Anda di halaman 1dari 8

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA EUFEMISME DALAM


BAHASA TABU PADA PERGAULAN SISWA MAN 3 SOLOK

DISUSUN OLEH

NAMA: ARIO MUHAM MAD SAPUTRA

KELAS: XI IPS2

PEMBIMBING: EKI ROPIKA YENI S.Pd

MAN 3 SOLOK JL. TEUKU UMAR TARATAK GALUNDI TAHUN


AJARAN 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
“Dampak Penggunaan Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Taratak Galundi, September 2023

Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eufemisme berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang atau
ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan
menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Lebih lanjut menurut Dale, eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti
ungkapan yang dianggap merugikan, dirasakan kasar, atau tidak menyenangkan. Berdasarkan
definisi tersebut dapat dikatakan bahwa eufemisme merupakan suatu ungkapan yang dirasai
lebih halus. Ungkapan-ungkapan yang dianggap kasar diganti dengan ungkapan-ungkapan
yang lebih halus dalam rangka menjaga perasaan orang lain atau lawan tutur.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Lebih dari itu bahasa
juga merupakan identitas sosial yang mencerminkan sikap, perilaku, pola pikir, dan budaya
dari kelompok penuturnya. Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan yang
berbudaya perlu diperhatikan bagaimana seorang mengungkapkan kata-kata dalam berbahasa
yang baik khususnya mengenai penggunaan kata-kata tertentu yang harus dihindari,baik
untuk diucapkan maupun diekspresikan karena hal itu dipandang tabu dan dilarang untuk
disebarluaskan.
Secara umum, bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi. Kemampuan untuk
menggali fungsi-fungsi bahasa secara optimal tidak dimiliki oleh setiap orang. Setiap orang
memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menggali potensi bahasa. Bagi pengarang,
bahasa menjadi media untuk menuangkan berbagai gagasan menarik dalam bentuk karya
sastra. Bagi seorang jurnalis, bahasa menjadi modal utama dalam menulis berita untuk
disajikan di media massa. Begitu juga dengan juru dakwah memanfaatkan bahasa dengan
cara yang berbeda, yaitu sebagai alat untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain
mau bertindak dan berperilaku sesuai tuntutan yang diajarkan.
Fungsi bahasa merupakan media alami untuk menjalin interaksi dan komunikasi untuk
menciptakan budaya bahasa dan budaya ibarat dua sisi mata uang, dimana ada budaya disitu
ada bahasa. Bahasa merupakan unsur budaya dan budaya berkembang melalui media bahasa .
Bahasa juga dapat digunakan untuk menuangkan ekspresi dan aktivitas dalam menciptakan
berbagai bentuk karya sastra . Dengan demikian, bahasa mempunyai fungsi penting dalam
mengembangkan, menyebarluaskan, dan mewariskan kebudayaan pada generasi berikutnya.
Bahasa tabu memegang peranan penting dalam bahasa. Permasalahan ini merupakan
kategori dari ilmu semantik sumarsono. Bahasa tabu merupakan ekspresi masyarakat atas
pencelaan terhadap sejumlah tingkah laku atau ucapan yang dipercayai bisa memberikan
dampak buruk pada anggota masyarakat baik karena alasan-alasan kepercayaan maupun
karena perilaku atau ungkapan tersebut melanggar aturan sebagai usaha memperlihatkan
kebebasan diri terhadap larangan-larangan, atau untuk memperlihatkan tabu sebagai suatu hal
yang irasional, sebagai bentuk gerakan“kebebasan berbicara”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah :
1. Apa saja bentuk eufemisme dalam bahasa tabu pada pergaulan siswa MAN 3 Solok
2. Apa saja referensi eufemisme dalam bahasa tabu pada pergaulan siswa MAN 3 Solok
3. Bagaimanakah fungsi penggunaan eufemisme dalam bahasa tabu pada pergaulan
siswa MAN 3 Solok

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk Mendeskripsikan bentuk-bentuk eufemisme dalam bahasa tabu pada
pergaulan siswa MAN 3 Solok
2. Untuk mendeskripsikan jenis referensi eufemisme dalam penggunaan bahasa
tabu pada pergaulan siswa MAN 3 Solok
3. Untuk Mendeskripsikan fungsi penggunaan eufemisme dalam penggunaan
bahasa tabu pada pergaulan siswa MAN 3 Solok

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis pada penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu bahasa tabu khusus
dalam kajian eufemisme. Pada kajian eufemisme mempelajari acuan berupa ungkapan-
ungkapan yang tidak menyinggung perasaan seseorang ketika diucapkan maupun
didengarkan. Secara teori kajian ini mempelajari ungkapan-ungkapan yang dianggap halus,
oleh karena itu hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu bahasa terutama bahasa yang
halus. Hasil penelitian ini diharapkan menambah kosakata pada kata-kata yang dianggap
halus dan kata-kata yang digantikan kata-kata kasar.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan peneliti dalam bidang bahasa tabu dan eeufemisme
2. Manfaat Penelitian Bagi Remaja
 Sebagai bahan evaluasi untuk menggunakan bahasa yang baik dalam lingkungan
masyarakat
 Sebagai bahan evaluasi agar mampu mengurangi konflik-konflik yang timbul karena
kesalahpahaman dalam komunikasi
c. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai data dan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya tentang bentuk dan makna
eufemisme dalam bahasa tabu dan pergaulan remaja

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Teori Spekulatif Empiris
Teori ini disusun atas dasar pengetahuan umum atau ilmu pengetahuan yang ada. Dengan cara
deduktif disusunlah hipotesis-hipotesis. Kemudian hipotesis-hipotesis itu diuji dengan data-
data empiris. Dari hasil pengujian yang kemudian muncul suatu teori. Dalam hal ini sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu menemukan ilmu baru atau mengembangkan ilmu yang sudah
ada atau menguji kebenaran ilmu yang sudah ada.

2.2 Tinjauan Pustaka


Penelitian mengenai eufemisme dan bahasa tabu telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut
banyak membantu penelitian ini. Penelitian terdahulu menghasilkan beberapa
temuan.Pertama, bentuk kebahasaan eufemisme yang ditemukan, yaitu berupa kata, frasa,
dan klausa. Kata yang ditemukan yaitu, Kata asal dan kata jadian. Frasa yang ditemukan
yaitu, frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris terbagi dua, yaitu frasa
endosentris koordinatif dan frasa endosentris atributif. Klausa yang ditemukan yaitu, klausa
verbal.
Nilai rasa eufemisme yang ditemukan, yaitu tidak pantas, tidak enak, kasar, buruk, dan keras.
Kedua, referensi yang ditanyakan, yaitu benda, profesi, aktivitas, peristiwa, dan keadaan.
Ketiga, relavansi analisis eufemisme dengan pelajaran bahasa Indonesia di SMA sesuai
dengan silabus kelas XII SMA (peminatan), yaitu mengidentifikasi makna konotatif dan
denotatif, gramatikal, dan leksikal, kias, lugas, makna refensial dan makna nonrefensial,
makna umum dan khusus, perubahan, pergeseran makna kata, dan hubungan makna kata.

2.3 Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada pergaulan remaja di MAN 3 Solok, Kecamatan
Lembah Gumanti, Kabupaten Solok dalam membahas eufemisme dan bahasa tabu ada
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, persamaan dan
perbedaan tersebut adalah sebagai berikut .
Pertama penelitian yang dilakukan oleh Lilimiwirdi (2011) “Eufemisme Dalam Masyarakat
Minangkabau di Kota Padang”. Perbedaan pada penelitian ini lebih pada penggunaan bahasa
halus yang berlatar belakang adat sumbawa, maka penggunaan eufemisme lebih pada
penggunaan bahasa sumbawa. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada hasil penelitian
yang sama-sama menggunakan eufemisme sebagai penghalus makna, meliputi fungsi ramah-
tamah dan penghormatan.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nuraidar (2012) “Bentuk Eufemisme Dalam
Pertuturan Bahasa Bahasa Bugis”. Perbedaan dengan penelitian ini subjeknya adalah remaja
Desa Selante dan penggunaan bahasa lebih pada penggunaan bahasa larangan dan halus.
Persamaan dengan penelitian ini adalah terletak pada penggunaan eufemisme sosial pada
pergaulan remaja, memperhalus kata-kata yang sering dipergunakan masyarakat Bugis

2.4 Bentuk Kata


Adapun bentuk-bentuk eufemisme menurut Allan dan Burridga adalah sebagai berikut
1. Ekspresi Figuratif
Yaitu bentuk eufemisme yang menghaluskan kata dengan melambangkan, mengibaratkan,
atau mengiaskan sesuatu dengan bentuk yang lain.
Data 1:
Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu.
Kata pandang tersebut tanpa pandang bulu merupakan sebuah ekspresi figuratif yang
memiliki makna tidak membeda-bedakan orang.
2. Flipansi
Yaitu menghaluskan suatu kata, tetapi makna kata yang dihasilkan tersebut diluar pernyataan
kata yang dihaluskan tadi.
Data 2:
Mengurangi dominasi energi fosil
Frasa mengurangi dominasi ini dirasa lebih halus daripada mengurangi ketergantungan pada
energi fosil
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan kualitatif, yang
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamali. Karena tujuan yang hendak dipakai berkaitan dengan berkaitan dengan topik
penelitian yang memaparkan atau gambaran tentang bentuk dari bahasa tabu dan eufemisme.
Analisis kualitatif berfokus pada penunjuk makna deskripsi penjernihan penempatan data
pada konteks masing-masing dan sering terlukis dalam bentuk kata-kata daripada angka-
angka. Deskriptif dan kualitatif adalah prosedur atau cara pemecahan masalah dengan
memaparkan dan mendeskripsikannya secara jelas.
3.2 Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di MAN 3 Solok, Taratak Galundi, Alahan Panjang, Kecamatan
Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan
tahun Pelajaran 2022/2023.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.
A. Metode Simak
Penamaan metode penyediaan data ini dengan metode simak karena cara yang digunakan
peneliti untuk memperoleh data ini dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak
disini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi penggunaan
bahasa secara tertulis (Mahsun, 2014 : 92). Teknik yang digunakan metode ini yaitu.
1. Teknik Rekam
Teknik rekam ini bersifat melengkapi kegiatan data dengan teknik catat. Maksudnya, apa
yang dicatat itu dapat di cek kembali dengan memutarkan kembali rekaman yang hasilkan.
2. Teknik Catat
Teknik catat adalah untuk mengetahui fonem-fonem tertentu (misalnya dengan
memanfaatkan fonetik altikalatoris) tidak hanya cukup mendengarkan bunyi-bunyi yang
dihasilkan oleh informan, tetap halus melihat bagaimana bunyi yang dihasilkan.
B. Metode Simak
Menurut Danielus (dalam Emzir 2015 : 1) sebuah terjemahan adalah yang merujuk pada dan
merepresentasikan dalam suatu bahasa yang tidak diketahui secara baik.
Penerjemahan adalah suatu proses atau hasil pengalihan pesan makna, dari teks sumber
dalam suatu bahasa ke teks tujuan dalam bahasa lain (Emzir, 2015 : 13). Dalam penelitian
ini,teknik penerjemahan akan digunakan untuk menyalin bahasa Minang ke bahasa Indonesia.

3.3 Jadwal Penelitian

Deskripsi Penelitian Waktu Pelaksanaan

Pengajuan Judul 21 Oktober 2022

Persetujuan Judul 26 Oktober 2022

Bab I + Bimbingan 30 Oktober 2022

Bab II +Bimbingan 15 Mei 2023

Bab III +Bimbingan 19 Mei 2023


3.4 Daftar Pustaka
Al - Ma‘ruf, Ali Imran. 2012. Stalistika : Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian
Estetika Bahasa. Surakarta : Cakra Books
Chrismatara, Condraderi. 2016. “Eufemisme Pada Bidang Kriminal dalam Koran
Solopos, Jawa Pos, dan Kompas Edisi Agustus - Oktober 2015”
Dibia, 1. 2018. Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Depok :
Rajagrafindo Persuda. Eka, W. (2016). Eufemisme dalam Wacana
Konflik Suriah pada Blog Kajian Timur Tengah
Doctoral Dissertation, Universitas Andalas
Dinda, A. 2021. Analisis Eufemisme dalam Novel Kambing dan Hujan
Karya Mahfud Ikhwan. Tesis. Malang. Universitas Muhammadiyah Malang
Sutarman. 2017. Tabu Bahasa dan Eufemisme, Surakarta : Yuma Pustaka

Anda mungkin juga menyukai