Anda di halaman 1dari 6

YAYASAN SASMITA JAYA

UNIVERSITAS PAMULANG
SK MENDIKNAS NO. 136/D/0/2001
Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang Barat - Pamulang, Tangerang Selatan, Banten
Telp./Fax. (021) 7412566 / 74709855

UJIAN AKHIR SEMESTER

(UAS)

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Mata Kuliah : Pragmatik


Fakultas/Jurus
: Sastra/Sastra Indonesia Hari/Tanggal : Senin/ 4 Januari 2021

Semester/
: 5 / 05SIDP004 Waktu : Senin - Jumat
Kelas

Dosen : Eris Risnawati, S.Pd., M.Hum. Tempat : Di rumah

Sifat : Buka Buku Shift : Reg. A

Let’s play the game below!

Buatlah sebuah artikel dari hasil penelitian anda sendiri.

Good Luck

Nama : Muhammad Afrizal


NIM : 181010700213
Program Studi : Sastra Indonesia
V.467

Berbicara tentang kajian kebahasaan, bahasa perlu dipandang sebagai


entitas mandiri agar mempunyai landasan empiris metodo¬logis yang berterima.
Sebelum abad ke 20 kajian bahasa pada umumnya dilakukan secara diakronis
untuk menelusuri proto-bahasa dan kin-languages. Baru pada awal abad tersebut,
de Saussure mengajukan gagasan bahwa bahasa merupakan sistem lambang yang
menunjuk pada relasi bentuk dan makna dalam suatu kerangka pikir bahwa setiap
bahasa memiliki sistemnya sendiri-sendiri. Gagasan de Saussure mengacu pada
konsep Durheim bahwa fakta sosial dapat dipandang sebagai obyek kajian (Dineen,
1967: 193-195) Gagasan de Saussure menjadi dasar acuan bagi kajian sistem
internal bahasa secara sinkronis yang dilakukan oleh para linguistik strukturalis.
Dalam waktu yang relatif singkat, ilmu bahasa sebagai suatu disiplin sendiri
berkembang dengan pesat, dan kajian pada sistem internal bahasa dilakukan pada
tataran fonologi (bunyi), morfologi (kata), sintaksis (frasa dan kalimat), dan
semantik (makna). Kajian seperti yang dilakukan Bloomfield di tahun 1930-an dan
Chomsky pada tahun 1957 berikut pengikut mereka menelaah kaidah kebahasaan
dengan mendekonstruksi bahasa lepas dari konteks situasinya. Sementara itu
bahasa dikaji pula dalam ber¬bagai perspektif, seperti telaah linguistik fungsional
yang mengkaji penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi, telaah
sosio¬linguistik yang mengkaji bahasa dalam masyarakat sebagai kelom¬pok
sosial dengan berbagai variabel sosialnya, telaah psiko¬linguis¬tik yang mengkaji
penggunaan bahasa dan proses perkembangan bahasa, telaah linguistik terapan
yang dimanfaatkan untuk kepen¬tingan terjemahan dan pengajaran bahasa,
kemudian berbagai telaah tekstual dan kewacanaan. Dewasa ini kajian kebahasaan
telah merambah pada telaah pragmatik, yang mengkaji pengunaan bahasa dalam
berkomunikasi selaras dengan konteks situasinya. Lintasan sekilas tersebut
menunjukkan bahwa kajian bahasa telah semakin berkembang dalam perspektif
yang berbeda, atau yang saling melengkapi.

Dalam fenomena sosial masyarakat sehari-hari,tindak tutur yang beragam


membuat warna tersendiri dari proses komunikasi antar satu dengan yang lainya. Di
dalam bidang ilmu Pragmatik sendiri ada 3 aspek penting yang menjadi dasar
dalam kajian ilmu tersebut,yaitu bahasa,konteks,dan pemahaman,yang terkait
dalam masalah makna. Levinson mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa
yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud
tergramatisasi dan termodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur
bahasannya. Pragmatik merupakan kajian tentang makna dalam hubungannya
dengan aneka atau berbagai macam situasi yang melingkupi tuturan tersebut.

Situasi ujaran

1. Pembicara

Dalam setiap situasi ujaran harus ada pihak pembicara dan pihak penyimak.
Keterangan ini mengandung implikasi bahwa pragmatik tidak hanya terbatas pada
bahasa lisan, tetapi mencakup bahasa tulis.

2. Konteks Ujaran

Kata konteks dapat diartikan dengan berbagai cara, misalnya kita memasukkan
aspek-aspek yang sesuai atau relevan mengenai latar fisik dan sosial suatu ucapan.
Di sini konteks diartikan sebagai setiap latar belakang pengetahuan yang
diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh Pembicara dan Penyimak serta
menunjang interpretasi Penyimak terhadap apa yang dimaksud Pembicara dengan
ucapan tertentu.

3. Tujuan Ujaran

Setiap situasi ujaran atau ucapan tentu mengandung maksud dan tujuan tertentu.
Dengan kata lain, kedua belah pihak yaitu Pembicara dan Penyimak terlibat dalam
suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu.

4. Tindak Ilokusi

Bila tata bahasa menggarap kesatuan-kesatuan statis yang abstrak seperti


kalimatkalimat (sintaksis) dan proposisi-proposisi (semantik), maka pragmatik
menggarap tindak-tindak verbal atau performansi-performansi yang berlangsung di
dalam situasi-situasi khusus dalam waktu tertentu. Dalam hal ini pragmatik
menggarap bahasa dalam tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa.
Singkatnya, ucapan dianggap sebagai suatu bentuk kegiatan atau suatu tindak ujar.

5. Ucapan sebagai produk tindak verbal

Ada pengertian lain dari kata ucapan yang dapat dipakai dalam pragmatik, yaitu
mengacu pada produk suatu tindak verbal, bukan hanya pada tindak verbal itu
sendiri. Sebagai contoh, “Dapatkah Anda tidak ribut sekarang?” diucapkan dengan
intonasi yang sopan dan hormat, dapat sebagai suatu kalimat atau sebagai suatu
pertanyaan, ataupun sebagai suatu permintaan.

Tindak tutur

Dalam kehidupan sehari-hari tindak tutur dapat ditampilkan secara bervariasi.


Dengan kata lain, sebuah wacana tidak hanya dibentuk oleh satu tindak tutur saja,
melainkan dapat divariasikan dengan tindak tutur yang lainnya. Tindak tutur dapat
dinyatakan sebagai satuan terkecil dari komunikasi bahasa yang memiliki fungsi
dengan memperlihatkan gejala individual, bersifat psikologis, dan
keberlangsungannya bergantung pada kemampuan penutur dalam menghasilkan
suatu kalimat sesuai dengan kondisinya.

Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat merupakan penentu makna kalimat itu.
Namun, makna suatu kalimat tidak ditentukan oleh satu-satunya tindak tutur seperti
yang berlaku dalam kalimat yang sedang diujarkan itu, tetapi selalu dalam prinsip
adanya kemungkinan untuk menyatakan secara tepat apa yang dimaksud oleh
penuturnya. Oleh karena itu, mungkin sekali dalam setiap tindak tutur penutur
menuturkan kalimat yang unik karena adanya usaha untuk menyesuaikan dengan
konteksnya. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai satuan terkecil dari komunikasi
bahasa yang memiliki fungsi dengan memperlihatkan gejala individual, bersifat
psikologis, dan keberlangsungannya tergantung pada kemampuan penutur dalam
menghasilkan suatu kalimat dengan kondisi tertentu.

Tindak tutur pada ragam informal biasanya penggunaan bahasanya lebih santai,
akrab, adanya campuran dengan bahasa daerah yang lebih dominan dalam
komunikasi, dan penggunaan bahasa saat interaksi itu tidak terlalu menuntut
kesantunan bahasa yang berlebihan apalagi jika penutur dan petutur berada dalam
satu tingkatan yang sama, baik usia, tingkat dalam keluarga, tingkat ekonomi,
maupun tingkat jabatan. Selain itu, pelanggaran terhadap kesantunan bahasa yang
digunakan bukan berarti pelanggaran terhadap norma sosial yang berlaku. Hal ini
lebih dilatar-belakangi oleh tingkat keakraban dalam interaksi yang sedang
berlangsung.

Contohnya:

(1) Teman 1 : Bray,hari ini muka lu bersihn

Teman 2 : ahh yang bener..

Teman 1 : iye,soalnya kan kemaren-kemaren kotoran.

Sepintas percakapan (1) di atas tidak memiliki kesantunan namun, dalam wacana di
atas aspek kesopanan telah membaur dengan aspek kedekatan,karena percakapan
diantra mereka berdua,merupakan percakapan yang terjalin antara dua orang
sahabat yang telah mengenal lama satu antara lainya.

Tindak tutur representatif

Tindak tutur representatif merupakan salah satu tindak untuk


menyampaikan proposisi yang benar dengan apa adanya untuk memperoleh
respons sebagai balasan terhadap apa yang diinginkan penutur. Yang termasuk
dalam tindak ini adalah tindak memberi informasi, memberi izin, permintaan
ketegasan maksud tuturan, saran, memberi izin, keluhan, dan lainnya.

Contoh ;

Teman 1 : bray lu tau gak konci motor gua dimana ?

Teman 2 : itu tadi gua taro diatas TV

Teman 1 : ahh yang bener bray,tadi gua liat gak ada.

Teman 2 : coba lu cari dulu pelan-pelan

Teman 1 : ohh iye ada bray,tadi ketutupan sarung TV

Teman 2 : mangkanya kalo apa-apa cari dulu yang bener.

Merupakan contoh tindak tutur representatif,dalam bentuk pemberian informasi.

Simpulan

Tindak tutur dapat dikatakan sebagai satuan terkecil dari komunikasi bahasa yang
memiliki fungsi dengan memperlihatkan gejala individual, bersifat psikologis, dan
keberlangsungannya tergantung pada kemampuan penutur dalam menghasilkan
suatu kalimat dengan kondisi tertentu. Pada wacana interaktif ragam informal yang
berlangsung di rumah tangga dalam keadaan santai terdapat tindak tutur yang
beragam.

Anda mungkin juga menyukai