2. Historis
3. Epistimologi
SOSIOLOGIS
Islam nusantara adalah islam distingtif sebagai
hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi
destruktif dan vernakularisasi islam universal
dengan realitas sosial, budaya dan agama di
Indonesia. Islam nusantara yang kaya dengan
warisan islam menjadi harapan renaisans
peradaban islam global yang akan berakulturasi
dengan tatanan dunia baru.
Distingtif: membedakan satuan bahasa
Indigenisasi: proses perusakan pribumi
Vernakulisasi: Pembahasan kata-kata atau konsep kunci dari bahasa arab ke bahasa Indonesia
HISTORIS
Islam nusantara adalah sebagai hasil ijma’ dan
ijtihad para ulama nusantara dalam melakukan
istinbath terhadap al-muktasab min adillatiha-
tafshiliyah. Islam nusantara adalah idrakul hukmi
min dalilihi ala sabili-rujhan. Islam nusantara
memberi karakter bermazhab dalam teks-teks
para ulama nusantara untuk menyambungkan
kita dengan tradisi leluhur kita, untuk dihormati,
dan untuk kita
EPISTEMOLOGI
"Jadi, tidak lagi menjadi sesuatu yang asing. Karena itu, dalam penampilan budayanya,
Islam Indonesia jauh berbeda dengan Islam Arab... Telah terjadi proses akulturasi,
proses adopsi budaya-budaya lokal, sehingga kemudian terjadi Islam embedded di
Indonesia," jelas mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
DUKUNGAN TERHADAP
GAGASAN ISLAM NUSANTARA
Dalam pengertian hukum yang ini kita sah dan wajar menambahkan pada
‘Islam’ kata deiksis, seperti Islam Nusantara, Islam Amerika, Islam Mesir, dan
seterusnya. Makna Islam Nusantara tak lain adalah pemahaman, pengamalan,
dan penerapan Islam dalam segmen fiqih mu’amalah sebagai hasil dialektika
antara nash, syari’at, dan ‘urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara. Dalam
istilah “Islam Nusantara”, tidak ada sentimen benci terhadap bangsa dan
budaya negara manapun, apalagi negara Arab, khususnya Saudi sebagai
tempat kelahiran Islam dan bahasanya menjadi bahasa Al-Qur’an.
KESIMPULAN
“Mengapa Islam Nusantara”, baik dari sisi historis maupun untuk kepentingan
saat ini, dapat disingkat sebagai berikut:
1. Ajaran Islam Nusantara, baik dalam bidang fikih (hukum), tauhid (teologi),
ataupun tasawuf (sufism) sebagian telah diadaptasi dengan aksara dan
bahasa lokal. Sekalipun untuk beberapakitab tertentu tetap menggunakan
bahasa Arab, walaupun substansinya berbasis lokalitas, seperti karya Kyai
Jampers Kediri.
2. Praktik keislaman Nusantara, seperti tahlilan, tujuh bulanan, muludan,
bedug/kentongan sesungguhnya dapat memberi kontribusi pada harmoni,
keseimbangan hidup di masyarakat. Keseimbangan ini menjadi salah satu
karakter Islam Nusantara, dari dulu dan saat ini atau ke depan.
3. Adat yang tetap berpegang dengan syari’at Islam itu dapat membuktikan
praktik hidup yang toleran, moderat, dan menghargai kebiasaan pribumi,
sehingga ajaran Ahlus sunnah wal jamaah dapat diterapkan. Tradisi yang baik
tersebut perlu dipertahankan, dan boleh mengambil tradisi baru lagi, jika
benar-benar hal itu lebih baik dari tradisi sebelumnya.
KESIMPULAN
4. Manuskrip (catatan tulisan tangan) tentang keagamaan Islam, baik
babad, hikayat, primbon, dan ajaran fikih, dst. sejak abad ke-18/20
merupakan bukti filologis bahwa Islam Nusantara itu telah berkembang dan
dipraktikkan pada masa lalu oleh para ulama dan masyarakat, terutama di
komunitas pesantren.
5. Tradisi Islam Nusantara, ternyata juga terdapat keserupaan dengan
praktik tradisi Islam di beberapa Negara Timur Tengah, seperti Maroko dan
Yaman, sehingga Islam Nusantara dari sisi praktik bukanlah monopoli NU atau
umat Islam Indonesia semata, karena jejaring Islam Nusantara di dunia
penting dilakukan untuk mengantisipasi politik global yang terkesan bagian
dari terorisme global.
6. Karakter Islam Nusantara, seperti disebut sebelum ini, tidaklah
berlebihan jika dapat menjadi pedoman berfikir dan bertindak untuk
memahami ajaran Islam saat ini, sehingga terhindar dari pemikiran dan
tindakan radikal yang berujung pada kekerasan fisik, dan kerusakan alam.
7. NU sebagai organisasi yang dilahirkan untuk mengawal tradisi para
ulama Nusantara, terutama saat keemasannya, Walisongo, penting kiranya
untuk tetap mengawal dan menegaskan kembali tentang Islam Nusantara,
yang senantiasa mengedapkan toleransi.
TERIMA KASIH