Anda di halaman 1dari 2

Analisis Penggunaan Bahasa Pada Kuliah Tamu Pengembangan Karakter Mahasiswa

Fakultas Ilmu Budaya

Bahasa merupakan suatu ungkapan tertentu yang mengandung makna untuk


menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa
dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan.
Chaer dan Agustina (1995:14) menuturkan bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Soeparno (1993:5) yang menyatakan bahwa
fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik memandang bahasa
sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior) yang dipakai dalam komunikasi sosial.

Dalam masyarakat sosial, banyak keragaman bahasa yang dipakai dalam komunikasi
antar masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan adanya variasi bahasa yang sampai saat ini
semakin bertambah keragamannya. Bahasa akan semakin beragam dan bertambah jika bahasa
tersebut digunakan oleh suatu kelompok masyarakat yang banyak. Setiap kegiatan memerlukan
atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa, keragaman ini akan semakin bertambah kalau
bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat
luas. Menurut Abdul Chaer dan L. Agustina, dalam hal variasi bahasa atau ragam bahasa ini
terdapat dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa itu.

Dari beberapa pernyataan tersebut, dapat kita lihat bahwa variasi bahasa pada
masyarakat terjadi karena banyak kegiatan yang melibatkan sekelompok masyarakat yang
saling berkomunikasi dengan kelompok masyarakat yang lain. Dalam hal ini, variasi bahasa
dapat kita temukan dalam penggunaan bahasa pada kuliah tamu di Fakultas Ilmu Budaya. Pada
kuliah tamu tersebut, terdapat beberapa penggunaan bahasa yang berbeda antara pemateri,
pembawa acara, dan juga mahasiswa seminar. Dari analisis variasi bahasa, penutur
menggunakan variasi bahasa berdasarkan pendidikan. Dilihat dari pemilihan kata, penutur (Pak
Listiyono) menggunakan pemilihan kata yang spesifik dan hanya ada di dunia pendidikan.
Sebagai contoh, penggunaan kata “eksistensial”, “filsafat”, “konsisnes”, “aktualisasi”, “teori”,
“inovasi” dll. Analisis yang kedua adalah dari segi penutur pembawa acara, penggunaan bahasa
yang digunakan pembawa acara yaitu semi formal, yang mana ditemukan kata-kata yang tidak
formal seperti “monggo”. Akan tetapi, penggunaan bahasa formal lebih mendominasi. Ketiga,
yaitu penggunaan bahasa dari penutur (pemateri), penggunaan bahasa yang digunakan oleh
penutur yaitu bahasa formal namun tetap santai. Contoh pemilihan kata dari penutur yaitu tetap
memakai kata “saya”, “Anda”, “kalian”, dsb. Bukan hanya itu saja, penggunaan bahasa
berdasarkan variasi bahasa dari segi pendidikan. Contoh pemilihan kata yaitu “merdeka
belajar”, “riset”, “didefinisikan”, “goals”, “grit”, “konsostensi minat” dsb. Keempat,
analisis penggunaan bahasa pada pemateri kedua yaitu menggunakan bahasa semi formal
namun tetap berdasarkan pendidikan. Semi formal berdasarkan dialek dalam hal ini bisa
ditemui dari kata “wes embuh”, “wes gak eruh”, “ndilalah”, “kon”, “iwangono”. Sedangkan,
untuk penggunaan bahasa berdasarkan variasi bidang pendidikan penutur menggunakan
pemilihan kata seperti “penellitian”, “mengajar”, “kuliah S2”, “dinamika”. Kesimpulan dari
analisis penggunaan bahasa pada kuliah tamu di FIB adalah bahwa keberagaman bahasa yang
dipakai oleh para penutur akibat dari adanya kegiatan berkomunikasi yang melibatkan berbagai
latar belakang, sehingga menghasilkan berbagai variasi bahasa.

Anda mungkin juga menyukai