Anda di halaman 1dari 32

BERKENALAN

DENGAN ISLAM NUSANTARA


PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang universal, sempurna,
dinamis, lentur, elastis dan selalu dapat
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Islam
dikenal sebagai salah satu agama yang akomodatif
terhadap tradisi lokal dan ikhtilāf ulama dalam
memahami ajaran agamanya. Islam dibawa oleh
Nabi Muhammad saw. kepada seluruh manusia
dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam
bidang sosial politik. Beliau membebaskan manusia
dari kegelapan peradaban menuju cahaya
keimanan.
A.Mustofa Bisri atau Gus Mus (Rais ‘Aam
PBNU) mengungkapkan, saat ini dunia
sedang melirik Indonesia sebagai referensi
keislaman, sudah tidak lagi melirik ke Islam
di Timur-Tengah yang hingga kini masih
terjadi banyak keributan.
“Untuk itulah, Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU)
membuat tema pada muktamar ke-33 lalu
tentang Islam Nusantara “Meneguhkan Islam
Nusantara Untuk Peradaban Indonesia dan
Dunia”. “Tapi pada geger, kaget-kaget bagi orang
yang tidak pernah ngaji. Kalau pernah ngaji pasti
tahu idhofah (penyandaran) mempunyai berbagai
makna, dalam arti mengetahui kata Islam yang
disandarkan dengan kata Nusantara,”.
Gus Mus mencontohkan istilah “air gelas” apakah
maknanya airnya gelas, apa air yang di gelas, apakah air
dari gelas, apa gelas dari air. Padahal bagi santri di
pesantren sudah diajari untuk memahami seperti itu.

Secara sederhana, Gus Mus menjelaskan maksud Islam


Nusantara yakni Islam yang ada di Indonesia dari dulu
hingga sekarang yang diajarkan Walisongo.“Islam ngono
iku seng digoleki wong kono, Islam yang damai, guyub
(rukun), ora petentengan, dan yang Rahmatan lil ‘Alamin.
Walisongo memiliki ajaran-ajaran Islam yang mereka
pahami secara betul dari ajaran Kanjeng Nabi Muhammad
SAW. Walisongo tidak hanya mengajak bil Lisan, tapi juga
bil Hal, tidak mementingkan formalitas, tetapi inti dari
ajaran Islam,”.
SEJARAH MUNCULNYA ISLAM NUSANTARA
1. Historis sosiologis
alquran dan hadist memuat prinsip2 dasar yang
universal maka perlu ada juklak-teknis atau petunjuk praktis
2. Sosial kultural
perbedaan masyarakat arab dan nusantara maka untuk
menanggulangi kesenjangan kultural para ulama berusaha
menterjemahkan ajaran islam dalam bahasa kebudayaan yang
sesuai taraf pemahaman dan kondisi sosiologis nusantara
3. Sosial politik
iktiar mencari solusi realitas sosial islam dunia yang
terjebak konflik politik, perang, permusuhan
METODE PEMIKIRAN ISLAM NUSANTARA

 Upaya untuk memepermudah memahami dan


menjalankan ajaran islam maka dibuat metode
pemikiran dalam dakwah dan pendidikan
 1. metode kultural
 Menjadikan kebudayaan dan tradisi sebagai sarana
mengajarkan dan menanamkan nilai islam
 2. metode bermazhab
 Menghindari
terjadinya penafsiran alquran dan hadis
semena mena
KARAKTER ISLAM NUSANTARA

 1. geologi keilmuan ( sanad)


 2. kearifan, maslahah dari pada tuntunan legal
formal dan simbolik
 3. non koperatif, tetapi tidak frontal dan radikal
(tegas tapi tidak kaku)
 4. menjaga dan merawat keberagaman dng
sikap saling mengerti dan menghargai atas
perbedaan (penerimaan pancasila cerminya)
PENGERTIAN ISLAM NUSANTARA
1. Sosiologis

2. Historis

3. Epistimologi
SOSIOLOGIS
Islam nusantara adalah islam distingtif sebagai
hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi
destruktif dan vernakularisasi islam universal
dengan realitas sosial, budaya dan agama di
Indonesia. Islam nusantara yang kaya dengan
warisan islam menjadi harapan renaisans
peradaban islam global yang akan berakulturasi
dengan tatanan dunia baru.
Distingtif: membedakan satuan bahasa
Indigenisasi: proses perusakan pribumi
Vernakulisasi: Pembahasan kata-kata atau konsep kunci dari bahasa arab ke bahasa Indonesia
HISTORIS
Islam nusantara adalah sebagai hasil ijma’ dan
ijtihad para ulama nusantara dalam melakukan
istinbath terhadap al-muktasab min adillatiha-
tafshiliyah. Islam nusantara adalah idrakul hukmi
min dalilihi ala sabili-rujhan. Islam nusantara
memberi karakter bermazhab dalam teks-teks
para ulama nusantara untuk menyambungkan
kita dengan tradisi leluhur kita, untuk dihormati,
dan untuk kita
EPISTEMOLOGI

Islam itu hanya satu dan memiliki landasan yang


satu, akan tetapi selain memiliki landasan Nuṣūṣ
al-Syarīah (Alquran dan Sunnah), Islam juga
memiliki acuan Maqāṣīd al-Syarīʻah (tujuan
syariat). Maqāṣīd al-Syarīʻah sendiri digali dari
nash-nash syariah melalui sekian Istiqrāꞌ
(penelitian).
EPISTEMOLOGI

Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy’ari, fikih


mazhab Syafi’i, dan tasawuf Ghazali)
menumbuhkan karakter Wasathiyah yang
moderat dan toleran. Islam Nusantara yang kaya
dengan warisan Islam (Islamic legacy) menjadi
harapan renaisans peradaban Islam global

Ortodoksi: ketaatan kepada peraturan dan ajaran resmi


EPISTEMOLOGI
Said Aqil Siradj menegaskan bahwa Islam Nusantara bukanlah ajaran
atau sekte baru dalam Islam.

Konsep itu merupakan pandangan umat Islam Indonesia yang melekat


dengan budaya nusantara.
Umat Islam yang berada di Indonesia sangat dekat dengan budaya di
tempat mereka tinggal dan inilah yang menjadi landasan munculnya
konsep Islam Nusantara.
Dalam konsep tersebut kata dia, menggambarkan umat Islam
Indonesia yang menyatu dengan budaya hasil kreasi masyarakat yang
tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Terang Kiai Said ; “Kita harus menyatu dengan budaya itu, selama
budaya itu baik dan tidak bertentangan itu semakin membuat indah
Islam, kita tidak boleh menentang atau melawannya. Terkecuali budaya
yang bertentangan dengan syariat, seperti zinah, berjudi, mabuk dan
lainnya,”
EPISTEMOLOGI
Prof Isom Yusqi: “istilah yang digunakan untuk merangkai
ajaran dan paham keislaman dengan budaya dan kearifan
lokal Nusantara yang secara prinsipil tidak bertentangan
dengan nilai-nilai dasar ajaran Islam”.

KH Afifuddin Muhajir: Islam Nusantara sebagai “pemahaman,


pengamalan, dan penerapan Islam dalam segmen fiqih
mu’amalah sebagai hasil dialektika antara nash, syari’at, dan
‘urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara”

Abdul Moqsith Ghozali: Islam Nusantara sebagai “Islam yang


sanggup berdialektika dengan kebudayaan masyarakat”.
SILSILAH ATAU SANAD ISLAM NUSANTARA

Ibnul Mubarak berkata : ” Sanad merupakan


bagian dari agama, kalaulah bukan karena
sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja
yang mau dengan apa saja yang diinginkannya
(dengan akal pikirannya sendiri). ” (Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab
Shahihnya 1/47 no:32 ).
Dan inilah sanad-silsilah keguruan NU (Nahdlatul Ulama),
pencetus gagasan Islam Nusantara, sampai nabi Adam as.
saya transkrif dari tausiyah nya Prof Dr KH Said Aqil Siradj MA.
Dan inilah sanad-silsilah keguruan NU (Nahdlatul Ulama),
pencetus gagasan Islam Nusantara,

1. Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj.


2. KH. Hasyim Muzadi.
3. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
4. KH.Wahid Hasyim.
Beliau orang yang sangat cerdas wafat dalam usia muda 39
tahun, Beliau menjadi ketua umum PBNU dan merangkap
sebagai menteri agama, beliau juga mantan anggota inti team9
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), jadi ulama NU
ikut serta membuat kemerdekaan negara ini.
5. Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.
Mbah Hasyim pulang dari Mekah mendirikan NU (NAHDATUL
ULAMA).
6. Syaikh Mahfudz at-Termasi.
Beliau adalah (Mursyid Hadits Bukhori matan ke 23), murid beliau diantaranya:
-Syech Mahfud Termas - Pacitan
-Syech Arsyad Banjar Masin Martapura.
-Syech Somas - Palembang.
-Syech Arsyad Al Banjari - Banjarmasin
-Syeikhona Kholil - Bangkalan, Madura.
-Abdul Somad Al-Palembangi.
Sejumlah murid yg berhasil di cetak beliau Syeikhona Kholil Bangkalan diantaranya adalah
Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy'ari (tebu ireng, jombang), KH Wahab Hasbulloh (Tambak
beras, jombang), KH Bisri Syansuri (Denanyar, jombang), KH As’ad Syamsul Arifin
(Sukorejo Situbondo), Kiai Cholil Harun (Rembang), Kiai Ahmad Shiddiq (Jember), Kiai
Hasan (Genggong Probolinggo), Kiai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo), Kiai Abi Sujak
(Sumenep), Kiai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Usymuni (Sumenep), Kiai Abdul Karim
(Lirboyo Kediri), Kiai Munawir (Krapyak Yogyakarta), Kiai Romli Tamim (Rejoso
Jombang), Kiai Abdul Majid (Bata-Bata Pamekasan). Dari sekian banyak santri Syaikhona
Kholil pada umumnya menjadi pengasuh pesantren dan tokoh NU di Nusantara.

7. Syaikh Nawawi al-Bantani.


Karangan Kitabnya : Syarh safinatunnaja, syarh sulamut taufiq, dll.
Yang mayoritas Ulama Di Indonesia memakai karangan Syeikh Nawawi Al Bantani sebagai
rujukan.

8. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan.


Karangan Kitab nya : Kitab syarh Jurumiyah, Syarh Al Fiyah, Addurorru Sanniyah, Al
Muttamimmah, dll.
9. Imam Ahmad ad-Dasuqi.
Karangan Kitabnya: Ummul Barohin, dll.
10. Imam Ibrahim al-Baijuri.
Karangan Kitabnya : Jauhar Tauhid (yang diterjemahkan ke bahasa jawa oleh KH Sholeh Darajat -
Semarang), dll.
11. Imam Abdullah as-Sanusi.
Karangan Kitabnya Kitab Al Aqidatul Kubro, dll.

12. Imam ‘Abduddin al-‘Iji.


Karangan Kitabnya : Kitab Al Mawaqit Fi Ilmil Kalam 7 jilid, dll.
13. Imam Muhammad bin Umar Fakhrurrazi.
Karangan Kitabnya : Kitab Tafsir Mafatihul Ghoib 16 jilid, Ilmu Kalam Al Matholibul Aliyah 5 jilid,
Mabahisul Masyiqiyah, Ushul fiqh Al Mahsul Fib Ilmi Usul 5 jilid, dll.
14. Imam Abdul Karim asy-Syahrastani.
Karangan Kitabnya: AlMilal Wal Nikhal, Mushoro Abdul Falashifa, dll.
15. Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad al-Ghozali.
Karangan kitabnya : Kitab Ihya Ulumuddin, Al Wajiz, Al Washit, Al Basith, Ma'Arijul Quds, Bidatul
Bhidayah, Misyakatul Anwar, Minhajul Qowin, Minhajul Abidin, dll.
16. Imam Abdul Malik al-Haramain al-Juwaini.
Karangan Kitabnya: Kitab Lathoiful Isyaroh, As Samil, Al Irsyad, Al Arba'in, Al Kafiyah, dll.
17. Imam Abubakar al-Baqillani.
karangannya: Kitab At Tamhid, Al Insof, Al Bayan, Al Imdad, Al I'Jahz, dll.
18. Imam Abdullah al-Bahili.
19. Imam Abu al-Hasan Ali al-Asy’ari.
Pendiri Faham Ahlussunah Wal jama'ah kurang lebih 234 kitab karangannya diantaranya :
Kitab Maqolatul islaminyin, Al Ibanah, Al Risalah, Al Luma, dll.
20. Abu Ali al-Juba’i.
21. Abu Hasyim al-Juba’i.
22. Abu al-Hudzail al-‘Allaf.
23. Ibrahim an-Nadzdzam.
24. Amr bin Ubaid.
Beliau adalah penemu Ilmu Balaghoh.
25. Washil bin Atha’.
Beliau adalah penemu Ilmu kalam.
26. Sayyidina Muhammad bin Ali bin Abi Thalib.
27. Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw.
28. Sayyidina Rasulullah Muhammad Saw.
29. Malaikat Jibril As.
30. Allah Swt.
KARAKTERISTIK ISLAM NUSANTARA BERDASARKAN FIQIH
1. Sempurna. Syariat Islam diturunkan dalam bentuk umum dan garis
besar. Karena itu, hukum-hukumnya bersifat tetap, tidak berubah-ubah karena
perubahan masa dan tempat. Bagi hukum-hukum yang lebih rinci, syariat Islam
hanya menetapkan kaidah dan memberikan patokan umum. Penjelasan dan
rinciannya diserahkan kepada ijtihad pemuka masyarakat.
2. Dengan menetapkan patokan-patokan umum tersebut, syariat Islam
dapat benar-benar menjadi petunjuk yang universal dan dapat diterima di
semua tempat dan di setiap saat. Selain itu, umat manusia dapat
menyesuaikan tingkah lakunya dengan garis-garis kebijaksanaan al-Qur’an,
sehingga mereka tidak melenceng.
3. Penetapan al-Qur’an terhadap hukum dalam bentuk global dan simpel itu
dimaksudkan untuk memberikan kebebasan pada umat manusia untuk
melakukan ijtihad sesuai dengan situasi dan kondisi zaman. Dengan sifatnya
yang global ini diharapkan hukum Islam dapat belaku sepanjang masa.
4. Elastis. Fiqih Islam juga bersifat elastis (lentur dan luwes), ia meliputi
segala bidang dan lapangan kehidupan manusia. Permasalahan kemanusiaan,
kehidupan jasmani dan rohani, hubungan sesama makhluk, hubungan
makhluk dengan Khalik, serta tuntutan hidup dunia dan akhirat terkandung
dalam ajarannya. Fiqih Islam memperhatikan berbagai segi kehidupan, baik
bidang ibadah, muamalah, jinayah dan lain-lain. Meski demikian, ia tidak
memiliki dogma yang kaku, keras dan memaksa. Ia hanya memberikan kaidah-
kaidah umum yang mesti dijalankan oleh manusia.
KARAKTERISTIK ISLAM NUSANTARA BERDASARKAN FIQIH

5. Hukum Islam Bersifat Ta’aqquli dan Ta’abbudi. Hukum Islam


mempunyai dua dasar pokok; al-Qur’an dan sunnah Nabi. Di
samping dua sumber pokok tersebut, ajaran Islam juga memiliki
sumber lain yaitu konsensus masyarakat (ulama) yang
mencerminkan suatu transisi ke arah satu hukum yang berdiri
sendiri (penafsiran terhadap al-Qur’an dan al-Sunnah).

6. Untuk memahami kedua sumber tersebut perlu digunakan


kejernihan hati dan fikiran, kecerdasan dan pengetahuan dan
mempertimbangkan konteks masyarakat yang ada. Hal ini karena
di dalam kedua sumber tersebut terdapat ajaran yang bersifat
ta’abbudi (tidak bisa dirasionalisasika) dan ada yang bersifat
ta’aqquli (bersifat rasional).
KARAKTERISTIK ISLAM NUSANTARA BERDASARKAN
TASAWUF
Islam nusantara adalah islam di wilayah melayu (Asia
tenggara). Karakter diktrinalnya adalah berpaham
Asy’ariyah dari segi kalam (teologi), berfikih mazhab
syafi’i sekaipun menerima mazhab yang lainnya dan
menerima tasawuf model Imam Ghazali. Lalu
mengkontraskannya dengan islam arab yang berpaham
teologi Muhammad bin Abdul Wahab (Wahabi) dan
berfiqih mazhab imam Amad bin Hambal yang katanya
sangat rigid dan keras. Islam jenis ini menolak tasawuf
karena dianggap banyak bid’ahnya.
KARAKTERISTIK ISLAM NUSANTARA BERDASARKAN
TEOLOGI
Pada umunya, para pengajar tasawuf atau para sufi
adalah guru-guru pengembara, mereka sering kali
berhubungan dengan perdagangan, mereka
mengajarkan teosofi yang telah bercampur dengan
ajaran yang sudah dikenal luas masyarakat Indonesia.
Dengan tasawuf, bentuk islam yang diajarkan kepada
para penuduk pribumi mempunyai persamaan dengan
alam pikiran mereka yang sebelumnya memeluk agama
hindu, sehingga ajaran islam dengan mudah diterima
mereka.
DUKUNGAN TERHADAP
GAGASAN ISLAM NUSANTARA
a. Presiden Joko Widodo
Saat berpidato dalam membuka Munas alim
ulama NU di Masjid Istiqlal, Minggu (14/06),
menyatakan dukungannya secara terbuka atas
model Islam Nusantara
"Islam kita adalah Islam Nusantara, Islam yang
penuh sopan santun, Islam yang penuh tata
krama, itulah Islam Nusantara, Islam yang penuh
toleransi," kata Presiden Jokowi.
DUKUNGAN TERHADAP
GAGASAN ISLAM NUSANTARA
b. Azyumardi Azra
Beliau mengatakan model Islam Nusantara atau Islam Nusantara dibutuhkan oleh
masyarakat dunia saat ini, karena ciri khasnya mengedepankan "jalan tengah". Karena
bersifat tawasut (moderat), jalan tengah, tidak ekstrim kanan dan kiri, selalu seimbang,
inklusif, toleran dan bisa hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama
lain, serta bisa menerima demokrasi dengan baik," kata Azyumardi Azra. Menurutnya,
memang ada perbedaan antara Islam Indonesia dengan 'Islam Timur Tengah' dalam
realisasi sosio-kultural-politik.
"Sektarian di Indonesia itu jauh, jauh lebih kurang dibandingkan dengan sektarianisme
yang mengakibatkan kekerasan terus-menerus di negara-negara Arab," jelasnya.
Lebih lanjut Azyumardi menjelaskan, model Islam Nusantara itu bisa dilacak dari
sejarah kedatangan ajaran Islam ke wilayah Nusantara yang disebutnya melalui proses
vernakularisasi. Proses ini diikuti pribumisasi (indigenisasi), sehingga menurutnya, Islam
menjadi embedded (tertanam) dalam budaya Indonesia.

"Jadi, tidak lagi menjadi sesuatu yang asing. Karena itu, dalam penampilan budayanya,
Islam Indonesia jauh berbeda dengan Islam Arab... Telah terjadi proses akulturasi,
proses adopsi budaya-budaya lokal, sehingga kemudian terjadi Islam embedded di
Indonesia," jelas mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
DUKUNGAN TERHADAP
GAGASAN ISLAM NUSANTARA

c. Peserta International Summit Of The Moderate Islamic Leaders


(Isomil) 2016
Ulama dari 33 negara yang menjadi peserta International Summit of the
Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) menyatakan akan mengembangkan Islam
moderat ala Islam Nusantara di negara masing-masing.
Mereka juga akan mendirikan jamiyah atau organisasi NU di negaranya,
sebagaimana yang sudah dilakukan oleh ulama Afghanistan.
Ulama dari Lebanon, Yunani, Lithuania, dan Rusia mengemukakan hal itu
mewakili perwakilan negara lainnya dalam deklarasi NU di kegiatan ISOMIL di
Jakarta Convention Centre (JCC), Selasa.
Sementara sejumlah perwakilan negara berniat mempelajari prinsip moderasi
NU dan ajaran Pancasila sebagai prototipe yang akan dikembangkan di negara
masing-masing.
DUKUNGAN TERHADAP
GAGASAN ISLAM NUSANTARA
Rektor Universitas Kulliyatud Dawah Lebanon Syaikh Abdul Nasheer Jabri mengatakan,
nilai-nilai prinsip yang dikembangkan NU selama ini selaras dengan ajaran Nabi
Muhammad SAW dalam membangun peradaban umat, terutama dalam hal
pengembangan moderasi, toleransi, dan peradaban Islam Nusantara yang selama ini
dipraktikkan oleh NU. "Paradigma Islam moderat ala NU ini harus terus dikampanyekan
oleh berbagai pihak. Karena misi ini adalah hal yang sangat prinsip dalam Islam. Islam
moderat NU ini bukan milik kelompok tertentu, atau negara tertentu, tetapi memang
inilah Islam sesungguhnya yang diajarkan Nabi," tandas Nasheer.

Ia mengkritik sejumlah kelompok yang berorientasi pada perebutan kekuasaan,


pembenturan negara dengan Islam, penebaran konflik dan misi perang, seperti yang
dilakukan Hizbut Tahrir, Al Qaida, dan sejenisnya. "Islam bukanlah hizb, bukan partai
atau pasukan perang, karena Islam bukan fikrul harb, tidak berorientasi pada
peperangan. Islam adalah fikrul ummah, yang berorientasi pada pengembangan
peradaban umat, mewujudkan kesejahteraan, membina masyarakat dalam beribadah,
membangun ketertiban umum," papar Nasheer. Dari gagasan fikrul ummah ini, kata
Nasheer, Islam bertanggung jawab membuat pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat
kebudayaan, pusat ekonomi. Hal itu diamini para ulama dari 33 negara peserta ISOMIL
lainnya.
PRO DAN KONTRA
TENTANG KONSEP ISLAM NUSANTARA

Istilah Islam Nusantara akhir-akhir ini mengundang banyak perdebatan


sejumlah pakar ilmu-ilmu keislaman. Sebagian menerima dan sebagian
menolak. Alasan penolakan mungkin adalah karena istilah itu tidak sejalan
dengan dengan keyakinan bahwa Islam itu satu dan merujuk pada yang satu
(sama) yaitu Al-Qur’an danAs-Sunah.

Dalam pengertian hukum yang ini kita sah dan wajar menambahkan pada
‘Islam’ kata deiksis, seperti Islam Nusantara, Islam Amerika, Islam Mesir, dan
seterusnya. Makna Islam Nusantara tak lain adalah pemahaman, pengamalan,
dan penerapan Islam dalam segmen fiqih mu’amalah sebagai hasil dialektika
antara nash, syari’at, dan ‘urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara. Dalam
istilah “Islam Nusantara”, tidak ada sentimen benci terhadap bangsa dan
budaya negara manapun, apalagi negara Arab, khususnya Saudi sebagai
tempat kelahiran Islam dan bahasanya menjadi bahasa Al-Qur’an.
KESIMPULAN
“Mengapa Islam Nusantara”, baik dari sisi historis maupun untuk kepentingan
saat ini, dapat disingkat sebagai berikut:
1. Ajaran Islam Nusantara, baik dalam bidang fikih (hukum), tauhid (teologi),
ataupun tasawuf (sufism) sebagian telah diadaptasi dengan aksara dan
bahasa lokal. Sekalipun untuk beberapakitab tertentu tetap menggunakan
bahasa Arab, walaupun substansinya berbasis lokalitas, seperti karya Kyai
Jampers Kediri.
2. Praktik keislaman Nusantara, seperti tahlilan, tujuh bulanan, muludan,
bedug/kentongan sesungguhnya dapat memberi kontribusi pada harmoni,
keseimbangan hidup di masyarakat. Keseimbangan ini menjadi salah satu
karakter Islam Nusantara, dari dulu dan saat ini atau ke depan.
3. Adat yang tetap berpegang dengan syari’at Islam itu dapat membuktikan
praktik hidup yang toleran, moderat, dan menghargai kebiasaan pribumi,
sehingga ajaran Ahlus sunnah wal jamaah dapat diterapkan. Tradisi yang baik
tersebut perlu dipertahankan, dan boleh mengambil tradisi baru lagi, jika
benar-benar hal itu lebih baik dari tradisi sebelumnya.
KESIMPULAN
4. Manuskrip (catatan tulisan tangan) tentang keagamaan Islam, baik
babad, hikayat, primbon, dan ajaran fikih, dst. sejak abad ke-18/20
merupakan bukti filologis bahwa Islam Nusantara itu telah berkembang dan
dipraktikkan pada masa lalu oleh para ulama dan masyarakat, terutama di
komunitas pesantren.
5. Tradisi Islam Nusantara, ternyata juga terdapat keserupaan dengan
praktik tradisi Islam di beberapa Negara Timur Tengah, seperti Maroko dan
Yaman, sehingga Islam Nusantara dari sisi praktik bukanlah monopoli NU atau
umat Islam Indonesia semata, karena jejaring Islam Nusantara di dunia
penting dilakukan untuk mengantisipasi politik global yang terkesan bagian
dari terorisme global.
6. Karakter Islam Nusantara, seperti disebut sebelum ini, tidaklah
berlebihan jika dapat menjadi pedoman berfikir dan bertindak untuk
memahami ajaran Islam saat ini, sehingga terhindar dari pemikiran dan
tindakan radikal yang berujung pada kekerasan fisik, dan kerusakan alam.
7. NU sebagai organisasi yang dilahirkan untuk mengawal tradisi para
ulama Nusantara, terutama saat keemasannya, Walisongo, penting kiranya
untuk tetap mengawal dan menegaskan kembali tentang Islam Nusantara,
yang senantiasa mengedapkan toleransi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai