Artikel Akomodasi
Artikel Akomodasi
3324
ABSTRAK
Kota Pekanbaru merupakan salah satu kota yang banyak didatangi oleh imigran dengan alasan
mencari suaka. Imigran asal Afghanistan merupakan pencari suaka yang terbanyak menghuni Rumah
Detensi Kota Pekanbaru. Selama berada di Kota Pekanbaru mengakibatkan imigran pencari suaka
asal Afganistan ini tidak bisa menghindari kontak antarbudaya, sehingga penyesuaian atau adaptasi
komunikasi antarbudaya terjadi karena latar belakang budaya yang berbeda. Salah satu cara dalam
berkomunikasi antar budaya untuk mencapai mutual understanding dinamakan dengan akomodasi
komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses konvergensi dan divergensi dalam
akomodasi komunikasi antarbudaya yang dihadapi imigran gelap asal afganistan dengan masyarakat
pribumi selama di Kota Pekanbaru. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Akomodasi
Komunikasi dari Howard Giles. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif
dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
motivasi konvergensi yang dilakukan imigran asal afganistan untuk mengadaptasikan perilaku verbal
dan nonverbal ketika berinteraksi dengan masyarakat pribumi Kota Pekanbaru meskipun mereka
memiliki kecenderungan divergensi dalam akomodasi komunikasi antarbudaya dengan masyarakat
pribumi Kota Pekanbaru.
95
96 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 95-106
tersebut akan tinggal untuk sementara didalam baru mereka sadar apa yang dilakukan dalam
Rudenim dan mereka disebut sebagai deteni. penyesuaian diri. Hal tersebut dapat diketahui
Rudenim ini dibawah naungan Direktorat melalui pengetahuan yang diperoleh, namun
Jenderal Imigrasi. Rudenim di Indonesia setiap individu memiliki karakter dan cara
tersebar di berbagai kota yang mana di masing-masing dalam menyelesaikan maslah
antaranya Jakarta, Medan, Pekanbaru, Batam, tertentu yang mereka hadapi khusunya dalam
Semarang, Surabaya, Pontianak, Balikpapan, penyesuian diri.
Manado, Denpasar, Kupang, Makasar, dan Penelitian ini menjelaskan suatu
Jayapura. proses adaptasi antarbudaya dengan adanya
Imigran Illegal yang berada di Rumah bentuk akomodasi komunikasi. Akomodasi
Detensi Imigrasi (Rudenim) kota Pekanbaru didefinisikan sebagai kemampuan untuk
berdasarkan data yang diperoleh terdiri dari menyesuaikan, memodifikasi, atau mengatur
warga negara Afghanistan, Pakistan, Iran, perilaku seseorang dalam responnya terhadap
Iraq, Palestina, Bangladesh, Sudan dan Nepal. orang lain (West dan Turner, 2008:217).
Imigran Illegal warga negara asal Afghanistan Communication Accomodation Theory(CAT)
adalah yang terbanyak menghuni rumah memberikan perhatian pada interaksi
detensi imigrasi tersebut. Keberadaan imigran memahami antara orang-orang dari kelompok
di Pekanbaru memicu timbulnya komunikasi yang berbeda dengan menilai bahasa, perilaku
antarbudaya di Pekanbaru khususnya di nonverbal dan penggunaan paralinguistik
Rudemin dan sekitarnya. dalam hal ini kelompok imigran illegal asal
Tempat tinggal, suasana dan kondisi Afghanistan. Kemmpuan Imigran Illegal asal
budaya yang berbeda mengharuskan Imigran Afghanistan dengan petugas rudenim atau
Illegal asal Afghanistan menyesuaikan diri masyarakat di Kota Pekanbaru tidak selalu
dengan segala perbedaan yang mereka jumpai lancar dikarenakan mulai dari perbedaan
saat berada di negara lain khususnya di Kota persepsi,bahasa, perilaku nonverbal, serta
Pekanbaru. Tidak semua hal di Pekanbaru nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang berlaku.
mereka tidak suka, karena berada di Rudenim Untuk bisa melanjutkan hidup,
dan tinggal di Kota Pekanbaru ini membuat manusia memerlukan komunikasi untuk
mereka lebih nyaman dimana penduduknya menyampaikan berbagai pesan terkait
mayoritas memeluk agama Islam. Sehingga dengan kepentingan dan tujuannya.Begitu
tidak sulit bagi mereka untuk beradaptasi pula dengan para imigran Afganisthan ini.
dengan lingkungan dan nilai-nilai agama Mau tidak mau, imigran Afghanistan harus
Islam yang dianut. Atmosfir kultur agama berinteraksi dan berkomunikasi dengan
yang hampir sama ini membuat imigran masyarakat pribumi di Pekanbaru.Sehingga
Afganisthan cenderung lebih mudah untuk hal ini menuntut imigran untuk bisa melakukan
beradaptasi dan membaur dengan masyarakat akomodasi komunikasi agar tercipta atmosfir
sekitar. Hanya saja kendala terbesar bagi komunikasi yang efektif. Mencermati dan
mereka dan masyarakat pribumi adalah bahasa memperhatikan pada fenomena diatas maka
yang berbeda. penulis tertarik meneliti tentang Akomodasi
Kehidupan Imigran Illegal asal Komunikasi AntarBudaya Imigran Illegal
Afghanistan di Kota Pekanbaru ketika asal Afganistan dengan Masyarakat Pribumi
menghadapi lingkungan sosial budaya yang di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan
Akomodasi Komunikasi Antarbudaya Imigran... (Nova Yohana & Ringgo EY) 97
untuk mengetahui strategi konvergensi dan latar belakang budaya membawa pengaruh
divergensi yang dilakukan oleh Imigran tertentu yakni perbedaan pola penyampaian
Illegal asal Afganistan dalam adaptasi budaya serta penerimaan pesan. Saat berkomunikasi
berkomunikasi dengan masyarakat pribumi di dengan orang lain, seorang individu belum
Kota Pekanbaru. tentu mampu mencapai pemahaman yang
sama. Komunikator akan mengubah caranya
TINJAUAN PUSTAKA berbicara atau kata-kata yang digunakan
berdasarkan pada lawan bicaranya. Sebagai
Komunikasi Antarbudaya
contoh, seorang guru taman kanak-kanak
Komunikasi dan kebudayaan merupakan akan menyesuaikan penggunaan kosakatanya
dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. sesuai dengan tingkat pengetahuan anak-anak
Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan didiknya. Salah satu cara dalam berkomunikasi
terletak pada variasi langkah dan cara untuk mencapai mutual understanding seperti
manusia berkomunikasi melintasi komunitas contoh tersebut dinamakan dengan akomodasi
manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi.
komunikasi itu menggunakan kode-kode Akomodasi didefinisikan sebagai
pesan, baik secara verbal maupun nonverbal, kemampuan menyesuaikan, memodifikasi
yang secara alamiah selalu digunakan dalam atau mengatur perilaku seseorang dalam
semua konteks interaksi. Samovar et al. responnya terhadap orang lain (West
(2010 : 13) mengatakan bahwa komunikasi dan Lynn Turner, 2008: 217). Istilah
antarbudaya terjadi ketika anggota dari satu akomodasi juga mengacu pada cara-cara
budaya tertentu memberikan pesan kepada dimana individu mengamati interkasi atau
anggota dari budaya yang lain. Artinya antara 8 mungkin menyesuaikan perilaku mereka
pengirim pesan dan penerima pesan berbeda selama interaksi (Miller, 2002: 141).
latar belakang budayanya. Komunikasi antara individu yang berasal dari
Seperti diketahui bahwa budaya sangat kelompok berbeda akan menarik perhatian
mempengaruhi orang yang berkomunikasi individu untuk memberikan perhatiannya
dan budaya bertanggung jawab atas seluruh serta memicu munculnya respon untuk
perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki memodifikasi atau mengatur perilakunya agar
setiap orang. Konsekuensinya adalah apabila pesan di antara keduanya dapat tersampaikan
dua orang berbeda budaya, maka akan berbeda dengan baik. Proses inilah yang dinamakan
pula makna yang dimilikinya, dan itu jelas dengan akomodasi komunikasi. Proses
menimbulkan kesulitan tertentu (Mulyana, akomodasi komunikasi telah dirangkum oleh
2007:218). Howard Giles dalam sebuah teori komunikasi
yakni communication accommodation theory
Teori Akomodasi Komunikasi (CAT). Communication Accommodation
Komunikasi antarbudaya memiliki Theory atau bisa disebut CAT adalah teori
ciri khas dimana komunikasi ini melibatkan komunikasi yang mengacu pada proses
orang orang yang memiliki latar belakang bagaimana komunikator mengakomodasi
yang berbeda mulai dari bahasa, makanan, atau beradaptasi satu sama lain. Akomodasi
cara berpakaian, tingkah laku, kebiasan- komunikasi muncul berdasarkan pada motivasi
kebiasaan, sampai perilaku sosial. Perbedaan individual dalam menentukan tindakan apa
98 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 95-106
yang akan mereka lakukan karena akomodasi bicara. Giles dan Smith (dalam West &
komunikasi adalah proses yang opsional (West Turner, 2008: 223) percaya bahwa beberapa
and Turner, 2008: 225). faktor yang mempengaruhi ketertarikan
Giles merumuskan proses akomodasi kita terhadap orang lain antara lain adalah
komunikasi ke dalam empat tahapan yakni kemungkinan akan interaksi berikutnya,
sociohistorical context, accommodative kemampuan mereka untuk berkomunikasi, dan
orientation, immediate situation, dan perbedaan status antara kedua komunikator.
evaluation ad future intentions. Tahapan- Berbeda dengan konvergensi, pembicara yang
tahapan menjelaskan bagaimana latar melakukan akomodasi divergensi cenderung
belakang budaya, identitas personal, situasi menonjolkan perbedaan verbal dan nonverbal
saat komunikasi terjadi, serta motivasi di antara mereka sendiri dan orang lain (Giles
individu mampu mempengaruhi proses dalam West & Turner, 2008: 225). Alih-alih
akomodasi apabila seseorang sedang melaku- menunjukkan bagaimana dua pembicara mirip
kan komunikasi dengan orang yang memiliki dalam kecepatan bicara, tindak-tanduk atau
latar belakang budaya berbeda. Kedua postur, divergensi adalah ketika tidak terdapat
belah komunikator akan memodifikasi pola usaha untuk menunjukkan persamaan antara
komunikasi mereka berdasarkan keempat para pembicara (West & Turner, 2008: 225).
tahapan tersebut dalam upaya memudahkan Dengan kata lain, dua orang berbicara dengan
pemahaman satu sama lain atau bisa juga untuk satu sama lain tanpa adanya kekhawatiran
menegaskan perbedaan di antara mereka. mengenai mengakomodasi satu sama lain
Modifikasi sebagai bentuk akomodasi atau (West & Turner, 2008: 226)
adaptasi untuk mencapai komunikasi yang
efisien biasanya disebut dengan konvergensi. Imigran Ilegal
Sedangkan akomodasi yang cenderung Ilegal migration diartikan sebagai suatu
mempertegas perbedaan ini sering disebut usaha untuk memasuki suatu wilayah tanpa
dengan divergensi. izin.Imigran gelap dapat pula berarti bahwa
Konvergensi adalah strategi dimana menetap di suatu wilayah melebihi batas
individu beradaptasi terhadap perilaku waktu berlakunya izin tinggal yang sah atau
komunikatif satu sama lain (Giles, Nikolas melanggar atau tidak memenuhi persyaratan
Coupland, dan Justine 9 Coupland dalam untuk masuk ke suatu wilayah secara sah
West & Turner, 2008: 222). Konvergensi (Gordon H. Hanson. 2007). Terdapat tiga
juga mengacu pada kecenderungan individu bentuk dasar dari imigran gelap yakni sebagai
untuk mengadaptasikan perilaku komunikasi berikut;
mereka menjadi lebih mirip dengan lawan 1. Melintasi perbatasan secara ilegal (tidak
bicara (Giles & Noels dalam Gudykunst, resmi).
2002: 229). Adaptasi komunikasi ini mengacu 2. Melintasi perbatasan dengan cara, yang
pada penyelarasan kecepatan bicara, jeda, secara sepintas adalah resmi (dengan
senyuman, tatapan mata, serta perilaku verbal cara yang resmi), tetapi sesungguhnya
dan nonverbal lainnya. Konvergensi ini tidak menggunakan dokumen yang dipalsukan
serta merta dilakukan komunikator namun atau menggunakan dokumen resmi milik
bergantung pada persepsi komunikator serta seseorang yang bukan haknya, atau
didasarkan pada ketertarikan terhadap lawan dengan menggunakan dokumen remsi
Akomodasi Komunikasi Antarbudaya Imigran... (Nova Yohana & Ringgo EY) 99
namun mereka tetap harus menyesuaikan diri berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
selama tinggal di Kota Pekanbaru agar tetap Indonesia atau bahasa Inggris sebagai bahasa
survive. pengantar internasional.
Imigran Afghanistan cenderung tertutup Dalam proses penyesuaian diri yang
terlebih dengan orang asing, mereka cenderung sangat diperlukan adalah penguasaan bahasa.
melindungi dudri dari orang asing, pendiam Sebelum tiba di Kota Pekanbaru mereka belum
dan berbicara yang penting-penting saja. pernah belajar bahasa Indonesia. Interaksi
Mereka bersedia berkomunikasi dengan orang antara imigran illegal asal Afghanistan dengan
yang baru dikenalkan oleh orang yang sudah masyarakat pribumi khususnya mencampurkan
dikenal melalui perantara. Mereka cenderung bahasa indonesia dengan bahasa Inggris. Tidak
melindungi diri dari orang asing, tidak bnayak ada banyak dari imigran asal Afghanistah
omong dan berbicara hal yang penting saja. ini yang fasih berbahasa Indonesia. Mereka
Walaupun demikian komunikasi antarbudaya hanya mengetahui beberapa kata saja dalam
tidak dapat terhindarkan antara imigran illegal bahasa Indonesia.
asal afghanistan dengan masyarakat pribumi Menurut Ibu Yovita selaku KASI
selama mereka berada di Kota Pekanbaru. Perawatan dan Kesehatan Imigran asal
Keterbatasan bahasa dan segala perbedaan Afganisthan adalah imigran yang mudah
yang mereka rasakan selama tinggal di Kota untuk berinteraksi dan berbicara.rata-rata
Pekanbaru menimbulkan rasa ketidakpastian mereka sudah tinggal di Rudenim tidak kurang
dan kekhawatiran dalam tahap penyesuain dari dua tahun. Imigran asal Afganisthan juga
diri dengan keaadan mereka saat ini. Imigran lebih mudah untuk memahami lingkungan
Illegal asal Afghanistan mengalami perbedaan di Pekanbaru dan beberapa diantara mereka
permasalahan dan memiliki cara tersendiri sudah sedikit mampu menggunakan bahasa
untuk dapat menyesuaikan diri dengan Indonesia. Namun demikian, tidak semua
lingkungan di Pekanbaru. imigran Afganisthan di Rudenim bisa
Adapun penyesuaian yang dilakukan menggunakan bahasa Indonesia. Banyak juga
imigran illegal asal afghanistan dengan diantara mereka yang tidak mengerti bahasa
masyarakat pribumi saat terjadi komunikasi Indonesia sama sekali. Untuk tetap bisa
antarbudaya yaitu, bahasa, persepsi, kebiasaan, berkomunikasi, Alfis memilih untuk mengajak
makanan, dan nilai-nilai lainnya yang berlaku temannya yang sudah bisa menggunakan
pada masyarakat Kota Pekanbaru. Untuk dapat bahasa Inggris dan bahasa Indonesia untuk
beradaptasi, salah satu strategi yang dilakukan membantunya ketika berada di luar Rudenim.
dalam akomodasi komunikasi antarbudaya Hal ini disampaikan oleh Alfis seperti berikut
adalah konvergensi dan divergensi. ini.
Konvergensi sebagai salah satu strategi “I can’t speak Indonesian well as I
untuk melakukan akomodasi komunikasi can’t speak English. So it’s not easy
antarbudaya yang dilakukan antara imigran to communicate with the society. But
Afganisthan dan masyarakat pribumi adalah we nearly have the same habits. I will
ask my friend who can speak Indonesian
beradaptasi dalam hal bahasa. Bahasa
a little bit and speak English as well to
Indonesia dan bahasa Afganisthan pasti help me when I go outside.”
memiliki perbedaan yang sangat signifikan
sehingga menuntut mereka untuk belajar
102 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 95-106
to explain what I want to say. Like show memiliki persamaan yang sangat besar
something with my hands, acting like dengan Negara Afganisthan, yakni sama-
eating food when you want to eat and sama merupakan sebuah Negara Islam dimana
those thing like that.” penduduknya mayoritas memeluk agama
Islam.Sehingga tidak sulit bagi mereka untuk
Pakaian pada dasarnya merupakan beradaptasi dengan lingkungan dan nilai-nilai
salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang yang dianut.
dapat mengkomunikasikan banyak makna This far i don’t face to much cultural
kepda komunikannya. Selama di Pekanbaru, barrier here. Because there are so
para imigran Afganisthan berusaha untuk many moslem here so the culture is stil
melakukan konvergensi dalam hal berpakaian. the same. Like religious holidays, we
Cara berpakaian antara masyarakat Indonesia also celebrate it here. This country are
dan masyarakat Afganisthan sangat berbeda. also adopts islam value so its has the
same with my culture in Afghanistan.
Sehingga untuk menyadari dan menghargai
Ramadhan, sholat ied and others.”
Indonesia khususnya Pekanbaru sebagai
tempat tinggal sementara imigran, mereka
Atmosfir kultur agama yang hampir sama
menggunakan pakaian yang sama dengan
ini membuat imigran Afganisthan cenderung
apa yang dipakai oleh masyarakat di Kota
lebih mudah untuk beradaptasi dan membaur
Pekabaru. Hal ini disampaikan oleh Ibu Yovita
dengan masyarakat sekitar. Hanya saja kendala
dalam pernyataan berikut.
terbesar bagi mereka dan masyarakat pribumi
“Saya contohkan seperti imigran yang
berasal dari negara Afghanistan, adalah bahasa yang berbeda. Pada dasarnya
seperti yang saya lihat kebanyakan imigran Afganisthan menyadari jika mereka
diantara mereka memulainya dengan adalah musafir yang sedang tinggal untuk
mengenakan baju atau uniform yang sementara waktu di Indonesia khususnya di
sesuai dan sama seperti masyarakat/ Pekanbaru dan mereka harus menyesuaikan
penduduk asli pada umumnya, seperti diri dengan lingkungan sekitar agar bisa
baju kaos, celana training, dan lain diterima oleh masyarakat pribumi dengan
sebagainya.”
melakukan strategi konvergensi.
Proses kedua yang dihubungkan dengan
Disamping itu, para imigran juga
teori akomodasi adalah divergensi yaitu
mengakui jika mereka menggunakan pakaian
strategi yang digunakan untuk menonjolkan
yang berbeda dengan pakaian yang dulu
perbedaan verbal dan non verbal di antara
mereka pakai ketika berada di Afganisthan.
para komunikator. Divergensi terjadi ketika
Hal ini diakui oleh Ahmad dalam petikan
tidak terdapat usaha untuk menunjukkan
wawancara berikut ini.
persamaan antara para komunikator. Strategi
“I’m not so into the society culture but I
divergensi adalah strategi dimana tidak adanya
use the same clothes with you right now
as you see which is different when I’m in usaha-usaha untuk menunjukkan kesamaan
Afghanistan.” antara kedua komunikator seperti dalam
hal kecepatan bicara, tindak tanduk, segala
Strategi konvergensi selanjutnya yang bentuk komunikasi verbal dan nonverbal
dilakukan oleh imigran Afganisthan adalah dalam percakapan. (Turner 2010:226).
dengan menganggap bahwa Negara Indonesia Jika pada strategi konvergensi adalah cara
104 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 95-106
dengan masyarakat pribumi diluar beinteraksi yang dilakukan oleh imigran asal Afghanistan.
hanya untuk memenuhi keperluannya saja. Hal Ini disebabkan karena banyak diantara
Sebagaimana yang disampaikan oleh imigran asal afghanistan tersebut berinteraksi
Informan Syamsullah. Saat pergi keluar dengan masyarakat di Kota pekanbaru hanya
rudenim, Syam tidak terlalu sering mengajak untuk memenuhi kebutuhannya saja. Tidak
masyarakat pribumi untuk berinteraksi. Ia ada intensitas interaksi sehingga mendekatkan
menganggap hal itu tidak terlalu penting untuk jarak sosial mereka dengan masyarakat
dilakukan. Not so often. Because I’m not so pribumi Kota Pekanbaru.
often going outside. I interact with them when
I go outside to buy some needs. PENUTUP
Penggunaan jarak dalam berkomunikasi Berdasarkan hasil penelitian dan
antara Imigran Gelap asal Afganisthan pembahasan mengenai akomodasi komunikasi
ketika berinterkasi dengan masyarakat Kota imigran ilegal asal afghanistan dalam interaksi
Pekanbaru juga dirasakan oleh masyarakat antarbudaya dengan masyarakat Kota
pribumi yang ada di sekitar Rudenim. pekanbaru melalui analisis teori akomodasi
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Howard Giles, maka peneliti menemukan
Eldison Sinaga yang menjual Sembako di kesimpulan sebagai berikut :. Akomodasi
sekitar Rudenim bahwa Imigran gelap Asal komunikasi baik melalui strategi konvergensi
afganisthan cenderung menjaga jarak untuk maupun divergensi yang dilakukan oleh
berkomunikasi dan berinteraksi kecuali Imigran illegal dalam interaksi antar budaya
jika mereka membeli keperluan mereka di untuk mencapai kesamaan makna dengan
warungnya. masyarakat kota Pekanbaru dipengaruhi oleh
.... “kalau dibilang sering, ngak juga,
beberapa keadaan personal, situasional, dan
tetapi adalah sehari sekali mereka
mengunjungi warung. untuk berbicara budaya. Temuan strategi konvergensi yang
maupun berkomunikasi dengan dilakukan berupa pengaturan penggunaan
masyarakat sekitar sini, sangat jarang, bahasa indonesia dan bahasa Inggris saat
setahu saya mereka berbicara hanya berkomunikasi dengan masyarakat pribumi,
ketika mereka ingin membeli sesuatu penggunaan isyarat tangan untuk menegaskan
saja. Kalau untuk berinteraksi hanya apa yang mereka maksudkan ketika tidak
antar mereka saya. menurut saya, tercapai kesamaan makna dalam pengunaan
mereka keluar palingan melakukan bahasa lisan dengan masyarakat pribumi,
kegiatan olahraga disekitar rudenim,
dan penyesuaian penggunaan pakaian seperti
seperti main voli di depan rudenim,
maupun sering juga disore hari mereka masyarakat pribumi kota Pekanbaru dimana
pergi ke MTQ berolahraga”. di negara asalnya imigran asal afghanistan
menggunakan jubah dalam kesehariannya,
Mengabaikan dan tidak memperhatikan serta penyesuaian dengan nilai-nilai norma
batasan jarak yang dibutuhkan lawan bicaranya agama Islam masyarakat Kota Pekanbaru
saat melakukan komunikasi dan tidak adanya dimana mereka juga berasal dari negara Islam.
usaha-usaha untuk mengetahui bahwa setiap Jika pada strategi konvergensi adalah
orang berkomunikasi membutuhkan jarak cara untuk menciptakan kesamaan, maka
agar berjalan lancar merupakan divergensi strategi divergensi adalah kebalikannya.
Temuan strategi divergensi Imigran
106 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 95-106
DAFTAR PUSTAKA
Gudykunst, William B. 2002. “Intercultural
Communication Theories” dalam
William B. Gudykunst & Bella Mody
(eds).Handbook of International and
Intercultural Communication. 2nd Ed.
California: Sage Publications.