UNIVERSITAS PAMULANG
SK MENDIKNAS NO. 136/D/0/2001
Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang Barat - Pamulang, Tangerang Selatan, Banten
Telp./Fax. (021) 7412566 / 74709855
(UAS)
Semester/
: 5 / 05SIDP004 Waktu : Senin - Jumat
Kelas
Good Luck
Situasi ujaran
1. Pembicara
Dalam setiap situasi ujaran harus ada pihak pembicara dan pihak penyimak.
Keterangan ini mengandung implikasi bahwa pragmatik tidak hanya terbatas pada
bahasa lisan, tetapi mencakup bahasa tulis.
2. Konteks Ujaran
Kata konteks dapat diartikan dengan berbagai cara, misalnya kita memasukkan
aspek-aspek yang sesuai atau relevan mengenai latar fisik dan sosial suatu ucapan.
Di sini konteks diartikan sebagai setiap latar belakang pengetahuan yang
diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh Pembicara dan Penyimak serta
menunjang interpretasi Penyimak terhadap apa yang dimaksud Pembicara dengan
ucapan tertentu.
3. Tujuan Ujaran
Setiap situasi ujaran atau ucapan tentu mengandung maksud dan tujuan tertentu.
Dengan kata lain, kedua belah pihak yaitu Pembicara dan Penyimak terlibat dalam
suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu.
4. Tindak Ilokusi
Ada pengertian lain dari kata ucapan yang dapat dipakai dalam pragmatik, yaitu
mengacu pada produk suatu tindak verbal, bukan hanya pada tindak verbal itu
sendiri. Sebagai contoh, “Dapatkah Anda tidak ribut sekarang?” diucapkan dengan
intonasi yang sopan dan hormat, dapat sebagai suatu kalimat atau sebagai suatu
pertanyaan, ataupun sebagai suatu permintaan.
Tindak tutur
Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat merupakan penentu makna kalimat itu.
Namun, makna suatu kalimat tidak ditentukan oleh satu-satunya tindak tutur seperti
yang berlaku dalam kalimat yang sedang diujarkan itu, tetapi selalu dalam prinsip
adanya kemungkinan untuk menyatakan secara tepat apa yang dimaksud oleh
penuturnya. Oleh karena itu, mungkin sekali dalam setiap tindak tutur penutur
menuturkan kalimat yang unik karena adanya usaha untuk menyesuaikan dengan
konteksnya. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai satuan terkecil dari komunikasi
bahasa yang memiliki fungsi dengan memperlihatkan gejala individual, bersifat
psikologis, dan keberlangsungannya tergantung pada kemampuan penutur dalam
menghasilkan suatu kalimat dengan kondisi tertentu.
Tindak tutur pada ragam informal biasanya penggunaan bahasanya lebih santai,
akrab, adanya campuran dengan bahasa daerah yang lebih dominan dalam
komunikasi, dan penggunaan bahasa saat interaksi itu tidak terlalu menuntut
kesantunan bahasa yang berlebihan apalagi jika penutur dan petutur berada dalam
satu tingkatan yang sama, baik usia, tingkat dalam keluarga, tingkat ekonomi,
maupun tingkat jabatan. Selain itu, pelanggaran terhadap kesantunan bahasa yang
digunakan bukan berarti pelanggaran terhadap norma sosial yang berlaku. Hal ini
lebih dilatar-belakangi oleh tingkat keakraban dalam interaksi yang sedang
berlangsung.
Contohnya:
Sepintas percakapan (1) di atas tidak memiliki kesantunan namun, dalam wacana di
atas aspek kesopanan telah membaur dengan aspek kedekatan,karena percakapan
diantra mereka berdua,merupakan percakapan yang terjalin antara dua orang
sahabat yang telah mengenal lama satu antara lainya.
Contoh ;
Simpulan
Tindak tutur dapat dikatakan sebagai satuan terkecil dari komunikasi bahasa yang
memiliki fungsi dengan memperlihatkan gejala individual, bersifat psikologis, dan
keberlangsungannya tergantung pada kemampuan penutur dalam menghasilkan
suatu kalimat dengan kondisi tertentu. Pada wacana interaktif ragam informal yang
berlangsung di rumah tangga dalam keadaan santai terdapat tindak tutur yang
beragam.