Anda di halaman 1dari 22

SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI

DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Maria Angelina Sartika


Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma

ABSTRAK

Dalam artikel ini disajikan hasil penelitian tentang sapaan dalam bahasa Manggarai di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Hal yang dibahas adalah (i) jenis sapaan dalam bahasa Manggarai
berdasarkan referen yang ditunjuknya dan (ii) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan sapaan
dalam bahasa Manggarai. Dari penelitian, ditemukan bahwa sapaan dalam bahasa Manggarai
berdasarkan referannya dapat dibedakaan atas sapaan hubungan kekerabatan, sapaan profesi dan
jabatan, sapaan nama diri, dan sapaan kata ganti. Adapun faktor yang mempengaruhi penggunaan
sapaan dalam bahasa Manggarai adalah faktor perbedaan profesi dan jabatan, perbedaan status
sosial, perbedaan jenis kelamin, perbedaan keakraban, perbedaan usia/umur, dan perbedaan
hubungan kekerabatan.

1. PENDAHULUAN bahasa dianggap sebagai pemersatu dan


perekat hubungan kekerabatan antar orang
Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan Manggarai di mana pun berada. Bahasa
keanekaragaman bahasa. Indonesia yang Manggarai sangat mempengaruhi berbagai
terdiri dari ribuan kepulauan dan suku aspek kehidupan masyarakat Manggarai,
memiliki berbagai bahasa yang berbeda-beda. mengingat bahasa tersebut yang selalu
Bahasa-bahasa tersebut cenderung menjadi menjaga hubungan kekerabatan antar
ciri khas dan keunikan dari suatu suku atau masyarakat Manggarai, oleh karenanya
daerah tertentu. Bahasa tersebut sering disebut bahasa Manggarai menjadi kebanggaan
sebagai bahasa daerah misalnya bahasa jawa, tersendiri bagi masyarakat Manggarai. Dalam
bahasa sunda, bahasa minangkabau, dan bahasa Manggarai terdapat juga berbagai
sebagainya. Salah satu daerah di wilayah sapaan yang biasa digunakan dalam kehidupan
timur Indonesia yang memiliki bahasa daerah masyarakat Manggarai. Sapaan dalam bahasa
yang cukup unik adalah Manggarai. Manggarai tersebut digunakan dalam
Manggarai adalah sebuah daerah interaksi sosial masyarakat.
kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Perilaku berbahasa santun senantiasa
Manggarai merupakan salah satu daerah yang dibangun oleh unsur-unsur bahasa yang
sangat kaya akan adat istiadat termasuk di berfungsi afektif. Unsur-unsur tersebut
dalamnya adalah bahasa. Sejak zaman para terefleksikan melalui penggunaan pemarkah
leluhur, bahasa Manggarai diwariskan secara linguistik, seperti penggunaan kata sapaan,
turun-temurun hingga saat ini, bahkan deiksis, honorifik, partikel penegas, hedges dan
perkembangan zaman pun tidak dapat sebagainya. Secara umum, bentuk pemarkah
mempengaruhinya. Bagi orang Manggarai kesantunan linguistik tersebut hampir

91
92 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

terealisasi pada semua jenis tindak tutur, baik untuk menyapa ayah kandung. Bentuk kata
yang diungkapkan secara langsung maupun sapaan tersebut pemakaiannya digunakan
tidak langsung (Agus, 2014). untuk menyapa ayah kandung. Bentuk kata
Dalam kegiatan berkomunikasi sehari- sapaan Atuk dan Ata pemakaiannya
hari, sapa menyapa antar sesama anggota digunakan untuk menyapa kakak dan adik
masyarakat senantiasa berlangsung setiap laki-laki dari kakek. Bentuk kata sapaan
saat. Tujuannya adalah untuk menyampaikan Unyang pemakaiannya digunakan untuk
maksud-maksud tertentu kepada orang yang menyapa ayah dari kakek. Bentuk kata sapaan
disapa (Gusthia dkk, 2014). Begitu juga halnya Ino dan Andung pemakaiannya digunakan
dengan bentuk kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak dan adik perempuan
oleh masyarakat Manggarai. kakek. Bentuk kata sapaan Ibu pemakaiannya
Kata sapaan adalah kata atau ungkapan digunakan untuk menyapa kakak dan adik
yang digunakan seseorang untuk menyapa perempuan dari ayah. Bentuk kata sapaan
dan juga cara seseorang untuk berinteraksi Uwak, Pak cik, dan Om pemakaiannya
yang dilakukan secara langsung (Gusthia digunakan untuk menyapa kakak dan adik
dkk, 2014). Menurut Kridalaksana (dalam laki-laki dari ayah. Bentuk kata sapaan Andak
Musnawati, 2014) kata sapaan adalah morfem, dan Sulung pemakaiannya digunakan untuk
kata, atau frase yang dipergunakan untuk menyapa kakak laki-laki. Bentuk kata sapaan
saling merujuk dalam pembicaraan dan yang Udo, Utih, dan Kakak pemakaiannya digunakan
berbeda-beda menurut sifat hubungan antara untuk menyapa kakak perempuan. Bentuk
pembicara. Chaer (dalam Musnawati, 2014) kata sapaan panggil nama pemakaiannya
menyatakan bahwa kata sapaan adalah digunakan untuk menyapa adik laki-laki, adik
kata-kata yang digunakan untuk menyapa, perempuan, anak,dan cucu (Sari dkk, 2013).
menegur atau menyebut orang kedua, atau Hal kedua yang dibahas dalam tulisan
orang yang diajak bicara. Menurut Subyakto ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
dan Nababan (dalam Faizah dkk, 2015) kata penggunaan sapaan dalam bahasa Manggarai.
sapaan adalah kata atau istilah yang dipakai Penggunaan sapaan dalam berkomunikasi
menyapa lawan bicara. Kata sapaan yang tidak hanya dilihat dari cara penutur memanggil
dipakai orang kepada lawan bicara berkaitan atau menyapa penuturnya, tetapi juga perlu
erat dengan tangapan atau persepsinya atas diperhatikan respon penuturnya. Bahasa yang
hubungan pembicara dengan lawan bicara. digunakan oleh penutur dapat merefleksikan
Hal pertama yang dibahas dalam tulisan posisi penutur bahasa itu, utamanya terkait
ini adalah referen sapaan dalam bahasa dengan siapa penyapanya, orang yang disapa,
Manggarai. Penggunaan kata sapaan dalam dan bagaimana relasi antara penyapa dan
suatu komunikasi dapat dipengaruhi oleh pesapa. Bentuk-bentuk sapaan yang digunakan
beberapa hal, seperti siapa yang menyapa, oleh penyapa pada gilirannya mampu
siapa yang disapa, dan hubungan antara memperlihatkan urutan usia, kelahiran,
menyapa dan disapa. Selain itu, kata sapaan gender, tingkat pendidikan, kedekatan relasi,
yang digunakan untuk bertegur sapa tidak lokasi, profesi, agama, jabatan, tren, lapisan
selalu sama untuk setiap lawan bicara. masyarakat, dan pewarisan dalam relasi
Misalnya kata sapaan kekerabatan berdasarkan kekerabatan penyapa. Misalnya bentuk
keturunan yang digunakan untuk menyapa sapaan berdasarkan usia seperti kata sapaan
orang yang mempunyai hubungan darah Ka’Ozy untuk menyapa sepupu laki-laki.
dalam bahasa Melayu di Binongko Kiri yang Kata sapaan Dek Ki untuk menyapa adik
penggunaannya ditentukan menurut garis perempuan. Kata sapaan Bang Edo untuk
keturunan ayah seperti Ayah, Abah, Apak, Atuk, menyapa kaka laki-laki. Kata sapaan Dek
Ata, Unyang, Ino, Andung, Ibu, Uwak, Pak Cik, Nouva untuk menyapa keponakan perempuan
panggil nama, Andak, Sulung, Udo, Utih, Kakak, (Wibowo dan Retnaningsih, 2015).
dan Omi. Kakek. Bentuk kata sapaan Ayah, Sapaan dalam bahasa Manggarai
Abah, dan Apak pemakaiannya digunakan berfungsi sebagai sarana dalam menjaga
Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di .... 93

komunikasi yang baik antar masyarakat. kebahasaan diteliti lebih dahulu karena
Sapaan dalam bahasa Manggarai bagi menunjukan ciri-ciri dan distribusi yang relaif
masyarakat Manggarai menunjukan rasa mudah di amati (Suhardi dkk, 1985: 8-9).
saling menghormati. Bentuk-bentuk sapaan Perspektif kemasyarakatan diteliti setelah
dalam bahasa Manggarai sangat beragam dideskripsikan perspektif kebahasaan.
sesuai dengan hubungan kekerabatan, profesi Menurut Kartomihardjo (dalam Suhardi dkk,
dan jabatan, dan sebagainya. Misalnya 1985: 8-9) perspektif kemasyarakatan berupa
seorang anak muda menyapa gurunya dengan sejumlah faktor kemasyarakatan dan faktor
sapaan tertentu dalam bahasa Manggarai. alami, yaitu faktor situasi, etnik, kekerabatan,
Selain itu juga sesuai dengan hubungan keintiman status sosial, umur, jenis kelamin,
kekerabatan, misalnya seorang anak menyapa status perkawinan, dan asal dari kota atau
ayah dan ibunya dengan sapaan tertentu. luar kota.
Menurut Brown dan Gilman (dalam
Mahmud dkk, 2003: 4-5) pemilihan sapaan
2. LANDASAN TEORI dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
Menurut Crystal (dalam Syafyahya dkk,
2000: 3) sapaan adalah cara mengacu 1) Perbedaan kerabat, yakni apakah kawan
seseorang di dalam interaksi linguistik yang bicara masih mempunyai hubungan
dilakukan secara langsung. Crystal dalam darah dengan pembicara.
bukunya yang berjudul A Dictionary of 2) Perbedaan umur, yakni apakah umur
Linguistics and Phonectics memberikan batasan kawan bicara lebih tua, sebaya, atau
mengenai istilah sapaan. Dalam bukunya itu lebih muda daripada pembicara.
juga dianalisis tipe-tipe partisipan yang 3) Perbedaan jabatan, yakni apakah jabatan
dibedakan berdasarkan situasi sosial dan kawan bicara lebih tinggi, sama, atau
kaidah-kaidah yang dikemukakan untuk lebih rendah daripada pembicara.
menjelaskan penulisan penggunaan istilah 4) Perbedaan situasi, yakni situasi yang ada
yang dilakukan oleh si pembicara, seperti pada saat terjadinya peristiwa tutur, baik
penggunaan nama pertama, gelar, dan sangat formal maupun tidak formal.
promomina. Menurut Kridalaksana (dalam 5) Perbedaan status sosial, yakni perbedaan
Syafyahya dkk, 2000: 3), semua bahasa tingkat sosial partisipan tutur.
mempunyai bahasa tutur sapa, yakni sistem 6) Hubungan keakraban, yaitu apakah
yang mempertahukan seperangkat kata-kata pembicara telah mengenal dengan baik
atau ungkapan yang dipakai untuk menyapa kawan bicarannya, baik yang bersifat
para pelaku dalam suatu peristiwa. akrab maupun tidak akrab.
Kata sapaan dapat diukur dari jarak dan 7) Tujuan pembicaraan, yakni maksud atau
hubungan penyapa dan pesapa, ada yang kehendak pembicara melakukan
hubungan vertikal dan ada hubungan pembicaraan dengan kawan bicara.
horisontal. Hubungan vertikal menunjukan
berapa jauh hubungan penyapa dengan Perspektif kebahasaan pada penelitian
pesapa sebagai lawan bicara, hubungan ini digunakan untuk mendapatkan gambaran
horisontal menunjukan tingkat keakraban mengenai jenis-jenis sapaan berdasarkan
penyapa dan pesapa. Kedua dimensi tersebut referennya. Jenis-jenis sapaan tersebut
mengakibatkan banyaknya variasi sapaan dibedakan atas kata ganti,, kekerabatan, nama
yang dijumpai dalam pemakaiannya pada diri, profesi dan jabatan.
suatu masyarakat tertentu (Nasution dkk, Berdasarkan paparan Brown dan
1994: 7). Gilman diatas, faktor-faktor kemasyarakatan
Teori yang dipakai untuk meneliti yang diteliti pada penelitian ini berkaitan
sapaan memandang sapaan dari perspektif dengan faktor penggunaan sapaan yakni
kebahasaan dan kemasyarakatan. Perspektif faktor perbedaan umur, faktor jenis kelamin,
94 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

faktor hubungan kekerabatan, faktor Menurut Kridalaksana (dalam Mastoyo 2007:


perbedaan keakraban, dan faktor perbedaan 48) metode padan referensial adalah metode
profesi/jabatan. padan yang alat penentunya berupa referen
bahasa. Referen bahasa adalah kenyataan atau
unsur diluar bahasa yang ditunjuk satuan
3. METODE PENELITIAN kebahasaan. Metode padan referensial itu
digunakan untuk menentukan identitas
Pengumpulan data menggunakan satuan kebahasaan menurut referen yang
metode cakap, metode simak dan teknik catat. ditunjuk (Mastoyo, 2007: 48).
Menurut Sudaryanto (dalam Mastoyo, 2007: Metode padan prakmatis adalah metode
41) pada metode cakap diterapkan pertama- padan yang alat penentunya lawan atau
tama dengan pemancingan. Maksudnya, mitra bicara. Metode ini digunakan untuk
peneliti pertama-tama harus dengan segenap mengidentifikasi, misalnya, satuan kebahasaan
kecerdikan dan kemauannya memancing menurut reksi atau akibat yang terjadi atau
informan agar berbicara. timbul pada lawan atau mitra bicaranya ketika
Pada metode simak, peneliti menggunakan satuan kebahasaannya itu dituturkan oleh
teknik simak libat cakap dan teknik simak pembicara (Mastoyo, 2007: 49).
bebas libat cakap. Menurut Sudaryanto (dalam Pada penelitian ini metode padan
Mastoyo, 2007: 44) Kegiatan menyadap referensial digunakan untuk menentukan
penggunaan bahasa seseorang atau beberapa jenis-jenis referen yang ditunjuk. Metode padan
orang dapat dilakukan dengan ikut terlibat pragmatis digunakan untuk mendeskripsikan
atau berpartisipasi (sambil menyimak), entah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
secara aktif atau reseptif, dalam pembicaraan. sapaan.
Kegiatan penyadapan data dengan cara Hasil analisis data berupa hasil temuan
demikian disebut teknik simak libat cakap. dari objek yang diteliti. Hasil analisis data
Menurut Sudaryanto (dalam Mastoyo, akan disajikan dengan metode formal dan
2007: 44) pada teknik simak bebas libat cakap informal. Menurut Kridalaksana (dalam Mastoyo,
peneliti tidak dilibatkan langsung untuk ikut 2007: 73) metode formal adalah penyajian hasil
menentukan pembentukan dan pemunculan analisis data dengan menggunkan kaidah.
calon data kecuali hanya sebagai pemerhati- Kaidah itu dapat berbentuk rumus, bagan/
pemerhati terhadap calon data yang terbentuk diagram, tabel, dan gambar.
dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang Menurut Sudaryanto (dalam Mastoyo,
berada di luar dirinya. Teknik ini digunakan 2007: 71) metode informal adalah penyajian
dengan dasar pemikiran bahwa prilaku hasil analisi data dengan menggunakan kata-
berbahasa hanya dapat benar-benar dipahami kata biasa. Dalam penyajian ini, rumus (-
jika peristiwa berbahasa itu berlangsung dalam rumus) atau kaidah (-kaidah) disampaikan
sistem yang sebenarnya yang berada dalam dengan menggunakan kata-kata biasa, kata-
konteks yang lengkap (Mashun, 2006: 219). kata yang apabila dibaca dengan serta merta
Teknik catat adalah teknik menjaring dapat langsung dipahami.
data dengan mencatat hasil penyimakan data
pada kartu data. Kartu data yang digunakan
untuk mencatat data itu berupa kertas HVS, 4. PEMBAHASAN
manila,bufalo, atau yang lain dengan ukuran
yang sesuai dengan satuan kebahasaan Sesuai dengan masalah yang dibahas
yang akan dicatat pada kartu data (Mastoyo, dalam tulisan ini, pada bagian ini dipaparkan
2007: 45). tentang jenis sapaan dalam bahasa Manggarai
Metode untuk menganalisis data pada berdasarkan ferennya dan faktor-faktor yang
penelitian ini digunakan metode padan mempengaruhi penggunaan sapaan dalam
referensial dan metode padan pragmatis. bahasa Manggarai.
Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di .... 95

4.1 Jenis Sapaan dalam Bahasa Sapaan ema juga mengalami perluasan
Manggarai Berdasarkan arti yaitu ema bisa juga digunakan oleh
Referennya cucunya untuk menyapa kakek kandungnya.
Berikut (2) akan dijelaskan dalam contoh
Bahasa Manggarai mengenal berbagai bagaimana cucu kandungnya bertanya
bentuk kata sapaan yang biasa digunakan dimana sarung yang hendak diambil.
dalam percakapan sehari-hari. Bentuk kata
sapaan dalam bahasa Manggarai dibedakan (2) Nia na’an towe dite ema?
berdasarkan referennya, yakni kata sapaan ‘Dimana kakek menyimpan sarung?‘
berdasarkan hubungan kekerabatan, profesi
dan jabatan, nama diri, dan kata ganti. Selain itu kata ema juga bisa dipakai
Adapun jenis-jenis sapaan ini akan dijelaskan untuk menyapa kakek yang sudah tua tanpa
lebih rinci pada sub-sub bab berikut ini. adanya pertalian darah atau kekerabatan.
Berikut (3) adalah contoh bagaimana seorang
4.1.1 Sapaan Berdasarkan Hubungan pemuda menyapa dan membantu seorang
Kekerabatan kakek yang hendak menyebrangi jalan.

Kata sapaan kekerabatan di daerah (3) Ema de di’a lako, jaga oto!
Manggarai adalah jenis kata sapaan yang ‘Kakek hati-hati, ada mobil lewat!‘
paling banyak ditemui. Hal ini dikarenakan
kata sapaan berdasarkan kekerabatan tidak Jadi kata sapaan ema bila diartikan
hanya berasal dari pertalian kekerabatan kedalam bahasa Indonesia adalah ayah namun
tetapi juga untuk menyapa orang-orang karena adanya perluasan arti maka sapaan
yang bahkan tidak mempunyai pertalian dapat pula digunakan untuk menyatakan
kekerabatan apa-apa karena sebagian besar kakek tergantung situasi dan kondisi.
kata-kata sapaan ini mengalami perluasan arti. Dalam perkembangannya kata sapaan
Kata-kata sapaan yang berasal dari pertalian ema untuk menyatakan kakek seringkali jarang
kekerabatan itu adalah ende, ema, inang, amang, digunakan khususnya di daerah perkotaan.
kae, ase, ende koe, ema koe, ende tu’a, ema tu’a, Hal ini dikarenakan sapaan ema erat kaitannya
enu, nana, nara, weta, empo, kesa, ipar, koa, wote, dengan sapaan untuk kakek yang sudah
to’a. Berikut ini akan diuraikan kata-kata sangat tua. Masyarakat Manggarai pada
sapaan kekerabatan itu satu per satu. zaman ini khususnya di perkotaan lebih sering
menggunakan kata sapaan opa untuk menyapa
a. Kata Sapaan Ema seorang kakek baik kandung maupun tidak
Sapaan ema adalah sapaan yang namun memiliki hubungan pertalian
dipergunakan untuk menyapa ayah kandung kekerabatan dengan penutur. Kaitannya
penutur, atau bisa juga digunakan untuk dengan hal tersebut yang perlu digaris bawahi
menyapa ayah kandung dari suami atau istri adalah adanya hubungan pertalian kekerabatan.
penutur. Contoh kalimat (1) berikut ini Seorang kakek yang tidak memiliki hubungan
melukiskan bagaimana seorang anak pertalian kekerabatan dengan penutur tidak
mengajak ayahnya untuk makan siang. dapat di panggil dengan sapaan opa. Contoh
(4) berikut melukiskan seorang anak meminta
(1) Ema, mai hang leso ga! dibelikan jajan pada kakeknya.
‘Ayah, ayo kita makan siang!‘
(4) Opa, weli bombon koe aku!
Pada perkembangannya sapaan ema ‘Opa, belikan saya permen!‘
jarang digunakan lagi untuk menyapa seorang
ayah karena masyarakat Manggarai lebih Sapaan ema yang menyatakan kakek
banyak menggunakan kata sapaan bapa. dalam perkembangannya digunakan di
96 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

perkotaan hanya untuk menyapa seorang Jadi kata sapaan ende bila diartikan
kakek yang sudah sangat tua dan tidak kedalam bahasa Indonesia adalah ibu namun
memiliki hubungan pertalian kekerabatan karena mengalami perluasan arti sebagaimana
dengan penutur. Sapaan ema untuk menyatakan yang dialami kata sapaan ema, maka kata
kakek lebih sering digunakan di pedesaan sapaan ende dapat pula digunakan untuk
untuk menyapa kakek kandung maupun menyatakan nenek tergantung situasi dan
untuk menyapa seorang kakek meskipun kondisi.
tidak memiliki hubungan pertalian kekerabatan Sama halnya sapaan ema, dalam
dengan penutur. perkembangannya kata sapaan ende untuk
menyatakan nenek seringkali jarang
b. Kata Sapaan Ende digunakan khususnya di daerah perkotaan.
Sapaan ende adalah sapaan yang Hal ini dikarenakan juga sapaan ende erat
dipergunakan untuk menyapa ibu kandung kaitannya dengan sapaan untuk nenek yang
penutur. Sapaan ini juga bisa digunakan sudah sangat tua. Masyarakat perkotaan di
untuk menyapa ibu kandung dari suami atau Manggarai lebih sering menggunakan kata
istri penutur. Contoh kalimat (5) melukiskan sapaan oma untuk menyapa seorang nenek
bagaimana seorang anak meminta izin ibunya baik kandung maupun tidak namun memiliki
untuk berangkat ke sekolah. hubungan pertalian kekerabatan dengan
penutur dan jarang menggunakan kata sapaan
(5) Ende, aku ngo sekola di e! oma. Kaitannya dengan hal tersebut yang
‘Ibu, saya berangkat ke sekolah dulu!’ perlu digaris bawahi adalah adanya hubungan
pertalian kekerabatan. Seorang nenek yang
Sama halnya dengan sapaan ema, sapaan tidak memiliki hubungan pertalian dengan
ende juga jarang digunakan lagi untuk penutur tidak dapat di panggil dengan sapaan
menyapa seorang ibu karena masyarakat oma. Contoh (8) berikut melukiskan seorang
Manggarai lebih banyak menggunakan kata anak meminta makan pada neneknya.
sapaan mama.
Seperti halnya sapaan ema mengalami (8) Oma, darem aku ! emi koe hang ta oma!
perluasan arti, sapaan ende juga sebaliknya. ‘Oma, saya lapar ! Ambilkan saya makan
Ende bisa dipergunakan oleh cucunya untuk oma!‘
menyapa nenek kandungnya. Contoh kalimat
(6) bagaimana seorang anak (cucu) menyapa Sapaan ende yang menyatakan nenek
neneknya yang sedang berkebun. banyak digunakan di perkotaan hanya untuk
menyapa seorang nenek yang sudah sangat
(6) Ende, emo ciwal ga, istirahat koe di! tua dan tidak memiliki hubungan pertalian
‘Nenek jangan berkebun dulu, istirahatlah kekerabatan dengan penutur. Sapaan ende
sebentar!‘ sendiri untuk menyatakan nenek lebih sering
digunakan di pedesaan untuk menyapa nenek
Sapaan ende juga bisa dipergunakan oleh kandung maupun untuk menyapa seorang
orang yang tidak memiliki hubungan darah nenek meskipun tidak memiliki hubungan
dengan lawan bicaranya melainkan karena pertalian kekerabatan dengan penutur.
keadaanya yang sudah tua. Contoh berikut (7)
melukiskan bagaimana seorang remaja c. Kata Sapaan Amang
menawarkan pertolongan pada seorang nenek Kata sapaan amang adalah sapaan yang
yang kehujanan ketika pulang dari kebun. dipergunakan oleh seorang anak untuk
menyapa saudara kandung ibunya dan bisa
(7) Ende, iling ce mbaru di gereng meti usang! juga untuk menyapa suami dari saudari
‘Nenek, singgah di rumah dulu sampai kandung ayah penutur. Kata amang bila
hujannya berhenti!‘ diartikan kedalam bahasa Indonesia menjadi
om atau paman. Berikut contoh (9) melukiskan
Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di .... 97

bagaimana seorang anak meminta uang menanyakan gadis yang disukainya pada ibu
kepada om atau pamannya yang datang kandung dari gadis tersebut.
mengunjungi keluarga anak tersebut.
(13) Inang, cala manga enu?
(9) Amang tegi seng pe! ‘Tanta, apa nona-nya ada?‘
‘Om/paman minta uang!‘
Kata inang juga digunakan untuk
Kata sapaan amang juga bisa digunakan memanggil seorang wanita dewasa yang tidak
oleh seorang pemuda untuk menyapa ayah/ memiliki hubungan darah dengan penutur.
bapak kandung dari gadis yang disukainya. Contoh (14) melukiskan seorang pemuda yang
Berikut contoh (10) bagaimana seorang menanyakan harga kacang tanah pada seorang
pemuda yang bertemu ayah dari gadis yang wanita dewasa yang menjual kacang tanah.
disukainya dan menitipkan salam untuk anak
gadisnya. (14) Inang, pisa harga koja so ca kilo?
‘Tanta, berapakah harga kacang tanah
(10) Amang, lako mane bo? Salam daku latang enu! ini satu kilogram?‘
‘Lagi jalan-jalan sore Om? Sampaikan
salamku untuk nona!‘ e. Kata Sapaan Kae
Kata sapaan kae secara harafiah berarti
Kata amang juga digunakan untuk kakak. Sapaan kae merupakan panggilan
memanggil seorang pria dewasa yang tidak untuk seorang kakak oleh adiknya baik yang
memiliki hubungan darah dengan penutur. memiliki hubungan pertalian kekerabatan
Contoh (11) melukiskan seorang pemuda yang (kandung) ataupun tidak memiliki hubungan
menanyakan harga sayur pada seorang pria pertalian kekerabatan. Contoh (15) berikut
dewasa yang menjual sayur. melukiskan seorang pemuda yang meminta
dipinjamkan sepatu pada saudara kandungnya
(11) Pisa harga ute so amang? yang usianya lebih tua. Contoh (16)
‘Berapa harga sayuran ini om?‘ melukiskan seorang penutur yang meminta
bahan ujian pada kakak tingkatnya.
d. Kata Sapaan Inang
Kata sapaan inang adalah sapaan yang (15) Kae, nganceng celong koe sepatu dite laku?
dipergunakan oleh seorang anak untuk Ai rusak daku spatu ga.
menyapa saudari kandung ayahnya dan bisa ‘Kakak, bolehkah saya meminjam
juga untuk menyapa istri dari saudara sepatumu? Karena sepatu saya sudah
kandung ibu penutur. Kata inang bila rusak.’
diartikan kedalam bahasa Indonesia menjadi (16) Kae, nganceng tegi koe laku bahan kut ujian
tanta atau bibi. Berikut contoh (12) melukiskan diang?
bagaimana seorang anak meminta oleh-oleh ‘Kakak, bolehkah saya meminta bahan
kepada tanta atau bibi kandungnya yang untuk ujian besok?’
hendak pulang berlibur dari luar kota.
f. Kata Sapaan Ase
(12) Inang, aku pede baju di’a e! neka hemong Kata sapaan ase secara harafiah berarti
weli le inang! adik. Sapaan ase merupakan panggilan
‘Tanta, saya pesan baju yang bagus ! untuk seorang adik oleh kakaknya baik yang
Tanta jangan lupa untuk membelinya!‘ memiliki hubungan pertalian kekerabatan
(kandung) ataupun tidak memiliki hubungan
Kata sapaan inang juga bisa digunakan pertalian kekerabatan. Contoh (17) berikut
oleh seorang pemuda untuk menyapa ibu melukiskan seorang gadis muda yang
kandung dari gadis yang disukainya. Berikut menyuruh saudarinya yang lebih muda untuk
contoh (13) bagaimana seorang pemuda yang bersama-sama membantu ibu memasak.
98 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

Contoh (18) melukiskan penutur mengajak ayah kandung penutur dan juga untuk menyapa
rekannya yang memiliki usia lebih muda suami dari kakak perempuan (kandung) dari
darinya untuk sejenak mampir kerumahnya. ibu kandung penutur. Contoh (21) berikut
melukiskan seorang penutur yang meminta
(17) Ase mai ce! Mai campe koe ende cama-cama agar dirinya diperbolehkan untuk ikut
teneng! berburu babi hutan bersama kakak laki-laki
‘Adik, kemarilah! Mari kita sama-sama (kandung) dari ayah penutur.
membantu ibu memasak!‘
(18) Ase, reme usang ho e! Mai cenggo cekoen (21) Ema tu’a, nganceng lut aku ngo tembak
ce mbaru di sampe meti usang! motang?
‘Adik, sekarang lagi hujan! Mari ‘Ema tu’a, bolehkah saya ikut pergi
singgalah sejenak di rumah hingga berburu babi hutan?‘
hujan berhenti!’
j. Kata Sapaan Ende Tu’a
g. Kata Sapaan Ema Koe Kata sapaan ende tu’a secara harafiah
Kata sapaan ema koe secara harafiah artinya mama tua. Sapaan ende tu’a digunakan
artinya bapa kecil. Sapaan ema koe digunakan untuk menyapa kakak perempuan (kandung)
untuk menyapa adik laki-laki (kandung) dari dari ibu kandung penutur dan digunakan juga
ayah penutur dan juga untuk menyapa suami untuk menyapa istri dari kakak laki-laki
dari adik perempuan (kandung) dari ibu (kandung) dari ayah kandung penutur.
penutur. Contoh (19) berikut melukiskan seorang Contoh (22) berikut melukiskan seorang penutur
penutur yang menanyakan jam kedatangan yang meminta agar dirinya diperbolehkan
adik laki-laki (kandung) dari ayah kandung untuk ikut berbelanja di pasar bersama kakak
penutur atau suami dari adik perempuan perempuan (kandung) dari ibu penutur.
(kandung) ibu untuk dijemput di bandara.
(22) Ende tu’a, nganceng lut aku ngo sale pasar?
(19) Ema koe, jam pisa kira-kira cai ce Ruteng ‘Ende tu’a, bolehkah saya ikut pergi ke
tong? Kut jemput lami tong! pasar?‘
‘Ema koe, jam berapa kira-kira tiba di
Ruteng? Nanti kami yang akan jemput!‘ k. Kata Sapaan Enu
Sapaan enu adalah sapaan yang paling
h. Kata Sapaan Ende Koe umum digunakan untuk menyapa anak
Kata sapaan ende koe berarti mama kecil. perempuan baik yang memiliki hubungan
Sapaan ende koe digunakan untuk menyapa pertalian kekerabatan maupun tidak memiliki
adik perempuan (kandung) dari ibu penutur hubungan kekerabatan dengan penutur.
dan juga untuk menyapa istri dari adik laki- Dengan kata lain sapaan enu umum
laki (kandung) dari ayah penutur. Contoh (20) digunakan untuk menyapa anak perempuan.
berikut melukiskan seorang penutur yang Contoh kalimat berikut (23) melukiskan
mengabarkan kedatangannya kerumah adik bagaimana seorang ibu menyuruh anak
perempuan (kandung) dari ibu penutur. perempuannya membeli garam di warung.

(20) Ende koe, ami ngo one mbaru diang! Neka (23) Enu, ngo koe weli ci’e sina kios!
hemong teneng sot enak e? ‘Enu, tolong belikan garam di warung!’
‘Ende koe, kami akan kerumah besok !
Jangan lupa masak yang enak ya?‘ l. Kata Sapaan Nana
Kata sapaan nana adalah sapaan yang
i. Kata Sapaan Ema Tu’a digunakan untuk menyapa anak laki-laki
Kata sapaan ema tu’a secara harafiah baik yang memiliki hubungan pertalian
artinya bapa tua. Sapaan ema tu’a digunakan kekerabatan maupun tidak memiliki
untuk menyapa kakak laki-laki (kandung) dari hubungan kekerabatan dengan penutur.
Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di .... 99

Contoh kalimat (24) melukiskan bagaimana (28) Weta, co tara sepi keta mbaru? Ngo nia ise
seorang ayah menegur anaknya yang terus- amang agu inang?
terusan main air. ‘Weta, kenapa rumah sepi sekali ?
Kemana om dan tanta?’
(24) Nana, neka labar wae usang boto beti!
Nana, jangan main air hujan nanti bisa o. Kata Sapaan Empo
jatuh sakit! Kata sapaan empo jika diartikan kedalam
bahasa Indonesia adalah cucu. Sapaan empo
m. Kata Sapaan Nara digunakan oleh seorang kakek dan nenek
Kata sapaan nara digunakan oleh untuk manyapa cucu kandung maupun bukan
penutur wanita untuk menyapa adik atau cucu kandung (tidak memiliki hubungan
kakak laki-laki kandung. Berikut ini (25) pertalian kekerabatan). Sapaan empo umum
contoh seorang wanita yang menasihati adik digunakan untuk menyapa cucu wanita atau
laki-lakinya yang merantau. pria. Contoh kalimat berikut (29) melukiskan
bagaimana seorang kakek menyapa cucunya
(25) Nara, Lami di’a weki agu neka hemong ngaji yang baru datang mengunjunginya di kampung.
kut kamping le Mori.
‘Nara, jagalah kesehatan dan janganlah (29) Empo, one pisa maim?
lupa berdoa agar Tuhan selalu ‘Empo, kapan datang?’
menyertaimu.’
Sapaan empo semakin jarang digunakan
Sapaan nara juga bisa digunakan oleh pada zaman sekarang, orang tua (kakek,
penutur wanita untuk menyapa saudara laki- nenek, opa, oma) lebih memilih menyapa
laki meskipun tidak mempunyai hubungan cucu-cucu mereka dengan sapaan nana, enu
darah kandung atau pertalian kekerabatan. atau dengan menyebut nama.
Berikut ini (26) contoh seorang wanita yang
menawarkan minuman pada seorang pria p. Kata Sapaan Ipar
yang memiliki hubungan kekerabatan Sapaan ipar adalah sapaan yang
dengannya (tetapi bukan kandung). digunakan oleh seorang wanita untuk
menyapa istri dari saudara kandung ataupun
(26) Nara, ngoeng inung apa? Kopi ko teh? bukan saudara kandung tetapi memiliki
‘Nara, mau minum apa? Kopi atau teh?’ hubungan kekerabatan. Sapaan ipar juga bisa
digunakan untuk menyapa saudari dari suami.
n. Kata Sapaan Weta Contoh berikut (30) melukiskan bagaimana
Kata sapaan weta digunakan oleh seorang wanita mengajak istri dari adik laki-
penutur pria untuk menyapa adik atau kakak lakinya untuk ke pasar.
perempuan kandung. Berikut ini (27) contoh
seorang pria yang memintai adik perempuannya (30) Ipar ngo cama wa pasar de?
untuk dibuatkan kopi. ‘Ipar, kita sama-sama ke pasar ya?’

(27) Weta, pande koe kopi lantang aku ta de! q. Kata Sapaan Kesa
‘Weta, tolong buatkan saya secangkir kopi!’ Kata sapaan kesa adalah sapaan yang
digunakan oleh seorang pria untuk menyapa
Sapaan weta juga bisa digunakan oleh saudara laki-laki dari istrinya baik saudara
penutur pria untuk menyapa saudari perempuan kandung maupun tidak tetapi memiliki
meskipun tidak mempunyai hubungan darah hubungan pertalian kekerabatan. Contoh (31)
kandung atau pertalian kekerabatan. Berikut berikut melukiskan seorang pria menawarkan
ini (28) contoh seorang pria yang menanyakan arak khas Manggarai kepada saudara laki-laki
keberadaan om dan tanta-nya, pada anak dari istrinya.
wanita om-nya (sepupu penutur).
100 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

(31) Kesa, cala ngoeng inung tuak? bagaimana ayah mertua mengajak anak
‘Kesa, apakah anda mau minum mantunya untuk pergi berkebun.
secangkir arak?’
(35) Koa, mai ga ngo weri tete lau uma.
Kata sapaan kesa bisa juga digunakan ‘Koa, mari kita ke kebun untuk
oleh seorang pria untuk menyapa suami dari menanam ubi.’
saudarinya baik saudari kandung maupun
tidak tetapi memiliki hubungan pertalian Pada perkembangaannya, sapaan koa
kekerabatan. Contoh (32) berikut melukiskan bisa digantikan dengan sapaan nana atau
seorang pria menawarkan rokok kepada dengan menyebut nama anak sulung dari
suami dari saudarinya. mantunya (apabila sudah memiliki anak) dan
di awali kata bapa. Contoh (36) berikut
(32) Kesa, cala ngoeng rongko? melukiskan bagaimana bapa mantu menyuruh
‘Kesa, apakah anda mau rokok?’ anak mantunya untuk bersama-saama
mencari kayu.
r. Kata Sapaan Wote
Sapaan wote adalah sapaan yang (36) Bapa veren mai ga ngo kawe haju le poco.
digunakan untuk menyapa anak mantu ‘Bapa veren mari kita ke gunung mencari
perempuan oleh ibu mertua ataupun oleh kayu.’
ayah mertua. Contoh berikut (33) melukiskan (Veren adalah nama anak sulung dari
bagaimana ibu mertua menyuruh anak mitra tutur, dalam hal ini anak mantu).
mantunya untuk pergi arisan mewakili ibu
mertuanya. t. Kata Sapaan To’a
Kata sapaan to’a adalah sapaan yang
(33) Wote, tegi campe lut arisan ai tema danga biasa digunakan oleh om dan tanta untuk
sehat ende. menyapa keponakannya (baik laki-laki maupun
‘Wote tolong gantikan ibu untuk ikut perempuan) yang memiliki hubungan
arisan karena ibu tidak enak badan. pertalian kekerabatan. Berikut (37) contoh
bagaimana om/paman mengajak keponakannya
Pada perkembangaannya, sapaan wote untuk bermain sepak bola.
bisa digantikan dengan sapaan enu atau
dengan sapaan mama diikuti nama anak (37) To’a, mai main bola!
sulung dari mantunya (apabila sudah ‘To’a, mari kita bermain sepak bola!’
memiliki anak) dan di awali kata mama.
Contoh (34) berikut melukiskan bagaimana Selain beberapa kata sapaan dalam
mama mantu menyuruh anak mantunya bahasa Manggarai diatas, dalam percakapan
untuk mengambilkan sirih pinang. masyarakat Manggarai juga dikenal berapa
kata serapan yang sering digunakan untuk
(34) Mama Ando, emi koe cepa de ende! menyapa seperti bapa (ayah), mama (ibu), om
‘Mama Ando, ambilkan sirih pinang ibu!’ (paman), tanta (bibi), opa (kakek), oma (nenek).
(Ando adalah nama anak sulung dari
mitra tutur, dalam hal ini anak mantu).
4.1.2 Jenis Sapaan dalam Bahasa
s. Kata Sapaan Koa Manggarai Berdasarkan Profesi
Sapaan koa adalah sapaan yang
digunakan untuk menyapa anak mantu laki- Jenis sapaan dalam bahasa Manggarai
laki oleh ibu mertua ataupun oleh ayah dibedakan juga berdasarkan profesi dan
mertua. Contoh berikut (35) melukiskan jabatan seseorang. Beberapa bentuk sapaan
Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di .... 101

dalam bahasa Manggarai berdasarkan profesi ‘Romo, mungkin bisa besok malam
dan jabatan antara lain: tuang, kraeng, pa, bu, pimpin misa di rumah duka?‘
ema dan ende. Sapaan tuang dan kraeng memiliki
arti yang sama dan mengandung makna
untuk menghormati lawan bicara, namun 4.1.3 Jenis Sapaan dalam Bahasa
dalam penggunaannya sedikit berbeda, karena Manggarai Berdasarkan Jabatan
sapaan kraeng memiliki nilai yang lebih tinggi
terkait jabatan dibandingkan sapaan tuang. Sejak jaman nenek moyang di
Sapaan tuang secara harafiah artinya Manggarai dikenal bentuk kata sapaan kraeng.
tuan. Sapaan tuang biasanya digunakan untuk Sama seperti sapaan tuang, sapaan kraeng
menyapa seseorang (laki-laki) yang memiliki secara harafiah artinya adalah tuan. Kraeng
profesi tertentu. Misalnya untuk menyapa khusus ditujukan untuk seseorang (laki-laki)
seorang guru, dan sebagainya atau seseorang yang berketurunan bangsawan, misalnya raja,
yang berprofesi sebagai dokter, mantri dan kesatria, dan sebagainya. Berikut contoh (41)
sebagainya. Contoh (38) melukiskan bagaimana melukiskan penggunaan sapaan kraeng
seorang bapak menyapa guru dari anaknya dimana seorang pelayan menanyakan pada
ketika bertemu di jalan depan rumah penutur. rajanya ingin makan lauk apa siang ini.

(38) Tuang, kut ngo nia? cengo ce mbaru di! (41) Kraeng, ngoeng pareng apa kut hang leso
‘Tuang, mau kemana? Mampirlah ke tong?
rumah ini dulu!‘ ‘Kraeng, ingin lauk apa untuk makan
siang hari ini?‘
Kata tuang merupakan jenis sapaan
untuk menghormati seseorang dengan profesi Seiring perkembangan jaman, kata
tertentu apabila disandingkan dengan nama sapaan kraeng memiliki pergeseran nilai
profesi tertentu, kata sapaan tuang akan berarti dimana kata sapaan kraeng dan tuang memiliki
‘bapak’ atau ‘pak’. Contoh (39) merupakan kedudukan yang sama. Kata sapaan kraeng
penggunaan kata sapaan tuang apabila tidak hanya ditujukan untuk turunan
disandingkan dengan nama profesi tertentu. bangsawan tetapi juga digunakan secara
Pada contoh ini dilukiskan seorang murid umum terhadap orang-orang yang memiliki
yang memberi salam dan bertanya hendak kedudukan atau jabatan dalam masyarakat
kemana pada gurunya saat berpapasan. (seperti bupati, lurah, camat, dan sebagainya)
sebagai bentuk penghormatan. Contoh (42)
(39) Tuang guru, tabe mane! kut ngo nia tuang melukiskan penggunaan kata sapaan kraeng
guru? dimana seorang bapak bertemu dan menyapa
‘Selamat sore pak guru! Pak guru seorang tokoh masyarakat seperti lurah atau
hendak kemana?‘ camat, dan sebagainya.

Kata tuang juga dapat diartikan dengan (42) Kraeng, cepisa mulai dite kerja bakti?
‘Pastor/Imam/Romo’ apabila digunakan ‘Kraeng, kapan akan dilaksanakan kerja
untuk menyapa seorang Biarawan dalam hal bakti?‘
ini adalah Pastor/Imam/Romo. Berikut
contoh (40) yang melukiskan seorang bapak Kata sapaan ema dan ende secara
yang meminta pada pastor untuk memimpin harafiah artinya ayah/bapak (kandung) dan
misa arwah di rumah duka. ibu (kandung), namun dapat digunakan pula
sebagai bentuk penghormatan apabila
(40) Tuang, cala nganceng pimpin koe misa disandingkan dengan jabatan tertentu dari
arwah eta mbaru susah diang wie? lawan bicara. Sama halnya dengan sapaan
102 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

kraeng, sapaan ema dan ende dalam kaitannya 4.1.4 Jenis Sapaan dalam Bahasa
dengan jabatan hanya ditujukan untuk orang Manggarai Berdasarkan Nama Diri
yang memiliki jabatan yang sangat tinggi
dalam lingkungan masyarakat. Sedikit Kata sapaan nama diri adalah sapaan
berbeda dengan kraeng, sapaan ema dan ende dengan menyebutkan nama seseorang. Kata
dalam hal ini lebih pada sosok kebapaan atau sapaan ini sering dipergunakan oleh penutur
seseorang yang dapat dituakan dalam yang memiliki umur relatif sama (sebaya) atau
lingkungan masyarakat yang cukup besar. juga lebih tua dari lawan tutur. Munculnya
Dalam kaitannya dengan jabatan pemerintahan kata sapaan ini biasanya dalam percakapan
kata ema dan ende pada saat ini lebih banyak yang tidak bersifat formal. Umumnya hubungan
digunakan untuk menyapa bupati ataupun antar penutur bersifat akrab dan sudah lama
gubernur dan jarang digunakan untuk saling mengenal. Dalam situasi seperti ini
menyapa lurah, camat ataupun jabatan penutur tidak bermaksud merendahkan
lainnya. Berikut contoh (43) penggunaan kata atau meremehkan lawan bicaranya.sapaan
sapaan ema dan ende apabila disandingkan nama diri akan dibagi menjadi lima bagian
dengan jabatan tertentu dari lawan bicara, sebagai berikut.
dimana seorang ketua panitia sebuah acara
dalam kata sambutannya memberikan ucapan a. Pengurangan beberapa huruf di awal
hormat pada bapak dan ibu bupati. Pada sapaan ini nama seseorang akan
disingkat dan beberapa huruf dibagian depan
(43) Ata hormat keta lami, ema bupati agu ende dihilangkan. Kalimat (45) berikut melukiskan
bupati! bagaimana seorang ibu menyuruh anaknya
‘Yang sangat kami hormati, bapak dan yang bernama Fani untuk mematikan tv dan
ibu bupati!‘ segera tidur karena besok harus sekolah.

Kata sapaan ema juga dapat digunakan (45) Ni, temo det nonton hitu toko ga ai sekolah
untuk menyapa seorang pastor. Misalnya Ema diang!
Pastor (Bapa Pastor). ‘Ni, matikan televisinya dan segera tidur
Sapaan pa dan bu artinya bapak dan ibu. karena besok harus sekolah!’
Sapaan ini sering digunakan secara umum
untuk menyapa bapak dan ibu dengan profesi b. Pengurangan beberapa huruf di akhir
khusus misalnya guru, dokter, dan sebagainya Pada sapaan ini nama seseorang akan
maupun jabatan tertentu seperti lurah, camat, disingkat dan beberapa huruf dibagian akhir
bupati, dan sebagainya. Contoh (44) melukiskan dihilangkan. Kalimat (46) berikut melukiskan
sapaan seorang anak murid terhadap bapak bagaimana seorang sahabat menanyakan
dan ibu gurunya. tugas matematika kepada sahabatnya yang
bernama Joni.
(44) Tabe gula pa! Tabe gula bu!
‘Selamat pagi bapak! Selamat pagi ibu!’ (46) Jo, poli de hau kerja tugas matek ke?
‘Jo, apakah tugas matematikamu sudah
Selain beberapa jenis sapaan diatas, dikerjakan?’
dalam percakapan masyarakat Manggarai
dikenal juga sapaan yang hanya menyebutkan c. Menyebut nama lengkap
profesi ataupun jabatan dari seseorang Pada sapaan ini nama seseorang akan di
misalnya sapaan untuk seorang guru adalah sebut lengkap. Kalimat (47) berikut ini
guru, sapaan untuk seorang dokter adalah melukiskan bagaimana seorang pemuda
dokter, sapaan untuk seorang lurah adalah mengajak adik laki-laki kandungnya yang
lurah dan sebagainya. bernama Rober untuk memancing ikan di
sungai.
Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di .... 103

(47) Rober, mai ge ngo deko ikan sina ngali. Kata ganti orang kedua tunggal yaitu ite
‘Rober ayo kita ke sungai untuk dan hau. Ite dalam bahasa Indonesia artinya
memancing ikan.’ Anda. Sapaan ite dalam penggunaannya lebih
sopan dibandingkan dengan sapaan hau,
d. Pengubahan sebagian karena sapaan ite digunakan sebagai
Pada sapaan ini ada pengubahan satu ungkapan rasa hormat terhadap seorang yang
atau beberapa huruf dari nama. Jenis sapaan disapa, baik untuk orang yang lebih tua, orang
ini bagi orang Manggarai disebut panggilan yang lebih muda, teman sebaya, ataupun
kesayangan agar lebih dekat atau akrab. orang yang belum dikenali. Kalimat berikut
Misalnya nama Ivon menjadi Ipong. Berikut (50) dan (52) melukiskan contoh penggunaan
contoh (48) bagaimana seorang teman mengajak sapaan ite dalam bahasa Manggarai.
Ivon untuk menyaksikan pertandingan
bola voly. (50) Ngo nia ite ?
‘Anda mau kemana?’
(48) Ipong ngo nonton maen voly de! (52) Pande apa ite?
‘Ipong, ayo kita pergi menonton ‘Anda sedang apa?’
pertandingan bola voly!’
Hau dalam bahasa Indonesia artinya
e. Menyebut nama anak pertama kamu/kau. Sapaan hau lebih sering digunakan
Sapaan ini biasanya digunakan oleh untuk menyapa teman sebaya atau menyapa
orang-orang yang sudah berkeluarga dan seorang yang lebih muda, tetapi tidak sopan
memiliki anak. Berikut contoh (49) melukiskan apabila digunakan untuk menyapa seorang
bagaimana seorang ibu menyapa tetangganya yang lebih tua atau seorang yang belum
dengan menyebutkan nama anak sulung dikenali. Berikut adalah contoh (53) dan (54)
tetangganya tersebut. penggunaan sapaan hau dalam bahasa
Manggarai.
(49) Bapa Laras, tae mama laras neka hemong
arisan tong mane. (53) Ngo nia hau?
‘Bapa Laras, katakan pada mama laras ‘Kamu mau kemana?’
jangan lupa nanti sore ada arisan.’ (54) Pande apa hau?
‘Kamu sedang apa?’
Pada contoh (49) laras adalah nama anak
sulung dari lawan tutur. dalam penggunaanya Kata ganti orang kedua jamak yaitu
selalu diawali dengan kata sapaan ema atau dengan menggunakan sapaan meu. Meu dalam
bapa dan ende atau mama kemudian diikuti bahasa Indonesia adalah kalian. Sapaan meu
nama anak sulung sehingga menjadi ema Laras biasanya digunakan untuk menyapa kawan
atau bapa Laras dan ende Laras atau mama Laras. sebaya atau orang yang lebih muda (lebih dari
satu orang). sapaan meu tidak sopan apabila
4.1.5 Sapaan dalam Bahasa Manggarai digunakan untuk menyapa orang yang lebih
Berdasarkan Kata Ganti tua (lebih dari satu orang). Berikut (55) adalah
contoh sapaan yang menggunakan sapaan meu.
Jenis sapaan berdasarkan kata ganti
adalah sapaan yang sering digunakan oleh (55) Ngo nia meu?
masyarakat Manggarai. Jenis sapaan ini ‘Kalian mau kemana?‘
sering digunakan untuk menyapa orang (56) Hang apa meu?
yang dikenal ataupun belum dikenal. Sapaan ‘Kalian makan apa?‘
ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu kata ganti
orang kedua tunggal dan kata ganti orang Jenis sapaan berdasarkan kata ganti
kedua jamak. memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai
104 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

dengan keadaan orang yang disapa dan tidak ‘Bapak Bupati, apakah anda bisa mengikuti
dapat diartikan sama. Misalnya sapaan hau upacara pembukaan pameran besok?’
dalam penggunaannya tidak dapat diartikan
sama dengan sapaan ite karena memiliki 4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
fungsi yang berbeda, begitupun dengan Penggunaan Sapaan dalam Bahasa
sapaan meu yang dalam penggunaannya Manggarai
tidak dapat diartikan sama dengan sapaan ite
dan hau. Penggunaan kata sapaan dalam bahasa
Kata sapaan ite, hau dan meu merupakan Manggarai dipengaruhi oleh beberapa faktor
kata sapaan yang dapat digunakan secara antara lain faktor hubungan peran dalam
bersamaan dengan jenis sapaan lain. Dalam masyarakat, status sosial, jenis kelamin,
hal ini harus diperhatikan siapa dan usia keakraban, umur/usia, dan hubungan
lawan tutur . Berikut contoh (57) adalah kekerabatan.
sapaan kata ganti dengan kekerabatan.
4.2.1 Faktor Hubungan Peran
(57) Poli ite hang amang?
‘Apakah anda sudah makan om?’ Faktor hubungan peran dalam
masyarakat membentuk beberapa macam kata
Contoh (58) s.d (59) sapaan kata ganti sapaan dalam bahasa Manggarai. Berdasarkan
dengan nama diri. faktor hubungan peran dalam masyarakat
dikenal sapaan tuang, kraeng, pa, bu, ema dan
(58) Rin, pande apam hau? ende. Adanya jenis sapaan tuang, kraeng, pa, bu,
‘Rin, kamu sedang apa?’ ema dan ende ini dikarenakan adanya perbedaan
(59) Mama Veren toe ngo le mbaru dise ema meu profesi dan jabatan dalam kehidupan
ko? masyarakat Manggarai. Kata sapaan untuk
‘Mama Veren, kalian ikut kerumah profesi biasa menggunakan sapaan tuang, pa
kakek tidak? dan bu. Kata sapaan untuk perbedaan jabatan
biasa menggunakan sapaan kraeng, pa, bu, ema
Sapaan kata ganti dengan pekerjaan dan dan ende. Selain beberapa jenis sapaan diatas,
profesi (60) sapaan hanya dengan menyebutkan profesi
ataupun jabatan seseorang sering digunakan
(60 Bu Guru, co tara toe mai ce sekolah ite meseng? juga oleh masyarakat Manggarai.
‘Bu Guru, kenapa anda tidak datang ke Pemilihan sapaan dalam bahasa
sekolah kemarin?’ Manggarai terkait faktor perbedaan profesi
dan jabatan memiliki keragaman. Tabel
Sapaan kata ganti dengan jabatan (61) berikut menjelaskan pemilihan sapaan yang
berkaitan dengan faktor hubungan peran
(61) Ema Bupati, cala nganceng ite lut acara dalam masyarakat.
pembukaan pameran diang?

Tabel 1: Pemilihan Sapaan Berdasarkan Faktor Hubungan Peran dalam Masyarakat


Hubungan Peran
No. Penyapa Sapaan
dalam Masyarakat
1. Ego Guru (laki-laki) Tuang, Tuang Guru, Pa, Pa Guru, Guru.
2. Ego Guru (perempuan) Bu, Bu Guru, Guru.
3. Ego Dokter (laki-laki) Tuang, Tuang Dokter, Pa, Pa Dokter, Dokter.
4. Ego Dokter (perempuan) Bu, Bu Dokter, Dokter.
5. Ego Bidan Bu, Bu Bidan, Bidan.
6. Ego Mantri Tuang, Tuang Mantri, Pa, Pa Mantri, Mantri.
Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di .... 105

Tabel 1: Lanjutan
Hubungan Peran
No. Penyapa Sapaan
dalam Masyarakat
7. Ego Lurah (laki-laki) Kraeng, Kraeng Lurah, Pa, Pa Lurah, Lurah.
8. Ego Lurah (perempuan) Bu, Bu Lurah, Lurah.
9. Ego Bupati (laki-laki) Kraeng, Kraeng Bupati, Pa, Pa Bupati, Ema Bupati,
Bupati.
10. Ego Bupati (perempuan) Bu, Bu Bupati, Ende Bupati, Bupati.
11. Ego Pastor/Imam/Romo Tuang, Ema Pastor, Pastor, Romo.
(Rohaniwan Katolik)
dsb.....

4.2.2 Faktor Status Sosial keahlian khusus atau di masa sekarang lebih
diartikan sebagai profesi khusus.
Perbedaan status sosial menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi penggunaan 4.2.3 Faktor Perbedaan Jenis Kelamin
sapaan dalam bahasa Manggarai. Perbedaan
status sosial menjadi faktor yang membedakan Faktor jenis kelamin merupakan salah
jenis sapaan kraeng dan tuang sejak jaman satu faktor pembeda sapaan dalam bahasa
kerajaan. Kraeng khusus ditujukan untuk Manggarai. Sapaan berdasarkan jenis kelamin
seseorang yang berketurunan bangsawan, dalam bahasa Manggarai tidak terdapat
misalnya raja, kesatria, dan sebagainya. Kata kesulitan bagi penyapa ketika menyapa lawan
sapaan kraeng kurang tepat apabila ditujukan bicara karena perbedaannya sangat jelas
kepada orang biasa yang bukan berketurunan antara sapaan untuk pria dan wanita. Bentuk
bangsawan. Jadi adanya jenis sapaan kraeng sapaan untuk pria yakni nana, nara, ema, bapa,
dan tuang tidak hanya karena faktor opa, ema tu’a, ema koe, amang, om, kesa, kela, koa.
perbedaan pekerjaan, profesi dan jabatan Bentuk sapaan untuk wanita yakni enu, weta,
tetapi juga dikarenakan adanya perbedaan ende, mama, oma, ende tu’a, ende koe, inang, tanta,
status sosial. Sapaan tuang sejak jaman wote. Kedua tabel berikut menjelaskan
kerajaan ditujukan untuk orang yang memiliki pemilihan sapaan yang berkaitan dengan
faktor perbedaan jenis kelamin.

Tabel 2: Pemilihan Kata Sapaan Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki


No. Penyapa Lawan Tutur Sapaan
1. Ego Ayah kandungr, Ayah kandung dari suami/istri Ema, Bapa.
penutur
2. Ego Kakek kandung Ema, Opa.
3. Ego Kakek tua Ema.
4. Ego Adik laki-laki dari Ayah Ema koe.
5. Ego Adik/Kakak laki-laki Ibu Amang, Om.
6. Ego Kakak laki-laki dari Ayah Ema tu’a
7. Ego Adik/Kakak laki-laki dari istri Kesa
8. Ego Suami dari adik/kakak perempuan Kesa
9. Ego Anak mantu laki-laki Koa
10. Ego Adik/Kakak laki-laki kandung penutur (wanita) Nara
11. Ego Anak laki-laki Nana
106 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

Tabel 3: Pemilihan Kata Sapaan Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan


No. Penyapa Lawan Tutur Sapaan
1. Ego Ibu kandungr, Ibu kandung dari suami/istri Ende, Mama.
penutur
2. Ego Nenek kandung Ende, Oma.
3. Ego Nenek tua Ende.
4. Ego Adik perempuan dari Ibu Ende koe.
5. Ego Adik/Kakak perempuan Ayah Inang, Tanta.
6. Ego Kakak perempuan dari Ibu Ende tu’a
7. Ego Anak mantu perempuan Wote
8. Ego Adik/Kakak perempuan penutur (pria) Weta
9. Ego Anak perempuan Enu

4.2.4 Faktor Perbedaan Keakraban lawan bicara akan disapa kae (kakak), dan ase
(adik). Sapaan keakraban lainnya yaitu enu
Faktor perbedaan keakraban merupakan untuk menyapa anak perempuan yang
salah satu faktor juga yang mempengaruhi seumuran dan lebih muda dari penutur. Ada
pemilihan sapaan. Faktor perbedaan juga sapaan weta untuk saudari perempuan baik
keakraban menunjukan hubungan antara seumuran, lebih muda, ataupun lebih tua dari
penutur dan lawan tutur apakah penutur penutur. Perbedaannya hanya weta lebih
mengenal baik dengan lawan tuturya dan mengarah pada sapaan kepada saudari oleh
apakah hubungan tersebut menunjukan saudaranya dan mempunyai hubungan
keakraban ataupun tidak. Dalam kaitannya kekerabatan yang sangat erat, sedangkan enu
dengan hal itu, pembicara akan memilih penggunaannya secara umum untuk anak
sapaan tertentu menurut akrab tidaknya perempuan. Sapaan weta mengharuskan
perkenalan dengan lawan tutur. penuturnya adalah pria, sedangkan sapaan enu
Sapaan yang dipilih oleh masyarakat penuturnya bisa pria maupun wanita. Sama
Manggarai jika lawan tutur telah dikenal baik halnya dengan sapaan weta dan enu, sapaan nana
oleh penutur ialah nama diri (pengurangan di juga merupakan sapaan keakraban untuk
awal, pengurangan di akhir, pengubahan menyapa anak laki-laki yang seumuran dan
sebagian, menyebut nama utuh) dan lebih muda dari penutur. Ada juga sapaan nara
menyebutkan nama anak pertama dari lawan untuk saudara laki-laki baik seumuran, lebih
tutur (apabila lawan tutur sudah berkeluarga) muda, ataupun lebih tua dari penutur.
didahului kata bapa/ema dan ende/mama, Sapaan nara mengharuskan penuturnya
terutama untuk menyapa lawan bicara yang adalah wanita, sedangkan sapaan nana yang
sebaya atau yang lebih mudah dari pembicara. penggunaannya secara umum untuk menyapa
Perhatikan contoh (45 s.d. 49). anak laki-laki, penuturnya bisa pria maupun
Jika lawan bicara mempunyai umur yang wanita. Sapaan kae, ase, weta, enu, nara, dan
lebih tua (orang dewasa) dari penutur dan nana biasa digunakan penutur untuk menyapa
sudah saling mengenal, lawan bicara akan seseorang (orang muda) baik yang memiliki
disapa dengan amang, om, tanta, inang dan bisa hubungan keakraban dengan maupun tidak,
juga diikuti dengan nama lawan tutur, misalnya bahkan meskipun tidak memiliki hubungan
Inang Erni (Erni adalah nama lawan tutur). Jika keakraban dengan lawan bicara, dengan
lawan bicara mempunyai umur yang lebih tua mengunakan sapaan tersebut diatas terkesan
(orang dewasa) dari penutur dan belum saling sopan bagi lawan bicara.
mengenal, lawan bicara akan disapa dengan
amang, om, tanta, inang tanpa perlu disertai nama 4.2.5 Faktor Perbedaan Umur/Usia
lawan tutur. Apabila lawan bicara mempunyai
umur yang lebih tua (tetapi masih tergolong Pemilihan kata sapaan dalam bahasa
muda) atau lebih muda dari penutur maka Manggarai dipengaruhi juga oleh faktor
Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di .... 107

perbedaan umur/usia dari lawan tutur. Dalam karena adanya hubungan kekerabatan. Untuk
kaitannya dengan perbedaan umur/usia, lebih memperjelas, berikut akan ditampilkan
beberapa kata sapaan yang digunakan erat beberapa bagan hubungan kekerabatan. Pada
kaitannya dengan sapaan-sapaan kekerabatan bagan dibawah ini dibagi kedalam empat (4)
namun dalam hal ini ditinjau dari segi usia bagan yakni bagan hubungan keluarga
lawan tutur. Tabel berikut menjabarkan terbatas yang meliputi sapaan untuk ayah,
beberapa penggunaan kata sapaan berkaitan ibu, saudara, dan saudari kandung, bagan
dengan faktor umur/usia. keluarga luas 1 ayah yang meliputi sapaan

Tabel 4. Pemilihan Kata Sapaan Berdasarkan Umur/Usia


No. Penyapa Lawan Tutur Sapaan Keterangan
1. Ego Orang tua yang sebaya Ema Kakek
dengan kakek.
2. Ego Orang tua yang sebaya Ende Nenek
dengan nenek
3. Ego Orang dewasa sebaya Bapa, Amang, Om Bapak, Paman/Om
dengan Ayah
4. Ego Orang dewasa yang sebaya Mama, Inang, tanta Ibu, Bibi/Tanta
dengan Ibu
5. Ego Orang sebaya dengan adik Ase, Nana Adik, Nana
laki-laki (anak laki-laki)
6. Ego Orang sebaya dengan adik Ase, Enu Adik, Enu
perempuan (anak perempuan)
7. Ego Orang yang umurnya lebih tua Kae Kakak
dari penutur tetapi masih muda.
8. Ego Anak-anak kecil Nana dan enu Sapaan untuk anak
laki-laki dan anak
perempuan
9. Ego Teman sebaya Nama diri

4.2.6 Faktor Hubungan Kekerabatan untuk saudara-saudara ayah, bagan keluarga


luas 1 ibu yang meliputi sapaan untuk saudara-
Faktor hubungan kekerabatan merupakan saudara ibu, dan bagan keluaga luas 2 yang
faktor yang mempunyai pengaruh yang meliputi sapaan kekerabatan karena adanya
sangat kuat terhadap pemilihan sapaan. Hal hubungan perkawinan.
ini dikarenakan kebanyakan penggunaan
kata-kata sapaan dalam bahasa Manggarai a. Hubungan keluarga terbatas

Gambar 1. Bagan Keluarga Terbatas


108 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

Keterangan: –––> =
Ase, Nana, menyebut nama diri.
= Menerangkan nomor penutur
dan lawan tutur –––> = Nara, Nana, Kae.
–––> = Menyapa/Menyebut
–––> =
–––> =
Nara, Nana, Ase, menyebut nama
Ende/Mama, Ende/Mama diikuti
diri.
dengan menyebut nama anak
pertama, Enu, menyebut nama
–––> = Ase, Enu, menyebut nama diri.
diri.
–––> = Kae.
–––> =
Ema/Ayah, Ema/Ayah diikuti –––> = Weta, Enu, Kae.
dengan menyebut nama anak
pertama, Nana, menyebut nama –––> = Weta, Enu, Ase.
diri.
–––> dan = Nana, Kae.
dan –––> dan =
Nana, menyebut nama diri. –––> = Kae

dan –––> dan =


b. Keluarga luas 1 Ayah
Enu, menyebut nama diri.

Gambar 2. Bagan Keluarga Luas 1 Ayah

, , dan –––> = Keterangan:


1) Ema koe, Ema koe/Ema diikuti dengan
Ema, bapa.
menyebut nama diri.
, , dan –––> = 2) Inang, tanta, inang/tanta diikuti dengan
menyebut nama diri.
Ende, mama.
3) Ema tu’a, Ema tu’a/Ema diikuti dengan
–––> dan = menyebut nama diri.
4) Nana (untuk anak laki-laki), Enu (untuk
Weta, Enu, Ase, menyebut nama
anak perempua), To’a, menyebut nama
diri
diri.
Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di .... 109

b. Keluarga luas 1 Ibu

Gambar 3. Bagan Keluarga Luas 1 Ibu

Keterangan: –––> dan = Ende, Oma, Ende/Oma.


1) Amang, om, amang/om diikuti dengan
, , dan –––> =
menyebut nama diri.
2) Ende koe, Ende koe/Ende diikuti dengan Empo, Nana/Enu, menyebut nama.
menyebut nama diri.
dan –––> =
3) Ende tu’a, Ende tu’a/Ende diikuti dengan
menyebut nama diri. Wote, Enu, Ende/Mama diikuti
4) Nana (untuk anak laki-laki), Enu (untuk nama anak.
anak perempua), To’a, menyebut nama
dan –––> =
diri.
Koa, Nana, Ema/Bapa diikuti
c. Keluaga luas 2 nama anak.

Gambar 4. Bagan Keluarga Luas 2

Keterangan: –––> atau –––> =


Kesa,Kae/Ase seseuai umur.
= Menerangkan nomor penutur
dan lawan tutur –––> atau –––> =
–––> = Menyapa/menyebut Ipar, Kae/ase sesuai umur
–––> dan = Ema, Opa, Ema/Opa
110 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

dan –––> dan = Jenis sapaan kata ganti dalam


penggunannya dibedakan atas kata ganti
Ema, Opa, Bapa
orang kedua tungal dan kata ganti orang
kedua jamak. Sapaan kata ganti orang kedua
dan –––> dan =
tungal seperti ite, hau. Kata ganti orang kedua
Ende, Oma, Mama jamak seperti meu. Jenis sapaan ini sesuai
tujuannya sebagai kata ganti maka sapaan ini
dapat digunakan secara bersamaan dengan
5. PENUTUP jenis sapaan lain.
Adapun faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan pembahasan pada bab penggunaan sapaan yaitu faktor perbedaan
terdahulu dapat disimpulkan bahwa jenis profesi dan jabatan, perbedaan status sosial,
sapaan dalam bahasa Manggarai berdasarkan perbedaan jenis kelamin, perbedaan keakraban,
referannya dapat dibedakaan atas sapaan perbedaan usia/umur, dan perbedaan
berdasarkan hubungan kekerabatan, sapaan hubungan kekerabatan. Adanya sapaan tuang,
berdasarkan profesi dan jabatan, sapaan kraeng, pa, bu, ema dan ende dikarenakan faktor
berdasarkan nama diri, dan sapaan perbedaan profesi dan jabatan. Perbedaan
berdasarkan kata ganti. Adapun faktor yang status sosial menjadi faktor yang membedakan
mempengaruhi penggunaan sapaan yaitu jenis sapaan kraeng dan tuang. Berdasarkan
faktor perbedaan profesi dan jabatan, perbedaan jenis kelamin, bentuk sapaan untuk
perbedaan status sosial, perbedaan jenis pria yakni nana, nara, ema, bapa, opa, ema tu’a,
kelamin, perbedaan keakraban, perbedaan ema koe, amang, om, kesa, kela, koa. Bentuk
usia/umur, dan perbedaan hubungan sapaan untuk wanita yakni enu, weta, ende,
kekerabatan. mama, oma, ende tu’a, ende koe, inang, tanta, wote.
Jenis sapaan berdasarkan hubungan Berdasarkan faktor perbedaan keakraban,
kekerabatan seperti ende, ema, inang, amang, bentuk sapaan yang dipilih sangat beragam
kae, ase, ende koe, ema koe, ende tu’a, ema tu’a, tergantung dari hubungan keakraban antara
enu, nana, nara, weta, empo, kesa, kela, Ipar, koa, penutur dan lawan tutur. Dalam hal ini
wote, to’a. Jenis sapaan kekerabatan ini dalam sapaan yang digunakan dapat menggunakan
penggunaannya tidak hanya berasal dari jenis sapaan nama diri dan dapat pula
pertalian kekerabatan tetapi juga untuk menggunakan jenis sapaan kekerabatan.
menyapa orang-orang yang bahkan tidak Untuk faktor perbedaan usia/umur dikenal
mempunyai pertalian kekerabatan apa-apa sapaan ema, ende, bapa, amang, om, mama,
karena sebagian besar kata-kata sapaan ini inang, tanta, ase, nana, ase, enu, kae, nana dan
mengalami perluasan arti. enu, nama diri. Penggunaan sapaan ini
Jenis sapaan berdasarkan profesi dan tergantung dari usia dari lawan tutur.
jabatan ditujukan pada orang-orang dengan Berdasarkan faktor hubungan kekerabatan
profesi dan jabatan tertentu. Sapaan yang dibedakan atas empat faktor hubungan
biasa digunakan adalah tuang, kraeng, pa, bu, kekerabatan yakni hubungan keluarga
ema dan ende, serta sapaan dengan hanya terbatas yang meliputi sapaan untuk ayah,
menyebutkan profesi dan jabatan tertentu dari ibu, saudara, dan saudari kandung sehingga
seseorang. adanya sapaan ende, ema, bapa, mama, nana,
Jenis sapaan berdasarkan nama diri enu, weta, nara, ase, kae, dan menyebut nama
sangat sering digunakan oleh masyarakat diri. Kedua, hubungan keluarga luas 1 ayah
Manggarai. Jenis sapaan ini dibedakan atas yang meliputi sapaan untuk saudara-saudara
pengurangan huruf di awal, pengurangan ayah sehingga adanya sapaan ema koe, ema
huruf di akhir, pengubahan sebagian, tu’a, inang/tanta, nana, enu, to’a, dan bisa juga
panggilan nama lengkap, menyebut nama diikuti dengan nama diri. Ketiga, hubungan
anak pertama. keluarga luas 1 ibu yang meliputi sapaan
Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di .... 111

untuk saudara-saudara ibu sehingga adanya memiliki hubungan kekerabatan. Contoh


sapaan ende koe, ende tu’a, amang/om, nana, enu, lainnya adalah sapaan tuang yang artinya
to’a, dan bisa juga diikuti dengan nama diri. tuan tetapi dapat berarti bapak apabila
Keempat, hubungan luas keluaga luas 2 yang disandingkan dengan nama profesi tertentu
meliputi sapaan kekerabatan karena adanya dari lawan tutur (tuang guru = bapak guru),
hubungan perkawinan sehingga adanya dan sebagainya.
sapaan ema, opa, bapa, ende, oma, mama, empo, Peneliti menyadari bahwa permasalahan
nana, enu, wote, koa, ema/bapa diikuti nama yang dibahas masih terdapat kekurangan
anak, ende/mama diikuti nama anak, kesa, ipar, dan belum merangkum semua bentuk kata
ase, kae. sapaan dalam bahasa Manggarai karena
Penggunaan sapaan dalam bahasa keterbatasan narasumber dan pengetahuan
Manggarai sangat beragam sebagaimana peneliti terhadap bentuk sapaan dalam bahasa
dijelaskan sebelumnya. Kata-kata sapaan Manggarai. Berdasarkan hal tersebut peneliti
tersebut seiring perkembangan zaman merekomendasikan agar sapaan dalam
sebagian besar mengalami perluasan arti. bahasa Manggarai akan diteliti lebih lanjut,
Perluasan arti yang dimaksud adalah mengingat bentuk sapaan dalam bahasa
penggunannya dapat secara luas, misalnya Manggarai sangatlah menarik untuk diteliti
sapaan ema yang merupakan jenis sapaan dan sejauh pengetahuan peneliti belum ada
kekerabatan tidak hanya digunakan untuk penelitian sebelumnya terkait sapaan dalam
menyapa kakek kandung tetapi juga untuk bahasa Manggarai.
menyapa seorang kakek tua meskipun tidak

DAFTAR PUSTAKA Wibowo, R. M. & Retnaningsih, A. (2015).


Dinamika Bentuk-Bentuk Sapaan
Misnawati (2014). Kata Sapaan Pada Sebagai Refleksi Sikap Berbahasa
Masyarakat Ujuang Batuang Tinjauan Masyarakat Indonesia. Jurnal Sastra
Sosiolinguistik. Jurnal Penelitian Bahasa, Indonesia, Volume 27 No. 3, pp. 269-282.
Volume 2 No. 3, pp. 1-13. Gusthia, M., Morelent, Y., & Gusnetti. (2014).
Lisniarti, Faizah, H. AR., & Auzar (2015). Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Di
Sistem Sapaan Bahasa Melayu Riau Kanagarian Lubuk Ulang Aling Selatan
Subdialek Inuman Kabupaten Kuantan Kecamatan Sangkir Batang Hari
Singingi. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Kabupaten Solok Selatan. Jurnal Bahasa
Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Seni, Volume 3 No. 7, pp. 1-12.
Volume 2 No. 1, pp. 1-13. Elfiza, Semi, A., & Syofiani (2014). Bentuk dan
Agus, N. (2014). Bentuk Sapaan Bahasa Bugis Penggunaan Kata Sapaan Bahasa
Dalam Konteks Pragmatik Gender. Minangkabau Di Kenagarian Sungai
Jurnal Penelitian Bahasa, Volume 20 No. Jambu, Kabupaten Tanah Datar. Jurnal
1, pp. 1-13. Bahasa dan Seni, Volume 3 No. 6, pp. 1-10.
Sari, N., Ermanto, Ismail M. Nst. (2013). Sistem Syafyahya, L., Aslinda, Noviatri, Efriyades
Kata Sapaan Kekerabatan Dalam (2000). Kata Sapaan Bahasa Minangkabau
Bahasa Melayu Di Kepenghuluan Di Kabupaten Agam. p. 3. Jakarta: Pusat
Bangko Kiri Kecamatan Bangko Pusako Bahasa Departemen Pendidikan
Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Nasional.
Pada Masyarakat Ujuang Batuang Supriyanto, H., Rustamadji, Kusuma, T. S.,
Tinjauan Sosiolinguistik. Kurmen, I., Ardiana, L.I., Yonohudiyono,
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra indonesia, e., & Pardiyono, P. (1986). Penelitian
Volume 1 No. 2, pp. 513-520. Bentuk Sapaan Bahasa Jawa Dialek Jawa
112 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112

Timur. p. 11. Jakarta: Pusat Pembinaan Suhardi, R., Wijana, Abubakar, H., & Soenaron
dan Pengembangan Bahasa Departemen (1985). Sistem Sapaan Bahasa Jawa. pp. 8-
Pendidikan an Kebudayaan. 9. Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Mahmud, S. Sulaiman, B. Alamsyah, T., & dan Kebudayaan.
Rohana, S. (2003). Sistem Sapaan Bahasa Mastoyo, T. J. K. (2007). Pengantar (Metode)
Simeulue. pp. 4-5. Jakarta: Pusat Bahasa Penelitian Bahasa. Cetakan I, pp. 41-73.
Departemen Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Carasvatibooks.
Nasution, M. Dj., Sulistiati, Atika, S. M. (1994). Mashun. (2006). Metode Penelitian Bahasa. Ed.
Sistem Sapaan Dialek Jakarta. p. 7. Jakarta: 1, p. 229. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Persada.
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai