Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Fakultas Ekonomi Sastra dan Sosial
Politik, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Jln Raya Sentani-Padang Bulan Abepura, Jayapura Papua 99351
E-mail:
rosanwar073@gmail.com
Abstract
This research is motivated by intercultural communication barrier that happened among students of native Papuan with
students Papuan immigrants in Jayapura. The purpose of this research is to describe and analyze the barriers of
intercultural communication of students native Papuan in SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura. The method used in this
research is descriptive qualitative method. In this research, the writer uses purposive sampling technique for the
selection of subject, with the informants as much 10 students. The data source used is primary data source and
secondary data relating to empirical situation and condition. Interviews and documentation to obtain primary data on
intercultural communication barriers of Papuan students and immigrans students of Jayapura at SMA YPPK Teruna
Bakti. The results showed that intercultural communication barriers are still frequent because each tribe still has
difficulty in understanding every culture difference. The inhibiting factors of intercultural communication are language
differences, nonverbal misconceptions (such as body gestures, voices and so on) and in their perceptions of judging each
of the two tribes.
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hambatan komunikasi antarbudaya yang terjadi di kalangan Pelajar Asli Papua (OAP)
dengan Pelajar Pendatang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis hambatan komunikasi
antarbudaya siswa asal Papua khususnya di SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik purposive sampling
(bertujuan) untuk pemilihan subjek, dengan jumlah informan sebanyak 10 (sepuluh) orang siswa – siswi. Sumber data
yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan situasi dan kondisi empiris.
Wawancara dan dokumentasi guna memperoleh data primer mengenai Hambatan Komunikasi Antarbudaya siswa asli
papua dengan siswa pendatang di SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan
komunikasi antarbudaya masih sering terjadi karena masing – masing suku masih mengalami kesulitan dalam memahami
setiap perbedaan budaya. Adapun yang menjadi faktor penghambat komunikasi antarbudaya adalah mengenai perbedaan
bahasa, kesalahpahaman nonverbal (seperti gestur tubuh, suara dan sebagainya) serta dalam persepsi mereka dalam
menilai masing – masing kedua suku tersebut.
139
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018
140
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018
141
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018
142
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018
143
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018
rintangan yang disebabkan karena Littlejohn, 2002: p. 243; Griffin, 2006: p 426-
kondisi geografis. 427).
5) Rintangan status, yaitu rintangan yang
disebabkan karena jarak sosial di antara 3. Metode Penelitian
peserta komunikasi, misalnya
perbedaan status antara senior dan Penelitian ini menggunakan studi penelitian
yunior atau atasan dan bawahan. kualitatif dengan pendekatan purposive
6) Rintangan kerangka berpikir, yaitu sampling. Jenis penelitian ini adalah penelitian
rintangan yang disebabkan adanya dasar yang memiliki tujuan untuk mencari
perbedaan persepsi antara komunikator pemahaman mengenai suatu masalah (Sutopo,
dan khalayak terhadap pesan yang 2002: hal 109). Informan dalam penelitian ini
digunakan dalam berkomunikasi. Ini adalah 10 orang informan yang terdiri dari
disebabkan karena latar belakang siswa siswi orang asli papua dibatasi pada suku
pengalaman dan pendidikan yang Paniai dan siswa siswi pendatang yang dibatasi
berbeda. pada suku Jawa dan Toraja di SMA YPPK
7) Rintangan budaya, yaitu rintangan yang Teruna Darma Jayapura. Suku-suku tersebut
terjadi disebabkan karena adanya merupakan suku mayoritas di lokasi penelitian.
perbedaan norma, kebiasaan dan nilai- Dalam penelitian ini menggunakan metode
nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang pengumpulan data berupa wawancara,
terlibat dalam komunikasi. observasi langsung dan studi dokumen.
Wawancara langsung bersifat terbuka dan
luwes yang dilakukan dalam suasana yang
2.4. Teori Ketidakpastian dan Kecemasan informal dan akrab (Nasution, 1992: hal 69-81
dalam Puspowardhani, 2008).
Dalam komunikasi antar budaya Sementara itu observasi langsung yang
dikenal dengan sebutan Anxiety Uncertainty dilakukan bersifat pasif. Maksudnya, peneliti
Management atau disingkat menjadi AUM. tidak akan terlibat jauh secara emosional
Teori ini dikembangkan oleh William dengan objek yang diteliti. Menurut Lofland
Gudykunst dari Uncertainty Reduction Theory dan Lofland (dalam Moleong, 2007: 157)
(URT) versi Charles Berger ketika Gudykunst sumber data utama dalam penelitian kualitatif
dan koleganya meneliti cara-caraindividu adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
dalam memprediksi lingkungan sosialnya dan adalah data dokumen dan lain-lain.
mengetahui lebih jauh tentang diri mereka dan Penelitian ini menggunakan teknik analisis
orang lain. data kualitatif. Di mana seluruh proses
penelitian tidak ditujukan untuk membuktikan
Gudykunts (1984 :34) menyebutkan
suatu hipotesis tetapi untuk mengambil suatu
bahwa hal utama ketika kita bertemu dengan
kesimpulan yang bermakna dan sebagai
orang baru adalah pengurangan ketidakpastian
evaluasi atas kasus yang ditemukan di
(Uncertainty Reduction Theory atau URT).
lapangan. Dengan menggunakan analisis
Dalam teori ini dikatakan bahwa kita akan
kualitatif, yaitu menelaah fenomena atau
mencoba mengurangi ketidakpastian ketika
kenyataan sosial dalam suasana yang
orang yang kita temui akan kita jumpai lagi di
berlangsung secara wajar atau ilmiah, bukan
masa mendatang, atau ia berperilaku berbeda,
dalam kondisi yang terkendali atau laboratories
dan lain-lain. Maka wajarlah bila dikatakan
sifatnya (Faisal, 1990 :18, dalam
bahwa kita akan lebih mengurangi
Puspowardhani, 2008).
ketidakpastian ketika kita berkomunikasi
dengan orang asing dari pada ketika kita
berkomunikasi dengan seseorang yang sudah
akrab (Gudykunst & Kim, 1984: p 34-35;
144
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 1. Persepsi Pelajar Etnis Papua Terhadap
Etnis Jawa
Adapun hambatan secara garis besar yang No Hambatan Pesan yang terungkap
sering kali terjadi ditemukan oleh para Komunikasi
informan adalah perbedaan penggunaan 1 Rintangan Tertutup, cuek jika ada masalah,
bahasa, tentang hal bahasa dalam pergaulan kerangka acuh tak acuh jika sedang berkonflik
sehari – hari, kesalahpahaman nonverbal, serta berpikir
(wawasan)
prasangka dan stereotip.
2 Persepsi Pelajar beretnis Jawa cenderung
Hambatan komunikasi siswa asal suku materialistik, katrok, cenderung
Paniai yang merupakan salah satu suku asli di makan dalam (lain di mulut dan lain
Papua dan siswa pendatang yang berasal dari di hati),
Toraja dan Jawa dimana memiliki latar 3 Bahasa Budaya Jawa sangat
belakang budaya yang berbeda membuat verbal memperhatikan sapaan monggo
sebagai bentuk meminta izin, logat
komunikasi dalam hubungan interaksi mereka Jawa cenderung halus, dan terdapat
kurang efektif. Perbedaan persepsi dalam kepatutan kapan yang muda harus
hubungan berkomunikasi menjadi salah satu ngomong kepada yang lebih tua.
hambatan yang mempengaruhi efektif atau
tidaknya komunikasi tersebut. 4 Bahasa non Sikap membungkukkan badan
verbal kepada orang yang lebih tua sebagai
Untuk dapat menyamakan persepsi, penghormatan ketika berbicara dan
membutuhkan toleransi dalam berinteraksi, pelajar beretnis Jawa saat berdiskusi
dikarenakan pesan yang disampaikan oleh tidak terlalu senang memperhatikan
komunikator tidak dapat dimengerti oleh wajah lawan bicara
komunikan atau penerima pesan sehingga
dalam proses penerimaan pesan akan
Sumber: Hasil Analisis Penulis (2018)
membutuhkan waktu dan itu akan menghambat
jalannya proses komunikasi diantara siswa asal
Paniai dan siswa pendatang di Kota Jayapura. Pada tabel 1 tersebut, nampak
Selanjutnya akan dibahas hambatan bagaimana pandangan dari pelajar beretnis
komunikasi antarbudaya siswa – siswi asal Papua terhadap pelajar yang beretnis Jawa.
Paniai yang merupakan suku asli Papua di SMA Dimana terdapat masalah perspektif tersebut
YPPK Teruna Bakti Jayapura, dengan siswa dikarenakan oleh permasalahan hambatan
pendatang dari suku Toraja dan Jawa yang komunikasi.
menjadi suku pendatang mayoritas di sekolah Berikut pada tabel 2, akan dijabarkan
tersebut. mengenai Hambatan Komunikasi Verbal antara
siswa Orang Asli Papua asal Suku Paniai
4.1. Hambatan Komunikasi antara dengan siswa pendatang asal Suku Toraja, yang
Pelajar Asli Papua dengan Pelajar dijabarkan berdasarkan pesan verbal dan
Pendatang bagaimana konstruksi pesan yang dibentuk
dalam proses interaksi komunikasinya.
Dari penjabaran hasil penelitian
mengenai hambatan komunikasi antar budaya
dalam interaksi pelajar pendatang dengan
pelajar Orang Asli Papua maka dapat dibuat
matriks mengenai pandangan masing-masing
terhadap etnis lawan komunikasinya, yang
dapat diurai pada tabel 1 berikut ini:
145
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018
Tabel 2. Hambatan Verbal Siswa Paniai Terhadap Sementara itu penilaian dari pelajar
Siswa Pendatang Asal Toraja beretnis Jawa terhadap pelajar asli papua pun
Pesan verbal Konstruksi Interaksi tidak luput dari penilaian masing-masing.
berupa Makna/ Pesan Komunikasi Berikut pada tabel 3 akan dijabarkan
Hambatan penilaian ditinjau dari hambatan komunikasi
Noukai Arti sebenarnya Komunikan yang ada:
: mama/ibu Menganggapnya
Bentuk sebagai bentuk Tabel 3. Persepsi Pelajar Etnis Papua Terhadap
bahasa/dialek makian. Etnis Jawa
saat merasa
terkejut seperti, Komunikator
‘YAA AMPUN’ No Hambatan Pesan yang terungkap
atau ‘ASTAGA’ Merasa ini hal yang komunikasi
biasa diucapkan 1 Rintangan Sering meributkan hal-hal
ketika merasa kerangka berpikir kecil, cenderung
terkejut. (wawasan dan merendahkan lawan bicara,
pendidikan) sering berbeda pola berpikir
Baga Artinya Komunikan Hinaan
‘bodoh’. terhadap siswa asal 2 Persepsi Kasar dalam berbicara
Paniai. 3 Bahasa verbal Dialek keras, ceplas-
ceplos dan cenderung kasar
Komunikator
4 Bahasa non verbal Pelajar beretnis Papua
Candaan biasa yang
saat berdiskusi cenderung
dilakukan siswa
tidak senang jika sedang
Toraja
mengobrol tidak
diperhatikan.
‘WEE’ Sapaan Komunikan Bentuk
vokal tinggi suku Sumber: Hasil Analisis Penulis (2018)
Panian, dianggap
sebagai bentakan Pada tabel 1,2 dan 3 nampak bagaimana
bagi pedatang asal
Toraja.
dalam komunikasi antar budaya pada konteks
hubungan interpersonal ini berpengaruh pada
Komunikator perilaku komunikasi masing-masing dalam
bentuk sikap yang ditunjukkan. Hal ini
Sapaan biasa ketika
memanggil teman menunjukkan bagaimana budaya
mempengaruhi perilaku komunikasi dan
Noise Tersampaikan Komunikan Siswa sebaliknya perilaku komunikasi terpengaruh
(gangguan) dengan salah pendatang asal oleh faktor budaya. Jika dihubungkan dengan
dari dialek Toraja merasa kata
yang terlalu yang diucapkan
budaya pesan nonverbal kadang terkesan
kental. kurang jelas dan menarik dan unik bagi sebagian orang.
terbata – bata) Dari hasil wawancara, pesan – pesan
Komunikator bagi
nonverbal sangat berpengaruh dalam
suku Paniai komunikasi di SMA YPPK Teruna Bakti, serta
berbicara terbata menimbulkan kesalahpahaman, pengaruh pesan
bata merupakan hal nonverbal ini berupa hambatan komunikasi
biasa hingga perubahan kebiasaan.
Sumber: Hasil Analisis Penulis (2018) Hambatan-hambatan komunikasi yang
ditemui oleh siswa siswi asal suku asli Papua
dengan siswa siswi asal suku pendatang dari
tabel-tabel tersebut tergambar bahwa hambatan
ditemui adalah masalah komunikasi verbal baik
146
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018
147
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018
pendatang dari Jawa dan Toraja. Begitupun enggan untuk berkomunikasi dengan teman
sebaliknya, siswa asal Papua memiliki sejumlah mereka yang berasal dari Paniai atau dari suku
prasangka negatif terhadap siswa Pendatang, asli Papua yang lain.
tetapi juga memiliki beberapa prasangka positif Terkadang ditemui penulis, sesama
yang menurut mereka dapat menunjang siswa asal Paniai sangat bangga ketika
perkembangan belajar, yang kemudian pada berkomunikasi menggunakan bahasa Paniai
akhirnya para pelaku komunikasi antar budaya dengan dialek yang khas, namun kecenderungan
ini kemudian memutuskan sikap dalam sikap etnosetris tidak ditunjukan oleh siswa asal
pertemanan dan interaksi komunikasi di Paniai terhadap siswa lainnya di SMA YPPK
sekolah, entah sikap penarikan diri atau Teruna Bakti. Hasil penelitian menunjukkan, 4
sebaliknya penerimaan sosial. dari 5 informan menyadari akan dialek mereka
Dialek bahasa manusia beraneka ragam, yang khas dan kental, sehingga menimbulkan
bergantung pada letak geografis dan budaya kesalahpahaman ketika proses komunikasi
masing – masing. Hal ini menyebabkan berlangsung.
munculnya etnosentrisme bahasa. Kesalahpahaman dalam berbahasa
Etnosentrisme bahasa adalah sikap atau dalam penelitian ini umumnya disebabkan
pandangan seseorang yang mengagungkan karena adanya perbedaan cara pengucapan,
dialek daerahnya dan menganggap rendah logat atau dialek, dan nada bicara. Dalam
dialek masyarakat daerah lain. Sederhananya, penelitian ini salah satu masalah komunikasi
etnosentrisme dalam berbahasa berarti terlalu yang sangat tampak yaitu, jika etnis Jawa,
membanggakan bahasanya sendiri. seseorang berbicara dengan nada yang halus dan
Di SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura, ketika berbicara dengan nada tinggi, maka akan
bahasa yang digunakan dalam situasi nonformal dianggap tidak memiliki tata krama sedangkan
adalah bahasa Indonesia dengan dialek etnis Papua dalam penelitian ini mereka terbiasa
Jayapura. Akan tetapi, bahasa Indonesia ini berbicara dengan nada keras dan cepat. Maka
memiliki berbagai dialek berbeda – beda sesuai ketika dua orang yang berasal dari kedua
dengan daerahnya masing – masing. Dialek daerah ini bertemu dan berbicara,
Orang Asli Papua (OAP) yang terbilang keras kecenderungan untuk terjadi kesalahpahaman
berlawanan dengan dialek orang pendatang akan lebih besar. Perbedaan karakter ini juga
khususnya Etnis Jawa yang bisa dikatakan yang mempengaruhi kondisi seseorang dalam
pelan. berkomunikasi dengan orang lain.
Sesuai dengan hasil penelitian,
etnosentrisme bahasa lebih sering terlihat dari 5. Kesimpulan dan Saran
siswa – siswi lokal terhadap siswa – siswi yang
berasal dari pegunungan terkhusus siswa asal 5.1. K esimpulan
Paniai. Siswa pendatang yang berasal dari suku
Toraja juga memiliki kecenderungan sikap Berdasarkan hasil penelitian, maka
etnosentris. Berdasar pada observasi yang telah diketahui hambatan komunikasi antar budaya
penulis lakukan, siswa pendatang memilih pelajar asli papua khususnya suku Paniai
untuk menjaga jarak komunikasi dengan siswa dengan pelajar pendatang (khususnya etnis
asal Paniai dikarenakan dialek yang khas yang Jawa dan Toraja) yang sering kali terjadi
dimiliki oleh siswa asal Paniai. Sebagian besar ditemukan oleh para informan adalah
dari siswa pendatang dari Etnis Jawa perbedaan penggunaan bahasa, tentang hal
menganggap bahwa siswa asal Paniai memiliki bahasa dalam pergaulan sehari – hari,
bahasa Indonesia yang kurang jelas, terbata – kesalahpahaman nonverbal, serta prasangka
bata dan nada suara yang pelan. Hal ini dan stereotip.
menyebabkan mayoritas siswa pendatang ini
148
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018
149