Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN PELAJAR


ASLI PAPUA DENGAN SISWA PENDATANG DI KOTA JAYAPURA
Rostini Anwar

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Fakultas Ekonomi Sastra dan Sosial
Politik, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Jln Raya Sentani-Padang Bulan Abepura, Jayapura Papua 99351

E-mail:
rosanwar073@gmail.com

Abstract
This research is motivated by intercultural communication barrier that happened among students of native Papuan with
students Papuan immigrants in Jayapura. The purpose of this research is to describe and analyze the barriers of
intercultural communication of students native Papuan in SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura. The method used in this
research is descriptive qualitative method. In this research, the writer uses purposive sampling technique for the
selection of subject, with the informants as much 10 students. The data source used is primary data source and
secondary data relating to empirical situation and condition. Interviews and documentation to obtain primary data on
intercultural communication barriers of Papuan students and immigrans students of Jayapura at SMA YPPK Teruna
Bakti. The results showed that intercultural communication barriers are still frequent because each tribe still has
difficulty in understanding every culture difference. The inhibiting factors of intercultural communication are language
differences, nonverbal misconceptions (such as body gestures, voices and so on) and in their perceptions of judging each
of the two tribes.

Keyword: Communication Barriers, Intercultural Communication

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hambatan komunikasi antarbudaya yang terjadi di kalangan Pelajar Asli Papua (OAP)
dengan Pelajar Pendatang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis hambatan komunikasi
antarbudaya siswa asal Papua khususnya di SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik purposive sampling
(bertujuan) untuk pemilihan subjek, dengan jumlah informan sebanyak 10 (sepuluh) orang siswa – siswi. Sumber data
yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan situasi dan kondisi empiris.
Wawancara dan dokumentasi guna memperoleh data primer mengenai Hambatan Komunikasi Antarbudaya siswa asli
papua dengan siswa pendatang di SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan
komunikasi antarbudaya masih sering terjadi karena masing – masing suku masih mengalami kesulitan dalam memahami
setiap perbedaan budaya. Adapun yang menjadi faktor penghambat komunikasi antarbudaya adalah mengenai perbedaan
bahasa, kesalahpahaman nonverbal (seperti gestur tubuh, suara dan sebagainya) serta dalam persepsi mereka dalam
menilai masing – masing kedua suku tersebut.

Keyword: Hambatan Komunikasi, Komunikasi Antar Budaya

139
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

1. Pendahuluan suku – suku bangsa dan suku – suku yang


beraneka ragam kebudayaannya. Keberagaman
1.1. Latar Belakang suku ini tentunya merupakan kebanggaan
tersendiri, keberagaman ini belum ditambah
Dalam menjalin hubungan sosial selalu dengan banyaknya transmigran serta perantau
diawali dengan komunikasi, dan kebudayaan yang datang dan menetap di Papua.
menjadi salah satu faktor yang berpengaruh Lewat keberagaman budaya ini tentu
dalam kelanjutan suatu hubungan. Budaya akan melahirkan perbedaan antara suku budaya
sangat mempengaruhi komunikasi begitu juga dengan budaya yang lain, oleh karena itu
sebaliknya, maka setiap tindakan komunikasi dibutuhkan pemahaman dan penyesuaian
yang dilakukan oleh seseorang, akan sangat diantara keragaman budaya yang ada di Papua
dipengaruhi oleh budaya yang menjadi pijakan dan kompetensi komunikasi. Salah satu bentuk
hidup atau ciri-ciri khusus orang tertentu, pemahaman dan penyesuaian budaya itu berupa
tergantung dari daerahnya masing-masing. adaptasi budaya. Adaptasi budaya merupakan
Selain budaya, rasa ketidaknyamanan dari segi salah satu bentuk penyesuaian dan pemahaman
psikologis dan fisik juga dapat berpengaruh saat individu atau kelompok dalam keberagaman
interaksi. Ketidaknyamanan tersebut dapat budaya, sehingga adapatasi budaya ini akan
berupa perbedaan bahasa, nilai-nilai, norma meminimalisir resiko – resiko terjadinya
masyarakat atau perilaku komunikasi. Keadaan konflik antarbudaya.
ini biasa dikenal dengan istilah culture shock Pelajar Orang Asli Papua (OAP)
atau kejutan budaya. Ditambah Gudykunst menjadi mayoritas suku di sekolah-sekolah
dalam Darmastuti (2013:67) berpendapat negri dan swasta di Papua, salah satu suku
bahwa adanya perbedaan latar belakang Papua yang maoritas adalah suku Paniai. Dalam
budaya, menyebabkan perbedaan persepsi hal penelitian ini dibatasi pada salah satu
diantara partisipan komunikasi, sehingga sekolah yang terletak di Kota Jayapura yaitu
menimbulkan ketidakpastian (uncertainty) dan SMA YPPK Teruna Bakti Waena yang
kecemasan (anxiety) serta diperlukannya merupakan salah satu sekolah swasta di Kota
adaptasi akomodasi. Jayapura yang memiliki siswa/i yang
Provinsi Papua merupakan pulau yang multikultur. Adanya ragam budaya di sekolah
berada di wilayah paling timur Indonesia dan ini tidak terlepas dari hambatan – hambatan
merupakan provinsi paling luas wilayahnya dari yang dialami oleh siswa/i sekolah tersebut,
seluruh provinsi di Indonesia. Kebudayaan khususnya siswa/i suku Jawa dan Toraja yang
penduduk asli di daerah – daerah pedalaman sangat banyak datang ke Jayapura dan
Papua kebanyakan masih asli (tradisional) dan melanjutkan pendidikan.
sulit untuk dilepaskan. Kebudayaan penduduk Sebagai individu yang datang ke dalam
asli di daerah pantai sudah mengalami sebuah lingkungan dengan latar belakang
perubahan (walaupun tidak seluruhnya), Hal itu budaya baru, perantau akan merasa asing.
disebabkan oleh kemudahan transportasi dan Ketika pertama kali berada di sebuah
komunikasi. Masyarakat di daerah pantai lingkungan yang baru, berbagai macam
biasanya lebih cepat menerima pengaruh atau ketidakpastian (uncertainty) dan kecemasan
perubahan dari luar. Beberapa kelompok suku (anxiety) akan dialami oleh hampir semua
tertentu terutama di daerah pedalaman seperti, individu. Termasuk siswa/i perantauan asal
Jayawijaya, Merauke, Yapen Waropen, dan Jawa dan Toraja tersebut ketika berada di
Paniai masih tetap mempertahankan lingkungan Jayapura. Mereka akan merasakan
kebudayaan aslinya secara utuh dan sulit ketidakpastian (uncertainty) dan kecemasan
dipengaruhi kebudayaan luar. (anxiety) berkomunikasi dengan siswa Orang
Dalam kepustakaan Antropologi, Papua Asli Papua.
dikenal sebagai masyarakat yang terdiri atas

140
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

Dapat dikatakan bahwa permasalahan Sedangkan tujuan khusus dari penelitian


yang sering muncul yaitu masalah ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk
kesalahpahaman terhadap persepsi secara Hambatan Komunikasi Antar Budaya dan
verbal maupun nonverbal, perbedaan bahasa fenomena nya yang terjadi di kalangan pelajar di
tentunya menjadi faktor adanya hambatan lingkungan daerah multikulture.
komunikasi antarbudaya. Tidak bisa dipungkiri
bahwa hambatan – hambatan ini terjadi juga
2. Kajian Pustaka
bergantung pada kompetensi komunikasi yang
dimiliki seorang pendatang suku dari Sulawesi
2.1. Tinjauan tentang Komunikasi
maupun Jawa, tergantung pada pengalaman
serta pengetahuan (budaya/kebiasaan)
Pengertian komunikasi bila ditinjau dari
mengenai host culture di Jayapura.
tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk
Perbedaan persepsi di kalangan Pelajar
menyampaikan maksud hingga dapat
Orang Asli Papua (OAP) dengan pelajar
mengubah perilaku orang yang dituju, menurut
pendatang seringkali menimbulkan konflik
Deddy Mulyana sebagai berikut, komunikasi
berupa perseteruan atau pun pengelompokan-
adalah proses yang memungkinkan seseorang
pengelompokan di kelas yang dapat
(komunikator) menyampaikan rangsangan
mengakibatkan tidak efektifnya proses belajar
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengajar di kelas.
mengubah perilaku orang lain). (Mulyana,
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
2003:62)
penulis terdorong untuk mengetahui apa saja
Seorang komunikologi adalah ahli ilmu
hambatan komunikasi antarbudaya yang
komunikasi. Istilah komunikasi dipergunakan
dialami oleh Pelajar Orang Asli Papua dengan
untuk menunjukkan tiga bidang studi yang
Pelajar Pendatang di Kota Jayapura, khususnya
berbeda: proses komunikasi, pesan yang
dalam penelitian ini dibatasi di SMA YPPK
dikomunikasikan, dan studi mengenai proses
Teruna Bhakti Waena, dan pelajar pendatang
komunikasi. Luasnya komunikasi ini
dibatasi pada suku Jawa dan Toraja yang
didefinisikan oleh Devito dalam Effendy
menjadi suku mayoritas di sekolah tersebut,
adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
sementara itu suku Paniai sebagai suku OAP
atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan
yang menjadi mayoritas di sekolah tersebut
menerima pesan, yang mendapat distorsi dari
gangguan-ngangguan, dalam suatu konteks,
1.2. Rumusan Masalah yang menimbulkan efek dan kesempatan arus
balik. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi
Bagaimanakah hambatan komunikasi meliputi komponen- komponen sebagai
antar budaya yang terjadi di kalangan pelajar berikut: konteks, sumber, penerima, pesan,
Orang Asli Papua (OAP) dengan pelajar saluran, gangguan, proses penyampaian atau
pendatang di Kota Jayapura, Provinsi Papua? proses encoding, penerimaan atau proses
decoding, arus balik dan efek.
Unsur-unsur tersebut agaknya paling
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian esensial dalam setiap pertimbangan mengenai
kegiatan komunikasi. Ini dapat kita namakan
Adapun maksud dari penelitian ini kesemestaan komunikasi, unsur-unsur yang
adalah untuk menganalisa fenomena adanya terdapat pada setiap kegiatan komunikasi,
hambatan komunikasi antarbudaya di kalangan apakah itu intrapersonal, antarpersonal,
pelajar khususnya di wilayah multikultur kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau
khususnya di Papua dan memberikan altenatif komunikasi antarbudaya. (Effendy, 2005:5).
solusi untuk mengatasi bentuk-bentuk Komunikasi merupakan aktivitas yang
hambatan komunikasi yang terjadi. amat penting dan tidak dapat dipisahkan dari

141
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

kehidupan makhluk di dunia, terutama 2) Komunikan


manusia. Komunikan dalam komunikasi
antarbudaya adalah pihak yang menerima
pesan tertentu. Seorang komunikan ketika
2.2. Komunikasi Antar Budaya
memahami isi pesan tergantung dari tiga
bentuk pemahaman, yakni: (1) kognitif,
Charley H. Dood mengatakan bahwa
komunikan menerima isi pesan sebagai
komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi
sesuatu yang benar; (2) afektif, komunikan
yang melibatkan peserta komunikasi yang
percaya bahwa pesan itu benar dan baik;
mewakili pribadi, antarpibadi, dan kelompok,
dan (3) tindakan nyata, komunikan percaya
dengan tekanan pada perbedaan latar belakang
atas pesan yang benar dan baik sehingga
kebudayaan (dalam Liliweri, 2003).
mendorong tindakan yang tepat.
Kecenderungan ditemukannya hambatan
komunikasi dalam interaksi komunikasi antara
3) Pesan
lawan komunikasi dari budaya yang berbeda
Dalam proses komunikasi, pesan berisi
tentu tidak dapat dipungkiri Komunikasi dan
pikiran, ide, gagasan, atau perasaan yang
budaya mempunyai hubungan timbal balik,
dikirim komunikator kepada komunikan
seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi
dalam bentuk simbol.
bagian dari perilaku komunikasi, dan pada
gilirannya komunikasi pun turut menentukan,
4) Media
memelihara, mengembangkan atau mewariskan
Dalam proses komunikasi antarbudaya,
budaya.
media merupakan saluran yang dilalui oleh
Fungsi komunikasi antar budaya
pesan atau simbol yang dikirim melalui
menurut Liliweri (2003: 11-12,36-42) terdiri
media tertulis, media massa, media
dari fungsi pribadi dan fungsi social. Fungsi
elektronik dan tatap muka.
pribadi diantaranya untuk menyatakan identitas
sosial, menyatakan integrasi sosial, menambah
pengetahuan. Sedangkan fungsi sosial
5) Efek
diantaranya fungsi pengawasan, fungsi
Efek/umpan balik merupakan
menjembatani, fungsi sosialisasi nilai, dan
tanggapan balik dari komunikan kepada
fungsi menghibur . Dalam Liliweri (2011:43)
komunikator atas pesan-pesan yang telah
terdapat tujuh unsur dalam proses komunikasi
disampaikan. Tanpa umpan balik atas pesan
antarbudaya, yaitu sebagai berikut:
dalam komunikasi antarbudaya, maka
komunikator dan komunikan tidak bisa
1) Komunikator
memahami ide, pikiran, dan perasaan yang
Komunikator dalam komunikasi
terkandung dalam pesan tersebut.
antarbudaya adalah pihak yang
memprakarsai komunikasi, artinya dia
6) Suasana
mengawali pengiriman pesan tertentu
Salah satu faktor yang penting dalam
kepada pihak lain yang disebut
komunikasi antarbudaya yakni tempat,
komunikan. Karakterisitik komunikator
waktu, serta suasana (sosial, psikologis)
berbeda-beda setiap budaya tergantung
ketika komunikasi antarbudaya
latar belakang etnis, ras, nilai dan
berlangsung.
norma, penggunaan bahasa, pandangan
tentang pentingnya percakapan dalam
7) Gangguan
konteks budaya, dialek, aksen serta nilai
Gangguan dalam komunikasi
dan sikap yang menjadi identitas sebuah
antarbudaya adalah segala sesuatu yang
etnik.
menjadi penghambat laju pesan yang

142
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

ditukar antara komunikator dengan untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis


komunikan, bahkan dapat mengurangi hambatan semacam ini adalah persepsi, norma,
makna pesan antarbudaya. Gangguan dapat stereotip, filosofi bisnis, aturan, jaringan, nilai,
bersumber dari komunikator, komunikan, dan grup cabang (Rahmat, 2009, p. 11 – 12).
pesan, dan media yang mengurangi usaha Hambatan komunikasi yang berada di
bersama untuk memberikan makna yang atas air lebih mudah untuk dilihat karena
sama atas pesan. hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk
Gangguan dari komunikator dan fisik. Hambatan-hambatan tersebut adalah
komunikan misalnya karena perbedaan (dalam Chaney, 2002, p. 11 – 12): Fisik
budaya, status sosial, latar belakang (Physical- kebutuhan diri), budaya, persepsi,
pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan pengalaman, emosi, bahasa dan nonverbal.
berkomunikasi. Gangguan dari pesan dapat Mengenai hambatan komunikasi,
berupa perbedaan pemberian makna pesan gangguan dan rintangan komunikasi pada
yang disampaikan secara verbal dan dasarnya dapat dibedakan atas tujuh macam
perbedaan tafsir atas pesan non verbal (dalam Cangara: 2012: 167), yakni:
(dalam Liliweri, 2003: 25-31).
Gangguan-gangguan tersebut dapat 1) Gangguan teknis, yaitu terjadi jika salah
menimbulkan kecemasan bagi individu- satu alat yang digunakan dalam
individu yang terlibat. Kecemasan tersebut berkomunikasi mengalami gangguan,
mendorong individu yang terlibat sehingga informasi yang ditransmisi
komunikasi antarbudaya menganggap melalui saluran mengalami kerusakan.
bahwa budayanya lebih baik dari budaya 2) Gangguan semantik, yaitu gangguan
lain. Hal ini dinamakan etnosentrisme, komunikasi yang disebabkan karena
dimana seseorang mempunyai kepercayaan kesalahan pada bahasa yang
bahwa budayanya lebih baik dari budaya digunakan. Gangguan semantik sering
lain. terjadi karena:
a. Kata-kata yang digunakan
2.3. Tinjauan Tentang Hambatan terlalu banyak memakai jargon
Komunikasi Antar Budaya bahasa asing sehingga sulit
dimengerti oleh khalayak
Hambatan dapat diartikan sebagai tertentu.
halangan atau rintangan yang dialami (Badudu- b. Bahasa yang digunakan
Zain, 1994:489). Memahami secara jelas dan pembicara berbeda dengan
komprehensip berbagai hambatan maupun bahasa yang digunakan oleh
rintangan dalam komunikasi antar budaya penerima termasuk dialek.
adalah jembatan ke arah perwujudan c. Struktur bahasa yang
komunikasi antar budaya yang efektif (Raharjo, digunakan tidak sebagaimana
2005: 56). mestinya, sehingga
Hambatan komunikasi dalam membingungkan penerima.
komunikasi antar budaya mempunyai bentuk d. Latar belakang budaya yang
seperti sebuah gunung es yang terbenam di menyebabkan salah persepsi
dalam air. Di mana hambatan komunikasi yang terhadap simbol-simbol bahasa
ada terbagi dua menjadi yang di atas air (above yang digunakan.
waterline) dan di bawah air (below waterline). 3) Gangguan psikologis, yaitu terjadi
Faktor hambatan komunikasi antar budaya yang karena adanya gangguan yang
berada di bawah air (below waterline) adalah disebabkan oleh persoalan-persoalan
faktor-faktor yang membentuk perilaku atau dalam diri individu.
sikap seseorang, hambatan semacam ini sulit 4) Rintangan fisik atau organik, yaitu

143
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

rintangan yang disebabkan karena Littlejohn, 2002: p. 243; Griffin, 2006: p 426-
kondisi geografis. 427).
5) Rintangan status, yaitu rintangan yang
disebabkan karena jarak sosial di antara 3. Metode Penelitian
peserta komunikasi, misalnya
perbedaan status antara senior dan Penelitian ini menggunakan studi penelitian
yunior atau atasan dan bawahan. kualitatif dengan pendekatan purposive
6) Rintangan kerangka berpikir, yaitu sampling. Jenis penelitian ini adalah penelitian
rintangan yang disebabkan adanya dasar yang memiliki tujuan untuk mencari
perbedaan persepsi antara komunikator pemahaman mengenai suatu masalah (Sutopo,
dan khalayak terhadap pesan yang 2002: hal 109). Informan dalam penelitian ini
digunakan dalam berkomunikasi. Ini adalah 10 orang informan yang terdiri dari
disebabkan karena latar belakang siswa siswi orang asli papua dibatasi pada suku
pengalaman dan pendidikan yang Paniai dan siswa siswi pendatang yang dibatasi
berbeda. pada suku Jawa dan Toraja di SMA YPPK
7) Rintangan budaya, yaitu rintangan yang Teruna Darma Jayapura. Suku-suku tersebut
terjadi disebabkan karena adanya merupakan suku mayoritas di lokasi penelitian.
perbedaan norma, kebiasaan dan nilai- Dalam penelitian ini menggunakan metode
nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang pengumpulan data berupa wawancara,
terlibat dalam komunikasi. observasi langsung dan studi dokumen.
Wawancara langsung bersifat terbuka dan
luwes yang dilakukan dalam suasana yang
2.4. Teori Ketidakpastian dan Kecemasan informal dan akrab (Nasution, 1992: hal 69-81
dalam Puspowardhani, 2008).
Dalam komunikasi antar budaya Sementara itu observasi langsung yang
dikenal dengan sebutan Anxiety Uncertainty dilakukan bersifat pasif. Maksudnya, peneliti
Management atau disingkat menjadi AUM. tidak akan terlibat jauh secara emosional
Teori ini dikembangkan oleh William dengan objek yang diteliti. Menurut Lofland
Gudykunst dari Uncertainty Reduction Theory dan Lofland (dalam Moleong, 2007: 157)
(URT) versi Charles Berger ketika Gudykunst sumber data utama dalam penelitian kualitatif
dan koleganya meneliti cara-caraindividu adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
dalam memprediksi lingkungan sosialnya dan adalah data dokumen dan lain-lain.
mengetahui lebih jauh tentang diri mereka dan Penelitian ini menggunakan teknik analisis
orang lain. data kualitatif. Di mana seluruh proses
penelitian tidak ditujukan untuk membuktikan
Gudykunts (1984 :34) menyebutkan
suatu hipotesis tetapi untuk mengambil suatu
bahwa hal utama ketika kita bertemu dengan
kesimpulan yang bermakna dan sebagai
orang baru adalah pengurangan ketidakpastian
evaluasi atas kasus yang ditemukan di
(Uncertainty Reduction Theory atau URT).
lapangan. Dengan menggunakan analisis
Dalam teori ini dikatakan bahwa kita akan
kualitatif, yaitu menelaah fenomena atau
mencoba mengurangi ketidakpastian ketika
kenyataan sosial dalam suasana yang
orang yang kita temui akan kita jumpai lagi di
berlangsung secara wajar atau ilmiah, bukan
masa mendatang, atau ia berperilaku berbeda,
dalam kondisi yang terkendali atau laboratories
dan lain-lain. Maka wajarlah bila dikatakan
sifatnya (Faisal, 1990 :18, dalam
bahwa kita akan lebih mengurangi
Puspowardhani, 2008).
ketidakpastian ketika kita berkomunikasi
dengan orang asing dari pada ketika kita
berkomunikasi dengan seseorang yang sudah
akrab (Gudykunst & Kim, 1984: p 34-35;

144
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 1. Persepsi Pelajar Etnis Papua Terhadap
Etnis Jawa
Adapun hambatan secara garis besar yang No Hambatan Pesan yang terungkap
sering kali terjadi ditemukan oleh para Komunikasi
informan adalah perbedaan penggunaan 1 Rintangan Tertutup, cuek jika ada masalah,
bahasa, tentang hal bahasa dalam pergaulan kerangka acuh tak acuh jika sedang berkonflik
sehari – hari, kesalahpahaman nonverbal, serta berpikir
(wawasan)
prasangka dan stereotip.
2 Persepsi Pelajar beretnis Jawa cenderung
Hambatan komunikasi siswa asal suku materialistik, katrok, cenderung
Paniai yang merupakan salah satu suku asli di makan dalam (lain di mulut dan lain
Papua dan siswa pendatang yang berasal dari di hati),
Toraja dan Jawa dimana memiliki latar 3 Bahasa Budaya Jawa sangat
belakang budaya yang berbeda membuat verbal memperhatikan sapaan monggo
sebagai bentuk meminta izin, logat
komunikasi dalam hubungan interaksi mereka Jawa cenderung halus, dan terdapat
kurang efektif. Perbedaan persepsi dalam kepatutan kapan yang muda harus
hubungan berkomunikasi menjadi salah satu ngomong kepada yang lebih tua.
hambatan yang mempengaruhi efektif atau
tidaknya komunikasi tersebut. 4 Bahasa non Sikap membungkukkan badan
verbal kepada orang yang lebih tua sebagai
Untuk dapat menyamakan persepsi, penghormatan ketika berbicara dan
membutuhkan toleransi dalam berinteraksi, pelajar beretnis Jawa saat berdiskusi
dikarenakan pesan yang disampaikan oleh tidak terlalu senang memperhatikan
komunikator tidak dapat dimengerti oleh wajah lawan bicara
komunikan atau penerima pesan sehingga
dalam proses penerimaan pesan akan
Sumber: Hasil Analisis Penulis (2018)
membutuhkan waktu dan itu akan menghambat
jalannya proses komunikasi diantara siswa asal
Paniai dan siswa pendatang di Kota Jayapura. Pada tabel 1 tersebut, nampak
Selanjutnya akan dibahas hambatan bagaimana pandangan dari pelajar beretnis
komunikasi antarbudaya siswa – siswi asal Papua terhadap pelajar yang beretnis Jawa.
Paniai yang merupakan suku asli Papua di SMA Dimana terdapat masalah perspektif tersebut
YPPK Teruna Bakti Jayapura, dengan siswa dikarenakan oleh permasalahan hambatan
pendatang dari suku Toraja dan Jawa yang komunikasi.
menjadi suku pendatang mayoritas di sekolah Berikut pada tabel 2, akan dijabarkan
tersebut. mengenai Hambatan Komunikasi Verbal antara
siswa Orang Asli Papua asal Suku Paniai
4.1. Hambatan Komunikasi antara dengan siswa pendatang asal Suku Toraja, yang
Pelajar Asli Papua dengan Pelajar dijabarkan berdasarkan pesan verbal dan
Pendatang bagaimana konstruksi pesan yang dibentuk
dalam proses interaksi komunikasinya.
Dari penjabaran hasil penelitian
mengenai hambatan komunikasi antar budaya
dalam interaksi pelajar pendatang dengan
pelajar Orang Asli Papua maka dapat dibuat
matriks mengenai pandangan masing-masing
terhadap etnis lawan komunikasinya, yang
dapat diurai pada tabel 1 berikut ini:

145
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

Tabel 2. Hambatan Verbal Siswa Paniai Terhadap Sementara itu penilaian dari pelajar
Siswa Pendatang Asal Toraja beretnis Jawa terhadap pelajar asli papua pun
Pesan verbal Konstruksi Interaksi tidak luput dari penilaian masing-masing.
berupa Makna/ Pesan Komunikasi Berikut pada tabel 3 akan dijabarkan
Hambatan penilaian ditinjau dari hambatan komunikasi
Noukai Arti sebenarnya Komunikan yang ada:
: mama/ibu Menganggapnya
Bentuk sebagai bentuk Tabel 3. Persepsi Pelajar Etnis Papua Terhadap
bahasa/dialek makian. Etnis Jawa
saat merasa
terkejut seperti, Komunikator
‘YAA AMPUN’ No Hambatan Pesan yang terungkap
atau ‘ASTAGA’ Merasa ini hal yang komunikasi
biasa diucapkan 1 Rintangan Sering meributkan hal-hal
ketika merasa kerangka berpikir kecil, cenderung
terkejut. (wawasan dan merendahkan lawan bicara,
pendidikan) sering berbeda pola berpikir
Baga Artinya Komunikan Hinaan
‘bodoh’. terhadap siswa asal 2 Persepsi Kasar dalam berbicara
Paniai. 3 Bahasa verbal Dialek keras, ceplas-
ceplos dan cenderung kasar
Komunikator
4 Bahasa non verbal Pelajar beretnis Papua
Candaan biasa yang
saat berdiskusi cenderung
dilakukan siswa
tidak senang jika sedang
Toraja
mengobrol tidak
diperhatikan.
‘WEE’ Sapaan Komunikan Bentuk
vokal tinggi suku Sumber: Hasil Analisis Penulis (2018)
Panian, dianggap
sebagai bentakan Pada tabel 1,2 dan 3 nampak bagaimana
bagi pedatang asal
Toraja.
dalam komunikasi antar budaya pada konteks
hubungan interpersonal ini berpengaruh pada
Komunikator perilaku komunikasi masing-masing dalam
bentuk sikap yang ditunjukkan. Hal ini
Sapaan biasa ketika
memanggil teman menunjukkan bagaimana budaya
mempengaruhi perilaku komunikasi dan
Noise Tersampaikan Komunikan Siswa sebaliknya perilaku komunikasi terpengaruh
(gangguan) dengan salah pendatang asal oleh faktor budaya. Jika dihubungkan dengan
dari dialek Toraja merasa kata
yang terlalu yang diucapkan
budaya pesan nonverbal kadang terkesan
kental. kurang jelas dan menarik dan unik bagi sebagian orang.
terbata – bata) Dari hasil wawancara, pesan – pesan
Komunikator bagi
nonverbal sangat berpengaruh dalam
suku Paniai komunikasi di SMA YPPK Teruna Bakti, serta
berbicara terbata menimbulkan kesalahpahaman, pengaruh pesan
bata merupakan hal nonverbal ini berupa hambatan komunikasi
biasa hingga perubahan kebiasaan.
Sumber: Hasil Analisis Penulis (2018) Hambatan-hambatan komunikasi yang
ditemui oleh siswa siswi asal suku asli Papua
dengan siswa siswi asal suku pendatang dari
tabel-tabel tersebut tergambar bahwa hambatan
ditemui adalah masalah komunikasi verbal baik

146
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

masalah diksi dan dialek hinggi tinggi Gesture tubuh Komunikan


rendahnya suara, sementara masalah nonverbal berupa kontak mata
terlalu lekat Bagi siswa asal Toraja, sikap
yang sering ditemui adalah masalah perbedaan memperhatikan dan yang ditunjukkan oleh temannya
persepsi akan beberapa bahasa tubuh atau kaku ketika proses yang orang Paniai ini
gesture yang ditunjukkan oleh lawan bicaranya komunikasi membuatnya tidak nyaman.
dari masing-masing suku yang ada. berlangsung
(kontak mata yang Komunikator
berlebihan).
Tabel 4. Hambatan kesalahpahaman nonverbal siswa Sesuatu yang biasa ketika
pendatang asal Toraja terhadap siswa asal Paniai melakukan proses komunikasi,
(OAP) atau kebiasaan ketika berbicara
dengan orang lain melakukan
kontak mata yang tajam.
Konstruksi Makna/ Interaksi Komunikasi
Pesan Kurang Komunikan
berinteraksi dengan
- Volume suara Komunikan sesama Bagi pendatang, menghambat
tinggi (minder/pasif). proses komunikasi jika siswa
Bagi siswa Pendatang dianggap
Paniai terlalu pasif berinteraksi.
sebagai bentakan
Sedangkan bagi siswa Paniai,
Bagi siswa Papua dianggap
lebih memilih minder dalam
biasa saja
bergaul dengan siswa pendatang.
Komunikator
- Terlalu rendah Sumber: Hasil Analisis Penulis (2018)
Siswa Paniai merasa vocal rendah
(pelan)
membuat tidak nyaman berbicara
dengan teman – teman. Siswa pendatang asal suku Toraja,
menganggap siswa asli Papua memiliki watak
Siswa Toraja merasa sudah baik
dalam berkomunikasi dengan
yang keras sehingga pada saat mereka dimana
tidak bernada tinggi pun berada selalu membawa – bawa adat
mereka yang pada dasarnya hal tersebut harus
Sikap (gesture) Komunikan bisa disesuaikan dengan kondisi di mana
ketika berhadapan mereka berada, begitu pula dengan persepsi
dengan guru/ orang Tidak sesuai dengan budaya
tua dengan Toraja, tidak pantas ketika siswa Paniai (OAP) terhadap siswa pendatang
menunjukkan sikap berhadapan dengan orang yang (Toraja dan Jawa) yang di mana siswa
tidak lebih tua. pendatang kurang menghargai setiap perbedaan.
memperhatikan/
tidak bisa diam saat Komunikator Berdasarkan tabel hasil penelitian dapat
berinteraksi dilihat bahwa konsep etnosentrisme sejalan
Komunikator OAP Merasa biasa dengan penelitian yang dilakukan, ini tampak
dengan sikap tersebut.
jelas ditunjukkan oleh kedua suku yang berbeda
dengan meununjukkan sikap menggagungkan
budayanya dan cenderung merendahkan atau
tidak mengganngap budaya lain. Teori
Uncertainty Management (AUM ) pun sejalan
dalam penelitian ini, yang ditandai dengan
proses awal dalam menjalin pertemanan melalui
interaksi komunikasi. Terdapat prasangka –
prasangka negatif, namun tidak sedikit juga
terdapat prasangka positif yang dimiliki siswa
pendatang terhadap siswa asli papua dan juga
sebaliknya siswa Papua terhadap siswa

147
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

pendatang dari Jawa dan Toraja. Begitupun enggan untuk berkomunikasi dengan teman
sebaliknya, siswa asal Papua memiliki sejumlah mereka yang berasal dari Paniai atau dari suku
prasangka negatif terhadap siswa Pendatang, asli Papua yang lain.
tetapi juga memiliki beberapa prasangka positif Terkadang ditemui penulis, sesama
yang menurut mereka dapat menunjang siswa asal Paniai sangat bangga ketika
perkembangan belajar, yang kemudian pada berkomunikasi menggunakan bahasa Paniai
akhirnya para pelaku komunikasi antar budaya dengan dialek yang khas, namun kecenderungan
ini kemudian memutuskan sikap dalam sikap etnosetris tidak ditunjukan oleh siswa asal
pertemanan dan interaksi komunikasi di Paniai terhadap siswa lainnya di SMA YPPK
sekolah, entah sikap penarikan diri atau Teruna Bakti. Hasil penelitian menunjukkan, 4
sebaliknya penerimaan sosial. dari 5 informan menyadari akan dialek mereka
Dialek bahasa manusia beraneka ragam, yang khas dan kental, sehingga menimbulkan
bergantung pada letak geografis dan budaya kesalahpahaman ketika proses komunikasi
masing – masing. Hal ini menyebabkan berlangsung.
munculnya etnosentrisme bahasa. Kesalahpahaman dalam berbahasa
Etnosentrisme bahasa adalah sikap atau dalam penelitian ini umumnya disebabkan
pandangan seseorang yang mengagungkan karena adanya perbedaan cara pengucapan,
dialek daerahnya dan menganggap rendah logat atau dialek, dan nada bicara. Dalam
dialek masyarakat daerah lain. Sederhananya, penelitian ini salah satu masalah komunikasi
etnosentrisme dalam berbahasa berarti terlalu yang sangat tampak yaitu, jika etnis Jawa,
membanggakan bahasanya sendiri. seseorang berbicara dengan nada yang halus dan
Di SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura, ketika berbicara dengan nada tinggi, maka akan
bahasa yang digunakan dalam situasi nonformal dianggap tidak memiliki tata krama sedangkan
adalah bahasa Indonesia dengan dialek etnis Papua dalam penelitian ini mereka terbiasa
Jayapura. Akan tetapi, bahasa Indonesia ini berbicara dengan nada keras dan cepat. Maka
memiliki berbagai dialek berbeda – beda sesuai ketika dua orang yang berasal dari kedua
dengan daerahnya masing – masing. Dialek daerah ini bertemu dan berbicara,
Orang Asli Papua (OAP) yang terbilang keras kecenderungan untuk terjadi kesalahpahaman
berlawanan dengan dialek orang pendatang akan lebih besar. Perbedaan karakter ini juga
khususnya Etnis Jawa yang bisa dikatakan yang mempengaruhi kondisi seseorang dalam
pelan. berkomunikasi dengan orang lain.
Sesuai dengan hasil penelitian,
etnosentrisme bahasa lebih sering terlihat dari 5. Kesimpulan dan Saran
siswa – siswi lokal terhadap siswa – siswi yang
berasal dari pegunungan terkhusus siswa asal 5.1. K esimpulan
Paniai. Siswa pendatang yang berasal dari suku
Toraja juga memiliki kecenderungan sikap Berdasarkan hasil penelitian, maka
etnosentris. Berdasar pada observasi yang telah diketahui hambatan komunikasi antar budaya
penulis lakukan, siswa pendatang memilih pelajar asli papua khususnya suku Paniai
untuk menjaga jarak komunikasi dengan siswa dengan pelajar pendatang (khususnya etnis
asal Paniai dikarenakan dialek yang khas yang Jawa dan Toraja) yang sering kali terjadi
dimiliki oleh siswa asal Paniai. Sebagian besar ditemukan oleh para informan adalah
dari siswa pendatang dari Etnis Jawa perbedaan penggunaan bahasa, tentang hal
menganggap bahwa siswa asal Paniai memiliki bahasa dalam pergaulan sehari – hari,
bahasa Indonesia yang kurang jelas, terbata – kesalahpahaman nonverbal, serta prasangka
bata dan nada suara yang pelan. Hal ini dan stereotip.
menyebabkan mayoritas siswa pendatang ini

148
Jurnal Common | Volume 2 Nomor 2 | Desember 2018

Hambatan dalam perbedaan bahasa Gudykunts, William B, Kim, Young Yun.


(verbal) meliputi perbedaan dialek, dialek yang 1984. Methods for Interculture
kental sampai cara memanggil (kata sapaan) Communication Research, Sage
yang menyebabkan kesalahpahaman. Terdapat Publication.
juga kesalahpahaman nonverbal yang meliputi
gerak tubuh hingga tinggi rendah nada suara. Liliweri. Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi
Terakhir adalah hambatan prasangka dan Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka
stereotip, bahwa tidak jarang prasangka dan Pelajar.
stereotip terjadi antara kedua suku yang berbeda
tersebut diakibatkan oleh karena kurangnya Little Jhon, Stephen W. Karen A. Foss. 2009.
pemahaman antar masing – masing suku yang Theories of Human Communication.
berbeda. Jakarta: Salemba Humanika.

Martin, Judith N., & Thomas K. Nakayama.


5.2. Saran 2007. Intercultural Communication in
Contexts (Third Edition). New York: The
1. Hambatan Komunikasi Antar Budaya dapat McGraw- Hill Companies, Inc.
diminimalisir dengan cara meningkatkan
kesadaran dan kesetaraan diri terhadap Mulyana, Deddy. 2007. Pengantar Ilmu
orang-orang di sekeliling kita tanpa Komunikasi suatu Pengantar. Bandung:
menghilangkan identitas budaya masing- Remaja Rosdakarya.
masing. Saling memahami pentingnya
toleransi dalam keberagaman sehingga Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian
kompetensi komunikasi dapat dicapai. Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
2. Menahan diri dari pola-pola komunikasi
yang koersif dan agresif dengan
meningkatkan jalinan hubungan
interpersonal melalui sikap empati, simpati, Rahardjo, Turnomo. 2005. Menghargai
saling terbuka dan menerima saran dari Perbedaan Kultural: Mindfulness dalam
kedua belah pihak yang berbeda budaya. Komunikasi Antaretnis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Daftar Pustaka Rahmat, Jalauddin. 2009. Psikologi


Komunikasi. Yogyakarta: LKIS Pelangi
Alo liliweri, 1994. Komunikasi Verbal dan Non Aksara.
Verbal. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Samovar. AL, Porter ER dan Mcdaniel RE.
Cangara, Hafied H. 2006. Pengantar Ilmu 2010. Komunikasi Lintas Budaya.
Komunikasi. Raja Grafindo Persada, Terjemahan oleh Indri Margaretha
Jakarta Sidabalok: Salemba Humanika

Dodd, Carley H. 1998. Dynamics of UUD 1945 Negara Republik Indonesia.


Intercultural Communication (Fifth
Edition). USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc

Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu


Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

149

Anda mungkin juga menyukai