Anda di halaman 1dari 10

KESATUAN TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA PEMBELAJARAN DI

KELAS : KAJIAN ETNOGRAFI KOMUNIKASI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etnolinguistik

Kelompok 7

Oleh :

1. Doni Noviarto NIM 121811133


2. Elida Aina Cahya Ningtyas NIM 121811133116
3. Finsa Abdi Firmansyah NIM 121811133151
4. Almaas Haniifah Irbah NIM 121811133155

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Bentuk
Kesantunan Tindak Tutur Ber - BI dalam Pembelajaran di Kelas: Kajian Etnografi
Komunikasi”.

Makalah ini merupakan tugas untuk melengkapi dan memenuhi mata kuliah Etnolinguistik
yang diampu oleh Ibu Dr. Ni Wayan Sartini, M. Hum.Makalah ilmiah ini telah penulis susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Dan harapan penulis semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman dari penulis, maka penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 20 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………....
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..
1.4 Manfaat………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bentuk-bentuk Representasi Bentuk Kesantunan Tindak Tutur B e r - B I dalam

Pembelajaran di Kelas …………………………………………………………………..

2.2 Fungsi social budaya dalam Kesantunan Tindak Tutur B e r - B I dalam Pembelajaran di
Kelas…………………………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Percakapan dalam pembelajaran dikelas merupakan realitas komunikasi yang


menggunakan bahasa yang berlangsung menggunakan interaksi sosial, karena pada prinsipnya
percakapan tersebut menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial. Oleh
sebab itu percakapan tidak lepas dari pengaruh sosial budaya. Hal itu sesuai pandangan
fungsional terhadap bahasa bahwa bahasa sebagai sistem tanda tidak terlepas dari faktor
eksternal yaitu cirri sosial, cirri demografi dan sebagainya dan berarti pula bahwa fungsi bahasa
tidak saja hanya untuk berkomunikasi tetapi juga menunjukkan identitas sosial bahkan budaya
pemakaiannya (Brown dan Yule, 1986; Kartomiharjo, 1988; Ibrahim ,1996).

Berdasarkan pandanga tersebut, penggunaan bahasa pada percakapan dalam pembelajaran


dikelas merupakan fenomena sosial budaya yang tidak terlepas dari tradisi berbahasa penuturnya.
Hal itu dibenarkan oleh Brown (1980) karena dalam berbahasa pelaku tutur senantiasa dilatari
oleh faktor sosial dan nilai budaya atau tradisi disekitarnya. Kebiasaan dapat bervariasi pada satu
tempat dengan tempat yang lain, antara satu bangsa dengan bangsa lain.

Percakapan dalam pembelajaran dikelas juga ditandai dengan adanya hubungan antara
penutur dan mitratutur. Hymnes (1974) mengatakan bahwa berkomunikasi merupakan hubungan
antara penutur atau penulis sebagai pemberi pesan kepada mitratutur atau pembaca sebagai
penerima pesan.

Sesuai dengan pandangan fungsionalisme tersebut, pemakaian bahasa dalam interaksi tidak
dapat dilepaskan dari fungsi bahasa dan komponen-komponen interaksi lainnya. Keberhasilan
pemakaian bahasa sebagai sarana interaksi dengan fungsi tersebut dipengaruhi oleh faktor pelaku
tutur dan konteks yang melatarinya. Oleh sebab itu pemakaian bahasa dapat dipandang sebagai
sistem yang ada didalamnya yang melibatkan komponen kebahasaan, pelaku tutur dan konteks
tersebut. dengan kata lain aktivitas bahasa berbahasa senantiasa dipengaruhi oleh komponen
kebahasaan, hal-hal yang berkaitan dengan pelaku tutur, dan faktor sosial budaya sebagai
konteks percakapan.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemakaian bahasa pada percakapan dalam pembelajaran
dikelas menarik untuk diperhatikan dan dipahami. Sesuai dengan pandangan fungsional terhadap
bahasa, untuk memahami pemakaian bahasa dapat dilakukan dengan memandang percakapan
dalam pembelajaran yang ada dikelas sebagai peristiwa komunikasi dan peristiwa tutur
bersemuka. Peristiwa komunikasi dapat ditandai dengan percakapan antara mitratutur dan
penutur yang bersifat resiprokal bersemuka yang bentuknya ditentukan oleh tujuan sosial
(Richard, 1995:3). Dalam mengkaji pemakaian bahasa guru dan siswa dalam bercakapan dalam
pembelajaran di kelas, tuturan dapat dioandang sebagai tindak tutur dan harus ditempatkan
dalam keseluruhan konteks peristiwa tutur sesuai dengan konteks sosial budaya.

Oleh sebab itu sebagai suatu bentuk tuturan yang digunakan dalam konteks sosial budaya,
percakapan dosen dan mahasiswa dalam pempelajaran di kelas dapat dikatakan mengekspresikan
nilai-nilai kesantunan ternetu yang disebut kesantunan tindak tutur. Sesuai dengan fakta tersebut
senantiasa dipengaruhi faktor sosial budaya setempat

Percakapan tersebut terjadi dalam proses komunikasi di salah satu kelas ruang belajar
kuliah antara dosen dengan mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. Pada
percakapan tersebut berisi tindak direktif yang mengandung perintah agar mahasiswa
mengerjakan soal ke depan kelas. Namun setelah menerima jawaban mahasiswa tersebut dosen
melalui tuturan yang mengekspresikan ketidaksenangannya karena waktu yang diberikan untuk
pengerjaannya cukup lama.

Namun, terkait dengan budaya penuturnya, kesantunan juga merupakan fenomena budaya
yang menunjukkan perbedaan antara satu bangsa dengan bangsa yang lain. Satu daerah dengan
daerah yang lain, bahkan satu etnis dengan etnis yang lainnya. Dalam kaitan ini kesantunan
terkait oleh norma-norma budaya yang melingkupi penutur dan mitratutur dalam berkomunikasi.
Dalam konteks tersebut menurut Duranti (2000), budaya dapat dipandang sebagai sistem
mediasi, budaya mengorganisasikan penggunaan alat-alat dalam berbagai aktivitas. Menurut
pandangan tersebut, budaya mencakup objek material dan idenasional. Percakapan budaya
sebagai sistem praktik memandang bahasa sebagai serangkaian praktik yang tidak hanya
menyiratkan kata-kata dan kaidah gramatikal, tetapi juga simbol-simbol tertentu.

Sesusatu dengan pandangan tersebut percakapan dalam sebuah pembelajaraan di kelas


dapat dikatakan sebagai suatu budaya berkomunikasi. Budaya yang dimaksud disini adalah
sistem kaidah berkomunikasi dan interaksi dalam pembelajaran di kelas sebagai dimensi
pendidikan yang bersifat formal yang diwarnai oleh faktor sosial budaya masyarakat tuturnya
antara dosen dan mahasiswa. Sebagai masyarakat tutur, guru dan siswa dianggap secara
bersama-sama telah mempunyai pengetahuan dan kesepakatan tentang kaidah bertutur pada
interaksi dalam sebuah pembelajaran.

Pemakaian bahasa atau tuturan guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas merupakan
representasi penggunaan wujud kesantunan tindak tutur, penggunaan fungsi kesantunan tindak
tutur, dan penggunaan strategi kesantunan tindak tutur yang diwarnai sosial budaya.

Oleh sebab itu, sebagai suatu bentuk tuturan yang digunakan dalam konteks sosial budaya,
percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas dapat dikatakan mengekspresikan
nilai-nilai kesantunan tertentu, yang dalam penelitian ini disebut kesantunan tindak tutur.
Kesantunan tindak tutur berbahasa Indonesia (selanjutnya disebut ber-BI.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dirumuskan permasalahan berikut.
a. Apa sajakah bentuk-bentuk Representasi Bentuk Kesantunan Tindak Tutur B e r - B
I dalam Pembelajaran di Kelas?
b. Apa saja fungsi-fungsi Kesantunan tindak Tutur B e r - B I dalam Pembelajaran di
Kelas?

1.2 Tujuan Penelitian


a. Mendeskripsikan bentuk-bentuk Representasi Bentuk Kesantunan T indak Tutur Be
r - B I d alam Pembelajaran di Kelas dan mengalisis manfaatnya
b. Mengalisis fungsi social budaya dalam Kesantunan Tindak Tutur B e r - B I dalam
Pembelajaran di Kelas
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasat untuk penelitian berikutnya dan
menambah teori-teori baru untuk penelitian yang sejenis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk-bentuk Representasi Bentuk Kesantunan Tindak Tutur B e r - B I


dalam Pembelajaran di Kelas

Kesantunan tindak tutur ber-BI dalam pembelajaran di kelas direpresentasikan atas


tuturan bermodus deklaratif, interogatif, dan imperatif. Kesantunan tindak tutur bermodus
deklaratif merepresentasikan tindak meminta, tindak memerintah, tindak memuji, dan tindak
menasihati. Dosen menggunakan modus deklaratif untuk meminta mahasiswa memerhatikan
pembelajaran ketika pembelajaran akan dimulai. Permintaan dosen direspons siswa dengan
positif. Dosen menempatkan diri setara dengan mahasiswa. Dengan menggunakan kata ganti
orang pertama jamak kita, dosen membangun kesetaraan dengan maha siswa meskipun
sesungguhnya peran dan status mereka berbeda.

Begitu juga penggunaan modus deklaratif yang merepresentasikan tindak


memerintah. Perintah yang diberikan dosen terkait peran masing-masing siswa di dalam
pembelajaran di kelas. Dengan mengungkapkan tuturan bermodus deklaratif, berdasarkan
konteks tuturan, mahasiswa telah memahami bahwa ilokusi yang terkandung di dalam tuturan
dosen tersebut mengandung perintah. Perintah untuk mempersiapkan diri masing-masing
dalam kegiatan kelas, baik yang akan bertindak sebagai pembicara, moderator maupun notulis.
Kesantunan tindak tutur bermodus interogatif merepresentasikan tindak meminta,
tindak mengklarifikasi, dan tindak menagih. Tindak meminta digunakan dosen ketika
melakukan apersepsi di kelas. Dosen meminta siswa untuk menjawab pertanyaan mengenai
materi yang sudah disajikan sebelumnya. Sebaliknya, mahasiswa menggunakan modus
interogatif untuk meminta dosen menjelaskan materi yang dibahas. Tindak mengklarifikasi
dilakukan dosen ketika mengecek pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah
dipelajari. Tindak menagih digunakan dosen ketika mengingatkan mahasiswa akan janjinya
untuk melaksanakan diskusi kelas.

Kesantunan tindak tutur bermodus imperatif merepresentasikan tindak menyuruh dan


tindak meminta. Tindak menyuruh digunakan guru ketika menyuruh siswa membuat
kalimat serta membuat simpulan dalam pembelajaran. Sedangkan tindak meminta
digunakan oleh dosen dan mahasiswa. Dosen meminta mahasiswa menjelaskan konsep
pembelajaran. Sebaliknya, sebagai contoh mahasiswa meminta dosen menjelaskan topik yang
akan ditulis menjadi makalah.

Modus deklaratif juga digunakan dosen untuk tidak memuji. Dosen memuji
mahasiswanya ketika berhasil menjawab pertanyaan. Pujian dosen dengan metode deklaratif
memperlihatkan bahwa dosen senang atas jawaban mahasiswa. Tuturan dosen yang panjang,
mengungkapkan pujian permintaan kepada mahasiswa .

2.2 Representasi kesantunan fungsi dalam kesantunan Tindak Tutur B e r - B I dalam


Pembelajaran di Kelas

Fungsi dalam kesantunan Tindak Tutur Ber-BI dalam Pembelajaran di Kelas


direpresentasikan ke dalam tindak direktif dan ekspresif Kesantunan tindak tutur ber-BI pada
tindak direktif merepresentasikan fungsi permintaan ,pengizinan, menasihati, perintah, dan
melarang. Kesantunan tindak tutur ber-BI pada tindak ekspresif merepresentasikan fungsi
memuji dan mengucapkan terima kasih. Di dalam fungsi permintaan, temuan penelitian ini
memperlihatkan bahwa semua peserta tutur dapat menggunakan tuturan yang berfungsi
permintaan. Dosen menggunakan tuturan yang berfungsi permintaan untuk mencapai tujuan
tutur, yakni materi pembelajaran. Mahasiswa menggunakan tuturan yang berfungsi permintaan
untuk memperjelas konsep pembelajaran.
Daftar Pustaka

Dedy , Mulyana. 2010 Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Dwi , Ratna. 2008. Teori Komunikasi. Jakarta: Renata Pratama Media

Engkus, Kuswarno. 2008. Etnografi Komunikasi. Penerbit: Widya

Padjajaran, 2008

Ibrahim, Abd. Syukur. 1994. Etnografi Komunikasi.Surabaya:

Usaha Nasional.

James, P. 2004. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya

Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo

Anda mungkin juga menyukai