Kelompok 7
Oleh :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Bentuk
Kesantunan Tindak Tutur Ber - BI dalam Pembelajaran di Kelas: Kajian Etnografi
Komunikasi”.
Makalah ini merupakan tugas untuk melengkapi dan memenuhi mata kuliah Etnolinguistik
yang diampu oleh Ibu Dr. Ni Wayan Sartini, M. Hum.Makalah ilmiah ini telah penulis susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Dan harapan penulis semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman dari penulis, maka penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Fungsi social budaya dalam Kesantunan Tindak Tutur B e r - B I dalam Pembelajaran di
Kelas…………………………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Percakapan dalam pembelajaran dikelas juga ditandai dengan adanya hubungan antara
penutur dan mitratutur. Hymnes (1974) mengatakan bahwa berkomunikasi merupakan hubungan
antara penutur atau penulis sebagai pemberi pesan kepada mitratutur atau pembaca sebagai
penerima pesan.
Sesuai dengan pandangan fungsionalisme tersebut, pemakaian bahasa dalam interaksi tidak
dapat dilepaskan dari fungsi bahasa dan komponen-komponen interaksi lainnya. Keberhasilan
pemakaian bahasa sebagai sarana interaksi dengan fungsi tersebut dipengaruhi oleh faktor pelaku
tutur dan konteks yang melatarinya. Oleh sebab itu pemakaian bahasa dapat dipandang sebagai
sistem yang ada didalamnya yang melibatkan komponen kebahasaan, pelaku tutur dan konteks
tersebut. dengan kata lain aktivitas bahasa berbahasa senantiasa dipengaruhi oleh komponen
kebahasaan, hal-hal yang berkaitan dengan pelaku tutur, dan faktor sosial budaya sebagai
konteks percakapan.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemakaian bahasa pada percakapan dalam pembelajaran
dikelas menarik untuk diperhatikan dan dipahami. Sesuai dengan pandangan fungsional terhadap
bahasa, untuk memahami pemakaian bahasa dapat dilakukan dengan memandang percakapan
dalam pembelajaran yang ada dikelas sebagai peristiwa komunikasi dan peristiwa tutur
bersemuka. Peristiwa komunikasi dapat ditandai dengan percakapan antara mitratutur dan
penutur yang bersifat resiprokal bersemuka yang bentuknya ditentukan oleh tujuan sosial
(Richard, 1995:3). Dalam mengkaji pemakaian bahasa guru dan siswa dalam bercakapan dalam
pembelajaran di kelas, tuturan dapat dioandang sebagai tindak tutur dan harus ditempatkan
dalam keseluruhan konteks peristiwa tutur sesuai dengan konteks sosial budaya.
Oleh sebab itu sebagai suatu bentuk tuturan yang digunakan dalam konteks sosial budaya,
percakapan dosen dan mahasiswa dalam pempelajaran di kelas dapat dikatakan mengekspresikan
nilai-nilai kesantunan ternetu yang disebut kesantunan tindak tutur. Sesuai dengan fakta tersebut
senantiasa dipengaruhi faktor sosial budaya setempat
Percakapan tersebut terjadi dalam proses komunikasi di salah satu kelas ruang belajar
kuliah antara dosen dengan mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. Pada
percakapan tersebut berisi tindak direktif yang mengandung perintah agar mahasiswa
mengerjakan soal ke depan kelas. Namun setelah menerima jawaban mahasiswa tersebut dosen
melalui tuturan yang mengekspresikan ketidaksenangannya karena waktu yang diberikan untuk
pengerjaannya cukup lama.
Namun, terkait dengan budaya penuturnya, kesantunan juga merupakan fenomena budaya
yang menunjukkan perbedaan antara satu bangsa dengan bangsa yang lain. Satu daerah dengan
daerah yang lain, bahkan satu etnis dengan etnis yang lainnya. Dalam kaitan ini kesantunan
terkait oleh norma-norma budaya yang melingkupi penutur dan mitratutur dalam berkomunikasi.
Dalam konteks tersebut menurut Duranti (2000), budaya dapat dipandang sebagai sistem
mediasi, budaya mengorganisasikan penggunaan alat-alat dalam berbagai aktivitas. Menurut
pandangan tersebut, budaya mencakup objek material dan idenasional. Percakapan budaya
sebagai sistem praktik memandang bahasa sebagai serangkaian praktik yang tidak hanya
menyiratkan kata-kata dan kaidah gramatikal, tetapi juga simbol-simbol tertentu.
Pemakaian bahasa atau tuturan guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas merupakan
representasi penggunaan wujud kesantunan tindak tutur, penggunaan fungsi kesantunan tindak
tutur, dan penggunaan strategi kesantunan tindak tutur yang diwarnai sosial budaya.
Oleh sebab itu, sebagai suatu bentuk tuturan yang digunakan dalam konteks sosial budaya,
percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas dapat dikatakan mengekspresikan
nilai-nilai kesantunan tertentu, yang dalam penelitian ini disebut kesantunan tindak tutur.
Kesantunan tindak tutur berbahasa Indonesia (selanjutnya disebut ber-BI.
BAB II
PEMBAHASAN
Modus deklaratif juga digunakan dosen untuk tidak memuji. Dosen memuji
mahasiswanya ketika berhasil menjawab pertanyaan. Pujian dosen dengan metode deklaratif
memperlihatkan bahwa dosen senang atas jawaban mahasiswa. Tuturan dosen yang panjang,
mengungkapkan pujian permintaan kepada mahasiswa .
Padjajaran, 2008
Usaha Nasional.