Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Bahasa Indonesia dalam Pendidikan Fisika

Disusun oleh:
Proki Karandja Hawur
192018005 (Pendidikan Fisika)

Universitas Kristen Satya Wacana


SALATIGA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat kasih
karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah yang berjudul “Etika dalam
Ilmu dan Penerapannya” ini sebagai pemenuhan tugas dari Mata Kuliah Bahasa Indonesia.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Dosen pengampu, juga untuk memperkaya Ilmu pengetahuan para Mahasiswa, khususnya
bagi penulis. Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat diatasi. Pada
kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat
dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Salatiga, 24 Maret 2020

Proki Karandja
Hawur
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………….

DAFTAR ISI ………………………………………………….

BAB I Pendahuluan ………………………………………………….

a. Latar Belakang ………………………………………………….


b. Rumusan Masalah ………………………………………………….
c. Tujuan ………………………………………………….

BAB II Pembahasan ………………………………………………….

a. Landasan Teori ………………………….


b. Peran Bahasa ………………………………………….
c. Miskonsepsi ………………………….
d. Masalah Ilmu Fisika dan Solusinya …………………….

BAB III Penutup ………………………………………………….

a. Kesimpulan ………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….

LAMPIRAN ………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Hal
ini mengindikasikan bahwa pendidikan yang berkualitas mampu menghasilkan SDM
yang siap menghadapi tantangan dan persaingan di abad 21 yang semakin kompleks.

Bahasa merupakan alat komunikasi anatara yang satu dengan yang lain. Dengan
bahasa semua hal dapat dimengerti maksud dan tujuan tertentu. Selain itu bahasa juga
digunakan untuk menyampaikan sesuatu hal, gagasan (pendapat), ide, kepada orang lain
agar bisa memahami apa yang kita inginkan. Apabila suatu masyarakat berkembang
dengan baik, maka bahasa akan berkembang dengan baik, tanpa adanya bahasa (termasuk
bahasa Indonesia) IPTEK tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa
Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran
ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana
berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan
dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa
sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan
bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa merupakan cermin dari daya
nalar (pikiran).

Dalam pembelajaran fisika di Indonesia bahasa indonesia punya peranan penting,


bahasa digunakan sebagai wahana penyampaian materi, penggunaan bahasa yang baik
dalam proses akan menghasilkan hasil yang baik demikian pula sebaliknya penggunaan
bahasa yang tidak baik akan memperoleh hasil yang tidak baik pula. Dalam hal ini
kemajuan pembelajaran fisika harus seimbang dengan bahasa yang digunakan

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara bahasa Indonesia dengan pendidikan fisika?
2. Bagaimana bahasa Indonesia digunakan dalam pendidikan fisika, terutama dalam
pemecahan masalah ilmu fisika?
C. Tujuan Pembahasan
Sejalan dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka makalah ini
bertujuan untuk memahami dan mendiskripsikan tentang:
1. Hubungan antara bahasa Indonesia dengan pendidikan fisika
2. Penggunaan bahasa Indonesia dalam pendidikan fisika, teruma dalam pemecahan
maalah ilmu fisika.

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori

Kimble & Garmezy (Brown, 2000) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan


perubahan perilaku positif perserta didik yang relatif permanen sebagai akibat dari
berbagai latihan yang telah diterapkan sebelumnya. Pembelajaran meliputi kegiatan
memilih, mengorganisir, dan mengintergrasikan penetahuan yang terjadi sepanjang tahap
pengembangan daya ingat peserta didik (Falvo, 2008). Pada hakikatnya, pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik, baik interaksi secara
langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan
menggunakan berbagai media pembelajaran (Rusman 210: 134).

Sementara itu, tujuan pembelajaran fisika adalah mengembangkan kemampuan


bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunkan konsep dan
prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah
baik secara kualitatif maupun kuantitatif (iqrofisika, 2011). Untuk mencapai tujuan
pembelajaran fisika yang diharapkan, maka diperlukan keterampilan berbahasa, baik
keterampilan untuk memahami maupun keterampilan menggunakan bahasa komunikasi
antara guru dan siswa.

B. Peran Bahasa

Berkaitan dengan peran bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-
hari, Hakuta (Zamzani, 2014) menjelaskan bahwa bahasa merupakan dasar pemikiran
seseorang, karena bahasa merupakan wahana berpikir atau bernalar. Agar komunikasi
bahasa antara guru dan siswa menjadi efektif, maka harus disesuaikan dengan konteks
yang akan disampaikan dalam pertuturan (pembelajaran). Levinson (Zamzani, 2014)
mengungkapkan bahwa konteks bahasa mengarah pada konteks pertuturan atau konteks
situasi yang dapat mencangkup aspek identitas partisipan, waktu dan tempat peristiwa
komunikasi, topik pertuturan, dan tujuan pertuturan. Tujuan pertuturan adalah
memperoleh pemahaman konsep yang tahan lama untuk memecahkan berbagai masalah
dalam konteks pembelajaran fisika.

Long (1985) mengemukakan bahwa pembelajaran dapat terjadi apabila siswa


memperoleh input yang dapat dimengerti (comprehensible input) sebagai hasil dari
interaksi bahasa yang bermakna. Brown (Astika, 2015) memaparkan bahwa pembelajaran
yang bermakna harus didasarkan pada beberapa prinsip berikut:
1. Tujuan belajar adalah mengembangkan semua komponen kompetensi komunikatif
(gramatik, discourse, sosiolinguistik, strategic, dan pragmatik).
2. Kegiatan pembelajaran didisain untuk melatih siswa dalam menggunakan bahasa
secara bermakna dalam konteks yang otentik.
3. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa
yang dapat digunakan oleh siswa ketika membutuhkan bahasa di luar kelas.
4. Kelancaran berbahasa (fluency) dan ketepatan gramatik (accuracy) dianggap sebagai
dua aspek kemampuan berbahasa yang saling melengkapi.
Bahasa sebagai alat interaksi pada pembelajaran secara umum muncul pada tata
bahasa, gaya bahasa dan tutur kata yang digunakan seorang guru dalam memberikan
pelajaran. Sehingga pemahaman seorang anak dalam mencerna materi cukup dipengaruhi
bahasa yang dipergunakan guru, terlebih bagi guru yang mengunakan metode ceramah
untuk menjelaskan suatu pokok bahasan.
Adapun bahasa pada kegiatan pembelajaran kelas memiliki peranan sebagai berikut:
1. Alat Interaksi Alamiah (Nature Interaction)
Bahasa pada pembelajaran merupakan alat yang alami dan media paling
mudah yang digunakan guru untuk menjelaskan suatu pokok bahasan. Guru dalam
berinteraksi mengandalkan bunyi (vokal) yang dibentuk mulut berupa lafal/ejaan
yang difahami penerima pelajaran (murid). Demikian halnya murid
mempergunakan indra pendengaran untuk menyimpan pengertian terhadap vokal
tersebut dalam fikiran mereka. Maka, bahasa yang selaras dan saling dimengerti
antara guru dan murid cukup berpengaruh terhadap terjadinya proses interaksi
belajar (learning interaction) yang tepat. Seperti di Indonesia guru mempergunakan
bahasa Indonesia dalam mengajar karena murid mengerti bahasa tersebut, atau pada
sebagian daerah.
2.  Pematangan Interaksi (Mature Interaction)
Pada tahapan Mature Interaction bahasa lebih berkembang dibandingkan
interaksi alamiah, kegiatan pembelajaran lebih mendalam karena bahasa telah
berperan sebagai alat penghubung antara satu pokok fikiran materi pelajaran dengan
pokok fikiran berikutnya. Dengan pengunaan bahasa yang tepat dari seorang guru,
murid dapat menandai hubungan keterkaitan dan rangkaian kata secara bertahap
untuk lebih difahami, sehingga tercipta interaksi yang selaras antara kedua belah
pihak.
3. Struktur Interaksi (Structure interaction)
Ketepatan penggunaan tata bahasa, gaya bahasa, media dan istilah lebih
berkembang pada peran pembelajaran struktur interaksi. Pada tahap ini penggunaan
bahasa diklasifikasikan sesuai dengan bidang studi tertentu, karena  beberapa istilah
pada satu bidang studi cenderung berbeda seperti istilah electron, neutron, proton,
listrik statis, difraksi, dan lainnya secara khusus digunakan pada pelajaran fisika.
4. Pemindahan (pesan) interaksi (Transform Interaction)
Pada tahap ini bahasa berperan sebagai media dalam mengantarkan pesan
dari guru kepada murid dan sebaliknya. Pada metode ceramah guru kurang dapat
mengevaluasi penguasaan anak didik terhadap materi yang diajarkan (otodidak),
maka digunakan media untuk mempertegas pesan yang diharapkan guru agar anak
menguasai materi. Hal ini nampak pada penggunaan buku pelajaran, diktat, catatan,
papan tulis, OHP dan media lainnya.
5. Pengarah Pikiran (Direct Intelectual)
Pelafalan setiap kalimat yang digunakan guru dalam berbahasa mempengaruhi
terhadap penerimaan murid dalam menerima penjelasan yang didengarnya atau
disebut dengan stimulus. Bunyi vokal yang didengar pendengaran anak
memberikan respon terhadap berfikirnya otak. Pada ilmu Fisika penerimaan bahasa
mempengaruhi pada otak secara sistematik.  Biasanya  bahasa yang bersifat fiksi
cenderung mempengaruhi otak kanan yang berhubungan dengan kemampuan intuitif,
imajinatif dan fantasi. Sedangkan bahasa yang bersifat nonfiktif cenderung
mempengaruhi otak kiri, dimana kemampuan berfikir dituntut realistis, nyata dan
sistematis, hal ini berhubungan dengan sesuatu objek mutlak yang terjangkau akal
dan konkret.
6. Pembentuk watak/karakter manusia (Human Characteristic)
Bahasa pada human chracteristic berhubungan dengan daya
emosionil/psychis, dimana bahasa yang dipergunakan guru berperan dalam
mengembangkan sikap/afeksi anak. Tak dapat dihindari, kemampuan seorang
manusia untuk memahami objek luar berarti membuka dirinya atau dikenal dengan
empati, maka materi yang mendapat empati anak itulah yang akan berkembang
menjadi suatu watak/karakter.

Ketepatan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan


kaidah bahasa atau tata bahasa secara tepat sesuai konteks. Pembelajaran berkaitan
dengan komunikasi dua arah antara guru dan siswa menggunakan bahasa. Apabila
penggunaan bahasa dalam proses pembelajaran di dalam kelas kurang tepat, maka akan
menimbulkan miskomunikasi terhadap pemahaman yang diterima oleh siswa. Hal
terburuk yang mungkin terjadi adalah timbulnya miskonsepsi dalam kegiatan transfer
pengetahuan.
C. Miskonsepsi
Pemahaman konsep siswa yang kurang baik salah satunya dapat disebabkan oleh
adanya miskonsepsi. Omrod (2009: 338) menjelaskan miskonsepsi merupakan
kepercayaan yang tidak sesuai dengan penjelasan yang diterima umum dan terbukti tidak
sahih tentang suatu fenomena atau peristiwa. Pesman (2005: 171) mengartikan
miskonsepsi sebagai pemahaman tetang suatu konsep yang diyakini secara kuat namun
tidak sesuai dengan konsep-konsep ilmiah para ahli.
Miskonsepsi timbul karena adanya meskomunikasi antara guru dan siswa maupun
antara siswa selama proses pembelajaran. Beberapa penyebab terjadi meskonsepsi adalah
teman diskusi yang salah, kekacauan penggunaan bahasa antara bahasa sehari-hari
dengan bahasa ilmiah, dan salah penulisan pada buku teks ynag digunakan sebagai bahan
bacaan oleh siswa (Tekaya, 2002; Suparno, 2005: 53). Adanya miskonsepsi tersebut akan
menghambat proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan baru dalam diri siswa,
sehingga akang menghalangi keberhasilan siswa dalam proses belajar lebih lanjut
(Tayubi, 2005). Oleh karena itu, McClleand (Suparno 2005: 72) mengajurkan guru untuk
memberikan definisi konsep ynag jelas dan tidak menggunakan bahasa yang ambigu.
Lebih lanjut, Van den Berg (Kusyanti, 2013) menyatakan bahwa kunsi untuk
memperbaiki konsepsi adalahmelakukan interaksi langsung dengan siswa.
D. Masalah Ilmu Fisika dan Solusinya

Dalam lingkungan pendidikan mata pelajaran fisika tidak banyak peserta didik
yang mengidolakan mata pelajaran ini, banyak  peserta didik yang mengatakan bahwa
fisika itu sulit untuk dipelajari, salah satu hal yang mempengaruhi itu selain fisika identik
dengan rumus-rumus dan perhitungan yang rumit adalah penggunaan bahasa yang sulit
dimengerti oleh siswa atau penggunaan bahasa yang tidak menyenangkan dalam
menyampaikan konsep-konsep dalam ilmu fisika padahal apa yang dipelejari dalam fisika
sangatlah dekat dengan lingkungan di sekitar kita.

Dalam pembelajaran fisika sering ditemukan kalimat-kalimat yang dibutuhkan


pemahaman akan bahasa indonesia sehingga ditemukan konsep yang tepat. Salah satu 
contoh kalimat yang perlu dicernah misalkan “apakah yang terjadi apabila sebuah
partikel yang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi yang mampu menggerakan
setiap benda yang tumbuknya menumbuk sebuah partikel yang tak mampu digerakan
oleh apapun”. Kalimat di atas diperlukan pemahaman bahasa indonesia yang lebih untuk
bisa menjawab yang benar.

Dalam bahasa indonesia ditemukan banyak kata yang memerlukan imbuhan,


imbuhan akam membuat suatu kata akan berubah maknanya contoh mencintai dan
dicintai, kedua kata tersebut berasal dari kata dasar yang sama yaitu cinta tapi setelah
diberi imbuhan maka maknanya menjadi berbeda. Dalam ilmu fisika juga terdapat
banyak sekali imbuhan yang yang sering ditemukan yang membuat maknanya menjadi
berbeda contohnya mempolarisasi dan dipolarisasi, dua kata tersebut berasal dari kata
yang sama tapi setelah diberi imbuhan maknanya menjadi berbeda.
Selain imbuhan yang membuat fisika itu sulit ada penyebab lain yaitu banyaknya
istilah-istilah  yang sering ditemukan, istilah-istilah asing itu sering menjadi pertanyaan
buat peserta didik yang sebenarnya tidak perlu ada. Kehadiran istilah-istilah  sebenarnya
mempersulit fisika itu sendiri, contoh dari istilah-istilah itu antata lain interferensi,
polarisasi,refleksi, dan lain-lain sebagainya. Misalnya interferensi kalau dalam
pembelajaran langsung saja ditulis perpaduan dalam bahasa indonesia mungkin siswa
atau peserta didik lebih cepat memahaminya atau refleksi langsung ditulis pemantulan.
Istilah-istilah yang seharusnya dipakai adalah istilah yang tak tidak memperumit peserta
didik dalam memahami, mendengar, dan menulis istilah tersebut.

Banyak sekali ditemukan dalam fisika kata-kata yang bertentangan maknanya


dengan kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan sehari banyak kata yang kita gunakan,
secara sadar atau tak sadar kita telah mengeluarkan kata-kata yang maknanya beda
dengan apa yang sementara berlangsung, misalkan kata yang sering dipakai adalah berat
yang disamakan dengan massa. Berat dalam fisika biasanya nilainya dipengaruhi oleh
tempat dimana  gravitasi itu berlaku sedangkan massa tidak dipengaruhi oleh gravitasi,
dimana kita berada massa kita selalu sama sedangkan dalam kehidupan sehari-hari kedua
kata tersebut sering disamakan maknanya misalkan dalam kalimat berikut “Anton berat
badannya 40 kg” ,kalau kalimat ini kita tinjau dari ilmu fisika sebenarnya salah
seharusnya adalah “Anton massa badannya 40 kg”. inilah yang terjadi di masyarakat
bahkan fisikawan juga pernah melakukan itu, ini adalah suatu kebiasan yang sementara
berlangsung dalam kehidupan kita entah sampai kapan ini akan berakhir. Kita seringkali
menggunakan kata-kata tanpa tahu maknanya. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga
sering mengatakan kecepatan dan kelajuan itu sama padahal maknanya berbeda, kita bisa
meminilasir ini semua dengan pemahaman akan bahasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

 Dapat disimpulkan bahwa bahasa sangat berperan penting dalam


pembelajaran fisika terutama dalam hal pemahaman tentang konsep, penggunaan
bahasa indonesia yang menyenangkan yang memudahkan peserta didik dalam
menerima materi, dalam hal ini pembelajaran yang baik akan terwujud apabila adanya
keseimbangan pengggunan bahasa indonesia dalam pembelajaran fisika dan dalam
kehidupan sehari-hari fisika juga mempunyai peranan penting dalam penggunaan
bahasa indonesia sehing bahasa itu lebih bermakna.

Daftar Pustaka
Viridi, S. 2008.-Miskonsepsi dalam Fisika.‖ Berita Pembelajaran, No.2, Tahun 1. Bandung: ITB.
Irwanto, Irwanto. 2015. PERAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN KIMIA PADA
ERA GLOBALISASI.Universitas NegeriYokyakarta.

Elderana, Fathanmubina. 2014. Pengaruh Penerapan Teknik “Take-Away” Dalam Pembelajaran


Fisika Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa SMA Pada MateriHukum Newton.
Universitas Pendidikan Indonesia: repository.upi.edu.

Missa, Martinus. 2012. BAHASA INDONESIA UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA. Universitas


Nusa Cendana, Kupang.

Anda mungkin juga menyukai