Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Daftar isi.......................................................................................................................i
Halaman Judul..............................................................................................................1
Abstrak .........................................................................................................................1
Pendahuluan..................................................................................................................2
Metode .........................................................................................................................4
Hasil dan Pembahasan..................................................................................................5
Kesimpulan...................................................................................................................9
Ucapan Terima Kasih.................................................................................................10
Kontribusi Penulis......................................................................................................10
Daftar Pustaka............................................................................................................10
Lampiran....................................................................................................................12
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping ................................12
Lampiran 2. Kontribusi Anggota Penulis ..................................................................17
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim Pelaksana ................................................18
Lampiran 4. Surat Pernyataan Sumber Tulisan PKM -AI ........................................19

i
1

BENTUK SAPAAN KEKERABATAN DALAM BAHASA MAKIAN DIALEK


MAKIAN DALAM DI DESA KYOWOR

Tri Lestari1,1, Wahyudi Yasir1,2, Sartika Iklab. Sirajudin1,3, Salimustika Togubu1,4,


Hubbi Saufan Hilmi1,5*

1,2,3,4,5
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Univeristas Khairun,
Indonesia

*Corresponding author: hubbi@unkhair.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan makna penggunaan


bentuk sapaan kekerabatan yang digunakan masyarakat penutur dialek makian dalam
di desa Kyowor Kabupaten Halmahera Selatan. Penelitian ini ialah penelitian
kualititatif dengan populasi penelitian ialah penutur asli bahasa Makian dialek makian
dalam di desa Kyowor. Sampel informan dari populasi berjumlah total 18 informan
yang diambil dari seluruh populasi yang ada dengan beberapa kriteria. Delapan belas
informan tersebut selanjutnya disebut dengan sumber data, sementara data dalam
penelitian ini berupa data primer dan skunder. Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini ialah metode simak dan cakap. Penganalisisan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode agih dengan teknik bagi
unsur langsung (BUL), dan metode padan refrensial. Penyajian data dalam penelitian
ini disajikan menggunakan tabel dan pendeskripsian. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada beberapa perbedaan bentuk sapaan kekerabatan yang digunakan
berdasarkan sifat hubungan kekerabatannya. Begitu juga dengan makna penggunaan
bentuk sapaan kekerabatan dalam bahasa Makian dialek makian dalam terdapat
beberapa faktor yang membedakan makna penggunaannya.

Kata kunci: bentuk, makna, sapaan kekerabatan, dialek makian dalam.

Abstract

This study aims to describe the form and meaning of the use of kinship
greetings used by people who are speakers of makian dalam dialects in Kyowor
village of South Halmahera Regency. This research is qualititative research with the
research population is a native speaker of makian dalam dialect in Kyowor village. A
2

sample of informants from a total population of 18 informants was taken from the
entire population with several criteria. Eighteen informants are then referred to as
data sources, while the data in this study are primary and secondary data. The data
collection technique used in this study is a refer and capable method. The analysis of
data in this study was conducted using agih method with technique for direct element
(BUL), and refrencial padan method. The presentation of the data in this study was
presented using tables and descriptors. The results showed that there are some
differences in the form of kinship greetings used based on the nature of the kinship
relationship. Similarly, the meaning of the use of kinship greetings in the makian
dalam dialect of slurs in there are several factors that distinguish the meaning of
their use.

Keywords: Forms, meanings, kinship greetings, makian dalam dialects

Pendahuluan

Pemakaian bentuk sapaan kekerabatan sangat berkaitan dengan budaya suatu


tempat. Bahasa Indonesia mengenal beberapa bentuksapaan kekerabatan seperti
kakek, nenek, ayah, ibu, paman, bibi, kakak, adik, dan sebagainya sebagai cara
penyebutan orang atau sapaan penutur ke mitra tutur dalam ruang lingkup
keluargakarena pertalian darah dan keturunan. Bukan hanya itu, bahasa Indonesia
juga mengenal kata bapak mertua, ibu mertua, adik ipar, suami, istri dan sebagainya
untuk menyebutorang dalam ruang lingkup keluarga karena pertalian perkawinan.
Sama halnya dengan bahasa Indonesia yang mengenal bentuk sapaan
kekerabatan baik karena hubungan keturunan maupun karena hubungan perkawinan,
bahasa Makian yang digunakan di desa Kyowor juga demikian. Bahasa Makian yang
digunakan untuk penyebutan lawan tutur dalam ruang lingkup kekerabatan di desa
Kyowor beraneka ragam, bergantung pada konteks dan situasi ego (diri sendiri)
dalam lingkungan kekerabatan. Ego dalam lingkungan keluarga sebagai salah satu
garis keturunan dan ego dalam lingkungan kekerabatan karena garis perkawinan.
Misalnya, aba dan ama untuk menyebut ayah dan ibu dan akmo tete dan akmo nene
untuk menyebut mertua laki-laki dan mertua perempuan.
Lounsburry dalam Lumempow (2013: 17) mengemukakan bahwa hubungan
kekerabatan lain terbagi menjadi dua yaitu garis keturunan langsung dan sejajar.
Keturunan langsung berhubungan dengan garis vertikal dalam pohon keluarga,
sementara garis keturunan sejajar (horizontal) ialah paman dan bibi. Burling (dalam
Lumempouw, 2013: 18) lebih lanjut menjelaskan bahwa sistem kekerabatan karena
hubungan darah disebut juga kongsanguinal yaitu saudara kandung laki-laki atau
3

perempuan ego dan sebutan afinal untuk kekerabatan karena hubungan pernikahan,
misalnya saudara tiri laki-laki atau saudara tiri perempuan.
Penelitian tentang sistem kekerabatan dalam bahasa Makian sudah pernah
dilakukan sebelumnya oleh Haeruddin dengan judul penelitian Sistem Sapaan
Kekerabatan Suku Makian; Kajian Linguistik Kebudayaan pada tahun 2017.
Haeruddin dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa sistem sapaan yang dimaksud
ialah kata sapaan yang secara umum digunakan oleh masyarakat Pulau Makian. Kata
sapaan muncul dari beberapa variabel diantaranya istilah kekerabatan baik laki-laki
dan perempuan, penggunaan istilah kepada lawan tutur sebagai kata ganti orang
kedua, dan penyebutan nama dan penyebutan diri dari pihak pesapa. Bentuk sapaan
yang dikaji oleh Haeruddin ialah bentuk sapaan menyangkut bentuk sapaan secara
umum digunakan oleh penuturnya sehari-hari tanpa memerhatikan dialek penuturnya.
Meskipun sama-sama meneliti tentang pemakaian istilah sapaan dalam ruang
lingkup kekerabatan dalam bahasa Makian, namun terdapat beberapa perbedaan
antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Haeruddin tersebut,
diantaranyapenelitian Haeruddin hanya meneliti tentang istilah sapaan dalam ruang
lingkup kekerabatan karena keturunan secara vertikal dan horizontalyang hanya
sampai pada istilah sapaan tiga tingkat di atas ego dan di bawah/ secara vertikaldan
mendeskripsikan keturunan horizontal hanya di atas ego, sementara penelitian ini
meneliti tentang istilah sapaan kekerabatan yang dipakai dalam ruang lingkup
kekerabatan baik keturunan secara vertikal maupun keturunan secara horizontal pada
seluruh tingkatan yang ada, baikdi atas ego, sejajar dengan ego, maupun di bawah
dalam masyarakat suku Makian, khususnya di desa Kyowor.
Perbedaaan lainnya antara penelitian yang dilakukan Haeruddin dengan
penelitian ini, yakni Haeruddin meneliti istilah sapaan hanya dalam ruang lingkup
kekerabatan berdasarkan garis keturunan dan istilah sapaan yang dipakai masyarakat
secara umum, sementara penelitian ini mengkaji tidak hanya istilah kekerabatan tidak
hanya dalam ruang lingkup berdasarkan garis keturunan namun juga berdasarkan
garis perkawinan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini membahas tentang bentuk
sapaan kekerabatan, baik karena keturunan maupun bentuk sapaan kekerabatan
karena perkawinan, yakni bentuk sapaan kekerabatandan makna bentuk sapaan
kekerabatan bentuk sapaan kekerabatan dalam bahasa Makian dialek makian dalam
di desa Makian Kabupaten Halmahera Selatan.
Yang (2010: 738-740) mengemukakan bahwa ada tiga alasan seseorang dalam
menggunakan kata sapaan yakni pertama pembicara menggunakan kata sapaan untuk
menarik perhatian orang lain, untuk mencerminkan status kawan bicara tentang
jabatan (status profesional), atau hubungan antara pembicara dengan kawan bicara.
Kedua, pembicara menggunakan kata sapaan untuk menunjukkan kesopanan dan
4

perbedaan kelas sosial dan derajat penghargaan dalam setiap kesempatan. Ketiga,
kata sapaan digunakan untuk mereflesikan informasi tentang identitas, jenis kelamin,
usia, status, dan hubungan sosial yang rumit antara anggota dalam sebuah komunitas.
Kridalaksana (dalam Haeruddin, 2017: 42) menerangkan bahwa sistem sapaan
adalah sistem yang mengikat semua unsur sistem bahasa yang menandai status dan
peran pastisipan dalam berkomunikasi dengan bahasa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
terdapat sembilan jenis kata sapaan dalam bahasa Indonesia, yakni kata ganti orang,
nama diri, istilah kekerabatan, gelar dan pangkat, bentuk pelaku pronomina, bentuk
nomina ku, kata deiksis, bentuk nomina lain dan bentuk zero. Berdasar pada hal
tersebut penelitian ini mengkaji salah satu sistem sapaan yakni sistem sapaan istilah
kekerabatan dalam bahasa Makian dialek makian dalam di desa Kyowor.
Kekerabatan merupakan bentuk hubungan sosial yang terjalin karena pertalian
darah atau keturunan (consanguinity) dan adanya hubungan perkawinan (affinity)
(Mahmud dalam Jannah, dkk., 2019: 145). Sejalan dengan hal tersebut, Sari, dkk.,
(dalam Saleh, 2017: 22) mengungkapkan bahwa kekerabatan adalah unit sosial yang
terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan
perkawinan. Beberapa anggota kekerabatan yang tergolong dalam hubungan darah
terdiri dari kakek, ayah, ibu, paman, anak, kakak, adik, dan sebagainya, sementara
anggota kekerabatan yang termasuk dalam hubungan pernikahan ialah suami, istri,
menantu, mertua, dan sebagainya.
Pulau Makian pada awalnya hanya memiliki satu pemerintahan kecamatan,
kemudian dengan adanya otonomi daerah dari kabupaten Maluku Utara menjadi
Propinsi Maluku Utara, maka pulau Ternate dimekarkan menjadi enam pemerintahan
kecamatan diantaranya kecamatan Kota Ternate Utara, Kota Ternate Tengah, Kota
Ternate Selatan, Pulau Ternate, Kecamatan Moti, dan Kecamatan Batang Dua,
kemudian masing-masing kecamatan memiliki bahasa yang berbeda.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan pendekatan


kualitatif ialah pendekatan yang berlandaskan pada falsafah postpostivisme,
tujuannya untuk meneliti meneliti kondisi obyek secara alamiah dan posisi peneliti
sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2019:15). Pendekatan kualitatif lebih lanjut
dijelaskan Bogdan dan Taylor (Moleong, 2017: 4) menjelaskan bahwa pedekatan
kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif, baik secara
tertulis maupun secara lisan dari orang-orang dan perilaku yang terlihat.
Populasi penelitian ini ialah penutur asli bahasa Makian dialek makian dalam
yang mendiami desa Kyowor kabupaten Halmahera Selatan. Populasi dalam
penelitian ini ialah desa Kyowor. Pemilihan sampel informan dari populasi tersebut
5

ditentukan dengan beberapa syarat yakni berjenis kelamin pria/ wanita, tidak pikun,
berumur 50 tahun ke atas, lahir dan dibesarkan atau tidak pernah meninggalkan
desanya, berstatus sosial menengah, memiliki kebanggan terhadap isoleknya, dapat
berbahasa indonesia, serta sehat jasmani dan rohani. Berdasarkan beberapa kriteria
tersebut, maka informan yang didapat dari masing-masing populasi tersebut ialah
berjumlah 2 informan yang memenuhi semua kriteria yang diajukan, sehingga total
jumlah informan dalam penelitian ini ialah berjumlah 18 informan. Delapan belas
informan tersebut selanjutnya disebut dengansumber data, sementara data dalam
penelitian ini berupa data lisan yakni tuturan sapaan dalam bahasa Makian dialek
makian dalam di desa Kyowor sebagai data primer dalam penelitian ini, sementara
data skunder dalam penelitian ini ialah pustaka-pustaka terkait yang memuat kata
sapaan bahasa makian serta peneliti sebagai masyarakat dan penutur bahasa Makian.
Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
simak libat cakap. Metode simak ialah metode yang digunakan dengan melakukan
penyimakan terhadap informan (Mahsun, 2014: 242). Pada praktiknya metode simak
dalam penelitian ini, peneliti menyimak, mendengar, mencatat, dan merekam data
yang dituturkan penutur. Metode cakap ialah melakukan percakapan dengan
informan. Mahsun (2014: 250) mengungkapkan bahawa pada dasarnya metode ini
memiliki teknik dasar yakni teknik pancing yang diiikuti dengan teknik lanjutan,
yaitu teknik cakap semuka. Peneliti melakukan percakapan tatap muka langsung
dengan informan sebagai pengguna bahasa dengan mengajukan beberapa pertanyan
yang sudah disiapkan sebelumnya atau secara spontanitas, berupa pancingan
pertanyaan yang muncul di tengah-tengah percakapan.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode agih
dengan teknik bagi unsur langsung (BUL), dan metode padan refrensial (Sudaryanto,
2015: 18). Teknik bagi unsur langsung (BUL) digunakan untuk membagi kalimat ke
dalam beberapa bagian penting guna mengidentifkasi bentuk sapaan kekerabatan di
dalamnya. Metode padan refrensial digunakan untuk menganalisis makna bentuk
sapaan kekerabatan dalam bahasa Makian dilaek makian dalam desa Kyowor.
Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dengan dua cara, yakni menggunakan
tabel dan menggunakan pendeskripsian dengan kata-kata. Penelitian ini diakhiri
dengan pengambilan simpulan dari hasi pembahasan penelitian sebelumnya.

Hasil dan Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian dipaparkan berdasarkan tujuan penelitian yakni,


bentuk dan makna bentuk sapaan dalam bahasa Makian dialek makian dalam di desa
Kyowor Kabupaten Halmahera Selatan
6

a) Bentuk sapaan kekerabatan dalam bahasa Makian dialek makian dalam di


desa Kyowor
1) Bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat kosanguinal
Bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat kosanguinal ialah sapaan
kekerabatan yang digunakan berdasarkan pada garis keturunan/ generasi atau
pertalian darah. Bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat kosanguinal dalam
penelitian ini terbagi menjadi sapaan kekerabatan yang berifat kosanguinal
vertikal dansapaan kekerabatan yang bersifat kosanguinal horizontal. Adapun
bentuk sapaan kekerabatanyang bersifat kosanguinal vertikal dalam bahasa
Makian dialek makian dalam di desa Kyowor dapat dilihat dalam tabel
berikut.

Tabel 1. Bentuk Sapaan Kekerabatan Kosanguinal Vertikal


No Hubungan Kekerabatan Bentuk Sapaan Generasi

1 Ayah Baba Ego + 1

2 Ibu Ama Ego + 1

3 Ego (diri sendiri) Yak Ego = 0

4 Anak laki/ perempuan mon/ mapin Ego – 1

5 Anak dari anak, laki-laki/ perempuan (cucu) Bbu Ego – 2

6 Anak dari anaknya anak, laki-laki/ perempuan Bu wos Ego – 3


(cicit)

7 Anak dari kleto' Tete Ego + 2

8 Ayah dari ayah/ ibu Nene Ego + 2

9 Ibu dari ayah/ ibu Tete wos Ego + 3

10 Ayah dari ayah ayah/ ibu Nene wos Ego + 3

Tabel 2. Bentuk Kekerabatan Kosanguinal Horizontal


No Hubungan Kekerabatan Bentuk Sapaan Generasi

1 Adik Thano Ego = 0

2 Kakak Thamnona Ego = 0


7

3 Anak laki-laki/ perempuan yang lebih tua, dari kakak/ Damo Ego = 0
adik ibu/ ayah

4 Anak laki-laki/ perempuan yang lebih muda, dari Damo Ego = 0


kakak/ adik ibu/ ayah

5 Saudara ayah/ ibu yang lebih tua dari ayah/ ibu Kanglolo Ego + 1

6 Saudari ayah/ ibu yang lebih tua dari ayah/ ibu Bailolo Ego + 1

7 Saudara ayah/ ibu yang lebih muda dari ayah/ ibu Kangkutu Ego + 1

8 Saudari ayah/ ibu yang lebih muda dari ayah/ ibu Jojo Ego + 1

9 Anak dari saudara/i (adik/ kakak) dari ego (diri), Damo nimtu Ego - 1
perempuan/ laki-laki

2) Bentuk kekerabatan yang bersifat afinial


Bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat afinial ialah sapaan kekerabatan
yang digunakan berdasarkan pada pernikahan. Adapun bentuk sapaan
kekerabatan yang bersifat afinial dalam bahasa Makian dialek makian dalam
di desa Kyowor dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3. Bentuk Sapaan Kekerabatan Afinial


No Hubungan Kekerabatan Bentuk Sapaan Generasi

1 Suami Mon Ego = 0

2 Istri Mapin Ego = 0

3 Ayah dari suami/ istri Akmo mon Ego + 1

4 Ibu dari suami/ istri Akmo mapin Ego + 1

5 Adik dari suami/ istri Dik iho kutu Ego = 0

6 Kakak dari suami/ istri Dik iho lolo Ego = 0

7 Ayah dari ayah suami/ istri Akmo tete Ego + 2

8 Ibu dari ayah suami/ istri Akmo nene Ego + 2

9 Suami/ istri dari anak Dik akmo Ego – 1

10 Suami dari ibu dan bukan ayah kandung ego Nik baba olam Ego + 1
8

11 Istri dari ayah dan bukan ibu kandung ego Nik mama olam Ego + 1

12 Saudara laki-laki/ perempuan yang lebih tua beda Mtu olam mapin Ego = 0
ayah/ ibu

13 Saudara laki-laki/ perempuan yang lebih muda beda Mtu olam mon Ego = 0
ayah/ ibu

b) Makna bentuk sapaan kekerabatan dalam bahasa Makian dialek makian


dalam di desa Kyowor.
Makna bentuksapaan kekerabatan dalam bahasa Makian dialek makian
dalam di desa Kyowor Kabupaten Halmahera Selatan yang mengacu pada
bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat kosanguinal horizontal dan kosanguinal
vertikal seperti yang terlihat pada tabel nomor satu dan tabel nomor dua terbagi
menjadi dua golongan, yakni bentuk sapaan kekerabatan yang memiliki ragam
referen dan bentuk sapaan kekerabatan yang khusus mengacu pada satu referen.
Pertama,bentuk sapaan kekerabatan kosanguinal vertikal dan bentuk sapaan
kekerabatan horizontal dalam bahasa Sasak dialek meno-meneyang mengacu
pada ragam referen terlihat pada bentuk sapaan anak (mtu), bbu, bu wos dan
lagalawewe yang digunakan untuk menyebut atau menyebut generasi khusus di
bawah ego, baik perempuan maupun laki-laki dan tidak mengenal usia. Bentuk
sapaan kekerabatan berikutnya yakni bentuk sapaan damo yang digunakan untuk
menyebut anak dari saudara laki-laki atau perempuan sedarah/ satu keturuanan
dengan tidak membedakan usia dan jenis kelaminnya. Bentuk sapaan damo
digunakan untuk menyebut anak dari adik ayah atau ibu dengan tidak
memandang usia dan jenis kelaminnya. Begitu juga dengan bentuk sapaan damo
yang digunakan untuk menyebut anak dari kakak ayah atau ibu dengan tidak
membedakan jenis kelamin dan usianya. Bentuk sapaan damo yang mengacu
pada baik laki-laki maupun perempuan yang merupakan adik kandung dan
bentuk sapaan kakak untuk menyebut kakak laki-laki maupun perempuan
kandung.
Kedua,bentuk sapaan kekerabatan kosanguinal vertikal dan bentuk sapaan
kekerabatan horizontal dalam bahasa Makian dialek makian dalam yang
mengacu pada satu referen diantaranya ialah bentuk sapaan wang yang mengacu
pada seorang ayah, bentuk sapaan ama yang pemakaiannya mengacu pada
seorang ibu kandung, damo yang mengacu pada perempuan adik dari ibu/ ayah
kandung, bentuk sapaan damo yang mengacu pada laki-laki adik dari ayah/ ibu
kandung, bentuk sapaan kang lolo yang mengacu pada laki-laki kakak dari ayah/
9

ibu kandung, bentuk sapaan bailolo yang mengacu pada perempuan kakak dari
ayah/ ibu kandung.
Bentuk sapaan yang bersifat afinial yang terdapat dalam tabel nomor tiga
juga memiliki bentuk sapaan kekerabatan tersendiri. Pada tabel nomor tiga
tersebut dijabarkan hanya tiga belas bentuk sapaan kekerabatan bersifat afinial,
karena sejumlah bentuk kekerabatan afinial memiliki kesamaan dengan bentuk
sapaan kekerabatan yang bersifat kosanguinal, bentuk sapaan kekerabatan yang
sama ialah bentuk sapaan kekerabatan dua generasi di bawah ego dan dua
generasi di atas ego. Sama halnya dengan bentuk sapaan kekerabatan yang
bersifat kosanguinal, bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat afinial juga terbagi
menjadi dua dalam pemaknaan dan penggunaannya, yakni bentuk sapaan untuk
beragam referen dan satu referen. Pertama,bentuk sapaan yang digunakan untuk
menyebut ragam referen ialah bentuk sapaan mtu olam mspin yang digunakan
untuk menyebut kakak dari istri atau suami baik perempuan maupun laki-laki.
Bentuk sapaan dik iho kutu untuk menyebut adik dari suami atau istri baik
perempuan maupun laki-laki. Sama halnya dengan akmo mapin dan dik iho kutu
yang digunakan untuk menyebut saudara ego bukan kandung, baik laki-laki
maupun perempuan. Bentuk sapaan kekerabatan berikutnya ialah bentuk sapaan
menantu digunakan untuk menyebut suami atau istri dari anak. Bentuk sapaan
akmo mon dan akmo mapin digunakan untuk menyebut ayah dari ayah suami
atau istri.
Kedua, bentuk yang digunakan untuk satu referen diantaranya ialah mon
digunakan untuk menyebut/ menyebut lelaki yang sah secara hukum dan agama
menjadi suami. Bentuk sapaan mapin digunakan untuk menyebut perempuan
yang sah secara hukum dan agama menjadi istri. Bentuk sapaan akmo tete
digunakan untuk menyebut laki-laki atau ayah dari suami atau istri. Bentuk
sapaan akmo nene digunakan untuk menyebut perempuan atau ibu dari suami
atau istri. Bentuk sapaan nik babo olam digunakan khusus untuk menyebut suami
dari ibu, namun bukan ayah kandung ego (diri sendiri), begitu juga dengan
bentuk sapaan nik mama olam digunakan untuk menyebut ibu yang dinikahi
ayah, namun bukan ibu kandung.

Kesimpulan

Bentuk sapaan kekerabatan yang digunakan dalam bahasa Makian dialek


makian dalam di desa Kyowor berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya dibedakan menjadi beberapa golongan bentuk sapaan kekerabatan yang
bergantung pada hubungan kekerabatanya. Bentuk sapaan keerabatan tersebut
diantaranya ialah bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat kosanguinal vertikal,
10

bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat kosanguinal horizontal dan bentuk sapaan
kekerabatan yang bersifat afinial. Bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat vertikal
terbagi menjadi baba, ama, yak, mon mapin, bbu,bu wos, tete, nene, tete wos dan
nene wos. Bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat kosanguinal horizontal terbagi
menjadi bentuk thano, thamnona, damo, kang lolo, kang kutu, bailolo, dan damo
nimtu. Bentuk sapaan kekerabatan yang bersifat afinial yakni bentuk mon, mapin,
akmo mon, akmo mapin, dik iho kutu, dik iho lolo akmo tete, akmo nene,dik akmo, nik
baba olam, nik mama olam mtu olam mapin, mtu dan olam mon. Makna penggunan
bentuk sapaan kekerabatan dalam bahasa Makian dialek makian dalam di desa
Kyowor bergantung pada jenis kelamin, usia, hubungan keluarga/ kekerabatan, dan
generasi di dalam keluarga itu sendiri.

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga artikel ilmiah yang berjudul ‘Jatuh’ dalam Bahasa Makian Dialek Makian
Dalam (Analisis Komponen Makna) dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1) Dr. Abdurasyid Tolangara, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Khairun Ternate;
2) Dr. Muamar Abd. Halil, M.Pd selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Khairun;
3) Bpk Hubbi Saufan Hilmi selaku dosen pendamping yang selalu memberikan
arahan dan bimbingan dalam membuat artikel ilmiah;
4) Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan
dukungannya.

Kontribusi Penulis

Penulis Satu berperan mengumpulkan data-data penelitian; Penulis Dua berperan


mengolah atau menganalisis data; Penulis Tiga berperan memilih dan memilah kajian teori;
Penulis Empat berperan menyusun pendahuluan dan abstrak dan menyiapkan manuskrip;
Penulis Lima berperan mengarahkan dan mendesain kegiatan serta penyelaras
manuskrip

Daftar Pustaka
Abdul, C. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
11

Bouden, J. 1997. Taba Makian Dalam description Of An Language From Easten


Indonesia. Melburne University. Departemen Of Linguistics and Appiled
Linguiatics.
Haeruddin. 2017. Sistem Sapaan Kekerabatan Suku Sasak Kajian Linguistik
Kebudayaan. Lingua. 14 (1), 39-54.
Jannah, M., dkk. 2019. Penggunaan Sapaan Kekerabatan dalam Tuturan Masyarakat
Kabupaten Riau Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Bahasa dan Sastra. 13 (2),
143-158.
Lumempow, F. 2013. Leksikon Kekerabatan Melayu Manado. Jurnal Kajian
Linguistik. 1 (1). 17-29.
Mahsun. 2006. Dialektologi Diakronis Bahasa Sasak di Pulau Lombok. Yogyakarta:
Gama Media.
Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Paridi, K. 1996. Struktur Verba Bahasa Sasak, Sebuah Kajian Berdasarkan Teori X –
Bar. Denpasar: Universitas Udayana.
Saleh, R. 2017. Bentuk Kata Sapaan dalam Bahasa Banjar di Tembilahan, Riau.
Madah. 8 (1), 19-32.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press.
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabet .
Sugono, D. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat.
Cetakan Kedelapan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Temaja, I. G. B. W. B. 2018. Sapaan Kekerabatan dalam Bahasa Bali. Metalingua. 16
(2), 211-220.
Yang, C. 2010. Translation of English and Chinese Adressing Term form the
Cultural Aspect. Journal of Language Teaching and Research, 1 (5), 738-742.
12

LAMPIRAN
Lampiran 1. Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping
13
14
15

Biodata dosen pendamping


16

Lampiran 2 keterang kontribusi penulis


17

Lampiran 2. Kontribusi Anggota Penulis

Lampiran 4 surat pernyataan ketua tim


18

Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim

Lampiran 4 surat pernyataan sumber tulisan


19

Lampiran 4. Surat Pernyataan Sumber Tulisan

Anda mungkin juga menyukai