geografis pesantren yang
Pesantren Cipasung, Pesantren kebanyakan di pedesaan dan
Suryalaya, Pesantren Sarang, daerah terpencil. Pesantren dalam
Pesantren Langitan dll, sejarahnya berada di daerah
mempunyai usia cukup matang, terpencil dan pinggiran karena
dan mempunyai alumni banyak selain ingin memberikan
yang tersebar di seluruh pelosok pelayanan kepada masyarakat
negeri. alumninya juga sudah pedesaan yang kurang mampu
mendirikan pesantren lagi di dalam hal pendidikan, juga
daerah masing-masing. merupakan upaya perlawanan
terhadap kolonialisme.
2) Eksternal  Belum maksimalnya pondok
 Peraturan Menteri Agama (PMA) pesantren dalam menyediakan
no. 13 Tahun 2014 tentang pelayanan terhadap masyarakat
Pendidikan Keagamaan Islam. perkotaan.
Yang berisi tentang pondok
pesantren, dan Madrasah 2) Eksternal
Diniyyah. (termasuk di dalamnya  Respon negatif oleh kelompok lain.
Pendidikan al Qur‘an dan Majelis Islam nusantara direspon oleh
Taklim). kelompok yang belum tahu sebagai
Peraturan Menteri Agama (PMA) jens Islam baru, anti arab, JIL dll.
no. 18 Tahun 2014 tentang satuan Demikian pula dengan Ayo

74
Mondok seetelah dilaunching 1 pesantren diakui memberikan warna
juni 2015, mendapat respon khas Islam Nusantara. Kaitannya
negatif oleh salah satu kelompok, sejarah Islam dipahami bahwa
mereka melabeli gerakan ini karakter keislaman di nusantara
dengan gerakannya JIL, ini strategi berkembang dan berkonstribusi dan
JIL dan lain sebagainya. keterlibatan para tokoh agama yang
 Adaptasi dengan lingkungan kemudian dikenal dengan sebutan
sekitar yang mempunyai latar kiai. Tapi keterlibatan kiai tidak
belakang berbeda. berdiri sendiri melainkan
Pesantren selalu berada di melanjutkan pola keberagaman yang
tengah-tengah masyarakat yang dibangun dan diritis oleh wali
mempunyai karakter dan latar Sembilan (wali songo) yang terkenal
belakang yang berbeda, sehingga ramah. Berbicara tentang geneologi
pesantren selalu bisa beradaptasi keilmuan, pesantren merupakan
dengan lingkungan sekitar secara satu-satunya lembaga pendidikan
cepat. yang masih menjunjung tinggi
tentang ―sanad‖ sanad keilmuan di
Analisis dan Pembahasan dunia pesantren merupakan hal yang
penting sanad adalah silsilah Kiai
Islam Nusantara merupakan mengaji kepada guru-gurunya, dan
tema resmi yan diangkat oleh panitia ketika awal membaca kitab kuning,
dalam Muktamar NU ke-33 di biasanya Kiai secara khusus
Jombang Jawa Timur ―Meneguhkan membacakan fatihah untuk
Islam Nusantara untuk Peradaban pengarang kitabnya (musonef) dan
Indonesia dan Dunia‖ tema ini ketika khatam ngaji, kiai
menuai pro dan kontra di berbagai memberikan sanad muttasil sampai
media, salah satunya di dunia maya, pengarangnya langsung.
bagi kalangan NU Islam Nusantara Memegang teguh
bukanlah suatu sekte atau aliran prinsip-prinsip idealisme, pesantren
baru, dan tidak dimaksud untuk mampu memunculkan tokoh-tokoh
mengubah doktrin Islam, Islam ―hebat‖ seperti Kiai-kiai yang tersebar
nusantara merupakan Islam yang di penjuru nusantara yang juga
toleran, damai dan akomodatif sebagian mendirikan pesantren.
terhadap budaya nusantara (Akhmad hebat berarti santri tersebut
Sahal, 2015:16). memberikan manfaat terhadap
Islam Nusantara menurut ilmu manusia disekitarnya, di pesantren,
nahwu bab idhofah bisa mempunyai santri bisa belajar semua keilmuan
arti tidak hanya makna lam, tapi juga mulai dari ilmu-ilmu Qur‘an, Hadis,
bermakna fii atau min, berarti Islam Fiqih, Tauhid, Akhlak, Tajwid,
untuk nusantara atau Islam di Tasawwuf dan sebagainya.
nusantara atau Islam dari Termasuk di dalamnya ilmu-ilmu
Nusantara. Islam yang rahmatan sains dan humaniora. Bahkan,
lilaalamin, Islam yang ramah damai seiring dengan berkembangnya
dan teduh (Mustofa Bisri, 2015:14). dinamika zaman, santri juga belajar
Islam Nusantara disebut oleh Gus berwirausaha. Dan yang paling urgen
Dur dengan ―Pribumisasi Islam‖ adalah bahwa di pesantren santri
Gerakan Nasional Ayo Mondok bisa mempunyai imun dari pengaruh
tidak terlepas dari namanya Pondok negatif (tawuran, narkoba, seks
Pesantren, Pesantren merupakan bebas dll.), yang kemudian mampu
lembaga pendidikan yang masih menjadikan pesantren sebagai
eksis sampai saat ini, keberadaan

75
prototipe ideal untuk pendidikan memiliki dan dapat menerima sudut
karakter oleh Kemendikbud beberapa pandang yang beragam terhadap
tahun yang lalu. Globalisasi sesuatu permasalahan sosial, orang
menawarkan keagamaan secara yang mempunyai sudut pandang luas
praktis (pelatihan sholat khusyu‘), membuat orang tersebut bijaksana
instan maka muncul ustadz karena mempunyai pandangan yang
dadakan. Pesantren masih luas, tidak suka menyalahkan orang
menjunjung tinggi nilai-nilai lain. 4) menjaga dan mengedepankan
kearifannya seperti istiqomah, moralitas sebagai panduan sikap dan
hormat kiai, hormat ilmu dll. perilaku keseharian. Moral atau
Sehingga santri di akui atau tidak sering disebut ahlak adalah
memiliki kelebihan daripada ustadz barometer Nabi Muhammad di
yang belajar secara otodidak. Konsep turunkan ke muka bumi yaitu untuk
Al-Muhafadzah ‗ala al-qodim al-salih menyempurnakan akhlak yang baik,
wa al-ahdu bi al-jadid al-aslah santri selalu menjaga ahlak
Mempunyai arti memelihara menghormati kepada yang lebih tua
(mempertahankan) tradisi yang baik, serta menyayangi kepada yang lebih
mengambil sesuatu yang baru muda.
(modernitas) yang lebih baik. Untuk itu sudah saatnya santri
Gerakan nasional AyoMondok sudah saatnya keluar dari comfort
merupakan penterjemahan dari zone, sebagai sebuah tanggung jawab
al-ahdu bi al-jadid al-aslah yang kaum santri untuk melakukan
berarti mengambil sesuatu yang baru counter dan tanding wacana serta
(modernitas) yang lebih baik. program yang lebih manusiawi, tidak
Kebangkitan pesantren di dunia mekanis, dan tentu saja berdimensi
maya merupakan salah satu bukti spiritual yang sakral. Santri sekarang
bahwa santri sekarang sudah mulai masih dalam zona nyaman (comfort
sadar betapa pentingnya berdakwah zone) di menara gading keilmuan
di dunia maya. #AyoMondok pesantren harus turun gunung ikut
membuktikan bahwa santri sekarang mewarnai, menulis dan meramaikan
sudah mampu menyesuaikan dengan konten di dunia maya dengan
zaman. tulisan-tulisan yang berkualitas yang
Menurut Kiai Sahal ada tiga mempunyai dasar keilmuan yang
Karakter yang dimiliki Pesantren mumpuni, strateginya yaitu dengan
yaitu: 1) teguh dalam hal aqidah 5M (Mengamati, Mencoba
dasar dan syari‘ah; aqidah Mengasosiasi dan Menanya, beliau
merupakan fondasi dari seseorang mencotohkan salah satu program
mukmin, untuk wilayah ini tidak stasiun televise tahfidz yang dikemas
mengenal istilah kompromi di bidang sedemikian rupa, menjadi menarik,
aqidah. Lakum dinukum waliya din padahal pondok pesantren
(bagimu agamamu dan bagiku merupakan gudangnya tahfidz
agamaku). 2) toleran dalam hal seperti pondok pesantren Yanbu‘ul
syari‘ah atau tuntunan sosial; dalam Qur‘an Kudus yang di bawah yayasan
bidang syari‘ah dan tuntunan sosial arwaniyah. Karena kita kalah dalam
santri di tuntut untuk kreatif dan mengemas ke media, maka para
mampu beradaptasi dengan santri saatnya berfikir kreatif di
lingkungan, seperti halnya dakwah dalam media sekarang, mulai
walisongo yang mampu berinovasi merencanakan, mengolah bahan dan
secara lembut dan mengajak menyajikan dengan sajian yang
masyarakat tanpa tau dia diajak. 3) menarik‖. Akhirnya santri di era

76
globalisasi dituntut tidak hanya alim 11. Membangun networking dengan
dalam ilmu agama saja tetapi juga berbagai lembaga dan institusi di
harus melek teknologi dan mampu luar pesantren baik pemerintah
menyesuaikan dengan maupun swasta, di dalam maupun
perkembangan zaman bergerak luar negeri.
bangkit dan ikut mewarnai di dunia Faktor pendukung dan
maya dengan konten-konten yang penghambat Islama Nusantara;
positif dan berbobot. Gerakan nasional AyoMondok, yaitu:
1. Faktor Pendukung Internal:
Simpulan Tersebar dan mengakarnya
Nahdlatul Ulama di masyarakat;
Islam Nusantara dan Strategi Mempunyai basis masa yang
Gerakan Nasional AyoMondok yaitu: banyak; Tersedianya
1. Menyamakan Pemahaman tentang pondok-pesantren di bawah
makna Islam Nusantara. naungan RMI NU; Menjunjung
2. Mensosialisasikan Islam tinggi keilmuan; Alumni pesantren
Nusantara meyebar dan mengakar kuat.
3. Menyiapkan pondok pesantren 2. Faktor Pendukung Eksternal:
percontohan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Agama (PMA)
harapan masyarakat no. 13 Tahun 2014 tentang
4. Konsolidasi pesantren-pesantren Pendidikan Keagamaan Islam;
yang berada di bawah naungan Peraturan Menteri Agama (PMA)
RMI-NU untuk memperkuat kerja no. 18 Tahun 2014 tentang satuan
sama antar lembaga pendidikan pendidikan mu‘adalah pondok
yang diselenggarakan pesantren. pesantren; Menyatu dengan
5. Melakukan pendataan (database) masyarakat.
pesantren-pesantren di bawah 3. Faktor Penghambat Internal:
naungan RMI-NU dan membuat Perbedaan pemahaman tentang
profile, serta lembaga pendidikan makna Islam Nusantara; Gerakan
yang diselenggarakan serta Nasional AyoMondok; Kurangnya
keunikan-keunikan sosialisasi tentang Islam
masing-masing pesantren. Nusantara; Letak geografis
6. Rekrutmen santri baru melalui pesantren yang kebanyakan di
dunia maya. pedesaan dan daerah terpencil;
7. Mensosialisasi keunggulan Kurang siapnya pondok pesantren
kurikulum pondok pesantren dalam menyediakan pelayanan
melalui website dan sosial media. terhadap masyarakat perkotaan.
8. Melakukan capacity building bagi 4. Faktor Penghambat Eksternal:
lembaga-lembaga pendidikan di Konflik Timur Tengah; Respon
bawah pesantren, negatif; Butuh proses dalam
9. Menginisiasi penguatan kurikulum beradaptasi dengan lingkungan
untuk meningkatkan kualitas sekitar yang mempunyai latar
pendidikan pesantren. belakang berbeda.
10. Memfasilitasi pesantren-
pesantren yang masih memiliki
Saran
kekurangan dan kelemahan di
bidang-bidang tertentu untuk Dalam belajar agama tidak bisa
memperoleh akses sumber daya disamakan dengan yang lainnya,
yang lebih luas dengan belajar agama memerlukan guru
kebutuhannya. yang guru tersebut belajar melalui
gurunya dan seterusnya, biasanya

77
disebut dengan sanad keilmuan yang kyaijawab.com, sufinews.com,
akhirnya sampai kepada Muallif islami.co, taklim.net,
(pengarang kitab) dan bahkan sampai www.aswj-rg.com, rumahfiqih.com,
Rosulullah Saw. Seperti salah satu pesantrenvirtual.com,
indikator dari Hadis Shohih yaitu fikihkontemporer.com,
sanad muttasil, Sanad muttasil aswajacenter.com, pastiaswaja.org,
berarti sanadnya bersambung alfachriyah.org, lirboyo.net,
sampai Rasulallah Saw. Tidak ada langitan.net, majalahlangitan.com,
yang putus (munqoti‘). Demikian juga aswajanucenterjatim.com,
keilmuan, dalam mencari ilmu metroislam.com, kajianaswaja.com,
seorang guru harus mempunyai teronggosong.com, nujateng.com,
sanad keilmuan yang tersambung muktamarnu.com,
sampai Rosulullah Saw. Maka sangat islamnusantara.com,
penting kepada para santri untuk monggongaji.net.
berhati-hati ketika membuka
browsing di internet karena
Website-website agama yang ada di Daftar Pustaka
Indonesia setelah diteliti oleh BNPT
(Badan Nasional Penanggulangan A. Mustofa Bisri, 2015, Islam
Terorisme) mayoritas mengajak ke Nusantara, Makhluk apakah itu?
radikalisme, sehingga sempat BNPT Islam Nusantara; dari Ushul
membekukan19 situs-situs tersebut, Fiqih hingga pemahaman
berdasarkan surat bernomor No kebangsaan.
149/K.BNPT/3/2015 tentang Abdurrahman Wahid, (2001),
Situs/Website Radikal ke dalam Pribumisasi Islam dalam
sistem filtering Kemkominfo. Pergulatan Negara dan
Ketika membuka internet untuk Kebudayaan, Depok:
menjawab pertanyaan seputar Desantara.
keilmuan agama, direkomendasikan Ahmad Baso, (2015), Islam Nusantara,
memakai search engine Ijtihad Jenius dan Ijma‘ Ulama‘
aswajanu.com atau islamuna.info Indonesia, Tangerang Selatan;
hindari menggunakan mesin pencari Pustaka Afid
google.com; website-website yang Akhmad Sahal, 2015, Kenapa Islam
direkomendasi ketika membuka Nusantara? Islam Nusantara;
internet: nu.or.id, dari Ushul Fiqih hingga
muslimedianews.com, pemahaman kebangsaan,
tasbihnews.com, islamtoleran.com, Bandung: Mizan.
arrahmah.co.id, ayomondok.com, Antony Myfield (2014). What is Social
saleeha.com piss-ktb.com, Media. E-Book
islamuna.info, sarkub.com, www.sxc.hu/profile/nickwinch
santri.net, islam-institute.com, di download di www.
kabarislamia.com, elhooda.net, iCrossing.com/ebooks pada
media-islam.co.id, liriksolawat.com, tanggal 20/7/2015 pukul 09.15
muslimmoderat.net, Wib
cyberdakwah.com, Azumardi Azra (2015), Jaringan
madinatuliman.com, Ulama Nusantara, Bandung:
majelisrasulullah.org, Mizan.
moslemforall.com, moslemdaily.com, Creswell, J.W. (1994). Reserach
mosleminfo.com, suaraalazhar.com, design qualitative & quantitative
aswajanu.com, suara-muslim.com,

78
approaches. California: Sage diakses tanggal 05/05/2015
Publications. hlm.176-178. Pukul 08.37 Wib.
Creswell, J.W. (2010). Research http://technoratimedia.com/about/
design ―Pendekatan http://www.engadget.com/2007/07
kualitatif,kuantitatif, dan /18/ins-and-outs-does-youtube
mixed‖. (Terjemahan Achmad -fit-on-the-boob-tube/
Fawaid). Yogyakarta: Pustaka http://www.evadollzz.com/2014/09
Pelajar, cet. 1. (Buku Asli /top-10-social-networkings-terp
diterbitkan 2009). opuler.html diakses 20/7/2015
Depag RI. (2003). Metode Pesantren. Pukul 09.30 Wib
Depag: detpekapontren ditjen http://www.nu.or.id/a,public-m,din
kelembagaan Agama Islam. amic-s,detail-ids,44-id,59908-la
Depdiknas. (2002). Kamus besar ng,id-c,nasional-t,+AyoMondok
bahasa Indonesia (KBBI). +Jadi+Trending+Topic+Teratas+
Jakarta: Balai Pustaka. di+Twitter-.phpx;
Dhofier, Z. (1982), The pesantren http://www.republika.co.id/ber
tradition, the role of the kyai in ita/dunia-islam/islam-nusanta
the maintenance of tranition ra/15/06/02/npb4qt-emnetize
Islam in Java. Arizona State nem-sambut-gerakan-nasional-
University: Program for ayo-mondok;
Southeast Asian Studies Uniten http://www.muslimedianews.c
Stated of America. om/2015/06/gerakan-nasional
---------------. 1982. Tradisi Pesantren. -ayomondok-jadi-top.html;
Jakarta: LP3ES. http://www.muktamarnu.com/
Fransisco J Ricardo. (2008). Cyber ayo-jangan-mondok.html;
and New Media. Amsterdam: http://berita.suaramerdeka.co
Rodovi. B.V. m/smcetak/mengakselerasi-ay
Hamid, A. (2013). Penanaman o-mondok/
Nilai-Nilai Karakter Siswa SMK http://www.voa-islam.com/read/sm
Salafiyah Prodi TKJ Kajen art-teen/2015/06/08/37484/h
Margoyoso Pati Jawa Tengah. atihati-ajakan-sesat-ayo-mondo
(Jurnal Pendidikan Vokasi, k-oleh-jil-jaringan-islam-liberal
Vol.3 Nomor.2 Juni 2013). / di akses 20/7/2015 Pukul.
Yogyakarta: Pascasarjana 19.30 Wib.
Universitas Negeri Yogyakarta. Jamali, Fahmi Arif Almuniri,
Hlm.139. ―Menggagas Pesantren Berbasis
http://news.cnet.com/8301-13577_ Riset: Dari Mengaji Ke Mengkaji‖
3-9973826-36.html?tag=nefd.to dalam Dialog Jurnal Penelitian
p dan Kajian Keagamaan, no. 61,
http://news.detik.com/read/2015/0 Tahun XXIX, Juli 2006, Jakarta:
3/30/210842/2874107/10/1/t Badan Litbang Agama dan
ambah-tiga-ini-22-website-yang Diklat Keagamaan Departemen
-diblokir-terkait-paham-radikal Agama RI.
diakses tanggal 05/05/2015 Karel A. Stenbrink, Recente
Pukul 08.37 Wib. Ontwikkelingen in Indonesich
http://news.detik.com/read/2015/0 Islammodericht, (terj.) Karel A.
3/30/210842/2874107/10/1/t Stenbrink dan Abdurrahman,
ambah-tiga-ini-22-website-yang Pesantren Madrasah, Sekolah:
-diblokir-terkait-paham-radikal Pendidikan Islam dalam

79
Kurikulum Modern, Publik Hearing Pengembangan
Jakarta:LP3ES, 1994), cet.2. Pesantren Hotel Syahid
Madjid, N. (2002). Modernisasi Yogyakarta 22-23 Juni 2005.
pesantren (kritik nurcholis Said Aqil Siraj (2015), Meneguhkan
terhadap pendidikan Islam Islam Nusantara, Surabaya: Khalista.
tradisional). Jakarta: Ciputat Sartono Kartodirjo, Pemberontakan
Press. Petani Banten 1888 (terj. Hasan
Marius Calin Popoiu, Gabriela Basari), (Jakarta:
Grosseck, etc. (2012). What do Pustaka:1994).
we know about the use of social Sugiyono. (2012). Memahami
media in medical education?. penelitian kualitatif. Bandung:
Jurnal online : Alfabeta.
www.sciencedirect.com Tafsir, A. (2001). Ilmu pendidikan
Procedia-Social and Behavioral dalam prespektif Islam.
Science 46. Bandung: Rosda.
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning,
Pesantren dan Tarekat,
Bandung: Mizan 1995.
Matthew, B., Miles, A. & Huberman,
M. (1994), Qualitative data
analysis. London: Sage
Publication, Inc. Moustakas, C.
(1994). Phenomenological
research methods. London: Sage
Publications.
Mudjiyanto, B & Kenda, N. (2010).
Metode fenomenologi sebagai
salah satu metodologi penelitian
kualitatfif dalam komunikologi.
(Jurnal penelitian komunikasi
dan opini publik, volume no.11).
Manado: Balai Pengkajian dan
Pengembangan Informasi dan
Komunikasi Indonesia.
Nurcholish Madjid (2015), Islam
Indonesia Menatap Masa Depan:
Aktualisasi Ajaran Ahlussunnah
Waljama‘ah, Bandung: Mizan.
Nashori, F. (2011). Kekuatan
karakter santri. (jurnal studi
agama millah, vol. xi no. 1
Agustus 2011). Yogyakarta:
Pascasarjana Universitas Islam
Indonesia.
Qomar, M. (2003). Pesantren dari
transformasi metodologi menuju
demokratisasi institusi.
Surabaya: Erlangga.
Sahal Mahfudz, Memahami Karakter
Islam di Pesantren, Seminar

81
SATU ISLAM DENGAN RAGAM PELABELANNYA
Oleh Hazbini, Hadiyanto Abdul Rachim, Dudi
(Universitas Padjadjaran,
e-mail: hazbini@gmail.com)

Abstrak
Pelabelan Nusantara atau Indonesia pada Islam pada hakikatnya tidak
membatasi universalisme Islam. Sementara itu watak, semangat,
cita-cita, atau visi Islam yang damai, bersahabat, bekerjasama,
maslahat adalah sesuai dengan misi Nabi Muhammad SAW. sebagai
rahmat bagi seluruh alam dan kewajiban manusia untuk
memakmurkan bumi ini. Dengan demikian pula, label-label ekstrem,
radikal, eksklusif, dan sejenisnya seharusnya bertentangan Islam
Nusantara.

Kata-Kata Kunci:
Satu Islam, pelabelan, Islam Nusantara

Pendahuluan Paper ringkas ini secara


selintas membahas nama atau label
Ungkapan ―Apa arti sebuah yang disematkan pada Islam dalam
nama‖ tidak sesuai dengan tradisi tema ―Islam Nusantara: Meneguhkan
dan peradaban Islam. Nabi Moderatisme dan Mengikis
Muhammad Saw. menyunnahkan Ekstremisme dalam Kehidupan
pemberian nama orang dengan Beragama‖. Pembahasan dalam
nama-nama yang baik dan paper ini tidak secara khusus
memakruhkan pemberian nama mengenai Islam Nusantara, namun
orang dengan nama-nama yang tidak secara umum mengenai belbagai
baik (Sabiq, 1977: 279-280). Dalam ragam label yang disematkan pada
tradisi ketatabahasaan Arab para ahli Islam sepanjang keterjangkauan atas
Nahwu yang tergolongkan ke dalam rujukan yang ada. Paper ini pun
dua aliran besar Kufah dan Bashrah. bukan merupakan satu laporan hasil
Mereka secara panjang lebar penelitian dari satu kasus tertentu,
memperdebatkan asal usul atau melainkan satu studi kepustakaan
derivasi ―ism‖ (Barakat, t.t.: 6-16). untuk kemudian secara deskripif
Sementara itu dalam ilmu dipaparkan bagaimana belbagai
kebahasaan (linguistik modern), ragam pelabelan Islam yang ada dan
bidang ilmu yang membahas maksud, selanjutnya bagaimana label-label itu
makna, dan informasi adalah bisa dirujukkan pada
Semantik (Verhaar, 1989: 124-131). sumber-sumber ajaran Islam yang
Sedangkan dalam ilmu sastra, dapat diterima. Atas dasar paparan
pemahasan hubungan antara tanda, sederhana ini diharapkan akan
petanda, penanda, dan rujukannya didapatkan pembahasan dan
merupakan pembahasan Semiotik simpulan hasilnya atas
(Vokkema, 1998: 210-215). permasalahan yang muncul dan
terkait dengan tema seminar ini.

81
Permasalahan pokok dalam datang ke kepulauan Nusantara;
paper ini dapat diformulasikan dalam terlepas dari apa yang maksudkan
pertanyaan apa arti belbagai nama dengan Nusantara itu juga Indonesia
atau label yang disematkan pada ataukah bukan. Namun dari tulisan
Islam itu ? Lalu ke mana dapat itu dapat dipahami maksudnya
dirujukkan pelabelan itu. Adapun di bahwa Islam Nusantara (kalau boleh
antara pelabelan pada Islam yang disebut demikian) atau Islam
akan dibahas berikut ini adalah Indonesia adalah Islam yang
Islam Nusantara, Islam Indonesia, bersahabat, damai, dan bekerjasama.
Islam Ekstrem, Islam Alternatif, dan Watak Islam yang lain
sematan-sematan lain yang menurut Wahid adalah rahmatan lil
dilekatkan pada Islam. ―alamin, yaitu bahwa Islam bukanlah
agama penghancur (penganjur ?)
Pembahasan kekerasan seperti yang dituduhkan
oleh beberapa penginjil di AS; akibat
Pembahasan berikut ini mengutip ayat sepotong-sepotong
meskipun tidak secara khusus atau tidak proporsional dan tidak
mengenai Islam Nusantara, namun komprehensif.
ada keterkaitan pemaknaan atau Adapun mengenai hubungan
maksud yang terkait dengan tema Islam Indonesia dan kebangsaan
Islam Nusantara. khususnya Pancasila, Wahid
1. Islam Nusantara/Islam mengutip deklarasi alim ulama pada
musyawarah nasional tahun 1983
Indonesia
yang isinya: (a) Pancasila bukan
Dalam satu tulisan
agama, tidak dapat menggantikan
Salahuddin Wahid dikemukakan
agama dan tidak dapat dipergunakan
bahwa agama Islam datang ke
untuk menggantikan agama; (b) Sila
kepulauan Nusantara bersama para
Ketuhanan Yang Maha Esa
pedagang atau pengusaha dari
mencerminkan tauhid menurut
Bagdad (Irak), Gujarat (India), dan
pengertian keimanan Islam; (c) Bagi
Cina. Meskipun ada pula teori lain
NU, Islam adalah akidah dan syariah,
yang dikemukakannya bahwa agama
dan (d) Penerimaan dan pengamalan
Islam yang datang itu berasal dari
Pancasila adalah perwujudan dari
Hadramaut karena sama-sama
umat Islam Indonesia untuk
berpaham Sunni Syafi‘i. Selanjutnya
menjalankan syariat agamanya
Wahid menuliskan bahwa profesi
(Harahap dkk, 2011: 52, 55).
para penyebar Islam itu
memengaruhi pendekatan yang
mereka gunakan maka mereka 2. Islam Mazhab Indonesia
menawarkan perdamaian, Islam Indonesia atau Islam
persahabatan, dan kerjasama dalam Mazhab Indonesia dilontarkan oleh
perdagangan. Pendekatan lain yang Abd A‘la dalam buku yang berjudul
digunakan pula adalah melalui Jahiliyah Kontemporer dan Hegemoni
pernikahan yang disebut sebagai Nalar Kekerasan : Merajut Islam
―penetration pacifique‖ serta media Indonesia Membangun Peradaban
lokal lainnya seperti wayang Dunia. Dalam buku tersebut
(Harahap dkk, 2011: 49). penulisnya menyerukan lewat bagian
Meskipun tulisan Wahid tulisannya Urgensi Islam Mazhab
tersebut diberi judul Pasang Surut Indonesia. A‘la menekankan
Islam di Indonesia, tapi di dalam pelajaran berharga dari sejarah Islam
tulisan itu dikemukakan Islam yang Indonesia agar membumikan dan

82
mengembangkan Islam yang lebih pada Islam sebagaimana dipaparkan
mengakar. Wujud konkret seruan terdahulu tidak membatasi
A‘la adalah perlunya menghindari universalisme Islam. Sementara itu
bentuk-bentuk formalisme telanjang watak, semangat, cita-cita, atau visi
yang dikembangkan generasi awal Islam yang damai, bersahabat,
muslim Indonesia (A‘la, 2014: bekerjasama, maslahat adalah sesuai
108-109). dengan misi Nabi Muhammad Saw.
Tulisan A‘la secara umum sebagai rahmat bagi seluruh alam
hamapir sama dengan apa yang dan kewajiban manusia untuk
dikemukan Wahid, terutama terkait memakmurkan bumi ini. Dengan
dengan sejarah Islam Indonesia; demikian pula maka label-label
namun yang dikutip di atas perlu ekstrem, radikal, eksklusif, dan
ditandai khususnya program yang sejenisnya seharusnya bertentangan
diusungnya dan bagaimana Islam Nusantara.
implementasinya dalam praktik
kehidupan keagamaan Islam di
Daftar Pustaka
Indonesia.
A‘la, Abd. 2014. Jahiliyah
3. Kelompok Ekstrem dan Kontemporer dan Hegemoni
Radikali di Indonesia Nalar Kekerasan : Merajut Islam
Indonesia Membangun
Menurut Azyumardi Azra
Peradaban Dunia. Yogyakarta,
bahwa kelompok ekstreme dan
LKiS,
radikal tidak terlalu relevan untuk
Islam di Indonesia. Hal ini Azra, Azyumardi. 1999. Konteks
disebabkan oleh setidaknya empat Berteologi di Indonesia
hal. Pengalaman Islam, Jakarta,:
Pertama, Islam di Indonesia Penerbit Paramadina.
sepanjang sejarahnya tidak pernah
al-Barakat, Al-Syaikh al-Imam Kamal
mengalamiektremisasi sebagaimana
al-Din Abi. t.t. al-Inshaf fi Masail
terjadi di Timur Tengah.
al-Khilaf Jilid I Beirut : Dar
Kedua, kaum muslim di
el-Fikr.
Indonesia pada umumnya bersifat
akomodatif (jika tidak dapat D.W. Fokkema & Elrud Kunne-Ibsch,
dikatakan) cenderung sinkretik. 1998. Teori Sastra Abad Kedua
Ketiga, Pancasila sebagai Puluh (terjemah J. Praptadiharja
dasar Negara secara esensial tidak & Kepler Silaban, Jakarta,
bertentangan dengan Islam. Gramedia Pustaka Utama,),
Keempat, Pemerintahan Harahap, Oky Syaeful Rahmadsyah,
Indonesia dapat dikategorikan dkk. (Ed.), 2011. Mencari
sebagai soft-regime yang toleran dan Indonesia : Meninjau Masa Lalu
tidak represif terhadap Menatap Masa Depan Sebuah
kelompok-kelompok yang dapat Tinjauan Kultural. Jatinangor,
berpotensi untuk menjadi ekstreme LPPMD Unpad bekerjasama
dan radikal (Azra, 1999: 96-97). dengan PSKN-FH Unpad dan
YES Indonesia.
Penutup
Sabiq, Al-Sayyid, 1977. Fiqh
Sebagai penutup pembahasan al-Sunnah Jilid III, Beirut, Dar
ini dapat diajukan simpulan bahwa el-Fikr,
pelabelan Nusantara atau Indonesia

83
Verhaar, J.W.M., 1989. Pengantar
Lingguistik, Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press.

84
ANCANGAN STRATEGI PEMBAHARUAN KEBUDAYAAN
DALAM KONTEKS ISLAM NUSANTARA

Oleh Pudji Pratitis Wismantara


(UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
e-mail: vismantara@yahoo.co.id)

Abstrak
(Agama) Islam dan (Budaya) Nusantara adalah dua entitas yang saling
berkesepasangan, di mana keduanya mengandung sifat kesemestaan
dan kesetempatan, teks dan konteks, keluasan dan kedalaman,
substansi dan wujud. Jika kita merunut pada sejarah masalalu,
peradaban muslim Nusantara bisa tampil dengan karakter lokal yang
kuat sehingga bisa memberi pengaruh kepada wilayah-wilayah
peradaban di sekitarnya. Setiap lokalitas niscaya memiliki ekspresi
spiritualitas masing-masing, sehingga, wujud kebudayaan muslim
Nusantara tidak harus sama dengan wujud kebudayaan muslim di
belahan bumi lainnya. Hakikat Islam seharusnya dihadirkan dalam
konteks bahasa kaum (ruang-waktu) setiap lokalitas, seperti Arab, Cina,
Nusantara, dan sebagainya. Pembaharuan kebudayaan muncul dari
tuntutan fitrah manusia dan alam semesta, yang menyertakan
nilai-nilai luhur atau islami dan diejawantahkan sesuai dengan
konteks kekinian zaman dan kesetempatan Nusantara. Pembaharuan
ini bermanfaat untuk mempersiapkan masa depan kebudayaan yang
lebih baik pada ruang budaya muslim Nusantara. Dengan demikian,
kita perlu membangun sebuah bidang-pijak dalam rangka persiapan
tersebut melalui dua langkah pembaharuan. Langkah pertama adalah
membaca ulang inti dasar karakter Islam Nusantara. Langkah kedua
adalah menuliskan kembali inti dasar karakter tersebut ke dalam
kebaruan kebudayaan muslim Nusantara. Dengan mengambil contoh
Rumah Jawa (Omah), tulisan ini adalah untuk menemukan kembali
dan mengembangkan inti dasar karakter Rumah Jawa, sehingga bisa
hadir kebaruannya dalam konteks kekinian.

Kata-Kata Kunci:
Pembaharuan budaya, Islam Nusantara, bahasa kaum, membaca,
menuliskan kembali

Pendahuluan: Islam Nusantara teks dan konteks, ajaran langit


dan Pembaharuan Kebudayaan (samawi) dan tradisi bumi (ardhi),
(Agama) Islam dan (Budaya) keluasan dan kedalaman, substansi
Nusantara adalah dua entitas yang dan wujud, atau titik (energi) dan
saling berkesepasangan, di mana garis (materi). Jika kita merunut
keberpasangan keduanya mengan- pada sejarah masa lalu, peradaban
dung gabungan sifat yang muslim Nusantara bisa tampil
komplementer, seperti kesemestaan dengan karakter lokal yang kuat
(universal) dan kesetempatan (local), sehingga bisa memberi pengaruh

85
kepada wilayah-wilayah peradaban di lokal, atau menyaring budaya agar
sekitarnya. Hakikat Islam sesuai nilai Islam.
seharusnya dihadirkan dalam Islam Nusantara dimaksudkan
konteks bahasa kaum (ruang-waktu) sebuah pemahaman keislaman yang
setiap lokalitas, seperti Arab, Cina, bergumul, berdialog dan menyatu
Nusantara, dan sebagainya (Pangarsa, dengan kebudayaan Nusantara,
2006). Setiap lokalitas niscaya dengan melalui proses seleksi,
memiliki ekspresi spiritualitas akulturasi dan adaptasi (Abdul
masing-masing, sehingga, wujud Mun‘im DZ, 2010). Dengan demikian,
kebudayaan muslim Nusantara tidak Islam Nusantara bisa didudukkan
harus sama dengan wujud sebagai metode (manhaj) atau model
kebudayaan muslim di belahan bumi berpikir dan berkebudayaan, yang
lainnya. mampu memberi solusi terhadap
Islam Nusantara adalah Islam masalah-masalah kehidupan secara
yang berkarakter Indonesia, yang benar, tepat, pasti dan bijaksana,
menunjukkan perpaduan nilai Islam dalam upaya mewujudkan
teologis dengan nilai-nilai tradisi, kemaslahatan (kebaikan dan
budaya, dan adat istiadat Nusantara kemanfaatan) demi tercapainya
(Bizawie, 2015). Islam Nusantara kesetimbangan semesta alam dan
menunjukkan kearifan identitas manusia, serta keselamatan bersama.
budaya setempat yang tidak Sebagai metode atau model
bertentangan dengan nilai dan ajaran berkebudayaan, Islam Nusantara
Islam, namun justru mensinergikan mengemban tugas mewujudkan sifat
nilai Islam dengan nilai adat istiadat rahmatan lil ‗alamin, yaitu anugerah
setempat di Nusantara. Sebelum bagi semesta raya.
Islam datang, Nusantara telah Untuk mempersiapkan masa
memiliki ajaran-ajaran dan nilai-nilai depan kebudayaan Islam Nusantara
kearifan yang mapan. Kehadiran yang lebih baik diperlukan langkah
Islam tidak untuk merusak atau pembaharuan (tajdid,
menantang kearifan-kearifan tradisi recontextualization) kebudayaan
itu, tetapi justru sesuai fitrahnya untuk menghadapi
menyempurnakannya. Manusia perkembangan zaman yang selalu
Nusantara dahulu sangat terbuka berubah (Baso, 2015). Pembaharuan
terhadap keyakinan agama Islam. kebudayaan ini meniscayakan
Namun, mereka tak mau ketika adanya dua prinsip, yaitu
harus "diarabkan" dan "diwahabikan", ―al-muhafazhah‖ (pelanggengan
sebagaimana mereka juga menolak tradisi) dan ―al-akhdzu‖ (penggerakan
mati-matian saat hendak tradisi). Kedua prinsip ini harus
"diinggriskan", "diamerikakan", dan berjalan seimbang dan tak boleh
"diliberalkan". Pertemuan Islam saling berbenturan. Dengan
dengan adat dan tradisi Nusantara berpegang pada pembaharuan ini,
itu kemudian membentuk sistem pengembangan kebudayaan akan
kebudayaan secara kompleks selalu kontekstual dan relevan
sekaligus unik. Dalam tataran dengan semangat dan dinamika
praksisnya, membangun Islam zaman, dengan tetap berangkat dari
Nusantara adalah memasukkan nilai tradisi masing-masing lokalitas.
Islam ke dalam nilai dan wujud Pembaharuan kebudayaan
budaya lokal, atau mengambil nilai Islam Nusantara muncul dari
Islami untuk memperkaya budaya tuntutan fitrah manusia dan alam
semesta, yang menyertakan

86
nilai-nilai luhur atau islami dan tradisi lokalnya. Atau yang ketiga,
diejawantahkan sesuai dengan diwujudkan dari filosofinya.
konteks kekinian zaman dan Proses induktif adalah proses
kesetempatan Nusantara. penyimpulan, yang berfungsi untuk
Pembaharuan ini bermanfaat untuk memahami makna dan hakikat,
mempersiapkan masa depan hikmah-pelajaran, atau inti dasar
kebudayaan yang lebih baik pada karakter kebudayaan yang ada di
ruang budaya muslim Nusantara. balik fenomena kasat-mata
Dengan demikian, kita perlu kebudayaan. Proses induktif atau
membangun sebuah bidang-pijak proses pemahaman ini, berangkat
dalam rangka persiapan tersebut dari sisi intelektual terlebih dahulu
melalui dua langkah pembaharuan. dengan mempelajari apa yang dibaca
Langkah pertama adalah membaca atas fenomena kebudayaan, dan
ulang inti dasar karakter Islam selanjutnya mengambil keputusan
Nusantara. Langkah kedua adalah pemahaman dengan intuisi, aktivitas
menuliskan kembali inti dasar spiritual atau ruhaniyah. Untuk bisa
karakter tersebut ke dalam wujud memahami inti dasar karakter
kebudayaan muslim Nusantara yang kebudayaan, kita perlu membaca
serba baru. fenomena yang kasat-mata di tiap
lokalitas dengan benar, tepat, pasti,
Membaca dan Menuliskan dan bijak terlebih dahulu. Ada
Kembali Kebudayaan Baru esensi-universal di balik setiap
1. Proses Membaca (secara fenomena eksistensi-lokal
Induktif) untuk Memahami kebudayaan, yang hanya dapat
Upaya menemukan kembali inti dipahami dengan ketajaman akal
dasar karakter sebuah kebudayaan yang terpadu menjadi satu-kesatuan
yang bertradisi lama, dicapai dengan dengan kehalusan rasa. Pemahaman,
melakukan ―proses membaca‖ secara yang lebih cenderung bersifat
kritis atas fenomena, informasi, induktif bekerja di dataran keluasan
kabar atau pengetahuan kebudayaan intelektual dan harus
yang telah ada tersebut dengan dipersambungkan ke arah
menggunakan metode induktif kedalaman spiritual.
(Pangarsa, 2011). Langkah pembaca-
annya menyertakan proses 2. Proses Menulis Kembali
kognitif-eksplanatif (penalaran (Secara Deduktif) untuk
sebagai alat-baca intelektual) yang Mengerti
diikuti oleh proses intuitif-aplikatif Setelah mengetahui makna dan
(intuisi sebagai alat-baca spiritual), hakikat yang berupa inti dasar
hingga kita mendapatkan inti dasar karakter kebudayaan tersebut,
karakter kebudayaannya, yang dilanjutkan dengan upaya
berupa makna dan hakikat di balik mengembangkannya melalui proses
wujud fisik kebudayaan. Inti dasar ―menuliskan kembali‖ hasil
karakter ini didapatkan dari pembacaan kebudayaan (Pangarsa,
kedalaman yang berbeda-beda, yaitu 2011). Proses ―menuliskan kembali‖
pertama, dari yang paling kasat mata karakter dasar ini dicapai dengan
seperti ciri morfologi bentuknya menggunakan metode deduktif.
(sosok-siluetnya, bahan, atau Upaya penulisan (perancangan) ini
kenangan dari unsur budayanya). juga menyertakan proses
Juga dari yang kedua, intuitif-aplikatif dan dilanjutkan
konsep-konsep dan semua nilai dengan proses kognitif-eksplanatif,

87
sebagai langkah mengejawantahkan karakter kebudayaan ke dalam
inti dasar karakter arsitektur ke rancangan baru secara benar, tepat,
dalam rancangan arsitektur baru pasti dan bijak, dengan berangkat
yang mengkini. dari sisi kedalaman spiritual (intuisi
Proses deduktif adalah proses sebagai alat-baca spiritual), yang
pengertian, yang bekerja di ranah diikuti oleh sisi keluasan intelektual
kedalaman spiritual dan memerlukan (penalaran sebagai alat-baca
transformasi di jalur intelektual. intelektual). Ada perwujudan
Pengertian dari kedalaman intuitif itu eksistensi-lokal kebudayaan baru,
tak akan dapat diterapkan tanpa yang hanya dapat dimengerti dengan
kesinambungannya dengan keluasan kehalusan rasa yang terpadu menjadi
intelektual. Untuk bisa mencapai satu-kesatuan dengan ketajaman
tahap mengerti akan suatu akal.
keputusan rancangan, kita perlu
mengejawantahkan inti dasar

ruhaniah (Pangarsa, 2006).


Bagan 1. Metode Membaca dan
Masing-masing proses deduktif dan
Menulis Kembali Kebudayaan dalam
induktif berlansung di ranah
Upaya Pembaharuan Kebudayaan
metaempirik. Dalam proses terpadu
Islam Nusantara Mengkini. (Sumber:
itu, proses intuitif-aplikatif sebagai
hasil analisis, 2016)
alat baca spiritual (lewat metode
intuisi) bekerja secara terpadu
3. (Keluasan) Intelektual dan dengan proses kognitif-eksplanatif
(Kedalaman) Spiritual sebagai alat baca intelektual (lewat
Pada proses berpikir induktif, metode penalaran).
terjadi berkesepasangan proses Pemahaman, yang lebih
deduktif yang berlangsung secara cenderung bersifat induktif, bekerja

88
di dataran keluasan (pengetahuan) kemanusiaan dan keselaras-serasian
intelektual dan harus dengan alam (Pangarsa, 2011).
dipersambungkan ke arah Bagaimana menanggapi perubahan
kedalaman itu dengan baik? Berkebudayaan
(perenungan-kontemplatif) spiritual. adalah berstrategi budaya dalam
Pengertian, yang mekanismenya menyikapi dinamika hidup dan
lebih bersifat deduktif, bekerja di kehidupan manusia. Bagi kaum
ranah kedalaman (kesadaran) cendekiawan, ada pilihan-pilihan
spiritual dan memerlukan yang harus diambil dengan
transformasi di jalur intelektual. keputusan yang benar, tepat, pasti
Pengertian dari kedalaman (intuitif) dan bijak. Untuk bisa sampai kepada
spiritual itu tak akan dapat keputusan ini, ia harus
diterapkan tanpa kesinambungan mendayamanfaatkan alat baca
dengan keluasan intelektual. intelektual (dengan metode penalaran)
Pemahaman dari keluasan dan alat baca spiritual (dengan
intelektual tak akan punya arah yang metode intuisi) secara terpadu.
benar tanpa kesinambungan dengan Berkebudayaan adalah memproses
kedalaman spiritual. tumbuh-kembangnya kebudayaan
sebagai bagian (kecil) dari kehidupan
4. Yang Berubah dan Yang Tetap manusia dan alam lingkungannya,
dalam Kebudayaan Baru demi tetap menjaga rajutan sistem
Wujud fisik kebudayaan adalah kesetimbangan semesta.
wujud eksistensi-lokal yang berupa
simbol dan fungsi jasadiyah. Wujud Studi Kasus Membaca dan
fisik ini bisa berupa informasi, kabar, Menuliskan Kembali Inti Dasar
pengetahuan kebudayaan yang Karakter Rumah Jawa
kesemuanya berada di ranah empirik Dengan mengambil contoh Rumah
(alam syahadah). Inti dasar karakter Jawa (Omah) sebagai salah satu
kebudayaan yang berada di balik unsur kebudayaan, tulisan ini adalah
fenomena kasat-mata, bersifat untuk menemukan kembali dan
esensi-universal yang berupa makna mengembangkan inti dasar karakter
dan hakikat ruhaniyah. Inti dasar Rumah Jawa, sehingga bisa hadir
karakter ini menunjuk kepada kebaruannya dalam konteks
hikmah-pelajaran yang bersifat kekinian. Langkah pertama adalah
esensi-universal dan berada di ranah membaca ulang inti dasar karakter
metaempirik (alam ghaib). Jika inti Rumah Jawa. Langkah kedua adalah
dasar karakter kebudayaan menuliskan kembali inti dasar
mengandung esensi-universal yang karakter tersebut ke dalam kebaruan
bersifat tetap, maka wujud fisik Rumah Jawa sebagai produk
kebudayaan mengandung kebudayaan muslim Nusantara.
eksistensi-lokal yang senantiasa
berubah. 1. Membaca Karakter Dasar 1:
Di ranah empirik, kebudayaan Konsep Kesetimbangan-
harus disikapi sebagai sebuah proses Berkesepasangan
yang terbuka (open-ending, bukan Upaya mengkinikan Rumah
hanya open-ended) dan selalu siap Jawa dimulai dengan merumuskan
untuk berubah (Pangarsa, 2011). Di karakter dasarnya dan dilanjutkan
ranah metaempirik, ada ketetapan dengan pengembangannya dalam
atau konstanta yang harus dipenuhi desain arsitektur. Menurut Revianto
oleh kebudayaan, yaitu rasa B. Santoso (2000), ciri utama Rumah

89
Jawa (Omah) adalah memiliki syarat keluar, tempat seseorang melibatkan
keterbukaan bermasyarakat di dirinya dalam hubungan sosial
wilayah luar dan keintiman tertutup dengan orang lain guna memosisikan
keluarga di wilayah dalam. Setiap status relatif dirinya dengan orang
rumah dalam konteks Nusantara lain.
mensyaratkan adanya keterpaduan Ruang tertutup memiliki
antara kehidupan pribadi dan orientasi ke dalam, berfungsi sebagai
masyarakat, vertikal dan horisontal, pelindung, bersifat gelap-privat-intim,
gelap dan terang, atau sakral dan dan dibatasi oleh selubung masif.
profan. Prinsip yang memadukan dua Dengan kondisi ini, seseorang yang
unsur secara komplementer ini bisa berada di dalamnya bisa
diistilahkan dengan prinsip mengaktifkan kesadaran spiritualnya
kesetimbangan-berkesepasangan. (perasaan, hati). Memasuki ruang
Prinsip ini dilandasi oleh firman Allah tertutup, berarti memutus interaksi
SWT berikut ini: ―Yang telah antara seseorang dengan lingkungan
menciptakan tujuh langit sekitarnya dan sekaligus
berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak mengaktifkan ―ruang‖ spiritualitas-
melihat pada ciptaan Tuhan Yang nya. Ruang tertutup adalah ruang
Maha Pemurah sesuatu yang tidak bagi seseorang untuk menarik
seimbang. Maka lihatlah dirinya dari keterlibatan personal
berulang-ulang, adakah kamu lihat dalam dunia luas, guna
sesuatu yang tidak seimbang?‖ (QS Al mengakumulasikan kekuatan dalam
Mulk [67]:3. ―Dan segala sesuatu dirinya.
Kami ciptakan berpasang-pasangan Kategorisasi utama hubungan
supaya kamu mengingat kebesaran sosial adalah keterkaitan antara
Allah‖ (QS Adz Dzariyat [51]:49) hubungan-hubungan yang
Prinsip kesetimbangan-berke- berorientasi keluar dan kedalam.
sepa-sangan mensyaratkan adanya Bagian dalam hunian adalah wilayah
dua entitas yang saling melengkapi seseorang untuk menarik dirinya dari
(complementer). Pada kasus rumah keterlibatan personal dalam dunia
Jawa misalnya, terbagi menjadi dua luas, guna mengakumulasikan
ruang, yaitu ruang terbuka dan ruang kekuatan dalam dirinya. Bagian
tertutup. Ruang terbuka memiliki depan hunian adalah wilayah yang
orientasi keluar, bersifat terang- berorientasi keluar, tempat seseorang
publik-formal, dan tidak dibatasi melibatkan dirinya dalam hubungan
―enclosure‖ masif, sehingga terjadi sosial dengan orang lain guna
resonansi getar ketenagaan antara memosisikan status relatif dirinya
seseorang yang memiliki berinteraksi dengan orang lain.
dengan tempat yang dipijaknya Rumah Jawa yang terbagi
beserta lingkungan sekitarnya. menjadi empat struktur dasar
Seseorang yang berada pada ruang (pendhapa, pringgitan, dalem, dan
terbuka bisa mengaktifkan kesadaran sentong), juga dilandasi oleh prinsip
intelektualnya (pikiran, akal). Dengan kesetimbangan-berkesepasangan.
menduduki ruang terbuka, seseorang Wilayah depan yang terdiri dari
merasa menguasai dan meng- pendhapa dan pringgitan memiliki
orientasikan dirinya atas tempat ini orientasi ke luar dan terhubung
sekaligus membuat batasan dengan dengan lingkungan di luarnya.
lingkungan sekitarnya yang masih Wilayah ini bersifat publik dan formal,
terlihat secara visual. Ruang terbuka ditandai dengan unsur ruang yang
merupakan ruang yang berorientasi terbuka, ternaung, beratap, dan

91
tanpa dinding. Wilayah ini secara Wilayah ini secara umum dipakai
umum dipakai untuk aktivitas untuk kegiatan penyimpanan,
keseharian yang menyimbolkan termasuk penyimpanan tubuh di
kesementaraan. Wilayah belakang kala tidur.
yang terdiri dari dalem dan senthong
memiliki orientasi ke dalam dan Tabel 1. Perbedaan Signifikan
terpisah dengan lingkungan luar. antara Wilayah Depan dan
Wilayah ini bersifat privat dan intim, Wilayah Belakang pada Rumah
ditandai dengan ruang yang tertutup, Jawa
terlindung, beratap, dan berdinding.
Pendhapa Pringgitan Dalem Senthong
Wilayah depan Wilayah belakang
Orientasi ke luar (duniawi) Orientasi ke dalam (ukhrowi)
terang (visible) Gelap (invisible)
Terbuka-ternaung-beratap-tanpa Tertutup-terlindung-beratap-berdinding
dinding
Terhubung dengan lingkungan luar Terpisah dengan lingkungan luar
Bersifat publik dan formal Bersifat privat dan intim
Simbol kesementaraan Simbol keabadian
Potensi intelektual (pikiran-akal) Potensi spiritual (perasaan-hati)
fikr (pikiran-akal) dzikr (perasaan-hati)
amal shaleh (kehendak)
mengumpulkan atau menyatukan
2. Membaca Karakter Dasar 2: dua entitas yang berbeda
Konsep Manjing (terang-gelap, transenden-imanen,
Rumah Jawa yang terbagi maskulin-feminin), tapi pada proses
menjadi lima struktur dasar generatif. Manjing adalah menyatu
(pelataran, pendhapa, pringgitan, utk sebuah proses kebaharuan
dalem, dan krobongan), juga dalam kehidupan, bertujuan untuk
dilandasi oleh prinsip manjing. keberkelanjutan, yang membawa
Prinsip manjing adalah prinsip yang dampak bagi penghuninya. Prinsip
memadukan dua entitas atau unsur ini dilandasi oleh firman Allah SWT
secara komplementer. Prinsip ini berikut ini: ―Sesungguhnya Kami
menunjuk kepada dua entitas yang telah menciptakan manusia dari
dipertemukan dan disatukan setetes mani yang bercampur (antara
(di-awor-ake). Kedua entitas ini saling benih lelaki dan perempuan) yang
dipertautkan, keduanya tidak saling Kami hendak mengujinya (dengan
mengunci dan menguasai. Keduanya perintah dan larangan), karena itu
saling ada secara bersamaan, dan Kami jadikan dia mendengar dan
saling bekerjasama menjalankan melihat‖ (QS. Al-Insaan [76]:2)
peran masing-masing. Keduanya Ruang bukan hanya teritori,
dipertemukan dan disatukan tetapi juga energi yang ―manjing‖ ke
(di-awor-ake). Makna awor di sini dalam rumah, yang bisa berwujud
adalah penyatuan secara intim untuk cahaya, bunyi, gerak, atau
menghasikan entitas yang lebih baru gelombang. Energi cahaya pada
(anak/keturunan). Sehingga ruang rumah Jawa memunculkan
penyatuan ini tidak sekadar entitas terang dan gelap. Menurut
pertemuan atau perpasangan, tetapi Prijotomo (2009), ruang di Jawa
kepada perkawinan. Dalam konsep adalah sebuah kehadiran dan atau
manjing, omah tak hanya penghadiran; bukan ke-ada-an dan

91
atau peng-ada-an dari ke-tiada-an. hanya menghadirkan gelap atau
Ruang terbuka dan rong adalah kegelapan. Ruang terbuka (yang
sebuah penghadiran, sebuah terletak di area pelataran)
kehadiran, bukan diadakan meniadakan kehadiran gelap, dan
melainkan dihadirkan. Pada rumah menghadirkan terang dan sinar
Jawa, rong (yang terletak di area matahari.
krobongan) meniadakan kehadiran
terang dan sinar matahari, dan
area terang area gradasi terang-gelap area gelap

terang gelap
(visible) (invisible)
orientasi ke orientasi ke
luar dalam
publik dan privat dan
formal intim
area kita area saya
Simbol ke- simbol
sementaraan keabadian
potensi latar pendhapa pringgitan dalem krobongan potensi
intelektual spiritual
(mind-intellect) (feel-heart)
terkoneksi terpisah
dengan dengam
lingkung-luar lingkung-luar

Area
transisi/mediasi

“guru” sector – reminder peg of verticality in


the horizontal gradations area

ruang adalah kombinasi dari terang


Bagan 2. Ilustrasi Konsep Manjing dan gelap, juga cerlang dan bayang.
yang Merupakan Dua Entitas yang Secara praksis, penghindaran
Saling Menyatu dalam Rumah Jawa. keadaan ekstrem terang atau gelap
(Sumber: hasil analisis, 2015) itu dilakukan dengan memunculkan
rong-rongan atau rongan, yang
Bagi pemikiran Jawa, keadaan maksudnya adalah seperti rong.
yang ekstrim bukan hal yang baik, Rong-rongan adalah sebutan bagi
dan dengan demikian sebaiknya daerah yang dikelilingi oleh empat
dihindari. Penghindaran itu sokoguru, dan terletak di sektor
dilakukan dengan membuat gradasi pendhapa dan dalem. Daerah ini
ruang yang terletak di antara kedua diyakini sebagai seperti rong, bukan
kondisi ekstrem (terang dan gelap). rong yang sesungguhnya. Daerah ini
Bayang-bayang di sini merupakan tidak memiliki bayang-bayang yang
campuran antara gelap total dengan gelap total, melainkan
terang total. Membuat ruang adalah bayang-bayang yang hanya beratap
membuat kehadiran dari terang dan semata. Menghadirkan ruang adalah
gelap dalam perbandingan kombinasi menghadirkan terang dan gelap
yang bisa sangat beragam (bayang-bayang) secara bersamaan.
intensitasnya. Dengan kata lain, Meskipun rong memiliki kegelapan
total sekaligus keterisolasian dari

92
lingkungan sekitarnya, rong-rongan sini tidak dilihat sebagai jalan untuk
adalah rong yang telah melintas dan berlalu, tetapi gang
tertransformasi menjadi daerah memiliki makna baru sebagai ruang
bayang-bayang. Penghadiran ruang ―terbuka‖ milik kita. Gang di
dengan demikian adalah penghadiran kampung-kampung di Jawa
bayangan yang menaungi, yang bukanlah jalur jalan, karena gang itu
meneduhi. Menurut Prijotomo (2009), bukan tempat untuk melintas atau
matahari bukan ancaman, dan untuk berlalu (meskipun bisa dan
karena itu orang Jawa tak harus boleh dijadikan tempat berlalu atau
melakukan tindakan bersembunyi melintas). Gang-gang di kampung
atau berlindung, bukan menghindari merupakan ruang bersama, di mana
terik matahari, dan menempati kita sebagai pemiliknya, bukan aku.
naungan atau teduhan yang adalah
daerah bayang-bayang. 3. Membaca Karakter Dasar 3:
Bayang-bayang menunjukkan Konsep Perjalanan Intelek-
kehadiran ruang, adalah juga ruang Spiritual (Mukasyafah)
yang dihadirkan. Pembagian ruang pada Rumah
Menurut Pangarsa (via Jawa (yang terdiri dari pendhapa
Prijotomo, 2009), pelataran bukan pringgitan, dalem, dan krobongan)
bagian luar dari omah (yang ada di dimaknai orang Jawa sebagai proses
dalam), tapi merupakan salah satu perjalanan sangkan-paran (Hidayat,
bilik dari omah bersama dengan 2009). Hal tersebut ditunjukkan
bilik-bilik yang lain. Pada pelataran, dengan adanya perjenjangan hierarki
terang menjadi tak terhalangi, pada struktur utama ruang
sedangkan pada bangunan, terang (pendhapa, pringgitan, dalem,
menjadi terhalangi. Pelataran bukan senthong), yang memiliki perbedaan
bagian luar dari rumah dan karakteristik antara satu sama lain.
bangunan (yang adalah dalam), Sangkan paran di sini berarti arah
melainkan sebuah rumah atau datang dan pergi, yang memiliki titik
bangunan yang tanpa penghalang asal dan titik tujuan. Dalam ajaran
terang. Dengan demikian, pelataran Jawa, sangkan-paran manusia
adalah salah satu bilik dari rumah dianggap sedang dalam perjalanan
atau bangunan. Pelataran adalah hidup. Dalam kegiatan keseharian,
tempat yang terang, dan karena itu manusia tidak tinggal menetap di
menjadi terlihat, sedangkan rumah sepanjang ruang lintasan perjalanan
atau bangunan adalah tempat yang (pendhapa, pringgitan, dalem,
gelap dan menjadi tak terlihat. Publik senthong). Ruang lintasan ini hanya
dan privat lalu dimengerti dari difungsikan untuk aktivitas
tingkat keterlihatan, bukan oleh keseharian yang bersifat temporer
perbuatan, kegiatan, atau kegunaan. dan tidak untuk ditinggali. Ada
Pelataran di Jawa dibarengi pula saat-saat perjalanan perlu istirahat,
oleh sederetan ruang terang lainnya berhenti, diam sejenak, sebelum
seperti pekarangan dan kebon. meneruskan perjalanan lagi.
Pekarangan dan kebon menjadi Kegiatan bertempat tinggal secara
daerah milik aku. Gang yang berada tetap berada di area gandok, yang
di luar area rumah, adalah daerah berada di samping atau belakang
milik kita. Di semua ‗ruang terbuka‘ area dalem. Demgan demikian,
itu, pagar tidak dikenal kecuali bila rumah Jawa memiliki dua prinsip
sudah menunjuk pada milik aku (di ruang, yaitu prinsip perjalanan
pekarangan dan kebon saja). Gang di intelek-spiritual dan prinsip berhuni

93
atau tinggal. Prinsip ini dilandasi oleh orang-orang yang berbuat kerusakan‖
firman Allah SWT berikut ini: ―Maka (QS. Al-Qashash [28]:77)
apakah orang-orang yang dibukakan
Allah hatinya untuk (menerima) Perjalanan sangkan-paran
agama Islam lalu ia mendapat cahaya adalah perjalanan menuju Allah Yang
dari Tuhannya (sama dengan orang Maha Esa. Sangat tepat jika
yang membatu hatinya)? Maka perjalanan ini menggunakan prinsip
kecelakaan yang besarlah bagi La Illaha Illallah. Menurut Emha
mereka yang telah membatu hatinya Ainun Nadjib (2005), prinsip La Illaha
untuk mengingat Allah. Mereka itu bermakna yang bukan Tuhan yang
dalam kesesatan yang nyata‖ (QS Az mana saja. Dalam kehidupan ini tak
Zumar [39]:22). ―Dan carilah pada ada yang pantas dituhankan, tak
apa yang telah dianugerahkan Allah memiliki kelayakan untuk dijunjung
kepadamu (kebahagiaan) negeri paling tinggi, untuk dibela sampai
akhirat, dan janganlah kamu mati: raja, kuasa, harta, benda, dan
melupakan bahagianmu dari lain-lain. Prinsip Illallah berarti hanya
(kenikmatan) duniawi dan berbuat Allah yang memiliki kedudukan,
baiklah (kepada orang lain) kekuatan, dan fungsi semacam itu.
sebagaimana Allah telah berbuat baik, Rumah Jawa merepresentasikan
kepadamu, dan janganlah kamu kenomor-satuan Allah dalam perilaku
berbuat kerusakan di (muka) bumi. kehidupan manusia.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai

Gambar 3. Konsep Perjalanan Intelek-Spiritual pada Rumah Jawa


(Sumber: Hidayat, 2010)

Simbolisasi perjalanan manusia wilayah depan, bersifat terbuka dan


pada Rumah Jawa, ditunjukkan oleh terang, dan terhubung dengan
proses perjenjangan hirarkis dari lingkungan luar. Pendhapa adalah
pendhapa (yang merepresentasikan tempat aktivitas keseharian.
dunia material) menuju ke krobongan Krobongan (senthong tengah) berada
(yang merepresentasikan dunia di wilayah belakang, bersifat tertutup
spiritual). Pendhapa berada di dan gelap, dan terpisah dengan

94
lingkungan luar. Krobongan adalah kembali lagi ke dunia nyata dan
tempat pengasingan, di mana mengamalkan spiritualitasnya ke
manusia Jawa berkomunikasi dengan tengah dunia. Menurut
Tuhannya: Allah. Mangunwijaya (1992), setelah
Proses perjalanan spiritual ini manusia berada pada taraf
berlangsung secara bolak-balik, tidak religiusitas yang lebih dewasa, ia tak
sekadar dimulai dari pendhapa dan di bisa hanya mengasingkan diri di
akhiri di krobongan. Setelah orang tempat sunyi, ia harus turun ke
Jawa menerima keilhaman dari Allah, tengah masyarakat selaku penolong
menerima pencerahan, ia harus sesama.

Tabel 2. Rumah Jawa sebagai gambaran Perjalanan Intelek-Spiritual.

Pendhapa Pringgitan Dalem Senthong


rong-rongan lawang rong-rongan Rong
selamatangkep
horisontalitas Vertikalitas
materi (lahiriyah) energi (batiniyah)
La Illaha Illallah
Dalam urutan ruang rumah secara lahiriyah) dengan
Jawa, terdapat pelataran-pendhopo- mengintegrasikan antara aqal dan
pringgitan-dalem-krobongan, yang qolbu, di mana keduanya
masing-masing memiliki gradasi bersambungan atau terkoneksi
intensitas (manjingnya) gelap-terang dengan ruh, (yang bermakna
yang berbeda. Secara fisik- mendapat keilhaman secara langsung
materiil-lahiriyah, perjalanan dimulai dari Allah).
dari pelataran (yg sepenuhnya terang, Jika kita menjelajah ruang
sebagai gambaran nafsu manusia) secara berurutan dari pelataran ke
menuju pendhopo (terang krobongan, kita hanya menjumpai
mendominasi gelap, sebagai dua sektor guru atau rong-rongan
gambaran akal manusia) lalu menuju (ruang yg diapit oleh empat tiang
ke pringgitan (intensitas terang dan utama/soko guru), yaitu di daerah
gelap mengalami keseimbangan, pendhapa dan dalem. Rong-rongan
sebagai gambaran sumbu koneksitas adalah ruang yang memiliki kualitas
antara akal dan qolbu manusia) lalu monumental-vertikal dan berorientasi
menuju ke dalem (gelap mendominasi ke atas. Dalam perjalanan horisontal
terang, sebagai gambaran qolbu dari pelataran hingga krobongan
manusia) hingga ke krobongan (yang (sebagai gambaran upaya mengatasi
sepenuhnya gelap, sebagai gambaran nafsu dengan mengkoneksikan kerja
ruh manusia). Tetapi secara akal dan qolbu), kita diingatkan pada
spiritual-energi- bathiniyah, prinsip adanya dimensi vertikal-spiritual di
perjalanan intelek-spiritual justru daerah rong-rongan (yang berarti
menunjukkan kebalikannya, yaitu bukan rong sebenarnya), hingga kita
dari gelap menuju terang. Rumah dihantarkan sampai ke rong yang
Jawa merepresentasikan perjalanan sebenarnya di daerah krobongan atau
intelek- spiritual, yaitu sebuah upaya senthong. Di daerah krobongan inilah
mengatasi atau mengendalikan nafsu dimensi vertikal-spiritual bisa
keduniawian (diwujudkan pada ruang dirasakan (karena akal dan qolbu kita
yg secara fisik terang dan masih sudah terkoneksi dengan ruh, yang
terkoneksi dengan lingkungan sekitar berdimensi tauhid dan mendapat

95
keilhaman langsung dari Allah SWT 4. Menulis Kembali Rumah Jawa
[jumbuhing Kawulo-Gusthi]). Kontekstual
Sektor guru atau rong-rongan Merancang arsitektur adalah
ditandai oleh empat tiang utama proses penerjemahan dan
(sokoguru) yang menopang atap, yang pengembangan karakter dasar
diperantarai dan diikat oleh balok arsitektur yang sesuai dengan
blandar dan tumpangsari. Keadaan ini konteks waktu sekarang dan ruang
menunjukkan tafsir "keblat papat Nusantara. Dalam proses membaca di
limo pancer" yang merepresentasikan atas dapat ditunjukkan bahwa
upaya perjalanan spiritual dengan Rumah Jawa memiliki karakter
terlebih dahulu mengatasi empat kesetimbangan berkesepa- sangan,
nafsu, yaitu amarah, lauwamah, karakter manjing serta karakter
supiyah dan mutmainah. Rong-rongan perjalanan intelek-spiritual.
di sini berfungsi untuk memfokuskan Penemuan ungkapan pemikiran, yang
terciptanya ruang di rongga atap yang merupakan karakter dasar Rumah
terpusat pada satu titik di atasnya. Jawa ini, bisa menjadi landasan pijak
Dari pemusatan ruang secara vertikal dalam ―menuliskan kembali‖
dari ruang yang diapit empat arsitektur baru yang sesuai dengan
sokoguru hingga ke bagian rongga konteks ruang (Jawa) dan konteks
atap, bisa dimaknai sebagai citra waktu (kekinian)-nya. Salah satu
Tauhid (Allah Yang Maha Esa). contoh desain adalah Rencana Rumah
Gunungan Pancasila yang didesain
oleh Rifyal-Munzir-Ayu, selaku
mahasiswa peserta sayembara Senvar
12.

house perspective

krobongan area dalem area pringgitan area pendhapa area

Gambar 4. Rancangan Rumah ―Gunungan Pancasila‖ Karya Rifyal-Munzir-Ayu


2011. (Sumber: Rifyal dkk, 2011)

96
Rancangan ini berupaya pendhopo (alam garis, di mana terang
mengangkat karakter dasar Rumah mendominasi gelap, sebagai
Jawa, dengan titik berangkat pada gambaran akal manusia) lalu menuju
karakter manjing dan karakter ke pringgitan (alam lumah atau
perjalanan intelek-spiritual (La Illaha bidang, dengan intensitas terang dan
Illallah). Desain baru menerapkan gelap mengalami keseimbangan,
prinsip manjing dengan menerapkan sebagai gambaran sumbu koneksitas
tampilan lima struktur dasar Rumah antara akal dan qolbu manusia) lalu
Jawa (pelataran, pendhapa, menuju ke dalem (alam jirim atau
pringgitan, dalem, dan sentong). volume, dengan gelap mendominasi
Praksis prinsip manjing dalam desain terang, sebagai gambaran qolbu
ini memadukan dua entitas atau manusia) hingga ke krobongan atau
unsur yang komplementer, yaitu senthong tengah (alam kajaten, yang
terang-gelap dan terbuka-tertutup. sepenuhnya gelap, sebagai gambaran
Rumah Jawa yang bercitra horisontal ruh manusia). Masing-masing ruang
(ditandai dengan perpaduan ruang memiliki kualitas karakter seperti
terbuka dan ruang tertutup), halnya yang dipersyaratkan pada
ditransformasi menjadi vertikal, Rumah Jawa, dan mengatur urutan
dengan menggunakan prinsip ruang dengan kualitas gradasi
perpaduan kolong yang bersifat intensitas terang-gelap yang baik,
terbuka dan panggung yang bersifat sehingga kita bisa merasakan kesan
tertutup. Area kolong yang terdiri dan suasana perjalanan
dari pendhapa dan pringgitan sangkan-paran.
memiliki orientasi ke luar dan
terhubung dengan lingkungan di Penutup: Hikmah dan Hakekat
luarnya. Wilayah ini bersifat publik Pembaharuan
dan formal, ditandai dengan unsur Pembaharuan kebudayaan
ruang yang terbuka, ternaung, dan Islam Nusantara adalah upaya
berkesan transparan, ―tanpa dinding‖. menemukan kembali (―membaca‖)
Wilayah ini secara umum dipakai inti dasar karakter kebudayaan, dan
untuk aktivitas keseharian yang mengembangkannya (―menulis‖)
menyimbolkan kesementaraan. dalam wujud kebudayaan yang baru,
Wilayah panggung yang terdiri dari yang sesuai fitrahnya. Inti dasar
dalem dan senthong memiliki karakter merupakan ungkapan
orientasi ke dalam dan terpisah pemikiran yang mencakup filosofi,
dengan lingkungan luar. Wilayah ini konsep, atau wujud. Pembaharuan
bersifat privat dan intim, ditandai kebudayaan adalah upaya
dengan ruang yang tertutup, rekontekstualisasi arsitektur dalam
terlindung, beratap, dan berdinding. rangka menghadapi perkembangan
Wilayah ini secara umum dipakai zaman yang selalu berubah.
untuk kegiatan yang bersifat privacy. Pembaharuan kebudayaan
Prinsip La Illaha Illallah Islam Nusantara mengandung dua
diterapkan pada desain, dengan aspek yang saling melengkapi, yaitu
menampilkan gradasi keruangan aspek ajeg (continuity,
empat struktur dasar (pendhapa, ―al-muhafazhah‖) dan aspek
pringgitan, dalem, dan sentong) pada perubahan (change, ―al-akhdzu‖).
Rumah Jawa. Kita bisa merasakan Dalam khazanah peradaban muslim
proses perjalanan dari pelataran Nusantara, dikenal kaidah populer
(sepenuhnya terang, sebagai yang sering dikutip KH. Achmad
gambaran nafsu manusia) menuju Siddiq, yang berbunyi, ―Al-muha-

97
fazhah ala-l-qadimi- sh-shalih wal Bizawie, (2015). ―Islam Nusantara
akhdzu bi-l-jadid-l-ashlah‖ (Munawar sebagai Subjek dalam Islamic
Fuad Noeh & Mastuki Hs, 1999). Studies: Lintas Diskursus dan
Terjemahan bebas kaidah ini, adalah Metodologis‖ dalam Islam
mempertahankan sesuatu yang lama Nusantara: dari Ushul Fiqh
yang baik, dan mengambil sesuatu hingga Paham
yang baru yang lebih baik. Kebangsaan.Bandung: Mizan
Sesuai dengan kaidah di atas, Hidayat, Anas (2010). ―AntengKitiran,
pembaharuan kebudayaan Islam Melacak Surasa Kajaten dalam
Nusantara meniscayakan adanya dua Omah Jawa‖ on Proseding
prinsip, yaitu ―al-muhafazhah‖ Seminar Jelajah Arsitektur
(pelanggengan tradisi) dan Nusantara 2010. Surabaya:
―al-akhdzu‖ (penggerakan tradisi). Arsitektur ITS Press.
Kedua prinsip ini harus berjalan ________________ (2009). ―Ruang
seimbang, tak boleh saling Jawa, Ruang Sangkan Paran,
berbenturan, dan tak bisa dipisahkan Ruang Watak 9‖ on Proseding
satu dengan lainnya. Pengunggulan Seminar Jelajah Arsitektur
prinsip ―al-akhdzu‖ dengan Nusantara 2009. Surabaya:
pengesampingan ―al-muhafazhah‖, Arsitektur ITS Press.
akan berakibat pada hilangnya ________________ (2002). ―‘Genesis of
orientasi dan identitas suatu tradisi Pendapa‘, Melacak Keberadaan
kulturalnya, sehingga dapat Kolong dalam Arsitektur Jawa‖
menimbulkan kondiri kehilangan on Proseding Simposium dan
arah atau mudah terbawa arus Lokakarya Nasional Jelajah
tradisi budaya asing. Pengedepanan Arsitektur Nusantara 2002.
prinsip ―al-muhafazhah‖ dan Malang: Pustaka Lempana dan
penanggalan ―al-akhdzu‖, akan Arsitektur Unmer Press.
berakibat pada timbulnya sikap Mun‘im DZ, Abdul. (2010). Islam
kemapanan, kejumudan (konservatif) Nusantara: Antara Prasangka
yang justru akan menjauhkan diri dan Harapan yang Tersisa.
dari semangat zaman yang Samarinda: ACIS Kementerian
berorientasi kekinian. Dengan Agama.
berpegang pada dua prinsip Nadjib, Emha Ainun. (2005). Kafir
pembaharuan ini, pengembangan Liberal. Jogjakarta: Progress.
kebudayaan Islam Nusantara akan Noeh, Munawar Fuad & Mastuki
selalu kontekstual dan relevan (editor), 1999, Menghidupkan Ruh
dengan semangat dan dinamika Pemikiran KH. Achmad Siddiq.
zaman, dengan tetap berangkat dari Ciputat: Logos.
tradisi masing-masing lokalitas. Pangarsa, Galih Widjil. (2011). DNA
Arsitektur Nias pada Lorong
Daftar Pustaka Gravitasi Nusantara
Kontemporer. (E-book Engine on
Attoe, Wayne. (1978). Architecture
arsiteknusantara.blogspot.com).
and Critical Imagination. Old
Malang: @You Publish
Woking-England: John Willey &
__________________ (2006). Merah
Sons, Ltd.
Putih Arsitektur Nusantara.
Baso, Ahmad. (2015). Islam
Jogjakarta: Penerbit Andi.
Nusantara: Ijtihad Jenius & Ijma‘
Prijotomo, Josef. (2009), ―Ruang
Ulama Indonesia (Jilid 1). Jakarta:
Arsitektur di Arsitektur
Pustaka Afid.
Nusantara: Rong dan

98
bukan-rong‖, pada Ruang di
Arsitektur Jawa, Sebuah Wacana.
Surabaya: Wastu Lanas Grafika.
___________________ (2004). Arsitektur
Nusantara, Menuju Keniscayaan.
Surabaya: Wastu Lanas Grafika.
Santoso, Revianto B. (2000). Omah:
Membaca Makna Rumah Jawa.
Yogyakarta: Bentang Budaya.
Saputra, Prayogi R. (2012). Spiritual
Journey, Pemikiran dan
Permenungan Emha Ainun Nadjib.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

99
URGENSI ISLAM NUSANTARA DALAM MENANGKAL
RADIKALISASI ISLAM DAN PAHAM ANTI PANCASILA
Oleh Moh. Abdur Rouf Hanifuddin
(UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
e-mail: syahrastanirouf@gmail.com)

Abstrak
Maraknya aksi ekstrimisme dengan mengatasnamakan Agama dengan
misi jihad terbentuknya negara Islam di Indonesia. Menjadikan
lahirnya wacana Islam Nusantara penting untuk dikaji serta menjadi
kesadaran bersama dikalangan umat muslim Indonesia maupun
kelompok Nasionalis. Wacana Islam Nusantara memiliki peran penting
dalam de-radikalisasi Islam dan kelangsungan Indonesia sebagai
negara berasaskan Pancasila. Dengan semangat toleransi, meruwat
perdamaian, cinta tanah air atas dasar harmonisasi Ukhuwah
Islamiyah dan Ukhuwah Wathoniyah. Islam Nusantara menjadi penting
untuk konteks ke-Indonesiaan selain memiliki kesadaran historis
mengenai karakter keber-Islaman di Indonesia, juga membawa misi
memperkenalkan Islam sebagai agama yang inklusif di mata Dunia.
sebagai representasi wajah Islam yang Rahmatan lil alamain.

Kata-Kata Kunci:
Islam Nusantara, Radikalisme Islam, Toleransi, Nasionalis.

Pendahuluan serta aksi penolakan konsep negara


berasaskan Pancasila. Sehingga,
Munculnya terminologi dan menjadi menarik untuk mengupas
wacana Islam Nusantara yang fenomena radikalisme agama di
diusung Nahdlotul Ulama‘ dalam Indonsia. Bagaimana akar geneologi
Muktamar ke-33 di Jombang. Telah gerakan radikal dan anti pancasila di
mengajak kita untuk mendiskusikan Indonesia?, Serta bagaimana Islam
sebuah fenomena dalam tubuh Islam Nusantara dalam mengatasi
yang menjadi sorotan dunia yakni, radikalisme dan faham anti
Radikalisme Islam. Fenomena ISIS pancasila?. Artikel ini akan mencoba
dan aksi teror. Kekerasan atas nama menjawab pertanyaan tersebut untuk
agama Islam telah mengusik serta menjelaskan peranan urgensi Islam
mencoreng fitrah Islam sebagai Nusantara menangkal radikalisme
rahmat untuk semesta alam. Dengan dan faham anti pancasila.
menggali lokal wisdom yang
berkembang dengan variansi Geneologi Gerakan Radikal dan
keberagamaan umat Islam di Anti Pancasila Di Indonsia
Indonesia yang menjunjung tinggi Bila kita mengkaji akar Islam
nilai keadilan, toleransi, dan cinta radikal dan gerakan anti faham
perdamaian. Pancasila. Dengan menggunakan
Islam Nusantara diharapkan prespektif historis dalam menilisik
dapat menjadi anti tesa bagi geneologi radikalisme dalam Islam.
pemikiran radikal dalam beragama Ada tiga hal yang bisa kita baca dari

111
sejarah, mengenai akar radikalisme gerakan yang dinilai radikal. Orde
di Indonesia. Pertama, sebagai Baru, dengan perangkat-perangkat
warisan sejarah umat Islam yang birokrasi, baik dalam jenis militer
konfliktual dengan rezim, karena ada maupun sipil, mentransformasikan
modus-modus penindasan politik diri menjadi rezim otoritarian dengan
Islam yang terjadi pada beberapa cara menindas kekuatan-kekuatan
fragmen sejarah, khususnya di masa yang berpeluang menjadi oposisi.
Orde Baru. Kedua, fenomena Komunisme dan Nasionalisme
ekonomi-politik. Selain adanya sebagai bukti penumpasan
penindasan politik, juga terjadi de-ideologisasi oleh rezim Orde baru,
adanya penindasan ekonomi-politik. Islam menjadi sisa yang susah
Dengan argumen ini, radikalisme disingkirkan dengan kekuatan basis
muncul karena akses kapitalisme kultural yang mengakar di dalamnya.
yang menciptakan mereka yang tak Kedua, fenomena
memiliki akses pada sumber-sumber ekonomi-politik. Dampak dari
modal. Dalam bahasa ideologi pembangunan di masa Orde
ekonomi-politik, pendekatan ini baru mngarah pada kesenjangan
dikenal dengan ―pendekatan kelas‖. sosial. Bagaimana para pemilik
Artinya, respons radikalisme pada modal saling berebut proyek
dasarnya adalah respons kelas untuk pembangunan dan menciptakan
melawan hegemoni kapital yang kesenjangan-kesenjangan kelas
oligarkis dengan negara (Umar, 2010 : didalamnya. Perlawanan hadir dari
13). Ketiga, sebagai respon baik dari mobilisasi tiga kelompok.
transisi reformasi dan mencuatnya Diantaranya, kelompok pekerja yang
gagasan demokrasi. termarjinalkan oleh rezim, para
Pertama, radikalisasi sebagai pemodal kelas tengah yang tersingkir
warisan sejarah. Kilas balik sejarah oleh lingkaran kekuasaan karena
dimulai sejak Orde baru hingga keyakinan idealisme berbasis nilai
tumbangnya rezim Orde baru. Islam yang kuat, serta
Banyak kalangan sejarawan dan pemodal-pemodal kecil yang kalah
peneliti melakukan snap shoot dalam oleh pemodal-pemodal besar.
menelisik akar radikalisasi di Kelompok ini mengorganisasi diri
Indonesia. Seperti Van Bruissen, dalam wujud gerakan sosial,
Azyumardi Azra, As‘ad Said Ali menjalin jaringan strategis dengan
mereka berasumsi bahwa radikalisasi kelompok lain, dan membawa Islam
Islam muncul sejak reformasi. sebagai landasan dalam berjuang
Dengan meluasnya gagasan Islam untuk melakukan perubahan. Hal ini
transnasional yang hadir seiring disinyalir sebagai akar radikalisme.
terbukanya keran reformasi dan Ketiga, sebagai respon transisi
wacana demokrasi di Indonesia. reformasi dan efek demokratisasi.
Ideologi transnasional merupakan Indonesia pasca orde baru, telah
ideologi dari ekstrenal bangsa menciptakan suhu baru dalam
Indonsia. Seperti Wahabi dari Arab percaturan sosial politik termasuk
Saudi, Ikhwanul Muslimin dari Mesir, mencuatnya gagasan demokrasi di
dan Hizbut-Tahrir dari Yordania. Indonesia. Samuel Hantington
Namun aksi teror dan kekerasan di mengidentifikasi setidaknya ada tiga
Indonesia sebenarnya telah terjadi persoalan dan tantangan masa
semenjak masa Orde baru. Dr. Vedi R keberhasilan transisi demokrasi,
Hadiz memberikan analisis kunci yakni, pertama, masalah transisi;
terhadap kemunculan gerakan- kedua masalah kontekstual; dan

111
ketiga, masalah sistemik (Hantington, Jihad, Majelis Mujahiddin Indonesia,
1997: 272-274). Keberhasilan Front Pembela Islam, Ikhwanul
konsolidasi demokrasi juga terkait Muslimin, Hammas, Jundullah,
dengan keberlangsungan kompetisi Hizbut Tahrir Indonesia, dan
dan kontestasi politik yang sebagainya. Karena krisis
melibatkan berbagai kekuatan politik, sosio-politik tersebut, sebagaian
antara lain kelompok yang disebut O‘ partai politik menawarkan konsep
Donnel dan Schimitter sebagai kubu ―Solusi Islami‖ dengan upaya
garis keras (duros) dan kubu ―garis menggembalikan piagam jakarta
lunak‖ (blandos). Klompok garis didalam undang undang negara, dan
keras merupakan para pelawan pelaksanaan syari‘at Islam sebagai
demokrasi dengan usaha apapun, pengganti hukum dan peraturan
termasuk dengan cara kekerasan negara yang telah berlaku. Terlihat
maupun kudeta. Sedangkan pada kampanye pemilu dan
kelompok garis lunak adalah mereka rapat-rapat parlemen di tahun 1999.
yang berpandangan realistis, bahwa Namun upaya tersebut kurang
dalam memperoleh suatu perubahan mendapat dukungan dari
perlu adanya transisi termasuk masyarakat luas, terbukti dengan
dengan cara demokrasi. Termasuk hanya diraihnya 17,8 suara yang
lahirnya gerakan radikalisme diraih oleh partai Islam pada pemilu
keagamaan di Indonsia, tidak lepas 1999. Terlepas dengan kegagalan
dari kondisi sosial politik yang pemilu 1999, beberapa partai dan
muncul saat itu. Jatuhnya rezim orde ormas gerakan salafi militan terus
baru telah memberikan harapan- memperjuangakan agenda politik
harapan baru bagi masa depan untuk menuntut pemberlakuan
demokrasi dan perpolitikan bangsa. syaria‘at Islam di Indonesia. Dalam
Serta membuka peluang bagi suksesi agenda tersebut mereka
kelompok-kelompok politik di sering melakukan perkumpulan
Indonesia, termasuk kelompok Islam politis, melalui demonstrasi jalan,
politik (political Islam). Terutama di selebaran propaganda serta pamflet
bawah pimpinan Presiden Habibie, mengenai implementasi syari‘ah
dengan memberikan kebebasan dan Islam Bahkan belakangan ini
keterbukaan politik lebih luas pada kelompok Hizbut Tahrir Indonesia
rakyat. Momen tersebut ditanggapi lebih berani melakukan
baik oleh banyak kalangan, lebih dari perkumpulan-perkumpulan politik
100 parpol berdiri. Dari jumlah ―Muktamar Khilafah‖ disejumlah
tersebut, lebih dari 40 parpol kota-kota besar di Indonesia untuk
mengatasnamakan dirinya sebagai menggalang massa dalam
partai Islam (Anwar, 2003). terbentuknya khilafah Islamiyah
Kesempatan tersebut berhasil kembali.
dimanfaatkan oleh beberapa Tiga tesis geneologi
kelompok tertentu untuk merebut radikalisme diatas, dengan faktor
kembali kekuatan Islam Politik di yang beragam para kelompok
Indonesia. Dengan membangun tersebut dari masa ke masa terus
lembaga-lembaga baru termasuk melakukan transformasi gagasan
kelompok Islam garis keras atau demi tujuan berlakunya syari‘at
militan, secara ideologis berada Islam, sistem khilafah, yang
dalam bingkai gerakan salafi militan. berupaya tertuju pada terbentuknya
Oleh karena itu muncullah Negara Islam di Indonesia dan secara
gerakan-gerakan seperti Laskar bersamaan memunculkan faham

112
ketidak sepakatan terhadap sistem memahami kenusantaraan. Diskur-
dan ideologi negara, yang mengarah sus ini menjadi penting dan relevan
pada faham gerakan anti pancasila. baik dalam konteks geopolitik
Sebagaimana faham yang pernah maupun geokultural dalam
didemonstrasikan oleh Kahar percaturan politik global (Aqil Siroj,
Muzakkar, Ibnu Hajar, Kartosuwiryo, 2014: 203-204). Terutama dalam
dan Daud Beureueh di masa silam. wilayah menangkal radikalisasi yang
Pada masa pra kemerdekaan, sentar berkembang di kebanyakan
Soekarno dalam konteks negara- negara Islam di Timur tengah.
bangsa, telah memulai kebera- Islam Nusantara hadir tidak
gamaan sintesis dengan untuk menggeser kemurnian islam
mengawinkan antara tiga paham akan tetapi menjadi sebuah
besar, yaitu Islam, nasionalisme, dan penegasan bahwa Islam hadir di
marxisme. Sintesa ketiga faham nusantara ini dengan penuh
tersebut melahirkan common kedamaian dengan mengadaptasi
platfrom dalam berbangsa dan nilai-nilai lokal dan tradisi yang telah
bernegara yakni pancasila. Di tengah dulu mengakar. Kesadaran historis
arus besar negara-negara muslim, dikalangan umat muslim Indonsia
yang mencanangkan Islam sebagai harus terbangun. Agar otensitas
dasar negara, seperti Pakistan, Iran ajaran Islam sebagaimana yang
dan Arab Saudi tetapi Soekarno diajaran oleh salafuna sholih di
bersama pendiri bangsa yang lain Indonsia tetap terjaga. Seiring
telah mencari alternatif dengan perkembangan zaman, eksistensi
menggunakan platform pemersatu Islam Indonesia terongrong oleh
seluruh warga dari berbagai latar gerakan kelompok puritanisme islam
belakang, suku, agama dan bahasa. transnasional. Corak keber-Islaman
Maka upaya penolakan faham di Indonesia dinilai telah kehilangan
Pancasila merupakan sebuah orisinalitas Islam itu sendiri.
kesalahan besar apapun dalihnya, Terbukanya agama Islam di
kemafsadatan akan lebih besar Indonesia untuk mengakomodasi
ditimbang kemaslahatan yang di berakulturasi dengan kebudayaan
peroleh, baik dalam konteks dan kearifan lokal. Faktor tersebut
beragama dan bernegara. yang dinilai telah mencampuri
kemurnian Islam serta penyebab
Islam Nusantara: Upaya kelahiran takhayul, bid‘ah dan
Penanaman Kesadaraan Historis khurufat. Oleh karena itu dinilai
dan Deradikalisasi Islam perlu adanya pemurnian/
puritanisasi.
Islam Nusantara sendiri Di tengah arus deras gerakan
merupakan suatu diskursus Islam transnasional dan puritanisme
mengenai Islam yang datang di agama semacam ISIS (Islamic State of
Nusantara. Dimulai sejak peradaban Iraq Syiria) dan NI (Negara Islam)
para wali dan ulama‘ sepanjang yang mengedepankan radikalisme,
sejarah, mulai dari Samudra Pasai, intolerir, dan wajah islam yang brutal.
Malaka, Palembang, Banten, Jawa, Pemikiran Islam Nusantara menjadi
Pontianak, Bugis, Ternate, Tidore di penting untuk di demonstrasikan
Maluku dan Papua. Bagaimana kepada masyarakat luas. Dengan
memandang Islam mengunakan spirit rahmatan lil alamin, Islam
perspektif Nusantara sendiri. Bukan Nusantara diharapkan menjadi solusi
perspektif Barat atau Arab yang dalam menangkal radikalisme.
selama ini selalu bias dalam

113
Penegasan bahwa islam adalah posmodernitas, maka akan tetap
agama yang toleran, moderat dan menemukan lawan pemikiran yang
ramah. Tidak mengedepankan lahir dari kelompok moderat dalam
kekerasan, karena Islam hadir Islam. Termasuk lahirnya Islam
sebagai agama rahmat seluruh alam. Nusantara merupakan lawan
Kompromi teks-teks (nash) keislaman pemikiran dari radikalisasi dalam
yang rigid dengan budaya lokal Islam.
(tradisional) ataupun kemajuan Berdirinya konsen studi dalam
dunia modern beserta globalisasi Islam Nusantara yang di pelopori
menemui penjelasan dan Universitas Nahdlotul Ulama‘ dan
pemahamannya yang cerah serta UIN jogjakarta. Sepenuhnya perlu
mencerahkan. kita dukung, lewat gerakan akademik
Islam Nusantara dengan ilmiah, transformasi dan
membawa semangat nilai-nilai Islam perkembangan kajian Islam
yang santun, toleran, cinta damai, Nusantara akan selalu relevan dalam
menjunjung kemanusiaan, perda- menanggapi perubahan dan
maian, cinta tanah air dengan tantangan keumatan di Indonesia
internalisasi nilai-nilai Islam dan terlebih persoalan keutuhan
akulturasi kearifan lokal. Menjadikan Indonesia sebagai suatu negara.
Islam Nusantara sebagai harapan Maka kesadaran historis atas budaya
dalam penyelesaian problematika keberislaman di Indonesia harus
keumatan pada umumnya, dan tertanam dalam alam bawah sadar
radikalisasi Islam pada hususnya. umat muslim Indonesia. Jika Islam
Serta diharapkan mampu menjadi Nusantara sebagi produk pemikiran
representasi wajah ke-Islaman dapat diterima dan
dikanca Internasional. diimplementasikan secara massif,
Gagasan Islam Nusantara maka gerakan radikalisasi dalam
membentuk gerakan Islam kultural Islam akan tersingkirkan secara
sebagai lawan dari gerakan pemikiran dan praktik.
radikalisasi Islam yang merupakan Tidak ada perubahan sosial,
gerakan Islam ideologi. Strategi Islam tanpa strategi dan praktik kolektif.
Budaya untuk melawan Islam politik Oleh karena itu mendemonstrasikan
pernah diterapkan oleh Abdurahman wacana Islam Nusantara juga harus
Wahid di pertengahan era-80 lewat secara massif. Baik lewat kajian
gagasan pribumisasi Islam. Bagi Gus ilmiah yang berbentuk buku/hasil
Dur, ketika Islam ―menjadi politik‖, ia riset, maupun memanfaatkan dunia
telah menjadi ideologi, dan ketika digital. Tentu dukungan serta
menjadi ideologi, Islam akan hanya sinergitas dengan penguasa
menjadi alat kepentingan segelintir merupakan syarat mutlak bagi
elite yang menggerakan suatu massa keberhasilan Islam Nusantara untuk
diam (Arif, 2010: 19). di terima dan menjadi garda depan
Kemunculan gerakan dalam menangkal radikalisasi Islam
radikalisme dalam Islam adalah yang berdampak pada aksi
sebuah keniscayaan, dalam dehumanisasi dan makar NKRI.
menanggapi pergolakan zaman.
Syaiful Arif mengatakan bahwa
Kesimpulan dan Saran
radikalisme Islam lahir sebagai suatu
respons posmodernitas dalam Hadirnya paham Islam radikal
menanggapi modernitas. Oleh karena di Indonesia tidak lepas oleh faktor
kehadiranya sebagai bentuk respon sejarah masa silam. Embrio gerakan
ini sudah ada semenjak masa orde

114
baru, namun baru dapat muncul di historis tersebut. Sehingga tidak
permukaan berkat reformasi yang mudah terpikat oleh ideologi radikal.
memberikan ruang untuk hadir dan Benih-benih subtansi ajaran Islam
berkembangnya ideologi dengan sendirinya akan mengikuti
transnasional. Gerakan Islam ini pada terbentuknya kesadaran
merupakan kategori Islam Politik historis tersebut.
dengan misi jihadi dan penegakan Tidak cukup pada fase
syaria‘at Islam di bumi nusantara. kesadaran historis, untuk menangkal
Dengan corak inklusif gerakan Islam radikalisasi Islam dan faham anti
radikal kesusahan untuk pancasila. Islam Nusanatara tidak
berdialektika dengan peradaban dan hanya sebagai produk pemikiran
kebudayaan lokal. Panji puritanisme semata, namun harus hadir dalam
menjadi slogan dan misi wajib untuk sosio-kultural umat muslim
mengembalikan Islam sesuai ajaran Indonesia dan masyarakat pada
Al-Qur‘an dan Al-hadist. Senada umumnya. Sehingga wajah Islam
dengan tesis KH. Mustofa Bisri yang yang ramah, toleran, cinta kasih pada
menyayangkan semangat sesama dan bangsa. Terasa lebih
keberagamaan yang tinggi pada dekat dirasakan oleh masyarakat
kelompok tersebut tidak dibarengi sipil. Melalui dunia pendidikan baik
oleh semangat pemahaman agama pesantren dan formal, implementasi
yang mendalam. Sehingga kecen- pada kehidupan sosial, baik melalui
derungan ―takfiri‖ lebih dominan dari strategi kebudayaan lewat acara
pada ―tafkiri‖ yang berimbas pada keagamaan kultural khususnya, dan
aksi teror kekerasan atas nama laku keseharian kita pada umumnya.
kebenaran agama dan faham anti Demonstrasi perdamaian lewat dunia
Pancasila yang dinilai tidak Islami. digital juga merupakan strategi
Islam Nusantara hadir efektif dalam melawan situs-situs
mengcover pemikiran pribumisasi Islam radikal yang sentar
Islam Gus Dur, dengan wujud penyebaranya melalui dunia digital.
kultural Islam melawan bentuk Sinergitas antara Organisasi
radikalisasi Islam sebagai bentuk kemasyarakatan NU-Muhammadiyah
politik Islam yang menjadikan khususnya, sebagai dua organisasi
tercapainya negara Islam sebagai kemasyarakatan Islam tertua dan
tujuan pokok perjuangan Islam. terbesar agar mampu bahu
Berbeda dengan Islam Nusantara membahu menjadi penggerak
yang tidak menjadikan negara perdamaian di Indonesia, tentu
sebagai tujuan, melainkan dilengkapi dengan dukungan dari
perwujudan nilai-nilai substansif pihak penguasa.
Islam pada rana kebudayaan untuk Walhasil, Islam Nusantara
menciptakan peradaban yang akan semakin kokoh, jika metodologi
kosmopolit tanpa praktik kekerasan. berpikirnya telah jelas dirumuskan.
Melalui terbentuknya Sebagai pijakan prinsip pokok
kesadaran historis, sejarah panjang dalam mengentas problematika
perkembangan Islam di nusantara keumatan yang ada di Indonesia.
dengan meneladani tradisi Kebangkitan Islam Budaya ini
kesuksesan pengembangan agama sebagai syarat mutlak dalam
para ulama‘ terdahulu tanpa harus mengikis gerakan radikalisasi agama
menyisihkan kebudayaan dan yang dilakukan kelompok Islam
kearifan lokal. Diharapkan generasi politik. Yang berujung pada tindak
ke generasi dapat memiliki kesadaran

115
kekerasan dan faham anti negara
pancasila.

Daftar Pustaka

Arif, Syaiful. Deradikalisasi Islam


paradigma dan strategi Islam
kultural. Koekosan Depok 2010

Baso, Ahmad Dkk. Islam Pribumi


Mendialogkan Agama Membaca
Realitas. Erlangga Jakarta 2003

Aqil Siroj, Said. Islam Sumber


Inspirasi Budaya Nusantara.
LTN NU Jakarta 2014.

Zaki Mubarak, Muhammad. Geneologi


Islam Radikal di Indonesia.
LP3ES Jakarta 2007.

Azra, Azyumardi. Pergolakan Politik


Islam. Paramadina Jakarta
1996.

116
MEMAHAMI DISKURSUS KONTEMPORER AKTIVITAS PERIBADATAN
MELALUI LOCAL GENIOUS EDUCATION SEBAGAI UPAYA MENANGKAL
GERAKAN TRANSNASIONAL RADIKAL DAN DISINTEGRASI BANGSA
Oleh M. Alifudin Ikhsan
(Universitas Negeri Malang,
e-mail: um.alifudin93@gmail.com)

Abstrak
Karakter otentik bangsa Indonesia adalah toleransi dan bersatu.
Keanekaragaman agama, suku, budaya, bahasa, adat istiadat serta
kekayaan alam tidak membuat bangsa Indonesia tercerai berai. Namun
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi wadah persatuan dan
kesatuan warga negara di Indonesia. Ironisnya, kini suasana toleran
dan kebersamaan hidup dinodai oleh oknum-oknum pelaku kekerasan
atas nama agama. Peristiwa kerusuhan di Tolikara Papua sampai
kasus pembakaran geraja di Singkil Aceh menjadikan kaburnya
pemaknaan atas nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Keadaan seperti ini akan mengancam
stabilitas nasional bahkan disintegrasi bangsa. Bukan tidak mungkin,
kerusuhan dan aksi teror antarumat beragama yang saat ini ada
ditunggangi oleh kaum ekstrimis gerakan transnasional radikal. Jika
kita coba tengok kebelakang, falsafah persatuan dan kesatuan serta
toleransi antarumat beragama sudah ditanamkan lama melalui adat
dan kultur masyarakat (local genious). Fokus perhatian dalam tulisan
ini adalah mencoba untuk mengurai pemahaman diskursus atau
pandangan tentang dinamika aktivitas peribadatan yang saat ini
sedang marak diperbincangkan. Tentunya dengan menawarkan sebuah
solusi aktualitas local genious education yang saat ini juga mulai
ditinggal-kan. Jika kita cermati setiap masyarakat memiliki
karakteristik dan budaya yang berbeda antar daerah.

Kata-Kata Kunci:
Aktivitas Peribadatan, Local Genious Education, Gerakan Transnasional,
Disintegrasi Bangsa

Pendahuluan rentetan kasus kerusuhan,


penolakan hingga pembakaran dan
Ketika belum hilang shock pengerusakan rumah ibadat sering
akibat peristiwa kerusuhan terjadi. Setidaknya terjadi 47 kasus
antarumat beragama yang kerusuhan sesama dan antaraumat
mengakibatkan sedikitnya satu orang beragama dalam kurun waktu tahun
tewas dan belasan luka-luka hingga 2000 sampai dengan 2015
pembakaran musholla di Tolikara (kemenag.go.id). Rentetan kejadian
Papua, kita kembali disuguhkan tersebut masih ditambah dengan
kerusuhan yang mengatasnamakan ancaman gerakan transnasional
agama di Singkil Aceh. Sebelumnya, radikal yang kini mulai merambah

117
generasi muda. Deklarasi Islamic ini tercantum dalam pasal 28 E dan
State of Irak and Suriah (ISIS-yang pasal 29 UUD Negara Republik
dikenal sangat radikal dan ganas) Indonesia Tahun 1945.
dan rekruitment para mujahidin yang Permasalahan yang terjadi adalah
berselubung doktrin jihad ke Timur apakah setiap agama berhak
Tengah yang sekali lagi mengatas- mendirikan rumah ibadat? Hal ini
namakan visi agama. Ancaman diatur dalam peraturan bersama
stabilitas hingga disintegrasi bangsa Menteri Agama dan Menteri Dalam
bukan hanya dialami oleh Indonesia Negeri nomor 8 & 9 Tahun 2006
saja, namun berbagai negara juga tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
terjadi pergulatan politik keamanan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
dan keadaan yang sama. dalam Pemeliharaan Kerukunan
Indonesia merupakan negara Umat Beragama, Pemberdayaan
kepulauan terbesar di dunia dengan Forum Kerukunan Umat Beragama
17.508 pulau. Berdasarkan sensus dan Pendirian Rumah Ibadat.
penduduk tahun 2010, jumlah Peraturan ini dikeluarkan sebagai
penduduk Indonesia mencapai arah kebijakan pemerintah dalam
237.641.326 jiwa atau bertambah pembangunan nasional dibidang
sekitar 36 juta jiwa dalam kurun agama. Dalam peraturan tersebut
waktu 10 tahun (Sensus, 2010). Dari diatur secara jelas tentang
jumlah penduduk terbesar keempat bagaimana teknis pendirian rumah
di dunia ini dapat diketahui bahwa ibadat, prosedur serta beberapa
207,2 juta jiwa (87,18%) mengaku syarat pendirian rumah ibadat.
beragama Islam, diikuti oleh Berbagai peristiwa kekerasan
penganut agama kristen 16,5 juta yang menjerumus pada gerakan
jiwa (6,96%), 6,9 juta jiwa menganut transnasional radikal, kerusuhan,
agama katolik (2,91%), 4 juta tawuran pelajar hingga aksi terorisme
penganut Hindu (1,69%), 1,7 juta hampir tidak pernah sepi dari
penganut Budha (0,72%), 0,11 juta pemberitaan media massa baik cetak
jiwa penganut agama Konghucu maupun elektronik. Kekerasan demi
(0,05%) dan agama lainnya 0,13% kekerasan menjadi tontonan harian
(Taufiqurrahman, 2013). dan diskusi rutin di televisi. Hal
Keberagaman agama ini inilah yang mendasari perpecahan
menjadikan Indonesia sebagai negara antar elemen bangsa. Seperti yang
yang rentan konflik umat beragama. kita ketahui bersama bahwa suatu
Tendensi kaum minoritas menjadi negara kesatuan (nation state) selalu
salah satu bahasan dalam dibentuk berdasarkan nilai-nilai
pembentukan nilai-nilai toleransi kesatuan, persamaan dan visi yang
antar umat beragama. Toleransi sama. Atas dasar itu-pulalah
umat beragama menjadi salah satu Indonesia didirikan. Klimaksnya,
pilar penting dalam menjaga berbagai peristiwa tersebut diatas
keharmonisan dan ketentraman setidaknya akan mengancam
hidup secara berdampingan dalam stabilitas nasional dan disintegrasi
bingkai Negara Kesatuan Republik bangsa.
Indonesia. Fokus perhatian dalam
Konstitusi Indonesia tulisan ini adalah mencoba untuk
menjamin setiap warga negaranya mengurai pemahaman diskursus
memeluk agama dan menjalankan atau pandangan tentang dinamika
peribadatan sesuai dengan agama aktivitas peribadatan yang saat ini
dan kepercayaan masing-masing. Hal sedang marak diperbincangkan.

118
Tentunya dengan menawarkan Zaman setelah kemerdekaan
sebuah solusi aktualitas local Indonesia, surak gemurai
Genious education yang saat ini juga radikalisme mulai terasa semenjak
mulai ditinggal-kan. Jika kita cermati usulan Indonesia sebagai Negara
setiap masyarakat memiliki Islam ditolak. Gerakan DI/TII yang
karakteristik dan budaya yang dipimpin oleh Kartosuwiryo, gerakan
berbeda antar daerah. Aceh dengan Darul Islam yang digelorakan oleh
ciri khas istimewanya, Papua dengan Daud Beureuh di Aceh yang
adat yang teguh serta berbagai kemudian berkembang menjadi
kearifan lokal lainnya. Disamping Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
sebagai kekuatan bangsa, hal ini juga menjadi simbol hidupnya paham
bisa menjadi retensi konflik yang radikalisme di Indonesia (Zada, 2002).
besar. Meskipun motif dan cara gerakannya
berbeda-beda, namun falsafah
Pembahasan tujuannya tetap sama.
Frekuensi kekerasan dan
Kondisi Kekinian Radikalisme Atas radikalisme atas nama agama saat ini
Nama Agama di Indonesia mulai berkembang ke ranah kajian
Ketika Radikalisme agama yang cenderung rigid dan
menggunakan label agama muncul tekstual. Paham agama yang hanya
sebagai aksi teror, membuat chaos diterjemahkan secara tekstual akan
dan anarki yang nyata pada lingkup mengakibatkan deskriptif pemikiran
sosial maka hal ini bisa dijadikan bagi umat beragama. Pembakaran
sebagai tindak terorisme. rumah ibadat, kerusuhan dan
Radikalisme memang tidak persis kekerasan antarumat beragama
sama atau tidak bisa disamakan memiliki peran yang sangat besar.
dengan terorisme. Tetapi, menurut Intensitas kerusuhan antarumat
Rizal Sukma (Fanani, 2013) beragama menunjukkan semakin
menyatakan ―Radicalism is only step lemahnya nilai-nilai persatuan dan
short of tetorism‖. Munculnya toleransi. Jika ditarik garis diametral,
radikalisme atas nama agama maka dapat terlacak bahwa hampir
membuat situasi dan kondisi jauh semua organisasi-organisasi radikal
lebih runyam. Alasan disintegrasi yang ada di Indonesia adalah produk
bangsa menjadi salah satu fokus impor dari Timur Tengah.
bahasan persatuan. Jika kita lihat Kelompok dan ideologi
lebih jauh, radikalisme atas nama transnasional merujuk kepada
agama telah lama terjadi sebelum pergerakan ideologi global yang lintas
zaman kemerdekaan Indonesia. batas antar negara dan bangsa.
Stephen Frederic Dale dalam Ideologi yang juga mengatasnamakan
studinya di Indonesia, India, dan agama bukan hanya menjadi lahan
Filipina menyebutkan bahwa pada dakwah atau kampanye keyakinan
masa penjajahan, radikalisme atas melainkan juga sebagai gerakan
nama agama diekspresikan dalam politik untuk mempengaruhi sebuah
bentuk jihad fi sabilillah melawan kebijakan politik negara. Indonesia
kolonialisme dan imperealisme (Dale, merupakan negara yang plural dalam
1998). Karena gerakan tersebut berbagai lapisan kehidupan, baik
sesuai dengan makna perjuangan, suku, agama, ras dan golongan.
maka gerakan radikalisme pada Dalam hal agama, secara
zaman itu dipandang sebagai administrasi sipil mulai tahun 2000
perjuangan luhur (Purwoko, 2002). diakui enam agama utama ditambah

119
dengan berbagai kepercayaan adat berdasarkan hasil survei PPIM UIN
yang tersebar diseluruh pelosok Jakarta (2007) yang melibatkan
negeri. Kemajemukan ini dapat pemuda muslim di Indonesia,
dipahami berpotensi menjadi isu sebanyak 55% responden
dibalik konflik agama. menyatakan melarang umat Kristiani
Berbicara konflik agama, mengadakan acara kebaktian di
kenyataan menunjukkan bahwa hal lingkungan sekitar mereka dan
ini tidak dapat lepas dari konsepsi sejumlah 51% responden tidak
konflik mayoritas-minoritas. Konsep memperbolehkan membangun gereja
konflik mayoritas dan minoritas ini di lingkungan mereka. Namun
bukan hanya mempersoalkan Islam demikian dalam hal toleransi agama,
sebagai agama dominan terhadap berdasarkan hasil survei yang
agama lainnya seperti Kristen, diadakan Wahid Institute dan
Katolik, Hindu, Budha dan Indonesia Barometer pada tahun
Konghuchu. Lebih lanjut, konsep 2007 menunjukkan 95,4% muslim di
konflik tersebut juga mengakomodasi Indonesia menganggap penting
isu-isu dibalik keberagaman aliran toleransi antar umat beragama. Jika
yang sering disebut sebagai sempalan dianalisis lebih mendalam, aksi
dalam suatu agama (Rodli, 2013). penolakan pendirian bangunan tidak
Faktanya, konflik keagamaan lepas dari keyakinan bahwa agama
di Indonesia cenderung didominasi merupakan unsur paling vital sebagai
konflik internal agama yang identitas dan pembentuk kepribadian
melibatkan aliran mainstream seorang individu. Hal inilah yang
sebagai kelompok mayoritas dan menjadi faktor prinsipil penolakan
aliran sempalan sebagai kelompok pendirian bangunan ibadat (Laporan
minoritas. Sebagai contoh, Kehidupan Beragama, UGM, 2008).
berdasarkan kumpulan data pada Jika dianalisis dalam
tahun 2008 terangkum rangakaian perspektif psikologi sosial, maka
kasus antara yang melibatkan umat tidak heran jika penyebaran tempat
Islam dengan Ahmadiyah yang tinggal masyarakat Indonesia secara
tergolong intens kontak konfliknya. agama cenderung mengelompok
Selanjutnya, kehidupan sesuai jenis agamanya. Hal ini selain
beragama tidak dapat lepas dari mempermudah urusan privatisasi
urusan peribadatan. Tempat ibadah peribadatan juga demi menjaga
merupakan pusat aktivitas suatu kondisi psikologis masyarakat
agama. Fakta dari berbagai konflik pemeluk agama dari gesekan-
keagamaan yang melibatkan tempat gesekan prinsipil keagamaan.
peribadatan di Indonesia Dari uraian dan data diatas,
menunjukkan aksi ini lebih dilatar jelaslah bahwa konflik agama yang
belakangi karena status bangunan melibatkan tempat peribadatan dan
yang ilegal, indikasi aliran sesat dan memicu retensi antar pemeluk agama
kesalahpahaman antar jemaat. tidak semata-mata disebakan oleh
Perusakan ini bertujuan untuk eksistensi bangunan peribadatan itu
menegakkan hukum (tertib sendiri. Konflik sebenarnya justru
bangunan), mengusir, dan atau bersumber dari aktivitas yang
mematikan aktivitas aliran sesat dilakukan di dalam tempat
tersebut. peribadatan itu sendiri.
Berbicara dalam konteks
keberadaan suatu rumah ibadat
ditengah kemajemukan agama,

111
Local Genious Education sikap saling menghargai satu sama
(Pendidikan Kearifan Lokal) lain (Al Hakim, 2012).
Pendidikan kearifan lokal Diantara inti dari model
merupakan sebuah model pendidikan berbasis kearifan lokal ini
pendidikan aplikatif yang adalah menyandingkan dan
berorientasi terhadap nilai-nilai menyeimbangkan antara pengajaran
budaya lokal daerah. Model hukum Islam dengan legal formal,
pendidikan ini berbasis project pendidikan dakwah yang responsif
citizen yang menggunakan subyek dengan kondisi dan psikologi
dan obyek manusia secara utuh. masyarakat, pembinaan akhlak dan
Kearifan lokal merupakan budaya tasawwuf yang dialektis dengan
manusia atau adat yang norma-norma masyarakat. Serta
dikembangkan secara turun dengan penanaman nilai-nilai
menurun oleh warga masyarakat. humanitas dan HAM. Apabila
Kita mengetahui bersama bahwa keempat hal ini diterapkan maka
pendidikan adalah dasar manusia akan membawa generasi muda dalam
mengerti dan memahami suatu wadah yang moderat dan toleran
dialektika. Dengan pendidikanlah (Hanafi, 2015).
kita dapat membedakan segala Kerusuhan antarumat
perkara yang abstrak dan nyata. beragama semestinya tidak terjadi,
Local genious education dikarenakan posisi strategis
dibentuk dengan kesadaran bahwa Indonesia yang sangat menghormati
kearifan lokal yang dimiliki oleh hukum adat. Masyarakat hukum
hampir seluruh bangsa Indonesia adat yang diakui dan dijamin
merupakan keberagaman yang patut keberadaannya oleh Undang-undang
untuk dilestarikan. Tidak salah jika Dasar Negara Republik Indonesia
dalam hal ini kita mengambil contoh Tahun 1945 pasal 28 G (2) memang
penggalian makna Pancasila yang menjelaskan tentang keistimewaan
lahir dari nilai-nilai luhur budaya hukum adat. Namun, secara yurudis
bangsa. Pancasila sebagai sebuah formal, segala hukum tersebut tidak
pengkristalan nilai-nilai moral boleh bertentangan dengan nilai-nilai
memang sejatinya harus tetap Pancasila. Jika pembakaran dan
dijunjung tinggi (Wiyono, 2012). pengerusakan rumah ibadat yang
Maka dari itu perlu adanya dilakukan oleh oknum-oknum
aktualisasi nilai-nilai Pancasila atasnama agama tertentu pasti tidak
dalam kehidupan sehari-hari. akan pernah dibenarkan. Sebuah
Dalam menangkal paham hukum adat sejatinya juga tidak
radikalisme dan ancaman gerakan boleh bertentangan dengan hukum
transnasional, menurut Hasyim nasional (Wiyono, 2012).
Muzadi disebutkan bahwa kuncinya Pendidikan kearifan lokal akan
adalah, memperkuat pemikiran berfungsi menjadikan nilai-nilai
moderat di kalangan masyarakat. moral budaya luhur bangsa sebagai
Local genious education berperan salah satu solusi penanaman
penting dalam mengembangkan nilai-nilai toleransi dan pemahaman
nilai-nilai moderatisme dalam model akan keberagamaan. Berikut
pendidikannya. Seperti yang kita merupakan beberapa tujuan teknis
ketahui, bahwa kearifan lokal budaya adanya Local Genious Educations di
masyarakat yang dimiliki cenderung Indonesia:
berorientasi pada kerukunan dan

111
1. Berfungsi sebagai ―zona aman‖ terhadap mayoritas dengan tidak
bagi pemeluk agama dan salang mudah diiprovokatori.
keyakinan minoritas; Ketiga, turut berpartisipasi
2. Mengembangkan iklim belajar aktif dalam manjaga kesatuan dan
yang damai dan penuh dengan persatuan bangsa dengan terus
nilai-nilai moral budaya bangsa; mengakampanyekan gerakan saling
3. Menangani konflik dengan cara toleransi dan tidak mudah tersulut
menghormati hak dan martabat emosi akan gerakan transnasional
pihak yang terlibat di dalamnya; radikal. Upaya ini juga sebagai salah
4. Menjabarkan pengetahuan satu komitmen kita dalam menjaga
tentang bentuk perdamaian dan stabilitas nasional dan mencegah
tanpa diskriminasi baik dalam disintegrasi bangsa. Diharapkan
praktik maupun adminitrasinya; dengan model pendidikan kearifan
5. Menyediakan forum diskusi lokal ini, masyarakat bisa terbina
tentang permasalahan nilai-nilai dalam satu wilayah kerukunan
damai dan kesejahteraan sosial; antarumat beragama di Indonesia.
6. Mengembangkan dan
membudayakan perilaku saling Daftar Pustaka
menghormati dan mengahragi
perbedaan. Ali, Suryadharma. 2013. Mengawal
Dari berberapa fungsi serta tujuan Tradisi Meraih Prestasi, Inovasi
yang hendak dicapai tentunya dan Aksi Pendidikan Islam.
pendidikan kearifan lokal ini sangat Malang: UIN Maliki Press.
cocok untuk diterapkan. Mengingat, Al-Hakim, Suparlan. 2012. Pendidik-
banyak generasi muda yang saat ini an Kewarganegaraan dalam
mulai meninggalkan budaya lokal Konteks Indonesia. Malang: UM
daerahnya masing-masing. Press.
Dale, Stephen Frederic. 1998.
Penutup Religious Suicide in Islamic Asia:
Anticolonial Terrorism in India,
Urgensi model pendidikan Indonesia, and the Phillipines.
kearifan lokal (local genious The Journal of Conflict
education) yang toleran dan inklusif Resolutions.
berbasis konsep pendidikan Data sensus penduduk oleh dinas
setidaknya dapat diuraikan melalui kependudukan Kementerian
beberapa poin berikut: Dalam Negeri tahun 2010
Pertama, sebagai bentuk Ketetapan MPR RI Nomor
pengembangan kurikulum III/MPR/2000 tentang Sumber
pendidikan berbasis kearifan lokal Hukum dan Tata Urutan
yang lebih moderat, humanis, toleran, Perundang-undangan
inklusif, transformatif terhadap Ketetapan MPR RI nomor
berbagai problematika sosial yang I/MPR/2003 tentang
sedang berkembang. Seperti halnya peninjauan kembali materi dan
kasus kerusuhan di Tolikara Papua status hukum ketetapan MPRS
dan Aceh Singkil. dan ketetapan MPR RI tahun
Kedua, dengan 1960 sampai dengan tahun
mengembangkan model pendidikan 2002
kearifan lokal diharapkan mahasiswa Panikkar, R. 1994. Dialog Intra
mampu memahami diskursus Religius. Yogyakarta: Kanisius.
kontemporer hak kaum minoritas

112
Penjelasan Peraturan Bersama
Menteri Agama & Menteri
Dalam Negeri Nomor 8 & 9
Tahun 2006.
Purwoko, Dwi. 2002. Islam
Konstitusional dan Islam
Radikal. Jakarta: Permata
Artistika Kreasi.
Rodli, Ahmadi. 2013. Stigma Islam
Radikal. Yogyakarta: Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Suparlan, Parsudi. 1982.
Pengetahuan Budaya, Ilmu-ilmu
Sosial dan Pengkajian
masalah-masalah Agama.
Jakarta: Badan Litbang
Departemen Agama Republik
Indonesia.
Susurin dan Maria Ulfa. 2006.
Nilai-nilai Pliralisme dalam Islam:
Jakarta: Nuansa-Fatayat NU-
Ford Foundation.
Taufiqurrahman. 2013. Sang
Nahkoda: Biografi Suryadarma
Ali. Malang: UIN Press.
Universitas Gadjah Mada. 2008.
Laporan Tahunan Kehidupan
Beragama di Indonesia Tahun
2008. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Wiyono, Suko. 2012. Reaktualisasi
Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara.
Malang: Wisnuwardhana Press.
Zada, Hamadi. 2006. ―Agama dan
Etnis: Tantangan Pluralisme di
Indonesia‖ Jakarta: Nuansa-
Fatayat NU-Ford Foundation.

113
MEMBUMIKAN ISLAM NUSANTARA - RAHMATAL LIL’ALAMAIN
SEBAGAI UPAYA PEMERSATU BANGSA DAN FILTER ALIRAN SESAT
YANG MEMECAH BELAH NKRI
Oleh Khozinatus Sadah dan Lu‘luah Qurrotal A‘ini
(PPSP Al- Ishlahiyah, e-mail: sadahkhozinatus@gmail.com,
ismii.qurrotulaini@gmail.com)

Abstrak
Indonesia merupakan Negara majemuk yang kaya akan budaya, ras,
suku, dan agama. Hal ini merupakan suatu potensi akan lahirnya
Negara yang kaya akan budaya, dan juga merupakan peluang dalam
memecah NKRI. Hal ini terbukti dengan berbagai kasus kegamaan yang
telah memecah belah NKRI, salah satunya adalah Gafatar dan ISIS.
Anehnya semua gerakan tersebut adalah mengatasnamakan Islam,
karena Indonesia merupakan Negara dengan penduduk muslim
terbanyak, memiliki organisasi keIslaman yang fariatif, dan dengan
aliran yang terus berkembang. Hal ini merupakan suatu potensi dari
datangnya penjajah baru ke Indonesia melalui jalur agama. Indonesia
membutuhkan lembaga yang mampu memfilter dan meengendalikan
lahirnya aliran-aliran baru yang dianggap sesat, cenderung merusak,
dan memecah belah NKRI. Lahirnya Islam Nusantara merupakan salah
satu upaya dari para ulama‘ Indonesia dalam mengembalikan
persatuan bangsa, sebagai wujud Islam yang rohmatal li‘alamain dan
tanpa mengucilkan atau membedakan agama dari kelompok lain. Guna
menyukseskan niatan tersebut, maka ada beberapa tugas yang harus
dijalankan antara lain (1) merangkum dan mengelola berbagai asset
budaya dan agama bangsa dengan mengutamakan jalinan kerukunan
dan toleransi dalam beragama aspek, namun tetap dalam jalur yang
benar, (2) Islam Nusantara, sebagai lembaga semi otonom yang
berkembang dibantu oleh Depag, pemerintah, dinas kebudayaan,
militer dan dikelola oleh para ulama‘ guna sebagai lembaga pemberi ijin
(sertifikasi kualitas aliran yang dinilai baru) di Indonesia , (3) pemberi
informasi dan layanan konsultasi masyarakat awam akan agama yang
benar dan telah dilegalisasi atau disepakati pemerintah, (4) megayomi
dan memberi petunjuk bagi aliran yang dianggap sesat untuk dapat
kembali ke jalan yang benar dan dapat kembali bermasyarakat secara
normal, (5) turut memantau dan menyelidiki dari berbagai aliran baru
ataupun perilaku baru yang hadir di masyarakat, sebagai bentuk
upaya mencegah perpecahan bangsa Indonesia , terutama dalam hal
keagamaan. Demi terjalannya tugas tersebut, maka upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan membentuk lembaga Islam Nusantara yang
independen dan bekerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah,
lembaga hukum, MUI, pesantren, masyarakat, sivitas akademik, dan
budayawan. Gagasan dan metode ini nantinya akan digunakan dalam
merumuskan formasi dan draft dalam UUD akan pengaturan beragama
di Indonesia, sebagai upaya agar bangsa Indonesia tidak mudah

114
terpecah belah oleh aliran agama baru yang bersumber dari Negara
Asing. Dengan adanya makalah ini diharapkan akan lahir Islam
Nusantara yang idealis dan rohmatal lil‘alamin yang mampu dijadikan
tunas harapan bangsa di masa depan.

Kata-Kata Kunci:
Islam Nusantara, Rohmatal Lil‘alamin, Pemersatu Bangsa, Aliran Sesat,
Perpecahan NKRI .

Pendahuluan pendapat yang diikuti dan diyakini,


sedangkan sesat artinya salah arah.
Menurut KBBI (2011: 1010) Sehingga dapat disimpulkan bahwa
istilah nusantara merupakan sebutan aliran sesat merupakan faham,
bagi seluruh wilayah Kepulauan pendapat yang telah diyakini oleh
Indonesia. Sedangkan defnisi Islam seseorang atau kelompok dan salah
nusantara menurut KH Mustofa Bisri arah. Perkembangan aliran sesat di
(Rais ‗Am PBNU) adalah Islam yang Indonesia berkembang cukup drastis.
diajarkan oleh Walisongo dan berada Baik kesesatan tersebut berupa
di Indonesia. Ajaran Islam ini pengauan sebagai nabi, jelmaan roh
merupakan akulturasi ajaran Islam Maryam dan mendapat wahyu setelah
yang dibawa nabi dan disebarkan di menikah dengan malaikat Jibril,
Indonesia dengan memanfaatkan ajaran-ajaran baru yang menyimpang,
nilai-nilai budaya di Indonesia , sesuai gerakan-gerakan jihad yang salah
dengan daerahnya masing-masing. arah, dan beberapa ajaran yang tidak
Tentunya ajaran Islam ini, sesuai nalar manusia dan cenderung
penekanannya adalah ajaran Islam merusak.
yang rahmatallil‘alamain, yakni ajaran Menurut Ngadhimah (2008)
yang bisa menyeimbangkan antara lahirnya berbagai pemikiran Islam
hubungan dengan Allah dan aliran Islam di Indonesia
(hablumminallah), hubungan dengan merupakan wujud dari hasil olah pikir
manusia (hablumminannas), dan manusia, dengan latar belakang
hubungan dengan alam sosiobudaya, realitas sosial umat
(hablumminal‘alam). Islam, dan tindakan mereka terhadap
Indonesia merupakan Negara perkembangan budaya, politik, dan
kepulauan yang memiliki berbagai tantangan kehidupan.
macam khazanah budaya tradisional Berdasarkan hasil refleksi
Islami yang berasal dari berbagai pemikir muslim maka lahirnya
kearifan lokal yang ada diberbagai beberapa paradigma pemikiran Islam
daerah (Supriyadi, 2014). Kearifan antara lain tradisionalisme, post
lokal Islami ini menunjukkan bahwa tradisionalisme, modenisme, neo
khazanah budaya Islam Indonesia modenisme, revivalisme, dan
begitu kaya dan melimpah, oleh fundametalisme. Hadirmya beberapa
karena itu, khazanah ini perlu paradigma ini juga tidak bisa terlepas
dilestarikan agar kekuatan ukhuwah dari latar belakang para pendiri
Islamiyah umat Islam nusantara paradigma tersebut. Munculnya
dapat ditingkatkan dan perpecahan aliran sesat merupakan suatu produk
dari lahirnya aliran baru yang sesat akhir akan pemahaman Islam yang
dapat diminimalisir. salah. Terutama bagi pendiri aliran
Menurut Anonim (2010: 32) yang berlatar pendidikan dari Negara
aliran memiliki makna faham, barat. Atau berbasis keilmuan umum

115
yang tidak diimbangi dengan aliran-aliran baru yang sesat. Hal ini
pendidikan agama. Tentunya terbukti dari hendak
pendidikan berbasis pendidikan diberhentikannya kerjasama
formal non Islami akan jauh berbeda pertambangan emas Freeport dengan
dengan pendidikan Islam berbasis Amerika Serikat, maka muncullah
pesantren. kasus pengeboman di Mall Sarinah,
Menurut Pengurus Besar dan booming-nya Gafatar (Gerakan
Nahdlatul Ulama (PBNU) sejak tahun Fajar Nusantara) di Indonesia .
2001 hingga 2007, sedikitnya Sehingga permasalahan Freeport
terdapat ± 250 aliran agama yang belum sempat terselesaikan
menyimpang berkembang di disebabkan pemerintah disibukkan
Indonesia dan 50 di antaranya oleh bom Sarinah dan Gafatar.
tumbuh subur di Jawa Barat seperti Beberapa fenomena ini meruapakan
Al Qiyadah Al Islamiyah, Alquran Suci, umpan yang berfungsi untuk
Lia Eden / Salamullah. Keberadaan mengecoh atau mengalihkan fokus
aliran sesat di Indonesia disebabkan pemerintah dalam menyelesaikan
beberapa faktor antara lain: hubungan bilateral antara Negara.
kebebasan warga Indonesia dalam Terutama dalam mengupayakan
memeluk agama, rendahnya jenjang Indonesia menjadi Negara maju dan
pendidikan warga Indonesia , dan bebas dari kekuasaan Negara asing.
kemiskinan. Kebebasan memeluk Upaya pemerintah dalam
agama di Indonesia merupakan mengatasi permasalah tersebut telah
potensi yang utama dalam lahirnya dilakukan dengan dua cara yaitu
aliran-aliran baru di Indonesia . melalui sarana hukum pidana (penal),
perkembangan aliran baru tersebut dan sarana di luar hukum pidana (non
diperkuat dengan kondisi masyarakat penal) (Harahab & Supriyadi, 2008).
Indonesia yang masih berada dalam Kelemahan dalam upaya tersebut
garis kemiskinan dan pendidikan adalah terletak dari sulitnya
yang rendah, sehingga orang-orang mendeteksi munculnya aliran baru
tersebut sangat mudah dipengaruhi yang menyesatkan, dan aliran
dikarenakan kedangkalan ilmunya tertentu baru dapat terdeteksi oleh
dan mudah sekali untuk diajak aparat hukum maupun MUI ketika
bergabung dalam aliran sesat terjadi pengaduan oleh masyarakat.
terutama ketika aliran tersebut telah Maupun ketika ada beberapa kasus
mengiming-ngiming dengan materi. yang dianggap merugikan warga. Oleh
Potensi lahirnya aliran sesat di karena itu, diperlukan gagasan yang
Indonesia juga dipicu dengan kondisi dapat menyelesaikan masalah dan
perekonomian, politik, dan hubungan dapat memaksimalkan potensi yang
internasional antar Negara. Tidak telah ada.
dapat dipungkiri bahwa beberapa Islam nusantara berkarakter
aliran sesat yang telah lahir di rahmatallil‘alamin adalah salah satu
Indonesia merupakan ciptaan Negara upaya yang dapat dilakukan guna
asing yang hendak menjajah kembali menggalangkan persatuan bangsa.
Indonesia dengan cara memecah Terutama dalam mewadahi potensi
belah persatuan NKRI melalui agama. budaya yang ada di setiap daerah dan
Keberagaman agama yang dianut upaya memfiltrasi munculnya
warga Indonesia , serta kebudayaan, berbagai aliran atau gerakan baru
adat, dan cara berfikir warga yang menyesatkan dan memecah
Indonesia yang fariatif merupakan belah NKRI. Tentunya Islam
salah satu potensi akan lahirnya nusantara akan membutuhkan

116
kerjasama dari berbagai pihak, baik budaya berbasis keIslaman yaitu
organisasi keIslaman, pemerintah, tempat asal kedatangan Islam, para
kepolisian, MUI, dan para pembawa Islam, dan waktu
budayawan-budayawan dan kedatangan Islam.
pemerhati keagamaan di Indonesia , Menurut Firdaus (2015) Islam
diharapkan dari adanya lembaga yang sempurna adalah Islam yang
independen dalam naungan Islam bisa memberikan jaminan bagi
Nusantara akan mampu mengurangi penganutnya dalam lima hal antara
perpecahan bangsa disebabkan aliran lain keselamatan fisik (hifdzu nafs),
sesat dan kerukunan–toleransi keselamatan keyakinan (hifdzu din),
beragama dapat dimaksimalkan. keselamatan keluarga dan keturunan
Rumusan masalah yang (hifdzu nasl), keselamatan harta
terkandung dalam makalah ini, benda (hifdzul mal), dan Keselamatan
antara lain: (1) Bagaimanakah konsep hak milik dan profesi (hifdzu aql).
Islam Nusantara yang rahmatal Al-Qur‘an telah menerangkan bahwa
lil‘alamin?; (2) Bagaimanakah konsep Islam adalah agama rahmatalil‘alamin
pemikiran agama Islam di Indonesia?; yang dijelaskan pada Surat Al- Anbiya:
(3) Bagaimanakah karakteristik aliran 107.
ِ ِ
َ ‫اك إِل َر ْمحَ ًة ل ْل َعالَم‬
sesat di Indonesia? (3) Bagaimanakah ‫ي‬
formulasi Islam nusantara yang dapat
َ َ‫َوَما أ َْر َس ْلن‬
dijadikan pemersatu NKRI dan filter ―Kami tidak mengutus engkau, Wahai
aliran sesat di Indonesia?; (4) Muhammad, melainkan sebagai
Bagaimanakah teknik implementasi rahmat bagi seluruh manusia‖ (QS. Al
gagasan dan prediksi hasil gagasan? Anbiya: 107)
Rahmat adalah kasih sayang.
Pembahasan Rahmat ini dapat diberikan kepada
siapapun dan apapun baik sesama
1. Konsep Islam Nusantara yang manusia maupun makhluk ciptaan
Rahmatal lil’alamin Allah lainnya. Rahmat juga dapat
diwujudkan dalam bentuk toleransi
Islam adalah agama yang
beragama, terutama dalam
universal dan mampu menaungi
menyelenggarkan kehidupan yang
berbagai umat di dunia, tidak hanya
sejahtera.
Islam saja, sehingga Islam dinamakan
Secara etimologis Islam memiliki
agama yang rahmatallil‘alamin
makna patuh, tunduk, selamat,
(Ghofur: 2011). Penyebaran Islam di
damai, dan sejahtera. Sedangkan
dunia, tidak lepas dari budaya lokal
menurut termologis Islam memiliki
yang ada di Negara tersebut. Tentunya
makna kepatuhan seorang hamba
unsur budaya tersebut ada yang
kepada sang penciptanya yang
kontradiktif dengan ajaran Islam
diwujudkan dengan rasa ketaatan
karena mengandung unsur budaya
dalam melaksanakan perintah dan
hindu-budha maupun agama lainnya.
menjahui segala larangan. Selain itu,
Demi terwujudnya agama Islam yang
Islam juga memiliki makna berbagai
haq dan tidak meninggalkan budaya
aturan hidup dan cara hidup yang
yang ada, maka budaya tersebut
baik dalam berbagai aspek kehidupan
kemudian diakulturasi dengan ajaran
yang mampu memberikan pilihan
Islam yang benar. Sehingga dapat
yang terbaik bagi manusia.
dijadikan media dalam berdakwah
Kesimpulan dari rahmat dalam
dan tetap mempertahankan nilai-nilai
Islam yang dikhususkan pada
budaya yang ada. Ada beberapa aspek
rahmatalil‘alamin adalah bahwa Islam
yang berpengaruh dalam akulturasi
adalah agama yang mengupayakan

117
terwujudnya hubungan yang sehingga dalam pelaksnaannya
harmonis, saling mengasihi bagi mengikutsertakan perkembangan
seluruh alam. Hubungan tersebut zaman, terutama dalam penggunaan
dapat diwujudkan dengan perbaikan bahasa. Pemikiran Islam yang
ketiga aspek berikut (1) terakhir adalah Islam liberal yang
hablumminallah, (2) hablumminannas, ditandai dengan munculnya JIL
dan (3) hablumminal‘alam. Sedangkan (Jaringan Islam Liberal), yang
makna Islam nusantara yang mengutamakan nalar rasional dan
rahmatalil‘alamin adalah Islam yang liberal dalam memahami teks-teks
berada di Indonesia adalah agama ajaran Islam berdasarkan penafsiran
yang mampu memberikan ketenangan yang dibungkus dengan pendekatan
dan ketenangan, dan kesejahteraan hermeneutika. Karena gagasan itu
bagi siapaun yang menetap di dianggap telah melenceng dari ajaran
Indonesia . dasar Islam oleh sebagian besar umat
Islam di Indonesia terutama para
2. Konsep Pemikiran Islam di ulama (Abidin, 2012).
Indonesia Berdasarkan tahapan proses
pemikiran Islam yang kian memburuk
Konsep pemikiran Islam di dan tidak sesuai dengan sumber
Indonesia berkembang dengan pesat ajaran Islam, tentunya diperlukan
seiring dengan perkembangan zaman, upaya penegakkan kembali Islam
tokoh intelektual Islam, dan para yang benar dan dapat mengayomi
ulama‘ selaku pemimpin. Lahirnya seluruh golongan. Sehingga umat
pemikira-pemkiran Islam tentunya Islam tidak terpecah belah.
dipicu oleh latar belakang pendidikan
para pelakunya. Menurut Abidin
(2012) corak pemikiran Islam terbagi 3. Karakteristis Aliran Sesat
menjadi empat kateogri, yaitu (1) Menurut MUI
Islam Ideologis, (2) Rasionalisme Islam,
(3) Neo-Modernisme Islam, dan (4) Aliran sesat merupakan berbagai
Liberalisme Islam. Perkembangan aktivitas maupun ajaran yang
pemikiran Islam ini terjadi secara menyimpang dari norma agama Islam
bertahap berdasarkan tahun dan yang telah diakui secara universal
zamannya. (Harahab & Supriyadi, 2008). Adapun
Islam ideologis merupakan 10 kriteria sesat menurut MUI, yaitu:
perjuangan kaum muslimin dalam (a) Mengingkari salah satu dari rukun
menegakkan agama Islam yang benar iman yang 6 (enam) yakni beriman
dan sesuai dengan apa yang telah kepada Allah, kepada Malaikat-Nya,
diwahyukan Allah kepada nabi kepada kitab-kitab-Nya, kepada
Muhammad SAW baik dalam konteks Rasul-Rasul-Nya, kepada hari
kehidupan beragama maupun Akhirat, kepada Qadla dan Qadar
bernegara. Rasionalisme Islam dan rukun Islam yang 5 (lima)
merupakan wujud pemikiran manusia yakni mengucapkan dua kalimah
akan agama Islam dan lebih syahadat, mendirikan shalat,
menekankan pada aspek rasional dan mengeluarkan zakat, berpuasa
kebanyakan melenceng jauh dari pada bulan Ramadhan,
prinsip sejarah dan fundamental menunaikan Ibadah haji.
Islam. Selanjutnya lahirlah pemikiran (b) Meyakini dan atau mengikuti
Islam Neo-Modernisme Islam yaitu akidah yang tidak sesuai dengan
sebuah pemikiran agama Islam yang dalil syar‘i (Al-Quran dan As-sunah)
dipadukan dengan unsur modernisasi,

118
(c) Meyakini turunnya wahyu setelah dikelompokkan menjadi dua, yaitu
Al-Quran ushul yang mencakup aqidah dan
(d) Mengingkari otentisitas dan atau ibadah, dan furu‘ yang merupakan
kebenaran isi Al-Quran rincian dari ajaran pokok yang juga
(e) Melakukan penafsiran Al-Quran mencakup aqidah dan ibadah
yang tidak berdasarkan (Harahab & Supriyadi, 2008).
kaidah-kaidah tafsir Perbedaan dalam hal aqidah
(f) Mengingkari kedudukan hadis Nabi dinamakan aliran, sedangkan
sebagai sum-ber ajaran Islam perbedaan aqidah dalam hal fiqih
(g) Menghina, melecehkan dan atau disebut madzab. Selama ini beberapa
merendahkan para nabi dan rasul aliran yang dianggap sesat
((h) Mengingkari Nabi Muhammad merupakan wujud dari pemahaman
SAW sebagai Nabi dan Rasul aqidah yang salah, dan penggunaan
terakhir sumber syari‘at Islam yang salah.
(i) Merubah, menambah dan atau Sehingga dalam pelaksanaan
mengurangi pokok-pokok ibadah ibadahnya banyak yang menimpang
yang telah ditetapkan oleh syari‘ah, dengan agama Islam.
seperti haji tidak ke Baitul-lah,
shalat fardlu tidak 5 waktu
((j) Mengkafirkan sesama muslim
tanpa dalil syar‘i, seperti
meng-kafirkan muslim hanya
karena bukan kelompoknya (Fokus
Berita – Ikhlas Beramal, 2010: 34).
Penetapan aliran sesat oleh MUI
dilakukan oleh beberapa tahapan
antara lain (1) penelitian dan
pengumpulan data, informasi, bukti,
dan saksi tentang paham, pemikiran,
dan aktivitas kelompok atau aliran
tersebut oleh komisi pengkajian, (2)
komisi pengkajian akan meneliti dan
melakukan pemanggilan terhadap
pimpinan aliran atau kelompok
tersebut dan saksi ahli atas data, Gambar 4.1 bagan formulasi gagasan
informasi dan bukti yang diperoleh, (3) Islam Nusantara yang rahmatal
hasil penlitian komisi pengkajian lil‘alamin
akan disampaikan kepada dewan Berikut penjelasan bagan
pimpinan, dan apabila dipandang formulasi Islam Nusantara yang
perlu, dewan pimpinan akan rahmatallil‘alamin
menugaskan komisi fatwa untuk (a) Islam nusnatara membentuk
membahas dan mengeluarkan fatwa lembaga independen dan
(Harahab & Supriyadi, 2008). bekerjasama dengan berbagai
kalangan di Indonesia , antara lain:
4. Formulasi Islam Nusantara yang pemerintah pusat & lembaga
Dapat dijadikan pemersatu NKRI hukum, MUI & pesantren,
dan filter aliran sesat di masyarakat & sivitas akdemik, dan
Indonesia Dinas kebudayaan.
(b) Dalam kerjasama tersebut lembaga
Secara umum pemahaman
islam nusantara berperan sebagai
dalam agama Islam dapat

119
koordinator dan penanggung jawab Kesimpulan dan Saran
dalam suksesi program
(c) Kerjasama yang telah terjalin, Kesimpulan
kemudian difokuskan kepada Kesadaran Islam nusantara yang
beberapa job discriptiont sesuai rahmatlill‘alamin perlu dibumikan
fungsi dari lembaga atau pihak kembali di Indonesia seiring dengan
yang bersangkutan. maraknya berbagai aliran dan
(d) Berbagai pihak yang terlibat juga gerakan baru yang dapat memcah
melakukan kerjasama dalam belah NKRI.
suksesi program, yaitu
mengupayakan terjalinnya
Saran
keamanan dan persatuan di NKRI.
Sehingga terdapat garis koordinatif Diharapakan bagi semua pihak
diantara pihak-pihak tersbeut. untuk dapat menjalankan gagasan
Namun tetap dalam satu instruktif pendirian lembaga islam nusantara
yaitu lembaga islam nusantara. terutama bagi lembaga pendidikan
(e) Di sisi lain, lembaga islam Islam, tokoh masyarakat, dan pejabat
nusnatara juga memiliki LSO pemerintahan untuk suksesi
Pemberdayaan Masyarakat. LSO ini program.
berfungsi mengarahkan kembali
bagi pengikut aliran sesat agar bisa Daftar Rujukan
kembali menganut faham yang
benar. Anonim. 2010. Fenomena Aliran
Sesat di Indonesia . Fokus berita
5. Teknik Implementasi Ikhlas BERAMAL, Nomor 61
Program Tahun XIII Maret 2010. Online:
Teknik impelemntasi program www.kemenag.go.id/file/file/Pr
dari lembaga islam nusantara, antara odukHukum/nlei1397466665.p
lain: pembentukan tim formatur, df. Diakses 31 Januari 2016.
perumusan produk hukum dan Abidin, Zaenal. 2012. Dinamika
perumusan lembaga sertifikasi aliran Pemikiran Islam Indonesia :
di Indonesia, akulturasi nilai budaya Sebuah Deskripsi Wacana
Indonesia dengan ajaran agama Islam, Intelektualisme Islam di
sosialisasi dan publikasi, dan suksesi Indonesia . STAIN Jurai Siwo
program dan jalinan kerjasama Metro. Online:
dengan berbagai pihak stainmetro.ac.id/e-journal/index
.php/akademika/article-/downl
6. Prediksi Hasil oad/.../pdf
Firdaus, Roihatul. 2015. Sekedar
Gagasan adanya lembaga islam
Melanjutkan. Buku kumpulan
nusantara yang independen dan
Review Tulisan Gusdur yang
jalinan kerjasama dengan berbagai
diedit oleh Editor Muhammad
pihak diprediksikan akan mampu
Autad An Nasher dan
mengupayakan persatuan dan
Muhammad Pandu
kesatuan di Indonesia, serta
Ghofur, Abdul. 2011. Tela‘ah Kritis
mengurngi lahirnya lairan-aliran baru
Masuk dan Berkembangnya
yang sesat yang dapat memecah belah
Islam di Nusantara. Online:
NKRI.
download.portalgaruda.org/arti
cle.php?...-Tela’ah%20Kritis

121
%20Masu... Diakses 2 Februari
2016
Harahab, Yulkarnain dan Supriyadi.
2008. Aliran Sesat dalam
Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional.
Jurnal Mimbar Hukum, Volume
20, Nomor 3, Oktober 2008.
Online:
mimbar.hukum.ugm.ac.id-/inde
x.php/jmh/article/viewFile/252
/107. Diakses 31 Januari 2016.
Ngadhimah, Mambaul. 2008. Potret
Keberagamaan Islam Indonesia
(Studi Pemikiran dan Gerakan
Islam). STAIN Ponorogo. Jurnal
Innovatio, Vol VII, No. 14, Juli-
Desember 2008. Online:
i-epistemology.net/.../1137_in-v
7n14-%20Potret%20Keberagama
an%20... Diakses 31 Januari
2016.
Supriyadi, Yayat. 2014. Memotret
Khazanah Seni Budaya Islam
Nusantara. Online:
simbi.kemenag.go.id/.../makala
h-Islam-memotret-khazanah-sen
i-budaya-... Diakses 2 Januari
2015.

121
MEMBENTUK KESALEHAN GLOBAL
BERBASIS INTERNALISASI NILAI BUDAYA ASWAJA
Oleh Muhammad Natsir dan Sukarman
(Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara,
e-mail: m_nasir_79@yahoo.com & karl_mark@yahoo.com)

Abstrak
Dalam perjalanan - mentalitas keberagamaan – perkembangan Islam di
Indonesia, kita pernah mengenal pemikiran clifford geertz yang
berpendapat bahwa Agama merupakan sistem budaya, dan kemudian
ia membagi Islam menjadi Islam kaum santri, priyayi dan kaum
abangan. Kemudian dalam kemajuan budaya dan peradaban, agama
Islam semakin tumbuh subur dan kemudian muncul perilaku
keberagaman yang unik, beragam dan bahkan bervariasi ajarannya.
Indonesia termasuk Negara pluralis; berbeda-beda suku, ras dan
agama. Namun berkomitmen untuk tetap menjaga keutuhan negara
kesatuan Republik Indonesia. Ini menujukkan satu indikasi bahwa
bangsa Indonesia masih tetap menujunjung tinggi nilai-nilai yang
termaktub di dalam pancasila yang menjadi dasar berkehidupan
bangsa; berketuhanan, bersatu, dan berkerakyatan serta berkeadilan.
Pluralisme tidak menjadikan Indonesia sebagai Negara yang
berpotensi konflik. Akan tetapi, menjadi bangsa yang berbudaya tinggi
dan bangsa yang berjiwa besar. Nilai-nilai budaya dan mentalitas
bangsa yang kokoh dan kuat menjadikan Indonesia sebagai negara
yang berkepribadian dan berkarakter, meskipun di satu sisi muncul
anggapan bahwa Indonesia bagian dari negara-negara yang sedang
berkembang dari keterpurukan; dalam bidang politik, ekonomi, dan
sosial serta budaya. Laju peradaban bangsa - dalam laju peradaban
global - dapat berpotensi menggeser nilai budaya dan mentalitas suatu
bangsa; kehidupan beragama, kehidupan bersosial dan produk
teknologi. Dan hal ini bahkan - secara ekstrim – dapat menyebabkan
suatu bangsa menjadi terpuruk, mengalami dekadensi atau degradasi
moral, agama, dan pola hidup. Sistem pola kehidupan individu lambat
laun menjadi berubah total dan mengalami penurunan yang drastis;
dari baik menjadi buruk, dari agamis menjadi menyimpang dan dari
toleransi menjadi radikalis (premanisme agama) dan sebagainya.
Benturan dan pergeseran nilai budaya dapat berimplikasi pada pola
kehidupan bangsa, maka perlu reorientasi nilai agama dan budaya
melalui Internalisasi nilai-nilai budaya ahlu al-Sunnah wa al-jama‘ah
sebagai Icon Islam Nusantara bagi masyarakat Indonesia, yaitu
mengaktualisasikan orientasi keseimbangan, moderat, dan toleransi
dalam kehidupan berpolitik, ekonomi, sosial dan budaya. Nilai-nilai
budaya tersebut menjadi 3 pilar menuju Indonesia berperadaban tinggi
dan terhormat.

Kata-Kata kunci:
Kesalehan Global, Internalisasi, nilai-budaya Aswaja.

122
Pendahuluan Agama Islam menanamkan
nilai dan makna akidah, ibadah dan
Islam adalah agama yang muamalah (interaksi dengan sesama)
memiliki spirit menyebarkan dan secara kaffah menyeluruh dan
memberikan rahmat bagi semua komprehensif bagi pemeluknya dan
makhluk (rahmatan lil ‗alamiin) melibatkan bagi pemeluk lain di
sebagaimana yang tertekstualkan sekelilingnya, yakni menaburkan
dalam surat al- anbiya‘ ayat 107-108, spirit menyeru pada hal makruf dan
―Tiadalah Kami mengutus kamu, mencegah hal yang mungkar (amar
melainkan untuk (menjadi) rahmat makruf nahi munkar) sebagai bentuk
bagi semesta alam. Katakanlah: aktualisasi untuk mewujudkan
"Sesungguhnya yang diwahyukan kebaikan dan kemaslahatan bagi
kepadaku adalah: "Bahwasanya umat manusia, sebagaimana yang
Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa. tertuang pada surat ali- Imron 110,
Maka hendaklah kamu berserah diri yang berbunyi: ―Kamu adalah umat
(kepada-Nya)". yang terbaik yang dilahirkan untuk
Islam menebarkan keamanan, manusia, menyuruh kepada yang
kedamaian dan perdamaian bagi ma'ruf, dan mencegah dari yang
seluruh penduduk alam ini (salamun munkar, dan beriman kepada Allah.
alaikum) sebagaimana yang Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah
termaktub dalam surat al-an‘am ayat itu lebih baik bagi mereka, di antara
54 yang berbunyi, ―Apabila mereka ada yang beriman, dan
orang-orang yang beriman kepada kebanyakan mereka adalah
ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, orang-orang yang fasik.‖
Maka Katakanlah: "Salaamun Agama Islam yang sarat
alaikum. Tuhanmu telah menetapkan dengan ideologi, nilai dan ajaran
atas Diri-Nya kasih sayang. (Yaitu) akan membentuk perilaku yang
bahwasanya barang siapa yang konsisten bagi pemeluknya, dan
berbuat kejahatan di antara kamu lambat laun kebiasaan dan aktifitas
lantaran kejahilan, kemudian ia rutin akan menjadi produk budaya
bertaubat setelah mengerjakannya yang berlaku pada suatu komunitas
dan Mengadakan perbaikan, Maka tertentu. Akan tetapi, tidak menutup
Sesungguhnya Allah Maha kemungkinan bahwa suatu
Pengampun lagi Maha Penyayang.‖ kebiasaan atau rutinitas yang
Salaamun 'alikum artinya dilakukan oleh komunitas secara
Mudah-mudahan Allah melimpahkan turun temurun akan membentuk dan
Kesejahteraan atas kamu. mempengaruhi perilaku keberagama-
Maksudnya: Allah telah berjanji an seseorang dalam suatu komunitas
sebagai kemurahan-Nya akan masyarakat sehingga terjadi
melimpahkan rahmat kepada akulturasi budaya dan agama.
mahluk-Nya. Maksudnya Ialah: 1. (Koentjaraningrat. 1985: 5-12). Dan
orang yang berbuat maksiat dengan bahkan kemajuan peradaban
tidak mengetahui bahwa perbuatan manusia dalam berbagai aspek sendi
itu adalah maksiat kecuali jika kehidupan akan berpotensi
dipikirkan lebih dahulu. 2. orang menggeser – baik secara perlahan
yang durhaka kepada Allah baik maupun frontal- nilai, norma dan
dengan sengaja atau tidak. 3. orang ajaran serta pola pikir kehidupan
yang melakukan kejahatan karena beragama dan berbudaya bagi
kurang kesadaran lantaran sangat kehidupan manusia. Pergeseran
marah atau karena dorongan hawa mindset, ideologi dan nilai ajaran
nafsu.

123
pada diri seseorang akan muncul dan Faktor utama kemunculan
tampak pada pola hidup, pola Radikalisme agama atau gerakan
interaksi dan pola keberagamaan Islam garis keras dilatar belakangi
bagi suatu masyarakat. oleh politik lokal;tidak puas dengan
Dari hal tersebut, maka tidak kebijakan politik, marjinalisasi politik
heran - di Negara kita Indonesia - dan semacamnya. Selanjutnya
masih saja kita dipertontonkan agama menjadi pemicu legitimasi
serangkaian peristiwa aksi kekerasan bagi gerakan Islam garis keras yang
dan teror bom, bahkan baru-baru berpotensi menjadi bahaya besar bagi
saja kelompok gafatar yang kelangsungan peradaban manusia.
melakukan modus penculikan (Jamhari dan Jajang Jahroni. 2004:
terhadap seseorang untuk tujuan 47). Gerakan Radikalisme didorong
tertentu. Radikalisme atau oleh tiga faktor pendukung. Pertama,
fundamentalisme agama sering faktor sosial politik dalam kerangka
dikaitkan dengan Islam garis keras historisitas manusia. Kedua, faktor
yang banyak bermunculan di awal emosi keagamaan (sentiment
era reformasi pada masa transisi keagamaan dan solidaritas
kepemimpinan presiden Soeharto. keagamaan). Ketiga, faktor kultural,
Terorisme di Indonesia merupakan yang dianggap sabagai antitesa
terorisme di Indonesia yang terhadap budaya sekularisme barat
dilakukan oleh kelompok militan yang dijustifikasi sebagai musuh
Jemaah Islamiyah yang berhubungan besar, juga memiliki andil besar
dengan al-Qaeda ataupun kelompok dalam munculnya radikalisme.
militan yang menggunakan ideologi (Ahmad Ali MD. ―Aktualisasi Nilai-
serupa dengan mereka.Sejak tahun Nilai Aswaja NU dalam mencegah
2002, beberapa "target negara Barat" Radikalisme agama‖. Al- Dzikra. 2011:
telah diserang.Korban yang jatuh 4)
adalah turis Barat dan juga Sederetan peristiwa radikalis-
penduduk Indonesia. Terorisme di me, premanisme agama dan
Indonesia dimulai tahun 2000 semacamnya - dalam frame spirit
dengan terjadinya Bom Bursa Efek keagamaan - merupakan satu bentuk
Jakarta, diikuti dengan empat pola keberagamaan yang muncul -
serangan besar lainnya, dan yang sebagai asumsi/postulat – karena
paling mematikan adalah Bom Bali pemahaman spirit, ajaran dan
2002. Cermati saja beberapa nilai-nilai agama Islam secara parsial
peristiwa pengeboman baru-baru ini dan belum memahami secara
misalnya: Bom Solo 2012, 19 Agustus menyeluruh. Dan hal tersebut
2012. Granat meledak di Pospam menunjukkan bahwa Islam dan
Gladak, Kota Surakarta Solo, Jawa ajarannya belum dipahami dengan
Tengah. Ledakan ini mengakibatkan baik oleh komunitas tertentu, dan ini
kerusakan kursi di Pospam Gladak. juga membuktikan bahwa
Serangan Jakarta 2016 Bom dan pemahaman terhadap Islam yang
baku tembak Jakarta, 14 Januari bervariasi dan beraneka versi
2016. Ledakan dan baku tembak di menjadi faktor penghambat dalam
sekitar Sarinah Plaza Sarinah, Jalan membentuk kesalehan pribadi atau
MH Thamrin Jakarta Jalan MH kesalehan suatu komunitas
Thamrin, Jakarta Pusat. masyarakat.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Terori Spirit Islam, ajaran dan
sme_di_Indonesia) nilai-nilainya belum sepenuhnya
teraktualisasikan pada diri

124
pemeluknya, maka reorientasi Pembahasan
pemahaman terhadap spirit, ajaran
dan nilai-nilai agama Islam menjadi Pengertian Ahlu al-Sunnah wal
suatu keniscayaan bagi seluruh umat Al- Jama’ah
manusia. Upaya dan usaha tertentu Ahlu al-Sunnah wal Al- Jama‘ah
perlu dilakukan untuk proses atau disingkat Aswaja secara
internalisasi nilai dan ajaran Islam etimologi tersusun dari tiga kata,
bagi seluruh pemeluknya agar umat yaitu: (1) Ahlun bermakna keluarga
manusia benar-benar menjadi dan umat (bangsa). (Wagdy Rizk
pribadi saleh sebagai pewaris bumi Ghali. 1996: 22-23); (2) Al-Sunnah
ini dan sebagai kholifah yang mampu sebagaimana pendapat Abu al-baqo‘,
mengemban amanat untuk memak- secara bahasa bermakna jalan/
murkan bumi dan untuk semua metode meskipun tidak diridhoi.
kemaslahatannya bagi umat manusia. Secara etimologi bermakna jalan
Sementara kata sholihun disebut yang diridhoi dan ditelusuri dalam
hanya 3 kali dalam al-Qur‘an. Hal ini agama dan telah dilewati/ditelusuri
mengindikasikan bahwa berusaha oleh Rasululloh saw atau seseorang
dan mengupayakan untuk yang mengetahui dalam urusan
membentuk dan mencetak pribadi agama, seperti para Sahabat RA,
yang sholih adalah hal yang tidak berdasarkan sabda Rasul SAW:
mudah, dalam perbandingan ―kalian semua harus mengikuti
dimungkinkan akan lebih banyak Sunnahku dan Sunnah para
pribadi yang tidak sholih daripada Khulafa‘urrosyidin dari setelahku‖.
pribadi yang sholih. Sebagaimana Sunnah secara terminologi
termaktub pada surat al- Anbiya‘ : bermakna segala hal yang telah
105, yang berbunyi: ―Dan sungguh dibiasakan/dirutinkan oleh Tokoh
telah Kami tulis didalam ZAbur[973] yang menjadi panutan baik seorang
sesudah (kami tulis dalam) Lauh Nabi atau Wali. (Syaikh Hasyim
Mahfuzh, bahwasanya bumi ini Asy‘ari. 2015: 4)
dipusakai hamba-hambaKu yang Al-Sunnah berarti metoda
saleh.‖ (thoriqoh), yaitu mengikuti metoda
Yang dimaksud dengan Zabur para Sahabat dan Tabi‘in serta
di sini ialah seluruh kitab yang ulama‘ salaf dalam memahami
diturunkan Allah kepada ayat-ayat mutasyabihat dengan
Nabi-Nabi-Nya. sebahagian ahli tafsir menyerahkan sepenuhnya
mengartikan dengan kitab yang pengertian ayat tersebut kepada
diturunkan kepada Nabi Daud a.s. Allah swt dan tidak mereka-reka
dengan demikian Adz Dzikr artinya menurut daya nalar manusia semata.
adalah kitab Taurat. (M. Ali Haidar. 1998: 67-68)
Fokus pembahasan ini adalah Sunnah berarti ucapan, perilaku,
untuk menjawab tiga permasalahan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW
pokok, yaitu: 1). Bagaimana yaitu meyakini kebenarannya sebagai
pemahaman Aswaja dan dasar keagamaan yang bersumber
perkembangannya ?. 2) Bagaimana dari al-Qur‘an dan Sunnah Nabi SAW
ideologi dan nilai Aswaja ?. 3) dan Sunnah para Sahabat yang
Bagaimana strategi Internalisasi nilai disebut dengan Ijma‘ Sahabat, yaitu
Aswaja dalam membentuk tradisi yang telah melembaga dalam
kesalehan ? kehidupan sosial keagamaan para
Sahabat Nabi SAW. (Saefur
Rochmat. ‖Nahdlatul Ulama: Mencari

125
Kompromi Islam dan Kebangsaan‖. Dalam hal Ubudiyah, mengikuti
Humanika. 2006: 55) salah satu Imam Empat; Abu Hanifah,
Jama‘ah bermakna sekelompok Malik Bin Anas, Muhammad al-Syafi‘I
orang atau komunitas yang berlaku dan Imam Ahmad Bin Hambal.
di kalangan kaum muslimin dari Dalam bertashawwuf, mengikuti
zaman ke zaman mencakup empat salah satu dari dua Imam: Abu Qasim
hal utama yaitu: al-Junaidi al-Baghdadi dan Abu
Aspek pendekatan manhaji: umat Hamid Muhammad al-Ghazali. (Said
Islam yang mengikuti Sunnah Agil Siraj. 2000: 3)
Rasululloh saw dan para
Sahabatnya. Perkembangan Istilah Ahlu
Aspek kuantitas: golongan yang al-Sunnah wal Al- Jama’ah
lebih besar dari umat Islam dengan Kemunculan madzhab tergambar
memegang teguh kelurusan dan dengan turunnya wahyu kepada Nabi
kebenaran. Muhammad SAW di gua Hira‘, dan
Aspek keluasan dan kedalaman dinamakan ahlu al- Sunnah karena
Paham (tsiqqoh): argumentasi yang mereka berpegang teguh pada
kuat, keimanan dan keagamaan serta Sunnah (perilaku) dan petunjuk Nabi
kepatuhannya. Muhammad SAW, para keluarga dan
Aspek dasar (asas): mereka Sahabat setelahnya, dan karena
memegang teguh kepada kebenaran untuk membedakan dari dari para
(al-haqq). penentang, dari orang-orang yang
Ahlu al-Sunnah wal al- secara bertahap memisahkan diri
Jama‘ah dapat dipahami sebagai dari manhaj (metode) ulama‘ agama
golongan mayoritas umat Islam. Ketika itu Istilah Ahlu
Muhammad saw. Mereka adalah al-Sunnah wal Al- Jama‘ah belum
Sahabat dan orang-orang yang masyhur, waktu itu hanya istilah
mengikuti mereka dalam dasar orang-orang muslim saja. Penamaan
aqidah. Merekalah yang dimaksud itu berawal pada pertengahan masa
oleh hadits Rasululloh SAW: Abbasiyyah tahun 1054 M setelah
‫فمن أراد ِببوحة اجلنة فليلزم اجلماعة (رواه‬ runtuhnya daulah Buwaihiyyah di
tangan saljuk dan tersebarnya
) ‫الرتمذي‬ Madrasah Nidzomiyyah di beberapa
wilayah besar Islam, untuk
―Maka barangsiapa yang
menyendiri dari golongan syi‘ah yang
menginginkan tempat lapang di surga
muncul namanya setelah
hendaklah berpegang teguh pada
pembunuhan Ali Bin Abi Thalib di
al-Jama‘ah; yakni berpegang teguh
tangan golongan Khawarij dari
pada aqidah al- Jama‘ah‖ (Hadits ini
penduduk Kufah. Ringkasnya bahwa
dishahihkan oleh al-Hakim dan
golongan Sunni yang berbeda seperti
at-Timidzi, hadits hasan shahih).
golongan Islam independen pada
(Syabab Ahlu al-Sunnah wal Al-
khalifah Ali Bin Abi Thalib dari
Jama‘ah. 2012: 1-2)
Khawarij. Dan dari golongan Syi‘ah
Dalam Qanun Asasi yang
setelah Sholahuddin al-Ayyubi
ditulis oleh Syaikh Hasyim Asy‘ari
dengan Mu‘awiyyah Bin Abi sufyan,
memberikan batasan praktis tentang
meskipun mereka menamakan diri
Ahlu al-Sunnah wal Al- Jama‘ah
dengan Ahlu al-Sunnah wal Al-
(Aswaja), yaitu madzhab yang dalam
Jama‘ah pada pertengahan masa
hal Akidah, mengikuti salah satu dari
Abbasiyyah, meskipun penamaan-
Imam Abu Hasan al-Asya‘ri dan
nya sejak akhir masa Bani Umayah
Imam Abu Mansur al-Maturidi.

126
belum terkenal sebagaimana pada menjadi murid didikan Rabi‘ah Bin
masa Abbasiyyah. Para pembesar farukh salah satu dari tujuh ahli fiqih.
Sunni seperti Ibnu umar, anas Bin Sementara Imam Bukhori dan Imam
malik, dan sa‘ad Bin Abi waqqosh Muslim mengumpulkan hadits
tidak terlibat dalam perselisihan dengan hujjah (dalil) dari Rabi‘ah.
diantara Umayyah dan Abbasiyyah Upaya kodifikasi Hadits berawal pada
dengan tujuan agar agama Islam permulaan Daulah Abbasiyyah yang
yang lurus tidak terpecah-pecah. Dan pada masanya berbeda dengan empat
setelah itu, secara bertahap terdapat Madrasah (pemikiran) resmi yang
gerakan untuk saling memisahkan menjadi sandaran para pengikut
diri. Abbasiyyah. Artinya para pengikut
Pioner yang menggunakan Istilah Abbasiyyah adalah Sunni karena
Ahlu al-Sunnah wal Al- Jama‘ah mereka bersandar pada empat
adalah Muhammad Bin Sirin, Madrasah bermadzhab Sunni, dan
berdasar pada hadits yang mereka syi‘ah karena mereka
dikeluarkan oleh Imam muslim mengakui terhadap keluarga bait di
dalam pembukaan kitab shahihnya waktu yang bersamaan.
dengan sanadnya kepada Ibnu Sirin, Selanjutnya penggunaan Istilah
sesungguhnya Ibnu sirin berkata: Ahlu al-Sunnah wal Al- Jama‘ah bila
― mereka tidak bertanya tentang ditinjau dari sejarahnya (dan dari
isnad, maka ketika terjadi fitnah, pengertian diatas), menurut sebagian
maka mereka berkata: berilah nama ahli sejarah keIslaman seperti
para tokohmu untuk kami, kemudian pernyataan Syeikh Muhammad
diperlihatkan pada Ahlu al-Sunnah Rasyid yang terungkap dalam Kitab
wal Al- Jama‘ah maka hadits mereka Minhajus Sunnatin Nabawiyah (Juz
diambil, dan diperlihatkan pada ahli 2: Shohifah 487) adalah sebagai
bid‘ah maka hadits mereka ditolak‖. berikut:
(http://ar.wikipedia.org/wiki).
Para Sahabat dan Tabi‘in seperti; ‫ف قَْب َل أ ْن‬ ٌ ‫ب قَ ِد ْْنٌ َم ْع ُرْو‬
ٌ ‫ذى‬
ِ
َ ‫ب ْأى ِل الس نة َم‬ ُ ‫ذى‬َ ‫َوَم‬
ْ ‫خَلَ َق هللاُ َأِب َحنِْيفَةَ َوماَلِكاً َوالشًّافِعِ ّى َو‬
Abu hurairah, Hassan Bin tsAbit,
anas Bin malik, dan Abdullah Bin ُ‫أمحَ َد فَإِ نًّو‬
umar, begitu juga para ahli fiqih
madinah, mereka giat meriwayatkan
‫الص َحابَِة الَّ ِذيْ َن تَلَقَّْونَوُ َع ْن نَبِيِّهِْم َوَم ْن‬
َّ ‫ب‬ ُ ‫َم ذْ َى‬
hadits yang telah sampai pada fase ‫ك كَا َن ُمْبتَ ِدعًا ِعْن َد ْأى ِل الس ن َِّة‬ ِ
َ ‫ف ذال‬ َ َ‫خَال‬
kodifikasi dari hadits yang
terpisah-pisah; seperti hadits pada (‫ (منهاج السنة النبوية‬.‫اع ِة‬ َ َ‫َواجلَم‬
lembaran hammam Bin munabbih
murid dari Imam Abu harairah, dan ―Dan madzhab Ahlu al-Sunnah wal Al-
hadits yang dikodifikasi oleh urwah Jama‘ah merupakan madzhab lama
Bin zubair dan aban Bin utsman Bin yang sudah dikenal sebelum Allah
affan dan selainnya. Pemikiran ini menciptakan Imam Abu Hanifah,
terbangun dari para empat Imam Malik, Asy-Syafii dan Imam Ahmad.
fiqih Ahlu al-Sunnah wal al- Jama‘ah Karena sesungguhnya ia merupakan
pada masa setelahnya, mereka madzhab Sahabat dimana mereka
berpegang/bersandar pada al-Qur‘an menerima dari nAbi mereka, dan
dan al-Sunnah dengan bentuk yang barangsiapa menyalahinya maka
mendasar. mereka merupakan orang yang
Di akhir masa Umayyah dan di melakukan bid‘ah menurut Ahlu
permulaan Abbasiyyah muncul Imam al-Sunnah wal Al- Jama‘ah‖.
Abu hanifah dan Imam malik yang

127
Penggunaan Istilah Ahlu digunakan untuk menyebut golongan
al-Sunnah wal Al- Jama‘ah ini belum Islam yang selalu memegang teguh
begitu masyhur di kalangan umat As-Sunnah dan bergAbung dengan
Islam. Baru kemudian setelah Jama‘ah Ulama-Ulama yang
memuncaknya fitnah dunia Islam, berusaha mengikis faham-faham
terutama di masa pemerintahan Bid‘ah di bawah sinar para pimpinan
Khalifah Al-Makmun (198-218 H) tokoh pembaharuan (‫ )جتديد‬yang
Bani Abbasiyah yang menjadi berusaha menghidupkan kembali
pendukung dan pejuang setia faham nilai-nilai yang telah pudar dari
Mu‘tazilah. Dan dengan tampilnya amalan-amalan yang bersumber dari
dua tokoh Ushuluddin sebagai reaksi Al-Qur‘an dan Al-Hadits. (Hadi
terhadap maraknya faham Mu‘tazilah Prayitno. Ahlu al-Sunnah wal Al-
atas dukungan Al-Makmun tersebut. Jama‘ah; sebuah telaah Ideologi dan
kedua tokoh tersebut adalah Abul Manhaji. PW Lakpesdam NU Jatim:
Hasan Al-Asy‘ari Al-Bashry (260-324 21-22).
H), dan Abu Mashur Al-Maturidy,
wafat di Samarkand (333 H).
Ideologi Ahlu al-Sunnah wal al-
Kepada kedua tokoh ini, Jama’ah
golongan Aswaja ini dinisbatkan yang
kemudian berkembang sebagai Konsep Fiqih Sunni
madzhab Islam terbesar dan sangat Kemunculan fiqih sunni
dominan di dunia Islam. Sementara kembali pada permulaan Islam,
madzhab-madzhab lain banyak yang terlebih setelah wafatnya Rasululloh
hilang ditelan waktu, tetapi tidak SAW, sekiranya para Sahabat, para
dengan madzhab Syi‘ah yang pengikut dan kaum muslim
memang resmi sebagai madzhab di khususnya berijtihad dalam
negeri Persia dan sebagian kecil di mengaplikasikan ucapan dan
Irak, Yordan, Syiria juga di Pakistan. perbuatan, serta ketetapan Nabi
SAW.
Termasuk dasar Agama bagi
Pemakaian Istilah Aswaja dalam Aswaja adalah menggali aqidah,
masa kurun waktu ibadah dan muamalat dari sumber
syari‘at yang disepakati yaitu al-
1. Masa Salafus Shaalih (‫)سلف الصاحل‬ Qur‘an, al- Sunnah, Ijma‘ dan Qiyas.
Belum pernah terjadi perselisihan
Pada masa Salafus-Shaalih diantara para Imam salaf (dahulu)
Istilah Ahlu al-Sunnah wal Al- dalam urusan i‘tikad (pokok agama)
Jama‘ah itu digunakan untuk dan perbedaan mereka pada
menyebutkan golongan Islam yang hukum-hukum syari‘at, adakalanya
mendahulukan petunjuk Al-Qur‘an karena tidak ada dalil yang jelas dari
dan mengikuti Sunnah Rasul (‫)إتباع الرسول‬ al-Qur‘an dan al- Sunnah, atau
dari pada petunjuk yang lain, karena lemahnya hadits sebagai
sekaligus memeliharanya dengan hujjah, atau sebab yang lain.
cara jama‘ah. Kemudian termasuk ulama‘
dari kalangan Sahabat yang tersebar
2. Masa Khalafus Shaalih (‫)خلف الصاحل‬ di beberapa daerah dan mereka
menyebarkan ilmunya, adalah;
Pada masa Ulama‘ Khalaf Abdullah Bin mas‘ud, Abdullah Bin
(ulama Islam baru) Istilah Ahlu Abbas, Abdulah Bin Umar, dan Zaid
al-Sunnah wal Al-Jama‘ah Bin Tsabit dan selainnya, dan datang

128
setelah mereka, para Tabi‘in dan sepuluh, di antaranya: Sahih
tabi‘i al- Tabi‘in, diantaranya; Abu Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi
Hanifah al- Nu‘man, Malik Bin Anas, dawud, Sunan al- Nasa‘i, Musnad
al- Laits Bin Sa‘ad, Al- Syafi‘i, dan Ahmad Bin Hambal dan lainnya.
Ahmad Bin Hambal, serta Ishaq bin Segala hal yang datang dari
Rahawiyyah, Muhammad Bin Jarir al- al-Qur‘an, dan hal yang sahih dari
Tabari dan lainnya, akan tetapi yang Sunnah Nabi SAW adalah syari‘at
terkenal dari mereka hanyalah bagi orang muslim. Aswaja mengam-
Empat Imam Madzhab karena bil dari Imam yang Empat dalam
muridnya banyak yang menyebarkan urusan cabang fiqih yang disepakati
madzhabnya, pendapat, dan mereka (al-Qur‘an, al-Sunnah, Ijma‘ dan
menjaga peninggalan tertulis, mereka Qiyas), Aswaja bersepakat dalam
menukil, mengkaji, memperhatikan keseluruhan akidah (pokok agama)
untuk mempelajarinya, dan berdasarkan pada hal yang telah
mengkompilasi serta mengajarkan- disepakati oleh para pendahulu umat
nya kepada manusia. Islam. Adapun dalil naqli yang
Madzhab fiqih yang tersebar dijadikan sandaran dalam pokok
secara luas bagi Aswaja secara resmi akidah adalah: nash yang pasti
di sebagian buku mereka adalah: (1) dlilalahnya yang mutawatir dari
Madzhab Hanafi, dinisbatkan kepada al-Qur‘an dan al-Sunnah, adapun
Abu Hanifah al- Nu‘man; (2) Madzhab mengambil hadits ahad; para
Maliki, dinisbatkan kepada Malik Bin salafiyah, pengikut asy‘ari dan
Anas; (3) Madzhab al- Syafi‘i, Maturidi mengambil yang sahih lagi
dinisbatkan kepada Imam Syafi‘i; (4) konsisten; mereka mengambilnya
Madzhab Hanbali, dinisbatkan dalam berbagai permasalahan yang
kepada Ahmad Bin Hanbal bersifat Sam‘iyyat (mengambil
Madzhab ini adalah Madrasah langsung dari teks atau nash) atau
fiqih, sepakat pada pokok hukum jika terdapat kesamaan kebenaran
secara keseluruhan, dan berbeda dari beberapa dalil.
dalam cabang fiqih. Diantara mereka
tidak ada perbedaan di dalam akidah, Ulama’ dan Para Imam Ahlu
sebagaimana halnya terdapat al-Sunnah wa al- Jama’ah
madzhab fiqih lain selain empat Sahabat, Tabi‘un (para
madzhab tersebut. Akan tetapi, pengikut), Imam Madzhab Empat,
mereka tidak terkenal dan tidak Muhammad Bin Isma‘il Bin Ibrahim al-
tersebar seperti halnya empat Bukhari, Muslim Bin al- Hajjaj al-
madzhab. Termasuk madzhab yang Naisaburi, Abu Hanifah al- Nu‘man,
tidak terkenal tersebut, misalnya: Malik Bin Anas, Al- Syafi‘i, Ahmad Bin
Madzhab al- Dzahiri, Madzhab al- Hanbal, Yahya Bin Syaraf al- Nawawi,
Auza‘i, Madzhab al- Laitsi dan yang Abu al- Hasan al- Asy‘ari, Abu Mansur
lainnya. al- Maturidi, Abu Hamid al- Ghazali,
Ibnu Atho‘illah al- Sakandari, Ibnu
Konsep Teologi Taimiyah, Ibnu Qayyim al- Jauzi,
Ahmad Bin Syua‘ib al- Nasa‘i (pemilik
Pokok-pokok Fiqih (Pemahaman sunan al- Nasa‘i), Sulaiman Bin
Agama) al-asy‘ats al- Azdi ( pemilik sunan Abi
Pokok fiqih yang disepakati dawud), Isa Bin surah al-Tirmidzi
menurut Aswaja yaitu; al- Qur‘an, al- (pemilik Jami‘u al- Tirmidzi), Ibnu
Sunnah Nabi, Ijma‘ dan Qiyas. Majah (pemilik sunan Ibnu Majah).
Sunnah Nabi terkumpul dalam
buku-buku Sunnah yang berjumlah

129
Madrasah Pemikiran Aswaja Al- Sufiyah : dinisbatkan pada
al- Tashawwuf, yaitu manhaj atau
Terdapat tiga madrasah jalan yang ditelusuri oleh hamba
pemikiran, pertama: sebagian mereka untuk sampai kepada Allah SWT,
bersandar pada teks saja, kedua: yaitu sampai pada ma‘rifat dan
sebagian mereka mengumpulkan mengetahui Allah SWT, dan
antara teks saja, atau teks dengan merealisasikan maqom Ihsan,
akal, dan ketiga: di beberapa situasi demikian itu dengan jalan
mereka menggunakan ilmu kalam, bersungguh-sungguh dan beribadah
yaitu: Al- Asy‘ariyah ( para pengikut dan menjauhi maksiat, mendidik jiwa,
Abu al- Hasan al- Asy‘ari) : yang mensucikan hati dari akhlak jelek,
menghadapi muktazilah dengan pola menghiasi diri dengan akhlak baik.
ilmu logika dan ilmu kalam dalam Para sufi, mereka mengikuti salah
menolak terkait beberapa teks dan satu madzhab fiqih sunni yang empat,
menjelaskannya. Imam al- safarini mereka mengambil dengan kasyaf
berkata dalam kitab ― lawami‘ (terbukanya tabir), dan Ilham (bisikan
al-anwar al- bahiyyah ― (1/73): ―Ahlu dari Allah) yang keduanya tidak
al-Sunnah wal Al- Jama‘ah adalah bertentangan dengan al-Qur‘an dan
tiga kelompok; al-Atsariyah: tokoh al-Sunnah.
mereka adalah Ahmad Bin Hambal, Thoriqoh yang ditelusuri oleh
al- asy‘ariyah: tokoh mereka adalah para pendidik bagi muridnya adalah
Abu al- Hasan al- Asy‘ari, dan al- bermacam-macam kemudian darinya
Maturidiyah: tokoh mereka adalah muncul pengertian yang disebut
Abu Mansur al- Maturidi ― dengan ―Thoriqoh Sufiyyah‖, dan
Al- Maturidiyah (pengikut Abu yang paling terkenal di kalangan Ahlu
mansur al- Maturidi) : Pengikut al-Sunnah wal Al- Jama‘ah adalah:
mereka adalah; al- baihaqi, dan al- Thoriqoh Dasuqiyyah, Thoriqoh
Nawawi, al- ghazali, serta al- ‗Izzddin Burhaniyyah, Thoriqoh Syadziliyyah,
Bin abdi al- salam, al- Suyuthi, al- Thoriqoh Qodiriyyah, Thoriqoh
Qurtubi, Ibnu ‗asakir, serta al- zabidi. Tijaniyyah, Thoriqoh Rifa‘iyyah.
Al- hadidz Ibnu ‗asakir menyebutkan (http://ar.wikipedia.org/wiki)
dalam kitabnya ―Tabyinu kadzibi al-
Muftari‖ bahwa al- Hafidz al- baihaqi Konsep Budaya dan Kultur Sosial
adalah pengikut asy‘ari dari tingkat
yang ketiga. Dalam kelanjutan kajian yang
Al- Atsariyah : manhaj ini dalam berkembang, bahwa Aswaja atau
i‘tikad (ideologi) dan syari‘at Sunnism dalam kerangka pola umum
bersandar pada pemahaman teks al- (common pattern) dapat diasumsikan
Qur‘an dan al- Hadits dan sebagai tradisi besar yang
mengunggulkannya mengalahkan menggambarkan bentuk ortodoksi
atas akal dan semua ucapan dan kebudayan atau pusat keagamaan
pendapat yang bertentangan dengan (religious center), mengekspresikan
teks yang konsisten dan jelas. tradisi tinggi (high tradition) dan
Diantara tokohnya yaitu; Abu universal. Dan dalam ekspresinya
Hanifah, Malik, Syafi‘i, Ahmad Bin yang bersifat particular (khas-khusus)
Hambal, al- Tabari, Bukhari, Muslim, dalam entitas diasosiasikan sebagai
Ibnu Qudamah, Abu dawud, al- Nasa‘i, tradisi kecil, yaitu bentuk heterodok
Abdul Qadir al- jilani, Ibnu Taimiyah, mengenai kebudayaan, keagamaan
Ibnu Qayyim, Hasan al- Bashri, sa‘id pinggiran (religious pheripery), dan
Bin al- Musayyab, Abdullah Bin al- sekaligus menunjuk pada tradisi
Mubarak, dan Abu Yusuf. lokal (local tradition), tradisi rendah

131
(low tradition) , dan tradisi - tradisi Asy‘ariyyah (para pengikut Abu
rakyat ( popular religion ). al-Hasan al-Asy‘ari), Abu Mansur
Aswaja atau Sunnism adalah al-Maturidi (w. 333 H/994 M). Al-
sebuah ideologi atau paham Baqillani ( w. 403 H/ 1012 M), dan al-
keagamaan yang memiliki nuansa Juwaini atau Imam haramain (w. 443
dinamis. Dinamikanya dapat dilihat H/ 1051 M). Di tangan al-Ghazali ( w.
dari keagamaan masing-masing 505 H/ 1111 M), pengembangan
kelompok pendukungnya dalam Sunnism meluas ke ranah tasawwuf.
mengaktualisasikan ideologi ini. Masa yang disebut dengan ahl al-
Keragaman dalam aktualisasi ideologi Wujdan wa al- Kasyaf: mereka
muncul dari perbedaan pendekatan adalah para pelaku Sufi (Mutadho al-
atau cara pemahaman Zabidi. 1782: 9).
pendukungnya terhadap Sunnism, Pelembagaan Sunnism pada
juga disebabkan adanya perbedaan masa al- Qadir (w. 422 H/ 1051 M)
konteks kesejarahan dalam yang secara konstitusional
mengaktualisasikan ideologi ini. menegaskan Aswaja sebagai paham
(Achmad Muhibin Zuhri. ―Particular resmi negara dan memberlakukan
Sunnism Versi Hasyim Asyari peradilan berdasarkan empat
Tentang Ahlu al-Sunnah wal Al- madzhab, disertai pengangkatan al-
Jama‘ah‖. Islamica. 2011: 281) Mawardi seorang ulama‘ madzhab
Terdapat pola umum yang Syafi‘i sebagai Qadhi al- Qudhat
dapat disintesikan dari keragaman (hakim agung). Penegasan ini
potret Sunnism era awal ( the tertuang dalam muklumat atau
formative period of Sunnism ). Ada tiga Deklarasi al- Qadir (Risalah
babak sejarah Aswaja atau Sunnism. Qodiriyah). Momentum ini juga
Proto- Sunnism atau disebut dengan menandai pelembagaan Sunnism
jama‘ah Sunni (embrio aliran Sunni), pada bidang Fiqih.
era Hasan al-Bashri (w. 110/728 H ) Pola umum yang dimaksud
sampai Ahamad Bin hambal (w. 241 memberikan identifikasi yang jelas
H/855 M). Secara metodologis, dan terkadang membedakan antara
identik dengan ahlu al-hadits lawan Sunni sebagai aliran dengan aliran
dari ahl al- kalam. Era ini atau kelompok-kelompok lain dalam
berhadapan dengan syi‘ah, dinamika sejarah umat Islam. Pola
muktazilah dan mutakallimin (ahli umum tersebut adalah:
ilmu kalam). Paradigma Aswaja masa 1. Al-Tawassuth (menengah) dan
ini adalah mendahulukan nash dari al-Iqtishad (moderat), yaitu suatu
pada akal). Mereka bersandar pada pola mengambil jalan tengan dari
dasar-dasar teks yaitu al-Qur‘an, dua pemikiran ekstrim (tatarruf),
Sunnah dan Ijma‘ (kesepakatan misal antara Qadariyah dengan
Ulama‘). Jabariyah, di sisi lain:
Konsolidasi, Sunnism Post skriptualisme-ortodoks salafi dan
Asy‘ari (ahl- Nadzr al- Aqly wa al- rasionalisme Muktazilah, dan
Shina‘ah al- Fikriyyah): masa antara sufisme salafi dengan
rasionalisasi dari pola pemahaman sufisme falsafi. Pengambilan jalan
literer ahl- Hadits serta relatif mampu tengah bagi kedua ekstrimitas itu
menyelesaikan tantangan teologis disertai dengan sikap yang
yang berkembang saat itu, terutama memberikan ruang dialog bagi
antara mainstream ahl-Hadits dan pemikiran yang berbeda di
rasionalitas kalam muktazilah. Para kalangan ulama‘-ulama‘ Sunni
tokoh pada masa ini adalah: tersebut.

131
2. Al-Tasamuh (toleran), yaitu Aswaja Kekinian (Aswaja
terbuka dan apresiatif terhadap Nahdliyyah): sebagai Icon Islam
pluralisme pemikiran. Sunnism Nusantara
selalu memberikan pengakuan ASWAJA mencakup banyak
dan tempat bagi berbagai golongan Islam, yaitu: golongan yang
pemikiran yang tumbuh dalam mengutamakan dan mendahulukan
perjalanan sejarah umat Islam. Sunnah Rasulullah dengan cara
Inklussifitasnya terhadap berbagai mengikuti beberapa amal perbuatan
macam pemikiran dan pendapat dari para Sahabat Nabi SAW dan
menjadikan Sunnism relatif dapat Tabi‘in (pengikut) Nabi SAW dari
meredam konflik internal umat. pada pemikiran dan amalan lainnya.
Dan hal ini sangat nampak Atau dengan kata lain
terutama dalam diskursus ―Mendahulukan Wahyu dari pada
pemikiran hukum Islam, sebuah Ra‘yu‖.
wacana ke-Islaman yang paling
realistik dan paling banyak Sedangkan Nahdlatul Ulama
berinteraksi dengan aspek relasi adalah golongan Islam yang juga
sosial. mendahahulukan wahyu dari pada
3. Al- tawazun (selaras-seimbang), ra‘yu, menempatkan akal fikiran
yaitu konsistensi menjaga sebagai pembantu dalam memahami
keseimbangan dalam dimensi wahyu. Namun, sebagai organisasi
keagamaan, sosial, dan politik. sosial keagamaan tentu mempunyai
Bukti dari pengembangan corak karakteristik tertentu. Karakteristik
tawazun ini diantaranya dapat itu dibentuk oleh sejarah, lokasi, adat
dilihat dari dinamika pemikiran dan budaya. Sehingga Ahlu
al-Asy‘ari dan al-Ghazali, jika al-Sunnah wal Al- Jama‘ah
Sunnism al- Asy‘ari di tengah An-Nahdliyah itu secara ringkas
dominasi ekstrimitas rasionalisme dapat dirumuskan sebagai berikut:
muktazilah dan skriptualisme
salafiyah, maka Sunnism di era 1. Substansi Keagamaan
al-Ghazali menghadapi arus besar Bidang Aqidah didasarkan
ekstrimitas kaum filosof syi‘ah dan pada Aqidah Aswaja menurut
Batiniyyah. Dalam berbagai Al-Asy‘ari dan Al-Maturidy. Bidang
tulisannya, baik al-Asy‘ari Syari‘ah Amaliyah mengikuti salah
maupun al-Ghazali berusaha satu madzhab empat (Hanafiyah,
untuk merumuskan kesimbangan Malikiyah, Syafi‘iyah, dan Hanaba-
antara tuntutan keamnusiaan dan lah). Bidang Tashawwuf (spiritual),
ketuhanan, antara dimensi sebagaimana pendapat Said Bin
material dan spiritual, antara Hamid Muhammad Bin Muhammad
nizam al-dunya (tatanan dunia) Bin Muhammad Al-Ghazali: 450-505
dan nizam al-din (tatanan agama) H/ 1058-1111 M) berpegang teguh
dan juga ideologi integrasi agama dengan garis-garis As-Sunnah
dan negara (al-din wa al-dawlah). dengan tokoh panutannya Abul
(Achmad MuhiBin Zuhri. Qosim Muhammad Al-Junaid wafat di
Particular Sunnism Versi Hasyim Baghdad (297 H) dan Abu Furqah.
Asyari Tentang Ahlussunnah Wal (Syaikh Nawawi. 2002: 10).
Jama‘ah‖. Islamica. 2011:
283-284).

132
2. Substansi Kemasyarakatan kenegaraan dan kebangsaan yang
diambil adalah ―Darus Salam‖ (‫)دار السالم‬
a. Mabadi’ Khaira Ummah
bukan ―Darul Islam‖ (‫)دار اإلسالم‬, yaitu
(‫)مبادئ خري األمـة‬ Negara bermasyarakat Islami, bukan
Negara Islam. Bentuk final dari
Dalam kiprah kemasyara- bangsa Indonesia adalah Negara
katan harus mampu mengembang- Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
kan citra diri/ karakter sebagai berdasarkan Pancasila.
berikut: ‫( الصدق‬Berkepribadi- an Jujur
4. Sikap
dan Tangguh); ‫(األمانة‬Memegang Penuh
Amanah dan Bertanggungjawab); Sebagai generasi yang
‫(العدالة‬Mempunyai Rasa Keadilan); ‫التعاون‬ tergabung dalam (‫)اجلمعية اإلجتماعية الدينية‬
(Berjiwa Tolong Menolong); ‫اإلستقامة‬ dengan tugas dan tanggungjawab
da‘wah dalam peranannya dilandasi
(Memiliki Integritas Tinggi).
dengan sikap: ‫ التوسط‬Moderat;
b. Maslahatul Ummah (‫األمـة‬
ّ ‫)مصلحة‬ menghindari sikap ekstrim dan
radikal; ‫ التسامح‬Toleran dalam
Dalam upaya berkhidmah menghadapi perbedaan pendapat/
untuk kemaslahatan ummat, bisa faham maupun beda agama; ‫التوازن‬
mengabdikan diri sesuai dengan
potensi yang dimiliki demi Harmoni; memelihara keseimbangan
kesejahteraan masyarakat dalam dalam menghadapi hidup dan
bidang: (1) Ekonomi; yaitu kehidupan baik individu maupun
mengembangkan masyarakat secara sosial, lahir maupun batin lebih-lebih
terus menerus untuk menuju ke arah dunia maupun akhirat.
peningkatan taraf kehidupan Dalam rangka mempertahan-
masyarakat dengan prinsip ekonomi kan eksistensinya agar tetap mampu
yang halal serta meningkatkan bertahan dan berkembang seirama
kemampuan masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman, maka
dengan potensinya; (2) Pendidikan; semboyan yang harus dipegang
masyarakat yang maju ditandai adalah:
dengan kualitas pendidikannya.
Maka peningkatan pendidikan
generasi muda baik melalui jenjang
‫األخذُ بِاجلَديْ ِد‬ ِ ِ
ْ ‫لى القَد ِْْن الصَّالح َو‬
َ َ‫ادلُحَا فَظَةُ ع‬
pendidikan formal maupun jenis ‫األصلَح‬
ْ
pendidikan lainnya. Tegasnya
pendidikan yang berorientasi pada ―Memelihara budaya lama yang
output Kecerdasan Perilaku menuju masih sesuai (baik), dan mengambil
generasi muda yang mampu budaya baru yang lebih sesuai (lebih
Berperilaku Cerdas. baik).‖
3. Substansi Kebangsaan I‘tidal ( berkeadilan), Amar makruf
Masyarakat Islam di Indonesia nahi munkar, Ta‘aruf yaitu
adalah bagian yang tidak terpisahkan berhubungan baik, koeksistensi,
dari elemen bangsa Indonesia. damai, pluralis, dan saling
Berdasarkan pemahaman dan menghormati, Ta‘awun, gotong
pengkajian yang mendalam bahkan royong, kerjasama, kooperatif
komprehensif, maka pilihan berorientasi rahmatan lil ―Alamin,

133
Tawashaw, komunikatif, memberi Kesalehan Global: Multi
saran, tidak merasa benar sendiri, Kompetensi dan Skill
menerima kebenaran orang lain dan
siap dialog. (Fathurrohman. ―Aswaja Islam adalah agama yang
Nu dan Toleransi Umat Beragama‖. dinamis, layak dan laik dalam
Jurnal Review Politik. 2012: 37). menghadapi perubahan zaman dan
kemajuan peradaban manusia di
Sistem nilai dan tradisi bumi ini, Islam memiliki spirit untuk
keagamaan yang dianut NU menuntun, mendidik dan
bertumpu pada akidah Ahlu menjadikan umatnya agar menjadi
al-Sunnah wal al- Jama‘ah (Aswaja). komunitas masyarakat madani
Gerak tradisi keilmuagamaan NU (terdidik cerdas dan berperdaban
ditempatkan pada kerangka sirkulatif tinggi). Dari sumber al-Qur‘an dan
(bayani, irfani, dan burhani) yang Hadits, manusia selalu
mengantarkan tradisi Ahlu mengkonstruksi dan mereformulasi
al-Sunnah wal Al- Jama‘ah aturan, tatanan dan ajaran
memungkinkan bagi warga NU kehidupan (sistem nilai) dengan
melihat sesuatu secara seimbang, tujuan untuk membentuk manusia
harmonis dan dari berbagai tepian. yang dinamis dan saleh dalam
Pandangan doktrinal-moderat seperti menghadapi laju perkembangan
inilah yang dianggap langgeng dan peradaban manusia; mampu survive
abadi oleh para ulama‘ NU. Dari dan berdaya guna tinggi sebagai
pandangan tersebut, maka ajaran khalifah pemakmur bumi.
Ahlu al-Sunnah wal al- Jama‘ah
menjadi pilar keilmuagamaan NU Dalam perjalanan – peradaban
mendasari adanya pertimbangan – manusia sekarang ini, masyarakat
kemaslahatan. dapat dikelompokkan ke dalam tiga
bagian. Pertama masyarakat
Sikap adaptif adalah pertanian (agricultural society);
manifestasi dari ajaran Ahlu aktifitas ekonominya bersandar pada
al-Sunnah wal Al- Jama‘ah sebagai sumber alam, kedua masyarakat
sikap dalam membangun masyarakat industri (industrial society);aktifitas
dan negara. Di sisi yang lain, ekonominya bersandar pada
meletakkan Aswaja sebagi tataran peralatan produksi dan mesin
religiusitas dalam bernegara menjadi pengolah, dan ketiga masyarakat
watak NU sebagai organisasi bersifat informasi (informatical society);
terbuka, fleksibel dan adaptif. Dan aktifitas ekonominya bersandar pada
selanjutnya, sikap NU taat terhadap perkembangan teknologi elektronik
negara RI yang berdasarkan dan informasi.
Pancasila. Sikap taat itu
mengantarkan Aswaja pada Revolusi teknologi menimbul-
pengertian bahwa ajaran Aswaja kan evolusi ekonomi, gaya hidup,
dapat menjadi faktor integrasi dan pola pikir dan sistem rujukan yang
kontrol bangsa yang pada perannya berbeda dengan yang terjadi pada
menjadi basis solidaritas sosial yang masyarakat agrikultural dan industri.
kuat. (Chafid Wahyudi. ―Etika Publik Dalam kaitan ini terdapat tiga
Sebagai Ruang Dialog Agama‖: keadaan dalam mensikapi revolusi
geneologi civil religion dalam industri, yaitu kelompok yang
keberagamaan NU. Hikmatuna. 2015: optimis, pesimis, dan pertengahan
46-49). antara keduanya. Dan dari sikap
mental yang demikian itu, kehadiran

134
ilmu pengetahuan dan teknologi telah Kesalehan global yang
melahirkan sejumlah problematika dimaksud adalah kesalehan multi
masyarakat modern, di antaranya kompetensi dan skill yang
adalah: Disintegrasi ilmu teraktualisasikan pada: Kesalehan
pengetahuan, Kepribadian yang spiritual, Kesalehan berpikir,
terpecah (split personality), Kesalehan bersikap dan bertindak,
Penyalahgunaan Iptek, Kesalehan berwawasan global,
Pendangkalan Iman, Pola hubungan Kesalehan berteknologi.
materialistik, Menghalalkan segala Selanjutnya, Dalam al-Qur‘an,
cara, Stres dan Frustasi, Kehilangan kata shalaha, ashlaha, dan shalih,
harga diri dan masa depan. (Abuddin serta shalihun dan shalihin adalah
Nata. 2013: 247-253). berakar dari satu kata yaitu shalaha
Dari fenomena yang muncul atau shaluha, yang berarti bersifat
dalam kehidupan manusia sekarang, baik, hal baik, mengadakan/
perlu kiranya ada upaya reorientasi, membuat kebaikan, serta damai atau
dan reaktualisasi nilai dan ajaran perdamaian. Kata sholaha (hal, sifat
agama melalui proses internalisasi baik) dan ashlaha (mengadakan
yang gradual dan berkelanjutan kebaikan) disebut sebanyak 34 kali,
dengan melakukan aktifitas, rutinas, kata sholihan (sesuatu hal baik) atau
dan tradisi keagamaan yang dapat sholihat (sesuatu hal baik) disebut
mengantarkan manusia mampu sebanyak 96 kali, kata sholihun
memahami makna hidup dan (orang yang berbuat kebaikan)
kehidupan, sehingga menjadi pribadi disebut sebanyak 3 kali, kata sholihin
saleh yang mampu beradaptasi (orang yang berbuat kebaikan)
dengan kemajuan peradaban disebut sebanyak 27 kali, kata
manusia dan bertahan hidup dengan mushlihun (orang yang mengadakan
baik. kebaikan) disebut sebanyak 2 kali,
kata mushlihin dan mushlih (orang
Selanjutnya, Kata saleh yang mengadakan kebaikan) disebut
berarti taat dan sungguh-sungguh sebanyak 5 kali, kata sholaha
menjalankan ibadah suci dan (berbuat baik) dan sholihat (sesuatu
beriman, kesalehan berarti ketaatan hal kebaikan) disebut sebanyak 132
atau kepatuhan dalam menjalankan kali. Total penyebutan dari seluruh
ibadah, dan kesungguhan kata yang berasal dari pokok kata
menunaikan ajaran agama. (Dendy yang sama sekitar 299 kali
Sugono dkk. 2008: 1209) penyebutan. (Digit al-Quran. Ver.
3.1).
Kata global, berarti secara
Dalam konteks makna orang
umum dan keseluruhan, kesalehan
saleh atau orang yang berbuat
global dapat dipahami sebagai
kesalehan, secara jelas telah
pribadi yang saleh, mampu
disebutkan 3 kali dalam tiga ayat
beradaptasi dengan zaman dan selalu
yang berbeda, dan orang yang
berkarya produktif untuk
mengadakan kebaikan (mushlih atau
kemaslahatan (kebaikan) umat
mushlihun, mushlihin) disebut
manusia dengan dilandasi Iman,
sebanyak 2 kali, berikut penjelasan
taqwa dan bersifat responsif serta
dari dua kata tersebut, yaitu: ―‖dan
responsibility. (Dendy Sugono dkk.
Kami bagi-bagi mereka di dunia ini
2008: 455).
menjadi beberapa golongan; di
antaranya ada orang-orang yang
saleh dan di antaranya ada yang

135
tidak demikian. dan Kami coba Mendapatkan keamanan dan
mereka dengan (nikmat) yang keselamatan hidup dari kejelakan
baik-baik dan (bencana) yang dan kejahatan individu atau
buruk-buruk, agar mereka kembali komunitas masyarakat di sekitarnya
(kepada kebenaran).‖ ―Sungguh telah dalam suasana penuh kerukunan.
Kami tulis didalam Zabur[973] Tercipta kehidupan yang tenang,
sesudah (kami tulis dalam) Lauh damai, dan aman sentosa bagi
Mahfuzh, bahwasanya bumi ini komunitas masyarakat dalam
dipusakai hamba-hambaKu yang naungan dan limpahan rahmat dan
saleh.‖ ―Dan bila dikatakan kepada kasih sayang Allah SWT.
mereka:"Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi[24]". mereka Internalisasi berarti
menjawab: "Sesungguhnya Kami penghayatan terhadap suatu ajaran,
orang-orang yang Mengadakan doktrin, dan nilai sehingga
perbaikan." ―Dan Tuhanmu sekali-kali merupakan keyakinan dan
tidak akan membinasakan negeri- kesadaran akan kebenaran doktrin
negeri secara zalim, sedang atau nilai yang diwujudkan dalam
penduduknya orang-orang yang sikap dan perilaku. (Dendy Sugono
berbuat kebaikan.‖ dkk. 2008: 543)

Dari pemaparan beberapa ayat Internalisasi nilai budaya


tentang saleh dan orang saleh serta Aswaja dapat dipahami sebagai
Orang yang mengadakan kebaikan, penghayatan terhadap ajaran,
maka dapat diambil postulat bahwa doktrin dan prinsip yang
upaya dan usaha membentuk sifat/ dikembangkan oleh faham Ahlu
sesuatu hal saleh dan pribadi yang al-Sunnah wal al- Jama‘ah dalam
saleh akan berimplikasi pada tatanan hidup beragama dan bernegara,
kehidupan manusia dalam semua dalam pola keberagamaan pada
sendi kehidupan; pribadi, suatu komunitas dan masyarakat
bermasyarakat, dan bernegara serta bernegara.
kelanjutan hidup setelah kematian.
Proses Internalisasi dapat
Dari beberapa ayat tentang dilakukan dan dikembangkan
saleh dan kesalehan, maka usaha dengan model dan pendekatan yang
dan upaya tersebut akan disesuaikan dengan karakter,
berimplikasi dan memberikan emosional, dan letak geografis.
konsekuensi positif bagi kehidupan Sehingga hal ini lebih memberikan
manusia, adapun konsekuensi yang kesan adaptif, kooperatif dan gradual,
dapat diterima bagi pribadi yang dan akhirnya hasil yang diharapkan
saleh dan pribadi yang mengadakan dapat tercapai dengan baik dan
kebaikan, serta bagi makhluk di maksimal.
sekitarnya, di antaranya adalah:
Model Pengembangan Strategi
Kenikmatan hidup bagi individu dan
Internalisasi Nilai Budaya Aswaja
seluruh komunitas di sekitarnya.
Mendapatkan daya dan kekuatan Strategi Internalisasi dari satu
produktifitas untuk memakmurkan komunitas masyarakat dengan
bumi dan seisinya sebagai warisan masyarakat lain dapat menjadi
bagi kehidupan manusia. berbeda, media dan sarananya akan
Mendapatkan bimbingan menuju menyesuaikan sesuai dengan objek
jalan lurus untuk kelangsungan masyarakat yang menjadi project
hidup di dunia dan akhirat (survive). sasarannya. Dalam hal ini kita dapat

136
mengklasifikasikan komunitas Berikut satu model strategi
masyarakat sasaran menjadi tiga Internalisasi yang dapat
kelompok, yaitu: Masyarakat dikembangkan, sebagaimana dalam
akademis, Masyarakat umum sosial, tabel berikut:
Masyarakat pekerja/karyawan
(dalam suatu perusahaan dll).
No Kelompok masyarakat Media/ sarana Target
a. Adaptasi pemberlakuan Memahami,
1 Akademis: kurikulum muatan lokal Menghayati dan
Pendidikan dasar (Aswaja) mengaktualisasikan
Pendidikan menengah b. Peringatan hari besar Islam sikap:
Pendidikan tinggi c. Pengajian rutinan 1.Jujur dan tangguh
d. Kajian dan diskusi Aswaja 2. Bertanggung jawab
e. Home visit; takziah, 3. Berkeadilan
menjenguk orang sakit dll 4. Tolong menolong
a. Pengajian rutin; tahlil, 5. Istiqomah
sholawat dll. 6. Moderat
2 Umum sosial b. Jama‘ah manaqib 7. Toleran
masyarakat c. Jama‘ah istighotsah 8. Harmoni, seimbang
d. Selametan kematian 9. Amar makruf nahi
e. Selametan desa munkar
f. Selametan masjid 10. Damai
g. Kerja bhakti kampung dll. 11. Gotong royong
h. Rutinan kegiatan Rt dan Rw 12. Komunikatif
a. ICV (internalisasi Company
Values) berbasis Aswaja.
b. Kajian Qur‘an dan hadits.
3 Pekerja/karyawan c.Pengajian/diskusi
(perusahaan dll) keagamaan.
d. Bhakti sosial
e. Home visit: takziah,
menjenguk orang sakit,
membantu sejawat yang
terkena musibah, dll.

Penutup ideologi yang taat dan menjaga


Persatuan dan Kesatuan Republik
Aswaja adalah manhaj atau Indonesia (NKRI) sehingga tercipta
Paham ideologi untuk hidup dan negara yang damai sentosa.
kehidupan umat Islam yang selama
ini telah dijaga dan dilestarikan oleh Aswaja merupakan ideologi
mayoritas warga Nahdliyyin di yang mengembangkan pemikiran dan
Indonesia. Paham dan ideologi yang sikap yang dinamis, toleran dan
menebarkan dan mengaktualisasi- komunikatif, sehingga akan
kan spirit, ajaran dan nilai Islam menciptakan dan membentuk pribadi
secara kaffah (menyeluruh) dengan yang saleh dan pribadi yang
bersandarkan pada al-Qur‘an, mengadakan kebaikan untuk
perilaku Rasululloh SAW, dan para kemaslahatan hidup manusia di
Sahabat Nabi SAW serta para ulama‘ dunia. Adapun ideologi dan sikap
salaf yang saleh dalam kehidupan yang diajarkan dan dikembangkan
beragama dan bernegara, sebuah adalah: Jujur dan tangguh,
Bertanggung jawab, Berkeadilan,

137
Tolong menolong, Istiqomah, Jurnal Review Politik. Vol. 02.
Moderat, Toleran, Harmoni, No. 01 (Juni 2012)
seimbang, Amar makruf nahi Hadi Prayitno. Tt. Ahlu al-Sunnah
munkar, Damai, Gotong royong, wal Al- Jama‘ah; sebuah Telaah
Komunikatif Ideologi dan Manhaji. makalah
tidak diterbitkan, PW
Untuk memberikan pemaham- Lakpesdam NU Jatim
an dan penghayatan tentang ideologi Hasyim Asy‘ari, Ishom Hadziq
Aswaja secara komprehensif bagi Muhammad (ed). Tt. Risalah
umat Islam, maka perlu ada upaya Ahlu al-Sunnah wa al-Jama‘ah
dan usaha yang serius untuk hal fi Bayani Hadits al-Mauta wa
tersebut melalui proses Internalisasi Asyrati al-sa‘ah wa Bayani
nilai-budaya Aswaja secara gradual Mafhumi ahli al-Sunnah wa
dan berkelanjutan. Internalisasi al-jama‘ah
dilakukan dengan memperhatikan http://ar.wikipedia.org/wiki.
sasaran objek berdasarkan tingkat diunduh hari Jum‘at 20
komunitas masyarakat, dan juga November 2015. Jam 14. 17 Wib
dengan aktifitas dan kegiatan rutin https://id.wikipedia.org/wiki/Terori
secara simultan, kooperatif dan sme_di_Indonesia. diunduh hari
komunikatif serta adaptatif sehingga sabtu, 30 januari 2016 jam 9.35
dapat diterima oleh masyarakat dan wib.
memberikan kesan luwes, familier Jamhari dan Jahroni Jajang. 2004.
dan bersahabat. Gerakan Salafi Radikal di
Indonesia Jakarta: Raja
Aktifitas dan rutinitas yang
Rrafindo Persada
dikembangkan dan diimplementasi-
Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan
kan oleh Aswaja bertujuan untuk
Mentalitas dan Pembangunan,
membentuk pribadi yang saleh
Jakarta: Gramedia
(bersifat baik) dan pribadi yang
M. Ali Haidar. 1998. Nahdlatul Ulama
mushlih (mengadakan kebaikan)
dan Islam di Indonesia:
dalam kehidupan, sehingga akan
Pendekatan Fiqih dalam Politik.
tercipta kehidupan yang penuh
Jakarta: Gramedia
nikmat, tenang, damai, dan tenteram
Muhibin Zuhri Achmad. Particular
serta penuh limpahan rahmat Allah
Sunnism Versi Hasyim Asyari
bagi setiap individu dan komunitas
Tentang Ahlu al-Sunnah wal Al-
masyarakat. Kesalehan yang dapat
Jama‘ah. Islamica. Vol. 5. No. 2
menciptakan kerukunan, kedamaian
(maret 2011)
dan kehidupan dinamis serta
Nata Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf
harmonis bagi individu dan
dan Karakter Mulia. Jakarta:
masyarakat dalam pola kehidupan
RajaGrafindo Persada
beragama dan bernegara (Islam
Nawawi al-Bantani. 2002. Nihayatu
rahmatan lil ‗Alamin).
al-Zain. Beirut Lebanon: Dar
Daftar Rujukan al-kutub al-Ilmiyyah
Rochmat Saefur. Nahdlatul Ulama:
Ahmad Ali MD. Aktualisasi Nilai-Nilai Mencari Kompromi Islam dan
Aswaja NU dalam mencegah Kebangsaan. Humanika. Vol. 6.
Radikalisme Agama. Al- Dzikra. No. 1 ( Maret 2006)
Vol. 5. No. 9 (Desember 2011) Said Agil Siraj. 2000. Latar Kultural
Digit al-Quran. Ver. 3.1 dan Politik Kelahiran Aswaja:
Fathurrohman. Aswaja Nu dan dalam Imam Baehaqi ed.
Toleransi Umat Beragama.

138
Kontroversi Aswaja: Aula al-Sunnah wal Al- Jama‘ah.
Perdebatan dan Interpretasi. Jakarta: Syahamah Press
Yigyakarta: LKiS Wagdy Rizk Ghali. 1996. A Mini
Sugono Dendy dkk. 2008. Kamus Dictionary of ArAbic Synonyms.
Besar Bahasa Indonesia. Lebanon: Maktabah Lubnan
Jakarta: Gramedia Pustaka Wahyudi Chafid. Etika Publik
Utama Sebagai Ruang Dialog Agama:
Syabab Ahlu al-Sunnah wal Al- geneologi civil religion dalam
Jama‘ah. 2012. Aqidah Ahlu keberagamaan NU. Hikmatuna.
Vol. 1. No. 1. (2015).

139
ISLAM NUSANTARA: AGAMA DAN POLITIK
Oleh Rizal Mubit
(IAIN Tulungagung, e-mail: rijal_mufid@yahoo.co.id)

Abstrak

Islam Nusantara discourse appears to introduce Islam in Indonesia to the


world when the political of the Middle East was trouble. The principle of
socio-historical, based on the history of Islam entered Indonesia through
compromise to the culture without compromising the rigor of Islamic
teachings in their personal lives. By some, the discourse is feared to be at
odds with the teachings of Islam. Islam Nusantara counter group are
those who believe that Islam should be integral to politics because then
Islam will rise. Meanwhile, Islam Nusantara assumes that slogan,
symbols and ideology and not a religion itself.

Kata-Kata Kunci:

Islam Nusantara, Religion, Politic

Pendahuluan naik turun baik dari segi dukungan


maupun kebijakan.
Dalam percaturan politik di Jika dibandingkan dengan
Indonesia, Islam memiliki peran konteks politik di dunia Islam,
penting dalam menentukan kebijak- khususnya di Timur Tengah, maka
an negara karena merupakan agama sebenarnya stabilitas politik di
dengan pemeluk mayoritas di Indonesia masih lebih baik walaupun
Indonesia. Kendati demikian dalam banyak kasus-kasus korupsi yang
setiap pemilu, partai Islam tak dilakukan oleh politisi. Di Indonesia
pernah menang dalam skala nasional perubahan politik bisa berjalan
sekalipun terkadang politisasi simbol dengan keriuhan tanpa kericuhan.
dan ritual Islam menjadi salah satu Sedangkan di Timur Tengah ketika
jalan untuk memperoleh suara. terjadi pergantian penguasa,
Mayoritas umat Islam di seringkali terjadi pergolakan hingga
Indonesia merasa bahwa simbolisasi banyak menelan korban jiwa. Dalam
agama dalam politik bukanlah hal hal ini mau tak mau nama Islam di
yang subtantif. Sebab agama adalah hadapan dunia ikut tercoreng.
ajaran ruhaniyah yang dalam hal Di sisi lain, Indonesia sebagai
tertentu juga mengatur hubungan negara berkembang dengan
antar sesama. Ajaran Islam justru mayoritas muslim, kurang dipandang
banyak berpengaruh pada aspek sebagai salah satu contoh bagi dunia
tradisi dan kehidupan sehari-hari Islam lainnya dalam hal bernegara.
bukan dalam ranah politik. Sebaliknya, ajaran Islam di Indonesia
Ajaran agama yang disampai- dipandang tak lagi murni. Padahal
kan melalui tradisi bisa bertahan tidak bisa dipungkiri bahwa ajaran
sedemikian rupa sedangkan agama Islam yang disampaikan ulama
yang yang masuk dalam ranah politik, merupakan hasil ijtihad yang tidak
sejak berdirinya republik Indonesia main-main. Seandainya Islam yang
sampai hari ini masih mengalami disampaikan oleh para ulama
Indonesia sama dengan ajaran di

141
Timur Tengah, boleh jadi Indonesia kelompok neo-konservatif menjadi-
akan mengalami pergolakan politik kan peristiwa tersebut sebagai
yang lebih kacau dari pada sekarang. justifikasi bahwa Islam tidak
Dimana senjata menjadi cara untuk kompatibel dengan nilai-nilai Barat.
merebut kekuasaan tanpa peduli
berapa banyak nyawa yang harus Hingga saat ini hubungan Islam
hilang karena yang dilakukan adalah dan Barat masih tegang. Terlebih
salah satu dari amal perbuatan yang Timur Tengah sedang disibukkan
kelak diganjar. dengan konflik sesama Umat Islam
Maka dari itulah, perlu kiranya karena politik yang merembet pada
menyampaikan kepada dunia perbedaan mazhab. Jika dulu gejala
bagaimana Islam di Indonesia konflik disebabkan oleh dua mazhab
(selanjutnya disebut Islam Nusantara) besar Islam yakni Sunni dan Syi‘ah.
berperan dalam menyampaikan Sekarang adalah lagi satu sekte yang
ajaran agama dan bagaimana membuat konflik semakin runyam
orientasi politiknya sehingga Indone- yakni Salafi-Wahabi. Tradisi konflik
sia tidak sampai mengalami pepe- Sunni dan Syiah sebenarnya sudah
rangan yang banyak merugika. terjadi pasca Nabi Muhammad SAW
meninggal dunia.
Politik Dunia Islam Konflik Sunni, Syiah dan
Salafi-Wahabi terjadi di beberapa
Dalam konteks negara modern,
negara seperti Suriah, Iraq, Iran,
Islam adalah satu dari sekian banyak
Arab Saudi dan Lebanon. Ada yang
ideologi politik yang bertarung
berupa peminggiran kelompok Syiah
memperebutkan tempat dan
terutama di Iraq, Arab Saudi. Ada
pengaruh dalam formasi negaa dan
yang berupa peminggiran Sunni dan
struktur pemerintahan. Dengan kata
Salafi-Wahabi yakni di negara Iran,
lain, Islam dalam politik berubah dari
atau dibentuk rotasi kekuasaan yang
identitas sakral menjadi identitas
dilakukan di Lebanon di mana
profan. Oleh karena itu, Menurut
kelompok beragama satu sama lain
As‘ad Said Ali (2012: 291) keberadaan
saling membangun aliansi politik.
partai Islam tidak otomatis
Konflik ini beberapa tahun
mendapatkan dukungan penuh dari
belakangan diimpor ke Indonesia
kaum Muslim. Kepedulian utama
yang selama ini tidak mengenal
dalam politik negara-bangsa modern
pertikaian antara Sunni-Syiah.
adalah pengelolaan ruang pubik yang
Menurut Hidayat Nur Wahid
sekuler, bukan kepasrahan terhadap
(1996) Ideologi yang paling banyak
Tuhan. Umat Islam terlibat dalam
memberikan kontribusi terhadap
berbagai partai politik dan gerakan
ekskalasi konflik di Timur Tengah
sosial dengan ideologi beragam:
adalah semenjak munculnya
liberal, sosialis hingga komunis.
kekuatan agama Yahudi yang
Partai-partai Islam di negara Muslim
didesain dalam bentuk politik, yang
justru tidak mendapatkan suara
kemudian dikenal sebagai Zionisme
signifikan.
Politik. Ideologi Zionisme yang
Peristiwa yang sangat mem-
menunjukan watak chauvinistik telah
pengaruhi babak baru hubungan
menghasilkan perang yang intensif
antara Islam dan Barat adalah
dalam area yang sempit ataupun luas.
tragedy 11 September 2001. Sejak
Pertentangan dalam area yang sempit
saat itu Islam menjadi subyek
terjadi di area Palestina dan Israeal,
penting dalam politik global karena
terutama di kawasan Jalur Gaza dan
Bush Jr. yang didukung oleh

141
tepi Barat. Hal ini tidak bisa Pada saat terjadi Revolusi Iran,
dilepaskan dari proses ideologisasi umat Islam merasakan euphoria.
masing-masing fihak yang berkonflik. Bahwa keberhasilan Iran mem-
Ideologi Islam yang berkembang di buktikan Islam mampu menghadapi
jalur Gaza dan tepi barat adalah Barat. Pada awalnya kesuksesan Iran
tipikal Islam militan sebagai respon tersebut cukup mendapat perhatian
atas ketidakadilan yang diterima dari kalangan umat Islam termasuk
kaum muslimin (John L Esposito: di Indonesia. Namun tidak ada tindak
2002). Demikian pula dari sisi lanjutnya bahkan saat ini muncul
kelompok Yahudi yang juga banyak sentimen negatif terhadap Iran
dihuni oleh kelompok radikal, karena adanya ketegangan antara
sehingga menghasilkan pola kon- Saudi dan Iran yang membawa isu
frontasi yang hitam-putih. Sunni-Syiah. Isu tersebut sampai
Konflik yang dilakukan ideologi hari ini belum berhenti sebaliknya
politik dalam era 1970-an mampu menandingi isu konflik-Israel
memberikan kontribusi yang sangat Palestina.
besar. Ide-ide semisal nasionalisme Apa yang terjadi dalam
Arab yang kemudian berkembang perpolitikan Islam di dunia Timur
menjadi konsep Ba‘athisme juga Tengah tersebut telah mempengaruhi
telah memberikan pengaruh yang pandangan negara-negara barat
besar bagi proses konflik di Timur terhadap Islam secara keseluruhan.
tengah. Ba‘athisme telah mampu Negara barat menilai bahwa islam
membangun dua rezim besar baik di merupakan agama yang supersi,
Iraq maupun di Suriah (Alan R. keras, dan tidak berperadaban.
Taylor, 1990). Perkembangan ideologi Pandangan seperti ini muncul
sosialisme ini cukup banyak dikarenakan adanya realita
memberikan warna di era kebodohan, kemiskinan, lemah
1960-1980-an, namun dalam era dalam pengetahuan, budaya yang
terakhir pengaruh ideologisasi teralienasi, dan kebijakan yang
sosialisme sudah mulai berkurang, sering tidak fair terhadap golongan
seiring dengan runtuhnya Uni Soviet lain, misalnya wanita. Belum lagi
sebagai penyokong utama tegaknya berbagai persoalan yang lain, yang
sosialisme. menguatkan islam identik dengan
Konflik ini kemudian muncul di pelaku kekerasan (terorisme). Barat
negara Sudan, Tunisia, Mesir, Libya merasa terorisme selalu mengintai
dan yang terakhir adalah Suriah. mereka dan menyerang tanpa alasan.
Belum ada tanda-tanda kapan Tentu saja tuduhan itu semakin
selesainya konflik Suriah. Pertikaian menyakitkan, karena justru
di Suriah membuar banyak warganya sebenarnya selama ini islam sering
mengungsi karena ulah ISIS yang merasa dijajah oleh barat, misalnya
semakin menjadi-jadi dan ikut dalam kasus Palestina, Checya, Moro,
campur Barat dalam menyelesaikan Kashmir, Suriah, Irak dan negara lain.
konflik. Analisis tentang konflik ini Menurut islam, justru baratlah yang
bermacam-macam dan menimbulkan keras. Baratlah teroris yang bermuka
perdebaan tersendiri. Di Indonesia, dua.
umat Islam juga kebagian ikut Kecurigaan satu sama lain tidak
mendebatkan masalah tersebut. bisa dihindarkan. Hal inilah yang
Bahkan sebagian masyarakat disebut sebagai a vicious circle exists,
Indonesia ikut ke Suriah sebagai maksudnya bahwa terjadi suatu
wujud dari ‗jihad‘ mereka. lingkaran kejahatan yang tidak

142
terselesaikan. Rakyat merasa kelihangan kebebasan religiusnya
didholimi oleh kebijakan pemerintah dan tidak pula sekularis yang dalam
sehingga melakukan perlawanan premis prakteknya adalah pemisahan
dengan berbagai demonstrasi atau antara agama dan politik telah
tindakan yang menghina pemerintah. menempatkan gagasan bahwa
Akibatnya negara melakukan legitimasi negara berakar pada
tindakan refresif yang mengundang kehendak rakyat yang tidak lagi
perlawanan dari rakyat dalam bentuk terkait dengan religious apapun
tindakan terorisme. Masyarakat yang (Mark Juergensmeyer, 1998: 27).
lemah merasa hanya tidak ada lagi Dalam bernegara, posisi Islam
cara melawan pemerintah kecuali menjadi landasan etik dalam
dengan kekerasan. Akhirnya hubungan kenegaraan. Ketika siding
kekacauan terjadi, dan kondisi inilah BPUPKI, Soepomo menempatkan
yang dijadikan sebagai legitimasi Islam sebagai landasan moral dan
barat (terutama Amerika) untuk etik bagi Indonesia merdeka.gagasan
melakukan intervensi militer. Kasus tersebut kemudian disepakati oleh
seperti ini banyak terjadi di berbagai tokoh nasionalis lainnya seperti
negara Islam, seperti Sudan, Hatta dan Soekarno. Sayangnya
Afghanistan dan lain-lain. gagasan tentang Islam sebagai
Sudah dapat dibayangkan landasan etik dalam bernegara
beragam ideologi politik Islam dunia tenggelam begitu saja ketika masa
tersebut pasti membuat pertarungan demokrasi terpimpin (As‘ad Said Ali,
ideologi di Indonesia sehingga 2012:185).
membuat Islam di nusantara menjadi Deliar Noer (1998:3) ber-
semakin kompleks. Terlebih pasca pendapat bahwa Melihat perjalanan
reformasi pintu demokrasi terbuka Islam dan politik di Indonesia akan
lebar tanpa adanya filter yang kuat. memunculkan kesimpulan bahwa
hampir pada setiap permulaan babak
Hubungan Islam dan Politik di baru, politik Islam mengalami pasang
Indonesia dalam dukungan. Kemudian surut
Islam yang berkembang di pada perjalanan berikutnya. Dalam
Indonesia adalah Islam yang periode Orde Lama, tampaknya
bermazhab Syafi‘i. hal ini tidak bisa peran umat Islam terpilahkan dalam
dilepaskan dari sejarah munculnya tiga aspirasi besar: pertama, peran
Islam di wilayah Nusantara umat Islam yang bersikap kritis
(Azyumardi Azra, 1994: 31). Setelah kepada negara yang diwakili oleh
Indonesia merdeka terjadi Masyumi. Kedua, peran umat Islam
perdebatan panjang mengenai yang bersikap akomodatif kepada
bentuk negara antara kelompok negara yang diwakili oleh NU. Ketiga,
Islam dan kelompok nasionalis. Pada peran umat Islam yang bersebelahan
akhirnya para pendiri bangsa pemikiran (di luar pagar sampai
sepakat untuk membentuk negara memberontak) yang diwakili oleh
republik Indonesia yang tidak gerakan DI/TII. Sehingga dalam
teokratis yang menjadikan Eksistensi posisi ini, Douglas Ramage
agama mengakibatkan eksistensi memberikan makna yang khas,
negara tersubordinasi, yakni fungsi bahwa Umat Islam lebih disosokkan
agama telah dijadikan alat sebagai ancaman. Dalam pandang-
diskriminasi melalui instrumen annya, Islam pernah ditempatkan
negara yang berujung pada sebagai kekuatan terlarang
masyarakat yang tidak seagama

143
sebagaimana kekuatan komunis diajak kompromi (Kacung Mari-
(Douglas E. Ramage, 1995). djan, 1992).
Sejarah umat Islam yang Dalam pandangan M. Syafi‘i
bermain dalam panggung politik Anwar (1995) pada masa orde baru,
nasional, yang diwakili oleh Masyumi Umat Islam berkecenderungan
setidaknya dipertanyakan tentang menarik diri bahkan sampai
loyalitas pada konstitusi negara mempersoalkan konsep modernisasi
yakni UUD 1945. Hal ini terbukti dan pembangunan. Pada era inilah,
dalam polemik besar di paruh tidak akseptabilitasnya umat Islam
dekade 1950-an, yang ingin membuat pemerintah mulai melirik
memapankan kembali Piagam kepada kelompok Nasrani dan Etnis
Jakarta, sebagai bentuk China, bersama dengan militer
pencerminan keinginan Islam membangun basis penggodok
ditempatkan secara proporsional. M. strategi nasional dalam lembaga
Natsir dalam kapasitasnya sebagai CSIS. Ketidaksiapan umat Islam ini
ketua Masyumi, telah memilah kemudian menjadi preseden
golongan terbesar dalam panggung tersingkirnya umat Islam dalam
politik pada masanya dalam: panggung ekonomi nasional. Akan
golongan nasionalis Islam dan tetapi dalam akses politik, peranan
nasionalis sekuler. umat Islam tidak bisa dipandang
Nasionalis Islam adalah remeh. Sehingga pemerintah merasa
golongan yang menghendaki perlu untuk menata bahkan
diterapkannya syari‘ah Islam dengan mengkooptasi umat Islam, dalam
dukungan aparatur negara. sebuah komunitas politik yang lebih
Sedangkan dalam polemik ini, bisa dikendalikan oleh pemerintah.
ternyata menemui jalan buntu Pada tahun 1976 terjadi fusi
dengan dead-lock-nya konstituante, partai dimana partai Islam bergabung
yang kemudian melahirkan Dekrit dalam PPP. Belakangan, Fusi partai
Presiden yang menetapkan kembali ternyata sangat mengecewakan umat
ide Pancasila. Hal ini setidaknya Islam, sehingga potensi booming
kemudian menjadi latar belakang participation menjurus kepada
tuduhan rezim Sukarno akan gerakan radikal menjadi sebuah
keterlibatan M. Natsir dalam kemestian. Timbulnya kasus Tanjung
peristiwa pemberontakan PRRI, yang Priok, letupan kelompok DI/TII,
mengilhami rezim Sukarno untuk Komando Jihad (Konji) ternyata
membubarkan Masyumi. Natsir mengharuskan pemerintah untuk
setidaknya lebih mendahului memotong akarnya, dengan mene-
daripada didahului dengan tapkan asas tunggal dalam UU
membubarkan telebih dahulu Keorgamasan. Dinamika terjadi
Masyumi sebelum dibubarkan, dan dalam tubuh keormasan Islam dalam
dilarang. NU sebagai organisasi merespon satu-satunya asas. Dalam
mayarakat Islam dengan basis hal ini, para ulama yang bervisi Islam
tradisionalis-kulturalis dalam Nusantara, -diwakili NU- merupakan
panggung politik Orde Lama lebih organisasi yang pertama kali
menitikberatkan politik Akomodatif. menyatakan kesediaannya, baru
Hal ini setidaknya dengan dukungan kemudian Muhammadiyah menje-
NU untuk terlibat dalam gerakan lang muktamar Muhammadiyah di
NASAKOM. Dalam kapasitas ini, Solo. Artinya kesiapan umat Islam
posisi NU ingin menempatkan umat untuk merespon sistem politik dalam
Islam bukanlah umat yang tidak bisa

144
dua dekade Orde Baru masih yang seluruhnya adalah untuk
menunjukkan polemik di sana sini. kepentingan pragmatis bukan untuk
Keterlibatan Islam dalam politik kepentingan Islam. doktrin Islam
pada era orde baru mendapat kritik sebagai yang ajaran yang dipercaya
dari Nurcholis Madjid. Menurut Cak mewujudkan rahmatan lil alamin
Nur, dalam pergumulan publik, belum bisa direalisasikan jika
perjuangan Islam semestinya tokoh-tokoh politik Islam masih
diarahkan kepada sesuatu yang lebih menggunakan pendenkatan yang
subtansial sebagaimana diajarkan sama dalam menjalankan roda
Islam yaitu amal salih dan politiknya.
menegakkan cita-cita keadilan sosial.
Jika partai-partai Islam merupakan Islam Nusantara Sebagai Ajaran
wadah dari ide-ide yang hendak Agama
diperjuangkan berdasarkan Islam, Islam yang dipekenalkan oleh
maka jelaslah bahwa ide itu sekarang Wali Songo dari abad 14 bukan hanya
dalam keadaan tidak menarik. berbobot sufi. Tapi juga kuat dalam
Dengan perkataan lain ide dan bidang hukun dan fikih yang
pemikiran Islam sekarang menjadi disesuaikan dengan kondisi
‗absolut‘, memfosil dan kehilangan Nusantara. Adalah Syaikh Maulana
dinamikan. Ditambah lagi fakta Ishaq dan putranya, Raden Paku
bahwa partai-partai Islam berhasil atau Sunan Giri Prabu Satmata
membangun image positif dan (wafat sekitar tahun 1511) yang
simpatik bahkan yang ada ialah menjadi peletak dasar fiqih
sebaliknya (Asad Said Ali, 2012: 187). Nusantara (Ahmad Baso, 2015: 127).
Pasca reformasi, partai politik Sunan Giri kemudian
berlabel islam semakin banyak. melanjutkan misi dakwah Islam di
Impian menyatukan kekuatan politik wilayah Nusantara khususnya di
islam dalam satu barisan bukan daerah Gresik dan menjadi pelopor
pesoalan mudah. Dalam dua kali dalam perumusan Fikih Islam
pemilu (1999 dan 2004) partai Islam Nusantara. Isi dari Fikih tersebut
tidak mampu memperoleh dukungan tercantum dalam undang-undang
mayoritas. Kenyataan seperti ini Malaka yang membahas empat
harusnya disadari oleh tokoh politik hukum penting yakni hukum syara‘,
Islam. PAN dan PKB dalam anggaran hukum akal, hukum fa‘al dan
dasarnya memang menyebutkan hukum adat.
sebagai partai politik terbuka. Cara penyebaran Islam oleh
Belakangan, PKS juga mengikuti Walisongo tersebut lah kemudian
jejak PAN dan PKB. Namun itu tidak menjadikan Islam di wilayah
cukup. Suara yang diperoleh partai Nusantara memiliki ciri khas
berbasis massa Islam masih kalah berislam di Nusantara. Sehingga
dengan partai non-islam. islam Nusantara bukan Islam lokal,
Sampai sat ini tokoh politik hanya saja Islam Nusantara
Islam masih jauh dari kata bersatu. mempunyai distingsi dengan Islam
Masing-masing berebut basis massa Arab. Ahmad Baso (2015: XI)
Islam dengan mengeksploitasi menegaskan Islam Nusantara
simbol-simbol keislaman. Subtansi sebagai cara bermazhab secara qawlî
nilai Islam tidak dipraktekkan secara dan manhajî dalam menalar Islam
nyata sehingga korupsi masih dari dalil-dalilnya yang disesuaikan
dilakukan tanpa peduli partainya apa. dengan teritorial (iqlîm), kondisi alam,
Begitu juga dengan lobi-lobi politik dan ‗urf penduduk kita. Islam

145
Nusantara bukan subyek yang pasif, Indonesia dan dunia. Karena Islam
yang asal menerima apa saja yang Nusantara adalah Islam merahmati
datang dari Arab (Persia, India, semua umat, memberi solusi
Eropa). Kita juga membawa kepada terhadap masalah-masalah besar
mereka ide-ide dari ulama nusantara bangsa dan negara, dinamis dan
agar bisa me-Nusantara-kan Arab, bersahabat dengan lingkungan,
Persia dan India hingg Eropa sub-kultur, dan agama yang
sekalipun. Dengan demikian Islam beragam.
Nusantara bisa mandiri Prinsip Islam Nusantara adalah
mengembangkan kualitas penghayat- menyusupkan nilai Islami di dalam
an keislaman, kelimuan maupun budaya lokal atau mengambil nilai
peradaban yang otentik. Islami untuk memerkaya budaya
Secara metodologis Islam lokal atau menyaring budaya agar
Nusantara bertumpu pada tiga dalil, sesuai nilai Islam. Proses tersebut
yaitu al-maslahah al-mursalah, dimungkinkan karena dalam Islam
istihsân, dan ‗urf. Relevansi ketiga terdapat kaidah fiqh al-‗âdah
dalil tersebut didasarkan pada posisi al-muhakkamah (adat bisa menjadi
Islam Nusantara yang banyak hukum) maupun pengembangan dan
bergerak pada aspek ijtihad tatbîqî pemahaman aplikasi nassal-Qur‘ân
ketimbang ijtihad istinbâtî. Jika dan Hadîth. Kaidah fiqh dan
ijtihad istinbâtî teraktualisir pada pengembangan tersebut semata-
ruang epistemologis ―bagaimana mata ditujukan untuk tercapainya
menelorkan produk hukum (inshâ‘ tujuan-tujuan sharî‗ah, yaitu
al-hukm)‖, maka ijtihad tatbîqî terwujudnya kemaslahatan manusia
berfokus pada aspek aplikasi sebuah di dunia dan akhirat, suatu kebaikan
hukum (tatbîq al-hukm). Jika validitas dan kemanfaatan yang bernaung di
produk ijtihad istinbâtî dilihat salah bawah lima prinsip pokok (al-kulliyât
satunya dari segi koherensi basis al-khams), yaitu hifz al-dîn (menjaga
argumentasinya, maka validitas agama), hifz al-ʻaql (menjaga akal),
ijtihad tatbîqî diukur dari hifzal-nafs (menjaga jiwa), hifz al-mâl
korespondensinya dengan aspek (menjaga harta benda), dan hifz
kemanfaatan di lapangan al-nasl (menjaga keturunan).
(Mukhammad Zamzami, Majalah Islam Nusantara perlu dikawal
Al-Fikrah September 2015: 78) agar menjadi gerakan yang
Formula Islam Nusantara memberikan pemahaman moderat,
menjadi penting dipahami dalam toleran, dan keadilan dalam
rangka pemetaan identitas Islam di memahami Islam. Hal ini bisa
negeri ini. Untuk bergumul, berdialog, dieksplorasi lewat jalur pendidikan
dan menyatu dengan kebudayaan ala pesantren. Yang terpenting dari
Nusantara, pemahaman keislaman genderang Islam Nusantara adalah
harus diproses melalui seleksi, substansinya; sebuah proses Islam
akulturasi dan adaptasi sebagaimana yang mengindonesia yang
yang pernah dilakukan Walisongo. berkelanjutan dan tidak berhenti
Pada konteks sebagai manhaj atau dalam menemukan bentuk dan
model beragama yang lebih global, manhaj berpikir dan bertindak dalam
Islam Nusantara tidak hanya keberislaman.
terbatas pada sejarah atau lokalitas Dengan demikian, Islam yang
Islam di tanah Jawa. Lebih dari itu, ia berproses dalam ranah sosio-budaya
harus senantiasa diperjuangkan masyarakat kepulauan ini bisa
untuk masa depan peradaban mengejawantah secara variatif

146
melalui berbagai tampilan budaya, kata, norma-norma subtantif ajaran
termasuk dalam metode Islam perlu ditonjolkan tidak dalam
membumikan pesan-pesan bentuk ideologi politik. Barangkali
universalnya melalui beraneka ragam sikap inilah yang diambil oleh Islam
bingkai konteks partikular. Nusantara dalam berpolitik.
Apa yang disampaikan Gus Dur
Orientasi Politik Islam tersebut telah dilaksanakan oleh
Nusantara Ulama jauh sebelum Indonesia
Berdasarkan pada fakta kondisi merdeka. Sikap politik ulama
politik Islam di kancah dunia seperti nusantara bisa dilihat saat
yang tersebut dalam pembahasan pembentukan Komite Hijaz pada
sebelumnya, sikap Islam Nusantara 1926. Dalam rangka melakukan
dalam politik sudah cukup ideal diplomasi internasional kepada
sebagaimana yang telah dicontohkan pemerintah Saudi. Para ulama
oleh para ulama pendahulu. Dengan nusantara melalui perwakilannya
kata lain, tidak memilih jalan melakukan kepada pemerintah Saudi
politis-praktis adalah jalan terbaik. tanpa melalui organisasi politik.
Kendati demikian politik tidak bisa Padahal saat itu di wilayah
dilepas begitu saja. Ada cara lain Nusantara sudah ada Sarikat Islam,
yang harus ditempuh dalam rangka organisasi pergerakan Islam yang
ikut serta dalam mempengaruhi dipelopori oleh HOS.
kebijakan politik pemerintah baik di Pada tahun 1960, para Ulama
wilayah lokal maupun internasional. Nusantara juga memelopori lahirnya
Secara prinsipil orientasi politik Konferensi Islam Asia-Afrika sebagai
Islam Nusantara adalah tegaknya salah satu tindak lanjut atas
Negara Kesatuan Republik Indonesia Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
(NKRI) dan Pancasila. Dalam Konferensi tersebut adalah untuk
pandangan Islam Nusantara, memperjuangkan pembebasan dan
Indonesia adalah dâr al-salâm kedamaian di dunia ketiga dan
(tempat keselamatan) dan Pancasila negara-negara Islam yang baru
merupakan intisari dari ajaran Islam merdeka dari penjajahan Eropa.
Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ‗ah. Sayangnya diplomasi international
Dengan kata lain, memertahankan ini kemudian terhenti di masa orde
NKRI dan mengamalkan nilai-nilai baru karena rezim Soeharto
Pancasila merupakan menyudutkan para ulama di bidang
pengejawantahan dari upaya umat politik.
Islam Indonesia menerapkan sharî‗ah Pasca peristiwa 11 September
Islam. 2001 nama Islam tercoreng karena
Abdurrahman Wahid mengan- isu yang berkembang adalah bahwa
jurkan agar islam tidak ditempatkan pelaku pemboman WTC adalah Islam.
sebagai ideologi alternatif dari Terjadi ketegangan antara dunia
konstruksi negara-bangsa Indonesia. Barat dan Islam sehingga cap teroris
Islam, dalam pandangan Gus Dur, selalu diidentikkan kepada Islam.
harus ditampilkan sebagai unsur Sebagai upaya mengurangi
komplementaer dalam formasi ketegangan tersebut, Ulama
sosio-kultural dan politik negeri ini. Indonesia mengambil peran dengan
Dari pandangan ini tampak cukup memberikan pencerahan kepada
menonjol ajaran Islam diletakkan dunia Barat bahwa Islam tidak selalu
sebagai landasan etik dalam identik dengan ekstrimisme. Visi
kehidupan sosial politik. Pendeka moderat dan tawassuth dikenalkan di

147
kancah dunia untuk menahan laju Jawa tanpa harus bersusah payah
perkembangan paham-paham yang berkutat dengan formalisme syariah.
membenarkan aksi terorisme. Ke depan, Ijtihad politik Islam
Dengan demikian, Islam bisa dikenal Nusantara juga harus bisa mengatasi
sebagai ajaran yang benar-benar persoalan dalam negeri yang bisa
rahmatan lil alamin. menghasilkan keputusan dalam
Pada level lokal, aktivitas politik bidang politik ekonomi. Tidak ada
dilaksanakan tanpa harus terjun artinya Islam Nusantara jika tidak
dalam politik praktis. Beberapa Kiai dapat menyelesaikan masalah untuk
yang menjadi pengurus partai politik mewujudkan maslahah kehidupan
tidak berperan secara signifikan. masyarakat Indonesia. Pada level
Para ulama tidak memaksakan tertentu, Islam Nusantara harus bisa
masyarakat untuk memilih partai memberi banyak lapangan kerja
politik tertentu. Banyak dari kepada masyarakat Indonesia,
kalangan santri dan Kiai juga masuk menjadi pelopor pencegahan
dalam partai politik nasionalis. pembakaran hutan, pelopor peno-
Dalam hal ini, sikap politik Islam lakan penambangan liar, mengatasi
Nusantara berbeda sama sekali keserakahan industri dan masalah
dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir lain yang menyengsarakan
atau AKP di Turki. masyarakat untuk mewujudkan ide
Mengenai Perda Syariah yang maslahat-nya As-Syatibi. Dengan
merebak selama era reformasi, demikian, Islam akan memiliki
prinsip yang diikuti oleh Islam magnet sehingga masyarakat akan
Nusantara adalah sila pertama tertarik kepada ajaran Islam.
Pancasila, Ketuhana Yang Maha Esa. Setelah persoalan dalam negeri
Artinya nilai moralitas agama harus bisa diselesaikan dengan ijtihad
menjadi salah satu pilar penting dari politik ulama Nusantara, baru
kehadiran negara Indonesia. Prinsip kemudian menyampaikan kepada
ini mengandung konsekwensi bahwa dunia bahwa peradaban Islam akan
dalam batas tertentu negara juga ikut tercapai dengan motode dan manhaj
terlibat dalam urusan keagamaan ala ulama Nusantara. Kalau tidak
seperti urusan haji dan hukum demikian, dunia tidak akan bisa
perdata. Jadi domain negara dalam percaya dengan Islam Nusantara.
masalah agama hanyalah menjamin Untuk mewujudkannya gerakan
agar pelaksanaan ibadah dapat politik kultural sebagaimana yang
berlangsung aman dan tenang tanpa pernah dilakukan oleh ulama
gangguan. Sikap seperti inilah yang sebelumnya harus dijadikan contoh.
ditempuh oleh Islam Nusantara. Apa yang dihadapi ulama
Bukan pada formalism syariah. terdahulu dengan sekarang berbeda.
Sebab formasilasi ajaran agama sama Jika dulu konsentrasinya adalah
sekali tidak menjamin keimanan proses Islamisasi dengan startegi
yang sempurna. Sebaliknya akulturasi budaya, hari ini perlu
perjuangan syariah harus menuju melakukan strategi baru tanpa
pada subtansi ajaran Islam agar bisa menghilangkan proses yang lama.
dilaksanakan dengan benar. Selama Tanpa adanya upaya pembaruan
ini, jalan inilah yang dilakukan oleh dalam strategi dakwah maka yang
Islam Nusantara seperti yang pernah terjadi adalah stagnansi dalam
dicontohkan oleh sunan Kalijaga saat berjuang. Inti perjuangan para ulama
menebarkan Islam dengan gending dahulu mulai dari Walisongo hingga
para Kiai adalah memperjuangkan

148
ajaran agama Rasulullah dengan Daftar Pustaka
cara-cara kreatif tanpa
menghilangkan prinsip-pinsip Islam. Ali, As‘ad Said, Negara Pancasila
Jalan Kemaslahatan Berbangsa,
(Jakarta: Pustaka LP3ES
Penutup Indonesia, 2012), cet. IV
Islam Nusantara sebagai salah Anwar, M. Syafi‘i, Pemikiran dan
satu bentuk implementasi Aksi Islam Indonesia: Sebuah
keberagamaan di Indonesia harus Kajian Politik Tentang
disampaikan dengan baik agar umat Cendikiawan Muslim Orde
Islam di Indonesia bisa menerimanya. Baru,Jakarta, Paramadina,
Di bidang politik, tradisi yang telah 1995
berlaku sejak lama harus Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama
dipertahankan. Selanjutnya ide Timur Tengah dan Kepulauan
pemikiran Islam Nusantara Nusantara Pada Abad XVII dan
disampaikan kepada dunia baik XVIII (Bandung: Mizan, 1994)
dunia Islam di Timur Tengah atau Baso, Ahmad, Islam Nusantara:
dunia Barat. Ijtihad Jenius & Ijma‘ Ulama
Kampanye Islam Nusantara ke Indonesia, Tangerang Selatan:
Timur Tengah akan mengajarkan Pustaka Afid, 2015
kepada mereka bagaimana berislam Esposito, John L, Unholy War,
baik secara kultural maupun Yogyakarta: LKIS, 2002.
structural secara ideal di zaman Juergensmeyer, Mark, Menentang
modern. Sementara penyampaian Negara Sekuler: Kebangkitan
Islam Nusantara di dunia Barat Global Nasionalisme Religius,
adalah untuk memberikan informasi terj. Noorhaidi Bandung: Mizan,
tentang rahmat Islam bagi semesta 1998
agar mereka tahu bahwa selama ini Maridjan, Kacung, Qua Vadis NU,
pemahaman Islam yang hanya Jakarta: Gramedia, 1992
melihat Timur Tengah adalah suatu New Bold, T, J., Political and
sikap yang tidak fair. Statistical Account of the British
Di tengah kecenderungan Settlements in the Straits of
sebagian masyarakat untuk Malaca London: John Murray,
memahami agama sebagai ‗alat vol. 2, tt.
pembenar‘ dalam tindak kekerasan Noer, Deliar, "Islam dan Politik:
dan permusuhan serta tidak Mayoritas dalam Minoritas"
menghargai nilai lokal, Islam dalam Prisma, No. 5 Thn. XVII,
Nusantara harus tampil sebagai 1988.
kekuatan yang memastikan bahwa Ramage, Douglas E., Democracy,
agama hadir untuk tujuan kebaikan Islam and The Ideology of
untuk seluruh ciptaan Tuhan. Tolerance, London: Routledge,
Tujuan tersebut bisa 1995.
dilaksanakan dengan langkah yang Said, Edward, Covering Islam: Bisa
terencana dengan baik tanpa harus Liputan Barat Atas Dunia Islam,
menjadikan agama sebagai sebuah Jogjakarta: Ikon Teralitera, 2001
ideologi yang di kemudian hari Syoeb, Jusuf, Sejarah Khulafaur
menjadi gerakan politik praktis yang Rasyidin, Jakarta: Bulan
justru mereduksi Islam itu sendiri. Bintang, 1979
Wa ila Allahi turja‘ul umur. Taylor, Alan R., Pergeseran-
Pergeseran Aliansi Dalam Sistem

149
Perimbangan Kekuatan Arab,
Jakarta: Amar Press, 1990,
Wakhid, Hidayat Nur, dan M. Jaffar
dalam Abu Ridho, Palestina
Nasibmu Kini, Jakarta: Sidik,
1996.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban
Islam II, Jakarta: Radjawali,
1998
Zamzami, Mukhammad, ―Berharap
Dengan Islam Nusantara‖,
Majalah Al-Fikrah Edisi
September 2015
Zahrah, Muhammad Abu, Aliran
Politik dan Agama Dalam Islam,
Jakarta: Logos, 1996

151
EKSTREMISME DALAM ISLAM DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
DI KALANGAN GENERASI MUDA
Oleh Kasuwi Saiban
(Universitas Merdeka Malang,
e-mail: kasuwi.saiban@gmail.com)

Abstrak
Islam adalah agama yang membawa rahmat kepada seluruh alam,
terutama kepada manusia. Hal ini bisa dilihat dari perilaku Rasulullah
Muhammad saw. yang selalu mengedepankan prinsip kasih sayang
dari pada permusuhan. Misalnya ketika berhasil menguasai kota
Makkah (yaumul fath) beliau punya kesempatan yang sangat besar
untuk melampiaskan dendam kepada kafir quraisy, akan tetapi yang
terjadi beliau bukan melakukan balas dendam, bahkan sebaliknya
beliau malah menyebarkan kedamaian dan kasih sayang. Misi Islam
yang penuh kedamaian ini sering dicemari oleh kelompok
―ekstremisme‖ yang mendakwahkan Islam dengan cara kekerasan.
Kelompok ini sekarang banyak merekrut kalangan generasi muda yang
memang masih minim bahkan kosong tentang pemahaman agama
sehingga mudah dipengaruhi. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui:
(1) Munculnya ekstremisme dalam Islam, (2) Faktor penyebab
munculnya ekstremisme dalam Islam, (3) Faktor penyebab
ekstremisme merebak di kalangan generasi muda, dan (4) Cara
mencegah ekstremisme di kalangan generasi muda. Adapun simpulan
dari pembahasan ini adalah : (1) Ekstremisme sudah muncul sejak
Nabi masih hidup (2) Faktor penyebab munculnya ekstremisme dalam
Islam dikarenakan : (a) Ketidak-puasan atas lemahnya supremasi
hukum (b) Sempitnya pemahaman tentang Qur‘an dan Sunnah (c)
Terjebak hanya pada sholeh ritual tanpa sholih sosial. (3) Faktor
penyebab ekstremisme merebak di kalangan generasi muda karena: (a)
Pemuda pada posisi usia yang labil (b) Sempitnya pemahaman tentang
Islam (c) Sifat ―al-i‘jabu fi al-ra‘yi‖. (3) Cara mencegah ekstremisme di
kalangan generasi mudah dilakukan dengan: (a) Memahamkan bahwa
Islam adalah agama kasih sayang (b) Memahamkan bahwa Islam
adalah agama yang Kaffah (c) Optimalisasi Peran orang tua, tokoh
masyarakat, guru, dan dosen.

Kata-Kata Kunci:
Ekstremisme, Islam, Generasi Muda

Pendahuluan
Agama Islam diturunkan
‫اك إَِّل َر ْمحَ ًة لِْل َعالَ ِمي‬
َ َ‫َوَما أ َْر َس ْلن‬
dengan membawa misi ―rahmatan lil ―Dan tiadalah engkau (Muhammad)
alamin‖ (membawa rahmat untuk Kami utus kecuali untuk (membawa)
seluruh alam), sebagaimana firman rahmat ke seluruh alam‖ (QS.
Allah pada surat al-Anbiya‘ ayat 107 : Al-Anbiya‘ : 107).

151
Dalam mengemban misi Atas dasar fenomena tersebut
―rahmatan lil alamin‖ ini sering kita tulisan singkat ini akan membahas
dengar kisah Nabi yang selalu masalah: (1) kapan munculnya
mengedepankan prinsip kasih sayang ekstremisme dalam Islam?; (2)
dari pada permusuhan. Misalnya mengapa muncul ekstremisme dalam
ketika beliau berhasil menguasai Islam?; (3) mengapa ekstremisme
kota Makkah setelah diusir oleh kafir merebak di kalangan generasi muda?
quraisy, sehingga beliau harus (4) Bagaimana mencegah ekstremis-
menetap di Madinah. Pada saat me di kalangan generasi muda?
penguasaan kembali kota Makkah ini
(yaumul fath) beliau punya Munculnya Ekstremisme dalam
kesempatan yang sangat besar untuk Islam
melampiaskan dendam kepada kafir Sebenarnya ekstremisme sudah
quraisy, akan tetapi yang terjadi muncul sejak Nabi masih hidup,
beliau bukan melakukan balas dalam sebuah riwayat hadis sahabat
dendam, dan sebaliknya beliau Jabir menceritakan sebagai berikut:
َِّ ‫ول‬ َّ ‫َع ْن َجابِ ِر بْ ِن َعْب ِد‬
َ َ‫اَّللِ ق‬
malah menyebarkan kedamaian dan
kasih sayang ―al yaum yaumul ‫صلَّى‬ َ ‫اَّلل‬ َ ‫ال أَتَى َر ُج ٌل َر ُس‬
ِ ‫ي وِِف ثَو‬ ِ ِ ِ ِ َّ
ٍ َ ‫اَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ِِب ْجل ْعَرانَة ُمْن‬
marhamah‖ hari ini adalah hari kasih
sayang (Ibnu Hajar al-Atsqolani,
‫ب‬ ْ َ ْ َ‫صَرفَوُ م ْن ُحن‬
Fathul Bari, Juz 8 hal. 9). ‫ض‬ ِ َّ ‫اَّللِ صلَّى‬
ُ ِ‫اَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم يَ ْقب‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ضةٌ َوَر ُس‬ َّ ِ‫بَِل ٍل ف‬
Misi Islam yang penuh
kedamaian ini sering dipadamkan ‫ك‬َ َ‫ال َويْل‬ َ َ‫ال اَي حُما َّم حد ا ْع ِد ْل ق‬ َ ‫اس فَ َق‬ ِ
َ َّ‫مْن َها يُ ْعطي الن‬
ِ
oleh kelompok tertentu dengan
‫ت إِ ْن‬ ِ ِ ِ ِ
berkedok pada Islam, namun mereka
mendakwahkan Islam dengan cara
َ ‫ت َو َخس ْر‬ َ ‫َوَم ْن يَ ْعد ُل إِذَا ََلْ أَ ُك ْن أ َْعد ُل لََق ْد خْب‬
kekerasan. Kelompok ini yang َّ ‫اب َر ِض َي‬
ُ‫اَّللُ َعْنو‬ ِ َّ‫اخلَط‬
ْ ‫ال عُ َم ُر بْ ُن‬ َ ‫ََلْ أَ ُك ْن أ َْع ِد ُل فَ َق‬
kemudian disebut dengan َِّ ‫ال معا َذ‬
‫اَّلل‬ ِ َِّ ‫ول‬ َ ‫َد ْع ِِن ََي َر ُس‬
―ektremisme‖. Kata ekstremisme َ َ َ ‫اَّلل فَأَقْ تُ َل َى َذا الْ ُمنَاف َق فَ َق‬
‫َص َح ِاِب إِ َّن اه اذا‬
berasal dari bahasa Inggris
extremism, yang berarti pendirian ْ ‫َّن أَقْ تُ ُل أ‬ ِّ‫َّاس أ‬ُ ‫َّث الن‬ َ ‫أَ ْن يَتَ َحد‬
yang radikal (Indonsian Dictionary). ِ ‫اصحابهح يـ ْقرءو ان الْ حقرآ ان اَل حُياا ِوحز حنا‬
‫اج ارحه ْم‬
Akhir-akhir ini kelompok tersebut ‫ا‬ ْ ‫اوأ ْ ا ا ا ا ح‬
sering menjadi sorotan tajam karena
menempuh cara kekerasan dalam
‫الرِميَّ ِة (رواه‬ َّ ‫الس ْه حم ِم ْن‬ َّ ‫َياْحرقحو ان ِم ْنهح اك اما َياْحر حق‬
berdakwah, sehingga banyak orang )‫مسلم‬
salah pandang dalam melihat Islam.
Islam identik dengan kekerasan, ―Dari sahabat Jabir bin Abdillah,
Islam identik dengan bom bunuh diri, beliau berkata, ada seorang lelaki
bahkan Islam identik dengan yang mendatangi Rasulullah SAW di
pembunuhan masal. Mereka Ji‘ranah setelah perang hunain
memahami Islam secara parsial. (ketika itu) di dalam pakaian Bilal
Padahal Islam seharusnya dipahami terdapat perak dan Rasulullah SAW
secara konphrehensif , integratif, dan menggenggamnya terus membagikan
utuh. Kelompok ini sekarang banyak kepada manusia. Kemudian laki-laki
merekrut kalangan generasi muda tersebut berkata : ―Wahai Muhammad
yag memang masih sangat minim berbuat adillah !, beliau menjawab,
pengetahuan agama mereka sehingga celaka engkau siapa lagi yang
mudah dipengaruhi. berbuat adil jika aku tidak berbiat
adil, sungguh engkau celaka dan
merugi jika aku tidak berbuat adil.

152
Maka Umr bin Khatthab ra. Berkata, menimbulkan reaksi negatif yang
biarkan aku bunuh orang munafiq ini mengarah pada ekstremisme. Oleh
ya Rasulullah ! Rasul menjawab : Kita karena itu masalah supremasi
berlindung kepada Allah dari hukum ini Rasulullah benar-benar
omongan manusia bahwa aku telah menempatkan pada posisi yang
membunuh sahabat saya sendiri. sangat penting dalam pranata sosial.
Orang ini dan sekelompoknya Sebagaimana Beliau tegaskan dalam
membaca Qur‘an yang tidak sebuah hadis yang diriwayatkan dari
membekas di tenggorokan mereka Aisyah sebagai berikut:
dan melewatinya seperti anak panah
yang keluar dari busurnya‖ (HR.
‫حدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا ليث عن ابن شهاب‬
Muslim). ‫ أن قريشا أمههم شأن‬: ‫عن عروة عن عائشة اهنع هللا يضر‬
Dari riwayat hadis di atas
dapat diketahui bahwa ekstremisme ‫ادلرأة ادلخزومية اليت سرقت فقالوا ومن يكلم فيها‬
sebenarnya sudah ada sejak zaman
Rasulullah SAW. Hanya saja mereka ‫رسول هللا صلى هللا عليو و سلم ؟ فقالوا ومن َيرتئ‬
belum begitu nampak karena kondisi
masih terkendali dan Rasulullah bisa ‫عليو إل أسامة ابن زيد حب رسول هللا صلى هللا‬
menetralisir. Selanjutnya pada masa
sahabat kelompok ini banyak ‫عليو و سلم فكلمو أسامة فقال رسول هللا صلى هللا‬
bermunculan karena ketidak-puasan
mereka terhadap kebijakan yang
‫ ُث‬. )‫عليو و سلم (أتشفع ِف حد من حدود هللا‬
diambil oleh pemimpin mereka,
misalnya khawarij muncul karena
‫قام فاختطب ُث قال ( إَّنا أىلك الذين قبلكم أهنم‬
tidak puas dengan keputusan Ali ra. ‫كانوا إذا سرق فيهم الشريف تركوه وإذا سرق فيهم‬
yang menyetujui ―tahkim‖ dengan
Muawiyah di saat menjelang ‫الضعيف أقاموا عليو احلد واْن هللا لو أن فاطمة بنت‬
kemenangan tentara Ali ra. kelompok
ini ditengarai menjadi salah satu )‫ (رواه البخاري‬.‫دمحم سرقت لقطعت يدىا‬
sumber ekstremisme pada masa ―Sesungguhnya sekelompok orang
sahabat. (Ahmad bin Muhammad al Quraisy datang kepada Rasulullah
Andalusy, al Aqdul al Farid, juz 5: 92 untuk memintakan keringanan/
& Ensiklopedia Islam). pembebasan hukuman kepada salah
seorang perempuan bangsawan dari
Faktor Penyebab Munculnya kalangan mereka karena kasus
Ekstremisme dalam Islam pencurian. Usamah bin Zaid kala itu
Banyak faktor yang mewakili mereka untuk menghadap
menyebabkan munculnya ekstremis- Rasulullah saw. dengan menyampai-
me dalam Islam, antara lain: kan permasalahan tersebut. Setelah
mendengar aduan Usamah bin Zaid,
1. Karena ketidak-puasan terhadap Rasulullah bersabda : Apakah kalian
supremasi hukum minta keringanan/pembebasan dari
Seperti yang terlihat pada hukum Allah ? kemudian Beliau
hadis riwayat sahabat Jabir di atas, berpidato : Rusaknya umat sebelum
bahwa ada seorang laki-laki yang kalian adalah, jika penggede mereka
protes kepada Nabi karena Beliau mencuri maka dibiarkan tanpa
dianggap tidak berbuat adil, padahal dikenai sanksi hukum. Sebaliknya
Nabi adalah orang yang paling adil. jika rakyat kecil mencuri maka hukum
Hal ini menunjukkan bahwa ditegakkan. Demi Allah andaikan
ketidak-puasan seseorang bisa Fatimah putri Muhammad mencuri

153
pasti aku potong tangannya (HR Contoh pemahaman surat
Bukhori)‖. al-Maidah ayat 44 :
Dari riwayat hadis di atas
nampak jelas bahwa supremasi
‫ك ُى ُم الْ َكافُِرو َن‬
َ ِ‫اَّللُ فَأُولَئ‬
َّ ‫َوَم ْن ََلْ َُْي ُك ْم ِِبَا أَنْ َزَل‬
hukum benar-benar ditegakkan oleh ―Barang siapa yang tidak
Rasulullah, tanpa ada perbedaan di menggunakan hukum yang
mata hukum antara rakyat dan diturunkan Allah maka mereka
pejabat, bahkan antara anak/ adalah (termasuk) orang-orang kafir‖
keluarga dan orang lain harus (QS. Al Maidah : 44).
diperlakukan sama. Ayat di atas jika dipahami
Kenyataan yang terjadi secara harfiyah dan parsial tanpa
sekarang adanya perbedaaan dikaitkan dengan dalil-dalil yang lain
perlakuan hukum yang mencolok di pasti bermakna ekstrim bahkan
antara mereka yang kuat dengan takfiri. Demikian pemahaman
mereka yang lemah. Hukum menjadi menurut salah satu kelompok/aliran
tumpul ketika menghadapi orang yang akhir-akhir ini sering kita
kuat, dan menjadi tajam ketika jumpai. Menurut kelompok ini
menghadapi orang lemah. Inilah yang siapapun yang berhukum selain yang
merupakan salah satu faktor tertuang secara harfiyah dalam ayat
munculnya ekstremisme dalam al-Qur‘an dan sunnah rasul maka
Islam. Kelompok ini seakan orang tersebut kafir. Karena kafir
menuntut keadilan atas peristiwa maka halal darahnya, bahkan halal
hukum yang mengabaikan keadilan juga hartanya sebagai ghonimah
dalam peradilan yang banyak ditemui (harta rampasan perang). Aliran ini
di masyarakat dewasa ini. lebih suka memaknai Islam pada
label luarnya, bukan esensi
2. Karena sempitnya pemaknaan dalamnya, sehingga ketika memaknai
Qur’an dan sunnah : hukum ya harus ada label Islam
Memahami ayat-ayat al-Qur‘an bukan esensi dalam pasal-pasal yang
dan sunnah tidak bisa hanya secara ada. Padahal dalam hukum Islam
harfiyah tanpa dikaitkan dengan sebenarnya yang penting esensi
dalil-dalail yang lain. Al-Qur‘an dan dalamnya; tidak perlu ada
sunnah ibarat apotik yang hanya undang-undang anti korupsi Islam,
menjual obat, masalah penggunaan karena anti korupsi otomatis hukum
obat tersebut urusan dokter, dan Islam.
bukan tanggung jawab apotik. Oleh Contoh lain, masalah
karena itu pemahaman ayat-ayat pemaknaan sunnah terkait dengan
al-Qur‘an dan sunnah harus melalui riwayat hadis dari Abu Hurairah dan
orang yang kompeten yaitu para Ibnu Umar sebagai berikut. Dari Abu
mujtahid. Mereka punya kompetensi Hurairah ra.: ―Bagian kain sarung
memahami al-Qur‘an dan sunnah yang terletak di bawah kedua mata
dengan ilmu alat yang memang harus kaki berada di dalam neraka.‖ (HR.
dikuasai. Memahami ayat harus Bukhori).
dikaitkan dengan ayat yang lain, Bandingkan dengan hadis
dikaitkan dengan sunnah, asbabun berikut. Dari Ibnu Umar ra,
nuzul, asbabul wurud, pendapat para sesungguhnya Rasulullah SAW
sahabat, dan dalil-dalil hukum yang bersabda : ―Allah tidak akan melihat
lain agar pemahaman ayat tersebut kepada orang yang menarik
bisa secara konphrehensif , integratif, pakaiannya dengan sombong‖ (HR.
dan utuh. Bukhari)

154
Hadis yang pertama jika kan jenggot dan memendekkan
dimaknai secara terpisah tanpa kumis ? Oleh karena itu makna
dikaitkan dengan hadis kedua maka ekstrim tentang wajib memanjangkan
yang terjadi adalah makna ekstrim jenggot dan memendekkan kumis
dan parsial; wajib meninggikan perlu ditinjau ulang jika kita
pakaian/celana sampai di atas mata memahami hadis tersebut secara
kaki. Sedangkan jika hadis tersebut utuh.
dimaknai secara utuh dikaitkan Contoh lain adalah pema-
dengan hadis kedua maka makna haman mereka secara ekstrim pada
maqashid syar‘iyyah (tujuan surat at-Taubah ayat: 36.
syariat/motivasi hukum) dari hadis
tersebut tidak bisa lepas; yaitu
‫ي َكافَّةً َك َما يُ َقاتِلُونَ ُك ْم َكافَّةً َو ْاعلَ ُموا‬ ِ ِ
َ ‫َوقَاتلُوا الْ ُم ْش ِرك‬
sombong. Kesombongan inilah yang ‫اَّللَ َم َع الْ ُمت َِّقي‬
َّ ‫َن‬َّ ‫أ‬
menjadi asbabul wurud (sebab
munculnya hadis) tersebut. Oleh ―....dan bunuhlah orang-orang
karena itu menurut makna yang musyrik secara keseluruhan
utuh larangan pakaian yang melebihi sebagaimana mereka membunuh
mata kaki tersebut karena kalian secara keseluruhan, dan
kesombongan, dan bukan secara ketahuilah bahwa Allah bersama
ekstrim semata-mata karena orang-orang yang bertaqwa‖ (QS.
pakaiannya. at-Taubah;36)
Demikian pula hadis yang Ayat tersebut oleh para
terkait dengan printah memelihara ekstrimis dimaknai sebagai printah
jenggot dan mencukur kumis untuk membunuh orang-orang
sebagaimana riwayat hadis: musyrik secara umum tanpa
―Berbedalah dengan orang-orang dikaitkan dengan asbabun nuzulnya,
musyrik. Potong pendeklah kumis dan padahal ayat tersebut turun terkait
biarkanlah jenggot‖ (HR. Muslim). dengan pristiwa peperangan (Ibnu
―Pendekkanlah kumis dan biarkanlah Katsir : III : 394), sehingga perintah
(peliharalah) jenggot dan berbedalah memubunuh orang-orang musyrik
dengan Majusi.‖ (HR. Muslim) tersebut dilakukan dalam kondisi
Dua hadis tersebut jika perang bukan kondisi damai seperti
dimaknai secara tekstual maka Indonesia sekarang ini.
terjadilah pemahaman yang ekstrim;
yaitu kewajiban memanjangkan 3. Karena Terjebak pada Soleh
jenggot dan memendekkan kumis. Ritual.
Akan tetapi jika hadis tersebut Islam adalah agama yang
difahami secara utuh maka ada sempurna mencakup hubungan
motivasi hukum di balik printah ritual (hablum minallah) dan
memanjangkan jenggot dan hubungan non ritual/sosial (hablum
memendekkan kumis; yaitu agar minannas). Oleh karena itu jika orang
umat Islam berbeda dengan orang Islam hanya beramal shaleh secara
musyrik dan orang majusi yang saat ritual tanpa diimplementasikan
itu mereka memendekkan jenggot dalam soleh sosial maka biasanya
dan memanjangkan kumis. Jika saat terjadi perilaku keras yang cenderung
itu orang majusi dan musyrik pada ekstremisme. Mereka shalat
memanjangkan kumis dan hanya secara ritual, yang penting
memendekkan jenggot maka memenuhi syarat rukunnya tanpa
bagaimana halnya jika kondisi menghayati bahkan mengimplemen-
sekarang mereka juga memanjang- tasikan dalam kehidupan riil dari
ajaran shalat yang telah dilakukan

155
secara ritual tersebut. Akhirnya ummat Muhammad yang hanya
mereka berfaham bahwa orang shalat, menekankan aktivitas ritual tanpa
puasa, dan haji tidak ada diimbangi dengan implimentasi
hubungannya dengan printah dalam kehidupan sosial. Mereka
berbuat baik kepada orang lain. hanya mementingkan hablum
Pemahaman seperti ini akan minallah tanpa menghiraukan
membawa seseorang pada fokus hablum minannas, mereka hanya
ibadah ritual dengan mengabaikan sholeh ritual tanpa memperhatikan
ibadah sosial, cukup soleh ritual sholeh sosial, mereka memahami
tanpa soleh sosial, sehingga Islam secara ekstrim pada batas
seseorang tidak merasa penting ritual tanpa mengkaitkan dengan
untuk menjalin hubungan baik kehidupan sosial. Ingat pembunuh
dengan sesama manusia, akhirnya sahabat Ali bin Abi Thalib adalah
muncullah perilaku keras kepada seorang ekstrimis bernama Abd.
orang lain yang mengarah pada Rahman bin Muljam yang hafal
ekstremisme. al-Qur‘an dan keningnya membekas
Terkait masalah ini Rasulullah hitam karena banyak sujud.
saw. pernah mensinyalir dalam Ekstrimis seperti Abd. Rahman bin
sebuah hadis yang diriwayatkan dari Muljam ini sekarang banyak kita
sahabat Ali ra. sebagai berikut : jumpai dalam kehidupan sehari-hari,
‫س قَِراءَتُ ُك ْم إِ ََل‬ ِ ِ
َ ‫َِيُْر ُج قَ ْوٌم م ْن أ َُّمِت يَ ْقَرءُو َن الْ ُق ْرآ َن لَْي‬
khususnya di kalangan generasi
muda.
َ‫صلَِتِِ ْم بِ َش ْى ٍء َول‬ َ ‫صلَتُ ُك ْم إِ ََل‬
ٍ ِ ِِ ِ
َ َ‫قَراءَِت ْم ب َش ْىء َول‬
‫ِصيَ ُام ُك ْم إِ ََل ِصيَ ِام ِه ْم بِ َش ْى ٍء يَ ْقَرءُو َن الْ ُق ْرآ َن َُْي ِسبُو َن‬ Faktor Penyebab Ekstremisme
Merebak di Kalangan Generasi
‫صلَتُ ُه ْم تَ َراقِيَ ُه ْم ّيَُْرقُو َن‬
َ ‫أَنَّوُ َذلُْم َوُى َو َعلَْي ِه ْم لَ ُجتَا ِوُز‬ Muda
‫ احلديث‬- ‫الرِميَّ ِة‬ َّ ‫الس ْه ُم ِم َن‬َّ ‫ِم َن ا ِإل ْسلَِم َك َما ّيَُْر ُق‬
1. Karena pemuda pada posisi
usia yang labil
)‫(رواه مسلم‬ Para psikolog menggolongkan
umur pemuda menjadi tiga tahap;
―Saya mendengar Rasulullah saw yaitu 12-15 (tahap pertama), 15-18
bersabda : ―akan muncul kaum dari (tahap kedua), 18 sd 21 (tahap ketiga)
ummatku, mereka membaca al-Qur‘an Pada masa-masa tersebut pikiran
yang bacaan kalian tidak ada mereka cenderung labil, sering
apa-apanya dibanding bacaan kosong, sehingga mudah dimasuki
mereka, shalat kalian juga tidak ada hal-hal baru yang menurut mereka
apa apanya dibanding shalat mereka, lebih menarik. Dari situ doktrin
puasa kalian juga tidak ada apa pemahaman Islam yang ekstrim
apanya dibanding puasa mereka. mudah ditanamkan oleh kelompok
Mereka membaca al-Qur‘an dengan tertentu yang memang membidik
mengira akan mendapat (pahala), mereka. Akhirnya dalam kondisi
akan tetapi malah menjadi beban. pikiran yang kosong mereka
Shalat mereka tidak membekas pada menerima mentah-mentah doktrin
perilaku, mereka melakukan ajaran ekstremisme tanpa banyak berpikir,
Islam seperti anak panah yang sehingga mereka masuk dalam
melewati lubang busurnya‖ (HR. aktivitas-aktivitas yang cenderung
Muslim). eksklusif.
Hadis di atas menegaskan
adanya sekelompok manusia dari

156
2. Karena sempitnya pemahaman at-Taubah sebagaimana yang telah
tentang Islam disebut di atas. Karena pemahaman
Gerakan memahami Islam di mereka tentang Islam yang sangat
kalangan generasi muda cenderung sempit itulah yang menyebabkan
mengalami perkembangan yang mereka terjebak dalam ekstremisme
menyenangkan, terutama di sekolah yang menyesatkan.
dan kampus. Para pemuda/siswa/
mahasiswa ingin mendalami Islam 3. Karena sikap “al-i’jabu fi
secara serius, mereka ingin cepat al-ra’yi” (mengagumi
sholeh, bahkan di antara mereka ada pendapatnya)
yang melupakan bidang studi Sebagai akibat dari
pilihannya. pemahaman Islam yang sangat
Mereka beranggapan bahwa sempit tersebut muncul sifat ―ali‘jabu
ilmu yang sedang dipelajari tidak ada fi al ra‘yi‖ pada diri mereka. Mereka
relevansinya dengan Islam, sehingga menganggap hanya pendapatnya saja
mereka melupakan bidang ilmu yang yang benar, pendapat orang lain
dipilih di sekolah/kampus dan lebih semua salah, sehingga mereka
asyik mempelajari ilmu-ilmu tertutup untuk menerima masukan
keislaman dalam arti yang sempit dari orang lain. Padahal para imam
dan ekstrim. Padahal kalau mereka madzhab terdahulu sudah memberi
tahu sebenarnya semua ilmu ada statemen yang sangat indah, mereka
relevansinya dengan Islam. katakan :
Islam tidak mengenal ‫رأينا صواب ُيتمل اخلطأ ورأي ُمالفنا خطأ ُيتمل‬
dikotomisasi dalam ilmu, semua ilmu
adalah milik Allah, baik ilmu yang ‫الصواب‬
Qur‘aniyah (berbasis ayat-ayat
al-Qur‘an secara langsung) maupun ―Pendapat kami adalah sebuah
yang Kauniyah (berbasis sain dan kebenaran yang boleh jadi
teknologi). Oleh karena itu apa pun mengandung kesalahan, dan
bidang ilmu yang ada sebenarnya pendapat orang lain adalah sebuah
merupakan ilmu Islam. Pola kesalahan yang boleh jadi
pemahaman Islam yang sempit mengandung kebenaran.
tersebut akibat dari keterbatasan Statemen ini sangat penting
mereka dalam memahami ayat untuk kita pegangi di saat banyak
Qur‘an atau Hadis hanya dari sisi orang yang hanya membanggakan
ontologi tanpa melihat pendapatnya tanpa menghiraukan
epistemologinya, hanya dari sisi teks pendapat orang lain seperti yang
tanpa melihat konteksya. Seperti terjadi pada kelompok-kelompok
mereka mewajibkan berjenggot dan yang ditengarai mempunyai faham
mengharamkan pakaian di bawah sangat ekstrim di kalangan generasi
mata kaki sebagaimana telah muda dewasa ini. Karena
diuraikan di atas. Bahkan mereka pemahaman mereka tentang Islam
hanya melihat Islam secara ritual yang apriori dan sangat ekstrim
tanpa terurai dalam aktivitas sosial, itulah yang menyebabkan mereka
seperti hadis riwayat Imam Muslim terjebak dalam ekstremisme yang
yang telah disebut di atas. menyesatkan.
Yang lebih ngeri lagi mereka
menghalalkan darah sesama muslim
karena salah dalam memahami ayat
44 surat al-Maidah dan ayat 36 surat

157
Cara Mencegah Ekstremisme di syetan, sesungguhnya syetan adalah
musuh kalian semua‖ (QS.2:2018).
Kalangan Generasi Muda Masuk Islam secara utuh bisa
Cara yang bisa kita tempuh diartikan memahami Islam secara
untuk mencegah ekstremisme di komprehensif, tidak parsial. Dalam
kalangan generasi muda, antara lain: memahami sebuah dalil seseorang
harus mengkaitkan dengan dalil-dalil
1. Perlu memahamkan bahwa Islam yang lain; ayat dengan ayat yang lain,
adalah agama kasih sayang ayat dengan hadis; hadis dengan
Sebagaimana hadis yang hadis, hadis dengan pendapat para
diriwayatkan oleh at Tirmidzi sbb : sahabat, juga dikonfirmasi dengan
pendapat para ulama‘ salaf, sehingga
‫ قال رسول هللا صلى‬2 ‫عن عبد هللا بن عمرو قال‬ didapatkan pemahaman yang utuh.
Pendek kata dalam memahami Islam
‫هللا عليو و سلم الرامحون يرمحهم الرمحن ارمحوا من ِف‬ harus menggunakan epistemologi
)‫األرض يرمحكم من ِف السماء (رواه الرتميذي‬ yang benar sesuai dengan
kaidah-kaidaah ushul yang telah
―Dari Abdullah bin Umar r.a, beliau ditetapkan oleh para ulama‘
berkata: Rasulullah saw bersabda : terdahulu, sehingga tidak terjadi
orang-orang yang berkasih sayang pemahaman yang mengarah pada
maka Yang Maha Pengasih akan ekstremisme.
mengasih-sayangi. Berkasih sayang-
lah kalian terhadap yang ada di bumi 3. Perlu optimalisasi peran orang
niscaya yang di langit akan tua, tokoh masyarakat, dan
mengasihi kalian‖ (HR. Tirmidzi). guru/ dosen.
Jelaslah hadis di atas bahwa Untuk mencegah ekstremisme
Rasulullah memerintahkan kepada di kalangan generasi muda, maka
semua manusia untuk saling orang tua, tokoh masyarakat, dan
berkasih sayang sehingga Allah akan guru/dosen harus berperan secara
memberi kasih sayang kepada optimal. Mereka harus membimbing
mereka. Dari sini dapat dipahami putera-puteri, pemuda-pemudi, dan
bahwa Islam adalah agama kasih siswa-mahasiswa secara tekun dan
sayang dan bukan kekerasan seperti sabar serta bersikap lemah lembut
yang dilakukan kelompok ekstrimis. agar mereka tidak terjerumus pada
faham ekstremisme. Karena
2. Perlu memahamkan bahwa Islam ekstrimisme yang notabene
agama yang Kaffah mengarah pada kekerasan adalah
Kita mempunyai tugas yang faham Islam yang menyimpang.
sangat penting dalam memberikan Sebagaimana kita tahu bahwa Islam
pemahaman kepada para pemuda adalah agama rahmat, santun, dan
tentang Islam secara kaffah. kasih sayang, sehingga tindak
Sebagaimana firman Allah pada surat kekerasan dalam Islam sama sekali
al-Baqarah ayat 208 : tidak dibenarkan. Untuk mencegah
ِ ِ
‫الس ْل ِم َكافَّةً َوَل تَتَّبِعُوا‬ ِ َّ
ّ ‫ين آَ َمنُوا ْاد ُخلُوا ِف‬ َ ‫ََي أَي َها الذ‬
terjadinya hal tersebut langkah yang
paling efektif adalah melalui
ِ َ‫ات الشَّيط‬ِ ‫خطُو‬
‫ي‬ٌ ِ‫ان إِنَّوُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُمب‬ ْ َ ُ pembinaan secara ―hikmah wa al
mauidhoh al hasanah‖ sebagaimana
―Wahai orang-orang yang beriman
firman Allah pada surat an Nahl ayat
masukklah Islam secara utuh, dan
125 :
janganlah mengikuti langkah-langkah
‫احلَ َسنَ ِة‬
ْ ‫ْم ِة َوالْ َم ْو ِعظَِة‬ ِ ِ َ ِ‫ْادع إِ ََل سبِ ِيل رب‬
َ ‫ك ِب ْحلك‬َّ َ ُ

158
―Berdakwahlah menuju jalan Muhammad bin Isa At Tirmidzi,
Tuhanmu secara hikmah (lemah Sunan Tirmidzi, Beirut : Dar
lembut) dan tutur kata yang al-Fikri, tt.
bagus‖(QS. An-Nahl:125) Ridwan, Kafrawi (ed.), Ensiklopedi
Islam, Jakarta : Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1993, Cet. ke-1.
Simpulan
Ekstremisme sudah muncul
sejak Nabi masih hidup. Faktor
penyebab munculnya ekstremisme
dalam Islam dikarenakan: (1)
Ketidak-puasan atas lemahnya
supremasi hukum; (2) Sempitnya
pemahaman tentang Qur‘an dan
Sunnah; (3) Terjebak hanya pada
sholeh ritual tanpa sholih sosial.
Faktor penyebab ekstremisme
merebak di kalangan generasi muda
karena pemuda pada posisi usia yang
labil, sempitnya pemahaman tentang
Islam, sifat ―al-i‘jabu fi al-ra‘yi‖
(mengagumi pendapatnya).
Cara mencegah ekstremisme
di kalangan generasi muda dilakukan
dengan: (1) Memahamkan bahwa
Islam adalah agama kasih sayang; (2)
Memahamkan bahwa Islam adalah
agama yang Kaffah; (3) Optimalisasi
peran orang tua, tokoh masyarakat,
dan guru/dosen.

Daftar Pustaka
Al-Qur‘an al-Karim Ahmad bin
Muhammad al Andalusy,
al-Aqdu al Farid, Beirut, Dar al
fikri, tt.
Al-Asqolani, Ibu Hajar, Fath al-Bari bi
Syarh shahih al-Bukhari, Beirut:
Dar al-Fikri, tt
Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail,
Shahih al-Bukhari, Bandung :
PT al-Ma‘arif, tth.
Al-Qusyairi, Muslim ibn Hajjaj,
Shahih Muslim, Bandung:
Dahlan, tth.
Ibnu Katsir, Ismail, Tafsir al-Qur‘an
al-‘Azhim, Beirut : Dar al-Fikri,
1970, Cet. ke-3

159
PENANAMAN NILAI–NILAI ASWAJA
MELALUI PENGAJARAN READING DI PERGURUAN TINGGI
Oleh Santi Andriyani
(Universitas Islam Nahdlatul Ulama‘ Jepara,
e-mail: santiandriyani6@gmail.com)

Abstrak
Praktek radikalisme dan ekstrimisme terhadap agama di Indonesia
sudah menjalar ke seluruh lapisan masyarakat termasuk mahasiswa.
Oleh karena itu perlu adanya filterisasi untuk mengatasi masalah
tersebut. Salah satunya dengan menginternalisasikan nilai-nilai Ahlus
Sunnah Wa Al Jama‘ah di Perguruan Tinggi. Tulisan ini bertujuan
untuk mendiskripsikan nilai-nilai ASWAJA yang terdapat pada teks
islami berbahasa Inggris dalam pengajaran mata kuliah Reading.
Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisa 3 teks
dari buku yang berjudul Islamic Studies karya Molvi Abdul Aziz dengan
menggunakan pisau analisa dari teori Dell Hyme. Jika dikaitkan
dengan kondisi di Indonesia, maka isi 3 teks tersebut memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap internalisasi nilai-nilai ASWAJA
yaitu Tawazun, Tasamuh, Tawasuth dan I‘tidal. Berdasarkan hasil
kajian yang didapat, pengajaran Reading dengan tema Islami yang
berlandaskan nilai-nilai ASWAJA memberikan dampak yang baik
terhadap penanaman nilai-nilai ASWAJA terhadap para mahasiswa
yang pada gilirannya dapat berkontribusi terhadap pencegahan
perilaku radikalisme dan ekstrimisme terhadap agama dan bangsa
Indonesia.

Kata-Kata Kunci:
Ahlu sunnah wa al jama‘ah, pengajaran Reading, teori Dell Hyme.

Latar Belakang Masalah yang beragam dari berbagai pihak. Ada


yang memberikan respon positif dengan
Radikalisme merupakan fenomena mendukung, ada yang memberi respon
yang semakin marak di Indonesia dalam reaktif-emosional, ada yang memberikan
beberapa tahun terakhir ini. Hal ini respon kreatif, dan ada juga yang
ditandai antara lain dengan lahirnya merespon secara anarkis. Sejauh ini,
organisasi-organisasi keagamaan yang respon yang diberikan belum
sering menggunakan cara-cara kekeras- membendung maupun menghentikan
an dalam menjalankan misinya. laju pertumbuhan gerakan Islam radikal.
Organisasi Islam radikal memiliki Justru ada kecenderungan terjadi
karakteristik, varian dan orientasi yang peningkatan jumlah anggota pada
bermacam-macam. Namun demikian, berbagai organisasi Islam radikal.
ada kesamaan diantara organisasi- Eksistensi organisasi Islam radikal
organisasi Islam radikal, yaitu sesungguhnya merupakan ancaman
penggunaan jalan kekerasan. bagi masa depan Islam Indonesia. Islam
Pertumbuhan secara masif gerak- Indonesia merupakan Islam yang
an Islam radikal mendapatkan respon

161
dikenal dengan karakter ramah, toleran oleh Lembaga Kajian Islam dan
dan humanis. Dinamika dan per- Perdamaian (LaKIP) 2012, menun-
tumbuhan Islam di Indonesia selama jukkan bahwa siswa dan mahasiswa
ratusan tahun menunjukkan bahwa menjadi basis pengkaderan paham-
Islam toleran dan damai dapat hidup paham keagamaan fundamentalis-
menyatu dengan masyarakat Indonesia. radikal yang akhirnya menggiring
Islam radikal sesungguhnya merupakan mereka menjadi teroris. Sementara
karakteristik Islam yang tidak memiliki Litbang Agama Makassar pada tahun
harapan hidup di masa depan. Hal ini 2009 dalam penelitian Paham
disebabkan oleh –salah satunya– keagamaan Mahasiswa Islam di
penafian yang di lakukan oleh kelompok Makassar menunjukkan pula kecen-
Islam radikal terhadap kearifan derungan mencengangkan, paham
nilai-nilai kultur Indonesia (Mansyur, mereka soal kebangsaan signifikan
1984:41). Karena tidak menghargai menunjukkan titik pergeseran; ada
terhadap nilai-nilai kultur Indonesia 63,5 % Mahasiswa setuju bentuk
maka Islam radikal sering menggunakan negara khilafah menggantikan NKRI.
cara-cara yang bertentangan dengan Selanjutnya penelitian yang
realitas budaya yang telah mengakar dilakukan Bidang Kehidupan
kuat di masyarakat. Tidak jarang Keagamaan, LITBANG Agama
kelompok Islam radikal menggunakan Makassar di beberapa Perguruan
jalan kekerasan dalam melaksanakan Tinggi di empat provensi; Sulawesi
aktivitasnya. Jalan kekerasan yang Selatan, Sulawesi Tenggara,
mereka tempuh akan memicu timbulnya Kalimantan Timur, Maluku dan
kekerasan demi kekerasan berikutnya. Maluku Utara. Penelitian ini juga
Jika Islam radikal terus menunjukkan bahwa di beberapa
mengembangkan sayap ke berbagai Perguruan Tinggi, khususnya
bidang kehidupan maka kehidupan Perguruan Tinggi Umum, kelompok
damai dan toleran akan semakin sulit Islam baru seperti HTI, Salafi-Wahabi,
kita temukan. dan Kelompok Tarbiyah-Ikhwanul
Dalam kerangka inilah organisasi Muslimin, mencengkeram cukup kuat
Islam arus utama (mainstream) pemahaman mahasiswa Islam.
merasakan perlu untuk memberikan Kelompok ini menguasai diskursus
respons aktif-kreatif-konstruktif agar keagamaan dikampus melalui
organisasi Islam radikal tidak semakin berbagai seminar, diskusi rutin,
menancapkan akar pengaruhnya. penerbitan berbagai tulisan dalam
Infiltrasi gerakan Islam radikal bentuk buletin, majalah dan koran
dilakukan secara masif, khususnya serta rekruitmen kader yang sangat
terhadap generasi muda. Pilihan intensif. (Samsu Rijal dalam
terhadap generasi muda ini cukup Kompasiana http://www.kompasiana.
strategis, karena generasi muda pada com/ijhal/awas-radikalisme-agama-
umumnya belum memiliki pengalaman mewabah-di-kalangan-mahasiswa-isl
matang dalam persoalan keagamaan. am_5698bfee6023bd6d06585193 ).
Mereka mudah untuk didoktrin dengan Ironisnya, kelompok-kelompok
ideologi tertentu. Generasi muda yang baru ini telah melakukan infiltrasi
direkrut ke dalam kelompok Islam dengan cukup gemilang ke lembaga
radikal biasanya sangat ideologis dan intra kampus, khususnya LDK dan
siap berjuang dengan kompensasi apa beberapa BEM serta HMJ. Kelompok
pun demi menjalankan visi dan misi ini juga cukup piawai menggelon-
organisasinya. torkan militansi dan idiologi
Hasil Penelitian yang dilakukan mahasiswa dengan isu perlawanan

161
terhadap Barat dan Amerika Serikat masa depan, baik kekayaan berupa
dengan segenap proyek modernisasi finansial, intelektual, sosial, maupun
dan kapitalismenya. Pada titik kultural.
tertentu, kelompok ini telah meng- Pendidikan ini memiliki lingkup
geser paham keagamaan mahasiswa yang luas termasuk di dalamnya
Islam ke arah radikalisme-funda- adalah Perguruan Tinggi. Untuk
mentalisme. mengikis adanya radikalisme agama
Semakin banyaknya generasi yang menggerogoti mahasiswa maka
muda yang masuk ke dalam organisasi idealnya kurikulum yang ada pada
Islam radikal tampaknya menyadarkan perguruan tinggi harus memiliki
banyak pihak untuk segera menguatkan nilai-nilai multikultural dan
benteng pertahanan. Jika tidak nilai-nilai toleransi. Nilai tersebut
diantisipasi maka benih-benih seharusnya terinternalissai dalam
radikalisme akan tersemai dan semua mata kuliah yang ada, tidak
berkembang secara luas. Semakin hanya mata kuliah yang bersifat
meluasnya Islam radikal berimplikasi agama.
pada semakin kecilnya peluang Mata kuliah yang bersifat umum
membangun harmoni sosial dalam seperti mata kuliah eksak, budaya,
masyarakat Indonesia yang multikultur. sosial termasuk juga bahasa baik
Jalan kekerasan dan intoleransi akan bahasa Indonesia, bahasa Arab
semakin meluas karena karakteristik maupun bahasa Inggris yang
Islam radikal memang semacam itu. memiliki empat keterampilan yaitu
Salah satu media yang cukup reading, writing, listening, speaking
efektif untuk membendung arus Islam juga harus terdapat nilai-nilai
radikal adalah pendidikan. Menurut Nik toleransi dan multikultural untuk
Hassan, kemajuan yang bisa dicapai memfilter adanya sikap radikal dan
oleh manusia itu sifatnya tidak parsial, ekstrimisme mahasiswa terhadap
melainkan komprehensif. Titik pijak agama dan kondisi sekitar.
kemajuan tersebut adalah adanya Dalam hal ini Reading sebagai
kepedulian yang tinggi terhadap dunia salah satu keahlian berbahasa
pendidikan. Pendidikan menjadi Inggris yang terdapat pada mata
penting untuk mengantarkan kuliah di Perguruan Tinggi juga
seseorang memiliki karakter yang baik. memiliki andil yang cukup besar di
Melalui pendidikan seseorang akan dalam perkembangan intelektual dan
mendapatkan pengetahuan dan pengetahuan mahasiswa. Budaya
keahlian yang tinggi. Semua itu akademik mahasiswa seperti diskusi,
mungkin untuk diperoleh malalui seminar, dan juga membaca
kemampuan intelektual. Pada saat yang literatur-literatur ilmiah baik di
sama, pengetahuan dan kemampuan dalam perkuliahan maupun di luar
yang dimiliki tersebut juga selaras perkuliahan menunjukkan bahwa
dengan kebutuhan bangsa. (Nik membaca merupakan kebutuhan
Mustapha dan Nik Hassan, 1998:184). bagi mahasiswa dan hal itulah yang
Melalui pendidikan, seseorang bisa menjadi salah satu indikator
mendapatkan wawasan, pengalaman, masuknya ideologi baik yang positif
pengetahuan, dan keterampilan hidup maupun yang negatif bagi
yang memadai. Apa yang diperoleh dari perkembangan intelektual maha-
dunia pendidikan dapat menjadi modal siswa.
penting dalam menjalani kehidupan. Berdasarkan uraian diatas,
Lebih dari itu, pendidikan sesungguh- penulis tertarik untuk mengkaji
nya merupakan tabungan kekayaan di penanaman nilai-nilai ASWAJA

162
sebagai ruh dari ajaran Islam Mansur Al Maturidi, sedangkan
Nusantara terhadap mata kuliah dalam bidang ilmu fiqih menganut
Reading dengan menganalisa teks Imam Madzhab 4 (Hanafi, Maliki,
berbahasa Inggris Islami dalam buku Syafi‟i, Hambali) serta dalam bidang
Islamic Studies Grade 11 karya Molvi tasawuf menganut pada Imam Al
Abdul Aziz. Dengan pengajaran Ghazali dan Imam Junaid al Baghdadi.
Reading menggunakan teks ber- (Ali Haidar, 1995: 69-70). Menurut
bahasa Inggris Islami yang kontennya Imam Asy‘ari, Ahlusssunnah Wal
memiliki nilai-nilai toleransi, maka Jamaah adalah golongan yang
diharapkan mahasiswa dapat berfikir, berpegang teguh kepada Al-Qur‘an,
bertindak sesuai dengan nilai-nilai Hadits, apa yang diriwayatkan
ASWAJA dalam melaksanakan sahabat, tabi‘in, imam-imam hadis,
kegiatan sehari-hari, baik kegiatan dan apa yang disampaikan oleh Abu
individu maupun kegiatan sosial Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn
sehingga dapat tercapai kehidupan Hanbal.
yang baik dan harmoni. Menurut KH. M. Hasyim Asy‘ari,
Adapun rumusan masalah pada Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah
tulisan ini adalah: (1) Bagaimanakah golongan yang berpegang teguh
analisis teks berbahasa Inggris dalam kepada sunnah Nabi, para sahabat,
buku Islamic Studies Grade 11 dan mengikuti warisan para wali dan
dengan menggunakan teori Dell ulama. Secara spesifik, Ahlusssunnah
Hyme? (2) Apa nilai-nilai ASWAJA Wal Jamaah yang berkembang di
yang terkandung dalam teks Jawa adalah mereka yang dalam fikih
berbahasa Inggris dalam buku mengikuti Imam Syafi‘i, dalam akidah
Islamic Studies Grade 11? mengikuti Imam Abu al-Hasan
al-Asy‘ari, dan dalam tasawuf
ASWAJA mengikuti Imam al-Ghazali dan Imam
Abu al-Hasan al-Syadzili. (Zuhairi
Pengertian ASWAJA Misrawi, 2010: 107). Kemudian
Ahlussunnah Wal Jamaah atau menurut Muhammad Khalifah
yang biasa disingkat dengan ASWAJA al-Tamimy, Ahlusssunnah Wal
secara bahasa berasal dari kata Ahlun Jamaah adalah para sahabat, tabiin,
yang artinya keluarga, golongan atau tabiit tabi‘in dan siapa saja yang
pengikut. Ahlussunnah berarti orang berjalan menurut pendirian
orang yang mengikuti sunnah imam-imam yang memberi petunjuk
(perkataan, pemikiran atau amal dan orang-orang yang mengikutinya
perbuatan Nabi Muhammad SAW.) dari seluruh umat semuanya.(Sahilun,
Sedangkan al Jama‘ah adalah 2010: 190)
sekumpulan orang yang memiliki Definisi di atas meneguhkan
tujuan. Jika dikaitkan dengan kekayaan intelektual dan peradaban
mazhab mempunyai arti sekumpulan yang dimiliki Ahlusssunnah Wal
orang yang berpegang teguh pada Jamaah, karena tidak hanya
salah satu imam madzhab dengan bergantung kepada Al-Qur‘an dan
tujuan mendapatkan keselamatan Hadits, tapi juga mengapresiasi dan
mengakomodasi warisan pemikiran
dunia dan akhirat. (Said Aqil Siroj,
dan peradaban dari para sahabat dan
2008:5).
orang-orang salih yang sesuai dengan
Sedangkan secara Istilah berarti
ajaran-ajaran Nabi. Terpaku dengan
golongan umat Islam yang dalam
Al-Qur‘an dan Hadits dengan mem-
bidang Tauhid menganut pemikiran
biarkan sejarah para sahabat dan
Imam Abu Hasan Al Asy‟ari dan Abu

163
orang-orang saleh adalah bentuk membawa risalah (wahyu) untuk
kesombongan, karena merekalah umat manusia. Dia adalah Rasul
generasi yang paling otentik dan terakhir, yang harus diikuti oleh
orisinal yang lebih mengetahui setiap manusia.
bagaimana cara memahami, Pilar yang ketiga adalah
mengamalkan dan menerjemahkan Al-Ma‘ad, sebuah keyakinan bahwa
ajaran Rasul dalam perilaku setiap nantinya manusia akan dibangkitkan
hari, baik secara individu, sosial, dari kubur pada hari kiamat dan
maupun kenegaraan. Berpegang setiap manusia akan mendapat
kepada Al-Qur‘an dan Hadits an sich, imbalan sesuai amal dan
bisa mengakibatkan hilangnya esensi perbuatannya (yaumul jaza‘). Dan
(ruh) agama, karena akan terjebak mereka semua akan dihitung (hisab)
pada aliran Dhahiriyah (tekstualisme) seluruh amal perbuatan mereka
yang mudah menuduh bid‘ah kepada selama hidup di dunia. Mereka yang
komunitas yang dijamin masuk surga, banyak beramal baik akan masuk
seperti khalifah empat. surga dan mereka yang banyak
beramal buruk akan masuk neraka.
Prinsip-prinsip ASWAJA
Bidang Istinbath Al-Hukum
Dalam sejarah perkembangan-
1. Al-Qur’an
nya, Ahlussunnah Wal Jamaah selalu
Al-Qur‘an sebagai sumber utama
dinamis dalam menjawab
dalam pengambilan hukum (istinbath
perkembangan zaman tetapi tetap
al-hukm) tidak dibantah oleh semua
memegang prinsip dalam
madzhab fiqh.Sebagai sumber hukum
mengamalkan ajarannya. Di
naqli posisinya tidak
antaranya :
diragukan.Al-Qur‘an merupakan
Bidang Akidah sumber hukum tertinggi dalam Islam.
Aswaja menekankan bahwa pilar 2. As-Sunnah
utama ke-Imanan manusia adalah As-Sunnah meliputi al-Hadist
Tauhid, sebuah keyakinan yang teguh dan segala tindak dan perilaku Rasul
dan murni yang ada dalam hati setiap SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh
Muslim bahwa Allah-lah yang para Shabat dan Tabi‘in.
Menciptakan, Memelihara dan Penempatannya ialah setelah proses
Mematikan kehidupan semesta alam. istinbath al-hukm tidak ditemukan
Ia Esa, tidak terbilang dan tidak dalam Al-Qur‘an, atau digunakan
memiliki sekutu. sebagai komplemen (pelengkap) dari
Pilar yang kedua adalah apa yang telah dinyatakan dalam
Nubuwwat, yaitu dengan meyakini Al-Qur‘an.
bahwa Allah telah menurunkan 3. Ijma’
wahyu kepada para Nabi dan Rosul Menurut Abu Hasan Ali Ibn Ali
sebagai utusannya. Sebuah wahyu Ibn Muhammad Al-Amidi, Ijma‘
yang dijadikan sebagai petunjuk dan adalah Kesepakatan kelompok
juga acuan ummat manusia dalam legislatif (ahl al-halli wa al-aqdi) dan
menjalani kehidupan menuju jalan ummat Muhammad pada suatu masa
kebahagiaan dunia dan akhirat, serta terhadap suatu hukum dari suatu
jalan yang diridhai oleh Allah SWT. kasus. Atau kesepakatan orang-orang
Dalam doktrin Nubuwwat ini, ummat mukallaf dari ummat Muhammada
manusia harus meyakini dengan pada suatu masa terhadap suatu
sepebuhnya bahwa Muhammad SAW hukum dari suatu kasus. Dalam
adalah utusan Allah SWT, yang Al-Qur‘an dasar Ijma‘ terdapat dalam

164
QS An-Nisa‘, 4: Dan QS Al-Baqarah, 3. Tasamuh
2: 143. Tasamuih berarti sikap toleran
4. Qiyas pada pihak lain, lapang dada,
Qiyas, sebagai sumber hukum mengerti dan menghargai sikap
Islam, merupakan salah satu hasil pendirian dan kepentingan pihak lain
ijtihad para Ulama.Qiyas yaitu tanpa mengorbankan pendirian dan
mempertemukan sesuatu yang tak harga diri, bersedia berbeda pendapat,
ada nash hukumnya dengan hal lain baik dalam masalah keagamaan
yang ada nash hukumnya karena ada maupun masalah kebangsaan,
persamaan ‗illat hukum. Qiyas sangat kemasyarakatan, dan kebudayaan.
dianjurkan untuk digunakan oleh 4. Tawazun
Imam Syafi‘i. Tawazun berarti keseimbangan,
tidak berat sebelah, tidak kelebihan
Bidang Tasawuf sesuatu unsur atau kekurangan
Imam Abu Hamid Al-Tusi unsur lain.
Al-Ghazali menjelaskan ―Tasawuf
adalah menyucikan hati dari apa saja
Pengertian Membaca ( Reading)
selain Allah. kaum sufi adalah para
pencari di Jalan Allah, dan perilaku Membaca adalah suatu proses
mereka adalah perilaku yang terbaik, yang dilakukan serta dipergunakan
jalan mereka adalah jalan yang oleh pembaca untuk memperoleh
terbaik, dan pola hidup mereka pesan, yang hendak disampaikan oleh
adalah pola hidup yang paling penulis melalui media kata-kata/
tersucikan. Mereka telah member- bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1986:7).
sihkan hati mereka dari berbagai hal Suatu proses yang menuntut agar
selain Allah dan menjadikannya kelompok kata yang merupakan suatu
sebagai saluran tempat mengalirnya kesatuan akan terlihat dalam suatu
sungai-sungai yang membawa pandangan sekilas, dan agar makna
ilmu-ilmu dari Allah.‖ kata Imam kata-kata secara individual akan
Al-Ghazali. Seorang sufi adalah dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
mereka yang mampu membersihkan terpenuhi, maka pesan yang tersurat
hatinya dari keterikatan selain dan yang tersirat tidak akan
kepada-Nya. tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan
Nilai-Nilai ASWAJA Sebagai baik (Hodgson dalam Tarigan,
Landasan Bermasyarakat 1986:7).
1. Tawassuth Secara singkat dapat dikatakan
Tawassuth berarti pertengahan, bahwa ―reading‖ adalah ―bringing
maksudnya menempatkan diri antara meaning to and getting meaning from
dua kutub dalam berbagai masalah printed or written material‖ dengan
dan keadaan untuk mencapai maksud memetik serta memahami
kebenaran serta menghindari arti atau makna yang terkandung di
keterlanjuran ke kiri atau ke kanan dalam bahan tertulis (Finochiaro and
secara berlebihan. Bonomo dalam H.G. Tarigan, 1986:8).
Kegiatan membaca merupakan
2. I’tidal
penangkapan dan pemahaman ide,
I‘tidal berarti tegak lurus, tidak
aktivitas pembaca yang diiringi
condong ke kanan dan tidak condong
curahan jiwa dalam menghayati
ke kiri.I‘tidal juga berarti berlaku adil,
naskah. Proses membaca diawali dari
tidak berpihak kecuali pada yang
aktivitas yang bersifat mekanis yakni
benar dan yang harus dibela.

165
aktivitas indera mata bagi yang aspek yang penting dalam kegiatan
normal, alat peraba bagi yang tuna membaca, sebab pada hakikatnya
netra. Setelah proses tersebut pemahaman suatu bahan bacaan
berlangsung, maka nalar dan institusi dapat meningkatkan ketrampilan
yang bekerja, berupa proses membaca itu sendiri maupun untuk
pemahaman dan penghayatan. Selain tujuan tertentu yang hendak dicapai.
itu aktivitas membaca juga memen- Jadi, kemampuan membaca dapat
tingkan ketepatan dan kecepatan juga diartikan sebagai kemampuan dalam
pola kompetensi atau kemampuan memahami bahan bacaan. Tujuan
bahasa, kecerdasan tertentu dan membaca adalah pemahaman bukan
referen kehidupan yang luas. kecepatan (H.G. Tarigan, 1986:37).
Dari berbagai pengertian
membaca di atas, dapat ditarik 2. Aspek-Aspek Membaca
simpulan bahwa kegiatan membaca Pemahaman
adalah memahami isi, ide atau Membaca merupakan suatu
gagasan baik yang tersurat maupun keterampilan yang kompleks yang
tersirat dalam bahan bacaan. Dengan melibatkan serangkaian keterampilan
demikian, pemahaman menjadi yang lebih kecil lainnya. Agar
produk yang dapat diukur dalam seseorang mampu mencapai suatu
kegiatan membaca, bukan perilaku tingkat pemahaman, seharusnyalah
fisik pada saat membaca. ia mengalami proses yang cukup
panjang. Oleh karenanya, kita perlu
1. Pengertian Membaca mengenal dan menguasai beberapa
Pemahaman (Reading aspek dalam membaca pemahaman.
Comprehension) Aspek-aspek dalam membaca
Kegiatan membaca pemahaman pemahaman meliputi: (a) memahami
merupakan suatu kegiatan yang pengertian sederhana (leksikal,
bertujuan untuk mendapatkan gramatikal, retorikal), (b) memahami
informasi yang mendalam serta signifikansi atau makna (a.l. maksud
pemahaman tentang apa yang dibaca. dan tujuan pengarang relevansi/
Membaca pemahaman adalah keadaan kebudayaan, reaksi
pemahaman arti atau maksud dalam pembaca), (c) evaluasi atau penilaian
suatu bacaan melalui tulisan. Definisi (isi, bentuk), (d) kecepatan membaca
ini sangat menekankan pada dua hal yang fleksibel, yang mudah
yang pokok dalam membaca, yaitu disesuaikan dengan keadaan
bahasa itu sendiri dan simbol grafik (Broughton [et al] dalam H.G. Tarigan,
tulisan yang menyajikan informasi 1986:12).
yang berwujud bacaan (Lado dalam Di dalam membaca pemahaman,
Nurhadi, 1987:222). Jadi, seseorang si pembaca tidak hanya dituntut
yang yang melakukan kegiatan hanya sekadar mengerti dan me-
membaca pemahaman harus mahami isi bacaan, tetapi ia juga
menguasai bahasa atau tulisan yang harus mampu menganalisis atau
digunakan dalam bacaan yang mengevaluasi dan mengaitkannya
dibacanya dan mampu menangkap dengan pengalaman-pengalaman dan
informasi atau isi bacaan tersebut. pengetahuan awal yang telah
Untuk dapat memahami isi dimilikinya.
suatu bahan bacaan dengan baik
diperlukan adanya kemampuan 3. Tujuan Membaca Pemahaman
membaca pemahaman yang baik pula.
Pemahaman merupakan salah satu Apabila kita melakukan sesuatu
kegiatan, tentulah kita mampunyai

166
tujuan tertentu yang hendak kita langsung (tersirat) dalam teks.
capai. Demikian halnya di dalam Memahami teks secara inferensial
membaca pemahaman juga berarti memahami apa yang
mempunyai tujuan tertentu yang diimplikasikan oleh informasi-
hendak dicapai. Tujuan membaca informasi yang dinyatakan secara
pemahaman adalah untuk mem- eksplisit dalam teks. Dalam hal ini,
peroleh sukses dalam pemahaman pembaca menggunakan informasi
penuh terhadap argumen-argumen yang dinyatakan secara eksplisit
yang logis, urutan-urutan etoris atau dalam teks, latar belakang
pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, pengetahuan, dan pengalaman pri-
nada- nada tambahan yang bersifat badi secara terpadu untuk membuat
emosional dan juga sarana-sarana dugaan atau hipotesis.
linguistik yang dipergunakan untuk Pemahaman kritis merupakan
mencapai tujuan (H.G. Tarigan, kemampuan mengevaluasi materi
1986:36). teks. Pemahaman kritis pada
Berdasarkan pendapat di atas, dasarnya sama dengan pemahaman
dapat dilihat bahwa tujuan membaca evaluatif. Dalam pemahaman ini,
pemahaman mencakup beberapa hal. pembaca membandingkan informasi
Jelasnya membaca pemahaman yang ditemukan dalam teks dengan
diperlukan bila kita ingin mempelajari norma-norma tertentu, pengetahuan,
dan memahami masalah yang kita dan latar belakang pengalaman
baca sampai pada hal-hal yang sangat pembaca untuk menilai teks.
detail. Pemahaman kreatif merupakan
4. Tingkatan Membaca Pemahaman kemampuan untuk mengungkapkan
Aspek-aspek keterampilan respon emosional dan estetis terhadap
untuk memahami isi bacaan itu ada teks yang sesuai dengan standar
bermacam-macam. Empat tingkatan pribadi dan standar profesional.
atau kategori pemahaman membaca, Pemahaman kreatif melibatkan
yaitu literal, inferensial, kritis, dan seluruh dimensi kognitif membaca
kreatif (Burns dan Roe; Rubin; dan karena berkaitan dengan dampak
Syafi‘ie dalam Hairuddin, dkk, 2008). psikologi dan estetis teks terhadap
Pembahasan mengenai tingkat pembaca. Dalam pemahaman kreatif,
pemahaman tersebut diuraikan pembaca dituntut menggunakan daya
sebagai berikut. imajinasinya untuk memperoleh
Pemahaman literal adalah gambaran baru yang melebihi apa
kemampuan memahami informasi yang disajikan penulis (Hafni dalam
yang dinyatakan secara eksplisit Hairuddin, dkk, 2008).
dalam teks. Pemahaman literal Berdasarkan uraian di atas,
merupakan pemahaman tingkat penelitian ini menekankan pada
paling rendah. Walaupun tergolong membaca pemahaman dalam
tingkat rendah, pemahaman literal tingkatannya sebagai pemahaman
tetap penting, karena dibutuhkan literal, yaitu pemahaman terhadap
dalam proses pemahaman bacaan apa yang disampaikan dan dise-
secara keseluruhan. Pemahaman butkan penulis di dalam bahan
literal merupakan prasyarat bagi bacaan.
pemahaman yang lebih tinggi (Burns
dan Roe dalam Hairuddin, dkk, 2008). 5. Pengajaran Membaca
Pemahaman inferansial adalah
kemampuan memahami informasi Kemampuan membaca adalah
yang dinyatakan secara tidak salah satu dari empat keterampilan
dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

167
Kemampuan membaca akan konteks dan situasi kebahasaan,
berkembang dengan sangat baik jika sampai akhirnya ia dapat
disatukan dengan kegiatan menulis, ‗memprediksi‘ dan menyimpulkan
menyimak, dan berbicara. Menurut makna dari apa yang sebenarnya
Brown, berikut merupakan hal yang terdapat dalam teks.
penting untuk diperhatikan dalam
pengajaran membaca. b. Teori skema dan latar belakang
pengetahuan
a. Strategi bottom-up dan top-down
processing Teori skema adalah teori yang
menyatakan bahwa teks tidak
Pada strategi ini, poin awalnya membawa arti dengan sendirinya.
adalah teks itu sendiri. Melalui Pembacalah yang membawa sendiri
strategi ini, pembelajar sedikit-sedikit informasi, pengetahuan, emosi,
membangun pemahaman sebuah pengalaman dan budaya untuk dapat
interpretasi secara keseluruhan. memahami apa yang mereka baca.
Kata-kata dan struktur-struktur Mark Clark dan Sandra
kalimat pada teks dipadukan menjadi Silberstain(1977:136-37) dalam
satu kesatuan makna yang utuh. Hal Brown menyatakan inti dari teori
ini berarti kata-kata dirangkai skema sebagai berikut:
menjadi frase, frase-frase dirangkai Research has shown that
menjadi kalimat-kalimat, sampai reading is only incidentally
akhirnya kalimat-kalimat ini visual. More information is
dipersatukan untuk membentuk contributed by the reader
suatu teks sempurna dan bermakna than by the print on the page.
untuk dipahami. Dengan demikian, That is, readers understand
makna merupakan hasil terakhir yang what they read because they
diperoleh seorang pembelajar bahasa are able to take stimulus
setelah ia membangun unit-unit beyond its graphic
kebahasaan dalam strategi bottom-up representation and assign it
processing. membership to an
Berbanding terbalik dengan appropriate group of concepts
strategi sebelumnya, poin awal pada already stored in their
strategi top-dowm processing ini memories….Skill in reading
adalah pikiran pembaca. Brown(2001) depends on the efficient
mengatakan bahwa strategi ini interaction between linguistic
membutuhkan kecerdasan dan knowledge and knowledge of
pengalaman kita dalam memahami the world.
sebuah teks. Seorang pembelajar
bahasa sebagai pembaca akan secara Dari kutipan di atas, dapat
aktif membangun dan ‗memprediksi‘ dipahami bahwa esensi dari teori
makna, menggunakan kata-kata atau skema adalah informasi yang dimiliki
sturuktur-struktur kalimat yang oleh pembaca. Informasi tersebut
dibacanya sebagai petunjuk dalam sangat berpengaruh besar untuk
strategi top-down processing. Hal ini memahami sebuah teks. Selanjutnya,
berarti bahwa makna merupakan teori skema memiliki dua macam
tahap pertama yang dicapai oleh skema yaitu: skema isi dan skema
seorang pembaca. Untuk mencapai formal. Skema isi mengacu pada apa
makna, seorang pembelajar bahasa yang kita ketahui tentang manusia,
atau pembaca ini akan mengandalkan dunia, budaya, dan semesta
pengetahuan kognitifnya tentang sedangkan skema formal mengacu

168
pada pengetahuan tentang konteks Pada pembelajar pemula, kesulitan
atau situasi. yang timbul dalam pembelajaran
Faktor afektif memiliki peran membaca adalah menyingkronkan
yang sangat penting dalam bahasa tutur dan bahasa tulis.
kesuksesan pemerolehan bahasa Berdasarkan hal itu penggunaan
kedua dan membaca merupakan aturan dan pola tulisan pada
subjek yang sangat erat kaitannya pembelajar pemula sangat membantu
dengan ranah afektif. Kecintaan sekali.
seseorang terhadap aktifitas membaca Untuk pembelajar menengah
mendorong pembelajar berhasil dan lanjut, gunakan teknik membaca
mengasah kemampuan membacanya. diam. Berikut beberapa aturan
Sama juga halnya dengan factor membaca diam:
afektif, budaya pun memerankan Kita tidak perlu melafalkan tiap
peran penting dalam memotivasi kata. Coba untuk memperhatikan
orang untuk melek huruf. lebih dari satu kata secara bersamaan,
Krashen (1993) dan Bamford terutama frasa-frasa.
(1998) dalam Brown menyatakan Jangan terlalu memperhatikan
bahwa extensive reading adalah kunci kata-kata yang kiranya tidak terlalu
bagi pembelajar untuk menggali penting dalam pembentukan
kemampuan membaca, kompetensi pemahaman secara global dan coba
linguistik, kosakata, pelafalan, dan untuk menduga makna dari konteks.
penulisan. John Green dan Rebecca Skim the text untuk mencari
Oxford (1995) dalam Brown juga pikiran utama. Skimming adalah salah
mengungkap bahwa membaca untuk satu strategi membaca yang paling
kesenangan dan membaca tanpa penting. Skimming seperti melihat
mencari semua kata yang tidak secara sekilas keseluruhan teks
dikenal, semuanya sangat berhu- untuk mencari initi dari teks.
bungan dengan segala hal yang Gunanya untuk mempredeksi tujuan
berhubungan dengan kecakapan yang ada dalam teks, pikiran utama,
berbahasa. Berdasarkan hal itu, atau pesan, dan pikiran penjelas. Kita
pengajaran membaca seharusnya dapat melatih murid untuk
memberi pertimbangan yang kuat melakukan skimming teks dengan
terhadap pengajaran extensive cara meminta murid-murid untuk
reading. memperhatikan teks tersebut selama
30 detik. Kemudian, minta mereka
c. Mikroskills untuk Reading untuk menutup teks tersebut, dan
Comprehension kemudian menceritakan kepada kita
apa yang telah mereka pelajari.
Dalam pengajaran bahasa kedua, Scanning the text untuk mencari
ada 10 strategi yang dapat digunakan informasi yang spesifik. Scanning
pada Reading comprehension. lebih kepada mencari bagian-bagian
Kenali tujuan membaca. Mem- khusus atau bagian-bagian yang ada
baca yang efisien adalah membaca pada teks. Tujuan dari scanning
yang tahu akan tujuan membaca adalah untuk menggali informasi
bacaan tersebut. Apa pun teknik khusus tanpa harus membaca
pembelajaran yang digunakan dalam keseluruhan teks.
pengajaran membaca , pastikan Gunakan pemetaan semantic
murid anda tahu apa tujuan dari atau pengelompokkan. Hal ini
membaca teks tersebut. berguna untuk membantu pembaca
Untuk pembelajar pemula, mengurutkan poin-poin yang ada
gunakan aturan dan pola tulisan.

169
dalam teks. Pembahasan
Mencoba menebak meskipun
anda tidak yakin. Pembaca dapat Analisis teks Reading dalam
menebak makna kata, hubungan buku Islamic Studies edisi 11 dengan
konteks, makna tersirat, referensi menggunakan teori Dell Hyme.
budaya, dll pada sebuah teks tertentu.
Tebakan akurat adalah hasil yang Teks 1 :
diharapkan. Untuk membantu Respect for Others: Adab
murid-murid kita menebak secara The Arabic word adab means
akurat, kita harus mendorong mereka discipline of the mind or every
menggunakan compensation praiseworthy discipline by which a
strategies. Strategi ini adalah strategi person is trained in any excellence.
dimana murid mengembangkan atau Good morals and good manners are the
mengoptimalkan kemampuan mereka real test of a person's excellence.
apapun petunjuk yang telah kita Goodness to one's pa rents occupies a
berikan. very high place in the moral code of
Islam, the mother coming first, so much
so that Paradise is said to be beneath
Metode Analisis
the mother's feet. Kindness and love for
Dalam tulisan ini, metode children is inculcated, and suffering on
analisis yang dipakai untuk account of them is called a screen from
menganalisa teks berbahasa Inggris Hellfire. Being kind towards one's
dalam buku Islamic Studies adalah relatives is a source of blessings in this
menggunakan salah satu komponen life and the next. Wives have their
analisis yang di prakarsai oleh pakar rights over their husbands, and they
sosiolinguistik bernama Dell Hyme. must be kept in good companionship.
Dell Hyme mengemukakan bahwa The Prophet once remarked that the
peristiwa tutur harus memiliki 8 best of men are those who are kindest
komponen didalamnya, yang bila to their wives, and it is recommended
huruf-huruf pertamanya di that they should help them in her work.
rangkaikan menjadi akronim Muslims are brothers - members
SPEAKING.( Dell Hyme dalam Chaer: of one body and parts of one structure
2004). Kedelapan komponen tersebut and thus must help one another and
adalah setting and scene, participants, honour being inviolable. They are
ends; goal and purpose, act sequences, forbidden to hate and boycott each
key, instrumentalities, norms of other. A neighbor, whether or not a
interaction and interpretation, dan Muslim, must be treated kindly. One
genres. must be kind and generous to one‘s
Satu komponen yang digu- servants or employees who must in all
nakan oleh penulis dalam meng- other matters be treated on a basis of
analisa lagu-lagu tersebut adalah equality. Looking after widows and
komponen ends; goal and purpose orphans is an act of high merit. Even
analysis. Ends itu merujuk pada an enemy must be treated generously.
maksud dan tujuan pertuturannya. Indeed, Allah shows mercy to those
Dalam hal ini, penulis akan mencoba who show mercy towards his creatures,
menganalis isi teks - teks tersebut even to dumb animals.
dengan mendeskripsikan tujuan dan A Muslim must cultivate the
pesan yang terkandung didalam teks habbit of being truthful, for truth is the
tersebut. basis from which virtue springs, while
falsehood leads to vice. Islam
emphasizes the fact that Muslim must

171
be fair and forgiving in their dealings seorang Muslim, kita tetap harus
with other people and must avoid menghargai dan menghormatinya
everything which hurts them. The secara baik.
prophet made no distinction between Nilai-nilai ASWAJA yang
Muslims and non-Muslims in matters of terdapat pada teks 1 adalah:
human and moral obligations relating 1. Tasamuh
to matters of life, honour, property or Secara keseluruhan teks ini
human rights. (taken from Islamic mengajarkan kita bagaimana seorang
Studies Book Grade 11 by Molvi Abdul manusia harus saling menghargai,
Aziz) saling menghormati satu sama lain.
Analisis isi teks 1 berdasarkan Teks ini berisi tentang pentingnya
teori Dell Hyme adalah sebagai sikap toleransi terhadap sesama.
berikut. Dari judul teks bahasa Sikap toleransi ini harus dimiliki
Inggris diatas sudah menunjukkan setiap orang baik kepada sesama
makna dan pesan yang terkandung Muslim maupun non Muslim. Kita
didalamnya. Judul dari teks diatas dilarang untuk saling membenci satu
adalah Respect for Others; Adab yang sama lain apagi sampai melakukan
artinya adalah menghormati dan boikot terhadap oranglain. Sesuai
menghargai orang lain atau disebut dengan penggalan teks berikut:
juga adab. Teks ini mendiskripsikan Muslims are brothers - members
bahwa Islam menjunjung tinggi moral of one body and parts of one structure
dan etika terhadap sesama. Seseorang and thus must help one another and
dikatakan manusia yang sempurna honour being inviolable. They are
adalah manusia yang memiliki moral forbidden to hate and boycott each
dan perilaku yang hasanah. other. A neighbor, whether or not a
Tujuan dari teks ini adalah Muslim, must be treated kindly.
memberikan gambaran kepada Selain itu, teks ini juga
pembaca bahwa menghormati orang mengajarkan kita sikap saling
lain baik itu bapak, ibu, suami, istri, mencintai dan menghormati kepada
saudara, ataupun tetangga adalah seseorang yang menjadi musuh kita.
perbuatan yang baik dan merupakan Berikut penggalan teksnya:
ajaran Nabi Muhammad SAW. Sesuai Even an enemy must be treated
dengan penggalan teks berikut: generously. Indeed, Allah shows mercy
The Prophet once remarked that to those who show mercy towards his
the best of men are those who are creatures, even to dumb animals.
kindest to their wives, and it is 2. Tawasuth
recommended that they should help Nilai ini memiliki makna bahwa
them in her work. dalam bermasyarakat, kita harus
Teks ini juga menunjukkan pada memiliki sikap tengah-tengah dan
pembaca bahwa sesama Muslim tidak memihak satu golongan. Teks
adalah Saudara. Meski Muslim ini menunjukkan bahwa sebagai
tersebut bukan saudara ataupun manusia kita harus memiliki sikap
kerabat kita, bahkan mungkin orang rendah hati dan menghargai kepada
yang tidak kita kenal maka sebagai siapapun. Dalam konteks beragama,
seorang Muslim kita harus tetap kita dilarang memihak satu golongan
ramah dan menghargai satu sama saja ataupun komunitas kita saja.
lain. Aliran-aliran yang ada di
Bahkan teks ini juga Indonesia merupakan sebuah
menunjukkan pada kita bahwa Rahmatan Lil ‗Alamin yang harus kita
meskipun orang tersebut bukan sikapi dengan baik dan bijaksana.

171
Teks ini juga mengajarkan kita Dalam teks ini juga disebutkan
bagaimana kita bersikap tawasuth bagaimana Nabi Muhammad SAW
tidak hanya dengan sesama Muslim, memberlakukan nilai seimbang, tidak
tetapi juga dengan non muslim. ada perbedaan antara muslim dan
Dengan kata lain teks ini melarang non muslim yang terkait dengan
bentuk ekstrimisme dan radikalisme. kewajiban moral dan hak dalam
3. I’tidal berkehidupan berbangsa dan
Teks ini mengajarkan kita bernegara. Sesuai dengan penggalan
bagaimana bersikap adil dalam teks berikut:
menjalani kehidupan bermasyarakat. The prophet made no distinction
Kita dilarang mencela dan menyakiti between Muslims and non-Muslims in
orang lain baik itu sesame muslim matters of human and moral obli-
maupun non muslim. gations relating to matters of life,
Teks ini juga memiliki pesan honour, property or human rights.
bahwa kita harus saling tolong
menolong dengan orang lain tanpa Teks 2
melihat status ekonominya. Kita Muslim and Interpersonal
dilarang hanya bersikap adil terhadap Relations
orang yang memiliki kekuasaan dan The Messenger of Allah said,
kekayaan tanpa memperdulikan ‗The whole of a Muslim for another
orang yang secara ekonomi lemah. Muslim is inviolable: his blood, his
Berikut penggalan teksnya: property and his honour.‘ (Reported by
. One must be kind and generous Muslim).
to one‘s servants or employees who ‗Each of you is a shepherd and
must in all other matters be treated on each of you is responsible for his flock.
a basis of equality. Loooking after The leader is a shepherd and is
widows and orphans is an act of high responsible for his flock; a man is the
merit. shepherd of his family and is
4. Tawazun responsible for his flock; a woman is
Dari judul teks diatas secara the shepherd in the house of her
implicit memiliki makna bahwa kita husband and is responsible for her
harus seimbang dalam segala hal dan flock; a servant is the shepherd of his
harus berperilaku seimbang dengan master‘s wealth and is responsible for
siapapun. Teks ini memiliki tujuan it. Each of you is a shepherd and is
bagaimana seorang Muslim harus responsible for his flock‘. ( Reported by
memiliki sifat jujur dan sikap pemaaf al-Bukharee and Muslim on the
kepada siapapun. authority of ‗Abdullah ibn ‗Umar)
Sikap Tawazun yang dimaksud The believers are to one another
dalam teks ini adalah sikap like parts of a building – each part
bagaimana seseorang secara seim- streghtening the others.‘ (Reported by
bang tidak berat sebelah memaafkan al-Bukharee and Muslim on the
segala kesalahan orang lain yang telah authority of Abu Moosa al-Ash‘ree).
menyakiti atau berbuat kesalahan ‗You will not enter Paradise until
kepadanya. Berikut penggalan you have faith, and you cannot attain
teksnya: to faith until you love each
.Islam emphasizes the fact that other.‘(Reported by Muslim on the
Muslim must be fair and forgiving in authority of Abu Hurairah)
their dealings with other people and ‗Allah will show no mercy to those
must avoid everything which hurts who have no mercy towards
them. people.(Reported by al-Bukharee and

172
Muslim on the authority f Jareer ibn Secara keseluruhan, teks ini
‗Abdullah) mengajarkan kita bagaimana
‗He is not a believer who eats his bersikap dan berhubugan dengan
fill while his neighbor by his side orang lain. teks ini menjelaskan
remains hungry.‘ (Reported by kepada kita bahwa kita harus saling
al-Bayhaqee on the authority of sayang diantara sesame manusia
Abdullah ibn ‗Abbas) dengan menanggalkan segala atribut
It is very important to realize that baik itu perbedaan sosial, budaya,
the Prophet has made no distinction ekonomi, bahkan agama.
between Muslims and non-Muslims in Nilai-nilai ASWAJA yang
matters of human and moralobligations terkandung dalam teks:
relating to matters of life, honour, 1. Tasamuh
property and human rights. As ‗Ali ibn Teks ini mengajarkan kita
Abee Taalib beautifully put it, bagaimana menyikapi perbedaan
‗If you are dealing with a Muslim, dalam kehidupan bermasyarakat.
you are dealing with a brother in faith; Teks ini memiliki tujuan bahwa
if you are dealing with a non Muslim, dalam bermasyarakat kita harus
you are dealing with a brother in saling menghormati dan menghargai
humanity.‘ (taken from Islamic Studies satu sama lain tanpa ada
Book Grade 11 by Molvi Abdul Aziz) diskriminasi.
Analisa isi teks II berdasarkan Toleransi yang di tunjukkan
teori Dell Hyme: pada teks ini adalah dengan adanya
Teks ini merupakan teks yang Hadist Nabi yang berisi tentang sikap
sebenarnya selaras dengan teks saling sayang terhadap sesama tanpa
sebelumnya. Teks ini merupakan terkecuali. berikut penggalan
teks yang memperkuat isi dari teks teksnya:
sebelumnya. Teks ini mengajarkan ‗ You will not enter Paradise until
kita sikap tanggungjawab terhadap you have faith, and you cannot attain
orang lain. Setiap orang pasti to faith until you love each
memiliki tanggungjawab yang harus other.‘(Reported by Muslim on the
dipenuhi. Pemimpin harus authority of Abu Hurairah).
bertanggungjawab terhadap rakyat- 2. Tawazun
nya. Seorang suami juga harus Sikap seimbang dalam teks ini
bertanggungjawab terhadap anak dideskripsikan bagaimana hubungan
dan istri. Berikut penggalan teksnya: manusia baik itu muslim maupun
‗Each of you is a shepherd and non muslim yang berkehidupan
each of you is responsible for his flock. secara seimbang.
The leader is a shepherd and is Teks ini mengajarkan kita
responsible for his flock; a man is the bagaimana bersikapdan berperilaku
shepherd of his family and is seimbang tidak hanya dengan
responsible for his flock; a woman is sesame muslim tetapi juga dengan
the shepherd in the house of her non muslim.
husband and is responsible for her Dalam teks di atas menye-
flock; a servant is the shepherd of his butkan bahwa seorang muslim
master‘s wealth and is responsible for berhubungan dan bersilaturrahim
it. Each of you is a shepherd and is dengan sesame muslim sebagai
responsible for his flock‘. ( Reported by saudara dalam konteks Ukhuwwah
al-Bukharee and Muslim on the Islamiyyah. Kemudian seorang
authority of ‗Abdullah ibn ‗Umar) muslim berhubungan dan menjalin
persaudaraan dengan non muslim

173
dalam konteks kemanusiaan. Sesuai untuk menjamin kehidupan setiap
dengan penggalan teks berikut: warga negara; bahwa setiap warga
‗If you are dealing with a Muslim, negara berhak dan bebas untuk
you are dealing with a brother in faith; hidup dan berkembang dalam
if you are dealing with a non Muslim, wilayahnya.
you are dealing with a brother in Hifzhu al-Din (menjaga agama)
humanity.‘ adalah kewajiban setiap kepemim-
pinan untuk menjamin kebebasan
Teks 3 setiap orang memeluk, meyakini dan
menjalankan Agama dan Keper-
Islam and Human Rights cayaannya. Negara tidak berhak
Islam attaches high important to memaksakan atau melarang sebuah
the preservation of human rights and agama atau kepercayaan kepada
the fundamental freedom of the warga negara.
individual in society. When we speak Hifzhu al-Mal; adalah kewajiban
of human rights in Islam, we mean setiap kepemimpinan untuk men-
those rights granted by Allah. jamin keamanan harta benda yang
The basic human rights are: The dimiliki oleh warga negaranya.
right to life, The right to the safety of Negara wajib memberikan jaminan
life, Respect for the chasity of women, keamanan dan menjamin rakyatnya
The right to a basic standard of life, hidup sesuai dengan martabat rakyat
The individual right to freedom, The sebagai manusia.
right to justice, The equality of human Hifzhul al-Nasl; bahwa negara
beings, The right to cooperate and not wajib memberikan jaminan terhadap
to cooperate. This concerns the asal-usul, identitas, garis keturunan
practice of good and evil, Protection of setiap warga negara. Negara harus
honour, Freedom of conscience and menjaga kekayaan budaya (etnis),
belief, Protection of religious senti- tidak boleh mangunggulkan dan
ments (taken from Islamic Studies memprioritaskan sebuah etnis
Book Grade 11 by Molvi Abdul Aziz) tertentu. Hifzhu al-Nasl berarti
Analisis isi berdasarkan teori negara harus memperlakukan sama
Dell Hyme. Teks ini menunjukkan setiap etnis yang hidup di wilayah
kepada kita bahwa Islam adalah negaranya.
agama yang menjunjung tinggi Hifzul al-‗Irdh, jaminan terhadap
hak-hak manusia. Teks ini harga diri, kehormatan, profesi,
menjelaskan kepada kita hak – hak pekerjaan ataupun kedudukan setiap
yang dimiliki oleh manusia yang warga negara. Negara tidak boleh
memang di tetapkan oleh Allah SWT. merendahkan warga negaranya
Teks ini memberikan penge- karena profesi dan pekerjaannya.
tahuan kepada kita bahwa setiap Negara justru harus menjunjung
manusia memiliki kebebasan dalam tinggi dan memberikan tempat yang
berkehidupan dan bermasyarakat. layak bagi setiap warga negara.
Dalam konteks berbangsa dan Nilai-nilai ASWAJA yang
bernegara, maka pemerintah juga terkandung dalam teks III:
merumuskan hak-hak warga Negara Teks yang ketiga merupakan
yang menjadi kewajiban pemerintah teks yang secara isinya meng-
untuk memenuhinya. hak-hak ter- gambarkan secara utuh hak-hak
sebut juga sesuai dengan konsep yang dimiliki oleh setiap manusia
Islam, yaitu: yang di berikan Allah kepadanya.
Hifzhu al-Nafs; adalah kewa- Hak–hak tersebut di antaranya
jiban setiap kepemimpinan (negara)

174
adalah : (1) hak untuk hidup, (2) hak agama lain, bukan pula
untuk keamanan dan kenyamanan membenarkan kebenaran keyakinan
hidup, (3)menghormati kesucian agama yang salah dan batil. Toleransi
wanita, (4) kebebasa secara individu, menjadi suatu hukum alam dalam
(5) hak untuk mendapatkan keadilan, mengelaborasi perbedaan menjadi
(5) hak untuk mendapatkan sebuah rahmat.
persamaan sesame manusia, (6) hak Kaitannya dengan budaya,
untuk bekerjasama ataupun secara substansial budaya ialah hasil
sebalikya, (7) perlindungan terhadap dari akal budi manusia yang memiliki
kehormatan, (8) kebebasan dalam nilai luhur dan merupakan arkeologi
keyakinan dan kepercayaan, (9) kesejarahan yang patut dihargai
perlindungan terhadap sentiment sebagai suatu kebijaksanaan. Dalam
agama. pandangan Ahlussunnah waljamaah,
Dari deskripsi diatas, semua tradisi-budaya yang secara sub-
nilai – nilai ASWAJA yaitu nilai stansial tidak bertentangan dengan
tawasuth, tawazun, tasamuh, dan syariat, maka Islam akan mene-
‗I‘tidal sudah terkandung dalam teks rimanya bahkan mengakulturasi-
tersebut. Teks yang ketiga ini apabila kannya dengan nilai-nilai keislaman.
kita kaitkan dalam kehidupan Sikap toleransi dan menghormati
beragama, berbangsa dan bernegara agama lain akan menghindarkan kita
memiliki arti dan tujuan yang sarat dari ekstrimisme dalam beragama.
dengan makna. Ekstrimisme akan mengakibatkan
Dalam konteks bermasyarakat kebekuan, prasangka dan kekakuan.
atau persaudaraan kemanusiaan Ekstrimisme akan menimbulkan
(Ukhuwwah Insaniyah), maka teks ini perpecahan dan menggiring kita pada
menunjukkan kepada kita bahwa perselisihan baik internal maupun
Islam sangat menjunjung tinggi hak eksternal. Selain itu ekstrimisme juga
setiap manusia untuk hidup secara mengakibatkan fanatisme buta.
aman, nyaman, damai dan tentram. Dari sikap tasamuh inilah,
Untuk mencapai kehidupan yang Ahlussunnah waljamaah merumus-
dimaksud, kita sebagai umat Islam kan konsep persaudaraan (ukhuw-
harus memiliki sikap tasamuh atau wah) universal. Hal ini meliputi
toleransi. ukhuwwah islamiyyah (persaudaan
Tasamuh ialah sikap toleran keislaman), ukhuwwah wathaniyyah
terhadap perbedaan, baik agama, (persaudaraan kebang- saan) dan
pemikiran, keyakinan, social kema- ukhuwwah basyariyyah atau
syarakatan, budaya, dan berbagai insâniyyah (persaudaraan kemanu-
perbedaan lain. Keragaman meru- siaan). Persaudaraan universal untuk
pakan realitas yang tidak dapat menciptakan keharmonisan kehi-
dihindari. Ia merupakan entitas yang dupan di muka bumi ini, merupakan
hadir sebagai ajang untuk ber- implementasi dari firman Allah SWT:
silaturahmi, bersosialisasi, akul- ―Hai manusia, sesungguhnya Kami
turasi, asosiasi, sehingga tercipta menciptakan kamu dari seorang
sebuah peraudaraan yang utuh. laki-laki dan seorang perempuan dan
Dalam konteks beragama, menjadikan kamu berbangsa-bangsa
toleransi dalam beragama bukan dan bersuku-suku supaya kamu
berarti sikap kompromistis dalam saling kenal mengenal. Sesung-
berkeyakinan karena keyakinan guhnya orang yang paling mulia di
adalah kebenaran penuh yang tidak antara kamu di sisi Allah ialah orang
bisa dicampur dengan keyakinan yang paling bertakwa di antara

175
kamu‖ (Q.S. Al- Hujurat; 13). Dengan memiliki sikap tawazun,
―Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman maka kita akan menghormati hak
kepada para malaikat: ―Sesungguh- manusia yang lain seperti hak
nya Aku hendak menjadikan seorang manusia untuk mendapatkan
khalifah di muka bumi―. (QS. kenyamanan, keamanan dan
sAl-Baqarah: 30) perlindungan terhadap kehormatan-
Selanjutnya, nilai ASWAJA yang nya. Tanpa sikap tawazun maka
bermakna tengah-tengah atau yang akan terjadi ketimpangan dalam
biasa di sebut tawasuth juga lingkup masyarakat baik dari sisi
memiliki peran yang penting dalam hubungan sosial maupun soal
kehidupan bermasyarakat. Sikap agama.
tawasuth merupakan sikap yang Adapun nilai ASWAJA yang lain
tidak memihak pada satu golongan adalah ‗I‘tidal yang berarti adil. Sikap
baik itu golongan borjuis maupun adil disini adalah perilaku bagaimana
golongan tingkat bawah. seseorang bersikap dan
Kaitannya dengan hubungan memperlakukan orang lain itu
beragama, maka sikap ini dengan azaz keadilan dan kebenaran
menunjukkan perilaku tidak condong dengan menanggalkan status sosial
pada ekstrim kiri maupun ekstrim dan perbedaan keyakinan. Islam juga
kanan. Sikap tawasuth disini menjunjung tinggi mengenai hak
memiliki makna bahwa dalam manusia untuk mendapatkan
beragama maka kita tidak boleh keadilan baik dalam ranah personal
memihak pada agama yang satu dan maupun sosial.Adil disini dapat
mengesampingkan bahkan mencela terwujud apabila setiap manusia baik
agama lain yang memang bukan muslim maupun non muslim saling
kepercayaan kita. Dengan sikap menghargai dan menghormati
tawasuth ini, maka kita menjadi hak-hak masing-masing.
manusia yang memiliki cita rasa
Nusantara yang memang sarat Kesimpulan
dengan keberagaman. Hal tersebut
juga sesuai dengan tuntunan Islam Berdasarkan hasil kajian diatas,
yaitu pelindungan terhadap dapat disimpulkan beberapa hal.
keyakinan dan kepercayaan. Sikap Pertama, analisis isi 3 teks islami
tawasuth juga dibutuhkan untuk berbahasa Inggris dalam buku
mencegah sentiment agama yang Islamic Studies menggunakan
satu dengan yang lain. Islam selalu analisis Dell Hyme adalah: (1) teks
menghormati kepercayaan setiap yang pertama berjudul Respect for
manusia termasuk non muslim. Others; (2) tujuan dari teks tersebut
Berikutya adalah nilai ASWAJA adalah mengajarkan kita bagaimana
yang memiliki arti seimbang. menjadi manusia yang selalu
Tawazun merupakan sikap seimbang menghargai dan menghormati orang
yang harus dimiliki oleh manusia lain baik muslim maupun non
dalam segala hal. Teks ini muslim dan kita juga dianjurkan
mengajarkan kepada kita bahwa untuk selalu memaafkan dan tidak
dalam konteks persaudaraan baik itu menyakiti orang lain; (3) teks yang
ukhuwwah Islamiyyah, ukhuwwah kedua berjudul Muslims and
basyariyah maupun ukhuwwah Interpersonal Relations; (4) tujuan
wathoniyah, maka sikap tawazun dari teks ini adalah tentang
harus terinternalisasi ke dalam persamaan antara muslim dan non
ukhuwwah-ukhuwwah tersebut. muslim mengenai hak-hak seorang

176
manusia; (4) teks yang ketiga Daftar Pustaka
berjudul Islam and Human Rights.
Tujuan dari teks ini adalah Brown, Douglas H. (2001). Teaching
memberikan gambaran secara detil by Principles an Interactive
hak-hak yang dimiiki oleh setiap Approach to Language Pedagogy,
manusia yang sesuai dengan konsep Second edition. NY: Pearson
Islam, yaitu: (1) hak untuk hidup, (2) education limited.
hak untuk keamanan dan Brown, Douglas H. (2007). Prinsip
kenyamanan hidup, (3)menghormati Pembelajaran dan Pengajaran
kesucian wanita, (4) kebebasa secara Bahasa, Edisi Kelima. NY:
individu, (5) hak untuk mendapatkan Pearson education limited.
keadilan, (5) hak untuk mendapatkan Chaer, A. & Agustina, L. (2004).
persamaan sesame manusia, (6) hak Sosiolinguistik;Perkenalan Awal.
untuk bekerjasama ataupun Jakarta: PT Rineka Cipta.
sebalikya, (7) perlindungan terhadap Departemen Agama RI. (1984). Al-
kehormatan, (8) kebebasan dalam Qur‘an dan terjemahannya.
keyakinan dan kepercayaan, (9) Jakarta: Departemen Agama RI.
perlindungan terhadap sentiment Hairudin, dkk. (2008). Pembe-
agama. lajaran Bahasa Indonesia. Ja-
Nilai-nilai ASWAJA yang karta: Direktorat Jendral
terkandung dalam 3 teks dari buku Pendidikan Tinggi Departemen
Islamic Studies adalah: Tawazun, Pendidikan Nasional.
Tasamuh, Tawasuth, dan ‗I‘tidal. Hassan, Nik Mustapha Hj. Nik. (1998)
―Civil Society for Sustainable
Saran Economic Develop- ment‖, dalam
Syed Othman Alhabshi and Nik
Dari hasil –hasil analisis di atas, Mustapha Nik Hassan (eds.), Islam
perlu adanya kajian atau penelitian Knowledge and Ethics: a Partinent
lebih lanjut, yaitu: (1) Perlu adanya Culture for Managing Organi-
analisis lebih komprehensif dengan zations, Kuala Lumpur: Institute
menggunakan 7 komponen yang di of Islamic Understanding Malaysia
prakarsai oleh Dell Hyme dalam (IKIM).
menganalisis teks-teks berbahasa Khaidar, Ali. (1995). Nahdlatul Ulama
Islami yang ada dalam buku Islamic dan Islam Indonesia;
Studies yang di tulis oleh Molvi Abdul Pendekatan Fiqih dalam
Aziz. Politik.Jakarta: Gramedia.
(2) Perlu adanya analisis lebih Mansyur, Wasid. (2014). Menegaskan
banyak tentang teks-teks yang ada Islam Indonesia, Belajar dari
dalam buku Islamic Studies karena Tradisi Pesantren dan NU.
didalamnya terdapat banyak teks Surabaya: Pustaka Idea.
yang berisi tentang konsep Islam Misrawi, Zuhairi. (2010). Hadratus
dalam menangani problematika syaikh Hasyim Asy‘ari, Moderasi,
hidup manusia. Keumatan, Dan Kebangsaan,
(3) Untuk mencegah adanya Jakarta : Kompas.cet. 1.
radikalisme dan ekstrimisme dalam Nasir, A,Sahilun. (2010). Pemikiran
institusi perguruan tinggi, maka Kalam (Teologi Islam), Sejarah,
sebaiknya semua nilai-nilai mengenai Ajaran, dan Perkembangannya,
pluralisme dan multikulturalisme Jakarta: Rajawali Press.
harus diinternalisasikan dalam
semua mata kuliah baik umum
maupun agama.

177
Nurhadi.1987. Membaca cepat dan
Efektif. Bandung : Sinar Baru
Cipta.
Rijal, Samsu. (2016). dalam
kompasiana yang di unduh dari
http://www.kompasiana.com/ij
hal/awas-radikalisme-agama-m
ewabah-di-kalangan-mahasiswa
-islam_5698bfee6023bd6d0658
5193 pada tanggal 30 Januari
2016.
Siradj, Aqil, Said.(2008) Ahlussunnah
wal Jama‘ah; Sebuah Kritik
Historis, Jakarta: Pustaka
Cendekia Muda.
Tarigan, Hendry Guntur.(1986).
Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Ban-
dung: Angkasa Bandung.

178
ISLAM AKULTURATIF: POTRET ISLAM-HINDU BALI
DALAM PERGUMULAN BUDAYA LOKAL
Oleh Kunawi Basyir
(UIN Sunan Ampel Surabaya,
e-mail: kunawi.fu@yahoo.co.id)
Abstrak
Agama merupakan jenis sistem sosial yang berproses pada kekuatan
non-empirik dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi
mereka, maka dalam agama primitif praktik keagamaannya selalu
berusaha memanipulasi makhluk dan kekuatan-kekuatan
supranatural demi kepentingan kehidupannya dengan cara
mengadakan upacara ritual, doa- doa, tari-tarian, memberikan sesaji
dan korban untuk keselamatan, hal ini diharapkan
persoalan-persoalan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat
akan teratasi. Melihat kenyataan di atas agama selalu disinkretikkan
dengan budaya yang ada, apabila mereka melanggar aturan atau
tradisi yang ada maka akan menimbulkan sikap keagamaan yang
sektarianistik yang pada giliranya menimbulkan masalah-masalah
baru dalam memahami doktrik keagamaan yang ada yang kesemuanya
itu akan berujung pada konflik sosial, baik konflik inter umat beragama
maupun konflik antar umat beragama. Adanya budaya yang berbeda
akan berdampak terhadap adanya praktik keagamaan yang berbeda
pula, seperti praktik keagamaan masyarakat Islam Indonesia terutama
Islam di Jawa banyak menyita perhatian kalangan antropolog untuk
mengadakan penelitian tentangnya. Melihat fenomena dari hasil
penelitian tokoh-tokoh tersebut di atas, maka peneliti ingin melihat,
menjajagi bagaimana typologi praktik keagamaan masyarakat Islam di
Bali yang bergumul dengan budaya lokalnya (Hindu) dan sudah
mengakar di lingkunganya. Dari kajian di lapangan di dapatkan bahwa
masyarakat Islam Bali sebagai masyarakat imigran yang berasal dari
pulau Jawa dan Madura yang identik dengan dunia pesantren (Islam
cultural) sedang masyarakat Bali (Hindu) itu sendiri adalah masyarakat
yang berpegang teguh pada budaya lokalnya (Hindu cultural). Maka
dari itu Islam dan Hindu terjadi akulturasi budaya. Bagi Islam terjadi
Inkulturatif dalam hal budaya dan enkulturatif dalam hal ideologi.

Kata-Kata Kunci:
Islam, Hindu, Budaya lokal.

Pendahuluan praktek keagamaanya selalu


Agama merupakan jenis sistem berusaha memanipulasi makhluk
sosial yang berproses pada kekuatan dan kekuatan-kekuatan supranatu-
non-empirik dan didayagunakan ral demi kepentingan kehidupanya
untuk mencapai keselamatan bagi dengan cara mengadakan upacara
mereka, (D.Hendropuspito O.C,1998: ritul, doa-doa, tari-tarian, mem-
34) maka dalam agama primitif berikan sesaji dan korban untuk

179
keselamatan, hal ini diharapkan sering dikaitkan dengan nilai-nilai
persoalan-persoalan yang timbul yang telah ketinggalan zaman atau
dalam kehidupan bermasyarakat tidak relevan lagi dengan perubahan
akan teratasi. dan perkembangan zaman, secara
Melihat kenyataan di atas kultural, fundamentalisme menun-
agama selalu disinkretikkan dengan jukkan kecenderungan kepada
budaya yang ada, apabila mereka sesuatu yang vulgar dan tidak
melanggar aturan atau tradisi yang tertarik pada hal-hal yang bersifat
ada maka akan menimbulkan sikap intelektual, kedua, secara psikologis,
keagamaan yang sektarianistik yang bahwa fundamentalisme ditandai
pada giliranya menimbulkan masa- dengan otoritarianisme, organisasi,
lah-masalah baru dalam memahami dan lebih cenderung kepada teori
doktrik keagamaan yang ada yang konspirasi, ketiga, secara intelektual,
kesemuanya itu akan berujung pada bahwa fundamentalisme dicirikan
konflik sosial, baik konflik inter umat oleh tiadanya kesadaran sejarah dan
beragama maupun konflik antar ketidak-mampuan terlibat dalam
umat beragama. pemikiran kritis, keempat, secara
Asumsi tersebut di atas maka theologis, bahwa fundamentalisme
problem yang dihadapi masyarakat diidentikan dengan literalisme,
dewasa ini adalah kekosongan primitivisme. legalisme,dan tribal-
otentisitas keagamaan, sehingga dua isme, sedangkan secara politis bahwa
kubu antara kelompok fundamentalis fundamentalisme dikaitkan dengan
dan kelompok modernis telah populisme reaksioner (Peter Huff,
berebut untuk mendifinisikan dan 2015:2).
mengaktualisasikan konsep ―per- Pemahaman keagamaan seperti
damaian‖ yang keduanya mem- ini tampaknya mengancam kebe-
bangun basis teologi masing-masing radaan ―Common Word.‖ yang
sebagai landasan pijakan aktifitasnya dibangun oleh kelompok-kelompok
yang sama-sama mengkalim berasal keagamaan modernis untuk mencari
dari teks-teks kitab sucinya. Kaum sebuah kesepakatan bersama dalam
modernis cenderung rasional, membangun perdamaian dunia yang
memiliki filsafat sebagai dasar berbasis pada perbedaan pema-
berpikir, menempatkan manusia haman dan keyakinan intern
sebagai pusat alam semesta, maupun antarumat beragama.
memakai methode historis kritis, Tesis itu terbukti dengan
percaya pada konsep idealisme/ keberadaan kehidupan keagamaan di
kemajuan (Schwartz, 2014, ix) Indonesia, di mana sikap
Fundamentalisme adalah keberagamaan di Indonesia anta-
merupakan sikap keagamaan yang gonistik interumat beragama, mereka
menganggap diri sendiri dan saling meng-claim kebenaran dalam
golonganya yang paling benar dalam memahami Islam. Satu sisi mereka
lingkungan agama yang sama mempunyai pemahaman bahwa
sehingga muncul kengganan atau Islam adalah Arab (Eksklusif), satu
ketidak sediaan seseorang atau sisi Islam adalah tidak harus
kelompok untuk bergaul di bidang akomodatif dengan budaya Arab
keagamaan dengan orang atau (Inklusif).
kelompok lain. Dalam hal ini Peter Praktik keberagamaan yang
Huff mencatat empat karakteristik eksklusif ini telah menggejala di
penting fundamentalisme: pertama, berbagai kalangan umat beragama di
secara sosiologis fundamentalisme dunia terutama juga di Indonesia.

181
Pola keberagamaan seperti ini lawan dari Islam normative
merupakan salah satu bentuk (normative Islam).
ancaman bagi penciptaan integrasi Melihat fenomena dari hasil
dan kohesi sosial dalam masyarakat penelitian tokoh-tokoh tersebut di
yang plural seperti Indonesia. Pola atas, maka timbul fenomena
keberagamaan eksklusif memandang (permasalahan), bagaimana typologi
bahwa hanya pemahaman praktik keagamaan masyarakat Islam
keagamaannya yang paling benar di Bali yang beratus-ratus tahun
dan yang lain salah sehingga harus hidup di tengah budaya Hindu yang
ditiadakan, bila perlu dimusnahkan sudah mengakar di lingkungannya.
dengan kekerasan. Performa para Untuk membaca fenomena yang
aktornya yang puritan dan militan di terjadi di lokasi penelitian, peneliti
ruang publik ini akan mengancam mencoba membaca dengan
keberadaan konsep Islam rah}matal menggunakan pendekatan teori
lil ‗alamin dan berujung pada konflik Wihadatul Wujud (epistimology),
baik inter maupun antarumat sedang untuk membedah sejauh
beragama di Indonesia. mana proses dan hasil akulturasi
Hal tersebut terjadi, karena budaya Islam-Hindu Bali peneliti
setiap penganut agama menghadapi menggunakan pendekatan teori
budaya yang berbeda, hal ini budaya ―Melting-pot‖ (Ontology)
berdampak terhadap adanya praktik sehingga dengan hasil penelitian ini
keagamaan yang berbeda pula, diharapkan menjadi salah atau
seperti praktik keagamaan referensi yang akan menjawab
masyarakat Islam Indonesia bagaimana typologi Islam Nusantara
terutama Islam di Jawa banyak yang selama ini menjadi sorotan bagi
menyita perhatian kalangan ilmuwan kelompok-kelompok Islam Funda-
untuk mengadakan penelitian mentalis dengan gerakan radikal nya
tentangnya. Para peneliti menyebut di Indonesia sehingga akan
praktik keagamaan di Jawa mengancam semangat keislaman dan
bermacam-macam diantaranya : kebangsaannya.
Niels Mulder menyebut Islam lokal Betapapun sederhananya,
(local Islam) lawan dari Islam penelitian ini bertujuan untuk
universal (universal Islam), Andrew membantu memenuhi kebutuhan
Beatty menyebut Islam praktis informasi seputar budaya lokal
(practical Islam) lawan dari Islam sebagai ciri khas typologi keagamaan
tekstual (textual Islam), Ernest baik di pedesaan maupun perkotaan
Gellner menyebut Islam rakyat (folk yang rawan dengan konflik sosial
Islam) lawan dari Islam ulama keagamaan yang disebabkan adanya
(scholarly Islam), Mifedwill Jandra perbedaan paham keagamaan.
Waardenburg menyebut Islam Apapun kondisinya, hasil penelitian
simbolik (symbolic Islam) lawan dari ini akan dapat memberikan
Islam normatif (normative Islam), sumbangan yang berarti bagi semua
Waardenburg menyebut Islam pihak terutama bagi penggiat
popular (popular Islam) lawan dari pluralisme agama di Indonesia untuk
Islam resmi (official Islam), Robert mempromosikan konsep Islam
Redfield menyebut tradisi kecil (little Tradisional dengan mempertegas
tradition) lawan dari tradisi besar semangat keislaman dan kebangsaan
(great tradition), Andrew Muller sebagai bukti bahwa Islam adalah
menyebut Islam nyata (lived Islam) bisa menyapa, dan berdialog dengan
budaya lokal dengan tidak

181
meninggalkan substansi Islam langsung maupun tidak langsung
sebagai pesan nilai, moral, dan etika. akan membentuk pola aksi mereka.
Dengan membaca hasil penelitian ini Pilihan model kualitatif ini untuk
diharapkan juga pembaca bisa menghindari distorsi atau simpli-
memahami, mengetahui, dan fikasi atas data. Hal ini penting
menjelaskan pada publik bahwa mengingat kajian yang berkutat pada
Islam sebuah agama bukan hanya realitas social berupa praktik dan
konsumsi budaya Arab saja, akan perilaku keagamaan. Selanjutnya
tetapi budaya Nusantara juga bisa segenap hasil pengumpulan data
mengkonsumsinya (rahmatan beserta analisisnya diaktualisasikan
lil ‘alamin) dengan berpijak pada secara kritis-deskriptif.
kajian-kajian ilmiah terutama Bentuk-bentuk perilaku dan
melalui pendekatan antropologi. praktik keagamaan masyarakat Islam
Dengan demikian Islam sebagaimana yang terjadi di daerah
Tradisional Bali perlu diangkat dan penelitian ini akan melahirkan
perlu dipublikasikan karena Bali interpretasi khusus mengenai konsep
identik dengan budaya lokalnya ―Islam‖. Hal ini sulit diteliti jika
(Hindu) dan berbeda dengan budaya menggunakan metode kuantitatif,
di daerah-daerah lain di Indonesia karena penafsiran tentang praktik
sebagaimana yang ditulis dalam keagamaan yang berjalan selama ini
buku-buku kajian Islam Nusantara bisa berbeda antara satu komunitas
yang banyak memotret tentang Islam yang satu dengan komunitas yang
dan budaya Jawa, dan sebagian lain. Karena penelitian model
besar mereka terjebak dalam diskusi kualitatif sangat interpretatif ter-
tentang tradisi besar Islam, maka hadap fenomena yang diamati, maka
dalam penelitian ini akan dipaparkan arus penelitian ini didasarkan pada:
tentang landasan normatif yang pertama, permasalahan yang dijawab
dijadikan pijakan oleh masyarakat dirujuk pada proses sosial (social
Islam Bali dalam melakukan tradisi processes), pemaknaan (meaning
keagamaan sebagaimana konsepsi making), dan pemahaman (vers-
Clifford Geertz tentang agama sebagai tehen/understanding), dan tindakan
pola bagi tindakan (pattern for (experiment). Semua itu dianalisis
behaviour). dalam setting alamiah, kemudian
diinterpretasikan berdasarkan pe-
Metode Penelitian maknaan yang diberikan informan.
Kedua, realitas sosial yang
Tipologi ideologi dan praktik berbasis pada ideologi keagamaan
keagamaan Islam yang hidup dan adalah fenomena yang bersifat
bergumul dengan budaya lokal multidimensi yang diakibatkan dari
seperti masyarakat Islam- Hindu di kompleksitas proses dan situasi yang
Bali sebagai subject matter penelitian beragam, seperti ideologi,
kancah (field research) ini sosial-budaya, etnisitas, ekonomi,
dikategorikan sebagai jenis penelitian dan politik. Situasi-situasi tersebut
kualitatif. Masalah yang dibidik secara bersama-sama dan dalam
adalah pola perilaku informan fase-fase tertentu turut memberikan
(masyarakat Islam) dalam hal kontribusi terhadap konstruksi
perilaku dan praktik keagamaan di typologi Islamnya. Oleh karena itu,
tengah-tengah masyarakat Hindu kajian terhadap sebuah fenomena
yang mempunyai budaya yang seperti ini kiranya perlu dilakukan
berbeda antara yang satu dengan
yang lain., karena paradigma itu

182
dengan menganalis konteks yang yang dipadu dengan pendekatan
mengitarinya. fenomenologi, maka persoalan
Agar peneliti terhindar dari bias proses,konstruksi, kontrol, distribusi
dan dapat mendeskripsikan typology nilai-nilai praktik keagamaan Islam
ke-Islamannya dalam bentuk thick Kultural Bali yang menjadi perhatian
description, maka perlu digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan
perspektif emik dan perspektif etik. secara menyakinkan. Di samping itu
Perspektif emik adalah pendeskrip- data yang diperlukan masalah model
sian fenomena dari sudut pandang yang dibangun dan bagaimana hasil
orang yang diteliti, sedangkan akulturasi budaya yang berupa
perspektif etik adalah mendeskripsi- gagasan dan pemikiran maupun
an fenomena berdasarkan keterlibatan aktif masyarakat Islam
konsep-konsep sosiologi (Seymour mulai dari tokoh agama, tokoh
Smith C, 1003: 186I). Karena masyarakat, dan juga masyarakat
menurut Geertz, kebudayaan sebagai Islam pada umumnya akan
suatu sistem makna dan simbol yang memperkaya analisis data kualitatif.
disusun oleh individu-individu dalam Sumber data dalam penelitian
mendefinisikan dunianya, karena ini diperoleh melalui observasi
merupakan jaringan makna simbol partisipatif, dan wawancara secara
maka perlu diuraikan dalam sebuah langsung kepada informan. Hal ini
deskripsi yang mendalam (thick dilakukan karena peneliti ingin
description), artinya sebagai peneliti belajar memahami, mendeskripsikan
hendaknya kita mendiskripsikan apa dan menganalisa dari praktik
yang dipikirkan, apa yang dikerjakan keagamaan masyarakat Islam yang
oleh masyarakat.( Clifford Geertz, hidup di tengah budaya lokal
1970:54). Melalui analisis antro- ditempatkan sebagai sumber data
pologis ini penjelasan tentang proses primer, karena informasi tersebut
dan hasil akulturasi budaya berupa petunjuk yang dipakai untuk
Islam-Hindu di Bali dapat dilihat menentukan informan utama (key
secara komprehensif. informant) yang dijadikan kriteria
Sebagai penelitian Antropologi penentuan informan secara purposive.
Agama yang berkutat pada praktik da (Suharsimi Arikunto, 1990: 127).
perilaku keaamaan kiraya perlu Untuk memastikan bahwa data
mempelajari secara mendalam dan yang disampaikan oleh informan
menyeluruh mengenai fenomena apa valid, maka selain dilaksanakan
yan terjadi pada pelaku keagamaan observasi secara terus menerus
yang hidup dan bergumul dalam (persistent observation) juga dilaku-
budaya lokal (Hindu) dan uga di kan pengumpulan data secara
tengah-tengah masyarakat yang triangulasi. Persistent observation
multi kultural dan pluralistik di Bali, dimaksudkan untuk memahami
kajian ini tentu berusaha memahami secara mendalam setiap fenomena
dan mendeskripsikan proses dan perubahan dan perkembangan
hasil dar akulturasi budaya di tengah keseluruhan mulai dari gagasan,
masyaakat yang edang dihadapkan pemikiran, dan praktik politik nya.
berbagai dampak sosial timbul dari Dengan teknik triangulasi diharap-
adanya kemajemukan etnis, agama, kan dapat memilih aspek-aspek
dan budaya di Bali. penting dan tidak penting, sehingga
Untuk mendapatkan data peneliti dapat lebih fokus terhadap
tentang typologi Islam Kultural Bali, persoalan yang relevan dengan fokus
peneliti melalui metode kualitatif penelitian.Sedangkan triangulasi

183
dilakukan untuk keperluan check berbeda dengan praktik Islam di
dan recheck dalam proses Indonesia. Karena ketika Islam
pengelolahan data. Cross-check data menyapa budaya Arab maka muncul
tersebut diperlukan agar setiap Islam Arab, akan tetapi ketika Islam
informasi yang masuk ke peneliti menyapa budaya Indonesia maka
memiliki tingkat kredibilitas yang muncul Islam Indonesia yang popular
tinggi. ( Lincoln, Y.S dan Guba, E.G.L, dengan sebutan Islam Nusantara.
1085: 315). Hal ini sejalan dengan teori tasawuf
Untuk memperoleh gambaran yang dicetuskan seorang Sufi Persia
utuh tentang akulturasi budaya yaitu al-Hallaj yang kemudian
Islam-Hindu dan juga typologi dikembangkan oleh Ibn Arabi yang
keislaman masyarakat Islam Bali, popular dengan teori Wihdatl Wujud.
peneliti menggunakan metode Sedangkan dalam teori Fiqh popular
observasi partisipan. Pengamatan dengan istilah madzhab (Malikiyyah,
dilakukan secara langsung kepada Hanafiyah,dan Syafiiyah). Menurut
masyarakat Islam saat mengadakan teori ini bahwa wujud semua yang
ritual keagamaan dan juga dalam ada ini hanyalah satu dan pada
melakukan praktik-praktik keagama- hakikatynya wujud makhluk adalah
an seperti upacara tahlilan, upacara wujud khalik pula, tidak ada
tingkeban, upacara kematian, dan perbedaan diantaranya dari segi
juga dalam upacara-upacara hakikatnya, dan kalaupun dilihat
keagamaan yang lain. Sejalan dengan dari sudut pandang panca indra
fenomenologi sebagai pendekatan wujud alam pada hakikatnya adalah
penelitian yang digunakan, maka wujud Allah dan Allah adalah hakikat
persoalan proses konstruksi, kontrol, alam.. Tidak ada perbedaan antara
dan distribusi nilai-nilai keagamaan wujud yang qadim dengan yang baru
masyarakat Islam di Bali yang atau dengan kata lain tidak ada
menjadi perhatian penelitian ini perbedaan antara ‗abid (menyembah)
dapat dijelaskan secara meyakinkan dan ma‘bud (yang disembah).( Abdul
melalui metode analisis deskriptif- Qadir Mahmud, 1996: 54), Wihdatul
kualitatif. Teknik analisis ini wujud adalah sebuah konsep yang
melangsungkan beberapa tahap meniscayakan penyatuan antara
analisis, yaitu: Pertama, memban- hamba dengan Tuhan. Maksudnya
dingkan hal-hal yang dapat dite- bahwa pada setiap sesuatu memiliki
rapkan pada tiap kategori. Kedua, aspek lahir dan batin termasuk pada
memadukan semua kategori berikut Tuhan, aspek lahir pada manusia
ciri-cirinya. Ketiga, Membatasi ialah fisiknya yang tampak, dan
lingkup teori, dan yang ke-empat, batinnya yang berupa roh yang ada
membangun teori baru (Bungin, pada jiwa manusia, selanjutnya
2003: 83) unsur lahir yang ada pada Tuhan
ialah sifat-sifat-Nya yang indah dan
Hasil Penelitian dan unsur batin pada diri Tuhan ialah
Pembahasan dzat yang kekal (Abudin Nata, 2009:
Berbicara masalah Islam 42)
Kultural yang terkait dengan Melihat kedua teori tersebut
akulturasi budaya (Islam-Hindu) sejalan dengan apa yang
telah mewarnai dunia akademik.. disampaikan oleh Haidar Bagir pada
Ketika Islam sebagai agama hadir di kesempatan seminar yang bertajuk
dunia mempunyai beberapa typologi. ―Melacak Jejak Islam Nusantara
Praktik Islam di Arab misalnya Mencari Hubungan Organik Antara

184
Islam dan Kebudayaan‖, ia menga- Tuhan itu sendiri. Sedang agama
takan bahwa ketika Allah bertajalli secara epistimologi adalah persepsi
kepada orang Arab maka membentuk manusia atas wahyu. Dalam hal ini
budaya Arab, bertajalli kepada orang agama dipersepsi sebagai info atau
India membentuk budaya India, dan kabar-kabar yang sampai kepada kita.
bertajalli kepada orang Indonesia Ketika agama dipersepsi sebagai info,
membentuk budaya Indonesia. maka agama bisa dimaknai sebagai
Dalam catatan terakhirnya Baqir produk budaya karena agama adalah
menyebutkan bahwa budaya itu merupakan kesadaran kolektif (Emile
sakral dan budaya itu harus disaring Durkheim).
dengan syari‘at tapi jangan mudah Dengan demikian bebrapa
mengatakan bahwa unsur lokal itu antropolog menyatakan bahwa apa-
bertentangan dengan syari‘at, justru bila budaya yang diproduksi dan
unsur Wihdatul Wujud itu sebagai bertabrakan dengan syari‘at maka
spirit dari budaya lokal yang Cliford Geertz menyebut sebagai
bertebaran di bumi Nusantara. Allah Islam Sinkretis, sedangkan bila
bertajalli kemana-mana, kepada produk budayanya tidak ber-
benda-benda dan termasuk bertajalli tabrakkan dengan syariat Waarden-
kepada budaya. burg menyebut sebagai Islam Popular
Lebih lanjut, ia mengatakan (Islam lokal yang selanjutnya disebut
bahwa Allah bertajalli kepada sebagai Islam Nusantara).
makhluk sesuai kesiapannya. Orang Walaupun demikian masih
Indonesia memiliki kesiapan tertentu sering dijumpai kritik dan penolakan
yang akan menyaring tajalli Allah terhadap istilah Islam Nusantara
sehingga membentuk budaya karena terkesan memperhadapkan
Indonesia. Tajalli yang diterima orang dengan Islam di Arab, bahkan
Indonesia terkait Islam adalah Islam dianggap rasial dan menimbulkan
yang sesuai dengan kesiapan orang fanatisme primordial dan akan
Indonesia, maka dengan demikian semakin mengkotak-kotakkan Islam
makin banyak seseorang belajar local bahkan dituduh sebagai bagian
wisdoom makin lengkaplah pema- strategi baru dari agenda Islam
hamannya tentang Allah swt karena liberal dan zionis. Maka dengan
budaya sebagai salah satu lokus atau demikian agar tidak terjadi tumpang
madzhar Allah swt. dalam tindih dan kesalahpahaman terkait
menampilkan diri. dengan Islam Nusantara, maka perlu
Senada dengan apa yang mengkaji Islam dalam kontek
disampaikan oleh Haidar Bagir, ontologis. Di sini penting karena
Muhsin Labib dalam ceramahnya memaknai Islam Nusantara sebagai
mengatakan bahwa agama menem- konsep dan bagaimana mengope-
pati kedudukan secara ontologi dan rasionalkan dalam konteks kebe-
menepati kedudukan epistimologi. ragamaan di Indonesia saat ini, Islam
Agama secara ontologi adalah realitas, Nusantara adalah Islam yang khas
dalam hal ini realitas yang tidak ala Indonesia gabungan nilai Islam
dibatasi ruang dan waktu. Agama teologis dengan nilai-nilai tradisi
secara ontologis menurut para filosof lokal, budaya, dan adat istiadat.
adalah wahyu. Wahyu bukanlah Karakter Islam Nusantara menun-
informasi, wahyu itu adalah realitas, jukkan adanya kearifan lokal di
wahyu itu transenden yang sakral, Nusantara yang tidak melanggar
abadi, suci, wahyu itu ilmu Tuhan, ajaran Islam namun justru
bisa juga dipahami sebagai dzat menyinergikan ajaran Islam dengan

185
adat istiadat lokal yang banyak Islam harus mendapatkan
tersebar di wilayah Indonesia. simbol-simbol yang selaras dengan
Kehadiran Islam di sini tidak untuk kemampuan penangkapan kultural
merusak dan menentang tradisi yang dari masyarakat yang ingin
ada, justru sebaliknya Islam datang dimasukkan ke dalam pengakuan
untuk memperkaya dan meng- komunitas Islam. Selain itu, dalam
islamkan tradisi dan budaya yang kondisi tertentu membiarkan
ada secara bertahap. penafsiran yang mungkin agak
Local Wisdoom sebagai manhaj terpisah dari wahyu yang utuh dan
praktik keagamaan bukan hanya kita abadi sebagaimana dalam tradisi
dapati dalam dunia tasawuf saja, Islam secara makro, akan tetapi
akan tetapi dunia Fiqh lebih urgen tradisi yang diemban komunitas
lagi misalnya yang kita kenal dengan Islam Bali tidak bertentangan
istilah madzhab Malikiyyah, denganya (al-Qur‘an dan al-Hadith).
Hanafiyyah, dan Syafi‘iyyah. Hal ini Dalam bahasa sosiologi agama
sebagai bukti peran budaya lokal sebagaimana Waardenburg menye-
sangat menentukan praktik kea- but ―Islam Populer‖ sebagai praktik
gamaan dalam Islam. Ketika Allah keagamaan yang berkembang di
bertajalli kepada budaya Makkah kalangan umat Islam dan diyakini
maka menghasilkan madzhab tidak memiliki landasan normatif dari
Malikiyyah, Allah bertajalli kepada al-Qur‘an maupun hadith tetapi tidak
budaya Madinah maka menghasilkan bertabrakaan dengan syar‘i. Anti
madzhab Hanafiyah, dan ketika Allah tesis dari Islam popular adalah Islam
bertajalli kepada budaya Irak dan resmi (official Islam), suatu tradisi
sekitarnya maka menghasilkan keagamaan yang diyakini memiliki
madzhab Syafi‘iyah dan seterusnya. landasan normatif dari al-Qur‘an
Sebagaimana Islam dan budaya atau hadith. Konsepsi semacam ini
lokal Bali, perlu kita sadari bahwa juga digunakan oleh Nur Syam dalam
Islam sebagai agama wahyu salah satu penelitiannya dan
sekaligus agama dakwah, mengatakan bahwa official Islam
keberadaan Islam di Bali awalnya adalah tradisi keagamaan yang
merupakan agama import. Peradaban bersumber dari ajaran agama,
Islam berbeda dengan peradaban sementara Islam popular adalah
lokal (Bali). Proses inkulturasi Islam tradisi keagamaan yang tidak
ke Hindu nampak ketika masyarakat memiliki sumber asasi dari ajaran
Bali di bawah kekuasaan raja Gelgel agama.
(Ida Dalem Waturenggong). Proses Sementara itu Woodward
inkulturasi Islam-Hindu berkembang menyebut official Islam, istilah ini
melalui daerah-daerah pantai di Bali, identik dengan istilah Islam normatif
mereka tidak memaksakan budaya yaitu Islam yang dibentuk oleh
yang dibawanya. Menurut Taufik hukum Islam sebagaimana tertuang
Abdullah, Islam di Bali tidak dalam al-Qur‘an dan al-Hadith.
menjinakkan sasarannya, akan Peneliti lainnya, Gellner, misalnya
tetapi Islam memperjinakkan dirinya. menyebut Islam resmi dengan istilah
(Taufik Abdullah, 1987: 3) Islam ulama (scholarly Islam) dan
Keberadaan budaya setempat Islam popular dengan istilah Islam
merupakan tantangan bagi Islam rakyat (folk Islam). Dengan istilah
untuk mendapatkan tempat yang yang berbeda, Moller menggunakan
nyaman dan layak bagi Islam sebagai istilah Islam normatif (normative
pendatang baru di Bali. Dalam hal ini Islam) untuk Islam resmi dan Islam

186
nyata (lived Islam) untuk Islam liharaan, pendidikan serta penyucian
popular. (Nur Syam, 2002:17). secara spiritual terhadap seseorang
Redfield, yang menggunakan sejak terwujudnya jasmani di dalam
istilah tradisi besar (great tradition) kandungan sampai akhir kehidupan.
dan tradisi kecil (little tradition) untuk Sedang dalam Islam para antropolog
menggambarkan perbedaan antara menyebut sebagai upacara siklus
Islam resmi dan Islam popular. kehidupan, seperti upacara Kela-
Redfield mengatakan bahwa tradisi hiran (neloni, tingkepan, babaran,
besar dimiliki oleh sebagian kecil selapan, dan lain-lain), upacara
yang berpikir (reflective few), kematian, upacara perkawinan,
sementara tradisi kecil dimiliki oleh Tradisi Islam di Bali sebagai-
kebanyakan yang tidak berpikir mana di atas, merupakan salah satu
(unreflective many). Tradisi besar bentuk sentuhan- sentuhan Islam
terdapat dalam institusi pendidikan, (inculturation) terhadap kearifan lokal
sementara tradisi kecil terdapat di yang sudah menjadi sistem
wilayah pedesaan di antara orang sosio-kultural masyarakat Hindu di
buta huruf. Bali. Semula persentuhan budaya
Jika disimpulkan, beberapa Islam dan Hindu hanya dalam bidang
pandangan terkait dengan praktik pemerintahan sipil dan militer
keagamaan popular dalam masya- sebagai laskar (pecalang).
rakat Islam adalah sebagai berikut; Bukti-bukti sejarah juga menun-
Islam popular (popular Islam) lawan jukkan bahwa sejarah masuk dan
dari Islam resmi (official Islam), Islam berkembangnya Islam di Bali bisa
rakyat (folk Islam) lawan dari Islam terjadi dalam kontak dunia perdaga-
ulama (scholarly Islam), Islam nyata ngan, perkawinan, pengobatan
(lived Islam) lawan dari Islam (tabib). Seperti yang terjadi di pusat
normatif (normative Islam), tradisi keraton Swocalinggarsapura di Gelgel
kecil (little tradition) lawan dari tradisi Klungkung yang kemudian
besar (great tradition), Islam lokal berkembang di Buleleng, Karang-
(local Islam) lawan dari Islam asem, dan Badung. Semua itu
universal (universal Islam), dan Islam berasal dari para migran Jawa yang
praktis (practical Islam) lawan dari sengaja diajak oleh raja Karangasem
Islam tekstual (textual Islam). untuk memperkuat dan mengokoh-
Sebagaimana Islam di Jawa, Islam di kan otoritas raja-raja. Sedangkan
Bali berinkulturasi dengan kontak perdagangan dengan Bali
tradisi-tradisi lokal yang dikemas banyak diperankan Islam dari Bugis
dengan budaya dan peradaban Bali dan Makasar akibat didesak oleh
yaitu tradisi upacara ―Ngusaba monopoli kompeni Belanda yang
Ketipat‖ di pantai Gelgel. Dalam kemudian membangun komunitas di
agama Hindu populer dengan nama daerah pantai Tulamben di
upacara ‗Ngusaba‖ yakni upacara Karangasem, Serangan di Badung,
keagamaan untuk memohon Loloan di Jimbaran hingga di
kesuburan dan kesejahteraan umat- Buleleng. Bukti lain dari terjadinya
nya yang diselenggarakan oleh umat inkulturasi Islam–Hindu adalah di
Hindu di Pure Bali Agung. desa Pegayaman Buleleng, Kepaon
Akulturasi budaya Islam-Hindu Denpasar, serta desa Loloan di
yang lain dapat kita lihat seperti Jembrana banyak ditemukan nama-
dalam agama Hindu popular dengan nama, seperti: Wayan Muhammad
upacara Manusia Yadnya adalah Saleh, I Made Jalaluddin, Made Mario
upacara suci dalam rangka peme- Yahya.

187
Sedangkan proses enkulturasi seleksi, akulturasi dan adaptasi di
(enculturation) Hindu Seperti mana praktik-praktik keislamnnya
―megibung‖ merupakan tradisi makan tidak bertabrakkan dengan syari‘at.
bersama yang dipopulerkan oleh Maka dari itu Islam Bali merupakan
Anak Agung Anglurah Ketut salah satu jenis Islam Nusantara
Karangasem saat laskar Karangasem yang dapat digunakan sebagai
beristirahat setelah peperangan di manhaj atau model beragama yang
Lombok. Hingga kini megibung harus senantiasa diperjuangkan
menjadi tradisi makan bersama di untuk masa depan peradaban
Karangasem dan Denpasar. Tradisi Indonesia dan dunia yaitu Islam yang
ini biasanya digelar berkaitan dengan ramah, terbuka, inklusif dan mampu
kegiatan atau perayaaan adat dan memberi solusi terhadap
agama, baik oleh komunitas Hindu masalah-masalah kebangsaan dan
maupun Islam. Menu makanan yang negara, Islam yang dinamis dan
disajikan oleh umat Islam di bersahabat dengan lingkungan
Karangasem maupun di Denpasar kultur, sub kultur, dan agama yang
tidak memakai daging babi dan darah beragam, Islam bukan hanya cocok
walaupun menu masakanannya diterima orang Nusantara saja, tetapi
bernuansa Bali, seperti: lawar, sate juga pantas mewarnai budaya
lilit, dan komoh. Nusantara untuk mewujudkan sifat
Inkulturasi (inculturation) akomodatifnya yakni rahmatal lil
budaya Islam di Bali bukan hanya ‗alamin.
berupa tradisi-tradisi keagamaan
saja, tampak juga pada bangunan Kesimpulan
fisik. Seperti pada Masjid, keramat
atau kuburan di Karangasem, Berdasarkan hasil pengamat-
Klungkung, dan juga di Negara. an dan analisis yang terkait dengan
Setiap bangunan Masjid meng- akulturasi budaya Islam- Hindu Bali
gunakan ragam hias ukiran dan dengan menggunakan pendekatan
warna tertentu yang menunjukkan teori wihdatul wujud dapat kita
khas Bali. Demikian juga keramat gambarkan bahwa agama sebagai
atau kuburan-kuburan yang ada realitas sosial, maka secara ontologi
bentuk bangunanya bercorak budaya dapat kita katakan bahwa praktik
Bali. Penyerapan budaya (incul- keagamaan masyarakat Islam Bali
turation) bukan hanya terjadi Hindu dapat kita kategorikan sebagai Islam
ke Islam saja, akan tetapi juga Islam Popular (istilah yang digunakan
ke Hindu juga. Sebagaimana di Waardenburk) artinya bahwa praktik
Bangli, sebuah Pura sebagai pusat keagamaan Islam di Bali secara teks
pemujaan umat Hindu mereka tidak ada dalam al-Qur‘an maupun
menyebut ―Pura Langgar‖. al-Hadits juga tidak pernah
Pemahaman tentang formulasi dijalankan oleh Nabi Muhammad saw.
Islam Bali menjadi penting karena Maupun ulama‘-ulama‘ sesudahnya,
merpakan salah satu untuk akan tetapi praktik keagamaannya
menentukan identitas Islam di negeri tidak bertabrakan dengan syari‘at
ini. Islam Bali merupakan salah satu (tidak bertentangan dengan al-Qur‘an
bentuk Islam Nusantara di mana maupun al-Hadits), artinya bahwa
pemahaman dan praktik keis- perilaku keagamaan Islam di Bali
lamannya yang bergumul, berdialog bukan kategori Islam Sinkretis
dan menyatu dengan kebudayaan (istilah yang digunakan Cliford
setempat dengan melalui proses Geertz).

188
Daftar Pustaka O.C, D. Hendropuspito, 1998.
Sosiologi Agam. Jogjakarta:
Abdullah, Taufik 1987. Sejarah dan Kanisius.
Masyarakat: Lintasan Historis Petter Huff,‖The Challenge of
Islam Indonesia Jakarta: Fundamentalism for Inter-
Yayasan Obor Indonesia. religious Dialogue,‖Cross
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Current (Spring-Summer, 2002).
Penelitian: Suatu Pendekatan http://www.findarticles.com
Praktis. Jakarta: Rineka Cipta, /of_o/m2096/ 2000_spring
Beatty, Andrew, 2001. Variasi Agama Summer/63300895/print.jhtm.
di Jawa, ter. Achmad Fedyani Redfield, Robert. 1956. Peasant
Saefuddin. Jakarta: Raja Gra- Society and Culture: An
findo. Anthropological Approach to
Bungin, Burhan, 2003. Teknik-Teknik Civilization (Chicago: the
Analisa dalam Penelitian Sosial. University of Chicago Press.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Schwartz, Stephen Sulaiman, 2012.
Geertz, Clifford. 1970. The Inter- Dua Wajah Islam: Moderatisme
pretation of Culture. London: vs Fundamentalisme dalam
Sage Publissing. Wacana Global, terj. Hodri Ariev.
Gellner, Ernest, 1981. Muslim Jakarta: Blantika & Tha Wahid
Society . Cambridge: Cambridge Institut.
University Press. Smith C, Seymour. 1993. Macmillan
Jandra, Mifedwill Jandra, 2000. Dictionary of Antropology. (Lon-
―Islam dan Budaya Lokal‖, don: Macmillan Press.
Profetika. YS, Lincoln, dan Guba, E.G.L. 1985.
Koentjoroningrat. 1987. Pengantar Naturalistic Inquiry. Beverly Hill:
Ilmu Antropologi. Jakarta: Sage Publication.
Aksara Baru. Woodward, Mark R. 1985. Islam
Koentowijoyo, Budaya dan Masya- Jawa, ter. Hairus Salim. Yogya-
rakat. Yogjakarta: PT. Tiara karta: UMI.
Wacana. Waardenburg, 1979. Official and
Mahmud, Abdul Qadir. 1996. Popular Religion. Paris: Mouton
Falsafat Ash-Shuffiyyah fi Publisher.
al-Isla>m. Kairo: Dar al-Fikr
al-Arab.
Mulder, Niels. 1999. Agama, Hidup
Sehari-Hari dan Perubahan
Budaya. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Moller, Andre, 2005. Ramadlan di
Jawa, ter. Salomo Simanung-
kalit. Jakarta: Nalar, 2005.
Natta, Abudin. 2009. Akhlak
Tasawuf. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Nur Syam. 2002. Tradisi Islam Lokal
dalam Masyarakat Palang
Tuban Jawa Timur. Disertasi,
Universitas Airlangga, Sura-
baya.

189
MENEMUKAN MAKNA AGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Oleh Miftahur Rohman
(MTs Negeri Balen Bojonegoro,
e-mail: matsan_babo@yahoo.com)

Abstrak
Tingkat kedewasaan beragama masing-masing pemeluk sedang dalam
ujian sejarah dan peradaban manusia. Padahal, mereka bukanlah
umat pemula yang gampang dipermainkan oleh emosi keberagamaan
mereka secara kurang dewasa. Semoga kita segera bisa keluar dari
keberagamaan yang kecil dan sempit menuju ke masa depan
keberagamaan yang dewasa dan lapang.

Kata-Kata Kunci:
Islam, Indonesia, Sosial.

Sebelum Islam datang ke dan berkembang, serta hadirnya


Indonesia, di Nusantara ini telah berbagai bentuk sosial lainnya,
berdiri kerajaan-kerajaan yang konflik telah menjadi suatu
bercorak Hinduisme dan Budhisme, kenyataan bagi kita, bukan lagi
seperti kerajaan Sriwijaya dan merupakan bentuk penyimpangan
Majapahit. Kebudayaan juga tumbuh seperti pada masa lalu (konflik sangat
subur dan terus berkembang sesuai jarang terjadi sehingga dipandang
dengan kemauan dan kondisi sebagai sesuatu yang tidak biasa).
masyarakat setempat. Akan tetapi Munculnya berbagai macam aliran,
setelah proses Islamisasi dimulai faham, dan ajaran radikalisme
sejak abad ke XIII,unsur agama Islam menjadi ancaman besar bagi negeri
sangat memegang peranan penting ini.
dalam membangun jaringan Secara teoritis, pengelolaan ter-
komunikasi antara kerajaan- hadap konflik dapat didekati melalui
kerajaan pesisir dengan kerajaan- tiga langkah, yaitu; normatif,
kerajaan pedalaman yang masih institusional, dan interasional. Seca-
bercorak Hindu-Budha. ra normatif, konflik dapat diken-
Selain itu, dalam proses dalikan dan diarahkan melalui
Islamisasi di nusantara, penyebaran pemberian jaminan terhadap
agama dan kebudayaan Islam tidak penyelesaian masalah secara jujur,
menghilangkan kebudayaan lokal netral, dan adil. Secara institusional,
dan tidak menggunakan kekuatan pengendalian dan pengarahan kon-
militer dalam upaya proses Islamisasi. flik dilakukan melalui penegakan
Hal itu disebabkan karena proses aturan-aturan main dan telah dibuat
Islamisasi dilakukan secara damai serta disepakati bersama. Sedangkan
melalui jalur perdagangan, kesenian, secara interasional, konflik
dan perkawinan dan pendidikan. dikendalikan dan diarahkan melaui
Sejalan dengan semakin modern peningkatan kewibawaan pemerintah,
dan majunya masyarakat kita, agar tingkat ketaatan masyarakat
semakin meningkatnya pruralitas, terhadapnya juga semakin tinggi.
semakin banyaknya nilai-nilai baru

191
Pendahuluan banyak ayat dan hadits menyebutkan
sebenarnya harus mendapatkan
Secara garis besar misi utama perhatian utama dan serius. Akibat
agama Islam adalah memberi kurangnya perhatian pada masalah
petunjuk kepada umat manusia ini, hubungan manusia dengan
untuk kehidupan yang baik dan lingkungannya kurang mendapat
menghindari perbuatan yang jelek. apresiasi sewajarnya, padahal
Sering disebutkan bahwa misi utama larangan perusakan bumi, laut, dan
diutusnya nabi Muhammad SAW. lainnya banyak dan sangat jelas,
adalah mewujudkan akhlak mulia namun hampir tidak pernah
umat manusia. Ajaran tersebut mendapatkan penjabaran yang detail
meliputi hubungan antara manusia untuk operasionalisasinya.
dengan Tuhannya, antara sesama Puluhan tahun lalu, puluhan
manusia dan antara manusia dengan rektor Universitas Amerika
makhluk lain atau lingkungan berkumpul dalam suatu konferensi di
sekitarnya. Universitas Michigan. Mereka seakan
Pertanyaannya adalah, apakah tersentak, ketika Dr. Benjamin E.
teori ini sudah sesuai dengan Mays, Rektor Morehouse College,
perilaku bangsa Indonesia yang Georgia berkata ―Kita memiliki
mayoritas beragama Islam, yang orang-orang terdidik yang jauh lebih
mampu menjalin hubungan baik banyak sepanjang sejarah. Kita juga
fertikal maupun horisontal. memiliki lulusan-lulusan Perguruan
Harapannya adalah pemeluk agama Tinggi yang lebih banyak. Namun,
Islam mampu mewujudkan sebuah kemanusiaan kita adalah
situasi dan kondisi yang nyaman, kemanusiaan yang berpenyakit...
hidup berdampingan dengan sesama bukan pengetahuan yang kita
warga negara Indonesia meski butuhkan, kita sudah punya
mereka harus berbeda agama, faham, pengetahuan. Kemanusiaan sedang
dan budaya melalui suri tauladan membutuhkan sesuatu yang
nabinya yang agung Muhammad spiritual‖ (Rakhmat,1995:34).
SAW. yang mampu hidup Manakala stabilitas suatu bangsa
berdampingan dengan berbagai terguncang atau kemajuannya
macam kalangan dan merasakan terhambat, maka yang pertama-tama
aman, tenteram, dan nyaman ditinjau ulang ialah sistem
selamanya. pendidikan. Tujuan pendidikan
Pokok persoalannya bukan sinkron dengan tujuan hidup bangsa,
terletak pada ajaran keimanan dan yaitu melahirkan individu, keluarga,
ibadah yang formal, olah kerena dan masyarakat yang saleh, serta
keduanya sudah gamblang. Masalah menumbuhkan konsep-konsep
pokok pemeluk agama Islam terletak kemanusiaan yang baik di atara
pada hubungan horisontal dan umat manusia dalam mecapai
lemahnya apresiasi terhadap ajaran suasana saling pengertian, yakni
akhlak. Ajaran mengenai muamalah konsep-konsep yang sesuai dengan
ini sebenarnya sangat populer di budaya, peradaban, dan warisan
tengah-tengah masyarakat, namun umat serta pandangannya tentang
sangat kecil orientasi dalam praktek. alam, manusia, dan hidup.
Itulah sebabnya etika sosial dalam Perhatian Islam yang terarah,
kehidupan masyarakat sangat menyeluruh, dan seimbang terhadap
kurang mendapatkan perhatian pada individu dan masyarakat, sebagai-
tataran prakteknya. Bukankah mana di kemukakan di atas
masalah kemanusiaan yang begitu

191
dibangun di atas konsep Islam yang Islam,mereka hidup berdampingan
menyeluruh tentang alam, manusia, yangtoleran, harmonis, solidaritas
dan hidup. Konsep tersebut sosialnya tinggi, meski berbeda etnis,
dibangun di atas tiga prinsip, yaitu: suku, dan bahasa. Pemeluk agama
penciptaan yang bertujuan, kesatuan, Islam meski kian hari semakin
dan keseimbangan. Selanjutnya banyak, konflik horisontalpun di
konsep dan prinsip-prinsip tersebut sana-sini hampir tidak pernah terjadi.
direfleksikan ke dalam pemikiran Kehadiran agama Islam benar-benar
tentang kemasyarakatan, hukum, menunjukkannya sebagai rahmatan
ekonomi, pendidikan, dan lain-lain, lil'alamin.
(Hery,2008;7).
Kondisi Bangsa Indonesia Saat
Kondisi Bangsa Indonesia Ini
Sebelum Kedatangan Agama Apa yang kita saksikan selama ini,
Islam entah karena kegagalan
Sebelum Islam datang pembentukan individu atau karena
masyarakat di Indonesia sudah yang lain, nilai-nilai yang mempunyai
mempunyai agama seperti Hindu, implikasi sosial, selanjutnya secara
Budha, dan kepercayaan local lain. umum disebut dengan moralitas
Di setiap daerah telah ada sosial atau etika sosial, hampir tidak
agama-agama atau kepercayaan asli, pernah mendapat perhatian serius.
seperti Sunda Wiwitan yang dipeluk Padahal penekanan terpenting dari
oleh masyarakat Sunda di Kanekes, ajaran Islam pada dasarnya
Lebak, Banten; Sunda Wiwitan aliran hubungan antar sesama manusia
Madrais, juga dikenal sebagai agama yang syarat dengan nilai-nilai yang
Cigugur (dan ada beberapa berkaitan dengan moralitas sosial itu.
penamaan lain) di Cigugur, Kuningan, Jika kita menatap kenyataan
Jawa Barat; agama Buhun di Jawa perilaku sosial kita yang mayoritas
Barat; Kejawen di Jawa Tengah dan agama Islam, masih ada persoalan
Jawa Timur; agama Parmalim, agama yang besar. Kehebatan ajaran agama
asli Batak; agama Kaharingan di Islam terutama dalam hal landasan
Kalimantan; kepercayaan Tonaas moralitas masyarakat atau etika
Walian di Minahasa, Sulawesi Utara; sosial, memang tidak diragukan,
Tolottang di Sulawesi Selatan; Wetu namun banyak nilai-nilai tadi yang
Telu di Lombok; Naurus di Pulau tidak terwujud dalam kehidupan
Seram di Provinsi Maluku, dan sehari-hari atau dalam sistem sosial
lain-lain. Didalam Negara Republik kita.
Indonesia, agama-agama asli Agama Islam mengajarkan malu
Nusantara tersebut didegradasi adalah bagian dari iman. Namun apa
sebagai ajaran animisme, penyembah yang terjadi? Masyarakat kita terlebih
berhala/ batu atau hanya sebagai lagi para elit atau tokohnya, lebih
aliran kepercayaan, (Nata, 2001;133). sering berperilaku memalukan. Kita
Pada abad ke 7 agama Islam diajari agar berperilaku amanah,
masuk ke Indonesia, lambat laun namun masyarakat dan para elit kita
penduduk pribumi mulai memeluk justru berperilaku sebaliknya. Agama
Islam meskipun belum secara kita mengajarkan tepatilah janji,
besar-besaran. Di sinilah bangsa namun dalam prakteknya para
Indonesia mulai berbaur antara pemuka atau elit dan masyarakat
agama Hindu,agama Budha, kita sering menampakkan
kepercayaan local lain, dan agama praktek-praktek mengingkari janji.

192
Akhir-akhir ini bangsa Indonesia besar-besaran, tetapi berbuntut pada
sedang menghadapi keluhan hebat kerusuhan sosial di mana-mana.
dalam mengatasi berbagai persoalan Dalam kenyataannya kerusuhan
kebangsaannya. Sayangnya keluhan yang terjadi sejak tahun 1997 masih
itu bukan untuk menjadikan Allah berlangsung sampai hari ini. Belum
sebagai ―Sebab‖ dan ―Tujuan‖ segala ada jaminan pasti bahwa kerusuhan
permohonan dan pengabdian, sudah tidak akan terjadi lagi setelah
melainkan Allah dipinjamkan nama- kerusuhan SARA di Ambon dan
Nya guna dimanfaatkan sebagai alat, daerah lainnya‖,(Azizy, 2003; 87).
sebagai instrumen politik untuk Tragedi Kupang, terjadi pada 30
membenarkan berbagai tindakan Nopember 1998. Kejadiannya
yang justru melawan kehendak berlangsung sangat cepat karena
Tuhan itu sendiri. tidak ada tanda-tanda sebelumnya.
Dalam menyikapi kondisi Menurut beberapa sumber, tragedi
nasional Indonesia, dari sekian tersebut merupakan aksi balas
banyak peristiwa-peristiwa kerawan- dendam masyarakat Kristen atas
an sosial, kita ambil beberapa contoh peristiwa Ketapang dan Jakarta.
sebagai berikut. Diisukan juga bahwa beberapa hari
Di Maluku, masyarakatnya sibuk sebelum kejadian tersebut. Mayjen
saling membunuh atas nama Tuhan Theo Syafei memberikan ceramah
mereka masing-masing. Di Jakarta yang isinya menganjurkan pemba-
pencopet, penodong, maupun maling lasan atas perlakuan masyarakat
ayam dibakar hidup-hidup oleh Islam terhadap masyara- kat Kristen
massa yang marah, di samping (Hidayat, 2001: 385).
karena alasan keamanan publik Apa yang disebut dengan
sering terancam, juga karena ―Atas kerusuhan berbau SARA itu pada
nama Tuhan‖ yang melarang hakikatnya bermula dari faktor selain
melakukan perbuatan yang agama, yang kemudian agama
merugikan orang banyak. Bahkan dipolitisir sebagai pemicu untuk
hiruk pikuk penolakan maupun kerusuhan lebih dahsyat lagi.
dukungan terhadap pencabutan Tap Akhir-akhir ini kita masih sering
MPRS No. XXV/ 1966 tentang disuguhi peristiwa tawuran pemuda
pelarangan organisasi PKI di antar kampung/ desa. Peristiwa ini
Indonesia, juga masing-masing kubu bukan hanya fenomena kota besar
berbicara atas nama Tuhan untuk seperti Jakarta, tetapi juga sudah
menghukum maupun mendukung merambah ke kampung-kampung
kehadiran organisasi yang telah dua daerah lain,seperti Kendal, Batang,
kali melakukan penghianatan Boyolali, dan beberapa daerah lain.
terhadap bangsanya itu. Semua Bahkan sudah cukup lama kita
berbicara ―Atas nama Tuhan‖ justru disuguhi peristiwa tawuran antar
untuk hal-hal yang juga dilarang oleh pelajar di Jakarta. Kenyataan yang
Tuhan itu sendiri (Hidayat, 2001; 39). menyedihkan itu dapat dianalisis
Pada kisaran bulan Mei 1998, dari berbagai aspek dan disiplin:
Indonesia diguncang demonstrasi psikologi, sosiologi, politik, ekonomi,
Mahasiswa. Bermula dari keinginan dan lain-lain. Tidak kalah pentingnya
Mahasiswa berdialog dengan Suharto adalah analisis dari aspek
(presiden Indonesia waktu itu) pendidikan.
sampai tuntutan menurunkannya. Berikut penulis cantumkan data
Namun penurunan Suharto ini tawuran di kota Jakarta tahun 2009
bukan saja mengundang demonstrasi

193
s.d 2013, walaupun tahun-tahun
sebelumnya juga terjadi.
NO TAHUN KASUS DITANGKAP TEWAS
1 2009 230 1.866 15
2 2010 193 2.083 32
3 2011 197 1.505 28
4 2012 123 503 23
5 2013 113 493 13
Sumber: Abuddin Nata, Dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam, halaman 196.

Sebagai bahan banding, penulis tingkat Kabupaten Bojonegoro pada


cantumkan data kriminal untuk lima tahun terakhir.
contoh kecil dalam arti lingkup
JENIS
NO 2010 2011 2012 2013 2014 JUMLAH
KEJAHATAN
1 Penganiayaan 60 63 92 99 27 314
2 Pengroyokan/ 39 22 35 51 17 164
tawuran
3 Asusila 3 4 8 45 6 66
4 Perjudian 132 140 117 68 11 468
5 Pencurian 185 184 181 277 98 925
6 Narkoba 12 21 22 59 14 128
7 Miras 103 122 60 334 87 706
Sumber : AKP Joes Indralana Wira, Kasatreskrim Polres Bojonegoro.

Kini bukan saja kerusuhan yang Beberapa contoh konflik yang


melibatkan jumlah besar masyarakat berubah menjadi kerusuhan,
atau biasa disebut dengan diantaranya adalah peristiwa
―Kerusuhan sosial, namun dalam Situbondo, tragedi Kupang, tragedi
kenyataannya kekacauan dan pera- Tasikmalaya, peristiwa Sanggauledo,
saan tidaka aman telah melanda amuk Banjarmasin, peristiwa
masyarakat secara luas. Surabaya, dan lain-lain. Berbagai
Sampai-sampai keributan yang me- peristiwa itu, di satu sisi telah
ngantarkan kematian warga menimbulkan moril dan material
masyarakat antar kampung atau yang sangat banyak dan di sisi lain
desa dengan sangat mudah tersulut. melahirkan pertanyaan penting yang
Dengan kata lain kini Indonesia berkaitan dengan situasi psikologis
sedang dilanda kerusakan mental masyarakat Indonesia. Apa yang
atau etika sosial yang sangat parah. sebenarnya yang tengah terjadi
Tawuran massa sangat mudah terjadi, dengan masyarakat kita? Sementara
bukan saja antar umat berbeda penduduk negeri ini disebut sebagai
agama namun juga antar masyarakat bangsa yang santun dan memiliki
yang sama-sama mengaku sebagai adat istiadat yang mengedepankan
umat Islam. Bukan hanya sikap saling memaafkan, (Hidayat,
orangdewasa, namun juga anak 2001; 378).
sekolah yang masih kecil-kecil juga Pertanyaannya bukan saja,
terjadi bentrok fisik ―Tawuran antar Mengapa hal itu bisa terjadi? Namun
anak sekolah‖. Kenyataan ini tentu juga mengapa Islam tidak mampu
sangat menyedihkan. meredam umatnya dari peperangan
antar sesama umat Islam dan antara

194
umat Islam dengan mereka yang kasih‖ sesama umat Tuhan. Ajaran
berbeda agama? Padahal hal ini tidak itu mendidik manusia agar bersikap
diperkenankan oleh ajaran Islam itu mencintai kepada orang-orang yang
sendiri. Umat Islam diperbolehkan berbuat jahat sekalipun.
atau justru diwajibkan mengangkat Dalam tradisi ajaran agama Islam
senjata untuk berperang jika sudah juga dikenal ajaran cinta kasih
sampai pada tingkat pembelaan sesama manusia, namun diikuti
terhadap dirinya atau agamanya. dengan sikap tegas terhadap
Tambahan lagi membuat kerusakan kebatilan. ―Apabila orang menampar
di atas bumi dan membuat pipi kirimu, maka tamparlah pipi
kekacauan itu pada dasarnya kanannya, namun bila kamu
dilarang oleh Islam. Cukup banyak bersabar, maka kesabaranmu itu
ayat-ayat Al Qur‘an berbacara lebih baik‖. Allah berfirman dalam Al
tentang hal ini. Qur‘an Surat An Nahl ayat 126 – 127,
sebagai berikut: ―Jika kamu
Makna Agama dalam Kehidupan memberikan balasan, Maka balaslah
Sosial dengan Balasan yang sama dengan
Sesungguhnya moralitas agama siksaan yang ditimpakan kepadamu.
yang paling mengesankan dalam Akan tetapi jika kamu bersabar,
hidup manusia adalah ―Menolak Sesungguhnya Itulah yang lebih baik
kejahatan dengan kebaikan‖, bagi orang-orang yang sabar.
sebagaimana telah diperlihatkan Bersabarlah (hai Muhammad) dan
dengan cantik oleh Muhammad SAW. Tiadalah kesabaranmu itu melainkan
Kekaguman kita terhadap agama- dengan pertolongan Allah dan
agama besar di dunia sudah pasti janganlah kamu bersedih hati
berkenaan dengan etika ketuhanan terhadap (kekafiran) mereka dan
ini. Etika ketuhanan yang selalu janganlah kamu bersempit dada
tulus memberikan air susu di saat terhadap apa yang mereka tipu
orang suka melemparkan air tuba. dayakan.‖
Meski setiap hari orang beragama Ajaran Islam memberikan
disakiti, tetapi ajaran agama kesempatan bagi setiap orang yang
memintanya untuk bersabar dan diperlakukan secara tidak manusiawi
kalau perlu memaafkan. Malahan, (zholim) untuk mengadakan
andaikata ia mendengar musuhnya perlawanan demi membela diri.
dalam kesulitanpun ia orang pertama Bahkan apabila yang bersangkutan
yang seharusnya merasa terpanggil mau membalas kejahatan orang
untuk menolongnya. Dia tegar itupun agama membenarkannya
menerima perlakuan keji dari asalkan setara dengan kejahatan
musuh-musuhnya. Dia tidak yang diterimanya. Namun, bila dia
bersedih hati, tidak juga bersesak bersabar dan memilih memaaf-
dada atas tipu muslihat yang kannya, maka pahala perbuatan
dipertontonkan secara congkak oleh orang itu langsung ditanggung oleh
lawan-lawannya. Dia juga percaya Allah SWT. Sungguh, membalas
bahwa sikap sabar memaafkan itu kejahatan dengan kejahatan yang
justru akan mendekatkan dirinya sama, tidak dikenakan sangsi dosa,
dengan cinta kasih Tuhan, dan karena dosa itu hanya berlaku bagi
menjauhkan musuhnya dari kasih orang-orang yang berbuat aniaya
sayangNya. (zholim) tanpa berpijak pada logika
Dalam tradisi agama Kristen, kebenaran. Sebenarnyalah bahwa,
misalnya, dikenal ajaran ―Cinta agama lebih mengutamakan sifat

195
sabar dan saling memaafkan batasan-keterbatasan dan tidak
ketimbang sikap membalas dan mungkin mencapai keseluruhan
saling memusuhi, apalagi kejahatan kebenaran yang ada, sementara
hendak dibalas dengan kejahatan, aturan-aturan agama karena
tentulah bukan sebuah pilihan yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai
enak bagi tanggung jawab moral pencipta manusia dapat menun-
sebuah agama. jukkan kebenaran-kebenaran yang
Disadari benar bahwa dalam hakiki yang mungkin tidak dapat
kenyataan hidup sehari-hari, kita dijangkau oleh akal pikiran manusia.
sering mengalami kesulitan untuk Pengaruh utama dari ibadah
keluar dari kemelut seperti itu. yang dilakukan oleh seseorang
Agama membimbing kita agar bisa adalah memberikan ketenangan
keluar dari situasi sulit kalau kita dalam hidupnya, memiliki keten-
berani bersikap mencintai kepada traman dan ketenangan hati. Dengan
sesuatu yang sebenarnya berpotensi kata lain, ketenangan hidup dan
menimbulkan kebencian. Agama ketentraman hati orang yang
mengajarkan kepada kita cara beribadah dengan baik, jauh lebih
mencintai dengan jalan menjadi yang tinggi dibandingkan dengan orang
baik bukan mencari yang baik. yang tidak beribadah atau ibadahnya
Allah berfirman dalam Al Qur‘an kurang sempurna, (Hasan, 2007;75).
Surat An Nahl ayat 90, sebagai Beragama yang diwujudkan
berikut: ―Sesungguhnya Allah dalam berbagai bentuk kegiatan
menyuruh (kamu) Berlaku adil dan ibadah kepada Allah SWT pada
berbuat kebajikan, memberi kepada hakikatnya mengandung tiga efek
kaum kerabat, dan Allah melarang utama;
dari perbuatan keji, kemungkaran Pertama, sebagai bentuk per-
dan permusuhan. Dia memberi wujudan pernyataan syukur manusia
pengajaran kepadamu agar kamu atas segala kenikmatan yang
dapat mengambil pelajaran.‖ diberikan kepada mereka yang tidak
Sebagaimana diketahui fungsi ternilai harganya. Kenikmatan-
agama-agama adalah sama; kenikmatan itu begitu banyak dan
memberikan rasa damai (amina) dan luasnya sehingga manusia tidak
selamat (aslama) di hati masyarakat. mungkin menghitung-hitung jum-
Para tokoh agama telah banyak lahnya dan tidak mungkin dapat
berbicara tentang hal ini. Bahkan, dibayar dan diganti oleh manusia
ayat yang tercantum di atas dengan dengan apapun.
jelas memberikan jaminan Kedua, sebagai pernyataan
keselamatan itu kepada semua kaum kepatuhan dan penyerahan diri
beriman. manusia kepada Allah dengan
Agama mengatur tata kehidupan penyerahan yang sesungguhnya
manusia untuk mencapai keten- dengan cara melaksanakan berbagai
traman, keselamatan, dan keba- perintah dan meninggalkan berbagai
hagiaan. Ini berarti manusia, larangan Allah.
meskipun diberi kemampuan akal Ketiga, semua yang dilakukan
untuk dapat memikirkan dan manusia itu pada akhirnya dampak
mengatur kehidupannya, tidak dapat dan manfaatnya akan kembali
sepenuhnya mencapai kehidupan kepada diri mereka sendiri, bukan
yang teratur tanpa adanya aturan- untuk orang lain, ini berarti bahwa
aturan agama, hal ini disebabkan semua kewajiban yang dibebankan
karena akal mempunyai keter-

196
kepada manusia pada hakikatnya terasa lebih segar di pikiran dan lebih
untuk manusia itu sendiri. hangat di kalbu, sehingga mampu
Dengan demikian orang yang menghantarkan kita, umat-umat
beragama dan memiliki iman yang mereka ke pintu gerbang perdaian
kokoh lalu keimanannya itu sejati yang dilandasi oleh rasa cinta
diwujudkan dalam bentuk perbuatan kasih yang tuls ihlas, penuh sapaan
(shalat) dengan otomatis dapat damai-damai dan maaf-maaf yang
mengubah (mempengaruhi dirinya) terpancar dari relung hati yang paling
untuk selalu berbuat makruf sebagai dalam, bukan rasa benci dan dendam
buah amalannya. Mampu yang menggelora dari dada yang
menaburkan ketenangan dan keten- terbakar emosi tiada berkesudahan.
traman di lingkungan sekitarnya,
jauh dari rasa benci dan provokasi Penutup
dalam berbagai tindakan.
Menolak benci dengan cinta Di sinilah tingkat kedewasaan
dalam tradisi agama-agama beragama masing-masing pemeluk
membuat kita optimis bahwa pada sedang dalam ujian sejarah dan
agamalah kita berharap akan hari peradaban manusia. Padahal,
esok yang lebih cerah. Logika mereka bukanlah umat pemula yang
spiritual kita mengisyaratkan, agama gampang dipermainkan oleh emosi
bisa membawa kita semua keluar keberagamaan mereka secara kurang
dari masalah yang telah merenggut dewasa. Semoga kita segera bisa
kebersamaan dan ketentraman kita keluar dari keberagamaan yang kecil
itu, kalau kita mau menangkap dan sempit menuju ke masa depan
keagungan moralitas agama yang keberagamaan yang dewasa dan
menyerukan: ―Di balik benci, ada lapang.
rindu membara‖. Nabi Musa, Isa, dan
Muhammad sama-sama merindukan Daftar Pustaka
kedamaian, ketentraman, dan cinta
kasih yang tumbuh dan berkembang Azizy A. Qodri, 2003. Pendidikan
di antara sesama umat manusia. Agama Untuk Membangun Etika
―Tidaklah peduli apapun agamanya‖. Sosial, Semarang, Aneka Ilmu
Di sinilah makna menolak Aly Noer H, 20085. Watak Pendidikan
kejahatan dengan kabaikan itu Islam, Jakarta; Friska Agung
memantul dalam kanvas yang Insani.
memikat dan bersemi di taman Departemen Agama RI., 2006, Al
bunga yang indah. Itulah sebabnya Qur‘an dan Terjemahnya,
banyak mufasir mempersoalkan Jakarta; Pustaka Agung
batasan pengampunan Allah kepada Harapan
manusia. Al Qur‘an memang Hasan Tholchah M., 2007. Dinamika
menegaskan bahwa orang yang tidak Kehidupan Relegius, Jakarta;
mendapat pengampunan (kasih Listafariska Putra.
sayang) Allah adalah mereka yang Hidayat Qomaruddin, 2001. Agama
melakukan dosa syirik, asalkan Di Tengah Kemelut, Jakarta;
perbuatan salah itu disesali dan tidak Media Cita
akan diulangi lagi. Nata Abuddin, 2001. Sejaran
Mudah-mudahan, sikap yang Pertumbuhan dan Perkembang-
dipraktekkan oleh teladan utama dari an Lembaga-Lembaga Pendidik-
tiga agama besar di dunia ini bisa an Islam di Indonesia, Jakarta;
memberikan sentuhan moral yang Grasindo

197
Rakhmat Jalaluddin, 1995. Membuka
Tirai Keajaiban, Bandung;
Mizan

198
IDEOLOGI KEAGAMAAN YANG MODERAT DAN TOLERAN DALAM
PERSPEKTIF NORMATIF-HISTORIS-YURIDIS
Oleh Rosidin
(Universitas Islam Lamongan,
e-mail: mohammed_rosidin@yahoo.co.id)

Abstrak
Menilik fenomena sikap ekstrem yang sedang semarak di kalangan
umat muslim, baik ekstrem kiri dalam bentuk paham liberal yang
berujung pada pendangkalan agama, maupun ekstrem kanan dalam
bentuk paham radikal yang berujung pada terorisme, sikap moderat
dan toleran sudah seharusnya menjadi mainstream sikap dan perilaku
seorang muslim. Agar ideologi keagamaan yang moderat dan toleran
tidak bergerak liar, semisal menjadi alibi atas aksi-aksi yang jauh dari
nilai-nilai Islami, maka penting untuk diformulasikan landasan yang
menjamin agar tidak keluar dari ―rel kebenaran‖ (shirat al-mustaqim).
Tulisan ini merupakan hasil telaah pustaka dalam rangka
memformulasikan landasan bagi ideologi keagamaan yang moderat dan
toleran dari perspektif normatif, historis dan yuridis dalam koridor
Islam. Secara normatif, Islam menjunjung tinggi sikap moderat dalam
totalitas ajarannya, setidaknya melalui gagasan besar ummatan
wasathan (umat yang moderat). Berdasarkan tafsir al-Qur‘an tematik,
nilai-nilai moderat dapat dijumpai pada segenap dimensi iman, Islam
dan ihsan. Dari segi iman, tauhid berada pada posisi moderat antara
ateisme dan politeisme. Dari segi Islam, syariat Islam bernuansa
teo-anthroposentris, yaitu menyeimbangkan antara hablum-min-Allah
(ibadah) dan hablum-minan-nas (muamalah). Dari segi ihsan, manusia
bukanlah malaikat yang selalu taat, bukan pula setan yang selalu
maksiat. Secara historis, Rasulullah SAW–dalam kapasitasnya sebagai
role model bagi umat muslim sepanjang zaman– telah mengimple-
mentasikan nilai-nilai moderat di atas dalam kehidupan sehari-hari,
sebagaimana hasil telaah terhadap koleksi Hadis, living sunah maupun
Sirah Nabawi. Secara yuridis, nilai-nilai moderat tampil dalam Ushul
Fikih, Kaidah Fikih maupun Fikih, baik secara eksplisit maupun
implisit.

Kata-Kata Kunci:
Moderat, Toleran, Normatif, Historis, Yuridis

Pendahuluan berkecenderungan ke arah dimensi


atau jalan tengah. Adapun
Ada dua pengertian moderat pengertian toleran menurut KBBI
menurut Kamus Besar Bahasa adalah bersifat atau bersikap
Indonesia (KBBI). Pertama, selalu menenggang (menghargai, mem-
menghindarkan perilaku atau biarkan, membolehkan) pendi- rian
pengungkapan yang ekstrem. Kedua, (pendapat, pandangan, keperca- yaan,

199
kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) tidaknya melalui ayat al-Qur‘an (Q.S.
yang berbeda atau bertentangan al-Baqarah: 143) yang mempro-
dengan pendirian sendiri. mosikan gagasan besar ummatan
Penulis memahami bahwa wasathan (umat yang moderat). ―Dan
sikap moderat mengandaikan posisi demikian (pula) Kami telah
tengah-tengah dalam segala hal. menjadikan kamu (umat muslim)
Ketika sikap moderat ditampilkan sebagai umat yang moderat agar
dalam ruang publik, maka wujudnya kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
adalah sikap toleran. Jadi, sikap manusia‖ (Q.S. al-Baqarah [2]: 143).
moderat cenderung bernuansa Secara etimologis, kata wasath
intrapersonal, sedangkan sikap berarti sesuatu yang memiliki dua
toleran cenderung bernuansa inter- sisi yang berukuran sama persis.
personal. Selanjutnya kata wasath ini
Menilik fenomena sikap digunakan untuk menyebut perilaku
ekstrem yang sedang semarak di yang menjaga diri dari perilaku
kalangan umat muslim, baik ekstrem ekstrem, yakni serba lebih (ifrath)
kiri dalam bentuk paham liberal yang atau serba kurang (tafrith).
berujung pada pendangkalan agama, Wujudnya adalah sikap egaliter, adil
maupun ekstrem kanan dalam dan tengah-tengah (al-Ashfahani, ttt.:
bentuk paham radikal yang berujung 537).
pada terorisme, sikap moderat dan Imam al-Mawardi menafsiri
toleran sudah seharusnya menjadi ummatan wasathan menjangkau tiga
mainstream (arus utama) sikap dan makna. Pertama, umat pilihan,
perilaku keagamaan seorang muslim. berdasarkan Surat Ali ‗Imran [3]: 110.
Agar ideologi keagamaan yang Kedua, umat yang moderat dalam
moderat dan toleran tidak bergerak segala hal. Dalam beragama, umat
liar, semisal menjadi alibi, apologi muslim tidak bersikap serba lebih
atau argumentasi atas aksi-aksi yang (ghuluw), tidak pula bersikap serba
jauh dari nilai-nilai Islami, sehingga kurang (taqshir). Ketiga, adil, karena
memicu berbagai kontroversi dalam adil adalah posisi tengah-tengah
berbagai media informasi di segala antara kelebihan dan kekurangan.
penjuru negeri, maka mendesak Bahkan makna yang ketiga ini
untuk diformulasikan landasan yang didasarkan pada Hadis berstatus
berfungsi sebagai penopang bagaikan Hasan yang diriwayatkan Abu Sa‘id
pondasi serta sebagai kontrol agar al-Khudri RA (al-Mawardi, ttt.:
tidak keluar dari ―rel kebenaran‖ 198-199).
(shirat al-mustaqim). Tulisan ini Melalui ulasannya yang panjang
bermaksud memformulasikan lebar, Ibn ‗Asyur menyatakan bahwa
landasan bagi ideologi keagamaan wasath berarti posisi moderat yang
yang moderat dan toleran dari kemudian berkembang maknanya
perspektif normatif, historis dan menjadi keelokan, keunggulan dan
yuridis dalam koridor Islam. pilihan. Ketika disematkan pada sifat,
maka kata wasath berarti posisi
Pembahasan moderat (‗adil) antara dua sifat buruk,
yaitu ekstrem kanan (serba lebih) dan
Analisis Konsep Ummatan ekstrem kiri (serba kurang). Contoh:
Wasathan Berani (syaja‘ah) adalah sifat
Secara normatif, Islam moderat antara pengecut dan
menjunjung tinggi sikap moderat sembrono; dermawan (karam) adalah
sebagaimana tercermin dalam sifat moderat antara pelit dan royal;
totalitas ajaran Islam, setidak-

211
adil (‗adalah) adalah sifat moderat
antara kasih sayang yang
memanjakan dan kekerasan hati.
Dari sini kemudian populer sebuah
istilah yang dinisbatkan sebagai
Hadis, meskipun bersanad dhaif:
‫َخْي ُر األ ُُم ْوِر أ َْو َساطُ َها‬
―Sebaik-baik perkara adalah [posisi]
moderatnya.‖
Lebih jauh, Ibn ‗Asyur
mengemukakan bahwa ayat ini
merupakan pujian bagi umat muslim,
karena sesungguhnya Allah SWT
telah memberikan anugerah dengan
menjadikan mereka sebagai umat Gambar 1
yang moderat. Menurut Fakhruddin Posisi Moderat di Antara Dua Kutub
al-Razi, sikap moderat umat muslim Esktrem
ditunjukkan dengan tidak bersikap
serba berlebihan (ghuluw) layaknya Nilai-nilai Moderat dalam Dimensi
umat Nasrani yang menjadikan Isa Iman
al-Masih sebagai anak tuhan, serta Berdasarkan telaah al-Qur‘an
tidak bersikap serba kekurangan secara tematik, nilai-nilai moderat
(qashr, sembrono) layaknya umat dapat dijumpai pada segenap dimensi
Yahudi yang mendistorsi kitab suci iman, Islam dan ihsan.
dan merendahkan para rasul (Ibn Dalam dimensi iman kepada
‗Asyur, 1997: 17-18). Allah SWT, tauhid merupakan posisi
Perpaduan berbagai pandangan moderat antara ateisme dan
di atas membangkitkan pemahaman politeisme. ―Mereka menjadikan
bahwa sikap moderat seharusnya orang-orang alimnya dan rahib-rahib
menjadi pilihan sikap terbaik dalam mereka sebagai tuhan selain Allah
segala dimensi kehidupan. Hanya dan (juga mereka mempertuhankan)
melalui implementasi sikap moderat, Al-Masih putra Maryam, padahal
status umat terbaik dapat diraih oleh mereka hanya disuruh menyembah
umat muslim sebagaimana firman Tuhan yang Esa, tidak ada tuhan
Allah SWT. ―Kamu adalah umat terbaik (yang berhak disembah) selain Dia.
yang dilahirkan untuk manusia, Maha Suci Allah dari apa yang
melakukan amar ma‘ruf dan nahy mereka persekutukan‖ (Q.S.
munkar, serta beriman kepada Allah‖ al-Taubah [9]: 31).
(Q.S. Ali ‗Imran [3]: 110). Tugas malaikat yang terbagi
antara mereka yang bertugas
sebelum hari kiamat dan setelah hari
kiamat; tugas malaikat yang
mencatat amal baik dan amal buruk;
tugas malaikat penjaga surga dan
neraka; tugas malaikat rahmat dan
azab. Semua ini kembali menegaskan
nilai-nilai moderat.
Fungsi al-Qur‘an sebagai
muhaimin (batu ujian, parameter)

211
juga menunjukkan posisi moderat (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
al-Qur‘an terhadap kitab-kitab suci janganlah kamu melupakan baha-
lainnya. ―Dan Kami telah turunkan gianmu dari (kenikmatan) duniawi‖
kepadamu al-Qur‘an dengan mem- (Q.S. al-Qashash [28]: 77)
bawa kebenaran, membenarkan apa Demikian halnya dengan
yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab keimanan kepada Qadha-Qadar yang
(yang diturunkan sebelumnya) dan memberi ruang yang memadai bagi
batu ujian terhadap kitab-kitab tersebut‖ ikhtiar manusia, sehingga tidak
(Q.S. al-Ma‘idah [5]: 48) terjerumus pada sikap ektrem kanan
Menurut Quraish Shihab, –free will seperti paham Qadariyah–
al-Qur‘an adalah muhaimin bagi maupun sikap ekstrem kirim –fatalis
kitab-kitab suci sebelumnya, karena seperti paham Jabariyah–.
al-Qur‘an menjadi saksi kebenaran Catatan penting terkait
kitab-kitab suci tersebut, jika selaras nilai-nilai moderat dalam dimensi
dengan kandungan al-Qur‘an. keimanan adalah tidak bersikap
Demikian sebaliknya, al-Qur‘an serba lebih dengan mengingkari
menjadi saksi bagi kesalahan variasi agama atau aliran
kitab-kitab suci sebelumnya. Dari kepercayaan yang dianut oleh umat
sini muncul fungsi al-Qur‘an sebagai manusia, sehingga berusaha
pemelihara, yaitu memelihara dan memberangus umat-umat lain yang
mengukuhkan prinsip-prinsip Ilahi memiliki keimanan berbeda; tidak
yang bersifat universal (kully) dan pula bersikap serba kurang dengan
mengandung kemaslahatan abadi mengabaikan perbedaan antar agama
bagi manusia kapan dan di manapun; atau aliran kepercayaan, sehingga
serta membatalkan apa yang perlu berusaha untuk menyatukannya
dibatalkan dari hukum-hukum yang secara paksa melalui model seperti
terdapat pada kitab-kitab suci pluralisme agama.
sebelumnya yang bersifat parsial
(juz‘i), yang kemaslahatannya bersifat Nilai-nilai Moderat dalam Dimensi
temporer bagi masyarakat tertentu Islam
dan tidak sesuai lagi untuk Dalam dimensi Islam, nilai-nilai
diterapkan pada masyarakat beri- moderat terdapat dalam syariat Islam
kutnya (M. Quraish Shihab, Tafsir yang bernuansa teo-anthroposentris,
al-Mishbah, 2011: 138). yaitu keseimbangan antara hablum-
Posisi moderat tampak pula min-Allah (ibadah) dan hablum-
pada empat sifat kenabian yang minan-nas (muamalah). Syariat Islam
berdimensi individual [Shiddiq, juga menekankan keseimbangan
Fathanah] dan sosial [Amanah, antara jiwa dan raga; kepentingan
Tabligh]. Selain itu, klasifikasi antara individu dan sosial; kepentingan
para nabi yang tidak bertugas duniawi dan ukhrawi; dan sete-
menyampaikan risalah dengan para rusnya. Semua itu adalah bukti
rasul yang bertugas menyampaikan eksistensi nilai-nilai moderat dalam
risalah juga mencerminkan nilai-nilai Islam.
moderat. Dua kalimat Syahadat meng-
Keseimbangan antara kepen- awali posisi moderat dalam dimensi
tingan duniawi dan ukhrawi sekali Islam. Selain mengakui Allah SWT
lagi menunjukkan nilai moderat sebagai sumber primer syariat Islam,
dalam dimensi iman kepada hari wajib pula mengakui Nabi
akhir. ―Dan carilah pada apa yang Muhammad SAW sebagai sumber
telah dianugerahkan Allah kepadamu sekunder syariat Islam. Al-Qur‘an

212
kerap menyandingkan perintaah taat Catatan penting terkait
kepada Allah SWT dengan perintah nilai-nilai moderat dalam dimensi
taat kepada Rasulullah SAW. ―Hai Islam adalah pentingnya
orang-orang yang beriman, taatilah pelaksanaan amal ibadah yang
Allah dan taatilah Rasul dan bersifat ritual-individual dengan
janganlah kamu merusakkan (pahala) ritual-sosial. Sehingga terbentuk
amal-amalmu‖ (Q.S. Muhammad [47]: insan-insan yang shalih secara
33). pribadi, sekaligus shalih secara sosial.
Perpaduan antara perintah Ringkasnya, taat kepada Allah SWT
shalat dan zakat dalam banyak ayat dan Rasulullah SAW; serta
al-Qur‘an juga mengisyaratkan posisi bermanfaat bagi umat manusia
moderat antara ibadah mahdhah bahkan alam semesta.
yang berdimensi individual –semisal
shalat– dengan ibadah mahdhah Nilai-nilai Moderat dalam Dimensi
yang berdimensi sosial –semisal Ihsan
zakat–. Bahkan al-Qur‘an memiliki Dalam dimensi ihsan, nilai-nilai
gaya bahasa, ketika membahas moderat tampak pada esensi
tema-tema yang terkait dimensi manusia sebagai makhluk yang
ketuhanan, sebentar lagi akan diciptakan dari unsur cahaya (nur)
disusul dengan bahasan terkait dan tanah liat (thin). Implikasinya,
dimensi kemanusiaan; demikian manusia tidak seperti malaikat yang
sebaliknya. Surat al-Mu‘minun [23]: selalu taat, tidak pula seperti setan
1-14 dan Surat al-Ma‘un [107]: 1-8 yang selalu maksiat. ―Sesungguhnya
adalah salah satu contoh konkretnya. Kami telah menciptakan manusia
Nilai-nilai moderat juga muncul dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
dalam syariat puasa dan haji. Contoh: Kemudian Kami kembalikan dia ke
Meskipun puasa adalah ibadah yang tempat yang serendah-rendahnya
berdimensi individual, namun (neraka), kecuali orang-orang yang
amaliah-amaliah yang mengitarinya beriman dan mengerjakan amal
berdimensi sosial. Misalnya shalih; maka bagi mereka pahala
kesunahan berbagi menu buka yang tiada putus-putusnya‖ (Q.S.
puasa, shalat jama‘ah tarawih, al-Tin [95]: 4-6).
tadarus al-Qur‘an. Demikian juga Terkait dimensi ihsan kepada
dengan ibadah haji. Kendati Allah SWT, sikap khauf dan raja‘
merupakan ibadah yang bersifat begitu kental dengan nilai-nilai
individual, namun dalam moderat. Sikap khauf dilandasi pada
pelaksanaannya banyak yang rasa takut terhadap sifat-sifat jalal
berkenaan dengan dimensi sosial. (agung) milik Allah SWT, seperti
Misalnya larangan berdebat dengan al-Mudzil, al-Muntaqim, sedangkan
orang lain, penyerahan dam (denda) sikap raja‘ dilandasi pada harapan
kepada orang yang membutuhkan, terhadap sifat-sifat kamal (mulia)
wukuf bersama orang lain. ―(Musim) milik Allah SWT, seperti al-Rahman,
haji adalah beberapa bulan yang al-Rahim. ―Dan janganlah kamu
dimaklumi. Barangsiapa yang membuat kerusakan di muka bumi,
menetapkan niatnya dalam bulan itu sesudah (Allah) memperbaikinya dan
akan mengerjakan haji, maka tidak Berdoalah kepada-Nya dengan rasa
boleh rafats, berbuat fasik dan takut (tidak akan diterima) dan
berbantah-bantahan di dalam masa harapan (akan dikabulkan)‖ (Q.S.
mengerjakan haji‖ (Q.S. al-Baqarah al-A‘raf [7]: 56)
[2]: 197)

213
Ini artinya, kondisi seorang angkuh, tidak mau menerima
mukmin harus berselang-seling pemberian orang lain. ―(Berinfaqlah)
antara harapan (raja‘) dan ketakutan kepada orang-orang fakir yang terikat
(khauf), sehingga dia akan menjadi (oleh jihad) di jalan Allah; mereka
seperti ungkapan Ibn al-Qayyim, tidak dapat (berusaha) di bumi; orang
―seperti seekor burung yang memiliki yang tidak tahu menyangka mereka
dua sayap, yaitu sayap harapan dan orang kaya karena memelihara diri
sayap ketakutan‖. Menciptakan (‗iffah) dari minta-minta. Kamu kenal
keseimbangan antara dua hal yang mereka dengan melihat sifat-sifatnya,
bertentangan merupakan salah satu mereka tidak meminta kepada orang
dari Sunnatullah. Seorang mukmin dengan cara memaksa‖ (Q.S.
juga dituntut untuk menciptakan al-Baqarah [2]: 273).
keseimbangan antara harapan dan Sikap moderat dan toleran juga
ketakutan, sehingga seperti seekor dikumandangkan oleh al-Qur‘an
burung yang dapat terbang dengan dalam konteks hubungan antara
dua sayap dan tidak bisa terbang umat beragama, yakni interaksi
hanya dengan satu sayap (Jasser sosial antara umat muslim dengan
Auda, 2014: 176). non muslim, sebagaimana Surat
Nilai-nilai moderat juga tampil al-Mumtahanah [60]: 8-9. ―Allah tidak
dalam konteks sasaran ihsan. melarang kamu untuk berbuat baik
Misalnya al-Qur‘an seringkali dan berlaku adil terhadap
menyandingkan antara perintah orang-orang yang tiada memerangimu
beribadah kepada Allah SWT dengan karena agama dan tidak (pula)
perintah berbuat ihsan kepada kedua mengusir kamu dari negerimu.
orang tua. Lebih dari itu, perbuatan Sesungguhnya Allah menyukai
ihsan tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang berlaku adil.
orang-orang yang memiliki hubungan Sesungguhnya Allah hanya melarang
nasab, seperti orang tua– melainkan kamu menjadikan sebagai kawanmu
ditujukan pula kepada orang-orang orang-orang yang memerangimu
di luar jalur nasab, semisal tetangga. karena agama dan mengusir kamu
―Dan beribadahlah kepada Allah dan dari negerimu, dan membantu (orang
janganlah kamu mempersekutukan- lain) untuk mengusirmu. Dan
Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat barangsiapa menjadikan mereka
ihsan-lah kepada dua orang kedua sebagai kawan, maka mereka itulah
orang tua, karib-kerabat, anak-anak orang-orang yang zalim‖ (Q.S.
yatim, orang-orang miskin, tetangga al-Mumtahanan [60]: 8-9).
yang dekat dan tetangga yang jauh‖ Selama umat non muslim tidak
(Q.S. al-Nisa‘ [4]: 36). berbuat buruk kepada umat muslim,
Akhlak-akhlak terpuji yang misalnya melakukan serangan
dianjurkan dalam Islam juga sarat agresif –seperti pada masa
dengan nilai-nilai moderat. Selain penjajahan– atau mengusir umat
contoh yang sudah dipaparkan muslim dari negerinya sendiri
–seperti sikap adil, pemberani, –seperti terjadi pada Palestina saat
dermawan– contoh lain masih ini–, maka umat muslim dianjurkan
banyak, seperti sikap tawadhu yang untuk bersikap baik (al-birr) dan adil
menempati posisi moderat antara (al-qisth) kepada umat non muslim.
sikap sombong dengan sikap rendah Jadi, nilai-nilai moderat dalam
diri; sikap ‗iffah yang menempati Ihsan diwujudkan melalui akhlak
posisi antara sikap meminta-minta terpuji kepada Allah SWT dan
kepada orang lain dengan sikap makhluk-Nya. Akhlak terhadap

214
makhluk-Nya meliputi akhlak terpuji sendirian. Lalu sebagian
kepada sesama manusia –baik yang berkomentar: ―Saya tidak akan
seagama maupun yang berlainan menikah‖. Sebagian lagi berkata:
agama– dan kepada sesama makhluk ―Saya tidak akan makan daging‖.
–baik yang bersifat biotik maupun Sebagian lagi menyatakan: ―Saya
abiotik–. Catatan pentingnya adalah tidak akan tidur di atas tikar‖.
seorang muslim mampu Kemudian Nabi SAW memuji Allah
mendatangkan maslahat bagi yang SWT dan bersabda: ―Ada apa dengan
lain; dan apabila belum atau tidak orang-orang tersebut, mereka berkata
mampu, maka tidak sampai ini dan itu, padahal sesungguhnya
mendatangkan mudarat bagi yang aku sendiri mendirikan shalat, tidur,
lain. berpuasa, berbuka, menikah. Maka
barangsiapa membenci sunahku,
Telaah Historis maka dia bukan bagian dari
(golongan)-ku‖. (H.R. Muslim)
Secara historis, Rasulullah (al-Nawawi, 2001: 172).
SAW–dalam kapasitasnya sebagai Hadis di atas mengindikasikan
role model bagi umat muslim sikap moderat Rasulullah SAW dalam
sepanjang zaman– telah mengemban misi sebagai hamba
mengimplementasikan nilai-nilai Allah yang harus memenuhi hak-hak
moderat dalam kehidupan Allah SWT –seperti shalat, puasa–,
sehari-hari, sebagaimana hasil telaah dan misi sebagai khalifah Allah yang
terhadap koleksi Hadis, Sunah harus memenuhi hak-hak manusiawi
maupun Sirah Nabawi. Hadis bersifat –seperti makan, tidur, menikah–.
verbal, Sunah bersifat aktual, Sirah Relevan dengan Hadis di atas,
Nabawi bersifat faktual. Quraish Shihab menekankan bahwa
Nabi SAW sejak muda hingga akhir
Nilai-nilai Moderat dalam Hadis hayatnya selalu berada dalam
Nabi SAW keseimbangan yang serasi; fisik dan
Contoh pertama Hadis yang psikis, dunia dan akhirat. Hadis di
menunjukkan sikap moderat Nabi atas merupakan teguran terhadap
SAW: tiga orang sahabat beliau yang ingin
ِ ِ ِ ْ ‫َن نَ َفًرا ِم ْن أ‬
‫َّب‬ َّ ‫س َر ِضي هللا َعْنوُ أ‬ ٍ َ‫َع ْن أَن‬
ّ ‫َص َحاب الن‬
menekankan kehidupan ruhani
َ secara berlebihan. Nabi SAW tidak
ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫َّب‬ ِ ِ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َسأَلُوا أ َْزَو‬
ّ ‫اج الن‬
seperti masyarakat Jahiliyah yang
َ senang berfoya-foya dan berlebihan,
َ‫ض ُه ْم ل‬ َ ‫ فَ َق‬،‫السِّر‬ ِ ِ ِِ َّ ِ
ُ ‫ال بَ ْع‬ ّ ‫َعلَْيو َو َسل َم َع ْن َع َملو ىف‬ tetapi tidak juga seperti sementara
kaum sufi yang sengaja memilih yang
َ َ‫ َوق‬.‫ض ُه ْم لَ آ ُك ُل اللَّ ْح َم‬
‫ال‬ ُ ‫ال بَ ْع‬َ َ‫ َوق‬.َ‫أَتَ َزَّو ُج النِّ َساء‬ berat, atau menghindari yang mubah
.‫اَّللَ َوأَثْ ََن َعلَْي ِو‬
َّ ‫ فَ َح ِم َد‬.‫اش‬ ٍ ‫ض ُه ْم لَ أ ًََن ُم َعلَى فَِر‬ ُ ‫بَ ْع‬
dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT (M. Quraish
‫ُصلِّى‬ ِ ٍ
َ ‫ لَك َِّن أ‬،‫ َما َِب ُل أَقْ َوام قَالُوا َك َذا َوَك َذا‬2‫ال‬ َ ‫فَ َق‬ Shihab, Membaca Sirah
Muhammad SAW, 2011: 292-293).
Nabi

ِ ِ ِ
‫ب‬َ ‫ فَ َم ْن َرغ‬،َ‫ َوأَتَ َزَّو ُج النّ َساء‬،‫وم َوأُفْط ُر‬ ُ ‫َص‬
ُ ‫ َوأ‬،‫َوأ ًََن ُم‬
Contoh kedua adalah Hadis
riwayat ‗Aisyah RA berikut:
)‫(رَواهُ ُم ْسلِ ُم‬
َ .‫س م َِّن‬
ِ ‫عن سن َِِّت فَلَي‬ ِ
َ ْ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ب‬
‫ي أ َْمَريْ ِن‬ َِّ ‫ول‬ُ ‫َما ُخَُِّّي َر ُس‬
َ ْ ُ َْ َ ‫اَّلل‬
Anas RA meriwayatkan bahwa
sekelompok sahabat bertanya kepada ‫ فَِإ ْن َكا َن إِْْثًا َكا َن‬،‫ َما ََلْ يَ ُك ْن إِْْثًا‬،‫َخ َذ أَيْ َسَرُمهَا‬َ ‫إِلَّ أ‬
para istri Nabi SAW tentang amal
‫صلَّى هللا َعلَْي ِو‬ َِّ ‫ول‬ُ ‫ َوَما انْتَ َق َم َر ُس‬،ُ‫َّاس ِمْنو‬
ِ ‫أَبْ َع َد الن‬
perbuatan Nabi SAW di kala َ ‫اَّلل‬

215
َِِّ
‫َّلل‬ ‫اَّللِ فَيَ ْن تَ ِق َم‬
َّ ُ‫ك ُح ْرَمة‬ ِ
َ ‫ إِلَّ أَ ْن تُْن تَ َه‬،‫َو َسلَّ َم لنَ ْف ِس ِو‬ ،ُ‫َح ٌد إِلَّ َغلَبَو‬ َ ‫ين أ‬
ِ َّ ‫ ولَن يش‬،‫إِ َّن ال ِّدين يسر‬
َ ‫اد ال ّد‬ َ ُ ْ َ ٌْ ُ َ
)‫(رَواهُ الْبُ َخا ِري‬ ِ َّ ‫استَعِينُوا ِِبلْغَ ْد َوةِ َو‬
‫الرْو َح ِة‬ ِ ِ
َ .‫ِبَا‬ ْ ‫ َو‬،‫فَ َس ّد ُدوا َوقَا ِربُوا َوأَبْش ُروا‬
―Apabila Rasulullah SAW diminta )‫(رَواهُ الْبُ َخا ِري‬ ِ ٍِ
memilih antara dua hal, niscaya َ .‫َو َش ْىء م َن الد ْجلَة‬
beliau memilih yang paling mudah, ―Sesungguhnya agama itu mudah.
selama tidak tergolong dosa. Jika Seseorang tidak bersikap
tergolong dosa, maka beliau adalah berlebih-lebihan, kecuali agama akan
manusia yang paling anti terhadap mengalahkannya. Maka bersikaplah
dosa. Rasulullah SAW tidak marah yang moderat (dalam beramal) dan
jika menyangkut pribadi beliau, bersikaplah yang realistis (tidak
namun beliau marah ketika idealis). Mohonlah pertolongan
menyangkut pelanggaran terhadap dengan bergegas di pagi hari, setelah
hal-hal yang diharamkan oleh Allah, matahari tergelincir dan di akhir
sehingga beliau marah karena Allah‖ malam‖ (H.R. Bukhari) (al-Sanadi,
(H.R. Bukhari) (Al-Sanadi, 2005: 2005: 26).
489). Hadis tersebut mengajarkan
Sungguh Hadis di atas umat muslim agar bersikap moderat
memberikan gambaran komprehensif dalam menjalankan agama. Artinya,
tentang sikap moderat Nabi SAW dalam beragama, tidak perlu
dalam kehidupan sehari-hari. Beliau bersikap berlebih-lebihan yang
akan memilih pilihan yang moderat, menguras energi dan emosi; namun
yaitu tidak memilih kesulitan yang tidak pula bersikap lalai yang
memberatkan, tidak pula memilih melenakan. Sikap realistis adalah
kemudahan yang melalaikan. Nabi pilihan terbaik dalam menjalani
SAW juga bersikap moderat dalam agama, yaitu sikap yang didasarkan
merespon pelanggaran. Apabila pada situasi dan kondisi yang
pelanggaran tertuju pada hak-hak mengitari.
asasi beliau, maka Nabi SAW tidak
marah; namun apabila pelanggaran Nilai-Nilai Moderat dalam Sunah
tertuju pada hak-hak Allah SWT, Nabi SAW
pasti Nabi SAW akan marah. Pengertian Sunah Nabi SAW di
Hadis di atas juga sini berkenaan dengan ajaran Islam
mengisyaratkan bahwa perlindungan yang dilaksanakan oleh Nabi SAW,
terhadap hak-hak asasi manusia dilanjutkan oleh generasi shahabat
tidak boleh menafikan hak-hak Allah dan salafus-shalih, serta dilestarikan
SWT. Inilah sikap moderat yang hingga sekarang. Inilah yang
menunjukkan keseimbangan antara kemudian dikenal dengan istilah
hak-hak asasi manusia dengan living sunah.
hak-hak Allah SWT. Sikap moderat Akikah merupakan living sunah
ini mirip dengan konsep yang merepresentasikan nilai-nilai
keseimbangan dalam Fisika, yaitu moderat. Dari segi subyeknya, akikah
keseimbangan statis dan dinamis. dilaksanakan oleh orang tua, namun
Contoh ketiga adalah Hadis ditujukan untuk anaknya. Kendati
riwayat Abu Hurairah RA, bahwa untuk kepentingan keluarga pribadi,
Nabi Muhammad SAW bersabda: namun daging akikah dibagikan
untuk kepentingan sosial.
Tadarus al-Qur‘an dan Jama‘ah
Shalat Tarawih pada bulan

216
Ramadhan merupakan contoh living beliau ambil sungguh sangat
sunah yang menempati posisi mengesankan dan bijaksana. Beliau
moderat antara posisinya sebagai meminta selembar kain, lalu
ibadah yang bersifat individual mengambil Hajar Aswad dan
dengan pelaksanaannya yang bersifat meletakkannya di tengah kain itu.
sosial. Selanjutnya beliau mengajak
Menikah adalah contoh living ―perwakilan‖ setiap kelompok yang
sunah yang kental dengan nuansa bertikai untuk mengangkat kain itu
moderat. Menikah berada pada titik bersama-sama menuju tempat Hajar
tengah antara budaya zina (free sex) Aswad, kemudian dengan kedua
dan ajaran selibat, yaitu pranata tangan beliau, Hajar Aswad
yang menentukan bahwa orang- diletakkan di tempatnya semula.
orang dalam kedudukan tertentu Dengan demikian, semua puas dan
tidak boleh kawin. Selain itu, persengketaan, bahkan
menikah yang melibatkan hubungan pertumpahan darah, dapat dielakkan
antar lawan jenis juga menjadi titik (M. Quraish Shihab, Membaca Sirah
tengah antara budaya lesbian dan Nabi Muhammad SAW, 2011:
homo seksual yang akhir-akhir ini 301-302).
kembali semarak. Nilai-nilai moderat tampak
Catatan penting terkait dalam peristiwa hijrah. Meskipun
nilai-nilai moderat dalam sunah Nabi keamanan Nabi SAW sudah dijamin
SAW adalah kebebasan memilih. oleh Allah SWT, Nabi SAW tetap
Seorang muslim bebas memilih mana menerapkan strategi brilian untuk
sunah yang dilakukan dan mana menghindari sergapan pemuda-
sunah yang ditinggalkan. Dalam hal pemuda tangguh dari kalangan kafir
ini, tidak boleh seorang muslim Quraisy yang bermaksud membunuh
memaksa sesama muslim untuk beliau. Misalnya Nabi SAW
menjalankan sunah, karena sifat memerintahkan Ali ibn Abi Thalib RA
dasar sunah adalah rekomendasi untuk tidur di pembaringan beliau
atau anjuran, bukan kewajiban. sambil memakai selimut berwarna
Misalnya: Orang yang memilih sunah hijau buatan Hadhramaut yang biasa
berjenggot, tidak boleh memaksa dipakai oleh Nabi SAW. Demikian
orang lain untuk berjenggot seperti halnya, Nabi SAW dan Abu Bakar RA
dirinya; orang yang memilih sunah berangkat menuju Madinah
menempel-kan tepi kaki ketika shalat menelusuri pantai Laut Merah,
berjamaah, tidak boleh memaksa mengambil jalur yang berbeda
orang lain untuk menempelkan tepi dengan jalur yang biasa ditempuh
kakinya ketika berjamaah, apalagi kafilah-kafilah yang menuju ke
sampai mengganggu konsentrasi Madinah. Bahkan yang menjadi
orang tersebut dalam menjalani penunjuk jalan pun berstatus non
shalat. muslim, yaitu Abdullah ibn Uraiqith.
(M. Quraish Shihab, Membaca Sirah
Nilai-nilai Moderat dalam Sirah Nabi Muhammad SAW, 2011:
Nabawiyah 488-495). Di sinilah terpadu antara
Sebelum diangkat menjadi keteguhan iman kepada
Rasul, Nabi SAW sudah Qadha-Qadar Allah SWT dengan
menunjukkan sikap moderat sejak ikhtiar maksimal Nabi SAW, yang
dini. Peristiwa monumental berupa sekaligus menunjukkan sikap
penyelesaian pertikaian tentang moderat antara dua kutub ekstrem,
peletakan Hajar Aswad adalah salah Qadariyah-Jabariyah.
satu bukti historisnya. Langkah yang

217
Langkah awal Nabi SAW begitu keimanan kepada Qadha-Qadar
tiba di Madinah adalah membangun dengan ikhtiar maksimal; antara
Masjid Nabawi yang berukuran 70 x ibadah dengan bekerja; serta antar
60 hasta atau sekitar 31,5 x 27 meter. sesama umat muslim maupun antara
Di samping membangun masjid, Nabi umat muslim dengan non muslim.
SAW juga membangun pasar yang
baru. Bukan saja pada lokasinya, Telaah Yuridis
tetapi juga dalam bentuk interaksi
dan peraturan-peraturannya. Nabi Nilai-nilai Moderat dalam Ushul
SAW memilih lokasi pasar di sebelah Fikih
barat masjid yang beliau bangun (M. Nilai-nilai moderat dalam Ushul
Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Fikih dapat ditemui pada tiga aspek,
Muhammad SAW, 2011: 510-521). yaitu hukum Islam, sumber hukum
Pembangunan masjid dan pasar ini Islam dan tujuan hukum Islam
kembali menandakan sikap moderat (Maqashid Syariah).
Nabi SAW. Masjid sebagai pusat Terkait hukum Islam, nilai-nilai
pemenuhan kebutuhan ruhani moderat terkandung dalam objek
manusia, sedangkan pasar menjadi hukum, misalnya hanya orang
pusat pemenuhan kebutuhan mukallaf (baligh-berakal) yang
jasmani manusia. dibebani hukum Islam. Anak kecil
Piagam Madinah semakin dan orang gila tidak dibebani hukum
menegaskan nilai-nilai moderat Islam. Bahkan dalam hukum Islam,
dalam konteks Sirah Nabawiyah. dikenal istilah ‗azimah yang
Dalam rumusan Piagam Madinah, diberlakukan dalam situasi normal –
pengertian umat di samping dapat seperti shalat Zhuhur empat rakaat–
mencakup umat yang memiliki dan dalam situasi darurat, berlaku
persamaan agama, juga dapat hukum rukhshah –seperti shalat
mencakup umat yang berbeda-beda Qashar Zhuhur dua rakaat–.
agama, selama mereka memiliki Sumber hukum Islam juga
persamaan tujuan. Di sisi lain, terdiri dari sumber-sumber naqli dan
kendati mereka berbeda-beda, tetapi aqli. Sumber naqli merepresen-
sama dalam hak dan kewajiban. tasikan dimensi ketuhanan melalui
Kepastian hukum pun ditegakkan, wahyu –seperti al-Qur‘an dan Hadis–,
walaupun terhadap anak kandung sedangkan sumber aqli
sendiri. Demikianlah butir-butir merepresentasikan aspek kognisi
Piagam Madinah yang isinya jauh manusia melalui ijtihad, seperti ‗Urf.
mendahului rumusan kebebasan ‗Urf merupakan sumber
beragama dan hak-hak asasi sekunder hukum Islam yang
manusia yang dikenal pada abad dilegitimasi oleh mazhab Hanafi dan
modern ini (M. Quraish Shihab, Malilik. Menurut analisis Jasser
Membaca Sirah Nabi Muhammad Auda, ‗Urf merupakan mekanisme
SAW, 2011: 518-520). penafsiran Nas (al-Qur‘an dan Hadis)
Catatan historis di atas yang berdasarkan sejauh mana
menunjukkan bahwa Rasulullah tradisi masyarakat memenuhi
SAW telah memberikan bukti faktual Maqashid Syariah di balik Nas
sikap-sikap moderat dan toleran yang (Jasser Auda, 2015: 177-178).
beliau terapkan dalam kehidupan Hemat penulis, ‗Urf merupakan
sehari-hari, mulai dari perpaduan sumber sekunder hukum Islam yang
antara urusan sosial-politik antar kental dengan nilai-nilai moderat.
pihak-pihak yang bertikai; antara Hal ini dikarenakan ‗Urf mengako-
modasi nilai-nilai universal ajaran

218
Islam dan nilai-nilai kearifan lokal Syariah yang terdiri dari Hifzh al-Din
yang terkandung dalam budaya (pelestarian agama), Hifzh al-Nafs
tempat tinggal umat muslim. Wujud (pelestarian jiwa-raga), Hifzh al-‗Aql
konkret perpaduan ini adalah ma‘ruf, (pelestarian akal), Hifzh al-Nasl
yaitu segala sesuatu yang dinilai (pelestarian keturunan) dan Hifzh
positif, baik menurut ajaran Islam al-Mal (pelestarian harta). Bagaimana
maupun budaya setempat. Uniknya, tidak, kelimanya merupakan hal yang
justru ma‘ruf inilah yang dijadikan paling esensial bagi kehidupan
sasaran dakwah Islam, khususnya manusia. Semua diperhatikan oleh
melalui amar ma‘ruf nahy munkar. ajaran Islam secara proporsional.
Quraish Shihab menganalisis
perbedaan antara konsep ma‘ruf Nilai-nilai Moderat dalam
dengan khair. Khair adalah nilai Kaidah Fikih
universal yang diajarkan oleh Nilai-nilai moderat dapat
ُ ‫ع ْالقُ ْرأ ً ِن َو‬
al-Qur‘an dan Sunnah (‫سنَّتِ ْي‬ ُ ‫)إ ِت ّبَا‬, ditemui dalam lima kaidah fikih yang
sedangkan ma‘ruf adalah sesuatu disepakati oleh mayoritas ulama.
yang baik menurut pandangan Pertama, segala sesuatu tergantung
umum suatu masyarakat, selama pada niatnya (‫اص ِدهَا‬ ِ َ‫)األ ُ ُم ْى ُر ِب َمق‬. Kedua,
sejalan dengan nilai-nilai Ilahi (khair). keyakinan tidak bisa dikalahkan oleh
Adapun munkar adalah sesuatu yang keraguan (‫ش ِّك‬ َّ ‫)اليَ ِق ْيهُ الَ يُزَ ا ُل بِال‬.ْ Ketiga,
dinilai buruk oleh suatu masyarakat kesulitan mendatangkan kemudahan
dan bertentangan dengan nilai-nilai (‫شقَّت ُ تَجْ لِبُ الت َّ ْي ِسي َْر‬ ْ
َ ‫)ال َم‬. Keempat, bahaya
Ilahi. Mengingat ma‘ruf dan munkar harus dihilangkan (‫ار يُزَ ا ُل‬ ُ ‫)الض ََّر‬. Kelima,
adalah kesepakatan suatu adat dapat dijadikan sebagai
masyarakat, maka wujudnya bisa pedoman hukum (ُ ‫)ال َعََ ادَة ُ ْال ُم َح َّك َمت‬. ْ
berbeda antara satu masyarakat Kaidah pertama hingga keempat
muslim dengan masyarakat muslim menggunakan fitur yang bersifat
yang lain, bahkan antara satu waktu konstan, yaitu ―niat‖, ―keyakinan‖,
dengan waktu yang lain dalam ―kesulitan‖ dan ―bahaya‖, sehingga
masyarakat tertentu. Melalui konsep dapat dijadikan sebagai tolok ukur
ma‘ruf ini, al-Qur‘an membuka pintu untuk menilai hal-hal yang bersifat
yang lebar guna menampung dinamis. Hal ini juga selaras dengan
perubahan nilai-nilai akibat konsep keseimbangan statis
perkembangan positif masyarakat, (al-tsawabit) dan keseimbangan
bukan perkembangan negatifnya (M. dinamis (al-mutaghayyirat). Inilah
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, bentuk nilai-nilai moderat dalam
2011: 211-212). Kaidah Fikih.
Melalui mekanisme ‗Urf, di Contoh kaidah pertama: Dusta
Indonesia banyak sekali adat istiadat mendatangkan dosa apabila niatnya
yang dilegitimasi oleh hukum Islam. untuk menghindari hukuman,
Mulai dari peringatan hari namun dusta dapat mendatangkan
kemerdekaan RI, upacara bendera, pahala apabila niatnya untuk
menyanyikan lagu Indonesia Raya, menjaga seseorang dari perbuatan
Halal bi Halal, dan lain sebagainya. zhalim orang lain. Contoh kaidah
Semua ini menunjukkan nilai-nilai kedua: Yakin dalam keadaan suci
moderat hukum Islam dalam membuat seseorang tidak harus
menyikapi kepentingan agama dan berwudhu‘ menjelang shalat,
adat istiadat. sedangkan yakin dalam keadaan
Nilai-nilai moderat secara batal membuat seseorang harus
gamblang terlihat dalam Maqashid berwudhu‘ menjelang shalat. Contoh

219
kaidah ketiga: Sakit yang menyu- Nilai-nilai Moderat dalam Fikih
litkan seseorang untuk berpuasa,
membuatnya boleh tidak berpuasa Bermazhab merupakan contoh
Ramadhan; namun sakit yang tidak sikap moderat dalam konteks Fikih.
menyulitkan seseorang untuk Orang yang bermazhab berada pada
berpuasa, membuatnya wajib titik tengah antara orang yang taklid
berpuasa Ramadhan. Contoh kaidah buta dengan orang yang anti-mazhab.
keempat: Mengonsumsi makanan Orang yang taklid buta dapat
yang manis-manis diperbolehkan terjerumus pada sikap
apabila tidak mendatangkan bahaya serba-kekurangan dalam konteks
bagi kesehatan seseorang, namun ijtihad, sedangkan orang yang anti
mengonsumsi makanan yang mazhab dapat terjerumus pada sikap
manis-manis dilarang apabila serba-berlebihan dalam konteks
mendatangkan bahaya bagi ijtihad, padahal kompetensinya
kesehatan seseorang, semisal belum/tidak memadai.
penderita diabetes. Perbedaan pendapat di
Kaidah kelima mengisyaratkan kalangan ulama Fikih juga
bahwa adat istiadat ada yang dapat mencerminkan nilai-nilai moderat.
dijadikan sebagai pedoman hukum, Dengan adanya perbedaan pendapat
selama selaras dengan ajaran Islam. tersebut, seseorang tidak dapat
Kaidah ini identik dengan konsep ‗Urf mengklaim hanya pendapatnya
yang sudah dikemukakan sebe- sendiri dan golongannya yang benar,
lumnya. sedangkan pendapat orang lain dan
Catatan penting terkait golongan lain adalah salah.
nilai-nilai moderat dalam Kaidah Ruang lingkup bahasan Fikih
Fikih adalah perbedaan para ulama meliputi hak-hak Allah dan hak-hak
dalam memandang ―standar‖ manusia. Hak-hak Allah dibahas
fitur-fitur konstan di atas. Misalnya: dalam Fikih Ibadah, sedangkan
Bagi para ulama yang menilai bahwa hak-hak manusia dibahas dalam
―bahaya‖ merokok itu sangat besar, Fikih Muamalah. Fikih Muamalah
maka mereka memutuskan hukum juga meliputi permasalahan ekonomi,
merokok adalah haram, berdasarkan sosial, politik, pidana, perdata hingga
kaidah ―Bahaya Harus Dihilangkan‖ keluarga. Hal ini menunjukkan
(‫ار يُزَ ا ُل‬ nilai-nilai moderat dalam objek
ُ ‫)الض ََّر‬. Bagi ulama yang menilai
bahwa apabila segala aktivitas yang bahasan Fikih.
berkaitan dengan rokok diharamkan,
maka akan menimbulkan dampak Kesimpulan dan Saran
bahaya yang lebih besar, maka Tulisan ini menegaskan kembali
mereka memutuskan hukum bahwa nilai-nilai moderat dan toleran
merokok adalah makruh, merupakan karakteristik yang
berdasarkan sub-kaidah ―Apabila ada inheren dalam totalitas ajaran Islam.
dua bahaya saling berbenturan, Hal ini dapat ditelisik dari sumber
maka dipilih bahaya yang paling hukum normatif Islam –al-Qur‘an
kecil‖ (‫ِي ا َ َخفُّ ُه َما‬
َ ‫ ُر ْوع‬،‫َان‬ َ ‫ض َم ْف‬
ِ ‫سدَت‬ َ َ‫)إِذَا تَع‬. Sikap
َ ‫ار‬ dan Hadis– yang mengedepankan
moderat dan toleran perlu nilai-nilai moderat dan toleran dalam
dikedepankan dalam menyikapi segenap ajaran Islam, mulai dari
perbedaan pendapat seperti ini. dimensi Akidah/Iman, Syariat/Islam
maupun Akhlak/Ihsan. Sejarah
peradaban Islam –terutama sirah
nabawiyah– memberikan bukti

211
historis nilai-nilai moderat dan Sanadi, Abu al-Hasan Nur al-Din
toleran yang pernah diimplemen- Muhammad ibn ‗Abd al-Hadi al-.
tasikan oleh Rasulullah SAW, 2005. Shahih Bukhari bi
generasi shahabat dan berlanjut Hasyiyah al-Imam al-Sanadi
hingga generasi berikutnya. Secara Jilid 2. Beirut: Dar al-Kutub
yuridis, nilai-nilai moderat dan al-‗Ilmiyyah.
toleran juga terkandung dalam Ushul Shihab, M. Quraish. 2011. Membaca
Fikih, Kaidah Fikih dan Ilmu Fikih, Sirah Nabi Muhammad SAW:
baik secara eksplisit maupun Dalam Sorotan al-Qur‘an dan
implisit. Hadits-Hadits Shahih. Jakarta:
Landasan normatif-historis- Lentera Hati.
yuridis yang ditunjukkan oleh tulisan Shihab, M. Quraish. 2011. Tafsir
ini terhadap ideologi keagamaan yang al-Mishbah Volume 3. Jakarta:
moderat dan toleran, dapat Lentera Hati.
ditindak-lanjuti dengan merumuskan
model implementasi perilaku-
perilaku aktual yang mencerminkan
nilai-nilai moderat dan toleran
tersebut dalam kehidupan masa kini
yang bersifat global dan multi-
kultural.

Daftar Rujukan
Ashfahani, al-Raghib al-. ttt.
al-Mufradat fi Gharib al-Qur‘an.
Kairo: al-Maktabah
al-Tawfiqiyyah.
‗Asyur, Muhammad al-Thahir ibn.
1997. al-Tahrir wa al-Tanwir
Juz 2. Tunis: Dar Suhnun.
Auda, Jasser. 2014. Spiritual Journey:
28 Langkah Meraih Cinta Allah
(alih bahasa oleh Rosidin).
Bandung: Mizan.
Auda, Jasser. 2015. Membumikan
Hukum Islam Melalui Maqasid
Syariah (alih bahasa oleh
Rosidin dan Ali ‗Abd el-Mun‘im).
Bandung: Mizan.
Mawardi, Abu al-Hasan ‗Ali ibn
Muhammad ibn Habib al-. ttt.
al-Nukat wa al-‗Uyun: Tafsir
al-Mawardi Juz 1. Beirut: Dar
al-Kutub al-‗Ilmiyyah.
Nawawi, Muhyiddin Abi Zakariya
Yahya ibn Syarf al-. 2001.
Shahih Muslim bi Syarh
al-Nawawi Juz 9. Kairo:
Muassasah al-Mukhtar.

211
UPAYA DEARABISASI DAN OBYEKTIVASI ISLAM ANTROPOSENTRIS
DALAM GAGASAN ISLAM NUSANTARA: ANALISIS KONSEP
TA’ASHSHUB DALAM MEMPERKUAT IDENTITAS KEINDONESIAAN
Oleh Masykur Rozi
(UIN Walisongo Semarang,
e-mail: masykurrozi93@gmail.com)

Abstrak
Makalah ini mencoba untuk menganalisa bagaimana Islam
Nusantara berperan sebagai formatur konsep Islam dengan tekstur
budaya Indonesia. Hal ini merupakan langkah upaya membendung
radikalisasi agama yang secara antropologis berakar pada sifat-sifat
tribal (badiyyah) yang dulu pernah berkembang di Arab dan turut
mewarnai Islam sepanjang sejarah. Dengan kata lain, Islam
Nusantara berusaha mengahapus nilai-nilai tribal Arab yang
melekat pada Islam dan mengambil intisarinya untuk
dikonvergensikan dengan kearifan lokal Indonesia. Dalam konteks
ini Islam Nusantara merubah at-Ta‘ashshub al-‗Ara‘biyyah menjadi
at-Ta‘ashshub al-Indunisiyyah untuk melestarikan identitas
Indonesia yang heterogen dan toleran. Dengan analisis
sosiokultural-historis dapat dilihat bagaimana potensi Islam
Nusantara dalam memperkuat identitas Indonesia melalui nuansa
Islam dengan wajahnya yang khas serta menangkal radikalisme
trans-nasional yang mengancam keutuhan NKRI.

Kata-Kata Kunci:
Ta‘ashshub, Nusantara, radikalisme, Islam

Latar Belakang keberlangsungan Indonesia yang


hiterogen, baik secara etnis, bahasa,
Indonesia merupakan negara budaya dan agama yang
yang memiliki populasi masyarakat diintegrasikan dengan semboyan
muslim terbesar di dunia. Menurut ―Bineka Tunggal Ika‖ menjadi satu
data yang disajikan oleh Syafi‘i identitas bermartabat, yakni
Ma‘arif, pada tahun 2000 sensus Indonesia.
penduduk mencatat bahwa muslim Namun, masalah di kemudian
di Indonesia mencapai angka 80, 22%. hari muncul. Ancaman-ancaman
Angka yang sangat tinggi itu sejak terhadap identitas ini nampak
lama telah ditopag oleh Nahdhatul dipermukaan dengan mengatas-
Ulama (NU) dan Muhammadiyah namakan agama berwujud sekte-
yang mengembangkan pembangunan sekte maupun Parpol bernuasnsa
masyarakat dari bawah dengan agama. Islam mangalami radikalisasi
nuansa Islam yang Samhah dan dengan semboyan ―al-Islamu ya‘lu
ramah terhadap siapa saja, sekalipun wala yu‘la ‗alaih‖ . Kalimat itu telah
terhadap masyarakat yang berbeda menjadi dalil legitimasi sikap
keyakinan (Wahid, 2009:7). Kedua ahumanis sampai pada penghakiman
Organisasi Masyarakat (Ormas) itu orang lain dengan kafir, sesat,
telah membangun civil society demi musyrik, bid‘ah dan lain sebagainya.

212
Menganggap orang yang tidak Setalah Islam mencapai
sepaham hanya sekedar dalam kekuasaan tertinggi di tanah Arab,
ucapan barang kali tidak terlalu khususnya pada masa ‗Umar bin
menjadi masalah, akan tetapi jika Khaththab, ekspansi masyarakat
sudah melakukan tindakan-tindakan Islam semakin meluas. Dari sini
yang anarkhis, inilah yang paling strukturalisasi agama menjadi
berbahaya. Hal tersebut akan negara mempengaruhi segalanya
memicu terjadinya perang saudara (Hasan, 1997:175). Semua perintah
dan mengancam keutuhan bangsa Khalifah seperti titah Tuhan di muka
Indonesia. Di sini segelintir orang bumi. Semakin ke sini strukturalisasi
telah mengubah agama yang Islam semakin matang dan berhasil
―samhah‖ menjadi ―sampah‖. bertengger di puncak perdaban dunia
Oknum-oknum di atas selama 14 abad dan berakhir pada
menurut penelitian di The Wahid masa ad-Dawlat al-Uthmaniyyah
Institute adalah perpanjangan (Ottoman Empire) di paruh pertama
tangan dari gerakan-gerakan abad 19. Masyarakat Islam yang dulu
religio-politik di Timur Tengah merasa terlindungi oleh negara
(Middle Estern), khususnya Wahabi syari‘ah serta dinaungi keridhaan
dan Ikhwanul Muslimin yang ilahi semakin lama semakin
memanfaatkan secara apologis mengalami keprihatinan dan
ayat-ayat tertentu. Biasanya doktrin- dekedensi moral. Hal inilah yang
doktrin kekerasan dipicu oleh menjadi awal ‗idealisasi masa lalu‘
penafsiran-penafsiran dangkal atas umat Islam yang memicu kembalinya
nash-nash jihad baik dari al-Qur‘an semangat untuk ‗mengembalikan
maupun al-Hadits dengan tujuan peradaban yang hilang‘ ke tangan
mobilisasi massa. Ibaratkan saja mereka (Kimball, 2008:114). Tidak
mereka sedang melakukan perang ide ada negara Islam menurut mereka
tentang ―Islam murni‖dan bertaruh adalah hidup di ‗masa yang salah‖.
untuk berebut anggota, bersing Hal ini melahirkan
dengan lawan yang lebih moderat. golongan-golongan yang berambisi
Pertanyaan mengapa Islam yang mendirikan negara Islam (regional)
mengangkat misi rahmat li al-‗alamin maupun al-Khilafah al-Islamiyyah
memuat doktrin-diktrin perang (transnasional dengan program-
kiranya sudah dijawab oleh Nadya programnya yang mengancam
Husna Shaqr di dalam Falsafah negara-negara berdaulat, termasuk
al-Harb fi al-Islam. Islam bukan Indonesia. Islam transnasional, yang
merupakan agama yang pasif dalam didefinisikan sebagai ―gerakan Islam
menjaga keamanan, akan tetapi aktif, di suatu negara yang dikendalikan
tetapi tidak cenderung agresif (Shaqr, oleh oknum di negara lain‖ atau
1990:72). Hal ini sangat masuk akal ―ideologi impor‖ (Wahid, 2009:274)
jika dikaitkan dengan situasi dan memilih merekrut massa dari negara
kondisi Arab sejak dulu. Masyarakat asal untuk merusaknya dari bawah.
Arab sebelum Islam sangat bernafsu Dalam konteks keindonesiaan saat
untuk berperang, sehingga untuk ini gerakan-gerakan seperti Ikhwanul
merintis komunitas yang berasal dari Muslimin, Wahabisme (meskipun di
golongan bawah dan lemah harus Indonesia menggunakan nama lain),
diimbangi dengan kewaspadaan HTI, dan partai-partai Islam beraliran
terhadap apapun yang mengancam keras dan radikal tumbuh dengan
benih-benih masyarakat Islam itu. ilusi-ilusinya. Inilah yang paling
berpotensi menggoncang tatanan

213
Kebhinekaan yang sudah terbentuk yang lebih mengutamakan
sepanjang sejarah sebelum Indonesia kerukunan dalam elemen-elemennya.
merdeka. Konsep Islam Nusantara ini, menurut
Jika dirunut dari awal, penulis, cukup mengamini untuk
tumpang tindih antara Arabisme dan mewujudkan hal tersebut.
Islamisme adalah sebab infiltrasi Berdasarkan deskripsi di atas,
ideologi-ideologi transnasional ini. kiranya penulis dapat mengajukan
Kekuarangtahuan masyarakat antara rumusan masalah sebagai berikut.
batas-batas budaya Arab dan Islam Pertama, Bagaimana nilai-nilai Arab
mendorong suatu pemahaman bercampur dengan Islam sehingga
bahwa Arab adalah Islam dan Islam menyebabkan potensi maraknya
adalah Arab. Terjadilah copy-paste kemunculan gerakan-gerakan radi-
Islam besetting budaya Arab dengan kal yang mengancam Indonesia?
simbol-simbol tertentu yang justru Kedua, Bagaimana mengantisipasi
terlihat aneh di Indonesia. Ketika terjadinya Arabisasi Indonesia
seorang ―pemuja Arab‖ sedang dengan membangun Islam ber-
berdakwah, yang perlu diingat adalah nuansa Indonesia yang berbasis
hal itu bukanlah dakwah agama, kearifan lokal? Ketiga, Bagaimana
melainkan ekspansi budaya Arab Islam Nusantara dapat mengu-
―berbaju Islam‖, khususnya kuhkan at-Ta‘ashshub al-Induni-
menopang sifat-sifat tribalisme siyyah serta melindungi NKRI dari
dengan ayat-ayat jihad. Ketika perpecahan?
orang-orang terpengaruh oleh
pengkotbah ini, terbentuklah Pembahasan
kemudian suatu sifat tribalisme dan
egosentrisme. Sehingga pada Tribalisme Arab-Islam:
gilirannya akan semakin kuat dan Nilai-Nilai Badiyyah dalam
perpecahan tidak dapat dihindari jika Islam Siyasi
tidak cepat-cepat diberantas.
Perpecahan itu dimulai dari saling Tribalisme Arab berasal dari
menyalahkan dan berakhir dengan kondisi masyarakat di sana sebelum
konflik permukaan dalam Islam. Kondisi geografis yang tidak
mempertahankan ego-ego Islami- memungkinkan untuk santai
Arabi melawan bangsa di mana ia memaksa mereka berpindah-pindah
berdiri saat ini. dari satu tempat ke tempat lain
Oleh karena situasi genting mencari kehidupan. Akar tribalisme
seperti itu, demi memperkuat ini tidak bisa dilepaskan dari
persatuan Islam yang menopang kepentingan ekonomi Qabilah yang
keutuhan NKRI perlu kiranya menjadi identitas resmi masa itu
melakukan dearabisasi dan menem- Saqal, 1995:81). Khalil ‗Abd al-Karim
patkan Islam sebagai agama mengatakan bahwa para Qabilah
antroposentris berbasis kearifan sangat gemar untuk berperang demi
lokal. Dengan mengambil Islam yang mendapatkan sumber air dan padang
bersifat Ilahi lalu dikonvergensikan rumput, sebab penghidupan mereka
dengan kearifan lokal Indonesia berasal dari ternak yang mereka
maka akan tercipta Ta‘ashshub khas bawa (al-Karim: 1995: 384). Dengan
Indonesia dan berpotensi semakin tradisi seperti itu, keyakinan
mengukuhkan identitas kebangsaan menyambung hidup di bawah
yang heterogen, toleran dan bayang-bayang pedang sangat kuat
terintegrasi dalam satu Kebhinekaan (Saqal, 1995:82).

214
Masyarakat Bawadi pada Paman Nabi, ‗Abd al-Muthtalib,
masa itu sulit untuk berkembang berjasa menjaga Nabi dari
karena keterbatasan. Jawad ‗Ali serangan-serangan suku Qurays
mengatakan bahwa hari-hari, sampai ia mangkat. Setelahnya,
makanan yang mereka konsumsi ancaman-ancaman fisik selalu
sehari-hari sama, begitupun cara muncul dan semakin keras. Nabi
berfikir mereka. Kelebihan yang terus melakukan dakwahnya. Di
dimiliki hanya sebatas seberapa kalangan suku-suku besar tidak ada
tangguh dia dibanding orang lain. yang mau menerimanya sehingga
Kebiasaan sehari-harinya adalah Nabi terpaksa menyebarkan Islam ke
menceritakan peperangan demi suku-suku kecil yang mungkin
peperangan yang dilaluinya dan menerimanya pada musim Haji
seberapa besar jasanya terhadap (Hasan, 1997:78). Dari sana dakwah
Qabilah. Hal ini wajar karena Nabi mulai membuahkan hasil.
kehidupan menjadi masyarakat Beberapa orang berhasil masuk Islam
nomaden sangat keras. Tugas mereka dan menjadi sahabatnya. Banyaknya
adalah mewaspadai bahaya dari umat Islam mulai dihadapi oleh
manusia atau hewan buas di mana ia Qurays dengan strategi politik,
tinggal saat itu (Ali, 1995:607). Hal sehingga masyarakat muslim saat itu
senada juga dikatakan oleh Ahmad kian terdesak.
Magandih dalam Tarikh al-‗Arab Hijrahnya Rasulullah ke
al-Qadim (Lihat: Magandih, Yatsrib adalah awal pembebasan dari
1994:21-22). Dan secara tegas kekejaman Qurays. Di sana Nabi
dikutip dari Ibnu Khaldun bahwa hal disambut secara penuh oleh
itu berimplikasi pada watak secara masyarakat Yatsrib. Benih-benih
psikologis yang membuatnya keras masyarakat Islam yang multietnis
dan bernaluri besar untuk berperang terintegrasi menjadi satu yang
(Magandih, 1994:71). dikenal dengan masyarakat Madinah.
Sifat-sifat tersebut terus Nabi menjadi pemimpin agama dan
berlangsung sampai turunnya Islam negara secara bersamaan (al-‗Arabi,
di Makkah. Perlu diketahui pula 88:101-103. Di sini, terjadi
bahwa Nabi Muhammad perubahan bentuk pengalaman dan
mendapatkan wahyu di daerah yang identitas baru dengan negosiasi
memiliki tipikal berbeda dengan di identitas yang berimplikasi menjadi
atas. Dalam studi sejarah Islam fanatisme terhadap entitas negara
dikenal dua istilah yang memiliki agama ―ad-Daulah ad-Diniyyah‖.
konteks tempat tinggal, yakni Pengalaman penyerangan untuk
al-Wabar dan al-Madar. Yang menghapuskan kezaliman terhadap
pertama merujuk pada orang-orang suku-suku Makkah atas nama jihad
yang nomaden seperti di atas, dan dan lainnya dengan perintah jihad
dikenal dengan istilah ahl al-Wabar dan yang lain membentuk suatu
atau A‘rabiyun, sedangkan yang sikap yang dianggap ideal dalam
kedua adalah suatu kota yang berdakwah. Jadi, pada dasarnya
biasanya banyak orang menetap, ayat-ayat jihad dalam bentuk
penduduknya di kenal dengan ahl demikian adalah respon keadaan
al-Madar atau ‗Arabiyun dan lebih masa itu, yang terbentuk dari
berperadaban (Ali, 1993:272). nilai-nilai tribal yang memposisikan
Meskipun berbeda, sifat-sifat nilai-nilai kekuatan untuk
Badiyyah ini lebih mendominasi membentuk model mempertahankan
dibanding Hadariyah. suatu komunitas.

215
Negara Madinah dianggap menjelang kematiannya. Setelah
sebagai negara ideal untuk Umar, Ut}man terpilih oleh tim
membentuk masyarakat Islam formatur yang dibentunk oleh Umar.
(Muslim Society). Namun, jika di lihat Lalu terakhir, terpilihlah Ali sebagai
ulang, integrasi itupun masih Khalifah setelah Ut{man meninggal.
menyisakan ―Ta‘ashshub Unsuriy- Kekuassan Ali tumbang direbut oleh
yah‖ dari masyarakat Madinah, yakni Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan dengan
antara Muhajirin dan Anshar. tahkim al-Qur‘an yang memecah
Ta‘ashshub ini nantinya akan belah umat Islam menjadi beberapa
nampak lagi ke permukaan partai, yakni Sunni, Syi‘ah dan
sepeninggal Rasulullah ketika Khawarij.
mengangkat Abu Bakar sebagai Simbol-simbol Khilafah
Khalifah. Sebelum Rasulullah memiliki kemiripan dengan sistem
dimakamkan sudah terjadi yang pernah berkembang di Arab,
desas-desus tentang siapa yang khususnya suku Qurays. Qurays
menggantikan Rasulullah sebagai memiliki sedikit kemajuan di dalam
pemimpin negara Madinah, apakah berpolitik. Dar an-Nadwah di pusat
dari Muhajirin atau Anshar. Makkah adalah tempat untuk
Hampir-hampir di Tsaqifah bermusyawarah dalam berbagai hal,
Bani Sa‘idah terjadi percekcokan sepeti ekonomi, politik dan agama.
antara Mahajirin dan Anshar. Kaum Penggabungan antara agama dan
Anshar pada waktu itu ingin negara juga sudah dikenal di sana
membai‘at Sa‘ad bin ‗Ubadah, yakni (Hasan, 1992:23). Di Makkah sistem
seorang pemimpin suku Khazraj. Abu kepemimpinannya adalah Hukumat
Bakar lalu berakata dengan maksud al-Mala‘ yakni mirip seperti
menengahi bahwa dalam perkara ini kapitalisme, siapa yang kaya menjadi
yang berwenang adalah suku Qurays, golongan kelas atas dan memiliki
sebab menurutnya masyarakat akan kekuasaan saat itu juga (al-Karim,
mengalami kemajuan hanya jika 1995:108). Sedangkan sebelumnya
mengangkat seseorang dari golongan ada beberapa kerajaan yang juga
Qurays sebagai pemimpin. Waktu itu memiliki prinsip al-Muluk, yakni
Abu Bakar memberikan pilihan Ghasaniyyah, Manazir dan Kindah,
kepada Muhajirin dan Anshar untuk semuanya menggabungkan agama
memilih antara Umar bin Khaththab dan kekuasaan (Hasan, 1995:23).
atau Abu ‗Ubaidah bin al-Jarrah. Ta‘assub dilanjutkan oleh
Umar berdiri dan menolak karena negara-negara Qurays pasca
takut nantinya akan perdampak al-Khulafa‘ ar-Rasyidun khususnya
pada perpecahan di negara baru itu. pada masa dinasti Abasiyah.
Setelah itu, Umar mendekat dan Terjadilah saling congkel kekuasaan
membai‘at Abu Bakar dengan dalih antara bangsa Arab dan Perisa
bahwa Rasulullah pernah menun- setelah sebelumnya bersekongkol
juknya untuk menggantikan sebagi menggulingkan kerajaan Umayyah di
imam shalat (Hasan, 1997:168). Syam dan sekitarnya. Ta‘assub Arab
Koalisi antara Aus dan Khazraj yang sangat ekstrim, menggunakan
mengatasnamakan masyarakat simbol-simbol kebanggan Arab
Ansar telah kalah. sebagai simbol resmi di wilayah
Sepeninggal Ubu bakar, Umar Persia. Selanjutnya, yang terjadi
terpilih dengan wasiat dari Abu Bakar kemudian adalah konflik kebudayaan
setelah sebelumnya ia berdiskusi yang dibalut baju Agama. Para ulama
dengan beberapa sahabat yang hadir merespon hal itu hingga

216
memfatwakan jihad dalam Mustafa al-Galayain adalah
menyikapinya (Syakir, 2000:25). at-Ta‘ashshub ad-Diniyyah dan
Dilanjutkan lagi dalam kerajaan Bani at-Ta‘ashshub al-Wataniyyah.
Umayyah di Andalusia antara Ahl Adapun yang pertama secara ideal
al-Hijaz dan Ahl asy-Syam serta adalah menjalankan agama dengan
antara Arab dan Barbar yang melaksanankan kewajiban- kewa-
menyebabkan melemahnya negara jiban, meneladani tuntunannya,
dari dalam (Syakir, 2000:29). menjalankan perintah dan menjauhi
Tentunya saat ini kita akan larangan serta mengaplikasikan
mempertanyakan eksistensi khilafah moral sebagaimana agama meng-
yang menjadi delusi masyarakat arahkan pengikutnya ke sana
Islam. Apakah ungkapan al-Khilafah (al-Ghalayain, 1936:152). Sedangkan
ar-Rasyidah ‗ala Manhaj an-Nubuw- yang kedua dicirikan dengan
wah merupakan sesuatu yang absah? pengorbanan penuh dalam mem-
Bagi penulis, mengangkat fiqur Nabi perbaiki dan berjuang demi tegaknya
Muhammad sebagai pemimpin ideal negara. Seseorang yang memiliki visi
sangatlah baik, karena secara pribadi kebangsan yang jelas adalah ―mereka
Nabi Muhammad memiliki jiwa yang rela mati demi keberlangsungan
kepemimpinan yang dibutuhkan negara dan sakit demi mewujudkan
seluruh umat manusia. Tetapi masyarakat yang ―sehat‖ (al-Gha-
mengangkat sistem Khilafah dengan layain, 1936:82).
mengatasnamakan Islam merupakan Secara tipologis, orang Arab
kesalahpahaman. Meskipun hal itu sangat sulit untuk mengendalikan
dalam definisi Sunnah dapat fanaitsmenya. Dalam Mablag al-‗Arab
dibenarkan. fi Fakhr al-‗Arab yang ditulis oleh Ibn
H{ajar al-Haitami disebutkan bahwa
1. Ta’ashshub fi al-Manhaj Umar bin Khattab pernah berwasiat
as-Sulukiyyah terhadap masyarakat Arab bahwa
bangsa mereka adalah usul al-Islam
At-Ta‘ashshub (secara yang telah berjasa menyebarkan
harifiyah sering diartikan fanatisme) Islam melalui pundak mereka
sebenarnya berasal dari ―al-‗Us- (al-Haitami, 1990:10). Secara historis
biyyah‖ yang berarti komunitas Islam menggunakan kekuasaan
masyarakat yang disatukan oleh satu dalam menyebarkannya, baik sejak
bahasa. Ia berarti suatu situasi semasa nabi masih hidup maupun
pengerasan pikiran maupun masa para Khalifah. Hal ini
kejumudan suatu kepercayaan yang menimbulkan pemahaman bahwa
mewujud menjadi suatu tindakan Islam adalah ad-Din wa ad-Dawlah
terhadap orang lain yang berbeda, (an-Najjar, 17, Lihat: al-Qattan:
yang berdasar anggapan 1997:18).
prapemahaman (Ibrahim: 1989: 25). Konsep Islam sebagai Dawlah
Hal ini memiliki korelasi yang sangat wa Din sebenarnya memiliki
erat tentang identitas yang dibahas ketimpangan makna. Dalam Islam
sebelumnya. Ta‘assub memiliki as-Siyasi disebutkan memiliki makna
kekuatan mempertahankah suatu darinya sebagai berikut: 1) tatanan
model-model maupun sistem yang hukum negara Islam berasal dari inti
disimbolkan dengan identitas. agama Islam, 2) politik adalah bagian
Dalam konteks Islam dan Arab dari agama, berarti aktivitas politik
di atas, terdapat dua model Ta‘assub, adalah ibadah, atau campur aduk
yakni agama dan negara, atau dalam antara Islam dan politik. Sehingga
bahasa yang diungkapkan oleh

217
yang terjadi adalah korban politik Khilafah adalah Abu Mas‗ab
adalah syuhada‘. 3) negara apapun az-Zarqawi. Dengan bekerja sama
bentuknya yang penting mengadopsi dengan Abu Muhammad
hukum Islam sebagai hukum negara. al-Muqaddasi, az-Zarqawi telah
4) asas negara Islam adalah praktik berulah membuat gerakan Da‘wah
manhaj Islam, tatanan moral serta as-Salafiyyah al-Jihadiyyah di
kebiasaan masyarakat yang dulu Yordania pada tahun 1993, serta
dikenal sepanjang sejarah (al-‗Asy- bersama Bin Laden membuat
mawi, 1997:200-201). ―al-Jabhah al-‗Alamiyyah li Qital
Pada dasarnya Islam tidak al-Yahud wa as-Salabiyin pada tahun
mematok harga mati tentang 1998 (Haniyyah dan Rumman,
eksistensi negara Islam. Sebenarnya 2015:28-29). Semasa perang Irak, di
telah terjadi miskonsepsi tentang Iraq az-Zarqawi juga membuat
penyebutan al-Khalifah (seorang at-Tauhid wa al-Jihad. Secara
pengganti). Dalam Ma‘atir al-Inafah fi geneologis pemikiran dan ideologi
Ma‘alim al-Khilafah diesbutkan Zarqani berasal dari gurunya, yakni
bahwa Khalifah adalah wakil Allah di Abu Abdillah al-Muhajir yang telah
bumi, pengganti Rasulullah dan berjasa membuat kitab ―fiqh
orang-orang yang menerusakan pertumpahan darah‖ bernama A‘lam
perjuangannya dalam Ri‘asat as-Sunnat al-Musyawwarat fi Sif>t
ad-Dunya wa ad-Din (mengurusi at-Ta‘ifat al-Mansurah. Fatwa-fatwa
urusan dunia dan agama) dalam kitab tersebut yang paling
(al-Qalqasandi:14-17). Dari sini, mempengaruhi organisasi bentukan
dipahami bahwa Khalifah mewarisi Zarqani secara ideologis adalah: 1)
hak-hak yang dimiliki oleh generalisasi kafir bagi masyarakat
Rasulullah dalam menetapkan Syi‘ah, 2) perampasan dan
hukum agama (at-Tasyri‘). Padahal pembunuhan, 3) pemenggalan
Abu Bakar pernah berkata sesaat kepala, 4) taktik-taktik propaganda
setelah dibai‘at oleh sahabat ―aku (Haniyyah dan Rumman,
bukan lah yang terbaik di antara 2015:31-32).
kalian, jika kau melihatku dalam Abu Bakr al-Bagdadi sang
kebaikan maka bantulah aku, jika ―Khalifah Islamic State‖ juga tidak
berbuat salah maka hentikanlah‖. bebeda jauh dari sana. Ia
Begitu juga Umar berkata ―jika kau memandang bahwa dunia sekarang
melihatku di lajur salah, maka kembali seperti masa Jahiliyyah
hentikanlah aku‘ (al-‗Usymawi:201). sehingga harus dilakukan
Itu artinya, figur-figur yang menjadi pengislaman secara penuh. Menu-
inspirator penegakah Khilafah rutnya, cara yang digunakan adalah
al-Islammiyyah pun mengakui bahwa iman, hijrah dan jihad untuk
ia tidak mewarisi atribut-atribut mendirikan negara Islam Dalam
keagamaan Rasulullah, yang starteginya ia memilih untuk
menta‘atinya adalah suatu kewajiban meyebarkan anggota-anggota IS ke
agama. seluruh dunia lewat Majlis al-‗Askari
Jika dikaitkan dengan (menteri keamanan) yang kini Abu
fenomena aktual sekarang, menurut Ahmad al-‗Ulwan sebagai jendralnya.
penulis yang paling bertanggung Pada bagian penerapan hukum
jawab dalam melahirkan pemikiran syari‘ah, ada Majlis asy-Syar‘i yang
ekstrim tentang agama dan negara bertugas menentukan langkah
serta bapak dari gerakan-gerakan hukum, menafsirkan hukum-hukum
Islam global bermisi menegakkan dari nas al-Qur‘an dan Sunnah serta

218
ta‘zir bagi pelanggar undang-undang Ibadahnya. Di Indonesia, pemerintah
syari‘ah (al-Qanun) (‗Utwan, tidak pernah melarang seorang
2015:22-24). muslim untuk menjalankan iba-
Acara Konferensi Hizbut Tahrir dahnya, bahkan ada Kementrian
Indonesia bertemakan ―Indonesia Agama yang selalu memonitoring
Milik Allah‖ pada tahun 2013 di fenomena keagamaan yang ada di
gedung Istimar Amni Semarang yang masyarakat serta aktif dalam
sempat penulis ikuti, ustadz-ustadz meningkatkan kualitas keagamaan
HTI menyebutkan bahwa sistem baik melalui pembinaan-pembinaan
Khilafah masuk dalam tataran bersifat sosial keagamaan. Selain itu
akidah. Siapapun yang mengaku juga ada MUI yang memberikan
muslim harus berjuang untuk fatwa-fatwa yang muncul dalam
mewujudkan Khilafah Rasyidah ‗ala dalam masyarakat, yang tentunya
Manhaj Nubuwwah sepeti yang telah bertujuan sebagai Tatbiq asy-
dicintohkan Nabi. Sebaliknya, siapa Syari‘ah
yang menentangnya sama saja Ta‘ashshub yang terdapat
mengingkari kedaulatan Allah di dalam kobaran semangat mendirikan
Bumi, dengan menggunakan Khilafah al-Islamiyyah ini
sistem-sistem kufur yang diwakili mengasumsikan bahwa agama hanya
dengan domokrasi liberal dan sistem dapat berjalan dengan kekuasaan.
ekonomi kapitalis. Selanjutnya dalam Menurut Khalil Ahmad Khalil,
pengajian rutin di masjid al-Jihad preseden-preseden sejarah mem-
perum Beringin, Semarang, beberapa berikan suatu pemahaman tentang
kali penulis juga sempat bagaimana seseorang agar mela-
meghadirinya, dengan ustadz dari kukan sesuatu, dan menutup mata
organisasi yang sama. Habib Rasyid dari hal-hal lain yang mungkin dan
(hanya nama itu yang penulis ketahui) dapat dijadikan suatu metode yang
adalah penceramah rutin di sana, memiliki nilai sama. Pemahaman ini
ceramahnya tidak berbeda dari api nantinya akan semakin mengeras
caci maki terhadap kehidupan dan mendorong seseorang bersikap
berdemokrasi. Kata sang habib, Islam egosentris (Khalil, 1991:73).
harus membumi di seluruh penjuru Pemahaman yang didapat tentang
dunia lengkap di segala aspek umat Islam terdahulu yang
kehidupan. Jadi, semua umat Islam menerapkan hukum menggunakan
harus gotong royong memper- kekuasaan. Kekuasaan politis yang
juangkan berdirinya Khilafah dianggap sebagai Manhaj as-Suluk li
Islamiyyah, dan barang siapa yang Tatbiq as-Syari‘ah (metode yang
menolaknya termasuk golongan yang diambil dalam menerapkan syari‘at)
menantang syari‘at Islam dan membikin suatu ide yang melahirkan
wilayahnya disebut Dar al-Kufr atau paham Islam sebagai Din wa Daulah.
Dar al-Harb. Adapun konsep Islam Din wa
Tentang Dar al-Harbi Dar Daulah memiliki hubungan yang
al-Kufr serta Dar al-Islam merupakan berbeda-beda, yakni ad-Daulah
masalah yang krusial dan perlu ad-Diniyyah, ad-Daulah as-Siya-
ditinjau ulang. Menurut Imam Syafi‘i, siyyah dan ad-Daulah al-Islamiyyah
Dar al-Harb adalah ungkapan bagi al-Madaniyyah. Adapun secara
suatu wilayah kekuasaan politik yang singkat perbedaan antara ad-Daulah
tidak memberikan jaminan ad-Diniyyah dan ad-Daulah Siya-
kebebasan dan rasa aman bagi orang siyyah adalah sebagai berikut:
muslim dalam menjalankan

219
Pertama, pemimpin ad-Daulah politik maupun agama (al-‗Usymawi,
ad-Diniyyah dipilih oleh Allah, dan 1997:200-201).
ad-Dawlah as-Siyasiyyah di pilih dari Jika dianalisa, keinginan
gologan, partai, sistem hereditis. Islam menurut para ulama adalah
Kedua, hukum di ad-Daulah menegakkan ad-Daulah al-Islamiy-
ad-Diniyyah dipandu oleh wahyu yah al-Madaniyyah ini (al-‗Usymawi,
Allah sepanjang zaman, sedangkan 1997:202), akan tetapi penulis lebih
yang kedua adalah hukum ditangan suka menyebut ―Masyarakat Islam
manusia biasa. Madani‖, yakni masyarakat yang
Ketiga, ad-Daulah ad-Diniyyah melakukan tatanan sosial secara
selalu mendapatkan perlindungan mandiri yang tidak bertentangan
dari Allah dengan kekuasaanya baik dengan Islam. Hal ini sangat
dari hal-hal Syahida maupun ghaib. bertentangan denga miskonsepsi
Sedangkan keamanan ad-Daulah para islamis yang berdelusi dalam
as-Siyasiyyah di tangan para ajudan menegakkan negara Islam. Impian-
dan penjaganya. impian dan salah paham antara
Keempat, pemimpin ad-Daulah hubungan dan negara membelokkan
ad-Diniyyah mendapatkan petunjuk arti sebenarnya dari ad-Daulah wa
langit setiap ada permasalahan baik ad-Din. Terpaku terhadap satu model,
mencakup perseorangan maupun yakni ad-Daulat al-Diniyyah dengan
masyarakat sosial pada umumnya. mengatas- namakan Allah sebagai
Sedangkan ad-Daulah as-Siyasiyyah, tujuan dari Tatbiq asy-Syari‘ah
pemecahan masalah berdasarkan adalah ―biang kerok‖ dari timbulnya
akal dan para mentri serta penesihat at-Ta‘ashshub fi al-Manhaj as-Sulu-
yang dipercayainya. kiyyah. Padahal, itu adalah warisan
Kelima, mentaati pemimpin sifat-sifat tribal Arab yang penuh
ad-Daulah ad-Diniyyah adalah dengan intrik politik kesukuan.
pelanggaran agama, sedangkan Jadi, dalam konteks ini adalah
dalam ad-Daulah as-Siyasiyah hal orang Islam yang berta‘assub
tersebut tidak berhubungan dengan terhadap gaya politik Arab yang
agama (al-Karim, 1995:13-17). terbentuk dari sifat-sifat fanatisme
Sedangkan ad-Daulah tribal (al-Ghazali, 2005:22). Yusuf
al-Islamiyyah al-Madaniyyah memili- Qardhawi menuliskan bahwa model
ki ciri sebagaimana berikut: Pertama, Khilafah bukanlah negara agama,
tatanan Islam berasal dari bawah namun sebatas berhukum Islam
rakyat, yakni dengan menggunakan dengan menggunakan kekuasaan
pengembangan dan pendidikan. yang pas dan representatif (Qardhawi,
Kedua, tidak mencampur aduk 2001:31).
antara kekuasaan Allah dan 2. Dearabisasi Islam: Antara
pemimpin, akan tetapi integrasi yang Ilahi dan‘Urfi
antara nilai-nilai agama dan
masyarakat (Iradat Allah wa Iradat Dearabisasi dalam masalah ini
al-Insn. Ketiga, jaminan kebebasan adalah menyisihkan paham
dalam kehidupah sehari-hari dengan kearab-araban yang melakat dalam
mempertimbangkan suatu norma, Islam yang dinilai tidak sesuai dan
moral dan nilai-nilai kemanusiaan jauh dari visi-visi rahmat jika
yang berkembang di masyarakat. diaplikasikan dalam suatu wilayah
Keempat, pemimpin dikawal oleh tertentu. Tidak benar bahwa penulis
masyarakat Islam, dan itu tidak menggunakan Term ini karena
dikenai suatu hukuman baik secara membenci bangsa Arab.

221
Penulis menekankan bahwa kaidah-kaidah tersebut, yakni akidah
Islam adalah al-Abadiyyah al-Muta- dan bahasa Arab (asy-Syatari : 2005:
zamminah wa al-Makaniyyah. Yakni 59).
konsep ―universal yang temporal dan Sedangkan al-Furu‘ adalah
lokal‖. Artinya, terdapat elemen- adalah suatu entitas yang dibangun
elemen universal dan untuk berdasarkan al-Usul tersebut. At-Tufi
mempertahankan atau mewujudkan- menjelaskan bahwa makna paling
nya dengan metode-metode yang spesifik adalah ―suatu entitas yang
sesuai dengan masyarakat yang tidak bertentagan dengan akidah
hidup di suatu masa dan tempat. serta mengamal- kannya tidak
Dalam diskursus al-Qawa‘id dianggap buruk oleh syari‘at
al-Fiqhiyyah terdapat kaidah yang (asy-Syatari, 2005: 79). Hubungan
megepresiasi al-‗Adat dan al-‗Urf. antara Usul dan Furu‘ sangatlah erat.
Al-Adah dalam masalah ini Furu dibangun atas Usul dan
adalah ―suatu hal yang biasa menjadikannya sebagai metode
dilakukan seseorang berulang-ulang dalam mempertahankan Usul dan
dan dapat diterima dengan oleh akal menurut literatur lain, khususnya
sehat‖. Sedangkan yang kedua mazhab Syaribiyyah, digunakan
adalah ―sesuatu yang dikenal serta sebagai manhaj as-Slukiyyah dalam
diterima oleh masyarakat‖ (al-Makki, mencapai Maqasid asy-Syari‘ah.
1996:290-291). Jika dilihat lebih Dalam konteks ini, kita diberi
lanjut, yang pertama bersifat tahu oleh ulama terdahulu tentang
psikologis, yakni suatu keadaan pentignya mengetahui antara Usul
seseorang ―secara personal‖ dan hal dan Furu‘ serta menempatkan
itu dapat diterima pada oleh keduanya pada tempat yang
masyarakat pada umumnya. Seperti semestinya. Tetapi, seiring berjalan-
kebiasaan seseorang merokok. nya waktu masyarakat muslim mulai
Sedangkan yang kedua adalah memindahkan dan menukar antara
kebiasaan sosial, seperti kebiasaan satu sama lain. Pada wacana yang
suatu masyarakat yang penulis bawa, sekarang banyak yang
mengandangkan ternaknya pada mengklaim bahwa khilafah dan
malam hari dan sebaliknya di negara Islam adalah suatu yang
masyarakat lain. urgen, bahkan menganggap bahwa
Adapun untuk membahasnya negara yang tidak menggunakan
kita harus memahami al-Usul wa sistem politik yang mereka maksud
al-Furu‘ dari Syari‘ah itu sendiri. adalah kafir yang menduduki wilayah
Syari‘ah adalah keseluruhan dari Dar al-Harb.
yang Allah turunkan bagi manusia Salah satu tema pokok
agar menjadi jalan hidup bagi keinginginan menegakkan negara
masyarakat (al-Qattan, 1997:13). Islam adalah pemberlakuan had
Usul asy-Syari‘ah memiliki berbagai dalam hal pidana. Dengan kekuasaan,
macam perspektif, yang menurut kiranya had-had akan berjalan
Ibnu Hazm al-Andalusi dibagi sesuai apa yang diperintahkan oleh
menjadi dua, yakni al-Usul al-Qur‘an dan berarti syari‘at telah
al-Mubasyir dan al-Usul Ghair membumi. Padahal, konsep Islam
al-Mubasyir. Tipe pertama biasannya memandang negara adalah untuk
yang diangkat oleh para ulama Usul menciptakan tatanan masyarakat
al-Fiqh, yakni kadah-kaidah yang madani yang timbul dari bawah
menjadi dasar ilmu fiqh. Sedngkan dengan kehidupan Islami secara
yang kedua adalah dasar-dasar substantif (Talimah, 2013: 18).

221
Negara agama, yang diimpikan oleh sebaliknya, kerukunan dan toleransi
masyarakat Islamis (Islamiyun) justu yang terbentuk oleh pengalaman
sebaliknya, yakni membuat sejarah Indonesia hendak
kedaulatan negara agama dengan diruntuhkan dengan identitas yang
tangan besi. Mereka menukar antara dulu menyatukan tiga elemen di
al-Usul dan al-Furu‘, yakni Madinah itu. Sebuah kontradiksi
mencampur aduk antara yang ilahi yang sangat nyata.
dan bersifat Basyariyyah karena
menjadikan negara sebagai al-Usul Islam Nusantara: Obyektivasi
yang sebenarnya al-Furu‘. Menurut Islam Madani
Khalil Abdul Karim, negara agama
sudah tidak mungkin terwujud lagi di Islam Nusantara dalam
dunia, sebab salah satu ciri negara persepektif Said Aqil Siroj kurang
agama adalah semua permasalahan lebih seperti berikut ―Islam nusantara
dijawab melalui wahyu dari Allah, mensinergikan nilai-nilai universal
seperti pada masa Rasulullah yang ilahiah dengan kultur budaya
(al-Karim, 1995:13-15). tradisi yang bersifat kreativitas
Cari dari masyarakat muslim manusia atau insaniah, Islam yang
madani adalah aktifitas Islami yang merangkul budaya, dan budaya yang
membudaya dari bawah atau Islam kuat dipoles dengan Islam‖ (Asydhad,
yang menekankan nilai-nilai 2015). Dengan begitu Islam
antroposentris. Dengan begitu Nusantara telah melebarkan diri dari
pembentukan masyarakat muslim agama teosentris menjadi
secara sosiologis dapat dibentuk teoantroposentris. Dalam hal ini,
dengan pengembangan dari bawah, banyak pihak yang menyangkal soal
tidak harus mengguanakan keaslian Islam kerena telah terjadi
kekuasaan. Jika yang menjadi sinkretisme antara Islam dan budaya
masalah adalah konsep hudud yang setempat. Qaem Aulassyahide juga
tidak diterapkan di sana, setidaknya menuliskan bahwa ketimpangan
ada beberapa alternatif yang yang terjadi dalam definisi adalah
diajukan masyarakat muslim demi kesalahpahaman terhadap derap
menciptakan hukum yang langkah Walisongo yang dianggap
mempunyai efek jera yang sama dan menusantarakan Islam. Sejalan
bersifat preventif. Jelas bahwa dengan Amin Fattah, bahwa hal itu
mereka memiliki tujuan berbeda justru merupakan pentauhidan
serta miskonsepsi dalam hubungan Nusantara, tidak menjadikan budaya
antara agama dan negara. Konsep sebagai tolok ukur atau alat yang
negara Islam yang diimpikan oleh bisa mengubah Syari‘at. Mereka pun
para revivalis saat ini tidak terlepas berijtihad agar metode dakwahnya
dari propaganda dan teror. Jika tidak mengubah hal-hal yang telah
mereka menggunakan negara ditetapkan secara mutlak di dalam
Madinah sebagai preseden, hal yang Islam (Aulassyahied , 2015:27-30).
perlu dicatat adalah bahwa Nabi Ada pula yang bependapat
sangat memprioritaskan kerukunan bahwa Islam Nusantara adalah
antar kelompok di madinah saat itu reduksi makna Islam itu sendiri, yang
yang terdiri dari Yahudi, Islam dan dijelaskan dalam al-Qur‘an dan
Kristen dengan menegakkan as-Sunnah yang telah sempurna
konstitusi yang dikenal dengan dengan preseden Nabi Muhammad.
―Piagam Madinah‖. Akan tetapi Sehingga Islam Nusantara
sekarang yang terjadi adalah memunculkan opini bahwa Nabi
mencontohkan Islam khusus bagi

222
orang Arab, dan sebaliknya, ada kultural, yang menekankan
model Islam tersendiri di Nusantara. kearifan-kearifan yang telah
Namun dalam hal ini penulis setuju terbangun berabad-adad sebelum
dengan Said bahwa Islam adalah Islam datang (Rachman, 2011:1417).
perpaduan antara nas-nas dan akal Walisongo pada dasarnya telah
manusia (Asydhad: 2015). Dalam hal menerapkan prinsip Piagam Madinah
ini disepakati bahwa budaya bersifat secara substantif dalam berdakwah.
kemanusiaan, sedangkan yang Peluang dakwah di Indonesia
agama adalah Ilahiyyah. Yang yang paling mungkin adalah
mewakili akal salah satunya adalah menggunakan perinsip negara
adat yang berkembang di masyarakat, Madani, bukan negara agama.
sedangkan yang satunya diwakili Paradigma Islam kultural memiliki
dengan al-Qur‘an dan Sunnah. Jadi, ciri khas tidak menonjolkan
dalam hal ini yang cocok adalah simbol-simbol keislaman, akan tetapi
Taqniyyah. bagaimana cara menjadikan Islam
Dalam wawancara tersebut sebagai ―agama sosial‖, atau moral
Said juga memperkenalkan dikotomi sosial (Jamil, 2013:298). Islam
Islam Arab dan Islam Nusantara. kultural merupakan hubungan
Dalam contohnya, ia mengangkat antara Islam dan masyarakat publik,
soal cara berpakaian, cara bersikap sehingga hal tersebut bisa menjadi
dan yang lain sebagainya. penengah antara para ekstrimis,
Dasar-dasar dari perpaduan ini yang secara ambisius berkeinginan
sebenarnya sudah ada, menurut dia, membentuk masyarakat Islam di
dalam perjalanan sejarah para bawah bayang-bayang politik, dan
sahabat mengadopsi kubah sebagai sekuleris yang melakukan privatisasi
arsitektur masjid. Kubah adalah agama. Menurut Jose Cassanova, hal
arsitektur Romawi lalu dianggap tersebut sangat substansial karena
representatif untuk digunakan di tiga alasan:
dalam masjid karena tidak Pertama, ketika agama mema-
membutuhkan banyak tiang, suki ruang publik untuk melindungi
sehingga masjid dapat menyediakan bukan hanya prinsip kebebasan
ruang yang cukup untuk agama yang dimilikinya, tetapi juga
menampung banyak orang yang keseluruhan prinsip kebebasan dan
beribadah di dalamnya. hak-hak untuk manusia modern,
Nusantara secara kerekteristik termasuk hak paling mendasar dari
memiliki berbagai macam suku, masyarakat sipil yang demokratis
bahasa, agama maupun kepercayaan. untuk hidup dan eksis melawan
Namun, panjangnya sejarah telah negara absolut dan otoriter.
mendidik mereka dalam bergaul Kedua, ketika agama mema-
sehari-hari, sehingga tercapai suatu suki ruang publik untuk
sikap toleransi yang kuat, dalam arti mempertahankan dan menggugat
menerima perbedaan sebagai otonomi wilayah sekuler yang kendati
warna-warni dunia. Namun, di absah tapi bersifat absolut, termasuk
akhir-akhir ini banyak yang klaim-klaimnya yang diatur
berusaha meruntuhkan kearifan berdasarkan prinsip diferensiasi
yang melekat di masyarakat fungsional namun mengabaikan
Nusantara itu. Dalam buku Membela pertimbangan-pertimbangan etis
Kebebasan Beragama, Islam bisa atau moral.
masuk di Nusantara karena Ketiga, ketika agama
menggunakan metode dakwah memasuki ruang publik untuk

223
melindungi dunia hidup (life world) dalam membendung Islam
tradisional dari campur tangan transnasional yang kini mulai
yuridis maupun administratif negara, melebarkan sayapnya di masyarakat
agama juga membuka isu-isu dan mengancam keutuhan NKRI.
menyangkut formasi norma-noma Dengan membangun masyarakat
dan kehendak ke dalam proses Islam Madani ini, Kebhinekaan akan
refleksi diri, secara kolektif dan kokoh.
publik etika diskursif modern (Jamil, Menurut penulis, jika kita
2013:299-300). sepakat dengan klaim-klaimnya atas,
Menjadikan Islam sebagai maka Islam Nusantara berpotensi
norma sosial melalui Islam kultural merubah cara pandang dan
adalah obyektivasi Islam berpindah dari Ta‘assub Arab ke
Antroposentris yang menggabungkan Kebhinekaan, yakni model-model
nilai-nilai Islam dan kehendak kebhinekaan yang dijadikan
masing-masing manusia. Dengan Taqniyyah dalam mewujudkan
begitu, akan tercipta ‗Urf Syar‘i rahmat di Indonesia. Dengan konsep
dalam masyarakat Islam sendiri. Ta‘assub ini masyarakat dapat
Inilah menurut penulis yang disebut memahami bahwa Islam Nusantara
sebagai penbentukan masyarakat adalah metode kultural untuk
Islam Madani yang paling potensial membangun masyarakat muslim
oleh. Kenggulan model Islam yang heterogen, plural dan damai
Nusantara adalah menjadi pengawal serta toleran.
kebijakan-kebijakan negara yang
tidak sesuai dengan nafas-nafas Kesimpulan dan Saran
Islam dan kondisi umat. Dengan
toleransi yang diambil dari ‗Urf Para Islamis yang berhasrat
masyarakat Nusantara dan dirasa mendirikan negara Islam di Indonesia
mampu untuk menjadi suatu model merupakan buah dari miskonsepsi
potensial dalam mewujudkan misi memahami sejarah peradaban Islam
Islam sebagai rahmat, maka semenjak turun. Sejarah
kesadaran akan moral sosial Islami negara-negara Islam pada dasarnya
akan terbentuk dari bawah sesuai adopsi sistem politik tribal Arab yang
kehendak fitrah manusia yang selalu menyisakan fanatisme Qabiliyyah,
merindukan kemanan, ketentraman yakni penggabungan antara politik
dan kebebasan. Jika boleh meminjam dan keyakinan di satu sisi yang
istilah Khalil ‗Abd al-Karim, Islam kemudian dipahami sebagai bagian
Nusantara adalah bentuk ideal dalam dari agama berdasarkan nas-nas
konteks ―Tatbiq asy-Syari‘ah‖ bukan secara apologis. Budaya Indonesia
―Tatbiq al-Hukm‖ (al-Karim: 65-67). yang sudah terbentuk sikap toleransi
Kesalahan kaum Islamis di akibat panjangnya sejarah tentu
Indonesia adalah cara dakwah yang tidak cocok dengan model penerapan
cenderung secara politis. Ingin Islam secara simbolik. Islam
melaksanakan syari‘at Islam secara Nusantara tampil dengan paradigma
politis-simbolik seperti di membentuk Masyarakat Muslim
negara-negara Islam yang dulu Madani melewati metode kultural
pernah berkembang di Arab. Dakwah yang dipoles dengan nilai-nilai
secara politis berpotensi merusak Ilahiyyah, yakni berusaha
tatanan kebhinekaan di Indonesia. mengobyektivikasikan nilai Ilahi
Islam Nusantara dengan paradigma secara antroposentris.
Islam kultural adalah harapan baru Konstelasi antara Islam
transnasional dan Islam kultural

224
dalam memperebutkan masyarakat Asydhad, Arifin (Direktur). 2015.
Indonesia sebagai ―proyek‖ besar misi Majalah Detik, Edisi 27 Juli-2
mereka merupakan fenomena Agustus 2015.
benturan budaya keberagamaan Al-Ghalayain, Mustafa. 1936. Izat
yang khas di masing-masing tempat. an-Nasyi‘in. Beirut: al-Matba‘ah
Oleh karena itu, nilai kearab-araban al-Wataniyyah.
yang dipahami dari sejarah atau nas Al-Ghazali, Muhammad. 2005.
harus disaring dengan dearabisasi at-Tas‘ssub wa at-Tasamuh
untuk dipilah mana yang Ilahi dan bayna al-Islam wa
mana yang ‗Urfi ‗Arabi dengan al-Masihiyyah. Mesir: Nahdhah
mengenali tujuan-tujuan Syari‘at al-Misr.
diturunkan. Selain itu juga yang ilahi Al-Haitami, al-Hafiz Ibn Hajar,
dicangkokkan dengan kearifan lokal Al-Imam. 1990. Mablagh al-Arab
di Indonesia sehingga dapat diterima fi Fakhr al-‗Arab. Beirut: Dar
dengan mudah. Islam Nusantara al-Kutub al-‗Ilmiyyah.
telah menggebungkan antara agama Haniyyah, H. dan Rumman. M.A.
dan nasionalisme, Dengan seikit 2015. Tanzim ad-Dawlah
perubahan ta‘assub dari model Arab, al-Islamiyyah: al-Azimah
menjadi Ta‘ashshub dengan nuansa as-Sunniyyah wa as-Sara‘ ‗ala
kearifan lokal yang dapat dijadikan Jihadiyyah al-‗Alamiyyah.
suatu metode efektif dalam Tatbiq Yordania: Mu‘assasat Fraderich
asy-Syari‘ah sebagai nilai-nilai sosial. Ebert.
Sebagai saran, Islam Hasan, Husain al-Hajj. 1992.
Nusantara patut berbangga telah al-Kadarah al-‗Arabiyyah fi Sadr
membuat paradigma sendiri tentang al-Islam. Beirut: Mu‘asssasat
Islam yang antroposentris. Namun, al-Jami‘ah.
kiranya harus ada batasan-batasan Hasan, Hasan Ibrahim. 1997. Tarikh
agar kecintaan terhadap Tanah Air al-Islam as-Siyasi wa ad-Diniwa
tidak akan menimbulkan fanatisme at-Taqafi wa al-Ijtima‘i. (Cairo:
baru ―yakni Ta‘assub Nusantara‖, Maktabat an-Nahzah
karena Islam Nusantara sangat dekat al-Misriyyah.
dengan at-Ta‘ashshub al-‗Unsuriyyah Ibrahim, Sa‘d ad-Din. 1989.
dan at-Ta‘ashshub al-Qaumiyyah. ―at-Ta‘ashshub wa at-Tahadi
al-Jadid li at-Tarbiyyah fi
Daftar Rujukan al-Watan‖, dalam ―al-Jamiyyah
al-Kuwaitiyyah li Taqaddum
‗Ali, Jawad. 1993. al-Mufassal fi at-Tufulat al-‗Araniyyah‖, Vol. 6,
Tarikh al-‗Arab qbl al-Islam. 1989.
Baghdad: Jami‘at Bagdad. Jamil, M. Mukhsin. 2013.
‗Usymawi, Muhammad Sa‘id. 1997. ―Revitalisasi Islam Kultural‖,
al-Islam as-Siyasi. Mesir: dalam ―Jurnal Walisongo‖, Vol.
Maktabah Madbul as-Saghir. 21, No. 2.
‗Utwan, ‗Abd al-Bar. 2015. ad-Dawlah Karim, Khalil ‗Abd. 1995. al-Islam
al-Islamiyyah: al-Juzur bayna ad-Daulah ad-Diniyyah
at-Tawahus al-Mustaqbal. wa ad-Daulah al-Madaniyyah.
Beirut: Dar as-Saqi. Cairo: Sina li an-Nasyr.
‘Arabi, Muhammad Mamduh.1988. ____________. 1995. Qurays: Min
Dawlat ar-Rasul. Mesir: al-Qabilat ila ad-Dawlah. Beirut:
al-Hai‘ah al-Misriyyah Mu‘assasat al-Ansyar al-‗Arabi.
al-‗Ammah li al-Kitab.

225
______________. tt. Tatbiq li Saqal, Dizirih, al-‗Arab fi al-‗Asr
asy-Syari‘ah am li al-Hukm. al-Jahili. 1995. Beirut: Dar
Cairo: Syirkah al-Amal. as-Sadaqat al-‗Arabiyyah.
Khalil, Khalil Ahmad. 1993. Syakir, Mahmud. 2000. at-Tarikh
Sikulujiyyat at-Ta‘assub. al-Islami. Beirut: al-Maktab
London: Dar as-Saqi. al-Islami.
Kimball, Charles. 2008. When Syatari, Sa‘id bin Nasyr. 2005. al-Usul
Religion Becomes Evil: Five wa al-Furu‘. Arab Saudi: Dar
Warning Signs (Revised Edition), al-Kunuz Isybiliya.
United States of America: Talimah, ‗Isam. 2013. al-Khauf min
Harper Collins e-Book. Hukm al-Islamiyyin. Beirut:
Magandih, Ahmad. 1994. Tarikh asy-Syabkah al-‗Arabiyyah.
al-‗Arab al-Qadim. Beirut: Dar Wahid, Abdurrahman (Editor). 2009.
as-Safwah. Ilusi Negara Islam: Ekspansi
Al-Makki, al-Fadani, Muhammad Gerakan Transnasional di
Yasin bin ‗Isa. 1996. al-Fawa‘id Indonesia. Jakarta: The Wahid
al-Janiyyah. Beirut: Dar Institute.
al-Basya‘ir al-Islamiyyah.
An-Najjar, Kamil. tt. ad-Dawlat
al-Islamiyyah baina
an-Nazriyyat wa at-Tatbiq.
Aulassyahied, Qaem. 2015.
―Walisongo dan Islam
Nusantara‖ dalam Buletin Islam
Nusantara: Mengislamkan
Nusantara atau
Menusantarakan Islam?, Edisi 1
Agustus 2015.
Al-Qalqasandi. tt. Ma‘atir al-Inafah fi
Ma‘alim al-Khilafah. Beirut:
‗Alam al-Kutub.
Qardhawi, Yusuf. 2001. Min Fiqh
ad-Dawlat fi al-Islam. Cairo: Dar
asy-Syuruq.
Al-Qatan, Mana‘. 1997. Tarikh
at-Tasyri‘ al-Islami at-Tasyri‘ wa
al-Fiqh. Riyadh: Maktabat
al-Ma‘arif li an-Nasyr wa
at-Tawzi.
Rachman, Budhy Munawar (Editor).
2001. Membela Kebebasan
Beragama: Percakapan Tentang
Sekularisme, Liberalisme dan
Pluralisme (Buku 3). Jakarta:
Democracy Project.
Saqr, Nadya Husna. 1990. Falsafah
al-Harb fi al-Islam. Cairo:
al-Masjis al-A‘la li Syu‘un
al-Islamiyyah.

226
ISLAM NUSANTARA:
SEJARAH, PERKEMBANGAN DAN KONTROVERSINYA
Oleh Imron Arifin
(Universitas Negeri Malang,
e-mail: imronarifinum@gmail.com)

Abstrak

Sejarah kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan oleh para pedagang


muslim yang berasal dari Gujarat atau daerah pantai Malibar India
Selatan, pedagang Cempa (Cina dan Cambodia), Persia, dan Arab.
Penyebaran diawali di Aceh dengan pendekatan persuasif dan
berkolaborasi dengan budaya lokal. Di Jawa penyebaran Islam selain
melalui perdagangan juga melalui kulturisasi dan kekuasaan politik
yang dikenal dengan Dewan Walisongo. Penyebaran Islam di Indonesia
merupakan embrional dari Islam Nusantara di wilayah Asia Tenggara
yang mencakup Indonesia, Malaysia, Pattani Thailand, Moro Filipina,
Singapura dan Brunai. Islam Nusantara yang sinkretistik nilai Islam
teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal (non teologis), budaya, dan adat
istiadat di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Doktrin Tauhid
Islam Nusantara tidak berbeda dengan mayoritas Muslim ahlusunnah
wal jamaah di dunia yang meyakini doktrin Rukun Iman dan Rukun
Islam secara utuh, perkembangan Islam pertengahan, seperti
pemikiran kalam (teologi) Asy'ariyah dan al Maturidiyah, fiqih
Syafi'i-Maliki-Hambali-Hanafi, tasawuf sunni al-Ghazali, dan praktek
tokoh sufi seperti Al-Junaid al Baghdadi dan Abdul Qodir Jailani.
Dengan praktek keberagamaan yang dipengaruhi kebudayaan lokal
dan tasawuf seperti perayaan maulid nabi, walimatul ars, ziarah kubur,
tahlilan dan tradisi Islam lainnya. Berbasis Islam kultural inilah Islam
Nusantara menjadi agama mayoritas di Indonesia sampai abad ke-21.
Karakteristik Islam Nusantara yang inklusif-moderat-toleran dewasa ini
mengalami kontroversi dengan hadirnya dua tantangan besar, yaitu
gerakan keagamaan yang eksklusif-radikalisme-fundamental dan
gerakan kapitalisme global dalam dimensi globalisasi.

Kata-Kata Kunci:
Islam Nusantara, sejarah, perkembangan, kontroversi,
fundamentalisme, globalisasi.

Pendahuluan pedagang Cina (Cempa), Persia, dan


Arab (Jakub, 1979; Gadjahnata &
Melihat sejarah kedatangan Swasono, 1986; Arifin, 1993).
Islam di Indonesia, penyebaran Islam Mereka datang pertama kalinya ke
yang pertama dilakukan para Aceh bersama kepercayaan yang
pedagang yang berasal dari India mereka pahami dari aspek teologi,
selatan atau daerah pantai Malibar,

227
ritual, jurisprudensi Islam, dan walimatul urs, tahlilan dan lainnya
perilaku spiritual yang berkolaborasi (Rahardjo, 1974; Arifin, 1993).
dengan budaya lokal. Dengan
demikian, penyebaran Islam di Menurut Arifin (1993) bahwa
Indonesia pada awalnya Islam Nusantara sangat terpengaruh
dikembangkan melalui jalinan sejumlah tokoh pemikir Islam
perdagangan dengan adaptasi pertengahan. Seperti pemikiran
budaya lokal (Jakub, 1979). Corak kalam (teologi) Asy'ariyah dan
Islam Indonesia merupakan agama al-Maturidy, fiqih empat madzab
yang telah menyesuaikan dengan seperti madzab Maliki, Syafi‘i,
keyakinan masyarakat lokal, melalui Hambali, dan Hanafi dengan
kolaborasi sosial, budaya, ekonomi, pengaruh kuat madzab Syafi'i,
maupun politik lokal. tasawuf sunni al-Ghazali, Syaikh
Islamisasi pulau Jawa yang Junaid al-Baghdadi dan praktek
dilakukan Dewan Walisongo juga tokoh sufi seperti Syaikh Ahmad
tidak berbeda dalam mengakomodasi Rifa‘i, Syaikh Naqsabandy, dan
tradisi lokal bertemu, kemudian Syaikh Abdul Qodir Jailani, dimana
membentuk konstruk pemahaman nilai-nilai ini bersenyawa dengan
yang baru. Baik dari nilai-nilai Islam paham kebudayaan telah memberi
maupun dari budaya masyarakat itu sentuhan ‖luwes dan
sendiri. Keduanya bertemu dengan mesra‖ terhadap nilai-nilai budaya
masyarakat, baik secara kolektif lokal. Dengan sendirinya, ini
maupun individual, tanpa bisa menunjukkan Islam sebagai realitas
diklasifikasikan secara pasti mana budaya telah menampilkan dirinya.
yang berasal dari Islam dan mana Istilah ini disebut Wahid (1995 dalam
yang produk lokal (Sunyoto, 2014). Arifin, 2012) sebagai pribumisasi
Islam Nusantara adalah Islam Islam yang secara substantif tidak
sinkretik yang merupakan gabungan mengubah Islam, melainkan hanya
nilai Islam teologis dengan nilai-nilai mengubah manifestasi dari
tradisi lokal (non teologis), budaya, kehidupan agama Islam. Selain itu,
dan adat istiadat di tanah air. pribumisasi Islam tidak lantas
Menurut Azra (2015), Islam menempatkan Islam dalam
Nusantara bukan nama baru muncul, subordinasi budaya dan tradisi, tidak
Islam Nusantara mengacu kepada pula melakukan ―Jawanisasi‖ atau
gugusan kepulauan yang mencakup sinkretisme. Tujuannya agar Islam
Malaysia, Pattani Thailand, Moro dipahami dengan mempertimbang-
Filipina, Singapura dan Brunai, atau kan faktor-faktor kontekstual,
sering juga disebut Islam Asia termasuk kesadaran hukum dan rasa
Tenggara. doktrin Tauhid Islam keadilannya, dan bagaimana agar
Nusantara tidak berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan lokal diper-
mayoritas Muslim ahlusunnah wal timbangkan dalam merumuskan
jamaah di dunia, yang merujuk hukum agama, tanpa mengubah
kepada ajaran theologi Asy‘ariyah hukum itu sendiri.
yang meyakini doktrin Rukun Iman
dan Rukun Islam secara utuh Masuknya Islam Nusantara
(Nicholson, 1914; Schimmel, 1975
dalam Arifin, 1993). Namun, pada Islam Nusantara merupakan
sebagian praktek ibadah, akulturasi budaya-budaya nusantara
dipengaruhi kebudayaan lokal, dan yang di-Islamkan dengan tujuan
tasawuf seperti perayaan maulid nabi, memberikan dakwah Islam yang
rahmatan lil alamin. Sejarahwan

228
Arnold (1968 dalam Arifin, 1993) dengan zamannya, saat itu umat
dalam karyanya The Preaching of Islam belum memiliki mushaf
Islam menguatkan temuan bahwa Al-Qur‘an, karena mushaf Al-Qur‘an
agama Islam telah dibawa oleh baru selesai dibukukan pada zaman
mubaligh-mubaligh Islam asal Khalifah Utsman bin Affan pada
jazirah Arab ke Nusantara sejak awal tahun 30 H atau 651 M. Naskah
abad ke-7 M. Setelah abad ke-7 M, Qur‘an pertama kali hanya dibuat
Islam mulai berkembang di kawasan tujuh buah yang kemudian oleh
ini, misal, menurut laporan sejarah Khalifah Utsman dikirim ke
negeri Tiongkok bahwa pada tahun pusat-pusat kekuasaan kaum
977 M, seorang duta Islam bernama Muslimin yang dipandang penting
Pu Ali (Abu Ali) diketahui telah yakni (1) Makkah, (2) Damaskus, (3)
mengunjungi negeri Tiongkok San‘a di Yaman, (4) Bahrain, (5)
mewakili sebuah negeri di Nusantara Basrah, (6) Kuffah, dan (7) yang
(Hirt & Rockhill, 1966 dalam Arifin, terakhir dipegang sendiri oleh Khalif
1993). Utsman. Naskah Qur‘an yang tujuh
Bukti lainnya, di daerah Leran, itu dibubuhi cap kekhalifahan dan
Gresik, Jawa Timur, sebuah batu menjadi dasar bagi semua pihak yang
nisan kepunyaan seorang Muslimah berkeinginan menulis ulang.
bernama Fatimah binti Maimun Naskah-naskah tua dari zaman
bertanggal tahun 1082 telah Khalifah Utsman bin Affan itu masih
ditemukan. Penemuan ini bisa dijumpai dan tersimpan pada
membuktikan bahwa Islam telah berbagai museum dunia. Sebuah di
merambah Jawa Timur di abad ke-11 antaranya tersimpan pada Museum
M. (Fatini, 1963: 39). Dari bukti-bukti di Tashkent, Asia Tengah.
di atas, dapat dipastikan bahwa Mengingat bekas-bekas darah
Islam telah masuk ke Nusantara pada lembaran-lembaran naskah tua
pada masa Rasulullah masih hidup. itu maka pihak-pihak kepurbakalaan
Secara ringkas dapat dipaparkan memastikan bahwa naskah Qur‘an
sebagai berikut: Rasululah menerima itu merupakan al-Mushaf yang
wahyu pertama di tahun 610 M, dua tengah dibaca Khalif Utsman
setengah tahun kemudian menerima sewaktu mendadak kaum perusuh di
wahyu kedua (kuartal pertama tahun Ibukota menyerbu gedung
613 M), lalu tiga tahun lamanya kediamannya dan membunuh sang
berdakwah secara diam-diam— Khalifah.
periode Arqam bin Abil Perjanjian Versailes (Versailes
Arqam (sampai sekitar kuartal Treaty), yaitu perjanjian damai yang
pertama tahun 616 M), setelah itu diikat pihak Sekutu dengan Jerman
baru melakukan dakwah secara pada akhir Perang Dunia I, di dalam
terbuka dari Makkah ke seluruh pasal 246 mencantumkan sebuah
Jazirah Arab. ketentuan mengenai naskah tua
Menurut literatur kuno peninggalan Khalifah Ustman bin
Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah Affan itu yang berbunyi: Di dalam
ada sebuah perkampungan Arab tempo enam bulan sesudah
Islam di pesisir Sumatera (Barus). Perjanjian sekarang ini memperoleh
Jadi hanya 9 tahun sejak Rasulullah kekuatannya, pihak Jerman
SAW memproklamirkan dakwah menyerahkan kepada Yang Mulia
Islam secara terbuka, di pesisir Raja Hejaz naskah asli Al-Qur‘an dari
Sumatera sudah terdapat sebuah masa Khalifah Utsman bin Affan,
perkampungan Islam. Selaras yang diangkut dari Madinah oleh

229
pembesar-pembesar Turki, dan kepemimpinan Khalifah Utsman bin
menurut keterangan, telah Affan (644-656 M). Hanya berselang
dihadiahkan kepada bekas Kaisar duapuluh tahun setelah Rasulullah
William II (Sou‘yb, 1979: 390-391) Saw wafat (632 M). Catatan-catatan
Sebab itu, cara berdoa dan beribadah kuno itu juga memaparkan bahwa
lainnya pada saat itu diyakini para peziarah Budha dari Cina sering
berdasarkan ingatan para pedagang menumpang kapal-kapal ekspedisi
Arab Islam yang juga termasuk para milik orang-orang Arab sejak
al-Huffadz atau penghafal al-Qur‘an. menjelang abad ke-7 Masehi untuk
Menengok catatan sejarah, pada mengunjungi India dengan singgah di
seperempat abad ke-7 M, kerajaan Malaka yang menjadi wilayah
Budha Sriwijaya tengah berkuasa kerajaan Budha Sriwijaya.
atas Sumatera. Untuk bisa Jelas, Islam di Nusantara
mendirikan sebuah perkampungan termasuk generasi Islam pertama.
yang berbeda dari agama resmi Inilah yang oleh banyak sejarawan
kerajaan—perkampungan Arab dikenal sebagai Teori Makkah. Jadi
Islam—tentu membutuhkan waktu Islam di Nusantara ini sebenarnya
bertahun-tahun sebelum diizinkan bukan berasal dari para pedagang
penguasa atau raja. Harus India (Gujarat) atau yang dikenal
bersosialisasi dengan baik dulu sebagai Teori Gujarat yang berasal
kepada penguasa, hingga akrab dan dari Snouck Hurgronje, karena para
dipercaya oleh kalangan kerajaan pedagang yang datang dari India,
maupun rakyat sekitar, menambah mereka ini sebenarnya berasal dari
populasi muslim di wilayah yang Jazirah Arab, lalu dalam perjalanan
sama yang berarti para pedagang melayari lautan menuju Sumatera
Arab ini melakukan pembauran (Kutaraja atau Banda Aceh sekarang
dengan jalan menikahi ini) mereka singgah dulu di India
perempuan-perempuan pribumi dan yang daratannya merupakan sebuah
memiliki anak, setelah semua syarat tanjung besar (Tanjung Comorin)
itu terpenuhi baru mereka—para yang menjorok ke tengah Samudera
pedagang Arab Islam ini—bisa Hindia dan nyaris tepat berada di
mendirikan sebuah kampung di tengah antara Jazirah Arab dengan
mana nilai-nilai Islam bisa hidup di Sumatera.
bawah kekuasaan kerajaan Budha Disebabkan letaknya yang
Sriwijaya. sangat strategis, selain Barus, Banda
Dalam literatur kuno asal Aceh ini telah dikenal sejak zaman
Tiongkok tersebut, orang-orang Arab dahulu. Rute pelayaran perniagaan
disebut sebagai orang-orang Ta Shih, dari Makkah dan India menuju
sedang Amirul Mukminin disebut Malaka, pertama-tama diyakini
sebagai Tan mi mo ni‘. Disebutkan bersinggungan dahulu dengan Banda
bahwa duta Tan mi mo ni‘, utusan Aceh, baru menyusuri pesisir barat
Khalifah, telah hadir di Nusantara Sumatera menuju Barus. Dengan
pada tahun 651 Masehi atau 31 demikian, bukan hal yang aneh jika
Hijriah dan menceritakan bahwa Banda Aceh inilah yang pertama kali
mereka telah mendirikan Daulah disinari cahaya Islam yang dibawa
Islamiyah dengan telah tiga kali oleh para pedagang Arab. Sebab itu,
berganti kepemimpinan. Dengan Banda Aceh sampai sekarang dikenal
demikian, duta muslim itu datang ke dengan sebutan Serambi Makkah.
Nusantara di perkampungan Islam di Islam masuk ke Nusantara,
pesisir pantai Sumatera pada saat bukan dengan peperangan ataupun

231
penjajahan. Islam berkembang dan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur
tersebar di Indonesia justru dengan adalah keluaran pesantren Sunan
cara damai dan persuasif berkat Giri.Santri-santri Sunan Giri
kegigihan para ulama. Adapun cara menyebar ke pulau-pulau seperti
masuknya Islam di Nusantara Bawean, Kangean, Madura, Haruku,
melalui beberapa cara antara lain. Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.
Pertama, melalui jalur perdagangan. Sampai sekarang pesantren terbukti
Jalur ini dimungkinkan karena sangat strategis dalam memerankan
orang-orang Melayu telah lama kendali penyebaran Islam di seluruh
menjalin kontak dagang dengan Indonesia.
orang Arab.Apalagi setelah berdirinya Keempat, kekuasaan politik,
kerajaan Islam seperti kerajaan Islam artinya penyebaran Islam di
Malaka dan kerajaan Samudra Pasai Nusantara, tidak terlepas dari
di Aceh, maka makin ramailah para dukungan yang kuat dari para
ulama dan pedagang Arab datang ke Sultan. Di pulau Jawa, misalnya
Nusantara (Indonesia).Disamping keSultanan Demak, merupakan
mencari keuntungan duniawi juga pusat dakwah dan menjadi pelindung
mereka mencari keuntungan rohani perkembangan Islam. Begitu juga
yaitu dengan menyiarkan raja-raja lainnya di seluruh Nusan-
Islam.Artinya mereka berdagang tara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi
sambil menyiarkan agama Islam selatan melakukan hal yang sama
Kedua, pendekatan kultural, sebagaimana yang dilakukan oleh
artinya penyebaran Islam di Demak di Jawa. Dan para Sultan di
Indonesia juga menggunakan seluruh Nusantara melakukan
media-media kebudayaan, sebagai- komunikasi, bahu membahu dan
mana yang dilakukan oleh para wali tolong menolong dalam melindungi
sanga di pulau Jawa. Misalnya dakwah Islam di Nusantara.Keadaan
Sunan Kali Jaga dengan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
pengembangan kesenian wayang.Ia negara nasional Indonesia di masa
mengembangkan wayang kulit, mendatang.
mengisi wayang yang bertema Hindu
dengan ajaran Islam. Sunan Muria
Westernisasi, Liberalisasi, dan
dengan pengembangan gamelan-
Globalisasi
nya.Kedua kesenian tersebut masih
digunakan dan digemari masyarakat Westernisasi merupakan
Indonesia khususnya Jawa sampai program pembaratan atau ideologi
sekarang. Sedang Sunan Giri Barat yang mendestruksi jiwa
menciptakan banyak sekali mainan nasionalisme, dengan meniru,
anak-anak, seperti jalungan, mengikuti, dan melakukan aktivitas
jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng bersifat kebarat-baratan (budaya
dan lain-lain. Western). Westernisasi sudah
Ketiga, jalur pendidikan berkembang di masyarakat Indonesia
pesantren sebagai salah satu bahkan telah memasuki komunitas
lembaga pendidikan yang paling keberagamaan. Westernisasi mem-
strategis dalam pengembangan Islam beri dampak positif maupun dampak
di Indonesia. Para da‘i dan muballig negatif. Dampak positif contohnya
yang menyebarkan Islam diseluruh tentang pengaruh budaya lain dalam
pelosok Nusantara adalah keluaran segi pakaian. Dulu bangsa kita,
pesantren tersebut.Datuk Ribandang setiap hari memakai pakaian adat
yang mengislamkan kerajaan dalam melakukan aktivitas apapun.

231
Kaum wanita di Jawa misalnya, bangsa dan budaya sendiri, bahkan
memakai kebaya lengkap, tentu saja merendahkan produk dalam negeri
mebuatnya sangat sulit dalam Menjelang diberlakukan Pasar
melakukan aktivitas tertentu. Bebas di Asia Tenggara (ASEAN Free
Sehingga dari pengaruh westernisasi Trade Area/AFTA) 2003, banyak
inilah di era baru ini kita dapat kalangan khawatir Indonesia tak
menggunakan pakaian biasa seperti akan mampu bersaing (Kompas,
kemeja, celana, rok, dan sebagainya. 24/12/2002). Tak peduli kita siap
Disisi lain pengaruh westernisasi dari atau belum, era perdagangan bebas
segi pakaian juga membawa dampak telah dimulai. Indonesia tak bisa
negatif. Awalnya bangsa kita yang menghindar dari kompetisi pasar
sopan, selalu berpakaian tertutup bebas ASEAN yang efektif berlaku
kini tidak lagi, karena pengaruh tahun 2003, diperkuat dengan
pakaian-pakaian yang tidak sesuai diberlakukannya MEA (Masyarakat
budaya. Generasi muda yang tidak Ekonomi ASEAN) atau AEC (ASEAN
mau menyaring terlebih dahulu Economic Community) per 31
seringkali terkena pengaruh buruk Desember 2015.
fashion bangsa lain. Mereka memakai Pemberlakuan AFTA dan MEA
pakaian yang minimalis, membuka membuka keran gelombang
aurat dan sangat tidak sesuai dengan globalisasi dengan berbagai dampak
budaya bangsa dan syariah agama. yang ditimbulkan. Meskipun istilah
Inilah yang sering kali menjadi "globalisasi" awalnya muncul dalam
kontroversi. arena keuangan, perdagangan, dan
Dari segi bahasa. bahasa ekonomi; namun dengan cepat ia
Inggris telah menjadi bahasa meluas melampaui batasan
pengantar internasional, sangat perlu cakupannya. Kini globalisasi dipan-
bagi kita untuk mempelajari dan dang sebagai sistem atau
menguasai bahasa tersebut. Kita bisa kecenderungan worldwide yang
berkomunikasi dengan orang-orang meliputi keuangan, pertukaran pasar
dari negara lain dengan bahasa internasional, komunikasi, politik,
Inggris, ini sisi positif, sisi negatifnya dan ideologi.
banyak lembaga pendidikan Globalisasi bukan sekadar
pengantar bahasa Inggris dan soal hegemoni Barat, kendati tak
muridnya kurang bisa menggunakan dapat dipungkiri Barat memiliki
bahasa Indonesia dengan baik dan posisi istimewa. Peter Beyer (1994: 9)
benar. Dari segi cara hidup, mengatakan: Globalization is more
kebiasaan orang barat than the spread of one historically
mengkonsumsi minuman beralkohol, existing culture at the expense of all
yang itu diharamkan dalam agama. others. It is also the creation of a new
Jelas, ini adalah dampak negatif global culture with its attendant social
masuknya budaya barat ke structures, one which increasingly
Indonesia. Kebiasaan orang barat becomes the broader social context of
yang bisa kita tiru adalah kepedulian all particular cultures in the world,
terhadap sesama, bekerja keras, dan including those of the West.
tidak mau menganggur. Negatifnya, Perkembangan komunikasi
westernisasi beresiko melunturkan dan transportasi menyebabkan
semangat nasionalisme bangsa, cara proses globalisasi berlangsung
hidup, cara berpakaian, cara intensif, ekstensif, dan cepat.
berbicara yang kebarat-baratan, Masalah jarak ruang dan waktu tidak
melunturkan semangat cinta akan lagi menjadi penting. Dunia seakan

232
menjadi kian sempit dan menyatu, perekonomian dunia hanya akan ada
atau seperti digambarkan David di tangan sekelompok orang. Sebagai
Harley (dalam Arifin, 2015), dunia ilustrasi, lima negara (AS, Jepang,
menjadi global village, berbagai Perancis, Jerman, dan Inggris)
perkembangan baru masuk ke merupakan tempat 172 dari 200
lingkungan-lingkungan yang semula perusahaan terbesar dunia. Mereka
eksklusif dan tertutup. Menyadari menguasai ekonomi dunia dan akan
bahwa globalisasi dengan segala memperkuat kontrolnya. Dengan
dampaknya pasti menyentuh pemberlakuan ekonomi tanpa batas,
sendi-sendi agama dan kehidupan perusahaan-perusahaan raksasa itu
beragama, maka dapat dimengerti akan menguasai seluruh kekayaan
jika umat beragama merasa perlu dunia. dengan prinsip ekonomi global
merespons fenomena globalisasi yang adalah "memproduksi sebanyak
melanda kehidupannya. Dampak mungkin barang dengan sedikit
sampingan globalisasi komunikasi, pekerja" (producing more goods with
perdagangan, politik, dan mobilitas fewer workers).
internasional, masyarakat kian sadar Dari sudut pandang
akan keragaman dan urgensi keagamaan, kehadiran globalisasi
melakukan refleksi kritis atas tidak hanya bersifat negatif. Sebagai
berbagai asumsi yang selama ini keniscayan sejarah, globalisasi tidak
taken for granted. Proses globalisasi bisa ditolak, namun perlu disikapi
mengakselerasi kesadaran umat secara arif dan bijaksana sebagai
akan pluralitas agama. Tradisi-tradisi tantangan bagi umat beragama.
yang melegitimasi identitas dan Pengaruh globalisasi terhadap agama,
homogenitas keagamaan mendapat setidaknya dapat dilihat dari
tantangan serius globalisasi. Kaum munculnya dua respons agama yang
agamawan bukan saja disadarkan tampaknya berlawanan.
akan keniscayaan pluralisme agama, Agama-agama bisa saja merambah
namun juga ada pluralitas dalam dunia global atau malah
pluralisme agama. menentangnya. Yang pertama, jalan
Perubahan persepsi diyakini universalisme: pandangan kultural
akan mempengaruhi berbagai yang menegaskan, kita semua ada
organisasi keagamaan. Sejauh ini, dalam kebersamaan dan kita lebih
isu globalisasi lebih banyak baik belajar satu sama lain sehingga
memunculkan kekhawatiran. dapat menjalin kerja sama. Hal ini
Pertama, globalisasi dipandang dapat melibatkan ragam kultural
sebagai upaya untuk memperluas yang akhirnya mengantar umat
model Amerika (the American model) beragama pada kesatuan
untuk mencakup seluruh dunia. kemanusiaan sebagai satu keluarga.
Karena itu, banyak kalangan Namun, bisa juga muncul
mengkritik globalisasi sebagai kecenderungan sebaliknya. Ideologi-
Amerikanisasi, atau ekspansi ideologi agama atau quasi-agama
universal gagasan dan nilai-nilai bisa merespons konteks global baru
Amerika. Kedua, dalam dengan mengasingkan diri (‗uzlah)
perkembangannya globalisasi akan sembari menekankan keberbedaan.
menghapus batas negara. Beberapa Fundamentalis Islam, Kristen, Hindu,
pakar menduga, 15 jaringan global dan beragam "fundamentalis"
akan menguasai pasar dunia, dan nasionalisme bukanlah agama masa
pemilik jaringan itu akan menjadi lalu. Sebenarnya, mereka merupakan
tuan dunia. Itu berarti, aktivitas ideologi baru yang pura-pura

233
berupaya mempertahankan "hal-hal atau drastis. Esensi radikalisme
baik di masa lalu", padahal di balik adalah konsep sikap jiwa dalam
itu adalah ketidakmampuan mengusung perubahan secara keras
membendung modernisasi dan atau inti dari perubahan itu
globalisasi. cenderung menggunakan kekerasan.
Terbukti, kelompok-kelompok Radikalisme merupakan
fundamentalis ini mampu gerakan yang berpandangan kolot
mengembangkan kekuatan sosial dan sering menggunakan kekerasan
baru-seperti terorisme bersenjata dalam mengajarkan keyakinan
mutakhir-sebagai cara merevitalisasi mereka. Radikalisme sering
sejarah yang mereka dambakan diidentifikasi dengan terorisme.
(imaging history). Dengan tepat Beyer Meskipun, keduanya berbeda,
(1994: 10) menggambarkan radikalisme adalah kebijakan dan
kecendrungan fundamentalis agama terorisme bagian dari kebijakan
dengan, "a fundamentalist‘s respons radikal tersebut. Menurut Dawinsha
that allows change under the (2015) radikalisme itu mengandung
insistence that nothing fundamental is sikap jiwa yang membawa kepada
changing". Kendati mereka tindakan yang bertujuan melemah-
menentang gerakan HAM universal, kan dan mengubah tatanan
sebagai respons juga kemapanan dan menggantinya
mengembangkan kecenderungan dengan gagasan baru. Makna
sosial seperti didasarkan pada HAM radikalisme sebagai pemahaman
versi sendiri. Kalangan umat negatif dan bahkan bisa menjadi
beragama perlu lebih mendalami berbahaya sebagai ekstrim kiri atau
semangat etis dan paradigma kanan.
perubahan yang menjadi tuntutan Munculnya isu-isu politis
zaman. Dengan semangat itu kita mengenai radikalisme Islam me-
bisa menjawab tantangan globalisasi, rupakan tantangan baru bagi umat
seperti hilangnya batas-batas atau Islam. Isu radikalisme Islam sudah
sekat-sekat etnik, golongan, bahkan lama mencuat di permukaan wacana
negara. Kita harus membuang jauh internasional. Radikalisme Islam
konsepsi agama yang sempit dan sebagai fenomena historis-sosiologis
eksklusif yang cenderung membatasi merupakan masalah yang banyak
kebajikan sebagai milik "kita" saja, dibicarakan dalam wacana politik
dan "mereka" tak punya. Pendekatan dan peradaban global akibat
eksklusif tidak akan mampu kekuatan media yang memiliki
mentransendenkan batas-batas potensi besar dalam menciptakan
keagamaan seseorang. persepsi masyarakat dunia. Banyak
label label yang diberikan oleh
kalangan Eropa Barat dan Amerika
Radikalisme dan Fundamental-
Serikat untuk menyebut gerakan
isme Agama Islam radikal, dari sebutan kelompok
Sisi lain dari globalisasi adalah garis keras, ekstrimis, militan, Islam
religio-fundamentalisme, membung- kanan, fundamentalisme sampai
kus radikalisme fundamental dan terrorisme. Bahkan di negara-negara
sadisme dengan baju agama atau Barat pasca hancurnya ideologi
legitimasi agama. Radikalisme berarti komunisme (pasca perang dingin)
paham atau aliran yang mengingikan memandang Islam sebagai sebuah
perubahan atau pembaharuan social gerakan dari peradaban yang
dan politik dengan cara kekerasan menakutkan. Tidak ada gejolak

234
politik yang lebih ditakuti melebihi akan menjadikan citra Islam sebagai
bangkitnya gerakan Islam yang agama yang tidak toleran dan sarat
diberinya label sebagai radikalisme kekerasan.
Islam. Tuduhan-tudujan dan Menurut cendekiawan
propaganda Barat atas Islam sebagai muslim, Nazaruddin Umar, bahwa
agama yang menopang gerakan radikalisme sebenarnya tak ada
radikalisme telah menjadi retorika dalam sejarah Islam. Sebab selama
internasional. ini Islam tak menggunakan
Label radikalisme bagi radikalisme untuk berinteraksi
gerakan Islam yang menentang Barat dengan dunia lain. ‗‘Dalam
dan sekutu-sekutunya dengan sejarahnya, Nabi selalu mengajarkan
sengaja dijadikan komoditi politik. umatnya untuk bersikap lemah
Gerakan perlawanan rakyat lembut,‘‘ penyebaran ajaran Islam
Palestina, Revolusi Islam Iran, Partai yang diemban oleh Nabi Muhammad
FIS Al-Jazair, perilaku anti-AS yang dilakukan dengan cara yang santun
dipertunjukkan Ayatullah Qomaeny dan lemah lembut. Nabi mengajarkan
di Iran, Mu‘ammar Ghadafi di Lybia untuk memberikan penghormatan
ataupun Saddam Hussein di Iraq, kepada orang lain meski mereka
gerakan Islam di Mindanao Selatan, adalah orang yang memiliki
gerakan masyarakat Muslim Sudan keyakinan yang berbeda. Islam yang
yang anti-AS, merebaknya solidaritas masuk ke Indonesia juga dibawa
muslim Indonesia terhadap dengan cara yang sangat damai. Pun
saudara-saudara yang tertindas dan penyebaran Islam yang terjadi di
sebagainya, adalah fenomena yang Negara lainnya. Ini sangat berbeda
dijadikan media Barat dalam dengan negara-negara lain, terutama
mengkampanyekan label radikalisme imperialis.
Islam.Tetapi memang tidak bisa Gerakan radikalisme sesung-
dibantah bahwa dalam perjalanan guhnya muncul dan memiliki latar
sejarahnya terdapat kelompok- belakang yang sekaligus menjadi
kelompok Islam tertentu yang faktor pendorong munculnya gerakan
menggunakan jalan kekerasan untuk radikalisme. Di antara faktor-faktor
mencapai tujuan politis atau itu. Pertama, faktor-faktor sosial-
mempertahankan paham keagama- politik. Gejala kekerasan ―agama‖
annya secara kaku yang dalam lebih tepat dilihat sebagai gejala
bahasa peradaban global sering sosial-politik daripada gejala
disebut kaum radikalisme Islam. keagamaan. Gerakan yang secara
Radikalisme tak jarang salah kaparah oleh Barat disebut
menjadi pilihan bagi sebagian sebagai radikalisme Islam itu lebih
kalangan umat Islam untuk tepat dilihat akar permasalahannya
merespons sebuah keadaan. Bagi dari sudut konteks sosial-politik
mereka, radikalisme merupakan dalam kerangka historisitas manusia.
sebuah pilihan untuk menyelesaikan Secara historis dapat diamati bahwa
masalah. Namun sebagian kalangan konflik-konflik yang ditimbulkan oleh
lainnya, menentang radikalisme kalangan radikal dengan seperangkat
dalam bentuk apapun. Sebab mereka alat kekerasan dalam menentang dan
meyakini radikalisme justru tak membenturkan diri dengan kelompok
menyelesaikan apapun. Bahkan akan lain ternyata lebih berakar pada
melahirkan masalah lain yang masalah sosial-politik. Dalam hal ini
memiliki dampak berkepanjangan. kaum radikalisme memandang fakta
Lebih jauh lagi, radikalisme justru historis bahwa umat Islam tidak

235
diuntungkan oleh peradaban global tesa terhadap budaya sekularisme.
sehingga menimbulkan perlawanan Budaya Barat merupakan sumber
terhadap kekuatan yang mendomi- sekularisme yang dianggab sebagai
nasi. Dengan membawa bahasa dan musuh yang harus dihilangkan dari
simbol serta slogan-slogan agama bumi. Sedangkan fakta sejarah
kaum radikalis mencoba menyentuh memperlihatkan adanya dominasi
emosi keagamaan dan mengggalang Barat dari berbagai aspeknya atas
kekuatan untuk mencapai tujuan negeri-negeri dan budaya muslim.
politiknya. Tentu saja hal yang Peradaban barat sekarang
demikian ini tidak selamanya dapat merupakan ekspresi dominan dan
disebut memanipulasi agama karena universal umat manusia. Barat telah
sebagian perilaku mereka berakar dengan sengaja melakukan proses
pada interpretasi agama dalam marjinalisasi selurh sendi-sendi
melihat fenomena historis. Karena kehidupan muslim sehingga umat
dilihatnya terjadi banyak Islam dan Islam menjadi terbelakang dan
ketimpangan sosial yang merugikan tertindas. Barat, dengan sekular-
komunitas muslim maka terjadilah ismenya, sudah dianggap sebagai
gerakan radikalisme yang ditopang bangsa yang mengotori budaya-
oleh sentimen dan emosi keagamaan. budaya bangsa Timur dan Islam, juga
Kedua, faktor emosi dianggap bahaya terbesar dari
keagamaan atau faktor sentimen keberlangsungan moralitas Islam.
keagamaan, termasuk di dalamnya Keempat, faktor ideologis
solidaritas keagamaan untuk kawan anti westernisme. Westernisme
yang tertindas oleh kekuatan merupakan suatu pemikiran yang
tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat membahayakan Muslim dalam
dikatakan sebagai faktor emosi mengapplikasikan syari‘at Islam.
keagamaannya, dan bukan agama Sehingga simbol-simbol Barat harus
(wahyu suci yang absolut) walalupun dihancurkan demi penegakan syari‘at
gerakan radikalisme selalu mengi- Islam. Walaupun motivasi dan
barkan bendera dan simbol agama gerakan anti Barat tidak bisa
seperti dalih membela agama, jihad disalahkan dengan alasan keyakinan
dan mati stahid. Dalam konteks ini keagamaan tetapi jalan kekerasan
yang dimaksud dengan emosi yang ditempuh kaum radikalisme
keagamaan adalah agama sebagai justru menunjukkan ketidak-
pemahaman realitas yang sifatnya mampuan mereka dalam
interpretatif. Jadi sifatnya nisbi dan memposisikan diri sebagai pesaing
subjektif. dalam budaya dan peradaban.
Ketiga, faktor kultural ini Kelima, faktor kebijakan
juga memiliki andil yang cukup besar pemerintah. Ketidakmampuan peme-
yang melatarbelakangi munculnya rintahan di negara-negara muslim
radikalisme. Hal ini wajar karena untuk bertindak memperbaiki situasi
memang secara kultural, sebagai- atas berkembangnya frustasi dan
mana diungkapkan Musa Asy‘ari kemarahan sebagian umat Islam
bahwa di dalam masyarakat selalu disebabkan dominasi ideologi, militer
diketemukan usaha untuk maupun ekonomi dari negera-negara
melepaskan diri dari jeratan besar. Dalam hal ini elit-elit
jaring-jaring kebudayaan tertentu pemerintah di negeri-negeri muslim
yang dianggap tidak sesuai. belum atau kurang dapat mencari
Sedangkan yang dimaksud faktor akar yang menjadi penyebab
kultural di sini adalah sebagai anti munculnya tindak kekerasan

236
(radikalisme) sehingga tidak dapat materialisme yang dibungkus dalam
mengatasi problematika sosial yang globalisasi.
dihadapi umat. Di samping itu, faktor Islam Nusantara dalam
media massa (pers) Barat yang selalu menghadapi weternisasi dan
memojokkan umat Islam juga globalisasi adalah menjadikan
menjadi faktor munculnya reaksi nilai-nilai dasar moderat (tawasuth),
dengan kekerasan yang dilakukan toleran (tasamuh), seimbang
oleh umat Islam. Propaganda- (tawazun), dan adil (i`tidal) sebagai
propaganda lewat pers memang fondasi cultural yang digalakkan oleh
memiliki kekuatan dahsyat dan Islam Nusantara, dimana keempat
sangat sulit untuk ditangkis sehingga nilai tersebut merupakan esensi dari
sebagian ―ekstrim‖ yaitu perilaku ajaran Islam yang ada dalam Al
radikal sebagai reaksi atas apa yang Quran dan Hadist. Dari nilai-nilai
ditimpakan kepada komunitas inilah tercipta wajah Islam Nusantara
Muslim. yang santun, lembut, fleksibel
Realitas sosial ini dengan namun tetap tegas dan konsisten
sendirinya mendorong umat Islam dalam menolak hal-hal yang berbau
Nusantara untuk menyingkirkan ekstremis, tidak terkecuali
sikap eksklusif dan mengembangkan westernisasi dan globalisasi.
orientasi universal terhadap agama Ketika awal mula
sehingga dapat lebih mengakomodasi dikampanyekan, muncul dukungan
"yang lain" (the other). Satu pelajaran terhadap model Islam Nusantara
penting yang dapat dipetik dari arus yang disuarakan kelompok atau
globalisasi adalah, seluruh masya- tokoh perorangan Islam yang
rakat lambat laun akan menyadari berpaham moderat. Said Aqil Siradj
perihal "kemanusiaan sebagai satu (14/6/ 2015) Ketua PBNU dalam
keluarga" (humanity as a single acara Istighotsah menyambut Rama-
family). dhan dan Pembukaan Munas Alim
Ulama NU, di Mesjid Istiqlal Jakarta,
mengatakan ―Islam Nusantara ada-
Kontroversi Islam Nusantara dalam
lah Islam dengan cara pendekatan
Globalisasi
budaya, tidak menggunakan doktrin
Menurut Ketua PP Lesbumi
yang kaku dan keras. Islam
PBNU, K.H. Agus Sunyoto (Kompas,
Nusantara ini didakwahkan merang-
27 Jan 2016) Globalisasi telah
kul budaya, melestarikan budaya,
melahirkan dua kutub besar. Satu
menghormati budaya, tidak malah
gelombang membawa ke liberalisme
memberangus budaya. Berbeda
Barat dan yang satunya mengarah ke
dengan Islam Arab yang selalu konflik
fundamentalisme Arab. Sebagian
dengan sesama Islam dan perang
kecil umat Islam dijebak dan terjebak
saudara.‖ Presiden Joko Widodo saat
dalam fundamentalisme Arab dengan
berpidato dalam membuka Munas
melakukan radikalisme, dehuman-
tersebut menyatakan dukungannya
isme, kebiadaban, ekslusi- vitas, anti
secara terbuka atas model Islam
budaya lokal, dan pembantaian
Nusantara."Islam kita adalah Islam
manusia, sehingga Islam dianggap
Nusantara, Islam yang penuh sopan
sebagai terorisme dan public enemy
santun, Islam yang penuh tata
yang ujung-ujung melahirkan Islamy
krama, itulah Islam Nusantara, Islam
Phobia. Di sisi lain, liberalisme Barat
yang penuh toleransi, beliau
telah mengaburkan identitas diri
menyatakan, ―Islam Indonesia adalah
bangsa dan agama, serba wes-
Islam Nusantara. Islam Nusantara itu
ternisasi, liberalisasi, hedonisasi, dan

237
lebih baik, lebih ramah, lebih moderat berdikari sebagai identitas bangsa
dari umat Islam ditempat lain seperti untuk menghadapi tantangan global.
Islam Irak, Islam Suriah atau Islam (Kompas, 28 Jan 2016).
Libya.‖ Selain Presiden Jokowi, suara
senada juga disuarakan sejumlah Penutup
pejabat Indonesia lainnya, termasuk
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang lebih Islam Nusantara adalah Islam
sering memakai istilah Islam sinkretik yang merupakan gabungan
Indonesia. nilai Islam teologis dengan nilai-nilai
Menghadapi gerakan globali- tradisi lokal (non teologis), budaya,
sasi ini maka pada tanggal 27-28 dan adat istiadat di Tanah Air.
Januari 2016 PP. Lesbumi PBNU Selama ini banyak para aktivis,
menyelenggarakan Mukernas dan lembaga kajian, pakar bahkan
berjuang melestarikan Islam sampai lingkungan akademisi sedang
Nusantara, maka tepatnya di Jakarta hangat membicaraan tentang ―Islam
pada 28 Januari 2016 (17 Robiul Nusantara‖. Namun dalam ranah
Akhir 1437 H./17 Bakda Mulud 1949 diskusi dan sebagainya belum
J.) telah mencanangkan Tujuh banyak menempatkan konteks
Strategi Kebudayaan yang disebut sejarah dalam pembahasannya.
―Saptawikrama‖ atau ―al-Qowa‘id Islam Nusantara merupakan akul-
as-sab‘ah‖ yaitu: (1) menghimpun turasi budaya-budaya Nusantara
dan mengonsolidasi gerakan yang yang di-Islamkan dengan tujuan
berbasis adat istiadat, tradisi, dan memberikan dakwah islam yang
budaya Nusantara; (2) mengem- rahmatan lil alamin. Banyak sekali
bangkan model pendidikan sufistik literatur bahkan fakta sejarah yang
(tarbiyah wa ta‘lim) yang berkaitan memberikan gambaran bahkan
erat dengan realitas di tiap satuan kajian ilmiah mengenai proses
pendidikan, terutama yang dikelola masuknya Islam di Indonesia.
lembaga pendidikan formal (Ma‘arif) Adapun cara masuknya Islam
dan Rabithah Ma‘ahid Islamiyah di Nusantara melalui beberapa cara
(RMI); (3) membangun wacana antara lain melalui jalur
independen dalam memaknai perdaganagan, pendidikan, kultur
kearifan lokal dan budaya Islam budaya lokal, dan kekuasaan politis.
Nusantara secara ontologis dan Tantangan Islam Nusantara terdiri
epistemologis keilmuan; (4) meng- dua kutub besar, yaitu westernisasi,
galang kekuatan sebagai anak liberalisme, hedonisme, dan
bangsa yang bercirikan Bhineka globalisasi dan kutub besar lain
Tunggal Ikauntuk merajut kembali berupa radikalisme dan funda-
peradaban Maritim Nusantara; (5) mentalisme Agama yang cenderung
menghidupkan kembali senibudaya destruktif, melahirkan Islam phobia
yang beragam dalam ranah Bhineka dan Islam public enemy, karena
Tunggal Ika berdasarkan nilai diwujudkan dalam emosi kekerasan,
kerukunan, kedamaian, toleransi, dehumanisasi, dan
empati, gotong royong, dan eksklusivitas-intolerans.
keunggulan dalam seni, dan ilmu Islam Nusantara merupakan
pengetahuan; (6) memanfaatkan manifestasi dari entitas yang unik
teknologi informasi dan komunikasi dalam hidup berbangsa, bernegara,
untuk mengembangkan gerakan beragama, berbudaya, dan berjati diri
Islam Nusantara; dan (7) dalam menghadapi dua gelombang
mengutamakan prinsip juang besar dunia yang menajadi tantangan
yaitu liberalisme barat dalam

238
globalisasi yang menjadikan hidup Indonesia, Jakarta: PT. Bulan
sebagai pasar dan akan dikuasai Bintang,
kapitalisme global. Sisi lain, Hirth, F., & Rockhill, W.W. 1966.
radikalisme dan fundamentalisme Chau Ju Kua, His Work On
agama telah mencoreng pencitraan Chinese and Arab Trade in XII
dan menyimpang dari ajaran Islam Centuries, St.Petersburg:
sebenarnya sebagaimana diajarkan Paragon Book
Nabi Muhammad Saw. Islam http://jemaat-islamnusantara.blogs
Nusantara kontroversinya mewujud- pot.co.id/2015/06/pengertian-i
kan diri sebagai entitas solid slam-nusantara.html
bermartabat dan berkarakter dalam http://www.arrahmah.com/news/2
menghadapi arus liberalisme- 015/06/29/menelisik-islam
globalisme satu sisi dan radikal- nusantara.html#sthash.dKYOD
isme-fundamentalisme agama dari Blf.dpuf
sisi yang lain. . http://pakdhekeong.blogspot.co.id/
2013/05/makalah-radikalisme-
Daftar Pustaka islam.html
http://0173cahbangkerep.blogspot.c
Abdullah, T. & Siddique, S. 1986. o.id/2013/06/radikalisme-isla
Islam and Society in Southeast m-di-indonesia.html
Asia. Singapore: Institute of http://jemaat-islamnusantara.blogs
Southeast Asian Studies. pot.co.id/2015/06/pengertian-i
Abdullah, T. 1987. Islam dan slam-nusantara.html
masyarakat: Pantulan Sejarah http://summerviscountess.blogspot.
Indonesia. Jakarta: LP3ES co.id/2013/10/globalisasi-dan-
Arifin, I. 1993. Kepemimpinan Kyai: dampaknya-pada.html
Kasus Pondok Pesantren http://www.academia.edu/1170455
Tebuireng. Malang: 7/Westernisasi_Yang_Terjadi_D
Kalimasahada Press. i_Masyarakat_Indonesia
Azra, A.. 2015. Islam Nusantara: http://www.islamnusantara.com/nu
Jaringan Global dan Lokal. santara-dalam-rangkulan-islam
Bandung: Mizan /
C.Ricklefs, 1991. Sejarah Indonesia http://Forummbb.org
Modern. Yogyakarta: Gadjah www.republika.co.id/berita/kolom/r
Mada University Press esonansi/15/06/17/nq3f9n-isl
Djadjadiningrat, P.A.H. 1963. Islam am-nusantara-1.
di Indonesia, dalam Kennet www.bbc.com/indonesia/berita
Morgan, ed., Islam Djalan _indonesia/2015/06/150614_i
Mutlak, terj. Abu Salamah, dkk. ndonesia_ islam-nusantara.
Djakarta: PT. Pembangunan http://www.beritasatu.com/nasional
Fatini, S. Q. 1963. Islam Comes to /289331-azyumardi-azra-islam
Malaysia, Singapura: M. S. R.I. -nusantara-adalah-islam-tolera
Gadjanata, K.H.O, & Swasono, S.E. n.html
1986. Masuk dan Imarah, M. 1999. Islam dan Pluralitas:
Berkembangnya Islam di Perbedaan dan Kemajemukan
Sumatera Selatan. Jakarta: dalam Bingkai Persatuan,
Universitas Indonesia Press Jakarta: Gema Insani Press
Hasjmy, A., 1990. Sejarah Ismail, H. F. 2002 Pijar-Pijar Islam :
Kebudayaan Islam di Pergumulan Kultur dan Struktur,

239
Jakarta: Balitbang Agama dan
Diklat Keagamaan Depag RI
Mansur, 2004. Peradaban Islam
Dalam Lintasan Sejarah,
Yogyakarta, Global Pustaka
Utama, 2004
Menjawab Tantangan Sekularisme
dan Liberalisme Di Dunia Islam,
Kumpulan Makalah Workshop
Pemikiran Islam dan Pemikiran
Barat di Pasuruan, 4-5 April
2005
Murodi, 1994. Sejarah Kebudayaan
Islam, Semarang: PT. Karya
Toha Putra
Rahardjo, D. 1985. Pergulatan Dunia
Pesantren: Membangun dari
Bawah. Jakarta: P3M.
Saridjo, M. 1980. Sejarah Pondok
Pesantren di Indonesia. Jakarta:
Dharma Bhakti
Sou‘yb, J. 1979. Sejarah Khulafaur
Rasyidin, Bandung: Bulan
Bintang
Sunyoto, A. 1989. Ajaran Tasawuf
dan Pembinaan Sikap Hidup
Santri di Pesantren Nurul Haq
Surabaya. Tesis tidak
dipublikasikan. Malang‖ IKIP
Malang.
Sunyoto, A. 2014. Atlas Wali Songo.
Ensiklopedia. Jakarta. Pustaka
Sururin (ed.)2005. Nilai-Nilai
Pluralisme Dalam Islam: Bingkai
Gagasan yang Berserak,
Bandung: Nuansa
Thoha, M. A.2005. Tren Pluralisme
Agama, Tinjauan kritis, Jakarta,
Perspektif.
Yuanzhi, K. tt. Buku Silang Budaya
Tiongkok Indonesia.

241
USAHA-USAHA UIN MALIKI MALANG
DALAM MEREALISASIKAN UMAT ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN
Oleh A. Samsul Ma‘arif
(UIN Maliki Malang, e-mail: syamsulsyafa@gmail.com)

Abstrak
Islam Nusantara merupakan sebuah isu yang hangat diperbincangkan
pada akhir-akhir ini. Islam Nusantara yang dimaksudkan sebagai umat
Islam yang memiliki sifat moderat, toleran, selaras dan menghargai
perbedaan. Istilah ini membawa pro dan kontra di kalangan umat Islam
di Indonesia. Akhir-akhir ini Indonesia disibukkan dengan isu-isu yang
terkait dengan agama, semisal teroris, gavatar, ahmadiyah dan
lain-lain. Pemahaman Islam yang mendalam akan membawa
pengikutnya kepada rahmatan lil alamin, pun begitu juga sebaliknya
pemahaman Islam yang dangkal akan mengantarkan pengikutnya
kepada aliran-aliran yang salah. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah
wadah/lembaga yang bisa membentengi umat Islam dari
paham-paham yang menyesatkan. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang merupakan Lembaga Islam dibawah naungan
Kementerian Agama yang bertugas sebagai Universitas Islam yang
menggabungkan antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama.
Lulusan dari Universitas ini diharapkan memiliki empat jiwa rahmatan
lil alamin, yakni (1) Kedalaman Spiritual, (2) Keagungan Akhlak, (3)
Keluasan Ilmu, dan (4) Kematangan Profesional. Dengan keempat jiwa
ini, peneliti yakin bahwa UIN Maliki Malang telah menjadikan
lulusannya sebagai umat Islam yang rahmatan lil alamin. Tujuan dari
penulisan artikel ini adalah (1) mendeskripsikan pemahaman dasar
terkait Islam Nusantara, Islam Moderat dan Islam Toleran, (2)
mendeskripsikan usaha-usaha nyata UIN Maliki Malang dalam
membentengi lulusannya sebagai generasi rahmatan lil alamin.
Instrumen yang diperlukan dalam penulisan artikel ini adalah (1)
wawancara, (2) observasi dan (3) dokumen terkait.

Kata-Kata Kunci:
Islam Moderat, Islam Rahmatan lil alamin, UIN Maliki Malang

Istilah Islam Nusantara, mengatakan, fenomena membaca


menjadi isu yang mulai ramai al-Quran dengan langgam jawa,
dibicarakan. Sejalan dengan peran merupakan bagian dari proyek islam
para budayawan dan orang-orang nusantara itu.
liberal di Indonesia. Dan nampaknya Orde Baru di Indonesia yang
ini hendak dijadikan sebagai mengalami runtuh pada tahun 1998,
gerakan. Media massa pun telah mengalami banyak perubahan yang
mempublikasikan bahwa di UIN signifikan. Di samping bidang
Syarif Hidayatullah Jakarta telah keamanan, yang menyita banyak
menyelenggarakan festival budaya waktu yaitu maraknya berbagai
islam nusantara. Bahkan ada yang kelompok keagamaan yang mengu-

241
sung ideologi radikal. Idiologi ini Indonesia; (5) Kaum Salafi (Koran
muncul karena kurangnya Harian Jawa Pos, 15/03/2015).
pemerintah dalam mengatur kea- Melihat situasi yang demikian,
manan di Indonesia. maka menjadi tugas penting bagi
Keberadaan kelompok atau Negara dan penduduknya untuk
organisasi Islam radikal ini tidak mengantisipasi hal-hal yang tidak
pernah statis, tetapi terus mengalami diinginkan. Indonesia mulai sadar
perkembangan sejalan dengan dengan gerakan-gerakan demikian
dinamika di dalam dan luar negeri. sehingga dimunculkanlah berbagai
Perkembangan ini mengundang macam program dari berbagai
kekhawatiran dan kecemasan publik lembaga baik lembaga pemerintahan
karena tidak jarang organisasi Islam maupun lembaga non pemerintahan.
radikal menebar aksi teror yang sebagai contoh saja, Kementerian
berakibat fatal baik kepada kalangan Agama melalui UIN Maulana Malik
sipil maupun yang dialami oleh Ibrahim Malang melakukan usaha-
pelakunya sendiri. Hal ini berbanding usaha agar para alumninya terhindar
lurus dengan data yang dirilis oleh dari pemahaman- pemahaman Islam
Litbang ―Kompas 15 Maret 2015‖: yang salah.
Sentimen keagamaan, termasuk
radikalisme dan melemahnya tole- Islam Nusantara
ransi masih menjadi hal yang dinilai
sebagai ancaman bagi masa depan Prof. Dr. Azyumardi Azra
Kebangsaan Indonesia: mendefisikan Islam Nusantara
Seorang pengamat terorisme adalah Islam distingtif sebagai hasil
dari Institute For Policy Analysis of interaksi, kontekstualisasi, indigeni-
Conflict (IPAC) bernama Sidney Jones, sasi dan vernakularisasi Islam
mengemukakan empat motivasi WNI universal dengan realitas sosial,
yang bergabung ke ISIS, yakni: (1). budaya dan agama di Indonesia.
Keinginan untuk ikut serta dalam Ortodoksi Islam Nusantara (kalam
perang akhir zaman seperti yang Asy‘ari, fikih mazhab Syafi‘i, dan
dijanjikan oleh sebuah hadits; (2). tasawuf Ghazali) menumbuhkan
Banyak orang Islam yang ingin karakter wasathiyah yang moderat
melawan penindasan diktator Syiah; dan toleran. Islam Nusantara yang
(3). Kemudahan Syria sebagai negara kaya dengan warisan Islam (Islamic
tempat jihad; (4). Ketiga hal tersebut legacy) menjadi harapan renaisans
diperkuat dengan motivasi keempat, peradaban Islam global.‖ (http://
yakni, sejak khilafah diumumkan www.uinjkt.ac.id, diakses 10
pada Juni 2014, dan memang Desember 2015).
menguasai wilayah, banyak orang Islam Nusantara sejalan
yang penasaran untuk menjadi warga dengan semangat Piagam Madinah di
dari negara yang murni Islam. masa Nabi Muhamad SAW, yang
Mereka inigin menjadi bagian dari digambarkan dengan nilai-nilai
pemerintah Islam global tersebut. inklusifisme (terbuka) dan tasamuh
Kelompok masyarakat yang dibidik (toleransi) bukan wujud pemaksaan
untuk menjadi anggota ISIS pun dari kehendak dalam beragama (QS.
berbagai kalangan, yakni: (1) Al-Baqarah: 56), walaupun di Madi-
Penganit Islam Radikal; (2) nah terdapat 3 golongan besar, yaitu:
Mahasiswa; (3) Keluarga Kesulitan (1) sahabat-sahabat mulia (Anshar
Ekonomi; (4) Kerabat Anggota ISIS di dan Muhajirin), (2) orang-orang
Musyrik yang tidak mau beriman,
dan (3) orang-orang Yahudi. Dengan

242
ۡ ۡ ۡ
akhlaknya yang mulia, Rasulullah ‫ث ِِف ٱأل ُِّميِّ َن َر ُسول ِّمن ُه ۡم يَت لُواْ َعلَ ۡي ِه ۡم‬ ِ
َ ‫ُى َو ٱلَّذي بَ َع‬
Saw. terus berupaya mengembang- ۡ ۡ ِ ‫ءايَٰتِ ِوۦ وي َزّكِي ِه ۡم وي علِّمهم ۡٱل‬
kan dakwah Islamiyah pada seluruh ‫ب َوٱحلِك َم َة َوإِن َكانُوْا‬ َ ‫ت‬
ََٰ ‫ك‬ ُ ُ ُ َُ َ َُ َ َ
kabilah di Madinah. Dampaknya,
ٕ ‫ضلَل مبِي‬ َٰ ِ ۡ ِ
beliau ditunjuk sebagai pemimpin di
Madinah oleh kaum Muslimin dan
َ ‫من قَب ُل لَفي‬
―Dia-lah yang mengutus kepada kaum
Musyrikin. Hal ini karena akhlaknya
yang buta huruf, seorang Rasul di
yang mulia dan sifatnya yang adil.
antara mereka, yang membacakan
Allah Swt. Berfirman:
‫ٱَّللِ أ ُۡس َوةٌ َح َسنَة لِّ َمن َكا َن‬
َّ ‫ول‬ِ ‫لََّق ۡد َكا َن لَ ُك ۡم ِِف رس‬ ayat-ayat-Nya kepada mereka Kitab
ُ َۡ ۡ dan Hikmah (As Sunnah). Dan
ِ َّ ‫ٱَّللَ َوٱليَ ۡوَم ٱألٓخَر َوذَ َكَر‬
ِ َّ ْ‫يَ ۡر ُجوا‬
sesungguhnya mereka sebelumnya
ٕٔ ‫ٱَّللَ َكثُّيا‬ benar-benar dalam kesesatan yang
―Sesungguhnya pada diri Rasulullah nyata‖ (QS. al-Jumu‘ah: 2).
(Muhammad) terdapat suri tauladan Dari paparan data diatas,
yang baik bagimu. Yaitu, bagi dapat ditarik sebuah kesimpulan dari
orang-orang yang mengharapakan Prof Azyumardi Azra yaitu: (1) islam
Allah dan hari kemudian, serta ia universal dan (2) islam yang sudah
banyak mengingat Allah‖ (QS. mengalami penyesuaian dengan
Al-Ahzab: 21). budaya dan realitas sosial. Yang
Keberhasilan Rasulullah mereka istilahkan dengan islam
dalam membangun masyarakat di nusantara itu.
Madinah salah satunya disebabkan Jika yang dimaksud islam
oleh pendidikan Rasulullah pada universal adalah islam ajaran Nabi
para sahabat, yaitu melalui Muhammad Shallallahu ‗alaihi wa
pembinaan spiritual di Masjid Nabawi, sallam, yang itu diterima oleh
Madinah. Kemudian Beliau melaku- seluruh dunia, berarti islam
kan konsolidasi internal dengan nusantara yang menjadi gagasan
mempersaudarakan sahabat para tokoh uin itu, berbeda dengan
Muhajirin dan Anshar, bahkan islam ajaran Nabi Shallallahu ‗alaihi
termaktub dalam 16 butir perjanjian wa sallam. Selanjutnya, Pak Azra
Islamiyah. Allah Swt. menceritakan mengaku bahwa islam nusantara
kejadian ini dalam Al-Qur‘an, yang dia maksud, penyatuan kalam
ۡ ‫إََِّّنا ۡٱلم ۡؤِمنون إِ ۡخوة فأ‬
ۡ ‫َصلِحوا ب ۡي أ‬
ْ‫َخ َوي ُك ۡم َوٱتَّ ُقوا‬
Asy‘ari, fikih mazhab Syafi‘i, dan
ْ
َ ََ ُ َ َ َ ُ ُ َ tasawuf Ghazali. Tentu saja, ini
ٔٓ ‫ٱَّللَ لَ َعلَّ ُك ۡم تُ ۡر َمحُو َن‬
َّ terlalu berlebihan. Anggap saja,
masalah tata cara membaca al-Quran
―Orang-orang mukmin adalah masuk dalam kajian fiqh, pernahkah
bersaudara, karena itu damaikanlah ada fatwa dalam fiqh syafii yang
dua orang saudaramu dan takutlah membolehkan membaca al-Quran
kepada Allah mudah-mudahan kamu dengan lagu macapat?
mendapat rahmat.‖ (QS. Lebih dari itu, sebenarnya UIN
Al-Hujurat:10) Syarif Hidayatullah Jakarta, sangat
Hal ini membuktikan bahwa terengaruh dengan pemikiran
sistem pendidikan yang Allah SWT pemikian liberal Harun Nasution.
ajarkan melalui Rasulullah saw Posisi Pak Harun yang dianggap
sangat efektif dalam membangun pencetus pemikiran islam baru,
masyarakat yang plural dalam sangat menentang kalam Asy‘ari.
mewujudkan masyarakat madani. Karena yang ingin dia kembangkan
adalah pemikiran mu‘tazilah. Pak
Harun sendiri pernah menyatakan,

243
―Bila umat Islam ingin maju, maka Pertama, Islam moderat harus
kita harus menggantikan paham berangkat dari keyakinan bahwa
Asy‘ariyah yang telah mendarah Islam adalah agama moderat. Islam
daging menjadi paham Mu‘tazilah.‖ merupakan moderasi atau antitesis
(Fauzan S, 2004: 264) dari ekstrimitas agama sebelumnya,
di mana ada Yahudi yang sangat
Islam Moderat ―membumi‖ dan Nasrani yang terlalu
―melangit‖. Islam merupakan jalan
Kemunculan ―Islam moderat‖
tengah dari dua versi ekstrim di atas
sebagai salah satu alternatif ―versi‖
dan memadukan ―kehidupan bumi‖
Islam kini diminati banyak kalangan.
dan ―kehidupan langit‖. Itulah makna
Dialog-dialog keagamaan yang
dari ummatan wasathan (umat
mengarah pada tatanan yang damai,
pertengahan, pilihan dan adil).
toleran, dan berkeadilan merupakan
Kedua, moderasi Islam di atas
indikasi bahwa model berislam
harus ditindaklanjuti dalam mema-
secara moderat sebagai pilihan.
hami dan menjalankan Islam dengan
Moderatisme juga dinilai paling
menjauhi sikap ‗tatharruf‘ (ekstrim).
kondusif di masa kini.
Moderasi dalam Islam bermain di
Konsep ―Islam moderat‖
antara dua kutub ekstrim, yaitu
merujuk pada makna ummatan
overtekstualis dan overrasionalis.
wasathan (QS al-Baqarah [2]: 143).
Overtekstualis akan mengerdilkan
Kata wasath dalam ayat tersebut
ruang ijtihad dan rasio sehingga
berarti khiyâr (terbaik, paling
menghasilkan kejumudan dan
sempurna) dan ‗âdil (adil). Dengan
pengebirian akal, yang notabene
demikian, makna ungkapan
merupakan karunia terbesar Allah.
ummatan wasathan berarti umat
Sikap ini akan menyulitkan
terbaik dan adil dalam koridor
dinamismeinteraktif Islam dengan
syariah. Inilah yang membuat Islam
dunia yang terus berkembang dan
pantas menjadi alternatif dan solusi.
modern.
Dalam praktiknya, Islam
Pendekatan overrasionalis
moderat selalu mencari jalan tengah
juga akan berbuah pahit karena akan
dalam menyelesaikan persoalan.
melahirkan kenakalan rasionalitas
―Perbedaan‖ dalam bentuk apa pun
terhadap teks dalam upaya
dengan sesama umat beragama
―penyelarasan‖ Islam dengan dinam-
diselesaikan lewat kompromi yang
isme zaman. Dari rahim pendekatan
menjunjung tinggi toleransi dan
semacam ini telah melahirkan
keadilan sehingga dapat diterima
liberalisme pemikiran yang dahsyat
oleh kedua belah pihak. Melalui cara
yang sering kali bukan hanya tidak
itu pula, masalah yang dihadapi
sesuai dengan teks, namun juga
dapat dipecahkan tanpa jalan
berisi gugatan-gugatan yang tidak
kekerasan.
perlu dan hanya membuang energi.
Moderat (moderate), yang
Konsep Islam moderat bukan
berasal dari bahasa Latin ‗moderare‘,
berarti sikap yang tidak berpihak
diartikan dengan tidak ekstrim,
kepada kebenaran serta tidak
sedang dan bertentangan dengan
memiliki pendirian untuk menentu-
sesuatu yang radikal. Ketika kata ini
kan mana yang haq dan bathil.
digandengkan dengan Islam, ada dua
Muslim moderat juga bukan orang
makna pokok yang tidak dapat
munafik yang selalu cari aman,
dipisahkan, karena pemisahan
―plin-plan‖ dan memilih-milih ajaran
keduanya akan menghasilkan
Islam sesuai dengan kepentingannya.
pemahaman yang bertolak belakang.

244
Muslim moderat berkeyakinan bahwa mengikuti agama atau keyakinan kita.
totalitas Islam merupakan agama Sebaliknya, umat Islam harus
yang selalu modern, tidak ber- menjadi pilar perdamaian, persau-
musuhan dengan dinamika dunia daraan, dan penciptaan bentuk-
dan umat beragama lainnya. bentuk kerjasama global untuk
mengatasi atau memecahkan isu-isu
Islam Rahmatan lil ‘Alamin yang lebih strategis seperti
kemiskinan, bencana, krisis ling-
Rohmatan lil Alamin kungan, dan krisis mroal. Konsep ini
merupakan konsep yang paling mengabdi pada terwujudnya cinta
mendasar dalam Islam dan ajarannya kasih sayang yang menyebar pada
yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebanyak-banyak umat manusia dan
saw. Beliau bertugas al-rohmah dan umat non-manusia di muka bumi.
penebar al-rohmah bagi segenap Toleransi beragama sangat
alam semesta (Tamrin, 2007: 108). dibutuhkan dalam kehidupan
Kata rahmah seakar kata dengan bernegara. Toleransi ini hanya bisa
kata rahman dan rahim yang berjalan bisa berjalan dengan baik
merupakan sifat Tuhan yang berarti apabila ada saling percaya (mutuak
―Maha Pengasih‖ dan ―Maha trust). Sayangnya, mutural trust
Penyanyang‖. sebagai suatu kekuatan untuk
Secara harfiyah saja, kata mewujudkan komunitas trust sebagai
rahmah sudah dengan jelas suatu kekuatan untuk mewujudkan
menggambarkan watak anti- komunitas humanistik (civic
kekerasan dan sebaliknya men- community), mengalami kemerosotan
dorong kebaikan-kebaikan menye- yang terjadi ketika kekuatan rezim
luruh kepada sesama manusia dan orde baru atas nama keragaman
kepada seluruh alam sebagai agama membatasi kebebasan sipil
terintegrasi dalam rahmatan lil dan kebebasan publik.
alamin. Rahmat bagi seluruh alam Umi Sumbulah (2014: 175)
memiliki implikasi sosial, budaya, menawarkan usaha yang dilakukan
dan politik yang penting. Tujuan dari untuk mewujudkan mutual trust
kata ini adalah terciptanya harmoni antar komunitas beragama. Pertama,
antara Allah, alam dan manusia. mengembalikan mutual trust akan
Jika kata rahmatan lil alamin sangat bergantung pada kemampuan
dikaitkan dengan islam yang berarti kita untuk meretas rekonsilliasi.
patuh, berserah diri, maka kala itu Dimensi sosial dari pertaubatan dar
menegaskan dengan amat gamblang seluruh komunitas agama menjadi
bahwa teologi rahmatan lil alamin sangat penting karena menjadi titik
adalah sebuah keniscayaan mutlak pijak untuk membangun arena baru
(Mudhofir, 2014: 14). Agaknya, inilah yang dilandasi cinta kasih dan
yang menjadi kunci peradapan Islam semangat anti kekerasan.
di sepanjang sejarahnya dan akan Kedua, perlunya membangun
terus menjanjikan di masa depan jika generasi alternatif yang didasarkan
konsep rohmatan lil alamin ini terus kepada semangat perdamaian dan
digali dan dikedepankan sebagai anti kekerasan. Mutual trust juga
bangunan interaksi umat Islam akan bisa terbangun apabila terjadi
dengan seluruh alam. dialog-dialog emansipatoris antar
Konsep rahmatan lil alamin, komunis agama tentang berbagai isu
menolak segala bentuk kekerasan yang dianggap sensitif.
dan paksaan kehendak untuk tujuan
agar mereka atau orang lain

245
Ketiga, Mutual trust akan 5. lingkungan masyarakat yang tidak
terbentuk bila ada proyek bersama kondusif terkait dengan kemak-
untuk mencapai tujuan bersama di muran, pemerataan dan keadilan.
masa depan yang ingin diwujudkan. 6. menolak modernitas dan lebih
mengukuhkan peran formal
agama.
Islam Radikal 7. pandangan dunia (world view) dari
Kata radikalisme berasal dari umat beragama yang berupaya
kata radical yang berarti ―dasar‖ atau memperjuangkan keyakinan yang
sesuatu yang fundamental. Menurut mereka anggap benar dengan
istilah, radikalisme berarti pem- sikap-sikap emosional yang
baruan atau perubahan sosial dan menjurus pada kekerasan.
politik yang drastis, atau sikap 8. kurangnya kesadaran masyarakat
ekstrem dari kelompok tertentu agar dan berbangsa secara pluralistik
terjadi perubahan (Sakim, t.t: 1220). sehingga menyebabkan hilangnya
Dengan demikian, radikalisme umat rasa toleran; sebaliknya timbul
beragama adalah paham yang fanatisme atas kebenaran aga-
menginginkan pembaruan atau manya sendiri.
perubahan sosial, dan politik secara Beberapa bentuk radikalisme
drastis dengan menggunakan sikap umat beragama seperti aksi teror,
yang ekstrem. Radikalisme bukan ciri bom bunuh diri, saling menyerang,
ajaran Islam karena Islam dalam aksi kekerasan, intimidasi, perlawan-
menyiarkan agama menggunakan an terhadap pemerintahnya dan
cara bil hikmah (bijaksana), tutur lain-lain. Dalam waktu kurun
kata yang santun, dan menggunakan terakhir ada aksi kekerasan di WTC
cara berdebat yang dilandasi sifat Amerika Serikat 11 September 2001,
hormat menghormati (Tim Dosen PAI Tragedi bom di Legian Bali, Aksi Teror
UM, 2013: 252). di Thailand Selatan, Perlawanan di
Tim Dosen PAI UM (2013: 260) Philipina, gerakan GAFATAR, ISIS,
menyatakan bahwa terdapat banyak bom bunuh diri di Sarinah Jakarta
faktor yang bisa menjadikan umat dan sebagainya.
Islam menjadi radikal. Di antaranya Upaya yang bisa dilakukan
adalah: oleh umat Islam adalam rangka
1. pengertian seseorang terhadap menghindari paham radikalisme baik
agama yang tidak tepat, penya- di negara Indonesia maupun di dunia
lahgunaan agama untuk kepen- adalah sebagai berikut:
tingan sekrarian, pemaham- an 1. perubahan sikap dan pandangan
agam ayang tekstual, kaku, sempit dari negara-negara Barat terhadap
dan penyalahgunaan simbol negara-negara Muslim di dunia.
agama 2. mengurangi dan menghapuskan
2. agama digunakan sebagai pem- kesenjangan sosial, ekonomi,
benar tanpa mengakui eksistensi politik, pendidikan, dan kebuda-
agama lain yaan di tingkat nasional, regional
3. adanya penindasan, ketidak adilan, dan internasional.
dan marginalisasi sehingga mela- 3. reorientasi pemahaman agama
hirkan gerakan perlawanan, yang tekstual, rigid, dan sempit
contohnya kejadian di Irak, menjadi pemahaman Islam yang
Palestina, dan lain-lain. kontestual, fleksibel, dan terbuka.
4. adanya tekanan sosial, eonomi dan 4. melakukan modernisasi kehidup-
politik. an umat secara selektif, dengan

246
mengakomodir sisi positifnya dan mahasiswa tahun pertama harus
mengeliminir dan terbuka tinggal di ma‘had. Karena itu,
5. menanamkan kesadaran ―setuju pendidikan di Universitas ini
untuk tidak setuju‖ dalam merupakan sintesis antara tradisi
menyikapi pluralisme sosial, universitas dan ma‘had atau
budaya, dan agama yang pesantren.
berkembang di tengah-tengah Melalui model pendidikan
masyarakat dan bangsa. semacam itu, diharapkan akan lahir
lulusan yang berpredikat ulama yang
intelek profesional dan/atau intelek
Usaha-Usaha UIN Malang dalam profesional yang ulama. Ciri utama
Mencetak Generasi Rahmatan sosok lulusan demikian adalah tidak
lil ‘Alamin saja menguasai disiplin ilmu
Universitas Islam Negeri masing-masing sesuai pilihannya,
Maulana Malik Ibrahim Malang tetapi juga menguasai al-Qur‘an dan
merupakan universitas islam terbaik Hadits sebagai sumber utama ajaran
di Indonesia. Terletak di Jalan Islam.
Gajayana 50, Dinoyo Malang dengan Dengan performansi fisik yang
lahan seluas 14 hektar, Universitas megah dan modern dan tekad,
ini memordernisasi diri secara fisik semangat, serta komitmen yang kuat
sejak September 2005 dengan dari seluruh anggota sivitas
membangun gedung rektorat, fakul- akademika seraya memohon ridha
tas, kantor administrasi, perkuliahan, dan petunjuk Allah swt, Universitas
laboratorium, kemaha- siswaan, ini bercita-cita menjadi the center of
pelatihan, olah raga, bussiness excellence dan the center of Islamic
center, poliklinik dan tentu masjid civilization sebagai langkah meng-
dan ma‘had yang sudah lebih dulu implementasikan ajaran Islam
ada, dengan pendanaan dari Islamic sebagai rahmat bagi semesta alam (al
Development Bank (IDB) melalui Islam rahmat li al-alamin).
Surat Persetujuan IDB No. Untuk membentengi para
41/IND/1287 tanggal 17 Agustus alumninya menjadi generasi ulul
2004. albab dan rahmatan lil alamin, UIN
Ciri khusus lain Universitas Maliki Malang melakukan berbagai
Islam Negeri sebagai implikasi dari upaya sebagai mana berikut ini:
model pengembangan keilmuannya 1. Pendalaman Islam
adalah keharusan bagi seluruh Komprehensif di MSAA
anggota sivitas akademika untuk Universitas Islam Negeri
menguasai bahasa Arab dan bahasa Maulana Malik Ibrahim Malang
Inggris. Melalui bahasa Arab, memandang keberhasilan pendidikan
diharapkan mereka mampu mela- mahasiswa apabila mereka memiliki
kukan kajian Islam melalui sumber identitas sebagai seseorang yang
aslinya, yaitu al-Qur‘an dan Hadis, mempunyai: (1) ilmu pengetahuan
dan melalui bahasa Inggris mereka luas, (2) penglihatan yang tajam, (3)
diharapkan mampu mengkaji otak yang cerdas, (4) hati yang lembut
ilmu-ilmu umum dan modern, selain dan (5) semangat tinggi karena Allah
sebagai piranti komunikasi global. (Tarbiyatu Uli al-Albab: Dzikir, Fikir
Karena itu pula, Universitas ini dan Amal Sholeh, 2005:5).
disebut bilingual university. Untuk Untuk mencapai keberhasilan
mencapai maksud tersebut, tersebut, kegiatan kependidikan di
dikembangkan ma‘had atau pesan- Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki
tren kampus di mana seluruh

247
Malang, baik kurikuler, ko-kurikuler telah mampu memberikan
maupun ekstra kurikuler, diarahkan sumbangan besar bagi bangsa ini
pada pemberdayaan potensi dan melalui alumninya dalam mengisi
kegemaran mahasiswa untuk pembangunan manusia seutuhnya.
mencapai target profil lulusan yang Dengan demikian, keberadaan
meiliki cirri-ciri: (1) kemandirian, (2) ma‘had dalam komunitas perguruan
siap berkompetisi dengan lulusan tinggi Islam merupakan keniscayaan
Perguruan Tinggi lain, (3) yang akan menjadi pilar penting dari
berwawasan akademik global, (4) banyunan akademik.
kemampuan memimpin dan sebagai Melengkapi nuansa religius
penggerak umat, (5) bertanggung dan kultur religiusitas muslim Jawa
jawab dalam mengembangkan agama Timur, maka dibangunlah monumen
Islam di tengah-tengah masyarakat, (prasasti) yang sekaligus meng-
(6) berjiwa besar, dan (7) kemampuan gambarkan visi dan misi ma‘had yang
menjadi tauladan bagi masyarakat tertulis dalam bahasa Arab di depan
sekelilingnya (Suprayogo, 2006:5). pintu masuk area unit hunian untuk
Strategi tersebut mencakup santri putra, dan di uatar rektorat.
pengembangan kelembagaan dan Prasasti tersebut seperti di bawah ini:
tercermin dalam: (1) kemampuan ‫كونوا أوِل األبصار‬
tenaga akademik yang handal dalam
pemikiran, penelitian, dan berbagai ‫كونوا أوِل النهى‬
aktivitas ilmiah-religius, (2)
kemampuan tradisi akademik yang ‫كونوا أوِل األلباب‬
mendorong lahirnya kewibawaan
akademik bagi seluruh civitas ‫وجاىدوا ِف هللا حق جهاده‬
akademika, (3) kemampuan manaje- (jadilah kamu orang-orang yang
men yang kokoh dan mampu memiliki mata hati);
menggerakkan seluruh potensi untuk (jadilah kamu orang-orang yang
mengembangkan kreatifitas warga memiliki kecerdasan);
kampus, (4) kemampuan antisipatif (jadilah kamu orang-orang yang
masa depan dan bersifat proaktif, (5) memiliki akal);
kemampuan pimpinan mengakomo- (dan berjuanglah untuk membela
dasikan seluruh potensi yang dimiliki agama Allah dengan kesungguhan).
menjadi kekuatan penggerak Beberapa kegiatan penumbuh
lembaga secara menyeluruh, dan (6) pemahaman Islam yang benar yang
kemampuan membangun biah dilakukan MSSA adalah sebagai
Islamiyah yang mampu menumbuh- berikut:
suburkan akhlakul karimah bagi 1. Kegiatan sholat fardhu berjamaah.
setiap civitas akademika. Kegiatan ini ditujukan bagi
Untuk mewujudkan harapan mahasiswa baru dan lama agar
terakhir, salah satunya adalah mereka selalu dekat dengan Allah
dibutuhkan keberadaan ma‘had yang SWT.
cera intensif mampu memberikan
ِ ‫حدَّثَنا عب ُد‬: ‫قاَ َل اإلمام البخاَ ِري رِمحو هللا‬
‫هللا‬
resonansi dalam mewujudkan َْ َ َ ُ ُ َ َ ُ َُ
lembaga pendidikan tinggi Islam yang ِ
‫ َع ْن‬،‫ َع ْن ًَنف ٍع‬،‫ك‬ ِ
ٌ ‫َخبَ َرًَن َمال‬
ilmiah-religius, sekaligus sebagai ْ ‫ أ‬2‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫ف‬َ ‫وس‬ُ ُ‫بْ ُن ي‬
bentuk penguatan terhadap
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو‬ ِ َ ‫َن رس‬ ِ ِ
pembentukan lulusan yang intelek- َ ‫ول هللا‬ ُ َ َّ ‫ أ‬،‫َعْبد هللا بْ ِن عُ َمَر‬
profesional. Hal ini benar karena
tidak sedikit keberadaan ma‘had

248
‫صلََة الْ َف ِّذ‬
َ ‫ض ُل‬
ِ ‫اجلم‬
َ َ َْ ُ‫صلَة‬
ُ ‫اعة تَ ْف‬ َ ‫ال‬ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬ ‫ول‬ُ ‫ت ِم ْن ُك ِّل اللَّْي ِل قَ ْد اَْوتَ َر َر ُس‬ ِ
ْ َ‫َع ْن َعائ َشةَ قَال‬
ِ ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ِم ْن اََّوِل اللَّْي ِل َواَْو َس ِط ِو‬ ِ
َ ‫ب َسْب ٍع َوع ْش ِر‬
‫ين درجة‬ َ ‫هللا‬
Imam al-Bukhari RA ber-
kata: ―Telah menceritakan kepada
‫َواَ ِخ ِرهِ فَانْتَ َهى ِوتْ ُرهُ اِ ََل السحر‬
kami Abdullah ibn Yusuf yang Dari Aisyah ra. Menerang-
berkata: Telah mengabarkan kan: ‖Dari setiap malam, Nabi saw.
kepada kami Malik, dari Nafi‘, dari pernah mengerjakan shalat witir
Abdullah ibn Umar ra, bahwa pada permulaan malam,
Rasulullah saw bersabda:Shalat pertengahannya dan akhirannya,
berjama‘ah lebih utama dan berakhir pada waktu subuh‖
dibandingkan shalat sendirian (HR. Bukhari dan Muslim)
dengan dua puluh tujuh derajat 3. Kegiatan shobahul lughoh.
( Sahih al-Bukhari, hadis no. 609.) Kegiatan ini diperuntukkan bagi
2. Kegiatan shalat sunnah dan mahasiswa baru selama satu
membaca doa-doa ma‘tsur dari tahun penuh untuk membiasakan
Alqur‘an dan Alhadits. Sholat diri bisa berkomunikasi bahasa
sunnah yang dilakukan oleh maba Arab dan bahasa Inggris dasar,
diantaranya adalah sholat dhuha, dalam kegiatan aktifitas
sholat tahajud dan sholat sunnah sehari-hari.
rawatib 4. Kegiatan ta‘lim qur‘an. Kegiatan ini
‫صيَ ِام ثَلَثَِة‬ِ ِ‫ث ب‬ ٍ َ‫بِثل‬- ‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ‫أَوص ِاِن خلِيلِى‬ diperuntukkan bagi mahasiswa
َ َ َ ْ baru selama satu tahun penuh
‫أ َََّيٍم ِم ْن ُك ِّل َش ْه ٍر َوَرْك َع َِِت الض َحى َوأَ ْن أُوتَر قَْب َل‬
ِ untuk belajar membaca alqur‘an
dan tajwid serta beberapa maksud
‫أَ ْن أ َْرقُ َد‬ dari ayat yang dibaca. Kegiatan ini
dilakukan setiap hari Senin dan
―Kekasihku (Muhammad) SAW Rabu dari pukul 06.00-07.00
mewasiatkan kepadaku tiga 5. Kegiatan ta‘lim afkar. Kegiatan ini
perkara: puasa tiga hari setiap diperuntukkan bagi mahasiswa
bulan (ayyamul bidh), shalat baru selama satu tahun penuh
Dhuha dua rakaat dan shalat witir untuk belajar kitab qomiut
sebelum tidur‖ (HR. Al Bukhari dan thughyan pada hari kamis, dan
Muslim). kitab at tadzhib fi fiqh asy syafii‘I
ٍ ِِ
َ ‫ص ِاِن َخليلى بِثَلَث لَ أ ََد ُع ُه َّن َح َِّت أ َُم‬
‫وت‬ َ ‫أ َْو‬ pada hari Selasa. Kegiatan ini
dimulai pulu 06.00-07.00
‫صلَةِ الض َحى‬ ٍِ ِ ِ
َ ‫ َو‬، ‫ص ْوم ثَلَثَة أ َََّيم م ْن ُك ِّل َش ْه ٍر‬َ 6. Kegiatan khotmil qur‘an. Kegiatan
ini diperuntukkan bagi semua
‫ َونَ ْوٍم َعلَى ِوتْ ٍر‬، civitas UIN Maliki Malang pada
―Kekasihku mewasiatkan tiga hal hari kamis akhir bulan dari pukul
yang tidak akan kutinggalkan 19:00 – selesai. Kegiatan ini
hingga mati yakni berpuasa tiga merupakan kegiatan penyempur-
hari setiap bulan, shalat dhuha na rutinitas warga kampus agar
dan shalat witir sebelum tidur‖ (HR. berakhir dengan husnul khotimah.
Al Bukhari). 7. Kegiatan tashih alqur‘an. Kegiatan
ini diperuntukkan bagi maba
selama satu tahun. Mereka wajib
meluangkan waktu di sela-sela
perkuliahan untuk membaca
Al-Qur‘an lengkap 30 juz, yang

249
mana bacaan tersebut disimakkan Dan pada semester beriktunya
kepada mushohhih/ah. mereka belajar bahasa Arab sesuai
8. Kegiatan outbond ma‘had. Kegiatan dengan Fakultas masing-masing.
ini diperuntukkan maba agar Sedangkan bahan ajarnya telah
rileks terhadap terhadap berbagai disediakan oleh kampus yang
macam aktifitas kuliah reguler kemudian diberi nama al-arabiyyah li
maupun kegiatan ma‘had. aghradh khassah.
9. Pembacaan burdah dan sholawat. Pembelajaran PKPBA tidaklah
Tujuan kegiatan ini adalah sama dengan reguler. Pembelajaran
mendidik maba agar mencintai PKPBA dimulai dengan menghafal-
Islam dan nabi mereka. Karena kan mahfudhot pada lima sampai
Rasulullah SAW bersabda: sepuluh menit pertama pembelajaran,
pembiasaan mengakhiri pembelajar-
‫ادلرء مع من أحبو‬ an dengan membaca alqur‘an 5-10
Manusia itu bersama dengan orang menit. Hafalan mahfudhot dan juz 30
yang Ia cintai merupakan upaya yang dilakukan
10. Demo bahasa. Kegiatan ini oleh pihak kampus agar para
merupakan kegiatan maba yang mahasiswa memiliki karakter yang
tidak pernah dilupakan mulia yang sesuai dengan akhlak
mahasiswa. Dalam kegiatan demo yang dicontohkan oleh Rasulullah
bahasa ini mereka berpenampilan Muhamma saw.
seperti guru, murid, artis, kiai dan PKPBI memiliki amanah
lain-lain. Mereka menggunakan berupa peningkatan kualitas diri
bahasa Arab dan bahasa Inggris. pada dosen dengan menyelengarakan
11. Muwadaah. Kegiatan ini beberapa kegiatan baik yang bersifat
merupakan kegiatan puncak di insidental maupun reguler, antara
MSAA. Kegiatan ini diisi dengan lain: monthly discussion, workshop
kesan pesan maba dan pengajaran dan menyediakan
penampilan berbagai macam koordinasi team teaching untuk
kebolehan mahasiswa dalam seni materi sejenis yang memungkinkan
musik maupun seni tilawah. para dosen mengembangkan kete-
rampilan mengajarnya, mengem-
Adanya PKPBA dan PKPBI bangkan media ajar, teknik mengajar
yang sesuai dengan karakteristik
Program Khusus Pembelajaran
mahasiswanya.
Bahasa Arab dan Program Khusus
PKPBI dilaksanakan satu
Pembelajaran Bahasa Inggris meru-
minggu satu kali dengan durasi tiap
pakan program unggul di kampus ini.
kali pertemuan 3 jam. Dosen PKPBI
Program ini selain bertujuan untuk
juga mengajarkan pendidikan
membekali alumni agar bisa
karakter sebagaimana yang
memahami teks-teks bahasa Arab
dilakukan oleh dosen PKPBA.
dengan baik, juga menekankan pada
Harapan dari PKPBI adalah bahawa
penguasaan bahasa Inggris ebagai
mahasiswa baru memiliki kom-
bahasa komunikasi Internasional.
petensi bahasa Inggris yang cukup
PKPBA diselenggarakan selama satu
agar bisa meningkatkan kualitas
tahun pertama mahasiswa di UIN
keilmuannya melalui sumber-sumber
Maliki Malang. Kegiatan pembelajar-
berbahasa Inggris. Di samping itu,
an bahasa Arab disini dimulai pukul
maba juga diharapkan memiliki nilai
14:00-20.00. Pada semester pertama,
TOEFL untuk mempermudah mereka
mereka belajar bahasa Arab dengan
memasuki dunia kerja maupun
bahan ajar al arobiyyah baina yadaik.

251
kuliah ke jenjang yang lebih tinggi banyak mencetak mahasiswa yang
melalui beasiswa. penghafal Al-Qur‘an. Prestasi ini
menjadi kebanggaan tersendiri bagi
Adanya HTQ Rektor UIN Malang Mudjia Rahardjo.
―Keberadaan hafidh/hafidhah
Haiah Tahfidh Qur‘an meru- menyokong pilar utama UIN Maliki,
pakan organisasi para penghafal yakni Mahasiswa dengan kedalaman
alqur‘an. Tujuan dari HTQ adalah spiritual, akhlaq, ilmu, dan
mencetak generasi qur‘any yang hafal profesionalitas, karena semua ilmu
serta mengamalkan ajaran-ajaran tersebut sudah tersirat dalam
Islam. Kesuksesan UIN Malang dalam Al-Qur‘an. Kami sangat mengharap
mencetak hafidh dan hafidhah tidak para wisudawan dapat
lepas dari Hai‘ah Tahfidz Al-Qur‘an mengimplementasikannya dalam
(HTQ), lembaga yang dibentuk realita kehidupan‖ ujar pakar
kampus untuk manaungi dan sosio-linguistik ini saat
membina para mahasiswa penghafal menyampaikan sambutannya pada
Al-Qur‘an. Lembaga yang dipimpin wisuda Novemver 2015.
Dr H Imam Muslimin ini sudah
banyak mencetak mahasiswa yang
Adanya Organisasi Islam yang
penghafal Al-Qur‘an.
Moderat
Banyak di antara wisudawan
Sebagian contoh wadah
penghafal (hafidh/hafidhah) al-
mahasiswa dalam berdemokrasi
Quran yang belum hafal saat masuk
menjadi Islam moderat adalah
UIN Malang. Namun dengan fasilitas
organisasi resmi yang dibawah
dan sistem yang ada, mahasiswa
naungan UIN Maliki Malang, yaitu:
yang berminat atau yang hendak
PMII, IMM, KAMMI, HMI. Sejauh
meneruskan hafalan bisa melan-
pengawasan penulis, beberapa
jutkan dan lulus pada masing-
organisasi ini tidaklah radikal,
masing kategori. Mahasiswa hafidz
karena belum ada kegiatan-kegiatan
hafidhah terdiri dari 22 mahasiswa
yang menuju pada arah radikal.
kategori 5 Juz, 36 mahasiswa
Kegiatan mereka cenderung
kategori 10 juz, 11 mahasiswa
kepada aktifitas yang bermanfaat
kategori 15 juz, 9 Mahasiswa kategori
semisal bakti sosial ke panti jompo,
25 juz, serta 10 mahasiswa kategori
panti asuhan, mengajar di TPQ,
30 juz. ―Di sini, seluruh mahasiswa
MADIN dan Pondok Pesantren.
diwajibkan hafal Al-Qur‘an minimal 1
Terkadang ketika masuk pada bulan
Juz. Hal ini sudah menjadi program
Romadhan mereka sering tadarus di
sejak mereka memasuki semester
dalam masjid, bersih-bersih kuburan
pertama,‖ terang Direktur Ma‘had
dan menjadi panitia perayaan
Al-Jami‘ah UIN Maliki Malang Dr. H.
nuzulul qur‘an, rutin sholat tarawih
Isroqunnajah saat ditemui NU Online
dan witir di malam hari.
di Kampus yang beralamat, Jl.
Gajayana 50 Kota Malang.
Kesuksesan UIN Malang dalam Kesimpulan dan Saran
mencetak hafidh dan hafidhah tidak Sesungguhnya konsep Islam
lepas dari Hai‘ah Tahfidz Al-Qur‘an Nusantara masih belum bisa diterima
(HTQ), lembaga yang dibentuk oleh sebagian umat Islam di
kampus untuk manaungi dan Indonesia. Sedangkan Islam Moderat
membina para mahasiswa penghafal lebih diterima oleh umat Islam di
Al-Qur‘an. Lembaga yang dipimpin Indonesia karena lebih mendekati
Dr H Imam Muslimin ini sudah dengan konsep Islam Rahmatan lil

251
Alamin. Radikalisme dalam umat Qustha IAIN Surakarta pada 14
beragama harus dihentikan demi April 2014
kemaslahatan umat dan keutuhan Tamrin, Dahlan. 2007. Filsafat
NKRI. Hukum Islam. Malang: UIN
Sebagian usaha-usaha UIN Press
Maliki Malang dalam merealisasikan Tim Dosen PAI UM, 2013. Pendidikan
konsep Islam Rahmatan lil Alamin Islam Transformatif: Menuju
adalah: (1) pembibitan akhlak Pengembangan Pribadi
karimah yang dilakukan secara Berkarakter, Malang: Penerbit
istiqomah melalui lembaga MSAA, (2) Gunung Samudera
pendalaman bahasa Arab dan Inggris Tim Dosen Pusat Bahasa. 2005.
untuk memahami Islam secara benar Pedoman Pendidikan PKPBA,
melalui PKPBA dan PKPBI, (3) Malang: UIN Press
pemantapan kemurnian Islam Salim, Peter, et al. Tanpa Tahun.
melalui HTQ dan (4) kemampuan Kamus Bahasa Indonesia
memanajemen pola pikir melalui Kontemporer. Jakarta: Modern
organisasi-organisasi intra dan English Press
ekstra kampus. Sumbullah, Umi dan Moh Anas
Untuk mewujudkan keutuhan Kholish. 2014. Potret Relasi
NKRI maka sebaiknya (1) mecintai Minoritas Muslim di Basis Desa
tanah air Indionesia, (2) membina Kristen (Studi di Desa Peniwen
persatuan dan kesatuan, (3) memper- Kecamatan Kromengan
tahankan kebudayaan Indonesia, Kabupaten Malang), Malang:
dan (4) menciptakan jiwa nasional- LP2M UIN Maulana Mali
isme dan agamis untuk Indonesia Ibrahim Malang
tercinta. Suprayogo, Imam. 2006. Dua Tahun
UIN Malang (Reorientasi Budaya
Daftar Rujukan Akademik), Malang: UIN Press
Alqur‘an dan Terjemahannya dalam
bahasa Indonesia
Azra, Azyumardi. Meneguhkan Islam
Nusantara, artikel http://www.
uinjkt.ac.id, diakses 10
Desember 2015
Fauzan S. 2004. Teologi Pembaruan.
Yogyakarta: Serambi
Kholish, Moh Anas. 2015. Menjadi
Muslim Nusantara, Yogyakarta:
Naila Pustaka
Koran Harian Jawa Pos, 15 Maret
2015. ―Menangkal Bahaya Laten
ISIS‖
Mudhofir, Abdullah. 2014. IAIN
Surakarta dan Deradikalisasi
Terorisme: PERSPEKTIF Teologi
Rohmatan lil Alamin dan
Kearifan Lokal Jawa. Makalah
disampaikan dalam dialog
Publik Nasional Tafsir Tematik
Divisi Tafsir UKM JQH Al

252
ISLAM JAWA DALAM KAJIAN HISTORIOGRAFI BRITANIA RAYA AWAL
Oleh Daya Negri Wijaya
(Universitas Negeri Malang,
e-mail: dayawijaya15@yahoo.com)

Abstrak
Perkembangan budaya Nusantara terutama Jawa begitu dipengaruhi
oleh sikap terbuka masyarakat pendukungnya. Mereka tidak serta
merta menerima budaya asing secara harafiah tetapi menyesuaikannya
dengan keadaan setempat. Ketika mereka tidak mampu menye-
suaikannya maka jelas akan banyak terjadi kekacauan dan perpecahan
dalam suatu masyarakat. Demikian pula ketika Islam datang,
masyarakat Jawa berupaya untuk mengambil nilai-nilai Islam yang
segera disesuaikan dengan tradisi dan kondisi setempat. Hal ini
terekam dalam kajian ilmiah yang dilakukan oleh beberapa tokoh
kolonial Britania Raya. Tokoh yang dimaksud adalah John Joseph
Stockdale dan karyanya ―Sketches, Civil, and Military of the Island of
Java‖ (1812); William Thorn dalam karyanya ―The Conquest of Java‖
(1815); Thomas Stamford Raffles dengan karyanya yakni ―History of
Java‖ (1817) dan John Crawfurd dengan karyanya ―History of the Indian
Archipelago‖ (1820). Tulisan ini berupaya untuk mengelaborasikan
stigma mereka pada masyarakat Jawa, Islam Jawa, dan bias politik
historiografi mereka.

Kata-Kata Kunci:
Stockdale, Thorn, Raffles, Crawfurd, Historiografi Kolonial.

Wacana Islam yang ideal oleh para pedagang muslim


antara Islam Nusantara dan Islam khususnya para wali.
Universal (fundamentalis) terus Islam bertujuan menghadir-
menjadi perdebatan. Wacana ini kan ketentraman dan kenyamanan
menggiring beberapa kalangan hidup. Namun, Islam fundamentalis
merujuk pada Islam Nusantara beranggapan bahwa Islam yang telah
sebagai titik balik gerakan fun- dimoderniskan atau disesuaikan
damentalis-militan. Islam Nusantara dengan keadaan setempat adalah
dipandang sebagai proses asimilasi upaya untuk menyederhanakan apa
antara Islam dengan tradisi lokal yang digariskan illahi. Mereka
setempat. Menurut Mustopo menginginkan adanya pemurnian
(2001:315), penduduk Indonesia ajaran Islam yang sesuai dengan
termasuk salah satu pemeluk agama bentuk aslinya. Dalam meraih
Islam yang terbesar, namun paling tujuan, mereka tidak segan untuk
kecil mengalami arabisasi diban- melakukan tindak kekerasan dan
dingkan negara muslim yang lain. mengindahkan adanya kekuasaan
Secara umum, penyebaran dan negara. Menurut Muhaimin (2002),
pertumbuhan Islam di Nusantara contoh kasus dari pemurnian ajaran
berlangsung secara damai terutama islam adalah tuntutan penerapan
syariah Islam di beberapa daerah.

253
Tuntutan penerapan syariah Islam pesisir (Islam) dan pedalaman (Hindu
ini disebabkan oleh gagalnya sistem Budha) dipahami sebagai konse-
hukum nasional dan penerapannya kuensi logis pertentangan agama dan
yang tidak mampu mengako- budaya yang tidak dapat diper-
modasikan norma atau hukum lokal temukan. Hal ini seharusnya dipa-
yang berbasis adat maupun agama di hami sebagai wujud paralelisme dari
daerah yang sebelumnya merupakan aktualisasi berpikir masyarakat
bekas Kerajaan Islam. Jawa.
Baik wacana Islam Nusantara Islam Jawa bukanlah sesuatu
maupun Islam Fundamentalis ter- yang normatif tetapi lebih bersifat
lihat sulit untuk dimengerti tanpa kontekstual. Islam sebagai ajaran
memahami konteks sosio-historis normatif berasal dari Tuhan diako-
suatu masyarakat. Meminjam apa modasikan ke dalam kebudayaan
yang dipikirkan Farid (2014) setempat sehingga setiap muslim
mengenai prinsip arus balik, ―kita tidak akan kehilangan identitasnya
perlu memahami apa kekuatan yang (Rahmat, 2003: xx). Bagi Baso
membuat kita bergerak secara (2003:214), cenderung mengikuti
kolektif memunggungi laut karena nasehat Sunan Kalijaga, ―kalau ingin
hanya dengan begitu kita bisa menjadi islam yang baik di tanah
memahami apa yang harus Jawa ini, jadilah Islam yang
dilakukan untuk bergerak ke arah menjawa‖, ketika Islam menga-
sebaliknya‖. Dalam konteks per- presiasi tarekat-tarekat agama lokal,
tikaian wacana Islam diatas, sudah mereka memberikan semangat
seyogyanya kita menggunakan narasi kedinamisan dalam berdialog dengan
sejarah untuk menggambarkan budaya luar. Hal ini tentu berbeda
pergulatan sosial dan kuasa di antara dengan apa yang dilakukan oleh
kekuatan sosial dari masa ke masa. kaum revivalis, wahabi misalnya.
Kesinambungan pergulatan itulah Islam yang mereka bawa banyak
yang membawa kita sampai pada ditolak. Hal ini karena mereka datang
keadaan seperti sekarang. dengan larangan pada tarekat agama
Islam masuk dan berkembang lokal. Muncullah berbagai resistensi
dengan jalan damai. Hal ini dapat pada Islam sehingga fatwa Islam
terjadi karena kaum muslimin yang tidak lagi menjadi populer.
menyampaikan ayat pada orang lain Sudah seyogyanya sejarah
tidak memaksakan kehendak sebagai ilmu diakronik dipergunakan
mereka. Menurut Riklefs (2005:27), sebagai pondasi Islam Nusantara
terdapat setidaknya dua proses khususnya Islam Jawa. William
islamisasi yang mungkin terjadi. Marsden (2008:263-4), seorang
Pertama, penduduk pribumi orientalis dari Skotlandia, mem-
mengalami kontak dengan agama berikan ilustrasi yang menarik terkait
Islam dan kemudian menganutnya. Islamisasi di Masyarakat Rejang
Proses kedua, orang-orang asing Asia (suku bangsa tertua di Sumatera).
yang telah beragama Islam tinggal Dia menulis:
secara tetap di Jawa, kemudian ―Banyak orang yang menye-
menikah dengan orang lokal dan barkan agama Islam bukanlah
mengikuti gaya hidup lokal sehingga orang yang murni Islam. Mereka
mereka sudah menjadi orang Jawa. bahkan tidak mengerti apa yang
mereka lakukan. Seorang Melayu
Hanya saja kemudian banyak orang
Islam bertanya pada orang desa,
termasuk wacana yang berkembang ―mengapa kau memberikan
kini mengira pertentangan antara sesembahan kepada makam

254
nenek moyangmu?‖ si orang desa hanya menuliskan apa yang mereka
balik bertanya ―atas dasar kau amati secara sistematis.
yakin bahwa Allah dan John Joseph Stockdale adalah
Muhammad akan membantumu?‖ putra dari pemilik perusahaan
apa kau tahu, ―jawab si Melayu,
penerbitan yang berbasis di London.
―bahwa itu ditulis di kitab? Apa
kau tak pernah membaca Al Dia membuat karyanya ketika
Qur‘an?‖ orang Melayu tersebut masyarakat sedang marak mem-
akhirnya mengalah pada argumen bicarakan rencana ekspansi Inggris
ini karena dia lebih sedikit ke Jawa. Dia kemudian dengan
pengetahuannya‖. segera melakukan ekspedisi dan
Orang Melayu Islam tersebut menerbitkan pengetahuan mengenai
cenderung mengikuti internalisasi Jawa berjudul ―Sketches, Civil, and
Peter L. Berger dan Thomas Luckman Military of the Island of Java‖ (1812).
(1990). Akan tetapi mungkin mereka Selain itu, William Thorn adalah
lupa menambahkan legitimasi imi- salah satu serdadu yang ikut
tatif. Hal ini disebabkan orang menyerbu kekuasaan Prancis-
Melayu tersebut terpengaruh oleh Belanda di Jawa. Dia menuliskan apa
Islam bukan dengan panggilan hati yang dia rasakan ketika terjadi
(legitimasi kognitif) atau paksaan invansi Inggris di Jawa dalam
(legitimasi normatif). Apabila dia memoirnya yang berjudul the
terpaksa maka dia akan mengetahui Conquest of Java‖ (1815) sedangkan
pengetahuan Islam tetapi dia tidak Raffles dan John Crawfurd adalah
memiliki banyak pengetahuan perpanjangan tangan dari pemerin-
mengenai keislaman. Pengetahuan tah Inggris di dunia timur jauh.
masyarakat pada tradisinya masih Raffles pernah menjabat sebagai
sangat kental seperti yang tergambar letnan gubernur di Jawa dan
dari ungkapan orang desa tersebut. Bengkulu serta Crawfurd sebagai
Terlihat bahwa disini masyarakat residen di Yogyakarta dan Singapura
Nusantara belum bisa melepaskan Karya mereka adalah wujud
tradisinya begitu saja. Bahkan, dari keinginan untuk mendidik
Marsden (2008:265&275) menilai masyarakat melalui suatu ensik-
orang Sumatera begitu menghargai lopedia (pengetahuan umum).
makam nenek moyang bagaikan Sebagai imbas dari alam pencerahan
hidup mereka sendiri. Di Lampung, Prancis, Marsden memiliki tujuan
dia mengamati sebagian besar dusun untuk mengetahui secara umum
memiliki masjid tetapi kepercayaan terkait dengan kondisi Sumatera
pada takhayul tidak seluruhnya beserta masyarakatnya. De Certeau
hilang. Hal itu mendorong mereka dalam Quilty (1998:1) menyebut
untuk mengeramatkan kuburan- bahwa ―books were capable of
kuburan nenek moyang. Apa yang reforming society, that educational
dilakukan oleh Marsden adalah popularization could transform
representasi perkembangan penge- manners and customs, that an elite‘s
tahuan yang ada di masa itu, seperti products could, if they were
yang dilakukan oleh Stockdale dan sufficiently widespread, transform a
Thorn, sekaligus telah menginspirasi whole nation‖. Namun demikian
penulis pada masa selanjutnya, Raffles memiliki ambisi yang berbeda
seperti Raffles dan Crawfurd. Quilty ketika menulis the History of Java.
(1998:xvi) melihat apa yang mereka Dia bukan hanya ingin sekedar
lakukan sebagai cara baru dalam menyebarkan pengetahuan mengenai
menyajikan pengetahuan. Mereka Jawa tetapi juga menuliskan

255
namanya dalam sejarah (Fabricant saja tetapi juga bagaimana bias
dalam Quilty, 1998:7). Crawfurd politik yang digunakan untuk
dalam Quilty (1998:7) malah mengelola masyarakat Jawa.
bergerak lebih jauh dengan
membredel segala mitos dan fiksi Metode Penelitian
melalui karyanya The History of Penelitian ini menggunakan
Indian Archipelago. Dia yakin bahwa metode penelitian kepustakaan.
dengan berbagai karya yang lahir di Penelitian kepustakaan membatasi
awal abad ke-19 telah membuka kegiatannya pada bahan-bahan
mata mereka dan mengembalikan koleksi perpustakaan tanpa adanya
persepsi mereka pada realitas. riset kepustakaan. Penelitian ini
Namun, para orientalis ter- didasarkan pada asumsi bahwa
sebut bisa jadi tidak menyebarkan persoalan penelitian hanya dapat
pengetahuan murni saja tetapi juga dijawab melalui studi kepustakaan.
terlihat memberikan pengetahuan Oleh karena itu, peneliti akan
politis, jika meminjam Edward C. berupaya menggunakan berbagai
Said (2010), pada khalayak. Mereka sumber tekstual (monografi) yang
tentunya terlibat pada kepentingan tersedia. Ada empat langkah yang
politis Inggris di Asia Tenggara biasa dilakukan. Langkah pertama
terutama Jawa. Dengan kata lain, adalah menyiapkan alat per-
Karya ilmiah yang dihasilkan lengkapan berupa pensil, pulpen dan
cenderung dipakai oleh para kertas catatan. Langkah kedua
pengambil kebijakan baik secara adalah menyusun bibliografi kerja.
langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya yang perlu dilakukan
Khalayak dapat melihat, bagaimana adalah mengatur waktu penelitian.
upaya Raffles dalam mengelola Jawa Setelah itu yang perlu dilakukan
sebagai tanah koloninya. Dia adalah membaca dan membuat
mempergunakan tangan para resi- catatan penelitian.
dennya termasuk Crawfurd untuk Penyusunan bibliografi kerja
mengamati keadaan di daerah ketika sangat berguna untuk melacak apa
berkunjung sebagai hakim keliling, referensi yang relevan dengan materi
seperti yang ditulis Raffles (2014:705) yang akan dibahas. Biasanya
berikut ini: dilakukan dengan melihat bibliografi
―Setelah selesai melakukan
peradilan, para hakim ini kemu-
atau daftar rujukan di belakang buku
dian membuat laporan tentang (1) yang dibaca untuk mencari referensi
jalannya peradilan; (2) keadaan tambahan. Berpijak dari pedoman
kabupaten, administrasi umum- tersebut, sumber utama (primer)
nya, dan keadaan-keadaan yang yang terkait dengan Islam Nusantara
berkaitan dengan keamanan dan Historiografi Kolonial Inggris
(tugas polisi); dan (3) upaya Awal dapat ditelusuri dengan
memaksimalkan suatu daerah membaca karya Stockdale (2010),
agar mencapai kemakmuran‖ Thorn (2004), Raffles (2014), dan
Realitas tersebut telah membuka Crawfurd (1820). Selain itu, informasi
mata kita bahwa pertautan Islam dan dari sumber sekunder seperti karya
budaya lokal setempat juga Mustopo (2001), Rahmat (2003),
bersamaan pula dengan penetrasi Riklefs (2005 & 2013), Vlekke (2008),
Barat. Oleh karena itu, peneliti dan lainnya dapat dijadikan sebagai
berupaya bukan hanya membahas pembanding.
mengenai stigma mereka pada Akan tetapi, penelitian ini
masyarakat Jawa dan Islam Jawa membutuhkan waktu untuk mem-

256
baca berbagai buku yang relevan. Stigma pada Masyarakat Jawa
Setelah itu, peneliti membaca dan
membuat catatan penelitian. Mem- Orang Jawa disebut Stockdale
baca sambil mencatat bisa menjadi dan Thorn sebagai manusia pemalas
cara efektif mendapatkan data. Di dan lamban dalam bekerja. Mereka
samping itu juga bisa dengan sepakat dengan pandangan VOC
mengajukan daftar-daftar pertanya- (Veerenidge Oost-Indische Companie
an yang jawabannya akan atau kongsi dagang Belanda di Hindia
didapatkan dari bahan yang kita baca. Timur) yang menempatkan
Beberapa hal yang perlu dipertanya- masyarakat Jawa sebagai sapi
kan adalah mengenai kesan umum, perahan. Mereka melabeli penduduk
tujuan dan tesis buku, penyajian dengan istilah ―pribumi‖ (Label
butir-butir pokok, generalisasi dan tersebut diberikan untuk melindungi
konklusi, identifikasi tentang orang kulih putih dan untuk
pengarang, identifikasi historiografis, menanamkan mentalitas rendah diri
penilaian isi dan relevansi bahan, orang-orang pribumi). Stockdale
ilustrasi grafik,catatan kaki, lam- (2010:195) menyebut perlu usaha
piran dan indeks. Selanjutnya keras untuk bisa membuat orang
peneliti membuat catatan ulasan Jawa untuk bekerja. Bahkan, Thorn
kritis tentang sebuah buku yang (2004:218) melihat orang Jawa
paling relevan dengan riset terkait sebagai orang yang luar biasa lamban
(Zed, 2008). sekali. Selain itu, boleh dikatakan
Semua jenis catatan penelitian tidak ada dorongan positif apapun,
merupakan bahan mentah yang perlu ataupun didorong suatu kebutuhan
diolah lebih lanjut pada tahap hidup ataupun menuntut kesenangan
analisis dan sintesis. Sebagian hidup, yang bisa membangkitkan
analisis sifatnya cukup sederhana mereka dari kondisi yang apatis
dan sebagian lainnya agak rumit. tersebut.
Analisis biasanya dilakukan dengan Mereka cenderung memperla-
menganalisis isi teks. Peneliti beru- kukan harta benda mereka seke-
saha untuk tidak pasif dan mengikuti hendak hati mereka dan kemudian
jalan pikiran dari para pelaku sejarah mereka berupaya untuk mendapat-
yang dikaji tetapi secara aktif akan kannya kembali. Apabila mereka
berpikir kritis untuk menghidupkan kehilangan hal yang dicitakan,
kembali masa lalu melalui pengaitan mereka tidak akan berharap untuk
dengan pengetahuannya sendiri dan memperbaikinya. Mereka hanya
penggambaran masa lalu dengan terdiam dengan amarah. Sifat ini yang
mengetahui pola pikir atau pemikiran menuntun mereka pada sikap
pelaku sejarah, jika meminjam teori pengangguran yang murung. Mereka
re-enactment RG Collingwood. Selain tidak memiliki kepemilikan tertentu
itu, untuk menghindari penafsiran dan hanya puas dengan yang serba
yang bersifat anakronisme, peneliti sedikit (Stockdale, 2010:195-6).
kiranya mengikuti contextual reading Karakter seperti ini disebabkan oleh
Skinner yang berusaha membaca struktur masyarakat Jawa yang
teks, yang diciptakan oleh pelaku bersifat feodal. Meminjam ungkapan
sejarah, secara kontekstual dengan Thorn (2004:219), mereka memiliki
melihat kondisi sosial pada saat teks pemerintahan yang sangat lalim.
itu dipublikasikan atau disebarkan. Semua hak istimewa dimiliki oleh
para penguasa dan bersifat turun
menurun.

257
Raffles dan beberapa penguasa yakni golongan konservatif dan
humanis setelah VOC runtuh golongan liberal. Setiap kebijakan
berupaya untuk mengelola koloni yang dipengaruhi oleh golongan
terutama Jawa dengan cara yang konservatif selalu mendapat sorotan
humanis. Akan tetapi kekosongan kas dari golongan liberal begitu pula
negara memaksa pemerintah kolonial sebaliknya. Puncak pertentangan
Belanda menerapkan sistem tanam mereka berada dalam ide bagaimana
paksa. Mereka kemudian membuat mengelola suatu koloni. Walaupun
suatu pernyataan yang seolah-olah demikian baik golongan konservatif
masyarakat Jawa memang pantas dan golongan liberal setuju untuk
untuk dipaksa bekerja. Pada tahun memasukkan kepentingan Belanda
1833, Gubernur Jenderal Johannes dalam setiap kebijakan di koloni
Van den Bosch menulis, ―tidak ada (Alatas, 1988:86).
yang lebih menyenangkan bagi orang Salah seorang golongan liberal,
Jawa selain berada dalam posisi bisa Dirk Van Hogendorp menilai bahwa
bekerja lebih sedikit dibanding yang sistem kolonialisme yang dilakukan di
diharuskan. Ini akibat kondisi iklim Jawa begitu menindas, memaksa, dan
mereka serta pandangan umum di memperbudak. Dia mendesak
kalangan pejabat dan majikan Eropa dihapuskannya kerja wajib, perbu-
adalah buruh-buruh pribumi dakan, dan jual paksa hasil bumi. Di
pemalas dan tidak memiliki keinginan sisi lain, dia sangat mendorong
meningkatkan kehidupan material adanya perdagangan bebas dan
mereka. Sebagian besar orang Eropa tenaga kerja bebas. Apa yang dia
yakin bahwa menaikkan upah hanya utarakan tidak terlepas dari semangat
akan membuat orang Indonesia liberalisme hasil dari Revolusi Prancis.
makin malas bekerja (Ingleson, Gerakan liberalisme mulai mem-
2015:24-5). pengaruhi pandangan kolonial.
Mitos pribumi malas telah Namun dalih pribumi malas dan
menjadi pandangan umum bagi bagaimana mengajak rakyat agar
kalangan Eropa. Pemerintah kemudi- rajin bekerja menjadi dasar golongan
an memanfaatkan gagasan tentang konservatif untuk tidak menghapus
pribumi yang malas untuk kerja paksa tetapi segera pendapat ini
membenarkan praktek-praktek dimentahkan oleh van Isseldijk dalam
penindasan dan ketidakadilan dalam suratnya tertanggal 31 Agustus 1802
mobilisasi tenaga kerja di koloninya. yang mengakui adanya penyelewe-
Mereka menggambarkan citra negatif ngan dan keadaan yang merugikan.
tentang pribumi untuk membenarkan Dia mendukung penghapusan kerja
dan mencari alasan penaklukan dan paksa, penerapan perdagangan bebas,
penguasaan Eropa atas wilayah dan peniadaan penindasan. Herman
tersebut. Mereka juga membelokkan Warner Muntinghe melihat kema-
unsur-unsur kenyataan sosial dan lasan orang Jawa tidak hadir karena
manusia ini untuk menjamin faktor turunan tetapi lebih karena
bangunan ideologi yang sesuai faktor lingkungan (Alatas, 1988:
dengan kebutuhan mereka (Alatas, 90-91). Asumsi-asumsi Van Hogen-
1988:2-3). dorp yang humanis men- dahului
Perlu dikemukakan pula setiap serta menginspirasi Raffles dalam
kebijakan kolonial ditentukan oleh melihat pajak tetap, pengakuan
suara golongan yang berada di negeri kekayaan pribadi, dan pengakuan
induknya. Negeri Belanda memiliki kepemilikan tanah secara turun
dua ideologi yang saling bertentangan temurun di tanah koloni.

258
Raffles (2014:157-8) menyadari teristik masyarakat Jawa yang ―pasif‖.
bahwa ―masyarakat Jawa sebenarnya Sudah menjadi rahasia umum sistem
adalah penduduk yang dermawan politik masyarakat Jawa bersifat
dan ramah jika tidak diganggu dan despotik. Raffles melihat momentum
ditindas. Dalam hubungan domestik, tersebut untuk memba- ngun sistem
mereka baik, lembut, kasih sayang, direct rule. Masyarakat Jawa yang
dan penuh perhatian. Dalam disebutnya sebagai orang yang jujur
hubungan dengan masyarakat umum, dan suka berterus terang
mereka orang yang patuh, jujur, dan membuatnya yakin bahwa sistem juri
beriman, memperlihatkan sikap yang yang digunakan di Eropa juga akan
bijaksana, jujur, dan jelas dalam terlaksana dengan mudah disini. Oleh
berdagang...orang Jawa pada karena itu, keadilan yang selama ini
umumnya bebas dan royal jika dilihat diidamkan masyarakat Jawa akan
dari barang-barang yang dimilikinya. tergapai. Kecenderungan orang Jawa
Mereka jarang menimbun kekayaan sebagai seorang hedonis dan
dan memperlihatkan watak yang pelit. konsumeris membuat Raffles juga
Senang pada kemewahan dan yakin bahwa orang Jawa dapat
kemegahan, mereka membelanjakan dikelola dengan baik jika sistem
uang secepat mereka perekonomian dijalankan dengan
mendapatkannya, untuk membeli roda-roda kapitalisme seperti perda-
pakaian beserta pelengkapnya, gangan bebas. Masyarakat Jawa akan
membeli kuda, serta barang-barang menjadi pasar yang menjanjikan bagi
untuk hiasan...keramahan adalah perusahaan. Orang Jawa juga terlihat
sifat umum yang mereka miliki. Sifat dapat dijadikan partner dalam
ini diperintahkan oleh lembaga kuno membangun birokrasi internal
dan dilaksanakan dengan semangat perusahaan. Mereka nantinya banyak
dan sepenuh hati...mereka sangat dijadikan agen oleh Raffles untuk
ambisius mendapat kekuasaan dan menentukan besaran pajak dan
nama baik, tapi penindasan nasional mengambil pajak tanah.
dan budaya pertanian telah membuat
mereka kehilangan semangat tempur Stigma Pada Islam Jawa
seperti nenek moyang mereka...
mereka dikenal sebagai pribadi yang Masyarakat Jawa menempat-
pasif daripada yang pemberani aktif. kan pola berpikir asimilatif dalam
Penduduk Jawa mampu bertahan kehidupan bermasyarakat. Hal ini
dalam kemiskinan dengan kesabaran nampak dalam perjalanan sejarah
daripada berusaha dengan semangat Nusantara. Pada masa pra-Hindu,
wiraswasta‖. masyarakat Nusantara telah menge-
Berpijak pada ungkapannya nal suatu lembaga politik dalam
―masyarakat Jawa sebenarnya adalah tataran desa. Ketika kontak per-
penduduk yang dermawan dan ramah dagangan dengan India terus
jika tidak diganggu dan ditindas‖, dia bertambah maka penguasa-penguasa
percaya bahwa pemerintahan yang lokal berkenalan dengan pandangan
baik dalam mengelola Jawa adalah politik dan religius dari India. Inti
pemerintahan yang mempercayai pandangan tersebut adalah gagasan
rakyatnya sebagai sumber harmoni- suatu organisasi kenegaraan sentral
sasi sosial. Selain itu dia juga merasa dan hirarkis di bawah seorang
orang Jawa membutuhkan pemimpin raja-dewa. Gagasan tersebut oleh
yang adil dan mampu mengelola penguasa lokal dilihat sebagai
rakyatnya jika berpijak dari karak- wahana ideologis yang cocok untuk
melegitimasikan dan memperluas

259
wewenang mereka (Suseno, 1984:23). kehadiran Islam akan mampu
Terlihat para penguasa Jawa berpikir mengeluarkan mereka dari penin-
secara terbuka terhadap suatu dasan raja-raja feodal selama ini.
budaya asing. Mereka menerima apa Islam mengajarkan prinsip egali-
hal-hal yang menurut mereka baik tarianisme. Ajaran inilah yang
dan disesuaikan dengan budaya mampu menyedot perhatian
setempat (Bayuadhy, 2015:160). khalayak. Patut diingat bahwa Islam
Walaupun penguasa lokal terkesan datang bukan dalam bentuk yang
menggunakan kredo baru tersebut murni. Menurut Magnis-Suseno
sebagai alat legitimasi tetapi hal ini (1984:32), kedatangan Islam ke Jawa
tidak serta merta menghapus tradisi bukan dipelopori oleh kaum Wahab
masyarakat sebelumnya. tetapi para Sufis Gujarat. Proses
Borobudur sebagai peninggal- Islamisasi berlangsung tanpa adanya
an dari pengaruh asing tersebut goncangan-goncangan besar dan
memiliki berbagai penafsiran pada dapat diterima dan diintegrasikan
fungsinya. Apabila Borobudur di- dalam pola budaya, sosial, dan politik
pahami sebagai tempat peribadatan yang sudah ada. Menariknya para
maka Borobudur berperan sebagai wali yang dianggap sebagai penyebar
simbol sekaligus memiliki kekuatan pertama Islam di Jawa menggunakan
nyata bagi kaum yang mengimaninya. tradisi masyarakat setempat seperti
Akan tetapi, Borobudur juga memiliki wayang untuk berdakwah.
maksud lain yakni sebagai makam Riklefs (2013:30) menuturkan
bagi raja Syailendra yang berkuasa. bahwa masih lazim terjadi pergolak-
Pada sisi ini, Borobudur merupakan an batin antara menjadi Muslim atau
kesaksian pertama bagi kemampuan menjadi Jawa pada masa itu.
budaya Jawa yang mengambil alih Islamisasi memperlihatkan pola yang
agama-agama asing untuk diabdikan diwarnai perbedaan dan kepelikan
dari dalam bagi kepentingan- sejak periode awal. Ada dua proses
kepentingan sendiri. Selain itu, yang nampaknya terjadi secara
Siwaisme dan Budhisme dapat bersamaan: kaum Muslim asing
berdampingan dengan damai satu menetap di suatu tempat dan
sama lain di Jawa. Di sini terlihat menjadi orang Jawa sementara
bagaimana upaya orang Jawa dalam masyarakat lokal memeluk Islam dan
mempersatukan hal-hal yang menjadi Muslim. Selain itu, per-
berbeda. Orang Jawa memiliki suatu golakan batin tidak hanya yang
kemampuan untuk menemukan mendukung Islam atau Jawa tetapi
dasar persatuan dari hal-hal yang juga semakin besarnya pengaruh
berbeda. Bahkan, pada masa bangsa barat. Para penguasa lokal
berikutnya mereka tidak hanya bingung untuk memilih antara
menggunakan agama-agama terse- menjadi Muslim dan menjadi Kristen
but untuk legitimasi politik tetapi di tengah pengaruh besar kedua
juga meleburkannya menjadi agama agama tersebut. Menurut Vlekke
baru Siwa-Budha dimana bentuk- (2008:108-9), raja-raja dihadapkan
bentuk peribadatan Siwaisme dan pada pilihan untuk bersekutu
Budhisme berjalan berdamping- an dengan Portugis atau bekerjasama
(Magnis-Suseno, 1984:24-25). dengan Johor atau Demak sekaligus
Kehadiran Islam diterima mereka memilih Kristen atau Islam.
dengan baik oleh masyarakat kelas Menariknya, mereka tidak ter-
menengah-bawah pada mulanya. pengaruh oleh isi kedua dogma dari
Mereka sangat meyakini bahwa dua ajaran tersebut tetapi adalah

261
mana yang paling berfaedah bagi berbagai takhayul yang didapat dari
mereka. keyakinan nenek moyang mereka.
Salah satu penguasa lokal Masyarakat pedalaman bahkan tidak
yang kemudian menggunakan tradisi memiliki gagasan abstrak mengenai
Islam dan Jawa dalam menghadapi agama dan memang tidak akan bisa
kekuatan Barat adalah Sultan Agung. timbul dari penalaran mereka yang
Dia berupaya untuk memper- masih mentah. Thorn (2004:222)
temukan dan mendamaikan keraton berpendapat bahwa Agama yang
dengan tradisi-tradisi Islami. Sultan dianut oleh orang Jawa adalah ajaran
Agung tidak lantas memutus Nabi Muhammad, namun telah
hubungan mistisnya dengan bercampur dengan banyak takhayul.
penguasa rohani tertinggi yang Hal tersebut memperlihatkan watak
diyakini oleh masyarakat asli Jawa khas dari orang Jawa yang mampu
Tengah (Ratu Kidul) tetapi dia juga bergaul dengan baik dalam putaran
mengambil langkah tegas untuk globalisasi. Orang Jawa seringkali
menjadikan Mataram menjadi menyapa orang asing dengan
kerajaan yang lebih Islam. Dia panggilan ki-sanak atau saderek
kemudian banyak berziarah ke yang keduanya berarti ―kerabat‖.
makam Sunan Bayat, tokoh yang Mereka selalu berpikir bahwa
dianggap penyebar pertama Islam di kerugian materi tidak terlalu penting
wilayah Mataram. Selain itu dia juga bagi mereka tetapi yang terpenting
menikahkan salah satu putrinya adalah mendapatkan kerabat. Hal ini
dengan pangeran dari Surabaya. Dari menunjukkan bahwa orang Jawa
pangeran inilah kemudian Sultan dalam berdagang seringkali tidak
Agung diberitahu tentang kebera- mencari untung. Mereka meng-
daan wali yang masih menjadi anggap kehilangan untung dianggap
moyang dari sang pangeran. hal yang lumrah (layak) apabila bisa
Menariknya Sultan Agung memper- mendapat kerabat sebagai gantinya
kenalkan kitab Usulbiyah pada (Moertono, 1985:18).
khalayak dimana dalam Kitab Karakteristik tersebut dipe-
tersebut Nabi Muhammad digam- ngaruhi oleh kaidah dasar kehidupan
barkan mengenakan mahkota emas masyarakat Jawa yakni keselarasan
dari Majapahit. Gambaran tersebut sosial. Menurut Magnis-Suseno
mempersatukan dua simbol yakni (1984:38), masyarakat Jawa memiliki
Islam dan Jawa (Riklefs, 2013:32-3). dua kaidah yang paling menentukan
Islam Jawa terlihat longgar pola pergaulan masyarakat. Kaidah
jika dibandingkan dengan Islam di pertama merujuk pada setiap situasi
tempat lain. Menurut Crawfurd manusia hendaknya bersikap fung-
(1820:47), dari semua pengikut sional agar tidak menimbulkan
Muhammad, orang Jawa adalah konflik. Kaidah kedua menuntut agar
orang yang paling longgar dalam hal manusia dalam berbicara dan
prinsip maupun praktek agama membawa diri selalu menunjukkan
mereka. Mereka mampu untuk sikap hormat terhadap orang lain
menyesuaikan berbagai ajaran Islam sesuai dengan derajat dan
dengan tradisi-tradisi peribadatan kedudukannya. Kaidah pertama
sebelumnya. Hal ini juga telah disebut sebagai prinsip kerukunan
diungkap oleh Stockdale dan Thorn. dan kedua disebut prinsip hormat.
Stockdale (2010:197) berargumen Kedua prinsip tersebut merupakan
bahwa Agama orang Jawa adalah kerangka normatif yang menentukan
Islam yang bercampur dengan

261
bentuk-bentuk konkret semua bersifat dasar, dan karena adanya
interaksi. perdagangan bebas, seorang guru
Terlihat dengan jelas bahwa dari Arab diharapkan untuk datang.
karakteristik orang Jawa cenderung Selain itu, dia masih mengizinkan
bersikap moderat serta mengu- adanya perjalanan suci ke Mekkah.
tamakan harmonisasi kehidupan. Hal ini juga terjadi pada masa
Budaya Jawa bukanlah budaya yang pemerintahan kolonial Belanda atau
statis dan terisolasi tetapi orang Jawa pada masa sebelumnya. Akan tetapi,
berpikir secara terbuka pada dunia mereka terus mengawasi orang yang
yang terus berubah. Walaupun berhaji sama seperti mereka terus
pengaruh asing terus masuk ke Jawa mengawasi orang Arab yang
tetapi orang Jawa masih mampu menyebarkan Islam. Baik orang Arab
mempertahankan tradisinya bahkan dan orang yang baru pulang berhaji
juga menyerang budaya asing memiliki kemampuan dalam
tersebut. Magnis-Suseno (1984:1) mengobarkan suatu pemberontakan.
mengutarakan bahwa ketika Hindu- Mereka kemudian menjadi alat
Budha masuk ke tanah Jawa, agama dari penguasa daerah atau mereka
baru yang bercorak religius- mistik sendiri sebagai pihak yang
tersebut sesuai dengan budaya Jawa berpengaruh untuk membantai
Pra-Hindu yang animistik dan magis. orang-orang Eropa (Raffles, 2014:
Demikian pula ketika Islam datang 353). Bisa jadi pula mereka termakan
dengan nafas bercorak monoteisme oleh jihad dengan melawan kekafiran.
bertemu dengan budaya animistik Mereka merepresentasikan orang
magis menjadi Islam Jawa yang Barat sebagai orang kafir. Para ulama
dikenal kini sebagai Islam Nusantara tersebut sebagian besar adalah orang
(Arif, 2015:59). Jawa. Dalam menjalankan tugasnya,
mereka memakai busana yang
Bias Politik dalam Historiografi berbeda dengan orang Jawa pada
Kolonial Awal umumnya. Mereka memakai surban
Raffles, seperti halnya Stock- dan baju panjang, seperti tata cara
dale, Thorn, dan Crawfurd, melihat Arab dan sebagai penunjang sedapat
Islam sebagai suatu yang berjalan mungkin menumbuhkan beberapa
beriringan dengan budaya setempat rambut di janggut yang disebut
di Jawa. Raffles (2014:353) berujar: jenggot (Raffles, 2014:354). Ketika
―ketika mereka percaya akan militan Islam mengganggu kestabilan
keberadaan Tuhan, dan percaya politik maka pemerintah kolonial
bahwa Muhammad sebagai merevitalisasi budaya Jawa, seperti
utusan-Nya, kemudian melak- apa yang diungkapkan futurolog
sanakan beerapa bentuk aturan John Naisbitt (2006). Hal ini mereka
dari pembawa ajaran agama dan lakukan sebagai upaya dari praktek
kebiasaan-kebiasaan lain, maka adu domba (devide et impera) antara
sedikit demi sedikit mereka budaya Jawa dan Islam.
terbiasa dengan doktrin-doktrin Raffles melihat hal ini sebagai
tersebut dan percaya untuk
suatu cara dalam mengelola
menjadi pengikutnya...beberapa
aturan dalam hukum ajaran masyarakat Jawa. Pengetahuan yang
Muhammad diadopsi dari hukum dia miliki atas masyarakat Jawa
yang berlaku dalam masyarakat bukanlah suatu pengetahuan murni
Jawa‖. secara harafiah tetapi juga dia
gunakan untuk membuat suatu
Raffles juga melihat bagaimana kebijakan politis. Dia melihat
ajaran Muhammad masih yang

262
masyarakat masih berpijak pada sesuai jiwa zamannya. Mereka
primus interpares dalam kepemim- mempublikasikan karya ilmiahnya
pinan termasuk dalam melihat bukan hanya sekedar mendidik
pimpinan spiritual. Dia meman- bangsanya tetapi juga ada muatan
faatkan penguasa lokal, setelah politis. Mereka memakai pengeta-
diangkat sebagai pegawai pemerintah, huan akan kondisi masyarakat
untuk memungut pajak dalam sistem untuk memecah belah masyarakat
sewa tanah. Menurut Thorn itu sendiri. Perlu ditelusuri lebih
(2004:208), penguasa lokal (kepala lanjut apakah proses Arabisasi
desa) dianggap orang yang paling masyarakat juga termasuk dari
berkompeten sebagai orang yang agenda pemerintah kolonial untuk
mengetahui situasi lokal dan mengadu domba sekaligus melegi-
kedekatan hubungannya dengan timasikan kekuasaannya di tanah
penduduk di daerahnya. Dia diberi- jajahan.
kan sebidang tanah untuk menjaga
kepercayaannya dan dia menda- Daftar Rujukan
patkan tanah tersebut dengan bebas
sewa. Alatas, Syed Hussein. Mitos Pribumi
Malas: Citra Orang Jawa,
Penutup Melayu, dan Filipina dalam
Kapitalisme Kolonial. Jakarta:
Islam Nusantara, dalam istilah
LP3ES, 1988
Rahmat (2003:xxii) ―Islam Pribumi‖,
Anderson, Benedict. ―The Idea of
memiliki karakter yang melekat
Power in Javanese Culture‖ in
seperti Islam yang kontekstual,
Claire Holt (Ed). Culture and
toleran, menghargai tradisi, dan
Politics in Indonesia. Jakarta:
membebaskan perlu diberi satu
Equinox Publishing, 2007
tambahan karakter lagi. Karakter
Arif, S. ―NU dan Islam Nusantara‖. A.
yang dimaksud adalah Islam yang
Ubaid & M. Bakir (Eds).
patriotis. Wajar apabila dulu Soe-
Nasionalisme dan Islam
karno memegang erat pandangan
Nusantara. Jakarta: Kompas,
nasionalis religius. Dimana dia
2015
bersikap moderat bahwa menjadi
Azhar, Syafruddin. ―Thomas
seorang muslim bukan berarti
Stamford Raffles: Hatinya
memakai pakaian arab atau budaya
Tertambat di Tanah Jawa‖.
arab secara harafiah tetapi harus
Pengantar dalam karya Thomas
memakai jiwa seorang muslim yang
Stamford Raffles. History of
anti pada penindasan bukan hanya
Java.Yogyakarta: Garasi, 2014
penguasa lokal saja tetapi juga
Baso, Ahmad. ―Islam dan Dialog
penguasa asing.
Peradaban‖. M. Imdadun
Jangan sampai suatu negara
Rahmat (Ed). Islam Pribumi:
terpecah-belah karena warganya
Mendialogkan Agama Membaca
memperdebatkan diri dalam
Realitas. Jakarta: Erlangga,
memandang cara pandangnya.
2003
Mereka tentunya harus waspada
Bastin, John. The Native Policies of Sir
pada upaya asing dalam menguasai
Thomas Stamford Raffles in Java
pola pikir mereka. Segregasi sosial
and Sumatra: An Economic
yang nampak akibat pertentangan
Interpretation. Oxford: The
internal selalu menghadirkan
Clarendon Press, 1957
penetrasi asing. Karya asing
demikian pula perlu kita sikapi

263
Bayuadhy, Gesta. Laku dan Tirakat: Beberapa Unsur Budaya Masa
Berbagai Upaya Masyarakat Peralihan. Yogyakarta: Jendela,
Jawa untuk Menggapai 2001
Kebahagiaan. Yogyakarta: Naisbitt, John. Mind Set!: Eleven
Saufa, 2015 Ways to Change the Way You
Berger, Peter L. & Thomas Luckman. See--and Create—the Future.
Tafsir Sosial atas Kenyataan: New York: Harper Collins
Risalah tentang Sosiologi Publisher, 2006
Pengetahuan. Jakarta: LP3ES, Quilty, Mary C. Textual Empires: A
1990 Reading of Early British
Crawfurd, John. History of Indian Histories of Southeast Asia.
Archipelago: Containing an Monash: Monash Asia Institute,
Account of the Manners, Arts, 1998
Languages, Religions, Raffles, Thomas Stamford. The
Institutions, and Commerce of Its History of Java. Yogyakarta:
Habitants Vol.I. Edinburgh: Narasi, 2014
Archibal Constable and Co. Rahmat, M. Imdadun (Ed). Islam
Edinburgh, 1820 Pribumi: Mendialogkan Agama
Farid, Hilmar. Arus Balik Membaca Realitas. Jakarta:
Kebudayaan: Sejarah sebagai Erlangga, 2003
Otokritik. Pidato Kebudayaan Riklefs, MC. Sejarah Indonesia
yang disampaikan pada Dewan Modern 1200-2004. Jakarta:
Kesenian Jakarta, 10 November Serambi Ilmu Semesta, 2005
2014 Riklefs, MC. Mengislamkan Jawa:
Ingleson, John. Buruh, Serikat, dan Sejarah Islamisasi di Jawa dan
Politik: Indonesia pada Penentangnya dari 1930 sampai
1920-an-1930-an. Tangerang Sekarang. Jakarta: Serambi,
Selatan: Marjin Kiri, 2015 2013
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Said, Edward. Orientalisme:
Antropologi. Jakarta: Rineka Menggugat Hegemoni Barat dan
Cipta, 2002 Mendudukkan Timur sebagai
Magnis-Suseno, Franz. Etika Jawa: Subyek.Yogyakarta: Pustaka
Sebuah Analisa Falsafati Pelajar, 2010
tentang Kebijaksanaan Hidup Soeratman, Darsiti. Sejarah Afrika.
Jawa. Jakarta: Gramedia, 1984 Yogyakarta: Penerbit Ombak,
Marsden, William. Sejarah Sumatra. 2012
Depok: Komunitas Bambu, Stockdale, John Joseph. Eksotisme
2008 Jawa: Ragam Kehidupan
Moertono, Soemarsaid. Negara dan Masyarakat Jawa. Yogyakarta:
Usaha Bina-Negara di Jawa Progresif Book, 2010
Masa Lampau. Jakarta: Thorn, William. Penaklukan Pulau
Yayasan Obor Indonesia, 1985 Jawa: Pulau Jawa di Abad
Muhaimin, A. ―Setengah Jam yang Sembilan Belas dari Amatan
Mengubah Dunia‖. Kata Seorang Serdadu Kerajaan
Pengantar dalam Buku R. Inggris. Jakarta: Elex Media
Karyono. Fundamentalisme Komputindo, 2004
dalam Kristen dan Islam. Vlekke, Bernard H.M. Nusantara:
Yogyakarta: Kalika, 2003 Sejarah Indonesia. Jakarta: KPG,
Mustopo, M. Habib. Kebudayaan 2008.
Islam di Jawa Timur: Kajian

264
HUBUNGAN ISLAM TIONGHOA DAN ISLAM NUSANTARA
Oleh Choirul Mahfud
(ITS Surabaya, e-mail: choirul.mahfud@its.ac.id)
Abstrak
Islam Tionghoa di Indonesia dan Islam nusantara hari ini kembali
menjadi pembahasan menarik, karena berbagai alasan sosial, politik,
budaya dan agama. Dalam konteks agama, Islam Tionghoa saat ini
dianggap unik dan khas. Menariknya, Islam Tionghoa dianggap tidak
ada hubungannya sama sekali akar sejarahnya dengan Islam
nusantara. Seolah selama ini, Islam nusantara berdiri sendiri, lahir dan
berkembang alami tanpa ada campur tangan berbagai suku, etnis dan
golongan. Belakangan, banyak pemerhati studi Islam di Indonesia
kontemporer melihat adanya tali penghubung antara Islam Tionghoa
dan Islam Nusantara. Dalam konteks inilah, tulisan makalah ini
sengaja difokuskan untuk melihat keterkaitan antara kedua hal
tersebut. Penelitian dalam tulisan ini bersifat kualitatif dengan
pendekatan deskriptif analitis dan menggunakan metode dokumentatif
didukung wawancara. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
mengetahui apa dan bagaimana sejarah Islam Tionghoa di Indonesia?
Apa dan bagaimana sejarah Islam Nusantara? Bagaimana hubungan
antara Islam Tionghoa dan Islam Nusantara dalam studi Islam
kontemporer? Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, sejarah
Islam Tionghoa di Indonesia banyak mengalami fase perkembangan,
dimulai dari fase pertumbuhan, fase perkembangan dan fase
kemunduran, dan kembali bangkit serta berkembang lagi hingga saat
ini. Kedua, Islam Nusantara merupakan potret sejarah yang sangat
kompleks tersebar dari ujung Aceh hingga kawasan lain di Indonesia.
Ketiga, hubungan antara Islam Tionghoa dan Islam Nusantara memiliki
beberapa titik temu yang unik dan menarik, namun bukan tanpa
tantangan dan hambatan akibat masalah perbedaan sosial politik yang
disalahpahami hingga menimbulkan salah paham. Dalam hal ini, bisa
digambarkan bahwa hubungan Islam Tionghoa dan Islam nusantara
saling terkait erat satu sama lain dan pernah mengalami pasang surut
di tengah pusaran kehidupan beragama di Indonesia.

Kata-Kata Kunci:
Islam Tionghoa, Islam Nusantara dan Kemajuan Bangsa.

Pendahuluan dari sudut pandang sosial politik,


budaya hingga agama. Dalam optik
Meneliti dan mengkaji tentang sosial politik dan budaya ketika
hubungan Islam Tionghoa di membahas Islam Tionghoa dianggap
Indonesia dengan Islam Nusantara bagian dari praktik politik identitas
merupakan sesuatu yang terus sekaligus aspirasi baru warga
menarik perhatian, karena banyak Tionghoa yang ikut serta mewarnai
faktor yang melandasinya. Pem- apa yang disebut sebagai Islam
bahasan pun terkadang tidak lepas nusantara (Mahfud: 2013, 9-55;
dari pro-kontra. Hal itu bisa dilihat

265
Suryadinata, 1995; Muzzaki, 2009). adalah jalur penting untuk
Secara kuantitas, meskipun boleh hubungan diplomatik dan per-
dikata bahwa jumlah etnis Tionghoa dagangan Tiongkok dengan negara-
adalah minoritas, dan lebih lagi negara Asia, Afrika hingga Eropa
warga Tionghoa yang memeluk pada masa Dinasti Han. Kini, warga
agama Islam, namun secara kualitas muslim Tionghoa di Indonesia
pengaruhnya bagi perkembangan mempunyai inisiasi dan kontribusi
Islam nusantara sangat luar biasa penting dalam membangun kembali
besar. Potret Islam Nusantara jalur sutra ―baru‖ melalui masjid
sekarang tentu saja terasa semakin Cheng Ho (Mahfud: 2014). Jadi,
spesial dan lebih komplit dengan keberadaan masjid Cheng Ho di
adanya perkembangan Islam Tiong- negeri ini dapat dipahami bukan
hoa di Indonesia. Terbukti dengan hanya sebagai tempat ibadah khas
banyaknya pembangunan masjid Islam Tionghoa, tetapi juga potret
Cheng Hoo di berbagai kota besar di baru Islam nusantara. Lebih dari itu,
Indonesia. Hingga hari ini setidaknya kita mafhum bahwa masjid Cheng Ho
ada sekitar 13 Masjid Chenghoo juga sebagai tujuan wisata religi
sebagai simbol Islam Tionghoa sekaligus media baru untuk belajar
dengan arsitektur bangunan masjid tentang budaya Tionghoa di tanah air.
khas etnis Tionghoa. Dalam konteks inilah, masjid Cheng
Dalam konteks ini, Islam Ho turut memiliki kontribusi dan
nusantara merupakan Islam yang peran yang tidak bisa dianggap
dibentuk oleh masyarakat dari sepele, terutama dalam aspek wisata
masyarakat untuk masyarakat di kota, spiritualisme, sosial budaya
negeri ini. Islam Tionghoa di hingga pendidikan keagamaan bagi
Indonesia tentu saja bisa dikatakan masyarakat muslim Tionghoa di
sebagai bagian dari Islam nusantara. Indonesia.
Pasalnya, Islam Tionghoa di negeri ini Hubungan antara Islam
juga tumbuh dan berkembang dari, Tionghoa dan Islam nusantara
oleh dan untuk masyarakat bersama bukanlah isu baru. Dalam buku
pemerintah yang syah di negeri ini. Menghidupkan Kembali Jalur Sutra
Misalnya saja, pemerintah bersama Baru, Azyumardi Azra, Guru besar
masyarakat turut merespon baik Sejarah Islam UIN Jakarta, pernah
dengan adanya pembangunan masjid menyatakan bahwa hubungan antara
Cheng Ho di sejumlah daerah di nusantara dan China sudah terjalin
Indonesia. Contohnya masjid Cheng sejak masa pra-Islam. Hubungan ini
Ho di Surabaya, Pasuruan, Malang, telah meninggalkan berbagai jejak
Jember, Palembang, Jakarta, Kali- historis penting di seluruh Indonesia
mantan dan lain sebagainya. dewasa ini. Menurutnya, hingga saat
Belakangan ini, dalam artikel ini, banyak para ahli sejarah yang
Choirul Mahfud berjudul "The Role Of telah mencatat tentang sejarah,
Chengho Mosque‖ mengungkap agama, dan kebudayaan China yang
peran Masjid Cheng Ho juga memiliki turut andil memberikan pengetahuan
kontribusi dalam memperkuat penting kepada kita tentang
hubungan bilateral yang harmonis bagaimana hubungan antara China
antara pemerintah Indonesia dengan dan Indonesia itu terjadi di masa lalu
negara Tiongkok. Oleh karena itu, dan perlu ditingkatkan lagi di masa
masjid Cheng Ho dianggap sebagai yang akan datang (Tanggok, dkk:
jalur ―sutra baru‖. Sebagaimana 2010).
diketahui, sejarah jalur sutra ―lama‖

266
Jejak Islam Tionghoa di negeri kontemporer melihat adanya tali
ini tidak lepas dari rekam sejarah penghubung antara Islam Tionghoa
Tiongkok dalam perjalanan panjang dan Islam Nusantara. Dalam konteks
yang telah berlangsung hingga dua inilah, tulisan makalah ini sengaja
ribu tahun lamanya sejak zaman difokuskan untuk melihat keter-
dinasti Han Timur. Ulasan menarik kaitan antara kedua hal tersebut.
disampaikan Prof. Liang Liji (2012) Penelitian dalam tulisan ini bersifat
yang dikutip Adrian Perkasa kualitatif dengan pendekatan des-
mengelaborasikan data bila selama kriptif analitis dan menggunakan
ini Indonesia (diwakili kerajaan metode dokumentatif didukung
Sriwijaya-Majapahit) dan Tiongkok wawancara. Tujuan umum penelitian
telah menjalin relasi dan trans- ini adalah untuk mengetahui apa dan
formasi dalam segala hal; dari bagaimana sejarah Islam Tionghoa di
perdagangan, hubungan bilateral dan Indonesia? Apa dan bagaimana
keamanan, lebih dasar lagi terjadi sejarah Islam Nusantara? Bagaimana
akulturasi pernikahan dan per- hubungan antara Islam Tionghoa dan
sebaran agama. Tidak heran bila kini Islam Nusantara dalam studi Islam
masih banyak ditemukan jejak kontemporer?
pecinan, domisili peranakan Tiong-
hoa yang menetap menjadi bagian Pembahasan
bangsa (Perkasa: 2012). Rezza
Maulana dalam buku ―Tionghoa Secara general, hasil pene-
Muslim/Muslim Tionghoa‖ menya- litian dalam makalah ini menun-
takan bahwa jejak-jejak Islam jukkan bahwa: pertama, sejarah
Tionghoa di Indonesia dan Islam Islam Tionghoa di Indonesia banyak
Nusantara tak bisa negasikan. mengalami fase perkembangan,
Jejak-jejak kebudayaan Tiongkok dimulai dari fase pertumbuhan, fase
dan Tionghoa muslim juga cukup perkembangan dan fase kemunduran,
banyak bertebaran di sini. Mulai dari dan kembali bangkit serta ber-
bahasa, arsitektur, konsepsi spiritual kembang lagi hingga saat ini. Fase
dan keduniaan, nama-nama jalan, pertumbuhan di sini maksudnya
aneka aksesori pakaian hingga nama dimulai dari jejak sejarah ekspedisi
makanan (Maulana: 2010). Cheng Ho ke nusantara. Fase
Dalam konteks inilah, perkembangan dipahami dari terse-
mengkaji Islam Tionghoa saat ini barnya ajaran Islam dari berbagai
penting dan menarik. Penting karena jalur perdagangan, pernikahan dan
Islam Tionghoa adalah bagian dari kekeluargaan serta kemasyarakatan
kita yang menahbiskan diri sebagai sosial politik pada saat itu. Fase
Islam nusantara. Menariknya karena berikutnya adalah fase kemunduran
masih ada sebagian kelompok yang ditandai dengan adanya problem
kurang sependapat bahwa Islam salah paham politik adu domba rezim
Tionghoa dianggap tidak ada kolonial Belanda dan sebagian terkait
hubungannya dengan akar sejarah- pada masa-masa orde baru terutama
nya dengan Islam nusantara. Islam terkait dengan masalah China pada
nusantara selama ini seolah berdiri saat itu yang mengalami problem
sendiri, lahir, tumbuh dan kompleks. Lalu pada akhirnya roda
berkembang alami tanpa ada campur berputar, fase kembali bangkit dan
tangan berbagai suku, etnis dan berkembang seperti saat ini dalam
golongan. Belakangan, banyak perkembangan Islam Tionghoa ikut
pemerhati studi Islam di Indonesia mewarnai perkembangan Islam
Nusantara.

267
Kedua, Islam Nusantara lebih ke arah pendekatan kaum
merupakan potret sejarah yang elite—bangsawan kerajaan yang
sangat unik tersebar dari ujung Aceh masih berpahamkan Hindu dan
hingga kawasan lain di Indonesia. Buddha—secara patron. Langkah ini
Satu dari sekian lembaran sejarah berdampak besar dalam penyebaran
terpotret adanya Islam Tionghoa di Islam saat itu, disebabkan banyak-
negeri ini. Ketiga, hubungan antara nya pedagang dan tentara Islam
Islam Tionghoa dan Islam Nusantara Tiongkok yang menjalin hubungan
memiliki beberapa titik temu yang dengan warga pribumi kemudian
unik dan menarik, namun bukan menetap. Hingga muncul banyak
tanpa tantangan dan hambatan perkampungan di nusantara yang
akibat masalah perbedaan sosial bernafaskan Islam, meskipun tidak
politik yang disalahpahami hingga bisa dipungkiri masih banyak tradisi
menimbulkan salah paham. Dalam Hindu-Buddha di dalamnya, semisal
hal ini, bisa digambarkan bahwa di Jawa dikenal dengan tradisi Islam
hubungan Islam Tionghoa dan Islam kejawen. Hal yang juga serupa
nusantara saling terkait erat satu hampir di seluruh kawasan
sama lain dan pernah mengalami penyebaran Islam Asia Tenggara.
pasang surut di tengah pusaran Wujud akulturasi yang nampak jelas
kehidupan beragama di Indonesia. sampai sekarang, adalah bentuk
Tan Ta Sen dalam buku Cheng bangunan masjid yang bercorak
ho: Penyebar Islam dari China ke China-Jawa (Tan Ta Sen: 2010).
Nusantara, menyatakan bahwa Selain Tan Ta Sen, adalah
islamisasi nusantara tidak lepas dari Slamet Muljana yang pada masa awal
Tiongkok dengan bukti adanya Orde Baru menyatakan dengan tegas
ekspedisi Cheng Ho di nusantara. dan berani bahwa orang-orang
Tan Ta Sen mencatat setidaknya ada Tionghoa sebagai pembawa dan
tujuh ekspedisi besar Cheng ho ke penyebar Islam di Jawa (Nusantara),
samudera barat sejak tahun 1405 melalui bukunya berjudul Runtuhnya
sampai 1433, mengubah secara Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya
radikal lanskap politik dan agama di Negara-negara Islam di Nusantara
kepulauan Asia Tenggara. Juga Ia (Muljana, 2005). Namun karena
menjelaskan bahwa dari ekspedisi- problem sosial politik pada masa
ekspedisi Cheng ho itu, menemukan Orde Baru bahwa hal ihwal yang
adanya sejumlah pemukiman China berkaitan dengan Tionghoa/Cina di-
di Jawa dan Sumatera. Hal demikian anggap subversif dan terkait dengan
mengandung nilai sejarah yang komunisme. Logikanya pada saat itu
sangat penting, baik dalam sejarah seolah Islamisasi nusantara bila
China maupun Asia Tenggara. Itu berasal dari Cina atau oleh orang
juga memberikan dimensi budaya Cina, berarti Islam dibawa dan
politik baru dan perspektif baru bagi disebarkan oleh orang komunis.
misi diplomasi dan perdagangan Belakangan, gagasan-gagasan Mul-
Cheng ho. Sekaligus berdampak jana dianggap menjadi pelengkap
langsung terhadap perkembangan bahwa Islamisasi Nusantara juga
masyarakat China perantauan di dipengaruhi oleh kontribusi warga
Indonesia dan perannya dalam Tionghoa dari Tiongkok.
penyebaran Islam di nusantara (Tan Sumanto al-Qurtuby (2003)
Ta Sen: 2010; Tan Ta Sen; 2009). dalam buku ―Arus Cina-Islam-Jawa:
Adapun dari sisi penyebaran Bongkar Sejarah atas Peranan
Islam yang dibawa oleh Cheng ho, Tionghoa dalam Penyebaran Agama

268
Islam di Nusantara‖, menengarai Muslim Tionghoa asal Tiongkok
bahwa Islam nusantara tidak lepas (Cheng Ho) dalam Islamisasi
dari proses islamisasi Nusantara itu Nusantara ini? Barangkali benar
sendiri yang pengaruhi dan pemeo bahwa sejarah itu adalah milik
diperankan oleh berbagai pihak, para penguasa. Pada saat itu, sejarah
termasuk warga Tionghoa asal masuknya Islam tak lepas dari
Tiongkok, yang bernama Cheng Ho situasi ‖dominasi‖ sejarah sosial-
(Al-Qurtuby: 2003). Jejak sejarah politik kerajaan Majapahit. Dalam
misi ekspedisi Cheng Ho di tanah air lembaran sejarah, awal mula
tersebut terasa kian bermakna, kedatangan Cheng Ho ke Indonesia
setidaknya bagi hubungan Islam, pernah mengalami ‖kesalah-
Indonesia dan Tionghoa. Dalam pahaman‖ yang menyulut peperang-
konteks ini, kehadiran Cheng Ho an dengan tentara Majapahit. Namun,
memunculkan wacana baru dalam entah kalah atau mengalah, mereka
studi Islam kontemporer di Indonesia, akhirnya menetap di wilayah
utamanya terkait hal-ihwal teori Majapahit serta ikut mendukungnya
Islamisasi. Islamisasi Nusantara melalui transfer pengetahuan, dan
umumnya dikaitkan dengan dua teori perdagangan. Ekspedisi Cheng Ho ke
besar yakni ―teori Arab dan India‖. Nusantara, sebenarnya membawa
Teori Arab atau Timur Tengah banyak misi dan agenda. Selain
menjelaskan bahwa Islam masuk untuk memperkenalkan budaya
Indonesia langsung dari bumi Arab, Tionghoa dan berniaga, Cheng Ho
tepatnya Hadramaut. Teori ini kali juga mendakwahkan syiar agama
pertama diungkapkan oleh Crawfurd (Islam) dengan pendekatan multi-
yang kemudian ‖diamini‖ oleh kultural. Multikulturalisme sebagai
kebanyakan sejarawan Muslim Indo- fakta sosial disadari betul Cheng Ho
nesia. Sedangkan, teori India dalam merajut visi-misi dalam
(Gujarat) yang dipopulerkan oleh ekspedisi ke berbagai negara,
Snouck Hurgronje, menyatakan termasuk di Nusantara ini.
Islamisasi di Indonesia karena ulama Cheng Ho, sendiri, sebenarnya
dari Gujarat, India. nama yang dianugerahkan kaisar
Belakangan, dua teori besar di Yung Lo, kaisar ke-3 Dinasti Ming
atas menuai kritik. Para akademisi yang berkuasa sekitar tahun
dan sejarawan dalam seminar 1403-1424 M. Nama asli Cheng Ho
internasional bertajuk Cheng Ho, adalah Ma Ho. Ia berasal dari marga
Wali Songo dan Muslim Tionghoa Ma, lahir dari keluarga miskin etnis
yang diselenggarakan Yayasan Mu- Hui di Yunnan. Ia melakukan
hammad Cheng Ho Indonesia di ekspedisi ke banyak negara karena
Surabaya, beberapa tahun lalu, dipercaya oleh Kaisar pada masa itu
menilai sejarah islamisasi di Indo- (Dreyer: 2007; Gernet: 1997). Yang
nesia tak bisa dilepaskan dari ‖teori menarik namun masih menjadi
Tiongkok‖. bahan perdebatan sejarah, akar
Teori ini menyatakan bahwa keturunan Cheng Ho berujung pada
Islam tersebar ke bumi Nusantara Nabi Muhammad SAW. Ia termasuk
bukan melalui Timur Tengah/Arab keturunan Nabi Muhammad SAW
dan India saja, tetapi juga pengaruh yang ke-37. Tak hanya itu, ia konon
Tiongkok yang ditandai dengan juga satu dari sembilan Wali Songo.
ekspedisi Cheng Ho ke tanah air. Menariknya, pernyataan di atas, juga
Pertanyaannya, kenapa sejarah (Is- pernah ditegaskan kembali oleh Gus
lam) hampir tidak menyebut peran Dur (KH Abdurrahman Wahid).

269
Beberapa pelajaran yang bisa diambil masyarakat nusantara. Karenanya,
dari eskpedisi Cheng Ho, antara lain: tak heran, masjid unik khas
capaian keberhasilannya memba- arsitektur Tiongkok itu kini memikat
ngun solidaritas sosial dan stabilitas banyak orang dan menjadi salah satu
ekonomi-politik global serta Islami- ikon wisata kota Pahlawan. Tak
sasi nusantara melalui akulturasi hanya itu, bedug dan baju koko yang
Islam-Tionghoa, tanpa kekerasan dikenal baju Muslim, konon juga
(Zhou: 2010; Pong, ed.: 2009; Pye: salah satu warisan budaya Tiongkok
1992). Capaian solidaritas sosial yang akrab dalam busana
tersebut, sebagaimana dikisahkan masyarakat kita sekarang.
dalam film Cheng Ho yang Baru-baru ini, muslimah
diperankan Yusril Ihza Mahendra, keturunan Tionghoa di masjid Cheng
telah ditunjukkannya dalam memim- Hoo Surabaya mengadakan kegiatan
pin pelayaran bersama sejumlah fashion show hijab aneka kreasi.
awak kapal dari berbagai latar Kegiatan ini bertajuk 1000 hijab
belakang suku dan agama. Tapi, ia untuk mualaf keturunan Tionghoa
tetap menghormati keyakinan dan yang digelar pada tahun lalu
kepercayaan masing-masing individu bertujuan menyiarkan ajaran berbu-
serta menjaga lingkungan sekitar sana dalam Islam. Dalam lomba ini,
yang dilewatinya. Dalam kapasi- para muallaf Tionghoa dibebaskan
tasnya sebagai pedagang, duta mengkreasikan model jilbab sesuai
pengetahuan dan budaya ke banyak selera mereka. Seperti yang jiwanya
negara mewakili negeri Tiongkok saat pemalu, dia akan mengkreasi
itu, Laksamana Cheng Ho juga jilbabnya layaknya anak sekolah
dikenal sebagai usahawan yang ikut yang baru belajar berhijab. Yang
menjaga stabilitas ekonomi sekaligus suka tampil gaya, memberikan
diplomat politik handal yang pernak-pernik tampilan berbusana
mengesankan banyak pihak (Wijaya- yang lebih berwarna-warni. Hal ini
kusuma: 2000). dimaksudkan agar mereka sadar
Islamisasi Nusantara ala bahwa dengan mengenakan hijab
Cheng Ho bisa dikatakan cukup dan menutup anggota tubuhnya
akulturatif. Karena, berkat peran mereka tetap tampil cantik dan islami.
Cheng Ho pernah tercipta harmoni di Bahkan, selain digelar di Masjid
tengah masyarakat Jawa kala itu, Cheng Hoo Surabaya, lomba ini juga
yang ditandai dengan akulturasi digelar di sejumlah tempat yakni
antara nilai-nilai Tiongkok, Jawa, Masjid Al Fallah, Al Fatah, Al Akbar,
dan Islam secara harmonis. Beberapa dan Masjid Rahmat Surabaya. Fina
bukti harmoni sosial itu hingga kini Farsyia, salah seorang peserta,
masih bisa disaksikan di beberapa mengaku cukup kesulitan menge-
Masjid dan Kelenteng di kawasan nakan jilbab karena belum terbiasa.
pantura Pulau Jawa, termasuk di ―Ini baru pertama kali, dan terasa
masjid Demak dan masjid Cheng Hoo cukup sulit. Ini mungkin menjadi
Surabaya, Jawa Timur. Sebagaimana pengalaman menarik bagi saya untuk
dituturkan H.M.Y. Bambang Sujanto, memakai hijab,‖ ungkapnya. Kegia-
Ketua Umum Yayasan Haji Muham- tan unik berlomba mengkreasikan
mad Cheng Ho Indonesia, ketika hijab ini diadakan Komunitas
penulis wawancarai, bahwa Masjid Wirausaha Muslim (KWM) beker-
Cheng Ho bukan saja ‖simbol‖ bagi jasama dengan Persatuan Islam
masyarakat Tionghoa atau Muslim Tionghoa (PITI) Jawa Timur serta
saja, tetapi juga untuk seluruh Masjid Cheng Ho Surabaya untuk

271
menyiarkan sebagian ajaran Islam sungguh bermakna dan bermanfaat.
dengan cara yang unik dan berbeda. Humas Komunitas Wirausaha
Apa yang terjadi dalam event Muslim, Wirawan Dwi, menam-
ini sebetulnya termasuk bagian dari bahkan kegiatan itu sebagai upaya
proses penemuan identitas Tionghoa untuk memotivasi mualaf muslimah
Muslim di Indonesia. Secara Tiong- hoa menutup aurat mereka.
psikologis, Afthonul Afif dalam buku Menurutnya, mereka (mualaf Tiong-
―Identitas Tionghoa Muslim hoa) belum terbiasa memakai hijab.
Indonesia‖ menganalisa dan mema- Dengan adanya kegiatan ini, mereka
hami apa arti keputusan warga bisa termotivasi untuk menutup
Tionghoa Indonesia memeluk Islam. auratnya. Sedikit demi sedikit
Melalui bukunya, dengan berusaha mereka harus mengubah kebiasaan
menapak tilas jejak keberadaan yang dulu biasa mereka lakukan.
mereka di Nusantara, hingga Dengan begitu, ungkapnya, mereka
membedah pergulatan hebat insan- sadar meski seluruh anggota
insan Tionghoa Muslim pasca-Orde tubuhnya ditutupi, mereka tetap
Baru, Afif ingin menyampaikan cantik dan menunjukkan jati diri
bahwa sejarah Islam Tionghoa di serta kepribadiannya.
Indonesia adalah sejarah perjuangan Sejak reformasi 1998, iden-
mencapai identitas sosial yang positif. titas muslim Tionghoa semakin jelas
Sudut pandang psikologi dalam dan memiliki kontribusi yang tidak
menceritakan proses pembentukan bisa disepelekan. Potret kontributif
identitas muslim Tionghoa diikuti muslim Tionghoa dapat dideteksi dari
dengan aktivitas fisik berbusana sistematisasi gerakan warga muslim
islami merupakan identitas baru dan Tionghoa dalam organisasi PITI
bagus. Dalam hal ini, Tionghoa (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia),
Muslim/muslimah sendiri juga hingga pembangunan masjid Cheng
memiliki latar belakang yang Ho di kota-kota besar Indonesia.
beragam dan tidak homogen, teru- Menurut HM. Bambang Sujanto,
tama dalam aspek ekonomi hingga pimpinan Yayasan Haji Masjid
alasan kenapa masuk Islam hingga Muhammad Cheng Hoo Surabaya,
dalam busananya (Afif: 2012). belum lama ini menyatakan pem-
Di sisi lain, Liem Fuk Shon, bangunan masjid Cheng Hoo di
Ketua Harian Yayasan Masjid Cheng sejumlah daerah merupakan bagian
Hoo Surabaya, menjelaskan kebiasa- misi warga muslim Tionghoa di negeri
an warga Tionghoa saat merayakan ini. Misi tersebut cukup sukses
imlek di klenteng. Menurutnya saat karena saat ini selalu memperoleh
ini, kegiatan hijab ini sengaja dukungan dari banyak pihak.
diadakan untuk kaum mualaf Misalnya saja pembangunan masjid
muslimah Tionghoa. Kami ingin Cheng Ho di berbagai daerah yang
berpartisipasi bahwa Imlek itu milik didukung oleh pemerintah dan
bersama. Bukan hanya milik mereka masyarakat.
yang merayakan di Vihara atau Sebagaimana diketahui, Mas-
kelenteng saja, tapi juga milik semua jid Cheng Ho merupakan bangunan
warga Tionghoa. Ia menjelaskan juga masjid yang menyerupai Kelenteng
bahwa kegiatan semacam ini untuk (rumah ibadah umat Tri Dharma).
menjalin silaturahmi sesama mualaf Masjid Cheng Ho juga didesain mirip
warga Tionghoa. Silaturahminya di bangunan masjid di China. Pertama
saat momen imlek dan dikemas kalinya, Masjid Cheng Ho dibangun
dengan kegiatan lomba kreasi hijab di Surabaya, tepatnya terletak di

271
areal komplek gedung serba guna Penutup
PITI Jawa Timur di Jalan Gading No.
2 Surabaya. Penggagas pemba- Islam nusantara kini memiliki
ngunan masjid ini adalah HMY wajah yang tidak homogen. Islam
Bambang Sujanto, alias Liu Min Yuan. nusantara sangat multidimensional.
Masjid unik ini berada di bawah Islam nusantara di dalamnya juga
pengelolaan Persatuan Iman Tauhid ada Islam Tionghoa yang memiliki
Islam atau Persatuan Islam Tionghoa ekspresi keberislaman yang menarik.
Indonesia (PITI) Jawa Timur dan Tercermin dari fisik, bahasa, busana,
Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo tempat ibadah dan lainnya. Intinya,
Indonesia. Nama masjid Cheng Ho ini Islam Tionghoa sangat terkait dan
sebagai bentuk penghormatan pada ada hubungannya dengan Islam
tokoh penyebar agama Islam asal nusantara. Diakui atau tidak banyak
Tiongkok, yaitu Laksamana Cheng bukti dan jejak sejarah Islam
Ho. Ciri khas Masjid ini didominasi Tionghoa berhubungan dengan Islam
warna merah, hijau, dan kuning. nusantara. Masa depan hubungan
Ornamennya kental nuansa Tiongkok Islam Tionghoa dan Islam nusantara
lama. Pintu masuknya menyerupai tentu saja bergantung pada banyak
bentuk pagoda, terdapat juga relief faktor dan semua pihak yang saling
naga dan patung singa dari lilin terkait. Pemerintah, masyarakat,
dengan lafaz Allah dalam huruf Arab umat dan organisasi keislaman serta
di puncak pagoda. Di sisi kiri orang muslim Tionghoa sendiri dalam
bangunan terdapat sebuah beduk ikut serta mewarnai kehadiran dan
sebagai pelengkap bangunan masjid. kebaikan Islam nusantara bagi
Menurut Bambang, perpaduan gaya negara dan dunia.
Tiongkok dan Arab memang menjadi
ciri khas masjid ini. Arsitektur Masjid
Cheng Ho ini diilhami Masjid Niu Jie Daftar Pustaka
di Beijing yang dibangun 996 Masehi.
Gaya Niu Jie tampak pada bagian Afif, Afthonul, Identitas Tionghoa
atap utama, dan mahkota masjid. Muslim Indonesia: Pergulatan
Selebihnya, hasil perpaduan Mencari Jati Diri. (Depok:
arsitektur Timur Tengah dan budaya Penerbit Kepik, 2012).
lokal Jawa. al-Qurtuby, Sumanto, ―Arus Cina-
Menariknya, masjid Cheng Ho Islam-Jawa: Bongkar Sejarah
dibangun dengan konsep tanpa pintu atas Peranan Tionghoa dalam
sebagai simbol keterbukaan. Artinya, Penyebaran Agama Islam di
siapapun dan dari etnis apapun Nusantara‖, (Yogyakarta: Ins-
berhak menggunakan masjid ini peal Press dan INTI, 2003)
untuk beribadah. Sehingga, diharap- Dreyer, Edward L., Zheng He: China
kan dapat menjembatani segala and the Oceans in the Early Ming
perbedaan yang ada dalam Dynasty, 1405–1433 (New York:
masyarakat Indonesia. Dalam hal, Pearson Longman, 2007).
masjid Cheng Ho berprinsip pada Gernet, Jacques, A History of Chinese
pendirian berdiri di atas semua Civilization (Cambridge: Cam-
golongan umat Islam nusantara. bridge University Press, 1997).
Mahfud, Choirul, Manifesto Politik
Tionghoa di Indonesia, (Yogya-
karta: Pustaka Pelajar, 2013)
______________. "The Role of Cheng Ho
Mosque: The New Silk Road,

272
Indonesia-China Relations in Weng, Hew Wai, Chinese-style
Islamic Cultural Identity." mosques in Indonesia, (Canberra,
Journal of Indonesian Islam 8.1 Australia: Australian National
(2014): 23-38. University, Dissertation, 2011).
Maulana, Rezza, Tionghoa Wijayakusuma, Hembing, Muslim
Muslim/Muslim Tionghoa, Tionghoa Cheng Ho (Jakarta:
Yogyakarta: IMPULSE, 2010. Yayasan Obor Indonesia, 2000).
Muljana, Slamet, Runtuhnya Zhou, Jinghao, China‘s Peaceful Rise
Kerajaan Hindu-Jawa dan in a Global Context: A Domestic
Timbul- nya Negara-negara Aspect of China‘s Road Map to
Islam di Nusantara (Yogyakarta: Democratization, (UK: Lexington
LKiS, 2005). Books, 2010).
Muzzaki, Akhmad, ―Negotiating
Identity: The Cheng Hoo Mosque
and The Ethnict Chinese Muslim
in Post-Soeharto Indonesia‖
(Chinese Southern Diaspora
Studies, Volume 3, 2009).
Perkasa, Adrian, Orang-orang Tiong-
hoa dan Islam di Majapahit,
(Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2012).
Pong, David, ed., Encyclopedia of
Modern China, (USA: Gale,
Cengage Learning, 2009)
Pye, Lucian W., The Spirit of Chinese
Politics (Cambridge.: Harvard
University Press, 1992).
Suryadinata, Leo, Southeast Asian
Chinese: The Socio-Cultural
Dimension (Singapore: Times
Academic Press, 1995).
_____________, Laksamana Cheng Ho
dan Asia Tenggara, (Jakarta:
Pustaka LP3ES, 2007).
Tanggok, M. Ikhsan, dkk,
Menghidupkan Kembali Jalur
Sutra Baru Format Baru
Hubungan Islam Indonesia dan
China (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2010)
Tan Ta Sen. Cheng Ho and Islam in
Southeast Asia. (Singapore:
Institute of Southeast Asian
Studies, 2009).
____________, Cheng ho: Penyebar
Islam dari China ke Nusantara,
(Jakarta: Penerbit Kompas,
2010).

273
DEKONSTRUKSI EPISTEMOLOGI FILSAFAT ILMU
TENTANG TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI INDONESIA:
SUMBANGSIH IDE UNTUK ISLAM NUSANTARA
Oleh Sokhibul Ansor
(Universitas Negeri Malang)

Abstrak
Pemaknaan toleransi beragama di Indonesia mengalami pemaknaan yang
berbeda dimata negara dan bangsa barat, karena makna toleransi
beragama di tafsirkan oleh negara lain secara struktural dalam hal ini
negara-negara adi kuasa yang memiliki kemungkinan untuk
mengekspresikan ideal budayanya tanpa memperhatikan akar sistem nilai
budaya bangsa Indonesia. Pemaknaan toleransi beragama yang
dihembuskan oleh negara barat tidak sesuai dengan sistem nilai budaya
yang dianut bangsa Indonesia. Negara barat dalam memaknai toleransi
beragama tidak menggunakan landasan epistemologi filsafat ilmu, dengan
mengesampingkan , mendasarkan sumber, struktur, metode-metode dan
validitas pengetahuan, sehingga akan mengalami distorsi dalam
pemaknaan toleransi beragama. Pemaknaan sebuah toleransi beragama di
Indonesia menurut para filsof modernis, dirasa oleh masyarakat Indonesia
kurang tepat, dan perlu dilakukan dekonstruksi (pembongkaran dan
penolakan), agar pemaknaan toleransi beragama di Indonesia benar-benar
mencerminkan sistem budaya bangsa Indonesia, yang digunakan sebagai
pedoman hidup dalam berperilaku sehari-hari. Agar pemaknaan toleransi
beragaama itu, sesuai dengan ideal bangsa Indonesia, maka kita harus
berani melakukan dekonstruksi (penolakan) dengan cara merumuskan
konsep yang ideal menurut bangsa Indonesia

Kata-Kata Kunci:
Toleransi beragama, dekonstruksi, filsafat ilmu.

Toleransi berasal dari bahasa dengannya, salah satunya adalah


latin Tolerare artinya menahan diri, perbedaan agama.
bersikap sabar, membiarkan orang Di Indonesia toleransi ber-
berpendapat lain, dan berhati lapang agama yang didefinisikan sebagai
terhadap orang-orang yang memiliki kebebasan memeluk agamanya dan
pendapat yang berbeda (Poerwa- beribadat menurut keyakinannya,
darminto, 2009). Toleransi ini diper- sudah diatur dalam pembukaan UUD
lukan dalam memenuhi kebutuhan 1945, pasal 29, ayat 2 disebutkan
manusia sebagai makhluk sosial bahwa ―Negara menjamin kemer-
yang dituntut untuk mampu ber- dekaan tiap-tiap penduduk untuk
interaksi dengan individu lain dalam memeluk agamanya masing- masing
memenuhi kebutuhannya. Hal ini dan untuk beribadat menurut
karena seorang individu akan agamanya dan kepercayaan itu‖.
dihadapkan dengan kelompok- Aturan negara ini dibuat, agar
kelompok yang berbeda warna masyarakat Indonesia yang plural-

274
isme ini bisa hidup berdampingan permasalahannya dengan muncul-
satu sama lain secara damai dalam nya kasus-kasus pembakaran gereja
melaksanakan peribadatan. Masya- dan masjid yang pernah terjadi di
rakat bisa menjalankan ajaran Indonesia.
agamanya secara bebas untuk Secara epistemologi filsafat,
dirinya sendiri, tanpa harus yang menjadi pertanyaan yang
memaksa orang lain untuk mengikuti menarik, apakah yang menjadi ru-
ajarannya. Namun pada kenya- musan dan ukuran, negara Barat
taannnya, walaupun sudah ada dan Perserikatan Bangsa-Bangsa
aturan yang jelas sebagai payung dalam memaknai sebuah konteks
hukum dalam menjalankan peri- kehidupan toleransi umat beragama
badatan, gesekan-gesekan sering di Indonesia. Apakah PBB sudah
muncul. Bahkan ada yang ber- merasa cukup memaknai sebuah
pikiran, bahwa produk hukum yang teks toleransi beragama dari
mengatur kebebasan beragama itu informasi dari sepihak, dari orang
hanya mempersempit gerak atau perorang yang mempunyai tujuan
membatasi manusia. Padahal hukum sesaat dan pribadi?
yang mengatur antar umat manusia
ini, tujuannya untuk melindungi Keyakinan Beragama dan
hak-hak manusia yang lain, sebab Toleransi Beragama
semua hukum muamalah yang Terjadinya kasus dishar-
menyangkut sosial, hubungan atar monisasi toleransi beragama di
manusia dalam masyarakat, untuk Indonesia, disebabkan ada sebagaian
melindungi hak-hak manusia secara kecil tokoh agama yang menganggap
perorangan maupun kolektif atau bahwa: (1) aturan dalam bentuk
secara berjamaah. payung hukum dianggap sebagai
Karena hukum dianggap pembatas manusia dalam menjalan-
sebagai pembatas gerak orang yang kan praktik-praktik ibadah dan
berkepentingan, maka akan timbul penyebaran agamanya, (2) belum
gesekan-gesekan, percikan-percikan bisa membedakan dalam memaknai
yang menyulut pada kerusuhan sebuah teks keyakinan beragama dan
sehingga terjadi pembakaran gereja, toleransi beragama dan ukuran yang
pembakaran masjid yang pernah salah sebagai ukuran toleransi
terjadi di Indonesia. Fenomena ini beragama di Indonesia.
yang akhirnya digunakan sebagai Menurut Koentjaraningrat,
justifikasi bahwa negara yang keyakinan beragama adalah
namanya Indonesia adalah negara kepercayaan yang dimiliki oleh
yang anti toleransi dalam beragama. setiapmanusia dalam mencapai
Tidak hanya justifikasi, malah kehidupan yang nyaman baik secara
dipakai senjata ampuh bagi negara- spiritual maupun jasmani. Masalah
negera Barat yang tidak suka dengan keyakinan adalah hak hakiki bagi
kemampanan untuk Indonesia, dan setiap manusia untuk meyakini
ada yang berkepentingan agar terjadi kebenaran agama yang dianut, tanpa
chaos di Indonesia. ada unsur pemaksaaan dan tekanan
Akhir-akhir ini, Perserikatan kepada pemeluk agama lain. Jadi
Bangsa-Bangsa (United Nation Orga- yang namanya keyakinan beragama
nization) sebagai organisasi ne- gara itu, antar madzab (dalam Islam) saja
sedunia menuduh negara Indonesia tidak boleh saling memaksakan
sebagai negara yang anti toleransi keyakinannya. Misalnya madzab
beragama. Tanpa melihat akar Syafi‘ie kalau sholat subuh

275
menggunakan doa qunut, sedangkan sebagai nabi terakhir setelah
madzab Hanafi tidak menggunakan Rasulullah SAW. Seandainya Ahma-
doa qunut, maka madzab Syafi‘i tidak diyah merupakan agama tersendiri,
boleh memaksa pada madzab Hanafi pasti tidak dipersoalkan oleh umat
untuk menggunakan doa qunut, Islam di Indonesia. Termasuk juga
begitu pula sebaliknya. aliran Gafatar yang sekarang ramai
Dalam Kristen protestan sekte menjadi sorotan publik, yang
advent melarang makan hewan babi, mengajarkan sholat lima waktu tidak
anjing dan hewan yang bertaring harus selalu lima kali, puasa tidak
lainnya untuk dimakan, dan minum- harus di bulan Ramadhan dan ajaran
an keras namun sekte lain tidak lainnya bertentangan dengan ajaran
melarangnya untuk memakan hewan Islam, namun aliran ini selalu
tersebut dan minuman keras. menggunakan stempel Islam juga.
Sedangkan toleransi adalah Kalau yang menjadi ukuran
sikap menahan diri, menghargai negara Barat dan Perserikatan
orang lain dalam bertindak, menahan Bangsa-Bangsa dalam menyikapi
diri, bersikap sabar, membiarkan toleransi beragama adalah masalah
orang berpendapat lain, dan berhati kasus pelarangan manggung Lady
lapang terhadap orang-orang yang Gaga & Irshad Manji, dimana pada
memiliki pendapat yang berbeda . saat konser sebuah musik, selalu
Namun sementara ada pemikiran menggunakan pakaian vulgar yang
para tokoh agama yang menganggap mengumbar auratnya. Nilai-nilai
toleransi ituberdoa bersama dan yang diusung si Lady Gaga yang
secara bergantian di tempat rumah nama aslinya Stepahnani Joane
ibadah tertentu. Seorang nasrani Angelina Germanotta bertentangan
yang taat yang toleran dalam ber- norma agama, sosial, dan sistem nilai
agama kepada orang Islam, bukan yang dianut bangsa Indonesia yang
berarti orang nasrani tersebut ikut ujungnya bernuara konflik sosial.
sholat berjamaah di masjid, atau Bangsa mana yang ingin sistem nilai
seorang muslim yang toleransi budayanya mau di rusak, kecuali
kepada nasrani, bukan berarti orang mereka yang ingin bangsanya sendiri
muslim tersebut harus ikut ibadah di untuk kebanggaan intelektualisme
gereja-gerjanya orang nasrani. kosong. Sedangkan Indonesia ber-
Konsep pendifinisian yang salah kepentingan sekali untuk melindungi
inilah yang menyebabkan pemicu sistem nilai budaya yang telah
kerusahan antara umat beragama di dianutnya bertahun tahun sebagai
Indonesia, yang cenderung ala pedoman hidup berperilaku. Sistem
westernisasi. nilai budaya merupakan konsep-
Kalau yang menjadi ukuran konsep dalam pikiran manusia
negara Barat danPerserikatan tentang sesuatu hal yang dianggap
Bangsa-Bangsa dalam menyikapi baik, mulia, berharga oleh bangsa
toleransi beragama di Indonesia Indonesia.
adalah masalah kasus Ahmadiyah Berdasarkan wawancara de-
adalah kurang tepat. Hal karena ngan DR. KH. Hasyim Muzadi
memang ahmadiyah menyimpang Sebagai Presiden WCRP (World
dari pokok ajaran islam, namun Conference on Religions for peace)
selalu menggunakan stempel islam sekaligus sekjen ISIS (Internasional
dan berorientasi pada politik barat. Conference for Islamic Scholars),
Ahamadiyah yang dipelopori Oleh mengatakan, bahwa negara kita
Ahmad Ghulam Khan yang mengaku sudah bagus toleransi beragama.

276
Apabila kita bandingkan dengan agama. Faktor Agama berabad-abad
negara-negara yang mengjustifikasi tenang, sekalipun diakui bahwa
kalau Indonesia anti toleransi masing-masing agama mengidap
beragama, adalah jauh sekali. Ambil penyakit ekstirmisme, baik dalam
contoh di Swiss, yang sampai Islam, Kristen, Hindu dan Budha.
sekarang tidak memperbolehkan Yang benar adalah hegemoni politik
menara masjid, atau negara Peranis dan ekonomi dengan menggunakan
yang masih mempersoalkan warga- label-label agama timbal balik
nya menggunakan jilbab. Denmark, dalahukum sebab dan akibat
Swedia dan Norwegia, yang tidak (Syarkun, 2015).
menghormati agama, karena di sana
ada UU Perkawinan sejenis. Pemaknaan Toleransi Beragama
Apabila di Indonesia pernah Menurut Epistemologi Filsafat
terjadi disharmonisasi antara warga Ilmu
muslim dan nasrani di Bogor yang Perserikatan Bangsa-Bangsa
dipakai ukuran kasus gereja GKI (PBB) sebagai organisasi negara
Yasmin Bogor, adalah tidak benar. dunia, semestinya tidak bisa memak-
Kalau yang jadi ukuran GKI nai rumusan toleransi beragama di
Yasmin Bogor, saya berkali-kalai ke Indonesia secara sepihak atau mene-
sana, namun tampakanya mereka rima informasi dari orang perorang
tidak ingin selesai, mereka lebih yang punya kepentingan pribadi.
senang Yasmin menjadi masalah Paling tidak dalam pemerolehan
nasional dan dunia untuk kepen- informasi toleransi beragama di
tingan lain daripada masalahnya Indonesia menggunakan pendekatan
selesai. epistemologi filsafat ilmu.
Kalau ukuranya pendirian Menurut kajian epistemologi,
gereja faktornya lingkungan. Dijawa hendaknya dalam memperoleh suatu
itu pendirian gereja sulit, tapi di pengetahuan, mendasarkan sumber,
kupang (baatuplat) pendirian masjid struktur, metode-metode dan vali-
juga sulit, Belum lagi pendirian ditas pengetahuan (Runes, 1963).
masjid di Papua. Jadi, apabila pemaknaan toleransi
Jadi berdasarkan kasus-kasus beragama di Indonesia tidak sesuai
disharmonisasi yang pernah terjadi di dengan kaidah epistemologi filsafat
Indonesia, akar permasalahannya ilmu, maka akan mengalami distorsi
adalah cukup jelas, yakni (1) ada tentang toleransi beragama di
agama di dalam agama (lihat kasus Indonesia.
ahmadiyah), (2) Ada yang berkepen- Hal ini sesuai dengan apa yang
tingan agar kasus disharmonisasi itu dikemukakan oleh A.M Saefuddin
menjadi besar, artinya ada kelompok menyebutkan, bahwa epistemologi
yang ingin meman- faatkan agar di mencakup pertanyaan yang harus
Indonesia kelihatan untoleransi, dijawab, apakah ilmu itu, dari mana
sehingga akan menjadi mata asalnya, apa sumbernya, apa
pencaharian bagi mereka yang hakikatnya, bagaimana membangun
menjual negaranya sendiri sebagai ilmu yang tepat dan benar, apa
pepesan intelektual (lihat Kasus GKI kebenaran itu, mungkinkah kita
Yasmin Bogor). mencapai ilmu yang benar, apa yang
Jadi kemelut-kemelut di dunia dapat kita ketahui, dan sampai
itu termasuk pernah terjadi di dimanakah batasannya.
Indonesia itu pada hakekatnya tidak Pencapaian ilmu yang benar
timbul karena semata-mata faktor dan dapat diketahui, sesuai dengan

277
objek dari epistemologi dalam filsafat sudah termaktub nilai-nilai (values),
ilmu , yakni objek formal. ialah usaha prasyarat, ideologi, kebenaran, dan
mencari keterangan secara radikal tujuan-tujuan tertentu. Dengan
(sedalam-dalamnya, sampai ke demikian bahwa dekonstruksi tidak
akarnya) tentang objek material hanya terbatas hanya melibatkan diri
filsafat (sarwa-yang-ada). Objek dalam kajian wacana, bak lisan
epistemologi ini menurut Jujun maupun tulis, melainkan juga
S.Suriasumatri berupa ―segenap kekuatan-kekuatan lain yang secara
proses yang terlibat dalam usaha kita efektif mentransformasikan hakikat
untuk memperoleh pengetahuan.‖ wacana.
Proses untuk memperoleh pengeta- Menurut Derrida, seorang
huan inilah yang menjadi sasaran filsof yang berasal dari Aljazair dan
teori pengetahuan dan sekaligus sekaligus pencetus teori dekons-
berfungsi mengantarkan tercapainya truksi, mengatakan bahwa makna
tujuan, sebab sasaran itu merupakan dekonstruksi secara umum adalah
suatu tahap pengantaran yang harus tindakan subyek yang membongkar
dilalui dalam mewujudkan tujuan. suatu obyek yag tersusun dari
Jadi dengan bahasa lain berbagai unsur yang layak di
bahwa epistemologi sebagai kajian bongkar.
filsafat ilmu dapat didefinisikan Berkaitan dengan dengan
sebagai cabang filsafat yang latar belakangnya sebagai seorang
mempelajari asal mula atau sumber, postmodernis, maka Derrida dalam
struktur, metode dan sahnya hal ini berada dalam posisi dimana ia
(validitasnya) pengetahuan. Penger- memberikan kritik dan menawarkan
tian lain, mengenai epistemologi solusi baru bagi modernitas yang
menyatakan bahwa epistimologi tentunya kritik-kritiknya dilempar-
merupakan pembahasan mengenai kan kepada para filosofis modernis.
bagaimana mendapatkan penge- Begitu pula dengan pemak-
tahuan atu lebih menitikberatkan naan sebuah toleransi beragama di
pada sebuah proses pencarian ilmu. Indonesia menurut para filsof
modernis, dirasa oleh masyarakat
Dekonstruksi Toleransi Beragama Indonesia kurang tepat, dan perlu
dilakukan dekonstruksi (pembong-
Dekonstruksi, secara leksikal
karan dan penolakan), agar pemak-
prefik ‗de‘ berarti penurunan,
naan toleransi beragama di Indonesia
pengurangan, penolakan. Jadi
benar-benar mencerminkan budaya
dekonstruksi dapat diartikan sebagai
bangsa Indonesia, sistem nilai
cara-cara penolakan terhadap
budaya yaitu konsepsi-konsepsi yang
konstruksi, yaitu berupa gagasan
ada dalam pikiran manusia Indonesia
dalam kerukunan beragama di
yang berupa hal yang baik, berharga,
Indonesia menurut konsep bangsa
mulia yang digunakan sebagai
negara-negara Barat, dengan ukuran
pedoman hidup dalam berperilaku
sistem nilai budaya yang dianut oleh
sehari-hari. Agar pemaknaan
negara-negara Barat.
toleransi beragaama itu, sesuai
Menurut Kristeva dalam Norris
dengan ideal bangsa Indonesia, maka
(2008) bahwa dekonstruksi tidak
kita harus berani melakukan
semata-mata ditujukan terhadap
dekonstruksi (penolakan) dengan
tulisan atau teks, tapi semua
cara merumuskan konsep yang ideal
pernyataan kultural, sebab kese-
bangsa Indonesia
luruhannya pernyataan tersebut
adalah teks yang dengan sendirinya

278
Sehingga yang namanya mengalami distorsi dalam pemak-
pemaknaan toleransi beragama di naan toleransi beragama.
Indonesia bukan lagi: (1) dirumuskan Agar pemaknaan toleransi
oleh oleh kelompok tertentu yang beragama di Indonesia bisa dipahami
secara struktural dalam hal ini oleh bangsa lain terutama negara
negara-negara adi kuasa yang Barat, maka disarankan perlu
memiliki kemungkinan untuk meng- adanyaa perjuangan untuk (a)
ekspresikan ideal budayanya; (2) memurnikan agama sebagai agama,
bangsa Indonesia sebagai negara kemudian memilahkan agama
berkembang tidak bisa lagi menerima dengan faktor non agama yang
formulasi konsep toleransi beragama diagamakan, (b) memperdekat jarak
dari negara adi kuasa yang sangat antara agama dengan perilaku
syarat dengan kepentingan; (3) pemeluk agama, karena pemeluk
kriteria penilaian toleransi beragama agama ini tidak selalu berbuat seperti
yang menguniversalisasikan diri agamanya. Kedua hal tersebut
menginternaslisasikan nilai-nilai itu merupakan upaya yang perlu
sehingga cita-cita kerukunan bera- dilakukan di dalam rumah sendiri
gama sama dengan cita-cita dalam rangka penumbuhan pemak-
kelompok tertentu. (3) perlu mewas- naan yang sama, (c) perlunya
padai kelompok elit yang secara lembaga di luar pememerintah
ekonomis kuat tidak boleh lagi sebagai meditor antar kerukunan
berusaha menciptakan ideal budaya beragama, misalnya WCRP (World
sesuai dengan selera kelompok Conference on Religions for Peace)
mereka. Biasanya kelompok negara- dan ISIS (Internasional Conference for
negara elit ekonomi, untuk Islamic Scholars)
memaksakan keinginannya dengan Di luar rumah kita, perlu
melakukan embargo ekonomi (sanksi melakukan kunjungan dengan
ekonomi). membawah misi perdamaian dan
Jadi, pemaknaan toleransi toleransi, misalnya: (1) ke Vatikan
beragama di Indonesia harus sesuai yang merupakan sentral katolik yang
dengan sistem nilai budaya bangsa mempunyai pengaruh besar di dunia
Indonesia yang bisa dipakai sebagai barat, yang menjelaskan bahwa
pedomana hidup dalam menjalankan toleransi beragama di Indonesia
agama dan peribadatannya menurut sudah humanis sesuai dengan sistem
keyakinan masing-masing individu. nilai budaya bangsa Indonesia, tidak
seperti digembor-gemborkan oleh
Kesimpulan dan Saran orang yang mempunyai kepentingan,
(2) melakukan kunjungan perdamai-
Berdasarkaan uraian di atas, an ke: (a) Australia sebagai sekutu
pemaknaan toleransi beragama barat yang terletak di selatan ustralia
yang dihembuskan oleh negara barat merupakan sekutu Barat sekaligus
tidak sesuai dengan sistem nilai tetangga Indonesia, tentu ini sangat
budaya yang dianut bangsa strategis dalam melakukan dialog
Indonesia. Negara barat dalam me- untuk mengurangi salah paham
maknai toleransi beragama tidak diantara kedua negara, Australia
menggunakan landasan epistemologi adalah negara yang penduduknya
filsafat ilmu, dengan menge- menjadi korban terbesar dalam bom
sampingkan , mendasarkan sumber, Bali; (b) kunjungan ke Inggris untuk
struktur, metode-metode dan validi- penguatan kerjasama; (c) kerjasama
tas pengetahuan, sehingga akan dengan Jerman, dimana Jerman

279
memiliki umat Islam nomor 2 di
Eropah; (d) Penguatan hubungan
Asia dan Asean, dalam rangka
membangun program rahmatan lil
alamin. Dengan upaya pembenahan
dari dalam dan dari luar diharapkan
muncul kesepahaman dalam
memaknai teks toleransi beragama di
Indonesia.

Daftar Pustaka
Norris, Christoper.2008. Membongkar
Teori Dekonstruksi Jacques
Derrida. Yogyakarta: Arruz
Media
Poerwadarminto.2009. Kamus
Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Runes, Dagobert D. 1963. Pictorial
History of Philosopy. New Jersey:
Litlefile, Adam & Co.
Syarkun, Mukhlas. 2015. Jembatan
Islam – Barat: Dari Sunan
Bonang sampai Paman Sam,
Yogyakarta: Penerbit PS
Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat ilmu:
Mengurai Ontologi, Epistemologi,
dan Aksiologi Pengetahuan,
Bandung : Rosda Karya
The, Liang Gie. 2000. Pengantar
Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberti
http://www.eurekapendidikan.com/
2014/10/hakikat-epistimologi-
dalam-kajian-Filsafat-Ilmu.html
.

281
ISLAM NUSANTARA ANTARA HARAPAN DAN REALITA:
STUDI RESPONSIF ISLAM NUSANTARA
TERHADAP PROBLEMATIKA UMAT ISLAM
Oleh Fajar Nugroho
(Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi,
e-mail: fajaraljabir@gmail.com)
Abstrak
Organisasi Massa (Ormas) Islam di Indonesia memegang penting sebagai
pemberi gagasan kemajuan Islam ke depan kepada pemerintah seperti NU,
Muhammadiyah, HTI, Persis, FPI, dan lain-lain. Pemerintah Indonesia
seyogyanya menghargai dan menerima masukan tersebut sebagai pijakan
dalam mengambil keputusan. Namun tentunya, pemerintah harus selektif
dalam memilih suatu gagasan yang mencerahkan bukan malah
membingungkan umat. Ormas NU (Nahdhatul Ulama) sebagai salah satu
ormas Islam terbesar di Indonesia contohnya memberikan gagasan Islam
Nusantara sebagai wujud kearifan lokal Indonesia dengan jargon ―Islam
yang ramah, anti radikal, inklusif, dan toleran‖. Gagasan Islam Nusantara
terus digalakkan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj dengan
menjadikan gagasan ini sebagai tema Muktamar NU ke 33 di Jombang
pada tahun 2015. Islam Nusantara sebagai gagasan baru tentunya banyak
menuai pro kontra seperti gagasan Islam Nusantara baik dari internal
Nahdhatul Ulama (NU), ormas-ormas Islam dan masyarakat. Berdasarkan
fakta faktual di atas, kami menyusun makalah dengan tema ―Islam
Nusantara: Antara harapan dan Realita‖.

Kata-Kata Kunci:
Islam Nusantara, studi responsif, problematika umat Islam.

Latar Belakang dan politik luar negeri (khoriji siyasi).


Oleh karena itu, tidak berlebihan,
Krisis kedamaian di berbagai jika sikap yang diambil muslim
wilayah Timur Tengah pada tahun Indonesia berdampak besar terhadap
terakhir ini semakin marak bagaikan masa depan Islam di dunia, apakah
bola salju yang menggelinding. maju ataukah mundur, damai atau
Seperti perlawanan rakyat dengan teror, dan rahmatallil alamin atau
pemerintah di Suriah, perseteruan tertindas.
Sunni dan Syiah di Yaman, Organisasi Massa (Ormas)
pergolakan pemerintahan di Mesir, Islam di Indonesia memegang penting
pencaplokan wilayah Palestina oleh sebagai pemberi gagasan kemajuan
Israel dan pembakaran kedubes Arab Islam ke depan kepada pemerintah
Saudi di Iran. Muslim Indonesia seperti NU, Muhammadiyah, HTI,
sebagai muslim yang terbesar Persis, FPI, dan lain-lain. Pemerintah
se-Dunia yang mencapai 12,7 % dari Indonesia seyogyanya menghargai
total Muslim dunia atau sekitar 205 dan menerima masukan tersebut
juta jiwa memiliki andil besar untuk sebagai pijakan dalam mengambil
bersikap solutif, lebih khususnya keputusan. Namun tentunya, peme-
dalam bidang politik negara baik rintah harus selektif dalam memilih
politik dalam negeri (dakhili siyasi) suatu gagasan yang mencerahkan

281
bukan malah membingungkan umat. menuai pro kontra seperti gagasan
Ormas NU (Nahdhatul Ulama) sebagai ‗Islam Nusantara‘ baik dari internal
salah satu ormas Islam terbesar di Nahdhatul Ulama (NU), ormas-ormas
Indonesia contohnya memberikan Islam dan masyarakat. Pendapat pro
gagasan Islam Nusantara sebagai Islam Nusantara adalah dakwah
wujud kearifan lokal Indonesia Islam di Nusantara mengalami proses
dengan jargon ―Islam yang ramah, vernakularisasi (pembahasaan
anti radikal, inklusif, dan toleran‖. ulang), indigenisasi (pribumisasi),
Gagasan Islam Nusantara terus emmbended (tertanam) dalam budaya
digalakkan Ketua Umum PBNU KH. Indonesia. Sehingga dalam penam-
Said Aqil Siradj dengan menjadikan pilan budayanya, Islam Indonesia
gagasan ini sebagai tema Muktamar jauh berbeda dengan Islam Arab.
NU ke 33 di Jombang pada tahun Selain itu, pendapat kontradiksi
2015. Gagasan Islam Nusantara Islam Nusantara antara lain jelas
dilatarbelakangi dua alasan yaitu: secara sengaja menafikan faktor
Pertama, Islam Nusantara didakwah- ‗Arab‘ yang sesungguhnya tidak bisa
kan dengan merangkul budaya, dilepaskan dari Islam, konflik di
melestarikan budaya, menghormati Timur Tengah yang terus bergolak
budaya, tidak malah memberangus sesungguhnya bukan karena faktor
budaya Islam. Kedua, Islam Arab Islam melainkan karena strategi
selalu konflik dengan sesama Islam penjajah Barat. Bahasa ―Nusantara‖
dan perang saudara (BBC Indonesia, juga dinilai bertentangan dengan
15/6/2015). Sebelum Islam Nusan- Islam. Islam Nusantara disebut
tara sebenarnya muncul gagasan ditunggangi oknum liberal. Selain itu,
‗Islam, Keindonesiaan dan Kemo- secara historis penyebaran Islam di
dernan‘ yang digagas Cak Nur dan Indonesia tidak terlepas dari Khilafah
pribumisasi Islam‘ yang pernah Islam yang berasal dari Timur
digagas Gus Dur, ‗Islam inklusif‘, Tengah.
‗Islam moderat‘, ‗Islam substantif‘, Berikut beberapa pendapat
dan sebagainya. yang pro dan kontra dari internal
Islam Nusantara sebagai pengurus Nahdhatul Ulama‘:
gagasan baru tentunya banyak
Pro Islam Nusantara Kontra Islam Nusantara
1. KH Maruf Amin, Negara Islam di 1. KH Muhsyiddin Abdusshomad, Rais
Irak dan Suriah (NIIS) pun mengaku Syuriah PCNU Kabupaten Jember
sebagai pengikut Ahlus sunnah juga minta agar Panaitia Muktamar
Waljamaah, tetapi sepak terjang NU ke-33 memakai Islam Rahmatan
mereka selama ini sangat ditentang Lil Alamin yang selama ini sudah jadi
NU. Karena itu, Islam Nusantara jati diri NU. ―Istilah Islam Rahmatan
adalah cara dan sekaligus identitas lil Alamin yang dipakai selama ini
Aswaja yang dipahami dan sudah benar karena ada rujukannya
dipraktikkan para mua‘sis (pendiri) dalam Al-Quran,‖ katanya, Menurut
dan ulama NU yang bersifat dia, istilah Islam Nusantra tak punya
peneguhan identitas yang distingtif, sumber baik dalam al Quran, hadits,
tetapi demokratis, toleran, dan ijma‘ maupun qiyas. ‖Justru
moderat. (Arrahmah Nusantara banyak pihak baik di internal
Network (31/08/ 2015). maupun eksternal NU menyerang NU
karena persoalan istilah Islam
Nusantara,‖ kata Kiai Muhyiddin.
2. Azyumardi Azra mengatakan model 2. KH. A. Muhith Muzadi, juga

282
Islam Nusantara dibutuhkan oleh mengaku tak setuju dengan islah
masyarakat dunia saat ini, karena Islam Nusantara. Alasannya, Islam
ciri khasnya mengedepankan "jalan itu satu. Yaitu, Islam
tengah, tidak ekstrim kanan dan yang sudah jelas ajarannya. ―Rumus-
kiri, selalu seimbang, inklusif, an khittah itu sudah jelas dan itu
toleran dan bisa hidup berdamping- adalah ideologi NU. Kalau Islam
an secara damai dengan penganut Nusantara pasti ada mafhum
agama lain, serta bisa menerima mukholafah. Berarti Islam non
demokrasi dengan baik." Menurut- Nusantara,‖ kata kiai penggagas
nya, memang ada perbedaan antara khittah NU 26 yang diratifikasi KH
Islam Indonesia dengan 'Islam Timur Ahmad Siddiq itu.(NU garis Lurus.
Tengah' dalam realisasi sosio- 9/07/2015)
kultural-politik. "Sektarian di 3. Pakar aswaja NU center Gus
Indonesia itu jauh, jauh lebih kurang Muhammad Idrus Ramli, Nusantara
dibandingkan dengan sektarianisme adalah istilah pra islam sehingga
yang mengakibatkan kekerasan tidak boleh dipakai, bahwa sejak
terus-menerus di negara-negara sebelum munculnya istilah islam
Arab," jelasnya. (BBC Indonesia, nusantara, islam ahlussunnah
15/6/2015). waljamaah telah berjalan dengan
baik, istilah islam nusantara
mengaburkan aswaja, konsep islam
nusantara asal-asalan.
4. KH. Yahya Zainul Ma‘arif atau yang
akrab disapa Buya Yahya
menyatakan tidak perlu ada Islam
Arab, Islam Inggris, ataupun Islam
Nusantara, sebagian cendekiawan
NU ada yang teridentifikasi libe-
ral karena melanggar Ijmak (NU
Garis Lurus, 26/01/2016).

Telepas dari pro kontra Indonesia. Selain itu, respon


tersebut, gagasan Islam Nusantara masyarakat terhadap syariah Islam
memiliki pekerjaan rumah yang besar secara umum sebagai solutor
sebagai solutor masalah krisis atau terhadap problem kekinian saat ini
problem kekinian saat ini bangsa perlu diukur untuk mengetahui
Indonesia di segala aspek kehidupan sejauh mana tingkat kesadaran umat
seperti korupsi, penguasan sumber akan Islam sebagai solusi. Ber-
daya alam oleh asing, hutang negara dasarkan fakta faktual di atas, kami
yang terus bengkak, terorisme, menyusun makalah dengan tema
narkoba, perzinaan, dan lain-lain. ―Islam Nusantara: Antara harapan
Jika dari akar Islam Nusantara dan Realita‖.
sudah salah maka akan sulit Berdasarkan latarbelakang di
menyelesaikan masalah bangsa dan atas, adapun tujuan disusunnya
sebaliknya. Respon masyarakat makalah ini adalah sebagai berikut.
terhadap gagasan Islam Nusantara Pertama, untuk mengetahui pan-
merupakan indikator awal berhasil dangan atau persepsi publik tentang
tidaknya gagasan ini sebagai harapan krisis kedamaian di Timur Tengah
muslim Indonesia terhadap realita dan penyebabnya. Kedua, untuk
problematika yang terjadi di mengetahui pandangan atau persepsi

283
publik tentang Islam Nusantara sari Cangkringan Sleman atas pe-
sebagai solusi mencegah krisis resmian gereja Katholik Santo
kedamaian di Indonesia seperti di Fransiskus Xaverius Cangkringan
Timur Tengah dan isu terorisme. dan keikutsertaan santri pondok ter-
Ketiga, untuk mengetahui pandang- sebut bermain hadroh di gereja
an dan persepsi publik tentang Islam tersebut pada acara yang sama pada
Nusantara untuk mengatasi prob- tanggal 10 Juli 2015,
lematika umat saat ini. Keempat, Fenomena haji yang meng-
untuk mengetahui pandangan dan gunakan blangkon (tidak berkopyah)
persepsi publik tentang syariah islam sebagai atribut KBIH Arafah, Bangsri,
yang dapat menyelematkan bangsa Jepara, di bawah pimpinan KH.
Indonesia dari problem kekiniaan Nuruddin Amin juga terinspirasi dari
seperti korupsi, penguasaan sumber ide Islam Nusantara. Pimpinan KBIH
daya Indonesia oleh asing, hutang tersebut mengatakan: ―Makanya
negara yang terus bengkak, teror- kami sengaja mempraktikkan peng-
isme, narkoba, perzinaan, dan lain- amalan Islam Nusantara dengan
lain. Kelima, untuk mengetahui wujud memakai blangkon‖.
pandangan dan persepsi publik jika Istilah Islam Nusantara
syariah islam diterapkan dalam memiliki perngertian yang berbeda-
segala aspek kehidupan di Indonesia beda sehingga terjadi kerancuan
untuk menyelamatkan bangsa yang mengakibatkan dapat multi-
Indonesia dari problem kekinian tafsir. Oleh karena itu, tak ayal pro
tersebut. kontra terjadi baik pemikiran mau-
pun aplikasi dari gagasan Islam
Kajian Pustaka Nusantara.
Islam Nusantara hadir disaat
Metode Penelitian
isu terorisme dan krisis kedamaian di
Timur Tengah. Islam Nusantara Rancangan metode penelitian
hadir untuk mensinkronkan Islam ini menggunakan penelitian des-
dengan budaya dan kultur Indonesia. kriptif kualitatif. Adapun teknik
Dengan Islam Nusantara mereka pengumpulan data menggunakan
mengajak umat untuk mengakui dan teknik angket survei langsung dan
menerima berbagai budaya. Mereka wawancara. Angket survei langsung
menginginkan Islam yang fleksibel, menggunakan kuisioner yang bersifat
toleran, dan sinkretis. Beberapa terbuka (open ended) pada per-
pengamalan dan syi‘ar Islam Nusan- tanyaan point 1 dan 2 dan bersifat
tara antara lain tertutup pada pertanyaan point 3, 4
Pembacaan al-Qur‘an dengan dan 5. Data angket dikumpulkan
langgam jawa pada acara peringatan menggunakan teknik random
Isra‘ Mi‘raj di Istana negara, tanggal sampling. Adapun sasaran dan target
15 Mei 2015 dan dilanjutkan ―Ngaji penelitian ini adalah masyarakat
al-Qur‘an Langgam Jawa dan Pribu- Kota Malang, Sampel penelitian ini
misasi Islam‖ yang digelar oleh Majlis perwakilan dari ulama dan atau
Sholawat Gusdurian di Pendopo pimpinan pondok pesantren, dosen,
Hijau Yayasan LkiS di Sorowajan, mahasiswa, tokoh masyarakat, guru,
Bantul, Yogjakarta Rabo 27 Mei dan wiraswasta berdasarkan profesi.
2015. Mengingat keterbatasan waktu
Ucapan selamat berupa penelitian, sampel penelitian ini
karangan bunga dari Pondok berjumlah 50 orang.
Pesantren Al-Qodir Tanjung Wukir-

284
Hasil Penelitian dan Pembahasan Adapun paparan hasil
penelitian dapat dilihat dalam
tabel-tabel berikut di bawah ini :
Tabel 1. Jumlah Responden
No. Profesi/Kedudukan Jumlah Responden
1 Dosen 8
2 Mahasiswa 37
3 Tokoh Masyarakat 3*
4 Wiraswasta 5
Jumlah Total 53
*tidak mengisi kuisioner , hanya analisis responden terkait perma-
mengungkapkan pandangan umum salahan yang terjadi. Adapun hasil
tentang Islam Nusantara data pandangan dan persepsi
responden terhadap pertanyaan
Kuisioner bersifat terbuka nomor 1 dan 2 sebagai berikut.
(open ended) pada pertanyaan point 1 Tabel 2. Soal dan Jawaban Poin 1
dan 2 dengan tujuan mengetahui
Soal 1 : Apa yang Anda ketahui tentang krisis kedamaian di Timur Tengah dan
penyebabnya?
No Jawaban responden
1 Tidak banyak yang saya ketahui , selain berbagai informasi dari berbagai
sumber yang saya sepenuhnya belum percaya
2 Peperangan atas nama agama, perebutan kekuasan, adu domba dari
Negara Barat
3 ISIS, tapi krisis di Timur Tengah bukan serta merta aliran Islam yang salah
tapi karena penjajah Barat
4 Pemimpin yang berkhianat yang takut pada kafir Yahudi seakan-akan
pendapat dari umat Islam tidak didengar sekalipun
5 Lebih condong pada propaganda Yahudi yang berusaha kejayaan Islam,
banyakanya golongan , karakter Arab yang keras dan fanatic
6 Penyebab internal(ekspansi paham syiah) dan penyebab eksternal
(Amerika dan Zionis)
7 Orang Islam ingin mengembangkan ekspansi wilayah kekuasan pada
akhirnya untukm menyampaikan ajaran mereka
8 Muncul ISIS yang bentukan Amerika Serikat yang sengaja merusak islam
dari dalam
9 Saya jarang mengikuti berita
10 Krisis terjadi karena tuntutan masyarakat agar pemimpin diktator turun
dan perebutan tambang minyak dalam sisi ekonomi
11 Kurang tau
12 Karena perbedaan ideology dan saling mengkafirkan kemus=dian
merambat ke politik yang tidak ada sangkut pautnya dengan keyakinan
13 Karena politik adu domba yang sudah mengakar
14 Tidak serta merta perbedaan agama, melainkan permasalah social. Krisis
ini direkayasa oleh Negara adidaya yg ingin menguasai timur tengah
karena ingin menguasai sumber daya minyak.
15 Krisis tersebut hanyalah propaganda orang-orang yahudi yang menentang
Islam, mendukung wahabi dan gerakan Islam yang menyimpang lainnya
16 Karena adanya zionisme, syiah dan penguasaan sumber energy oleh barat.
17 Karena internal (muak dengan system pemerintahan mereka), eksternal

285
(campur tangan barat)
18 Barat merusak citra Islam sebagai rahmatan lil alamin menjadi Islam yang
radikal dengan tujuan menguasai sumber daya alam
19 Krisis disebabkan perbedaan pendapat dan persepsi mereka dalam
mengartikan islam yang sesungguhnnya
20 Alasan politik berusaha memecah belah umat Islam
21 Saya sendiri tidak mengetahui penyebabnya dan tidak tertarik
22 Karena masyarakat disana merasa didhzolimi oleh pemerintah mereka.
Mereka ingin perdamaian dan penerapan Islam kaaffah
23 Adanya adu domba oleh pihak zionis
24 Kaum kafir akan memusuhi umat Islam sampai mengikuti agamanya
25 Rakyat terjajah oleh pemerintah yang rakus dan tamak
26 Karena politik kaum kafir penjajah untuk menguasai kekayaan alam dan
masyarakat timur tengah menjaga aqidahnya
27 Adanya krisis kedamaian yang disebabkan tidak berdayanya Negara untuk
mengurusi seluruh urusannya termasuk politik luar negeri
28 Penyebabnya adalah konflik kepentingan penguasa yang didukung
amerika. Adanya penguasa otoriter yang menjadikan masyarakat
menuntut perubahan.
29 Pergolakan emosiaonal yang terjadi dikalangan masyarakat serta rasa
ketidakpuasan terhadap rezim yang memerintah
30 Penjajahan oleh bangsa barat (amerika) untuk memecah belah Islam
sendiri dengan politik adu domba.
31 Krisis dan perang saudarakarena harta, wilayah dan kekuasaan
32 Persatuan umat Islam yang lemah sehingga mudah ditipu, difitnah dan
diadu domba oleh barat yang menginginkan Islam tidak tegak. Barat juga
ningin menguasai negeri timur tengah dan segala sesuatunya
33 Tidak adanya persatuan pada umat Islam serta jauh dari syariat Islam.
Juga karena adanya kafir penjajah beserta anteknya yang ingin menguasai
dunia
34 Karena kurang bersatunya umat Islam yang disebabkan fanatisme aliran
serta adanya musuh Islam yang membentuk sebuah aliran baru untuk
merusak Islam dari dalam
35 Krisis mentalitas, kurang rasa menghargai lunturnya nilai-nilai akhlak
yang luhur, rasa peduli telah luntur
36 Merupakan scenario yang dirancang barat untuk menghancurkan umat
Islam dan mengambil SDA Negara-negara timur tengah
37 Krisis ini merupakan salah satu akibat dari sikap umat antar agama satu
dengan yang lainnya, sehingga mereka yang berpemahaman radikal akan
menyerang umat agama lain.
38 Isu ISIS yang menyebabkan fitnah bagi kaum muslimin, sehingga Israel
menjajah Palestina.
39 Secara obyektif negara-negara kapitalis adalah penjajah. Secara subyektif
sulitnya kita dalam bersatu melawan mereka dan tidak adanya tameng
(khalifah) yang melindungi kita dari mereka. Krisis yang kompleks.
40 Karena adanya perbedaan ideology dimana satu dengan yang lainnya
saling mengkafirkan. Kemudian permasalahan ini merambat ke
permasalahan politik yang tidak ada sangkut pautnya dengan urusan
keyakinan.

286
41 Karena adanya campur tangan kepentingan barat terhadap negara-negara
di timur tengah. Penjajah barat mempunyai kepentingan untuk memecah
belah negeri-negri muslim dan membendung kebangkitan Islam, sehingga
mereka lebih mudah untuk merampas kekayaan negeri-negeri muslim.
42 Sya tidak tahu akan hal di timur tengah dan penyebabnya.krisis terjadi
akibat nasionalisme yang tinggi dan terjadi penjajahan non fisik oleh
musuh-musuh Islam dan umat tidak sadar akan hal itu.
43 Perseteruan antara sunni dan syiah. Pemahaman dalam menafsirkan
Islam dengan sudut pandang masing-masing (dalam sikap dan perilaku).
44 Perlawanan rakyat terhadap pemetintah Suriah.
45 Akibatnya perang di daerah tersebut tidak akan pernah berakhir hingga
akhir zaman.disebabkan adanya hegemoni asing (barat) atas negeri-negri
barat dan antek-antek asing yang sangat loyal terhadap barat.
46 Konflik yang dilatarbelakangi oleh kepentingan politik, terutama amerika
serikat. Hal ini terbukti dari kepedulian negara-negara arab terhadap
Palestina dan Suriah. Namun disisi lain, banyak konspirasi yang
terjadi.penyebabnya adalah terbitnya informasi-informasi palsu yang
membuat beberapa pihak di timur tengah geram dan marah.
47 Negara Barat berkonspirasi memecah bela negara-negara Islam, organisasi
yang terindikasi teroris, Negara bartat mengalami kemunduran
48 Pertarungan ideologi antar kelompok dan negara
49 Barat memecah belah Islam agar tercerai berai seperti di timur tenga yang
kaya minyak
50 Kurangya tolernsi antara sesame, terlalu mengedepankan emosi sehingga
dapat mempengaruhi persatan dan kesatuan
Tengah saat ini. Adapun masalah
Berdasarkan pemaparan ala- ISIS menurut Pangdam V Brawijaya,
san tersebut dapat diketahui bahwa Mayor. Jend. Eko Wiratmoko, dalam
mayoritas responden lebih mengarah seminar Kebangsaan yang
pada inteferensi asing yang dikoman- diselenggarakan Di Universitas
do Amerika Serikat dan Yahudi (75%) Negeri Malang pada tahun Oktober
dari pada pihak internal, yaitu 2014, mengatakan bahwa ISIS hanya
perlawan rakyat terhadap pemerin- kelompok kecil yang tidak perlu
tahan dzolim, pengaruh syiah, ditakuti karena di Suriah pun
organisasi terorisme (ISIS), kondisi kekuatan ISI tidak diperhitungkan
karakter masyarakat Arab di Timur namun media membesarkannya.
tengah. Hal ini sejalan dengan Oleh karena itu, bertolak belakang
pernyataan wakil Presiden Jusuf denga alasan ide Islam Nusantara
Kalla dalam Seminar ICIS(Islamic yang mengacu pada Islam Arab yang
conference Internasional Submit) keras tidak seperti islam di Indonesia
tahun 2015 di UIN Maluan Malik kurang selaras denfan fakta yang
bahwa interferensi asinglah yang ada.
telah membuat krisis di Ttmur Tabel 3. Soal dan Jawaban Poin 2
Soal 2 : Apakah pendapat Anda tentang Islam
Nusantara sebagai solusi mencegah krisis
SS S TS A
kedamaian di Indonesia seperti di Timur
Tengah dan isu terorisme?
No Jawaban Responden √
1 Solusi satu pihak tidak menyelesaikan masalah √
2 Abstain, karena bukan krisis kedamaian tapi √

287
krisis kepemimpinan
3 Tidak tepat , karena Islam kurang tepat bila

disandingkan budaya
4 Tidak setuju , seolah-olah budaya diatas agama,
padahal pedoman Islam itu al quran dan As √
Sunah.
5 Krisis di Timur Tengah antara lain mereka
menuntut syariah Islam karena sumer daya

seharusmya dikuasai Negara untuk rakyat
bukan Barat
6 Islam Nusantara yang digags KH Said Agil untuk
menumbuhkan rasa nasionalisme dan ada
point-point yang bertentangan dengan syariah √
Islam sehingga justru membuat Islam terpecah
belah
7 Penanggulangan terorisme dapat dilakukan
dengan
1) Pendidikan pemahaman Islam yang benar
2) Menindak tegas pelaku terror
3) Menggalakkan kajian akhlak dan tazkiyatuz √
nafs
4) Islamisasi Nusantara nukan
menusantarakan Islam karena Islam sebagai
agama sempurna
8 Bukan mencegah, namun justru lebih dari itu
menimbulkan kekacauan yang akhirnya akan √
merusak akidah umat.
9 Tidak setuju karena sangat tidak cocok
diterapkan di Indonesia karena ideology Barat √
masuk secara halus melalui faham ini
10 Bingung √
11 Islam nusantara adalah gagasan yang mencegah
krisis karena hanya mementingkan budaya

Indonesia yang tidak bertujuan mengatasi
masalah Negara lain
12 Islam mengapa harus dicampuradukkan

ddengan budaya
13 Baik, asal penerapannya sesuai Al Quran dan al

Hadits sehingga terbentuk persamaan perssepsi
14 Islam nusantara agak menyekat Islam, namun
apabila Islam nusantara menyeru umat agar √
mencegah terorisme, ya harus didukung
15 Islam nusantara sebenarnya memiliki esensi
kembenaran, namun realitanya Islam
disebarkan melampaui koridor-koridor aqidah. √
Padahal Islam sudah jelas batas-batas yang
dikatakan solidaritas
16 Islam merupakan agama rahmatan lil alamin.
Tanpa kata nusantara pun Islam merupakan √
agama yang damai. Akan tetapi islam nusantara

288
agama yang damai dan menjunjung tinggi
kebudayaan Islam.
17 Terorisme sendiri adalah sesuatu yang
diciptakan oleh musuh-musuh Islam yang
digunakan untuk menghancurkan Islam dari √
dalam. Kampanye Islam nusantara sendiri
menambah benturan antar kelompok Islam.
18 Kurang tepat, Islam nusantara adalah wajah
baru islam liberal persuasive yang justru anti √
islam dan arab.
19 Mungkin bisa, karena islam nusantara
mengajarkan budaya daerah tanpa mengurangi √
nilai Islam
20 Islam nusantara bisa mencegah krisis
perdamaian di Indonesia, asalkan dalam
pelaksanaannya tetap memegang syariah Islam √
dan bisa merangkul serta menghormati budaya
di nusantara
21 Tidak tepat, karena pemikiran umum bangsa
Indonesia masih mudah dipecah belah dan

mudah diprofokasi, justru akan memunculkan
konflik social
22 Mengatasi krisis Indonesia tidak perlu
mengubah nama suatu agama, karena untuk

meredakan krisis perdamaian dan terorisme
dengan mmemperbaiki individu
23 Islam nusantara sebenarnya dapat digunakan
sebagai solusi, karena merangkul seluruh

masyarakat, melestarikan budaya dan tidak
memberhangus budaya Islam
24 Kurang tepat, karena islam sudah sempurna

sejak diturunkan
25 Tidak mempermasalahkan masalah istilah,
namun actor islam nusantara adalah kaum √
liberal yg disana banyak menimbulkan masalah
26 Tidak setuju, karena Islam tidak hanya ada di
Indonesia dan akan menghilangkan Islam √
sendiri
27 Tidak setuju, karena mengusung nilai budaya
yang berlebihan dan menjatuhkan orang-orang √
arab. Islam sudah sempurna
28 Setuju, yang membawa paham kedamaian
dalam Islam. Tidak mempermasalahkan
perbedaan pendapat, selama aqidah Islam tetap √
sama. Namun, saya khawatir dengan penamaan
itu membuat Islam sulit bersatu
29 Kurang tepat karena akar masalah terletak pada
sengketa politik dan ekonomi bukan √
kebudayaan
30 Islam merupakan agama rahmat bagi seluruh √

289
alam yang mencangkup segala kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tentu Isla tidak
identik dengan sebuah Negara/suku tertentu.
Islam universal sangat visioner dan sangat
modern. Krisis kedamaian adalah krisis akhlak
yang disebabkan kurangnya pahamnnya
terhadap masisng-masing manusia tentang
keadilan
31 Islam nusantara yang menjunjung tinggi nilai
keislaman tanpa menghilangkan nilai
toleransihanyalah sebuah gagasan yang
dangkal, yang emngedepankan aspek
nnasionalisme, kesukuan serta bangsa. Ide ini

mencoba menjadikan Islam berkompromi
dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada di
Indonesia, padahal kebudayaan di Indonesia
tidak selalu sesuai dengan Islam. Ide ini akan
membuat Islam pecah belah.
32 Islam nusantara memiliki pro kontra. Memiliki
fungsi untuk pemersatu umat islam di Indonesia
dengan pendekatan budaya. Menurut saya ide
ini tidak relevan karena hanya akan
menimbulkan ketidakharmonisan . ide ini √
merupakan gagasan NU, sedangkan ormas lain
tidak. Jadi perlu dipikirkan lagi konsep Islam
Nusantara itu untuk persatuan umat Islam di
dunia, karena Islam itu satu.
33 Tidak dapat dijadikan solusi internasional

karena terlalu terpusat pada satu wilayah
34 Islam nusantara bukan solusi dalam mencegah
krissi perdamaian. Justru akan memecahbelah
islam dalam berbagai Negara. Ide ini √
seolahh-olah seperti Islam yang hanya dianut di
Indonesia.
35 Tidak berguna, malah yang ada hanya seperti
mengkerdilkan Islam yang universal dan mulia.
Tentu hal ini lebih berbahaya bagi muslim di
Indonesia. Jika ingin member solusi yang efektif √
dan preventif, selesaikan saja akar
permasalahan yang menyebabkan adanya pokok
permasalahan di atas tadi.
36 Islam Nusantara hanya berupa gagasan-gagasan
pragmatisdan tidak akan mampu menyelesaikan
masalah serupa. Ide ini masih bias dan bisa jadi √
menjauhkan pemahaman umat dari makna
sebenarnya.
37 Dilihat dari sisi hukum, islam nusantara adalah
ajaran yang batil. Dilihat dari sisi pencegahan

isu terorisme, tentu tidak akan membuahkan
hasil karena jangankan Islam nusantara, di

291
negeri muslim yang lain saja yang Islamnya lebih
bagus, tidak mampu untuk mencegah kasus
diatas.
38 Sangat tidak setuju, hanya menambah masalah
baru. Dari definisi yang dikemukakan Said Aqil
Sirodj saja sudah mencerminkan √
ketidaksesuaian ide ini, apalagi dari segi
aplikatifnya.
39 Saya masih ragu-ragu terhadap hal itu, karena
banyak sekali organisasi Islam yang belum saya
ketahui tentang kebenaran dalam pemberian
materi Islamislam nusantara itu adalah ide yang √
mengada-ada. Islam itu satu dan sangat cocok
dimanapun, di Negara manapun dan sampai
kapan pun.
40 Setuju, karena aturannya merupakan aturan

dari Alloh.
41 Kurang lebih setuju, namun definisi dari Islam

nusantara ini sangat banyak yang mengartikan.
42 Dilihat dari konsepnya saja tidak akan
menciptakan kedamaian di semua lapisan

masyarakat. Dilihat dari namanya saja sudah
ashobiyah.
43 Mungkin bisa dijadikan solusi, yang penting
sudah bisa diabstrakkan. Tapi abstrak saja tidak
cukup, harus ada wujud kongkritnya.islam
nusantara bukanlah suatu solusi, tapi
merupakan suatu pemikiran yang sangat
berbahaya. Ide ini memandang bahwa Islam

sebagai agama harus tunduk dan mengikuti
realitas masyarakat yang ada (kebudayaan).
Tentu ini adalah landasan berpikir yang sangat
berbahaya, karena dapat menjauhkan umat dari
pemahaman Islam yang benar menurut Alloh
dan Rosul-Nya.
44 Baik, asalkan penerapannya sesuai Al Quran
dan As Sunnah. Sehingga terbentuk adanya √
persamaan persepsi.
45 Tidak ada kaitannya apakah Islam nusantara
mampu member solusi, khususnya bagi warga

muslim di Indonesia. Sebab faktanya kita msih
dalam keadaan krisis.
46 Kurang tepat, karena Islam yang berbasis
nusantara sekarang lebih mementingkan adat
daripada syariat.setuju dengan hal tersebut,
karena berbeda daerah tidak bisa kita

memaksakan budaya timur tengah ke Indonesia.
Sering adanya kesalah pahaman bahwa budaya
di timur tengah dikaitkan dengan agama Islam,
padahal belum tentu budaya di sana sesuai

291
dengan Islam. Islam merupakan agama yang
rahmatan lil alamin.
47 Tidak setuju, karena sangat menyimpang dari
ajaran rosulullah yang akan berdampat pada √
krisis kedamaian
48 Islam nusantara baik dilakukan dan dijadikan
solusi yang menujukkan Islam kepada dunia

bahwa Islam itu lunak, anti kekerasan dan
lembut
49 Belum terlalu setuju, kita harus memperbaiki
diri sendiri dari pengaruh ajaran yang tidak √
sesuai aqidah
50 Islam Nusantara tidak dikenal pada zaman
Rosullulah karena Islam sudah sempurna dan 0 26% 66% 8%
Islam hanya satu, bukan membuat istilah baru.
karena tidak menyentuh akar
Mayoritas responden dalam masalah seperti yang tertera pada
menjawab tidak setuju sebesar 66% soal poin 1. Adapun yang setuju
jika Islam Nusantara dijadikan solusi sebesar 26% namun diberikan syarat
sebagai solusi mencegah krisis bahwa islam Nusantara tidak boleh
kedamaian di Indonesia seperti di terlepas dari Al Quran dan As Sunah.
Timur Tengah dan isu terorisme Tabel 4. Soal dan Jawaban Poin 3
Soal No 3 : Di tengah Pro dan kontra Islam Nusantara, Apakah Anda setuju
dengan pemahaman Islam Nusantara diterapkan di Indonesia untuk
mengatasi problematika umat saat ini?Jika Anda tidak setuju,
bagaimanakah menurut Anda yang benar?
No Jawaban SS S TS A
1 Abstain √
Tidak setuju, konsep Islam Nusantara justru
2 menyempitkan khasanah keilmuan islam dan √
nilai2 mulia dari islam
3 Maaf, mencari jalan yang benar √
Tidak setuju, permasalah sistemik tidak bisa
4 √
diselesaikan secara parsial
Islam nusantara bisa diterapkan di Indonesia
5 √
dan perlu pendalaman dalam menerapkannya
Tidak setuju, jika tujuannya ingin mengkotak –
6 √
kotakkan umat islam dunia
7 Setuju √
8 Setuju √
Tidak setuju, harusnya diberikan solusi untuk
9 √
ummat islam dunia
10 Tidak setuju, konsep islam nusantara tidak jelas √
Tidak setuju, islam nusantara mencampur
11 adukkan agama dengan budaya indonesiayang √
dipengaruhi budaya dari hindu
Tidak setuju, islam di arab dengan islam di
12 Indonesia sama, jika islam nusantara dibuat √
berarti memecah belah ummat
13 Tidak setuju, karean konsep islam nusantara √

292
cacat dan tidak bisa menyelesaikan masalah.
Tidak setuju, gagasannya hanya berupa ide,
islam nusantara adalah gagasan anti radikal
14 √
bukan ditujukan untuk menyelesaikan masalah
di Indonesia
Tidak setuju, tidak akan mampu mengatasi
15 √
masalah
16 Tidak setuju, secara ide ngawur dan tidak jelas √
Kurang setuju, karean bagaimanapun peran
17 arab dan khilafah tidak bisa dipisahkan dari √
penyebaran islam di Indonesia
Islam tidak boleh diidentikkan dengan suatu
18 √
Negara
Setuju yang dibutuhkan rakyat Indonesia
19 adalah islam yang rahmatan lil alamin, tidak √
ekstrim, tidak liberal.
Setuju, sebaik-baik perkara adalah yang
20 √
tengah2, tidak terlalu radikal dan liberal
Tidak setuju, ini menyalahi islamnya nabi
21 √
Muhammad SAW.
Tidak setuju, yang benar adalah dengan
22 √
diterapkan islam secara kaffah
Tidak setuju, karena Indonesia Negara
23 √
demokrasi
24 Tidak setuju, karena islam rahmatan lil alamin √
Tidak setuju, karena syariah islam harus
25 √
ditegakkan secara kaffah
Tidak setuju, menurut saya ummat islam
26 √
seluruh dunia harus menjadi satu.
27 Setuju √
28 Setuju √
29 Setuju √
30 Setuju √
Saya tidak peduli seperti apa itu islam
31 √
nusantara
Setuju, jika penerapannya tidak bertentangan
32 √
dengan syariat islam
Kurang setuju, islam itu benar dan tiadak perlu
33 √
dibuat – buat lagi
Tidak setuju, karena pemain utama islam
nusantara adalah kaum liberalyang ingin
34 √
memisahkan kita dari sunnah dengan slogan
anti arab
Tidak setuju, seharusnya slogan yang benar
35 √
adalah mengislamkan nusantara
Tidak setuju, islam nusantara hanya akan
36 √
menimbulkan sekat-sekat.
Tidak setuju, islam tidak ada islam nusantara,
37 √
esensi islam nusantara adalah anti arab

293
38 Tidak setuju √
Tidak setuju, islam nusantara adalah kulit baru
39 dari kaum liberal yagn bertujuan untuk √
menghancurkan islam
Setuju, karena islam adalah satu namun
40 memiliki pandangan yang berbeda pada setiap √
orang.
Tidak setuju, karena hanya akan menimbulkan
41 √
perpecahan
Tidak setuju, tidak sesuai dengan ideology,
42 √
budaya di Indonesia
Tidak setuju, menurut saya islam yaitu yang
43 √
sesuia qur‘an sunnah
Islam nusantara adalah ide yang masih multi
44 √
tafsir
45 Tidak perlu memecah- mecah islam √
46 Islam nusantara merupakan paham sekuler √
Tidak setuju, karena mengkotak-kotakan
47 √
ummat islam
Tidak setuju, karena bertentangan dengan
48 √
ajaran Rasululloh
Tidak setuju, karena ide islam nusantara adalah
49 √
ide yang menyimpang.
50 Tidak setuju, karena belum jelas. √
Persentase (%) 22% 72% 6%
saat ini sebesar 72% karena
Responden menjawab per- menggangap dapat memecah belah
tanyaan pada poin 3 bahwa tidak kaum muslimin, multitafsir, dapat
setuju dengan pemahaman Islam tersusupi faham liberal, dll.
Nusantara diterapkan di Indonesia Tabel 5. Soal dan Jawaban Poin 4
untuk mengatasi problematika umat
Soal No 4 : Terlepas dari pro kontra Islam Nusantara, Apakah Anda setuju hanya
dengan syariah islam yang dapat menyelematkan bangsa Indonesia
dari problem kekiniaan seperti korupsi, penguasaan sumber daya
Indonesia oleh asing, hutang negara yang terus bengkak, terorisme,
narkoba, perzinaan, dll?
N
Jawaban SS S TS A
o
Perlu pemahaman secara mendalam dan sesuai
1 pandangan syariat bukan dari salah satu pihak √
tertentu.
2 Setuju, islam rahmatan lil alamin √
3 Setuju √
4 Setuju √
5 Setuju, dan harus menyeluruh √
Setuju, karena islam bukan hanya sebatas ritual
6 melainkan aturan kehidupan bagi semua √
manusia
7 Setuju √

294
8 Setuju √
9 Setuju √
Sangat setuju, karena islam satu – satunya
10 √
aturan dari Allah SWT.
Setuju, karena islam pernah diterapkan
11 √
sebelumnya
Setuju, dengan diterapkan syariah islam
12 √
peramsalahan yang ada dapat terselesaikan.
Setuju, islam agama yang sempurna dan
13 paripurna karena datangnya dari dzat yang √
maha segalanya.
14 Setuju √
Setuju, islam seperangkat ajaran yang
15 √
sempurna dan paripurna
Sangat setuju, Karena tida ada aturan yang
sempurna yang bisa mengatasi masalah
16 √
tersebut kecuali datangnya dari dzat yang maha
sempurna
17 Setuju √
Tidak sepenuhnya setuju karena perlu akhlaqul
18 √
karimah juga
Bukan hanya dengan hukum syariah tapi juga
19 √
ketegasan dari penguasa
Setuju, semua sudah diatur dan dicontohkan
20 √
dalam islam
Setuju, sebab problem itu solusinya hanya
21 √
dengan syariah secara kaffah.
22 Setuju √
Setuju, karena jika hokum islam ditegakkan
23 √
tidak aka nada lagi korupsi
Setuju, karena syariat atau hokum islam yang
24 √
dapat mencegah perbuatan buruk
Setuju, untuk mengatasi krisis moralitas dan
25 pemerintah yanga tidak kompeten dan serta √
tidak menerapkan syariat islam.
Setuju, karena aturan – aturan islam telah
26 √
mencegah perbuatan – perbuatan yang buruk.
Setuju, syariat islam solusi terbaik dalam
27 √
mengatasi permasalahan kekinian di Indonesia
28 Setuju √
29 Setuju √
30 Setuju √
Kalau agamanya baik insyaAllah perilakunya
31 √
baik
32 Setuju √
33 Setuju √
34 Setuju √
35 Setuju √
36 Setuju √

295
37 Sangat setuju, karena islam rahmatan lil alamin √
38 Setuju √
39 Setuju √
40 Sangat setuju √
Tidak, Indonesia bukan Negara islam melainkan
41 √
Negara hokum
42 Indonesia krisis pemimpin √
Setuju, karena dengan syariat islam semua bisa
43 √
diselesaikan
44 Sangat setuju, karena islam rahmatan lil alamin √
Tidak setuju karena Islam terdiri dari iman,
45 √
Islam dan Ihsan
Islam agama universal rahmatan lil alamin,
46 √
islam adalah agama paripurna
47 Setuju, syariat islam ajaran rasulullah √
48 Sangat setuju, karena saya muslim √
Setuju, karena dengan semua masalah dapat
49 √
teratasi
50 Setuju, harus sesuai Al Quran dan Al Hadist √
12 76
Persentase (%) 4% 8%
% %
bengkak, terorisme, narkoba, per-
Jawaban responden secara zinaan, dan lain-lain. Hal ini dika-
keluruhan setuju (76%) dan sangat renakan dorongan aqidah Islam
setuju (12%) hanya dengan syariah mereka yang yain bahwa Islam
islam yang dapat menyelematkan adalah solusi. Jika responden yang
bangsa Indonesia dari problem tidak setuju sebesar 4% karena
kekiniaan seperti korupsi, pengu- Indonesia negara hukum.
asaan sumber daya Indonesia oleh Tabel 6. Soal dan Jawaban Poin 5
asing, hutang negara yang terus
Soal No 5 : Apakah Anda setuju jika syariah islam diterapkan dalam segala aspek
kehidupan di Indonesia untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari
problem kekinian tersebut?
NO JAWABAN SS S KS TS
1 Ya, Namun harus dipastikan bahwa pemegang
kekuasaan benar-benar paham tentang syariat √
islam, fiqih, dan ushul fiqih
2 Sangat setuju, karena islam bukan hanya
mengatur urusan kerohanian. Akan tetapi juga √
mengatur seluruh kehidupan manusia
3 Setuju √
4 Setuju √
5 Setuju √
6 Sangat setuju √
7 Saya belum bisa memutuskannya √
8 Tidak setuju √
9 Setuju √
10 Tidak setuju √
11 Setuju √

296
12 Sangat setuju √
13 Saya setuju dengan tujuan tersebut. Sangat
berpengaruh bagi kehidupan. Islam tidak

hanya syariat saja yang dipelajari, tapi juga hal
yang lain.
14 Setuju √
15 Setuju √
16 Setuju √
17 Sangat setuju, karena islam adalah rahmatan

lil ‗alamin
18 Setuju √
19 Setuju √
20 Tidak, karena Indonesia juga memiliki ciri

khas tersendiri memiliki Pancasila
21 Setuju jika syariah islam diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, karena dapat

menyelamatkan bangsa Indonesia dari
keterpurukan
22 Setuju, tapi islam yang kaffah √
23 Setuju √
24 Setuju √
25 Setuju, karena hanya islam yang paling
sempurna. Agama yang lain hanya ritual √
belaka, sedangkan Islam mengatur segalanya
26 Setuju, karena peraturan islam itu sangat

lengkap
27 Setuju √
28 Tergantung masing-masing. Benar bukan
berati benar, salah bukan berarti salah
menerima pandangan orang lain adalah √
sesuatu yang bijak untuk mencari solusi
bersama
29 Sangat setuju √
30 Setuju, tapi tidak perlu mengubah sistem,
namun cukup diri sendiri yang tahu √
bagaimana syariat itu sendiri
31 Setuju, tapi tidak seperti FPI yang terlalu
keras. Karena di Indonesia peraturan yang

membuat adalah seseorang dan ada kebiasaan
peraturan dibuat untuk dilanggar
32 Setuju, harus diterapkan agar problem yang

ada dapat terseesaikan
33 Sangat setuju, karena yang mengetahui
hakikat baik buruknya manusia adalah
Penciptanya (Allah SWT) dan semestinya

dalam pengaturan kehidupan juga didasarkan
kepada-Nya, bukan akal manusia yang lemah
dan terbatas
34 Setuju. Sebagai muslim itu sudah menjadi √

297
kewajiban
35 Setuju √
36 Ya, saya setuju. Islam adalah agama sempurna
yang diridhoi Allah SWT. Tidak perlu
diragukan lagi seharusnya. Hanya saja tidak

dapat pungkiri kebanyakan orang akan
berfikir ribuan kali jika ditanya demikian dan
tentu ini mengeherankan
37 Setuju, dalam islam telah diatur segala aspek
dalam kehidupan ini. Jadi jikalau Indonesia
ingin menyelamatkan bangsanya, maka

terapkan syariah islam ini. Di islam sudah
diatur masalah ekonomi, politik, hukun, dan
lein sebagainya
38 Setuju √
39 Sangat setuju. Karena syariah Islam itu
datangnya dari Allah SWT, sehingga sesuatu
yang datangnya dari Allah SW di segala aspek √
atau berbagai bidang, insyaAllah bangsa ini
dapat terselamatkan
40 Setuju √
41 Syariah islam apabila mengandung ajaran
kebaikan, tentulah pasti menjadi penyelamat √
semua problem di dunia ini.
42 Setuju. Syariat islam perlu diterapkan dalam
aspek kehidupan, tetapi penerapannya tegas

dan mudah. Karena dalam islam tidak
menyulitkan
43 Setuju √
44 Tidak. Lebih baik yang diterapkan dalam
aspek kehidupan adalah aspek hukum yang
berlaku. Karena hukum di Indonesia juga

tidak bertentangan dengan syariah islam.
Namun yang menjadi koreksi besar adalah
penegakkan hukum tersebut
45 Sangat setuju. Dengan catatan bahwa hal ini
tidak menimbulkan masalah sosial yang
malah akan merongrong persatuan dan
kesatuan . Karena penerapan syariah islam

dijamin rasul dan juga tanpa
kekerasan-kekerasan yang dilakukan pada
jaman rasul hanya terjadi jika islam
diperlakukan dengan tidak adil.
46 Tergantung pribadi masing-masing. Bukan
masalah salah atau benar, Karena benar
belum tentu benar dan salah belum tentu √
salah. Sebaiknya setiap orang secara bijak
mencari solusi bersama
47 Sangat setuju √
48 Sangat setuju √

298
49 Setuju, bahkan itu kebutuhan manusia.
Bukan hanya Indonesia saja yang harus bebas
dari krisis. Tapi yang namanya manusia itu √
seluruh dunia harus bebas dari krisis. Hal itu
hanya bisa diwujudkan dengan syariat Islam
50 Setuju, tanpa mengindahkan ajaran
Rasulullah SAW yang selalu menjadi idalam

(teladan) dalam menghadapi non muslim
sekalipun
20 66
Presentase (%) 6% 8%
% %
menyalahkan orang sebelum
Responden secara keseluruh- mempelajari secara sungguh.
an 66% setuju jika syariah islam Dari beberapa paparan diatas,
diterapkan dalam segala aspek telah diketahui pemahaman Islam
kehidupan di Indonesia untuk Nusantara ada yang mendukung dan
menyelamatkan bangsa Indonesia ada yang tidak mendukung dengan
dari problem kekinian tersebut, definisi yang mereka ketahui dengan
bahkan 20% sangat setuju. Adapun berbagai versi, sehingga dapat
yang tidak setuju (8%) karena diketahui batasan atau definisi dan
Indonesia memiliki Pancasila. manhaj.
Adapun beberapa tokoh yang Pertama: Dari sisi definisi,
berhasil kami dapat hubungi adalah: definisi ―Islam Nusantara‖ itu meluas
1. Prof . Dr. Hj. Istibsyarah MA. Islam tanpa batasan yang jelas. Dalam
Nusantara itu orang Islam di definisi Istilah harus memenuhi
Indonesia yang harus mencintai syarat yang harus ―jâmi‘[an] mâni‘[an],
negaranya sehingga tidak mela- yakni mencakup semua bagian yang
kukan teror, korupsi, dan sebagai- didefinisikan dan mencegah hal lain
nya yang merugikan negara dan di luar yang didefinisikan.
rakyat, memahami perbedaan. Kedua: Dari segi manhaj,
Meski demikian harus tetap amar jargon ―Islam Nusantara‖ jelas
ma‘ruf nahi mungkar, serta tidak bertentangan dengan Islam. ―Islam
melakukan hal yang larang dalam Nusantara‖ identik dengan upaya
agama (zina, dll), serta kerja ikhlas mensinergikan ajaran Islam dengan
yang mampu menjalankan zakat adat-istiadat lokal di Indonesia.
dan infaq. Islam dipaksa tunduk pada adat-
2. KH. Sutrisno Hadi, MA. Islam istiadat lokal, tak peduli apakah adat
Nusantara sebaiknya ditujukan itu sejalan atau bertentangan
pihak yang memiliki kompetensi dengan Islam. Akhirnya, yang terjadi
yang tinggi. Hal ini penting agar adalah sinkretisme Islam, Islam lokal.
tidak rancu. Hal ini dapat ditunjukkan dalam
3. Prof. DR. Nurul Murtadho. Tidak aplikasi islam Nusantara.
perlu panik . Islam itu terdiri atas Oleh karena itu, gagasan ide
akidah, syariah dan akhlak. Islam Nusantara memerlukan peng-
Selama Kajian itu tidak kajian lagi secara lebih mendalam.
bertentangan dengan Islam Namun umat islam tidak boleh
silakan saja. Dalam Islam ada melupakan dan acuh tak acuh atas
perintah dan ada larangan. Yang permasalahan bangsa Indonesia yang
tidak diperintah dan dilarang semakin meluas saat ini. Yang jelas
sialahkan saja. Jangan gampang Islam masih tetap menjadi harapan

299
umat sebagai solusi untuk mengatasi Sebaiknya gagasan Islan
problematika tersebut. Nusantara memrlukan pengkajian
yang mendalam karena multitafsir
Kesimpulan yang menyebabkan kesalahan
persepsi atau dapat disalah gunakan
Pandangan atau persepsi oleh oknum tertentu untuk men-
publik secara menonjol tentang krisis jerumuskan kearah yang batil.
kedamaian di Timur Tengah disebab- Penelitian lebih dilkuakan
kan karena interferensi Barat untuk dengan jumlah responden yang lebih
menguasai SDA di Timur Tengah. banyak, wilayah yang lebih luas, dan
Pandangan atau persepsi narasumber berbagai ormas Islam.
publik yang paling menonjol tentang
Islam Nusantara sebagai solusi Daftar Pustaka
mencegah krisis kedamaian di
Indonesia seperti di Timur Tengah Affan, Heyder. 2015. Polemik di balik
dan isu terorisme kurang setuju Istilah Islam Nusantara
karena Islam sudah sempurna dan (Polemik balik istiIah Islam
kurang menyentuh ke akar masalah. Nusantara BBC Indonesia.html)
Afdapun yang setuju , mengingingan diakses tanggal 1 Februari 2016
Islam Nusantara tidak boleh terlepas Mustadhlo, Ali Mustafa, KH.2015.
dari al-Quran dan As-Sunah. Islam Nusantara salah kaprah
Pandangan dan persepsi (KH. Mushtafa AliMurtadlo_
publik tentang Islam Nusantara IstilahIslamNusantaraSalah-Ka
untuk mengatasi problematika umat prah-HizbuTahrir Indonesia.
saat ini secara garis besar tidak html) diakses tanggal 2 Februari
setuju karena menggap dapat 2016
memecah bela umat Islam, multi- Maimoen, Najih, KH. 2015. Malalah
tafsir, dan lain-lain. Lengkap Muhammad Najih
Pandangan dan persepsi Maemoen(Makalah Lengkap KH.
publik tentang syariah islam yang Muhammad Najih Maemoen_
dapat menyelematkan bangsa Islam Nusantara Dan
Indonesia dari problem kekiniaan Konspirasi Liberal.html) diakses
seperti korupsi, penguasaan sumber 1 Februari 2016
daya Indonesia oleh asing, hutang Romli, Idrus. 2015. Islam Nusantara
negara yang terus bengkak, Kritik KH. Maruf Amin ,
terorisme, narkoba, perzinaan, dll Mungkinkah diterima?(islam
secara dominan setuju karena nusantara Kritik KH. Makruf
tututan akidah islam dan rahmatan Amin, Gus Idrus_ Islam
lil ‗alamin. Nusantara, Mungkinkah
Pandangan dan persepsi Diterima_.html) diakses tanggal
publik jika syariah islam diterapkan 1 Februari 2016
dalam segala aspek kehidupan di Yahya, Buya. 2016. Jelaskan
Indonesia untuk menyelamatkan Karakter Liberal, Buya Yahya:
bangsa Indonesia dari problem Tidak Perlu Ada ‗Islam
kekinian tersebut secara menyeluruh Nusantara‘( Islam nusantara
setuju karena Islam mengajarkan Jelaskan Karakter Liberal Buya
kedamaian, kebaikan dan lengkap. Yahya_ Tidak Perlu Ada Islam
Nusantara .html) diakses
taanggal 1 Ferbuari 2016.
Saran Amin, Maruf, KH. 2015. KH Ma'ruf
Amin: Islam Nusantara Adalah

311
Ahlussunnah wal Jama'ah
An-Nahdliyyah (islam nusantara
KH Ma'ruf Amin_Islam
Nusantara Adalah Ahlussunnah
wal Jama'ah An-Nahdliyyah
Muslimedia News – Media Islam
Voice of Muslim.html) diakses
tenggal 1 Ferbruari 2016.

311
PERUMUSAN INDEKS KOTA SANTRI
Oleh: Siti Kholifah, Yusli Effendi, H.B. Habibi Subandi
(Universitas Brawijaya, e-mail: ifah_sosio@ub.ac.id,
y.effendi@ub.ac.id, habibisubandi@ub.ac.id)

Abstrak
Penelitian ini berupaya menawarkan kaidah yang akan memandu
perumusan Indeks Kota Santri. Tiga kaidah induk yakni walayah,
insaniyyah, danma‘ruf ditawarkan sebagai prinsip dasar. Ketiganya
merupakan kaidah dasar yang diretaskan dari sumber hukum primer,
sekunder, dan tersier dalam Islam. Berangkat dari kritik epistemologis
terhadap konsep pembangunan dan negara/ kota Islami yang terpapar
bias Barat, penelitian ini merangkum meta-kerangka kerja, model
arketipal, dan pengakuan pada nilai-nilai lokal sebagai anjakan
meretaskan tiga kaidah induk. Tiga kaidah induk di atas menjadi acuan
enam kaidah hukum yang akan diturunkan menjadi variabel dan
indikator Indeks Kota Santri di penelitian berikutnya. Dengan
menggunakan pendekatan poskolonialisme dan metodelintas disiplin
serta pengumpulan data kualitatif, penelitian ini merupakan upaya
transformasi ke aksi sekaligus indigenisasi norma universal Islam.

Kata-Kata Kunci:
Kota santri, poskolonialisme, norma Islam, indigenisasi

Latar Belakang negara, baik negara Islam maupun


negara Barat. Sebagai contoh,
Paska tragedi serangan WTC sebuah survei demografi dari Pew
9/11, kajian mengenai Islam dan Research Centre yang dipublikasikan
terorisme menjadi topik terpopuler pada awal tahun 2015 menunjukkan
dari agenda internasional. Di dunia bahwa Islam mencatatkan rekor
akademik pun muncul tren pening- sebagai agama yang mengalami
katan kajian yang berfokus perkembangan tercepat dibanding
padaIslamdan pengaruhnya terhadap dengan agama lain (Ball, 2015).
kehidupan ekonomi, politik, hukum Namun dalam survai lain yang
dan perilaku sosial masyarakat. dipublikasikan pada bulan Juli 2014,
Universitas dan lembaga pendidikan Pew Research Centre mencatat
terkemuka di seluruh dunia bahwa seiring dengan meningkatnya
merespon fenomena tersebut dengan populasi tersebut ada kekhawatiran
membuka peminatan atau depar- terhadap kemunculan ekstremisme
temen baru yang secara khusus dan terorisme di Amerika Serikat dan
bernama Islamic Studies. Islam Negara-negara Timur Tengah (Pew
muncul sebagai bahan penelitian dan Research Center, 2015).Hasil peneli-
diskusi menarik di ruang-ruang tian bertajuk Islam tersebut tak
kuliah, seminar, institusi pemerin- jarang dijadikan sebagai rekomendasi
tahan, LSM, hingga korporasi bisnis kebijakan domestik maupun kebijak-
di tingkat lokal dan multi-nasional. an luar negeripemerintah sebuah
Publikasi penelitian bertajuk negara.
Islam bermunculan di banyak

312
Gagasan brilian dan Namun perkembangan Islam
kontroversial tersebut salah satunya di Indonesia yang mayoritas
muncul dari dua peneliti asal George penduduknya Muslim, memiliki
Washington University, yakni keunikan yang tidak dimiliki negara
Scheherazade S. Rehman dan lain. Indonesia memiliki lembaga
Hossein Askari. Melalui sebuah pendidikan Islam tradisional yang
penelitian berjudul How Islamic are unik dalam institusi Pesantren.
Islamic Countries?Rehman dan Askari Pesantren merupakan lembaga
membuat indikator Islamicity Index pendidikan Islam tradisional yang
yang menjadi ukuran tingkat merupakan transformasi dari
keislamian sebuah negara (Rehman lembaga pendidikan agama
dan Askari, 2010). Kedua peneliti Hindu-Budha yang dulu dianut
tersebut kemudian membandingkan masyarakat Indonesia pada zaman
208 Negara di seluruh dunia dengan Majapahit yang berpengaruh dalam
menggunakan Islamicity Index pembentukan struktur sosial
tersebut. Hasil penelitian tersebut masyarakat pedesaan di pulau Jawa,
cukup mencengangkan bagi dan pulau-pulau lain di Indonesia
masyarakat Muslim, mengingat (Geertz, 1960). Hingga saat ini,
Rehman dan Askari justru Pesantren masih memiliki pengaruh
menempatkan New Zealand, yang cukup kuat dalam berbagai
Luxemburg dan Irlandia sebagai tiga aspek kehidupan masyarakat
negara teratas yang memiliki kriteria Indonesia, baik dalam aspek sosial,
paling Islami. Dari negara yang ekonomi, politik, hingga budaya.
berpenduduk mayoritas Islam, Dalam penelitian ini
Malaysia (Peringkat 38) dan Kuwait memfokuskan pada fenomena ―Kota
(Peringkat 48) berhasil masuk ke Santri‖ yang sering diberikan kepada
peringkat 50 besar teratas. Secara kota-kota di Jawa. Beberapa kota
keseluruhan negara-negara dengan yang selama ini mendapat julukan
penduduk mayoritas Islam berada sebagai Kota Santri adalah Jombang,
pada peringkat yang buruk. Situbondo, Pasuruan, Gresik, dan
Sementara Indonesia sebagai negara Kaliwungu. Namun kota santri
berpenduduk Islam terbesar di dunia tersebut seringkali hanya menjadi
hanya menduduki peringkat ke 140 ―jargon‖ untuk mendeskripsikan
dunia. bahwa di kota tersebut terdapat
Penelitian ini penting bagi banyak lembaga Pendidikan Pesan-
perkembangan Islam di seluruh tren. Sementara untuk indikator
dunia dan masyarakat Muslim di lebih detail dari Kota Santri, belum
Indonesia, mengingat indikator- pernah dikaji secara ilmiah. Oleh
indikator yang dikemukakan oleh karena itu, dalam penelitian ini
Rehman dan Askari cukup mendetail hendak mencari kriteria Kota Santri,
yang mencakup aspek Ekonomi, dengan rumusan masalah penelitian
Hukum, Governance, Politik, dan sebagai berikut. Pertama, Bagaimana
HAM. Dalam ranah akademik, kajian mendialogkan perspektif Islam dan
ini akan membawa perubahan bagi tata nilai lokal dalam ranah kajian
diskursus-diskursus tentang Islam sosial masyarakat. Kedua, apa saja
yang selama ini dipengaruhi kuat kaidah yang dapat ditemukan dari
oleh kajian tentang terorisme dan konsep ―Kota Santri‖ yang sesuai
kontra-terorisme yang sangat dengan tata nilai dalam masyarakat
bernuansa politis daripada akademis. santri?

313
Metode Penelitian sekunder dan wawancara dengan
Desain penelitian ini tokoh yang dianggap memahami
menekankan pada penelitian konteks ekonomi, sosial, budaya
kualitatif dimana luaran penelitian berkaitan dengan penyusunan
ini adalah Variabel-Variabel atau indeks kota santri. Informan
Kumpulan Indikator yang penelitian adalah K.H. Agus Sunyoto,
menjelaskan indeks kota santri.Oleh pengasuh Pesantren Global
karena itu penelitian ini Tarbiyatul Arifin, Desa Mangliawan
menggunakan metode yang sifatnya Kec. Pakis Kab Malang, dan Drs. A.
lebih kualitatif daripada kuantitatif. Nafi, dari Pesantren Al-Hikam, Kota
Desain penelitian ini digambarkan Malang
dalam tabel sebagai berikut: Berdasarkan data primer dan
sekunder yang terkumpul maka
Al-Qur’an
tahap yang dilakukan: (1) Melakukan
FGD mapping dari data yang ada; (2)
Hadits Dokumentasi Menetukan indikator yang akan
Masya- Wawanca-
rakat dipakai untuk mengukur indeks kota
ra
Pesan- ’Urf santri berdasarkan hasil mapping
tren data sebelumnya; (3) Indikator yang
Turots sudah ada, akan dibuat poin-poin
item; (4) Membuat daftar pertanyaan
indeks kota santri; (5) Membuat
INDEKS KOTA SANTRI scoring pada item jawaban; (6)
Melakukan uji coba kuesioner pada
beberapa partisipan
Indeks adalah ukuran
gabungan yang disusun untuk Kaidah Kota Santri
mengukur suatu variabel tertentu Kaidah kota santri merupakan
(Effendi dan Tukiran, 2012: 110). kaidah dasar yang akan memandu
Langkah-langkah yang perlu perumusan indeks kota santri pada
ditempuh dalam penyusunan Indeks penelitian berikutnya. Kaidah dasar
adalah sebagai berikut: Pertama, ini merupan sintesa dari kritik Islam
menyeleksi pertanyaan dimana salah terhadap paradigma Barat dalam hal
satu criteria yang dipakai untuk rekayasa sosial/kemasyarakatan
menentukan ―apakah pertanyaan yang ada dalam konsep Pem-
dapat dimasukkan dalam suatu bangunan. Paradigma Islam ini
indeks‖ adalah validitas muka (face berakar dari meta-kerangka kerja
validity). Kedua, melihat hubungan (metaframework) dan model arketipal
antar pernyataan, baik hubungan yang merujuk dari Al-Qur‘an dan
bivariate maupun secara keselu- hadits. Tawaran dari paradigma
ruhan (multivariate) dari pertanyaan- Islam inilah yang menjadi inspirasi
pertanyaan yang hendak dimasuk- untuk anjakan dasar (foundational
kan. Ketiga, menentukan skor untuk scaffolding) bagi gagasan perumusan
setiap pertanyaan dan juga membuat kriteria kota santri dari pandangan
range skor indeks (Effendi dan dalam (insider‘s view).
Tukiran, 2012: 111).
Proses tersebut di atas Anjakan Kaidah (Foundational
dilakukan dengan menggunakan Scaffolding)
beberapa metode pengumpulan data, Bagi masyarakat Islam, norma
yaitu: dokumentasi dari data Barat kehilangan legitimasi kultural-

314
nya sehingga norma-norma Islam Indonesia (140). Selandia Baru
bisa lebih berpengaruh secara merupakan negara yang memuncaki
informal. Menurut An-Naim (1990: 72) indeks keislaman ini.
bahkan pengaruhnya hampir di level Sebagian pihak mengkritik
bawah sadar, daripada di level indeks yang digagas dua profesor
legal-formal maupun tingkatan bidang Bisnis dan Hubungan
kebijakan. Meski demikian, akibat Internasional ini. Diantara kritik lahir
meningginya tren Islamisme di dari akademikus Malaysia, Ahmad
beragam tempat, tak sedikit Hidayat Buang, yang mempersoalkan
masyarakat yang ingin memformal- indeks ini yang hanya mengukur
kan norma-norma Islam melalui capaian ekonomi masyarakat, tata
lembaga dan perangkat negara dan pemerintahan, HAM dan hak politik,
dalam beberapa hal malah terkena serta hubungan internasional namun
bias tata nilai Barat. mengabaikan praktik keagamaan
Indeks keislaman yang lain individu (Astro Awani Online, 2014).
digagas oleh Rehman dan Askari Baginya, pelaksanaan salat, pergi ke
(2010) untuk mengukur seberapa masjid, serta arti penting halal-
Islami suatu negara. Bagi Rehman haram layak digunakan sebagai
dan Askari, tingkat keislaman suatu ukuran keislaman.
negara bisa diukur dari landasan tata
nilai Islam yang kondusif terhadap: 1) Meta-Kerangka Kerja Dan Model
pasar bebas dan performa ekonomi Arketipal
yang kuat, 2) tata kelola pemerin- Landasan hukum pertama dan
tahan yang baik dan aturan hukum, fundamental yang akan dijadikan
3) masyarakat dengan kondisi mapan dasar prinsip kota santri ialah
dalam hak asasi manusia dan hak Al-Qur‘an. Ayat-ayat Al-Qur‘an
sipil serta kesetaraan, dan 4) menjadi prinsip universal yang
hubungan baik dan kebermanfaatan menjadi panduan etik dalam
atau kontribusi yang bermanfaat bagi merumuskan kaidah kota santri.
masyarakat global. Rehman dan Kaidah yang dideduksi dari Al-Qur‘an
Askari mengembangkan indeks ialah prinsip universal-abstrak yang
keislaman ini dari indeks keislaman menjangkau lintas ruang dan waktu
di bidang ekonomi (Economic dan bersifat primer. Landasan
Islamicity Index) dan meneliti 208 hukum yang kedua berasal dari
negara melalui empat indeks: 1) pengalaman dari masyarakat di masa
Economic Islamicity Index (EI), 2) Nabi Muhammad, persona yang
Legal and Governance Islamicity menjadi model manusia sempurna
Index (LGI), 3) Human and Political (insan kamil). Jika Al-Qur‘an bersifat
Rights Islamicity Index (HPRI), dan 4) abstrak-universal, maka hadits
International Relations Index (IRI). bersifat operasional. Saat Al-Qur‘an
Temuan Rehman dan Askari mewajibkan redistribusi kekayaan
memunculkan negara-negara maju lewat zakat atau infaq tanpa
dan non-Muslim di papan atas, kepastian ukuran, maka hadits
sementara negara-negara Islam memastikan angkanya menjadi 2,5%.
tercecer di bawah peringkat 25 dan Kombinasi keduanya, meta-kerangka
negara-negara Arab tak ada satupun dan model arketipal, akan mere-
di atas peringkat 50. Malaysia ada di presentasikan suatu paradigma yang
peringkat 38 mengalahkan negara disebut sebagai paradigma Islam
Muslim lainnya, yakni Kuwait (42), (Mirrakhor dan Askari, 2010: xiii).
Arab Saudi (91), dan Qatar (111) dan

315
Penamaan visi ideal Al-Qur‘an dalam segala keadaan atau
sebagai meta-kerangka kerja berakar omnipresent.
dari upaya kritik sekaligus Tawaran Mirrakhor dan Askari
melampaui tata nilai Barat yang merupakan jawaban bagi pendapat
menjadi dasar bagi konsep yang mengatakan bahwa Islam tak
pembangunan, pola pemerintahan, berkaitan dengan pembangunan,
hingga model rekayasa sosial/ bahkan menjadi penghambatnya.
masyarakat model Barat. Model Prinsip yang diajukan keduanya
arketipal dipilih menjadi penamaan mengisi celah kosong yang
model penafsiran nabi pada konsep ditinggalkan model pembangunan
abstrak-universal Al-Qur‘an karena Barat sekaligus model pembangunan
penisbatannya pada model teladan Amartya Sen dan Mahbub ul Haq.
atau tatanan ideal yang berasal dari Tawaran prinsip dari keduanya tak
masa Nabi Muhammad. Hingga kini, hanya gerak mundur ke belakang
model masyarakat Madinah di masa seperti Sen yang menyertakan ide
Nabi Muhammad hidup merupakan Adam Smith soal perlunya moral dan
model sempurna yang diimpikan etika sebagai pemandu dalam
masyarakat Islam dimanapun sebagi aktifitas ekonomi serta gerak maju
model masyarakat panutan. seperti ide Haq yang menawarkan
Meski ada dua sumber hukum konsep kesejahteraan insani sebagai
primer dan sekunder dalam tujuan akhir pembangunan. Mirra-
Al-Qur‘an dan Hadits, hukum Islam khor dan Askari memberikan kritik
juga mengenal hukum tersier. tajam atas konsep pembangunan
Sumber hukum tersier ialah sumber Sen, yakni; abai akan pengembangan
hukum yang bersendikan ijtihad diri, terlalu fokus pada kaum miskin
(upaya penalaran untuk meng- dan abai pada mereka yang kaya,
hasilkan suatu hukum). Bentuk serta tak hirau akan perlunya
ijtihad setidaknya ada tujuh: 1) ijma‘ redistribusi penghasilan (Mirrakhor
(kesepakatan ulama), 2) qiyas dan Askari, 2010: 180).
(analogi), 3) istihsan (memprioritas- Tawaran keduanya bahkan
kan kebaikan), 4) maslahah mursalah melampauinya dengan memasukkan
(kemaslahatan tanpa naskah dua sisi; etik-spiritual dan hirauan
hukum), 5) saddudz dzari‘ah akan pengembangan diri (self
(mencegah kerusakan), 6) istishab development). Mirrakhor dan Askari
(yurisprudensi dari hukum terda- mengajukan 4 konsep dasar sebagai
hulu), dan 7) al-‗urf (adat atau kerangka pembangunan alternatif
kebiasaan setempat). dari Islam: 1) walayah, 2) karamah,
3) mitsaq, dan 4) khilafah. Keempat
Pembangunan Menurut Paradig- kerangka itu memiliki 3 matra/
ma Islam dimensi: pengembangan diri (rusyd),
Dalam kajian untuk menggagas pembangunan fisik (isti‘mar) dan
konsep pembangunan dalam pembangunan kolektifitas insani
paradigma Islam, Mirrakhor dan (human collectivity) (Mirrakhor dan
Askari (2010) menyatakan bahwa Askari, 2010: 57).
masyarakat yang berada dalan jalan
menuju masyarakat ideal dalam Nilai dan Tradisi Santri
konsep pembangunan ini ialah Tradisi santri berkorelasi
masyarakat: 1) taat hukum, dan 2) dengan tradisi pesantren, karena
selalu merasakan kehadiran Tuhan santri merupakan salah satu elemen
dari pesantren yang menurut Dhofier

316
(1999) ada lima unsur pesantren, tebu ireng itu nama desa, sidogiri,
yaitu: masjid sebagai tempat ibadah iya kan? Mana lagi, banyak.
dan juga pembelajaran, kitab kuning Karena itu tadi, akulturasi
sebagai bahan pembelajaran yang sehingga terjadi difusi sosial. Tapi
sebetulnya ejawantah dari
mempelajari tentang nilai-nilai Islam
nilai-nilai yang dihayati oleh santri.
yang ditulis dalam bahasa Arab baik Itu miniatur betapa terinteg-
yang ditulis oleh para tokoh Muslim rasinya antara keislaman sama
Arab maupun para pemikir Muslim kesantrian itu di Indonesia.
Indonesia, pondok sebagai tempat (Wawancara, 20 Oktober 2015)
tinggal dan tempat belajar santri, Hal di atas menunjukkan
kyai yang memimpin dan mengelolah bahwa tradisi dan nilai-nilai santri
pesantren dengan karismanya yang dibangun dari nilai-nilai Islam dan
sangat dipercayai oleh santrinya budaya lokal. Seperti tradisi pakaian,
dalam memberi berkah (barokah), prinsip dari ajaran Islam pakaian
dan santri itu sendiri. mempunyai fungsi sebagai penutup
Sebagai institusi pendidikan aurat, tapi manifestasi dari pakaian
Islam tertua di Indonesia yang santri juga memperlihatkan tradisi
keberadaannya sejak abad 16 Masehi, lokal. Sehingga nilai-nilai yang
tradisi yang dibangun oleh pesantren dimiliki oleh santri adalah genuine
bukan hanya berdasarkan nilai-nilai values yang berbeda dengan yang
Islam dan juga budaya lokal dimana dimiliki oleh Muslim lainnya. Selain
pesantren tersebut berkembang. itu juga ada tradisi yasinan, diba‘an
Konteks ini yang kemudian (membaca kitab yang ditulis oleh
melahirkan tradisi yang unik dari Ad-Diba‘i dan Barzanji yang berisi
pesantren dan prinsip-prinsip nilai madah dan cerita tentang Rasulullah),
yang mereka jalankan berdasarkan dan takziyah, yang semua aktivitas
nilai-nilai Islam dan kearifan budaya ini juga berdasarkan pada nilai Islam
lokal, sebagaimana dikatakan oleh yaitu silaturrahmi, yang pada
Gus Nafi‘, pengasuh Pesantren akhirnya dari sini juga terbentuk
Al-Hikam, berikut ini: solidaritas di masyarakat. Nilai-nilai
Pesantren itu adalah lembaga Islam dan budaya lokal memperkaya
pendidikan, Islam, khas Indonesia, nilai-nilai yang dibangun di
karena ditempat lain tidak ada. pesantren, sehingga ada tradisi yang
Yang kedua, dikota itu diwarnai
bersifat simbolik dan juga nilai-nilai
budaya dan tradisi-tradisi
santri.Mulai yang sifatnya dhahir, spiritual dalam membangun
umpamanya cara berpakaiannya, hubungan dengan Allah (hablun
identitas-identitas simbolik yang minnallah) dan hubungan dengan
merepresentasikan budaya, kayak sesama manusia (hablun minnanaas).
misalnya baju, pake kupluk
(kopyah/penutup kepala bagi Kaidah Induk Perumusan Indeks
laki-laki Muslim) itu kan seng Kota Santri
ketok(yang terlihat) identitasnya.
Dari diskusi mengenai paradig-
Sampek (sampai) kepada attitude
sikap yang biasanya bisa ma Islam yang diretaskan
diberangkatkan dari nilai-nilai, meta-kerangka kerja dan model
penghayatan nilai-nilai keislaman, arketipal di atas serta diperkaya
yang sudah mendapatkan dengan kajian mengenai tradisi dan
signifikasi dengan budaya tradisi nilai-nilai santri, maka setidaknya
lokal, sehingga pesantren dulu itu ada tiga kaidah yang akan menjadi
hilang namanya, malah yang dasar perumusan indeks kota santri,
dikenal adalah nama yakni:
desanya.Pesantren tebu ireng,

317
1. Walayah (Kepemimpinan/ pihak, Tuhan dan manusia, Pencipta
Tanggung Jawab) dan ciptaan-Nya. Dua pihak ini
Konsep walayah merupakan terhubung dalam dua kutub yang
konsep sentral dalam perumusan saling melengkapi. Dalam terma
kaidah kota santri karena terhimpun Islam, kutub pertama disebut
didalamnya empat kualitas, yakni rububiyyah (dari kata rabb, pemilik)
bimbingan (guardianship), kepemim- dan kutub kedua disebut ubudiyyah
pinan, tanggung jawab dan cinta (dari kata ibadah).
kasih. Dalam Al-Qur‘an, kata yang 2. Insaniyyah (Kemanusiaan)
berasal dari kata dasar wau-lam-ya, Insan ialah manusia dengan
ini banyak dipakai dalam berbagai kualitas moral. Syariati (2001)
bentuk. Setidaknya di dalam membagi manusia menjadi dua,
Al-Qur‘an ada 124 kata benda dan basyar dan insan. Basyar (human
112 kata kerja (Muthahhari, 2003: kind) ialah manusia dalam artian
119). Dalam kamus Al-Munjid (1986: fisik-biologis, sedangkan insan
918), entri kata wa-la-ya memiliki (human being) ialah manusia dengan
lima arti: dekat, mengikuti, kualitas kesadaran diri dan
menguasai, membantu, dan lingkungannya, serta kemampuan-
mencintai. Mirrakhor dan Askari nya untuk memilih. Basyar bisa
(2010: 57) memaknai walayah diartikan sebagai manusia yang pasif,
sebagai cinta kasih Sang Maha statis, dan tak memiliki tujuan. Insan
Pencipta yang tanpa syarat, aktif, merupakan manusia yang berkesa-
dinamis, kepada ciptaannya yang daran, memiliki tujuan untuk meraih
diwujudkan dalam penciptaan dan kesempurnaan. Insaniyyah (kemanu-
pemberian rejeki. Manusia membalas siaan) merupakan kaidah yang
cinta ilahiyyah dari-Nya ini dengan melandasi upaya pembentukan
cara menebar cinta kasih pada individu dan masyarakat menuju
sesama manusia dan seluruh kehidupan yang baik (hayah
ciptaanya, termasuk alam. toyyibah).
Muthahhari memaknai walayah Kaidah insaniyyah terkait erat
dalam arti yang lebih luas (2003: dengan kaidah walayah. Agar cinta
119-120), menyitir Raghib dalam Tuhan dalam Rukun Islam dalam
Mufrodat Al-Qur‘an, jika disederhana- bahasan walayah di atas tak hanya
kan dalam kata pelaku (doer), wali, berhenti pada tataran simbol dan
akan memiliki arti: sahabat, nominal, maka perlu diaktifkan. Tiap
pemimpin, penanggung jawab, perintah dalam Rukun Islam tersebut
penguasa, dan beberapa makna memiliki dua sisi, sisi ketuhanan
lainnya namun tetap mengandung (uluhiyyah), dan sisi kemanusiaan
makna kedekatan hubungan. (unusiyyah). Bersikap adil pada
Kesemuanya pada hakikatnya akan sesama manusia ialah bentuk
berujung pada arti kepemimpinan kecintaan pada Tuhan, sementara
dan tanggung jawab. mengabdi atau membantu para tiran
Walayah memiliki beberapa dan penindas akan mengingkari cinta
prinsip turunan yang bersifat saling pada Tuhan dan harus dijauhi
melengkapi. Mirrakhor dan Askari (Mirrakhor dan Askari, 2010: 62).
(2010: 61) menyatakan bahwa cinta Dimensi terpenting dari
kasih sebagi saripati kata walayah kecintaan kepada Tuhan ialah
mewujud dalam beragam cara. Yang menghilangkan hambatan manusia
paling utama ialah memberi rasa yang lain dan memberdayakannya
(ny)aman (comforting) antara dua dalam mewujudkan kecintaan dan

318
ibadah kepada Tuhan. Dimensi ini kondisional inilah umat Islam masih
relevan dengan perintah Nabi menemukan persoalan besar.
Muhammad untuk mengentaskan Pendapat Madjid (1994)
kemiskinan. Keistimewaan manusia tersebut sejalan dengan landasan
ialah perbedaannya dengan hewan pemikiran Mirrakhor dan Askari
dan tugasnya sebagai pemikul dalam memandang perlunya mema-
amanah (Rahmat, 1995: 77). Hal ini sukkan unsur kedisinian dan
terkait erat dengan konsep walayah, kekinian dalam pemaknaan nilai-
yakni tanggung jawab. Kaidah ini nilai Islam. Bedanya, jika Madjid tak
akan mengantarkan pada prinsip menjelaskan dimana unsur tersebut
keadilan. Dalam Al-Qur‘an, keadilan diletakkan, Mirrakhor dengan tegas
digunakan dalam dua kata berbeda, menyatakan bahwa hal tersebut
qist dan ‗adl. Jika qist merupakan ditempatkan pada tataran operasi-
anugerah dalam diri manusia maka onal-kondisional, yakni pemaknaan
‗adl adalah keadilan yang model teladan di masa Nabi
termanifestasikan dalam bentuk Muhammad. Dus, jika khair ialah
tindakan/aksi kepada yang di luar meta-kerangka kerja, maka ma‘ruf
diri. harus dicarikan penjelasan operatif
3. Ma’ruf (Nilai Kebaikan Lokal) kondisionalnya pada hadits nabi
Dari tujuh sumber tersier dengan juga memanfaatkan tata nilai
hukum Islam, penelitian ini memberi yang berkaitan dengan adat dan
penekanan dan porsi lebih besar kontekstual.
pada aspek al‘-urf, nilai atau
kebiasaan lokal sebagai pelengkap Radikalisasi Dan Indigenisasi
anjakan kaidah kota santri. Dari kata Etika Islam
urf inilah muasal kata turunannya, Dari diskusi di atas dapat
ma‘ruf. Dalam Al-Qur‘an, Tuhan dielaborasi bahwa perumusan kaidah
mengajak manusia untuk melakukan kota santri tak ubahnya upaya untuk
khair dan ma‘ruf. Sayangnya, melakukan transformasi dari norma
kekurangluasan pemaknaan Bahasa ke aksi dan indigenisasi pesan
Indonesia membuat keduanya universal Islam. Kaidah-kaidah
diterjemahkan menjadi ―kebaikan‖. dasar yang menjadi kerangka
Madjid (1994) berpendapat bahwa perumusan kota santri setidaknya
ada perbedaan antara keduanya, telah mengerucut dalam tiga kaidah
khair ialah kebaikan universal, di atas: walayah, insaniyyah, ma‘ruf
sementara jika sesuatu itu baik, sebagai upaya untuk mengonkritkan
memiliki kaitan dengan adat pesan etik Islam yang universal
setempat dan kontekstual, itu untuk meninggikan marwah
termasuk kategori ma‘ruf. Maka jika kemanusiaan namun juga disertai
khair bersifat universal, ma‘ruf pengakuan pada nilai-nilai lokal.
bersifat operatif-kondisional. Tugas Tiga kaidah kota santri di atas
umat Islam sekarang ialah harus juga sejalan dengan prinsip tujuan
menangkap pesan universal khair pensyariatan hukum Islam yang
dan mengangkat ajaran Islam dalam telah digagas ulama, yakni maqoshid
Al-Qur‘an pada tingkat ―high syari‘ah (tujuan-tujuan atau cita-cita
generalization‖ untuk kemudian syariah). Tujuan pensyariatan
menerjemahkannya menjadi ma‘ruf. hukum Islam terangkum dalam
Pada tingkat penerjemahan nilai pelindungan lima hal, yakni
abstrak universal menjadi operatif- melindungi: 1) agama (diin), 2) jiwa
dan keselamatan fisik (nafs), 3) akal

319
pikiran (aql), 4) kelangsungan Hasilnya bisa jadi akan radikal
keturunan (nasl), 5) harta (maal). karena mengakibatkan perubahan
Beberapa ulama juga menambahkan yang drastis dan mendalam. Meski
satu hal lagi yakni melindungi demikian, penurunan kaidah Islam
kehormatan (hifdzul ‗irdhi). Keenam ke level konkrit selain aksi, misal
tujuan inilah yang secara ideal harus dalam bentuk variabel dan indikator,
menjadi konsideran dalam juga perlu kehati-hatian agar tak
perumusan suatu produk hukum terjebak dan terjajah dalam
(fiqh). epistemologi, bahkan ontologi Barat.
Tujuan etik yang sempurna
dari ushul fiqh tersebut, sayangnya, Kaidah Hukum Indeks Kota
masih terkadang terkendala Santri
penafsiran. Beberapa produk hukum Produk hukum Islam (fiqh)
kemudian malah berbalik sebagai acuan masyarakat Islam tak
mengingkari semangat untuk hanya memberi arah bagi persoalan
bersesuaian dengan kondisi sosial keagamaan, namun juga yang
historis. Hal ini bertentangan dengan bersifat duniawi. Dalam memori
posisi ulama moderat yang sadar kolektif masyarakat Islam, Nabi
akan historisitas dan berprinsip Muhammad tak hanya mewariskan
bahwa produk hukum syariah model kepemimpinan keagamaan,
bukanlah berstatus mutlak atau tapi juga pengelolaan negara. Ada
absolut. Misalnya, pemaksaan untuk perdebatan yang panjang soal
menggunakan jilbab di beberapa kota apakah Islam harus juga
di Indonesia memalui perda seperti di merumuskan konsep-konsep peme-
Aceh—sebagai bagian dari meng- rintahan-kenegaraan. Posisi pene-
gejalanya syari‘atisasi—malah terke- litian ini berangkat dari hadits Nabi
san untuk mengontrol perempuan Muhammad yang lugas menyatakan
secara eksesif. bahwa untuk persoalan kekuasaan
Persoalan penafsiran dari dan terlebih pada soal
sumber hukum Islam pada akhirnya kebijakan-kebijakan yang terkait
menemukan permasalah di dua level: kemaslahatan umum ada ruang
transformasi prinsip general- untuk melahirkan kaidah-kaidah
universal-abstrak ke operasional- baru terkait wilayah ―non-ibadah‖.
konkrit serta level akomodasi K.H Sahal Mafudz (2002: xxiii)
nilai-nilai lokal. Pengalaman di atas berpendapat bahwa wilayah non-
pada akhirnya membutuhkan solusi ibadah ini, misalnya kepolitikan
dalam bentuk radikalisasi dan (polity, terjemahan peneliti), ―umat
indigenisasi etika Islam. Yang Islam diberikebebasan penuh untuk
dimaksud radikalisasi ialah merumuskan dasar-dasar politik
perubahan drastis dari penafsiran- yang adil dan egaliter sehingga bisa
penafsiran sumber hukum Islam diterima semua pihak‖ (penebalan
yang kurang menzaman dan abstrak oleh peneliti). Acuan yang dirujuk
menjadi penafsiran-penafsiran yang rumusan ini, ia melanjutkan, ialah
lebih lugas dan konkrit dalam prinsip-prinsip cita-cita syariah yang
menjawab persoalan kekinian baik di lima: melindungi agama, jiwa dan
level global, maupun lokal. keselamatan fisik, kelangsungan
Di level lokal inilah, kaidah keturunan, akal pikiran, dan harta
ma‘ruf menemukan relevansinya benda.
dalam bentuk indigenisasi pesan Pesatnya perubahan sosial
Islam yang abstrak-universal. saat ini membuat tantangan dalam

311
perumusan indeks ini tak remeh, nilai-nilai lokal yang berakar di
yakni mendialogkanproduk hukum masyarakat.
Islam dengan prinsip kepolitikan
kekinian. Selain itu, karena adanya Kesejahteraan Sosial
hierarki kewenangan permerintahan, Kesejahteraan merupakan
maka perlu dibedakan mana yang sebuah poin penting dalam
menjadi kewenangan pusat, propinsi kehidupan masyarakat, dan setiap
dan kota/kabupaten agar lebih orang berhak untuk mendapatkan
efisien. kesejahteraan melalui pelayanan dan
Untuk perumusan masalah jaminan sosial yang dilakukan oleh
hukum ini, hal-hal yang menjadi lembaga yang terlegitimasi, dalam hal
konsideran ialah prinsip universal ini negara. Pelayanan dan jaminan
cita-cita syariah yang enam dan sosial yang diberikan oleh negara
kaidah hukum yang bersifat nilai harus memberikan perlindungan
(legal values). KH. Sahal Mahfudz sosial pada warganya (Suharto,
(2002: xxiv) mengajukan enam nilai: 2007).
keadilan, kejujuran, kebebasan, Islam sendiri mengajarkan
persamaan di muka hukum, bagaimana keseimbangan antara
perlindungan hukum terhadap kebebasan kepemilikan individu
masyarakat tak seagama, serta (secara ekonomi) dengan keadilan
menunjung tinggi supremasi hukum. dan kesejahteraan bersama yang bisa
Sementara Abdillah (2015) dilakukan melalui:
menawarkan enam nilai yang hampir 1. Zakat
identik: keadilan (‗adalah), Zakat merupakan salah satu
kepercayaan-akuntabilitas (amanah), instrumen yang mengatur bagaimana
kesetaraan-keberagaman (musawah, pembagian hak individu dan hak
ta‘addudiyyah), persaudaraan orang lain yang esensinya menguragi
(ukhuwwah), musyawarah, as-silm, kesenjangan, kemiskinan, serta
dan kebebasan (hurriyyah). membangun kepedulian serta
Setelah berangkat dengan solidaritas antar kelas sosial. Ketika
merujuk cita-cita syari‘ah yang enam zakat ini dikelolah secara terorganisir
dan mengelaborasi beragam atau bekerja sama dengan negara,
pendapat, penelitian ini menawarkan atau oleh lembaga-lembaga yang ada
tiga kaidah induk—walayah, di masyarakat maka disini zakat
insaniyyah, ma‘ruf—yang akan dide- akan mempunyai fungsi yang
dahkan ke dalam beberapa kaidah maksimal dalam membangun kese-
yang memiliki nilai hukum(legal jahteraan sosial.
values) dan sejatinya telah 2. Jaminan sosial
terkandung dalam penjelasan tiga Pada masa Rasulullah SAW ada
kaidah induk. Kaidah hukum model jaminan sosial mulai dibuat,
tersebut ialah:1) kebebasan, 2) meskipun masih bersifat fleksibel
keseimbangan Tuhan-manusia-alam, dan terbuka bagi perkembangan dan
3) kesejahteraan sosial, 4) kesetaraan, dinamika masyarakat. Di era
5) keadilan, 6) pengakuan pada nilai Khalifah Umar bin Khatab, unit-unit
lokal. Enam nilai tersebut asuransi diatur berdasarkan profesi,
merupakan retasan dari nilai-nilai administrasi sipil atau militer, serta
Islam yang universal yang kemudian wilayah bahkan telah ada asuransi
didialogkan dengan nilai-nilai yang pensiun yang berlaku baik untuk
merepresentasikan kesantrian atau Muslim maupun non Muslim, serta

311
bantuan sosial bagi difabel (Ali, 3. Lembaga jasa keuangan dan
2008). aktifitas bisnis
Di Indonesia sendiri peme- Selain itu dalam ajaran Islam juga
rintah belum memberikan jaminan dikatakan bahwa ―Allah menghalal-
sosial yang maksimal baik di bidang kan jual beli dan mengharamkan
pendidikan, pekerjaan seba- gaimana riba‖. Tidak diperbolehkannya riba
dikatakan oleh Gus Nafi berikut ini: sebenarnya sebagai salah satu cara
Menurut saya justru Negara ini mencegah eksploitasi yang dilakukan
yang belum memenuhi kewaji- oleh kelompok yang mempunyai
bannya secara penuh, lebih modal yang kuat terhadap kelompok
banyak bolong-bolongnya gitu loh. bawah.
Saya ini ya, contoh. Kaet cilik
Dari semua hal di atas
sampek sekarang gak pernah
diopeni negoro, aku sekolah- menunjukkan bahwa variabel kese-
sekolah karepku dewe, madrasah, jahteraan sosial wajib dilakukan oleh
ke pondok (Dari kecil sampai negara, sehingga menjadi poin
sekarang tidak pernah diberi penting dalam menentukan indeks
tunjangan oleh Negara, aku kota santri, yang bukan bersifat
sekolah ya karena usahaku sendiri, lahiriah atau simbolik saja, tapi juga
ke madrasah, pondok). Yo gak nilai-nilai yang berdasarkan ajaran
nyambut gawe dadi pegawai negeri, Islam yang dilakukan oleh negara
ngono loh (Tidak bekerja sebagai dalam hal ini bisa aplikatif di level
pegawai negeri juga). Dan orang
pemerintah tingkat pusat maupun
seperti saya banyak sekali. Berapa
yang ditampung oleh umpamanya daerah karena adanya perbedaan
pekerjaan mencip- takan wewenang.
pekerjaan, padahal itu hak asasi. Dalam membangun kesejah-
Kewajiban Negara itu mencitakan teraan sosial mengandung beberapa
pekrjaan, hak saya memilih prinsip antara lain: keseimbangan
pekerjaan sesuai dengan keahlian atau kestabilan sosial, politik dan
saya. Ayo dipilih wong gak onok ekonomi; perlindungan terhadap
seng dipilih wong pekerjaan e gak kelas dan kelompok sosial yang
onok kok (ayo dipilih. Lha tidak lemah dan marginal; kesetaraan
ada yang bisa dipilih, lha
sesama manusia tanpa memandang
pekerjaannya saja tidak ada kok).
Lha iyo kan, aku nyambut gawe, bulu (musawah); meminimalisasi
yo yambut gawe karepku dewe (lha kesenjangan sosial; hubungan sosial
iya kan, aku bekerja ya atas dan solidaritas antar kelas, suku dan
usahaku sendiri). Nah social ras; kepedulian sosial dan
responsibility yang apa namanya membangun mental yang sehat; serta
jaminan sosial itu apa namanya, pemberdayaan.
social garansi ya, jaminan social
yang berupa basic need itu. PURWARUPA (PROTOTIPE) KOTA
(Wawancara 20 Oktober 2015) SANTRI
Dari kutipan di atas Mencari Prototipe Kota Santri Di
menunjukkan penting kesejahtraan Era Otonomi Daerah
sosial yang harus dilakukan oleh Berdasarkan penelusuran
Negara berkaitan dengan kebutuhan peneliti, ada beberapa kota di Pulau
dasar hidup manusia: sandang, Jawa yang menonjolkan identitas
pangan, papan. Jaminan sosial Kota Santri diantaranya adalah
meliputi: kesehatan, pendidikan, Kaliwungu, Kudus, Jombang, Gresik,
lapangan pekerjaan. Pasuruan, Probolinggo, Situbondo,
Sumenep, Ponorogo, Sidoarjo, Kediri,

312
Tasikmalaya, Sukabumi, Kendal, dan gagasan negara Islam yang
Lasem, Serang, dan masih banyak bermaksud meminggirkan ―Islam
lagi kota-kota di pulau Jawa. budaya‖ untuk digantikan dengan
Sedangkan untuk wilayah luar Jawa, ―Islam murni‖ (Suismanto, 2007).
peneliti hanya menemukan kota Padahal,berdasarkan
Martapura di Kalimantan Selatan penelusuran peneliti, hingga saat ini
sebagai kota yang mengusung ikon tidak ada kajian ilmiah untuk
Kota Santri (Kemenag Kalsel Online, mendefinisikan Kota Santri secara
2010). formal. Fenomena Kota Santri yang
Di era Otonomi Daerah ini, berkembang di kota-kota di pulau
muncul usaha-usaha dari Peme- Jawa selama ini merupakan identitas
rintah Daerah untuk membuat kultural yang muncul dari entitas
kebijakan yang memformalkan Kota masyarakat Pesantren, atau bahkan
Santri sebagai identitas kota yang hanya berdasar pada klaim yang
menjadi Pusat Pemerintahan di tidak memiliki indikator-indikator
daerah tersebut. Di Jombang, sejak yang dapat dipertanggungjawabkan
tahun 2003 telah disusun Raperda secara ilmiah. Oleh karena itu,
Renstra Daerah 2003-2008 diperlukan perumumusan indikator-
menonjolkan identitas Jombang indikator Kota Santri sesuai dengan
sebagai kota santri. Namun beberapa kaidah-kaidah yang ditetapkan
anggota Fraksi di DPRD Kabupaten sebelumnya dan merujuk pada
Jombang sebenarnya masih mem- fakta-fakta yang selama ini ada di
pertanyakan parameter tersebut lapangan.
(Kabupaten Jombang Online, 2003).
Hal serupa terjadi di Kota Gresik Menemukan Kota Santri Dalam
dimana Pemerintah di Kota tersebut Tradisi Islam-Jawa
berupaya mentradisikan kegiatan Penentuan tipe ideal Kota
keagamaan menjadi kegiatan rutin di Santri ini harus berlandaskan pada
lingkungan Pemerintah Kabupaten konteks sosial masyarakat Jawa
Gresik (Kabupaten Gresik Online, dimana tradisi Pesantren bermula.
2015). Dalam konteks ini pemberian Namun penafsiran terhadap tradisi
identitas Kota Santri terhadap masyarakat Jawa selama ini banyak
sebuah kota hanya dimaknai secara dilakukan oleh peneliti-peneliti asing
kultural yang selama ini memang dengan kajian indologinya seperti
tidak memiliki parameter yang jelas. Thomas Stanford Raffles, Snouck
Selain itu ada perumusan Hugronje, dan Clifford Geertz, Harry
Perda Syariah yang digagas J. Benda, CC. Berg, Mark Woodward
baru-baru oleh Pemerintah kota dan masih banyak ilmuwan
Tasikmalaya yang secara tidak Orientalis Barat lainnya. Kesimpulan
langsung ditafsirkan berhubungan sementara yang tetap dipercayai
dengan identitas kultural kota hingga kini adalah bahwa Islam yang
Tasikmalaya sebagai Kota Santri berkembang di Jawa adalah Islam
(Hizbut Tahrir Indonesia Online, yang sinkretik dengan budaya Hindu
2009). Terma Kota Santri disini telah dari India (Benda, 1958).
mengalami perluasan makna dengan Namun pandangan dari
mengusung nilai-nilai religiusitas pakar-pakar Indologi dari negara-
atau nilai Islami. Kondisi ini negara kolonial tersebut memiliki
merupakan wujud dari munculnya kesalahan mendasar dalam pene-
ekspresi Islam yang lebih formalistik litian budaya. Menurut wawancara
yang mencoba mendiseminasikan isu yang dilakukan oleh peneliti terhadap

313
pakar budaya Islam Nusantara, K.H. dari bahasa Arab yang berarti
Agus Sunyoto, terdapat beberapa keselamatan. Sementara kata lain
kesalahan yang dilakukan oleh yaitu kenduri (tradisi peringatan 3
peneliti-peneliti kolonial tersebut hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan
1000 hari) itu sejatinya berasal
diantaranya:
dari bahasa Persia dan tradisi
―Kekeliruan paling mendasar dari
serupa juga masih dilakukan oleh
para peneliti kajian Indologi
umat Islam di negara-negara
tersebut adalah bahwa mereka
seperti Iran dan Irak. Indikasi
menggunakan Pendekatan Etik
bahwa kebudayaan Islam dan
(Phonetic), yaitu pendekatan yang
kebudayaan Jawa tidak bisa
menggunakan perspektif pihak
dipisahkan dapat kita saksikan
luar terhadap sebuah sistem sosial
dalam fakta masyarakat Jawa
budaya. Seharusnya dalam
yang tinggal di luar pulau Jawa
pengkajian sistem sosial budaya
seperti di penduduk Jawa di
menggunakan Pendekatan Emic
Suriname dan di sekitar sungai
(Phonemic), atau perspektif
Mekong Thailand. Meski suku
terhadap sistem sosial budaya dari
Jawa yang tinggal di Suriname dan
internal sistem sosial budaya
sungai Mekong Thailand tersebut
tersebut. Sebagai contoh adalah
telah menetap di daerah tersebut
kajian yang dilakukan oleh Clifford
dalam waktu yang sangat lama,
Geertz tentang tipologi masyarakat
namun mereka tetap memper-
Jawa yang terdiri dari golongan
tahankan identitas mereka sebagai
Santri, Abangan, dan Priyayi.
orang Islam (Wawancara, 20
Pengklasifikasian masyarakat
Oktober 2015)
Jawa menjadi tiga golongan
tersebut lemah dalam kaidah- Misalnya Kesultanan Yogya-
kaidah dasarnya, karena Clifford karta sebagai pewaris kebudayan
Geertz sendiri tidak menjelaskan Islam di Jawa, yang tetap bertahan
proses sejarah terbentuknya tiga hingga kini, dapat kita jadikan
kelompok tersebut dalam sebagai tipe ideal pemerintahan Islam
masyarakat Jawa‖ (Wawancara, 20 yang berkembang dalam masyarakat
Oktober 2015) Jawa. Penggunaan gelar Khalifatullah
Islam telah menjadi bagian Ing Tanah Jawi oleh Sultan Hameng-
integral dari kebudayaan Jawa paska kubuwono merupakan sebuah bukti
proses islamisasi kebudayaan Jawa bahwa nilai keislaman dan nilai
oleh ulama-ulama di nusantara sejak tradisi telah bersatu dalam satu
abad ke 15 (C.C. Berg, 1955). Hal itu entitas yang utuh (Rakyat Merdeka
dapat kita lihat dalam tradisi Online, 2015).
slametan dan kenduri yang selama ini Sehingga apabila kita hendak
sering dilakukan oleh masyarakat merumuskan tipe ideal Kota Santri
Jawa. Menurut K.H. Agus Sunyoto pada dasarnya kita tidak boleh
terdapat kekeliruan yang dilakukan memilah-milah antara kebudayaan
oleh para Orientalis seperti Snouck Islam dan kebudayaan Jawa yang
Hurgronje dalam menafsirkan selama ini ditulis oleh para orientalis
kebudayaan Jawa: Barat, mengingat kedua hal tersebut
Kajian yang dilakukan oleh telah terintegrasi. Kerangka berfikir
Snouck Hugronje memiliki seperti ini diperlukan agar kita tidak
kekeliruan mendasar karena
terjebak ke dalam kesesatan berpikir
menafsirkan Islam yang ber-
kembang di Indonesia secara
yang dibangun dari bias-bias
formal. Misalnya penafsiran ideologis para orientalis Barat dalam
bahwa tradisi slametan itu berasal memandang sistem sosial budaya
dari tradisi Hindu di India. masyarakat Indonesia.
Padahal kata slametan itu berasal

314
Prototipe Kota Santri (2006), telah mempertahankan
Berdasarkan penelusuran warisan nilai religius dan nilai
fakta-fakta di lapangan, peneliti budaya, menerima tradisi Islam dan
mengambil sampel 3 (tiga) kota yang tradisi Jawa sebagai bagian dari
dapat dijadikan sebagai prototipe tradisi mereka. Pada tahun 1970an
Kota Santri. Tiga kota yang Muhammadiyah telah berhasil
dimaksud sebagai bentuk ideal Kota melakukan ―Islamisasi‖ Kotagede,
Santri adalah Kotagede (Yogyakarta), namun sebenarnya Muhammadiyah
Kudus (Jawa Tengah) , dan tidak mampu menghapus secara total
Gresik (Jawa Timur). Penetapan tiga keterikatan masyarakat dengan
kota ini sebagai bentuk ideal yang tradisi Jawa yang merupakan gaya
mewakili kota santri tentunya hidup dan identitas mereka
didasarkan pada argumen dan (Nakamura, 1983).
rasionalisasi yang dibangun Masyarakat Kotagede adalah
berdasarkan kaidah kota santri. masyarakat yang selama ini memang
1. Kotagede kental dengan tradisi slametan,
Kotagede adalah kota tua sekaten, grebeg mulud, ketoprak,
dekat dengan Yogyakarta yang mocopatan, dan lain sebagainya.
selama ini dikenal dengan kota Namun yang perlu digarisbawahi
Santri, kota Jawa, dan kota Perak. adalah bahwa tradisi-tradisi tersebut
Indikasinya adalah keberadaan lahir dalam kebudayaan Islam Jawa
gerakan Muhammadiyah, Pesantren yang sudah terbentuk pada masa
Nurul Ummah, Pesantren Nurul kerajaan Mataram.
Ummahat, Pesantren Faizul Kotagede adalah prototipe
Muslimin, Yayasan Ma‘had Islamy, sebenarnya dari Kota Santri meski
Yayasan TPA AMM, dan para kadang banyak peneliti yang keliru
pengrajin-pengrajin logam (Kotagede menafsirkan tradisi Islam dan tradisi
Heritage, 2012). Jawa secara terpisah. Identitas
Kotagede selama ini dikenal Kotagede sebagai kota Santri akan
sebagai kota yang kental sebagai terlihat dengan utuh apabila peneliti
basis Muhammadiyah. Haji memaknai bahwa tradisi Islam dan
Masyhudi, seorang tokoh tradisi Jawa telah menjadi bagian
Muhammadiyah, mendirikan cabang integral. Pelestarian tradisi Islam
Muhammadiyah di kota ini pada Jawa (Islam Kultural) oleh
tahun 1923. Sejak Muhammadiyah masyarakat Kotagede merupakan
berdiri di Kotagede pada tahun indikasi kuat yang mendukung
1920an hingga 1930an berkontribusi identitas kota ini sebagai Kota Santri,
signifikan pada peningkatan taraf meski terus digencar oleh arus
hidup ekonomi masyarakat lokal di modernisasi dan puritanisasi Islam
Kotagede. Era ini disebut oleh yang dilakukan oleh Muham-
masyarakat lokal sebagai ―era emas‖ madiyah.
Kotagede, yaitu ketika produksi
kerajinan perak bisa membawa 2. Kudus
kesejahteraan bagi komunitas Kudus adalah kota yang terletak
(Sulistiyanto, 2006). di Jalur pantai utara pulau Jawa.
Kotagede adalah prototipe Teks-teks sejarah Islam di Nusantara
Kota Santri yang terus selalu menyebut bahwa penyebaran
mempertahankan tradisi dan Islam paling awal di pulau Jawa
identitas Islam Jawa. Masyarakat diawali dari daerah-daerah pantai
Kotagede, menurut Sulistiyanto utara pulau Jawa. Kota ini juga

315
dikenal dengan beberapa sebutan Nusantara (Kompas, 2012). Menurut
diantaranya Kota Santri, Kota Wali, K.H. Agus Sunyoto, pengaruh
Kota Kretek, dan Kota Semarak. Kota arsitektur China tersebut dapat
lain boleh menamai dirinya dengan dilihat dalam hiasan-hiasan piring
kota Santri. Namun ada beberapa dan elemen tertentu yang ada pada
indikator yang menguatkan Kudus Menara Kudus, Masjid Demak,
sebagai prototipe Kota Santri. Masjid di Alun-Alun Kota Sumenep,
Secara historis Kudus serta ukiran-ukiran kayu di daerah
merupakan salah satu tempat Kudus, Demak, dan Jepara
penyebaran Islam yang tua di (Wawancara, 20 Oktober 2015).
nusantara. Keberadaan makam dua Berdasarkan pertimbangan historio-
wali dari walisongo, yiatu: Sunan grafi dan nilai-nilai toleransi yang
Kudus dan Sunan Muria, menun- tetap hidup dalam tradisi masyarakat
jukkan akar pendidikan berbasis tersebut peneliti menetapkan bahwa
masyarakat Pesantren di kota ini kota Kudus merupakan salah satu
sudah dimulai sejak lama. Hal ini bentuk ideal Kota Santri yang masih
didukung oleh lembaga-lembaga bertahan hingga kini.
Pendidikan Islam yang mengakar
kuat di kota ini seperti Pesantren 3. Gresik
Yanba‘ul Qur‘an, Madrasah Qudsiah, Gresik adalah museum
Madrasah Tasywiquth Thullab peradaban Islam Nusantara yang
Salafiyah, Madrasah Banat NU masih tetap lestari hingga abad ini.
Qudus, Madrasah Muallimat, dan Kota ini merupakan pintu gerbang
pesantren-pesantren yang banyak masuknya Islam di Jawa Timur.
menyebar di kota ini seperti di Gresik mulai tampil dalam
kawasan Bareng Jekulo Kudus (NU percaturan sejarah Nusantara sejak
Online, 2015). berkembangnya agama Islam di
Selain itu, Kudus selama ini tanah jawa. Prasasti-prasasti sejarah
juga mendapat sebutan sebagai kota Islam Nusantara banyak ditemui di
pluralisme agama yang menonjolkan kota ini, yaitu penyebar agama Islam
nilai-nilai toleransi dan pluralitas yang tercatat paling awal masuk ke
beragama. Sebagai contoh Jawa: Syekh Maulana Malik Ibrahim
masyarakat Kudus hingga saat ini bersama Fatimah Binti Maimun
tetap meyakini larangan masuk ke Gresik pada abad ke 11
menyembelih dan memakan sapi (Kabupaten Gresik Online, 2014)
sebagai kearifan lokal mengenai Kota ini dikenal sebagai kota
toleransi beragama. Sebelum Islam Waliyullah yang ditandai dengan
datang di era Sunan Kudus keberadaan makam wali yaitu Sunan
masyarakat Kudus diduga kuat Giri dan Syekh Maulana Malik
menganut ajaran agama Hindu yang Ibrahim. Di samping itu Gresik juga
meyakini sapi sebagai makhluk suci, mendapat julukan sebagai Kota
dan hal ini telah berlangsung sejak Santri karena keberadaan lembaga
masa pra-kolonial Belanda (Suara Pendidikan setingkat Pesantren dan
Merdeka Online, 2014). sekolah-sekolah formal yang
Masjid Menara Kudus sendiri beidentitas Islam seperti Madrasah
mencerminkan nilai-nilai toleransi Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah
beragama, dimana Qurtuby hingga Perguruan Tinggi Islam yang
menyebut bahwa ada pengaruh cukup banyak di kota ini.
pertukangan China yang cukup kuat Perekonomian lokal kota
dalam arsitektur bangunan Islam di Gresik juga ditopang oleh identitas
kota ini sebagai Kota Santri. Setiap

316
hari ratusan bahkan ribuan peziarah indikator-indikator ilmiah dari
memadati kompleks makam Sunan konsep Kota Santri. Kota lain yang
Giri dan Syekh Maulana Malik menurut hemat peneliti mewakili
Ibrahim. Di kota ini juga berkembang identitas kota Santri adalah Kota
pusat-pusat kerajinan lokal yang Sumenep dan Kota Surabaya. Hal
mendukung identitasnya sebagai yang perlu digarisbawahi adalah
Kota Santri seperti: kopyah, sarung, bahwasanya diperlukan kajian yang
mukenah, dan sorban yang lebih mendalam agar sebuah kota
diproduksi untuk memenuhi dapat dikategorikan sebagai Kota
kebutuhan lokal, dan juga diekspor Santri untuk menghindari kesesatan
ke negara-negara tetangga dan timur berpikir apalagi klaim dalam
tengah (Antara News Online, 2013). penentuan identitas sebuah kota.
Berbagai model dan tipe songkok juga
dihasilkan oleh kota ini seperti model Simpulan
songkok Chenghoo, lukis Gresik, dan Hasil riset ini merumuskan
beberapa model songkok dari Arab kerangka kerja (metaframework) yang
Saudi, China, Malaysia, Turki, dan berupaya mengkritik sekaligus
berbagai wilayah lainnya di Indonesia melampaui kerangka kerja yang telah
(NU Online, 2012). ada.Tiga sumber hukum yang
Identitas kota ini sebagai Kota digunakan berperan sebagai sumber
Santri juga dipertegas dengan primer, sekunder, dan tersier sebagi
tradisi-tradisi masyarakat lokal di upaya gerak maju, gerak mundur,
Gresik seperti khaul, ziarah wali, dan dan meloncati kerangka yang telah
ruwat. Menurut sejarawan Agus ada. Al-Qur‘an sebagai sumber
Sunyoto, identitas Gresik sebagai primer, hadits nabi sebagai sumber
kota Santri adalah: sekunder, didialogkan dengan
―Identitas kota Santri diukur dari sumber tersier yang memberi ruang
sejauh mana masyarakat lokal untuk akomodasi nilai-nilai lokal
mempertahan-kan dan dalam menggagas kriteria kota santri.
menjalankan tradisi leluhur. Model yang ditempuh adalah
Gresik yang selama ini dikenal
perpaduan dari meta-kerangka kerja,
dengan kota seribu wali juga
memiliki identitas lain yaitu kota model arketipal dari masyarakat ideal
seribu khaul. Sepanjang tahun zaman Nabi Muhammad, didialogkan
masyarakat Gresik melaksanakan dengan indigenisasi, atau upaya
khaul, ruwat, dan selametan silih untuk mengakomodasi nilai-nilai
berganti. Hal ini mempertegas lokal dalam perumusan hukum
identitas kota tersebut sebagai syariah. Maka upaya ini menjadi
Kota Santri.‖ (Wawancara, 20 berat karena berupaya melampaui
Oktober 2015) bias Barat, sistem pengetahuan yang
Berdasarkan fakta-fakta hegemoni, antroposentris, sekaligus
tersebut di atas Gresik dapat mengakomodasi nilai lokal dan
dijadikan sebagai prototipe ideal kota kesadaran akan historisitas.
Santri di Jawa Timur. Gresik Kaidah-kaidahyang mendasari
merupakan kota Santri sebenarnya pekerjaaan lanjutan, yakni peru-
yang didukung oleh faktor historis, musan indeks kota santri, terangkum
faktor budaya, dan faktor dalam tiga kaidah: walayah
perekonomian lokal kota tersebut (kepemimpinan/tanggung jawab),
yang kental dengan identitas Santri. insaniyyah (kemanusiaan), dan
Selain itu masih banyak ma‘ruf (tata nilai lokal). Tiga kaidah
prototipe Kota Santri lainnya yang dasar ini menjadi acuan bagi nilai
perlu diteliti untuk merumuskan

317
yang memiliki imlplikasi hukum indikator-indikator nominal dan
(legal values)—dalam terma peneliti simbolik lain sebagai ukuran
disebut ―kaidah hukum‖—yang akan simplistik dan klaim yang tak
menjadi panduan bagi instrumentasi berdasar.
penyusunan variabel dan indikator
indkes kota santri dalam penelitian Daftar Pustaka
selanjutnya. Enam kaidah hukum
yang ditawarkan penelitian ini ialaha: Abdillah, Masykuri, 2015, Islam dan
1) kebebasan, 2) keseimbangan Dinamika Sosial Politik di
Tuhan-manusia-alam, 3) kesejah- Indonesia, Jakarta: Gramedia
teraan sosial, 4) kesetaraan, 5) Pustaka Utama
keadilan, dan 6) pengakuan pada An-Na‘im, Abdullahi Ahmed, 1990,
nilai lokal. Nilai-nilai dalam kaidah ―Islam, Islamic Law, and the
induk dan kaidah hukum ini Dilemma of Cultural Legitimacy
merangkum semangat hukum Islam for Universal Human Rights‖,
dengan upaya rekayasa sosial di level dalam Welch, Claude E., and
kota dalam bentuk perumusan kota Leary, Virginia, 1990, Asian
santri, kota yang nyaman ditinggali Perspective of Human Rights,
karena tak hanya meninggikan Boulder: Westview Press
nilai-nilai kemanusiaan, namun juga Chowdhury, Omar Haider; 1991;
melambarinya dengan spirit ketu- Human Development Index: a
hanan dan keseimbangan dengan Critique; The Bangladesh
alam. Institute of Development
Penurunan kaidah tersebut ke Studies, Vol. 19, No. 3.
dalam kriteria yang lebih konkrit C.C. Berg, 1955, The Islamisation of
seperti variabel dan indikator Java, Studia Islamica Journal
memerlukan upaya yang lebih No. 4, pp 111-142.
membutuhkan waktu karena jika Dhofier, Zamakhsari, 1999, The
tidak hati-hati maka akan terjebak Pesantren Tradition: The Roles of
dan kembali menggunakan prinsip Kyai in the Maintenance of
yang berasal dari luar. Memang ada Traditional Islam in Java,
beberapa prinsip santri seperti Arizona: The Program of
penghormatan pada guru dan orang Southeast Asian studies.
tua, toleransi pada agama dan Effendi, Soffian & Tukiran; 2012;
pemeluk agama lain, silaturrahmi, Metode Penelitian Survei;
namun tak serta merta dengan Jakarta: LP3ES.
mudah hal ini bisa dirumuskan saat Godfrey-Smith, Peter; 2003; Theory
ini. Meski demikian, setidaknya ada and Reality: an Introduction to
tiga tempat yang bisa diajukan the Philosophy of Science; The
sebagai purwarupa (prototipe) kota University of Chicago Press:
santri: Kotagede, Kudus, dan Gresik. Chicago.
Maka ceruk yang harus diisi Geertz, Clifford, 1960, The Javanese
oleh penelitian selanjutnya ialah Kijaji: The Changing Role of a
menurunkan tiga kaidah dasar tadi Cultural Broker, Comparative
dalam variabel dan indikator yang Studies in Society and History,
akan menjadi standar baku pelabelan Vol. 2 No.2, Cambridge
suatu kota menjadi kota santri dan University Press.
meninggalkan kebiasan lama untuk Geertz, Clifford, 1981, Abangan,
sekedar mengklaim banykanya Santri, Priyayi dalam
pesantren, adanya makam wali, dan Masyarakat Jawa, Terj. Aswab

318
Mahasin, Bandung: Dunia Kesejahteraan di Indonesia,
Pustaka Jaya. Bandung: Alfabeta
Harry J. Benda, 1958; Christiaan Suismanto, H., 2007,―Perda Syariat
Snouck Hurgronje and the Islam dan Problematikanya
Foundations of Dutch Islamic (Kasus Tasikmalaya)‖,Jurnal
Policy in Indonesia, The Journal Aplikasia Ilmu-Ilmu Agama,
of Modern History, Vol 30 No. 4 Vol.VIII, No. 1 Juni 2007: hal
(Dec., 1958) 30-42.
Mahfudz, Sahal, 2002, ―Bahtsul Sulistiyanto, Priyambudhi, 2006,
Masail dan Istinbath Hukum NU: Muhammadiyah, Local Politics,
Sebuah Catatan Pendek‖ dalam and Local Identity in Kotagede,
Rahmat, Imdadun (ed.), Kritik SOJOURN: Journal of Social
Nalar Fiqih NU: Transformasi Issues in Southeast Asia Vol. 21
Paradigma Bahtsul Masail‖, No. 2 (2006).
Jakarta: Lakpesdam NU. Swisher, Karen Gayton; 1996; Why
Ma‘louf, Louis, 1986, Al-Munjid, Indian People Should Be the
Beirut: Darul Masyriq. Ones To Write About Indian;
Mirrakhor, Abbas, and Askari, University of Nebraska Press;
Hossein, 2010, Islam and the American Indian Quarterly, Vol.
Path to Human and Economic 20, No.1.
Development, New York: Wan Omar, W. A., et. al., 2014, ―The
Palgrave Macmillan. Trend Analysis of Islamization in
Madjid, Nurcholish et.al (eds.), 1995, Malaysia Using Islamization
Kontekstualisasi Doktrin Islam Index as Indicators‖, Asian
dalam Sejarah, Jakarta: Economic and Financial Review,
Paramadina 4 (10).
_______________, 1994, ―Nurcholish Foreign Policy Journal; 2005; The
Madjid Menjawab: Menatap Failed States Index; Washington
Islam di Masa Depan‖, Ulumul Newsweek Interative, LLC.
Qur‘an, No.1, Vol. 5
Nakamura, Mitsuo, 1983, The Sumber Online
Cresent Arises of the Banyan Ali, Syed Mumtaz (2008), Social
Tree, Yogyakarta: Gadja Mada Welfare: A Basic Islamic Value,
University Press. <http://Muslimcanada.org/welf
Rehman, Scheherazade S., Hossein are.htm> (diakses 20 Oktober
Askari; 2010; How Islamic Are 2015)
Islamic Countries?; Global Anne Ball, 2015, Islam is the fastest
Economy Journal, Vo. 10, Issue growing religion in the world,
2; Berkeley Electronic Press. diunduh
Spivak, Gayatri; 1988; Can Subaltern dari:http://learningenglish.voa
Speak?; Carry Nelson and news.com/content/islam-fastes
Lawrence Grossberg (eds); t-growing-religion/2733147.ht
Marxist Interpretations of Culture; ml diunduh pada tanggal 05
London: MacMillan. April 2015.
Suharto, Edi (2007), Kebijakan Sosial Hamid, Shahid (2008), An Islamic
Sebagai Kebijakan Publik: Peran Alternative? Equality,
PembangunanKesejahteraan Redistributive Justice, and The
Sosial dan Pekerjaan Sosial Welfare State in the Caliphate of
dalam Mewujudkan Negara Umar,

319
<www.renaissance.com.pk>
(diakses 10 Oktober 2015)
Pew Research Centre, 2015, Growing
Concern about the rise of Islamic
extremism at home and abroad,
diunduh dari:
http://www.people-press.org/2
014/09/10/growing-concern-a
bout-rise-of-islamic-extremism-
at-home-and-abroad/ pada
tanggal 05 April 2015, pukul
14:00
<http://freshradioriau.com/7-lagu-r
eligi-yang-selalu-ada-di-bulan-r
amadhan.jsp> diakses pada 22
Oktober 2015 pukul 15:00.
<http://kalsel.kemenag.go.id/index.
php?a=berita&id=89856>
diakses pada 22 Oktober 2015
pukul 16:00.

<http://www.jombangkab.go.id/inde
x.php/web/entry/dipertegas-id
entitas-kota-santri.html>
diakses pada 22 Oktober 2015
pukul 16:00.
<http://gresikkab.go.id/berita/2015
_09_16_harga_mati_untuk_me
mpertahankan_gresik_sebagai_
kota_santri> diakses pada 22
Oktober 2015 pukul 19:00
<http://hizbut-tahrir.or.id/2009/02
/13/men-anti-perda-syariat-isl
am-di-kota-santri /> diakses
pada 22 Oktober 2015 pukul
16:00.

Sumber Wawancara
Wawancara dengan K.H. Agus
Sunyoto, 20 Oktober 2015,
Pesantren Global Tarbiyatul
Arifin, Desa Mangliawan Kec.
Pakis Kab Malang.
Wawancara dengan Drs. A. Nafi, 20
Oktober 2015, Pesantren
Al-Hikam, Kota Malang.

321
ISLAM NUSANTARA: MODERATISME DAN
DESAKRALISASI BERAGAMA DI INDONESIA
Oleh Abdul Aziz Muslimin
(Universitas Muhammadiyah Makassar,
e-mail: aziz_sniper@yahoo.com)
Abstrak
Agama bukan hanya sebagai suatu hal yang bersifat doktrinal-ideologis
dan bersifat abstrak, tetapi ia muncul dalam bentuk realitas material,
identitas keagamaan bahkan biasanya lebih mudah ketika
dimaterialisasi melalui cara berpikir, cara bertindak dan berperilaku.
Agama dalam konteks ini adalah realitas yang konkrit dan bukan hanya
sebagai doktrin keagamaan semata dan berakulturasi dengan kearifan
lokal budaya dan keagamaan di masyarakat setempat. Pola dakwah
Islam oleh ulama terdahulu senantiasa mengedepankan pendekatan
kultural, apalagi masyarakat yang masih primitif ataupun terbelakang.
Islam Nusantara merupakan Islam khas Indoensia yang merupakan
gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisional lokal,
budaya, dan adat istiadat di tanah air. Islam Nusantara bukanlah
ajaran atau sekte baru dalam Islam sehingga tidak perlu dikhawatirkan,
dengan berlandaskan pada budaya yang baik dan tidak bertentangan
dengan syariat Islam. penekanannya yaitu dakwah tidak hanya bil lisan,
tapi juga bil hal, tidak mementingkan formalitas tetapi substansi ajaran
teologis tersebut. Peran pemerintah, ormas NU dan Muhammadiyah
harus lebih peduli dan terbuka berinteraksi dengan komunitas
eksternal untuk menumbuhkaan semangat moderatisnme pada
kelompok-kelompok beragama. Agar umat Islam tidak terperdaya oleh
agenda terselubung bangsa-bangsa Barat yang menumpang arus
modernisasi dan globalisasi, dengan bertransformasi pada
budaya-budaya masyarakat sebagai upaya desakralisasi agama.

Kata-Kata Kunci:
Agama-Budaya, Moderatisme, Desakralisasi.

Latar Belakang pada konsep hubungan agama


dengan masyarakat, karena penga-
Dalam kehidupan sosial, kita laman keagamaan akan terefleksikan
senantiasa berinteraksi dengan orang pada tindakan sosial dan invidu
lain dan akan terbentuk dengan dengan masyarakat.
sistem sosial di daerah tersebut. Pola Dalam perspektif sosiologis,
hidup dan kebiasaan-kebiasaan yang agama bukan hanya dipandang
telah menjadi sistem sosial di sebagai suatu hal yang bersifat
masyarakat tentunya akan berbeda doktrinal-ideologis dan bersifat
dengan daerah lain, termasuk dalam abstrak, tetapi ia muncul dalam
perilaku beragama. Agama yang bentuk realitas material, yaitu dalam
diyakini, merupakan sumber kehidupan sehari-hari. Identitas-
motivasi tindakan individu dalam identitas keagamaan bahkan biasa-
hubungan sosialnya, dan kembali nya lebih mudah ketika dimateri-

321
alisasi melalui cara berpikir, cara abangan adalah musyrik yang
bertindak dan berperilaku. Dengan menduakan Tuhan, dan pengeta-
demikian, agama dalam konteks ini huan kebatinannya disebut juga
adalah realitas perilaku beragama sebagai Ngelmu Kejawen, yang
yang konkrit dan bukan hanya sesungguhnya terpenggaruh budaya
sebagai doktrin keagamaan semata India dan telah bercampur keper-
dalam realitas kehidupan sosial cayaan animisme.
sehari-hari. Perilaku seperti itu masih kita
Agama yang diyakini, merupa- temui dalam keseharian, di satu sisi
kan sumber motivasi tindakan katanya beragama Islam, namun di
individu dalam hubungan sosialnya, sisi lain masih sering menjalankan
dan kembali pada konsep hubungan ritual-ritual yang substansinya
agama dengan masyarakat, di mana dalam Islam tidak ada, namun
pengalaman keagamaan akan pengaruh budayalah yang mempo-
terefleksikan pada tindakan sosial larisasi seseorang dalam beragama.
dan invidu dengan masyarakat Universalitas Islam sebagai agama
secara normatif dan tidak bersifat langit melampaui sekat-sekat
antagonis. Kehidupan beragama territorial dan perbedaan suku, ras
dalam masyarakat menekankan pada dan jenis manusia, sehingga Islam
hal-hal yang normatif atau menunjuk bukan monopoli bangsa, suku,
kepada hal-hal yang sebaiknya dan daerah ataupun ras tertentu.
seharusnya dilakukan. Substansi ajaran Islam itulah yang
Fenomena sosial kehidupan menjadi pedoman melampaui budaya
beragama di Indonesia menjadi dan peradaban tertentu.
menarik seiring dengan luasnya
wilayah Indonesia dengan beragam Pembahasan
suku budaya dan hal ini berimplikasi Pembauran Budaya dan Agama
pada keragaman pemikiran dalam Harun Nasution (1998:33),
memahami perbedaan yang terjadi di menguraikan bahwa kecenderungan
masyarakat. Kebudayaan sebagai manusia berbeda-beda, maka dalam
hasil dari sebuah produk masyarakat aliran dan mazhab yang berbeda-
tentunya menjadikan ke-khasan beda, orang bisa menjumpai yang
sebuah wilayah, apalagi disentuhkan cocok dengan dirinya. Sejatinya,
dengan perilaku hidup beragama dan semuanya dalam kebenaran,
inilah yang menarik sehingga sehingga Islam yang dasarnya satu,
menjadi ciri khas Islam ke- yaitu Alquran berbeda-beda corak-
Indonesia-an. nya. Perbedaan sikap di atas karena
Geerts dalam Nasikun (2012) Islam sebagai agama yang ditu-
menguraikan bahwa universalisme runkan di tengah bangsa Arab
tentang ajaran ―keselamatan‖ dari kemudian diadopsi oleh masyarakat
golongan santri, misalnya adalah non-Arab dengan kultur yang
berbeda benar dengan pragmatisme berbeda, sehingga dalam memahami
dan relativisme dari kalangan ajaran Islam merekapun akhirnya
abangan di Jawa. Golongan abangan memiliki perbedaan. Belakangan
menganggap bahwa agama Islam timbul istilah ‗Islam Mesir‘,‘Islam
adalah agamanya orang Arab Saudi Arabia‘, Islam ‗Iran‘, ‗Islam
sehingga mereka tidak sepenuh hati pakistan‘, ‗Islam Malaysia‘, ‗Islam
menghayatinya dan beribadahnya di Indonesia‘ dan lain-lain. Maksudnya,
dalam hati yang bersih. Namun, bagi yaitu bahwa di dalam Islam terdapat
golongan santri menganggap kaum ajaran-ajaran yang bersifat universal,

322
tetapi penafsiran dan cara Beberapa kelompok
pelaksanaan ajaran-ajaran universal masyarakat yang masih cukup
itu berbeda dari satu tempat ke mensakralkan Ulama besar Syekh
tempat lain. Yusuf, seorang ulama kharismatik
Kebudayaan setempat besar dari Sulawesi Selatan dan cukup
pengaruhnya pada penafsiran dan terkenal dengan penyebaran Islam
cara pelaksanaan ajaran-ajaran yang dilakukannya sampai ke Afrika
pokok yang bersifat universal. Seba- Selatan. Keberadaan kuburannya
gai contoh dapat disebut berada di tiga tempat yaitu di Cape
pelaksanaan kewajiban berpuasa Town Afrika Selatan, Banten dan
bulan Ramadhan. Di Indonesia, saat Makassar dengan berbagai aktivitas
malam-malam Ramadhan diisi de- keagamaannya seperti sebelum ke
ngan shalat Tarawih beramai- ramai tanah suci harus berziarah terlebih
sehingga masjid-masjid ramai dulu ke kuburannya, atau jika nazar
dengan jamaah, itupun di awal-awal seseorang terpenuhi, maka ia akan
bulan. setelah itu jamaah pulang dan melepas seekor kambing. Banyak
tidur seperti biasa. Di dunia Arab ragam unsur agama disentuhkan
malam-malam Ramadhan berubah, dengan kebiasaan-kebiasaan setem-
menyerupai siang, kegiatan di dalam pat seperti juga Halal bi halal yang
dan di luar rumah berlangsung tidak ada di negara lain, tapi budaya
sampai subuh. Idul Fitri di Indonesia silaturahmi kita yang cukup tinggi
dirayakan dengan Halal bi Halal, dan sehingga menjadi sebuah kebu-
di Mesir hari besar dirayakan dengan dayaan beragama di masyarakat
beramai-ramai berkunjung ke Indonesia dan ini dianggap positif.
kuburan keluarga masing-masing Dalam situs Kompasiana.com,
dan di kuburanlah ucapan saling budaya ini kemudian diartikan
memaafkan disampaikan. sebagai wujud syukur dan peduli
Perilaku beragama seringkali pada sesama. Inilah contoh ulama
susah dilepaskan dari budaya masa lalu dalam menerapkan
keagamaan di masyarakat kita, dakwah dengan cara-cara yang
misalnya di daerah Cikoang damai sehingga Islam dianut oleh
Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi mayoritas masyarakat Indonesia.
Selatan yang sangat terkenal dengan Tentu tidak bisa dibayangkan jika
budaya maudhu‘ lompoa, yaitu ritual Walisongo dulu menerapkan dakwah
memperingati Maulid, dan dalam dengan pendekatan standar Fiqhi
pelaksanaannya sangat kental unsur yang bila berbeda dengan
budaya. Ritual ini berpedoman pada pemahamannya senantiasa mengata-
kalender Hijriah setiap tanggal 12 kan kafir, bid'ah, harus pakai sorban
Rabiul Awal sebagai acuan dalam dan jubah karena sunnah, jilbab
pelaksanaan peringatan kelahiran harus panjang dan bisa jadi saat ini
Nabi Muhammad Saw. (Maulid), agama Islam bukan menjadi
namun dalam prakteknya terkesan mayoritas di Indonesia.
ritual keagamaan menjadi tidak jelas Fenonomena lain, tanggapan
karena unsur budaya yang sangat Quraish Shihab dalam Arraahmah
mencolok, ataukah budaya memberi news.com tentang penggunaan kain
sesajen di masyarakat tradisionil kebaya dan dengan baju kurung,
dalam berbagai ritual keagamaan, tidak memakai kerudung yang
lalu mengalami pembaruan dengan menutup semua rambut, atau pakai
kegiatan syukuran (tasyakuran). tapi sebagian seperti istri Kiai besar
seperti Nyai Ahmad Dahlan, Nyai

323
Hasyim Ashari, istri Buya Hamka jika sejalan maka diterima. Inilah
ataupun berbagai foto-foto Aisyiah prinsip Islam dalam beradaptasi
yang sudah tentu mereka tahu dengan budaya. ―Jadi Islam itu bisa
hukumnya serta shalat ummat bermacam-macam akibat keragaman
muslim di Indonesia lebih umum budaya setempat. Bahkan adat,
pakai sarung. Begitupun realitas kebiasaan dan budaya bisa menjadi
membaca Alquran dengan langgam salah satu sumber penetapan hukum
Jawa, bahwa boleh pakai lagu mana Islam. Namun pada dasarnya
saja asal huruf dan tajwidnya benar, ditekankan bahwa jika memang ada
karena faktor lingkungan akan budaya di bumi nusantara yang
mempengaruhi gaya berbicara bertentangan dengan Islam maka
seseorang, itulah sedikit wajah Islam dengan tegas kita harus menolaknya.
Nusantara. Islam yang melebur Fenomena sosial keagamaan
dengan budaya tanpa perlu seperti ini harus dibijaki dalam
menghapusnya, asalkan tidak syirik keragaman budaya dan pengetahuan
dan sesuai syariat Islam. selama tidak bertentangan dengan
Pola dakwah Islam oleh syariat Islam, dan tidak perlu
ulama-ulama terdahulu senantiasa berkutat pada istilah, namun lebih
mengedepankan pendekatan kultural, pada substansi. Dengan demikian,
apalagi masyarakat yang masih umat Islam di negeri ini akan lebih
primitif ataupun terbelakang serta saling menerima, dan menjadikan
senantiasa terpengaruh dengan arus perbedaan sebagai rahmat bukan
perubahan yang dibawa orang lain. laknat. Itulah substansi moderat
Islam Nusantara adalah Islam yang yang mengedepankan saling
tidak memusuhi ataupun mem- menghargai keragaman sehingga
berangus budaya yang ada. Justru nilai-nilai ekstrimitas dalam diri
budaya setempat diakomodir dan seseorang dapat diredam dengan
dilestarikan selama tidak memahami orang lain/ perbedaan.
bertentangan dengan aturan atau
syariat Islam yang santun, ramah, Moderatisme Sebuah Toleransi
beradab dan berbudaya. Hidup
Nurkholis Madjid (1994) Agama sebagai tuntunan
mengurainya dengan pendekatan hidup yang terepresentasi dari
kultural sehingga lahirlah istilah sebuah realitas, di sisi lain
Islam ke-Indonesiaan, atau Islam mengisyaratkan bahwa agama meru-
yang melebur dengan budaya. pakan konsep bagi realitas, seperti
Demikian juga ungkapan Althusser aktivitas manusia. Dalam pemaham-
dalam Moch. Fakhruroji (https:// an yang kedua ini agama mencakup
jurnalkomunikata.files.wordpress.co teori-teori, dogma atau doktrin bagi
m/2012) tentang fenomena beragama sebuah realitas. Dalam kajian
bahwa ideologi dapat dimaterialisasi modern tentang sejarah umat Islam
kedalam bentuk-bentuk tertentu ditemukan bahwa, meskipun
yang kongkrit dalam kehidupan berdasarkan pada agama yang sama,
sehari-hari. Dengan demikian, cara para pemeluk agama ini memiliki
beragama seseorang menjadi sesuatu pemahaman yang berbeda, dan
yang bersifat kultural. seringkali perbedaan itu memicu
Lebih jauh, Quraish Shihab persaingan dan konflik, di dalam
menyimpulkan bahwa jika ada menghadapi tantangan modernitas.
budaya yang bertentangan dengan Islam moderat harus berang-
Islam maka ditolak atau direvisi, dan kat dari keyakinan bahwa Islam

324
adalah agama moderat. Islam ajaran teologis, dan sebuah konsep
merupakan moderasi atau antitesis keagamaan akan menjadi petunjuk
dari ekstrimitas agama sebelumnya, bilamana dipahami, dilaksanakan
di mana ada Yahudi yang sangat dan diamalkan secara baik. Agama
―membumi‖ dan Nasrani yang terlalu bukan hanya sebagai doktrin tapi
―melangit‖. Islam merupakan jalan harus membumi dalam realitas sosial
tengah dari dua versi ekstrim di atas kehidupan seseorang, sehingga
dan memadukan ―kehidupan bumi‖ agama dapat menjadi pedoman dan
dan ―kehidupan langit‖. Itulah makna tuntunan hidup seseorang. budaya
dari ummatan wasathan (umat dan agama di Indoensia yang tidak
pertengahan, pilihan dan adil). mementingkan formalitas tetapi
Polarisasi ulama terdahulu substansi ajaran teologis tersebut.
mengislamkan nusantara dan Bukan hanya sebagai identitas di
mewarnainya dengan dakwah bil Kartu Tanda Penduduk (KTP)
hikmah (dengan kebijaksanaan), wal ataukah sebagai justifikasi dari
mau‘idhah hasanah (nasihat), wal sebuah gerakan yang dapat
mujadalah (diskusi), tidak dengan meresahkan orang sekitar bahkan
kekerasan. Islam yang menyebar negara.
tersebut sangat terbuka dan melebur Amich Alhumami dalam Alpha
dengan tradisi-budaya tanpa ada dkk (2015.65) menegaskan bahwa
bentrokan, kecuali tradisi yang dalam globalisasi sebagai fenomena
jelas-jelas melanggar syari‘ah. Itu umum telah menyentuh hampir
yang harus kita pelihara dan semua dimensi sosial kehidupan
kembangkan. Sekarang terlihat, dunia, termasuk budaya, politik, dan
dunia Arab dan Islam porak poranda paham keagamaan. Mobilitas
oleh perang saudara sebagai buah ataupun pergerakan manusia sudah
hasutan negara-negara tertentu. begitu mudah dan lancar sehingga
Sementara di Eropa dan Amerika, interaksi dengan orang lain dapat
Islam phobia menggejala di terjadi, dan ini membuka peluang
mana-mana, dan muslim barat pertukaran gagasan dan pandangan
tertarik dengan model Islam khas politik yang termanifestasikan dalam
Ke-Indonesia-an. gerakan politik yang bersifat
NU dan Muhammadiyah seba- transnasional. Bahkan Alvin Toffler,
gai dua organisasi sosial kemasya- mengklaim bahwa saat ini kita
rakatan terbesar di Indonesia selalu berhadapan dengan era gelombang
menekankan amar makruf dan Nahi peradaban informasi komunikasi
Mungkar sehingga panca- sila final pasca peradaban industri yang
sebagai dasar negara. Dalam ditandai dengan superioritas akses
penjabarannya, Islam moderat harus informasi.
berangkat dari keyakinan bahwa Pengaruh politik transnasional
Islam adalah agama moderat dan di Indonesia sungguh sangat nyata
perilaku berbangsa dan bernegara terutama melalui kehadiran
akan merujuk kepada nilai-nilai organisasi-organisasi Islam yang
pancasila yang senantiasa berupaya menganut ideologi keagamaan
menjaga keutuhan Negara Kesatua transnasional, bahkan individu dan
Republik Indonesia, sehingga kelompok yang punya aspirasi dan
orientasi pergerakannya bercorak hubungan dengan gerakan-gerakan
tengahan (wasithiyah). Islam transnasional di luar negeri.
Sikap moderat lahir dari Haluan politik mereka berbeda
sebuah pemahaman komprehensif dengan kelompok-kelompok gerakan

325
Islam arus utama di Indonesia, orientasi ideologi masing-masing
sehingga seringkali menimbulkan kelompok gerakan Islam, dan
ketegangan, perselisihan, bahkan realitas kekinian memunculkan
konflik yang mengganggu stabilitas kelompok-kelompok seperti tradisio-
sosial-politik domestik. nalis-konservatif, radikal-puritan
Permasalahan kita di (fundamentalis), reformis-modernis,
Indonesia adalah daya tarik gerakan dan sekuler-liberal. Kelompok
politik transnasional yaitu kemam- tradisionalis-konservatif adalah
puan membangun imajinasi Negara mereka yang menentang kecende-
Islam berskala global seperti rungan pembaratan (westernizing)
propaganda kelompok Islamic State yang terjadi pada beberapa abad yang
in Iraq dan Syam (ISIS) yang sukses lalu atas nama Islam. Sedangkan
merekrut ―pejuang-pejuang Islam‖ kaum radikal-puritan adalah
dari berbagai Negara, bahkan kelompok yang juga menafsirkan
anak-anak muda muslim bertalenta Islam berdasarkan sumber-sumber
tinggi dari Negara-negara barat, asli yang otoritatif, sesuai dengan
apalagi Negara yang mayoritas kebutuhan-kebutuhan kontemporer,
muslim seperti Indonesia. Wajar tapi mereka sangat keberatan dengan
kalau banyak orang Indonesia tendensi modernis untuk mem-
sebagai warga mayoritas muslim mau baratkan Islam.
ke medan jihad seperti Palestina dan Organisasi-organisasi sosial
Syria. keagamaan Islam dan organisasi-
Pesona gerakan Islam radikal organisasi yang didirikan kaum
di Indonesia juga relatif kuat bukan terpelajar menandakan tumbuhnya
saja di kalangan dewasa, tetapi juga benih-benih nasionalisme dalam
di kalangan remaja yang masih pengertian modern, yang dikemudian
berada di usia sekolah menengah. hari berperan aktif dalam mengisi
Sekitar 50 persen responden di pembangunan. Peran pemerintah
kalangan pelajar di kota-kota setuju dan dua ormas besar haruslah lebih
tindakan radikal atas nama agama. terbuka dengan keberagaman dalam
Fenomena tersebut menggambarkan melihat realitas sosial.
betapa Islam radikal sudah mulai Kehadiran beberapa kelompok
masuk ke sekolah dan tertanam di ekstrim yang mengatasnamakan
kalangan anak-anak remaja yang agama, perlu kebijakan dan
sedang belajar di lembaga pendidikan ketegasan pemerintah serta jangan
formal, lalu dimana peran negara dan mengabaikannya sehingga masyara-
ormas Islam?. kat yang merasa terganggu dengan
Negara Islam yang berkombi- perilaku ―liar‖ mereka, tidak menjadi
nasi dengan obsesi untuk melawan ―polisi ataupun preman‖ bagi
hegemoni Barat membuat gerakan kelompok lain. Di sisi lain dua ormas
Islam transnasional seperti ISIS yang besar yaitu NU dan Muhammadiyah
muncul sebagai kekuatan baru, haruslah lebih terbuka, sehingga
dengan pengaruh yang sangat kuat pihak eksternal dapat berinteraksi
melintasi batas-batas negara. secara ―benar‖ dalam memahami
Globalisasi telah memicu pertaru- Islam dan kehidupan sosial. Saat ini
ngan interprestasi mengenai wacana pihak eksternal atau bukan kader
modernitas di antara kelompok- merasa ―jauh‖ dari kehangatan dan
kelompok gerakan Islam. Globalisasi kebijakan pemerintah serta dua
dipahami secara berbeda dari sudut ormas besar ini. Eksrtrimitas lahir
pandang keyakinan, paham, dan sebagai akibat pola interaksi yang

326
mereka bangun justru mendapatkan merupakan sebuah bukti bahwa saat
―teman/kelompok‖ yang ―salah‖ dan ini di Indonesia ada upaya untuk
muaranya bisa mengarah ke teroris. mendesakralisasi agama Islam. Inilah
Perkembangan perilaku beragama di pintu bagi asing untuk mengatasi
masyarakat serta penegasan Indonesia di segala sisi kehidupan.
Undang-undang Dasar 1945 bahwa Pemerhati sosial politik, Adil Nugroho,
Negara menjamin kebebasan bera- menjelaskan jika konsep Islam
gama, tapi itu bukan berarti nusantara merupakan langkah
masyarakat bebas melakukan dalam membentuk paradigma
gerakan-gerakan yang mengganggu berpikir kaum muslim untuk tidak
rasa ketenangan dan kedamaian sensitif terhadap serangan asing yang
orang lain. dilancarkan melalui penguasa negeri
ini.
Upaya Desakralisasi Agama Islam Dengan menghilangkan kesak-
ralan agama Islam, kaum neolib dan
Modernisasi selalu melibatkan
neoimperialis akan mudah masuk
globalisasi dan berimplikasi pada
dan menjajah Indonesia, baik secara
perubahan tatanan sosial dan
kultur maupun ekonomi. Bahkan
intelektual, karena dibarengi oleh
menurut Adil, konsep islam nusan-
masuknya budaya impor ke dalam
tara bisa jadi merupakan titipan
masyarakat tersebut. Ketika budaya
asing yang bertujuan menghancur-
impor yang unsur-unsurnya lebih
kan Indonesia sebagai negara muslim
maju, berwatak kapitalis,
terbesar di dunia, bahkan ini bisa
berhadapan dengan budaya lokal
menjadi strategi politik mereka untuk
yang berwatak tradisional, terjadi
menancapkan kepentingannya di
pergulatan antara budaya luar
Indonesia. Kaum kapitalis dan
dengan budaya lokal. Pertarungan
liberalis senantiasa mengeksploitasi
kedua budaya tersebut tidak selalu
perilaku beragama seseorang dan itu
berakhir dengan model antagonistik,
menjadi realistis social bahwa
tetapi unsur yang tersisih akhirnya
banyak pemuda-pemudi muslim
tidak berfungsi dan digantikan oleh
difasilitasi studi ke negara-negara
unsur baru, bahkan budaya lokal
Amerika dan Eropa dan setelah
yang asli dan religius sangat
selesai studi sebagian berpaham
memungkinkan terkontaminasi di era
liberal.
serba digital seperti saat ini.
Sementara itu, ketua umum
Harus disadari bahwa
Front Pembela Islam (FPI) Habib Riziq
globalisasi dimaknai sebagai agenda
Shihab mangatakan bahwa Islam
barat untuk melemahkan kekuatan
nusantara bukan saja bentuk
masyarakat Islam dan mengekspor
penghilangan kesakralan islam,
nilai-nilai budaya barat yang
namun konsep tersebut sesat dan
berlawanan dengan nilai-nilai Islam,
menyesatkan. Ia menilai, apa yang
sehingga berujung pada kerusakan
disebutkan dalam konsep islam
peradaban Islam. Karena itu,
nusantara mengenai kesakralan
kalangan Islamis mengingatkan agar
Alquran merupakan propaganda
umat Islam tidak terperdaya oleh
yang dilancarkan kepada kaum
agenda terselubung bangsa-bangsa
muslim agar jauh dari Alquran. Salah
Barat yang menumpang arus
satu contohnya adalah membaca
globalisasi, dengan bertransformasi
Alquran tidak perlu dengan
pada budaya-budaya masyarakat.
menggunakan bahasa arab, cukup
Majallah Gontor edisi 4 Tahun
dengan bahasa Indonesia. Menurut
XIII, konsep Islam Nusantara

327
Habib Riziq, Alquran merupakan manusia yang baik melainkan
kalam Allah yang diturunkan menciptakan sebuah kelompok mafia
langsung dengan menggunakan berbahaya Islam secara kaffah di
bahasa arab. ―mereka ingin meng- sebuah negara. Sementara sikap
hancurkan islam melalui Alquran‖. berontak terhadap teks Alquran
Fenomena seperti ini seringkali dianggap mereka sebagai pelepas
ditemui pada kehidupan sekitar kita. belenggu kebebasan dan akal sehat.
Sementara itu, ketua lembaga
Penelitian dan Pengkajian Islam (PPI) Kesimpulan dan Saran
Amin Djamaluddin mengatakan,
banyak individu maupun kelompok Periku beragama sebagai
yang melakukan desakralisasi atau wujud ke-Islaman Nusantara yaitu
deislamisasi di Indonesia. Sejak terwujud dalam interaksi dengan
hadirnya jaringan Islam liberal (JIL), lingkungan sosial di sekitarnya.
Desakralisasi terhadap ajaran Islam, Agama bukan hanya sebagai suatu
khususnya yang berkaitan dengan hal yang bersifat doktrinal-ideologis
kalam Allah Swt. Melalui buku yang dan bersifat abstrak, tetapi ia muncul
mereka tulis, desakralisasi beragama dalam bentuk realitas material,
terus mereka gencarkan. Salah identitas keagamaan bahkan
satunya adalah buku yang berjudul biasanya lebih mudah ketika
Lubang Hitam Agama karya Sumanto dimaterialisasi melalui cara berpikir,
al-Qurtubi yang mengeritik cara bertindak dan berperilaku.
kesakralan agama Islam dari Islam Nusantara merupakan
berbagai sisi yang pengant, kata Islam khas Indoensia yang
pengantarnya ditulis oleh pentolan merupakan gabungan nilai Islam
JIL Ulil Absar Abdallah yang salah teologis dengan nilai-nilai tradisional
satu bagian dari buku tersebut lokal, budaya, dan adat istiadat di
menjelaskan bahwa Alquran tanah air. Penekanannya yaitu
bukanlah karya Allah. dakwah tidak hanya bil lisan, tapi
Amin menjelaskan bahwa juga bil hal, tidak mementingkan
konsep Sumanto yang mencoba formalitas tetapi substansi ajaran
memposisikan Alquran sebagai karya teologis tersebut.
manusia yang bisa diubah dan tidak Terakhir, penulis menyaran-
memiliki otensititas. Oleh sebab itu ia kan hendaknya pemerintah, ormas
meminta kepada umat islam untuk NU dan Muhammadiyah harus lebih
memilah teks Alquran. itulah bentuk peduli dan terbuka berinteraksi
desakralisasi Alquran ala JIL. dengan komunitas eksternal untuk
Menurutnya, buku yang menumbuhkaan semangat moderat-
diterbitkan Rumah Kata dan Ilham isme pada kelompok-kelompok bera-
Institute tersebut juga menjelaskan gama. Umat Islam jangan terperdaya
bahwa agama bukanlah 100 persen oleh agenda terselubung bangsa-
produk Tuhan, melainkan ada bangsa Barat yang menumpang arus
intervensi sejarah. Oleh sebab itu modernisasi dan globalisasi, dengan
agama tidak dapat dijadikan bertransformasi pada budaya-budaya
pedoman hidup manusia dan buku masyarakat sebagai upaya desakrali-
tersebut juga melarang muslim sasi agama.
untuk bangga terhadap Alquran. Hal
lain yang juga dikritik yaitu syariat Daftar Pustaka
Islam dengan menyebutkan bahwa
syariat Islam tidak membuahkan Amirrachman, Alpha. dkk (ed), 2015,
Islam Berkemajuan untuk

328
Indonesia Berkemajuan: Agenda
Muhammadiyah Ke depan,
Jakarta: Center for Dialogue
and Cooperation among
Civilisations.
Madjid, Nurcholis. 1994, Islam
Kemoderenan dan
KeIndonesiaan. Jakarta: Mizan.
Majalah Gontor, Islam Nusantara,
Desakralisasi Agama, edisi 4
Tahun XIII Syawal-Dzulqa‘dah
1436/ Agustus 2015.
Nasikun, 2012, Sistem Sosial
Indonesia, Jakarta; Raja
Grafindo
Nasution. Harun, 1998, Islam
Rasional, Gagasan dan
Pemikiran, Jakarta: Mizan
Arraahmahnews.com diakses 28
Januari 2016
Kompasiana.com diakses 28 Januari
2016.

329
QUO VADIS ISLAM NUSANTARA
Oleh Muhammad Jafar Shodiq
(UIN Sunan Kalijaga Yogayakarta, e-mail: jafarsh5@gmail.com)

Abstract
The rise of the term "Islam Nusantara" which is claimed as a
characteristic of Islam in Indonesia that promote the values of tolerance
and contrary to the 'Arab's Islam' has caused the agree and disagree
among the followers of Islam in Indonesia. Although it is not considered
a new term, the term "Islam Nusantara" latter has campaigned
incessantly by the largest Muslim organization in Indonesia, Nahdlatul
Ulama (NU). Even in the opening ceremony and opening istighotsah
welcome Ramadan, Sunday (14/06/2015) at the Istiqlal Mosque,
Jakarta, Chairman of the NU Said Aqil Siradj said, NU will continue to
fight and escort model of Islam Nusantara. This paper will explain the
history of the emergence of Islam Nusantara and it's controversy in the
view of the Moslem leaders in Indonesia.

Keywords:
Quo vadis, Islam, Nusantara

Pendahuluan pembuatan istilah Islam Nusantara


seolah-olah mempertentangkannya
Islam adalah agama yang dengan Islam di Arab, pembuatan
diturunkan oleh Allah SWT untuk istilah tersebut juga berpotensi
seluruh umat manusia. Kemunculan menjadikan pengkotak-kotakkan da-
istilah Islam Nusantara menjadi lam Islam, bahkan ada juga yang
polemik di kalangan umat Islam menuduh bahwa Islam Nusantara
Indonesia. Salah satu ormas Islam adalah bagian strategi dari agenda
terbesar di Indonesia, Nahdhatul Islam liberal dan Zionis.
Ulama (selanjutnya disingkat NU) Berdasarkan pemaparan terse-
menyatakan Islam Nusantara meru- but, maka supaya tidak terjadi
juk pada fakta sejarah penyebaran kesalahpahaman terkait Islam
Islam di wilayah Nusantara dengan Nusantara, penting kiranya memak-
cara pendekatan budaya, tidak nai Islam Nusantara sebagai konsep
dengan doktrin yang kaku dan keras. dan bagaimana pandangan tokoh
Islam di Nusantara didakwahkan Muslim di Indonesia terkait istilah
dengan cara merangkul budaya, tersebut.
menyelaraskan budaya, menghorma-
ti budaya, dan tidak memberangus
budaya. Berdasarkan pijakan sejarah Kapan Istilah Islam Nusantara
tersebut, NU akan bertekad Muncul?
mempertahankan karakter Islam
Nusantara yaitu Islam yang ramah, Tidak ditemukan referensi yang
damai, terbuka dan toleran. secara pasti menjelaskan kemuncul-
Bagi kelompok yang tidak an konsep Islam Nusantara. Meski
sepakat dengan istilah Islam demikian ada beberapa hal yang
nusantara menyatakan bahwa dapat dianggap membesarkan istilah

331
Islam Nusantara sehingga dikenal Akan tetapi, oleh para Wali
luas dan juga menimbulkan polemik, Songo, sesajen ditransformasikan
di antaranya adalah dalam munas menjadi tradisi selametan. Bila sesa-
alim ulama Nahdhatul Ulama pada jen awalnya diniatkan mempersem-
14/06/2015 di Masjid Istiqlal bahkan makanan kepada roh-roh
Jakarta. gaib, namun dalam tradisi selametan,
makanan justru diberikan kepada
Saat itu, ketua Umum PBNU seluruh umat Islam untuk kemudian
Said Aqil Siradj mengatakan, NU diminta mendoakan pihak yang
akan terus memperjuangkan dan mengadakan selametan, perpaduan
mengawal model Islam Nusantara. tradisi lokal dengan ajaran Islam
Menurut beliau sebagaimana dikutip yang dikembangkan. Menurut dia,
pada www.bbc.com, istilah Islam hal seperti ini hanya ditemukan di
Nusantara merujuk pada fakta Indonesia karena sejarah Indonesia
sejarah penyebaran Islam di wilayah yang sejak zaman dahulu sudah
Nusantara yang disebutnya dengan hidup dengan keragaman adat
cara pendekatan budaya, tidak istiadat (Said Agil Siraj: 2015).
dengan doktrin yang kaku dan keras. Presiden Joko Widodo yang hadir
Sehingga IslamNusantara didak pada saat tersebut untuk membuka
wahkan dengan merangkul budaya, acara Munas Alim Ulama dengan
menghormati dan melestarikan tegas juga mendukung dan
budaya, dan akhirnya akan terwujud memberikan pengertian tersendiri
Islam yang ramah, anti radikal, mengenai Islam Nusantara. ―Islam
inklusif dan toleran. Menurut- kita adalah Islam Nusantara, Islam
nya Islam Nusantara ini jauh yang penuh sopan santun, Islam
berbeda dengan Islam Arab yang yang penuh tata krama, itulah Islam
selalu konflik dengan sesama Islam Nusantara, Islam yang penuh
dan perang saudara. Nahdlatul toleransi‖ kata Presiden Joko
Ulama sebagai ormas terbesar di Widodo.
Indonesia adalah salah satu
pengusung konsep Islam Nusantara.
Konsep Dasar Islam Nusantara
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil
Siroj megatakan bahwa Islam Pertanyaan ini sulit
Nusantara adalah gabungan nilai mendapatkan jawaban yang pasti
Islam teologis dengan nilai-nilai dan jelas karena siapa yang
tradisi lokal, budaya, dan adat mendengungkan kembali istilah ini
istiadat di Indoensia. Ia menga- pertama kali pun sulit untuk
takan, konsep Islam Nusan- tara diketahui. Pemahaman tentang
menyinergikan ajaran Islam dengan konsep Islam Nusantara menjadi
adat istiadat lokal yang banyak penting untuk menghindari
tersebar di wilayah Indonesia. kesalahpahaman. Said Agil Siraj
Menurut Said Aqil, Islam di Indonesia mendifinisikan Islam Nusantara
tidak harus seperti Islam di Arab atau sebagai pertemuan Islam dengan
Timur Tengah, yang menerapkan adat dan tradisi Nusantara. Islam
penggunaan gamis ataupun cadar. Nusantara menunjukkan adanya
Islam Nusantara, tegasnya, adalah kearifan lokal di Nusantara yang
Islam yang khas ala Indonesia. Ia tidak melanggar ajaran Islam, namun
memberikan contoh tradisi sesajen justru menyinergikan ajaran Islam
yang dulu dianut oleh nenek moyang dengan adat istiadat lokal yang
Indonesia dari ajaran Hindu-Buddha.

331
banyak tersebar di wilayah Indonesia ini, budaya suatu daerah atau negara
(Said Agil Siraj: 2015). tertentu menempati posisi yang
setara dengan budaya Arab dalam
Islam Nusantara menurut Abdul menyerap dan menjalankan ajaran
Mun‘im adalah sebuah pemahaman Islam. Suatu tradisi Islam Nusantara
keislaman yang bergumul, berdialog menunjukkan suatu tradisi Islam
dan menyatu dengan kebudayaan dari berbagai daerah di Indonesia
Nusantara, dengan melalui proses yang melambangkan kebudayaan
seleksi, akulturasi dan adaptasi Islam dari daerah tersebut. Dengan
(Abdul Muním: 2015). demikian, corak Islam Nusantara
Sedangkan Ahmad Baso tidaklah homogen karena satu
berpendapat bahwa Islam Nusantara daerah dengan daerah lainnya
tidak hanya terbatas pada sejarah memiliki cirikhasnya masing-masing
atau lokalitas Islam di tanah Jawa. tetapi memiliki nafas yang sama.
Islam Nusantara seba- Kesamaan nafas merupakan saripati
gai manhaj atau model beragama dan hikmah dari perjalanan panjang
yang harus senantiasa diperjuangkan Islam berabad-abad di Nusantara
untuk masa depan peradaban yang telah menghasilkan suatu
Indonesia dan dunia. Islam Nusan- karakteristik Islam Nusantara yang
tara adalah Islam yang ramah, lebih mengedepankan aspek esotoris
terbuka, inklusif dan mampu hakikah ketimbang eksoteris syariat
memberi solusi terhadap masalah- (Azumardi Azra: 2015).
masalah besar bangsa dan negara. Salah satu dari master-
Islam yang dinamis dan bersahabat piece Islam Nusantara menurut
dengan lingkungan kultur, Zainul Milal Bizawie adalah tegaknya
sub-kultur, dan agama yang beragam. NKRI dan Pancasila. Dalam
Islam bukan hanya cocok diterima pandangan Islam Nusantara,
orang Nusantara, tetapi juga pantas Indonesia adalah darussalam dan
mewarnai budaya Nusantara untuk Pancasila merupakan intisari dari
mewujudkan sifat akomodatifnya
ajaran Islam ahlussunnah wal
yakni rahmatan lil ‗alamin(Ahmad jamaah. Karenanya, mempertahan-
Baso: 2015). kan NKRI dan mengamalkan
Menurut Azyumardi Azra model Pancasila merupakan perwujudan
Islam Nusantara itu bisa dilacak dari dari upaya umat Islam Indonesia utk
sejarah kedatangan ajaran Islam ke menjalankan syariat Islam. Pancasila
wilayah Nusantara yang disebutnya merupakan pengejawantahan dari
melalui proses vernakularisasi dan Islam Nusantara, karena itu
diikuti proses pribumisasi, sehingga nilai-nilai Pancasila harus terus
Islam menjadi embedded (tertanam) ditegakkan, apalagi saat ini tengah
dalam budaya Indonesia. Oleh terjadi liberalisasi sistem politik dan
karena itu, sudah selayaknya Islam ekonomi serta budaya, sehingga
Nusantara dijadikan alternatif untuk keberadaan Pancasila menjadi
membangun peradaban dunia Islam samar-samar (Zainul Milal Bizamie:
yang damai dan penuh harmoni di 2015).
negeri mana pun, namun tidak harus
Akan tetapi perlu diingat bahwa
bernama dan berbentuk seperti Islam Islam tanpa adanya embel-
Nusantara karena dalam Islam embel ―Nusantara‖ pun Islam tetap-
Nusantara tidak mengenal lah agama yang menjunjung tinggi
menusantarakan Islam atau nusan- toleransi. Penolakan budaya Arab
tarasasi budaya lain. Dalam konteks

332
sepenuhnya bukanlah hal yang tepat, ila l-Islam. Apa yang dimaksud yang
karena dikhawatirkan dengan aridhah? Yakni al-mahmul alasysyai
penolakan budaya Arab akan al-kharij ‗an dzatih, atau, al-‗aradh
menjalar ke ritual-ritual ibadah dzati lisyiddati ta‘lluqihi bi-dz-dzati, bi
Agama Islam yang lain. an yalhaqal sy syai ldzatihi, seperti
Menggunakan budaya manapun penginderaan atau pencerapan
diperbolehkan, asalkan sesuai inderawi oleh manusia, atau melalui
dengan syariat Islam. Budaya sesuatu yang setara dengan dzat itu,
bukanlah hal yang mutlak untuk seperti ketawanya manusia karena
dipertahankan, melainkan budaya perantaraan takjub, atau melalui
harus menyesuaikan dengan Islam sesuatu yang lebih umum dari itu
yang menjadi panutan atau pedoman. tapi tetap menjadi bagian integral
Islam berperan sebagai filter atau darinya, yakni melalui posisinya
penyaring dari berbagai budaya, sebagai makhluk.
bukan sebaliknya. Ketika seorang
datang ke masjid tidak menggunakan Posisi Islam Nusantara seperti
gamis melainkan menggunakan baju halnya posisi bermazhab, tidak bisa
koko, sarung, dan songkok dilepaskan dari ajaran normatif Islam
(peci) maka hal ini bukan menjadi itu sendiri. Memang ia adalah aradh,
masalah, asal budaya tersebut sesuai terpisah, tapi tidak bisa dilepaskan
maka boleh tetap dipertahankan dari yang normatif itu, karena
malah hal ini bisa dikatakan baik. lisyiddati ta‘lluqihi bi dzati-l-Islam.
Sedangkan seorang wanita muslim Bahkan untuk memahami dan
menggunakan pakaian adat yang mengamalkan Islam itu sendiri.
ketat dan terbuka maka ini lebih baik Oleh karena itu ada salah satu
tidak dipertahankan melainkan kaidah yang relevan tentang Islam
disesuaikan dengan syariat Islam. Nusantara ini: ―Ma la yattimu-l-
Ahmad Baso menjelaskan Islam wajibu illa bihi fahuwa wajibun‖
Nusantara adalah ma‘rifatul (Islam Nusantara adalah bagian dari
ulama-i-l-Indonesiyyin bil-ahkami- yang ―bihi, fahuwa wajibun‖).
sy-syar‘iyyah al-amaliyyah al-mukta- Redaksi aplikatifnya adalah
sab min adillatiha-t-tafshiliyyah; atau, ―al-Islam Nusantara huwa: ma la
majmu‘atu ma‘arifil -l- ulama- yatimmu-l-Islam illa bihi fahuwa
i-l-Indonesiyyin bil-ahkami-sy- wajibun‖. Juga argemen lil wasail
syar‘iyyah al-amaliyyah al-muktasab hukmul maqashid. Juga ada argumen
min adillatiha-t-tafshiliyyah (al-Quran, al-Imam al-Ghazali dalam Kitab
Hadits, Ijma‘ dan Qiyas) (Ahmad Baso: al-Mustashfa min Ilmi-l-Ushul
2015). (al-kulliyatul-khams). Ia juga
Islam Nusantara sebagai hasil memberikan contoh-Contoh Ijtihad
ijma dan ijtihad para ulama Islam Nusantara seperti: Imsak, Halal
Nusantara ―dalam melakukan bihalal, Ta‘liq thalaq, Konsep barakah
istinbath terhadap al-ahkami- (ziyadah fil-khair – ke barakah
sy-syar‘iyyah al-amaliyyah al-mukta- Nusantara dalam Hikayat Banjar)
sab min adillatiha-t-tafshiliyyah‖. dan Kaidah al-muhafazhah ala-l-
Islam Nusantara adalah idrakul qadimis-sh-shalih
hukmi min dalilihi ala sabili-r-rujhan. Lebih lanjut Ia menunjukkan
Obyek Islam Nusantara sebagai bahwa Islam Nusantara itu bukan
ilmu tentang hal-hal ‗aridhah li dzatil Islam pinggiran, bukan Islam yang
Islam, yakni, al-ahwal al-mansubah tidak murni, bukan Islam lokal atau

333
Islam tidak sempurna, salah satu al-Fadani; (31). Ulama-ulama Islam
instrumen untuk membuktikan itu Nusantara.
adalah sanad dan silsilah kitab dan
guru-guru. Demikianlah beberpa konsep
yang berhasil penulis kumpulkan
Contoh Silsilah Syeikh Yasin dari berbagai sumber. Memang
al-Fadani, ada ratusan ulama penulis belum menemukan satu
Indonesia yang mengambil ilmu dari buku pokok yang mengupas secara
Syeikh Yasin Isa al-Fadani di Mekah. tuntas tentang Islam Nusantara.
Berikut sanad beliau hingga ke Dilihat dari kemunculannya memang
al-Imam asy-Syafi‘i: (1) Allah SWT; (2) Islam Nusantara masih tergolong
Malaikat Jibril; (3) Nabi Muhammad baru. Kesamaan dari beberpa
SAW; (4) Abdullah bin Mas‘ud; (5) penjelasan tentang Islam Nusantara
Alqamah; ((6) Imam Ibrahim adalah akulturasi Islam dengan
an-Nakha‘i (wafat 95 H); (7) Hammad budaya Nusantara yang tidak
bin Abi Sulaiman (wafat 120 H); (8) bertentangan dengan Islam. Ada 3
Imam Abu Hanifah (wafat 150 H): (9) poin penting yang terkandung dari
Imam Malik (wafat 179 H); (10) Istilah Islam Nusantara.
Al-Imam asy-Syafii (wafat 204 H); (11)
Ar-Rabi‘ bin Sulaiman al-Muradi Pertama, Islam yang
(wafat 270 H); (12) Abu al-Abbas menghormati Budaya. Kedua, Islam
Muhammad bin Ya‘qub al-Asham; (13) yang bersifat toleran dan inklusif.
Abu Nuaim al-Asfahani; (14) Abu Ali Ketiga, Islam yang berbeda dengan
bin Ahmad al-Haddad; (15) Al-Qadhi Islam Arab yang didudukan sebagai
Abu al-Makarim Ahmad bin Islam yang berkonflik. NU sebagai
Muhammad al-Labban; (16)Al-Fakhr ormas terbesar dan pengusung Islam
Abu al-Hasan Ali bin Ahmad ibn Nusantara perlu kiranya membuat
al-Bukhari; (17) Ash-Shalah buku panduan atau penjelasan
Muhammad bin Abi Umar; (18) Imam secara jelas tentang apa yang mereka
al-Hafizh Ahmad bin Ali bin Hajar maksudkan dengan Islam Nusantara,
al-Asqalani; (19) Al-Qadhi konsep dasarnya apa dan lain
Zakariya bin Muhammad al-Anshari; sebagainya sehingga bisa memini-
(20) Syeikh Najmuddin malisir polemik.
Muhammad bin Ahmad al-Ghaithi; Islam Nusantara dalam
(21) Syeikh Salim bin Muhammad pandangan tokoh di Indonesia
as-Sanhuri; (22) Syeikh Dalam hal ini penulis akan
Syamsuddin Muhammad bin Ala mengutip pendapat tiga orang tokoh.
al-Babili; (23) Syeikh Pertama, Muhammad Quraish
Syamsuddin Muhammad bin Salim Shihab karena dia adalah salah
al-Hifni; (24) Syeikh Abdullah bin seorang Muslim di Indonesia yang
Hijazi Syarqawi; (25) Syekih masuk dalam 500 tokoh muslim yang
Usman bin Hasan ad-Dimyathi; (26) paling berpengaruh di dunia.
Syeikh Ahmad Zaini Dahlan; (27) (http://themuslim500.com/) Kedua,
Syeikh Bakri Syatha; (28) Syeikh Hazim Muzadi sebagai mantan ketua
Muhammad Ali al-Maliki (w 1367 H) + PBNU (1999) dan sekaligus
Syekh Umar Hamdan al-Mahrisi + sekjen International Conference of
Syekh Umar bin Husain Islamic Scholars (ICIS). Ketiga, Hamid
ad-Daghistani (w 1365 H); (29) Syekh Fahmy Zarkasy putra dari pendiri
Hasan bin Sa‘id Yamani (wafat 1391 pesantren Gontor sekaligus ketua
H); (30) Syekh Yasin Isa

334
Majelis Intelektual dan Ulama Muda jadi tidak suci, maka mereka
Indonesia (MIUMI). menghadap Tuhannya dengan apa
adanya alias ―telanjang‖. Kemudian
M. Quraish Shihab mengatakan Islam datang tetap mentradisikan
istilah ―Islam Nusantara‖ bisa saja thawaf akan tetapi merevisinya
diperselisihkan. Terlepas dari dengan harus berpakaian suci dan
polemik istilah tersebut, ia lebih bersih, serta ada pakaian ihram bagi
terfokus pada substansi. Islam yang menjalankan haji dan umrah.
sebagai substansi ajaran. Islam
pertama turun di Makkah lalu Ketiga, Islam hadir menyetujui
tersebar ke Madinah dan ke budaya yang telah ada tanpa
daerah-daerah lain, Negara Yaman, menolak dan tanpa merevisinya.
Mesir, Irak, India, Pakistan, Seperti budaya pakaian orang-orang
Indonesia dan seluruh dunia. Islam Arab, yang lelaki mengenakan jubah
yang menyebar itu bertemu dengan dan perempuan berjilbab. Oleh Islam
budaya setempat. Pada mulanya, budaya ini diterima. Alhasil,
Islam di Makkah bertemu dengan kesimpulannya ialah jika ada budaya
budaya Makkah dan sekitarnya. yang bertentangan dengan Islam
Belian menjelaskan akulturasi antara maka ditolak atau direvisi, dan jika
budaya dan agama ini oleh Islam sejalan maka diterima. Inilah prinsip
dibagi menjadi tiga. Islam dalam beradaptasi dengan
budaya. ―Jadi Islam itu bisa
Pertama, adakalanya Islam bermacam-macam akibat keragaman
menolak budaya setempat. Pak budaya setempat. Bahkan adat,
Quraish mencontohkan budaya kebiasaan dan budaya bisa menjadi
perkawinan di Makkah. Kala itu ada salah satu sumber penetapan hukum
banyak cara seseorang menikah. Islam,‖ tutur Pak Qurasih. Melihat
Salah satunya, terlebih dahulu pemaparan Pak Quraish ini kita bisa
perempuan berhubungan seks menilai, jika memang ada budaya di
dengan 10 laki-laki lalu kalau hamil, bumi Nusantara yang bertentangan
si perempuan bebas memilih satu
dengan Islam maka dengan tegas kita
dari mereka sebagai suaminya. Ada harus menolaknya seperti memuja
kalanya juga dengan cara perzinaan pohon dan benda keramat, atau
yang diterima masyarakat kala itu. meluruskannya seperti tradisi
Dan, ada lagi pernikahan melalui sedekah bumi yang semula bertujuan
lamaran, pembayaran mahar, menyajikan sesajen untuk para
persetujuan dua keluarga. Nah, yang danyang diubah menjadi ritual
terakhir inilah yang disetujui Islam, tasyakuran dan sedekah fakir miskin.
sedangkan budaya perkawinan Dan, jika ada budaya yang sesuai
lainnya ditolak. Ini pula yang dengan syariat Islam maka kita
dipraktikkan Rasulullah SAW ketika terima dengan lapang dada, seperti
menikahi Khadijah RA. ziarah kubur dalam rangka mendoa-
Kedua, Islam merevisi budaya kan si mayit, meneladaninya serta
yang telah ada. Lebih lanjut, Pak dzikrul maut (mengingat mati) (M.
Quraish memberi contoh, sejak Qurais Shihab: 2015).
dahulu sebelum Islam orang Makkah Pernyataan keberatan tentang
sudah melakukan thawaf (ritual penggunaan istilah Islam Nusantara
mengelilingi Kakbah). Namun, kaum juga datang dari kalangan ormas
perempuan ketika thawaf tanpa pendukungnya, yaitu Hazim Muzadi
busana. Alasan mereka karena harus dengan alasan supaya tidak
suci, kalau mengenakan pakaian bisa

335
membatasi Islam dengan sudut tidak ada untungnya menjadikan
geografis ataupun kultural, dan Islam menjadi partikular atau
untuk menghindari konflik antara terbatas. Sehingga nantinya ketika
negara, atau antara regional, maka berbicara Islam di dunia
harus merujuk kepada istilah internasional juga akan berbicara
"Islam rahmatan lil ‗alamin". secara terbatas. Karena
konsekuensinya ketika ada Islam
Penyebutan "Islam di Nusantara akan ada Islam yang lain
nusantara", bukan "Islam nusantara" seperti Islam Arab, Eropa dan
supaya tidak membedakan diri sebagainya. Pimpinan Pondok
dengan Islam di lain negara. Dia Pesantren Modern Gontor itu juga
mengatakan tidak ada yang komplain menjelaskan bahwa apa yang telah
terhadap istilah "rahmatan lil ‗alamin", diterapkan di Indonesia adalah
karena memang sudah disebutkan hal-hal yang universal. Salah satu
demikian oleh al-Qur‘an sehingga contohnya adalah sikap toleransi. Dia
semua bisa menerima Sedangkan mengatakan toleransi itu ya Islam,
"nusantara", tidak bisa disandingkan bukan Islam Indonesia. Ia
pada Islam, karena Islam itu menambahkan Islam dibawa oleh
universal. Menurut Hasyim Islam dankenapa kita kemudian
nusantara tidak bisa dipakai nama mereduksi ini gara-gara orang
Islam, karena Islam itu universal, Indonesia (Hamid Fahmi Zarkasyi:
sedangkan nusantara itu lokal. 2015).
Beliau sendiri sempat dijagokan
terpilih menjadi Rais Aam PBNU
pada Muktamar NU di Jombang 2015 Penutup
lalu yang berjalan kisruh, dimana
akhirnya Hasyim dan Gus Sholah Pemberian identitas dengan
memilih tidak mengikuti acara istilah Islam Nusatara perlu dikaji
muktamar tersebut hingga tuntas. lebih lanjut. Di satu sisi dengan
Saat itu tema yang diambil dalam adanya konsep Islam Nusanta-
muktamar adalah "Meneguhkan ra dimungkinkan adanya toleransi
Islam nusantara untuk membangun yang lebih ditunjukkan oleh
peradaban Indonesia dan Dunia masyarakat atas perbedaan yang ada
(Hasim Muzadi: 2015). di lingkugan sekitar. Akan tetapi,
di sisi lain dengan adanya identitas
Ketua Majelis Intelektual dan tersebut dikhawatirkan adanya
Ulama Muda Muda Indonesia, Hamid perpecahan antara umat Islam
Fahmi Zarkasyi menegas- kan bahwa maupun perpecahan dalam ber-
istilah Islam Nusantara harus masyarakat.
dikoreksi. Pasalnya, istilah itu telah
memberikan atribut Islam dengan Adanya identitas Islam Nusan-
sesuatu yang partikular, yang sangat tara dikhawatirkan adanya saling
membatasi Islam. Ia menyampaikan klaim kebenaran Islam yang dianut
hal tersebut ketika menjadi karena muncul juga identitas Islam
pembicara dalam seminar akbar lain di belahan bumi semisal muncul
bertemakan Islam dan Nusantara, Islam Malaysia, Islam China dengan
Sebuah Upaya Pencerahan Negeri, masing-masing budaya yang dianut.
yang diseleng- garakan Aliansi Dengan pemberian istilah Islam
Pemuda Islam Indonesia, Ahad Nusantara secara tidak langsung
(05/07/2015) di Gedung Joeang akan menciptakan suatu Islam model
Jakarta. Dia menambahkan bahwa baru yang tentunya berpotensi
menimbulkan perpecahan, hal ini

336
telah disebutkan Rasullullah SAW -nusantara-adalah-islam-tolera
dalam sebuah hadist : ‖Umatku akan n.html
terpecah menjadi 73 golongan, hanya http://www.jatimtimes.com/baca/1
satu golongan yang selamat dan yang 02001/20150801/173050/ahm
lain binasa‖. Ditanyakan : Siapakah ad-baso-islam-nusantara-siap-
golongan yang selamat itu? diaplikasikan-di-dunia/
Rasulullah menjawab Ahlussunnah http://www.kiblat.net/2015/07/06/
Wal Jamaah. Ditanyakan: apa gus-hamid-islam-nusantara-bat
Ahlussunnah Wal Jamaah itu?. asi-islam-yang-universal-menja
Rasulullah menjawab: ―apa yang aku di-sangat-partikular
dan sahabat-sahabatku lakukan saat http://www.republika.co.id/berita/d
ini.‖ unia-islam/islam-nusantara/1
5/07/29/ns99ox334-ketum-pb
Sehingga yang lebih utama nu-islam-nusantara-bukan-ajar
daripada memperdebatkan Islam an-baru
mana yang terbaik, akan lebih baik Majalah Asy-Syariah edisi 112:
bila selalu istiqamah untuk menjadi Topeng Tebal Islam Nusantara,
manusia yang bertaqwa, karena Oase Media – Yogyakarta.
setiap manusia tidak akan dinilai
kecuali dari ketaqwaannya. Ke-
khawatiran perpecahan juga muncul
di masyarakat Islam di Indonesia
sendiri, karena sebagian masyarakat
tidak menyetujui konsep Islam
Nusantara yang mayoritas adalah
masyarakat Jawa. Maka dari itu
konsep Islam Nusantara yang sedang
menjadi perbincangan di masyarakat
harus dikaji semaksimal mungkin
dari segi kemanfaatannya.

Daftar Pustaka

http://arrahmahnews.com/2015/07
/25/islam-nusantara-di-mata-q
uraish-shihab
http://muktamar.nu.or.id/meneguh
kan-islam-nusantara/
http://muktamar.nu.or.id/meneguh
kan-islam-nusantara/
http://www.al-hisbah.com/2015/12
/tokoh-nu-kh-hasyim-muzad-to
lak-islam.html
http://www.arrahmah.co.id/arrahm
ah-featured/apa-itu-islam-nusa
ntara-12178/
http://www.bbc.com/
http://www.beritasatu.com/nasional
/289331-azyumardi-azra-islam

337
ISLAM NUSANTARA: TAWARAN KONSEPTUAL METODOLOGIS
DALAM BER-MU’ĀMALAH PERSPEKTIF ĀT TURŌṠ AL-ISLĀMĪ
Oleh Yulianto
(Universitas Islam Raden Rahmat Kepanjen Malang,
e-mail: milltuzzakiyyah@gmail.com)

Abstrak
Islam Nusantara adalah Islam bertipologi parenial esensialis falsifikatif.
Pareneal artinya sambung menyambung dari hulu ke hilir dalam rantai
keilmuan yang berkesinambungan. Esensialis artinya kebersambung-
an yang selalu terpusat dalam nilai-nilai fundamental. Sedangkan
falsifikatif adalah sebuah usaha untuk selalu meninjau ulang nilai-nilai
pokok yang ditransfer secara berkesinambungan dari masa lalu ke
masa sekarang berdasarkan tolok ukur kemaslahatan umat.
―al-Muhāfaẓotu ʻAlāl Qodīmiṣ Ṣālih Wal Akhżu bil Jadīdil Aṣlah‖ demikian
jargon yang selalu didengungkan dalam sekup keilmuan Islam
Nusantara sebagai representatif nilai parenial-esensialis falsifikatif
tersebut. Berdasarkan tipologi di atas, maka dibutuhkan sebuah
kerangka konseptual metodologis berbasis at-turōs al-Islāmī. Kenapa
harus at-turōs al-Islāmī? sebab at-turōs al-Islāmī adalah basis utama
keilmuan Islam Nusantara secara turun temurun dalam geneologi
dunia pesantren, dayah, langgar atau lainnya yang ada di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah memperjelas kerangka konsep-
tual-metodologi Islam Nusantara ʻalā Kaidah dan Usul Fikih, baik yang
bersifat kaidah primer atau sekunder, yang akan diperjelas dengan
pendekatan maqōṡidus syarʻiyah. Penelitian ini menghasilkan tiga
tawaran konseptual metodologis dalam melihat domain dakwah Islam
Nusantara, yaitu metode solutif dan prefentif (fathuż żarīʻah dan
sadduż żarīʻah: opening instrument dan blocking instrument), metode
adat (al-ʻādat: habit, costum, practice), dan al-istiṣlāh (reasoning based
on unrestricted interest) berdasarkan hukum universal tujuan syariat
Islam.

Kata-Kata Kunci:
Islam Nusantara, Metodologi, at-turōs al-Islāmī.

Latar Belakang menggelinding, yang akhirnya mem-


buat pihak lain gerah kepanasan
Kontroversi berujung debat penuh protes kemudian melontarkan
publik bahkan tuduhan-tuduhan berbagai sindiran pedas seperti Islam
bernada negatif dari pihak-pihak Nusantara adalah Islam yang
yang tidak sepaham dengan itilah terkotak, anti Arab, tangan panjang
Islam Nusantara, itulah lakok-lakon Jaringan Islam Liberal (JIL),
perjalanan aktualisasi jati diri Islam weasternisasi, pendangkalan akidah,
yang di usung oleh Pengurus Besar dan lain sebagainya. Inilah juga
Nahdlatul Ulama (PBNU) di bawah reaksi yang tidak terelakkan atas
nahkoda Prof. Dr. KH. Akil Sirodj, tema Islam Nusantara, sebuah
M.A. Ibarat bola panas yang terus karakteristik Islam yang diperjuang-

338
kan oleh PBNU masa bakti berdasarakan kajian kitab dalam
2015-2019 Masehi (Sahal, 2015: 16). khazanah Islam (at-Turōs al-Islāmī)
Berbagai tanggapan negatif dari dengan pendekatan Maqōsidus
pihak yang tidak pro sebagaimana di Syarīʻah dan metode disiplin ilmu
atas tidak hanya terjadi dari fikih, baik yang bersifat Uṣūl atak
kalangan luar Nahdlatul Ulama (NU), Qowāʻidul Fikhi yang dilengkapi
namun juga dalam internal ormas dengan data-data lain dari disiplin
tersebut. Dari internal Nahdlatul ilmu Islam. Oleh sebab itu –menurut
Ulama yang sangat gencar menolak penulis- karena peradaban Islam
pelabelan Islam dengan Nusantara adalah peradaban teks (haḍōrotun
tercermin dalam sebuah situs web naṣ), khususnya peradaban fikih,
bernama NU Garis Lurus (Nugal), maka konstruk bangunan dan
yang oleh sementara pihak dianggap keilmuan Islam Nusantara harus
sebagai situs tidak absah dalam ditopang dengan legalitas fikih baik
tubuh NU. Website ini dalam secara qouliyah atau manhājiyah
beberapa content artikelnya berbasis kitab-kitab muʻtabar dalam
menyajikan tokoh-tokoh besar NU khazanah Islam itu sendiri
yang tidak setuju dengan istilah (al-kutubul muʻtabaroh minat turōs
Islam Nusantara seperti KH. Muhith al-Islāmī).
Muzadi (Allōhumma irhamhu), KH. Kajian fikih, khususnya yang
Muhyiddin Abdus Somad berhubungan dengan metodologi
(www.nugarislurus, 2015), KH. penerapan hukum (taṭbīqul hukmi)
Muhammad Najih (Gus Najih) dan dalam proses penetapan hukum
yang terakhir, Buya Yahya ketika berdasarkan seleksi ketat pada
seminar bertajuk ―Solusi Dinamika hasil-hasil ijtihad ulama terdahulu
Islam Kekinian Di Indonesia dan dalam mata rantai keilmuan inter
Dunia‖ pada Hari Ahad 24 Januari atau lintas madzhab (al-ijtihād
2016 di Pesantren Sidogiri Pasuruan al-intiqō‘i) ini sangat urgen. Sebab
Jawa Timur. Dalam seminar mayoritas umat Islam di tanah Jawa
tersebut, Buya Hamka sebagaimana sebelum kemasukan Islam
ditulis oleh Nugal secara tersurat transnasional pada tahun 1330
menyatakan, ―Tidak perlu ada Islam Hijriyah wabil khusus Wahabi dan
Arab, Islam Inggris, ataupun Islam Syiah adalah para penganut Ahlus
Nusantara‖ (www.nugarislurus, Sunnah wal Jamaah: mengikuti
2016). Dalam menolak Terma Islam Muhammad bin Idris as-Syafii
Nusantara dua tokoh muda NU (150-204) dalam berfikih, Abu Hamid
tersebut tampak jelas menggunakan al-Ghazali (W. 505 H) dalam
metode Uṣul Fikih dan Maqōsidus bertasawwuf, dan Abu Hasan
Syarīʻah. Uṣul Fikih oleh Buya Yahya al-Asyari (W. 230 H) dalam berteologi
dan Maqōsidus Syarīʻah serta kajian demikian ungkap Sang pendiri
ādat oleh Kyai Muda dari Rembang, sekaligus Roisul Akbar NU, KH.
Gus Najih. Sedangkan golongan tua Hasyim Asyari (Asyari, 1415:9). Tentu
lebih menekankan ketidak setujuan saja perkembangan pemikiran
mereka atas terma Islam Nusantara Madrasah Syafiiyah, Ghazaliyah, dan
karena –menurut mereka- Islam itu Asy‘ariyah juga ikut menentukan
tidak boleh bersifat lokalitas, namun kemoderatan berfikih, bertasawuf,
harus universalitas. dan berteologi umat Islam Nusantara
Jelas terlihat bahwa sumber sebagaimana terlebih dahulu telah
acuan penolakan Islam Nusantara memoderatkan dunia Islam secara
sebagaimana di atas adalah

339
umum dan dunia Arab secara khusus kata kedua berfungsi sebagai tempat
(Zaid, 1992:5). atau wadah bagian kata pertama
Berdasarkan tolok ukur realita dalam space atau time-nya
beragama umat Islam Nusantara dan (al-Golayini, 2000: 2006-2007).
posisi al-turōs al-Islāmī bagi kalangan Jika kaidah tarkīb iḍōfah
mereka mulai yang bergerak di sebagaimana tersebut di atas
bidang akademi, dakwah, atau diterapkan untuk memahami
bahkan masyarakat awam maka pelabelan Nusantara kepada Islam,
kami sajikan untuk para pemerhati maka pemahamannya adalah:
Islam Nusantara, baik yang pro atau 1. Jika kaidah penyimpanan makna
kontra makalah berjudul ―Islam ―milik atau dan khusus (al-Lām)‖
Nusantara (Tawaran konseptual yang diterapkan, maka arti Islam
Metodologi Ber-mu‘āmalah Perspektif Nusantara adalah Islam dalam
āt Turōṡ al-Islāmī)‖. artian fikih milik serta khusus
umat Islam Nusantara.
Pembahasan 2. Jika kaidah penyimpanan makna
―tempat beserta kekhususan space
Definisi Islam Nusantara atau time-nya (Fī)‖ yang
Terma Islam Nusantara terdiri diterapkan, maka maksud dari
dari dua suku kata, yakni Islam dan Islam Nusantara adalah Islam
Nusantara. Islam bermakna patuh, dalam arti fikih yang lahir,
tunduk, pasrah, mematuhi perintah, tumbuh, dan berkembang secara
dan menjauhi larangan secara total. dinamis dalam ruang lingkup
Allah SWT menamakan agama yang bumi Nusantara.
paling mulia di sisi-Nya tersebut 3. Jika kaidah penyimpanan makna
dengan nama Islam karena ia adalah ―dari (Min)‖ yang dipergunakan,
agama yang mengajarkan para maka artinya adalah produk
pemeluknya untuk patuh dan hukum Islam dari Nusantara oleh
tunduk terhadap semua perintah ulama Nusantara. Dalam ranah
Tuhan secara total, ikhlas dalam Usul Fikih, penafsiran ketiga ini
ibadah hanya kepada-Nya, dan sesuai dengan salah satu ragam
mengimani semua firman-firman-Nya ijtihad, yaitu ijtihad nasional oleh
(Abdullloh, tt:144). Sedangkan sekumpulan ahli yang
Nusantara sendiri berarti sebutan berkompeten dalam suatu
bagi seluruh wilayah kepulauan persoalan (al-ijtihād al-jamāʼī
Indonesia (KBBI, 2002:789). Dalam al-mahalī: national collective
at-turōs al-Islāmī, bergabungnya dua ijtihad) (Arifin, 2012:249).
kata sehingga membentuk sebuah Kenapa kandungan makna
kesatuan makna disebut dengan terma Islam disempitkan hanya pada
tarkīb iḍōfah. Sebuah susunan kata Fikih saja, tidak lainnya juga seperti
dalam tata bahasa Arab yang harus tauhid dan akhlak? Sebab dua yang
menyimpan salah satu dari tiga kata terakhir, yakni tauhid lahir dari
berikut ini, yaitu: dari (Min), di dalam kandungan iman sedangkan akhlak
(Fī), atau kepemilikan dan lahir dari perut ihsan (Salikhin,
penkhususan baik secara hakiki atau 2008:206-207). Dengan kata lain,
metafora (al-Lām) (Muhammad, Islam dengan arti Fikih secara
1998:380). Menyimpan makna Min terminologi adalah pemahaman dan
jika bagian kata kedua sejenis konsepsi yang sempurna mengenai
dengan bagian kata pertama, konteks pembicaraan seseorang
mengandung arti Fī ketika bangunan (diqqotul fahmi wa luṭful idrōk wa

341
maʻrifatu gorḍil mutakallimi) (Zaidan, hukum yang derajat kebenarannya
1996:8). Sedangkan secara adalah asumtif (ẓonniyāt) walaupun
terminologi adalah ilmu seputar terkadang juga bisa pada derajat
hukum syariat yang bersifat praktis yaqīniyyāt (Zuhaili, 1987:20), ia
lagi diproses berdasarkan tuntunan adalah sebuah disiplin ilmu yang
dalil-dalil yang terperinci (al-ʻilmu bil dalam mengonstruk hukum objeknya
ahkām as-syarʻiyati al-ʻamaliyati sangat terikat dengan perubahan
al-muktasabati min adillatihā situasi kondisi, waktu, dan illat yang
at-tafṣīliyati) (Zuhaili, 1985:17). Jika menjadi realitas hukum yang akan
definisi ini diterapkan bersama diputuskan statusnya, sebagaimana
kaidah tarkīb iḍōfah sebagaimana bunyi sebuah kaidah fikih:
telah disebut sebelumnya, maka ―perubahan dan perbedaan suatu
terminologi Islam Nusantara adalah fatwa (tagoyyur wa ikhtilāful fatwā)
pengetahuan dan konsepsi ulama sangat bergantung pada perubahan
nusantara (al-ʻilmu wal idrōk) tentang ruang dan waktu (al-azminah wal
berbagai hukum syariat (bil ahkām amkinah), realita masyarakat
as-syarʻiyati) yang lahir, tumbuh, (al-ahwāl), dan adat-istiadat yang
dan berkembang dalam ruang berlaku (al-awāʼid)‖ di suatu
lingkup kehidupan umat Nusantara masyarakat (al-Jazairi, tt:373).
(al-ʻamaliyati), yang mereka gali dan Berdasarkan pemahaman sti-
rumuskan berdasarkan dalil-dalil mulus dan respon terhadap
parsial yang berkenaan langsung perubahan status hukum sebagai-
dengan problematika keumatan di mana di atas, maka objek paling
Nusantara (al-muktasabati). spesifik kajian Islam Nusantara
adalah dalam wilayah hukum yang
Objek Kajian Islam Nusantara bisa berubah, lentur, dan elastis
(al-mutagoyyirōt), yaitu kajian fikih
Berdasarkan penyempitan seputar hubungan manusia dengan
makna Islam menjadi Fikih seperti sesama mereka mulai dari sekala
tersebut dalam pemaparan poin (a) individu, keluarga, masyarakat,
tentang definisi Islam Nusantara, sampai inter atau multi negara baik
maka objek kajian dan pembahasan dalam bentuk relasi sosial, politik,
Islam Nusantara adalah setiap sikap budaya, ekonomi, atau hubungan
atau perbuatan yang di tuntut oleh diplomatik suatu bangsa dan negara.
syariat kepada setiap orang mukallaf Dalam fikih, kajian ini masuk dalam
di bumi Nusantara mulai yang kategori muʻāmalat. Objek kajian
bersifat individual sampai kolektif fikih yang hukumnya tidak baku,
dalam bentuk tuntutan melakukan bisa berubah, terus bergerak,
sebuah perbuatan (ṭolaban), dinamis, dan selalu berinteraksi
meninggalkan sebuah larangan dengan realita masyarakat (Arifin,
(tarkan), atau memilih suatu perkara 2001: 243).
di atara melakukan atau
meninggalkan (takhyīr) (Zuhaili, Metodologi Fikih Islam Nusantara
1985:1985). dalam Memandang Relasi Inter
Pertanyaannya, apakah dibe- Manusia (Ber-Muʻāmalah, Hablum
narkan membatasi objek kajian fikih Minannās) dalam Perspektif
hanya pada berbagai aktivitas At-Turōṡ Al-Islāmī
regional atau nasioanl suatu Tujuan Islam dalam arti syariat
masyarakat, bukan universal? Tentu atau fikih adalah untuk kemas-
saja jawabannya adalah boleh. Sebab lahatan kehidupan umat manusia di
sebagaimana fikih adalah produk

341
dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, (Abdulloh, tt:412). Ke-permission-an
semua perundang-undangan Tuhan mulai dari (1) keputusan syariat dan
mulai yang langsung tersurat dalam akal yang bersifat asasi mengenai
al-Quran atau dan al-Hadis sampai ketiadaan cacat atau cela dalam
yang berdasarkan ijtihad para ulama sebuah aktivitas (al-ibāhah al-aṣliyah:
pastilah berdasarkan kemaslahatan original permission), (2) penilaian
sebagaimana komentar Ibnul Qoyyim syariat tentang ketiadaan mafsadat
dalam iʻlāmul Muwāqiʻīn: ―Konstruksi dalam melakukan suatu aktivitas
syariat itu berdasarkan kemas- yang tidak ber-naṣ baik sebagai
lahatan umat manusia di kehidupan perintah atau larangan (al-ibāhah
dunia dan akhirat (innas syariata ʻalā al-aṣliyah asy-syarʻiyah: divine
maṣōlihil ʻibādi fīl maʻāsyi wal maʻādi) original permission), (3) penilaian
‖ (Jauziyah, tt:3). rasional tentang ketiadaan cacat
Berdasarkan objek Islam sebuah aktifitas yang bermanfaat
Nusantara yang berupa hukum- bagi umat manusia (al-ibāhah
hukum relasi manusia satu dengan al-aṣliyah al-aqliyah: rational original
lainnya baik dalam sekala domestik permission), sampai (4) penilaian
atau publik yang selalu berubah tentang kebolehan melakukan suatu
berdasarkan perbedaan dan perbuatan yang sebelumnya di larang
perubahan situasi dan kondisi sebab adanya teks syariat yang
kehidupan mereka (al-muʻāmalat membolehkannya (al-ibāhah aṭ-ṭōri‘-
al-mutagoyyirōt), maka kerangka ah: occasional permission) (Arifin,
metodologi yang bisa dipergunakan 2001:242-243).
untuk meneropong aktivitas
pelabelan hukum-hukum Islam Metode Solutif dan Preventif
Nusantara adalah: (1) metode solutif (Fathuż Żarīʻah dan Sadduż
dan prefentif (fathuż żarīʻah dan Żarīʻah: Opening Instrument dan
sadduż żarīʻah: opening instrument Blocking Instrument)
dan blocking instrument), (2) metode Fathuż żarīʻah atau sadduż
adat (al-ʻādat: habit, costum, practice), żarīʻah terdiri dari dua kata, yaitu
(3) al-istiṣlāh (reasoning based on fathu yang bermakna membuka,
unrestricted interest) berdasarkan saddu bermakna mencegah, dan
hukum universal tujuan syariat żarīʻah berarti pelantara atau akses
Islam. terealisasinya suatu perkara, baik
Pertanyaannya kenapa hanya berupa ucapan atau perbuatan,
ketiga motodologi itu yang ditawar- bernilai positif atau negatif. Namun
kan, tidak yang lainnya? Sebab umumnya, terma żarīʻah lebih
dalam menyikapi hukum dominan dipergunakan untuk
al-muʻāmalat al-mutagoyyirōt, berla- pelantara sebuah kerusakan
ku kaidah fikih: ―hukum dasar dalam (mafsadah) (Hasan, tt:146). Maka
relasi manusia dengan sesamanya Fathuż żarīʻah adalah segenap usaha
seperti dalam transaksi perdagangan, menciptakan berbagai akses yang
berbagai profesi, dan adat istiadat membawa pada kemaslahatan hakiki
adalah halal dan boleh (al-hil wal dan universal. Sedangkan sadduż
ibāhah: legal dan permission). żarīʻah mencegah segenap akses yang
Artinya, dalam hukum al-muʻāmalat secara lahir mubah dan halal, namun
al-mutagoyyirōt manusia boleh kuat dugaan bahwa ia adalah akses
bereksperimen dengan bebas melakukan perbuatan yang dilarang
berdasarkan kecakapan yang telah (Zaidan, tt: 245).
diberikan Tuhan kepada mereka‖

342
Metode solutif (fathuż żarīʻah) al-mufḍiyah ilāl mafsadah
inilah yang tampaknya sedang al-yaqīniyah), maka tindakan
dikembangkan oleh para penggiat pertama yang harus dilakukan
Islam Nusantara dalam dakwah adalah men-demitologi dan
kultural sebagaimana terlihat dalam merubah substansi kebudayaan
tujuh strategi kebudayaan Islam tersebut. Seperti kebudayaan
Nusantara (Saptawirakama: tahlilan tujuh hari, empat puluh
al-Qowāʻid as-sabʻah) yang lahir hari, dan seratus hari masyarakat
Pada rapat kerja nasional Lembaga Jawa ketika ada keluarga yang
Seniman Budayawan Musmin meninggal dunia. Awalnya
Indonesia (Rakernas LESBUMI) pada kebudayaan tersebut lahir dari
27 dan 28 Januari 2016 di gedung kebiasaan masyarakat Hindu
PBNU, Jalan Kramat Raya, 164, kemudian diadopsi oleh generasi
Jakarta. Khusus poin pertama dan awal Islam Nusantara dengan
ketiga yang berbunyi: ―(1) terlebih dahulu mendemitologi
Menghimpun dan mengosolidasi kandungan kesyirikan di
gerakan yang berbasis adat istiadat, dalamnnya lalu menggantinya
tradisi, dan budaya Nusantara; dan dengan ketauhidan. Jadi dalam
(3) Membangun wacana independen kerangka metode ini, mengadopsi
dalam memaknai kearifan lokal dan budaya kumpul-kumpul
budaya Islam Nusantara secara selamatan kematian kemudian
ontologis dan epistimologis keilmuan‖ mendemitologi dan merubah
(www.islamnusantara, 2016) terlihat substansinya adalah sebuah
jelas usaha para penggerak Islam proses penerapan metode solutif
Nusantara untuk bersikap moderat sekaligus preventif dalam kajian
bahkan mengakomodasi dan Usul Fikih.
menggalang kekuatan untuk 2. Jika budaya tersebut lebih
merangkul, memberdayakan, meng- dominan mengandung
hidupkan, dan menjadikan setiap kemaslahatan dari pada
kebudayaan lokal (local wisdom) kemafsadatan, baik secara
sebagai corong dakwah Islam yang badaniah atau akidah (mā kāna
akomodatif terhadap setiap kreasi ifḍō‘uhu ilāl mafsadah nādiron wa
manusia. qolīlan, fatakūnu maṣlahatuhu hiyā
Namun agar usaha ar-rōjihah) maka Fikih sangat
menghimpun dan mengosolidasi yang menganjurkan untuk mengadopsi
tercermin dalam usaha meng- hasil kreasi akal, budi, dan cita
hidupkan, mengakomodasi, mengga- rasa manusia tersebut. Contoh
lang, merangkul, dan member- yang tepat bagi poin ini adalah
dayakan setiap budaya tidak malah ketenangan hati masyarakat Islam
terjerumus dalam sebuah mafsadat, Jawa menggunakan kitab Primbon
maka perlu diperhatikan makna sebagai dasar analisis kekuatan,
żarīʻah yang terkandung dalam kelemahan, peluang, dan
metode preventif (sadduż żarīʻah) hambatan (SWOT) setiap aktivitas
sebagaimana di bawah ini: yang akan mereka kerjakan
1. Jika sebuah budaya yang akan berdasarkan local wisdom yang
diakomodasi dan dikonsolidasi mereka yakini. Jenis budaya ini
tersebut lahir dari rahim tidak boleh dikategorikan sebagai
non-Islam dan nyata-nyata penuh sebuah tindakan syirik, bid‘ah,
tindakan yang bertentangan atau khurofat sebab bagi muslim
dengan syariat (aż-żarīʻah Jawa penggunaan kitab Primbon

343
(kitab yang berisikan ramalan preventif dalam sebuah kaidah
perhitungan hari baik, pengeta- ―al-wasā‘il lahā hukmul maqōsid,
huan kejawaan, rumus ilmu gaib famā lā yatimmu al-wājibu illā bihī
seperti rajah, mantra, doa, tafsir fahuwa wājibun, wamā lā yatimmu
mimpi dan sistem bilangan untuk al-masnūnu illā bihī fahuwa
menghitung hari mujur, masnūnun, wa ṭurūqul harōmi wal
mengadakan selamatan, makrūhāti tābiʼātun lahā, wa
mendirikan rumah, memulai wasīlatul mubāhi mubāhun: hukum
perjalanan dan mengurus segala sebuah pelantara adalah sama
macam kegiatan yang penting, seperti tujuannya; maka akses suatu
baik bagi perorangan maupun kewajiban adalah wajib, akses
masyarakat) (KBBI, 2002:896) perkara sunah adalah sunah,
adalah hanya sebagai ikhtiyar sebagaimana akses aktivitas haram,
mereka menggapai kebaikan rizki makruh, dan mubah adalah juga
dan karunia Tuhan Semesta Alam. haram, makruh, dan mubah‖
3. Jika kebudayaan tersebut lebih (as-Sa‘di, tt:27).
dominan kemafsadatannya dari
pada kemaslahatannya (aż-żarīʻah Metode Adat (Al-ʻādat: Habit,
al-mufḍiyah ilā mafsadah Costum, Practice)
rojihatan) maka cara mengadopsi Dalam bahasa Indonesia adat
budaya tersebut adalah dengan memiliki tiga makna, yaitu: (1)
cara demitologi dan merubah aturan yang lazim diturut atau
substansinya. Dalam tradisi dilakukan sejak dahulu kala, (2) cara
muslim Jawa contoh aplikatif dari yang sudah menjadi kebiasaan:
poin ketiga ini adalah acara bedol kebiasan, dan (3) wujud gagasan
desa dan selametan desa yang kebudayaan yang terdiri atas
biasanya dilakukan di sekitar nilai-nilai budaya, norma, hukum,
sumber mata air (petren. Jawa). dan aturan yang satu dengan lainnya
Tradisi ini telah dilakukan secara berkaitan menjadi suatu sistem
turun-temurun, yang dalam (KBBI, 2002:7). Pengertian bahasa
periode sebelum dilakukan Indonesia tersebut senada dengan
demitologi dan perubahan pengertian adat dalam bahasa Arab
substansi penuh dengan berbagai yang berbunyi ―kebiasaan yang terus
hal yang bertentangan dengan menerus terulang‖. Sedangkan dalam
akidah dan syariat: Fikih. Maka terminologi Usul Fikih, adat
jalan tengah yang harus ditempuh bermakna sesuatu yang terus
sebelum mengakomodasi, terulang tanpa ada ketergantungan
membudayakan, kemudian dengan rasio‖. Menurut Ibnu Abidin
menjadikan tradisi bedol desa (1783-1836 M), dalam Usul fikih
tersebut media dakwah Islam terdapat sebuah terma yang menjadi
melalaui metode solutif (fathuż sinonim dari adat yaitu ʻurf. Sinonim
żarīʻah) adalah mendemitologi dan sebab pengertian ʻurf adalah sebuah
merubah substansi negatifnya aktivitas yang telah menjadi
menjadi substansi positif, kebiasaan umat manusia baik
walaupun tanpa pelebelan sesuai berupa perbuatan yang mashur di
syariat Islam di belakang antara mereka (al-ʻurfu al-ʻamalī)
namanya: Bedol Desa Syar‘i. atau berupa ucapan sebuah bahasa
Secara lebih simpel yang memiliki makna khusus di
Abdurrahman as-Saʼdi (1889-1956 antara mereka (al-ʻurfu al-qoulī)
M) meringkas metode solutif atau (Zuhaili, 1985:829). Berdasarkan

344
kesinoniman adat dan ʻurf maka mengembangkan gerakan Islam
terminologi yang mampu Nusantara.
mengakomodasi keduanya adalah 7. Mengutamakan prinsip juang
sebuah aktivitas, baik berupa ucapan berdikari sebagai identitas bangsa
atau perbuatan yang telah melekat untuk menghadapi tantangan
dalam jiwa dan diterima oleh global (Abah www.nu.or.id, 2016).
khalayak luas yang berakal sehat dan Itulah tujuh kaidah yang oleh
terjadi secara berkelanjutan sejak para penggiat Islam Nusantara,
dahulu kala menjadi sebuah tradisi khususnya LESBUMI dipergunakan
suatu masyarakat. sebagai dasar dakwah kultural Islam
Penggunaan kerangka metode Nusantara. Lebih dari itu website
adat dalam memahami dakwah dan resmi Islam Nusantara juga
karakteristik Islam Nusantara memposting containt khusus untuk
semakin menemukan momentumnya menampilkan dan merealisasikan
seiring dipublikasikannya tujuh Saptawirakrama pertama, ketiga,
strategi kebudayaan Islam Nusantara keempat, dan kelima dalam kolom
(Saptawirakama: al-Qowāʻid as-sab- ―Budaya‖. Sampai saat ini, Selasa 1
ʻah) oleh LESBUMI atas restu PBNU Februari 2016 kolom tersebut telah
seperti di bawah ini: banyak memposting berbagai adat
1. Menghimpun dan mengosolidasi dan kebudayaan Nusantara yang
gerakan yang berbasis adat sesuai dengan hukum Islam berbasis
istiadat, tradisi dan budaya local wisdom seperti Haul Habib Ali
Nusantara. Pengarang Kitab Simtudduror (1
2. Mengembangkan model pendidi- Februari 2016), pawai Panjang Jimat
kan sufistik (tarbiyah dan taʻlim) alā Habib Lutfi Pekalongan (16
yang berkaitan erat dengan Januari 2016), tradisi Bale Suji
realitas di tiap satuan pendidikan, dalam peringatan maulid Nabi saw di
terutama yang dikelola lembaga Bali (3 Januari 2016), Tradisi
pendidikan formal (Ma‘arif) dan Gredoan: Ajang mencari jodoh dalam
Rabithah Ma‘ahid Islamiyah (RMI). peringatan maulid Nabi saw di
3. Membangun wacana independen Banyuwangi (3 Januari 2016), Tradisi
dalam memaknai kearifan lokal Jamasan Gong Kyai Pradah di Blitar
dan budaya Islam Nusantara (30 Desember 2015), tradisi Bayun
secara ontologis dan epistimologis Maulud dalam rangkaian peringatan
keilmuan. maulid Nabi saw di Banjar
4. Menggalang kekuatan bersama Kalimantan Selatan (23 Desember
sebagai anak bangsa yang 2014), Seri Langgam Jawa: Tilawah
bercirikan Bhineka Tunggal Ika Arab dan Tilawah Lokal di Indonesia
untuk merajut kembali peradaban (23 Juni 2015), dan lainnya
Maritim Nusantara. (www.islamnusantara.com, 2015-
5. Menghidupkan kembali seni 2016).
budaya yang beragam dalam Kesemua postingan mulai
ranah Bhineka Tunggal ika kaidah Saptawirakama sampai upaya
berdasarkan nilai kerukunan, para penggiat Islam Nusantara
kedamaian, toleransi, empati, tersebut di samping jelas akan
gotong royong, dan keunggulan membangkitkan rasa cinta pada
dalam seni, budaya, dan ilmu produk budaya Nusantara yang telah
pengetahuan. atau belum diakulturasi atau
6. Memanfaatkan teknologi informasi diasimilasi dengan Islam tentu juga
dan komunikasi untuk akan mampu melahirkan, memupuk,

345
mengembangkan, dan melestarikan kemaslahatan mereka dengan baik,
ketahanan berbangsa dan bernegara optimal, dan mudah dalam
serta cinta tanah air yang tercermin kehidupan individual atau kolektif.
kuat dalam identitas suatu bangsa Ketiga, cakupan dan cakrawala
yang superior dan berdikari dalam adat (syumūl wa iṭōr). Kajian Usul
menghadapi globalisasi produk Fikih membagi cakrawala cakupan
kapitalisme global sebagaimana adat menjadi dua, yaitu al-ʻām dan
ungkap ketua LESBUMI PBNU KH. al-Khōṣ: general habit dan special
Agus Sunyoto (Abah www.nu.or.id, habit. General Habit berarti tradisi
2016) yang berlaku di seluruh penjuru
Adapun langkah-langkah dunia. Sedangkan special habit
perumusan metodologi adat dalam adalah tradisi yang berlaku khusus
menyikapi budaya, adat istiadat, dan dalam sebuah negara, daerah, atau
tradisi masyarakat Nusantara adalah komunitas tertentu.
menentukan (1) hukum dasar kreasi Keempat, pandangan dan
terciptanya adat, (2) bentuk adat penilaian syariat pada adat (al-iqrōr
(mauḍūʻ), (3) cakupan dan cakrawala wal-iʻtibār). Berdasarkan sudut
adat (syumūl wa iṭōr), (4) pandangan pandang ini, adat terbagi menjadi
dan penilaian syariat pada adat aṣ-ṣahīh: valid habit dan al-fāsid:
(al-iqrōr wal-iʻtibār), (5) syarat adat invalid habit. Dinyatakan sebagai
yang patut diakomodasi, (6) ragam valid habit jika tradisi suatu
kaidah yang berhubungan dengan masyarakat tidak bertentangan
adat, dan (7) contoh aplikasi dengan syariat. Dikatakan sebagai
metodologi. invalid habit jika tradsi suatu
Pertama, hukum dasar masyarakat bertabrakan dengan
berkreasi menciptakan adat. Dalam syariat (Zuhaili, 2001:833-835)
kesempatan yang lalu telah Kelima, syarat adat yang patut
disebutkan bahwa dalam masalah diakomodasi ada empat, yaitu (1)
jenis adat, prosfesi, atau berlaku secara terus menerus dalam
perdagangan berlaku kaidah ―dasar setiap kondisi dan situasi (muṭṭorid),
dalam ketiganya adalah mubah dan (2) tetap berlaku: tidak berubah
diserahkan pada daya kreatifitas ketika diadopsi dalam hukum syariat
manusia asal tidak bertabarakan (qō‘iman ʻinda insyā‘it taṣorrufi), (3)
dengan syariat‖ (Abdulloh, tt:412). penggunaan adat tersebut berlaku di
Dengan kata lain, berkreatifitas antara masyarakat yang sedang
beradasarkan daya potensi untuk berinteraksi dengannya (ʻadāmu
membentuk berbagai adat, tradisi, taʻarrud), dan (4) tidak bertentangan
dan budaya bukanlah termasuk dengan teks syariat (Zuhaili,
kategori bid‘ah (as-Syatibi, tt:78). 2001:846-849).
Kedua, bentuk adat (mauḍūʻ). Keenam, ragam kaidah tentang
Dalam kategori ini, adat punya dua adat. Di antara ragam kaidah fikih
variasi, yaitu lafẓī dan ʻamalī: verbal yang bisa diterapkan dalam
dan actual habit. Yang pertama menyikapi adat, tradisi, dan budaya
bermakna kebiasaan manusia dalam suatu masyarakat adalah (1) adat
menggunakan suatu kata untuk bisa dijadikan landasan dan
suatu makna khusus. Sedangkan indikator sebuah hukum yang tidak
yang kedua bermakna sebuah memiliki dasar teks normatif:
praktik yang dibiasakan manusia. al-Quran dan as-Sunah (al-ʻādat
Dasar pembagian ini adalah usaha al-muhakkamah), (2) tradisi suatu
manusia untuk merealisasikan masyarakat adalah argumentasi yang

346
wajib dipraktekkan (istiʻmālun nāsi alam atas berbagai karunia laut-Nya.
hujjatan yajibul ʻamalu bihā), (3) Pagi hari 15 Muharrom pukul 06.00
tradsi yang sahih adalah tradisi yang WIB dilakukan upacara ―Ider Bumi‖
berlaku secara luas atau dominan yang dimulai dengan pengambilan
(innamā tuʻtabaru al-ādatu iżaṭ perahu rakit yang telah penuh indah
ṭorodat aw golabat), (4) makna hakiki diisi dengan berbagai perlengkapan
harus ditinggalkan karena ada sedekah Petik Laut dari rumah
indikator suatu tradisi masyarakat sesepuh warga. Kemudian perahu
(al-haqīqotu tutroku bid dilālat tersebut diarak keliling
al-ʻādati), (5) penspesifikan sebuah perkampungan nelayan diiringai
makna berdasarkan tradisi suatu kesenian daerah secara massal oleh
masyarakat hukumnya seperti seluruh masyarakat nelayangan
pengkhususan makna berdasarkan Muncar menuju start awal puncak
syariat (at-taʻyīn bil ʻurfi kattaʻyīn bin acara di tempat pelelangan ikan
naṣṣi), dan (6) tidak diingkari Muncar (TPI). Akhirnya pada tanggal
berubahnya hukum berdasarkan 15 Muharrom pukul 09.00 WIB
adat, tradisi, atau budaya sebuah dimulailah acara puncak Petik Laut
masyarakat sebab perubahan masa Muncar berupa pelarungan sesajen
(lā yunkaru tagoyyuru al-ahkām bi sebagai rasa syukur kepada Tuhan
tagoyyuri al-azmān) (az-Zarqo, Semesta Alam atas karunia lautan
1989:219,223,231,&241). yang menjadi sumber penghidupan
Ketujuh, contoh aplikatif. contoh bagi masyarakat nelayan Muncar
aplikatif dari metode adat adalah cara Banyuwangi dan sekitarnya
memandang dan menyikapi tradisi (www.candi.web.id, 2013).
Larung Sesaji: Petik Laut Muncar Pertama, berdasarkan izin dan
Banyuwangi Jawa Timur. Tradisi ini perintah syariat untuk
sudah ada sejak tahun 1901 Masehi mengoptimalkan daya pikir, rasa,
bahkan sebagian sumber dan budi manusia untuk berkreasi,
mengatakan jauh sebelum itu. maka rekayasa awal penciptaan
Tradisi ini diikuti oleh seluruh tradisi Petik Laut Muncar adalah sah
masyarakat nelayan Muncar dan dan legal menurut Fikih. Kedua dan
segenap tamu undangan. Sebelum ketiga, tradisi Petik Laut Muncar
acara pelarungan dilakukan pada adalah termasuk kategori actual habit
tanggal 15 Muharrom maka terlebih yang mencakup khusus masyarakat
dahulu masyarakat menyiapkan nelayan Muncar dan tamu undangan
sebuah perahu rakit yang dipenuhi sehingga ia termasuk special habit.
sesajen untuk sedekah laut berupa Keempat, termasuk valid atau invalid
masakan dan makanan dari palawija, habit? Berdasarkan tujuan tradisi
kepala kambing (kendit), empat Petik Laut yang berupa ungkapan
puluh empat macam kue, rasa syukur pada Tuhan Semesta
buah-buahan, pancing emas, candu, alam, tentu saja ia termasuk valid
pisang saba mentah, pisang raja, nasi habit. Kelima dan keenam nama
tumpeng, nasi gurih, nasi lawuh, acara tersebut memang larung
ayam jantan hidup dua ekor, dan sesajen yang dalam bahasa Indonesia
kinangan. Ritual tradisi Larung bermakna setiap makanan berupa
Sesaji dimulai pada malam 14 rangkaian bunga dan lainnya seperti
Muharrom dengan nama ―Malam makanan, kepala kambing, dan
Tasyakuran‖ yang diperingati dengan minuman yang disajikan kepada
berbagai ritual untuk menandakan makhluk halus (KBBI, 2002:979).
rasa syukur pada Tuhan Semesta Namun, dalam kaidah adat atau

347
tradisi suatu masyarakat, makna dekat pada kemaslahatan, jauh dari
hakiki harus ditinggalkan karena ada kemafsadatan, walaupun rasul tidak
indikator suatu tradisi masyarakat pernah mengundang-ngundang
(al-haqīqotu tutroku bid dilālatil ʻādati) kannya sebagaimana wahyu juga
untuk menggunakan makna tidak pernah turun (menjelaskannya).
non-formal. Maka berdasarkan Oleh sebab itu, barang siapa berkata:
kaidah tersebut, makna negatif ―politik harus berdasarkan nas
sesajen yang telah baku dalam syariat maka sungguh dia telah salah
bahasa Indonesia harus dirubah dan menyalahkan para sahabat
sebagaimana masyarakat Muncar (Rasul saw) dalam bersyariat‖.
memahami sesajen, yaitu: sebuah ―Salah‖, itulah stempel yang
rasa syukur kepada Tuhan Semesta dilekatkan Ibnu Uqoil pada setiap
alam atas nikmat laut melalui aktivis Islam dan ulama dakwah yang
serangkain ritual sedekah kepada beranggapan bahwa dalam berpolitik
hewan-hewan laut. Jika makna seseorang harus selalu berpegangan
kedua ini telah dilegalkan, maka jelas pada teks-teks normatif, baik
Tradisi Petik Laut: Larung Sesajen al-Quran atau as-Sunnah. "Salah",
masyarakat Nelayan Muncar sebab pada dasarnya dalam realita
Banyuwangi tidak bertentangan berpolitik, banyak Sahabat Rasul saw
dengan syariat sehingga patut untuk yang mengembangkan gaya berpolitik
dilestarikan. mereka tanpa terlebih dahulu
melihat pada teks-teks syariat tapi
Al-Istiṣlāh (Reasoning Based On hanya berdasarkan kemaslahatan
Unrestricted Interest) sebagaimana ungkapan al-Qorofi (W.
Penggunaan metodologi 1285 M) di bawah ini:
al-Istiṣlāh yang tertumpu pada ‫صلَ َح ِة َللِتَ َقدِم‬ ِ ِ
ْ ‫الص َحابََة َعملُ ْوا أ ُُم ْوًرا ل ُمطْلَ ِق الْ َم‬ َّ ‫إِ َّن‬
kemaslahatan untuk memperjelas
pemahaman tentang Islam ‫اى ٍد ِِبِْإل ْعتِبَا ِر‬
ِ‫ش‬
َ
Nusantara sangatlah urgen. Sebab
Sesungguhnya para sahabat telah
dengan metode ini akan semakin
memutuskan banyak hukum
jelas kerangka berpikir dan bersikap
berdasarkan kemaslahatan yang
dalam berbangsa, bernegara, dan
mutlak, tanpa didahului penelitian
berpolitik yang selama ini dipegang,
terhadap teks-teks syariat (Kholaf,
dilestarikan, dan dikembangkan oleh
1995:82).
Nahdlatul Ulama kemudian
Berlandaskan statmen Ibnu
direvitalisasi oleh para penggiat Islam
Uqoil dan al-Qorofi di atas, maka
Nusantara. Sebuah doktrin
pembahasan tentang metodologi
berbangsa, bernegara, dan berpolitik
iṣtiṣlāh akan difokuskan pada (1)
yang berbasis kemaslahatan umat
definisi iṣtiṣlāh, (2) pengertian
sebagaimana pernah dinyatakan oleh
maslahat, (3) sudut pandang syariat
Ibnu Uqoil (1040-1119 M)
pada maslahat, (4) cakupan maslahat
‫َل‬ ِ ‫لسياسةُ ُكل فِ ْع ٍل تَ ُكو ُن م َعوُ النَّاس أَقْ ر‬ ِ
َ‫ب إ‬ ََ ُ َ ْ َ َ ّ َ‫ا‬ secara spesifik, (5) cara menentukan
ِ sebuah maslahah (6) kaidah
‫الر ُس ْو ُل‬
َّ ُ‫ض ْعو‬ َ َ‫ َوإِ ْن ََلْ ي‬,‫ َوأَبْ َع َد َع ِن الْ َف َساد‬,‫الص َل ِح‬
َّ maslahat dan mafsadat dalam suatu
‫اسةَ إَِّل ِِبَا نَطَ َق‬ ِ َ َ‫ َوَم ْن ق‬.‫َولَنََزَل بِِو َو ْح ٌي‬
realitas, (7) syarat mengamalkan
َ َ‫ َ"لسي‬2‫ال‬ iṣtiṣlāh, dan (8) contoh aplikatif.
."‫الص َحابَةُ ِِف َش ِريْ َعتِ ِه ْم‬َّ ‫ط َو َغلَّ َط‬ َ َ‫بِِو الش َّْرعُ فَ َق ْد َغل‬ Pertama, dalam bahasa Arab
terma iṣtiṣlāh bermakna mencari
Politik adalah setiap aktivitas yang kemaslahatan. Sedangkan secara
karenanya setiap manusia lebih terminologi, ia bermakna penetapan

348
hukum pada suatu perkara yang untuk menjaga keberlangsungan
tidak ditegaskan dalam naṣ atau ijmaʻ jiwa (kehidupan), dera bagi para
atas pertimbangan maṣlahah pemabuk untuk menjaga
mursalah, yaitu sebuah kesehatan akal, hukuman zina
kemaslahatan yang tidak disikapi bagi pelaku zina, hukum qodzaf
oleh syāriʻ baik dalam bentuk negasi bagi penoda keehormatan orang
(ilgō‘) atau afirmasi (iʻtibār). lain sebab telah melepaskan
Berdasarkan definisi ini, maka ulama tuduhan zina, dan potong tangan
Usul Fikih madzhab Hambali untuk merealisasikan keselamat-
menyebut metode iṣtiṣlāh dengan an harta. Jenis kemaslahatan ini
maṣlahah mursalah (Kholaf, mencakup semua semua kemas-
1993:85-86). Dalam makalah ini juga lahatan yang terdapat dalam naṣ
akan diberlakukan hukum kesamaan syāriʻ.
antara keduanya. Artinya, metode 2. Al-maṣlahah al-mulgoh: discredited
iṣtiṣlāh adalah metode maṣlahah interest, yaitu kemaslahatan
mursalah dan maṣlahah mursalah spekulatif, tidak substantif, dan
adalah iṣtiṣlāh. tidak realistis (mutawahhimatun
Kedua, dalam bahasa goiru haqīqotin aw marjūhatun)
Indonesia, maslahat bermakna yang dibatalkan dan tidak diakui
―sesuatu yang mendatangkan oleh syāriʻ baik berdasarkan naṣ
kebaikan, keselamatan, faedah, dan atau ijmak. Seperti kemaslahatan
guna‖ (KBBI, 2002:720). Pengertian bunga riba yang diperoleh oleh
tersebut senada dengan pengertian para bankir, pemodal, dan lainnya
maslahat secara etimologi bahasa dalam usaha melipat gandakan
Arab, yaitu ―mendatangkan harta mereka.
kemanfaatan dan menolak 3. Al-maṣlahah al-mursalah: unres-
kerusakan‖. Maka berdasarkan tricted interest, yaitu setiap
makna leksikal Arab ini, suatu kemaslahatan yang tidak
maslahat pasti memiliki dua sudut diketahui adanya dalil syariat yang
pandang, yaitu perspektif afirmasi membatalkan (ilgō‘uhā) atau
berupa melahirkan kemanfaatan dan mengakuinya (iʻtibāruha), namun
perspektif negasi berupa peniadaan, dalam kemaslahatan tersebut ada
penanggulangan, atau penyangkalan keterkaitan dengan hukum
suatu kerusakan (Muhammad, tertentu yang mengandung unsur
1999:134). terwujudnya kemaslahaan dan
Ketiga, berdasarkan sudut tertolaknya kemafsadatan. Seperti
pandang pengafirmasi atau sebuah kemaslahatan yang
penegasian syariat, maka terkandung dalam tuntutan
kemaslahatan itu ada tiga macam kodifikasi al-Quran, pembukuan
sebagaimana di bawah ini: hadis, pengangkatan kepala
1. al-Maṣōlih al-muʼtabaroh: negara yang tidak ideal padahal
Accredited interest, yaitu ada yang lebih ideal tapi malah
kemaslahatan yang diakui oleh akan berdampak positif pada
Syariʻ karena dia telah perjalanan perpolitikan suatu
menyariatkan berbagai bentuk negara, dan lain-lain (Muhammad,
hukum untuk memperolehnya. 1999:134-135)
Misalnya menjaga agama, jiwa, Keempat, Berdasarkan kaidah
akal, harga diri, dan harta yang bahwa kemaslahatan manusia itu
tercover dalam hukum jihad untuk selalu berkembang seiring ruang dan
menjaga agama, disyariatkan qisos waktu yang melingkupinya, maka

349
Imam Ghazali Said dalam pengantar tujuan syariat-Nya berdasarkan
editornya dalam buku Ahkamul bahasa Arab.
Fuqoha: Solusi Hukum Islam 2. Memahami perintah dan larangan
Nahdlatul ulama (1926-2004) syariat perspektif perintah dan
membagi kemaslahatan menjadi dua, larangan itu sendiri atau
yaitu: perspektif alasan suatu larangan
1. Dalam pendekatan hukum baik dan perintah disyariatkan.
melalui pendekatan istidlāliyah: 3. Tujuan primer dan tujuan
deduction atau istiqrō‘iyah: sekunder pensyariatan sebuah
induction tempo dulu, Nahdlatul hukum.
Ulama merumuskan cakupan 4. Pendiaman syārīʻ terhadap suatu
maslahat pada enam bentuk, permasalahan tanpa memberikan
yaitu: perlindungan terhadap legalitas formal padanya padahal
agama (hifẓud dīn), perlindungan segala perangkat pelabelan sudah
pada jiwa (hifẓun nafsi), ada. Maka, dalam kondisi seperti
perlindungan terhadap harta ini, solusinya adalah
benda (hifẓul māli), perlindungan menyesuaikan hukum permasalah
terhadap akal (hifẓul ʻaql), tersebut sebagaimana kadar yang
perlindungan terhadap keturunan telah diberikan syariat tanpa ada
(hifẓun nasli), dan perlindungan penambahan dan pengurangan.
terhadap kehormatan (hifẓulʻirḍi). 5. istiqrō‘iyah: induction (Raisuni,
2. Dalam pendekatan hukum baik 1997:235,236,238,243,&245).
melalui pendekatan istidlāliyah: Keenam, di antara kaidah fikih
deduction atau istiqrō‘iyah: yang bisa dipergunakan untuk
induction di era modern ini, membredel kemaslahatan atau dan
Nahdlatul Ulama merumuskan kemafsadatan dalam sebuah
kemaslahatn dalam bentuk problematika adalah:
keadilan (al-ʻadālah), hak asasi 1. Menegasikan kemafsadatan lebih
manusia (al-huqūqul insāniyah), didahulukan dari pada mengafir-
persamaan derajat (al-musāwah masi kemaslahatan (dar‘ul
wa al-tawāzun), perlindungan mafāsidi muqoddamun ʻalā jalbil
terhadap lingkungan hidup (hifẓu masōlihi).
al-bīʻah), permusyawaratan 2. Kemaslahatan yang paling rendah
(as-syūrō), dan toleransi kualitasnya harus dikorbankan
(at-tasāmuh) yang kesemuanya untuk mempertahankan
bersifat universal, asasi, dan tetap kemaslahatan yang lebih besar
tidak boleh dinodai (LBM NU, (tufawwatu adnal maslahataini
2006: xxxix, xI, Ixv, & Ixvi). lihifẓi aʻlāhumā).
Kelima, untuk mengetahui 3. Kemaslahatan umum lebih
kategori maslahah yang diafirmasi diprioritaskan dari pada
oleh syariat sehingga kita bisa kemaslahatan khusus
membedakannya dari maslahah yang (al-maṣlahatul ʻāmatu tuqdamu alāl
mursalah maka di bawah ini ada lima maṣlahah al-khōṣṣotu).
kemungkinan yang bisa diterapkan: 4. Bahaya yang kualitasnya lebih
1. Memahami maksud syariat berat harus ditolak dengan bahaya
berdasarkan bahasa syariat, yaitu yang lebih ringan (al-ḍorōrul asyad
bahasa Arab. Kenapa demikian? yuzālu biḍ ḍorōr al-akhof).
Sebab sumber syariat Islam 5. Suatu bahaya tidak boleh
termaktub dengan tinta arab, dinegasikan dengan bahaya yang
maka kita juga harus memahami

351
kadar kualitasnya sama (aḍ-ḍorōr hukum yang diafirmasi oleh
lā yuzālu bi miṡlihi). syariat.
6. Bahaya yang bersifat khusus boleh 4. Maslahat tersebut harus bisa
ditanggung untuk menolak bahaya diterima akal sehat.
yang bersifat umum 5. Muara maslahat harus berupa
(yutahammaluḍ ḍorōrul khōṣṣotu li perlindungan pada cakupan
dafʻiḍ -ḍorōr al-ʻāmmati). maslahat yang paling asasi atau
7. Situasi bahaya memperbolehkan menghilangkan kesempitan dalam
sesuatu yang dilarang (aḍ-ḍorūrotu kehidupan umat manusia (Zahro,
tubīhul mahẓūrōtu). 1997:246-247).
8. Kebolehan yang berdasarkan Kedelapan, contoh dan
hukum bahaya, kadar ukurannya penerapan metodologi istiṣlāh. Dalam
harus disesuaikan kualitas bahaya poin ketujuh ini, permasalahan
itu sendiri (aḍ-ḍorūrotu tuqdaru tentang bentuk negara, pelaksana
biqodarihā) (Rasisuni, negara, dan mekanisme pemilihan
1997:231-232) pelaksana negara adalah contoh yang
9. Ijtihad para pelaksana hukum paling sesuai dalam penerapan
positif harus berdasarkan metode ini. Sehingga secara aplikatif,
kemaslahatan (ijtihādul a‘immati metode ini bisa memberikan
hasbal maṣlahati). sumbangsih pada sikap moderat
10. Pelantikan calon pemimpin yang dalam berbangsa, bernegara, dan
paling ideal (paling maslahat) berpolitik di bumi Nusantara
kemudian paling ideal dari kemudian secara otomatis bisa
beberapa calon yang ada adalah memberi kesadaran bahwa tujuan
berdasarkan kemaslahatn sebuah dalam berpolitik adalah menciptakan
zaman (taulitaul aṣlah falʼ aṣlah sebuah kemaslahatan tanpa
minal maujūdīna wakullu zamānin memandang bentuk negara,
bihasabihi) (Jazairi, tt:439 & 448). pelaksana negara, atau mekanisme
Ketujuh, untuk menghindari pemilihan kepala negara.
penggunaan metode istiṣlāh secara Berdasarkan pemikiran istiṣlāh
serampangan berdasarkan hawa inilah terjawab ketiada samaan
nafsu, yang akhirnya malah kontra bentuk negara, mekanisme
produktif dengan kemaslahatan itu penyelenggaraan negara, dan tata
sendiri, maka ada lima syarat yang cara pemilihan kepala negara di
harus ditempuh ketika dunia Islam dalam sejarah peradaban
mengoprasionalkan metode ini. Islam klasik sampai kontemporer.
Kelima peraturan tersebut adalah: Mulai yang berbentuk negara serikat
1. Kemaslahatan yang ingin seperti dalam bentuk khilafah atau
direalisasikan harus bersifat negara kesatuan seperti indonesia,
realistis bukan sekedar bersifat monarki absolut seperti Arab Saudi ,
spekulatif. demokrasi dalam pemilihan
2. Kemaslahatan tersebut harus kepemimpinan seperti Indonesia dan
bersifat umum, bukan hanya Pakistan, mandataris: warōṡah kasus
bersifat khusus (Kholaf, 1995:82). kerajaan Islam Saudi Arobia, dan
3. Kemaslahatan yang terlepas dari wilāyatul faqīh Iran. Berbeda, karena
teks syariah dalam pengafirmasi dalam berpolitik yang dikedapankan
atau penegasian tersebut harus adalah kemaslahatan umat
tidak bertentangan dengan teks (maqōṣid), bukan semata teks syariat
syariat, bahkan maslahat tersebut (wasīlah). Kemaslahatan yang tidak
harus mendekati kemaslahatan pernah dinegasikan atau diafirmasi

351
oleh teks-teks syariat sebab terma Nusantara, untuk masyarakat
bentuk sebuah negara, mekanisme Nusantara dalam ruang lingkup
pimilihan, dan tata pelaksanaan teritorial Nusantara- adalah sebuah
negara lahir dari rahim peradaban terminologi yang baru mencuat
modern, yang terminologinya belum kepermukaan pada Bulan Agustus
ada ketika teks normatif syariat: 2015, yang oleh karenanya
al-Quran dan as-Sunah turun dan membutuhkan penjelasan identitas
muncul berdialektika dengan dan ruang lingkup yang jelas, tepat,
pembacanya. Inilah sebuah dan proporsional. Sebagai hasil
pemahaman yang dirumuskan ijtihad ulama Nusantara, Islam
dengan apik oleh Ibnu Rusyd (W. 520 Nusantara memiliki karakter yang
H) dalam Bidāyah al-Mujtahid dengan berbeda dengan Islam di negara atau
ungkapan, ―sesungguhnya berbagai benua lain, khususnya Timur Tengah
realitas manusia itu tidak terbatas saat ini. Kekhususan Islam
(terus terbaharui) sedangkan Nusantara adalah karakter lentur
teks-teks syariat dan sunah nabi: dan akomodatif dalam melihat,
perbuatan dan pernyataan serta ikrar menyikapi, dan menilai sebuah adat,
beliau saw telah berhenti. Maka tidak tradisi, atau budaya yang
mungkin membandingkan secara berkembang di Nusantara. Maka
langsung sesuatu yang telah berhenti tidak heran, jika dengan kelenturan
dengan sesuatu yang terus dan keakomodatifan tersebut, Islam
berkembang terus menerus‖ (Ibnu Nusantara ʻalā Nahdlatul Ulama
Rusy, 1995:5). memiliki lembaga khusus untuk
ِ ‫اص ْالًُن ِسي َغي ر مت ن‬
،‫اىيَ ٍة‬ ِ
َ َُ ُ ْ ْ َ ِ ‫ي أَ ْش َخ‬ َّ ‫أ‬
َ ْ َ‫َن الْ َوقَائ َع ب‬
melihat, merangkul, memodifikasi,
dan melestarikan berbagai budaya di
ِ ‫القْ رارات مت ن‬
‫ال‬
ٌ َ‫ َوُُم‬،ٌ‫اىيَة‬ َ َُ ُ َ َ ِْ ‫ َو‬،‫ال‬ ُ ‫ َو ْالَفْ َع‬،‫ص‬ُ ‫ص ْو‬ ُ ‫َوالن‬
Nusantara ini. Sebuah lembaga yang
bertugas khusus menangani
.‫اىى‬ ِ َ‫أَ ْن يقاَبل ما لَ ي تَ ن‬
َ َ‫اىى ِبَا يَتَ ن‬
َ َ َ ََ ُ kesenian dan kebudayaan bernama
―Lembaga Kesenian dan Kebudayaan
Senada dengan Ibnu Rusyd,
Muslim Indonesia (LESBUMI)‖ yang
Abu Hamid al-Ghazali (1508-1111 M)
dinahkodai oleh KH. Agus Sunyoto.
menyatakan bahwa dalam situasi
Secara etimologi, nama Islam
dan kondisi di mana seorang fakih
Nusantara menunjukan adanya
tidak bisa lagi menggunakan teks
keharmonisan antara Islam dengan
normatif, maka dia boleh bahkan
Nusantara sebagaimana sebaliknya
harus berijtihad secara mandiri
Nusantara dengan Islam sehingga
sesuai dengan ruang dan waktu
memberi semacam hipotesa bahwa
tempat dia berada. Sebab ketiadaan
untuk memahami Islam Nusantara
teks-teks syariat tetaplah
harus juga dipahami dulu tentang
mewajibkan seseorang berijtihad
Nusantara. Akhirnya, asimilasi dan
berdasarkan kaidah ―sesungguhnya
akulturasi adalah jalan yang harus
teks-teks syariat itu terbatas sehingga
ditempuh keduanya dalam menjaga
tidak mungkin bisa memuat setiap
eksistensi jati diri masing-masing:
realitas yang tidak terbatas (innan
Islam Nusantara. Jati diri itulah yang
nuṣūṣal mutanāhiyah lā tastauʻibul
memperjelas bahwa domain ijtihad
waqōʼiʻa goirol mutanāhiyah)‖
Islam Nusantara adalah dalam ranah
(al-Ghazali, tt:591).
al-muʻāmalāt wal ʻawā‘id al-muta-
Kesimpulan goyyiroh bukan aṡ-ṡawābit al-qoṭ‘īyah
Islam Nusantara -sebagai corak sehingga layak jika metode (1) metode
Islam yang lahir dari Ulama solutif dan preventif (fathuż żarīʻah

352
dan sadduż żarīʻah: opening al-Wasāṭiyah, Cet. I, Qohiroh:
instrument dan blocking instrument ), Darut Tibak al-Mutamayyizah,
(2) metode adat (al-ʻādat: habit, 1992.
costum, practice), dan (3) al-istiṣlāh Al-Ghazali, Abu Hamid, al-Munqiż Min
(reasoning based on unrestricted al-Ḍolāl dalam Majmūʻatu
interest) berdasarkan hukum Rosā‘il al-Imām al-Gozālī,
universal tujuan syariat Islam Qohiroh: al-maktabah
dijadikan alternatif metodologis at-taufiqiyah, tt.
memahami Islam Nusantara. Tradisi Larung Sesaji: Petik Laut
Muncar. 2013. (online).
Saran (www.candi.Web.Id.). Diakses
tanggal 2 Februari 2016
Secara teoritis-akademik perlu Para Tokoh Dan Kyai NU Ini
adanya usaha optimal dari para Menentang Islam Nusantara
penggiat Islam Nusantara untuk Jadi Tema Muktamar. 2015.
semakin memperjelas ontologi, (online). (www.nugarislurus.
epistimologi, dan aksiologi Islam com/2015/07/). Diakses
Nusantara. Sebab tanpa jati diri dan tanggal 29 Januari 2016.
langkah yang jelas tersebut Islam Inilah Saptawirakama Lesbumi, Tujuh
Nusantara malah akan terjebak Strategi Kebudayaan Islam
dalam kesalahan penempatan posisi Nusantara. 2016. (online).
hubungan antara Islam dengan (www.nu.or.id/post/read/6534
Nusantara itu sendiri. Kesalahan, 9). Diakses tanggal 26 Januari
yang tentunya tidak boleh terjadi. 2016.
Khusus pendekatan Fikih: Usul atau Jelaskan Karakter Liberal, Buya
Kaidah Fikih harus semakin Yahya: Tidak Perlu Ada ‗Islam
digalakkan. Sebab kedua metode Nusantara‘.2016. (online).
Fikih itulah nanti yang akan semakin (www.nugarislurus.com/2016/
memantapkan kajian Islam 01). Diakses tanggal 29 Januari
Nusantara. 2016.
Dalam ranah aplikatif: ranah Tujuh Strategi Kebudayaan Islam
sosial kemasyarakatan hendaknya Nusantara Tangkal dampak
ada pendekatan psikologis penuh Globalisasi. 2016. (online).
kesadaran moral dan akhlak dalam (www.islamnusantara). Diakses
menyampaikann ide-ide krusial Islam tanggal 1 Februari 2016
Nusantara. Sebab dalam realita Arifin, Jaenal, Kamus Ushul Fiqih, Cet.
sosial beragama masyarakat I, Jakarta: Kencana Prenada
Indonesia masih banyak Media Group, 2012.
elemen-elemen umat Islam yang as-Saʻdi, Abdurrohman, al-Qowāʼid
tidak setuju dengan terma dan aksi wal Uṣūl al-Jāmiʼah, Cet. II,
Islam Nusantara. Dengan kata lain, Riyad: Darul Waton, 2001.
sikap arogansi dalam menawarkan As-Syatibi, al-Iʻtiṣōm, Riyad:
ide Islam Nusantara pasti akan Maktabah ar-Riyad
berbuah kontra produktif dan al-Hadisiyah, tt.
berlawanan dengan kaidah maslahah Asyari, Hasyim, Risālah Ahlus
lil ‗ummah. Sunnah Wal Jamāʻah fī Irsyādis
Sārī, Cet. I, Tebuireng:
Daftar Rujukan Maktabah Turōs al-Islāmī,
Abu Zaid, Naser Hamid, al-Imam 1415.
as-Syafii Wa Ta‘sīsil Idiyūlūjī

353
Hasan, Kholid Romadon, Muʼjam Kebangsaan‖, Bandung: PT.
Uṣūlul Fiqhi, Mesir: Darur Mizan Pustaka, 2015.
Roudoh, tt. Salikhin, Muhammad, Filsafat dan
Ibnu Abdullah, Muhammad, al-Islam: Metafisika dalam Islam, Jakarta:
Uṣūluhu Wa Mabādiuhu, Riyad: Buku Kita, 2008.
Maktabah Syamilah al-Isdar Tim LBM NU, Ahkamul Fuqoha:
al-Tsani, tt. Solusi Hukum Islam,
Ibnu Abdurrohman, Abdulloh, Keputusan Muktamar, Munas
Taisīrul ʻAlām Syarah ʻUmdatul dan Konbes nahdlatul ulama
Ahkām, (Riyad: Maktabah (1926-2004), Cet. III, (Surabaya:
Syamilah al-Isdar as-Sani, tt. Diantama Surabaya, 2006.
Ibnu Ahmad Taqiyah, Muhammad, Tim Penyusun Kamus Bahasa
Maṣōdiru at-Tasyrī‘u al-Islāmī, Indonesia, Kamus Besar bahasa
Cet. I, Beirut: Muassasah Indonesia, Cet. II edisi II,
al-Kutub as-Saqofiyah, 1999. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Ibnu az-Zarqo, Ahmad, Syarah Zahro, Abu, Uṣūl al-Fiqhi, Qohiroh:
al-Qowāʻid al-Fiqhiyah, Cet. II, Darul Fikri al-Arobi, 1997.
Dimsik: Darul Qolam, 1989. Zaidan, Abdul Karim, al-Wajīz Fī
Ibnu Qoyyimil Jauziyah, Iʻlāmul Uṣūlil Fikhi, Beirut: Muassasah
Muwāqiʻīn, Riyad: Maktabah ar-Risalah, tt.
Syamilah al-Isdar as-Sani, tt. Zaidan, al-Wajīz, Cet. Beirut:
Ibu Abdurrohman, Abdullah, Taisīrul Mu‘assasatur Risalah, 1996.
ʻAlām Syarah ʻUmdatul Ahkām, Zuhaili, Wahbah, al-Fiqhul Islām Wa
Riyad: maktabah Syamilah Adillatuhu, Cet. II, (Suriyah:
al-Isdar as-Sani, tt. Darul fikri, 1985.
Kholaf, Abdul Wahab, ʻIlmu Uṣūl Zuhaili, Wahbah, Uṣūlul Fiqhi
al-Fiqhi Wa Khulāsotu at-Tasyrīʻi al-Islāmī, Suriyah: Darul Fikri,
al-islāmī, Qohiroh: Darul Fikri 2001.
al-Arobi, 1995.
Kholaf, Maṣōdiru at-Tasyrī‘u al-Islāmī
Fīmā Lā Naṣṣo Fīhi, Cet. VI,
Kuwait: darul Qolam, 1993.
Majid, Abdul al-Jazairi, al-Qowāʻid
al-Fiqhiyyah al-Mustakhrojah
minal kitāb Iʻlāmul Muwāqiʻīn,
Suria: Dar Ibnu Qoyyim, tt.
Muhammad, Badruddin, Syarah
Alfiyah Ibnu Mālik, Beirut: Darul
Jil, 1998.
Mustofa al-Golayini, Jāmiʻud Durūs
al-ʻArōbiyah, Beirut:
al-Maktabah al-Asriyah, 2000.
Raisuni, Raisuni, Naẓōritu al-Maqōṣidi
ʻinda al-Imām as-Syāṭibi, Cet. I,
Mesir: Darul Kalimah, 1997.
Rusyd, Ibnu, Bidāyatul mujtahid,
Beirut: Darul Fikri, 1995..
Sahal, Ahmad, ―Islam Nusantara:
Dari Ushul Fiqh sampai Paham

354
TRANSFORMASI TASAWWUF DAN IDENTITAS ISLAM NUSANTARA:
ANALISA SOSIO HISTORIS
Oleh Wildan Imaduddin Muhammad
(PP Mahasiswa LSQ Ar-Rohmah Yogyakarta,
e-mail: bang.imad1414@gmail.com)
Abstract
This article purpose set over Tasawwuf‘s contribution on developing
Islamic Archipelago from seventeenth century untill contemporary era
with socio-historical analysis. It is well known that terminology of
Islamic Archipelago or Islam Nusantara in the last time become often
debatable in Indonesia either agree or disagree on it definition.
According to the author the discussion about Islamic Archipelago could
not be separated with Tasawwuf, Sufi Orders and the Sufi master. One
of evidences is guardian‘s graves founded in several regions in every
land who has witnessed as the first disseminators of Islam. People
believe the contribution of Sufi Master was very much including against
colonialism and as long as independence period even now. That is why it
is important to know what and how Sufism related to Islamic
Archipelago. On the other hand, Sufism has been influence on society in
every period and always changed with different form. That‘s indicates
Sufism with their variety is became Islamic Archipelago‘s Identity. Until
now, Sufism have occupied in the middle of society.

Keyword:
Tasawwuf, Sufism, Sufi Master, Islamic Archipelago‘s Identity.

Pendahuluan Ada seorang ustad yang berasal dari


Perdebatan tentang Islam NU akar rumput, naik mimbar untuk
Nusantara dari segi istilah saja mengisi ceramah subuh dan
menuai ketegangan di masyarakat. membahas tentang Jaringan Islam
Baik yang pro maupun yang kontra Nusantara. Katanya, Jaringan Islam
terutama di kalangan awam Nusantara disingkat JIN adalah
seringkali dipicu oleh ketidaktahuan, ajaran sesat baru yang ingin
keengganan untuk membaca dan merubah bahasa al-Quran menjadi
memahami lebih dalam substansi bahasa jawa dan ingin mengganti
yang ditawarkan dari istilah tersebut. kain kafan putih menjadi kain batik.
Banyak pihak yang menghujat dan Menurut analisa penulis,
menghakimi Islam Nusantara sebagai fenomena di atas menandakan dua
sebuah term ajaran yang hal. Pertama, penyebaran laju
diproyeksikan untuk menghilangkan informasi akibat kemajuan teknologi
dan mendiskreditkan unsur Arab internet memiliki dampak negatif
dari Islam. yakni semakin mudahnya menulis-
Lebih ekstrim lagi, ada isu yang kan berita maupun hal apa pun dan
merebak di masyarakat bahwa Islam dapat langsung dikonsumsi oleh
Nusantara adalah ajaran sesat. masyarakat tanpa filter. Kedua,
Penulis menyaksikan sendiri di penyebaran berbagai isu seperti itu
beberapa daerah, ketika Islam merupakan bukti sangat minimnya
Nusantara masih ramai dibicarakan.

355
budaya literasi kritis masyarakat Ada dua pertanyaan yang
Indonesia. dimunculkan oleh penulis sebagai
Sebagaimana telah dipaparkan langkah awal untuk menjelaskan
secara singkat oleh KH. Mustafa Bisri judul terpilih agar lebih sistematis
bahwa Islam Nusantara dapat dan terarah. Pertama, bagaimana
dipahami dengan perspektif idafah proses transformasi tasawwuf di
yang dapat dijadikan sebagai istilah wilayah Islam Nusantara? Jawaban
yang mengandung makna min, fi dan dari problem pertama penulis
lam (Bisri, 2015). Islam Nusantara fokuskan dari mulai abad ke-17
merupakan istilah untuk mengaitkan hingga abad kontemporer sekarang.
Islam dengan Nusantara dari segi Batasan ini dipilih karena penulis
asal usul ajaran Islam di Nusantara belum memiliki referensi memadai
(min), Islam geografis yang ada di untuk menuliskan sejarah tasawwuf
wilayah Nusantara (fi), dan Nusantara kurang dari periode
kepemilikan Islam sebagai kultur tersebut.
masyarakat Nusantara (lam). Dari Problem historis yang diajukan
satu pemaparan ini saja, diketahui oleh penulis pada pertanyaan
bahwa pemaknaan istilah Islam pertama penting dikemukakan,
Nusantara dapat multi tafsir. Dengan mengingat perjalanan ulama Sufi
perkataan lain, kajian tentang Islam Nusantara dari waktu ke waktu
Nusantara dapat ditinjau dari mengalami dinamika. Pada periode
berbagai segi, perspektif, metodologi awal, ulama Sufi berperan sebagai
yang berbeda-beda, yang tokoh dakwah yang mengislamkan
konsekuensinya akan menghasilkan Nusantara melalui bidang pendidikan,
pemaknaan dan pemahaman yang sosial dan budaya. Kemudian
berbeda pula. kontribusi ulama sufi di periode
Tulisan ini hendak menjelaskan berikutnya tetap berlanjut hingga
Islam Nusantara dari perspektif saat ini.
idafah bermakna min seperti yang Kedua, bagaimana prospek
diulas secara singkat di atas. tasawwuf sebagai identitas Islam
Memaparkan tentang asal usul Nusantara ke depan? Masalah kedua
penetrasi ajaran Islam ke Nusantara merupakan bagian dari ikhtiar
hingga berkembang pesat dan analisa dan respon penulis atas
menjadi mayoritas. Berbeda dengan perkembangan pemahaman Islam di
Islam di wilayah belahan dunia lain, Indonesia saat ini. Menurut penulis,
Islam yang masuk ke Nusantara tantangan Islam Indonesia sekarang,
bukan akibat dari invasi militer, sedikit banyak juga timbul dari intern
tetapi melalui pendekatan persuasif umat Islam sendiri.
jalur sipil yang diketahui dari catatan Proses pemahaman terhadap
sejarah, dilakukan oleh orang-orang Islam yang instan dan keengganan
sufi. Dalam tulisan ini penulis ingin untuk klarifikasi dengan cara dialog,
menegaskan bahwa sejak pertama belajar saling memahami dan saling
Islam hadir di Nusantara, corak memiliki rasa empati antar sesama
keberagamaannya adalah corak Muslim mengakibatkan perpecahan.
tasawwuf yang akomodatif, sejuk dan Umat muslim mudah untuk
nir ―kekerasan‖. Dengan ungkapan menghakimi orang orang yang
lain, corak keberagamaan tasawwuf berbeda paham. Atas masalah
merupakan identitas bagi Islam tersebut, penulis ingin meneguhkan
Nusantara. kembali identitas Islam Nusantara
yang sejuk dan menenangkan yang

356
lahir dari kearifan sufistik yang al-suffah, penghuni serambi.
diajarkan oleh para wali ketika Mereka-mereka adalah sahabat yang
hendak mengislamkan Nusantara. mendedikasikan dirinya untuk
Oleh karena itu, menghidupkan beribadah di Masjid nabi dan
kembali corak keberagamaan sufistik berdiam diri di serambi Masjid
yang santun dan menyejukkan perlu (Pakistani, 1986, hal. 20).
digalakkan kembali. Nahdlatul Ulama Menurut Farida Khanam
sebagai organisasi yang mendaku dengan menukil pemaparan
sebagai penerus dakwah wali songo al-Qusyairi dalam kitab Risalah,
memiliki tanggung jawab yang besar istilah Sufi pertama kali populer
untuk melanjutkan hal ini. Generasi digunakan sebagai istilah untuk
muda NU juga harus terus diingatkan mendefinisikan orang orang yang lebi
agar tidak ikut-ikutan menebar mementingkan spiritualitas dan
kebencian terhadap sesama. kebersihan jiwa, dimulai pada abad
ke 2 H/ 9 M (Khanam, 2009, hal. 1).
Pembahasan Setelah Rasulullah wafat, istilah yang
berlaku bagi umat muslim adalah
Sebelum penulis menjelaskan sahabi. Kemudian tabi‘in, orang yang
poin pertama dan kedua dari belajar pada sahabat. Lalu atba‘
pertanyaan yang diajukan di bagian tabi‘in sebagai kelompok yang belajar
pendahuluan, baik kiranya dipapar- pada tabi‘in. Pada masa atba‘ tabi‘in
kan terlebih dulu pembahasan tersebut, orang-orang yang lebih
tentang pengertian sufi secara sing- memprioritaskan masalah akhirat
kat. Aspek yang dipaparkan meliputi diberi gelar zuhad atau ‗ubbad, yang
asal kata sufi, asal usul ajaran populer dikenal dengan sufi
tasawuf dan perkembangannya. (Masyhuri, 2014, hal. 5).
Kata Sufi merupakan kata yang Mengenai asal usul ajaran
berasal dari bahasa Arab. Tentang tasawuf secara garis besar para
asal usul katanya, terdapat beberapa ulama terbagi menjadi dua, golongan
pendapat yang berbeda. Sedikitnya pertama berpendapat bahwa ajaran
ada empat hal yang dikemukakan tasawuf berasal dari luar Islam.
oleh Ihsan Dzahir dalam kitabnya Golongan kedua meyakini bahwa
al-Tasawwuf: al-Mansya wa tasawuf adalah ajaran murni Islam
al-Masadir terkait dengan akar kata yang bersumber dari Quran dan
sufi tersebut. Pertama, diambil dari Sunnah (Khaujah, 1432 H, hal. 10).
kata Ibnu Shauf, sebuah gelar yang Pendapat pertama beralasan bahwa
telah populer digunakan oleh sebelum Islam, praktek praktek
masyarakat arab sebelum Islam yang tarekat seperti mengasingkan diri,
disematkan bagi orang salih yang menjauhi kenikmatan dunia dan
mengasingkan diri didekat Kakbah lain-lain telah dilakukan oleh para
untuk menyucikan jiwa dan pendeta katolik, rabi yahudi dan
mendekatkan diri kepada Tuhan. bahkan oleh hindu dan budha.
Kedua, berasal dari kata safâ Sedangkan pendapat kedua
yang berarti suci dan bersih seperti menyatakan bahwa Rasulullah
kilau kaca. Seperti contoh Saffat sebagai representasi Quran dan
Ketiga, memiliki asal usul dari kata Sunnah menjalani laku sufi. Hal ini
suf yang artinya bulu domba atau wol. ditandai dengan kehidupan
Keempat, diambil dari kata suffat Rasulullah yang zuhud yang sangat
al-masjid yang memiliki arti serambi jauh dari gemerlap dunia.
masjid. Istilah ini merujuk pada para
sahabat nabi yang disebut ahl

357
Pada perkembangan selanjut- 1167), Najmuddin al-Kubra (w. 1221),
nya, tasawuf sebagai sebuah ajaran Abu Hasan al-Syazili (w. 1258) dan
sekaligus sebagai ilmu, diklasifikasi- lain lain pengaruhnya mulai meluas
kan menjadi dua: tasawuf falsafi dan ke kancah internasional (Bruinessen,
tasawuf amali (Mahmud, 208, hal. Origin and Development of Sufi
21). Tasawuf tipe pertama menitik Orders in Southeast Asia, 1994, hal.
beratkan pada urusan teologi 1-23).
(ketuhanan) yang sepintas tampak Salah satu faktor mudahnya
kental dengan unsur filsafat. Istilah penetrasi Islam ke Nusantara adalah
istilah yang sering digunakan oleh pengaruh ajaran kosmologis dan
tasawuf falsafi antara lain: ittihad, metafisis tasawuf Ibn al-‗Arabi.
fana, baqa, hulul, wahdat al-wujud. Konsep Ibn al-‗Arabi tentang insan
Tokoh dari tasawuf falsafi di kamil dapat dipadukan dengan
antaranya adalah Ibn ‗Arabi, al-Hallaj ide-ide kosmologi India dan ide
dan dari Nusantara dikenal Hamzah kosmologi pribumi, sebagai legitimasi
Fansuri dan syekh Siti Jenar. religius, sangat potensial bagi para
Tasawuf tipe kedua merupakan raja untuk meneguhkan sistem
tasawuf yang lebih menekankan pada feodal. Misalnya di kesultanan Buton
amal shalih, pengendalian hawa Sulawesi Tenggara, ajaran sufi
nafsu dan penataan hati sebagai tentang emanasi ilahiah martabat
unsur utama dalam diri manusia. tujuh dimanfaatkan sebagai
Konsep-konsep yang ada dalam penjelasan atas adanya masyarakat
tasawuf amali atau disebut juga yang berjenjang, terdiri dari tujuh
tasawuf akhlaki adalah seperti taubat, lapisan sosial serupa kasta dalam
zuhud, tawadu‘ dan lain lain. Adapun Hindu (Bruinessen, Kitab Kuning,
tokoh-tokohnya antara lain Pesantren dan Tarekat, 2012, hal.
al-Ghazali, Junaid al-Baghdadi, 226).
Abdul Qadir al-Jilani dan diikuti oleh Bukti otentik yang bisa diakses
ulama-ulama sufi lainnya. dan terawat hingga saat ini adalah
maqbarah para wali yang sering
Masuk dan Berkembangnya Islam dikunjungi oleh para peziarah di
di Nusantara dan Dinamika Tasa- berbagai wilayah. Seperti di Kudus,
wuf menara kudus yang dipercayai
Menurut keterangan Martin Van sebagai hasil karya Sunan Kudus,
Bruinessen, abad-abad pertama merupakan representasi dari
masuknya Islam ke wilayah akulturasi kebudayaan Islam-Hindu
Nusantara bersamaan dengan masa dan kearifan sufi untuk berdakwah
merebaknya tasawuf abad dengan cara yang dapat diterima oleh
pertengahan dan pertumbuhan masyarakat setempat.
tarekat. Sosok Al-Ghazali sebagai Wali songo pertama, yakni
ulama pelopor konsep tasawuf Sunan Gresik atau Sunan Maulana
moderat yang diterima oleh kalangan Malik Ibrahim, diyakini hidup pada
fuqaha, wafat pada tahun 111 M. abad ke-14 M. Sunan Gresik
Muhyiddin Ibnu al-‗Arabi seorang sufi merupakan keturunan Rasulullah
falsafi yang karyanya sangat saw yang ke-22 dari jalur Sayyid Alwi
berpengaruh pada hampir seluruh bin Imam Muhammad bin Ja‘far
kaum sufi wafat pada tahun 1246 M. Sadiq yang berasal dari Hadramaut,
Kemudian pada saat yang hampir Yaman. Beliaulah yang kemudian
bersamaan, figur utama para pendiri mengkader anaknya, Raden Ngudung
tarekat seperti Abdul Qadir Jailani (w.
1166), Abu al-Najib al-Suhrawardi (w.

358
yang kemudian memiliki anak Sunan baris dengan jumlah suku kata dan
Kudus (Suryanegara, 2013, hal. 117). timbangan irama tertentu—dalam
Semua wali yang sembilan bahasa Melayu. Dari syair-syair yang
memiliki hubungan, baik nasab dibuat oleh beliau, tampak bahwa
maupun hubungan guru murid, beliau adalah penyair yang sering
seperti Sunan Kalijaga berguru pada melakukan pengembaraan ke
Sunan Bonang. Sunan Kalijaga berbagai tempat. Dalam
adalah wali yang sangat kental syair-syairnya Hamzah bercerita
dengan budaya Jawa. Nama aslinya tentang lawatannya ke Mekah,
adalah Raden Sahid, putera dari Yerusalem dan Baghdad. Di Baghdad
Tumenggung Wilatikta, Adipati beliau berkunjung ke makam Syekh
Tuban. Sunan Kalijaga merupakan Abdul Qadir Jailani dan menjadi
representasi dari Sufi Budayawan pengikut tarekat Qadariyah bahkan
yang menggunakan seni sebagai sempat menjadi mursyid atau
media dakwah. Tercatat bahwa khalifah tarekat qadariyah.
beliaulah wali yang menciptakan Keterangan ini didapatkan dari syair
ukiran wayang kulit, tembang dan beliau yang dituliskan: Hamzah nin
nyanyi-nyanyian sebagai sarana asalnya Fansuri/Mendapat wujud di
syi‘ar Islam kepada masyarakat tanah Syahr Nawi/Beroleh khilafat
(Chodim, 2006, hal. 15). ilmu yang ‗ali/ Daripada Abdul Qadir
Di Nusantara bagian utara pada Jilani (Bruinessen, Kitab Kuning,
abad ke-16 dan ke-17, tepatnya di Pesantren dan Tarekat, 2012, hal.
Aceh, ditemukan manuskrip dari 255).
orang-orang sufi seperti Hamzah Rentang abad 17 dan 18,
Fansuri, Syamsuddin Pasai, sebagaimana ditelaah dengan serius
Nuruddin al-Raniri dan Abdurrauf oleh Azyumardi Azra, merupakan
Singkel. Aceh yang merupakan periode saling keterkaitan antara
wilayah penghasil ladang dan tempat ulama Nusantara dengan ulama
perdagangan internasional, menjadi Haramayn. Azra yang memakai teori
kerajaan yang sangat kuat pada Nathan Glazer dan Daniel Moynihan
rentang waktu itu. Para rajanya mengungkapkan bahwa Haramayn
sangat mengapresiasi perkembangan pada abad tersebut diibaratkan
seni dan ilmu sehingga menjadikan seperti panci besar (melting point),
Aceh sebagai pusat ilmu bagi tempat berkumpulnya tradisi-tradisi
perkembangan agama Islam. kecil membentuk formulasi baru
Hamzah Fansuri merupakan tradisi besar (great tradition) (Azra,
penyair sufi terbesar di antara tokoh 2013, hal. 124).
lain. Fansuri merupakan nama Ulama dari berbagai tempat
tempat yang dinisbatkan kepadanya, membawa tradisi mereka
menunjukkan bahwa dia berasal dari masing-masing. Para pencari ilmu
Fansur (baros) di pantai barat dari anak benua India membawa
Sumatra, beliau aktif menulis pada tradisi sufi dan mistis mereka. Lain
paruh kedua abad ke-16. Akan tetapi lagi para ulama dari Mesir dan Afrika
penanggalan pastinya tidak diketahui. Utara, mereka datang dengan
Beliau menggagas ide-ide sufi apik membawa tradisi ilmu-ilmu Hadis.
dalam bentuk prosa dan puisi yang Semua tradisi ini kemudian
bernuansa pemikiran Ibn al-‗Arabi. berinteraksi dengan tradisi yang
Hamzah Fansuri adalah orang telah ada di Haramayn, kemudian
pertama yang membuat bentuk sajak menghasilkan sebuah sintesa baru.
sya‘ir—sajak yang disusun empat

359
Azyumardi Azra mengistilahkan pemerintah kolonial pada tahun 1819.
―neo-sufisme‖ sebagai sebuah tradisi Di Kalimantan Selatan pada tahun
pengilmuan dan ajaran yang 1860, tarekat yang serupa melawan
menggabungkan tradisi sufi dan Belanda. Pemberontakan di daerah
tradisi syariah ilmu hadis dan fikih. Banten oleh tarekat Qadariyah wa
Ulama yang dianggap berjasa untuk Naqsyabandiyah terjadi pada tahun
mempopulerkan neo-sufisme di abad 1888. Tarekat juga memainkan
ke-17 adalah Ahmad al-Qusyasyi dan peranan amat penting untuk
Ibrahim al-Kurani. Menurut Azra, memobilisasi rakyat di pulau Lombok
dua Ulama tersebut adalah guru pada tahun 1891. Kemudian tarekat
utama yang memiliki pengaruh besar Syattariyah pada tahun 1903 di Jawa
terhadap keilmuan ulama Nusantara, Timur dan di Sumatera barat tahun
keduanya merupakan guru dari 1908.
Yusuf al-Maqassari dan Abdurrauf Seiring dengan runtuhnya
al-Singkili. Pada tahap berikutnya kerajaan-kerajaan (kesultanan) Islam
murid-murid yang menimba ilmu di di Nusantara seperti Kesultanan
Haramayn dan kemudian menjadi Banten, Kesultanan Cirebon dan
ulama, sebagian besar adalah ahli kesultanan lain oleh kolonil Belanda
syariat dan ahli hakikat sekaligus. yang menjadi penyokong dari
Tercatat bahwa tarekat-tarekat pada pengaruh tarekat, ditambah lagi
masa tersebut mengalami tidak adanya regenerasi yang
perkembangan yang cukup signifikan sepadan dengan para mursyid
(Azra, 2013, hal. 125). tarekat (tidak ada khalifah), perlahan
Para ulama Nusantara yang tetapi pasti organisasi tarekat mulai
pulang dari Haramayn kemudian ditinggalkan oleh para pengikutnya.
menyebarkan ilmunya di tanah Faktor lain yang menyebabkan
kelahiran mereka. Martin Van pengikut tarekat berkurang adalah
Bruinessen mengemukakan bahwa bermunculan organisasi massa Islam
pertama-tama, para pengikut tarekat moderat taraf nasional tanpa
berasal dari kalangan istana dan berafiliasi pada tarekat apa pun
kemudian secara otomatis tersebar di semisal: NU, Muhammadiyah, Persis,
kalangan masyarakat awam. Para al-Irsyad dan lain lain di awal abad
ulama Nusantara merupakan bagian ke-20.
dari pihak istana. Bahkan dijelaskan Akan tetapi tarekat sufi tidak
bahwa para raja atau pun keluarga hilang sama sekali. Tasawuf sebagai
dinasti raja di Nusantara sebuah laku, ilmu dan ajaran tidak
mengunjungi tanah Arab untuk melulu terikat pada sebuah
berbai‘at menjadi pengikut sejumlah organisasi. Tasawuf kemudian
tarekat seperti: Syattariyah, bertransformasi ke dalam tubuh
Naqsyabandiyah, Kubrawiyah, ormas Islam yang ada, khususnya NU
Syadziliyah dan lain lain (Bruinessen, yang mendirikan JATMAN (Jam‘iyah
Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, Ahl Tariqah Mu‘tabarah Nahdliyah).
2012, hal. 235). Ada pula tarekat yang tetap bertahan
Organisasi tarekat yang hingga sekarang, seperti tarekat
berafiliasi dengan istana kemudian qadariyah wa naqsabandiyah.
melahirkan gerakan-gerakan anti Peringatan haul pendiri tarekat
kolonial Belanda selama abad 19 dan seperti Abdul Qadir Jilani tetap
20. Tarekat Sammaniyah yang ada di dilaksanakan rutin setiap tahun,
wilayah kesultanan Palembang meskipun seremonial bai‘at dan
melakukan pemberontakan kepada mursyid tarekat sudah tidak ada lagi.

361
Lebih jelas dan runtut akan anggotanya, tetapi tidak banyak di
dipaparkan di bagian berikut. antara beliau-beliau yang menjadi
mursyid tarekat (Bruinessen, Kitab
Tasawuf di Pertengahan Abad Kuning, Pesantren dan Tarekat, 2012,
ke-20: Partai Politik dan hal. 487).
Pesantren Perti (Persatuan Tarbiyah Islam)
Di masa pertengahan abad Sumatera Barat merupakan partai
ke-20, Clifford Geertz, antropolog afiliasi tarekat Naqsabandiyah. Para
kenamaan asal San Fransisco mursyid tarekat naqsyabandi adalah
Amerika Serikat membuat klasifikasi sekaligus aktivis partai. Jaringan
masyarakat di pulau Jawa terkait etnik dan hubungan kerabat menjadi
dengan tata cara keberagamaan basis kuat bagi penyebaran tarekat
mereka, secara garis besar dibagi dua: maupun partai. Perkembangan
masyarakat santri dan masyarakat berikutnya, terjadi konflik di antara
abangan. Kelompok pertama merujuk para elit partai sehingga melahirkan
pada orang-orang yang ketat partai tandingan bagi Perti. Haji
menjalankan syariat agama Islam, Jalaluddin, orang yang memiliki
sedangkan yang kedua memeluk pengaruh karena karya dan
kepercayaan sinkretik dan dedikasinya, mendirikan PPTI (Partai
menjalankan ritual persembahan Politik Tarekat Islam) dan berhasil
kepada makhluk halus dan nenek menarik banyak anggota dari syekh
moyang (Geertz, 1960, hal. 117). Dari Naqsyabandi Minangkabau. Pada
segi partai politik masa itu, dapat pemilu tahun 1955, partai ini
digolongkan bahwa kelompok santri memenangkan perolehan suara
merupakan pendukung partai sampai 10 persen di beberapa
Masyumi dan NU, sedangkan wilayah Sumatera. Sehingga Haji
kelompok abangan adalah Jalaluddin menjadi orang penting di
simpatisan dari partai Komunis dan Jakarta. Setelah merasa
Nasionalis. Namun pada tataran diperhitungkan secara nasional, haji
praktis, dua kelompok ini bisa saja Jalaluddin berhasil menempatkan
saling melebur antara satu dengan para syekh berpengaruh dari
yang lain. Hubungannnya dengan berbagai tarekat di seluruh Indonesia
perkembangan tasawuf, penulis akan menjadi dewan Mursyidin secara
memaparkan dua poin: kaitannya formal di partainya. Setelah beliau
dengan politik praktis dan dengan wafat, PPTI tidak memiliki figur yang
lembaga Pesantren. sama kuat dengan Haji Jalaluddin,
Pada permulaan abad 20, partai ini terpecah dua yang
muncul dua organisasi masa Islam masing-masing dipimpin oleh
yang sangat berpengaruh yang Amiruddin dan Djumingan Afiat.
memiliki kaitan dengan tarekat sufi, Keduanya tidak mampu
Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur mempertahankan dukungan para
(1926) dan Persatuan Tarbiyah Islam syekh tarekat di dewan mursyidin.
(Perti) di Sumatera Barat. Setelah Akhirnya, PPTI pun tamat tahun
kemerdekaan, keduanya menjadi 1980 (Bruinessen, Kitab Kuning,
partai politik yang menyebar secara Pesantren dan Tarekat, 2012, hal.
bertahap ke seluruh Indonesia dan 489).
memiliki pengaruh di kancah Hubungan tarekat dengan
perpolitikan nasional. Bagi Nu, Pesantren, penulis mendapatkan
amalan tasawuf merupakan bagian data dari hasil penelitian
integral keagamaan para kiai Zamakhsyarie Dhofier dalam buku

361
karyanya Tradisi Pesantren: Studi pemimpin Tarekat Qadariyah wa
Pandangan Hidup Kiai dan Visinya Naqsyabandiyah di daerah
Mengenai Masa Depan Indonesia. masing-masing. Alasan
Menurut Dzofier, di lingkungan pembentukan Jam‘iyah adalah
Pesantren, istilah tirakat—seakar pertama, untuk membimbing
kata dengan tarekat—sangat lumrah organisasi tarekat yang dinilai belum
dipakai untuk mengistilahkan mengamalkan syariat sesuai Quran
praktik-praktik wira‘i, riyadhah, dan dan hadis dan kedua, untuk
para Kiai sering dianggap sebagai ahli mengawasi organisasi tarekat agar
tirakat oleh masyarakat. Amalan tidak menyalahgunakan
tarekat dengan laku tirakat pengaruhnya di masyarakat untuk
merupakan aspek yang inheren di kepentingan yang tidak dibenarkan
dunia Pesantren tanpa dihubungkan oleh Islam (Dhofier, 2011, hal. 223).
dengan organisasi tarekat tertentu.
Organisasi-organisasi yang muncul Fenomena Tasawuf Kontemporer
merupakan kelanjutan dari paham
tasawuf yang berkembang di abad Pada bagian ini, penulis akan
ke-9 M. Oleh karena itu di dunia memaparkan dua hal, terkait dengan
pesantren, istilah tarekat tetap fenomena tasawuf yang sedang
dipakai sesuai dengan makna berlangsung. Pertama gerakan
dasarnya (original meaning), yakni tasawuf yang sedang dan masih eksis
tata cara ideal menuju Tuhan. saat ini, baik yang bersifat individu
Dengan demikian menurut Dzofier, maupun organisasi kelompok. Kedua,
dalam tradisi Pesantren terdapat dua gagasan tasawuf yang tertuang dalam
bentuk tarekat. Pertama, tarekat buku-buku terbaru tentang tasawuf
selaku praktek menurut cara-cara atau sufi, khususnya karya
sesuai dengan organisasi tarekat. berbahasa Indonesia.
Kedua, tarekat yang dipraktikkan Kategori pertama, yakni
menurut cara di luar organisasi gerakan tasawuf. Penulis mendapati
tertentu (Dhofier, 2011, hal. 213). beberapa pergerakan tasawuf yang
Untuk mengakomodir merupakan kelanjutan dari gerakan
organisasi-organisasi tarekat yang tasawuf pertengahan abad 20.
berkembang di Indonesia, pada JATMAN, sebagai organisasi otonom
tanggal 10 Oktober 1957, para kiai NU tetap memiliki kiprah yang tidak
mendirikan badan federasi tarekat bisa dibilang kecil dalam masyarakat
yang diberi nama Jam‘iyyah Ahli abad 21. Saat ini, rais ‗am JATMAN
Thoriqah Mu‘tabarah, yang kemudian dipangku oleh al-Habib Muhammad
berganti nama menjadi Jam‘iyah Ahli Lutfi bin Ali bin Yahya, atau sering
Thoriqah Mu‘tabarah Al-Nahdliyah di dipanggil Habib Lutfi dari Pekalongan.
tahun 1979, sebagai hasil keputusan Beliau adalah habib keturunan Rasul
muktamar NU di Semarang. yang ke-38 dari jalur Sayyid Alwi,
Penambahan nama menandakan Yaman. Lahir di Pekalongan 10
bahwa federasi ini harus tetap November 1947. Pendidikan beliau
berafiliasi dengan NU. Sejak tempuh dari madrasah Salafiyah
berdirinya, pimpinan tertinggi yang diasuh oleh Ayah dan
JATMAN adalah para kiai ternama Paman-Pamannya sendiri. Beliau
dari pesantren-pesantren besar meneruskan perjalanan keilmuannya
seperti kiai Baidlawi, kiai Ma‘sum, hingga ke Mekah, Madinah dan
kiai Hafidz, kiai Adlan Ali dan kiai negara lain. Mendapatkan ijazah dan
Arwani. Mereka merupakan para bai‘at dari tariqah Syadziliyah,
Qadariyah wa Naqsyabandiyah dan

362
Naqsyabandiyah al-Khalidiyah (Lutfi, negara menolak adanya
2011). terorisme,radikalisme dan ekstrim-
Terakhir kali, agenda yang isme yang mengataasnamakan
dilakukan oleh JATMAN adalah agama. Kedelapan, untuk
melaksanakan Konferensi Internasio- mewujudkan bela negara dibutuhkan
nal Ulama Thariqah dengan empat pilar, yaitu ilmuwan,
mengusung tema ―Bela Negara: pemerintahan yang kuat, ekonomi
Pengertian dan Urgensinya dalam dan media. Kesembilan, menjadi
Islam‖ pada tanggal 15-17 Januari Indonesia sebagai inisiator bela
2016. Konferensi tersebut dihadiri negara yang merupakan perwujudan
oleh para ulama tariqah seperti: dari islam rahmatan lil alamin.
Habib Lutfi bin Yahya selaku tuan Gerakan tasawuf yang
rumah, Syekh Adnan dari Syiria, dilakukan individu dapat dilihat dari
Syekh Muhammad fadhil yang kiprah Candra Malik, seorang
merupakan cicit dari Syekh Abdul sastrawan sufi. Candra Malik adalah
Qodir al-Jilani, Habib Zaid bin budayawan sufi yang lahir di Solo
Abdurrahman bin Yahya dari Yaman, pada tanggal 25 Maret 1978. Sambil
Shaykh Aziz Idrisi dari Maroko, bekerja sebagai wartawan Jawa Pos,
Shaykh Aziz Abidin dari Amerika beliau menimba ilmu tasawuf dari
Serikat, Shaykh 'Aun al Qaddoumi, beberapa syekh tarekat Qadariyah wa
dan Shaykh Umar Hadhrah (Sudan). Naqsyabandiyah, Ahmad sirrullah
Konferensi selama tiga hari di Zainuddin dan KH. Sohibul Wafa
Hotel Santika Pekalongan tersebut atau sering dikenal Abah Anom
menghasilkan sembilan butir: (Malik, 2012).
pertama, Negara adalah tempat Dalam karir kesufiannya,
tinggal di mana agama Candra Malik telah merilis album
diimplementasikan dalam kehidupan. yang bertajuk ―kidung Sufi‖. Menulis
Kedua, Bernegara merupakan buku sufi yang berjudul Makrifat
kebutuhan primer dan tanpanya Cinta terbitan Noura Books, lini
kemaslahatan tidak terwujud. Ketiga, penerbitan Mizan. Aktif di media
Bela negara adalah di mana setiap sosial seperti twitter dengan
warga merasa memiliki dan cinta mempopulerkan tagar #fatwarindu
terhadap negara sehingga berusaha dan #seucap. Memiliki channel
untuk mempertahankan dan youtube yang diberi label ―Sufi
memajukanya. Keempat, bela negara Sehari-hari‖, yakni berisi ceramah-
merupakan suatu kewajiban seluruh ceramah singkat berdurasi 3 menit
elemen bangsa sebagaimana dengan tema-tema seputar fikih dan
dijelaskan Al-Quran dan Hadis. tasawuf.
Kelima, bela negara dimulai dari Candra Malik adalah sastrawan
membentuk kesadaran diri yang sufi yang mengusung ide toleransi
bersifat ruhani dengam bimbingan keberagamaan. Hal ini terbukti dari
para ulama. Keenam, bela negara lagu-lagunya yang menyiratkan
tidak terbatas melindungi negara dari keberagamaan inklusif. Salah satu
musuh atau sekedar tugas lagu yang berjudul ―Syahadat Cinta‖
kemiliteran, melainkan usaha menjadi official soundtrack film Cinta
ketahanan dan kemajuan dalam tapi Beda. Film tersebut bercerita
semua aspek kehidupan seperti tentang sepasang kekasih beda
ekonomi, pendidikan, politik, agama (Islam dan Kristen) yang ingin
pertanian, sosial budaya dan membina rumah tangga, akan tetapi
teknologi informasi. Ketujuh, bela terbentur masalah keyakinan

363
masing-masing. Pada akhirnya peradaban yang impresif dan konkrit.
mereka hidup rukun dan dapat Tasawuf yang diemban oleh guru sufi
melaksanakan pernikahan. Nusantara telah menjadi tsaurah
Ceramah agama yang al-ruhiyah, yakni revolusi spiritual
disampaikan Candra Malik lewat yang hasilnya bisa dinikmati secara
youtube berisi tentang laku sufi yang nyata oleh generasi setelahnya.
disesuaikan dengan kehidupan Pergumulan kreatif yang dilambari
modern. ―Belajar kepada Rasulullah oleh kesufian mampu menorehkan
Muhammad‖ adalah salah satu dari sebuah peradaban yang indah,
sekian judul ceramah yang spiritual sekaligus humanis seta
dibawakan olehnya dengan tiga kesantunan dan sikap moderat
episode. Candra Malik menuturkan (Siradj, 2013, hal. 217).
bahwa Rasulullah—sebagai figur Di bukunya yang lain, Said Aqil
ideal teladan para sufi—mengawali menerangkan bahwa tasawuf tidak
karirnya dengan predikat al-amin. berkaitan langsung dengan akhlak,
Oleh karena itu, setiap manusia yang maupun ilmu hikmah. Jika ada
akan mengawali karir apa pun harus seseorang yang kesehariannya
integritas, dapat dipercaya orang. berlaku sopan dan ibadahnya rajin,
Kemudian dalam perjalanan belum tentu dia adalah ahli tasawuf.
kehidupan, ada empat tahapan yang Atau ada orang yang mampu
harus dilalui: khalwat (titik diam), menolong orang dengan ilmu hikmah
isra mi‘raj (titik berangkat), dakwah yang dimilikinya, belum tentu juga ia
(titik jalan) dan akhirnya menjadi merupakan seorang sufi. Tasawuf
insan kamil / manusia paripurna adalah ilmu maqamat al-qulub wa
(titik berhenti). ahwaluha, yaitu ilmu yang
Kategori kedua dalam fenomena memberikan jalan agar hati atau
tasawuf kontemporer adalah gagasan ruhani memiliki
gagasan tasawuf yang tertuang dalam martabat/maqam/status. Dalam
karya-karya akademik. Kajian konsep tasawuf ada tujuh maqam
tasawuf memiliki urgensi tersendiri yang harus dilalui oleh salik (orang
dan diminati tidak hanya oleh yang menempuh jalan sufi): taubat,
intelektual sufi Islam, para peneliti wara, zuhud, sabar, faqr, tawakal,
Barat pun banyak mengkaji tentang rida, mahabbah dan ma‘rifat.
sufistik. Sedikitnya ada tiga tokoh Ketujuh martabat tersebut dibagi
sufi kontemporer yang dipaparkan menjadi tiga tingkatan kelompok,
oleh penulis dalam artikel, yaitu Said yakni takhalli (membersihkan hati
Aqil Siradj, Haidar Bagir dan dari sifat tercela dan cinta dunia:
Nasaruddin Umar. Ketiga tokoh taubat, wara dan zuhud), tahalli
nasional tersebut memiliki kiprah (pengisian hati dengan sabar, faqr,
yang tidak bisa dibilang kecil dalam tawakkal dan rida) dan tajalli
kancah kajian tasawuf nasional baik (kebahagiaan sejati: mahabbah dan
internasional. ma‘rifat) (Siradj, Dialog Tasawuf Kiai
Said Aqil Siradj, ketua PBNU Said: Akidah, Tasawuf dan Relasi
periode 2015-2020, merupakan guru Antar Umat Beragama, 2012, hal.
besar bidang tasawuf yang 45).
menghabiskan waktu belajarnya di Haidar Bagir, seorang doktor
Ummul Qura Mekah Arab Saudi. dalam kajian filsafat Islam, menulis
Menurut Said Aqil, sufi Nusantara disertasi tentang Mulla Shadra.
sejak zaman dahulu, merupakan Dalam perjalanan spiritualnya,
tokoh-tokoh pembangunan Haidar Bagir menemukan keindahan

364
agama lewat tasawuf. Bagir mengkaji Penjelasannya tentang makna
pemikiran-pemikiran Ibn al-‗Arabi al-kitab dalam ayat al-Quran penting
tentang agama cinta, yang saat ini ia diuraikan. Menurut Nasaruddin
perjuangkan lewat Gerakan Islam Umar, kata al-Kitab dalam ayat
Cinta (GIC). Dari kesadaran agama al-Quran dalam perspektif sufi,
cinta Haidar Bagir menghasilkan tiga meliputi tiga bentuk, yakni
buah buku: Semesta Cinta: Pengantar makrokosmos (al-‗alam al-kabir),
kepada Pemikiran Ibn ‗Arabi, Islam mikrokosmos (al-‗alam al-sagir) dan
Risalah Cinta dan Kebahagiaan dan wahyu yang dibukukan (al-Quran).
Belajar Hidup Dari Rumi. Namun Perintah membaca yang
buku yang terakhir, hanya berisi terdapat dalam Q.S al-Alaq ayat
terjemahan puisi rumi yang pertama, dalam perspektif sufi,
sepotong-sepotong, bukan menjadi adalah bukan perintah untuk
kesatuan kajian yang integral. membaca al-Quran. Melainkan
Tasawuf, menurut Bagir yang perintah yang lebih mengarah pada
mengutip pandangan Ibn ‗Arabi, perintah untuk membaca alam raya.
adalah mengembangkan dan Dalam kasus ayat lain, Q.S
mengaktualisasikan potensi akhlak al-Baqarah [02]: 2, kata al-kitab
keilahian yang ada dalam diri dalam ayat tersebut juga merujuk
manusia dalam kehidupan aktualnya. pada al-kitab dalam bentuk
Proses menuju hidup berakhlak makrokosmos. Al-kitab juga ada
dengan akhlak Allah, itulah yang dalam bentuk mikrokosmos, yaitu
dinamakan tasawuf. Berakhlak diri manusia. Seperti contoh dalam
dengan akhlak Allah, identik dengan Q.S Ali Imran [03]:45. Hal ini
menanamkan asma dan sifat-Nya di dikarenakan dalam diri manusia
dalam diri. Denga kata lain, tersimpul semua unsur
menjadikan akhlak diri sendiri makrokosmos. Bentuk ketiga dari
berakar pada akhlak Allah Swt (Bagir, makna al-kitab adalah al-Quran itu
Semesta Cinta: Pengantar Kepada sendiri (Umar, 2012, hal. 102).
Pemikiran Ibu Arabi, 2015, hal. 155).
Di bukunya yang lain, Haidar Bagir Meneguhkan Corak Keberagamaan
mengatakan bahwa hidup adalah Sufi Sebagai Identitas Islam
sebuah perjalanan cinta. Islam Nusantara
sebagai agama cinta, menghendaki Setelah membahas perjalanan
kecintaan antar sesama makhluk, sejarah transformasi tasawuf dari
juga kecintaan kepada Tuhan, Allah masa pra-kolonial hingga masa
Swt, sebagai yang Mahacinta (Bagir, kontemporer serta pengaruhnya di
Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan, masyarakat, tibalah saatnya penulis
2013, hal. 53). menguraikan analisa dan
Tokoh sufi terakhir adalah kategorisasi corak keberagamaan
Nasaruddin Umar. Beliau adalah tasawuf sebagai identitas Islam
seorang hafiz yang merupakan guru Nusantara. Kaitannya dengan
besar tafsir al-Quran yang pertanyaan kedua yang diajukan di
mendalami kajian gender al-Quran di bagian pendahuluan, yakni
Kanada. Saat ini, beliau merupakan bagaimana prospek tasawuf sebagai
Imam Besar Masjid Istiqlal periode identitas Islam Nusantara ke depan?
terbaru. Bukunya yang berbicara Jawabannya sangat berhubungan
tentang sufi berjudul Tasawuf dengan fenomena permasalahan
Modern: Jalan Mengenal dan agama yang sudah dan sedang terjadi,
Mendekatkan Diri Kepada Allah Swt.

365
yaitu terkait dengan fenomena pergeseran konservatif
fundamentalisme dan radikalisme. adalah berubahnya orientasi MUI,
Isu radikalisme agama tidak kasus Muhammadiyah, pergerakan
pernah surut semenjak agama itu syariah di Solo, perjuangan KPPSI di
hadir di muka bumi. Dalam kajian Sulawesi Selatan dan kelangsungan
studi Agama yang dilakukan oleh pemikiran muslim liberal di
Charles Kimball, sedikitnya ada lima Indonesia. Beberapa karakteristik
faktor intern penganut Agama dan situasi politik yang baru
tertentu akan berdampak pada memperkuat kelompok-kelompok
munculnya kekerasan Agama. radikal (Bagir Z. A., 2012, hal. 22).
Pertama, klaim kebenaran atas suatu Gerakan pos-Islamisme konser-
paham Agama yang dengannya vatif juga terjadi di kalangan
menyalahkan paham-paham lain. mahasiwa, perguruan-perguruan
Kedua, fanatik buta terhadap tinggi negeri yang menjadi basis
pimpinan keagamaan. Ketiga, gan- tarbiyah. Aktivis-aktivis pos Islamis
drung memimpikan dan merindukan yang berafiliasi dengan HTI yang
zaman ideal dan memiliki tekad mengusung khilafah merongrong
untuk merealisasikannya. Keempat, kecintaan terhadap Pancasila dan
membenarkan dan membiarkan ideologi dasar bangsa. Pos-Islamisme
segala cara untuk mencapai tujuan di kalangan anak muda Islam
dengan menyalahgunakan kompo- memiliki prospek yang menjanjikan
nen-komponen agamanya sendiri. di masa mendatang. Meski masih
Kelima, apabila telah diserukan menjadi suara minor, keberadaannya
perang suci, maka terorisme dan bukan tanpa pengaruh (Arobi, 2014,
peperangan atas nama agama akan hal. 59).
segera terjadi, cepat atau lambat Problem disintegrasi bangsa
(Kimball, 2003). merupakan problem serius yang
Kondisi Indonesia pasca sedang dihadapi oleh masyarakat
reformasi mengalami euforia Indonesia. Corak keberagamaan sufi
kebebasan demokrasi, termasuk sebagai identitas Islam Nusantara
kebebasan press dan mengeluarkan adalah salah satu solusi yang
pendapat di muka umum. Secara ditawarkan oleh penulis. Gagasan ini
tidak langsung menimbulkan merupakan refleksi dari problem
gerakan-gerakan konsevatisme se- yang timbul akibat derasnya arus
makin bebas menyeruak informasi praktis yang semakin hari
kepermukaan. Kajian serius paling semakin membuat panas perdebatan,
mutakhir yang mengangkat khususnya di dunia maya. Dengan
permasalahan ini dilakukan oleh melihat tradisi-tradisi sufi sejak
ISEAS (The Institute of Southeast dahulu hadir dan berkontribusi besar
Asian Studies), diprakarsai oleh bagi Islamisasi Nusantara, serta
Zainal Abidin Bagir dan kawan fenomena eksistensi tasawuf
kawan. Perdebatan syariah menjadi kontemporer, penulis merumuskan
hukum legal formal dengan beberapa kriteria ajaran tasawuf
mengungkit kembali tujuh kata Islam Nusantara yang diproyeksikan
dalam piagam Jakarta menjadi isu sebagai identitas asli Islam
panas yang bergulir di DPR. Debat Nusantara.
syariah ini sekaligus menunjukkan Pertama, tasawuf Islam
makin kompleks dan beragamnya Nusantara adalah ajaran yang men-
wajah Islam Indonesia pasca junjung tinggi nilai-nilai nasio-
reformasi. Indikator lain terkait nalisme dan patriotisme. Sebagai-

366
mana yang diperjuangkan oleh Habib Identitas Islam Nusantara tidak
Lutfi dalam acara bela negara, Islam mudah mengharamkan segala
dalam perspektif sufi Nusantara sesuatu yang sejatinya mubah.
memang sudah seharusnya Kelima, berwawasan luas.
mempunyai kecintaan terhadap Karakter Sufi Nusantara adalah
bangsa dan negara. Paham-paham mempunyai pemahaman yang sangat
yang ingin menghilangkan nilai luas dalam masalah agama (tafaqquh
tersebut, sebisa mungkin dirangkul fi al-din). Identitas Sufi Nusantara
dan diajak dialog dengan cara-cara sepenuhnya mengerti bahwa Agama
persuasif. selalu multi tafsir. Berbagai pendapat
Kedua, sufi Nusantara semestinya dapat diakomodir oleh
menghargai toleransi antar umat Sufi Nusantara selagi memiliki
beragama. Sebagai seorang sufi, argumentasi yang memadai. Oleh
seyogyanya melihat perbedaan karena itu, identitas Islam Nusantara
pandangan di antara sesama yang paling penting adalah tidak
manusia dalam hal apa pun, mudah menyalahkan dan
termasuk keyakinan paham agama, mengafirkan orang lain yang tidak
sebisa mungkin harus dihormati dan sependapat. Melainkan bersikap
dihargai. Karena Tuhan dengan tawadu‘, mendengarkan pendapat
sunah-Nya, menghendaki perbedaan- yang berbeda dari golongan lain dan
perbedaan tersebut. Bukan untuk memahaminya sebagai sebuah
dihilangkan, akan tetapi untuk khazanah keilmuan.
dilestarikan dan menjadi media Lima karakter corak Sufi
dakwah. Nusantara ini menurut hemat
Ketiga, memiliki perspektif penulis adalah satu kesatuan yang
agama cinta. Sebagaimana Ibn ‗Arabi tidak dapat dipisahkan. Untuk
dan Jalaluddin Rumi, agama cinta mengcounter arus paham radikal
berarti melihat segala sesuatu yang semakin hari semakin marak
permasalahan dengan dasar cinta. masuk ke Indonesia, lima karakter
Melihat silang pendapat di antara dasar tersebut sudah semestinya
sesama dengan cinta. Bahkan dipahami bersama oleh generasi
memberikan hukum fatwa agama Islam di Indonsia. Artinya, penting
berdasarkan cinta kasih. Seorang bahwa meneladani Sufi Nusantara
ahli syariat yang telah menggapai yang telah berjasa besar bagi Islam di
hakikat akan dapat memutuskan Nusantara. Dengan perkataan lain
segala sesuatu dengan adil atas izin bahwa prospek keberagamaan sufi
Allah. Karena hatinya telah diliputi sebagai identitas Islam Nusantara ke
oleh rasa cinta, tidak ada lagi rasa depan adalah masih sangat dan akan
dendam dan iri dengki. selalu dibutuhkan. Dengan alas an
Keempat, kesadaran budaya. bahwa corak inilah yang telah
Sebagaimana Wali Songo yang mampu mengubah wajah Islam
memanfaatkan budaya sebagai Nusantara menjadi wajah Islam yang
sarana dakwah, sudah seharusnya ramah, sebagaimana orang-orang di
para penerus wali songo mempunyai Nusantara yang dikenal ramah dan
kesadaran budaya dalam berdakwah. memiliki kearifan lokal yang sangat
Fenomena terkini di sebagian tinggi dan beragam.
pemahaman Islam konservatif,
Kesimpulan
menganggap budaya adalah hal yang
tabu karena seringkali Dari hasil telaah transformasi
dipertentangkan dengan agama. tasawuf dan corak Sufi Nusantara,

367
dapat disimpulkan dua kesimpulan Bruinessen, M. V. (2012). Kitab
sebagai jawaban singkat atas Kuning, Pesantren dan Tarekat.
pertanyaan yang telah diajukan. Yogyakarta: Gading Publishing.
Pertama, bahwa dalam perjalanan Chodim, A. (2006). Mistik dan
sejarahnya ajaran sufi selalu Makrifat SUnan Kalijaga.
bertransformasi dari waktu ke waktu Jakarta: Serambi Ilmu.
mengikuti perkembangan zaman dan Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren:
menyesuaiakan kebutuhan di Studi Pandangan Hidup Kyai
masyarakat. Kedua, lima karakter dan Visinya Mengenai Masa
Sufi Nusantara yang dirangkum dari Depan Indonesia. Jakarta:
refleksi atas laku Sufi, dapat menjadi LP3ES.
acuan bagi umat Islam di Nusantara Geertz, C. (1960). The Religion of Java.
agar kesatuan dan persatuan bangsa Glencoe: Free Press.
semakin erat dan tidak mudah Khanam, F. (2009). Sufism an
dipecah belah oleh isu dan paham Introduction. New Delhi:
radikal-fundamental. Goodbook.
Khaujah, L. (1432 H). Maudu'
Daftar Rujukan al-Tasawuf. Hadramaut:
Sufiyah.
Arobi, M. Z. (2014). Pemuda Kimball, C. (2003). When Religion
Pos-Islamis: Islamisme dan Becomes Evil. San Francisco:
Gerakan Mahasiwa Pasca Harper.
Suharto di Indonesia. Maarif Lutfi, H. (2011, January 1). Biografi.
Fellowship, 12-60. Retrieved February 4, 2016,
Azra, A. (2013). Jaringan Ulama: from Habib Lutfi:
Timur Tengah dan Kepulauan www.habiblutfi.net
Nusantara Abad XVII dan XVIII. Mahmud, A. (208). Al-Sufiyah Bain
Jakarta: Prenada Media . al-Din wa al-Falsafah.
Bagir, H. (2013). Islam Risalah Cinta Alexandria: Dar al-Ayman.
dan Kebahagiaan. Bandung: Malik, C. (2012, February 2). Biografi.
Mizan. Retrieved February 1, 2016,
Bagir, H. (2015). Semesta Cinta: from Candra Malik:
Pengantar Kepada Pemikiran Ibu www.candramalik.net
Arabi. Bandung: Mizan. Masyhuri, A. (2014). Ensiklopedi
Bagir, Z. A. (2012). Membaca Tarekat dalam Tasawuf.
Beragam Wajah Islam Indonesia. Jombang: Imtiyaz.
In M. V. Bruinessen, Pakistani, I. I. (1986). al-Tasawuf
Conservative Turn: Islam al-Mansya' wa al-Masadir.
Indonesia Dalam Ancaman Lahore: Idarat Turjuman
Fundamentalisme (pp. 11-23). al-Sunnah.
Bandung: Mizan. Siradj, S. A. (2012). Dialog Tasawuf
Bisri, M. (2015, October 15). Islam Kiai Said: Akidah, Tasawuf dan
Nusantara. Retrieved February 4, Relasi Antar Umat Beragama.
2016, from Islam Nusantara: Surabaya: Khalista dan LTN
www.islamnusantara.com PBNU.
Bruinessen, M. V. (1994). Origin and Siradj, S. A. (2013). Islam Kalap dan
Development of Sufi Orders in Islam Karib. Jakarta: Daulat
Southeast Asia. Indonesian Press.
Journal for Islamic Studies, Suryanegara, A. M. (2013). Api
1-23. Sejarah: Mahakarya Perjuangan

368
Ulama Santri dalam
Menegakkan NKRI. Bandung:
Salamadani.
Umar, N. (2012). Tasawuf Modern:
Jalan Mengenal dan
Mendekatkan Diri kepada Allah.
Jakarta: Republika.

369
NEGARA DAN PENGUATAN ISLAM MODERAT MELALUI PENDIDIKAN:
STUDI KOMPARATIF LINTAS NEGARA
Oleh Achmad Sultoni
(Universitas Negeri Malang,
e-mail: achmad.sultoni.fs@um.ac.id)

Abstrak
Pendidikan dan negara merupakan dua hal yang saling terkait. Oleh
karena itu, negara sering kali memanfaatkan pendidikan sebagai
sarana mewujudkan tujuannya, salah satunya menciptakan warga
negara yang bersikap moderat dan toleran demi terwujudnya stabilitas
negara sehingga pembangunan dapat dilaksanakan. Dalam konteks ini
sejumlah negara di dunia diketahui menerapkan kebijakan penguatan
Islam moderat melalui berbagai strategi, salah satunya jalur
pendidikan. Tulisan ini dimaksudkan memerikan hal tersebut dalam
perspektif komparatif antara tiga negara: Indonesia, Turki, dan
Singapura. Secara umum dapat disimpulkan bahwa Indonesia
menempuh cara yang relatif halus dan diam-diam dan cenderung fokus
pada pendidikan formal. Sedangkan Turki dan Singapura yang sekuler
menempuh cara yang cenderung keras, frontal dan tegas, yang meliputi
pendidikan formal dan non formal.

Kata-Kata Kunci:
Negara, Islam moderat, pendidikan, komparasi.

Pendahuluan kurikulum dan tujuan pendidikan


yang ada di berbagai lembaga
Relasi antara negara dan pendidikan dengan kepentingan
pendidikan merupakan sesuatu yang negara. Baik berupa terwujudnya
tidak terelakkan. Sebab keduanya SDM yang cinta negara, mendukung
membutuhkan satu sama lain. program pemerintah, maupun warga
Negara membutuhkan pendidikan negara yang tidak melakukan tindak
sebagai sarana meningkatkan subversif. Terkait dengan hal ini,
kualitas SDM rakyat, dan pendidikan agama merupakan satu
―membentuk‖ rakyat sesuai yang aspek penting yang mendapat
diinginkan negara. Sementara itu, perhatian ekstra dari negara. Hal ini
pendidikan membutuhkan negara menilik fungsi agama sebagai
untuk menjaga eksistensi dirinya pedoman hidup dan petunjuk jalan
sekaligus meningkatkan efektifitas bagi penganutnya (Tilaar: 2005, 231).
pendidikan. Oleh karenanya, campur Pola pemahaman pemeluk
tangan negara dalam agama terhadap ajaran agamanya
menyelenggarakan dan menentukan dapat diklasifikasikan menjadi 2;
arah pendidikan menjadi gejala yang literal-tekstual dan kontekstual.
umum terjadi di berbagai belahan Model pemahaman literal-tekstual
dunia. yang bercirikan kaku dalam
Salah satu hal krusial yang memahami ajaran agama ini
diinginkan negara terhadap ―dunia‖ seringkali meyebabkan pemeluknya
pendidikan adalah selarasnya bersikap keras dan radikal. Sebab

371
ajaran agama difahami cenderung merupakan prasyarat pembangunan.
hanya pada aspek formalnya (Nasih Adapun sarana yang dipandang
et al.: 2014, 95). Kondisi ini akan strategis untuk mewujudkannya
semakin berbahaya manakala ajaran adalah pendidikan. Karena
agama kemudian dijadikan ideologi. pendidikan selain mengajarkan
Dalam konteks agama Islam, pengetahuan juga
kelompok ISIS (Islamic State of Iraq menginternalisasikan nilai-nilai dan
and Syiria) dan Ikhwanul Muslimin norma masyarakat. Tulisan ini
dapat dikatakan termasuk kategori dimaksudkan untuk memerikan
ini. kebijakan Indonesia, Singapura, dan
Hal ini menarik dikaji Turki dalam memperkuat ideologi
mengingat akhir-akhir ini di level Islam moderat di kalangan warga
internasional banyak terjadi tindak negara dengan perspektif komparatif
kekerasan (perang atau teror bom) lintas negara.
dilakukan oleh orang Islam atau atas
nama Islam, sehingga muncul kesan Makna dan Sumber Islam
Islam adalah agama kekerasan. Moderat
Kasus terbaru yang terjadi pada hari Kata ―moderat‖ berasal dari
Jum‘at 13 November 2015 adalah bahasa Inggris, moderate. Dalam
pengeboman dan penembakan di kamus Merriam Webster‘s
Paris, Perancis yang mengakibatkan Unabridged Dictionary, kata moderate
terbunuhnya sekitar 128 orang, dan adalah kata sifat dan didefinisikan
banyak yang terluka. Tindakan teror sebagai: (1) avoiding extremes of
yang menggoncangkan dunia ini behaviour; (2) tending to the mean or
diakui dilakukan oleh ISIS average; (3) not violent or rigorous; (4)
(www.bbc.com), sebuah organisasi of or relating to a political or social
yang menyebut dirinya ingin philosophy or program that avoids
menegakkan agama Islam. Kejadian extreme measures and violent or
ini menunjukkan bahwa pemahaman partisan tactics. Dengan demikian,
tertentu terhadap ajaran Islam secara singkat moderat bermakna
melahirkan orang-orang yang radikal, ‗pertengahan‘, tidak berprilaku
dan tidak segan menggunakan ekstrim, anti kekerasan.
kekerasan termasuk membunuh, Moderat memiliki hubungan
untuk mewujudkan tujuannya. erat dengan paham toleran yang
Peristiwa di atas dan berarti luwes, adaptif dan mudah
kejadian-kejadian lain semacamnya dalam pergaulan. Lawan dari kata
menumbuhkan kesadaran moderat adalah ekstrem, yang secara
pentingnya keberadaan muslim bahasa berarti pelampauan
moderat, dan menciptakan warga batas-batas moderasi dan jauh dari
negara muslim yang berprilaku sikap seimbang (Hariyadi,
moderat. Eksistensi muslim moderat 2008). Dalam konteks pemikiran
dipandang penting dalam sebuah Islam, kata moderat sering diartikan
negara yang sedang mengembangkan sebagai ―jalan tengah‖, yaitu tidak
diri, terutama di negara yang berpihak pada salah satu aliran,
penduduknya majemuk alias paham, golongan atau kelompok
multikultural. Dengan sikap tertentu (Zuhdi: 2012, 55). Dengan
tolerannya dan menghindari demikian, jika disandingkan dengan
kekerasan, kelompok muslim ini kata Islam, dapat dikatakan Islam
memudahkan terciptanya stabilitas moderat adalah model pemahaman
dan keamanan negara, yang terhadap ajaran Islam yang berciri

371
khas toleran, adaptif, luwes, mencari pelampauan batas dalam beragama."
‗jalan tengah‘, dan menghindari (HR. Hakim).
kekerasan dan ekstrimisme.
Dalam pandangan Muhammad Kebijakan Negara dalam
Imarah, moderat bukan berarti tidak Memperkuat Islam Moderat
memiliki sikap yang jelas dalam Melalui Pendidikan
menghadapi persoalan yang Meski disepakati oleh
kompleks, tidak pula sikap ―plin- pemeluknya bahwa sumber dan
plan‖ dan bingung dalam dasar ajaran Islam adalah al-Qur‘an
menentukan pilihan di antara dua dan hadith, akan tetapi pemahaman
hal yang bertentanagan. Moderat orang Islam terhadap al-Qur‘an dan
dalam Islam adalah sebuah manhāj hadith ternyata bervariasi. Terdapat
(metode) yang menengahi dua model pemahaman terhadap Islam
ekstrim yang bertentangan, sembari yang toleran dan santun. Namun ada
menolak sikap berlebihan pada salah pula model pemahaman yang kaku,
satu pihak. Moderat dalam konsep tekstual, dan mudah mengkafirkan
Islam adalah sebuah prinsip yang sesama muslim. Terkait dengan hal
mendorong setiap Muslim untuk ini, banyak negara yang memiliki
mampu mengkombinasikan elemen- warga beragama Islam membuat
elemen yang dapat disinergikan kebijakan memperkuat model
dalam satu keharmonisan yang tidak pemahaman Islam yang santun dan
saling memusuhi pada kedua kutub toleran demi menjaga stabilitas dan
yang berlawanan (Imarah: 1989, keamanan negara. Salah satu
266-7). strategi yang mereka tempuh adalah
Menurut Muhammad Hariyadi melalui pendidikan. Berikut ini
(2008), pada dasarnya Islam adalah dipaparkan kebijakan Indonesia,
agama moderat dan seimbang. Turki, dan Singapura terkait dengan
Moderat dan seimbang merupakan penguatan Islam moderat melalui
cara hidup yang diajarkan oleh pendidikan.
al-Qur‘an dan Rasulullah SAW.
Sedangkan sikap berlebih-lebihan, 1. Kebijakan Indonesia
termasuk dalam beragama, Indonesia adalah negara yang
mendapat kecaman dan tidak disukai. sangat majemuk penduduknya, baik
Dalam al-Qur‘an surat al-Maidah: 77 dari segi suku atau ras, bahasa,
dinyatakan: "Katakalah (Muhammad): budaya, serta agama. Dengan jumlah
"Wahai Ahli kitab, janganlah kamu warganegara yang mayoritas Islam,
berlebih-lebihan (melampaui batas) pemerintah sangat berkepentingan
dalam beragama dengan cara yang agar warga muslim menjadi sumber
tidak benar, dan janganlah kamu daya manusia yang produktif dalam
mengikuti hawa nafsu orang-orang membangun negara. Pengalaman
yang telah sesat dahulunya dan dengan warga negara muslim yang
mereka telah menyesatkan radikal pada masa lalu, seperti
kebanyakan manusia dan mereka pemberontakan DI TII Kartosuwiryo,
sendiri tersesat dari jalan yang lurus." mengajarkan pada pemerintah
Sementara itu, dalam sebuah pentingnya warga Islam yang
hadith, Rasulullah SAW bersabda: memiliki sikap moderat. Oleh
"Jauhkanlah kalian dari sikap karenanya melalui berbagai cara,
melampaui batas dalam beragama. salah satunya melalui pendidikan,
Sungguh orang-orang sebelummu pemerintah berupaya menciptakan
musnah disebabkan oleh sikap muslim yang moderat. Berikut ini

372
sejumlah aktifitas yang dilakukan Keagamaan yang merupakan
pemerintah guna mewujudkan warga penjelas UU Sisdiknas nomor 20
negara muslim yang moderat. tahun 2003 disebutkan tentang
a. Melalui Dasar Pendidikan dan fungsi pendidikan agama yang
Fungsi Pendidikan Agama bercorak moderat dalam bab II pasal
Salah satu cara yang ditempuh 2: ―Pendidikan agama berfungsi
pemerintah Indonesia dalam membentuk manusia Indonesia yang
membentuk warga negara muslim beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang bersikap moderat melalui Yang Maha Esa serta berakhlak mulia
pendidikan adalah melalui dan mampu menjaga kedamaian dan
penentuan dasar dan fungsi kerukunan hubungan inter dan
pendidikan yang berlaku secara antarumat beragama.‖
nasional. Pemerintah melaksanakan Bagian akhir dari rumusan
aktifitas tersebut dalam bentuk fungsi pendidikan agama tersebut
undang-undang (UU) atau peraturan secara jelas menyatakan orientasi
pemerintah (PP) tentang pendidikan. moderat dari pendidikan agama di
Hal ini merupakan sebuah langkah Indonesia, yaitu warga negara yang
strategis mengingat UU atau PP mampu menjaga hubungan baik
pendidikan, khususnya UU Sisdiknas dengan pemeluk agama yang sama
merupakan panduan dan pedoman dan pemeluk agama yang berbeda.
yuridis dalam melaksanakan seluruh Hal ini berlaku untuk seluruh warga
aktifitas pendidikan di Indonesia. negara Indonesia tanpa membedakan
Dalam UU Sisdiknas, baik UU agama yang mereka anut. Dalam
Sisdiknas no 2 tahun 1989 maupun kenyataannya, karena keterbatasan
UU Sisdiknas no 20 tahun 2003, pemerintah, fungsi ini diupayakan
disebutkan bahwa pendidikan dicapai melalui pendidikan agama
nasional di Indonesia dilaksanakan yang dilaksanakan atau dikontrol
berdasarkan Pancasila dan oleh pemerintah.
Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini b. Melalui Penentuan Pancasila/
menunjukkan bahwa arah dan Kewarganegaraan sebagai Mata
tujuan segenap aktifitas pendidikan Pelajaran Wajib
di Indonesia, apapun jenis dan Aktifitas lain yang dilakukan
jenjangnya, harus dilaksanakan pemerintah Indonesia untuk
berdasarkan Pancasila dan UUD mencetak muslim moderat adalah
1945. Dua landasan negara melalui penetapan bidang studi
Indonesia ini dapat dikatakan Pancasila atau PPKn sebagai mata
merupakan upaya pemerintah pelajaran wajib di seluruh lembaga
menanamkan sikap moderat pada pendidikan formal, mulai SD
segenap warga Indonesia melalui sederajat, SMP sederajat, SMA
pendidikan, sebab keduanya, sederajat, hingga perguruan tinggi
terutama Pancasila, mengajarkan (PT). Peraturan ini berlaku secara
moderasi dalam bersikap dan nasional, baik di sekolah-sekolah
beragama. Sebuah ajaran yang umum dibawah kementerian
memang mencerminkan kondisi pendidikan nasional maupun sekolah
masyarakat Indonesia yang berciri khas keagamaan yang
multikultural. bernaung dibawah kementerian
Sementara itu dalam Peraturan agama.
Pemerintah Republik Indonesia Mengapa bidang studi Pancasila
Nomor 55 Tahun 2007 tentang dan Kewarganegaraan diharapkan
Pendidikan Agama dan Pendidikan bisa mewujudkan muslim moderat?

373
Jawabannya ada pada isi bidang tingkat SD sampai SMA siswa
studi tersebut yang didesain untuk diharuskan belajar bidang studi
menanamkan ideologi Pancasila dan Pancasila dan Kewarganegaraan
rasa cinta tanah air serta menjadi sekaligus.
warga negara yang baik. Dalam Secara teoritis kebijakan
penjelasan UU Sisdiknas tahun 2003 mewajibkan siswa belajar bidang
pasal 37 disebutkan bahwa: studi Pancasila atau Kewarga-
―Pendidikan Pancasila mengarahkan negaraan di seluruh jenjang
perhatian pada moral yang pendidikan ini dapat dikatakan
diharapkan diwujudkan dalam merupakan sebuah langkah besar
kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku guna mewujudkan muslim (tentunya
yang memancarkan iman dan taqwa juga pemeluk agama lain) yang
terhadap Tuhan Yang Maha Esa bersikap dan berprilaku moderat.
dalam masyarakat yang terdiri dari Sebab kebijakan ini bersifat massif
berbagai golongan agama, perilaku dan nasional, serta dilaksanakan
yang bersifat kemanusiaan yang adil secara terstruktur-sistematis sejak
dan beradab, perilaku yang siswa masih kecil sampai menjelang
mendukung persatuan bangsa dalam dewasa. Jika dilaksanakan dengan
masyarakat yang beraneka ragam baik (kurikulum, guru, metode, dan
kebudayaan dan beraneka ragam evaluasi pembelajaran yang
kepentingan, perilaku yang berkualitas), niscaya kebijakan ini
mendukung kerakyatan yang dapat mewujudkan terciptanya warga
mengutamakan kepentingan bersama negara yang moderat.
di atas kepentingan perorangan dan c. Melalui Mata Pelajaran PAI di
golongan sehingga perbedaan Sekolah Umum
pemikiran, pendapat, ataupun Usaha menyuburkan panda-
kepentingan diatasi melalui ngan Islam moderat di Indonesia
musyawarah dan mufakat, serta telah dilakukan sejak era orde lama.
perilaku yang mendukung upaya Selain dilakukan melalui tindakan
untuk mewujudkan keadilan sosial represif terhadap umat Islam yang
bagi seluruh rakyat Indonesia.‖ dipandang ekstrem, pembentukan
Sedangkan untuk Kewarga- muslim moderat juga dilakukan
negaraan dinyatakan: ―Pendidikan secara halus melalui pendidikan,
kewarganegaraan dimaksudkan khususnya pendidikan agama Islam
untuk membentuk peserta didik di sekolah umum. Sebab
menjadi manusia yang memiliki rasa sekolah-sekolah umum relatif lebih
kebangsaan dan cinta tanah air.‖ mudah dikontrol dan diatur oleh
Untuk memperkuat daya tekan pemerintah. Mata pelajaran PAI di
pewajiban Pancasila atau PPKn di sekolah didesain untuk membentuk
sekolah formal, pemerintah muslim yang Pancasilais.
memasukkan aturan ini ke dalam UU Muslim Pancasilais dapat
yang berlaku secara nasional, yakni didefinisikan sebagai muslim yang
UU Sisdiknas. Sejak era orde baru menjiwai nilai-nilai Pancasila yang
hingga saat ini, UU Sisdiknas (UU terdapat pada lima sila Pancasila. Ia
Sisdiknas tahun 1989 [bab IX pasal dicirikan sebagi seorang muslim yang
39], dan tahun 2003 [bab X pasal 37]) toleran pada umat beragama lain,
secara konsisten mewajibkan diajar- cinta tanah air, bermusyawarah
kannya Pancasila atau PPKn di dalam memutuskan masalah
jenjang SD sampai PT. Bahkan dalam bersama, dan mengutamakan per-
UU Sisdiknas tahun 1989, untuk satuan.

374
Pada era orde baru, yakni dalam banyak aspek kehidupan.
pemerintahan presiden kedua Indoktrinasi ideologi Pancasila
Indonesia, Soeharto, Pancasila dilakukan oleh pemerintah secara
dijadikan ideologi negara. Ideologi ini sistematis dan masif melalui berbagai
dipaksakan pada semua organisasi bidang. Dalam bidang pendidikan
yang ada di Indonesia saat itu. Secara formal misalnya, Pancasila
politis hal ini dimaksudkan untuk diinternalisasikan secara formal
menciptakan stabilitas politik melalui pelatihan P4 bagi siswa-siswi
pemerintahan agar pembangunan baru. Selain itu, indoktrinasi ideologi
dapat dilaksanakan tanpa hambatan Pancasila dilakukan secara tersirat
konflik politik seperti yang kerap melalui mata pelajaran pendidikan
terjadi pada masa orde lama. Ideologi agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah
berbasis agama, seperti Islam, atau umum. Hal ini nampak dari tujuan
ideologi sosialis tidak diperkenankan dan kurikulum/materi pendidikan
muncul oleh negara. Penyeragaman agama Islam di sekolah-sekolah
ideologi ini selain dimaksudkan umum. Dalam kurikulum tahun
untuk menciptakan stabilitas politik, 1968 misalnya disebutkan bahwa
di sisi lain dapat juga dimaknai salah satu tujuan pengajaran PAI di
sebagai upaya negara membendung tingkat Sekolah Dasar adalah
faham atau keinginan mendirikan menciptakan anak muslim yang loyal
negara Islam oleh sebagian muslim. terhadap Pancasila dan UUD 1945
Sebagaimana diketahui, di awal (Furchan: 1999, 131).
berdirinya negara Indonesia, terdapat Sementara itu analisis terhadap
sekelompok umat Islam yang ingin isi buku teks PAI kurikulum 1984
mendirikan negara Islam di Indonesia. untuk SD, SMP, dan SMA yang
Salah satu contohnya adalah dibuat pemerintah (Departemen
Kartosuwiryo yang memimpin DI TII Agama) menunjukkan bahwa
atau Darul Islam, yang konon idenya terdapat sejumlah topik berkenaan
saat ini masih diteruskan dengan politik yang berorientasi
keturunannya dalam bentuk pondok ideologi Islam moderat sangat kuat
Az-Zaitun di Cirebon. Tokoh lain yang seperti ukhuwwah Islamiyyah dan
kemudian membidani Jama‘ah kerukunan antar umat beragama,
Islamiyah (JI) dengan Abu Bakar cinta tanah air, musyawarah dan
Ba‘asyir adalah Abdullah Sungkar. ishlah. Selain itu, sejumlah topik lain
Pada dekade terakhir ini, di Indonesia yang sifatnya umum didesain berisi
sering sekali terjadi indoktrinasi ideologi Pancasila dan
pergerakan-pergerakan radikal yang dorongan agar menjadi muslim
mengatasnamakan agama. Mulai Pancasilais (Furchan: 1999, 166 -168,
bom Bali sampai kerusuhan Poso. dan 185).
Dari hasil penyelidikan para Badan
Intelejen Nasional terhadap para 2. Kebijakan Turki
tersangka dan saksi, mereka
mengaitkan dengan organisasi Berbeda dengan Indonesia yang
Jamaah Islamiyah. Bahkan pada saat menempuh cara relatif ‗halus‘, Turki
itu diyakini Ustad Abu Bakar Ba‘asyir menempuh cara yang frontal dan
sebagai amir Jamaah tegas dalam upayanya
Islamiyah(Sumbulah: 2006, 82). mempertahankan ideologi muslim
Kebijakan hanya ada satu moderat pada rakyatnya. Hal ini
ideologi yang dipandang sah oleh sangat mungkin dipengaruhi bentuk
negara, yakni Pancasila, mewujud negara Turki yang sekuler, meski
rakyatnya mayoritas muslim.

375
Republik Turki diproklamasikan lain, pemerintah semakin mem-
oleh presiden pertamanya, Mustafa perketat pengawasan terhadap Islam
Kemal Attaturk, pada 29 Oktober (dan pendidikan Islam) di berbagai
1923. Proklamasi ini sekaligus level. Saat ini lembaga yang memiliki
menandai terputusnya hubungan peran kunci dalam melaksanakan
Islam dan pengelolaan negara di tugas tersebut adalah Direktorat
Turki, karena republik Turki Urusan Agama. Dengan pegawai yang
diputuskan sebagai negara sekuler. berjumlah 100.000 orang -mulai dari
Dampak pilihan haluan negara ini mufti hingga imam masjid-,
sangat berpengaruh pada direktorat ini mengontrol layanan
keberadaan lembaga pendidikan keagamaan di 70.000 masjid dalam
Islam. Pada tahun 1942, sejumlah bentuk standarisasi khutbah Jum‘at,
479 madrasah dan kursus al-Qur‘an fatwa, publikasi religius, dan akses
ditutup pemerintah. Hanya delapan pada media negara. Di sektor
madrasah dibiarkan tersisa. Selain pendidikan, lembaga ini
itu, pelajaran agama Islam dihapus bertanggungjawab terhadap 4.322
dari kurikulum sekolah nasional kursus al-Qur‘an di segenap penjuru
(Agai: 2007, 150). negeri, dan menyediakan
Kebijakan menghapus serangkaian publikasi tentang
pendidikan agama Islam di pendidikan. Selain itu, mereka juga
masyarakat diatas mengalami mengawasi pendidikan agama di
perubahan mulai tahun 1946. sekolah, pendidikan tinggi agama
Terdapat dua faktor utama sebagai dan teologi di universitas. Semua itu
penyebabnya: pertama, munculnya dimaksudkan untuk menciptakan
kesadaran bahwa kebijakan tersebut apa yang disebut ―pemahaman
tidak memberikan hasil sesuai nasional terhadap Islam‖. Sebuah
harapan; kedua, lemahnya kontrol pemahaman Islam ala pemerintah
terhadap pendidikan agama yang diklaim ilmiah dan
mengakibatkan masyarakat mencari diinternalisasikan ke seluruh warga
pendidikan agama dimana saja. Hal (Agai, 2007, 152-153).
ini menyebabkan munculnya otoritas
baru yang tidak dapat dikontrol 3. Kebijakan Singapura
pemerintah. Oleh karena itu,
pemerintah kemudian mendirikan Pemerintah Singapura meng-
institusi pendidikan Islam baru. gunakan cara yang mirip dengan
Tahun 1948 dibuka fakultas teologi pemerintah Turki dalam memperkuat
di Universitas Ankara. Pusat ideologi Islam moderat pada
pelatihan khotib dan imam didirikan, rakyatnya yang muslim. Secara
kursus belajar al-Qur‘an muncul di umum strategi pemerintah Singapura
berbagai tempat, dan pelajaran dilakukan terutama melalui kontrol
agama menjadi subjek pilihan di terhadap hampir seluruh kegiatan
sekolah. pendidikan Islam yang dijalankan
Sesudah kudeta militer pada oleh semacam majelis ulama.
September tahun 1980, pendidikan Secara demografis, berdasar
agama (Islam) mendapatkan posisi sensus penduduk tahun 2010,
yang lebih penting. Kurikulum penduduk Singapura mencapai 5,8
sekolah negeri disesuaikan dengan juta jiwa, yang terdiri atas etnis
tuntutan agama, kursus agama Tionghoa (77,3%), etnis Melayu
bersifat wajib muncul, dan teori (14,1%), etnis India (7,3%), dan etnis
evolusi dilarang dari sekolah. Di sisi lainnya (1,3%). Etnis Melayu
merupakan penduduk asli Singapura

376
yang belakangan semakin tersisih. penanganan umat Islam Singapura,
Mayoritas penduduk Singapura seluruh anggota MUIS dipilih oleh
menganut agama Buddha (32,08%), Presiden Singapura yang non-Muslim
selebihnya adalah penganut agama (http://www.muis.gov.).
Kristen (17,68%), Islam (14,21%), Tao Pemerintah Singapura tergolong
(10,53%), Hindu (4,90%) dan ketat dan cukup keras menghadapi
penganut agama lainnya (0,67%). aktifis muslim berhaluan ekstrem.
Sedangkan sisanya (16,38%) tidak Mereka tak segan mendeportasi
beragama (Qosim: 2011, 436). mahasiswa muslim yang dinilai
Pemeluk Islam sebagian besar memiliki komitmen pada
berasal dari etnis Melayu. Sisanya perkembangan dakwah (http://www.
dari komunitas India dan Pakistan eramuslim.com). Hal ini berarti
serta sejumlah kecil dari Cina, Arab mereka menginginkan warga muslim
dan Eurasia. Mayoritas penduduk Singapura yang moderat dalam
Muslim Singapura secara tradisional bersikap dan berprilaku. Secara
adalah Muslim Sunni yang mengikuti politis kebijakan ini wajar mengingat
mazhab Syafi'i. Ada juga Muslim Singapura adalah negara sekuler
pengikut mazhab Hanafi serta sedikit dengan beragam agama, dan
Muslim Syiah. Secara umum berupaya mencegah terjadinya
pemerintah memberikan kebebasan pergolakan politik karena faktor
kepada umat Islam untuk agama.
menjalankan agamanya. Namun Secara umum dapat dinyatakan
karena Singapura adalah negara bahwa kebijakan terhadap warga
sekuler, maka ekspresi keIslaman muslim dan upaya pemerintah
yang mencolok seperti suara azan Singapura mengontrol dan meng-
dilarang diperdengarkan di ruang awasi warganya yang beragama Islam
publik. Dari 69 masjid yang ada di dilakukan melalui MUIS. Hal ini
Singapura, hanya satu masjid yang mengingat pemerintah tidak
boleh mengumandangkan azan mendirikan lembaga sejenis untuk
melalui pengeras suara, yakni Masjid umat agama lain, seperti Budha atau
Sultan (http://www.eramuslim.com). Kristen yang jumlah pemeluknya
Di Singapura, umat Islam lebih banyak. Oleh karena itu,
mendapatkan pelayanan ―istimewa‖ sebagian aktifis muslim Singapura
dari pemerintah. Untuk menangani melabeli MUIS sebagai ―explainers of
semua persoalan yang berhubungan government policies‖, atau dalam
dengan umat Islam yang jumlahnya konteks Indonesia ―corong
minoritas tersebut, pemerintah pemerintah‖.
mendirikan Majlis Ugama Islam Arah dan kebijakan MUIS (lebih
Singapura (MUIS, semacam MUI di tepatnya pemerintah Singapura)
Indonesia) atau Islamic Religious terkait umat Islam dapat ditinjau
Council of Singapore pada tahun 1968. secara teoritis dan praktis. Secara
Wewenang badan resmi milik negara teoritis atau konseptual, keinginan
ini meliputi pembinaan dan MUIS terhadap umat Islam
pengembangan serta pengawasan Singapura tercermin dari visi dan
terhadap masjid-masjid, pendidikan misi mereka. Visi MUIS adalah: A
Islam, pernikahan, zakat, haji, Gracious Muslim Community of
kurban, sertifikasi halal, fatwa, dan Excellence that Inspires and Radiates
hal-hal terkait lainnya. Sebagai Blessings to All. Sedangkan misinya
lembaga yang bertugas memberikan adalah: To work with the community
nasihat kepada presiden terkait in developing a profound religious life

377
and dynamic institutions. Strategic diduga dilakukan orang Islam
Priority: To set the Islamic agenda, ekstrim. Namun beberapa tahun
shape religious life and forge the terakhir, kondisi di Singapura
Singaporean Muslim Identity sungguh berbeda. Wanita berjilbab
(http://www.muis.gov.). Visi, misi, bisa ditemukan di sekolah, rumah
dan strategi prioritas MUIS tersebut sakit, dan kantor pemerintah
menggambarkan keinginan Singapura (www.republika.co.id).
terciptanya muslim moderat, yaitu Sebagai sarana pemerintah
membentuk muslim beridentitas mengontrol umat Islam, MUIS juga
Singapura yang menginspirasi dan melakukan pengawasan terhadap
mendatangkan kedamaian bagi khutbah Jum'at di setiap masjid
semua orang. untuk memastikan materi khutbah
Visi dan misi tersebut tercermin sesuai dengan konsep negara
dari kebijakan-kebijakan dan Singapura yang majemuk. Para
tindakan MUIS di masyarakat. Dalam penceramah yang berasal dari luar
upayanya membentuk muslim negeri juga harus mengurus izin
moderat, pemerintah Singapura, ceramah kepada MUIS sebelum
dalam banyak kesempatan didukung mereka bisa berceramah di
MUIS. Sejumlah peristiwa berikut Singapura.
dapat dijadikan gambaran Kejadian lain yang
bagaimana upaya pemerintah menggambarkan upaya pemerintah
Singapura mengawasi dan mengontrol umat Islam Singapura
mengontrol warganya yang beragama adalah pengurangan jumlah
Islam agar tidak berprilaku ekstrem madrasah di Singapura. Sejak tahun
dalam beragama. 1966 di Singapura telah berdiri 26
Contoh pertama adalah kasus madrasah. Namun dalam
pelarangan jilbab oleh pemerintah di perjalanannya, pemerintah Singa-
sekolah umum tahun 2002. Saat itu pura membatasi jumlah madrasah
dua anak perempuan Muslim hingga menjadi enam lembaga
dilarang masuk sekolah karena dengan jumlah siswa yang juga
menolak untuk melepas jilbab selama dibatasi (Daulay: 2009, 119).
jam belajar. Pemerintah beralasan, Madrasah-madrasah tersebut me-
pelarangan jilbab di sekolah umum nyelenggarakan pendidikan dalam
dimaksudkan untuk menciptakan dua jenjang, pendidikan dasar dan
suasana harmonis antar agama dan pendidikan menengah. Mereka
etnis di lingkungan sekolah. semua adalah lembaga yang
Bagaimana respon MUIS menyikapi didirikan dikelola oleh swasta.
kebijakan ini? Lembaga ini Pada tahun 2007 pemerintah
mendukung kebijakan pemerintah kembali membatasi jumlah
dengan mengatakan, "Aturan madrasah melalui MUIS dengan
larangan tudung cuma berlangsung membuat program Joint Madrasah
beberapa jam ketika murid-murid System (JMS) yang merubah enam
berada di sekolah. Pendidikan lebih madrasah menjadi tiga, yaitu
penting" (Qosim: 2011, 439). Madrasah al-Juneid dan Madrasah
Kebijakan ini mungkin disebabkan al-'Arabiyah (untuk tingkat
phobia terhadap simbol Islam (seperti menengah), dan Madrasah al-Irsyad
jilbab, jenggot panjang) karena pada (untuk tingkat rendah). Melalui
September 2001 terjadi pengeboman program ini, kewenangan ketiga
terhadap dua menara WTC yang madrasah tersebut dalam
begitu mengguncang dunia yang menyelenggarakan pendidikan

378
semakin terbatas. Akibatnya banyak ‗keras‘, dan tegas. Kesan ini nampak
calon siswa yang ingin sekolah di tatkala mengkaji kebijakan
madrasah terpaksa bersekolah di memperkuat ideologi moderat yang
sekolah umum. Hal ini, misalnya, ditempuh pemerintah Indonesia
terlihat dari jumlah pendaftar ke melalui 3 cara, yaitu: (a) menjadikan
Madrasah al-Juneid yang hanya pancasila dan UUD 1945 (yang
dapat menampung 400 siswa. Pada mengajarkan moderatisme dalam
tahun 2000, pendaftar mencapai 800 bersikap dan beragama) sebagai
siswa dan tahun 2004 berjumlah landasan pendidikan, (b)
1.000 orang (Qosim: 2011, 442). mengarahkan fungsi pendidikan
Disebutkan bahwa alasan agama bernuansa moderat, dan (c)
pemerintah dibalik kebijakan menjadikan Pancasila dan PAI (yang
pembatasan madrasah ini adalah telah didesain mengajarkan Islam
keinginan pemerintah agar masya- moderat) sebagai matapelajaran
rakat muslim berintegrasi dengan wajib di jenjang sekolah dasar hingga
masyarakat dari agama dan etnis lain perguruan tinggi. Ketiga cara ini
yang majemuk di sekolah-sekolah mengesankan pemerintah secara
umum Singapura (Qosim: 2011, 442). pelan-pelan dan sistematis
Namun di sisi lain, kebijakan ini juga menggunakan pendidikan sebagai
dapat dipandang sebagai upaya sarana menciptakan warga negara
mencegah pengaruh pandangan muslim yang moderat.
Islam tradisional dan cenderung Kebijakan ‗halus‘ pemerintah
ekstrem yang umumnya merupakan Indonesia sangat mungkin
produk pendidikan madrasah. Alasan dilatarbelakangi oleh kondisi negara
utamanya adalah semenjak kejadian Indonesia yang menganut sistem
Black September, serangan dahsyat demokrasi berbasis Pancasila.
terhadap gedung WTC di Amerika, Sementara itu, Pancasila merupakan
media-media Barat mengaitkan ideologi moderat hasil kesepakatan
munculnya para teroris muslim rakyat Indonesia yang multi agama.
dengan madrasah, baik madrasah di Terlebih lagi budaya masyarakat
Pakistan, India, Mesir, bahkan Indonesia, termasuk umat Islam,
seluruh madrasah di dunia Islam. dominan bercorak damai dan tidak
Sebab dari Madrasah di Afghanistan, mudah menyalahkan pihak lain.
Pakistan, Saudi Arabia muncul Selain itu, karena Indonesia bukan
kelompok Taliban, serta Osama bin negara sekuler, metode yang tegas
Ladin (Berkley: 2007, 40). Dalam dan frontal untuk memperkuat
konteks Indonesia, pesantren- ideologi Islam moderat cenderung
madrasah di Lamongan tempat dihindari karena sangat mungkin
Amrozi [bomber Bali] tinggal atau menghadapi banyak protes dari
pesantren Ngruki Solo sering masyarakat.
dipandang sebagai produsen teroris. Kondisi berbeda dihadapi oleh
pemerintah Turki dan Singapura
Analisis Komparatif yang memilih haluan negara sekuler.
Meskipun warga Turki mayoritas
Pemerintah Indonesia dalam Islam, pemerintah sekuler memiliki
upayanya memperkuat Islam alasan kuat memaksakan kebijakan
moderat di kalangan warga negara memperkuat ideologi Islam moderat
muslim dapat dikatakan menempuh kepada rakyatnya, yakni demi
cara yang ‗halus‘ dibandingkan menjaga ideologi sekuler negara.
dengan kebijakan pemerintah Turki Sebab muslim dengan pemahaman
dan Singapura yang nampak frontal,

379
tekstual dan mudah mengkafirkan moderat). Cara berbeda di tempuh
muslim lain bertentangan dengan pemerintah Turki dan Singapura
prinsip negara sekuler. Sementara itu yang nampak frontal dan tegas. Di
dalam konteks Singapura, dua negara sekuler ini, strategi
dibandingkan dengan Turki, negara mewujudkan muslim moderat
lebih tegas, berani, dan frontal dalam dilaksanakan dengan cara
melakukan penguatan ideologi Islam mengontrol seluruh jenis lembaga
moderat bagi warganya. Hal ini selain pendidikan (khususnya yang
karena Singapura berhaluan sekuler, bernuansa Islam) yang dapat
jumlah umat Islam yang minoritas di dijangkau negara, baik lembaga
Singapura merupakan penyebabnya. pendidikan formal (sekolah dan
Terlebih lagi pemerintah Singapura universitas) maupun nonformal
dikuasai oleh orang-orang yang (seperti khutbah Jum‘at, ceramah
beragama selain Islam. agama, buku, dan majalah).
Perbedaan lain kebijakan
pemerintah Indonesia dengan Turki
dan Singapura dalam memperkuat Daftar Pustaka
ideologi Islam moderat terletak pada
aspek pendidikan. Bila pemerintah Agai, Bekim. ―Islam and Education in
Indonesia lebih mengarahkan Secular Turkey: State Policies
kebijakan pada undang-undang dan and the Emergence of the
pendidikan formal, pemerintah Turki Fethullah Gulen Group‖ dalam
dan Singapura mengontrol hampir Schooling Islam, ed. R.W. Hefner
semua aspek pendidikan Islam yang and M.Qasim Zaman (New
bisa dijangkau negara, baik formal Jersey: Priceton University Press,
maupun non formal. Selain melalui 2007).
pendidikan formal (sekolah dan Berkley, Jonathan P. ―Madrasas
universitas), penguatan Islam Medieval and Modern: Politics,
moderat di Turki dan Singapura Education, and the Problem of
dilakukan melalui seleksi khotib Muslim Identity‖ dalam
sholat Jum‘at, penceramah agama, Schooling Islam, ed. R.W. Hefner
buku dan majalah atau booklet and M.Qasim Zaman (New
keislaman. Jersey: Priceton University Press,
2007).
Daulay, Haidar Putra. Dinamika
Kesimpulan
Pendidikan Islam di Asia
Kebijakan berbagai negara Tenggara (Jakarta: Rineka Cipta,
dalam menanamkan ideologi Islam 2009).
moderat kepada warganya melalui Furchan, Arif. Developing Pancasilaist
pendidikan dilakukan melalui Muslims: The Islamic Religius
berbagai cara. Di Indonesia, negara Education in Public Schools in
mencoba membentuk muslim Indonesia (Melbourne, La Trobe
moderat dengan cara yang relatif University, Dissertation: 1999).
‗halus‘, yakni melalui penanaman Hariyadi, Muhammad. ―Islam
dasar dan ideologi negara (Pancasila Moderat‖, dalam http://www.
dan UUD 1945) ke dalam segenap republika.co.id/berita/duniaisla
aspek pendidikan, diantaranya m/hikmah/12/08/24/m994vy-i
melalui penetapan dasar dan fungsi slam-agama-moderat. Diakses
pendidikan agama, pewajiban bidang tanggal 22 Juli 2014.
studi Pancasila dan PAI (yang
didesain menghasilkan muslim

381
Imarah, Muhammad. Perang
Terminologi Islam Versus Barat
(Jakarta: Logos, 1989).
Nasih, Ahmad Munjin et.al.,
Menyemai Islam Ramah di
Perguruan Tinggi (Malang:
Dreamlitera, 2014).
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 55 Tahun
2007 tentang Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan.
Qosim, Mohammad. ―Pendidikan
Islam Di Singapura: Studi
Kasus Madrasah Al-Juneid
Al-Islamiyah‖ dalam jurnal
Al-Tahrir Vol.11, No. 2 November
2011.
Sumbulah, Umi. ―Agama, Kekerasan,
dan Perlawanan Ideologis‖
dalam Islamica, Jurnal Studi
Keislaman, vol. 1 no. 1,
September 2006, PPs IAIN
Sunan Ampel Surabaya.
Tilaar, H.A.R. Manifesto Pendidikan
Nasional: Tinjauan dari
Perspektif Postmodernisme dan
Studi Kultural (Jakarta: Penerbit
Buku Kompas, 2005).
UU Sisdiknas no 2 tahun 1989.
UU Sisdiknas no 20 tahun 2003.
Zuhdi, Muhammad Harfin. ―Tipologi
Pemikiran Hukum Islam:
Pergulatan Pemikiran Dari
Tradisionalis Hingga Liberalis‖
dalam Ulumuna, Jurnal Studi
Keislaman, Volume 16 Nomor 1
(Juni) 2012.
http://www.eramuslim.com/berita/
gerakan-dakwah/tak-adakuma
ndang-adzan-di-singapura.htm.
Diakses tanggal 22 November
2015. Diakses tanggal 22
November 2015.

381
MENGEMBANGKAN SIKAP BERAGAMA YANG MODERAT DAN
TOLERAN DALAM KONTEKS SOSIAL-BUDAYA NUSANTARA
Oleh Muhammad Turhan Yani
(Universitas Negeri Surabaya,
e-mail: mturhanyaniyani@yahoo.co.id)

Abstrak
Bagi sebagian orang tidak mudah untuk dapat menerima perbedaan
dalam kehidupan yang dijalani, apalagi perbedaan dalam hal ideologi
keyakinan, hal ini didasarkan pada fakta bahwa ketidakharmonisan
dalam konteks sosial-budaya selama ini ternyata salah satunya karena
sebagian orang belum mampu mengembangkan sikap toleran pada
orang lain, sehingga yang terjadi adalah kebencian bahkan konflik.
Namun demikian bagi sebagian orang yang telah mampu
mengembangkan sikap moderat dan toleran dalam beragama akan
dengan mudah menerima realitas kemajemukan (pluralitas) karena
kemajemukan sesungguhnya adalah sunnatullah (kehendak Allah) di
samping juga fakta historis-empiris, khususnya dalam konteks
sosial-budaya di Nusantara. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan
dielaborasi lebih lanjut mengenai permasalahan ini.

Kata-Kata Kunci:
Pengembangan, sikap beragama, moderat, toleran, sosial-budaya

Pendahuluan Nusantara ini, maka pengembangan


sikap beragama yang moderat dan
Sesungguhnya dalam agama toleran sangat penting dilestarikan.
(Islam) realitas kemajemukan (plural- Sikap yang demikian diyakini akan
itas) merupakan kehendak Allah yang dapat membawa bangsa ini menjadi
tidak dapat ditolak oleh manusia, bangsa yang bermartabat dan berjiwa
oleh karenanya bagi siapa saja yang besar karena dapat mengelola
tidak dapat menerima kemajemukan kemajemukan dalam berbagai
sesungguhnya sama dengan menolak aspeknya.
kehendak Allah. Di samping itu
kemajemukan juga merupakan fakta
historis-empiris dalam konteks Pluralitas dalam Perspektif Islam
sosial-budaya Nusantara yang telah Pluralitas hendaknya dipaha-
diwariskan oleh para pendahulu mi sebagai sesuatu yang didasari oleh
bangsa. keutamaan dan kekhasan sendiri.
Pluralitas tidak dapat diidentikkan
Secara empirik sudah menjadi
dengan situasi cerai-berai,
kenyataan bahwa konsekuensi dari
perpecahan, permusuhan, berhadap-
kemajemukan akan melahirkan
hadapan, dan pertikaian antar
banyak perbedaan. Oleh karena itu
pemeluk agama, antar partai politik
dalam menyikapi realitas yang demi-
peserta pemilu dan sebagainya,
kian dan sebagai upaya membangun
karena hal yang demikian itu tidak
harmonisasi kehidupan sosial-
mempunyai tali persatuan dan
budaya, khususnya di Wilayah

382
persaudaraan yang mengikat semua maka kewajiban bagi umat beragama
pihak. adalah menghadirkan rasa tenang,
damai, dan kasih-sayang yang
Pluralitas agama merupakan
merupakan misi suci agama, atau
fakta historis-empiris, bahkan
yang dalam Islam adalah Rahmatan
Nurcholish Madjid menyebutnya
lil ‗Alamin.
sebagai fakta teologis, yakni Tuhan
memang sengaja menjadikan Dalam kaitan dengan paham
manusia ke dalam pelbagai bangsa pluralitas, Alwi Shihab (1999)
dan suku, bahkan agama supaya mengutip pendapat seorang teolog
saling mengenal di antara sesama. kenamaan Barat, yang mengatakan
Masyarakat Indonesia khususnya, perlu dikembangkan teologi
dan masyarakat beragama pada inklusif-pluralis dalam kehidupan
umumnya masih sering belum umat beragama yang pluralis, bukan
dewasa dalam menyikapi ―problem‖ teologi eksklusif. Dalam konteks
pluralisme. Di satu sisi agama sosial-budaya di Nusantara teologi
memang memiliki daya rekat yang yang demikian sangat cocok karena
sangat kuat dibandingkan dengan secara historis-empiris Nusantara
ikatan etnis (suku), ras, bahasa atau merupakan wilayah yang sangat
yang lain, dan agama juga sangat majemuk atau plural dalam berbagai
efektif sebagai pembentuk identitas aspeknya, baik etnik, agama, kultur,
suatu kelompok. Akan tetapi di sisi maupun aspek-aspek lainnya.
lain, agama juga dapat menjadi
Selanjutnya, menurut Imarah
sumber pemicu yang sangat ampuh
(1999), dalam realitas kehidupan
dan sensitif munculnya konflik dalam
beragama dan berpolitik, pluralitas
kehidupan sosial. Sebagai suatu
memiliki dua sisi sifat yaitu moderat
contoh pada awal-awal reformasi,
atau adil dan ekstrim. Sisi moderat
mengapa tragedi Sambas tidak
atau adil akan dapat menjaga dan
terlalu besar efeknya dibandingkan
memelihara hubungan dengan baik
dengan tragedi Ambon ? Di antara
di antara kemajemukan dan
jawabannya karena Ambon memakai
perbedaan yang ada, baik
isu agama yang akhirnya dapat
kemajemukan dan perbedaan dalam
menggugah umat beragama tertentu
agama maupun partai politik,
untuk ikut terpanggil ―membantu‖
misalnya kesadaran pemeluk Islam
saudara seagamanya, tidak demikian
untuk menghormati pemeluk agama
besar efeknya dengan kasus Sambas
lain (non Islam) dalam menjalankan
yang isunya bukan isu agama (Yani,
ajaran agama masing-masing.
2006:29).
Demikian pula pemeluk agama lain
Secara normatif, banyak sekali menghormati umat Islam dalam
ayat alquran yang menjelaskan menjalankan ajaran agamanya.
tentang realitas kemajemukan Dalam masalah politik pun, semua
(pluralitas), diantaranya dijelaskan warga negara tanpa memandang
dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, yang latar belakang agama dan partai
artinya: ―Wahai Manusia, politik, sama-sama mempunyai
sesungguhnya kami menciptakan kewajiban untuk memelihara dan
kalian dari seorang laki-laki dan menghormati kemajemukan dan
perempuan, dan kami jadikan kalian perbedaan dalam perspektif satu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bingkai persatuan dan kesatuan.
agar kalian saling mengenal...‖.
Dalam teks-teks agama,
Menyikapi realitas yang demikian
perbedaan yang sifatnya prinsipil

383
pun seperti masalah keyakinan membatasi diri atau tidak boleh
agama harus dihormati yang dalam berinteraksi dengan pemeluk agama
agama (Islam) dinyatakan ‖lakum lain dalam masalah selain keyakinan
dinukum wa liyadin‖. Artinya, bagimu (ritual ibadah). Akan tetapi selama
agamamu dan bagiku agamaku (QS. bukan persoalan ritual ibadah,
al-Kafirun : 6). Ini merupakan seperti berinteraksi dalam hal
batasan yang jelas dalam masalah ekonomi, politik, sosial-
keyakinan, akan tetapi tetap dalam kemasyarakatan, membantu korban
koridor saling menghormati di antara bencana dan sebagainya, semua
keyakinan-keyakinan agama yang umat beragama mempunyai
berbeda, apalagi menghargai kewajiban yang sama untuk menjalin
perbedaan dalam hal yang sifatnya hubungan dengan baik. Dalam Islam
tidak terlalu prinsipil. istilah ini sering disebut dengan
―muamalah‖ (berinteraksi dengan
Kalau toleransi dalam
sesama manusia dalam hal ekonomi,
keyakinan agama dikembangkan ke
politik, sosial-kemasyarakatan dan
dalam masalah politik, maka akan
sebagainya).
menjadi suatu pernyataan dan sikap
―bagimu pilihan politikmu dan bagiku Sementara sisi ekstrem
pilihan politikku‖. Konsekuensi dari pluralitas adalah sikap ekstrem
sikap ini sangat bermakna represif dan otoriter. Sisi ini
diterapkan dalam politik, khususnya menafikan atau mengingkari
tataran politik praktis, sehingga akan kekhasan yang ada dalam
dapat mengeliminir terjadinya politik perbedaan-perbedaan. Dalam
uang (money politic) dan perpecahan. konteks agama, sisi ekstrem ini
Ini artinya sikap toleransi karena ditunjukkan dengan cara memaksa
berbeda latar belakang, baik agama seseorang untuk mengikuti
maupun partai politik menjadi keyakinan agama tertentu sebagai
sesuatu yang sangat penting agar keyakinan yang paling benar.
tidak terjadi suatu pertentangan. Memang setiap pemeluk agama
mempunyai keyakinan bahwa agama
Dalam mendukung dan
yang diyakini merupakan agama atau
menentukan pilihan pada partai
keyakinan yang paling benar, akan
politik tertentu dapat bercermin pada
tetapi bukan berarti seseorang boleh
ketegasan agama dalam bersikap.
menyatakan bahwa keyakinan agama
Dalam agama diajarkan bahwa tidak
lain salah.
diperkenankan seseorang memaksa
orang lain untuk mengikuti Pada sisi lain dalam konteks
keyakinan agamanya yang dalam politik, sebagian masyarakat
Islam dinyatakan ―La ikraha fiddin‖ Indonesia juga masih belum terbiasa
(tidak ada paksaan dalam memeluk mengikuti arus perbedaan, sehingga
agama). Demikian pula dalam masih sering disaksikan bentrokan
berpolitik, ketegasan sikap tidak antar massa pendukung partai politik
memaksa seseorang untuk mengikuti ketika menjelang pemilu dan pada
kemauan dan pilihan politiknya saat pemilu. Memang saat-saat
merupakan bagian dari toleransi tersebut sangat sensitif terjadi
sebagaiamana yang diajarkan oleh gesekan-gesekan yang tidak sehat.
agama. Ironisnya sebab-sebab terjadinya
bentrokan atau gesekan tersebut
Lebih lanjut dalam konteks
karena persoalan-persoalan kecil. Di
pluralitas agama, batasan keyakinan
samping itu memaksa seseorang
tersebut tidak berarti umat Islam

384
untuk mengikuti kemauan atau budaya maupun pandangan
kehendak dalam menentukan sikap politiknya.
politik tertentu, apalagi dengan cara
politik uang (money politic) juga
merupakan bagian dari sisi ekstrem Mengembangkan Sikap Beragama
pluralitas. Dengan pemahaman yang Moderat dan Toleran dalam
pluralitas yang tepat, tidak perlu Konteks Sosial-Budaya
seseorang membenci, mengintimidasi, Menurut Agus Widjojo,
apalagi memusuhi orang lain karena Indonesia memiliki banyak potensi
berbeda gambar dan pilihan yang dapat mengancam bentuk
politiknya. negara kesatuan. Potensi itu antara
Dalam kaitan ini menurut Abd lain faktor geografi, heterogenitas
A‘la (2005), keberhasilan dalam etnis, agama dan kultur, kesenjangan
penciptaan kondisi yang kondusif itu ekonomi dan sosial yang amat besar,
merupakan keberhasilan umat Islam pertikaian politik ideologis serta
pluralis dalam merajut masa depan fragmentasi dikhotomis. Bangsa
yang cerah, damai, dan sejahtera. Indonesia memang telah berhasil
Demikian pula kegagalan dalam melampaui satu tahapan kritis, di
menata persoalan itu adalah sebuah mana suku dan agama yang pernah
awal dari masa depan yang buram. menjadi isu sentral dalam
Kondisi seperti ini akan membuat pertentangan politik pada masa lalu,
segalanya menjadi mungkin, dan dari tidak lagi menjadi kendala bagi
segala kemungkinan itu, kekerasan integrasi bangsa. Sayang, justru
atas nama agama, eksplisit atau akhir-akhir ini kedua isu itu
implisit akan berpeluang besar untuk dimunculkan kembali, bahkan makin
menjadi fenomena yang cukup marak serta menjadi agenda sentral
dominan. Dalam kaitan dengan yang telah berhasil dikemas untuk
penyikapan terhadap kondisi yang mengancam kesatuan bangsa.
demikian menurut pendapat Realitas yang demikian
Azyumardi Azra (2005) perlu merupakan tantangan bagi kita
dikembangkan sikap inklusif, toleran, sebagai bangsa Indonesia dewasa ini,
dan respek terhadap pluralitas. Hal betapa beratnya tantangan mengelola
ini dimaksudkan agar terwujud kemajemukan bangsa dalam
kehidupan yang aman dan damai. berbagai aspeknya. Namun demikian
Selanjutnya, pluralitas dalam untuk mewujudkan keharmonisan
konteks agama ibarat sebuah taman dalam konteks sosial-budaya, bangsa
yang di dalamnya terdapat aneka ini memiliki warisan tradisi yang
ragam bunga yang berwarna-warni. ampuh dari para pendahulu bangsa
Juga ibarat sebuah aquarium yang di yang oleh Mahmudah Nur (Peneliti
dalamnya terdapat ikan yang Balitbang Kemenag RI 2016),
beraneka ragam jenis dan warnanya. dikatakan bahwa tradisi-tradisi di
Indah sekali dipandang. Pluralitas Nusantara selalu mengandung aspek
semacam itu menggambarkan spiritual. Ada nilai-nilai keagamaan
keindahan dan keharmonisan di di balik kebudayaan.
dalam perbedaan. Hal tersebut Kebudayaanpun dilihat sebagai nilai
merupakan gambaran masyarakat keagamaan. Oleh karena itu dalam
Indonesia yang sangat heterogen, kaitan ini Agus Iswanto (Peneliti
baik dari sisi suku, agama, ras, Balitbang Kemenag RI 2016),
mengatakan bahwa masyarakat
sangat diharapkan mampu menjaga

385
tradisi dan sadar bahwa ada secara komunal oleh pemimpin
nilai-nilai yang harus dijaga. Hal ini informal di negeri ini.
merupakan bagian dari strategi
Dalam kaitan ini contohnya
kampanye Islam yang terdapat di
secara policy, Pemerintah Propinsi
Nusantara. Hal ini juga bagian dari
Jawa Timur (Jatim) telah
upaya menangkal radikalisme dan
membangun harmoni sosial di
mendorong pemahan agama yang
Wilayah Jatim dengan strategi (1)
moderat.
menfasilitasi layanan keagamaan
Sementara itu menurut Nur melalui bantuan dan koordinasi
Syam, negara membutuhkan agama antara pemangku kepentingan dan
sebagai dasar pijak etikanya, dan pemerintah, (2) meningkatkan
agama membutuhkan pemeriintah kerukunan antar umat beragama
untuk mengatur kehidupan umat melalui berbagai forum dialog sosial
beragama...truth claimed yang dan ekonomi, dan (3) meningkatkan
egoistik akan dapat menjadi pemicu aktivitas yang mendorong rasa
konflik jika tidak dikelola dengan kebangsaan (nasionalisme), dan
baik. Di sinilah arti penting sikap saling menghormati antar
mengerem ego-religius agar tidak sesama melalui pengembangan
berkecenderungan untuk menihilkan wawasan kebangsaan yang
agama-agama yang dipeluk oleh berkesinambungan.
umat manusia lainnya. Agama selalu
mengajarkan akan kasih sayang dan
Simpulan
kedamaian. Islam mengajarkan
agama yang rahman dan rahim. Dalam konteks sosial-budaya,
Kristiani mengajarkan agama kasih, pengembangan sikap beragama yang
Konghucu mengajarkan kebajikan, moderat dan toleran sangat
Budha mengajarkan kesederhanaan, diperlukan untuk mewujudkan
Hindu mengajarkan kesempurnaan. kehidupan yang lebih damai dan
Semua ini adalah ajaran agama yang bermartabat dengan cara melestari-
menghendaki adanya keselarasan kan tradisi-tradisi Nusantara yang
dan keserasian hidup, harmoni, dan telah diwariskan oleh para
kerukunan dalam kehidupan. pendahulu bangsa.
Menurut M.Mas‘ud Said dalam Di samping itu pemahaman
bahasa agama, kesetiakawanan pluralitas yang tepat juga diharapkan
sosial sangat dekat dengan ukhuwah dapat memberikan pencerahan yang
ijtimaiyah atau al-takaful al ijtimaiyah positif bagi persatuan dan kesatuan
(yang berarti persaudaraan yang bangsa. Perbedaan bukanlah sesuatu
harmonis dalam masyarakat). Nilai yang perlu dipertentangkan, akan
ini (telah lama) menjadi nilai dasar tetapi merupakan suatu kekayaan
pendidikan pesantren salaf. Dalam dan kenyataan yang harus dijunjung
istilah pemerintahan modern sikap tinggi karena perbedaan merupakan
itu kemudian dipromosikan sebagai sunnatullah yang telah dititahkan
social responsibility yang akhir-akhir oleh Allah bagi alam semesta.
ini dipercaya sebagai obat mujarab Demikian pula perbedaan keyakinan
untuk mengatasi ketidakberdayaan agama dan partai politik tidak perlu
sosial. Di Nusantara, kesetiakawanan menjadi sesuatu yang
sosial itu sangat terbina sebagai dihadap-hadapkan akan tetapi
kearifan sosial (local wisdom) yang sesuatu yang beragam yang perlu
dicontohkan dan dipertahankan dijaga dalam koridor bingkai
persatuan dan kesatuan.

386
Daftar Pustaka Membumikan Agama sebagai
Acuan dalam Kehidupan
A‘la, Abd, dkk. 2005. Nilai-nilai Berbangsa dan Bernegara‖
Pluralisme dalam Islam. (Makalah). Disampaikan
Bandung : Nuansa dalam Seminar Nasional di
Unair Surabaya tanggal 19
Azra, Azyumardi. 2005. Pancasila
November 2015.
dan Identitas Nasional
Indonesia. Jakarta : Jurnal Said, M. Mas‘ud. ―Sinergi untuk
Analisis CSIS Vol. 34, No. 1. Membangun Indonesia
Berbasis Nilai Agama‖
Imarah, Muhammad. 1999. Islam (Makalah). Disampaikan
dan Pluralitas (Perbedaan dan
dalam Seminar Nasional di
Kemajemukan dalam Bingkai
Unair Surabaya tanggal 19
Persatuan. Jakarta : Gema
November 2015.
Insani Press.
Shihab, Alwi. 1999. Islam Inklusif
Iswanto, Agus (Peneliti Litbang
(Menuju Sikap Terbuka dalam
Kemenag RI). ―Gali Nilai-nilai Beragama). Bandung : Mizan.
Kerukunan‖ (Kompas,
05/02/2016). Widjojo, Agus, dkk. 2000.
Menyelamatkan Masa Depan
Nur, Mahmudah (Peneliti Litbang
Indonesia. Jakarta : Harian
Kemenag RI). ―Gali Nilai-nilai
Kompas
Kerukunan‖ (Kompas,
05/02/2016). Yani, Muhammad Turhan. 2006.
Perbincangan Seputar
Pemerintah Propinsi Jatim, 2015.
Sosial-Politik dan Pemikiran
Kebijakan Membangun Keagamaan. Unesa University
Harmoni Sosial di Jatim.
Press.
Syam, Nur. ―Meneguhkan Peran
Pemerintah dalam

387
PENGARUSUTAMAAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN ISLAM YANG
MODERAT DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA DAN IMPLIKASI
PEMBELAJARANNYA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN
Oleh Lilik Nur Kholidah
(Universitas Negeri Malang,
e-mail: lkholidah@yahoo.com)

Abstrak
Pengembangan nilai-nilai keagamaan Islam yang moderat perlu
diarusutamakan dalam kehidupan beragama sebagai aktualisasi visi
Islam yang rahmatan lil‘lamin. Mewabahnya ideologi-ideologi
keagamaan transnasional di tanah air yang radikal akhir-akhir ini,
bersifat kontraproduktif bagi pengembangan kearifan lokal dan
pembangunan karakter bangsa. Untuk itu pengembangan nilai-nilai
keagamaan Islam yang moderat perlu diaktualisasikan secara
sistematik melalui proses pendidikan dan pembelajaran pada lembaga
pendidikan. Aktualisasinya melalui implementasi pembelajaran
berperspektif transformatif dengan mentransformasikan mind set, pola
pemikiran yang mengacu pada pengmbangan pada ranah kognisi,
afeksi dan keterampilan sehingga terbangun sikap moderat dalam diri
generasi muda bangsa.

Kata-Kata Kunci:
Nilai-nilai keagamaan Islam, Moderat, Pembelajaran. Lembaga
Pendidikan.

Pendahuluan umat Islam dalam memahami


prinsip-prinsip dasar substantif dari
Universalitas Islam sebagai ajaran Islam.
agama yang bersifat rahmatan Mewabahnya ideologi-ideologi
lil‘alamin termanifestasi dalam keagamaan transnasional di tanah
ajaran-ajaran Islam yang air yang radikal akhir-akhir ini,
menyangkut segala segi kehidupan merupakan salah satu wujud dari
manusia yang meliputi akidah, diferensiasi pemikiran keagamaan
syari‘at dan akhlak. Keuniversalan sebagian kalangan umat Islam atas
Islam, memantulkan nilai-nilai substansi ajaran Islam. Sementara
kosmopolit pada pemeluknya, yang pola keberagamaan yang
bisa menjadi rahmat bagi alam (Yasid, transnasional bersifat
2002: 35). Namun, ajaran islam yang kontraproduktif bagi pengembangan
komperehensif tersebut, belum kearifan lokal dan pembangunan
sepenuhnya dipahami oleh sebagian karakter bangsa (Tobroni, 2012: 241).
besar kalangan umat Islam secara Dalam kaitan ini, untuk konteks
utuh dan proporsional. Beragam kehidupan beragama di Indonesia
diferensiasi penafsiran terjadi, dengan latar masyarakat yang plural,
sehingga tidak jarang muncul pemahaman terhadap substansi
kerancuan pemikiran sebagian besar ajaran Islam yang moderat menjadi

388
memiliki relevansi dan signi- agama-agama yang berasal dari luar.
fikansinya. Letaknya yang strategis dari sudut
Pada sisi lain, corak Islam di pandang geopolitik dan kandungan
Indonesai disamping diwarnai oleh buminya yang kaya untuk menopang
unsur-unsur lokal,juga pengaruh kehidupan manusia, Nusantara
global. Oleh karena itu, agar menjadi incaran bangsa-bangsa lain
peradaban Islam yang dibangun di sejak permulaan abad Masehi untuk
Indonesia tidak larut dalam berbagai kepentingan, agama,
unsur-unsur lokal yang negatif dan ekonomi, perdagangan, kultur, dan
terbelakang serta arus global yang kemudian penjajahan (Ma‘arif, 2009:
dapat mengundang malapetaka bagi 59).
Islam Indonesia seperti perilaku Dalam kaitan ini, agama Islam
kekerasan atas nama agama memiliki pengaruh kuat bagi corak
(Ma‘arif,2009: 208), karakter masyarakat sejak
pengarusutamaan nilai-nilai masuknya Islam ke Indonesia.
keagamaan Islam yang moderat Masuknya Islam ke Indoensia, secara
penting diaktualisasikan dalam historis bermula dari hubungan
kehidupan beragama. perdagangan antara Indonesia dan
Pengembangannya dapat berfungsi sekitarnya dengan negeri Arab
menjaga dan mempertahankan (Shafwan, 2014: 227). Terdapat dua
karakter umat Islam sebagai khairu faktor yang menyebabkan Indonesia
Ummat, yang membawa kedamaian mudah dikenal oleh bangsa-bangsa
selaras dengan visi Islam sebagai jazirah Arab khususnya, yaitu: faktor
rahmatan lil‘lamin. Untuk itu letak geografisnya yang strategis,
pengembangan nilai-nilai keagamaan berada di persimpangan jalan raya
Islam yang moderat perlu internasional dari jurusan timur
diaktualisasikan secara sistemik tengah menuju tiongkok, melalui
melalui proses pendidikan dan lautan dan jalan menuju benua
pembelajaran pada lembaga Amerika dan Australia serta faktor
pendidikan, sehingga para pebelajar kesuburan tanahnya yang
memiliki resistensi terhadap menghasilkan bahan keperluan
ancaman dan tantangan dari hidup yang diperlukan oleh
pengaruh ideologi-ideologi bangsa-bangsa lain, misalnya
keagamaan yang kontraproduktif rempah-rempah (Shafwan, 2014:
dengan ajaran Islam dan karakter 228)
bangsa. Disamping itu, lembaga Berlatar kondisi tersebut,
pendidikan formal, sebagai wadah secara historis Islam masuk di
resmi pembinaan generasi muda Indonesia pada abad ke tujuh
diharapkan dapat meningkatkan Masehi dibawa oleh pedagang dan
peranannya dalam pembentukan Muballigh dari negeri Arab, bahwa
sikap moderat yang selaras dengan dalam proses pengislaman
ajaran Islam dan karakter bangsa. selanjutnya berjalan secara damai
(Shafwan, 2014:231). Di antara
Tinjauan Historis Syi’ar Masuknya saluran dan cara-cara Islamisasi di
Agama Islam di Indonesia dan Indonesia adalah melalui perda-
Potret Kemoderatannya gangan, perkawinan, pendidikan,
Secara geopolitik, Indonesia kesenian dan politik (Yatim,
yang diapit oleh dua benua, Asia dan 2000:203).
Australia, dua lautan Pasifik dan Jejak-jejak sikap moderasi,
India menyediakan ruang dan bumi cara-cara damai dalam syi‘ar Islam,
yang subur bagi tersebarnya

389
secara historis lainnya telah hidup subur karena besarnya
dilakukan para tokoh-tokoh, toleransi masyarakat dalam
Muballigh, para Ulama‘ dalam menghadapi perbedaan (Ma‘arif,
mensyi‘arkan Islam di tanah air. 2009: 46).
Upaya-upaya yang dilakukan baik
melalui proses akulturasi budaya, Konsepsi Moderat dalam
maupun melalui pengembangan Kehidupan Beragama dan Urgensi
struktur sosial keagamaan umat Pengarusutamaannya
yang berbasis kearifan lokal, seperti Kehidupan beragama dalam
pendirian dan pengembangan masyarakat mengalami dinamika
surau,pesantren yang difungsikan dalam sikap dan perilaku. Dalam hal
sebagai wahana syi‘ar Islam dan ini, sikap dan perilaku keberagamaan
pendidikan umat. dalam masyarakat menampakkan
Dalam perkembangannya, suatu pola moderat dan non moderat.
Islam di Indonesia turut memberikan Secara khusus, fenomena moderasi
warna bagi Indonesia. Kontribusi dalam kehidupan beragama menarik
Islam, ikut mencerdaskan rakyat untuk dicermati. Hal ini karena
dan membina karakter bangsa, yang moderasi, baik sebagai paham dan
menurut (Shafwan, 2014: 231) dapat gerakan serta aksi dapat berimplikasi
dibuktikan pada perlawanan rakyat luas dalam dinamika kehidupan
melawan penjajahan bangsa asing masyarakat.
dan daya tahannya mempertahankan Istilah moderat merupakan
karakter tersebut selama dalam pandangan atau sikap seseorang
zaman penjajahan Barat dalam yang cenderung kearah pengambilan
waktu 350 tahun. sikap dengan jalan tengah (Salim,
Potret sejarah masuknya Islam 2002). Dalam arti merupakan
dengan cara damai hingga pandangan atau sikap dalam
perkembangannya saat ini meng- menghadapi suatu persoalan dengan
gambarkan corak Islam dan mengambil jalan tengah dan
peradaban Islam di Indonesia yang menghindari praktik-praktik yang
menjunjung sikap moderat damai, radikal.
inklusif, dalam kehidupan beragama Pola moderasi keagamaan
dan bermasyarakat. Dalam teori dalam masyarakat dapat dikatakan
antropologi beragama terdapat terdapat dua corak, yaitu moderasi
istilah great tradition yang digagas wacana dan moderasi perilaku.
Red Field, bahwa great tradition Moderasi wacana ini merupakan
adalah agama yang secara normatif sikap moderat dalam
idealistik yang sifatnya absolut pemikiran-pemikiran, dan ideologi
berlaku secara universal sekaligus yang dipegangi. Corak moderasi ini
abstrak. Ketika agama difahami dan menampilkan sikap tawasuth dalam
dibudayakan oleh komunitas atau perjuangannya mensyi‘arkan ajaran
suatu bangsa akan melahirkan little Islam. Moderasi ini cenderung
tradition, dimana bangsa Indonesia menampilkan sikap terbuka
memiliki little tradition dalam terhadap ajaran, ideologi yang
beragama (Tobroni, 241). Islam diwacanakan pihak luar. Adapun
kemudian merupakan salah satu moderasi perilaku adalah sikap
komponen penting dari nasionalisme moderat yang ditindaklanjuti dengan
bangsa Indonesia, disamping Islam perilaku toleran terhadap pihak lain
sebagai agama yang dianut mayoritas yang berbeda pandangan. Bentuk
penduduk, agama-agama lain juga moderasi ini juga dengan
memberikan ruang bagi pihak lain

391
dalam menetapi dan menjalankan Qur‘an dan al hadits. Ajaran Islam
ajaran dan ideologi yang diyakininya. tersebut, dikelompokkan menjadi
Ideologi keagamaan Islam yang dua kelompok ajaran, kelompok
moderat di atas dapat melahirkan ajaran dasar yang diwahyukan yang
sikap inklusif dan membangun terdapat dalam al Qur‘an dan
harmonisasi dalam kehidupan kelompok ajaran tentang perincian
beragama dan bermasyarakat. dan cara pelaksanaan yang
Dengan pengarusutamaannya, dihasilkan pemikiran manusia
ikatan ukhuwah dan persaudaraan melalui ijtihad (Nasution, 2000: 239).
sebagai sesama Umat dalam tanah Dimana proses ijtihad, dalam
air dapat terbangun secara erat. perumusan hasilnya dengan merujuk
Sehingga corak Islam di Indonesia, pada al Qur‘an dan al hadits. Melalui
peradaban Islam yang dibangun di ijtihad, menjadi salah satu bukti
Indonesia menampakkan dalam moderasi Islam, terjadi proses
identitas Islam yang ramah dan mengkontekstualkan Al-Qur‘an dan
inklusif, berfungsi optimal al hadits dengan permasalahan dunia
membendung unsur-unsur lokal kontemporer dewasa ini. Dalam hal
yang negatif dan terbelakang serta itu, makna asli teks Al-Qur‘an
gelombang radikalisme wacana dan dihubungkan dengan konteks
perilaku keagamaan yang mengan- sekarang melalui langkah
cam ukhuwah Islamiyah dan rasionalisasi. Dengan prinsip ini,
Ukhuwah Wathaniyah. penafsiran Al-Qur‘an tidak kaku
karena mempertautkan dengan
Ruang Lingkup Ajaran Islam dan realitas sekarang, dengan tetap
Karakteristik Nilai-nilai Kemode- berdasar dari pemahaman yang kuat
ratannya terhadap teks Al-Qur‘andan
Sebagai agama universal, Islam al-hadits.
mengandung ajaran –ajaran dasar
yang komprehensif, meliputi dimensi Nilai-Nilai Moderat Ajaran Islam
esoterik dan eksoterik, yang turut Karakter yang melekat pada
memberi corak perilaku seorang Islam adalah al wasthiyyah atau at
Muslim. Dimensi-dimensi Ajaran tawazun (moderasi), yaitu jalan
Islam yang merupakan ruang lingkup tengah di antara dua kutub yang
ajaran Islam tersebut memberi berlawanan. Misalnya Islam menjadi
pengaruh pada perilaku keseharian jalan tengah antara spiritualisme
uamat Islam. Sebagaimana perilaku (ruhaniyyah) dan materialism
budaya agamis menurut (Daya, 1993: (maddiyah), Sebagaimana Islam
57) bukan hanya terwujud dalam memposisikan hak-hak individu
bentuk ilmu tentang Tuhan, alam maupun masyarakat secara
dan manusia, tetapi juga berbagai seimbang. Keseimbangan antara
adat kebiasaan, bentuk-bentuk pemenuhan terhadap hak-hak
tingkah laku peribadatan dan individu dan masyarakat tersebut
seluruh nilai kemanusiaan (ekonomi, akan terus dijalankan sampai pada
ilmu, politik seni, solidaritas dan suatu saat dimana terjadi paradox
etika). antara keduanya, maka kepentingan
Apabila dicermati karakteristik umum yang lebih luas diprioritaskan
kemoderatan ajaran Islam tampak atas kepentingan pribadi (Yasid,
dari ruang lingkup ajarannya yang 2004:42-43).
secara mendasar bersumber dari Secara spesifik manifestasi
sumber syar‘iat Islam, yakni al nilai-nilai kemoderatan dalam Islam,

391
terdapat pada pokok –pokok ajaran pemantulan nilai-nilai spiritualisme
keseimbangan dalam Islam yang misalnya, dalam aktivitas
menurut (Yasid, 43-48) dapat bermeditasi dan berkontemplasi,
diklasifikasikan ke dalam berbagai merenung tanda-tanda kebesaran
pranata kehidupan beragama Allah, menjadi sesuatu yang sangat
sebagaimana terperinci berikut: besar maknanya. Oleh karena itu,
islam mensyari‘atkan jenis-jenis
1. Keseimbangan iman dan pelaksanaan ibadah harian, seperti
keyakinan (I’tiqad) shalat lima waktu yang dalam surat
Wujud moderat Islam dalam al ankabut:45 berfungsi untuk
kaitannya dengan prinsip mencegah perbuatan mungkar,
keseimbangan iman dan keyakinan pembayaran zakat demi menyangga
dalam hal ini, Islam memadukan tegaknya keadilan ekonomi di tengah
kecenderungan tersebut. ketimpangan sosial akibat
Keberadaan fisik dan metafisik dalam tersumbatnya system distribusi.
Islam dapat ditangkap sebagai 3. Keseimbangan Berperangai dan
keniscayaan. Mengimanai Berbudi Pekerti
benda-benada ghaib seperti didasari Moderasi Islam dalam kaitan-
dalil-dalil syar‘i maupun aqli sama nya dengan eksistensi manusia, yang
wajibnya dengan mempercayai wujud diposisikan sebagai makhluk yang
ciptaan Tuhan yang ada di alam paling baik dan mulia. Bahwa pada
nyata. Islam memberikan porsi anatomi manusia bukan saja
berimbang antara pikir dan dzikir, terdapat dua komponen yang saling
antara nalar dan spiritual. Dalam arti melengkapi, fisik (raga) dan ruhani
Islam memposisikan akal untuk (jiwa), tetapi lebih dari itu pada
mencapai maslahah dalam hidup dan komponen yang kedua (ruhani)
kehidupan. Tetapi, untuk membim- Tuhan menyematkan dua unsur lagi
bing daya nalar manusia, Islam sebagai lambing kesempurnaan
memposisikan wahyu sebagai manusia, yakni akal dan nafsu.
pengimbang kebebasan nalar. Kebe- Keseimbangan komponen yang
radaan wahyu dalam Islam tidak melekat pada diri manusia tersebut,
dapat ditangkap sebagai pemasung pada waktu yang bersamaan
fungsi akal. Sebaliknya dengan menumbuhkan watak keseimbangan
wahyu, perjalanan nalar manusia pada perilaku dan perangai manusia
mendapatkan bimbingan menuju dalam interaksi sosial sehari-hari.
maslahah (kebaikan) di dunia dan di Inti ajaran agama dalam konteks ini
akhirat. adalah bagaimana komponen nafsu
2.Keseimbangan Beribadah yang ada pada diri setiap manusia
Wujud moderatnya Islam dalam bisa ditaklukkan di bawah rasio-
konteks keseimbangan beribadah, nalitas akal, sehingga potensi nafsu
bahwa ibadah dalam Islam mengajak kepada kebaikan bukan
difungsikan untuk mengingat mengajak kepada keburukan. Upaya
kebesaran Tuhan setelah manusia penaklukan potensi yang buruk,
bergelimang dengan pergulatan untuk mewujudkan perangai yang
hidup sehari-hari. Anjuran untuk baik dan budi pekerti yang luhur
berkreasi dan berbudi daya adalah dalam kehidupan bermasyarakat.
suatu hal yang niscayabagai manusia Disinilah relevansi dan signifikansi
sebagai khalifah Allah di muka bumi. penerapan nilai-nilai sufisme. Karena,
Tetapi kepuasan memburu materi sufisme adalah pembersihan jiwa
bukanlah suatu jaminan kebahagia- dengan cara berperangai sesuai
an setiap manusia. Dalam hal ini,

392
dengan apa yang dicontohkan oleh Islam, khususnya pada jenjang
nabi Muhammad SAW, melakukan pendidikan menengah.
hal-hal yang terpuji dan Pengembangan pendidikan
meninggalkan hal-hal yang tercela. nilai-nilai moderat dalam kaitan ini
Disamping itu ajara-ajaran Islam perlu berpijak pada esensi dari
yang sarat dengan anjuran untuk makna sikap moderat. Hal ini,
berbuat baik pada sesamanya, mengingat terdapat pola moderasi
seperti solidaritas, kepedulian sosial, keagamaan dalam masyarakat yang
dan sebagainya. meliputi dua corak, yaitu moderasi
4. Keseimbangan dalam wacana dan moderasi perilaku.
Pensyari’atan (Tasyri’) Moderasi wacana yang merupakan
Kesimbangan tasyri‘ dalam sikap moderat dalam
Islam terkait penentuan status pemikiran-pemikiran, dan ideologi
hukum halal dan haram yang selalu yang dipegangi dan moderasi
mengacu pada asas manfaat- perilaku yang merupakan sikap
mudharat. Tolok ukur yang diguna- moderat yang ditindaklanjuti dengan
kan Islam dalam penentuan halal perilaku toleran terhadap pihak lain
haram adalah maslahah umat atau yang berbeda pandangan dalam
daalm kaidah fiqhiyah: upaya menjalankan ajaran dan ideologi
mendatangkan mashlahah (kebaikan) yang diyakininya, maka strategi
dan mencegah mudharat (kerusak- pengembangannya tidak dapat
an). dilepaskan dengan kedua corak
tersebut. Dalam hal ini berimplikasi
Strategi Pengembangan Nilai-nilai pula pada kegiatan pembelajarannya
Keagamaan Islam yang Moderat karena proses pembelajaran
dan Implikasi Pembelajarannya merupakan suatu proses yang
pada Lembaga Pendidikan sistematis, yang tiap komponennya
Munculnya pola keberagamaan sangat menentukan pencapaian
transnasional yang bersifat kontra- tujuan yang ingin dicapai, yakni
produktif bagi pengembangan karak- pengembangan sikap moderat dalam
ter bangsa akhir-akhir ini, memer- kehidupan beragama pebelajar.
lukan strategi pemecahan secara Berkaitan dengan corak pola
sistematik, salah satunya melalui moderasi, yakni dalam wacana dan
pendidikan. Pendidikan nilai-nilai perilaku, maka pembelajaran agama
moderat penting diaktualisasikan Islam perlu mengembangkan arah
penyelenggaraanya pada lembaga pembelajaran yang bersifat
pendidikan formal. Sebab, Lembaga transformatif. Pembelajaran yang
pendidikan sebagai suatu sistem bersifat transformatif bukan sekedar
mempunyai pengaruh dalam pem- mentransformasikan ilmu atau
bentukan sikap karena merupakan informasi kepada pebelajar,
peletak dasar pengertian dan konsep melainkan yang lebih penting adalah
moral dalam diri individu (Azwar, mentransformasikan mind set, pola
2015 : 35-36). Oleh karena itu, pemikiran dan metodologi (Tobroni,
lembaga pendidikan formal sebagai 2012:223-224).
wadah resmi pembinaan generasi Melalui arah pembelajaran ini,
muda diharapkan dapat mening- pebelajar akan mampu mengolah
katkan peranannya dalam informasi yang didapatkan secara
pembentukan sikap moderat melalui kritis, reflektif dan terbuka bukan
peningkatan intensitas dan kualitas hanya untuk mencari yang benar,
pembelajaran pendidikan agama tetapi yang paling benar. Dalam

393
konteks pemikiran keagamaan, dalam menyikapi permasalahan
pembelajaran yang transformatif dengan proporsional.
akan membentuk mind set yang tidak Ketiga, pada ranah
taklid buta dan tidak ta‘asub keterampilan, kegiatan pembelajaran
golongan atau mazhab, mampu diarahkan pada proses aktivitas
membedakan permasalahan yang inquiry. Inquiry ini diarahkan pada
ushul dan yang furu‘iyyah, mana kegiatan menemukan dalil-dalil nash
yang partikuler dan mana yang al-Qur‘an, al-hadits dan kaidah-
universal (Tobroni, 2012:224). kaidah ushul fiqh dengan
Secara operasional proses mengkaitkannya dengan permasa-
pembelajaran dengan berperspektif lahan-permasalahan dalam kehi-
transformatif diaktualisasikan mela- dupan beragama sehingga pebelajar
lui pengembangan ranah kognisi, mampu membedakan permasalahan
afeksi dan motorik/keterampilan yang ushul dan yang furu‘iyyah, dan
sehingga terbangun sikap moderat tidak taklid buta dan tidak ta‘asub
dalam diri pebelajar secara utuh. golongan atau mazhab.
Sebagaimana pandangan Lickona Pengembangan kegiatan
(1989) bahwa pembentukan karakter, pembelajaran dengan mengacu pada
dapat dilakukan dengan ketiga ranah belajar tersebut, perlu
mensinergikan komponen pengeta- ditindaklanjuti dengan menumbuh-
huan, sikap dan perilaku. Demikian kan pada diri pebelajar sikap-sikap
halnya pada pengembangan positif sebagai penguatan pendidikan
karakter moderat. Pengembangannya moderasi dalam beragama meliputi,
pada ketiga ranah tersebut dapat sikap tasamuh (menenggang rasa,
dilakukan melalui strategi berikut. merajut harmoni) sikap saling
Pertama, pada ranah kognitif, menghormati, saling peduli, dan
penekanan materi pada pemahaman saling bekerjasama diantara
pebelajar terhadap dasar –dasar kelompok-kelompok yang berbeda,
ajaran Islam secara komprehensif sikap husnudhan berbaik sangka
yang meliputi aqidah, syari‘ah dan dan strategi mengurai konflik secara
akhlak, pengenalan hukum Islam damai melalui konsep Islah, dan
dan perbedaan madhhab secara sebagainya. Dengan demikian
elaboratif. Melalui kegiatan pem- strategi–strategi tersebut selanjutnya
belajaran ini, dapat memberikan akan mendorong terwujudnya sikap
wawasan yang menjadi landasan moderat pada generasi muda bangsa
pebelajar dalam menyikapi per- yang secara simultan menjadi upaya
masalahan dengan benar, tepat dan konstruktif membangun peradaban
proporsional, terlebih apabila Islam Indonesia. Akhirnya, Islam
menyangkut masalah khilafiyah. Moderat merupakan pola kebera-
Kedua, pada ranah afeksi gamaan yang relevan dibumikan di
kegiatan pembelajaran diarahkan Nusantara, karena sangat repre-
pada penumbuhan kesadaran untuk sentatif memberikan jawaban dan
bersikap moderat dalam kehidupan solusi terhadap seluruh perma-
beragama melalui ilustrasi dialog salahan yang dihadapi umat Islam
nabi Muhammad dengan para dewasa ini.
sahabat, perumusan hasil ijtihad
oleh para Mujtahid. Pesan-pesan Simpulan
dalam ilustrasi kisah dapat Pengembangan nilai-nilai kea-
memberikan gambaran kepada gamaan Islam yang moderat perlu
pebelajar tentang dinamika batin diarusutamakan dalam kehidupan

394
beragama sebagai aktualisasi visi Lickona, Thomas. 1989. Educating
Islam sebagai rahmatan lil‘lamin. For Character.USA, Bantam
Munculnya pola keberagamaan Books.
transnasional yang bersifat Nasution, Harun. 2000. Islam Rasio-
kontraproduktif bagi pengembangan nal. Jakarta: Mizan
karakter bangsa akhir-akhir ini, Salim, Peter, et.al. 2002. Kamus
perlu startegi pemecahan secara Bahasa Indonesia Kontemporer.
sistematik, salah satunya melalui Jakarta: Modern English Press.
pendidikan nilai-nilai moderat pada Shafwan. Muhammad Hambal. 2014.
lembaga pendidikan formal. Intisari Sejarah Pendidikan
Aktualisasinya melalui Islam Menelusuri Praktek
implementasi pembelajaran bersifat Tarbiyah dan Dakwah Sejak
transformatif dengan mentrans- Diutusnya RAsulullah SAW
formasikan mind set, pola pemikiran Hingga Kemerdekaan Indonesia
yang berpijak pada ranah kognisi, Demi Menyongsong Kembali
afeksi dan keterampilan sehingga Kejayaan Pendidikan Islam.
terbangun sikap moderat dalam diri Solo: Pustaka Arafah
generasi muda bangsa. Tobroni, 2012. Relasi Kemanusiaan
dalam Keberagamaan (mengem-
Daftar Rujukan bangkan Etika Sosial Melalui
Pendidikan. Bandung: Karya
Azwar, Saifuddin. 2015. Sikap
Putra Darwati
Manusia Teori dan Pengukur-
Yatim. Badri. 2000. Sejarah
annya. Yogyakarta: Pustaka
Peradaban Islam.Yogyakarta:
Pelajar
Raja Grafindo Persada
Daya Burhanuddin. 1993. al Qur‘an
Yasid, Abu.2004. Islam Akomodatif
dan Pembinaan Budaya Pers-
Rekonstruksi Pemahaman islam
pektif Agamis dalam Al Qur‘an
Sebagai Agama Universal.
dan Pembinaan Budaya Dialog
Yogyakarta: LKIS.
dan Transformasi. Yogyakarta:
Lembaga Studi Filsafat Islam

395
ISLAM NUSANTARA:
DIALEKTIKA NORMATIVITAS DAN LOKALITAS INDONESIA
Oleh Yusuf Suharto
(Aswaja Center NU Jombang,
e-mail: yusufsuharto@yahoo.co.id)
Abstrak
Istilah Islam Nusantara digaungkan secara nasional dan dikawal oleh
organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama
(NU) dan secara resmi menjadi istilah kunci pada tema besar Muktamar
Ke-33 NU pada 1-5 Agustus 2015, di Jombang, Jawa Timur. Islam
Nusantara adalah persinggungan antara normatifitas Islam dan
historisitas keindonesiaan yang direspon dalam strategi dakwah para
alim ulama, untuk memahamkan dan menerapkan universalitas
(shumuliyah) ajaran Islam, sesuai prinsip-prinsip Ahlussunnah
Wal-Jama‗ah dalam aras shaqqun mutaghayyir, atau ijtihadiy, bukan
pada bagian ajaran yang statis (shaqqun thabit, atau qath‘iy).
Pembumian ajaran Islam Ahlussunnah Wal-Jama‘ah (baca : Islam
Nusantara) adalah dengan metode dakwah yang paralel dengan
karakteristik Nusantara dan kearifan lokal masyarakatnya. Tradisi baik
akan diterima, dalam arti sesuatu yang telah dikenal oleh kebanyakan
masyarakat, berupa ucapan dan perbuatan, yang dilegitimasi oleh
shari‘at (tidak menghalalkan yang haram dan tidak membatalkan yang
wajib), atau shari‘at tidak membahasnya, yang sifatnya adalah berubah
dan berganti. Sementara tradisi tidak baik, yaitu sesuatu yang telah
dikenal oleh masyarakat tetapi bertentangan dengan shari‘at, akan
disikapi dengan tiga pendekatan (approach), yaitu amputasi, asimilasi,
atau minimalisasi. Metode ini telah terbukti dapat diterima masyarakat
Nusantara, tanpa resistensi tinggi atas perubahan tradisi yang
sebelumnya mereka jalani.

Kata-Kata Kunci:
Islam Nusantara; Ahlussunnah wal Jama‘ah; NU; qath‘iyy; ijtihady;
tradisi.

Pendahuluan Kiai Agus Sunyoto, salah


seorang budayawan NU menyatakan
Muktamar ke-33 Nahdlatul bahwa Islam yang datang di
Ulama di Jombang Jawa Timur pada Nusantara berasal dari berbagai
01-05 Agustus 2015 mengambil tema negara di penjuru dunia seperti Cina,
―Meneguhkan Islam Nusantara untuk Campa, India, Persia, Arab, Mesir,
Peradaban Indonesia dan Dunia‖. Maroko, dan Asia Tengah, di mana
Bagi penggagasnya, ide ini datang masing-masing penyebar Islam
bukan untuk mengubah doktrin tersebut membawa pengaruh
Islam. Ia hanya ingin mencari cara kebudayaannya yang diasimilasikan
bagaimana melabuhkan Islam dalam dengan kebudayaan yang sudah ada
konteks budaya masyarakat yang di Nusantara, terutama kebudayaan
beragam. yang berlatar kepercayaan lama
Kapitayan. Proses asimilasi dan

396
bahkan sinkretisasi ajaran agama Nahdlatoel Oelama‘ alias NO (Agus
sebagaimana terjadi di Nusantara, Sunyoto, 2013).
hanya mungkin terjadi ketika Islam
disiarkan oleh kalangan ulama Pemaknaan Islam Nusantara
tasawuf yang sangat longgar dalam Untuk memahami istilah Islam
menyampaikan pemahaman agama Nusantara, antara lain bisa didekati
kepada masyarakat dibanding ulama dengan ilmu nahwu yang biasa dikaji
fiqih yang cenderung skripturalis. Itu di pesantren ataupun lembaga
sebabnya, James L. Peacock (1978) keislaman. Dengan ilmu itu kita
menyatakan bahwa Islam yang memahami bahwa istilah Islam
datang di Nusantara adalah Islam Nusantara terdiri dari dua kata yang
sufi yang dengan mudah diterima digabung menjadi satu, atau dalam
masyarakat nusantara. kamus santri dinamakan idhafah
Dengan mengetahui latar yaitu penyandaran suatu isim
historis perkembangan Islam di kepada isim lain sehingga
Nusantara dapatlah difahami kenapa menimbulkan makna yang spesifik,
Islam di Nusantara memiliki corak kata yang pertama disebut mudhaf
yang berbeda dengan Islam yang ada (yang disandarkan) sedang yang
di negara-negara lain. Itu berarti, kedua mudhaf ilayh (yang disandari).
Islam Nusantara yang dicirikan oleh Imam Ibnu Malik, pakar nahwu
tradisi keagamaan yang khas, dalam dari Andalusia Spanyol menyatakan:
ranah sejarah merupakan Islam yang # ‫اب أو تَْن ِوينَا‬ ِ
dibangun di atas pluralitas dan َ ‫اإلعَر‬
ْ ‫نُوًنً تَلي‬
multikulturalitas agama-agama dan
budaya antara bangsa yang berbeda
‫ف َكطُوِر ِسينَا‬ ْ ‫اح ِذ‬ْ ‫يف‬
ِ
ُ ‫ِمّا تُض‬
satu sama lain. Ke-bhinneka-an # ‫اج ُرْر وانو من أ َْو ِِف إذا‬ْ َ‫َّاّن‬ِ ‫والث‬
َ
amaliah peribadatan yang diterima
sebagai keniscayaan tradisi ‫لم ُخ َذا‬
َ ّ‫صلُ ِح ّال َذ َاك َوال‬ْ َ‫ََلْ ي‬
keagamaan–dengan mengacu pada
ِ
prinsip ushuliyah mempertahankan # ‫ك واخصص أول‬ َ ِ‫ل َما ِس َوى َذيْن‬
nilai lama yang baik dan mengambil
nilai baru yang lebih baik–Islam ‫أو أعطو التعريف ِبلذي تل‬
Nusantara tumbuh dan berkembang ―Terhadap Nun yang mengiringi tanda
dalam eksistensinya di tengah arus i‘rob atau tanwin dari pada kalimah
sejarah peradaban manusia. yang dijadikan mudhaf, maka
Dalam pasang dan surut buanglah! demikian seperti contoh:
perkembangan Islam di Indonesia thur sina‘ jar-kanlah! lafazh yg kedua
telah terjadi pelbagai peristiwa yang (mudhaf ilayh). Dan mengiralah
terkait dengan kekurang-fahaman makna min atau fi bilamana tidak
terhadap eksistensi Islam Nusantara pantas kecuali dengan mengira
yang dianggap penuh bid‘ah, demikian. Dan mengiralah makna lam
takhayul dan khurafat serta pada selain keduanya (selain mengira
praktek-praktek syirik dari agama makna min atau fi). Hukumi takhsish
pagan. Reaksi para ulama yang bagi lafal yang pertama (mudhaf) atau
berusaha mempertahankan berilah ia hukum ta‘rif sebab lafal yg
eksistensi Islam Nusantara dari mengiringinya (mudhaf ilayh).
serangan sistematis itulah yang pada Dari teori di atas dapat
tahun 1926 mewujud dalam dipahami bahwa istilah Islam
organisasi sosial keagamaan nusantara merupakan gabungan
kata Islam yang berarti agama yang

397
dibawa oleh Nabi Muhammad serta bagi seluruh wilayah kepulauan
kata nusantara yang dalam KBBI Indonesia, artinya Islam fi Nusantara,
merupakan sebutan (nama) bagi ‗agama Islam yang berada di
seluruh wilayah kepulauan Indonesia. nusantara‘, yaitu agama Islam yang
Penggabungan ini bertujuan untuk dibawa oleh Nabi yang diimani oleh
mencapai makna yang spesifik. orang-orang nusantara. Makna kata
Namun penggabungan kata ini masih Islam di sini tidak tereduksi karena
menyisakan berbagai pemahaman, di-idhafah-kan dengan kata
karena sebagaimana disebutkan oleh nusantara, karena hubungan antara
Ibnu Malik di atas, bahwa mudhaf-mudhaf ilayh di sini sebatas
penggabungan (idhafah) harus menunjukan spesifikasi tempat atas
menyimpan huruf jar (harf al-hafdz) mudhaf ilayh.
yg ditempatkan antara mudhaf dan Dengan demikian ketika PBNU
mudhaf ilayh untuk memperjelas dalam buku Panduan Muktamar
hubungan pertalian makna antara menjelaskan bahwa ‗Islam Nusantara
mudhaf dan mudhaf ilayh-nya. adalah Islam yang khas ala Indonesia,
Huruf-huruf simpanan tersebut gabungan nilai Islam teologis dengan
berupa min, fi dan lam. Peng- nilai-nilai tradisi lokal, budaya, dan
idhafah-an dengan menyimpan adat istiadat di Tanah Air‘, tepatlah
makna huruf min mendaya fungsi pemaknaan ini. Aneka definisi atau
lil-bayan (penjelasan) apabila mudhaf pemaknaan Islam Nusantara berikut
ilayh-nya berupa jenis dari mudhaf. ini juga menguatkan pemaknaan
Teori ini tidak bisa diaplikasikan bahwa Islam Nusantara itu adalah
pada susunan Islam Nusantara, Islam yang berada (fi) di nusantara,
karena nusantara bukan jenis dari bukan hanya untuk (li) nusantara,
kata Islam, jika dipaksakan akan apalagi Islam dari (min) nusantara.
memunculkan pemahaman bahwa Faris Khoirul Anam (2015)
Islam Nusantara merupakan Islam menyebutkan beberapa kutipan
min (dari) Nusantara, padahal pemaknaan Islam Nusantara, berikut
kenyataannya Islam hanya satu yaitu ini:
agama yang dibawa oleh Rasul akhir ―Islam Nusantara itu hanya
zaman. Peng-idhafah-an dengan casing (bungkus). Isinya adalah
menyimpan makna huruf lam Islam Ahlussunnah
berfaedah kepemilikan atau Wal-Jama‘ah an-Nahdliyyah
‗ala ma ‗alayhi al-muassisun
kekhususan (li-milki, li-ikhtishash).
(Islam Ahlussunnah
Memahami dengan teori ini akan Wal-Jama‘ah ala NU seperti
memunculkan takhshish terhadap yang diletakkan oleh para
Islam, ‗Islam untuk orang nusantara‘, pendiri NU). Jadi bukan berarti
padahal realitanya Islam adalah mengkotak-kotakkan. Tidak
agama yang universal, bukan agama ada perubahan, bukan Islam
yang khusus untuk golongan atau yang lain‖ (KH. Dr. Ma‘ruf
bangsa tertentu. Sedangkan idhafah Amin).
dengan menyimpan makna huruf fi ―Islam Nusantara sama sekali
berfaedah li-zarfi apabila mudhaf bukan madzhab baru, bukan
firqah baru, bukan aliran baru.
ilayh-nya berupa zaraf bagi lafal
Islam Nusantara merupakan
mudhaf. Teori ini merupakan yang khasha‘ish wa mumayyizat
paling tepat digunakan dalam (kekhususan dan
memahami term Islam Nusantara, keistimewaan). Tipologi, sebagai
karena sebagaimana disebut di atas khasha‘ish wa mumayyizat
kata nusantara merupakan nama menjadi ciri khas Islamnya
orang-orang Nusantara, yaitu

398
laku Islam yang melebur secara Lebih lanjut, PBNU
harmonis dengan budaya menyebutkan karakter Islam
Nusantara yang sesuai dengan Nusantara sebagai kearifan lokal di
panduan shara‘, segala macam Nusantara yang tidak melanggar
adat istiadat, tradisi, yang tidak
ajaran Islam, namun justru
melanggar batas-batas shara‘,
tidak hanya diperbolehkan, mensinergikan ajaran Islam dengan
namun bahkan digunakan adat istiadat lokal yang banyak
sedemikian rupa, untuk tersebar di wilayah Indonesia.
dakwah Islam di bumi Kehadiran Islam tidak untuk
Nusantara‖ (Prof. Dr. KH. Said merusak atau menantang tradisi
Aqil Siradj). yang ada. Sebaliknya, Islam datang
―Islam Nusantara adalah untuk memperkaya dan
pemahaman, pengamalan, dan mengislamkan tradisi dan budaya
penerapan Islam dalam segmen yang ada secara tadriji (bertahap).
fiqih mu‘amalah sebagai hasil
Bisa jadi butuh waktu puluhan
dialektika antara nash, shari‘at,
dan ‗urf, budaya, dan realita di tahun atau beberapa generasi.
bumi Nusantara. (KH Afifuddin Pertemuan Islam dengan adat dan
Muhajir). tradisi nusantara itu kemudian
Islam Nusantara adalah Islam membentuk sistem sosial, lembaga
Indonesia yang meliputi sejak pendidikan (seperti pesantren) serta
masuknya Islam ke nusantara. sistem Kesultanan. Tradisi itulah
Bahkan jauh sebelum yang kemudian disebut dengan Islam
Indonesia merdeka, universal- Nusantara, yakni Islam yang telah
itas ajaran Islam yang telah melebur dengan tradisi dan budaya
berdialog dengan budaya dan
Nusantara (PBNU, Buku Panduan
peradaban eksisting kenusan-
taraan kemudian melahirkan Muktamar).
ekspresi dan manifestasi umat Pimpinan tertinggi, Rais ‗Aam
Islam Nusantara‖ (Prof. Dr. M. PBNU KH. Ma‘ruf Amin menegaskan,
Isom Yusqi). Islam Nusantara adalah cara dan
―Islam Nusantara adalah cara sekaligus identitas Aswaja yang
dakwah demi kemaslahatan, dipahami dan dipraktikkan para
bukan bermaksud mengingkari pendiri (muassis) dan ulama NU.
ajaran. Berdakwah sesuai Oleh karena itu, dalam pengertian
taqalid (tradisi), ‗adat (adat), Islam Nusantara yang diusung ketua
takalif (jenis pembebanan
MUI ini ditambahkan kalimat ‗sesuai
hukum), thaqat (kemampuan)
manusia yang di masing- yang diletakkan oleh para pendiri NU
masing daerah berbeda, serta (‗ala ma ‗alayhi al-muassisun).
heterogenitas berbeda. Mirip
pluralitas, bukan pluralisme, Makna dan Posisi Tradisi
tapi sesuatu yang pertim-
bangannya untuk yang paling Tradisi adalah sesuatu yang
maslahat bagi nilai-nilai hablun terjadi berulang-ulang dengan
minallah, maupun hablun disengaja, dan bukan terjadi secara
minannas‖ (KH. A. Marzuki kebetulan. Al-Jurjany dalam al-Ta‘rifat
Mustamar). mendefiniskan dengan, ―adat adalah
―Islam Nusantara bukan untuk suatu perbuatan atau perkataan yang
mengkotak-kotakkan Islam, terus menerus dilakukan manusia
bukan firqah atau kelompok lantaran dapat diterima akal dan
baru, namun metodologi secara kontinyu manusia mau
dakwah yang sesuai dengan ciri
mengulanginya. Imam Al-Suyuthi
khas dan budaya masyarakat‖
(KH. Abdurrahman Navis). mendefinisikan:

399
‫علي ِو ِِف أ ُُموِر حياِتِِ ْم‬
ْ ‫وساروا‬ ُ ‫اس‬
ُ ّ‫ما ْاعتاد الن‬
tidak akan berkata, Umar menambah
al-Qur‘an, aku akan menulis ayat rajam
‫ومعاملِتِِ ْم ِم ْن ْقوٍل ْأو فِ ْع ٍل ْأو ْتر ٍك‬
ُ
di dalamnya.‖ Imam Ahmad bin Hanbal
meninggalkan dua raka‘at sebelum
Apa yang menjadi kebiasaan maghrib karena masyarakat meng-
manusia dan mereka melawati ingkarinya. Dalam kitab al-Fushul
kehidupan dan muamalat mereka disebutkan tentang dua raka‘at sebelum
dengan hal itu, baik berupa perkataan, Maghrib bahwa Imam kami Ahmad bin
perbuatan atau hal yang ditinggalkan Hanbal pada awalnya melakukannya,
(Al-Suyuthi, al-Ashbah wa al-Nazhair, namun kemudian meninggalkannya,
64). dan beliau berkata, ―Aku melihat
Meskipun Islam datang dengan orang-orang tidak mengetahuinya.‖
seperangkat aturan yang telah lengkap, Ahmad bin Hanbal juga memakruhkan
namun demikian Islam tidak serta melakukan qadha‘ s{alat di musalla
merta mengabaikan tradisi yang ada di pada waktu dilaksanakan salat ‗id (hari
masyarakat. Dalam ilmu Ushul Fiqh, raya). Beliau berkata, ―Saya khawatir
tradisi menjadi salah satu patokan orang-orang yang melihatnya akan
dalam penentuan hukum Islam hingga ikut-ikutan melakukannya.‖ (Syekh Ibn
akhirnya lahirlah kaidah ‫ال َعادَة ُ ُم َح َّك َمت‬ Muflih al-Hanbali: al-Adab al-Shar‘iyyah,
(adat istiadat itu mempunyai nilai II, 47).
hukum). Karena itulah melanggar Menurut al-‗Utaybi, ulama
tradisi masyarakat dianggap hal yang hampir sepakat (syibh al-ittifaq)
tidak terpuji selama tradisi tersebut tentang kehujjahan pengamalan
tidak diharamkan oleh agama. Dalam tradisi baik, berdasarkan al-Qur‘an,
hal ini Syekh Ibn Muflih al-Hanbali, Sunnah, Kaidah Ushul, dan Kaidah
berkata: Fikih. Kiai Achmad Shiddiq (1978)
ِ ‫اخلروج ِمن عاد‬ ِ ِ ِ
‫ات‬ َ َ ْ ُ ُُْ ‫َوقَ َال ابْ ُن َعق ٍيل ِِف الْ ُفنُون َل يَْنبَغي‬ dalam Khittah Nahdiyyah menem-
patkan kebudayaan, termasuk di
‫ول تََرَك الْ َك ْعبَ َة َوقَ َال (لَْوَل‬ َّ ‫احلََرِام فَِإ َّن‬
َ ‫الر ُس‬ ْ ‫َّاس َّإل ِِف‬ ِ ‫الن‬ dalamnya adat istiadat secara wajar,
dan harus dinilai dan diukur dengan
‫اجلَ ِاىلِيَّةَ) َوقَ َال ُع َمُر لَْوَل أَ ْن يَُق َال ُع َمُر‬
ْ ‫ك‬ ِ ‫ِح ْد ََث ُن قَوِم‬
ْ norma-norma hukum dan ajaran
agama.
ِ ْ ‫الرْك َعَت‬ ِ
‫ي‬ ْ ‫ َوتََرَك أ‬.‫الر ْجِم‬
َّ ‫َمحَ ُد‬ َّ ‫ت آيََة‬ ُ ‫َز َاد ِِف الْ ُقْرآن لَ َكَتْب‬ Islam Nusantara dalam hal
ِ ‫ وذَ َكر ِِف الْ ُفص‬،‫َّاس َذلا‬ ِ ِِ ِ ِ pendekatan budaya memilah tradisi
‫ول َع ْن‬ ُ َ َ َ ِ ‫قَْب َل الْ َم ْغرب إلنْ َكار الن‬ yang berlaku di tengah masyarakat
ِ ِ ‫ي قَْبل الْم ْغ ِر‬ ِ َّ menjadi dua bagian, yaitu tradisi
ُ‫َمحَ ُد ُُثَّ تَ َرَكو‬
ْ ‫ك َإم ُامنَا أ‬ َ ‫ب َوفَ َع َل َذل‬ َ َ ْ ‫الرْك َعَت‬ baik (‗urfun shahih}) dan tradisi jelek
َ َ‫ َوَك ِرَه أ َْمحَ ُد ق‬،ُ‫َّاس َل يَ ْع ِرفُونَو‬ ِ
َ‫ضاء‬ َ ‫ِبَ ْن قَ َال َرأَيْت الن‬
(‗urfun fasid). Tradisi baik adalah
sesuatu yang telah dikenal oleh
‫ي بِِو‬ ِ ِِ ِِ
َ ‫اف أَ ْن يَ ْقتَد‬ ُ ‫َخ‬ َ ‫ أ‬2‫صلَّى الْعيد َوقَ َال‬ َ ‫الَْف َوائت ِِف ُم‬ kebanyakan masyarakat, berupa
ucapan dan perbuatan, yang
. ُ‫ض َم ْن يََراه‬
ُ ‫بَ ْع‬ dilegitimasi oleh shari‘at (tidak
―Ibn ‗Aqil berkata dalam kitab al-Funun, menghalalkan yang haram dan tidak
―Tidak baik keluar dari tradisi membatalkan yang wajib), atau shari‘at
masyarakat, kecuali tradisi yang haram, tidak membahasnya, yang sifatnya
karena Rasulullah telah membiarkan adalah berubah dan berganti.
Ka‘bah dan berkata, ―Seandainya Pengertian ini disebutkan oleh Sa‘ad
kaummu tidak baru saja meninggalkan al-‗Utaybi, dalam Usus al-Siyasah
masa-masa Jahiliyah…‖ Sayyidina al-Shar‘iyyah:
Umar berkata: ―Seandainya orang-orang

411
ِ َّ ‫ف‬
ُ ‫ َما تَ َع َارفَوُ أَ ْكثَ ُر الن‬2‫ َوُى َو‬،‫الصحْي ُح‬
―Sesuatu yang tetap melalui tradisi
‫َّاس‬ ُ ‫العُ ْر‬ seperti sesuatu yang tetap melalui
‫َّاصةَ) ِم ْن قَ ْوٍل أ َْو فِ ْع ٍل‬
َّ ‫ات اخل‬ ِ ‫(وى َذا قَيِ ٌد ُِيْرِج العاد‬
َ َ ُ ّ ََ nash‖.
Kehujjahan tradisi menurut kaidah
. ‫ ِِمَّا َشأْنُوُ التَّغَُّي َوالتَّبَ ّدل‬،ُ‫ْاعتَ بَ َرهُ الش َّْرعُ؛ أ َْو أ َْر َسلَو‬ fikih, disebutkan dalam beberapa
kaidah sebagai berikut:
―Tradisi baik adalah sesuatu yang
dikenal oleh kebanyakan orang ٌ‫الع َادةُ ُُمَ َّك َمة‬
َ
(aspek ini mengeluarkan adat-adat ―Kebiasaan itu dapat menjadi
kebiasan khusus), berupa ucapan, hukum‖.
perbuatan yang dilegitimasi oleh shari‘at,
‫الع َاد ِة‬ ِ ِ ِ
atau shari‘at tidak membahasnya, di َ ‫احلَقْي َقةُ تُْت َرُك ب َدلَلَة‬
mana karakternya adalah berubah ―Hakikat ditinggal karena dalil adat‖.
dan berganti.‖
Kehujjahan tradisi menurut
‫الع َم ُل ِِبَا‬
َ ‫ب‬
ِ ُ ‫استِ ْع َم‬
ِ ‫ال الن‬
ُ ‫َّاس ُح َّج ًة ََي‬ ْ
al-Qur‘an, sebagaimana disebutkan ―Hujjah yang dipakai banyak orang
Ma‘shum Zain dalam Zubdat wajib diamalkan‖.
al-Qawaid al-Fiqhiyyah antara lain ِ ‫ادلعرو‬
‫ف عُ ْرفاً َكادل ْش ُرْو ِط َش ْرطًا‬
adalah firman Allah dalam Surat َ ْ ُ َْ
al-A‘raf ayat 199, An-Nisa‘ ayat 19, ―Yang dikenal sebagai kebiasaan
Al-Baqarah ayat 236: ―Jadilah engkau sama dengan syarat‖.
pemaaf dan suruhlah orang ‫ل ينكر تغيُّي األحكام بتغيُّي األزمنة واألمكنة‬
mengerjakan yang ma‘ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang ―Tidak dapat diingkari perubahan
yang bodoh‖ (QS. Al-A‘raf: 199) hokum itu jika disebabkan perubahan
Kehujjahan tradisi menurut zaman dan tempat‖.
Sunnah, ditunjukkan melalui hadits Selain kaidah-kaidah ini, masih
marfu‘ dari Abdullah bin Mas‘ud, terdapat kaidah-kaidah lain yang
sebagai berikut: disebutkan oleh para ulama. Hal ini
َِّ ‫فَما رأَى الْمسلِمو َن حسنا فَهو ِعْن َد‬
‫اَّلل َح َس ٌن َوَما‬
menunjukkan legalitas pengamalan
َ ُ ًَ َ ُ ْ ُ َ َ tradisi baik, dan bahwa hukum syara‘
‫ رواه أمحد‬.‫اَّلل َسيِّئا‬ َِّ ‫رأَوا سيِئا فَهو ِعْن َد‬ itu bisa berubah dengan mengikuti
َ ُ ًّ َ ْ َ perkembangan adat kebiasaan.
―Sesuatu yang dipandang baik oleh Terkait tradisi yang kurang baik,
umat Islam maka hal itu baik di sisi Islam memiliki cara atau metode
Allah dan sesuatu yang dipandang dalam menyikapinya, sepanjang
jelek oleh mereka maka hal itu jelek di masih bisa dikompromikan dengan
sisi Allah‖ (HR. Ahmad) ajaran Islam karena masih sesuai
Kehujjahan tradisi menurut dengan ajaran islam secara umum,
Kaidah Ushul, dijelaskan oleh maka lebih bijak untuk dijaga dan
al-Bairi dalam Syarh al-Asybah, dilestarikan sebagai identitas bangsa.
sebagai berikut: Detail-detail pelaksanaan tradisi baik
‫ت بِ َدلِْي ٍل َش ْر ِع ّي‬ ِ
ٌ ِ‫ت ِِبلعُ ْرف ََثب‬
ُ ِ‫الثَّاب‬
tersebut tidak harus sama persis
dengan praktek yang ada di zaman
―Sesuatu yang tetap melalui tradisi Rasu>lulla>h, yang terpenting adalah
adalah tetap melalui dalil syar‘i.‖ tidak adanya larangan dan
Kaidah ini senada dengan kaidah unsur-unsur yang menentang
yang disampaikan al-Sarkhasi dalam syariat.
al-Mabsuth, juga Wahbah Al-Zuhayli:
ِِ ِ
ُ ِ‫الثَّاب‬
ِّ ‫ت ِِبلعُ ْرف َكالثَّابت ِِبلن‬
‫َّص‬

411
Normativitas dan Historisitas disebut sebagai ma ‗ulima min al-din
(Lokalitas) Islam bi al-dharurah, mutawatir, atau
Dengan mengikuti tipologi mujma‘ alayh dharuratan min al-din
Fazlur Rahman yang kemudian (Muhammad ibn Alwi al-Maliki, 81).
dipopulerkan oleh Amin Abdullah, Ajaran yang terkategori ‗pasti
maka Islam di sini sebagai kerangka diketahui‘ seperti kewajiban salat
normatif, sedangkan Indonesia atau lima waktu, zakat, puasa Ramadan,
Nusantara sebagai kerangka historis haji, keharaman zina, minuman
dari Islam tersebut. Dalam kerangka khamar, dan yang semacamnya,
historis itulah, Islam dihayati dalam maka manusia tidak boleh taklid
konteks lokalitas tradisi Indonesia. atau ikut-ikutan, karena hal tersebut
Islam Normatif bagi Amin adalah sudah termaklumi. Adapun ajaran
Islam yang didasarkan pada wahyu, yang tak diketahui kecuali setelah
sehingga wahyu mempunyai karakter dilakukan penalaran atau analisis,
normativitas. Sedangkan Islam seperti ibadah furuiyyah, mu‘amalat,
Historis adalah Islam (normatif/ pernikahan, dan yang sejenis, maka
wahyu) yang dihayati dalam dimensi hal kategori ini boleh ditaklidi
historisitas manusia (Amin Abdullah, (Al-Shairazi, Al-Luma‘ fi Ushul Fiqh,
1996: vi). 125).
Pada saat yang sama, dalam Dus, Islam Nusantara yang
menerjemahkan konsep-konsep berpaham Ahlussunnah Wal-Jama‗ah
langitnya ke bumi, Islam mempunyai berkeyakinan, shari‘at Islam bersifat
karakter dinamis, elastis dan universal (shumuly) untuk setiap lini
akomodatif dengan budaya lokal, kehidupan, dalam lintas waktu dan
selama tidak bertentangan dengan tempat. Kandungan ajarannya
prinsip-prinsip Islam itu sendiri. terbagi menjadi tiga hal pokok:
Permasalahannya terletak pada tata Pertama, aspek-aspek teologi (ahkam
cara dan teknis pelaksanaan. Inilah ‗aqa‘idiyah), mencakup setiap
yang diistilahkan Gus Dur dengan hukum yang terkait dengan Dzat,
―pribumisasi Islam‖. Upaya Sifat, dan keimanan kepada Allah
rekonsiliasi antara agama dan (disebut dengan istilah ilahiyyat);
budaya di Indonesia adalah wajar yang terkait dengan para utusan dan
dan telah dilakukan sejak lama serta keimanan kepada mereka dan
bisa dilacak bukti-buktinya. Masjid kitab-kitab yang diturunkan pada
Demak adalah contoh konkrit dari mereka (disebut dengan istilah
upaya rekonsiliasi atau akomodasi nubuwwat); dan yang terkait dengan
itu. hal-hal ghaib (disebut dengan istilah
Normativitas Islam dapat juga sam‘iyyat). Aspek-aspek teologi ini
dimaknai dengan ajaran-ajaran yang dalam disiplin keislaman disebut
berasal dari teks al-Qur‘an Hadith dengan Ilmu Tauhid atau Ilmu
secara sharih qath‘iyy, maka dalam Kalam.
hal ini tidak ada peluang untuk Kedua, aspek-aspek praktik
berbeda, karena dalam wilayah ini ibadah (ahkam ‗amaliyah), yaitu
tak boleh ada ijtihad yang hukum-hukum yang terkait dengan
berkonsekuensi adanya perbedaan amal perilaku atau perbuatan
pendapat. Para ulama ahli Ushul Fiqh, manusia. Aspek-aspek hukum ini
misalnya Abd al-Wahhab Khalaf disebut dengan Ilmu Fikih.
(1978) menyebutnya sebagai dalil Selanjutnya, Fikih terbagi menjadi
sharih qath‘iyy al-wurud wa al-dilalah. beberapa bagian dan para ulama
Hal normatif itu ada pula yang berbeda pendapat mengenai hal itu.

412
Namun pada intinya, fikih terbagi mutaghayyir, atau ijtihadiy). Ajaran
menjadi empat bagian pokok: (1) statis (thabit) adalah ajaran yang
Fikih Ibadah, mengatur hubungan tidak boleh diubah dan tidak boleh
manusia dengan Tuhannya, seperti dikondisikan dengan waktu atau
shalat, zakat, puasa, haji, dan tempat, meliputi pokok-pokok aspek
sebagainya, (2) Fikih Mu‘amalat, teologi (ahkam ‗aqaidiyah), pokok-
mengatur hubungan manusia pokok aspek ibadah (ahkam
dengan sesamanya, seperti akad jual ‗amaliyah), dan pokok-pokok aspek
beli, sewa menyewa, hutang piutang, budi pekerti (ahkam tahdzibiyah).
hibah, pinjam meminjam, penitipan, Rukun Iman, Rukun Islam,
dan sebagainya, (3) Siyasah serta mengingkari apa dan siapapun
Shar‘iyyah, mengatur hubungan yang disembah selain Allah adalah
negara dengan rakyat, atau satu ajaran yang tidak dapat diubah dan
negara dengan negara lainnya, dikondisikan (lihat QS an-Nahl: 36,
seperti hukum tentang Baitul Mal, QS al-Anbiya: 25, dan al-Syura: 13).
anggaran belanja negara (masharif), Dakwah para Nabi, sejak Nabi Adam
hukum-hukum pengadilan, baik ‗alaihissalam hingga Nabi
pidana, perdata, dan sebagainya, (4) Muhammad shallallahu ‗alaihi wa
Ahkam al-Usrah atau Ahwal sallam, pada wilayah thabit ini tidak
Shakhshiyyah, mengatur hukum berbeda dan tidak berubah (lihat QS
privat di dalam keluarga, misalnya al-Baqarah: 136, QS al-Baqarah: 285,
pernikahan, perceraian, hak-hak dan QS Ali Imran: 84).
anak, warits, washiat, dan Demikian pula, pokok-pokok
sebagainya. aturan ibadah berupa shalat, puasa,
Ketiga, aspek-aspek budi zakat, dan haji, tidak dapat diubah
pekerti (ahkam tahdzibiyah), yang dan dikondisikan, kecuali dalam
menyerukan manusia untuk hal-hal parsial (juz-iyyat). Tentang
menghiasi perilakunya dengan akhlak, hal-hal pokoknya juga tidak
sifat-sifat yang baik (akhlaq karimah) berubah, seperti standar perilaku
dan menghilangkan sifat-sifat yang baik dan buruk, yang dikembalikan
buruk. Sifat-sifat baik itu di kepada konsep apakah suatu
antaranya jujur, amanah, perbuatan tersebut bertentangan
bertanggung jawab, berani karena dengan kaidah-kaidah syariat
benar, menepati janji, sabar, menjaga (qawa‘id shari‘ah) atau tidak berten-
kelestarian alam, dan sebagainya. tangan.
Sedangkan sifat-sifat yang buruk itu Sementara tentang mu‘amalah
antara lain adalah berbohong, dan siyasah syar‘iyah dalam
berkhianat, tidak menepati janji, berbagai aspeknya, terdapat bagian
menipu, merusak lingkungan, dan statis (thabit) meskipun sedikit, dan
sebagainya. Aspek-aspek budi pekerti terdapat bagian dinamis (muta-
ini disebut dengan Ilmu Akhlak, atau ghayyir) yang bersitaf fleksibel serta
Ilmu Tashawwuf. dapat disesuaikan dengan waktu dan
Islam Nusantara yang berprinsip tempat.
Ahlussunnah Wal-Jama‘ah meyakini Standar umum dalam praktik
keberadaan ajaran Islam yang statis mu‘amalah dan siyasah shar‘iyah itu
dan dinamis. Secara umum, adalah pokok dan kaidah syariat,
ajaran-ajaran Islam itu terbagi serta maqashid shari‘ah, yaitu
menjadi dua, yaitu ajaran statis tujuan-tujuan shari‘at untuk: Meng-
(shaqqun thabit, atau qath‘iy) dan hilangkan dan menghentikan
ajaran dinamis (shaqqun sesuatu yang membahayakan

413
(d}arar); Memelihara lima hal (kulliyat otomatis wacana dan pengamalan itu
khams), yaitu memelihara agama, batal secara organisasi, dan harus
jiwa, akal, keturunan, dan harta; ditinjau untuk direvisi. Karena itu
Senantiasa memperhatikan alasan- adalah menjadi kewajiban warga NU
alasan hukum (‗illah) fikih dalam dan muslimin nusantara untuk
penetapan hukum; dan memper- mengawal Islam Nusantara ini agar
hatikan maslahat secara umum, baik tidak melanggar prinsip-prinsip
kemaslahatan untuk mendapatkan Ahlissunnah wal Jama‘ah.
sesuatu yang positif atau untuk Sebagaimana dikethaui
menghindari sesuatu yang negatif. bersama, NU didirikan oleh para
Sedangkan ajaran dinamis ulama yang sebelumnya sudah
(shaqqun mutaghayyir) adalah ajaran memiliki kesamaan-kesamaan dalam
yang bersifat fleksibel (murunah) dan wawasan keagamaan, yaitu dalam
berkembang (tathawwur) seiring panji Ahlissunnah wal Jama‘ah.
perkembangan kehidupan. Ajaran Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah
dinamis ini meliputi hal-hal satu organisasi keagamaan terbesar
cabang-parsial (furu‘iyyat juz‘iyyat), yang sangat serius dalam
rincian-rincian dalam pelaksanaan mewujudkan Islam sebagai agama
mu‘amalah dan siyasah shar‘iyyah, yang rah{matan li al-‗alamin.
yang berada pada wilayah adillah Rahmatan li al-‗alamin ini ter-
zhanniyyah, wilayah ijtihad, dan aktualisasi dengan baik dalam
silent shari‘ah (hal-hal yang secara bungkus Islam Nusantara. Konsepsi
rinci tidak dijelaskan oleh shari‘at). Islam rah{matan li al-‗alamin atau
Bagian ajaran dinamis atau shaqqun faham Ahlussunnah wal Jama‘ah
mutaghayyir ini merupakan ruang dalam NU, atau karakter Ahlus
luas untuk berijtihad yang berarti sunnah wal Jamaah sebagaimana
pengerahan segenap kemampuan dijelaskan KH. Achmad Shiddiq
akal seorang mujtahid untuk dalam Risalah Khittah Nahdliyah
menerapkan hukum Allah. (1979: 38-40) adalah tawassuth,
i‘tidal, dan tawazun. Jika dipadukan
Manhaj Fikir Islam Nusantara dengan Khittah NU berdasarkan
Muktamar ke-27 tahun 1984, maka
Berangkat dari pemaknaan dan Manhaj Fikir Islam Nusantara itu
sikap terhadap tradisi sebagaimana menjadi sebagai berikut:
disebut di muka. Penulis Pertama, tawassuth atau
berkeyakinan bahwa Islam Nusan- al-wasathiyyat (moderat) sikap tengah
tara harus dikawal oleh Nahdlatul dan lurus yang berintikan prinsip
Ulama dan muslimin Indonesia, dan hidup yang menjunjung tinggi
tak perlu dikhawatirkan tersusupi keharusan berlaku adil dan lurus di
faham lain yang menyimpang. Itu tengah kehidupan bersama, dan
semua karena sebuah keyakinan menghindari segala bentuk pen-
bahwa gagasan ini bagaimana pun dekatan yang bersifat tatharruf
keluar dari rahim NU. Bukankah (ekstrem). Nilai ini disarikan dari ayat
seluruh produk NU itu terikat dengan al-Qur‘an surat al-Baqarah: 143.
Qanun Asasi, AD-ART, Fikrah Ketika menjelaskan prinsip tawas-
Nahdliyyah, Khittah Nahdliyyah, atau suth dalam bidang antar golongan,
prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal- Kiai Achmad Shiddiq menekankan
Jama‘ah? Maka bila berikutnya agar saling mengerti dan saling
dalam wacana dan pengamalan Islam menghormati.
Nusantara itu terindikasi melanggar
prinsip-prinsip tersebut, secara

414
Kedua, i‘tidal (tegak lurus), ―Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
tidak condong kekanan-kanan dan melainkan untuk (menjadi) rahmat
tidak condong kekiri-kirian yaitu bagi semesta alam‖ (QS. Al-Anbiya‘:
diambil dari i‘dilu (bersikaplah adil), 107).
pada surat al-Maidah: 9. Dalam
konteks aqidah tentang sifat Allah, Mengawal dan Mencintai Islam
adalah pertengahan antara al-Mu‘ath- Nusantara
thilah dan al-Mujassimah, dalam Sebagai muslim yang tinggal
perbuatan Allah menengahi antara dan selalu bergelut dengan
al-Qadariyyah dan al-Jabbariyyah, nusantara, sudah sepatutnya kita
dan seterusnya. bersyukur dengan cara meneguhkan
Ketiga, tawazun (seimbang), dan membela tradisi keislaman yang
yakni keseimbangan dalam segala hal, telah berkembang baik di nusantara,
dalam istidlal dengan menyeim- tentu dengan pemahaman bahwa
bangkan antara al-adillah al-naq- Islam Nusantara bukan bermakna
liyyah dan al-‗aqliyyah, juga me- mengotak-ngotakkan Islam. Islam
nyeimbangkan pengabdian kepada Nusantara juga bukan sebuah upaya
Allah, manusia, dan lingkungan. Pun, sinkretisme yang memadukan Islam
menyelaraskan kepentingan masa dengan "agama Jawa", melainkan
lalu, kini, dan akan datang. Nilai ini kesadaran budaya dalam berdakwah
disarikan dari ayat al-Qur‘an surat sebagaimana yang telah dilakukan
al-Hadid: 25 (Muhyiidn Abdushomad, oleh pendahulu kita Walisongo. Islam
2004: 4). Nusantara tidak mungkin anti Arab,
Keempat, amar ma‘ruf nahi karena Nabi Muhammad berbahasa
munkar. NU selalu memiliki Arab dan diturunkan di tengah-
kepekaan untuk mendorong per- tengah masyarakat yang berbahasa
buatan yang baik dan bermanfaat Arab, dan bahasa penduduk surga
bagi kehidupan bersama, serta adalah bahasa Arab.
menolak dan mencegah segala hal Dengan demikian, sesuatu yang
yang berpotensi merendahkan baik dari tradisi nusantara mesti kita
nilai-nilai kehidupan. pelihara. Hal ini sesuai dengan
Kelima, tasamuh (toleran). kaedah yang masyhur di nusantara,
Sikap toleran terhadap perbedaan dan antara lain dipopulerkan oleh
pandangan baik dalam masalah Kiai Achmad Shiddiq, ―al-muha-
keagamaan, terutama hal-hal yang fadzah ‗ala al-qadim al-shalih wa
bersifat furu‘ atau masalah al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah‖.
khilafiyyah, serta dalam masalah Menurut gambaran al-Qur‘an,
kemasyarakatan dan kebudayaan. sesuatu yang baik itu diibaratkan
(Bisri Adib, Khittah dan Khidmah NU, dengan shajarat al-thayyibah yang
2014, 45). akarnya menghunjam di dalam bumi.
Keenam, menjadikan Islam Hal dapat dimaknakan sebagai
sebagai rahmat atau menyebar kesinambungan dengan masa lalu
rahmat kepada seluruh alam atau tradisi yang baik yang dalam
(rahmatan li al-‗alamin). Kiai Achmad konteks pemikiran adalah pemikiran
Shiddiq menyebut hal ini sebagai atau peradaban yang mempunyai
bagian dari karakteristik yang paling pijakan atau akar tradisi. Kemudian
esensial. dikatakan far‘uha fi al-sama‘, dahan-
ِ ِ
َ ‫اك إِلَّ َر ْمحَ ًة ل ْل َعالَم‬
2‫ي﴾ (األنبياء‬ َ َ‫﴿وَما أ َْر َس ْلن‬
َ
dahannya menjulang tinggi ke langit.
Maksudnya, pemikiran atau per-
)107

415
adaban tersebut harus mampu Hasan, A. Kholik (ed.) Muslim
memahami zaman yang paling kini. Marhamah. Jombang: Pustaka
Dan salah satu dari hasil khas Muhibbin, 2011.
Islam Nusantara adalah tegaknya Hattani, M Bisri Adib. Khittah dan
NKRI berdasarkan Pancasila. Dalam Khidmah NU. Pati: FKNU, 2014.
pandangan Islam Nusantara, Masyhuri, Aziz (ed.). Karya Intelektual
Indonesia adalah darus salam dan Rais Akbar dan Rais ‗Aam.
Pancasila disarikan dari ajaran Islam Surabaya: Bintang, 2012.
ahlussunnah wal jamaah. Karenanya, Misrawi, Zuhairi (ed.). Menggugat
mempertahankan NKRI dan meng- Tradisi Pergulatan Pemikiran
amalkan Pancasila merupakan Anak Muda NU. Jakarta:
perwujudan dari upaya umat Islam Kompas Media Nusantara,
Indonesia untuk menjalankan 2004.
ajaran agama. Pancasila merupakan Pusat Pembinaan Pengembangan
pengejawantahan dari Islam Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Nusantara, karena itu nilai-nilai Indonesia. Jakarta: Balai
Pancasila harus terus ditegakkan di Pustaka, 1994.
tengah terjadinya liberalisasi sistem Wahid, Abdurrahman. Pribumisasi
politik, ekonomi serta budaya. Islam dalam Islam Indonesia,
Wallahu al-Musta‘an. Menatap Masa Depan .P3M,
Jakarta cet. I, 1989.
Daftar Pustaka Zain, Ma‘shum. Zubdatul Qawaid
al-Fiqhiyyah. Jombang: Darul
Abdushomad, Muhyiddin. Al-Hujaj
Hikmah, 2010.
al-Qathiyyah fi shihhati
al-Mu‘taqadat wa al-‗Amaliyyat
al-Nahdhiyyat. Surabaya:
Khalista, 2014.
Al-Maliki, Muhammad ibn Alawi.
Mafahim Yajibu An Tushahhaha.
Surabaya: Hai‘ah Shafwah, tt.
Al-Shayrazi, Abu Ishaq. Al-Luma‘ fi
Ushul al-Fiqh. Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyyah, 1985.
Anam, Faris Khoirul. Islam Nusantara
dalam Pro dan Kontra. Naskah
Penelitian.
Amin, Samsul Munir. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta:
Amzah, 2015.
Abdullah, Amin. Studi Agama
Normativitas dan Historisitas?
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999.
Baso, Ahmad. Plesetan Lokalitas
Politik Pribumisasi Islam, Depok:
Desantara, 2002.
Ibn ‗Aqil. Sharh Nazm Alfiyyah.
Khalaf, Abd al-Wahhab. Ilmu Ushul
Fiqh. Kairo: Dar al-Qalam, 1978.

416

Anda mungkin juga menyukai