Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KAJIAN TERKAIT PEMBINAAN BAHASA

Dosen Pengampuh : Tri Riya Anggraini,S.Pd.,M,Pd

DISUSUN OLEH:

1. ELDA JUVITA 22130001

2. LATIFA INTAN KURNIA 22130009

3. JENICA SUCMA BRS 22130008

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI)

BANDAR LAMPUNG 2023


Kata pengantar

Segala Puji dan syukur Kita panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas
limpahan rahmat Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas yang berjudul “KAJIAN TERKAIT PEMBINAAN BAHASA”, Dengan dosen
pengampuh Ibu Tri Riya Anggraini, S.Pd, M.Pd. Sebagai penyusun, kami menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa
penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari saudara-saudara mahasiswa dan bapak dosen
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang
kami susun ini memberikan manfaat bagi semuanya.

Bandar Lampung,06 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................................1

1.1 KONSEPSI BAHASA.................................................................................................................1

1.2 FUNGSI BAHASA................................................................................................................1,2,3

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................................4

2.1 PEMBINAAN BAHASA INDONESIA..........................................................................................4

2.2 PENGERTIAN PEMBINAAN BAHASA INDONESIA....................................................................5

2.3 TUJUAN PEMBINAAN BAHASA INDONESIA..................................................................5,6,7,8

2.4 UPAYA PEMBINAAN BAHASA INDONESIA..................................................................8,9,10,11

2.5 PROBLEMATIK PEMBINAAN BAHASA INDONESIA.............................................................11,12

2.6 SOLUSI MENNGKATKAN PEMBINAAN BAHASA INDONESIA.............................................12,13

BAB 3 PENUTUP............................................................................................................................14

3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Konsepsi Bahasa

Sampai dengan abad XXI ini perkembangan ilmu dan teknologi menunjukkan bahwa bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional sangat
berperan sebagai sarana komunikasi. Dalam bidang akademik bahasa Indonesia telah
menunjukkan peranannya dalam berbagai disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk tulisan ilmiah
seperti makalah dan skripsi. Pada dasarnya interaksi dan macam kegiatan akademik tidak akan
sempurna atau berjalan dengan baik dan benar. Begitu pentingnya bahasa sebagai sebagai
sarana komunikasi batasan atau pengertian BAHASA adalah sarana komunikasi antaranggota
masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara lisan atau tulis.Konsepsi bahasa
tersebut menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan lambang tulisan digunakan
untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan akademik. Bahasa yang baik
dikembangkan oleh pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu
sistem.

Kaidah bahasa dalam sistem tersebut mencakup beberapa hal berikut.

(1) Sistem lambang yang bermakna dapat dipahami dengan baik oleh masyarakatnya.

(2) Berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu bersifat konvensional.

(3) Lambang sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan pemakainya (arbitrer)

(4) Sistemlambang yang terbatas itu (A—Z: 26 huruf) mampu menghasilkan kata, bentukan kata,
frasa, klausa, dan kalimat yan tidak terbatas dan sangat produktif.

(5) Sistem lambang itu (fonemis) tidak sama dengan sistem lambang bahasa lain seperti sistem
lambang bahasa Jepang (Lambang hirakana atau silabis)

1.2 Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa di atas, yaitu
fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan dimanapun. Dalam
berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut:

1. fungsi ekspresi dalam bahasa

2. fungsi komunikasi dalam bahasa


3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa

4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)

Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi lain
sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah:

1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri.

2. Fungsi lebih memahami orang lain;

3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.

4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis;

5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik (fatik).
(Keraf, 1994: 3-10)

6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda:

1) Fungsi pernyatan ekspresi diri

Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan
disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud:

a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),

b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,

c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,

d. Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.

Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu,
prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.

2) Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri.
Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri.
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan
sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi
tercapai dengan baik bila ekspresi berterima. Dengan kata lain, komunikasi berprasyarat
pada ekspresi diri.

3) Fungsi integrasi dan adaptasi sosial


Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan
merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun
dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai
sarana mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat). Dengan
demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan
orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan aturan-
aturan bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan
menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat.

4) Fungsi kontrol sosial

Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan
orang dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat
saling memahami. Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam
masyarakat. Hal positif itu terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan,
kritikan yang tajam dapat berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap
baik memberikan kesan yang tulus tanpa prasangka. Dengan kontrol sosial, bahasa
mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat seperti keahlian bicara,
penerus tradisi tau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan penanam rasa keterlibatan
(sense of belonging) pada masyarakat bahasanya
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pembinaan Bahasa Indonesia

Upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, baik dalam kedudukannya

sebagai bahasa nasional maupun bahasa negara, perlu terus ditingkatkan, terlebih pada

era global dan era perdagangan bebas seperti sekarang ini. Hal itu dimaksudkan agar

kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia tersebut menjadi semakin mantap sehingga

bahasa Indonesia dapat menjadi sarana komunikasi yang modern dan mampu

menempatkan diri sejajar dengan bahasa-bahasa modern yang lain di dunia. 

Hasil perumusan bahasa Seminar Politik Bahasa Nasional (1975) telah disebutkan bahwa

pembinaan dan pengembangan bahasa adalah usaha dan kegiatan yang ditujukan untuk

memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pengajaran

bahasa asing supaya dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya.

Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilakukan meliputi usaha-usaha


pembakuan agar tercapai pemakaina bahasa yang cermat, tetap dan efesien dalam

komunikasi. Untuk kepentingan praktis, telah diambil sikap bahwa pembinaan terutama

ditujukan kepada penuturnya, yaitu masyarakat pemakai bahasa Indonesia, dan

pengembangan terutama ditujukan kepada bahasa dalam segala aspeknya. Karena

pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda,

berikut ini dijelaskan masing-masing aspek tersebut.


2.2 Pengertian Pembinaan bahasa Indonesia

Di dalam hasil rumusan Seminar Politik Bahasa Nasional (1999) disebutkan bahwa

yangdimaksud pembinaan (bahasa) adalah upaya untuk meningkatkan mutu pemakaian

bahasa. Pembinaan bahasa adalah upaya meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui

proses belajar bahasa di semua jenis dan jenjang pendidikan serta pemasyarakatan bahasa

ke berbagai lapisan masyarakat. Pembinaan bahasa dimaksudkan untuk meningkatkan

kedisiplinan, keteladanan berbahasa Indonesia, dan sikap positif masyarakat terhadap

bahasa Indonesia. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan

bahasa merupakan upaya sadar, terencana dan sisitematis tentang peningkatan mutu

bahasa sehingga masyarakat pemakainya memiliki kebanggaan dan kegairahan

menggunakannya.

Usaha pembinaan bahasa berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan penyebaran bahasa

Indonesia ke khalayak sasaran dengan berbagai cara seperti usaha penyuluhan, penataran,

dan pendemonstrasian. Jika dipandang dari segi khalayak sebagai sasaran pembinaan

tersebut, khalayak tersebut dapat terdiri atas berbagai golongan, baik golongan penutur

asli, maupun golongan bukan penutur asli, orang yang masih bersekolah, ataupun orang

yang sudah tidak bersekolah lagi, khalayak guru pada semua jenis dan semua jenjang

pendidikan, khalayak orang yang berada di komunikasi media massa, seperti majalah,

surat kabar, radio, dan televisi, serta khalayak di bidang industri, perniagaan, penerbit,

perpustakaan, dan pada lingkungan sastrawan.

2.3 Tujuan Pembinaan Bahasa Indonesia

Tujuan pembinaan bahasa Indonesia meliputi lima hal yaitu: penumbuhan sikap positif,

meningkatkan kegairahan berbahasa Indonesia, meningkatkan keikutsertaan menjaga


mutu bahasa Indonesia, meningkatkan mutu bahasa Indonesia, dan menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar.

2.3.1 Penumbuhan Sikap Positif

Sikap adalah kesiapan mental dan saraf yang terbentuk melalui pengalaman yang

memberikan arah kepada reaksi seseorang terhadap semua objek dan keadaan

yang menyangkut sikap itu (Halim,1976:68). Sikap itu memiliki tiga komponen,

yaitu komponen kognitif, afektif, dan perilaku.

1.          Komponen kognitif adalah pengetahuan kita tentang bahasa secara keseluruhan

sampai dengan penggolongan serta hubungan-hubungan bahasa tersebut sebagai

bahasa Indonesia, bahasa asing, atau bahasa daerah.

2.          Komponen afektif  menyangkut perasaan atau emosi yang mewarnai atau menjiwai

pengetahuan yang terdapat di dalam komponen kognitif. Komponen afektif

menyangkut nilai rasa, baik atau tidak baik, suka atau tidak suka. Target yang

hendak dicapai dalam kegiatan “pembinaan” bahasa yang amat penting adalah

menumbuhkan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia.

3.          Komponen perilaku terdapat nilai moral yang muncul dan berhubungan erat

dengan kecenderungan berbuat atau beraksi dengan cara tertentu.

Lebih lanjut, target yang hendak dicapai dalam kegiatan “pembinaan” bahasa

yang amat penting adalah menumbuhkan sikap yang positif terhadap bahasa

Indonesia. Sikap positif tersebut tidak dapat diukur dengan angka-angka, tetapi

dapat dilihat dalam komponen perilaku. Komponen perilaku berhubungan erat

dengan kecenderungan berbuat atau beraksi dengan cara tertentu. Dalam

hubungan ini ada nilai moral yang muncul. Dalam mengukur keberadaan sikap

positif ada beberapa pertanyaan yang dapat dipakai, yaitu:

1.          seberapa jauh kita telah mencintai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan

sebagai bahasa persatuan?


2.          Seberapa jauh kita merasa memiliki bahasa kita itu sebagai kekayaan yang tiada

ternilai harganya?

3.          Seberapa jauh kita merasa bertanggung jawab untuk mempertahankan keberadaan

bahasa kita di di bumi Ibu Pertiwai?

Jika rasa cinta, rasa memiliki, rasa berkewajiban untuk mempertahankan, dan rasa

bangga terhadap bahasa Indonesia telah tumbuh, berarti pembinaan bahasa

Indonesia terhadap khalayak telah berhasi

2.3.2 Meningkatkan KegairahanBerbahasa Indonesia

Kegiatan pembinaan juga mempunyai target dalam meningkatkan kegairahan

berbahasa Indonesia. Target ini dapat diukur dengan pertanyaan, seberapa banyak

seseorang itu secara konsisten bergairah memakai bahasa Indonesia? Jika

seseorang telah bergairah memakai bahasa Indonesia dalam berkomunikaasi

dengan orang lain, orang itu harus meningkatkan lagi kegairahannya itu dalam

mempergunakan bahasa Indonesia.

Contoh:

Saya harus menyampaikan hasil meeting semalam. Berita ini jangan terlalu di-

blow up karena bisa menimbulkan konflik. Jangan asal share isyu-isyu yang

belum jelas karena bisa saja itu hoax. Ingat, hindari bully-mem-bully di sosmed.

Kutipan di atas memperlihatkan ketidakbergairahan memakai bahasa

Indonesia. Teks tersebut banyak menggunakan kata-kata asing yang sudah ada

padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata meeting sama dengan

pertemuan; Kata di-blow up sama dengan dibesar-besarkan;

kata share berpadanan dengan kata berbagi; kata hoax berpadanan dengan

kata bohong/tidak benar; dan kata bully berpadanan dengan kata mengejek.

2.3.3 Menjaga Mutu Bahasa Indonesia


Kegiatan pembinaan harus pula terlihat dalam kegiatan meningkatkan

keikutsertaan masyarakat sasaran dalam menjaga mutu bahasa Indonesia. Apa

yang disebut dengan “mutu” bahasa itu harus dihubungkan ketepatan bentuk

bahasa yang digunakan. “Apakah bentuk frase mengejar ketinggalan sudah

benar dalam bahasa Indonesia?,” pertanyaan itu merupakan bentukpelibatkan diri

dalam kegiatan pembinaan bahasa. Dengan demikian, target mudah diukur,

seberapa jauh orang bertanya tentang kebenaran kata, frase, dan kalimat. Jadi, jika

orang telah meragukan tentang bentuk-bentuk bahasa dan ingin tahu bentuk yang

benar dari suatu untaian kata, frase, atau kalimat berarti sudah terbina  bahasanya

dengan baik.

2.3.4    Meningkatkan Mutu Bahasa

Dalam hal ini berhubungan erat dengan menjaga mutu bahasa para pendukung

bahasa. Mutu bahasa yang dimaksudkan itu berhubungan erat dengan penggunaan

bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2.3.5     Menggunakan Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar

Pembinaan bahasa dimaksudkan agar setiap penutur bahasa Indonesia dapat

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, normatif dan

komunikatif.

2.4 Upaya Pembinaan Bahasa Indonesia

Usaha-usahapembinaan ini mencakup upaya peningkatan sikap, pengetahuan, dan

keterampilan berbahasa.Usaha pembinaan yang dilakukan, antara lain, melalui

pengajaran, pemasyarakatan, peran media massa, dan jalur kepemimpinan.

A. Pengajaran
Usaha pembinaan melalui pengajaran bahasa Indonesia melalui sistem

persekolahandilakukan dengan mempertimbangkan bahasa sebagai satu keseluruhan

berdasarkan kontekspemakaian yang ditujukan untuk peningkatan mutu penguasaan dan

pemakaian bahasa yang baikdengan tidak mengabaikan adanya berbagai ragam bahasa

Indonesia yang hidup dalammasyarakat. Peningkatan mutu pendidikan bahasa itu

dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:

1.             pengembangan kurikulum bahasa Indonesia;

2.             pengembangan bahan ajar yang sesuai dengankebutuhan siswa dan perkembangan

metodologi pengajaran bahasa;

3.             pengembangan tenagakependidikan kebahasaan yang profesional; dan

4.             pengembangan sarana pendidikan bahasa yangmemadai, terutama sarana uji kemahiran

bahasa.

B.            Pemasyarakatan

Usaha pembinaan dapat pula dilakukan melalui pemasyarakatan bahasa

Indonesia.Pemasyarakatan bahasa Indonesia ini dimaksudkan untuk meningkatkan sikap

positif masyarakatterhadap bahasa Indonesia dan meningkatkan mutu

penggunaannya. Pemasyarakatan bahasa Indonesia dilakukan melalui penyuluhan

langsung dan penyuluhan tidak langsung. Penyuluhan langsung dilakukan dengan cara

bersemuka (bertatap muka) antara peserta penyuluhan (pesuluh) dan penyuluh.

Sementara itu, penyuluhan tidak langsung, antara lain, dilakukan melalui media

elektronik.

Penyuluhan langsung yang sudah dilakukan adalah penyuluhan untuk guru (khususnya

guru nonbahasa), kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha sekolah, dan

para pejabat di kantor pemerintahan, baik di Jakarta maupun di luar Jakarta.  Penyuluhan

melalui media elektronik yang telah dilakukan selama ini adalah penyuluhan di TVRI dan

RRI. Penyuluhan di TVRI dilakukan melalui program Bahasa Indonesia yang Benar
(BINAR), sedangkan penyuluhan di RRI dilakukan melalui program Aku Cinta Bahasa

Indonesia (ACBI), Mercu Bahasa, dan Pujangga (Badan Bahasa, 2016).

C.            Peran Media Massa

Media massa memiliki fungsi sangat strategis dalam upaya pembinaan bahasa

Indonesia.Media massa, baik itu media cetak ataupun media elektronik memiliki

jangkauan yangsangat luas. Negara kita wilayahnya luas sekali dan juga memiliki banyak

pulau. Hal ini tentunyamembutuhkan alat komunikasi yang dapat menjangkau semua

wilayah itu.

Media massa selama ini dijadikan konsumsi sehari-hari oleh sebagian besar

masyarakatIndonesia. Oleh karena itu, menempatkan media massa sebagai salah satu

upaya pembinaanbahasa Indonesia adalah hal yang tepat. Dikatakan tepat oleh karena

melalui media massamasyarakat yang tersebar luas itu dapat membaca atau

mendengarkan secara langsung bahasaIndonesia yang digunakan oleh media massa

tersebut. Jika bahasa Indonesia yang digunakantersebut adalah bahasa Indonesia yang

benar, ini berarti bahwa secara tidak langsung pulamasyarakat telah diarahkan untuk

menggunakan bahasa Indonesia yang benar pula. BahasaIndonesia yang digunakan dalam

media massa sangat mempengaruhi kebiasaan berbahasa parapembaca media massa

tersebut. Jika bahasa Indonesia yang digunakan dalam media massatersebut tidak sesuai

dengan kaidah, maka hal ini akan merusak penggunaan bahasa Indonesia.

D.           Jalur Kepemimpinan

Bahasa seorang pemimpin, baik pejabat maupun pemuka masyarakat, berpengaruh

terhadap masyarakat. Akhiran -ken Presiden Soeharto, misalnya,  hampirseluruh pejabat

di bawahnya termasuk para pegawai rendahan dengan latah ikut-ikutan bertuturseperti


beliau. Padahal, bawahannya belum tentu memiliki bahasa ibu yang sama

denganPresiden Soeharto. Pada saat itu hampir setiap pejabat bertutur selalu

menggunakan bahasaIndonesia yang kental dengan dialek yang dipakai Presiden

Soeharto.  Dengan demikian, pejabat tidak hanya dituntut dapat berbahasa dengan santun,

tetapi juga mampu menunjukkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar

agar dapat memotivasi masyarakat untuk berbahasa dengan baik dan benar pula.

2.5 Problematik Pembinaan Bahasa Indonesia

Upaya peningkatan kualitas penggunaan bahasa Indonesia bagi masyarakat Indonesia

masih menghadapi banyak persoalan. Persoalan mendasar adalah masih rendahnya sikap

positif berbahasa Indonesia di masyarakat penutur bahasa Indonesia. Kompetensi

berbahasa Indonesia dianggap tidak penting dikuasai, sebaliknya penguasaan bahasa

asing sangat didambakan. Sikap meremehkan bahasa Indonesia ini berakibat pada tidak

dipelajarinya segala aturan kebahasaan Indonesia. Walhasil, bahasa Indonesia yang yang

digunakan cendrung salah. Awak media massa belum sepenuhnya menyugukan bahasa

Indonesia yang diharapkan. Penggunaan kalimat yang tidak efektif, diksi yang tidak

tepat, atau pengggunaan kata/istilah bahasa Indonesia yang tidak konsisten banyak

dtemukan di beragam media. Pejabat pun masih banya yang belum konsisten

menggunakan bahasa Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang ditemukan sebagai penyebab problematika

pembinaan bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran diantaranya sebagai berikut. (1)

kurangnya kesadaran sikap positif pemakai bahasa, (2) ingin gagah “hebat”(3) faktor

psikologis, (4) ketidaksengajaan pemakaian bahasa, (5) pengaruh bahasa Inggris, (6)

pengaruh bahasa daerah, (7) pengaruh penggunaan bahasa gaul, (8) kurangnya

pemahaman terhadap aturan bahasa Indonesia, dan (9) faktor lingkungan.


Jika faktor-faktor semacam ini tidak segera diatasi maka jati diri dan kepribadian bahasa

Indonesia akan terkikis bahkan hilang. Berkaitan dengan hal itulah, maka perlu dicarikan

bagaimana strategi yang tepat dalam mekanisme berkomunikasi demi terjaganya

eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, pemersatu, dan identitas bangsa

Indonesia.

2.6 Solusi Meningkatkan Pembinaan Bahasa Indonesia

Untuk meningkatkan kembali eksistensi bahasa Indonesia strategi yang ditempuh untuk

meningkatkan pembinaan bahasa Indonesia maka strategi yang kiranya dapat ditempuh

adalah

(1) menyadarkan diri pemakai bahasa akan pentingnya memiliki sikap positif berbahasa

Indonesia,

(2) peningkatan penggunaan bahasa dengan baik dan benar di kalangan pejabat dan awak

media massa, 

(3) menghilangkan rasa “malu” dan “enggan” dalam mempergunakan bahasa Indonesia

yang baik dan benar

(4) pembatasan penggunaan bahasa Inggris, bahasa daerah, ataupun bahasa gaul dalam

berkomunikasi formal

(5) penanaman pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar,

(6) menjadikan lembaga pendidikan sebagai basis pembinaan bahasa,

(7) peningkatan mutu sumber daya para pakar

(8) kegiatan penyuluhan bahasa di luar bulan bahasa dan sastra.

Berdasarkan kedeladapan strategi ini diharapakan kepada seluruh lapisan masyarakat,

mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua, baik golongan yang terdidik

maupun nonterdidik untuk sadar dan berhenti “mengambing hitamkan”globalisasi dan

egoisme pribadi sebagai tolok ukur derajat inteletualitas pemakai bahasa. Oleh karena itu,
sebaiknya kaum terpelajar atau pun orang-orang yang berpengaruh dalam masyarakat

hendaknya menjadi contoh atau teladan dalam berbahasa Indonesia yang sesuai dengan

kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.


BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, baik dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional maupun bahasa negara, perlu terus ditingkatkan, terlebih pada
era global dan era perdagangan bebas seperti sekarang ini. Oleh karena itu prmbinaan
bahasa di era sekarang ini sangat penting agar bahasa Indonesia tidak hilang dan tetap
menjadi identitas bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

http://gerydoc.blogspot.com/2016/10/pembinaan-bahasa-
indonesia.html?m=1
https://sg.docworkspace.com/l/sIMeEh_WWAejm758G

Anda mungkin juga menyukai