Anda di halaman 1dari 44

SEBAB-SEBAB TERJADINYA VARIASI BAHASA

Dalam pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja


dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan
gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan
pemakaiannya tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor
linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik.
Faktor-faktor nonlinguistik yang mempengaruhi pemakaian
bahasa seperti di bawah ini.
Faktor-faktor nonlinguistik yang memengaruhi
pemakaian bahasa, yaitu faktor-faktor sosial (status sosial,
tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin,
dan sebagainya) Faktor-faktor situasional menyangkut siapa
berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana,
dan mengenai masalah apa. Karena faktor-faktor di atas,
maka timbul keanekaragaman bahasa yang dimiliki oleh
seluruh umat manusia, atau biasa kita sebut variasi bahasa.
Bahasa dalam praktik pemakaiannya, pada dasarnya
memiliki bermacam-macam ragam. Pada bagian ini, akan
dipaparkan mengenai hakikat variasi bahasa, variasi bahasa
dari segi tipe, sumber, level, model, dan jenis variasi
bahasa.

1
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi
sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang
sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang
tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua
pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat
adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman
fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai
akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi
bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk
memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan
masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini
dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi
bahasa itu dapat diklasifikasikan Dalam pandangan
Sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala
individual, tetapi berdasarkan adanya keragaman sosial dan
fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial.
Namun Halliday membedakan variasi bahasa
berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register).
Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut,
dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya.

2
1. Hakikat Variasi Bahasa
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan
interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau
kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen.Dalam hal variasi bahasa
ini ada dua pandangan.
Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi
bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari
adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi
fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat
yang beraneka ragam.
Faktor-faktor nonlinguistik yang mempengaruhi
pemakaian bahasa seperti di bawah ini.
1. Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat
pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin,
dan sebagainya.
2. Faktor-faktor situasional: siapa berbicara dengan
bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan
mengenai masalah apa.

3
Menurut Chaer (2010:62) variasi bahasa adalah
keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan
interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau
kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen. Menurut Allan Bell
(dalam Coupland dan Adam, 1997:240) variasi bahasa
adalah salah satu aspek yang paling menarik dalam
sosiolinguistik. Prinsip dasar dari variasi bahasa ini adalah
penutur tidak selalu berbicara dalam cara yang sama untuk
semua peristiwa atau kejadian. Ini berarti penutur memiliki
alternatif atau piilihan berbicara dengan cara yang berbeda
dalam situasi yang berbeda. Cara berbicara yang berbeda
ini dapat menimbulkan maksa sosial yang berbeda pula.
Jadi, berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang
pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya,
tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku
dalam bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan,
variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya
keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
2. Penyebab Adanya Variasi Bahasa

4
Beberapa penyebab adanya variasi bahasa adalah
sebagai berikut :
1. Interferensi
Chaer (1994:66) memberikan batasan bahwa
interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke
dalam bahasa yang sedang digunakan,sehingga tampak
adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan
itu. Bahasa daerah menjadi proporsi utama dalam
komunikasi resmi, sehingga rasa cinta terhadap bahasa
nasional terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi, dkk. (2003:9) menyatakan bahwa banyaknya
unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya pemerkayaan
bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahsa
Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian
dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi
sebab adanya interferensi. Selain bahasa daerah, bahasa
asing (Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia
ditempatkan di atas bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa
inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang tidak
terelakkan lagi. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya
bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi

5
pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya masyarakat
lebih cenderung menggunakan kata “pull” untuk “dorong”
dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat
datang”.
2. Integrasi
Selain Interferensi, integrasi juga dianggap sebagai
pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67),
menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa
lain yang terbawa masuk dan sudah dianggap, diperlukan
dan di pakai sebagai bagian dari bahasa yang menerima
atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya
memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang
berintegrasi itu telah di sesuaikan, baik lafalnya, ejaannya,
maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi
seperti montir, sopir, dongkrak.
3. Alih Kode dan Campur Kode
Chaer (1994:67) menyatakan bahwa alih kode
adalah beralihnya suatu kode (entah bahasa atau ragam
bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa lain).
Campur kode adalah dua kode atau lebih di gunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi

6
santai (Chaer, 1994:69). Dari dua gejala bahasa itu, baik
alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak
bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam
berbicara dalam bahasa Indonesia di campurkan dengan
unsur-unsur bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Di
antara ke dua gejala Indonesia dicampurkan dengan unsur-
unsur bahasa daerah. Sebaliknya juga bisa terjadi dalam
berbahasa daerah tercampur unsur-unsur bahasa Indonesia.
Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa
Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
4. Bahasa Gaul
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari
bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini
mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu
bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para anak jalanan.
Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para
bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem
dalam pergaulan sebagai preman. Dewasa ini, bahasa
prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia
menjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul
merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang

7
terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu.Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal
khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan
kosa kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan
menerbitkan kamus yang bernama kamus bahasa gaul pada
tahun 1999. Contoh penggunaan bahasa gaul adalah
seperti : Ayah (Bokap), Ibu (Nyokap), Saya (Gue), dan lain-
lain.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan
bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat
modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang
peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang
merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan.

8
FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA KERAGAMAN
BAHASA

Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya


keragaman Bahasa seperti Faktor Budaya, Faktor
Perbedaan Demografi dan Faktor Sejarah. Dibawah ini
penjelasan dari faktor-faktor tersebut :
Faktor Budaya
 Setiap daerah mempunyai perbedaan bahasa atau
daerah hidup yang berbeda, seperti wilayah
Sumatra, Bali, Kalimantan, Jawa dan beberapa
wilayah diIndonesia lainnya.
Faktor Sejarah
 Di setiap daerah atau wilayah di Indonesia
mempunyai kebiasaan dari nenek moyang yang
berbeda-beda.
Faktor Perbedaan Demografi
 Setiap daerah memiliki dataran yang berbeda
seperti wilayah di daerah pantai, pegunungan yang
biasanya cenderung mengunakan bahasa yang
singkat jelas dan dengan intonasi volume suara

9
yang besar. Berbeda dengan pada pemukiman
padat penduduk yang menggunakan bahasa lisan
yang panjang lebar dikarenakan lokasinya yang
saling berdekatan dengan intonasi volume suara
yang kecil.

10
PENYEBAB TERJADINYA VARIASI BAHASA
MENURUT PARA AHLI
Menurut Mansoer Pateda (1990: 52), variasi bahasa
dilihat dari segi tempat, segi waktu, segi pemakai, segi
pemakainya, segi situasi, dan dari status sosialnya. Dalam
variasi bahasa terdapat pola-pola bahasa yang sama, pola-
pola bahasa itu dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-
pola yang dibatasi oleh makna tersebut dipergunakan oleh
penuturnya untuk berkomunikasi.
Abdul Chaer dan Leonie Agustina (1995:79), menyatakan
bahwa variasi bahasa ditentukan oleh faktor waktu, tempat,
sosiokultural, situasi dan medium pengungkapan. Faktor
waktu menimbulkan perbedaan bahasa dari masa ke masa.
Faktor daerah membedakan bahasa yang dipakai di suatu
tempat dengan di tempat lain. Faktor sosiokultural
membedakan bahasa yang dipakai di suatu tempat dengan
di tempat lain. Faktor sosiokultural membedakan bahasa
yang dipakai suatu kelompok sosial. Faktor situasional
timbul karena pemakai bahasa memilih ciri-ciri bahasa
tertentu dalam situasi tertentu. Faktor medium

11
pengungkapan membedakan bahasa lisan dan bahasa
tulisan.
Terjadinya variasi bahasa bukan hanya disebabkan oleh
para penuturnya yang heterogen, tetapi karena kegiatan
interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam
(Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 1995: 80). Menurut
Nababan (1993: 13), penyebab timbulnya variasi bahasa
ada empat faktor, yaitu : daerah yang berlainan, kelompok
atau keadaan sosial yang berbeda, situasi berbahasa yang
berlainan, dan tahun atau zaman yang berlainan.
Pada kenyataanya bahasa adalah sesuatu yang kaya raya
dengan keanekaragaman aktualisasinya. Perwujudan bahasa
itu bagitu sangat luasnya sehingga variasi-variasi itu seakan
tanpa batas (Alwasilah dalam Muh. Asrori, 2001: 95)
Bahasa dengan variasi tutur kata, umumnya hanya
dikuasai oleh kelompok dengan latar belakang tertentu yang
sejenis saja, meskipun orang luar biasa mendalaminya
dengan belajar. Akan tetapi dapat dipahami bahwa variasi
bahasa terdapat persamaan dalam perkembangan, yaitu cara
bertutur menurut tujuan dan kepentingannya masing-
masing. Persamaan dan keunikan-keunikan seperti itu

12
sebenarnya banyak dijumpai, jika penutur mendalami ruh
masing-masing bahasa, dan tentu sangat menarik sebagai
sebuah ide untuk memecahkan kebekuan komunikasi antar
budaya.Dari beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah wujud pemakaian
bahasa yang berbeda oleh penutur karena faktor-faktor
tertentu dan terjadinya variasi bahasa bukan hanya
disebabkan oleh para penutur yang heterogen tetapi karena
kegiatan interaksi sosial.
Masyarakat dalam berinteraksi selalu menggunakan
bahasa sehingga bahasa tidak terlepas dari pengaruh
pemakainya. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh
situasi dalam konteks sosialnya. Hal inilah yang
menyebabkan keanekaragaman bentuk bahasa (variasi
bahasa ) dalam masyarakat. Variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan
dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan-
perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena
perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
(Markamah 2001: 220).

13
Spolsky (1998: 6) memberi definisi variasi sebagai istilah
yang digunakan untuk menunjukkan identitas bermacam-
macam bahasa (”Variety is a term used to denote any
identifiable kind of language”). Hudson (1996:22) juga
berpendapat tentang variasi, menurutnya variety of
language as a set of linguistics items with similar social
distribution (variasi bahasa sebagai kumpulan dari butir-
butir linguistik yang distribusi sosialnya sama).
Nababan (1993:13) berpendapat bahwa variasi bahasa
adalah perbedaan-perbedaan bahasa yang timbul karena
aspek dasar bahasa, yaitu bentuk dan maknanya yang
menunjukkan perbedaan kecil atau besar antara
penggungkapan yang satu dengan yang lain. Greenbaum
(dalam Muh. Asrori, 2001:96) mengatakan bahwa variasi
bahasa dapat dikaitkan dengan daerah, kelas sosial,
kelompok etnis, tingkat pendidikan, jenis kelamin, umur,
dan situasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
variasi bahasa timbul karena faktor linguistik dan
nonlinguistik, pemakai bahasa yang tidak homogen, dan
pemakaian bahasa dalam kepentingan berkomunikasi. Oleh

14
karena itu register yang digunakan Aktivis PMI Cabang
Kota Surakarta merupakan salah satu variasi bahasa.
Variasi-variasi seperti yang telah disebutkan diatas tentu
dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor antara lain,
misalnya, tujuan bertutur, wilayah tutur, topik tuturan, dan
gaya penuturan. Penyebab adanya variasi yang disebabkan
oleh tujuan bertutur artinya bahwa kontent tuturan tersebut
akan disesuaikan dengan apa yang akan dicapai oleh si
penutur tersebut. Misalnya tuturan pada konteks
berkampanye yang tujuannya untuk menarik simpati massa
tentu akan sangat berbeda sekali dengan tuturan ketika
berada dalam situasi di dalam kelas atau perkuliahan.
Begitu juga tuturan antara si pembeli dan penjual, tentu
mereka akan menggunakan dan/atau memilih kode-kode
yang tepat demi tercapainya tujuan tutur masing-masing.
Kemudian faktor variasi ditinjau dari wilayah tutur yaitu
dapat dibagi menjadi wilayah tutur yang dibatasi secara
geografis dan wilayah tutur secara social. Misalnya, bila
dipandang dari segi berbedaan wilayah geografis tentu saja
akan berbeda anatara masyarakat tutur yang ada di wilayah
pegunungan dan yang berada di wilayah perkotaan.

15
Berbedaan tersebut yang paling menonjol bisa dilihat dari
tinggi-rendahnya nada. Termasuk juga dalam
perbendaharaan kosakata yang dimiliki oleh kedua
kelompok tutur tersebut akan berbeda, karena tentu saja
disesuaikan dengan keadaan dan/atau tuntutan alam yang
mereka hadapi.
Selanjutnya faktor penyebab terjadinya variasi bahasa bisa
juga disebabkan oleh topik tuturan (topic pembicaraan).
Misalnya obrolan para guru/dosen tentu saja akan berbeda
dengan para politisi dan birokrat. Termasuk pemahaman
terhadap kosakata-kosakata yang digunakan tentu saja
hanya kelompok tertentu yang bias memahaminya secara
baik. Misalnya istilah silabus, RPP, standar kompetensi, dan
kompetensi dasar tidak akan pernah kita temukan dalam
obrolan-obrolan para politisi lebih-lebih pada kelompok
petani dan nelayan.
Terakhir bahwa faktor penyebab terjadinya variasi bahasa
dapat disebabkan oleh gaya penuturan. Misalnya gaya
penuturan seseorang ketika dia memposisikan diri sebagai
presiden/menteri dan ketika dia berada dalam posisi sebagai
seorang suami bagi istrinya dan/atau sebagai seorang

16
bapak/kakek bagi anak-anak serta cucunya. Termasuk para
ibu-ibu sekalian akan dengan lihai dalam menentukan
style/gaya yang pas (matching) ketika berhadapan dengan
teman, tetangga, atasan, bawahan, dan terlebih lagi untuk
sang suami tercinta.
Sungguh maha sempurna Sang Pemilik jaga raya ini yang
telah menciptakan dunia dan isinya dalam bentuk, warna,
rupa, dan jenis yang multi-ragam termasuk di dalamnya
adalah bahasa yang telah diciptakan sesuiai dengan
kebutuhan suatu penutur yang jumlahnya ribuan yang
terdiri dari beribu-ribu variasi di dalam bahasa itu
sendiri,Bahasa dan Sastra Indonesia .
Heterogenitas Indonesia dan disepakatinya bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional berimplikasi bahwa
kewibawaan akan berkembang dalam masyarakat.
Perkembangan ini tentu menjadi masalah tersendiri yang
perlu mendapat perhatian, kedwibahasaan, bahkan
kemultibahasaan adalah suatu kecenderungan yang akan
terus berkembang sebagai akibat globalisasi. Di samping
segi positifnya, situasi kebahasaan seperti itu berdampak
negatif terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa

17
daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi
resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus
terkalahkan oleh bahasa daerah.
1.Faktor-faktor penyebab ragam bahasa adalah sebagai
berikut:
a.Perbedaan kelas sosial Perbedaan kelas sosial, maksudnya
perbedaan antara cara berbicara dilihat dari
keturunan/kebangsawanan, pendidikan, dan
pekerjaan/profesi seseorang.
b. jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin, maksudnya perbedaan antara cara
berbicara laki-laki dan perempuan itu berbeda. Selain itu
pun, bahasa kaum Transgender dan Homo/Gay pun
berbeda.
. c. Perbedaan usia penutur
Perbedaan ini berdasarkan cara berbicara pada tingkatan
usia yang berbeda.
d.Perbedaan budaya
Perbedaan budaya di setiap daerah berbeda-beda
sehingga timbulah ragam bahasa yang bervariasi.
2. Faktor-faktor penyebab ragam bahasa dengan laras dan
variasi bahasa pada dasarnya sama, faktor-faktor tersebut
antara lain adalah perbedaan kelas sosial, jenis kelamin,

18
usia penutur, dan budaya. Karena perbedaan-perbedaan
tersebut timbulah variasi bahasa. Ragam bahasa adalah
variasi bahasa menurut pemakaian, sedangkan laras bahasa
adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Jadi,
dapat dikatakan faktor-faktor penyebab ragam, laras, dan
variasi bahasa itu sama saja.
3.Pengaruh kelas sosial, jenis kelamin, usia penutur, dan
etnis terhadap penggunaan bahasa adalah adanya atau
lahirnya variasi bahasa karena masyarakat itu heterogen,
maksudnya masyarakat itu terdiri dari berbagai kelas sosial,
profesi, usia dan jenis kelaminnya serta berbeda pula
kebudayaan yang ada di daerah masing-masing. Untuk
berbahasa atau berbicara dengan orang yang kelas sosialnya
tinggi akan berbeda dengan orang yang kelas sosialnya
sedang dan rendah, kelas sosial di sini maksudnya dilihat
dari keturunan, pendidikan, dan pekerjaan. Akan berbeda
pula saat kita berbincang dengan orang yang lebih tua dari
kita dan orang yang seusia bahkan dengan yang lebih muda
pun pasti akan menggunakan bahasa yang berbeda. Saat
berbicara dengan lawan jenis pun akan berbeda saat kita
berbicara dengan sesame jenis. Sehingga dapat diambil

19
simpulan bahwa dengan adanya perbedaan-perbedaan
tersebut lahirlah variasi atau ragam bahasa.
4. Masyarakat aneka bahasa dianggap mengganggu suatu
bangsa, karena ada yang berpendapat bahwa semua negara
di dunia, apabila memiliki banyak bahasa maka negara
tersebut berpotensi sebagai pemicu masalah. Menurut
Sumarsono (2007), jelas sekali negara yang anekabahasa itu
mempunyai masalah lebih banyak dibandingkan dengan
negara ekabahasa. Pada tataran praktis, kesulitan
komunikasi dalam suatu negara dapat menjadi rintangan
bagi kehidupan ekonomi dan industri serta gangguan sosial.
Yang lebih serius lagi keanekabahasaan itu bekerja
melawan dengan arah nasionalisme. Berdasarkan kenyataan
bahwa bangsa-bangsa ekabahasa tampak lebih stabil
daripada negara anekabahasa.
Jadi, negara yang anekabahasa akan mengalami kesulitan
berkomunikasi karena adanya ketidakpahaman bahasa lain
yang tidak dikuasainya, sehingga menimbulkan
kesalahpahaman atau ambiguitas yang akhirnya
menimbulkan masalah.
5. Hubungan antara bahasa dan kebudayaan, menurut
Koentjaraningrat (1992) bahwa bahasa bagian dari

20
kebudayaan, jadi hubungan antara bahasa dan kebudayaan
merupakan hubungan subordinatif, di mana bahasa berada
di bawah lingkup kebudayaan.
Masinambouw (1985) menyebutkan bahwa bahasa (istilah
beliau kebahasaan) dan kebudayaan merupakan dua sistem
yang “melekat” pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah
satu sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam
masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang
berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
Dengan kata lain, hubungan yang erat itu berlaku sebagai:
kebudayaan merupakan sistem yang mengatur interaksi
manusia, sedangkan kebahasaan merupakan sistem yang
berfungsi sebagai sarana keberlangsungan sarana itu.
Menurut Silzer (1990), menyatakan bahwa bahasa dan
kebudayaan merupakan dua buah fenomena yang terikat,
bagai dua anak kembar siam atau sekeping uang yang pada
satu sisi berupa sistem bahasa dan pada sistem yang lain
berupa sistem budaya, maka apa yang tampak dalam
budaya akan tercermin dalam bahasa atau juga sebaliknya.
Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan memiliki
keterkaitan dalam hal berinteraksi di masyarakat. Bahasa
adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.

21
Dengan adanya bahasa kita dapat berbudaya, karena bahasa
adalah media atau alat penyampaian yang tepat.

VARIASI DITINJAU DARI SEGI BAHASA


PENGANTAR
Bahasa secara keseluruhan dapat berubah. Kadang-kadang
perubahan bahasa terjadi dalam waktu singkat sebagai
akibat dari kontak antar dua bahasa yang digunakan

22
oleh orang-orang dengan latar belakang bahasa yang
berbeda-beda.
Dalam kondisi demikian dapat muncul yang namanya pijin.
Kata "pidgin" sendiri konon merupakan ucapan kata Inggris
"business" (bisnis) oleh orang China. Pijin biasanya
memiliki tatabahasa yang sangat sederhana dengan
kosakata dari bahasa yang berbeda-beda sehingga
pencampuran unsur-unsur kedua bahasa tersebut
menyebabkan adanya bahasa campuran. Sebuah pijin
tidak memiliki penutur bahasa ibu (native speaker). Jika
memiliki native speaker maka bahasa ini disebut bahasa
kreol. Beberapa bahasa yang dianggap bahasa kreol di
Indonesia antara lain adalah bahasa Melayu Ambon dan
bahasa Melayu Betawi. Jadi, kreol merupakan akibat
dari kontak bahasa juga yang merupakan pengembangan
dari pijin tersebut. Kreolisasi adalah suatu perkembangan
linguistic yang terjadi karena dua bahasa melakukan kontak
dalam waktu yang lama yang mana penutur pijin tersebut
telah beranak pinak. Begitu seterusnya jika kreol
mampu bertahan dan terus berkembanga maka kreol
akan bias menjadi bahasa yang lebih besar dan lebih

23
lengkap Contohnya adalah bahasa Sierra Leona di Afrika
Barat yang kemudian menjadi bahasa nasional
Dari banyaknya bahasa-bahasa di muka bumi ini, tentu saja
dihuni oleh orang-orang yang yang berbicara bahasa-
bahasa yang berbeda (divergent) satu sama lain. Maka di
kawasan seperti ini akan menuntut orang-orang tersebut
untuk bisa saling berkomunikasi antar satu dengan yang
lainnya demi kepentingan sosial dan/atau komersial. Dalam
keadaan seperti ini mesti ada satu bahasa yang digunakan
berdasarkan kesepakatan, yaitu disebut lingua franca. Kata
ini berasal dari bahasa Italia yang artinya adalah "bahasa
bangsa Frank" adalah sebuah istilah linguistik yang
artinya adalah "bahasa pengantar" atau "bahasa pergaulan"
di suatu tempat di mana terdapat penutur bahasa yang
berbeda-beda. Sebagai contoh adalah bahasa Melayu atau
bahasa Indonesia di Asia Tenggara. Di kawasan ini bahasa
ini dipergunakan tidak hanya oleh para penutur ibunya,
namun oleh banyak penutur kedua sebagai bahasa
pengantar. Contoh lain adalah bahasa Inggris pada zaman
sekarang, bahasa Mandarin untuk dikawasan asia, bahasa
Arab untuk kawasan Timur Tengah, dan bahasa Swahili di

24
wilayah Afrika Timur. Karena lebih sering Lingua Franca
(Frankish language) berfungsi sebagai bahasa-bahasa
perdagangan, maka masuk akal juga bila bangsa Arab
memiliki pepatah “bahasa ibarat seekor kuda yang
membawa seseorang menjelajahi jauh ke negeri orang” .
Lingua fanca itu sendiri dapat dibedakan menjadi bahasa
bisnis (perdagangan), bahasa kontak, dan internasional.
Dan ia bersifat praktis dan
resmi.
Disamping ketiga istilah tersebut diatas, kita juga mengenal
yang namanya bahasa ibu. Yaitu bahasa pengantar untuk
kepentingan keluarga, adat/ ritual, dan sarana komunikasi
di etniknya. Pada kelompok tutur yang luas sering
disamakan dengan bahasa daerah serta mempunyai
tatabahasa, otonomi, kesejarahan, dan kadangkala ada yang
sudah standar. Meskipun bahasa nasional juga
dipergunakan oleh seorang ibu untuk berkomunikasi
kepada anaknya. Edward sapir dan Benjamin lee whorf
adalah ahli linguistic yang mempunyai hipotesis yaitu:
bahasa ibu (native language; mother tongue) seorang
penutur membentuk kategori-kategori yang bertindak

25
sebagai sejenis jeruji (kisi-kisi). Melalui kisi-kisi tersebut
seorang anak melihat dunia luar. Karena penglihatan si
penutur terhalang oleh kisi-kisi, pandangannya ke dunia
luar menjadi seolah-olah diatur oleh kisi-kisi itu. Kisi-kisi
itu memaksa si penutur menggolong-golongkan dan
membentuk konsep tentang berbagai gejala dalam dunia
luar itu berdasarkan bahasa ibunya. Dengan demikian maka
bahasa ibu dapat mempengaruhi masyarakat dengan jalan
mempengaruhi bahkan mengendalikan pandangan-
pandangan penuturnya terhadap dunia luar. Memang benar
bahwa cara berpikir masyarakat ditentukan oleh bahasa.
Misalnya orang jawa yang sejak kecil menggunakan
bahasa jawa maka dia akan membedakan antara jaran
(kuda) dan belo (anak kuda). Kelak jika ia belajar bahasa
Indonesia atau bahasa inggris akan bertanya apa bahasa
indonesianya belo. Begitu pula yang terjadi pada dou
mbojo (orang Bima) yang bahasa ibunya bahasa Bima akan
sulit mencari padanannya dalam bahasa lain untuk kata
“kalembo ade” yang secara kontekstual merupakan
sebuah ucapan yang selalu diselipkan untuk memberi
semangat (mis, kalembo ade aina oci to’I ade tana’o =

26
ayo semangat jangan pernah putus asa untuk belajar),
menyuruh untuk bersabar (mis, kalembo ade nahu wati
ndadi nikaku labo nggomi ari = sabar ya dik saya tidak jadi
menikahi kamu), dan menolak permintaan seseorang (mis,
kalembo ade nahu wati loaku lao aka rawi nikakai nggomi
ari = maaf ya dik saya tidak bisa menghadiri perta
pernikahanmu).
Kemudian ada bahasa nasional yaitu bahasa yang
dipergunakan oleh suatu negara dalam komunikasi
antarsesama warga negara, bahasa nasional bisa juga
disebut bahasa persatuan. Misalnya bahasa persatuan
untuk iptek, adat/ritual, politik, dan sebagainya. Tentu
saja setiap negara memiliki bahasa persatuan atau
bahasa nasional masing-masing. Bahasa nasional
sebenarnya sama dengan bahasa negara karena keduanya
mengandung unsure politik, tetapi bahasa negara terdapat
unsur wilayah di dalamnya.
Selanjutnya yaitu bahasa internasional yang merupakan alat
untuk berkomunikasi masyarakat internasional. Seperti kita
ketahui bahasa bahasa inggris masih menjadi bahasa yang
paling banyak dipelajari orang untuk kebutuhan komunikasi

27
antar masyarakat internasional baik untuk tujuan ipptek
maupun politik. Akan tetapi seiring dengan terus
bersaingnya Negara-negara maju dalam hal iptek dan
ketegangan secara politik maka tidak menutup
kemungkinan bahasa-bahasa lain selain bahasa inggris akan
menjadi bahasa utama masyarakat internasional. Misalnya
sekarang telah muncul bahasa mandarin, jepang, italia,
jerman yang terus berkompetisi serta berambisi untuk
merajai dunia ini dengan kekuatan baik secara politik
maupun ekonominya. Pertanyaannya ada-kemauan-kah kita
sebagai anak bangsa Indonesia untuk ikut berkompetisi
didalamnya? Tidak sekedar agar bahasa indonesia bisa
dikenal luas tetapi karena ketangguhan serta sesuatu yang
membuat kita memiliki posisi tawar (bargaining) di mata
masyarakat internasional. Jawabannya: “we must and let’s
start from now on!” dengan cara antara lain, seperti
slogan berikut ini, “united we stand, divided we
fall, and together we change”. Terakhir adalah
apa yang kita sebut dengan bahasa daerah atau istilah lain
yaitu vernacular. Yaitu bahasa yang dipergunakan
penduduk asli suatu daerah, biasanya dalam wilayah yang

28
multilingual. Ia dipertentangkan dengan bahasa persatuan,
bahasa nasional, atau lingua franca . Bangsa kita Indonesia
terkenal memiliki vernacular yang sangat banyak sekali,
meskipun beberapa diantaranya sudah mulai banyak
ditinggalkan penuturnya. Salah satu penyebabnya adalah
adanya low confidence dari pada generasi penutur bahasa
itu untuk menggunakan bahasanya itu
karena dianggap tertinggal.

VARIASI DARI SEGI PENUTUR/KELOMPOK


TUTUR
Adapun variasi bahasa berdasarkan kelompok ini bisa
dikategorikan sebagai berikut:
1. Idiolek, merupakan variasi bahasa yang bersifat
perseorangan. Setiap orang mempunyai idiolek masing-
masing. Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara,

29
pemilihan diksi, gaya bahasa, susunan kalimat,
ekspresi, dan bahkan karena
kelainan keadaan rohani dan kemampuan intelektual . Yang
paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali
suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar
suara tersebut. Idiolek melalui karya tulis pun juga bisa,
tetapi disini membedakannya agak sulit. Perbedaan lain
adalah disebabkan oleh usia, jenis kelamin, kondisi
kesehatan, ukuran tubuh, kepribadian, keadaan emosi, serta
ciri-ciri khas pribadi.
2. Dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur
yang jumlahnya relatif, yang berada di suatu tempat atau
area tertentu. Bidang studi yang mempelajari tentang
variasi bahasa ini adalah dialektologi.
3. Kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa
yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa
tertentu. Sebagai contoh, variasi bahasa Indonesia pada
masa tahun tiga puluhan, lima puluhan,
ataupun saat ini.
4. Sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang
berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial para

30
penuturnya. Dalam sosiolinguistik variasi inilah yang
menyangkut semua masalah pribadi penuturnya, seperti
usia, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, pekerjaan, seks,
dsb. Sehubungan dengan variasi bahasa yang berkenaan
dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para
penuturnya disebut dengan prokem.
5. Etnolek adalah sebuah variasi bahasa yang digunakan
oleh suku tertentu dan menjadi cirri penanda identitas
social diantara mereka. Istilah ini menggabungkan etnik
dan dialek. Misalnya etnolek African American
Vernacular pada konteks bahasa inggris amerika sebagai
cirri dari pada African American atau Black society.
6. Ekolek is a language variety unique to a household (from
the Greek eco (oikos) for house, as in economy or
ecology, and lect for language). An ecolect probably
evolves from an idiolect, which is individual specific, when
other household members adopt that individual's unique
words and phrases, that are not in use in surrounding
households or the wider community
7. Akrolek adalah (the most prestigious form, used in
formal situations, by educated speakers, often of the upper

31
classes) variasi bahasa yang dianggap lebih tinggi atau
bergensi daripada variasi bahasa lainnya
8. Mesolek is an intermediate variety, used in less formal
situations, bya majority of speakers,
from all classes
9. Basilek adalah(the low variety, used in most
informal situations, by the least educated speakers, often
from the lower classes) variasi bahasa yang dianggap
kurang bergengsi atau bahasa rakyat kebanyakan.
(Akrolek, mesolek, dan basilek bisa juga terjadi
dalam creol)
10. Vulgar adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
penutur yang kurang berpendidikan dan
berkencenderungan menyatakan sesuatu apa adanya dan
kasar.
11. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan
beberapa kelompok tutur yang luas yang tentu saja ada
tata bahasanya, sejarahannya, memiliki otonomi, dan
standar digunakan sebagi alat komunikasi suatu negara,
bahasa iptek, politik dan sebagainya serta dipahami secara

32
baik oleh masyarakat tutur yang luas (mutually
intelligibility).
Memang agak sedikit membingungkan bila kita bertanya
dimana letak perbedaan dan bagaimana membedakan
antara bahasa dan dialek. Seperti yang telah disebutkan
diatas bahwa dialek merupakan bahasa sekelompok
masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu. Dengan
kata lain bahwa dialek tidak lain dari pada suatu variasi
bahasa yang berbeda secara konsisten dari variasi-variasi
lain dari bahasa yang sama yang digunakan di kawasan-
kawasan geografis yang berlainan dan oleh kelompok –
kelompok social yang juga berlainan. Untuk
menentukan apakah itu bahasa atau dialek, maka cara yang
bisa digunakan adalah dilihat dari sejarahnya. Sedikit
banyak akan bergantung pada hubungan sejarah
keduanya. Kemudian ciri lain yaitu homogenitas, yaitu
adanya kesamaan unsure – unsure bahasa tertentu.
Misalnya para ahli dialektologi percaya bahwa apakah
katakana saja X dan Y itu dua bahasa, dua dialek, atau dua
subdialek, ataukah hanya sekedar dua variasi saja, dapat
ditentukan dengan mencari kesamaan kosakatanya. Jika

33
persamaannya hanya 20% atau kurang maka keduanya
disebut bahasa. Tetapi kalau mencapai 40-60% keduanya
disebut dialek, dan kalau bisa mencapai 90% maka jelas
keduanya hanya merupakan dua variasi saja dari sebuah
bahasa. Contohnya etnis jawa mengakui bahasanya adalah
bahasa Jawa, terdiri dari beberapa dialek, antara lain dialek
Bagelen (Jawa Tengah bagian selatan), dialek Solo-Yogya,
dialek Jawa Timur (Surabaya, Malang, Mojokerto,
Pasuruan), dialek Osing (Banyuwangi) . Contoh lain
misalnya suku sasak yang mendiami pulau Lombok
akan mengakui bahasanya adalah bahasa sasak (base
sasak), terdiri dari dialek ngeno-ngeni, meno-meni,
ngeto-ngete, kuto-kute dan meriak-meriku. Atau
kebanyakan mereka menyebutnya berdasarkan wilayah
penyebaran dialek itu, yaitu dialek tengah, dialek utara,
dialek timur, dialek tenggara, dan dialek timur tengah
VARIASI DARI SEGI PEMAKAIAN (FUNGSI,
GAYA)
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunanya,
pemakainya atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam
atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan

34
berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat
keformalan dan sarana penggunaan. Variasi bahasa
berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut
bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa.
Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, pertanian, militer,
pelayaran, pendidikan, dsb. Yang termasuk register/diatype
antara lain:
1. Slang merupakan variasi bahasa yang bercirikan
penggunaan kosa kata yang baru ditemukan dan cepat
berubah, biasanya dipakai oleh kaum muda atau
kelompok sosial dan profesional untuk berkomunikasi
intrakelompok, digunakan secara terbatas dan bersifat
rahasia. Slang bisa dipadankan dengan bahasa gaul.
2. Kolokial merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh
penutur dalam percakapan sehari-hari secara
lisan.
3. Jargon adalah variasi bahasa yang digunakan kelompok
sosial atau kelompok pekerja tertentu dan tidak dimengerti
oleh kelompok lain dalam lingkungan tersendiri.
4. Argot adalah variasi bahasa khas para pencuri kemudian
variasi ini dipakai untuk kosa kata teknis atau khusus

35
dalam perdagangan, profesi, atau kegiatan lainnya. Ada
juga yang menganggap argot sama dengan jargon dilihat
dari segi kerahasiaan.
5. Kan/cant dipakai sebagai variasi bahasa merengek-
rengek atau purapura, biasanya digunakan oleh
kalangan sosial rendah.
6. Patois merupakan variasi local suatu bahasa yang bersifat
nonstandard. Istilah kata patois itu sendiri memang tidak
secara resmi didefinisikan secara linguistic yang bias saja
mengacu pada istilah yang serupa seperti pidgins, creoles,
dialects, dan/atau bentuk lain dari variasi lokal. Istilah
patois itu sendiri diambil dari bahasa prancis yaitu
patoier yang artinya "to handle clumsily, to
paw".
7. Prokem adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan
tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para
penuturnya
8. Style/ragam adalah varitas bahasa yang dibedakan atas
dasar situasi tutur, dan gaya penuturan dimana sudut
pandangnya dapat ditinjau dari segi
kebakuan,keformalan, keindahan, kreatifitas, suasana tutur

36
dan kelengkapan tutur. Dari segikebakuan misalnya ada
ragam baku dan ragama non-baku. Sedangkan ragam
keformalan bisa dibagi lagi menjadi ragam beku, resmi,
usaha, santai, akrab, resmi berciri tuturan baku, dan
ragam santai berciri tuturan non baku. Kemudian bila
ditinjau dari segi keindahan ada ragam sastra dan non-
sastra. Sedangkan bila dilihat dari sudut kreatifitas dapat
dibagi menjadi ragam beku atau idiomatic dan ragam
kreatif atau selalu selalu berkembang. Terakhir adalah
dapat dilihat dari suasana tutur dan kelengkapan tutur.
Dari suasana tutur misalnya bias menjadi ragam sedih,
ragam marah, ragam jatuh cinta, ragam sindiran, ragam
penyesalan, ragam senang, ragam kecewa, ragam
memberontak, dan lain-lain. Sedangkan dari sudut pandang
kelengkapan tutur dapat dibagi menjadi ragam ringkas/
singkat dan ragam jelas/ lengkap

VARIASI DARI SEGI SARANA


Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur
yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam

37
lisan dan tulis atau juga ragam dalam berbahasa dengan
menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya ketika
bertelepon, bertelegraf, ber-internet (ber-email dan
ber-chatting), dan bersama

Penyebab Variasi Bahasa


Menurut Sumarsono (2013:61) faktor penyebab
keberagaman bahasa dapat terdiri dari beberapa hal,
yaitu:
1. Lingkungan fisik tempat suatu masyarakat hidup
dapat dicerminkan dalam bahasanya. Artinya,
lingkungan dapat mempengaruhi bahasa masyarakat

38
itu, biasanya dalam hal leksikon atau
perbendaharaan katanya. Misalnya Orang Jawa atau
Bali mampu mengadakan pembedaan terperinci
tentang padi, dan hal itu tercermin dalam bahasanya.
Lingkunganlah yang menyebabkan kosakata dua
bahasa berbeda, dan perbedaan itu tidak ada
hubungannya dengan kemampuan otak.
2. Lingkungan sosial dapat juga dicerminkan dalam
bahasa dan sering dapat berpengaruh pada struktur
kosakata. Misalnya sistem kekeluargaan atau
kekerabatan orang Amerika berbeda dengan sistem
kekeluargaan orang-orang dari berbagai suku di
Indonesia. dan ini tercermin dalam kosakatanya.
Orang Amerika mempunyai family yang
padanannya dalam bahasa Indonesia adalah
keluarga. Tetapi family hanya mencakup “suami,
istri, dan anak-anaknya”, sedangkan keluarga bisa
mencakup orang-orang di luar suami, istri, dan
anak-anak.
3. Adanya lapisan-lapisan masyarakat feodal dan kasta
menimbulkan pula pengaruh dalam bahasa. Akibat
adanya sistem feodal pada beberapa suku di

39
Indonesia dan sistem kasta pada masyarakat Bali
pada zaman dahulu, maka dalam mayarakat itu
muncul perjenjangan dalam bahasa.
4. Di samping lingkungan dan struktur sosial, nilai-
nilai masyarakat (social value) dapat pula
berpengaruh pada bahasa masyarakat itu. Misalnya,
untuk roh halus yang dianggap menunggu pohon
besar orang Jawa memanggilnya dengan kata mbah
“kakek;nenek”. Orang Bali menyebut bikul “tikus”
yang hama dengan istilah jero ketut.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. Douglas. 2000. Principles of Language


Learning and Teaching. New Yersy: Prentice-Hall,
Inc.

Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik: Kajian Teoritik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Clark, Herbert H.&Clark, Eve V. 1977. Psychology and


Language: An Introduction to

40
Psycholinguistics. New York: Harcourt Brace Jovanovich,
Inc.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik:


Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:
Yayasan Obor.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT,karena atas berkat limpahan rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini.buku ini di
susun sebagai tugas pada mata kuliah Sosiolinguistik
dengan judul”Sebab-sebab terjadinya variasi bahasa”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kapada Ibu Hartati, S.Pd.M.Pd selaku dosen mata kuliah
Sosiolinguistik yang telah membimbing dan sangat
membantu dalam penyusunan buku ini.

41
Demikianlah buku ini disusun semoga bermanfaat dan
dapat dijadikan sebagai sumber referensi,dan apabila
didalam penyusunan maupun isi dari buku ini terdapat
kesalahan maka dengan segala kerendahan hati kami
memohon saran dan kritik guna kesempurnaan buku
kami.Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Unaaha,7 Mei 2019

DAFTAR ISI
i
Kata Pengantar................................................................... i
Daftar Isi............................................................................ii
Sebab-sebab terjadinya variasi bahasa...............................1
Hakikat variasi bahasa.......................................................3
Faktor penyebab timbulnya keragaman bahasa.................9
Penyebab variasi bahasa menurut para ahli.......................11

42
Variasi Ditinjau dari segi bahasa pengantar ......................23
Variasi dari segi penutur/kelompok tutur...........................30
Variasi dari segi pemakaian (fungsi, gaya)........................35
Penyebab variasi bahasa ....................................................39
Daftar Pustaka....................................................................41

ii

SOSIOLINGUISTIK

SEBAB-SEBAB TERJADINYA

43
VARIASI BAHASA

KELOMPOK V :
1. CICI RIAWANTI (217 502 020)
2. ADHE REZKY (217 502 038)
3. YUSNAWATI (217 502 005)
4. MUH. ALDIANSYAH (217 502 017)
5. MUH. RAHMAN SADAODA (217 502 0 )
6. MUH. ILHAM (217 502 028)
7. ARISDAR WIRA PUTRA (217 502 025)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
KONAWE
2019

44

Anda mungkin juga menyukai